Game is-over

O
Novel by Yatna Pelangi




   Stop play a game
before game stoped you
http://ac-zzz.blogspot.com/




    Penulis :
    Yatna Pelangi


                              Editor :
                      Nurul Sri Nawangsih.


                                Lay outer dan disign cover :
                                             Hendro Purwoko




    ii
Jakarta adalah gudang. Gudang orang nyari kerjaan, gudang artis, gudang orang
yang pengen jadi artis, gudang tempat jual diri buat jadi artis, gudang copet, gudang
curanmor, gudang penipu, gudang banjir, gudang gelandangan, gudang pengamen, gudang
penikmat hiburan malam, dan gudang kemacetan. Pokoknya bikin sewot deh.

       Kalo udah sewot, orang-orang pada pusing. Karena pusing, orang berpikir yang
nggak-nggak. Trus muncul deh sensasi-sensasi yang bikin pusing pula. Katanya sih
pemerintah udah berusaha nanganin semuanya. Nyediain lowongan kerja bagi orang yang
butuh kerja, rumah singgah buat gelandangan biar ga tidur di emper toko dan bawah
jembatan, banjir canal yang sampe sekarang blon selesai buat ngatasin banjir, dan busway
buat ngatasin kemacetan.

       Busway? Ehm, ehm...transportasi yang satu ini emang banyak dipilih orang karena
bikin nyaman. Bebas kemacetan dan ber-AC pula. Tapi, bukan Jakarta namanya kalo ga
pake desek-desekan. Mau naek busway kudu rela dulu ngantri bejubel-jubel plus ngerasain
bonus bau kecut Parfum campur keringet. Belon lagi acara senggol-senggolan dan dorong-
dorongan kayak lagi nonton dangdutan. Tangan, sikut, dengkul dan bokong, jadi sasaran
empuk buat disenggol.




                                                                                      iii
Catatan Yatna




Gak kerasa hampir satu dekade saya berkecimpung didunia persilatan LGBT, lesbian, gay,
biseksual dan Transgender. Ada banyak cerita dan ada banyak kenangan yang tersimpan
rapi didalam kantong hati , gak keitung berapa kantong kenangan itu, dimulai dari kota
Yogyakarta, Jakarta, Batam, Kepulaun Riau, dan kembali lagi ke Jakarta. Banyak sekali
curhatan-curhatan kawan-kawan yang saya simpan, dari mulai cerita duka sampai cerita
bahagia yang semuanya itu saya rangkum dalam novel perdana saya ini.

Pada lembar ini saya menghaturkan terima kasih kepada gusti Allah yang masih mengizinkan
saya menghirup udara di Bumi ini. Dan kedua orang tua dan adik-adik saya Juga buat
kawan-kawan yang udah percaya berbagi cerita dengan saya, terutama tiga tokoh yang ada
dalam novel ini, yaitu Mista, Fadil dan Andi. Awalnya sempat stress juga ngikutin perjalanan,
naik kereta api, bus way, dan angkot. Tapi lama-kelamaan mengasikkan juga ya cyiin. Juga
ada mas dodo, orang yang satu ini adalah orang yang paling banyak mengajarkan tentang
pengorganisiran komunitas, saking keasikan mengorganisir gak kerasa ternyata saya sudah
melewati 10 tahun berada dikomunitas.

Selanjutnya ada Hendro yang mendigsn cover novel hingga layout, tanpa lu mengkin novel
ini hanya jadi tulisan berdebu, mbak…..,yg rela meluangkan waktunya mengedit tulisan
hingga jadi tambah renyah, Mumu aloha yang kalau ketemu selalu melontarkan kata “mana
karyamu, ayolah nulis jangan nyerah kamu pasti bisa”. Kemudian ada Kamel Koordinator
Institut Pelangi Perempuan yang telah memberikan fasilitas kantornya hingga novel ini
selesai.

Dan juga untuk kawan-kawan tercinta saya : di Yogya ada Uki,Oki,Tita,Dave, Hana dan
Asmar. Menuliskan nama kalian jadi inget Puncak kayangan Parang tritis. Di Jakarta ada
Kawan-kawan Institut Pelangi Perempuan, Ino, Ratna, Panca, Deo, Joewe. Trus ada Kawan-
kawan seperjuangan di Arus Pelangi ada King oey, Iyek, Andre, Deasya,Ipung dan Devina.
Juga ada kawan-kawan di Yayasan Srikandi Sejati, Luluk azura dan satu lagi namanya Kak
Inez orang yg paling jago buat Pisgor ama Capcay. Juga ada hartoyo, Ricky dan Aldo di
Ourvoice. Dan juga teman-teman baru saya di Genk Jomblo, ada Jo, Kevin,yaedy,Rizky hary,
Sakti. Serta ada Arya, gila gwe salut ama lu yg mempertahankan hubungan cinta selama 15
iv
tahun. dan dua adikku manis Junot dan Irvan.

Sebenernya masih sekarung nama yg ingin saya tuliskan sebagai tanda terima kasih, tapi
saya kawatir ntar yang baca malah ngira ini novel apa buku sensus, heheheh…saya hanya
bisa mengucapkan salam buat temen-temen yg ada diluar Jakarta, seperti Aceh (faizal),
Medan (ame), Palembang(farez),Lampung(Gio), Bandung (Indra),Batam (panca),Kepri
(Tono),Makasar (Ino), Surabaya(all staf gaya Nusantara), Bali (sinta).

Karena zaman sekarang bukan zaman gajah mada, tapi udah zaman lady gaga jadi bwat
kawan-kawan yang mau bergabung dengan komunitas LGBT sudah sangat mudah, nama-
nama diatas adalah sahabat pelangi yang bisa kalian hubungi. Tapi ada yang mesti diingat
bahwa dunia organisasi tidaklah     menjanjikan apa-apa, karena kerja-kerja diorganisasi
adalah kerja-kerja ideologis yang sangat berbeda dengan dunia kapitalis.

Dan yang pasti dari zaman alm. Eyang harto, habibie,megawati, alm gusdur sampe zaman sby,
masalah yang dihadapi kelompok LGBT tetap sama yaitu masih kencengnya diskriminasi di
negeri ini, harus diakui menjadi minortas sangat rentan dengan perlakuan diskriminasi, tapi
Negara ini udah parah banget bow….masa wakil-wakil rakyat yang bertengger di senayan
dengan seenak jidatnya membuat undang-undang yang           mengkrimalkan LGBT dan       itu
dituangkan dalam UU AP (undang-undang anti pornogafi). dan beberapa Perda diantaranya
Perda Palembang dan Tangerang.

Dampak dari diskriminasi ga tangung-tangung bow, sampe-sampe ada kawan-kawan kita
yang harus rela dipecat gara-gara ketauan di gay, miris banget kan. Dan yang paling kena
banget adalah teman-teman waria, mereka nyebong dan ngamen dijalan bukan karena
cita-cita mereka,itu semua karena pemerintah tidak memberikan perlakuan yang sama
pada setiap warga negaranya mengakses pekerjaan. Jadi mau tidak mau dan suka tidak
suka untuk kedepan kita haruslah jeli memilih calon-calon penguasa negeri ini, ya paling
tidak pilihlah calon-calon dan partai-partai tidak homophobic dan mengerti apa itu hak azasi
manusia baik secara teori maupun praktek.

Dan mengenai homophobic ini adalah catatan saya selanjutnya, homophobic adalah suatu
sikap yang dimiliki seseorang yang tidak menyukai/menerima lgbt. Sikap tidak suka ini
sering sekali berujung pada kekerasan. Atau sering juga disebut hate crime.contoh yang
nyata dari homophobic adalah dengan adanya aksi-aksi fundamentalis yang sering banget
melarang kegiatan-kegiatan LGBT, mereka ga peduli apapun jenis kegiatan minumnya tetep
teh botol sosro,ehhh salah maksud saya apapun yang dilakukan LGBT pasti dilabrak jika
mereka mengetahuinya. Yang menjadi pertanyaan adalah bagimana menyikapi mereka?.


                                                                                          v
banyak cara untuk meredam hate crime diantaranya adalah bergabung dengan organisasi-
organisasi yang sudah ada, seperti Arus Pelangi, Ardhanary Instutut, Institut Pelangi
Perempuan, Yayasan Srikandi Sejati, Gaya Nusantara, Our Voice.Dll. diorganisasi kita bias
banyak belajar bagaimana menyusun strategi bersama untuk menyikapi homophobic selain
itu kita bisa menambah ilmu pengetahuan tentan isu-isu LGBT, ya…memang sich secara
individual kita bisa juga menyuarakannya tapi bukankah lebih baik kita menyapu dengan
seikat lidi dibanding dengan sebatang lidi?

Sebagai penutup izinkan saya mengcupakan terima kasih sekali lagi untuk kawan-kawan
yang telah meluangkan waktunya mau membaca karya perdana saya ini. Karena novel
ini berasal dari potongan cerita kawan-kawan maka saya kembalikan lagi cerita ini untuk
kawan-kawan sebagai hadiah cinta menyambut tahun baru 2011.




Salam pelangi

Yatna pelangi




vi
vii
viii
“allahu akbar, allahu akbar…” GUBRAK!! Mista yang lagi asyik-asyiknya mimpi naek
mobil porsche sambil bikin pulau di bantal (baca: ngiler) langsung terjatuh dari tempat
tidur sambil kentut sedikit demi mendengar suara adzan subuh yang berkumandang
tepat di telinganya. Bukan karena adzannya fales, tapi karena corong masjid ngadepnya
persis ke depan jendela kamarnya. Jadi mau nggak mau, Mista pasti terbangun tiap adzan
berkumandang. Ga jarang Mista kudu rela jatoh dari tempat tidur dengan berbagai pose,
mulai dari pose ala model, pose ikan terbang, kodok ngorek, sampe kutu loncat, kayak yang
dialaminya barusan.

         Ya, rumah Mista emang dempetan sama masjid. Bahkan corong masjid persis ada di
sebelah jendela kamar Mista yang kebetulan punya ventilasi agak gede. Tokek budek yang
sering nongkrong di luar tembok kamarnya aja pasti langsung jatoh dengan pose ala Mr.
Bean tiap denger adzan. Apalagi Mista yang kupingnya masih normal.

         Dengan mata masih setengah merem dan iler yang mengering di sudut bibir, Mista
pergi ke kamar mandi buat beli odol. Ya nggaklaaah... Maksudnya buat ngambil wudhu, gitu
loh. Tapi belom sampe kamar mandi, DUAKK!! Pala Mista kejeduk pintu kamar mandi yang
ternyata tertutup rapat. Ya iyalah ketutup, orang di dalem kamar mandi ada nyokapnya.
Lagian kok bisa–bisanya Mista nggak tau kalo di kamar mandi ada orang.

         “Aduuuuh! Umi…! Ngomong atuh kalo Umi ada di dalem kamar mandi… ” gerutu
Mista setengah kesal. Yeee…, kenapa juga si Mista malah nyalahin Nyokapnya. Salah sendiri
jalan sambil merem. Akhirnya terpaksa deh Mista harus ngantri nunggu Nyokapnya keluar.

         “Kunaon kamu teh, Mis?” tanya Nyokapnya bingung, begitu keluar dari kamar
mandi.

         “Habis…, adzannya kekerasan sih… Mi… jadi Mista kaget deh. Saking kagetnya
sampe jatoh dari tempat tidur. Eeeeh, habis jatoh dari tempat tidur, kejeduk pintu kamar
mandi, lagi.” mulut Mista manyun sepuluh senti sampe muka gantengnya ilang.

         Mista emang ganteng. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung dan bibirnya tipis
kayak Keanu Reeves. Dengan tinggi badan seratus tujuh puluh limaan senti dan berat badan
enam puluh limaan kilo, badannya termasuk ideal. Pokoknya kalo doi jalan sendirian, pasti
semua mata ngeliatin doi. Soalnya kadang doi nggak sadar kalo di pipinya masih ada nasi
nempel. Hue he he…

         Sebenernya, kalo Mista sadar, punya rumah deket masjid itu buanyak keuntungannya.
Pertama, Mista jadi nggak perlu beli jam weker baru buat ngegantiin jam weker ayam

                                                                                        1
berkokoknya yang kokoknya udah berubah jadi kekek saking falesnya.

         Kedua, Mista juga ga perlu beliin jam weker butut tuanya itu batere baru, karena
sebelum weker bututnya bunyi, adzan pasti udah keburu tereak-tereak duluan di kuping
Mista.

         Ketiga, mau nggak mau Mista selalu bisa bangun pagi buat menghirup udara segar,
bersih dari PPKN, alias polusi, polisi, kolusi, dan nepotisme.

         Keempat, Mista jadi nggak pernah absen shalat shubuh walaupun sambil ketiduran
selama kurang lebih satu jam waktu pas lagi sujud.

         Kelima… apa lagi ya? Pokoknya banyak deh keuntungan punya rumah deket masjid.
Gak bisa disebutin atu-atu. Kebanyakan. Kalo ditulis semua tar judul novel ini ganti jadi
“Keuntungan Memiliki Rumah Dekat Masjid.” Gubrak.

         Seharusnya Mista sekali-kali ngasih kado buat para adzaners yang udah setia
ngebangunin doi tiap pagi dengan suara-suara mereka yang merdu –cie ile…- tanpa
ngarepin honor. Tapi kurang kerjaan amat nanya-nanya ulang tahun adzaners. Salah-salah
dikira naksir, lagee… Tapi ga pa pa kalee kalo ada yang cucok… cuit cuiiiww… tokkeeeek.
HUS!! Lagian, kalaupun Mista punya niat baik ngasih kado, mana sempet si Mista nanya-
nanya ultahnya adzaners. Mista kan mahluk kantoran, yang tiap hari harus berangkat kerja
pagi-pagi buta, dan pulang malem dengan badan lemah, letih, lesu, dan kening berkerut
kayak curut kejepit pintu mikirin setumpuk kerjaan yang belom kelar. Pernah juga seh ada
yang nawarin bisnis baru, nyari tokek, soalnya tokek kan lagi mahal sekarang. Tapi biar pun
bayarannya gede, Mista menolak menangkap tokek budek yang terus berkeliaran di sekitar
rumahnya. Habis, sebelum masjid dibangun, tokek itulah yang berjasa ngebangunin tidur
Mista. Tokek lagi tokek lagi deh. Lama-lama bisa ketularan budek kayak tokeknya Mista,
lagi. Gawat.

         Kewajiban yang kemudian jadi kebiasaan Mista tiap pagi setelah sholat adalah nyari
tempat nongkrong. Bukan Kafe, tapi WeCe. Lagian mana ada Kafe buka subuh-subuh. Nah,
Setelah menunaikan dua kewajiban tersebut, biasanya Mista ngobrak-ngabrik lemari, nyari
baju Superman buat berubah. Ya nggaklaah.., Maksudnya nyari baju buat dipake kerja, dan
pastinya gak lupa mandi, lalu ngemut secangkir kopi anget-anget tai ayam sampe bibirnya
dower.

         “Mau nyarap apa, a‘a?” Tanya Nyokap Mista dengan penuh kelembutan, kadang-
kadang malah sampe ga kedengeran saking lembutnya. Biarpun Mista udah kerja, tapi

2
Nyokap Mista selalu merhatiin Mista kayak dulu Mista masih bayi. Mista dikasih makan,
dikelonin, ditimang-timang…

       “ista agi engen aci uduk.. Mi.” jawab Mista. Artikulasinya nggak jelas karena dia
ngomong dengan mulut penuh cangkir kopi. -–maksudnya sambil ngemut cangkir kopi,
getoh…--

        “Ya udah. Umi berangkat dulu ya. O iya... bangunin Tika tuh, suruh sholat” pesan
Nyokapnya Mista sambil ngeloyor pergi.

       Tika adalah adik bungsu Mista yang kuliah di IPB semester enam. Ga tau kenapa
adek Mista semata wayang ini emang rada susah bangun. Mungkin dia udah ketularan tokek
budek itu, kali. Habis, Tika punya hobi yang rada aneh. Orang laen sih demen ngasih makan
kucing, anjing, ayam, ato ikan, eeeh… Tika malah demen ngasih makan en maen sama
tokek. Pokoknya Tika sama tokek budek itu sohiban deket banget deh. Udah saling tahu
isi hati masing-masing. Soalnya mereka sering banget ketauan lagi curhat-curhatan. Tika
curhat, terus tokeknya pasti bales curhat dengan suara khasnya, tokkeeeek…

       “Aa...Bi yati ga jualan nasi uduk. Anaknya lagi sakit, jadi dia repot. Nih, Umi beli
pisang goreng, sama cucur kesukaanmu.” Tiba-tiba Nyokapnya Mista udah nongol di depan
mata Mista sambil bawa keresek yang segera ditaruhnya di meja makan.

       “Aseeek…, Nuhun nya, Mi” jawab Mista seraya langsung melahap makanan
kesukaannya.

       Bolak-balik Bogor-Jakarta saban hari sebenarnya sangat melelahkan buat Mista.
Bukannya ga mampu bayar kos di Jakarta, tapi itu gak mungkin Mista lakuin karena
Nyokapnya sampai saat ini masih sedih atas kepergian Bokapnya.

       Bokap Mista emang udah meninggal setaon yang lalu. Bagi Nyokapnya, Bokapnya
Mista adalah pahlawan tanpa tanda tompel. Walaupun Nyokap Mista bawel dan rewel tapi
Bokap Mista tetep setia dan nurut banget ama dia. Bukannya Bokap Mista ikut ikatan suami-
suami takut istri, tapi Bokapnya Mista mencintai Nyokap Mista dengan sepenuh hati.

       Sekali waktu, Mista pernah iseng-iseng nanya ke Nyokapnya soal pengganti
Bokapnya. Ga taunya Mista malah dicurhatin panjang lebar sampe dua jam. Padahal Mista
lagi ngantuk berat. Demi ga bikin Nyokapnya tersinggung, Mista ngolesin balsem di matanya
yang bagian bawah. Alhasil selama dengerin Nyokapnya curhat, matanya Mista berair mulu,
sambil nangis-nangis karena kepedesan. Tinggal Nyokapnya Mista yang cengo liat anaknya
nangis-nangis. Padahal ceritanya nggak sedih-sedih amat.
                                                                                         3
Dulu emang sempet ada yang pernah pedekate sama Nyokapnya Mista. Awalnya
sih baek.., biasalah.. namanya orang pedekate… apa aja dibawa buat oleh-oleh. Mulai dari
Kripik nangka, martabak bangka, bunga asoka, tabungan berjangka, sampe setrika. Tapi
ujung-ujungnya, ketahuan deh kalo laki-laki itu ternyata laki-laki hidung belang, udah punya
bini. Mending bininya satu, usut punya usut seh katanya bininya udah sembilan. Wuset
dahh!! Terang aja Nyokapnya Mista langsung ilfil sambil ngupil. Dia pun langsung berpantun
: “Beli stroberi dipasar kenari, dari pada dipoligami mending dibeliin peti mati”

         Mista maksa nyengir sambil nahan pedih di mata denger curhatan Nyokapnya.

         “Coba, ta… Gimana Umi nggak sakit hati digituin. Lagian, mentang-mentang diijinin
nabi buat poligami, jadi seenaknya aja sama perempuan. Terang aja nabi ngijinin laki-laki
berpoligami, karena nabi laki-laki. Coba nabinya perempuan yang semua keputusan pake
perasaan, pasti gak mungkin deh poligami jadi sunnah” cerocos Nyokapnya Mista puanjang
lebar.

         “HWAAAAA!!!” Mista pun langsung menangis sejadi-jadinya begitu mendengar kata-
kata terakhir dari Nyokapnya. Bukan karena sedih, tapi karena udah nggak tahan sama
pedesnya balsem yang makin lama bukannya malah ilang, tapi malah makin masuk ke
mata.. Alhasil, curhat Nyokapnya hari itu pun selesailah sudah.



         Waktu udah nunjukin jam lima pagi lebih tiga puluh menit waktu Indonesia bagian
barat. Kue cucur sama pisang goreng mini dan secangkir kopi udah ludes masuk perut Mista.
Tanpa ba bi bu lagi, Mista pun dengqn khusyu nyium tangan Nyokapnya dan bercipika-cipiki
ria, lalu ngacir ninggalin rumah setelah sebelumnya sempet ga sengaja nginjek buntut tokek
yang baru aja jatoh dari atas. Tika yang udah bangun, dan ternyata baru aja beres ngobrol
sama tu tokek, langsung menjerit histeris.

         “Tokekkuuuuu…” teriaknya seraya dengan tanpa ragu mengambil tokek itu dengan
tangannya. Mista bergidik liat tingkah adeknya dan langsung mengambil langkah seribu
menuju tempat kerja setelah sebelumnya minta maaf sama Tika yang tersedu-sedu karena
tokek kesayangannya keinjek.

         Sampai di stasiun kereta api puluhan orang udah nampak mengantri di loket.
Barisan yang semrawut terlihat cukup panjang. Ada yang sibuk nelpon, sms-an, dengerin
musik, pacaran sambil nyopet, bengong sambil ngupil, bahkan ada yang sempet-sempetnya
pake bulu mata sambil garuk-garuk pantat.

4
Setelah beli tiket dan berjuang melawan rasa bosan sampe jenggotan, akhirnya
Mista berhasil dengan sukses naek kereta ekonomi setelah sebelumnya ikut aksi dorong-
dorongan, sikut-sikutan, jambak-jambakan, bahkan sampe jeduk-jedukan kepala demi
mendapatkan tempat, kayak ikutan jadi figuran film-film perangnya Steven Spielberg. Itu
pun belom cukup. Biarpun udah dapet tempat duduk, kadang Mista juga harus melawan
atau bertahan dari burket, copet, jambret, pelet, dan didi petet. Wuseeet…

        Demi menjalani tugasnya sebagai Kepala Bagian Manager Pengendalian/Operasional
di jasa layanan transportasi yang lagi ngetrend di Jakarta alias Busway, Mista bela-belain
setengah mati naek kereta api tiap hari. Maunya sih naek kapal terbang, tapi apa daya
dompet ga mendukung. Soalnya dia mengabdikan sebagian isi dompetnya buat Nyokapnya
dan mbiayain kuliah adek semata wayangnya. Buat ngatasin rasa boringnya ngejalanin
rutinitas sehari-hari yang bikin kepala pusing, Mista pasti nyempetin diri buat melampiaskan
hobby chating, travelling, mancing, nguping dan maen sulingnya tiap ada kesempatan.

        Dulu seh Mista pernah punya hubungan cinta sama someone special. Tapi setelah
menjalin cinta selama lima tahunan, tiba-tiba cintanya kandas gitu aja di tengah jalan, gara-
gara boyfriendnya tiba-tiba merit tanpa sungkem. Boyfriendnya seh maseh pengen jalin
hubungan diem-diem ama Mista. Tapi Mista yang menganut aliran anti-poligami, langsung
aja dengan tegas menyatakan NO WAY, biarpun di belakang mantan boyfriendnya doi nangis
nangis kambing sambil terkencing-kencing.

        Ups… be te we.. kok boyfriend seh? Ga salah tu bo..? Mista kan cowok.. Ssst…,
diem-diem aja ya. Sebenernya Mista itu udah lama jadi gay, bo… Tapi dia masih keep
secret. Ga ada orang kantoran yang tau bahwa doi gay. Doi cuma terbuka sama sesama
orang komunitasnya doang. Kalo sampe Nyokapnya tau, bisa mati deh Mista. Bukan karena
takut dimarahin ato ga diaku anak lage.., tapi bisa-bisa Nyokapnya langsung masuk Rumah
Sakit saking shocknya. Padahal Mista kan sayang banget sama Nyokap semata wayangnya
itu. Makanya kalo di luar komunitasnya, doi ga mau show up. Lagian kaum gay kan masih
kurang diterima juga di masyarakat luas. Apalagi di Indonesia. So…, kalo di kantor, doi cuma
mau buka identitas sebenernya sama dua sohib kentelnya, Fadil dan Andi yang satu nusa,
satu bangsa, dan satu bahasa sama Mista.

                                             ∞




                                                                                           5
6
Pagi hari di kos-kosan, persis kayak di kamar mandi umum. Penuh nuh. Ngantrinya
hampir kayak ngantri di puskesmas. Apalagi kosannya Fadil yang isinya cowok ganjen
semua. Ngantri jam empat, baru dapet giliran mandi jam enam. Gimana enggak kalo
kebiasaan anak kosnya pada aneh semua. Ada yang suka mandi sambil nyanyi, joget-joget,
makan jambu monyet, bahkan ada yang sambil balet. Malahan pernah ada yang mandi
sampe satu jam, sampe anak-anak kosan yang belom pada mandi sempet ngadain arisan
plus bikin rapat RTK alias Rumah Tangga Kos-kosan buat menindak pelaku kejahatan yang
lagi asik memonopoli kamar mandi. Akhirnya, melalui musyawarah dan mufakat, tercapailah
sebuah kesepakatan buat mendobrak pintu dan menangkap serta mengadili langsung si
pelaku kejahatan itu.

       Setelah didobrak pake gergaji, batu satu ton, TNT, Nuklir, dan lain sebagainya,
akhirnya pintu kamar mandi dengan sukses terbuka lebar. Eh, ternyata si pelaku kejahatan
yang ngakunya lekong eslong, lagi asyik-asyiknya luluran plus meni pedi sambil ketiduran
sampe ga denger apa-apa. Walhasil, anak kosan yang udah pada gondok karena baru pada
makan gembok, tanpa ampun langsung menyeret si pelaku kejahatan dan membuangnya
ke tempat sampah. Tapi dasar pelaku kejahatannya turunan kebo, biarpun udah diseret dan
dibuang ke tempat sampah, tetep aja doi tidur dengan pulasnya.

       Semenjak itu, dibuat kesepakatan dilarang mandi lama-lama. Maksimal lima belas
menit. Lebih dari itu akan dilakukan penggerebekan dan pendobrakan secara paksa oleh
pihak yang berwajib. Ga tanggung-tanggung kesepakatan tersebut disaksikan oleh pak
eRTe setempat dan juga notaris serta ditanda tangani di atas materai enam ribu rupiah.

         Karena kesepakatan tersebut, akhirnya Fadil dan anak-anak kosannya ga perlu
lagi ngantri berjam-jam. Bahkan mereka punya kebiasaan baru yaitu bawa kentongan yang
dipukul tiap lima menit sekali buat ngingetin yang lagi mandi supaya ga lupa diri.

       Yah.., tinggal di kosan emang kadang repot dan bikin bete. Yang di atas itu baru
satu contoh resiko tinggal di kos-kosan. Belom lagi yang laen. Misalnya, soal alat-alat
mandi yang langsung ludes des walau baru ketinggalan satu detik. Itu aja belom cukup.
Dulu, waktu jaman purbakala, Fadil sampe pernah masuk ICU karena hampir geger otak.
Pasalnya, doi kepeleset di kamar mandi waktu mau maen bilyar. Ya nggaklah, maksudnya
waktu mau mandi. Setelah diusut-usut sampe kusut, ternyata Fadil kepleset cairan berlendir
yang mengalir dari dinding marmer kamar mandi. Dan setelah diselidiki lebih jauh, pake
uji laboratorium dan tes DNA segala, ternyata cairan itu berasal dari oknum-oknum ga
bertanggung jawab yang coli seenaknya tanpa disiram. Howeeek! Cuah! Yah, maklumlah,

                                                                                         7
namanya juga kosan cowok, gitu looh…

        Tapi, Fadil lebih rela berbete-bete ria ngantri di kamar mandi dan kehilangan alat
mandi serta masuk ICU beratus-ratus kali dari pada harus tinggal sama kakaknya. Biarpun
udah ditawarin beratus-ratus kali sampe mulut kakanya berkuah-kuah, Fadil tetap teguh
sama pendiriannya. Baginya, tinggal sama sodara sama aja kayak tinggal di penjara. Semua
serba pake pengawasan dan aturan. Mau ngapa-ngapain pake rembukan dulu kaya rapat
eRTe yang bikin bete. Ujung-ujungnya keputusan yang diambil berdasarkan kepentingan
bersama. Kalo udah gitu ga bisa ngelak lagi. Giliran ada yang salah, pada rebutan deh cuci
tangan. So, ngekos adalah pilihan terakhir bagi Fadil yang ga demen diawasin.

        Fadil lahir dari mix ARBI alias Arab dan betawi. Ayahnya Arab dan Ibunya betawi
asli. Dia sendiri adalah anak bontot dari enam bersaudara. Kakak-kakaknya udah sukses
dan eksis di Jakarta lebih dulu. Ortunya sendiri tinggal di kepulauan seribu, karena beberapa
tanah milik keluarga udah digusur jadi gedung-gedung bertingkat di Jakarta. Selain itu,
udara di kepulauan seribu lebih cocok sama paru-paru mereka yang udah tua.

        Waktu SMP Fadil pernah naksir guru ngajinya yang mukanya mirip Indra Brugmann
kejebur selokan. Karena Fadil ga bisa dan ga mungkin ngungkapin perasaannya secara
langsung, akhirnya doi cuma bisa melampiaskannya di buku diari kesayangan. Tapi entah
karena keasyikan maen pelor sambil makan telor, Fadil teledor. Doi naro buku diarinya
sembarangan. Walhasil semua tentang perasaan sama guru ngajinya, ketauan deh sama
bokapnya. Untung bokapnya ga step. Tapi Fadil langsung dihijrahkan ke Pondok Pesantren.
Maksudnya seh biar Fadil banyak belajar ilmu agama biar insap dan banyak ngucap. Eh,
ternyata Bokapnya salah. Bukannya insap, Fadil malah tambah sarap. Gimana ga, orang di
Pondok Pesantren isinya lekong smuwa. Justru di Pondok Pesantren itulah Fadil malah bisa
menyalurkan smuwa-muwanya. Di sana doi menjalin cinta dengan santri sekamarnya. Tapi,
sama dengan Mista, doi bener-bener keep secret. Ga ada seorang pun yang tau tentang
penyimpangan orientasi seksualnya. Setelah balik lagi ke Jakarta, Fadil pun makin kuat
dengan pilihannya. Ia memilih menjalani hidup sebagai gay dengan tetap menjalankan
shalat lima waktu.

        Buat ukuran cowok…, Fadil oke juga seh. Muka doi lebih cenderung ngikut Bokapnya,
alias muka arab. Mata dan hidungnya tajem sampe bisa nyilet orang, mukanya agak lonjong
kekotak-kotakan, badannya rada gempal, kulitnya item item tai ayam, dan yang bikin semua
cewek dan cowok nggak nahan ngliat doi… --maksudnya ga tahan kebelet pengen pipis.. Hue
he he..— adalah bulu-bulu halus di sekitar pipinya. Bikin geli deh bo… Orang kadang Fadil

8
aja kegelian sendiri karena dikilikitik bulunya. Yaah, singkatnya seh Fadil lumayan ganteng
n sekseh (seksi maksudnya…), enak buat dijadiin umpan ketapel. Apalagi ditambah anunya
yang mmh… Pokoknya Mmmmh deh! Ga bisa diungkapin.

       Setelah ikut ngantri di kamar mandi sambil ngantuk-ngantuk suntuk, Fadil pun
langsung ngacir menuju tempat kerja. Boro-boro ngopi n nyanyi dulu. BAB alias Buang
Aer Besar aja nggak sempet. Malah kadang Fadil sampe kelupaan pake baju saking buru-
burunya. Makanya pantatnya sering digigit anjing tetangga karena kelupaan pake celana.

       Buat bisa nyampe ke tempat kerjanya, Fadil kudu rela ikut desek-desekan dan
gelantungan di bus kota yang kalo pagi minta ampun bejubelnya. Untungnya seh kalo pagi
orang-orangnya maseh pada wangi. Coba siangan dikit. Bau keringet yang kecut campur
kentut udah jadi aroma khas bus kota. Tapi bagi Fadil, mendingan naek bus kota daripada
naek kereta. Soalnya naek bus kota lebih banyak pilihan. Kalo kira-kira diliat dari luar di
dalem bus ga ada yang cucok, mending ga usah naek deh. Tapi kalo ada yang cucok…,
colok terus… sampe dapet nomer HaPenya. Hue he he.. dasar si Fadil. Lagian, mau kerja
aja sempet-sempetnya pilih-pilih bus kota. Adanya juga sampe kantor langsung didamprat
bos karena telat.

       Fadil satu kantor sama Mista. Doi adalah Manager Sarana dan Prasarana di jasa
layanan transportasi Jakarta, Busway. Waktu luangnya banyak dihabisin buat berendem di
kolam renang, nyelem, nonton filem dan makan arem-arem. Tapi Fadil rada-rada penakut.
Mau pipis ke toilet aja kadang minta dianterin. Tapi doi ga mau ngaku kalo doi penakut.
Cuma Mista dan Andi yang tahu. Makanya doi sering jadi bahan cengan dua sohibnya.

                                            ∞




                                                                                         9
10
Waktu Andi masih berniat ngekos di Jakarta dengan visi dan misi kebebasan,
BoNyoknya (baca; bokap nyokap) ngebuatin rumah di Tangerang. Makanya Andi ngurungin
niatnya bwat ngekos. Buat apaan? Buang-buang uang doang. Lagian rumah itu bakal bikin
Andi suangat bebas. Bebas dari ancaman razia pendatang dari kelurahan, bebas dari aturan
ibu kos yang kejam, bebas dari tagihan bulanan yang melilit kocek, dan masih banyak lagi
kebebasan lain yang bisa diperoleh Andi dengan menempati rumah itu. Soalnya, BoNyok
Andi kan tinggal di Ujung Pandang. So, Andi bakal bisa bugil, ngupil, nyempil dan gokil
semau-maunya. Kecuali saat ada Bi Cicih si panitia perlengkapan (pembokat kaleee) yang
siap melayani semua kebutuhan biologis Andi. Eit.. maaf, tolong kata biologis jangan dibaca.
Cukup semua kebutuhan Andi aja. Sebab kebenarannya masih diperiksa dan diselidiki oleh
KPK. Hui hi hi..

        Nah, karena rumah Andi di Tangerang, perjalanannya ke kantornya yang di Jakarta
otomatis ga jauh beda kisahnya sama Mista dan Fadil. Andi juga bergelantungan dan desek-
desekan. Tapi doi lebih milih naek Busway daripada naek bus kota ato kereta. Soalnya doi
bisa puas ngadem sambil merem kayak Tukiyem asyik makan bayem. Sampe-sampe Andi
pernah pake celana rombeng, biar mirip ama tarzan O..uwouwo…

        Enak bener ya jadi Andi. Mau rumah dibeliin, minta duit berapa aja dikasih, bahkan
doi punya villa pribadi di Puncak. Tapi kalo Andi minta mobil, tar dulu…

        Dahulu kala, saat Tarzan masih bergelantungan bersama monyetnya. Eit.. loh kok
jadi tarzan seh… gini cerita sebenernya. Pokoknya, Nyokap Andi tuh udah trauma ama
kelakuan Andi. Sejarah mencatat bahwa Andi pernah memecahkan rekor MURI dalam
menghancurkan mobil pemberian orang tua.

        Pertama, waktu kuliah di Jogja. Pas lagi wisata ke Puncak Kayangan (sebuah
dataran tinggi di sekitar Pantai Parangtritis) bareng-bareng temennya, mobilnya jatoh
dengan sukses ke jurang karena rem tangannya ga difungsiin. Menurut juru kunci puncak
yang terkenal dengan aura spiritual, mobil Andi menemui jodohnya yang bersemayam di
kerajaan Nyi Roro Kidul. (ga masuk akal kalee..)

        Kedua, mobil Andi nabrak aki-aki yang lagi ngerumpi sambil makan gudeg di
Kasongan. Pasalnya Andi baru aja kesenengan karena doi baru beli asbak berbentuk kenti
yang udah lama dicarinya. Karena kesenengan, di mobil doi ngliatin tu asbak terus sambil
ngayal kemana-mana dan ga liat jalan. Alhasil begitu deh. Untung aja tu aki-aki kagak
mati karena punya tenaga dalem. Coba kalo mati, bisa-bisa Andi didemo orang sekampung
yang pro sama tu aki-aki supaya ngebalikin nyawanya lagi. Nah lo…, emang nyawa bisa

                                                                                         11
dibalikin?

        Ketiga, Andi pernah nabrak panggung acara penyerahan sertifikat rekor MURI
kategori parade kencing berdiri dengan jumlah peserta 1001 orang, karena matanya
jelalatan ngliatin lekong cucok. Maka, polisi yang kebetulan selalu kebagian menangani
kasus kecelakaan yang dilakukan oleh Andi dan kebetulan lagi ikutan lomba, langsung
mengusulkan pada panitia bahwa Andi layak untuk mencatat rekornya. Jadilah hari itu ada
dua penyerahan sertifikat. Satu sertifikat parade kencing berdiri dengan peserta terbanyak,
dan yang satu sertifikat penghancur mobil terbanyak.

        Nah, dari ketiga kasus itu, maka Nyokap Andi mengeluarkan pernyataan yang
berbunyi ; “dari pada kehilangan anak semata wayang mendingan kehilangan kutang
segudang.” Setelah itu, pintu Andi untuk minta mobil, ditutup sudah.

        BoNyok Andi tinggal di luar pulau Jawa. Tepatnya di Sulawesi. Ini membuat Andi
terbiasa mengelola keuangannya secara mandiri. Selain itu Andi punya kebiasaan yang
nyerempet nyerempet jiwa sosial kalo kepepet. Sebagai contoh, Andi       menyisihkan lima
persen dari penghasilanya tiap bulan untuk disumbangkan ke sebuah panti asuhan di
Sulawesi Selatan. Kadang-kadang doi nyumbangin pakaian bekasnya sama pemulung, dan
menghibahkan isi septiktanknya pada petani yang lagi mbutuhin pupuk. Bahkan Andi sempet
kepikiran pengen nyumbang kemaluannya pada tetangganya yang impoten. Gubrak.

        Andi juga ga kalah ganteng sama dua sahabatnya. Alisnya panjang bak kambing
item beriringan, wajahnya tegas kayak unggas, bulu matanya lentik dan keriting karena
pernah ga sengaja kesundut korek api, matanya sama rata, ditambah burung pipit yang
menclok terus di pipinya ga mau lepas, bikin senyumnya manis kayak gula, sampe tiap
kali Andi senyum, semut-semut pasti berdatangan pengen nyobain manisnya senyum Andi.
Selain itu, tinggi badannya yang 180 senti dan berat badan proporsional, bikin semua cewek
dan cowok juga semua kendaraan yang lewat, langsung pada berhenti buat ngliatin Andi
sambil ngiler. Makanya Andi juga pernah ditangkep polisi gara-gara dianggep biang pembuat
kecelakaan dan kemacetan.

        Sama kayak kedua temennya, doi kerja di jasa layanan TransJakarta, Busway,
di posisi Finance Departement. Di selang-selang kesibukannya yang bejibun, Andi wajib
ngeluangin waktunya buat dugem, denger musik sambil makan keripik, plus maen icik-icik.
Andi juga berjiwa pemimpin. Saking berjiwa pemimpinnya, apa aja dipimpin. Bebek aja
dipimpin.


12
Kisah cintanya kandas karena boyfriendnya ga bisa balik ke Jakarta nungguin
sanak sodaranya yang kena lumpur lapindo di Jawa Timur. Sejak saat itu Andi lebih milih
konsentrasi sama kerjaan dari pada harus mikirin cinta.

                                            ∞



         Mista, Fadil dan Andi udah sohiban sejak jaman nabi adam masih hidup. Hihi...
ga ding… Mereka mulai sohiban semenjak penerimaan karyawan baru di jasa layanan
transportasi busway. Biarpun sohiban erat, tapi mereka bertiga punya bejibun perbedaan.
Diantaranya beda emak, beda bapak, beda nama, beda rumah, beda sekolah, beda sejarah,
beda tinggi badan, beda berat badan, dan ratusan perbedaan yang kalo ditulis ga bakal abis-
abis. Yang ada kitanya keburu tua. Tapi yang jelas, ada persamaan yang membuat mereka
tambah nempel kayak perangko.

         Pertama, mereka sama-sama menyandang predikat The Jomblo Gay.

         Kedua, mereka sama-sama hobi naek kendaraan umum. Jadi bukannya ga sanggup
beli kendaraan. Tapi rasa cinta mereka terhadap kendaraan umum udah kayak cintanya
Romeo en Juliet ato Samson dan Delilah. Yah, untungnya aja mereka ga nepsong buat
nyipokin belahan jiwa mereka itu. Kalo iya, mereka bisa langsung dijeblosin ke RSJ sama
masyarakat karena dianggap gila.

         Bagi mereka betiga, naek kendaraan umum adalah obat stress paling mujarab bwat
ngelupain sejenak segudang kerjaan kantor. Anjuran ngunjungin tempat sepi kayak gunung,
pantai atau kuburan buat ngilangin stress, adalah hal yang basi bagi mereka betiga. Kata
mereka, itu membutuhkan nyali yg cukup tinggi, waktu yang tepat, dan ga bisa dilakuin saat
kocek lagi melarat. Tapi hobi yang mereka miliki, ga perlu anggaran dan waktu yang khusus.
Cukup dengan tiga ribu rupiah bagi yang naek kereta api, tiga ribu lima ratus rupiah bagi
yang naek Busway dan dua ribu lima ratus rupiah bagi yang naek bus dalam kota.

         Tapi ada beberapa hal yang mengurangi kenikmatan mereka melakukan hobinya.
Yaitu:

         Pertama, kalo kendaraan umum yang mereka tumpangin sepi penumpang. Soalnya
ga ada yang bisa dijadiin mangsa.

         Kedua, kalo kendaraan umum yang mereka tumpangin isinya rata-rata perempuan.
Gubrak. Maklum… gay gitu loh, bo…

                                                                                        13
Walaupun mereka bekerja satu kantor mereka berusaha seprofesional mengkin,
dan ga show of tentang orientasi sexual mereka yaitu gay karena berbagai macam
pertimbangan. Salah satunya karena di kantor tersebut masih banyak bergentayangan
orang-orang yang homopobic, alias anti-homo. Padahal seh kalo di kalangan orang yang
satu nusa satu bangsa sama mereka, udah ketauan banget. Patung Pancoran aja tau kalau
mereka itu adalah gay.

                                         ∞




14
15
Waktu udah nunjukin pukul lima sore hari. Tanda buat para pekerja kantoran buat
go home, alias balik ke rumahnya masing-masing. Tapi ada juga yang kelayapan dulu buat
refreshing, cari makan, or cari gebetan baru bagi yang maseh jomblo ato bagi yang pengen
punya pacar lebih dari satu. Sore itu, Mista, Fadil dan Andi lebih milih bwat nongkrong
di Coffee Shop langganan mereka dulu daripada langsung pulang ke habitatnya masing-
masing. Itung-itung ngeceng dan ngelepas lelah sambil minum kopi.

         Coffee Shop langganan mereka itu terletak di jantung ibu kota Jakarta. Tempatnya
strategis dan prestis karena terletak di daerah bisnis. Selain itu, Coffee Shop ini juga udah
dikenal di seantero jagad sejak zaman rezim Suharto sebagai tempat ‘berburu’. Rama-
Rama pemburu duta, dan Shinta-Shinta penjaja cinta siap nemenin siapa aja asal harganya
cocok.

         Hilir mudik kendaraan, pedagang asongan, dan kerlap kerlip lampu jalan yang udah
mulai dinyalain menjelang malem seh udah jadi bonus yang membosankan bagi warga
Jakarta yang ingin menikmati kopi di pelataran depan. Tapi bagi warga luar Jakarta, bonus
gratis tersebut bisa jadi alat cuci mata yang paling tokcer, sekaligus cindera mulut alias
bahan cerita seru buat diceritain ke temen-temennya kalo balik ke kampung.

         “Gays.., bosen ga seh lu semua pada ngejomblo?” Andi tiba-tiba aja nyeletuk
membuka pembicaraan.

         “Yah, Ndi. Baru aja duduk. Narik napas aja belom sempet, lu udah ngomongin
masalah jomblo. Bikin bete aja neh.” Tiba-tiba bibir Mista jadi jontor kayak habis kejedot
tembok saking bete denger omongan Andi.

         “Bukannya getoh… Masalahnya bentar lagi taon baru neh.. Udah tinggal sebulan
lageh.. Lagian kan udah satu taon kita ngejomblo.” Bales Andi

         “Trus, maksud loh?” tanya Fadil cuek bebek sambil ngiderin pandangannya nyari
gebetan yang bisa dibuat cemilan.

         “Ah, pada ga seru amat seh.. Emang pada ga bosen apa sama idup yang begini-gini
aja.” Desak Andi. Maksudnya seh mau ngasih semangat… Tapi apinya kurang gede kale, jadi
yang laen adem ayem aja.

         “Ya emang yang namanya idup begini-begini aja. Kalo mau beda, pergi aja ke
neraka sono. Pasti ga gitu-gitu aja deh.” Celetuk Mista rada males.

         “Neh…, maksud aku, aku punya ide seru bwat bikin hidup kita agak berwarna dikit.”

16
Andi nyoba ngasih usul. Untung bukan ngasih bisul.

         “Kalo lu mau hidup lu berwarna mah gampang atuh. Sok, sekarang ambil cat aer,
habis itu gwe cemong-cemong deh muka lu. Beres. Jadi muka lo berwarna, dan kalo muka
lu berwarna, pasti idup lu juga baru. Soalnya orang sekeliling lu pasti pada ngliatin lu semua
kayak ngliatin topeng monyet.” Canda Mista.

         “Ah.. lu becanda aja, Mis. Aku serius, nih. Gimana kalo kita buat permainan
menjelang taon baru ini?” usul Andi sambil garuk-garuk pantat.

         “Permaenan apaan? Halma” tanya Fadil ga interest sambil ngilik-ngilik kuping. Abis
Andi ngomongnya sambil garuk-garuk pantat, gimana mau pada interest?

          “Sebulan lagi kan taon baru…” Demi membuat kedua temennya tertarik, Andi
sekarang ngomong sambil berdiri dengan gaya bak penyair lagi baca puisi. Tapi ternyata
Fadil dan Mista masih cuek bebek.

         “So, gays… Find Your Boyfriend, buat jadi temen kencan lu pas pergantian taon.”
Lama-lama Andi ngomong sambil joget sampe semua yang dateng ke Coffee Shop pada
ngliatin, dikirain ada orgil nyasar. Demi ngliat Andi ngomong sambil berjoget ria, Mista dan
Fadil kontan langsung menarik Andi supaya duduk lagi di kursinya.

         “Lu jangan kayak monyet lepas dari kandang gitu atuh. Ngerakeun wae, yeuh…”
kata Mista setengah berbisik saking malunya. Mukanya udah merah merona kayak tomat
busuk.

         “Abis lu bedua pada ga merhatiin seh.” Pelotot Andi yang hampir ngamuk.

         “Iya, iya. Sekarang kita perhatiin. Untung Satpam belom datengin lu. Ga bosen lu,
mampir lagi ke kantor polisi? Apaan barusan lu bilang? Find Your Boyfriend?” Fadil mencoba
meyakinkan kembali. Kali aja kupingnya udah rada kesumbat.

         “Iya, Find Your Boyfriend…. Buat jadi temen kencan lu pas pergantian taon nanti.“
ulang Andi lagi.

         “Ah, aya-aya wae sih elu mah. Sok gimana, jelasin lebih lanjut. Daripada lu joget
lagi. Tar kita yang repot.”

          “Jadi gini…” jelas Andi mulai bersemangat karena usahanya bwat bikin temen-
temennya merhatiin omongannya berhasil dengan sukses. “Selama sebulan ini, kita kudu
nyari someone yang bisa kita jadiin teman kencan pas pergantian taon nanti.” Jelas Andi


                                                                                           17
dengan wajah senang benderang.

        “Kalo permainan berarti ada yang menang dan ada yang kalah nih?” tanya Fadil
kayak orang bloon. Sebenernya sih doi cuma pengen nyenengin Andi doang. Daripada Andi
putus asa terus masuk Rumah Sakit Jiwa? Bisa-bisa Fadil diseret juga ke kantor polisi karena
udah bikin orang jadi stress.

        “Ya iyalaaaah…. Kalo diantara kita ada yang kalah dia pasti harus dapat hukuman.
Dan hukumanya aku serahin ke kalian berdua. Gimana? Mau pada ikutan ga?”. Tawar Andi
pada dua sahabatnya yang kini lagi liat-liatan sambil mengernyitkan dahi, persis berenyit.

        “Hmmm… kalo ada hukumannya segala seh, kayaknya boleh juga tuh. Seru.”
Gumam Mista sambil muterin kepala kaya orang lagi tripping. “Bolehlah. Tapi gimana dulu
aturan maennya?”

        “Nanti dulu dong. Fadil Gimana? Mau ikutan ga?” tanya Andi sama Fadil yang kini
ikut-ikutan muterin kepalanya, alias mikir.

        “Siplah. Kalo Mista ikut, ane juga ikut…” jawab Fadil akhirnya. Andi nyengir kaya
kuda saking seneng usulnya diterima.

        Tiba-tiba aja dateng seorang waiter buat nanyain pesenan mereka. Di dadanya
terpampang nama yang cukup jelas. ‘Dika’ namanya. Karena waiter itu waiter baru…, kontan
aja Fadil sama Mista ngliatin Dika sambil netesin liur. Habis, Dika emang lumayan manis seh.
Kayak kue tar. Enak dijilat.

        “Sore.., Mau pesen apa, mas?” tanya Dika sambil memasang senyum manis yang
selalu dibagiin gratis sama pelanggan-pelanggannya.

        “Baru ya?” Fadil bukannya jawab pertanyaan Dika, malah nanya yang laen. Ga malu
lagi kliatan ilernya udah netes.

        “Iya, mas..” Dika tetap menjaga supaya senyumnya ga ilang. “Pesen apa?”

        “Pesen baso deh, dua.” Omongan Fadil jadi ngelantur kemana-mana.

        “Heh! Bloon! Ini Coffee Shop, bukan warung baso!!!” Andi njitak pala Fadil sampe
benjol. Fadil pun langsung tersadar dari bayangannya yang udah kemana-mana. “Lagian,
iler lu lap dulu noh! Malu-maluin tanah air, lu!” sambung Andi lagi. Bukannya malah takut,
Dika malah ketawa, bikin mukanya tambah kliatan muanisss banget. Fadil hampir lupa diri
lagi. Untung suara Andi segera nyadarin doi.


18
“Kelamaan lu. Aku expresso ya, mas.” Pesen Andi, yang langsung dicatat dengan
gesit oleh Dika.

          “Gwe Black Coffee dong” sambung Mista yang diem-diem sebenernya juga ngiler
ngliat Dika. Tapi Mista lebih kekontrol. Sebelum ilernya jatoh, udah keburu diisep duluan
ma doi.

          “Lu apa, dil?!!” tanya Andi sewot.

          “Eehh…Saya pesen Hot Chocolate ya. Yang putih kayak kamu.” Sahut Fadil grogi.
Tiba-tiba aja suaranya jadi serak kayak suara kodok, tanpa sadar bahwa doi salah ngomong
lagi.

          “Woi!! Sadar Woi!! Di sini ga sedia Hot Chocolate putih, o’on!!” teriak Andi, kali ini
pas di kuping Fadil yang masih cengo ngliatin Dika.

          “Eh, maksudnya Hot Chocolate aja.” Ralat Fadil masih grogi. Dika mencatat semua
pesanan sambil senyum-senyum, bikin Fadil tambah melayang.

          “Ada pesenan lain, snack ato lainnya?” tanya Dika tetap sopan sambil terus menebar
senyum manisnya.

          ”Itu dulu deh, mas.” Jawab Andi sambil terus melototin Fadil.

          “Oke, saya ulangi ya. Satu expresso, satu black coffee dan satu Hot chocolate.
Ditunggu sebentar ya mas. Kalo ada yang ingin dipesan lagi, panggil saya saja, nama saya
Dika” tuntas Dika. Lantas dia pun pergi dari hadapan mereka betiga, meninggalkan Fadil
dan Mista yang masih pada ngiler sama ketampanan Dika.

          “Brondong… brondong…” gumam Fadil sambil terus ngeliat ke arah Dika
menghilang.

          “Husss! Mau dilanjutin ga, neh?!” Andi memotong lamunan Fadil.

          “Iye iye… ane disini. Gimana aturan maennya?” sahut Fadil cepet.

          “Tumben lu nyautnya cepet. Pengen cepet-cepet ngegaet si Dika ye?” tanya Andi
curiga.

          “Kagak…” Fadil ngelak. ”Udah buruan, gimana aturan maennya”

          “Ya udah. Jadi permainannya gini… Kita kan masih punya waktu satu bulan menuju
pergantian taon. Itu berarti waktu kita buat cari BF alias boyfriend adalah empat minggu.”

                                                                                             19
Terang Andi berusaha seterang-terangnya sampe ga nyadar kalo dia cuma ngulang kalimat
doang. Mista sama Fadil cuma ber-ham ham hem hem daang ngedengerin penjelasan
Andi.

        “Nah,” lanjut Andi lagi “Kita akan melakukan pertemuan evaluasi di minggu kedua.
So, lima belas hari kemudian, dimulai dari sekarang, kita akan mengadakan evaluasi dan
membahas langkah selanjutnya. Sampe sini ada pertanyaan ga?” gaya Andi lama-lama jadi
kayak guru matematika. Mista sama Fadil geleng-geleng semua. Muka mereka berkerut-
kerut saking seriusnya.

        “Nah, kalo di minggu kedua itu ternyata kita udah punya pasangan semua, berarti
kita harus buat kesepakatan baru.”

        “Kesepakatan naon deui?” celetuk Mista.

        “Gini, kalo di minggu kedua kita udah punya temen kencan semua, itu berarti draw.
Setelah itu kita harus segera mutusin teman kencan kita. Lalu kita lanjutin permainan kita
pake step kedua.” jelas Andi.

        “Kok tiba-tiba ada step kedua segala? Step satunya mana?” putus Mista yang
kayaknya mulai pusing dengan penjelasan Andi

        “Ini baru mau gue jelasin… Sabar dong, Mis…” Andi menenangkan. “Step pertama,
kita diharuskan nyari teman kencan di kendaraan umum sesuai alat transportasi yang kita
tumpangin setiap hari. Contohnya gwe ke kantor naik busway, brarti gwe harus nyari temen
kencan di dalem busway. Trus Fadil nyari di bus kota, dan elo brarti harus nyari di kereta api,
ta.” Jelas Andi. Fadil dan Mista manggut-manggut.

        “Step kedua, kita diharuskan nyari temen kencan lewat hobi masing-masing.
Misalnya aku hobi dugem, so aku akan cari teman kencan di diskotik. Fadil, karena suka
renang, berarti harus cari di kolam renang. Dan karena Mista suka chatting, berarti lu harus
cari temen kencan di dunia maya. Gimana? Clear lom...?” Yang laennya lagi-lagi manggut-
manggut kayak orang Jepang.

        “Clear, clear.” jawab Fadil mulai paham.

        “Trus, mengenai hukumannya gimandang?” tanya Mista.

         “Maaf menganggu, ini pesanannya” Tiba-tiba aja wajah Dika udah nongol lagi di
depan mereka betiga, sambil meletakkan cangkir atu-atu di atas meja. Kontan aja semua
lamgsung ga konsen, terutama Fadil yang udah nelenin ludah terus biar ga ngiler.

20
“Makasih ya…” kata Fadil dengan tampang semanis mungkin. Dika pun membalas
senyum Fadil dan langsung pergi setelah beres ngelakuin tugasnya.

         “Woiiii... konsen, konsen…” Andi berusaha menyadarkan temen-temennya yang
pada terpana.

        “Iye..iye… trus gimane neh?” kata Fadil segera tersadar lagi setelah baru aja
kesambit setan cakep yang namanya Dika.

        “Jadi gene.., Karena kita betiga.., so aku pengen semua nyiapin hukuman. Jadi tar
yang kalah harus njalanin ketiga hukuman itu. Gimane?” tawar Andi.

        “Tar dulu, jadi maksud lo, misalnya kalo gwe kalah, gwe harus jalanin hukuman dari
lo bedua, dan jalanin hukuman yang gwe bikin sendiri juga?” tanya Fadil memastikan.

        “Exactly white.” Kata Andi dengan sok pede pake bahasa Inggris.

        “Tar dulu, maksud lo exactly right?” inget Mista.

        “Iya, exactly tight..”

        “Right, bloon” tegur Fadil gemes. Habis andi emang suka sok-sokan pake bahasa
Inggris, tapi sering banget salah.

        “Iya, exactly right” Andi nyengir kesenengan kayak hantu yang lagi nakut-nakutin
manusia. Kalo ga inget bahwa yang ada di depan mereka adalah sohib mereka ndiri, Mista
sama Fadil pasti udah lari terbirit-birit. “So, sekarang waktunya nentuin hukuman.”

        “Waduuuh…, hukumannya dua aja dong, Ndi… Jadi misalnya kalo gwe yang kalah,
hukuman lo bedua doang yang dipake. Hukuman yang gwe bikin kagak usah…” Fadil
memasang tampang persis kucing yang lagi merayu tuannya.

        “Eit… ga usah la yaw… Tadi kan lo udah setuju buat ikutan game ini. So, pool is the
pool, n noway to turn back” Tandas Andi setandas-tandasnya.

        “Tar dulu, maksud lo Rule is the rule?” tanya Mista meyakinkan diri.

        “Iya, fool is the fool.” Jawab Andi.

        “Jauh amat sih Ndi?!!!” Rule, bloon… rule… Rule is the Rule.” Protes Fadil. Matanya
sampe mau keluar saking ngototnya.

        “Iya, pokoknya itu. Bawel amat sih lo pada. Ga mulai mulai neh tar. Ya udah
langsung aja. Kita mulai ya. Siapa duluan neh yang mau nentuin hukuman?”

                                                                                        21
“Gwe.”

          “Ok, Mis. Lu duluan. Kayaknya lo paling semangat neh, dibanding Fadil. Fadil sih
letoy…”

          “Hukuman dari gwe gini” Mista menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya
dengan semangat sampe keluar asep, persis dukun santet. “Yang kalah, dikasih bonus
‘kucing’ (cowok panggilan)”

          “Waaah… enak banget itu mah. Lo pasti udah siap-siap kalah ya, Mis?” Tuduh Fadil.

          “Belom selesei, ndut… Nah, udah gitu, doi harus buat video bokep sama tu ‘kucing’
tentunya sama hidden camera.”

          “Wah, gawat lo…” celetuk Fadil lagi.

          “Lo tenang aja, dil… Aturannya, tu video ga boleh disebar… cuman buat lucu-lucuan
kita doang… Jadi abis kita tonton bareng, langsung musnahin tu video, tanpa ampun!
Gemana?” kini giliran Mista yang nyengir kayak hantu sampe bikin sepasang muda-mudi
yang lagi mesra-mesraan di meja yang ada di depan Mista, langsung kabur demi melihat
cengiran mautnya. Fadil dan Andi manggut-manggut denger hukuman dari Mista.

          “Boleh juga tuh.” Celetuk Fadil “Tapi habis itu videonya bener-bener langsung
dibuang ya. Salah-salah tar tu video bisa bikin heboh orang seIndonesia lagi.”

          “Siiip. Itu tar jadi urusan aku.. Tenang aja dil…” Andi menenangkan kayak malaikat
yang nongol bawa payung di siang bolong. “Soal ‘kucing’ juga, biar aku yang tanggung. Ok.
Hukuman dari Mista disepakatin. Sekarang hukuman dari elo, dil.” Lanjut Andi. Sekarang
semua mata tertuju ke arah Fadil.

          “Oke! Siapa takut. Gwe juga udah nyiapin hukuman yang ga kalah dari hukumannya
Mista.” Sahut Fadil dengan pedenya. “Hukuman dari gwe adalah sebuah hukuman yang
sangat seru dan mengharu biru juga menyenangkan sebagaimana yang bisa kita temukan
di tempat-tempat hiburan yang sangat…”

          “KELAMAAN!!” teriak Mista dan Andi serempak di kuping Fadil. “Bilang aja lo belom
nemuin hukuman yang bagus. Iya kan.” Tuduh Mista dengan mata yang menyipit, bikin
mukanya kayak Andi Lau kejebur oli.

          “Kata siapa? Gwe udah nemu kok.” Otot Fadil.

          “Ya udah, buruan! Ngulur waktu aja elu mah.” Mista langsung gondok. Lehernya

22
ngembung kayak kodok.

           “Iye.., sabhar… sabhar… Orang sabhar disayang Tuhan” kata Fadil dengan gaya bak
Ustad Mansyur. Tapi mukanya langsung berubah serius demi melihat dua temennya udah
mau ngelempar cangkir kopinya masing-masing ke kepala Fadil.

           “Iya iya.., hukuman dari gwe gene…, yang kalah harus foto bugil dengan pose ala
model-model kalender bokep. Tar yang motret gwe ndiri deh, biar ga nyebar ke tangan-
tangan yang ga berwenang. Getoh. Gimane? Bagus kan ide gwe?” Fadil tersenyum lebar
tanpa nampakin giginya.

           “Biasa aja kaleeee” Mista dan Andi kompakan lagi ngeledek Fadil.

           “Nah kalo lu yang kalah tar yang moto siape?”

           “Ya siape kek.. Lu kek… lu kek. Asal jepret aja kan bisa.”

           “Ya udah. Gimana Mis? Lu setuju ga sama hukumannya Fadil?” tanya sang moderator
dengan sok tegas.

           “Ah, cuma begetoh doang mah siapa yang takut. Lanjuuut.”

           “Ok. Hukumannya Fadil disepakatin” Andi mengetok meja tiga kali sama sendok
yang diumpamain palunya pak hakim. “Brarti sekarang tinggal hukuman dari aku.” Kata Andi
sambil sedikit mendramatisir suasana, bikin Fadil dan Mista nunggu dengan deg-degan.

           “Kalo hukuman dari aku sih gampang. Yang kalah harus beli dua ekor kambing,
terus..”

           “Aaaaah… Mati deh gwe. Ga mau, ga mau!!” teriak Mista tiba-tiba.

           “Apaan sih lu? Orang aku belom beres kok udah maen ga mau ga mau aja.” Protes
Andi.

           “Ga mau, pokoknya gwe ga mau kalo yang ntu, mah.” Kata Mista heboh sendiri
kayak bebek lagi cari induknya. “Ngegituin kambing kan maksud lo?”

           “Ngegituin gimane?

           “Ngegituin… ngegituin….” Mista berusaha jelasin sambil ngeden-ngeden. Untung aja
ga mencret di celana.

           “Ngegituin, ngegituin. Yang jelas ah bahasanya. Tar salah persepsi bahaya, lagi.”
kata Andi lagi. Mista yang udah ga bisa ngejelasin pake mulut lagi, akhirnya harus jelasin

                                                                                         23
pake tangan. Doi masukin jempolnya diantara jari tengah dan jari telunjuknya sendiri, dan
mengacungkannya ke Andi.

           “Waah… Makanya, otak lo seh isinya bokep mulu. Mikirnya ga jauh dari sempak.”
Andi langsung menepuk jidat Mista setelah tau maksudnya. “Dengerin dulu yang bener pake
dua kuping lu. Ato kalo kurang, aku sumbangin neh kuping aku satu buat lu. Dasar ngeres.”
Gerutu Andi.

           “Trus apaan dong?” tanya Mista.

           “Hukuman dari aku ga pake jorok-jorokan deh. Setelah lu beli dua ekor kambing, lu
sumbangin deh tu kambing ke orang-orang kampung yang membutuhkan. Biar malem taon
baruan kita dapet berkah. Ga dosa mulu.” Tandas Andi.

           “Ooooh…, disumbangin. Dasar lu otak sumbangan.” Celetuk Mista rada malu, tapi
sempet-sempetnya ngeledekin Andi. Maksudnya seh biar doi ga malu-malu amir… Orang si
Amir aja ga malu-maluin..

           “Udah. Pada setuju ga neh sama hukuman gwe?”

           “Hukuman lu mulia amat seh… Padahal hukuman kita bedua, isinya dosa semua.”
Fadil sempet-sempetnya nyeletuk.

           “Ya biarin. Kan biar taon baru tar, dosa sama pahalanya setimpal. Gitu loh bo…”

           “Iya juga ya. Ya udah, ane setuju.” Sambut Fadil.

           “Lo gimana Mis…?

           “Ah, cuman gitu doang mah setuju ajalah. Sipil itu mah.” Mista menjentikkan
jarinya.

           “Ok, berarti.. tiga hukuman udah disepakatin. Dan aku ulangin. yang kalah harus
ngejalanin tiga hukuman itu. sampe sini clear?

           “Clear.” Mista dan Fadil jawab barengan.

           “Oke, good. Nah, sebelom aku akhirin, ada beberapa aturan permainan lagi yang
harus kita jalanin.”

           “Aduh, lieur urang yeuh. Banyak amat sih peraturannya Ndi.” Protes Mista.

           “Eit.., inget yang barusan ga? Cool is the cool, n no way to turn back.” Tegas Andi
agak sedikit lebih kejam dibanding tadi. “kalo banyak protes, tar aku joget lagi loh.” Ancam

24
Andi sambil melotot.

       “Jangan.. jangan.. sok atuh apa lagi aturannya. Tapi bukan Cool, Ndi… Rule…” ralat
Mista sambil rada ketakutan denger ancemannya Andi.

       “Eit…, jangan protes. Aku joget neh..” ancem Andi.

       “Iya ga ga. Udah cepetan lanjut.” Mista nyerah.

       “Jangan dipotong ya, omongan aku. Kalo sampe dipotong, tar kalian aku hukum
suruh ngambilin upilku yang kebetulan belom dibersihin ini, loh.” Lagi-lagi Andi ngancam.
Kali ini kayaknya ancamannya lebih kejam. Kontan aja Mista ama Fadil langsung diem beribu
bahasa. Ngeluarin suara ‘hmm’ aja nggak berani.

       “Oke, Aturannya gini,” lanjut Andi setelah ngeliat kedua sohibnya pada bungkem
semua kayak dijejelin arem-arem sepuluh biji.

       “Pertama, setiap kejadian, sekecil apapun, wajib ditulis di sebuah buku diari kecil
yang tar bakal aku bagiin satu persatu... Dan jangan lupa bwat membawanya waktu
pertemuan kita selanjutnya di minggu kedua.

       “Kedua, dilarang berkomunikasi sebelum minggu kedua kecuali ada hal yang sangat
URGENT.

       “Ketiga, diharamkan merebut pacar orang, karena itu adalah bentuk kekerasan non
fisik yang bisa menyebabkan orang berdarah-darah hatinya.”

       “Keempat, alias aturan terakhir, diharuskan membeli nomer baru selama permainan
ini berlangsung, dan setelah permainan berakhir, kita buang semua nomer tersebut.
Gemana, clear semua?” Andi mengakhiri segudang peraturannya yang bikin Fadil dan Mista
pusing dan muter kayak baling-baling. Mista dan Fadil pun ngangguk-ngangguk tanda
setuju. Tapi ga tau pada ngerti apa nggak.

       “Pas malem taon baru, kita harus kumpul di sini udah dengan pasangan masing-
masing. Habis itu kita berangkat ke Villaku yang ada di Puncak. Segala peralatan akan
aku siapin, termasuk hidden camera dan studio foto. Tapi kalo kambing, tanggung sendiri-
sendiri ya…” demikian pesen terakhir Andi.

       Setelah kesepakatan disetujui dan cangkir-cangkir udah pada kosong, mereka
bertiga pun kembali ke habitatnya masing-masing.

                                             ∞

                                                                                       25
26
Biasanya Mista, Fadil dan Andi selalu ngerumpi dulu di kantin bwat ngegosipin
berbagai hal. Mulai dari gosip terhangat selebritis, harga sembako, atasan yang galak,
karyawan baru yang cucok, sampe harga tokek yang lagi meroket. Tapi di hari pertama
ini mulut mereka kayak dibordir ama mesin jahit. Ga ada obrolan sama sekali di antara
mereka. Boro-boro ngobrol. Sapa-sapaan aja ga.. Kalo ga sengaja papasan di kantor,
mereka langsung saling melengos. Mereka bener-bener memegang teguh kesepakatan
yang udah mereka omongin kemaren.

        Tingkah mereka yang tiba-tiba jadi rada aneh ini, tentu aja mengundang pertanyaan
besar bagi orang-orang di sekitar mereka. The gosipers yang ga pernah mau ketinggalan
berita, udah pada was wes wos aja di belakang mereka betiga. Apalagi para paparazzi yang
menyebar di seluruh penjuru kantor. Tentunya mereka langsung berburu berita sampe
tuntas buat ngasih makan para gosipers yang udah pada kelaperan nyari mangsa.

        Kayak yang satu ini neh. Namanya Bu Minah. Jabatan doi di situ adalah sebagai
bu kantin ngerangkep paparazzi yang ga ngarepin honor. Buat doi, ngasih makan orang
plus ngasih bonus gosip, adalah kepuasan yang ga bisa dibayar pake duit berapa pun.
Pengabdiannya sebagai paparazzi udah ga perlu diragukan lagi. Makanya the gosipers
seneng banget nongkrong di situ. Kantin Bu Minah emang udah jadi kantor berita dan pusat
gosip seputaran kantor.

        Pagi-pagi, Bu Minah udah injit-injit semut, alias berjingkat-jingkat, ngintipin tingkah
laku tiga serangkai yang tiba-tiba pada diem-dieman itu. Yang pertama bikin curiga doi,
adalah kedatangan Mista yang ga diikutin kedua sohib kentelnya. Padahal biasanya pagi-
pagi tiga serangkai itu udah nongkrong kayak kucing garong cari ikan sotong.

        “Mis..,. tumben makannya sendirian. Yang laen pada kemana?” Dengan hati-hati,
biar ga dicurigai, Bu Minah nanya ke Mista yang lagi asik sms-an.

        “Tau.” Jawab Mista acuh tak acuh, yang langsung disambut dengan rasa penasaran
yang tambah gede di hati Bu Minah. Bu Minah langsung nyengir kuda. Tingkah laku Mista
menandakan bahwa emang ada sesuatu yang terjadi di antara mereka bertiga yang harus
dicari tau sebabnya buat disebar ke para gosipers yang ada di seantero kantor.

        “Lagi pada marahan ya?” jiwa paparazzi Bu Minah mulai ga tertahankan lagi. Tapi
doi masih ja’im, jangan sampe pertanyaannya terkesan nyelidikin banget. Tar Mista ga mau
ngasih info. Bisa gatot alias gagal total deh usahanya berburu berita.

        “Ah, ga. Lagi males aja ngegerombol kaya ikan tongkol” sahut Mista sekenanya. Bu

                                                                                            27
Minah manggut-manggut sambil ngelirik Mista dengan penuh selidik.

        Jiwa paparazzinya semakin menjadi waktu ngeliat Fadil dateng dan sama sekali
ga tegor-tegoran sama Mista. Bahkan Fadil duduk di tempat yang agak jauh dari tempat
duduk Mista. Apalagi, dugaan bahwa telah terjadi sesuatu di antara tiga sejoli itu, diperkuat
ketika Bu Minah ngliat Mista langsung melengos liat ke arah laen begitu Fadil dateng. Rasa
penasaran Bu Minah yang asalnya cuma segede rumah, langsung jadi segede gedung
bertingkat ngliat kejadian itu. Tapi demi membuat Mista dan Fadil ga curiga, Bu Minah
belagak adem ayem, ga nunjukin muka penasarannya.

        “Bu, soto ama teh botol ya. Jangan pedes” pesen Fadil sama Bu Minah.

        ”Lagi pada marahan ya, Dil? Kok jauh-jauhan?” Bu Minah memberikan pertanyaan
yang sama ke Fadil.

        “Ah, ga. Lagi males aja ngegerombol kaya goreng jengkol”, sebuah jawaban
yang hampir sama keluar dari mulut Fadil. Sama-sama berakhiran ol. Cuma kalo Mista
belakangnya ikan tongkol, ini goreng jengkol. Bu Minah langsung mengernyitkan dahi.
Otaknya mulai muter kayak komedi puter.

        “Bu, rendangnya dong ama teh botol” ga berapa lama tampang Andi udah nongol di
depan hidung Bu Minah. Kontan aja Bu Minah yang lagi sibuk muter otak mikirin ol-nya Mista
dan Fadil, kuaget setengah mati.

        “E pistol, e borgol, e be’ol, e kon..” untung aja Bu Minah udah keburu nyetop
latahnya sendiri. “Aduuuh, Ndi. Kamu ini ngaget-ngagetin aja.

        “Yee.., malah nyalahin saya. Makanya kalo kerja jangan sambil ngelamun.” Jawab
Andi sambil ngeloyor menuju meja makan. Lagi-lagi Bu Minah menemukan keanehan. Andi
juga duduknya jauh-jauhan sama dua sejolinya. Mereka sama sekali ga bertegur sapa.
Paling cuma ga sengaja ngelirik, abis itu langsung melengos.

        “Lagi pada marahan ya, Ndi?” lagi-lagi Bu Minah melontarkan pertanyaan yang
sama ke Andi sambil nganter makanan yang dipesen Andi.

        “Ga. Lagi males aja ngegerombol kaya dodol” Yups... Akhirnya Bu Minah dengan
sotoy-nya ngambil kesimpulan sementara dari investigasi singkatnya, bahwa Andi, Mista
dan Fadil lagi marahan gara-gara ‘…ol’    Setelah menyimpulkan demikian, Bu Minah pun
sibuk. Dia pun langsung nyiapin alat paparazzinya yang berupa handphone, trus langsung
motret sana motret sini dan bisik sana bisik sini. Semua yang dateng ke kantin, dibisikin

28
sama doi. Sampe kucing lewat aja ikut dibisikin.

       “Eh, trio Mista, Fadil dan Andi lagi marahan lho…”

       “Kenapa emangnya?”

       “Tau. Tapi yang pasti sih, mereka marahan gara-gara ol ol gitu deh...” Begitu kira-
kira gosip yang disebar gratis ke seluruh pengunjung yang mampir ke kantinnya.

       Kantor pun menjadi heboh. Berita menyebar cepet banget lebih cepet dari pencarian
google. Semua bisik-bisik ngomongin trio macan itu.

       “Katanya si Mista, Fadil n Andi pada marahan gara-gara ol, ya?”

       “Katanya Bu Minah seh getoh.”

       “Marahan gara-gara apa ya? Marahan gara-gara rebutan ongol-ongol?”

       “Ah, masa gara-gara rebutan ongol-ongol. Gara gara jambu bol kale.”

       “Bukan. Gara-gara bo’ol kale.” Begitulah kira-kira gosip yang dengan hangat
menyebar di kantor hari itu. Sedangkan Fadil, Mista dan Andi, pura-pura cuek bebek.
Bukannya mereka ga tau kalo mereka lagi digosipin. Justru mereka seneng. Serasa jadi
selebritis gitu loh… Lagian mereka punya prinsip, Anjing menggonggong, kafilah tetep ke
dugeman. Dan tingkah mereka yang bikin orang penasaran itu, terus berlanjut sampe
menjelang minggu kedua, kayak yang udah disepakatin.

                                            ∞




                                                                                       29
30
Hari ke-1

       Dasar si Andi, aya-aya wae. Awalnya gwe malaysia ikutan taruhan kaya model
begindang. Tapi akhirnya gwe ngerasa tertantang juga seh. Demi persahabatan gwe terima
tantangan ini. Lagian emang seh, gwe ngerasa hidup gwe gini-gini aja. Dinamikanya ga ada,
boring, bosen dan bete. Habis, di rumah juga yang diadepin itu-itu doang. Tingkah adek gwe
yang rada aneh karena suka ngobrol sama tokek, n curhatan Nyokap gwe.

       Ni hari kayaknya gwe sial deh. Masa naek kereta isinya aki-aki smuwa. Abis itu aki-
akinya pada doyan ngelirikin gwe smuwa lage. Untung aja ga pake ngelus-ngelus paha. Kalo
ga, hiiii… mending gwe kabur aja deh dari tu kereta, biarpun kudu loncat dari jendela juga.
Biar aja gwe mati kecelakaan, daripada gwe harus mati dielusin aki-aki. Hooeekss..



Hari ke-2

       Kemaren kereta isinya aki-aki smuwa, sekarang isinya pewong smuwa. Buete dah
gwe. Mana tu pewong tingkahnya sama kayak aki-aki kemaren lage. Pada ngelirikin gwe,
senyam senyum, mesam mesem… dikiranya gwe naksir kale. Ih, ga deh.



Hari ke-3

       Ga tau kenapa hari ini perasaan gwe lagi bete banget. Pikiran gwe melayang-layang
inget mantan gwe yang sekarang entah dimana en sama siapa. Hiks.. sedeh deh gwe.
Padahal barusan waktu pulang kantor ada brondong cekong nongol persis di depan idung
gwe. Untung ga gwe kira lalat. Kalo ga, udah mati kali tu anak gara-gara gwe tabok pake
jurus Tai-chi, alias jurus tai kuching. He he he… Yah, tu brondong sebenernya udah senyam
senyum sih, bo… Tau senyum ma siapa. Ga tau senyum ma gwe, ga tau senyum ‘ma nenek
grandong yang berdiri di belakang gwe, bodo amat deh, bukan urusan gwe. Pokoknya gwe
lagi ga nepsong.



Hari ke-4

       Hari ini gwe ketemu sama someone yang rada cucok, bow. Dari lobang idungnya
aja udah ketauan kalo dia gay. Karena mood gwe lagi bagus, gwe deketin aja doi pelan-
pelan sambil ngesot kayak suster ngesot. Waktu udah deket, gwe lirik-lirik ke diana. Diana


                                                                                        31
oks juga bow.., apalagi kalo diliat dari deket. Mukanya kayak Leonardo Dicaprio. Tapi ada
bopeng-bopengnya dikit, sih.. Ya, gapapalah… Nobody’s perfect gitu loh..

       Dengan segala cara dan usaha, gwe nyoba narik perhatian diana. Tapi ga sambil
joget-joget kayak Andi. Si Andi mah norak. Gwe seh pelan pelan aja narik perhatiannya,
ga frontal getoh. Gwe liatin, ehh... lama-lama dibales senyum. auw...auw... Sluuurp… rada
klasik seh emang. Tapi begitulah, boleh dibilang itu adalah teori gwe, yang ga pernah gwe
kasih tau ke lo pada. Tapi karena hari ini gwe lagi baek, gwe kasih tau deh.

       Sebenernya rumusnya gampang aja seh... Kalo kita ngelempar senyum ma orang
yang baru pertama ketemu trus dia bales ngelempar sendal itu namanya minta dihajar.
Nah, tapi kalo dibales ma senyuman lagi, --asal jangan senyuman ala kuntilanak-- itu
tandanya diana juga tertarik sama kita. Ini menurut gwe loh. Terus, kalo senyum sampe
berapa kali maseh dibales juga, itu tandanya diana minta dipepet. So, pepet langsung en
ajak ngobrol. Kalo nyambung, minta no hape-nya, sepatunya, bajunya, celananya, anunya…
dll deh. Nah, beberapa jam kemudian coba aja sms peres-peres nanya keadaanya. Abis
itu ajak jenjongan ketumbaran deh. Kalo diana mau, manfaatin itu sebagai moment bwat
ngorek tentang siapa diana. Selanjutnya terserah deh mau pada ngapain. Tapi, kita harus
percaya sama yang namanya proses, jenggong buru-buru, karena ada pepatah bilang, easy
come, easy go.

       Inget dont try this at home, kadang teori selalu berbeda dengan alam nyata, bisa
aja cocok buat gwe tapi gak cocok buat lo bedua.

       Back to gebetan gwe. Nah waktu gwe udah berada dalam jarak yang cukup deket
sama inceran gwe, gwe peres megang pundaknya deh. Maksudnya seh bwat mempertahankan
diri kalo kalo kereta yang gwe naekin ngerem mendadak. --Padahal mana ada kisahnya
kereta ngerem mendadak. Ada juga kecelakaan jadinya. Yah, maklumlah. Namanya juga
alasan bwat pedekate. Ya ga, gays..? He he he..— Nah, abis itu, pelan-pelan deh gwe
nyentuh tangannya. Ehhh, diana diem aza. Gwe tambahin sentuhan gwe di tangannya jadi
sedikit lebih agresif, eeeh… tangan dia gerak-gerak. (aseek aseek..) Begitu gwe ngelirik, eh
diana senyum. Senyumnya manis banget bo! Sumpah! Biarpun ada tai giginya dikit… Tapi
gapapalah… Lagi-lagi, nobody’s perfect gitu loh… Karena diana senyum, langsung aja gwe
remes tangannya. Ternyata dibales! Ouw...auw..! Gwe hepi bukan alang kepalang, euy!
Untung gwe bisa nahan diri supaya ga jingkrak-jingkrak di kereta. Kalo ga, mungkin gwe
udah dibuang sama penumpang kereta karena dianggap mengganggu ketertiban umum.

       Kereta brenti di Pasar Minggu. Tangan diana udah narik tangan gwe bwat ikut turun!

32
Hepi banget dong gwe.., dengan semangat empat lima, gwe ikutin ajakannya. Tapi pas mau
turun, tas gwe nyangkut ke badan orang laen, trus jatoh deh! Gondok gwe! Padahal Diana
udah keburu turun. Waaaa!!! Dengan panik karena takut ketinggalan moment, gwe buru-
buru nyari tas gwe. Tapi waktu tas gwe udah ketemu, kereta udah keburu jalan. Hiks… sedih
gwe, sedih… Usaha keras gwe harus gagal karena tas gwe jatoh. Akhirnya demi ngilangin
kesedihan gwe, gwe maen suling deh di deket pintu kereta sambil bercucuran aer mata.



Hari ke-5

       Yes! Pagi-pagi udah sempet ada yang ngasih sinyal ke gwe. Lumayan manis seh
anaknya.. Tapi begitu gwe berusaha deket, eeh... diana malah keburu turun di UI. Gigit jari
lagi dah gwe. Keseeeeel!! Tapi gapapa deh. Kalo jodoh besok pasti ketemu lagi.

       Pulang kantor di gerbong kereta api isinya lekong semua! Wihi!! Seneng banget
gwe! Sumpah! Mata gwe langsung jelalatan kemana-mana. Sampe orang di sekeliling gwe
pada nyingkir semua karena gwe pelototin. Takut kali ya? Mang mata gwe kalo melotot
serem ya? Abis lekongnya manis manis sih, bo… Sayang aja di antara sekian banyak lekong
manis itu ga ada yang sekaum sama kita. Makanya mereka pada kabur waktu gwe lirik-lirik.
Hiks… sedih.

       Waktu gwe lagi asyik-asyiknya jelalatan kayak lalat, eh tiba-tiba gwe ngeliat di
belakang gwe ada santri pake sorban dan jubah putih. Naujubilah gwe kaget banget. Saking
kagetnya gwe sampe loncat. Pala gwe sampe kejedot atap kereta api. Langsung kebayang
di otak gwe tu santri lagi melototin gwe, nasehatin gwe, nunjuk-nunjuk gwe sambil baca
ayat-ayat Al-Quran bwat ngusir setan-setan di otak gwe. WAKS!!           Rasanya   pengen
ngacir saat itu juga. Tapi kereta malah tambah penuh dan badan gwe makin terdesak,
sampe mepet banget sama tu santri. Mampus!

       Gwe bener-bener gak bisa bergerak, gays! Keringet dingin gwe udah ngucur banyak
banget. Tau kenapa gwe tegang abiz!! Badan gwe kakuuu banget kayak batang pohon. Pas
lagi tegang-tegangnya gitu, eh… keretanya ngerem. Dan secara ga sengaja, tangan gwe
nyentuh anunya alias kentinya tu santri! HUAAA!! Gwe ponik banget. Mulut gwe langsung
komat kamit, bedoa supaya tu santri ga nyeramahin gwe.        Pas gwe lagi sibuk-sibuknya
bedoa, eeeh…, kereta ngerem lageee… Dan kali ini tangan gwe nyentuh pas di kepala
anunya. Hampir aja gwe teriak. Tapi untung aja gwe masih bisa nahan diri. Gwe mematung
seribu bahasa dengan keringet dingin yang maikin banyak netes dari dahi gwe, dan mulut


                                                                                        33
yang tambah komat-kamit.

       Bukannya makin kosong, tambah lama kereta yang gwe naekin makin penuh aja.
Saking panasnya, lama-lama otak gwe jadi kerasukan setan. “Udah…, peges aja anunya…”
bisik tu setan kurang ajar di telinga gwe. Asalnya seh gwe ga mau dengerin bisikan tu setan.
Tapi karena tu setan giat banget ngebisikin gwe, lama-lama gwe kepengaruh juga. Iyalah
gapapa. Kerjain aja sekalian tu santri… Belom tentu ketemu lagi ini, batin gwe yang udah
kerasukan setan.

       Dug.. dug.. dug.. jantung gwe berdebar kenceng banget pas baru mau mulai
ngerjain tu santri. Tapi gwe nyoba tenang, dengan keringet dingin yang terus berlinang-
linang. Setelah berkali-kali ngirup nafas panjang, akhirnya dengan segala kekuatan tenaga
dalam yang gwe punya, gwe beraniin nyentuh anunya lagi dikit. Karena diana kayaknya
adem ayem aja, gwe jadi lebih nekat. Gwe pegang lagi deh. Eh, ternyata tu santri emang
BeTe alias Butuh Tentuhan (Sentuhan maksudnye…) Ternyata anunya diana lama-lama
ngecong juga, bow!! Gwe tambah deg-degan bo!!! Sumpah!! Eh, tiba-tiba keretanya ngerem
lagi. NGIK! Karena gwe ga siap pegangan, tangan gwe kali ini telak banget megang anunya!!
HWAAA!!! Ternyata diana ga pake cd, booo!!! Dan anunya ternyata gedong jugaaa…!!!
Untung aja gwe udah keburu nyampe tujuan. Jadi gwe bisa langsung kabur seribu langkah.
Daripada tu santri minta tambah Hua ha ha!! Ga la yaw! Tar dia begituan sama gwe sambil
ceramah lage!! Tidaaak!!!

                                             ∞




34
35
Hari ke-1

       Bahlul... ini namenye permainan aneh dan nyeleneh. Seumur hidup, gwe ga pernah
ngelakuin hal-hal kaya gini. Dasar emang Andi rada-rada sableng. Tapi seru seh.. Mirip
buku-buku misteri yang pernah gwe baca… (apa juga hubungannya?)

       Hari pertama ini, gwe kenalan sama esmud alias eksekutif muda. Tampangnye keren
bo.. Rapi en perlente. Yah, namanya juga esmud. Kalo pake celana rombeng mah pengamen
namenye.

       Ceritenye gene neh…,

       Waktu ntu, penumpang kan kagak begitu banyak, jadi gwe kedapetan duduk di
kursi. Tapi pertama gwe kedapetan duduk bareng nenek-nenek ganjen yang suka peres
megang-megang paha gwe buat pegangan. Untungnye ntu nenek turun duluan. Nah, kagak
lama, nongol deh tu esmud. Untung aja gwe ga ngiler. Sumpah gwe kagak bo’ong! Yah..,
sebenernya ludah gwe udah ngumpul seh… Tapi keburu gwe telen sebelom jatoh.

       Tanpa banyak ba-bi-bu, langsung aja gwe ajak dia ngobrol. Alhamdulillah ternyata
responnya ke gwe bagus. Namanya Ino, gays... Orangnya putih, bersih, dan nyambung
kalo diajak ngobrol. Waktu diana turun, gwe sampe bela-belain ikut turun, ga peduli tujuan
gwe masih jauh. Pokoknya pepet terusss… demi ngedapetin nomer telponnya. Untung
perjuangan gwe kagak sia-sia. Alhamdulilah nomor Ino si esmud itu sekarang udah di
tangan gwe. Jadi gwe ngerayain keberhasilan gwe dengan minum esklamud alias es kelapa
muda di pinggir jalan.



Hari ke-2

       Mulai bangun tidur, gwe ma Ino udah kirim-kiriman breaking news, lho bo… Jadi
acara gwe ngantri di kamar mandi tiap pagi jadi agak berwarna. Alhamdulillah gwe ma
diana cepet banget akrab. Kayak guling ama bantal. Gwe seh yakin kalo dia suka ‘ma gwe.
Bukanya ge-er lho bo.. Tapi kebacalah kalo ada orang yang suka ama kita. ‘Ner ga? Besok
kita janjian ketemuan. Cihuuuy…



Hari ke-3

       Gwe kagak nyangka Ino romantis abis! Diana pinter banget cari tempat nongkrong


36
yang gratis, bo. Kita berdua ngobrol ngalor-ngidul di atas jembatan layang sambil nonton
kemacetan jalanan. Diana beli gorengan, gwe yang beli teh botol. Diana beli rokok, gwe
yang beli apinya. Diana beli ‘kucing’, gwe yang bayarin... ehhhh, enak aja! Kalo yang satu
ntu ga la yaw… Sori sori aje. Wah pokoknya malam ini serasa Jaka sembung sama si Putung.
Gwe melambung, bung!

                          Besok kita janjian kencan lagi!!! Aseek…!! �



Hari ke-4

       Wiii..!! Ga nyangka ternyata Ino orangnya kagak gengsian. Gwe kira diana kagak
mau kalo gwe ajak makan di pinggir jalan. Tapi ternyata diana malah seneng banget tuh.
Diana nepsong banget makan pecel ayam Pak Giyam yang letaknya tepat di pinggiran jalan
besar. Diana doyan makanin ayam sampe ke tulang-tulangnya. Bahkan diana sampe nambah
dua piring, dan piring piringnya ikutan dimakan juga. Wiii… debus kaleee… Pokoknya Ino
serru banget deh bo…

       Besok malam Ino ngajak gwe nonton film!! auw...auw!!! Aseeek!!! �



Hari ke-5

       Kayak yang gwe omongin kemaren, malem ini kita janjian nonton film di bioskop.
Walaupun Ino romantis, tapi diana doyan nonton film horor lho. Padahal gwe males banget
nonton genre film satu itu. Bikin deg-degan dan jantungan.

       Tapi…, ternyata ada untungnya juga ye… nonton film horor sama gebetan… Huo
ho ho… Habis, tiap gwe terkaget-kaget karena ada adegan setan, Ino langsung ngeremes
tangan gwe sambil senyum. Habis itu lama-lama Ino narik pala gwe bwat bersandar di
pundaknya. Wihiiii!!! Aseeeek…!

       Pertamanya seh gwe deg-degan, tapi lama-lama… karena keasyikan, gwe malah
ketiduran. WAKS!! Iya, gwe ketiduran saking pundaknya enak bwat dipake tidur. Dan diana
baru bangunin gwe setelah film kelar! HWAAA!!! Perasaan gwe campur aduk, tau! Sebel,
malu, sedih. Sebel dan sedih, karena gwe kudu ketinggalan momen bersejarah. Soalnya kan
waktu itu adegannya lagi romantis bangeeeet!! Malu, karena ternyata gwe tidurnya mangap
sambil ngiler! Ga tau ngorok apa kagak. Moga-moga sih kagak. Tapi kayaknya ga mungkin.
Karena lu tau kan gays… gwe kalo tidur, dimana aja, posisi apa aja.., pasti ngorok. Iiiih!

                                                                                       37
Sebel! Sebel! Gwe udah takut banget diana jadi ilfil sama gwe. Emang seh…, diana sempet
senyum senyum… tapi diana ga ngomong apa-apa tuh. Mungkin diana ga mau bikin gwe
malu kali ye…

       Untung si Pitung nabung. Maksud gwe…, untung aja Ino ga ilfil ma gwe.. buktinya
pas gwe nawarin dia bwat nginep di kosan gwe, diana ga nolak, bo! Wihiii!! Rasanya gwe
pingin jingkrak-jingkrak sambil tereak di depan mukanya karena tawaran gwe diterima.
Tapi gwe nyadar diri kalo gwe blom sikat gigi. Jadi gwe tahan supaya ga tereak tereak di
mukanya. Tar salah-salah diana bisa pingsan karena bau mulut gwe. Pokoknya hari ini aseek
deh bo…

                                           ∞




38
39
Hari ke-1

       Wihi… kalo begini caranya kan hidup jadi lebih bersemangat. Ya ga, gays…? Bangun
tidur, ku terus mandi.. Tidak lupa menggosok gigi… Huss! Kok aku jadi nyanyi seeeh…
Pagi-pagi, baru hari pertama, aku udah papasan sama brondong SMA, bo!! Anaknya lucu
abis! Manis, tingginya seratus tujuh puluh sentian, badannya ceking, idungnya mancung,
dan tampangnya ga kalah sama brondong-brondong model majalah Aneka. Diana satu
kebangsaan sama Mista, alias dari suku sunda.

       Waktu lagi ngantri, ceritanya diana ada di sebelah aku. Trus, entah diana nguntit,
entah kebetulan, di dalem busway, kita duduk sebelahan deh. Eh, ternyata diana anaknya
supel banget. Baru aja duduk sedetik, diana udah ngajak ngobrol duluan. Mana ngobrolnya
ga ada titik komanya kayak kereta api, lage. Sebelum diana turun, diana sempet nanya dulu
nomer hape aku. Ya kukasih aja tanpa banyak omong. Kali aja diana bisa nyangkut sama
aku.

       Dasar ni brondong agresif abis. Belom juga semenit diana turun dari busway, eeeh…
diana udah sms. Diana ngajak ketemuan di halte kalideres sorenya, tempat tadi aku ama dia
ketemu. Ya udah, daripada ga ada gebetan, akhirnya sorenya sepulang kantor, aku tunggu
dia di halte kalideres. Eh, dasar brondong kurang ajar. Satu jam aku tungguin sampe pake
acara ketiduran segala, diana ga nongol-nongol juga. Ya udah aku pulang aja. Keki deh.
�



Hari ke-2

       Dasar emang jodoh ato sial, pagi ini, aku ketemu lagi sama brondong yang
kemaren. Diana minta ampun sampe nyembah-nyembah segala kayak belalang sembah
karena kemaren ga nepatin janji. Katanya seh diana kecopetan waktu pulang sekolah. En
Hapenya ikut kecopetan juga. Jadi semua nomor penting juga ikut raib, termasuk nomorku.
Habis itu, diana minta nomer aku lagi, dan ngajak janjian sore ini, di tempat yang sama
kayak kemaren.

       Sorenya waktu aku turun dari busway, tu brondong udah nunggu. Waktu liat aku
dari jauh, dia udah pasang senyum ala model kalo mau difoto. Pake kedap kedip en pasang
pose segala, lagi. Habis itu, baru aja ketemu, diana langsung minta nginep di rumah aku.
Busseet.. Katanya seh diana udah minta izin ama nyokapnya dengan alasan ada tugas
kelompok yang harus diserahin besok. Ga tau kenapa, aku kayak kehabisan kata-kata mlulu

40
kalo berhadapan ama brondong atu ini. Mungkin aku kalah agresif kali ya.. So, aku ga bisa
nolak deh.

        Setelah sampe di rumah dengan selamet, doi langsung ngajak mandi bareng!
Gubrak! Gile ni brondong. Tapi gapapalah. Aku turutin aja kemauannya. Akhirnya terjadilah
peperangan seru di kamar mandi. Ni brondong ternyata bener agresif abis, bo!! Diana yang
mulai duluan. Sumpah!! Abis itu… yaaah…, ga usah aku tulis detil kalee…

        Sesudah selesai mandi kita ngobrol di ranjang panjang lebar. Tapi ujung-ujungnya,
diana curhat tentang ekonomi keluarganya yang lagi sekarat. Wah... lama-lama kerasa
banget nih brondong ada maunya sama aku. Ditambah lagi, habis itu diana ngaku, kalo
diana itu ternyata ‘kucing’. Gubrak. Pantes aja orangnya nyosoran.

        Yaah…, dasar emang ini hari na’as gwe kali ya… Sebenernya seh aku males ngasih
duit. Ya iyalaaah…, habis gimana enggak. Orang aku ga ngalling dia. Diana yang minta
sendiri, masa aku harus bayar. Akhirnya aku janjiin bayar dia besok pagi. Daripada diana
tar akting nangis nangis, ngadu sama ortunya kalo diana diperkosa sama aku, dan ortunya
nglapor polisi trus aku ditangkep lagi? Haah… ga deh. Bukannya takut sama polisi.., tapi aku
udah bosen berurusan sama polisi. Polisinyga juga udah bosen kalee burusan sama aku…
Yaah.., you know laah.. Makanya daripada begitu, mending aku cari amannya aja.

Hari ke-3

        Pagi-pagi aku udah harus ngeluarin duit lumayan banyak buat bayar tu brondong.
Lama-lama aku jadi makin trauma neh ama brondong. Apalagi abis kejadian semalem.
Abis brondong tuh masih seneng berpetualang seh… Coba sana, coba sini… emangnya kita
kue tar dicoba-coba..? Ih. Abis itu, di depan kita seh ngomong cinta mati, tapi di belakang
kita, diana ngibarin bendera “The Jomblo Gays”. Lagian kebanyakan pada matre. Cape deh
urusan sama brondong….

        Untungnya aku ketemu sama legan alias lekong ganteng. Matanya bagai danau..,
bibirnya merah bagai darah.., dan giginya seruncing gigi anjing (drakula kalee...). Awalnya
kita udah liat-liatan. Tapi aku yang punya inisiatif deketin dia duluan. Karena diana udah
ngebales pandangan aku, langsung aja aku to the point peres ngedeketin tanganku ke
tangan dia. Eh, ternyata diana diem aja tuh. Baru aja aku mau mulai lebih agresif, eh.. diana
ga sengaja garuk kepala. Dan saat itu juga aku liat ada cincin terpasang di jari manisnya...
Gubrak. Aku langsung manyun n diem seribu bahasa.

        Aku percaya sama hukum karma. Kalo kita nyakitin orang, kita pasti disakitin. Kalo

                                                                                          41
kita ninggalin, kita pasti bakal ditinggalin. N kalo kita nyeleweng, kita pasti diselewengin.
Makanya aku punya prinsip dalam diri aku bahwa aku ga akan meong sama yang berbau
punya orang. Daripada suatu saat aku yang digituin… Ih, amit-amit deh.



Hari ke-4

          Wiii…, hari ini aku dapat kenalan yang tampangnya mirip Dimas Seto. Namanya
Angga Kurniawan Setya Wastawan nan Rupawan. Ga tau kenapa diana ngasih nama lengkap
selengkap-lengkapnya. Untung ga ditambahin: ‘Jemuran Kudisan Kejebur Selokan’. Hihi..
Kayaknya diana bangga banget gitu deh sama namanya. Padahal mukanya seh ga rupawan
rupawan amat. Tapi, diana itu tipikal aku banget. Sederhana dan berpenampilan apa
adanya.

          Pertama ketemu jantungku deg-degan banget. Di tangannya udah ada gelang warna
pelangi, maskot lambang gay seluruh dunia, yang menjelaskan tentang begitu beragamnya
warna dan pluralisme, termasuk pilihan orientasi seksual yang berbeda-beda. --jangan pada
nanya tentang sejarah kenapa warna pelangi dipakai untuk lambang gay, ya. kepanjangan
tar jelasinnya. Cari di Google aja. Tar catetan aku malah kaya bahan skripsi, lagee.--

          Karena diana tipikal aku banget, terang aja dengan semangat empat lima aku
langsung nyosor deketin diana.. Eh..eh.. ternyata diana juga nyosoran. Tanpa banyak
curigation, langsung aja aku ajak dia ke rumah. Eh, di perjalanan diana malah minta
ijin nginep. Terang aja aku sambut diana dengan senang hati dan lapang dada selapang
lapangan bola yang ada di depan rumah aku.

          Eh, sampe di rumah ternyata lampu mati. Mungkin Pe eL eN tau kali yee…, kalo
aku mau kencan… Huo ho ho.. Jadi suasananya romantis abis. Kita candle light dinneran…,
ngobrol panjang dengan cuma diterangi cahaya lilin…, sampe akhirnya ketiduran deh.
Wihi…..



Hari ke-5

          Malam ini Angga main lagi ke rumah, bo… Diana keliatan seger banget biarpun baru
pulang dari kantor. Ga tau mata aku yang udah agak rusak, ga tau diana yang emang udah
siap-siap mau kencan sama aku. Jadi diana dandan dulu sebelum ketemu aku. Whatover..,
yang penting diana kliatan cakep abis.

42
Malam itu kita banyak ngobrol di ranjang, dan akhirnya tangan pada ngegerayang
sampe kita pada kayang... Eh, waktu udah mau melayang, ternyata WaKS! Badan diana
penuh panu. GUBRAK. Terang aja aku langsung ilfil dan ga nepsong lagi. Muka Angga juga
langsung berubah demi ngliat aku ilfil. Tampangnya jadi rada sedih gitu deh. Aku jadi ga
tega ngliatnya. Tapi gemana… udah terlanjur ilfil seh… Akhirnya malem itu, kita tidur diem-
dieman sambil belakang-belakangan kayak suami istri lagi marahan.



Hari ke-6

         Pagi-pagi banget Angga udah pamit pulang. Trus waktu berangkat ke kantor, aku
ketemu sama seorang gadun yang mukanya wise banget. Tu gadun cakep deh bo…, Matanya
teduh kaya mata Richard Gere! Beneran! Yaah, rada meleset dikit laaah… Rambutnya yang
udah bihunan alias ubanan, nambah seksi penampilannya. Tapi aku belom sempet ngapa-
ngapain. Deketin aja ga bisa. Abis buswaynya lagi penuh seh bo… Hiks.. padahal aku naksir
berat.

         Sore harinya bukannya aku yang jalanin misi, malah ada orang yang ngelancarin
aksi. Nekat banget lagi orangnya. Pertama diana megang celana aku. Karena aku diem
aja, diana tambah nekat. Diana ngegeserin badannya supaya bisa lebih mepet ke aku. Abis
itu, diana nempelin tanganya ke celana aku. Awalnya aku nikmatin aja. Tapi lama-lama
tanganya malah ngegerayang lebih keras kayak mau ngelecong kenti aku. HIII..!! Seyeeem.
Untung busway berenti. Aku langsung berdiri dan berniat ambil langkah seribu. Tapi, CIIIT!
langsung aku rem langkah aku karena gadun tadi pagi tiba-tiba aja nongol di depan mata
aku. Wihiiii!! Aseeek… Kali ini aku ga mau lagi kehilangan momen. Waktu busway yang aku
naekin ngerem, aku sengaja jatohin badan aku ke badannya diana. Biar kayak di film-film...
Hue he he... N ternyata... tu gadun nyambut, bo!! Diana ngliatin aku sambil ngeremes
tangan aku pelan. Sek Aseeek… Romantis banget bo.., kalo di film, adegan kayak gitu pasti
dibikin slow motion. Coba kalo ada remote, aku slow motion juga adegan barusan.

         Emang seh…, belom ada kata-kata di antara kita. Ciee… Tapi masing-masing udah
nangkep sinyal. Langsung aja aku bisik-bisik ke diana minta nomer HaPe. Eeeh.., diana
bales bisikin aku, ngajak aku tidur di apartemennya. Ihik! Aseeek! So sweet bangeeet deh
pokoknya,

                                            ∞



                                                                                        43
44
Gara-gara Bu Minah, semua orang di kantor jadi sibuk nyari -–ol yang nyebabin
Mista, Andi dan Fadil ga sapa-sapaan. Lama-lama, --olnya trio kempit ini pun jadi trend baru
di kalangan orang sekantor. Semua demen ngobrol pake akhiran ol di belakangnya.

        “Eh, mau kemanol, lu?”

        “Mau ke toiletol. Mau ikutol lu?”

        “Ih, sori aja ya, ol. Gwe masih banyak kerjolan (kerjaan maksudnye…) neh.”

        Gitu deh kira-kira. -–olnya Mista, Fadil en Andi, bahkan udah jadi bahasa baru orang
sekantor.

        Sementara itu, Mista Andi dan Fadil pada ga nyadar kenapa temen-temen
sekantornya pada ber-ol ol ria. Mereka cuma bertanya-tanya aja dalam hati kenapa tiba-tiba
orang sekantor jadi kena virus baru. Tapi karena mereka betiga lagi pada asik sama misi,
mereka cuek aja, ga mau tau dan ga mau ikut-ikutan trend. Mereka asyik dengan dunianya
sendiri, karena mereka semakin mendekati target yang udah disepakatin.



MISTA

        Cowok yang bertampang mahasiswa yang sempet ngasih sinyal ke Mista pas hari
kelima ternyata emang bukan jodohnya. Nyatanya Mista ga pernah lagi ketemu sama doi.
Untung jodohnya juga bukan santri yang doi kerjain. Mista juga ga pernah berharap ketemu
ketemu lagi sama tu santri. Amit-amit deeeeh… Bisa mampus doi kalo sampe ketemu lagi.
Jangan-jangan bisa giliran Mista yang ganti dikerjain. Hua ha ha… Mending Mista ngabur aja
begitu liat idung tu orang.

        Untungnya di hari ketujuh, Mista ketemu gadun bule yang namanya Hubert. Hubert
berusia 50 tahun dan bekerja di perusahaan export import mebel. Kayaknya seh Mista cocok
banget sama Hubert. Baru hari pertama aja mereka udah nempel kayak kembar siam.
Dan semenjak kenal Hubert, Mista jadi jarang pulang ke rumahnya di Bogor bwat nengok
Nyokap, Tika dan tokek budeknya. Soalnya doi ditawarin tinggal bareng di apartemen
Hubert yang letaknya di depan stasiun.

FADIL

        Ino yang diincernya ternyata cuma seminggu di Jakarta. Rupanya doi cuma training
doang di Jakarta. So, abis training, doi kudu pulang ke kotanya di Makasar. Akhirnya di hari


                                                                                         45
keenam Fadil manyun suranyun dan berlinangan aer mata. Abis doi udah demen banget
sama Ino. Lagian, waktu Ino kudu pulang, hubungan mereka lagi romantis banget. Mereka
mesra-mesraan semaleman sambil ngobrol panjang lebar. Ga taunya besoknya Ino pamit.
Huwaaa!!! Fadil pun sedih bukan alang kepalang sambil jeduk-jedukin palanya di tiang terus
makan bacang.

        Untungnya di hari ketujuh Fadil udah dapetin temen kencan lagi bwat ngobatin sakit
hatinya sama Ino. Fadil kenalan sama yang namanya Rizky. Doi seh ngakunya mahasiswa
semester tiga di salah satu Universitas swasta di Jakarta, ga tau Universitas apa. Tapi Fadil
masa bodo. Mau Rizky mahasiswa Universitas Atmajaya kek, Trijaya kek, Kopaja kek, yang
penting doi udah ndapetin seseorang yang bisa diajak kencan di akhir minggu kedua.



ANDI

        Inget gadun romantis yang bikin Andi kesemsem dan langsung ngajak Andi ke
apartemennya itu kan? Ternyata di hari ketujuh, gadun yang dia impiin itu cuma tinggal
cerita. Pasalnya, waktu Andi diajak ke apartemennya, ternyata disana udah ada brondong
yang nungguin. Trus, gadun itu ngajak Andi suma bwat diajak three some... WAKS! Terang aja
Andi ngabur langsung sambil tereak tereak keluar dari tu apartemen. Untung doi ga dikejar
sama Satpam dan ga dikejar tu gadun, trus diperkosa. Kalo ga, WAAA! Tidaaaaak!!!

        Setelah Andi melarikan diri dari apartemen dan menyusuri jembatan sambil
menerawang putus asa, memandang langit sambil makan kunyit saking stressnya, eh, doi
ketemu sama esmud. Eh, ga tau esmud ga tau bukan ding. Gayanya sih mirip esmud, tapi
bisa aja ternyata tukang cabud rumpud. Namanya Yudo. Doi klimis dan manis. Kata Andi
she… bwat ukuran cowok, Yudo tu sempurna. Tapi matanya Andi kan suka kelilipan sepatu…
Tapi yang jelas, yang paling bikin Andi tambah kesemsem sama Yudo, karena Yudo rajin
shalat, biarpun shalatnya berantakan. Shalat dzuhur jadi dua rakaat, shalat ashar tiga
rakaat, eh, shalat shubuh malah empat rakaat. Trus baca Al-Qur’annya kebalik, lagi. Waktu
Andi nanya, katanya Yudo menganut aliran Islam baru. Waduh. Ga tau deh. Andi ga peduli.
Yang penting doi udah dapet temen kencan.

                                             ∞
Game is-over
Kayak yang udah disepakatin, minggu kedua mereka kudu ketemuan di Coffee Shop
biasa. Fadil sama Mista, udah duluan nongolin batang idungnya. Tapi mereka ga ngobrol
satu sama lain. Mereka nungguin Andi bwat ngasih tanda bisu-bisuan mereka udah selesai.
Tapi yang ditungguin ga nongol nongol juga. Ya udah, iseng-iseng Fadil cuap-cuap sama
HaPenya, sedang Mista asik bersms ria sama Hubert.

        Ga lama muncul deh Andi sang ketua sekte. Karena bisu-bisuannya belom dinyatakan
berakhir, terang aja Fadil dan Mista cuek bebek biarpun Andi udah nongol di depan mata
mereka. Mereka tetep aja asik dengan kegiatan masing-masing. Andi yang asalnya udah
siap-siap pasang senyum manis, langsung bete liat kelakuan temen-temennya. Hampir lima
menit Andi ngebiarin dua sohibnya sibuk dengan diri sendiri. Menit berikutnya Andi mulai
ngerasa ga di hargai, makin ga di hargai, makin murah harganya, makin rendah, (lama-lama
kayak lagi lelangan..) sampe akhirnya Andi naik pohon. (naik pitam maksudnye...) Lalu…,

        “BRAK!! N” Andi langsung berdiri sambil ngegebrak meja dengan keras. Sebenernya
tangannya sakit banget seh… Tapi demi harga dirinya yang setinggi langit, doi kepaksa
nahan sakit. Terang aja semua orang yang ada di Coffee Shop ngliatin Andi termasuk Mista
dan Fadil yang seketika langsung menghentikan kegiatannya.

        “Aku ga terima diperlakukan kayak gini! Masa aku dateng kalian semua cuek aja
kayak ikan cue?!! Hargain aku sedikit bisa ga seeeh…?!” Andi tereak tereak kayak orang gila.
Sebelum Satpam nongol, Mista dan Fadil yang udah hapal sama kelakuan Andi yang kadang
suka aneh itu, langsung nenangin temennya sambil nyuruh duduk.

        “Sori…sori… kan kita lagi bisu-bisuan…” Fadil mencoba menenangkan.

        “Kalo udah sampe sini bisu-bisuannya udah selesai dong, gaaayss….” Kata Andi
sambil setengah teriak, setengah ngeden. Untung ga mencret.

        “Idddiiih… mana gwe tau, Ndi. Orang barusan gwe sama Fadil aja masih diem-
dieman, ga ngomong sepatah kata pun. Kan kita nunggu elo buat ngasih tanda bahwa bisu-
bisuan kita selesai. Getoh! Elu mah, darting (darah tinggi) mulu seh…” jelas Mista sambil
ngayem-ayemin atinya sendiri.

         “Ya udah, sekarang bisu-bisuannya selesai.” Andi menutup kesepakatan mereka
dengan mengetok meja tiga kali kayak di persidangan.

        “Selamat sore... pada serius amat. Kemana aja kok baru pada keliatan?” Ga lama,
waiter yang dua minggu lalu udah bikin Fadil jungkir balik plus ngiler ngiler, nongol di depan
mereka. “Mau ngorder apa, mas?” tanya Dika dengan ramahnya. Ga usah diceritain deh
48
gimana tingkah lakunya Fadil Cs. Yang pasti hampir sama kayak dua minggu yang lalu deh.
Singkat cerita, waktu semua makanan yang dipesan udah terkumpul, Dika pun melenggang
meninggalkan trio ketek itu.

        “Gimana? Kalian udah pada dapet teman kencan untuk malam pergantian
tahun nanti, blom?“ seperti biasa Andi sebagai moderator dan ketua jurusan membuka
pembicaraan lebih dulu.

        “Udah dong…” jawab Fadil dengan songongnya.

        “Biasa aja kaleee… Gwe juga udah gitu lohh..” ledek Mista sambil majuin bibir
bawahnya ke arah Fadil.

        “Aku juga udah. Brarti kita seri.” Kata Andi. “Nah, kalo gitu, sesuai dengan peraturan
kemaren, sekarang saatnya kita pake step kedua. Putusin temen kencan lo, dan kita cari lagi
hingga menjelang taon baru. Yang ga dapet, brarti kena hukuman. Gimana?” Wajah Mista
dan Fadil yang barusan masih berseri-seri, langsung kusem kayak baju yang udah ga dicuci
sebulan.

        “Tapi gwe udah terlanjur sayang..”, jawab Mista, yang segera disambung dengan
anggukan dari Fadil. Tampang mereka semua jadi ketarik kebawah.”

        “Eit, ga ada manyun manyunan ya, gays.. Tool is the tool”

        “Rule kale, boo…” inget Mista dan Fadil.

        “Iya…, pokoknya itu.” Andi ga mau disalahin. Masa ketua disalahin… Mau dikemanain
harga dirinya yang setinggi langit itu.

        “Brarti…” lanjutnya “mulai besok kita kudu ngelanjutin step kedua. Setelah
mutusin temen kencan kita masing-masing, kita kudu nyari temen kencan sesuai hobi
masing-masing. Gwe cari di diskotik karena gwe doyan dugem, Fadil cari di swimming pool
karena doyan berenang, dan Mista nyari di dunia maya. Oks?” tandas Andi berusaha bwat
bertampang kejam. Fadil dan Mista lagi-lagi cuma manggut-manggut doang.

           “Sip... gitu dong... o iya pada bawa buku kecil kan?” Mista dan Fadil manggut-
manggut lagi dengan loyo. “Ya udah, sekarang kita saling tuker, yuk. Biar tau pengalaman
masing-masing. Tapi ga boleh dibawa pulang, ya. Dan besok, kita mulai step kita yang
kedua. Ok?” Lagi-lagi Mista dan Fadil manggut manggut. Dan tanpa kata-kata sepatah pun,
mereka pun bertukar buku diary.


                                                                                           49
50
Hari ke-16

          Di kantor pagi-pagi buta blom ada siapa-siapa. Ya iyalaah sapa yang mau ngantor
subuh-subuh, kecuali satpam jaga malem. Maksudnya, pagi-pagi di kantor, Mista, Fadil dan
Andi kliatan linglung. Muka mereka pada merah, bibir pecah-pecah, dan susah buang air
besar (gejala panas dalem, kaleee). Saking linglungnya, Fadil yang tadinya mau ke westlife
alias WeCe, malah ngelamun di kantin. Sebaliknya, Mista       yang mau ke kantin, malah
ke toilet numpang ngaca. Andi yang mau motocopy dokumen, malah keluar kantor beli
gorengan.

          Untuk membunuh rasa cinta emang gampang-gampang susah, kayak kutil nempel
di mata kaki. Karena semua yang akan dilakukan ada hubungannya dengan perasaan. Kalo
udah berhubungan sama perasaan, urusannya bisa panjang. Berbagai kasus bunuh diri dan
pembunuhan yang ditayangin di TiPi juga ga sedikit yang berurusan dengan perasaan. Ada
yang bunuh pacarnya ndiri, ada yang bunuh diri dengan berbagai cara, mulai dari nyilet nadi,
gantung diri, nenggak obat sipilis, sampe terjun bebas. Belom lagi kalo PDI alias Persatuan
Dukun Indonesia udah turut campur. Gawat deh. Untungnya Mista, Fadil dan Andi ga sampe
segitunya. Paling linglung doang. Mereka bingung gimana cara yang tepat bwat mutusin
temen kencan mereka. Jangan sampe mereka yang bunuh diri gara-gara diputusin.



Hari ke-16, Pukul 18:30 WIB

          Mista sampe di apartemennya Hubert yang keitung mewah, bwat ukuran Mista yang
cuma punya rumah sederhana di Bogor sana. Waktu Mista buka pintu, ruangan itu masih
gelap lap. Blom ada sapa-sapa. Rupanya Hubert blom pulang.

          Sebenernya Mista berat banget mutusin Hubert. Ya iyalaaah... jarang banget gitu
loh, doi punya kesempatan tinggal di apartemen mewah. Blom lagi Hubert orangnya baik
dan perhatian banget sama Mista. Apa aja dikasih, deh. Mista mau makan dikasih, mau
rokok dikasih, mau laptop dikasih. Malah Mista pernah dikasih ayam idup lima puluh ekor!
Untung di kampungnya banyak orang yang mebutuhkan. Tapi tetep aja Mista bingung
ditanya-tanyain Nyokapnya tentang asal usul tu ayam. Makanya Mista berat banget deh
ninggalin Hubert.. Walaupun bagi Mista, Hubert lebih kayak pengganti Bokapnya yang udah
ga ada.

          “Krek...jeklek”. terdengar suara pintu dibuka. Ga lama keliatan batang hidungnya
Hubert yang segede burung betet. Hubert membawa keresek putih dari supermarket.

                                                                                         51
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over
Game is-over

Recomendados

HaPPy16rd por
HaPPy16rdHaPPy16rd
HaPPy16rdKim Teahyong
1.9K visualizações89 slides
Cerpe por
CerpeCerpe
CerpeBernadette Chymbolont
530 visualizações5 slides
Sakura in my heart por
Sakura in my heartSakura in my heart
Sakura in my heartAprilia Fadilla
164 visualizações4 slides
Post 1 por
Post 1Post 1
Post 1Diah Pramesthi Ningrum
546 visualizações8 slides
Sekelumit kisah di balik program desaku menanti por
Sekelumit kisah di balik program desaku menantiSekelumit kisah di balik program desaku menanti
Sekelumit kisah di balik program desaku menantiArif Rohman Pembangun
457 visualizações9 slides
Parabola - Cerpen kewirausahaan por
Parabola - Cerpen kewirausahaanParabola - Cerpen kewirausahaan
Parabola - Cerpen kewirausahaanResma Puspitasari
1.7K visualizações6 slides

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Anak ikan yang suka menipu por
Anak ikan yang suka menipuAnak ikan yang suka menipu
Anak ikan yang suka menipuTan Pei Lian
2.8K visualizações7 slides
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosa por
Ketika mas gagah pergi   helvy tiana rosaKetika mas gagah pergi   helvy tiana rosa
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosatengkiu
567 visualizações11 slides
Skrip cerita tahap 11 por
Skrip cerita tahap 11Skrip cerita tahap 11
Skrip cerita tahap 11zahorien
37.3K visualizações4 slides
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup) por
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)Izhan Nassuha
6.6K visualizações191 slides
Karena aku mencintai manusia setengah dewa onessfee.blogspot.com por
Karena aku mencintai manusia setengah dewa onessfee.blogspot.comKarena aku mencintai manusia setengah dewa onessfee.blogspot.com
Karena aku mencintai manusia setengah dewa onessfee.blogspot.comonessfee
4K visualizações202 slides
Cinta brontosauruscdfhgjgj por
Cinta brontosauruscdfhgjgjCinta brontosauruscdfhgjgj
Cinta brontosauruscdfhgjgjelannn1
775 visualizações6 slides

Mais procurados(20)

Anak ikan yang suka menipu por Tan Pei Lian
Anak ikan yang suka menipuAnak ikan yang suka menipu
Anak ikan yang suka menipu
Tan Pei Lian2.8K visualizações
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosa por tengkiu
Ketika mas gagah pergi   helvy tiana rosaKetika mas gagah pergi   helvy tiana rosa
Ketika mas gagah pergi helvy tiana rosa
tengkiu567 visualizações
Skrip cerita tahap 11 por zahorien
Skrip cerita tahap 11Skrip cerita tahap 11
Skrip cerita tahap 11
zahorien37.3K visualizações
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup) por Izhan Nassuha
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
Ebook learning for life (Cerita inspiratif pembangun motivasi hidup)
Izhan Nassuha6.6K visualizações
Karena aku mencintai manusia setengah dewa onessfee.blogspot.com por onessfee
Karena aku mencintai manusia setengah dewa onessfee.blogspot.comKarena aku mencintai manusia setengah dewa onessfee.blogspot.com
Karena aku mencintai manusia setengah dewa onessfee.blogspot.com
onessfee4K visualizações
Cinta brontosauruscdfhgjgj por elannn1
Cinta brontosauruscdfhgjgjCinta brontosauruscdfhgjgj
Cinta brontosauruscdfhgjgj
elannn1775 visualizações
Si tanggang por Sophia Matthew
Si tanggangSi tanggang
Si tanggang
Sophia Matthew4.2K visualizações
Tentang aku por Hermansu Herman
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
Hermansu Herman763 visualizações
Cerita pendek por Lancer Axe
Cerita pendekCerita pendek
Cerita pendek
Lancer Axe8.6K visualizações
Sebatang pen por Rosli MOhd Zaman
Sebatang penSebatang pen
Sebatang pen
Rosli MOhd Zaman363 visualizações
Seorang ibu menunggu (an. ismanto) por Arvinoor Siregar SH MH
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Arvinoor Siregar SH MH783 visualizações
Cinta dan tahajud terakhir por Rio Soeqer
Cinta dan tahajud terakhirCinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhir
Rio Soeqer1.6K visualizações
Ceritaku por sandhy_cs
CeritakuCeritaku
Ceritaku
sandhy_cs398 visualizações
Anak gajah terjatuh ke dalam lubang por Nor Zura
Anak gajah terjatuh ke dalam lubangAnak gajah terjatuh ke dalam lubang
Anak gajah terjatuh ke dalam lubang
Nor Zura594 visualizações
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015 por Fajar Sany
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Fajar Sany9.6K visualizações
Ketika mas gagah pergi por yoza fitriadi
Ketika mas gagah pergiKetika mas gagah pergi
Ketika mas gagah pergi
yoza fitriadi598 visualizações
Cerita kanak-kanak por Sabrina Eyna
Cerita kanak-kanakCerita kanak-kanak
Cerita kanak-kanak
Sabrina Eyna15.8K visualizações
Cerpen d hikayat por Aura Net
Cerpen d hikayatCerpen d hikayat
Cerpen d hikayat
Aura Net2.5K visualizações
Cerpen por Satria
CerpenCerpen
Cerpen
Satria 901 visualizações

Destaque

Introduction to open innovation and understanding the concept of openness por
Introduction to open innovation and understanding the concept of opennessIntroduction to open innovation and understanding the concept of openness
Introduction to open innovation and understanding the concept of opennessSaravanan A
612 visualizações33 slides
Jini new technology for a networked world por
Jini new technology for a networked worldJini new technology for a networked world
Jini new technology for a networked worldSajan Sahu
640 visualizações13 slides
Equity Aids the Vigilant: The Supreme Court’s Montanile Decision And Its Less... por
Equity Aids the Vigilant: The Supreme Court’s Montanile Decision And Its Less...Equity Aids the Vigilant: The Supreme Court’s Montanile Decision And Its Less...
Equity Aids the Vigilant: The Supreme Court’s Montanile Decision And Its Less...Paul Hastings
748 visualizações4 slides
4-31 NTC Information Sheet SEP 2012 por
4-31 NTC Information Sheet SEP 20124-31 NTC Information Sheet SEP 2012
4-31 NTC Information Sheet SEP 2012Tracey Jones
672 visualizações2 slides
Cig tm future por
Cig tm futureCig tm future
Cig tm futureThomas Meehan
794 visualizações8 slides
Peterson 1klass2 por
Peterson 1klass2Peterson 1klass2
Peterson 1klass2qwasar1
390 visualizações70 slides

Destaque(19)

Introduction to open innovation and understanding the concept of openness por Saravanan A
Introduction to open innovation and understanding the concept of opennessIntroduction to open innovation and understanding the concept of openness
Introduction to open innovation and understanding the concept of openness
Saravanan A612 visualizações
Jini new technology for a networked world por Sajan Sahu
Jini new technology for a networked worldJini new technology for a networked world
Jini new technology for a networked world
Sajan Sahu640 visualizações
Equity Aids the Vigilant: The Supreme Court’s Montanile Decision And Its Less... por Paul Hastings
Equity Aids the Vigilant: The Supreme Court’s Montanile Decision And Its Less...Equity Aids the Vigilant: The Supreme Court’s Montanile Decision And Its Less...
Equity Aids the Vigilant: The Supreme Court’s Montanile Decision And Its Less...
Paul Hastings748 visualizações
4-31 NTC Information Sheet SEP 2012 por Tracey Jones
4-31 NTC Information Sheet SEP 20124-31 NTC Information Sheet SEP 2012
4-31 NTC Information Sheet SEP 2012
Tracey Jones672 visualizações
Cig tm future por Thomas Meehan
Cig tm futureCig tm future
Cig tm future
Thomas Meehan794 visualizações
Peterson 1klass2 por qwasar1
Peterson 1klass2Peterson 1klass2
Peterson 1klass2
qwasar1390 visualizações
Cir 38 2014 por Remona Divekar
Cir  38 2014Cir  38 2014
Cir 38 2014
Remona Divekar1.2K visualizações
205180 cm with jde por p6academy
205180 cm with jde205180 cm with jde
205180 cm with jde
p6academy594 visualizações
DDisability moodboard and representation por samwallace16
DDisability moodboard and representationDDisability moodboard and representation
DDisability moodboard and representation
samwallace16377 visualizações
CAMPUSMATE por Niyas Ahamed
CAMPUSMATECAMPUSMATE
CAMPUSMATE
Niyas Ahamed341 visualizações
Academic Word List - Sublist 3 por Pham Duc
Academic Word List - Sublist 3Academic Word List - Sublist 3
Academic Word List - Sublist 3
Pham Duc893 visualizações
Proposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian por Renny Lidya
Proposal program kreativitas mahasiswa- PenelitianProposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
Proposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
Renny Lidya2.5K visualizações
Cisco 3900 and cisco 2900 series routers por 3Anetwork com
Cisco 3900 and cisco 2900 series routersCisco 3900 and cisco 2900 series routers
Cisco 3900 and cisco 2900 series routers
3Anetwork com4.8K visualizações
Horizons Beyond Dreams Business Plan por phillipcfrankis
Horizons Beyond Dreams Business PlanHorizons Beyond Dreams Business Plan
Horizons Beyond Dreams Business Plan
phillipcfrankis645 visualizações
Covestro y Ercros. tarragona por oblanca
Covestro y Ercros. tarragonaCovestro y Ercros. tarragona
Covestro y Ercros. tarragona
oblanca452 visualizações
Traditional machining por Nur Amirullah
Traditional machiningTraditional machining
Traditional machining
Nur Amirullah7.3K visualizações
Challenging themes: radio English for learners and teachers por Paul Woods
Challenging themes: radio English for learners and teachersChallenging themes: radio English for learners and teachers
Challenging themes: radio English for learners and teachers
Paul Woods549 visualizações
Đề thi thử Đại học lần 1 năm 2016 THPT Bỉm Sơn Thanh Hóa por schoolantoreecom
Đề thi thử Đại học lần 1 năm 2016 THPT Bỉm Sơn Thanh HóaĐề thi thử Đại học lần 1 năm 2016 THPT Bỉm Sơn Thanh Hóa
Đề thi thử Đại học lần 1 năm 2016 THPT Bỉm Sơn Thanh Hóa
schoolantoreecom526 visualizações
Ccc 1314 por Pep Ribalta
Ccc 1314Ccc 1314
Ccc 1314
Pep Ribalta642 visualizações

Similar a Game is-over

TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docx por
TARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docxTARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docx
TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docxLeonardusSuhardiwan2
15 visualizações66 slides
TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docx por
TARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docxTARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docx
TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docxLeonardusSuhardiwan2
2 visualizações66 slides
Jakarta undercover 2 por
Jakarta undercover 2Jakarta undercover 2
Jakarta undercover 2Sherry James
1.4K visualizações218 slides
Jakarta undercover-2 por
Jakarta undercover-2Jakarta undercover-2
Jakarta undercover-2muhammad tarmizi
436 visualizações218 slides
Kecil kecil keren por
Kecil kecil kerenKecil kecil keren
Kecil kecil kerenLifia Marza
4.2K visualizações36 slides
Harta Benda Awam por
Harta Benda AwamHarta Benda Awam
Harta Benda AwamBiani Mawal
496 visualizações3 slides

Similar a Game is-over(20)

TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docx por LeonardusSuhardiwan2
TARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docxTARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docx
TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docx
LeonardusSuhardiwan215 visualizações
TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docx por LeonardusSuhardiwan2
TARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docxTARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docx
TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docx
LeonardusSuhardiwan22 visualizações
Jakarta undercover 2 por Sherry James
Jakarta undercover 2Jakarta undercover 2
Jakarta undercover 2
Sherry James1.4K visualizações
Jakarta undercover-2 por muhammad tarmizi
Jakarta undercover-2Jakarta undercover-2
Jakarta undercover-2
muhammad tarmizi436 visualizações
Kecil kecil keren por Lifia Marza
Kecil kecil kerenKecil kecil keren
Kecil kecil keren
Lifia Marza4.2K visualizações
Harta Benda Awam por Biani Mawal
Harta Benda AwamHarta Benda Awam
Harta Benda Awam
Biani Mawal496 visualizações
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia por Ghina Siti Ramadhanty
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
Ghina Siti Ramadhanty22.8K visualizações
Tapaleuk por gueste9ecfb
TapaleukTapaleuk
Tapaleuk
gueste9ecfb1.2K visualizações
Tapaleuk por gueste9ecfb
TapaleukTapaleuk
Tapaleuk
gueste9ecfb759 visualizações
Tapaleuk por gueste9ecfb
TapaleukTapaleuk
Tapaleuk
gueste9ecfb1.1K visualizações
Tapaleuk por gueste9ecfb
TapaleukTapaleuk
Tapaleuk
gueste9ecfb979 visualizações
Para Penanti por Aulia Andri
Para PenantiPara Penanti
Para Penanti
Aulia Andri7.4K visualizações
Kenangan yang perrnah ada por RahmaniarNia
Kenangan yang perrnah adaKenangan yang perrnah ada
Kenangan yang perrnah ada
RahmaniarNia483 visualizações
Jomblo for dummies por Albertz Ace-Red
Jomblo for dummiesJomblo for dummies
Jomblo for dummies
Albertz Ace-Red1.6K visualizações
Contoh teks-naskah-drama-komedi por fajar09
Contoh teks-naskah-drama-komediContoh teks-naskah-drama-komedi
Contoh teks-naskah-drama-komedi
fajar0955.4K visualizações
Pp paguneman x por elsi juliar
Pp paguneman xPp paguneman x
Pp paguneman x
elsi juliar862 visualizações
Cerpen por Uma Devi Verma
CerpenCerpen
Cerpen
Uma Devi Verma754 visualizações
Ov zine 2 2015 por Teguh Iman
Ov zine 2 2015Ov zine 2 2015
Ov zine 2 2015
Teguh Iman418 visualizações
Buku "Kami Tidak Bisu" por pelangiperempuan
Buku "Kami Tidak Bisu"Buku "Kami Tidak Bisu"
Buku "Kami Tidak Bisu"
pelangiperempuan2.8K visualizações

Mais de onessfee

2 perbedaan 1_hati por
2 perbedaan 1_hati2 perbedaan 1_hati
2 perbedaan 1_hationessfee
3K visualizações54 slides
1st love never die camarillo maxwell por
1st love never die   camarillo maxwell1st love never die   camarillo maxwell
1st love never die camarillo maxwellonessfee
2.4K visualizações174 slides
Bawalah hatiku bersama cinta ii por
Bawalah hatiku bersama cinta iiBawalah hatiku bersama cinta ii
Bawalah hatiku bersama cinta iionessfee
1.3K visualizações169 slides
Bidadariuntukikhwan por
BidadariuntukikhwanBidadariuntukikhwan
Bidadariuntukikhwanonessfee
805 visualizações135 slides
Sayap bidadari por
Sayap bidadariSayap bidadari
Sayap bidadarionessfee
4.2K visualizações279 slides
Cahaya bintang por
Cahaya bintangCahaya bintang
Cahaya bintangonessfee
3.5K visualizações298 slides

Mais de onessfee(11)

2 perbedaan 1_hati por onessfee
2 perbedaan 1_hati2 perbedaan 1_hati
2 perbedaan 1_hati
onessfee3K visualizações
1st love never die camarillo maxwell por onessfee
1st love never die   camarillo maxwell1st love never die   camarillo maxwell
1st love never die camarillo maxwell
onessfee2.4K visualizações
Bawalah hatiku bersama cinta ii por onessfee
Bawalah hatiku bersama cinta iiBawalah hatiku bersama cinta ii
Bawalah hatiku bersama cinta ii
onessfee1.3K visualizações
Bidadariuntukikhwan por onessfee
BidadariuntukikhwanBidadariuntukikhwan
Bidadariuntukikhwan
onessfee805 visualizações
Sayap bidadari por onessfee
Sayap bidadariSayap bidadari
Sayap bidadari
onessfee4.2K visualizações
Cahaya bintang por onessfee
Cahaya bintangCahaya bintang
Cahaya bintang
onessfee3.5K visualizações
Dee perahu kertas.onessfee.blogspot.com por onessfee
Dee perahu kertas.onessfee.blogspot.comDee perahu kertas.onessfee.blogspot.com
Dee perahu kertas.onessfee.blogspot.com
onessfee2K visualizações
Aku ingin seperti laki laki por onessfee
Aku ingin seperti laki lakiAku ingin seperti laki laki
Aku ingin seperti laki laki
onessfee1.7K visualizações
Badai badai puber onessfee.blogspot.com por onessfee
Badai badai puber onessfee.blogspot.comBadai badai puber onessfee.blogspot.com
Badai badai puber onessfee.blogspot.com
onessfee1.1K visualizações
Kisah klan otori 4 por onessfee
Kisah klan otori 4Kisah klan otori 4
Kisah klan otori 4
onessfee1K visualizações
Bukan di negeri_dongeng por onessfee
Bukan di negeri_dongengBukan di negeri_dongeng
Bukan di negeri_dongeng
onessfee837 visualizações

Game is-over

  • 1. Novel by Yatna Pelangi Stop play a game before game stoped you
  • 2. http://ac-zzz.blogspot.com/ Penulis : Yatna Pelangi Editor : Nurul Sri Nawangsih. Lay outer dan disign cover : Hendro Purwoko ii
  • 3. Jakarta adalah gudang. Gudang orang nyari kerjaan, gudang artis, gudang orang yang pengen jadi artis, gudang tempat jual diri buat jadi artis, gudang copet, gudang curanmor, gudang penipu, gudang banjir, gudang gelandangan, gudang pengamen, gudang penikmat hiburan malam, dan gudang kemacetan. Pokoknya bikin sewot deh. Kalo udah sewot, orang-orang pada pusing. Karena pusing, orang berpikir yang nggak-nggak. Trus muncul deh sensasi-sensasi yang bikin pusing pula. Katanya sih pemerintah udah berusaha nanganin semuanya. Nyediain lowongan kerja bagi orang yang butuh kerja, rumah singgah buat gelandangan biar ga tidur di emper toko dan bawah jembatan, banjir canal yang sampe sekarang blon selesai buat ngatasin banjir, dan busway buat ngatasin kemacetan. Busway? Ehm, ehm...transportasi yang satu ini emang banyak dipilih orang karena bikin nyaman. Bebas kemacetan dan ber-AC pula. Tapi, bukan Jakarta namanya kalo ga pake desek-desekan. Mau naek busway kudu rela dulu ngantri bejubel-jubel plus ngerasain bonus bau kecut Parfum campur keringet. Belon lagi acara senggol-senggolan dan dorong- dorongan kayak lagi nonton dangdutan. Tangan, sikut, dengkul dan bokong, jadi sasaran empuk buat disenggol. iii
  • 4. Catatan Yatna Gak kerasa hampir satu dekade saya berkecimpung didunia persilatan LGBT, lesbian, gay, biseksual dan Transgender. Ada banyak cerita dan ada banyak kenangan yang tersimpan rapi didalam kantong hati , gak keitung berapa kantong kenangan itu, dimulai dari kota Yogyakarta, Jakarta, Batam, Kepulaun Riau, dan kembali lagi ke Jakarta. Banyak sekali curhatan-curhatan kawan-kawan yang saya simpan, dari mulai cerita duka sampai cerita bahagia yang semuanya itu saya rangkum dalam novel perdana saya ini. Pada lembar ini saya menghaturkan terima kasih kepada gusti Allah yang masih mengizinkan saya menghirup udara di Bumi ini. Dan kedua orang tua dan adik-adik saya Juga buat kawan-kawan yang udah percaya berbagi cerita dengan saya, terutama tiga tokoh yang ada dalam novel ini, yaitu Mista, Fadil dan Andi. Awalnya sempat stress juga ngikutin perjalanan, naik kereta api, bus way, dan angkot. Tapi lama-kelamaan mengasikkan juga ya cyiin. Juga ada mas dodo, orang yang satu ini adalah orang yang paling banyak mengajarkan tentang pengorganisiran komunitas, saking keasikan mengorganisir gak kerasa ternyata saya sudah melewati 10 tahun berada dikomunitas. Selanjutnya ada Hendro yang mendigsn cover novel hingga layout, tanpa lu mengkin novel ini hanya jadi tulisan berdebu, mbak…..,yg rela meluangkan waktunya mengedit tulisan hingga jadi tambah renyah, Mumu aloha yang kalau ketemu selalu melontarkan kata “mana karyamu, ayolah nulis jangan nyerah kamu pasti bisa”. Kemudian ada Kamel Koordinator Institut Pelangi Perempuan yang telah memberikan fasilitas kantornya hingga novel ini selesai. Dan juga untuk kawan-kawan tercinta saya : di Yogya ada Uki,Oki,Tita,Dave, Hana dan Asmar. Menuliskan nama kalian jadi inget Puncak kayangan Parang tritis. Di Jakarta ada Kawan-kawan Institut Pelangi Perempuan, Ino, Ratna, Panca, Deo, Joewe. Trus ada Kawan- kawan seperjuangan di Arus Pelangi ada King oey, Iyek, Andre, Deasya,Ipung dan Devina. Juga ada kawan-kawan di Yayasan Srikandi Sejati, Luluk azura dan satu lagi namanya Kak Inez orang yg paling jago buat Pisgor ama Capcay. Juga ada hartoyo, Ricky dan Aldo di Ourvoice. Dan juga teman-teman baru saya di Genk Jomblo, ada Jo, Kevin,yaedy,Rizky hary, Sakti. Serta ada Arya, gila gwe salut ama lu yg mempertahankan hubungan cinta selama 15 iv
  • 5. tahun. dan dua adikku manis Junot dan Irvan. Sebenernya masih sekarung nama yg ingin saya tuliskan sebagai tanda terima kasih, tapi saya kawatir ntar yang baca malah ngira ini novel apa buku sensus, heheheh…saya hanya bisa mengucapkan salam buat temen-temen yg ada diluar Jakarta, seperti Aceh (faizal), Medan (ame), Palembang(farez),Lampung(Gio), Bandung (Indra),Batam (panca),Kepri (Tono),Makasar (Ino), Surabaya(all staf gaya Nusantara), Bali (sinta). Karena zaman sekarang bukan zaman gajah mada, tapi udah zaman lady gaga jadi bwat kawan-kawan yang mau bergabung dengan komunitas LGBT sudah sangat mudah, nama- nama diatas adalah sahabat pelangi yang bisa kalian hubungi. Tapi ada yang mesti diingat bahwa dunia organisasi tidaklah menjanjikan apa-apa, karena kerja-kerja diorganisasi adalah kerja-kerja ideologis yang sangat berbeda dengan dunia kapitalis. Dan yang pasti dari zaman alm. Eyang harto, habibie,megawati, alm gusdur sampe zaman sby, masalah yang dihadapi kelompok LGBT tetap sama yaitu masih kencengnya diskriminasi di negeri ini, harus diakui menjadi minortas sangat rentan dengan perlakuan diskriminasi, tapi Negara ini udah parah banget bow….masa wakil-wakil rakyat yang bertengger di senayan dengan seenak jidatnya membuat undang-undang yang mengkrimalkan LGBT dan itu dituangkan dalam UU AP (undang-undang anti pornogafi). dan beberapa Perda diantaranya Perda Palembang dan Tangerang. Dampak dari diskriminasi ga tangung-tangung bow, sampe-sampe ada kawan-kawan kita yang harus rela dipecat gara-gara ketauan di gay, miris banget kan. Dan yang paling kena banget adalah teman-teman waria, mereka nyebong dan ngamen dijalan bukan karena cita-cita mereka,itu semua karena pemerintah tidak memberikan perlakuan yang sama pada setiap warga negaranya mengakses pekerjaan. Jadi mau tidak mau dan suka tidak suka untuk kedepan kita haruslah jeli memilih calon-calon penguasa negeri ini, ya paling tidak pilihlah calon-calon dan partai-partai tidak homophobic dan mengerti apa itu hak azasi manusia baik secara teori maupun praktek. Dan mengenai homophobic ini adalah catatan saya selanjutnya, homophobic adalah suatu sikap yang dimiliki seseorang yang tidak menyukai/menerima lgbt. Sikap tidak suka ini sering sekali berujung pada kekerasan. Atau sering juga disebut hate crime.contoh yang nyata dari homophobic adalah dengan adanya aksi-aksi fundamentalis yang sering banget melarang kegiatan-kegiatan LGBT, mereka ga peduli apapun jenis kegiatan minumnya tetep teh botol sosro,ehhh salah maksud saya apapun yang dilakukan LGBT pasti dilabrak jika mereka mengetahuinya. Yang menjadi pertanyaan adalah bagimana menyikapi mereka?. v
  • 6. banyak cara untuk meredam hate crime diantaranya adalah bergabung dengan organisasi- organisasi yang sudah ada, seperti Arus Pelangi, Ardhanary Instutut, Institut Pelangi Perempuan, Yayasan Srikandi Sejati, Gaya Nusantara, Our Voice.Dll. diorganisasi kita bias banyak belajar bagaimana menyusun strategi bersama untuk menyikapi homophobic selain itu kita bisa menambah ilmu pengetahuan tentan isu-isu LGBT, ya…memang sich secara individual kita bisa juga menyuarakannya tapi bukankah lebih baik kita menyapu dengan seikat lidi dibanding dengan sebatang lidi? Sebagai penutup izinkan saya mengcupakan terima kasih sekali lagi untuk kawan-kawan yang telah meluangkan waktunya mau membaca karya perdana saya ini. Karena novel ini berasal dari potongan cerita kawan-kawan maka saya kembalikan lagi cerita ini untuk kawan-kawan sebagai hadiah cinta menyambut tahun baru 2011. Salam pelangi Yatna pelangi vi
  • 7. vii
  • 9. “allahu akbar, allahu akbar…” GUBRAK!! Mista yang lagi asyik-asyiknya mimpi naek mobil porsche sambil bikin pulau di bantal (baca: ngiler) langsung terjatuh dari tempat tidur sambil kentut sedikit demi mendengar suara adzan subuh yang berkumandang tepat di telinganya. Bukan karena adzannya fales, tapi karena corong masjid ngadepnya persis ke depan jendela kamarnya. Jadi mau nggak mau, Mista pasti terbangun tiap adzan berkumandang. Ga jarang Mista kudu rela jatoh dari tempat tidur dengan berbagai pose, mulai dari pose ala model, pose ikan terbang, kodok ngorek, sampe kutu loncat, kayak yang dialaminya barusan. Ya, rumah Mista emang dempetan sama masjid. Bahkan corong masjid persis ada di sebelah jendela kamar Mista yang kebetulan punya ventilasi agak gede. Tokek budek yang sering nongkrong di luar tembok kamarnya aja pasti langsung jatoh dengan pose ala Mr. Bean tiap denger adzan. Apalagi Mista yang kupingnya masih normal. Dengan mata masih setengah merem dan iler yang mengering di sudut bibir, Mista pergi ke kamar mandi buat beli odol. Ya nggaklaaah... Maksudnya buat ngambil wudhu, gitu loh. Tapi belom sampe kamar mandi, DUAKK!! Pala Mista kejeduk pintu kamar mandi yang ternyata tertutup rapat. Ya iyalah ketutup, orang di dalem kamar mandi ada nyokapnya. Lagian kok bisa–bisanya Mista nggak tau kalo di kamar mandi ada orang. “Aduuuuh! Umi…! Ngomong atuh kalo Umi ada di dalem kamar mandi… ” gerutu Mista setengah kesal. Yeee…, kenapa juga si Mista malah nyalahin Nyokapnya. Salah sendiri jalan sambil merem. Akhirnya terpaksa deh Mista harus ngantri nunggu Nyokapnya keluar. “Kunaon kamu teh, Mis?” tanya Nyokapnya bingung, begitu keluar dari kamar mandi. “Habis…, adzannya kekerasan sih… Mi… jadi Mista kaget deh. Saking kagetnya sampe jatoh dari tempat tidur. Eeeeh, habis jatoh dari tempat tidur, kejeduk pintu kamar mandi, lagi.” mulut Mista manyun sepuluh senti sampe muka gantengnya ilang. Mista emang ganteng. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung dan bibirnya tipis kayak Keanu Reeves. Dengan tinggi badan seratus tujuh puluh limaan senti dan berat badan enam puluh limaan kilo, badannya termasuk ideal. Pokoknya kalo doi jalan sendirian, pasti semua mata ngeliatin doi. Soalnya kadang doi nggak sadar kalo di pipinya masih ada nasi nempel. Hue he he… Sebenernya, kalo Mista sadar, punya rumah deket masjid itu buanyak keuntungannya. Pertama, Mista jadi nggak perlu beli jam weker baru buat ngegantiin jam weker ayam 1
  • 10. berkokoknya yang kokoknya udah berubah jadi kekek saking falesnya. Kedua, Mista juga ga perlu beliin jam weker butut tuanya itu batere baru, karena sebelum weker bututnya bunyi, adzan pasti udah keburu tereak-tereak duluan di kuping Mista. Ketiga, mau nggak mau Mista selalu bisa bangun pagi buat menghirup udara segar, bersih dari PPKN, alias polusi, polisi, kolusi, dan nepotisme. Keempat, Mista jadi nggak pernah absen shalat shubuh walaupun sambil ketiduran selama kurang lebih satu jam waktu pas lagi sujud. Kelima… apa lagi ya? Pokoknya banyak deh keuntungan punya rumah deket masjid. Gak bisa disebutin atu-atu. Kebanyakan. Kalo ditulis semua tar judul novel ini ganti jadi “Keuntungan Memiliki Rumah Dekat Masjid.” Gubrak. Seharusnya Mista sekali-kali ngasih kado buat para adzaners yang udah setia ngebangunin doi tiap pagi dengan suara-suara mereka yang merdu –cie ile…- tanpa ngarepin honor. Tapi kurang kerjaan amat nanya-nanya ulang tahun adzaners. Salah-salah dikira naksir, lagee… Tapi ga pa pa kalee kalo ada yang cucok… cuit cuiiiww… tokkeeeek. HUS!! Lagian, kalaupun Mista punya niat baik ngasih kado, mana sempet si Mista nanya- nanya ultahnya adzaners. Mista kan mahluk kantoran, yang tiap hari harus berangkat kerja pagi-pagi buta, dan pulang malem dengan badan lemah, letih, lesu, dan kening berkerut kayak curut kejepit pintu mikirin setumpuk kerjaan yang belom kelar. Pernah juga seh ada yang nawarin bisnis baru, nyari tokek, soalnya tokek kan lagi mahal sekarang. Tapi biar pun bayarannya gede, Mista menolak menangkap tokek budek yang terus berkeliaran di sekitar rumahnya. Habis, sebelum masjid dibangun, tokek itulah yang berjasa ngebangunin tidur Mista. Tokek lagi tokek lagi deh. Lama-lama bisa ketularan budek kayak tokeknya Mista, lagi. Gawat. Kewajiban yang kemudian jadi kebiasaan Mista tiap pagi setelah sholat adalah nyari tempat nongkrong. Bukan Kafe, tapi WeCe. Lagian mana ada Kafe buka subuh-subuh. Nah, Setelah menunaikan dua kewajiban tersebut, biasanya Mista ngobrak-ngabrik lemari, nyari baju Superman buat berubah. Ya nggaklaah.., Maksudnya nyari baju buat dipake kerja, dan pastinya gak lupa mandi, lalu ngemut secangkir kopi anget-anget tai ayam sampe bibirnya dower. “Mau nyarap apa, a‘a?” Tanya Nyokap Mista dengan penuh kelembutan, kadang- kadang malah sampe ga kedengeran saking lembutnya. Biarpun Mista udah kerja, tapi 2
  • 11. Nyokap Mista selalu merhatiin Mista kayak dulu Mista masih bayi. Mista dikasih makan, dikelonin, ditimang-timang… “ista agi engen aci uduk.. Mi.” jawab Mista. Artikulasinya nggak jelas karena dia ngomong dengan mulut penuh cangkir kopi. -–maksudnya sambil ngemut cangkir kopi, getoh…-- “Ya udah. Umi berangkat dulu ya. O iya... bangunin Tika tuh, suruh sholat” pesan Nyokapnya Mista sambil ngeloyor pergi. Tika adalah adik bungsu Mista yang kuliah di IPB semester enam. Ga tau kenapa adek Mista semata wayang ini emang rada susah bangun. Mungkin dia udah ketularan tokek budek itu, kali. Habis, Tika punya hobi yang rada aneh. Orang laen sih demen ngasih makan kucing, anjing, ayam, ato ikan, eeeh… Tika malah demen ngasih makan en maen sama tokek. Pokoknya Tika sama tokek budek itu sohiban deket banget deh. Udah saling tahu isi hati masing-masing. Soalnya mereka sering banget ketauan lagi curhat-curhatan. Tika curhat, terus tokeknya pasti bales curhat dengan suara khasnya, tokkeeeek… “Aa...Bi yati ga jualan nasi uduk. Anaknya lagi sakit, jadi dia repot. Nih, Umi beli pisang goreng, sama cucur kesukaanmu.” Tiba-tiba Nyokapnya Mista udah nongol di depan mata Mista sambil bawa keresek yang segera ditaruhnya di meja makan. “Aseeek…, Nuhun nya, Mi” jawab Mista seraya langsung melahap makanan kesukaannya. Bolak-balik Bogor-Jakarta saban hari sebenarnya sangat melelahkan buat Mista. Bukannya ga mampu bayar kos di Jakarta, tapi itu gak mungkin Mista lakuin karena Nyokapnya sampai saat ini masih sedih atas kepergian Bokapnya. Bokap Mista emang udah meninggal setaon yang lalu. Bagi Nyokapnya, Bokapnya Mista adalah pahlawan tanpa tanda tompel. Walaupun Nyokap Mista bawel dan rewel tapi Bokap Mista tetep setia dan nurut banget ama dia. Bukannya Bokap Mista ikut ikatan suami- suami takut istri, tapi Bokapnya Mista mencintai Nyokap Mista dengan sepenuh hati. Sekali waktu, Mista pernah iseng-iseng nanya ke Nyokapnya soal pengganti Bokapnya. Ga taunya Mista malah dicurhatin panjang lebar sampe dua jam. Padahal Mista lagi ngantuk berat. Demi ga bikin Nyokapnya tersinggung, Mista ngolesin balsem di matanya yang bagian bawah. Alhasil selama dengerin Nyokapnya curhat, matanya Mista berair mulu, sambil nangis-nangis karena kepedesan. Tinggal Nyokapnya Mista yang cengo liat anaknya nangis-nangis. Padahal ceritanya nggak sedih-sedih amat. 3
  • 12. Dulu emang sempet ada yang pernah pedekate sama Nyokapnya Mista. Awalnya sih baek.., biasalah.. namanya orang pedekate… apa aja dibawa buat oleh-oleh. Mulai dari Kripik nangka, martabak bangka, bunga asoka, tabungan berjangka, sampe setrika. Tapi ujung-ujungnya, ketahuan deh kalo laki-laki itu ternyata laki-laki hidung belang, udah punya bini. Mending bininya satu, usut punya usut seh katanya bininya udah sembilan. Wuset dahh!! Terang aja Nyokapnya Mista langsung ilfil sambil ngupil. Dia pun langsung berpantun : “Beli stroberi dipasar kenari, dari pada dipoligami mending dibeliin peti mati” Mista maksa nyengir sambil nahan pedih di mata denger curhatan Nyokapnya. “Coba, ta… Gimana Umi nggak sakit hati digituin. Lagian, mentang-mentang diijinin nabi buat poligami, jadi seenaknya aja sama perempuan. Terang aja nabi ngijinin laki-laki berpoligami, karena nabi laki-laki. Coba nabinya perempuan yang semua keputusan pake perasaan, pasti gak mungkin deh poligami jadi sunnah” cerocos Nyokapnya Mista puanjang lebar. “HWAAAAA!!!” Mista pun langsung menangis sejadi-jadinya begitu mendengar kata- kata terakhir dari Nyokapnya. Bukan karena sedih, tapi karena udah nggak tahan sama pedesnya balsem yang makin lama bukannya malah ilang, tapi malah makin masuk ke mata.. Alhasil, curhat Nyokapnya hari itu pun selesailah sudah. Waktu udah nunjukin jam lima pagi lebih tiga puluh menit waktu Indonesia bagian barat. Kue cucur sama pisang goreng mini dan secangkir kopi udah ludes masuk perut Mista. Tanpa ba bi bu lagi, Mista pun dengqn khusyu nyium tangan Nyokapnya dan bercipika-cipiki ria, lalu ngacir ninggalin rumah setelah sebelumnya sempet ga sengaja nginjek buntut tokek yang baru aja jatoh dari atas. Tika yang udah bangun, dan ternyata baru aja beres ngobrol sama tu tokek, langsung menjerit histeris. “Tokekkuuuuu…” teriaknya seraya dengan tanpa ragu mengambil tokek itu dengan tangannya. Mista bergidik liat tingkah adeknya dan langsung mengambil langkah seribu menuju tempat kerja setelah sebelumnya minta maaf sama Tika yang tersedu-sedu karena tokek kesayangannya keinjek. Sampai di stasiun kereta api puluhan orang udah nampak mengantri di loket. Barisan yang semrawut terlihat cukup panjang. Ada yang sibuk nelpon, sms-an, dengerin musik, pacaran sambil nyopet, bengong sambil ngupil, bahkan ada yang sempet-sempetnya pake bulu mata sambil garuk-garuk pantat. 4
  • 13. Setelah beli tiket dan berjuang melawan rasa bosan sampe jenggotan, akhirnya Mista berhasil dengan sukses naek kereta ekonomi setelah sebelumnya ikut aksi dorong- dorongan, sikut-sikutan, jambak-jambakan, bahkan sampe jeduk-jedukan kepala demi mendapatkan tempat, kayak ikutan jadi figuran film-film perangnya Steven Spielberg. Itu pun belom cukup. Biarpun udah dapet tempat duduk, kadang Mista juga harus melawan atau bertahan dari burket, copet, jambret, pelet, dan didi petet. Wuseeet… Demi menjalani tugasnya sebagai Kepala Bagian Manager Pengendalian/Operasional di jasa layanan transportasi yang lagi ngetrend di Jakarta alias Busway, Mista bela-belain setengah mati naek kereta api tiap hari. Maunya sih naek kapal terbang, tapi apa daya dompet ga mendukung. Soalnya dia mengabdikan sebagian isi dompetnya buat Nyokapnya dan mbiayain kuliah adek semata wayangnya. Buat ngatasin rasa boringnya ngejalanin rutinitas sehari-hari yang bikin kepala pusing, Mista pasti nyempetin diri buat melampiaskan hobby chating, travelling, mancing, nguping dan maen sulingnya tiap ada kesempatan. Dulu seh Mista pernah punya hubungan cinta sama someone special. Tapi setelah menjalin cinta selama lima tahunan, tiba-tiba cintanya kandas gitu aja di tengah jalan, gara- gara boyfriendnya tiba-tiba merit tanpa sungkem. Boyfriendnya seh maseh pengen jalin hubungan diem-diem ama Mista. Tapi Mista yang menganut aliran anti-poligami, langsung aja dengan tegas menyatakan NO WAY, biarpun di belakang mantan boyfriendnya doi nangis nangis kambing sambil terkencing-kencing. Ups… be te we.. kok boyfriend seh? Ga salah tu bo..? Mista kan cowok.. Ssst…, diem-diem aja ya. Sebenernya Mista itu udah lama jadi gay, bo… Tapi dia masih keep secret. Ga ada orang kantoran yang tau bahwa doi gay. Doi cuma terbuka sama sesama orang komunitasnya doang. Kalo sampe Nyokapnya tau, bisa mati deh Mista. Bukan karena takut dimarahin ato ga diaku anak lage.., tapi bisa-bisa Nyokapnya langsung masuk Rumah Sakit saking shocknya. Padahal Mista kan sayang banget sama Nyokap semata wayangnya itu. Makanya kalo di luar komunitasnya, doi ga mau show up. Lagian kaum gay kan masih kurang diterima juga di masyarakat luas. Apalagi di Indonesia. So…, kalo di kantor, doi cuma mau buka identitas sebenernya sama dua sohib kentelnya, Fadil dan Andi yang satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa sama Mista. ∞ 5
  • 14. 6
  • 15. Pagi hari di kos-kosan, persis kayak di kamar mandi umum. Penuh nuh. Ngantrinya hampir kayak ngantri di puskesmas. Apalagi kosannya Fadil yang isinya cowok ganjen semua. Ngantri jam empat, baru dapet giliran mandi jam enam. Gimana enggak kalo kebiasaan anak kosnya pada aneh semua. Ada yang suka mandi sambil nyanyi, joget-joget, makan jambu monyet, bahkan ada yang sambil balet. Malahan pernah ada yang mandi sampe satu jam, sampe anak-anak kosan yang belom pada mandi sempet ngadain arisan plus bikin rapat RTK alias Rumah Tangga Kos-kosan buat menindak pelaku kejahatan yang lagi asik memonopoli kamar mandi. Akhirnya, melalui musyawarah dan mufakat, tercapailah sebuah kesepakatan buat mendobrak pintu dan menangkap serta mengadili langsung si pelaku kejahatan itu. Setelah didobrak pake gergaji, batu satu ton, TNT, Nuklir, dan lain sebagainya, akhirnya pintu kamar mandi dengan sukses terbuka lebar. Eh, ternyata si pelaku kejahatan yang ngakunya lekong eslong, lagi asyik-asyiknya luluran plus meni pedi sambil ketiduran sampe ga denger apa-apa. Walhasil, anak kosan yang udah pada gondok karena baru pada makan gembok, tanpa ampun langsung menyeret si pelaku kejahatan dan membuangnya ke tempat sampah. Tapi dasar pelaku kejahatannya turunan kebo, biarpun udah diseret dan dibuang ke tempat sampah, tetep aja doi tidur dengan pulasnya. Semenjak itu, dibuat kesepakatan dilarang mandi lama-lama. Maksimal lima belas menit. Lebih dari itu akan dilakukan penggerebekan dan pendobrakan secara paksa oleh pihak yang berwajib. Ga tanggung-tanggung kesepakatan tersebut disaksikan oleh pak eRTe setempat dan juga notaris serta ditanda tangani di atas materai enam ribu rupiah. Karena kesepakatan tersebut, akhirnya Fadil dan anak-anak kosannya ga perlu lagi ngantri berjam-jam. Bahkan mereka punya kebiasaan baru yaitu bawa kentongan yang dipukul tiap lima menit sekali buat ngingetin yang lagi mandi supaya ga lupa diri. Yah.., tinggal di kosan emang kadang repot dan bikin bete. Yang di atas itu baru satu contoh resiko tinggal di kos-kosan. Belom lagi yang laen. Misalnya, soal alat-alat mandi yang langsung ludes des walau baru ketinggalan satu detik. Itu aja belom cukup. Dulu, waktu jaman purbakala, Fadil sampe pernah masuk ICU karena hampir geger otak. Pasalnya, doi kepeleset di kamar mandi waktu mau maen bilyar. Ya nggaklah, maksudnya waktu mau mandi. Setelah diusut-usut sampe kusut, ternyata Fadil kepleset cairan berlendir yang mengalir dari dinding marmer kamar mandi. Dan setelah diselidiki lebih jauh, pake uji laboratorium dan tes DNA segala, ternyata cairan itu berasal dari oknum-oknum ga bertanggung jawab yang coli seenaknya tanpa disiram. Howeeek! Cuah! Yah, maklumlah, 7
  • 16. namanya juga kosan cowok, gitu looh… Tapi, Fadil lebih rela berbete-bete ria ngantri di kamar mandi dan kehilangan alat mandi serta masuk ICU beratus-ratus kali dari pada harus tinggal sama kakaknya. Biarpun udah ditawarin beratus-ratus kali sampe mulut kakanya berkuah-kuah, Fadil tetap teguh sama pendiriannya. Baginya, tinggal sama sodara sama aja kayak tinggal di penjara. Semua serba pake pengawasan dan aturan. Mau ngapa-ngapain pake rembukan dulu kaya rapat eRTe yang bikin bete. Ujung-ujungnya keputusan yang diambil berdasarkan kepentingan bersama. Kalo udah gitu ga bisa ngelak lagi. Giliran ada yang salah, pada rebutan deh cuci tangan. So, ngekos adalah pilihan terakhir bagi Fadil yang ga demen diawasin. Fadil lahir dari mix ARBI alias Arab dan betawi. Ayahnya Arab dan Ibunya betawi asli. Dia sendiri adalah anak bontot dari enam bersaudara. Kakak-kakaknya udah sukses dan eksis di Jakarta lebih dulu. Ortunya sendiri tinggal di kepulauan seribu, karena beberapa tanah milik keluarga udah digusur jadi gedung-gedung bertingkat di Jakarta. Selain itu, udara di kepulauan seribu lebih cocok sama paru-paru mereka yang udah tua. Waktu SMP Fadil pernah naksir guru ngajinya yang mukanya mirip Indra Brugmann kejebur selokan. Karena Fadil ga bisa dan ga mungkin ngungkapin perasaannya secara langsung, akhirnya doi cuma bisa melampiaskannya di buku diari kesayangan. Tapi entah karena keasyikan maen pelor sambil makan telor, Fadil teledor. Doi naro buku diarinya sembarangan. Walhasil semua tentang perasaan sama guru ngajinya, ketauan deh sama bokapnya. Untung bokapnya ga step. Tapi Fadil langsung dihijrahkan ke Pondok Pesantren. Maksudnya seh biar Fadil banyak belajar ilmu agama biar insap dan banyak ngucap. Eh, ternyata Bokapnya salah. Bukannya insap, Fadil malah tambah sarap. Gimana ga, orang di Pondok Pesantren isinya lekong smuwa. Justru di Pondok Pesantren itulah Fadil malah bisa menyalurkan smuwa-muwanya. Di sana doi menjalin cinta dengan santri sekamarnya. Tapi, sama dengan Mista, doi bener-bener keep secret. Ga ada seorang pun yang tau tentang penyimpangan orientasi seksualnya. Setelah balik lagi ke Jakarta, Fadil pun makin kuat dengan pilihannya. Ia memilih menjalani hidup sebagai gay dengan tetap menjalankan shalat lima waktu. Buat ukuran cowok…, Fadil oke juga seh. Muka doi lebih cenderung ngikut Bokapnya, alias muka arab. Mata dan hidungnya tajem sampe bisa nyilet orang, mukanya agak lonjong kekotak-kotakan, badannya rada gempal, kulitnya item item tai ayam, dan yang bikin semua cewek dan cowok nggak nahan ngliat doi… --maksudnya ga tahan kebelet pengen pipis.. Hue he he..— adalah bulu-bulu halus di sekitar pipinya. Bikin geli deh bo… Orang kadang Fadil 8
  • 17. aja kegelian sendiri karena dikilikitik bulunya. Yaah, singkatnya seh Fadil lumayan ganteng n sekseh (seksi maksudnya…), enak buat dijadiin umpan ketapel. Apalagi ditambah anunya yang mmh… Pokoknya Mmmmh deh! Ga bisa diungkapin. Setelah ikut ngantri di kamar mandi sambil ngantuk-ngantuk suntuk, Fadil pun langsung ngacir menuju tempat kerja. Boro-boro ngopi n nyanyi dulu. BAB alias Buang Aer Besar aja nggak sempet. Malah kadang Fadil sampe kelupaan pake baju saking buru- burunya. Makanya pantatnya sering digigit anjing tetangga karena kelupaan pake celana. Buat bisa nyampe ke tempat kerjanya, Fadil kudu rela ikut desek-desekan dan gelantungan di bus kota yang kalo pagi minta ampun bejubelnya. Untungnya seh kalo pagi orang-orangnya maseh pada wangi. Coba siangan dikit. Bau keringet yang kecut campur kentut udah jadi aroma khas bus kota. Tapi bagi Fadil, mendingan naek bus kota daripada naek kereta. Soalnya naek bus kota lebih banyak pilihan. Kalo kira-kira diliat dari luar di dalem bus ga ada yang cucok, mending ga usah naek deh. Tapi kalo ada yang cucok…, colok terus… sampe dapet nomer HaPenya. Hue he he.. dasar si Fadil. Lagian, mau kerja aja sempet-sempetnya pilih-pilih bus kota. Adanya juga sampe kantor langsung didamprat bos karena telat. Fadil satu kantor sama Mista. Doi adalah Manager Sarana dan Prasarana di jasa layanan transportasi Jakarta, Busway. Waktu luangnya banyak dihabisin buat berendem di kolam renang, nyelem, nonton filem dan makan arem-arem. Tapi Fadil rada-rada penakut. Mau pipis ke toilet aja kadang minta dianterin. Tapi doi ga mau ngaku kalo doi penakut. Cuma Mista dan Andi yang tahu. Makanya doi sering jadi bahan cengan dua sohibnya. ∞ 9
  • 18. 10
  • 19. Waktu Andi masih berniat ngekos di Jakarta dengan visi dan misi kebebasan, BoNyoknya (baca; bokap nyokap) ngebuatin rumah di Tangerang. Makanya Andi ngurungin niatnya bwat ngekos. Buat apaan? Buang-buang uang doang. Lagian rumah itu bakal bikin Andi suangat bebas. Bebas dari ancaman razia pendatang dari kelurahan, bebas dari aturan ibu kos yang kejam, bebas dari tagihan bulanan yang melilit kocek, dan masih banyak lagi kebebasan lain yang bisa diperoleh Andi dengan menempati rumah itu. Soalnya, BoNyok Andi kan tinggal di Ujung Pandang. So, Andi bakal bisa bugil, ngupil, nyempil dan gokil semau-maunya. Kecuali saat ada Bi Cicih si panitia perlengkapan (pembokat kaleee) yang siap melayani semua kebutuhan biologis Andi. Eit.. maaf, tolong kata biologis jangan dibaca. Cukup semua kebutuhan Andi aja. Sebab kebenarannya masih diperiksa dan diselidiki oleh KPK. Hui hi hi.. Nah, karena rumah Andi di Tangerang, perjalanannya ke kantornya yang di Jakarta otomatis ga jauh beda kisahnya sama Mista dan Fadil. Andi juga bergelantungan dan desek- desekan. Tapi doi lebih milih naek Busway daripada naek bus kota ato kereta. Soalnya doi bisa puas ngadem sambil merem kayak Tukiyem asyik makan bayem. Sampe-sampe Andi pernah pake celana rombeng, biar mirip ama tarzan O..uwouwo… Enak bener ya jadi Andi. Mau rumah dibeliin, minta duit berapa aja dikasih, bahkan doi punya villa pribadi di Puncak. Tapi kalo Andi minta mobil, tar dulu… Dahulu kala, saat Tarzan masih bergelantungan bersama monyetnya. Eit.. loh kok jadi tarzan seh… gini cerita sebenernya. Pokoknya, Nyokap Andi tuh udah trauma ama kelakuan Andi. Sejarah mencatat bahwa Andi pernah memecahkan rekor MURI dalam menghancurkan mobil pemberian orang tua. Pertama, waktu kuliah di Jogja. Pas lagi wisata ke Puncak Kayangan (sebuah dataran tinggi di sekitar Pantai Parangtritis) bareng-bareng temennya, mobilnya jatoh dengan sukses ke jurang karena rem tangannya ga difungsiin. Menurut juru kunci puncak yang terkenal dengan aura spiritual, mobil Andi menemui jodohnya yang bersemayam di kerajaan Nyi Roro Kidul. (ga masuk akal kalee..) Kedua, mobil Andi nabrak aki-aki yang lagi ngerumpi sambil makan gudeg di Kasongan. Pasalnya Andi baru aja kesenengan karena doi baru beli asbak berbentuk kenti yang udah lama dicarinya. Karena kesenengan, di mobil doi ngliatin tu asbak terus sambil ngayal kemana-mana dan ga liat jalan. Alhasil begitu deh. Untung aja tu aki-aki kagak mati karena punya tenaga dalem. Coba kalo mati, bisa-bisa Andi didemo orang sekampung yang pro sama tu aki-aki supaya ngebalikin nyawanya lagi. Nah lo…, emang nyawa bisa 11
  • 20. dibalikin? Ketiga, Andi pernah nabrak panggung acara penyerahan sertifikat rekor MURI kategori parade kencing berdiri dengan jumlah peserta 1001 orang, karena matanya jelalatan ngliatin lekong cucok. Maka, polisi yang kebetulan selalu kebagian menangani kasus kecelakaan yang dilakukan oleh Andi dan kebetulan lagi ikutan lomba, langsung mengusulkan pada panitia bahwa Andi layak untuk mencatat rekornya. Jadilah hari itu ada dua penyerahan sertifikat. Satu sertifikat parade kencing berdiri dengan peserta terbanyak, dan yang satu sertifikat penghancur mobil terbanyak. Nah, dari ketiga kasus itu, maka Nyokap Andi mengeluarkan pernyataan yang berbunyi ; “dari pada kehilangan anak semata wayang mendingan kehilangan kutang segudang.” Setelah itu, pintu Andi untuk minta mobil, ditutup sudah. BoNyok Andi tinggal di luar pulau Jawa. Tepatnya di Sulawesi. Ini membuat Andi terbiasa mengelola keuangannya secara mandiri. Selain itu Andi punya kebiasaan yang nyerempet nyerempet jiwa sosial kalo kepepet. Sebagai contoh, Andi menyisihkan lima persen dari penghasilanya tiap bulan untuk disumbangkan ke sebuah panti asuhan di Sulawesi Selatan. Kadang-kadang doi nyumbangin pakaian bekasnya sama pemulung, dan menghibahkan isi septiktanknya pada petani yang lagi mbutuhin pupuk. Bahkan Andi sempet kepikiran pengen nyumbang kemaluannya pada tetangganya yang impoten. Gubrak. Andi juga ga kalah ganteng sama dua sahabatnya. Alisnya panjang bak kambing item beriringan, wajahnya tegas kayak unggas, bulu matanya lentik dan keriting karena pernah ga sengaja kesundut korek api, matanya sama rata, ditambah burung pipit yang menclok terus di pipinya ga mau lepas, bikin senyumnya manis kayak gula, sampe tiap kali Andi senyum, semut-semut pasti berdatangan pengen nyobain manisnya senyum Andi. Selain itu, tinggi badannya yang 180 senti dan berat badan proporsional, bikin semua cewek dan cowok juga semua kendaraan yang lewat, langsung pada berhenti buat ngliatin Andi sambil ngiler. Makanya Andi juga pernah ditangkep polisi gara-gara dianggep biang pembuat kecelakaan dan kemacetan. Sama kayak kedua temennya, doi kerja di jasa layanan TransJakarta, Busway, di posisi Finance Departement. Di selang-selang kesibukannya yang bejibun, Andi wajib ngeluangin waktunya buat dugem, denger musik sambil makan keripik, plus maen icik-icik. Andi juga berjiwa pemimpin. Saking berjiwa pemimpinnya, apa aja dipimpin. Bebek aja dipimpin. 12
  • 21. Kisah cintanya kandas karena boyfriendnya ga bisa balik ke Jakarta nungguin sanak sodaranya yang kena lumpur lapindo di Jawa Timur. Sejak saat itu Andi lebih milih konsentrasi sama kerjaan dari pada harus mikirin cinta. ∞ Mista, Fadil dan Andi udah sohiban sejak jaman nabi adam masih hidup. Hihi... ga ding… Mereka mulai sohiban semenjak penerimaan karyawan baru di jasa layanan transportasi busway. Biarpun sohiban erat, tapi mereka bertiga punya bejibun perbedaan. Diantaranya beda emak, beda bapak, beda nama, beda rumah, beda sekolah, beda sejarah, beda tinggi badan, beda berat badan, dan ratusan perbedaan yang kalo ditulis ga bakal abis- abis. Yang ada kitanya keburu tua. Tapi yang jelas, ada persamaan yang membuat mereka tambah nempel kayak perangko. Pertama, mereka sama-sama menyandang predikat The Jomblo Gay. Kedua, mereka sama-sama hobi naek kendaraan umum. Jadi bukannya ga sanggup beli kendaraan. Tapi rasa cinta mereka terhadap kendaraan umum udah kayak cintanya Romeo en Juliet ato Samson dan Delilah. Yah, untungnya aja mereka ga nepsong buat nyipokin belahan jiwa mereka itu. Kalo iya, mereka bisa langsung dijeblosin ke RSJ sama masyarakat karena dianggap gila. Bagi mereka betiga, naek kendaraan umum adalah obat stress paling mujarab bwat ngelupain sejenak segudang kerjaan kantor. Anjuran ngunjungin tempat sepi kayak gunung, pantai atau kuburan buat ngilangin stress, adalah hal yang basi bagi mereka betiga. Kata mereka, itu membutuhkan nyali yg cukup tinggi, waktu yang tepat, dan ga bisa dilakuin saat kocek lagi melarat. Tapi hobi yang mereka miliki, ga perlu anggaran dan waktu yang khusus. Cukup dengan tiga ribu rupiah bagi yang naek kereta api, tiga ribu lima ratus rupiah bagi yang naek Busway dan dua ribu lima ratus rupiah bagi yang naek bus dalam kota. Tapi ada beberapa hal yang mengurangi kenikmatan mereka melakukan hobinya. Yaitu: Pertama, kalo kendaraan umum yang mereka tumpangin sepi penumpang. Soalnya ga ada yang bisa dijadiin mangsa. Kedua, kalo kendaraan umum yang mereka tumpangin isinya rata-rata perempuan. Gubrak. Maklum… gay gitu loh, bo… 13
  • 22. Walaupun mereka bekerja satu kantor mereka berusaha seprofesional mengkin, dan ga show of tentang orientasi sexual mereka yaitu gay karena berbagai macam pertimbangan. Salah satunya karena di kantor tersebut masih banyak bergentayangan orang-orang yang homopobic, alias anti-homo. Padahal seh kalo di kalangan orang yang satu nusa satu bangsa sama mereka, udah ketauan banget. Patung Pancoran aja tau kalau mereka itu adalah gay. ∞ 14
  • 23. 15
  • 24. Waktu udah nunjukin pukul lima sore hari. Tanda buat para pekerja kantoran buat go home, alias balik ke rumahnya masing-masing. Tapi ada juga yang kelayapan dulu buat refreshing, cari makan, or cari gebetan baru bagi yang maseh jomblo ato bagi yang pengen punya pacar lebih dari satu. Sore itu, Mista, Fadil dan Andi lebih milih bwat nongkrong di Coffee Shop langganan mereka dulu daripada langsung pulang ke habitatnya masing- masing. Itung-itung ngeceng dan ngelepas lelah sambil minum kopi. Coffee Shop langganan mereka itu terletak di jantung ibu kota Jakarta. Tempatnya strategis dan prestis karena terletak di daerah bisnis. Selain itu, Coffee Shop ini juga udah dikenal di seantero jagad sejak zaman rezim Suharto sebagai tempat ‘berburu’. Rama- Rama pemburu duta, dan Shinta-Shinta penjaja cinta siap nemenin siapa aja asal harganya cocok. Hilir mudik kendaraan, pedagang asongan, dan kerlap kerlip lampu jalan yang udah mulai dinyalain menjelang malem seh udah jadi bonus yang membosankan bagi warga Jakarta yang ingin menikmati kopi di pelataran depan. Tapi bagi warga luar Jakarta, bonus gratis tersebut bisa jadi alat cuci mata yang paling tokcer, sekaligus cindera mulut alias bahan cerita seru buat diceritain ke temen-temennya kalo balik ke kampung. “Gays.., bosen ga seh lu semua pada ngejomblo?” Andi tiba-tiba aja nyeletuk membuka pembicaraan. “Yah, Ndi. Baru aja duduk. Narik napas aja belom sempet, lu udah ngomongin masalah jomblo. Bikin bete aja neh.” Tiba-tiba bibir Mista jadi jontor kayak habis kejedot tembok saking bete denger omongan Andi. “Bukannya getoh… Masalahnya bentar lagi taon baru neh.. Udah tinggal sebulan lageh.. Lagian kan udah satu taon kita ngejomblo.” Bales Andi “Trus, maksud loh?” tanya Fadil cuek bebek sambil ngiderin pandangannya nyari gebetan yang bisa dibuat cemilan. “Ah, pada ga seru amat seh.. Emang pada ga bosen apa sama idup yang begini-gini aja.” Desak Andi. Maksudnya seh mau ngasih semangat… Tapi apinya kurang gede kale, jadi yang laen adem ayem aja. “Ya emang yang namanya idup begini-begini aja. Kalo mau beda, pergi aja ke neraka sono. Pasti ga gitu-gitu aja deh.” Celetuk Mista rada males. “Neh…, maksud aku, aku punya ide seru bwat bikin hidup kita agak berwarna dikit.” 16
  • 25. Andi nyoba ngasih usul. Untung bukan ngasih bisul. “Kalo lu mau hidup lu berwarna mah gampang atuh. Sok, sekarang ambil cat aer, habis itu gwe cemong-cemong deh muka lu. Beres. Jadi muka lo berwarna, dan kalo muka lu berwarna, pasti idup lu juga baru. Soalnya orang sekeliling lu pasti pada ngliatin lu semua kayak ngliatin topeng monyet.” Canda Mista. “Ah.. lu becanda aja, Mis. Aku serius, nih. Gimana kalo kita buat permainan menjelang taon baru ini?” usul Andi sambil garuk-garuk pantat. “Permaenan apaan? Halma” tanya Fadil ga interest sambil ngilik-ngilik kuping. Abis Andi ngomongnya sambil garuk-garuk pantat, gimana mau pada interest? “Sebulan lagi kan taon baru…” Demi membuat kedua temennya tertarik, Andi sekarang ngomong sambil berdiri dengan gaya bak penyair lagi baca puisi. Tapi ternyata Fadil dan Mista masih cuek bebek. “So, gays… Find Your Boyfriend, buat jadi temen kencan lu pas pergantian taon.” Lama-lama Andi ngomong sambil joget sampe semua yang dateng ke Coffee Shop pada ngliatin, dikirain ada orgil nyasar. Demi ngliat Andi ngomong sambil berjoget ria, Mista dan Fadil kontan langsung menarik Andi supaya duduk lagi di kursinya. “Lu jangan kayak monyet lepas dari kandang gitu atuh. Ngerakeun wae, yeuh…” kata Mista setengah berbisik saking malunya. Mukanya udah merah merona kayak tomat busuk. “Abis lu bedua pada ga merhatiin seh.” Pelotot Andi yang hampir ngamuk. “Iya, iya. Sekarang kita perhatiin. Untung Satpam belom datengin lu. Ga bosen lu, mampir lagi ke kantor polisi? Apaan barusan lu bilang? Find Your Boyfriend?” Fadil mencoba meyakinkan kembali. Kali aja kupingnya udah rada kesumbat. “Iya, Find Your Boyfriend…. Buat jadi temen kencan lu pas pergantian taon nanti.“ ulang Andi lagi. “Ah, aya-aya wae sih elu mah. Sok gimana, jelasin lebih lanjut. Daripada lu joget lagi. Tar kita yang repot.” “Jadi gini…” jelas Andi mulai bersemangat karena usahanya bwat bikin temen- temennya merhatiin omongannya berhasil dengan sukses. “Selama sebulan ini, kita kudu nyari someone yang bisa kita jadiin teman kencan pas pergantian taon nanti.” Jelas Andi 17
  • 26. dengan wajah senang benderang. “Kalo permainan berarti ada yang menang dan ada yang kalah nih?” tanya Fadil kayak orang bloon. Sebenernya sih doi cuma pengen nyenengin Andi doang. Daripada Andi putus asa terus masuk Rumah Sakit Jiwa? Bisa-bisa Fadil diseret juga ke kantor polisi karena udah bikin orang jadi stress. “Ya iyalaaaah…. Kalo diantara kita ada yang kalah dia pasti harus dapat hukuman. Dan hukumanya aku serahin ke kalian berdua. Gimana? Mau pada ikutan ga?”. Tawar Andi pada dua sahabatnya yang kini lagi liat-liatan sambil mengernyitkan dahi, persis berenyit. “Hmmm… kalo ada hukumannya segala seh, kayaknya boleh juga tuh. Seru.” Gumam Mista sambil muterin kepala kaya orang lagi tripping. “Bolehlah. Tapi gimana dulu aturan maennya?” “Nanti dulu dong. Fadil Gimana? Mau ikutan ga?” tanya Andi sama Fadil yang kini ikut-ikutan muterin kepalanya, alias mikir. “Siplah. Kalo Mista ikut, ane juga ikut…” jawab Fadil akhirnya. Andi nyengir kaya kuda saking seneng usulnya diterima. Tiba-tiba aja dateng seorang waiter buat nanyain pesenan mereka. Di dadanya terpampang nama yang cukup jelas. ‘Dika’ namanya. Karena waiter itu waiter baru…, kontan aja Fadil sama Mista ngliatin Dika sambil netesin liur. Habis, Dika emang lumayan manis seh. Kayak kue tar. Enak dijilat. “Sore.., Mau pesen apa, mas?” tanya Dika sambil memasang senyum manis yang selalu dibagiin gratis sama pelanggan-pelanggannya. “Baru ya?” Fadil bukannya jawab pertanyaan Dika, malah nanya yang laen. Ga malu lagi kliatan ilernya udah netes. “Iya, mas..” Dika tetap menjaga supaya senyumnya ga ilang. “Pesen apa?” “Pesen baso deh, dua.” Omongan Fadil jadi ngelantur kemana-mana. “Heh! Bloon! Ini Coffee Shop, bukan warung baso!!!” Andi njitak pala Fadil sampe benjol. Fadil pun langsung tersadar dari bayangannya yang udah kemana-mana. “Lagian, iler lu lap dulu noh! Malu-maluin tanah air, lu!” sambung Andi lagi. Bukannya malah takut, Dika malah ketawa, bikin mukanya tambah kliatan muanisss banget. Fadil hampir lupa diri lagi. Untung suara Andi segera nyadarin doi. 18
  • 27. “Kelamaan lu. Aku expresso ya, mas.” Pesen Andi, yang langsung dicatat dengan gesit oleh Dika. “Gwe Black Coffee dong” sambung Mista yang diem-diem sebenernya juga ngiler ngliat Dika. Tapi Mista lebih kekontrol. Sebelum ilernya jatoh, udah keburu diisep duluan ma doi. “Lu apa, dil?!!” tanya Andi sewot. “Eehh…Saya pesen Hot Chocolate ya. Yang putih kayak kamu.” Sahut Fadil grogi. Tiba-tiba aja suaranya jadi serak kayak suara kodok, tanpa sadar bahwa doi salah ngomong lagi. “Woi!! Sadar Woi!! Di sini ga sedia Hot Chocolate putih, o’on!!” teriak Andi, kali ini pas di kuping Fadil yang masih cengo ngliatin Dika. “Eh, maksudnya Hot Chocolate aja.” Ralat Fadil masih grogi. Dika mencatat semua pesanan sambil senyum-senyum, bikin Fadil tambah melayang. “Ada pesenan lain, snack ato lainnya?” tanya Dika tetap sopan sambil terus menebar senyum manisnya. ”Itu dulu deh, mas.” Jawab Andi sambil terus melototin Fadil. “Oke, saya ulangi ya. Satu expresso, satu black coffee dan satu Hot chocolate. Ditunggu sebentar ya mas. Kalo ada yang ingin dipesan lagi, panggil saya saja, nama saya Dika” tuntas Dika. Lantas dia pun pergi dari hadapan mereka betiga, meninggalkan Fadil dan Mista yang masih pada ngiler sama ketampanan Dika. “Brondong… brondong…” gumam Fadil sambil terus ngeliat ke arah Dika menghilang. “Husss! Mau dilanjutin ga, neh?!” Andi memotong lamunan Fadil. “Iye iye… ane disini. Gimana aturan maennya?” sahut Fadil cepet. “Tumben lu nyautnya cepet. Pengen cepet-cepet ngegaet si Dika ye?” tanya Andi curiga. “Kagak…” Fadil ngelak. ”Udah buruan, gimana aturan maennya” “Ya udah. Jadi permainannya gini… Kita kan masih punya waktu satu bulan menuju pergantian taon. Itu berarti waktu kita buat cari BF alias boyfriend adalah empat minggu.” 19
  • 28. Terang Andi berusaha seterang-terangnya sampe ga nyadar kalo dia cuma ngulang kalimat doang. Mista sama Fadil cuma ber-ham ham hem hem daang ngedengerin penjelasan Andi. “Nah,” lanjut Andi lagi “Kita akan melakukan pertemuan evaluasi di minggu kedua. So, lima belas hari kemudian, dimulai dari sekarang, kita akan mengadakan evaluasi dan membahas langkah selanjutnya. Sampe sini ada pertanyaan ga?” gaya Andi lama-lama jadi kayak guru matematika. Mista sama Fadil geleng-geleng semua. Muka mereka berkerut- kerut saking seriusnya. “Nah, kalo di minggu kedua itu ternyata kita udah punya pasangan semua, berarti kita harus buat kesepakatan baru.” “Kesepakatan naon deui?” celetuk Mista. “Gini, kalo di minggu kedua kita udah punya temen kencan semua, itu berarti draw. Setelah itu kita harus segera mutusin teman kencan kita. Lalu kita lanjutin permainan kita pake step kedua.” jelas Andi. “Kok tiba-tiba ada step kedua segala? Step satunya mana?” putus Mista yang kayaknya mulai pusing dengan penjelasan Andi “Ini baru mau gue jelasin… Sabar dong, Mis…” Andi menenangkan. “Step pertama, kita diharuskan nyari teman kencan di kendaraan umum sesuai alat transportasi yang kita tumpangin setiap hari. Contohnya gwe ke kantor naik busway, brarti gwe harus nyari temen kencan di dalem busway. Trus Fadil nyari di bus kota, dan elo brarti harus nyari di kereta api, ta.” Jelas Andi. Fadil dan Mista manggut-manggut. “Step kedua, kita diharuskan nyari temen kencan lewat hobi masing-masing. Misalnya aku hobi dugem, so aku akan cari teman kencan di diskotik. Fadil, karena suka renang, berarti harus cari di kolam renang. Dan karena Mista suka chatting, berarti lu harus cari temen kencan di dunia maya. Gimana? Clear lom...?” Yang laennya lagi-lagi manggut- manggut kayak orang Jepang. “Clear, clear.” jawab Fadil mulai paham. “Trus, mengenai hukumannya gimandang?” tanya Mista. “Maaf menganggu, ini pesanannya” Tiba-tiba aja wajah Dika udah nongol lagi di depan mereka betiga, sambil meletakkan cangkir atu-atu di atas meja. Kontan aja semua lamgsung ga konsen, terutama Fadil yang udah nelenin ludah terus biar ga ngiler. 20
  • 29. “Makasih ya…” kata Fadil dengan tampang semanis mungkin. Dika pun membalas senyum Fadil dan langsung pergi setelah beres ngelakuin tugasnya. “Woiiii... konsen, konsen…” Andi berusaha menyadarkan temen-temennya yang pada terpana. “Iye..iye… trus gimane neh?” kata Fadil segera tersadar lagi setelah baru aja kesambit setan cakep yang namanya Dika. “Jadi gene.., Karena kita betiga.., so aku pengen semua nyiapin hukuman. Jadi tar yang kalah harus njalanin ketiga hukuman itu. Gimane?” tawar Andi. “Tar dulu, jadi maksud lo, misalnya kalo gwe kalah, gwe harus jalanin hukuman dari lo bedua, dan jalanin hukuman yang gwe bikin sendiri juga?” tanya Fadil memastikan. “Exactly white.” Kata Andi dengan sok pede pake bahasa Inggris. “Tar dulu, maksud lo exactly right?” inget Mista. “Iya, exactly tight..” “Right, bloon” tegur Fadil gemes. Habis andi emang suka sok-sokan pake bahasa Inggris, tapi sering banget salah. “Iya, exactly right” Andi nyengir kesenengan kayak hantu yang lagi nakut-nakutin manusia. Kalo ga inget bahwa yang ada di depan mereka adalah sohib mereka ndiri, Mista sama Fadil pasti udah lari terbirit-birit. “So, sekarang waktunya nentuin hukuman.” “Waduuuh…, hukumannya dua aja dong, Ndi… Jadi misalnya kalo gwe yang kalah, hukuman lo bedua doang yang dipake. Hukuman yang gwe bikin kagak usah…” Fadil memasang tampang persis kucing yang lagi merayu tuannya. “Eit… ga usah la yaw… Tadi kan lo udah setuju buat ikutan game ini. So, pool is the pool, n noway to turn back” Tandas Andi setandas-tandasnya. “Tar dulu, maksud lo Rule is the rule?” tanya Mista meyakinkan diri. “Iya, fool is the fool.” Jawab Andi. “Jauh amat sih Ndi?!!!” Rule, bloon… rule… Rule is the Rule.” Protes Fadil. Matanya sampe mau keluar saking ngototnya. “Iya, pokoknya itu. Bawel amat sih lo pada. Ga mulai mulai neh tar. Ya udah langsung aja. Kita mulai ya. Siapa duluan neh yang mau nentuin hukuman?” 21
  • 30. “Gwe.” “Ok, Mis. Lu duluan. Kayaknya lo paling semangat neh, dibanding Fadil. Fadil sih letoy…” “Hukuman dari gwe gini” Mista menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya dengan semangat sampe keluar asep, persis dukun santet. “Yang kalah, dikasih bonus ‘kucing’ (cowok panggilan)” “Waaah… enak banget itu mah. Lo pasti udah siap-siap kalah ya, Mis?” Tuduh Fadil. “Belom selesei, ndut… Nah, udah gitu, doi harus buat video bokep sama tu ‘kucing’ tentunya sama hidden camera.” “Wah, gawat lo…” celetuk Fadil lagi. “Lo tenang aja, dil… Aturannya, tu video ga boleh disebar… cuman buat lucu-lucuan kita doang… Jadi abis kita tonton bareng, langsung musnahin tu video, tanpa ampun! Gemana?” kini giliran Mista yang nyengir kayak hantu sampe bikin sepasang muda-mudi yang lagi mesra-mesraan di meja yang ada di depan Mista, langsung kabur demi melihat cengiran mautnya. Fadil dan Andi manggut-manggut denger hukuman dari Mista. “Boleh juga tuh.” Celetuk Fadil “Tapi habis itu videonya bener-bener langsung dibuang ya. Salah-salah tar tu video bisa bikin heboh orang seIndonesia lagi.” “Siiip. Itu tar jadi urusan aku.. Tenang aja dil…” Andi menenangkan kayak malaikat yang nongol bawa payung di siang bolong. “Soal ‘kucing’ juga, biar aku yang tanggung. Ok. Hukuman dari Mista disepakatin. Sekarang hukuman dari elo, dil.” Lanjut Andi. Sekarang semua mata tertuju ke arah Fadil. “Oke! Siapa takut. Gwe juga udah nyiapin hukuman yang ga kalah dari hukumannya Mista.” Sahut Fadil dengan pedenya. “Hukuman dari gwe adalah sebuah hukuman yang sangat seru dan mengharu biru juga menyenangkan sebagaimana yang bisa kita temukan di tempat-tempat hiburan yang sangat…” “KELAMAAN!!” teriak Mista dan Andi serempak di kuping Fadil. “Bilang aja lo belom nemuin hukuman yang bagus. Iya kan.” Tuduh Mista dengan mata yang menyipit, bikin mukanya kayak Andi Lau kejebur oli. “Kata siapa? Gwe udah nemu kok.” Otot Fadil. “Ya udah, buruan! Ngulur waktu aja elu mah.” Mista langsung gondok. Lehernya 22
  • 31. ngembung kayak kodok. “Iye.., sabhar… sabhar… Orang sabhar disayang Tuhan” kata Fadil dengan gaya bak Ustad Mansyur. Tapi mukanya langsung berubah serius demi melihat dua temennya udah mau ngelempar cangkir kopinya masing-masing ke kepala Fadil. “Iya iya.., hukuman dari gwe gene…, yang kalah harus foto bugil dengan pose ala model-model kalender bokep. Tar yang motret gwe ndiri deh, biar ga nyebar ke tangan- tangan yang ga berwenang. Getoh. Gimane? Bagus kan ide gwe?” Fadil tersenyum lebar tanpa nampakin giginya. “Biasa aja kaleeee” Mista dan Andi kompakan lagi ngeledek Fadil. “Nah kalo lu yang kalah tar yang moto siape?” “Ya siape kek.. Lu kek… lu kek. Asal jepret aja kan bisa.” “Ya udah. Gimana Mis? Lu setuju ga sama hukumannya Fadil?” tanya sang moderator dengan sok tegas. “Ah, cuma begetoh doang mah siapa yang takut. Lanjuuut.” “Ok. Hukumannya Fadil disepakatin” Andi mengetok meja tiga kali sama sendok yang diumpamain palunya pak hakim. “Brarti sekarang tinggal hukuman dari aku.” Kata Andi sambil sedikit mendramatisir suasana, bikin Fadil dan Mista nunggu dengan deg-degan. “Kalo hukuman dari aku sih gampang. Yang kalah harus beli dua ekor kambing, terus..” “Aaaaah… Mati deh gwe. Ga mau, ga mau!!” teriak Mista tiba-tiba. “Apaan sih lu? Orang aku belom beres kok udah maen ga mau ga mau aja.” Protes Andi. “Ga mau, pokoknya gwe ga mau kalo yang ntu, mah.” Kata Mista heboh sendiri kayak bebek lagi cari induknya. “Ngegituin kambing kan maksud lo?” “Ngegituin gimane? “Ngegituin… ngegituin….” Mista berusaha jelasin sambil ngeden-ngeden. Untung aja ga mencret di celana. “Ngegituin, ngegituin. Yang jelas ah bahasanya. Tar salah persepsi bahaya, lagi.” kata Andi lagi. Mista yang udah ga bisa ngejelasin pake mulut lagi, akhirnya harus jelasin 23
  • 32. pake tangan. Doi masukin jempolnya diantara jari tengah dan jari telunjuknya sendiri, dan mengacungkannya ke Andi. “Waah… Makanya, otak lo seh isinya bokep mulu. Mikirnya ga jauh dari sempak.” Andi langsung menepuk jidat Mista setelah tau maksudnya. “Dengerin dulu yang bener pake dua kuping lu. Ato kalo kurang, aku sumbangin neh kuping aku satu buat lu. Dasar ngeres.” Gerutu Andi. “Trus apaan dong?” tanya Mista. “Hukuman dari aku ga pake jorok-jorokan deh. Setelah lu beli dua ekor kambing, lu sumbangin deh tu kambing ke orang-orang kampung yang membutuhkan. Biar malem taon baruan kita dapet berkah. Ga dosa mulu.” Tandas Andi. “Ooooh…, disumbangin. Dasar lu otak sumbangan.” Celetuk Mista rada malu, tapi sempet-sempetnya ngeledekin Andi. Maksudnya seh biar doi ga malu-malu amir… Orang si Amir aja ga malu-maluin.. “Udah. Pada setuju ga neh sama hukuman gwe?” “Hukuman lu mulia amat seh… Padahal hukuman kita bedua, isinya dosa semua.” Fadil sempet-sempetnya nyeletuk. “Ya biarin. Kan biar taon baru tar, dosa sama pahalanya setimpal. Gitu loh bo…” “Iya juga ya. Ya udah, ane setuju.” Sambut Fadil. “Lo gimana Mis…? “Ah, cuman gitu doang mah setuju ajalah. Sipil itu mah.” Mista menjentikkan jarinya. “Ok, berarti.. tiga hukuman udah disepakatin. Dan aku ulangin. yang kalah harus ngejalanin tiga hukuman itu. sampe sini clear? “Clear.” Mista dan Fadil jawab barengan. “Oke, good. Nah, sebelom aku akhirin, ada beberapa aturan permainan lagi yang harus kita jalanin.” “Aduh, lieur urang yeuh. Banyak amat sih peraturannya Ndi.” Protes Mista. “Eit.., inget yang barusan ga? Cool is the cool, n no way to turn back.” Tegas Andi agak sedikit lebih kejam dibanding tadi. “kalo banyak protes, tar aku joget lagi loh.” Ancam 24
  • 33. Andi sambil melotot. “Jangan.. jangan.. sok atuh apa lagi aturannya. Tapi bukan Cool, Ndi… Rule…” ralat Mista sambil rada ketakutan denger ancemannya Andi. “Eit…, jangan protes. Aku joget neh..” ancem Andi. “Iya ga ga. Udah cepetan lanjut.” Mista nyerah. “Jangan dipotong ya, omongan aku. Kalo sampe dipotong, tar kalian aku hukum suruh ngambilin upilku yang kebetulan belom dibersihin ini, loh.” Lagi-lagi Andi ngancam. Kali ini kayaknya ancamannya lebih kejam. Kontan aja Mista ama Fadil langsung diem beribu bahasa. Ngeluarin suara ‘hmm’ aja nggak berani. “Oke, Aturannya gini,” lanjut Andi setelah ngeliat kedua sohibnya pada bungkem semua kayak dijejelin arem-arem sepuluh biji. “Pertama, setiap kejadian, sekecil apapun, wajib ditulis di sebuah buku diari kecil yang tar bakal aku bagiin satu persatu... Dan jangan lupa bwat membawanya waktu pertemuan kita selanjutnya di minggu kedua. “Kedua, dilarang berkomunikasi sebelum minggu kedua kecuali ada hal yang sangat URGENT. “Ketiga, diharamkan merebut pacar orang, karena itu adalah bentuk kekerasan non fisik yang bisa menyebabkan orang berdarah-darah hatinya.” “Keempat, alias aturan terakhir, diharuskan membeli nomer baru selama permainan ini berlangsung, dan setelah permainan berakhir, kita buang semua nomer tersebut. Gemana, clear semua?” Andi mengakhiri segudang peraturannya yang bikin Fadil dan Mista pusing dan muter kayak baling-baling. Mista dan Fadil pun ngangguk-ngangguk tanda setuju. Tapi ga tau pada ngerti apa nggak. “Pas malem taon baru, kita harus kumpul di sini udah dengan pasangan masing- masing. Habis itu kita berangkat ke Villaku yang ada di Puncak. Segala peralatan akan aku siapin, termasuk hidden camera dan studio foto. Tapi kalo kambing, tanggung sendiri- sendiri ya…” demikian pesen terakhir Andi. Setelah kesepakatan disetujui dan cangkir-cangkir udah pada kosong, mereka bertiga pun kembali ke habitatnya masing-masing. ∞ 25
  • 34. 26
  • 35. Biasanya Mista, Fadil dan Andi selalu ngerumpi dulu di kantin bwat ngegosipin berbagai hal. Mulai dari gosip terhangat selebritis, harga sembako, atasan yang galak, karyawan baru yang cucok, sampe harga tokek yang lagi meroket. Tapi di hari pertama ini mulut mereka kayak dibordir ama mesin jahit. Ga ada obrolan sama sekali di antara mereka. Boro-boro ngobrol. Sapa-sapaan aja ga.. Kalo ga sengaja papasan di kantor, mereka langsung saling melengos. Mereka bener-bener memegang teguh kesepakatan yang udah mereka omongin kemaren. Tingkah mereka yang tiba-tiba jadi rada aneh ini, tentu aja mengundang pertanyaan besar bagi orang-orang di sekitar mereka. The gosipers yang ga pernah mau ketinggalan berita, udah pada was wes wos aja di belakang mereka betiga. Apalagi para paparazzi yang menyebar di seluruh penjuru kantor. Tentunya mereka langsung berburu berita sampe tuntas buat ngasih makan para gosipers yang udah pada kelaperan nyari mangsa. Kayak yang satu ini neh. Namanya Bu Minah. Jabatan doi di situ adalah sebagai bu kantin ngerangkep paparazzi yang ga ngarepin honor. Buat doi, ngasih makan orang plus ngasih bonus gosip, adalah kepuasan yang ga bisa dibayar pake duit berapa pun. Pengabdiannya sebagai paparazzi udah ga perlu diragukan lagi. Makanya the gosipers seneng banget nongkrong di situ. Kantin Bu Minah emang udah jadi kantor berita dan pusat gosip seputaran kantor. Pagi-pagi, Bu Minah udah injit-injit semut, alias berjingkat-jingkat, ngintipin tingkah laku tiga serangkai yang tiba-tiba pada diem-dieman itu. Yang pertama bikin curiga doi, adalah kedatangan Mista yang ga diikutin kedua sohib kentelnya. Padahal biasanya pagi- pagi tiga serangkai itu udah nongkrong kayak kucing garong cari ikan sotong. “Mis..,. tumben makannya sendirian. Yang laen pada kemana?” Dengan hati-hati, biar ga dicurigai, Bu Minah nanya ke Mista yang lagi asik sms-an. “Tau.” Jawab Mista acuh tak acuh, yang langsung disambut dengan rasa penasaran yang tambah gede di hati Bu Minah. Bu Minah langsung nyengir kuda. Tingkah laku Mista menandakan bahwa emang ada sesuatu yang terjadi di antara mereka bertiga yang harus dicari tau sebabnya buat disebar ke para gosipers yang ada di seantero kantor. “Lagi pada marahan ya?” jiwa paparazzi Bu Minah mulai ga tertahankan lagi. Tapi doi masih ja’im, jangan sampe pertanyaannya terkesan nyelidikin banget. Tar Mista ga mau ngasih info. Bisa gatot alias gagal total deh usahanya berburu berita. “Ah, ga. Lagi males aja ngegerombol kaya ikan tongkol” sahut Mista sekenanya. Bu 27
  • 36. Minah manggut-manggut sambil ngelirik Mista dengan penuh selidik. Jiwa paparazzinya semakin menjadi waktu ngeliat Fadil dateng dan sama sekali ga tegor-tegoran sama Mista. Bahkan Fadil duduk di tempat yang agak jauh dari tempat duduk Mista. Apalagi, dugaan bahwa telah terjadi sesuatu di antara tiga sejoli itu, diperkuat ketika Bu Minah ngliat Mista langsung melengos liat ke arah laen begitu Fadil dateng. Rasa penasaran Bu Minah yang asalnya cuma segede rumah, langsung jadi segede gedung bertingkat ngliat kejadian itu. Tapi demi membuat Mista dan Fadil ga curiga, Bu Minah belagak adem ayem, ga nunjukin muka penasarannya. “Bu, soto ama teh botol ya. Jangan pedes” pesen Fadil sama Bu Minah. ”Lagi pada marahan ya, Dil? Kok jauh-jauhan?” Bu Minah memberikan pertanyaan yang sama ke Fadil. “Ah, ga. Lagi males aja ngegerombol kaya goreng jengkol”, sebuah jawaban yang hampir sama keluar dari mulut Fadil. Sama-sama berakhiran ol. Cuma kalo Mista belakangnya ikan tongkol, ini goreng jengkol. Bu Minah langsung mengernyitkan dahi. Otaknya mulai muter kayak komedi puter. “Bu, rendangnya dong ama teh botol” ga berapa lama tampang Andi udah nongol di depan hidung Bu Minah. Kontan aja Bu Minah yang lagi sibuk muter otak mikirin ol-nya Mista dan Fadil, kuaget setengah mati. “E pistol, e borgol, e be’ol, e kon..” untung aja Bu Minah udah keburu nyetop latahnya sendiri. “Aduuuh, Ndi. Kamu ini ngaget-ngagetin aja. “Yee.., malah nyalahin saya. Makanya kalo kerja jangan sambil ngelamun.” Jawab Andi sambil ngeloyor menuju meja makan. Lagi-lagi Bu Minah menemukan keanehan. Andi juga duduknya jauh-jauhan sama dua sejolinya. Mereka sama sekali ga bertegur sapa. Paling cuma ga sengaja ngelirik, abis itu langsung melengos. “Lagi pada marahan ya, Ndi?” lagi-lagi Bu Minah melontarkan pertanyaan yang sama ke Andi sambil nganter makanan yang dipesen Andi. “Ga. Lagi males aja ngegerombol kaya dodol” Yups... Akhirnya Bu Minah dengan sotoy-nya ngambil kesimpulan sementara dari investigasi singkatnya, bahwa Andi, Mista dan Fadil lagi marahan gara-gara ‘…ol’ Setelah menyimpulkan demikian, Bu Minah pun sibuk. Dia pun langsung nyiapin alat paparazzinya yang berupa handphone, trus langsung motret sana motret sini dan bisik sana bisik sini. Semua yang dateng ke kantin, dibisikin 28
  • 37. sama doi. Sampe kucing lewat aja ikut dibisikin. “Eh, trio Mista, Fadil dan Andi lagi marahan lho…” “Kenapa emangnya?” “Tau. Tapi yang pasti sih, mereka marahan gara-gara ol ol gitu deh...” Begitu kira- kira gosip yang disebar gratis ke seluruh pengunjung yang mampir ke kantinnya. Kantor pun menjadi heboh. Berita menyebar cepet banget lebih cepet dari pencarian google. Semua bisik-bisik ngomongin trio macan itu. “Katanya si Mista, Fadil n Andi pada marahan gara-gara ol, ya?” “Katanya Bu Minah seh getoh.” “Marahan gara-gara apa ya? Marahan gara-gara rebutan ongol-ongol?” “Ah, masa gara-gara rebutan ongol-ongol. Gara gara jambu bol kale.” “Bukan. Gara-gara bo’ol kale.” Begitulah kira-kira gosip yang dengan hangat menyebar di kantor hari itu. Sedangkan Fadil, Mista dan Andi, pura-pura cuek bebek. Bukannya mereka ga tau kalo mereka lagi digosipin. Justru mereka seneng. Serasa jadi selebritis gitu loh… Lagian mereka punya prinsip, Anjing menggonggong, kafilah tetep ke dugeman. Dan tingkah mereka yang bikin orang penasaran itu, terus berlanjut sampe menjelang minggu kedua, kayak yang udah disepakatin. ∞ 29
  • 38. 30
  • 39. Hari ke-1 Dasar si Andi, aya-aya wae. Awalnya gwe malaysia ikutan taruhan kaya model begindang. Tapi akhirnya gwe ngerasa tertantang juga seh. Demi persahabatan gwe terima tantangan ini. Lagian emang seh, gwe ngerasa hidup gwe gini-gini aja. Dinamikanya ga ada, boring, bosen dan bete. Habis, di rumah juga yang diadepin itu-itu doang. Tingkah adek gwe yang rada aneh karena suka ngobrol sama tokek, n curhatan Nyokap gwe. Ni hari kayaknya gwe sial deh. Masa naek kereta isinya aki-aki smuwa. Abis itu aki- akinya pada doyan ngelirikin gwe smuwa lage. Untung aja ga pake ngelus-ngelus paha. Kalo ga, hiiii… mending gwe kabur aja deh dari tu kereta, biarpun kudu loncat dari jendela juga. Biar aja gwe mati kecelakaan, daripada gwe harus mati dielusin aki-aki. Hooeekss.. Hari ke-2 Kemaren kereta isinya aki-aki smuwa, sekarang isinya pewong smuwa. Buete dah gwe. Mana tu pewong tingkahnya sama kayak aki-aki kemaren lage. Pada ngelirikin gwe, senyam senyum, mesam mesem… dikiranya gwe naksir kale. Ih, ga deh. Hari ke-3 Ga tau kenapa hari ini perasaan gwe lagi bete banget. Pikiran gwe melayang-layang inget mantan gwe yang sekarang entah dimana en sama siapa. Hiks.. sedeh deh gwe. Padahal barusan waktu pulang kantor ada brondong cekong nongol persis di depan idung gwe. Untung ga gwe kira lalat. Kalo ga, udah mati kali tu anak gara-gara gwe tabok pake jurus Tai-chi, alias jurus tai kuching. He he he… Yah, tu brondong sebenernya udah senyam senyum sih, bo… Tau senyum ma siapa. Ga tau senyum ma gwe, ga tau senyum ‘ma nenek grandong yang berdiri di belakang gwe, bodo amat deh, bukan urusan gwe. Pokoknya gwe lagi ga nepsong. Hari ke-4 Hari ini gwe ketemu sama someone yang rada cucok, bow. Dari lobang idungnya aja udah ketauan kalo dia gay. Karena mood gwe lagi bagus, gwe deketin aja doi pelan- pelan sambil ngesot kayak suster ngesot. Waktu udah deket, gwe lirik-lirik ke diana. Diana 31
  • 40. oks juga bow.., apalagi kalo diliat dari deket. Mukanya kayak Leonardo Dicaprio. Tapi ada bopeng-bopengnya dikit, sih.. Ya, gapapalah… Nobody’s perfect gitu loh.. Dengan segala cara dan usaha, gwe nyoba narik perhatian diana. Tapi ga sambil joget-joget kayak Andi. Si Andi mah norak. Gwe seh pelan pelan aja narik perhatiannya, ga frontal getoh. Gwe liatin, ehh... lama-lama dibales senyum. auw...auw... Sluuurp… rada klasik seh emang. Tapi begitulah, boleh dibilang itu adalah teori gwe, yang ga pernah gwe kasih tau ke lo pada. Tapi karena hari ini gwe lagi baek, gwe kasih tau deh. Sebenernya rumusnya gampang aja seh... Kalo kita ngelempar senyum ma orang yang baru pertama ketemu trus dia bales ngelempar sendal itu namanya minta dihajar. Nah, tapi kalo dibales ma senyuman lagi, --asal jangan senyuman ala kuntilanak-- itu tandanya diana juga tertarik sama kita. Ini menurut gwe loh. Terus, kalo senyum sampe berapa kali maseh dibales juga, itu tandanya diana minta dipepet. So, pepet langsung en ajak ngobrol. Kalo nyambung, minta no hape-nya, sepatunya, bajunya, celananya, anunya… dll deh. Nah, beberapa jam kemudian coba aja sms peres-peres nanya keadaanya. Abis itu ajak jenjongan ketumbaran deh. Kalo diana mau, manfaatin itu sebagai moment bwat ngorek tentang siapa diana. Selanjutnya terserah deh mau pada ngapain. Tapi, kita harus percaya sama yang namanya proses, jenggong buru-buru, karena ada pepatah bilang, easy come, easy go. Inget dont try this at home, kadang teori selalu berbeda dengan alam nyata, bisa aja cocok buat gwe tapi gak cocok buat lo bedua. Back to gebetan gwe. Nah waktu gwe udah berada dalam jarak yang cukup deket sama inceran gwe, gwe peres megang pundaknya deh. Maksudnya seh bwat mempertahankan diri kalo kalo kereta yang gwe naekin ngerem mendadak. --Padahal mana ada kisahnya kereta ngerem mendadak. Ada juga kecelakaan jadinya. Yah, maklumlah. Namanya juga alasan bwat pedekate. Ya ga, gays..? He he he..— Nah, abis itu, pelan-pelan deh gwe nyentuh tangannya. Ehhh, diana diem aza. Gwe tambahin sentuhan gwe di tangannya jadi sedikit lebih agresif, eeeh… tangan dia gerak-gerak. (aseek aseek..) Begitu gwe ngelirik, eh diana senyum. Senyumnya manis banget bo! Sumpah! Biarpun ada tai giginya dikit… Tapi gapapalah… Lagi-lagi, nobody’s perfect gitu loh… Karena diana senyum, langsung aja gwe remes tangannya. Ternyata dibales! Ouw...auw..! Gwe hepi bukan alang kepalang, euy! Untung gwe bisa nahan diri supaya ga jingkrak-jingkrak di kereta. Kalo ga, mungkin gwe udah dibuang sama penumpang kereta karena dianggap mengganggu ketertiban umum. Kereta brenti di Pasar Minggu. Tangan diana udah narik tangan gwe bwat ikut turun! 32
  • 41. Hepi banget dong gwe.., dengan semangat empat lima, gwe ikutin ajakannya. Tapi pas mau turun, tas gwe nyangkut ke badan orang laen, trus jatoh deh! Gondok gwe! Padahal Diana udah keburu turun. Waaaa!!! Dengan panik karena takut ketinggalan moment, gwe buru- buru nyari tas gwe. Tapi waktu tas gwe udah ketemu, kereta udah keburu jalan. Hiks… sedih gwe, sedih… Usaha keras gwe harus gagal karena tas gwe jatoh. Akhirnya demi ngilangin kesedihan gwe, gwe maen suling deh di deket pintu kereta sambil bercucuran aer mata. Hari ke-5 Yes! Pagi-pagi udah sempet ada yang ngasih sinyal ke gwe. Lumayan manis seh anaknya.. Tapi begitu gwe berusaha deket, eeh... diana malah keburu turun di UI. Gigit jari lagi dah gwe. Keseeeeel!! Tapi gapapa deh. Kalo jodoh besok pasti ketemu lagi. Pulang kantor di gerbong kereta api isinya lekong semua! Wihi!! Seneng banget gwe! Sumpah! Mata gwe langsung jelalatan kemana-mana. Sampe orang di sekeliling gwe pada nyingkir semua karena gwe pelototin. Takut kali ya? Mang mata gwe kalo melotot serem ya? Abis lekongnya manis manis sih, bo… Sayang aja di antara sekian banyak lekong manis itu ga ada yang sekaum sama kita. Makanya mereka pada kabur waktu gwe lirik-lirik. Hiks… sedih. Waktu gwe lagi asyik-asyiknya jelalatan kayak lalat, eh tiba-tiba gwe ngeliat di belakang gwe ada santri pake sorban dan jubah putih. Naujubilah gwe kaget banget. Saking kagetnya gwe sampe loncat. Pala gwe sampe kejedot atap kereta api. Langsung kebayang di otak gwe tu santri lagi melototin gwe, nasehatin gwe, nunjuk-nunjuk gwe sambil baca ayat-ayat Al-Quran bwat ngusir setan-setan di otak gwe. WAKS!! Rasanya pengen ngacir saat itu juga. Tapi kereta malah tambah penuh dan badan gwe makin terdesak, sampe mepet banget sama tu santri. Mampus! Gwe bener-bener gak bisa bergerak, gays! Keringet dingin gwe udah ngucur banyak banget. Tau kenapa gwe tegang abiz!! Badan gwe kakuuu banget kayak batang pohon. Pas lagi tegang-tegangnya gitu, eh… keretanya ngerem. Dan secara ga sengaja, tangan gwe nyentuh anunya alias kentinya tu santri! HUAAA!! Gwe ponik banget. Mulut gwe langsung komat kamit, bedoa supaya tu santri ga nyeramahin gwe. Pas gwe lagi sibuk-sibuknya bedoa, eeeh…, kereta ngerem lageee… Dan kali ini tangan gwe nyentuh pas di kepala anunya. Hampir aja gwe teriak. Tapi untung aja gwe masih bisa nahan diri. Gwe mematung seribu bahasa dengan keringet dingin yang maikin banyak netes dari dahi gwe, dan mulut 33
  • 42. yang tambah komat-kamit. Bukannya makin kosong, tambah lama kereta yang gwe naekin makin penuh aja. Saking panasnya, lama-lama otak gwe jadi kerasukan setan. “Udah…, peges aja anunya…” bisik tu setan kurang ajar di telinga gwe. Asalnya seh gwe ga mau dengerin bisikan tu setan. Tapi karena tu setan giat banget ngebisikin gwe, lama-lama gwe kepengaruh juga. Iyalah gapapa. Kerjain aja sekalian tu santri… Belom tentu ketemu lagi ini, batin gwe yang udah kerasukan setan. Dug.. dug.. dug.. jantung gwe berdebar kenceng banget pas baru mau mulai ngerjain tu santri. Tapi gwe nyoba tenang, dengan keringet dingin yang terus berlinang- linang. Setelah berkali-kali ngirup nafas panjang, akhirnya dengan segala kekuatan tenaga dalam yang gwe punya, gwe beraniin nyentuh anunya lagi dikit. Karena diana kayaknya adem ayem aja, gwe jadi lebih nekat. Gwe pegang lagi deh. Eh, ternyata tu santri emang BeTe alias Butuh Tentuhan (Sentuhan maksudnye…) Ternyata anunya diana lama-lama ngecong juga, bow!! Gwe tambah deg-degan bo!!! Sumpah!! Eh, tiba-tiba keretanya ngerem lagi. NGIK! Karena gwe ga siap pegangan, tangan gwe kali ini telak banget megang anunya!! HWAAA!!! Ternyata diana ga pake cd, booo!!! Dan anunya ternyata gedong jugaaa…!!! Untung aja gwe udah keburu nyampe tujuan. Jadi gwe bisa langsung kabur seribu langkah. Daripada tu santri minta tambah Hua ha ha!! Ga la yaw! Tar dia begituan sama gwe sambil ceramah lage!! Tidaaak!!! ∞ 34
  • 43. 35
  • 44. Hari ke-1 Bahlul... ini namenye permainan aneh dan nyeleneh. Seumur hidup, gwe ga pernah ngelakuin hal-hal kaya gini. Dasar emang Andi rada-rada sableng. Tapi seru seh.. Mirip buku-buku misteri yang pernah gwe baca… (apa juga hubungannya?) Hari pertama ini, gwe kenalan sama esmud alias eksekutif muda. Tampangnye keren bo.. Rapi en perlente. Yah, namanya juga esmud. Kalo pake celana rombeng mah pengamen namenye. Ceritenye gene neh…, Waktu ntu, penumpang kan kagak begitu banyak, jadi gwe kedapetan duduk di kursi. Tapi pertama gwe kedapetan duduk bareng nenek-nenek ganjen yang suka peres megang-megang paha gwe buat pegangan. Untungnye ntu nenek turun duluan. Nah, kagak lama, nongol deh tu esmud. Untung aja gwe ga ngiler. Sumpah gwe kagak bo’ong! Yah.., sebenernya ludah gwe udah ngumpul seh… Tapi keburu gwe telen sebelom jatoh. Tanpa banyak ba-bi-bu, langsung aja gwe ajak dia ngobrol. Alhamdulillah ternyata responnya ke gwe bagus. Namanya Ino, gays... Orangnya putih, bersih, dan nyambung kalo diajak ngobrol. Waktu diana turun, gwe sampe bela-belain ikut turun, ga peduli tujuan gwe masih jauh. Pokoknya pepet terusss… demi ngedapetin nomer telponnya. Untung perjuangan gwe kagak sia-sia. Alhamdulilah nomor Ino si esmud itu sekarang udah di tangan gwe. Jadi gwe ngerayain keberhasilan gwe dengan minum esklamud alias es kelapa muda di pinggir jalan. Hari ke-2 Mulai bangun tidur, gwe ma Ino udah kirim-kiriman breaking news, lho bo… Jadi acara gwe ngantri di kamar mandi tiap pagi jadi agak berwarna. Alhamdulillah gwe ma diana cepet banget akrab. Kayak guling ama bantal. Gwe seh yakin kalo dia suka ‘ma gwe. Bukanya ge-er lho bo.. Tapi kebacalah kalo ada orang yang suka ama kita. ‘Ner ga? Besok kita janjian ketemuan. Cihuuuy… Hari ke-3 Gwe kagak nyangka Ino romantis abis! Diana pinter banget cari tempat nongkrong 36
  • 45. yang gratis, bo. Kita berdua ngobrol ngalor-ngidul di atas jembatan layang sambil nonton kemacetan jalanan. Diana beli gorengan, gwe yang beli teh botol. Diana beli rokok, gwe yang beli apinya. Diana beli ‘kucing’, gwe yang bayarin... ehhhh, enak aja! Kalo yang satu ntu ga la yaw… Sori sori aje. Wah pokoknya malam ini serasa Jaka sembung sama si Putung. Gwe melambung, bung! Besok kita janjian kencan lagi!!! Aseek…!! � Hari ke-4 Wiii..!! Ga nyangka ternyata Ino orangnya kagak gengsian. Gwe kira diana kagak mau kalo gwe ajak makan di pinggir jalan. Tapi ternyata diana malah seneng banget tuh. Diana nepsong banget makan pecel ayam Pak Giyam yang letaknya tepat di pinggiran jalan besar. Diana doyan makanin ayam sampe ke tulang-tulangnya. Bahkan diana sampe nambah dua piring, dan piring piringnya ikutan dimakan juga. Wiii… debus kaleee… Pokoknya Ino serru banget deh bo… Besok malam Ino ngajak gwe nonton film!! auw...auw!!! Aseeek!!! � Hari ke-5 Kayak yang gwe omongin kemaren, malem ini kita janjian nonton film di bioskop. Walaupun Ino romantis, tapi diana doyan nonton film horor lho. Padahal gwe males banget nonton genre film satu itu. Bikin deg-degan dan jantungan. Tapi…, ternyata ada untungnya juga ye… nonton film horor sama gebetan… Huo ho ho… Habis, tiap gwe terkaget-kaget karena ada adegan setan, Ino langsung ngeremes tangan gwe sambil senyum. Habis itu lama-lama Ino narik pala gwe bwat bersandar di pundaknya. Wihiiii!!! Aseeeek…! Pertamanya seh gwe deg-degan, tapi lama-lama… karena keasyikan, gwe malah ketiduran. WAKS!! Iya, gwe ketiduran saking pundaknya enak bwat dipake tidur. Dan diana baru bangunin gwe setelah film kelar! HWAAA!!! Perasaan gwe campur aduk, tau! Sebel, malu, sedih. Sebel dan sedih, karena gwe kudu ketinggalan momen bersejarah. Soalnya kan waktu itu adegannya lagi romantis bangeeeet!! Malu, karena ternyata gwe tidurnya mangap sambil ngiler! Ga tau ngorok apa kagak. Moga-moga sih kagak. Tapi kayaknya ga mungkin. Karena lu tau kan gays… gwe kalo tidur, dimana aja, posisi apa aja.., pasti ngorok. Iiiih! 37
  • 46. Sebel! Sebel! Gwe udah takut banget diana jadi ilfil sama gwe. Emang seh…, diana sempet senyum senyum… tapi diana ga ngomong apa-apa tuh. Mungkin diana ga mau bikin gwe malu kali ye… Untung si Pitung nabung. Maksud gwe…, untung aja Ino ga ilfil ma gwe.. buktinya pas gwe nawarin dia bwat nginep di kosan gwe, diana ga nolak, bo! Wihiii!! Rasanya gwe pingin jingkrak-jingkrak sambil tereak di depan mukanya karena tawaran gwe diterima. Tapi gwe nyadar diri kalo gwe blom sikat gigi. Jadi gwe tahan supaya ga tereak tereak di mukanya. Tar salah-salah diana bisa pingsan karena bau mulut gwe. Pokoknya hari ini aseek deh bo… ∞ 38
  • 47. 39
  • 48. Hari ke-1 Wihi… kalo begini caranya kan hidup jadi lebih bersemangat. Ya ga, gays…? Bangun tidur, ku terus mandi.. Tidak lupa menggosok gigi… Huss! Kok aku jadi nyanyi seeeh… Pagi-pagi, baru hari pertama, aku udah papasan sama brondong SMA, bo!! Anaknya lucu abis! Manis, tingginya seratus tujuh puluh sentian, badannya ceking, idungnya mancung, dan tampangnya ga kalah sama brondong-brondong model majalah Aneka. Diana satu kebangsaan sama Mista, alias dari suku sunda. Waktu lagi ngantri, ceritanya diana ada di sebelah aku. Trus, entah diana nguntit, entah kebetulan, di dalem busway, kita duduk sebelahan deh. Eh, ternyata diana anaknya supel banget. Baru aja duduk sedetik, diana udah ngajak ngobrol duluan. Mana ngobrolnya ga ada titik komanya kayak kereta api, lage. Sebelum diana turun, diana sempet nanya dulu nomer hape aku. Ya kukasih aja tanpa banyak omong. Kali aja diana bisa nyangkut sama aku. Dasar ni brondong agresif abis. Belom juga semenit diana turun dari busway, eeeh… diana udah sms. Diana ngajak ketemuan di halte kalideres sorenya, tempat tadi aku ama dia ketemu. Ya udah, daripada ga ada gebetan, akhirnya sorenya sepulang kantor, aku tunggu dia di halte kalideres. Eh, dasar brondong kurang ajar. Satu jam aku tungguin sampe pake acara ketiduran segala, diana ga nongol-nongol juga. Ya udah aku pulang aja. Keki deh. � Hari ke-2 Dasar emang jodoh ato sial, pagi ini, aku ketemu lagi sama brondong yang kemaren. Diana minta ampun sampe nyembah-nyembah segala kayak belalang sembah karena kemaren ga nepatin janji. Katanya seh diana kecopetan waktu pulang sekolah. En Hapenya ikut kecopetan juga. Jadi semua nomor penting juga ikut raib, termasuk nomorku. Habis itu, diana minta nomer aku lagi, dan ngajak janjian sore ini, di tempat yang sama kayak kemaren. Sorenya waktu aku turun dari busway, tu brondong udah nunggu. Waktu liat aku dari jauh, dia udah pasang senyum ala model kalo mau difoto. Pake kedap kedip en pasang pose segala, lagi. Habis itu, baru aja ketemu, diana langsung minta nginep di rumah aku. Busseet.. Katanya seh diana udah minta izin ama nyokapnya dengan alasan ada tugas kelompok yang harus diserahin besok. Ga tau kenapa, aku kayak kehabisan kata-kata mlulu 40
  • 49. kalo berhadapan ama brondong atu ini. Mungkin aku kalah agresif kali ya.. So, aku ga bisa nolak deh. Setelah sampe di rumah dengan selamet, doi langsung ngajak mandi bareng! Gubrak! Gile ni brondong. Tapi gapapalah. Aku turutin aja kemauannya. Akhirnya terjadilah peperangan seru di kamar mandi. Ni brondong ternyata bener agresif abis, bo!! Diana yang mulai duluan. Sumpah!! Abis itu… yaaah…, ga usah aku tulis detil kalee… Sesudah selesai mandi kita ngobrol di ranjang panjang lebar. Tapi ujung-ujungnya, diana curhat tentang ekonomi keluarganya yang lagi sekarat. Wah... lama-lama kerasa banget nih brondong ada maunya sama aku. Ditambah lagi, habis itu diana ngaku, kalo diana itu ternyata ‘kucing’. Gubrak. Pantes aja orangnya nyosoran. Yaah…, dasar emang ini hari na’as gwe kali ya… Sebenernya seh aku males ngasih duit. Ya iyalaaah…, habis gimana enggak. Orang aku ga ngalling dia. Diana yang minta sendiri, masa aku harus bayar. Akhirnya aku janjiin bayar dia besok pagi. Daripada diana tar akting nangis nangis, ngadu sama ortunya kalo diana diperkosa sama aku, dan ortunya nglapor polisi trus aku ditangkep lagi? Haah… ga deh. Bukannya takut sama polisi.., tapi aku udah bosen berurusan sama polisi. Polisinyga juga udah bosen kalee burusan sama aku… Yaah.., you know laah.. Makanya daripada begitu, mending aku cari amannya aja. Hari ke-3 Pagi-pagi aku udah harus ngeluarin duit lumayan banyak buat bayar tu brondong. Lama-lama aku jadi makin trauma neh ama brondong. Apalagi abis kejadian semalem. Abis brondong tuh masih seneng berpetualang seh… Coba sana, coba sini… emangnya kita kue tar dicoba-coba..? Ih. Abis itu, di depan kita seh ngomong cinta mati, tapi di belakang kita, diana ngibarin bendera “The Jomblo Gays”. Lagian kebanyakan pada matre. Cape deh urusan sama brondong…. Untungnya aku ketemu sama legan alias lekong ganteng. Matanya bagai danau.., bibirnya merah bagai darah.., dan giginya seruncing gigi anjing (drakula kalee...). Awalnya kita udah liat-liatan. Tapi aku yang punya inisiatif deketin dia duluan. Karena diana udah ngebales pandangan aku, langsung aja aku to the point peres ngedeketin tanganku ke tangan dia. Eh, ternyata diana diem aja tuh. Baru aja aku mau mulai lebih agresif, eh.. diana ga sengaja garuk kepala. Dan saat itu juga aku liat ada cincin terpasang di jari manisnya... Gubrak. Aku langsung manyun n diem seribu bahasa. Aku percaya sama hukum karma. Kalo kita nyakitin orang, kita pasti disakitin. Kalo 41
  • 50. kita ninggalin, kita pasti bakal ditinggalin. N kalo kita nyeleweng, kita pasti diselewengin. Makanya aku punya prinsip dalam diri aku bahwa aku ga akan meong sama yang berbau punya orang. Daripada suatu saat aku yang digituin… Ih, amit-amit deh. Hari ke-4 Wiii…, hari ini aku dapat kenalan yang tampangnya mirip Dimas Seto. Namanya Angga Kurniawan Setya Wastawan nan Rupawan. Ga tau kenapa diana ngasih nama lengkap selengkap-lengkapnya. Untung ga ditambahin: ‘Jemuran Kudisan Kejebur Selokan’. Hihi.. Kayaknya diana bangga banget gitu deh sama namanya. Padahal mukanya seh ga rupawan rupawan amat. Tapi, diana itu tipikal aku banget. Sederhana dan berpenampilan apa adanya. Pertama ketemu jantungku deg-degan banget. Di tangannya udah ada gelang warna pelangi, maskot lambang gay seluruh dunia, yang menjelaskan tentang begitu beragamnya warna dan pluralisme, termasuk pilihan orientasi seksual yang berbeda-beda. --jangan pada nanya tentang sejarah kenapa warna pelangi dipakai untuk lambang gay, ya. kepanjangan tar jelasinnya. Cari di Google aja. Tar catetan aku malah kaya bahan skripsi, lagee.-- Karena diana tipikal aku banget, terang aja dengan semangat empat lima aku langsung nyosor deketin diana.. Eh..eh.. ternyata diana juga nyosoran. Tanpa banyak curigation, langsung aja aku ajak dia ke rumah. Eh, di perjalanan diana malah minta ijin nginep. Terang aja aku sambut diana dengan senang hati dan lapang dada selapang lapangan bola yang ada di depan rumah aku. Eh, sampe di rumah ternyata lampu mati. Mungkin Pe eL eN tau kali yee…, kalo aku mau kencan… Huo ho ho.. Jadi suasananya romantis abis. Kita candle light dinneran…, ngobrol panjang dengan cuma diterangi cahaya lilin…, sampe akhirnya ketiduran deh. Wihi….. Hari ke-5 Malam ini Angga main lagi ke rumah, bo… Diana keliatan seger banget biarpun baru pulang dari kantor. Ga tau mata aku yang udah agak rusak, ga tau diana yang emang udah siap-siap mau kencan sama aku. Jadi diana dandan dulu sebelum ketemu aku. Whatover.., yang penting diana kliatan cakep abis. 42
  • 51. Malam itu kita banyak ngobrol di ranjang, dan akhirnya tangan pada ngegerayang sampe kita pada kayang... Eh, waktu udah mau melayang, ternyata WaKS! Badan diana penuh panu. GUBRAK. Terang aja aku langsung ilfil dan ga nepsong lagi. Muka Angga juga langsung berubah demi ngliat aku ilfil. Tampangnya jadi rada sedih gitu deh. Aku jadi ga tega ngliatnya. Tapi gemana… udah terlanjur ilfil seh… Akhirnya malem itu, kita tidur diem- dieman sambil belakang-belakangan kayak suami istri lagi marahan. Hari ke-6 Pagi-pagi banget Angga udah pamit pulang. Trus waktu berangkat ke kantor, aku ketemu sama seorang gadun yang mukanya wise banget. Tu gadun cakep deh bo…, Matanya teduh kaya mata Richard Gere! Beneran! Yaah, rada meleset dikit laaah… Rambutnya yang udah bihunan alias ubanan, nambah seksi penampilannya. Tapi aku belom sempet ngapa- ngapain. Deketin aja ga bisa. Abis buswaynya lagi penuh seh bo… Hiks.. padahal aku naksir berat. Sore harinya bukannya aku yang jalanin misi, malah ada orang yang ngelancarin aksi. Nekat banget lagi orangnya. Pertama diana megang celana aku. Karena aku diem aja, diana tambah nekat. Diana ngegeserin badannya supaya bisa lebih mepet ke aku. Abis itu, diana nempelin tanganya ke celana aku. Awalnya aku nikmatin aja. Tapi lama-lama tanganya malah ngegerayang lebih keras kayak mau ngelecong kenti aku. HIII..!! Seyeeem. Untung busway berenti. Aku langsung berdiri dan berniat ambil langkah seribu. Tapi, CIIIT! langsung aku rem langkah aku karena gadun tadi pagi tiba-tiba aja nongol di depan mata aku. Wihiiii!! Aseeek… Kali ini aku ga mau lagi kehilangan momen. Waktu busway yang aku naekin ngerem, aku sengaja jatohin badan aku ke badannya diana. Biar kayak di film-film... Hue he he... N ternyata... tu gadun nyambut, bo!! Diana ngliatin aku sambil ngeremes tangan aku pelan. Sek Aseeek… Romantis banget bo.., kalo di film, adegan kayak gitu pasti dibikin slow motion. Coba kalo ada remote, aku slow motion juga adegan barusan. Emang seh…, belom ada kata-kata di antara kita. Ciee… Tapi masing-masing udah nangkep sinyal. Langsung aja aku bisik-bisik ke diana minta nomer HaPe. Eeeh.., diana bales bisikin aku, ngajak aku tidur di apartemennya. Ihik! Aseeek! So sweet bangeeet deh pokoknya, ∞ 43
  • 52. 44
  • 53. Gara-gara Bu Minah, semua orang di kantor jadi sibuk nyari -–ol yang nyebabin Mista, Andi dan Fadil ga sapa-sapaan. Lama-lama, --olnya trio kempit ini pun jadi trend baru di kalangan orang sekantor. Semua demen ngobrol pake akhiran ol di belakangnya. “Eh, mau kemanol, lu?” “Mau ke toiletol. Mau ikutol lu?” “Ih, sori aja ya, ol. Gwe masih banyak kerjolan (kerjaan maksudnye…) neh.” Gitu deh kira-kira. -–olnya Mista, Fadil en Andi, bahkan udah jadi bahasa baru orang sekantor. Sementara itu, Mista Andi dan Fadil pada ga nyadar kenapa temen-temen sekantornya pada ber-ol ol ria. Mereka cuma bertanya-tanya aja dalam hati kenapa tiba-tiba orang sekantor jadi kena virus baru. Tapi karena mereka betiga lagi pada asik sama misi, mereka cuek aja, ga mau tau dan ga mau ikut-ikutan trend. Mereka asyik dengan dunianya sendiri, karena mereka semakin mendekati target yang udah disepakatin. MISTA Cowok yang bertampang mahasiswa yang sempet ngasih sinyal ke Mista pas hari kelima ternyata emang bukan jodohnya. Nyatanya Mista ga pernah lagi ketemu sama doi. Untung jodohnya juga bukan santri yang doi kerjain. Mista juga ga pernah berharap ketemu ketemu lagi sama tu santri. Amit-amit deeeeh… Bisa mampus doi kalo sampe ketemu lagi. Jangan-jangan bisa giliran Mista yang ganti dikerjain. Hua ha ha… Mending Mista ngabur aja begitu liat idung tu orang. Untungnya di hari ketujuh, Mista ketemu gadun bule yang namanya Hubert. Hubert berusia 50 tahun dan bekerja di perusahaan export import mebel. Kayaknya seh Mista cocok banget sama Hubert. Baru hari pertama aja mereka udah nempel kayak kembar siam. Dan semenjak kenal Hubert, Mista jadi jarang pulang ke rumahnya di Bogor bwat nengok Nyokap, Tika dan tokek budeknya. Soalnya doi ditawarin tinggal bareng di apartemen Hubert yang letaknya di depan stasiun. FADIL Ino yang diincernya ternyata cuma seminggu di Jakarta. Rupanya doi cuma training doang di Jakarta. So, abis training, doi kudu pulang ke kotanya di Makasar. Akhirnya di hari 45
  • 54. keenam Fadil manyun suranyun dan berlinangan aer mata. Abis doi udah demen banget sama Ino. Lagian, waktu Ino kudu pulang, hubungan mereka lagi romantis banget. Mereka mesra-mesraan semaleman sambil ngobrol panjang lebar. Ga taunya besoknya Ino pamit. Huwaaa!!! Fadil pun sedih bukan alang kepalang sambil jeduk-jedukin palanya di tiang terus makan bacang. Untungnya di hari ketujuh Fadil udah dapetin temen kencan lagi bwat ngobatin sakit hatinya sama Ino. Fadil kenalan sama yang namanya Rizky. Doi seh ngakunya mahasiswa semester tiga di salah satu Universitas swasta di Jakarta, ga tau Universitas apa. Tapi Fadil masa bodo. Mau Rizky mahasiswa Universitas Atmajaya kek, Trijaya kek, Kopaja kek, yang penting doi udah ndapetin seseorang yang bisa diajak kencan di akhir minggu kedua. ANDI Inget gadun romantis yang bikin Andi kesemsem dan langsung ngajak Andi ke apartemennya itu kan? Ternyata di hari ketujuh, gadun yang dia impiin itu cuma tinggal cerita. Pasalnya, waktu Andi diajak ke apartemennya, ternyata disana udah ada brondong yang nungguin. Trus, gadun itu ngajak Andi suma bwat diajak three some... WAKS! Terang aja Andi ngabur langsung sambil tereak tereak keluar dari tu apartemen. Untung doi ga dikejar sama Satpam dan ga dikejar tu gadun, trus diperkosa. Kalo ga, WAAA! Tidaaaaak!!! Setelah Andi melarikan diri dari apartemen dan menyusuri jembatan sambil menerawang putus asa, memandang langit sambil makan kunyit saking stressnya, eh, doi ketemu sama esmud. Eh, ga tau esmud ga tau bukan ding. Gayanya sih mirip esmud, tapi bisa aja ternyata tukang cabud rumpud. Namanya Yudo. Doi klimis dan manis. Kata Andi she… bwat ukuran cowok, Yudo tu sempurna. Tapi matanya Andi kan suka kelilipan sepatu… Tapi yang jelas, yang paling bikin Andi tambah kesemsem sama Yudo, karena Yudo rajin shalat, biarpun shalatnya berantakan. Shalat dzuhur jadi dua rakaat, shalat ashar tiga rakaat, eh, shalat shubuh malah empat rakaat. Trus baca Al-Qur’annya kebalik, lagi. Waktu Andi nanya, katanya Yudo menganut aliran Islam baru. Waduh. Ga tau deh. Andi ga peduli. Yang penting doi udah dapet temen kencan. ∞
  • 56. Kayak yang udah disepakatin, minggu kedua mereka kudu ketemuan di Coffee Shop biasa. Fadil sama Mista, udah duluan nongolin batang idungnya. Tapi mereka ga ngobrol satu sama lain. Mereka nungguin Andi bwat ngasih tanda bisu-bisuan mereka udah selesai. Tapi yang ditungguin ga nongol nongol juga. Ya udah, iseng-iseng Fadil cuap-cuap sama HaPenya, sedang Mista asik bersms ria sama Hubert. Ga lama muncul deh Andi sang ketua sekte. Karena bisu-bisuannya belom dinyatakan berakhir, terang aja Fadil dan Mista cuek bebek biarpun Andi udah nongol di depan mata mereka. Mereka tetep aja asik dengan kegiatan masing-masing. Andi yang asalnya udah siap-siap pasang senyum manis, langsung bete liat kelakuan temen-temennya. Hampir lima menit Andi ngebiarin dua sohibnya sibuk dengan diri sendiri. Menit berikutnya Andi mulai ngerasa ga di hargai, makin ga di hargai, makin murah harganya, makin rendah, (lama-lama kayak lagi lelangan..) sampe akhirnya Andi naik pohon. (naik pitam maksudnye...) Lalu…, “BRAK!! N” Andi langsung berdiri sambil ngegebrak meja dengan keras. Sebenernya tangannya sakit banget seh… Tapi demi harga dirinya yang setinggi langit, doi kepaksa nahan sakit. Terang aja semua orang yang ada di Coffee Shop ngliatin Andi termasuk Mista dan Fadil yang seketika langsung menghentikan kegiatannya. “Aku ga terima diperlakukan kayak gini! Masa aku dateng kalian semua cuek aja kayak ikan cue?!! Hargain aku sedikit bisa ga seeeh…?!” Andi tereak tereak kayak orang gila. Sebelum Satpam nongol, Mista dan Fadil yang udah hapal sama kelakuan Andi yang kadang suka aneh itu, langsung nenangin temennya sambil nyuruh duduk. “Sori…sori… kan kita lagi bisu-bisuan…” Fadil mencoba menenangkan. “Kalo udah sampe sini bisu-bisuannya udah selesai dong, gaaayss….” Kata Andi sambil setengah teriak, setengah ngeden. Untung ga mencret. “Idddiiih… mana gwe tau, Ndi. Orang barusan gwe sama Fadil aja masih diem- dieman, ga ngomong sepatah kata pun. Kan kita nunggu elo buat ngasih tanda bahwa bisu- bisuan kita selesai. Getoh! Elu mah, darting (darah tinggi) mulu seh…” jelas Mista sambil ngayem-ayemin atinya sendiri. “Ya udah, sekarang bisu-bisuannya selesai.” Andi menutup kesepakatan mereka dengan mengetok meja tiga kali kayak di persidangan. “Selamat sore... pada serius amat. Kemana aja kok baru pada keliatan?” Ga lama, waiter yang dua minggu lalu udah bikin Fadil jungkir balik plus ngiler ngiler, nongol di depan mereka. “Mau ngorder apa, mas?” tanya Dika dengan ramahnya. Ga usah diceritain deh 48
  • 57. gimana tingkah lakunya Fadil Cs. Yang pasti hampir sama kayak dua minggu yang lalu deh. Singkat cerita, waktu semua makanan yang dipesan udah terkumpul, Dika pun melenggang meninggalkan trio ketek itu. “Gimana? Kalian udah pada dapet teman kencan untuk malam pergantian tahun nanti, blom?“ seperti biasa Andi sebagai moderator dan ketua jurusan membuka pembicaraan lebih dulu. “Udah dong…” jawab Fadil dengan songongnya. “Biasa aja kaleee… Gwe juga udah gitu lohh..” ledek Mista sambil majuin bibir bawahnya ke arah Fadil. “Aku juga udah. Brarti kita seri.” Kata Andi. “Nah, kalo gitu, sesuai dengan peraturan kemaren, sekarang saatnya kita pake step kedua. Putusin temen kencan lo, dan kita cari lagi hingga menjelang taon baru. Yang ga dapet, brarti kena hukuman. Gimana?” Wajah Mista dan Fadil yang barusan masih berseri-seri, langsung kusem kayak baju yang udah ga dicuci sebulan. “Tapi gwe udah terlanjur sayang..”, jawab Mista, yang segera disambung dengan anggukan dari Fadil. Tampang mereka semua jadi ketarik kebawah.” “Eit, ga ada manyun manyunan ya, gays.. Tool is the tool” “Rule kale, boo…” inget Mista dan Fadil. “Iya…, pokoknya itu.” Andi ga mau disalahin. Masa ketua disalahin… Mau dikemanain harga dirinya yang setinggi langit itu. “Brarti…” lanjutnya “mulai besok kita kudu ngelanjutin step kedua. Setelah mutusin temen kencan kita masing-masing, kita kudu nyari temen kencan sesuai hobi masing-masing. Gwe cari di diskotik karena gwe doyan dugem, Fadil cari di swimming pool karena doyan berenang, dan Mista nyari di dunia maya. Oks?” tandas Andi berusaha bwat bertampang kejam. Fadil dan Mista lagi-lagi cuma manggut-manggut doang. “Sip... gitu dong... o iya pada bawa buku kecil kan?” Mista dan Fadil manggut- manggut lagi dengan loyo. “Ya udah, sekarang kita saling tuker, yuk. Biar tau pengalaman masing-masing. Tapi ga boleh dibawa pulang, ya. Dan besok, kita mulai step kita yang kedua. Ok?” Lagi-lagi Mista dan Fadil manggut manggut. Dan tanpa kata-kata sepatah pun, mereka pun bertukar buku diary. 49
  • 58. 50
  • 59. Hari ke-16 Di kantor pagi-pagi buta blom ada siapa-siapa. Ya iyalaah sapa yang mau ngantor subuh-subuh, kecuali satpam jaga malem. Maksudnya, pagi-pagi di kantor, Mista, Fadil dan Andi kliatan linglung. Muka mereka pada merah, bibir pecah-pecah, dan susah buang air besar (gejala panas dalem, kaleee). Saking linglungnya, Fadil yang tadinya mau ke westlife alias WeCe, malah ngelamun di kantin. Sebaliknya, Mista yang mau ke kantin, malah ke toilet numpang ngaca. Andi yang mau motocopy dokumen, malah keluar kantor beli gorengan. Untuk membunuh rasa cinta emang gampang-gampang susah, kayak kutil nempel di mata kaki. Karena semua yang akan dilakukan ada hubungannya dengan perasaan. Kalo udah berhubungan sama perasaan, urusannya bisa panjang. Berbagai kasus bunuh diri dan pembunuhan yang ditayangin di TiPi juga ga sedikit yang berurusan dengan perasaan. Ada yang bunuh pacarnya ndiri, ada yang bunuh diri dengan berbagai cara, mulai dari nyilet nadi, gantung diri, nenggak obat sipilis, sampe terjun bebas. Belom lagi kalo PDI alias Persatuan Dukun Indonesia udah turut campur. Gawat deh. Untungnya Mista, Fadil dan Andi ga sampe segitunya. Paling linglung doang. Mereka bingung gimana cara yang tepat bwat mutusin temen kencan mereka. Jangan sampe mereka yang bunuh diri gara-gara diputusin. Hari ke-16, Pukul 18:30 WIB Mista sampe di apartemennya Hubert yang keitung mewah, bwat ukuran Mista yang cuma punya rumah sederhana di Bogor sana. Waktu Mista buka pintu, ruangan itu masih gelap lap. Blom ada sapa-sapa. Rupanya Hubert blom pulang. Sebenernya Mista berat banget mutusin Hubert. Ya iyalaaah... jarang banget gitu loh, doi punya kesempatan tinggal di apartemen mewah. Blom lagi Hubert orangnya baik dan perhatian banget sama Mista. Apa aja dikasih, deh. Mista mau makan dikasih, mau rokok dikasih, mau laptop dikasih. Malah Mista pernah dikasih ayam idup lima puluh ekor! Untung di kampungnya banyak orang yang mebutuhkan. Tapi tetep aja Mista bingung ditanya-tanyain Nyokapnya tentang asal usul tu ayam. Makanya Mista berat banget deh ninggalin Hubert.. Walaupun bagi Mista, Hubert lebih kayak pengganti Bokapnya yang udah ga ada. “Krek...jeklek”. terdengar suara pintu dibuka. Ga lama keliatan batang hidungnya Hubert yang segede burung betet. Hubert membawa keresek putih dari supermarket. 51