Musyarakah mutanaqishah adalah kerja sama antara bank dan nasabah untuk membeli suatu aset seperti rumah, dimana kepemilikan bank akan berkurang secara bertahap seiring nasabah membayar angsuran sampai kepemilikan penuh berpindah ke nasabah. Fatwa DSN-MUI mengatur tentang definisi, ketentuan umum dan khusus, serta contoh penerapannya dalam pembiayaan perumahan.
2. DEFINISI DASAR HUKUM
(MUSYARAKAH MUTANAQISAH)
Hasanudin & Mubarok (2012)
Kerja sama antara para syarik (dalam hal ini bank dengan nasabah) guna
membeli suatu barang, kemudian barang tersebut dijadikan “modal usaha” oleh
nasabah untuk mendapatkan keuntungan yang akan dibagi bersama diantara
bank dengan nasabah disertai dengan pembelian barang modal milik bank yang
dilakukan secara berangsur sehingga kepemilikan bank terhadap barang modal
sekian lama semakin berkurang
Al-Qur’an Surat Shad [38], ayat 24
“…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu
sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini….”
Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata
“Allah swt. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat
selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu
pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu Daud, yang
dishahihkan oleh al-Hakim, dari Abu Hurairah).
3. URGENSI MUSYARAKAH MUTANAQISAH DALAM
AKAD/KESEPAKATAN
Di dalam musyarakah mutanaqishah terdapat unsur kerjasama
(syirkah) dan unsur sewa (ijarah). Proses kerjasama yang di
dalamnya ikut menyertakan modal, dana, dan kerjasama antara
kedua belah pihak. Dan hak sewa adalah hak yang di berikan oleh
salah satu pihak ke pihak yang lain.
Pada akad musyarakah mutanaqisah diharuskan memiliki kejelasan
dalam besaran angsuran dan besaran sewa yang harus dibayar
nasabah ke pihak bank syariah, dan juga harus memiliki batasan
waktu pembayaran yang sudah di ketahui, di sepakati oleh kedua
belah pihak. Harga sewa, besar kecilnya harga sewa, dapat berubah
sesuai kesepakatan. Dalam kurun waktu tertentu besar-kecilnya
sewa dapat dilakukan kesepakatan ulang.
4. DEFINISI AKAD
MUSYARAKAH
MUTANAQISAH
Kata dasar dari musyarakah adalah syirkah yang berasal dari
kata syaraka-yusriku-syarkan-syarikan-syirkatan (syirkah)
yang berarti kerja sama, perusahaan atau kelompok/kumpulan.
Musyarakah atau syirkah merupakan kerja sama dalam modal
dan keuntungan, sementara mutanaqisah yang berarti
mengurangi secara bertahap.
Musyarakah Mutanaqishah (diminishing partnership) adalah
bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
kepemilikan suatu barang atau aset. Dimana kerja sama ini
akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak sementara
pihak yang lain bertambah hak kepemilikkannya
5. Musyarakah mutanaqishah atau syirkah yang kepemilikan aset/barang atau modal
salah satu syarik berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh syarik lainnya
Syarik adalah mitra, yaitu pihak yang melakukan akad musyarakah
Hishshah adalah porsi modal atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah yang
bersifat musya’
Musya’ adalah porsi atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah (milik bersama)
dari segi nilai dan tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara fisik.
Ketentuan Umum:
1.
2.
3.
4.
Fatwa DSN MUI
Nomor 73 Tahun
2008 Tentang
Musyarakah
Mutanaqishah
Substansi fatwa
DSN-MUI Nomor
73/DSN-
MUI/XI/2008
tentang syirkah
mutanaqishah
6. Aset musyarakah mutanaqishah dapat di-ijarah-kan (disewakan) kepada syarik atau pihak
lain
Apabila aset musyarakah mutanaqishah menjadi objek ijarah, maka syarik/nasabah dapat
menyewa aset tersebut dengan nilai ujrah (sewa) berdasarkan kesepakatan.
Keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut (hasil sewa) dibagi sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati dalam akad, sedangkan pembagian kerugian harus berdasarkan
porsi modal/kepemilikan. Nisbah keuntungan daapt mengikuti proporsi modal/kepemilikan
sesuai kesepakatan para syarik.
Kadar/ukuran bagian/porsi kepemilikan aset musyarakah dari pada syarik/LKS berkurang
akibat pembayaran oleh syarik/nasabah harus jelas dan disepakati dalam akad.
Biaya perolehan aset musyarakah mutanaqishah menjadi beban bersama, sedangkan biaya
pengalihan kepemilikan menjadi beban pembeli.
Ketentuan Khusus:
1.
2.
3.
4.
5.
Fatwa DSN MUI
Nomor 73 Tahun
2008 Tentang
Musyarakah
Mutanaqishah
Substansi fatwa
DSN-MUI Nomor
73/DSN-
MUI/XI/2008
tentang syirkah
mutanaqishah
7. Ketentuan Penutup:
a. Jika terjadi perselisihan di antara pra pihak,
penyelesaian perselisihan dilakukan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai
prinsip syariah.
b. Fatwa tentang musyarakah mutanaqishah berlaku
sejak tanggal ditetapkan ( 14 November 2008) dengan
ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.
Hasanudin &
Mubarok
(2012)
menyebutkan
8. CONTOH
PENGAMALAN
AKAD
MUSYARAKAH
MUTANAQISAH
1
Nasabah memilih jenis dan bentuk rumah yang ingin di miliki melalui pembiayaan
bank syariah dengan menggunakan skema musyarakah mutanaqisah
Rumah yang direkomendasikan oleh nasabah kemudian dilakukan penilaian aset
(asset appraisal) oleh pihak bank ataupun pihak ketiga atau pihak dari pada
kantor jasa penilai properti (KJPP). Penilaian ini diharuskan karena rumah
tersebut dijadikan sebagai agunan/jaminan (dhaman/collateral) atas
pembiayaan yang dilakukan.
Jika masing masing sudah mengetahui dan jaminan telah memenuhi ketentuan
perbankan syariah , maka nasabah di haruskan melengkapi berkas pembiayaan
yang di perlukan, seperti biodata pribadi, data penghasilan, jaminan ,dsb
Jika semua berkas telah terkumpul , maka bank melakukan verifikasi serta
menganalisa data
Setelah selesai dengan persetujuan, selanjutnya pihak bank mengirimkan surat
persetujuan permohonan pembiayaan (SP3), Offering letter (OL) kepada
nasabah
2
3
4
5
6 Setelah itu nasabah melakukan pembayaran uang muka (DP) kepada
developer/penjual rumah. Dp tersebut menjadi porsi syirkah nasabah atas
musyarakah dalam kepemilikan rumah
9. CONTOH
PENGAMALAN
AKAD
MUSYARAKAH
MUTANAQISAH
7
Nasabah dan Bank melakukan akad pembiayaan musyarkah mutanaqishah atas
rumah. Akad yang dipakai adalah akad musyarakah, bai’ dan ijarah.
Kemudian akad dilakukan , maka bank tinggal membayarkan sisanya untuk
pembelian yang sebelumnya nasabah menyerahkan DP Akad jual beli rumah
telah dilakukan dengan terbayarnya porsi syirkah berjumlah 100%.
Nasabah membayarkan angsuran setiap bulannya kepada bank hingga jangka
waktu yang di tentukan atas kesepakatan bersama
Uang sewa yang merupakan profit dengan nisbah bagi hasil, tidak boleh di ambil
oleh nasabah, melainkan di gunakan bank untuk pembelian porsi kepemilikan
bank atas rumah tersebut. Maka setiap nasabah membayar angsuran bulanan,
maka akan menambah porsi kepemilikan nasabah dan mengurangan porsi
kepemilikan (mutanaqishah terlaksanakan).
Jika jangka waktu berakhir (jatuh tempo), dan nasabah telah membayar seluruh
angsuran bulanannya, maka seluruh porsi kepemilikan rumah telah berpindah ke
nasabah. Nasabah telah memiliki rumah 100%. Dengan demikian, maka Hak
Tanggungan atas penjaminan rumah sudah dapat lepas oleh pihak Bank
8
9
10
11