Anúncio

Bab 1

7 de Aug de 2016
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Anúncio
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Anúncio
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Anúncio
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Bab 1
Próximos SlideShares
Bahan tambahan panganBahan tambahan pangan
Carregando em ... 3
1 de 19
Anúncio

Mais conteúdo relacionado

Anúncio

Bab 1

  1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha untuk meminimalisasi dan menghasilkan kualitas makanan yang memenuhi standard Kesehatan, dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip sanitasi. Menurut Jenie (1996) bahwa ilmu sanitasi merupakan penerapan dari prinsip-prinsip yang akan membantu memperbaiki, mempertahankan, atau mengembalikan Kesehatan yang baik pada manusia, sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan aseptik dalam persiapan, pengolahan, dan penyajian makanan; pembersihan dan sanitasi lingkungan kerja; dan Kesehatan pekerja. Secara lebih terinci sanitasi meliputi pengawasan mutu bahan makanan mentah, penyimpanan bahan, suplai air yang baik, pencegahan kontaminasi makanan dari lingkungan, peralatan, dan pekerja, pada semua tahap proses. Sebagaimana teori HL Bloom, faktor perilaku terkait pengelolaan makanan ini menjadi faktor penting dalam hygiene sanitasi makanan. Aspek perilaku ini, termasuk perilaku sehat merupakan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan Kesehatan. Hal tersebut termasuk tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, menjaga kebersihan tubuh perorangan, menjaga sanitasi makanan dan penyajian makanan. Peran penjamah makanan termasuk perilaku higienis merupakan salah satu faktor dalam penyediaan makanan atau minuman yang memenuhi syarat Kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pendapat senada mengungkapkan bahwa bahwa - sanitasi merupakan bagian penting dalam pengolahan pangan yang harus dilaksanakan dengan baik. Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut (Purnawijayanti, 2001). Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Peran penjamah makanan sangat penting dan merupakan salah satu faktor dalam penyediaan makanan/minuman yang memenuhi syarat Kesehatan. Personal higiene
  2. 2 dan perilaku sehat penjamah makanan harus diperhatikan. Seorang penjamah makanan harus beranggapan bahwa sanitasi makanan harus merupakan pandangan hidupnya serta menyadari akan pentingnya sanitasi makanan, higiene perorangan dan mempunyai kebiasaan bekerja, minat maupun perilaku sehat (WHO dan Depkes RI, 2004). Pemeliharaan kebersihan penjamah makanan, penanganan makanan secara higienis dan higiene perorangan dapat mengatasi masalah kontaminasi makanan. Dengan demikian kebersihan penjamah makanan adalah sangat penting untuk diperhatikan karena merupakan sumber potensial dalam mata rantai perpindahan bakteri ke dalam makanan sebagai penyebab penyakit. WHO (1996) menyebutkan penjamah makanan menjadi penyebab potensial terjadinya kontaminasi makanan apabila: 1) menderita penyakit tertentu; 2) kulit, tangan, jari-jari dan kuku banyak mengandung bakteri kemudian kontak dengan makanan; 3) apabila batuk, bersin maka akan menyebarkan bakteri; 4) akan menyebabkan kontaminasi silang apabila setelah memegang sesuatu kemudian menyajikan makanan; dan 5) memakai perhiasan (Jenie, 1996). 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui personal hiegiens food handler. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui personal hygiene food handler melalui tangan pada media PCA dan EMBA. 2. Untuk mengetahui personal hygiene food handler melalui rambut pada PDA dan NA. 3. Untuk mengetahui jenis bakteri, kapang dan khamir yang tumbuh pada media agar.
  3. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam proses pengolahan bahan pangan sangat rentan terjadi kontaminasi oleh mikroorganisme. Kontaminasi ini biasanya berasal dari udara, peralatan yang digunakan selama pengolahan, ruangan, maupun dari pekerja yang menangani proses pengolahan sehingga kondisi sanitasi dalam pengolahan juga ditentukan oleh kondisi
  4. 4 kebersihan pekerja. Sumber kontaminasi yang berasal dari pekerja dapat melalui tangan, kaki, rambut, mulut, kulit maupun pakaian kotor yang dipakai pekerja selama proses pengolahan bahan pangan. Jenis mikroorganisme yang biasanya mengontaminasi rambut adalah kapang. Bakteri jenis koliform biasanya banyak terdapat pada tangan pekerja. Sedangkan bakteri pembentuk spora dan Staphylococcus banyak dijumpai pada kulit pekerja (Anonim, 2008:12). 2.1 Pengertian Tenaga Penjamah Makanan Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil. Kontaminasi yang disebabkan oleh pekerja dapat berlangsung selama jam kerja dari para pekerja menangani makanan. Setiap kali tangan pekerja yang tidak higienis dan bersih kontak dengan bahan pangan, maka mikroorganisme yang ada di tangan dapat berpindah ke makanan dan akan mencemari makanan (Puspitasari, 2004:14). Kebiasaan pribadi (personal habit) pada pekerja dan konsumen dalam mengelola bahan pangan dapat merupakan sumber yang penting dari kontaminan sekunder. Beberapa peristiwa dari keracunan bahan pangan yang tercemar oleh Staphylococcus aureus, diakibatkan oleh higiene yang buruk dari pengolahan bahan pangan tersebut . Luka-luka atau iritasi pada kulit merupakan sumber kontaminan mikroba, sehingga harus ditutup. Batuk atau bersin sekitar bahan pangan sebaiknya dihindarkan, demikian juga pekerja yang menderita diare tidak diperkenankan bekerja dengan
  5. 5 bahan pangan. Oleh karena itu diperlukan penerapan teknik sanitasi dalam industri pangan, yang mencakup cara kerja yang bersih dan aseptik dalam berbagai bidang, meliputi persiapan pengolahan, pengepakan, penyiapan maupun transport makanan. Selain itu juga perlu menjaga kondisi yang hygiene yaitu menunjukkan pelaksanaan prinsip sanitasi untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan. Dengan melaksanakan prinsip sanitasi yang tepat selama pengolahan, maka kontaminasi dapat dikurangi atau ditekan seminimal mungkin (Fardiaz, 1984). 2.2 Sanitasi Pengolahan Pangan Sanitasi dalam pengolahan pangan juga ditentukan oleh tingkat kebersihan dan kesehatan pekerja yang melakukan pengolahan; karena tangan, kuku, kulit, rambut, saluran pernafasan, maupun pakaian yang kotor dan tidak terawat dapat menyebabkan kontaminasi pada bahan pangan yang diolahnya. Mikroorganisme yang sering terdapat pada kulit adalah bakteri pembentuk spora dan Staptylococeussp; sedangkan pada rambut sering terdapat kapang. Suatu penelitian menunjukkan bahwa 43 sampai 97 persen pegawai yang bekerja pada berbagai industri pengolahan pangan merupakan pembawa Staptylococeussp; Coliformsp. dan Enterococcus sp. pada bagian-bagian tubuhnya terutama pada bagian tangan-tangan pekerja Semua pekerja di dalam suatu industri haruslah menaruh perhatian besar terhadap sanitasi, misalnya sebelum memasuki pusat harus mandi dahulu, menggosok gigi dengan pasta khusus, mengenakan baju yang sudah disteril, memakai masker dan sepatu khusus. Para pekerja dilarang menggaruk-garuk kepala, mengorek hidung, sampai pun kalau mau buang air kecil dan besar juga harus menunggu hingga semua pekerjaan yang ada menjadi tugasnya sudah selesai 2.3 Persyaratan Tenaga Penjamah Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pekerja yang bekerja dalam proses pengolahan bahan pangan, yaitu:
  6. 6 1. Kesehatan yang baik Apabila pekerja memiliki tingkat kesehatan yang baik, maka akan mengurangi kemungkinan pekerja menjadi tempat penyimpanan/pembawa mikroorganisme patogen yang dapat mengontaminasi makanan dan biasanya pekerja yang sakit tidak akan diijinkan untuk turut dalam proses pengolahan bahan pangan 2. Kebersihan diri Kebersihan diri pekerja yang terawat dengan baik akan mengurangi potensi penyebaran mikroorganisme patogen selama pekerja melakukan kegiatan pengolahan bahan pangan sehingga peluang terjadinya kontaminasi akan semakin kecil 3. Kemauan untuk mengerti dan menerapkan sanitasi Apabila memiliki kemauan yang tinggi untuk mengerti dan menerapkan teknik sanitasi dalam pengolahan pangan dan sanitasi diri, maka program sanitasi yang diterapkan dalam industri akan berjalan efektif serta dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi selama pengolahan bahan pangan. Untuk mengawasi berjalannya program sanitasi yang efektif dalam suatu industri pengolahan pangan serta mengawasi higiene pekerja dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan, seperti melaksanakan pemeriksaan kesehatan pekerja secara periodik, menjaga kebersihan pekerja (kebersihan rambut, tangan, kuku, kulit, dan pakaian) serta memberikan pendidikan mengenai prinsip-prinsip higiene personalia (Giyarto, 2004). Uji sanitasi pekerja dapat dilakukan dengan melakukan uji kebersihan tangan dan uji kontaminasi rambut. Uji kebersihan tangan akan dilakukan terhadap tangan sebelum dicuci, tangan setelah dicuci dengan air, tangan setelah dicuci dengan air sabun dan dibilas serta tangan setelah dicuci dengan sabun antiseptik dan dibilas. Sedangkan uji kontaminasi rambut akan dilakukan terhadap rambut yang baru dicuci dan rambut yang dicuci sehari sebelumnya (Anonim, 2008).
  7. 7 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN PELAKSANAAN 3.1.1 Pembuatan Media dan Pengambilan Sampel pada Tenaga Penjamah Makanan Hari, tanggal: Selasa, 03 februari 2015 Pukul : 11.00 s.d 13.30 WIB Tempat : Laboratorium Poltekkes Kemenkes Padang Pratikum: Pembuatan Media dan Pengambilan Sampel pada Tenaga Penjamah Makanan
  8. 8 3.1.2 Mengidentifikasi Khamir, Kapang dan Jamur yang Tumbuh pada Media Hari, tanggal : Kamis, 05 februari 2015 Jam : 14.30 s.d 16.00 WIB Tempat : Laboratorium Poltekkes Kemenkes RI Padang Pratikum : Mengidentifikasi Khamir, Kapang dan Jamur yang Tumbuh pada Media 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Bunsen/ lampu spritus 1 buah Pinset 1 buah Sarbet 11 buah Lup 1 buah Autoclaf Petridish 12 buah Kompor listrik 1 buah Batang pengaduk 1 buah Termometer 1 buah Neraca kasar 1 buah Erlemeyer 4 buah Gelas kimia 4 buah Kapas Secukupnya 3.2.2 Bahan Aquadest PCA EMBA NA PDA Rambut tenaga penjamah Sidik jari tenaga penjamah
  9. 9 Sabun 3.3 Langkah Kerja 3.3.1 Hitung Kebutuhan Media a . PCA = 4 petri x 15= 60→75 75/1000 x 22,5 = 1,68 b. EMBA = 4 petri x 15 = 60 →75 75/1000 x 36 = 2,7 c. PDA = 2 petri x 15 = 30→50 50/1000 x 39 = 1,95 d. Na = 2 petri x 15 = 30→50 50/1000 x 20 = 1 3.3.2 Pembuatan Media a. Timbang media PCA sebanyak 1,68 gr kemudian larutkan dengan 75 ml aquadest, aduk dan homogenkan diatas kompor listrik sampai suhu 1000 c kemudian masukkan ke dalam erlemeyer dan tutup dengan kapas. b. Timbang EMBA sebanyak 2,7 gr larutkan dalam 75ml aquaest dan homogenkan di atas kompor listrik sampai suhu 1000 c kemudian masukkan ke dalam erlemeyer dan tutup dengan kapas. c. Timbang PDA 1,95gr larutkan dalam 50 ml aquadest, homogenkan di atas kompor listrik sampai suhu 1000 c kemudian masukkan ke dalam erlemeyer dan tutup dengan kapas. d. Timbang Na sebanyak 1gr kemudian larutkan denga 50ml aquadest dan homogenkan di atas kompor listrik sampai suhu 1000 c kemudian masukkan ke dalam erlemeyer dan tutup dengan kapas. e. Setelah semuanya selesai, bungkus alat dan bahan dengan koran kemudian sterilisasi menggunakan autoclaf lebih kurang 30 menit. f. Kemudian masukkan media dari erlemeyer ke petri dan beri label. Tunggu sampai media memadat. g. Tempelkan 3 jari tangan kanan tenaga penjamah setelah di cuci air pada media PCA selama 4 detik, setelah itu tutup cawan dan flambir.
  10. 10 h. Tempelkan 3 jari tangan kiri tenaga penjamah setelah di cuci air pada media PCA selama 4 detik, setelah itu tutup cawan dan flambir. i. Lakukan hal yang sama pada media EMBA. j. Perlakuan selanjutnya adalah tempelkan 3 jari tenaga penjamah setelah dicuci dengan sabun pada media PCA selama 4 detik setelah itu tutup dan flambir cawan. k. Lakukan hal yang sama pada tangan kiri dan untuk media EMBA. l. Selanjutnya ambil rambut tenaga penjamah sebelum di cuci menggunakan pinset dan letakkan pada media NA dan PDA, tutup petri dan flambir. m. Lakukan hal yang sama untuk rambut yang sudah dicuci. n. Kemudian inkubasi semua cawan agar(posisi terbalik) pada suhu 300 c selama 2 x 24jam.
  11. 11 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kebersihan Tangan Praktikum kali ini, dilakukan pengujian sanitasi pekerja melalui uji kebersihan tangan. Uji kebersihan tangan dilakukan pada media PCA karena yang ditujukan hanya untuk menghitung jumlah koloni mikroorganisme yang tumbuh. Uji ini dilakukan dengan cara menempelkan jari tangan kanan dan kiri yang sudah diberi perlakuan pada cawan berisi media PCA yang selanjutnya diinkubasikan pada suhu 30o C selama 2 hari. Hasil pengamatannya dapat dilihat pada Tabel. No Pengujian Media Gambar Jumlah Koloni Bakt eri Kapang Khamir 1. Tangan kanan PCA 1
  12. 12 dicuci air EMBA 17
  13. 13 2. Tangan kiri dicuci air PCA 1 EMBA 0 3. Tangan kanan PCA 1
  14. 14 dicuci sabun EMBA 17
  15. 15 4. Tangan kiri dicuci PCA 2
  16. 16 sabun EMBA 15
  17. 17 4.2 Uji Kontaminasi Rambut Praktikum kali ini dilakukan pengujian sanitasi pekerja melalui uji kontaminasi dari rambut. Rambut diuji dengan media NA dan PDA sehingga dapat diketahui bakteri dan kapang, karena rambut juga banyak mengandung kapang. NA untuk bakteri, dan PDA untuk kapang dan khamir. Uji ini dilakukan dengan cara meletakkan rambut pada cawan berisi media NA dan PDA secara aseptis yang selanjutnya diinkubasikan pada suhu 30o C selama 2. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Kontaminasi Tangan Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan yang dilakukan oleh kelompok 2 yaitu dicuci dengan air dimana pada PCA tangan kanan dicuci air terdapat 1 koloni bakteri yang tumbuh dan EMBA terdapat 17 koloni bakteri, sementara pada tangan kiri yang dicuci pakai air ditemukan PCA 1 koloni bakteri dan EMBA tidak ditemukan apapun. Hal ini kemungkinan terjadi karena praktikan yang tangannya dijadikan sampel mencuci tangannya menggunakan sanitizer terlebih dahulu sebelum itu, atau memang praktikan tersebut sangat menjaga kebersihan. Perlakuan selanjutnya yang dilakukan adalah mencuci tangan menggunakan handsoap/sabun. Pada tangan kanan PCA 1 koloni bakteri dan EMBA 17 koloni bakteri dan pada tangan kiri terdapat PCA 2 koloni dan EMBA sebanyak 15 koloni. Hal ini
  18. 18 menunjukkan perlakuan dengan menggunakan handsoap / sabun tersebut kurang efektif. Ini mungkin disebabkan oleh cara mencuci tangan yang kurang benar dan setelah mencuci tangan tenaga penjamah mengeringkan tangannya menggunakan sarbet yang tidak bersih. Tangan kanan banyak digunakan untuk melakukan aktivitas, oleh karena itu tangan kanan lebih rentan terkena bakteri dibandingkan tangan kiri walaupun tidak menutup kemungkinan tangan kiri juga mengandung bakteri. Pada saat pengamatan, tangan kanan banyak mengandung koloni bakteri tetapi jumlah koloni berbeda-beda tergantung perlakuan masing-masing daripada tangan kiri. 4.3.2 Kontaminasi Rambut Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa orang yang sudah keramas lebih sedikit bakteri yang terdapat pada rambutnya. Oleh karena itu, sebaiknya tenaga penjamah makanan melakukan keramas secara rutin, untuk mencegah adanya bakteri yang ada dirambut. Orang yang sudah keramas tersebut kemungkinan mendapat kontaminasi dari helm yang dipakainya saat pergi kuliah. Helm tersebut jika jarang dicuci dengan baik dapat menjadi tempat mikroorganisme tumbuh. Kemungkinan lain penyebabnya yaitu saat praktikan memasukkan rambuk ke dalam cawan petri tidak dilakukan secara aseptis sehingga banyak mikroorganisme kontaminan yang tumbuh pada media NA dan PDA. Untuk mencegah kontaminasi/pencemaran dari pekerja, maka dapat dilakukan hal- hal sebagai berikut, antara lain: a. Memelihara rambut dan kumis atau jenggot agar tetap bersih dan pendek. b. Merawat kuku tangan agar selalu pendek dan bersih c. Melepas semua perhiasan sebelum mulai bekerja d. Mencuci tangan sebersih-bersihnya dengan air dan sabun e. Memakai baju kerja dan penutup kepala yang bersih f. Jangan menangani pangan jika sedang sakit atau baru sembun
  19. 19 g. Gunakan sarung tangan untuk memegang bahan pangan h. Tidak makan/minum selama bekerja Tangan dan rambut sangat rentan terkena bakteri dan kapang karena udara kotor mudah menempel pada tangan dan rambut. Tangan yang dicuci air belum tentu bersih karena air yang digunakan untuk membersihkan banyak tercemar kuman dan bakteri sehingga perlu menggunakan bahan antiseptik untuk menghilangkan bakteri dan kapang yang menempel pada bagian kulit. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Salah satu sumber kontaminasi makanan yang potensial adalah dari pekerja. Media yang sangat disukai mikroorganisme untuk tumbuh pada tubuh manusia antara lain kulit, rambut, mulut, hidung, tangan, kaki dan bagian-bagian tubuh lainnya.Pada uji kebersihan tangan, perlakuan tangan dicuci pakai sabun mengandung jumlah mikroorganisme lebih banyak dibandingkan dengan hanya mencuci tangan pakai air saja. Pada uji kontaminasi dari rambut, rambut tidak keramas menunjukkan jumlah kontaminasi lebih banyak, dibandingkan dengan rambut yang tidak keramas. 5.2 Saran Diharapkan setelah melakukan praktikum penyehatan makanan dan minuman ini mahasiswa dapat memahami mengenai personal hygiene yang dilakukan melalui media PCA, EMBA, PDA dan NA serta dapat mengetahui bentuk bakteri, kapang dan khamir yang terkandung didalamnya. Selain itu agar dapat memahami akibat yang ditimbulkan pada masing-masing bakteri, kapang dan khamir tersebut.
Anúncio