SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Nilai-nilai Afektif dan Sosial


A. Pendahuluan
      Benjamin Bloom mengkategorikan tujuan pendidikan ke dalam ranah kognitif, afektif
   dan psikomotor (Wikipedia, 2011). Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang
   menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan pengertian. Ranah
   afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti
   minat, sikap, dan motivasi. Ranah psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan
   aspek    keterampilan   motorik     seperti       menulis,     melakukan,     menggunakan,     dan
   mengoperasikan.


B. Ranah Afektif dan Ranah Sosial
      Taksonomi pendidikan yang dikembangkan oleh Bloom, Krathwhol, dan para
   kolabolator digunakan untuk merencanakan objektif instruksional, merancang kurikulum,
   dan merencanakan pencapaian. Pengembangannya meliputi ranah kognitif, psikomotorik,
   afektif dan sosial. Selanjutnya keempat ranah ini disintesis menjadi kesatuan yang disebut
   ranah terpadu (unified domain) (Dettmer, 2006). Afektif (dari bahasa Latin affectus, yang
   berarti "perasaan") mencakup sejumlah konstruksi, seperti sikap, nilai, kepercayaan,
   pendapat, minat, dan motivasi (Koballa, 2011). Sikap (dalam bahasa Inggris attitude)
   dapat diartikan cara berpikir. Sikap umumnya didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
   merespon secara positif atau negatif terhadap benda, orang, tempat, peristiwa, dan
   gagasan.
           Ranah afektif pada awalnya diklasifikasikan berdasarkan objektif sikap dan emosi.
   Tingkatan ranah afektif menurut Krathwohl              ada lima, yaitu receiving (menerima),
   responding     (menanggapi),     valuing      (menilai),       organization    (organisasi),   dan
   characterization (karakterisasi) (_____,2011). Kemudian, ranah afektif diperluas
   mencakup internalize (internalisasi nilai-nilai), wonder (rasa ingin tahu), dan aspire
   (mencita-citakan) (Dettmer, 2006). Dettmer menambahkan ranah sosial ke dalam
   taksonomi Bloom yang baru. Hal ini sangat beralasan, karena kemampuan afektif
   seseorang merupakan faktor internal yang berkaitan dengan perasaan dan proses
   merasakan dalam diri seseorang, sedangkan kemampuan sosial berkaitan erat dengan
   sosial budaya dan proses interaksi seseorang dengan orang lain di sekitar atau lingkungan
   sekitar. Kemampuan seseorang untuk merasakan hal-hal positif dan negatif dapat
   memberikan       pengaruh      positif     dan       negatif     terhadap     sikap    seseorang.

                                                 1
Tabel 1. New Bloom’s Taxonomy : Mengembangkan Potensi dalam Empat Ranah dengan Keterpaduan untuk Belajar dan Melakukan

   Ranah               Kognitif                    Afektif                Sensorimotor                Sosial                Keterpaduan

Proses        berpikir                     merasakan            mengindera dan               berinteraksi            melakukan
                                                                bergerak
Isi           intelektual                  perasaan             fisik                        sosialbudaya            holistik/menyeluruh
Tujuan        memperluas pemikiran         menumbuhkan perasaan mengolah indera dan          memperkaya relasi       mengoptimalkan
                                                                gerakan                                              potensi
Sasaran       untuk mendapatkan            untuk mengembangkan untuk memelihara              untuk menumbuhkan       untuk mewujudkan
              pengetahuan                  pemahaman diri       ekspresi diri                sosialisasi             pemenuhan diri
Sumber : Peggy Dettmer, 2006


Tabel 2. Fase-fase dalam New Bloom’s Taxonomy
Dasar        Cognizant/tahu,sadar         Sentient/kepekaan      Conscious/sadar         Aware/menyadari         Viable/dapat hidup terus
Fase 1       mengetahui                   menerima               mengamati               berhubungan             melihat, merasa, mengerti
Fase 2       memahami                     menanggapi             bereaksi                berkomunikasi           mengetahui, memahami,
                                                                                                                 mengerti
Fase 3       menerapkan                   menilai,menghargai     bertindak,melakukan     berpartisipasi          menggunakan
Fase 4       menganalisis                 mengorganisasi         menyesuaikan            berdiskusi              membedakan
Fase 5       mengevaluasi                 menginternalisasikan   membuktikan             memutuskan              mengesahkan
Fase 6       mensintesis, mempersatukan   mengkarakterisasi      menyelaraskan           berkolaborasi           mengintegrasikan
Fase 7       membayangkan,                ingin tahu, heran,     mempertunjukan          berinisiasi, memulai    berusaha, berani mengambil
             menduga,menebak              mengagumi                                                              risiko,berspekulasi
Fase 8       menciptakan                  mencita-citakan        berinovasi              berubah                 memulai, membangun,
                                                                                                                 menghasilkan
Sumber : Peggy Dettmer, 2006




                                                                      2
Penilaian ranah afektif dan ranah sosial menggunakan bentuk penilaian formatif.
Metode untuk penilaian formatif ranah afektif dan ranah sosial dapat menggunakan
beberapa bentuk instrumen pengukuran yang tergantung pada apa yang ingin diukur.
1. Pengukuran Kepribadian
   Pengukuran kepribadian dikonsentrasikan bukan pada tes intelektual atau kompetensi
   kognitif.    Ada   beberapa   tipe   pengukuran   kepribadian,   masing-masing   tipe
   merefleksikan teori dengan sudat pandang yang berbeda. Beberapa tipe merefleksikan
   teori sifat dan tipe kepribadian, sedangkan beberapa yang lain merefleksikan teori
   psikoanalitik dan motivasi. Pendidik harus tahu dengan tepat tentang hal yang akan
   diukur dan jenis instrumen yang akan digunakan, dengan memperhatikan bukti
   validitas.
   a. Inventori
           Dalam inventori, subjek yang dipresentasi dengan suatu luasan kumpulan
       pernyataan yang menggambarkan contoh perilaku dan yang dimaksudkan untuk
       mengindikasikan apakah setiap pernyataan merupakan karakteristik perilaku
       mereka atau tidak, dengan memberi tanda ya, tidak atau tidak pasti. Skor
       dikomputasi dengan menghitung jumlah respons yang setuju dengan sifat yang
       penguji ukur. Daftar pernyataan disusun dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini
       mirip wawancara terstruktur dan peneliti menanyakan pertanyaan yang sama
       untuk setiap orang, dan jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah
       dinilai, biasanya dengan bantuan komputer.
           Beberapa inventori kepribadian hanya mengukur satu sifat, misalnya
       California F-Scale untuk mengukur autoritarianisme, Cattell's Sixteen Personalitg
       Factor Queslionnoire untuk mengukur sejumlah sifat, Minnesota Multiphasic
       Personality lnventory, Guilford-Zimerman Temperament Survey, Mooney
       Problem Check List, dan Edwards Personal Preference Schedule. Menurut
       Atkinson dan kawan-kawan, investori kepribadian mungkin dirancang untuk
       menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa
       sifat kepribadian secara keseluruhan. Investori kepribadian yang terkenal dan
       banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang ialah: (a) Minnesota
       Multiphasic Personality Inventory (MMPI), (b) Rorced-Choice Inventories, dan
       (c) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale).
       1) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)


                                          3
MMPI terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi
   emosional, gejala fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek
   menjawab tiap pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau “tidak
   dapat mengatakan”. Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai menurut
   kesesuaiannya dengan jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang
   memiliki berbagai macam masalah psikologi. MMPI dikembangkan guna
   membantu klinis dalam mendiagnosis gangguan kepribadian. Para perancang
   tes tidak menentukan sifat mengukurnya, tetapi memberikan ratusn pertanyaan
   tes untuk mengelompokkan individu. Tiap kelompok diketahui berbeda dari
   normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompok kriteria terdiri atas individu
   yang telah dirawat dengan diagnosis gangguan paranoid. Kelompok kontrol
   terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosis menderita masalah psikiatrik,
   tetapi mirip dengn kelompok kriteria dalah hal usia, jenis kelamin, status
   sosioekonomi, dan variabel penting lain.
2) Rorced-Choice Inventories
          Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk
   klasifikasi tes yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek dapat
   memilih pilihan yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar,
   tidak ada yang salah (Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini, diminta memilih
   pilihan yang lebih disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya,
   sikapnya, atau pandangan hidupnya.
3) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale)
          H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian
   Rosanoff (Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam
   komponen, yang lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:
   a) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih
      mengarah pada khayalan.
   b) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan
      bahwa dirinya penting.
   c) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.
   d) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme.
   e) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.
   f) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.


                                  4
H-W Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi
      untuk memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita
      hysteroid, misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal.
      Inventori telah digunakan dalam penelitian pendidikan untuk memperoleh
   deskripsi sifat yang menggambarkan kelompok tertentu, misalnya kelompok
   dibawah rata-rata, kelompok dropout, kelompok minoritas dan sebagainya.
   Beberapa penelitian dikonsentrasikan untuk melihat hubungan antara sifat
   kepribadian dengan beberapa variabel seperti kecerdasan, prestasi, dan sikap.
      Inventori memiliki keuntungan yaitu murah, sederhana dan objektif.
   Kelemahannya berkaitan dengan masalah validitas. Validitasnya tergantung pada
   kemampuan responden membaca dan memahami item-itemnya, pengenalannya
   akan diri sendiri, dan khususnya keinginan mereka menjawab dengan jujur dan
   terbuka. Berdasarkan pada hasil, informasi yang diperoleh dari inventori mungkin
   hanya permukaannya saja atau bias. Kemungkinan ini semestinya dimasukkan ke
   dalam laporan ketika hasil diperoleh dari instrumen.
b. Teknik Proyektif
      Dalam tes-tes kepribadian dengan pendekatan proyektif, individu memberikan
   respon pada stimulus yang tidak terstruktur dan ambigu, dimana hal ini berbeda
   dengan tes objektif yang memuat beberapa pertanyaan berstruktur. Sehingga
   diharapkan dengan menggunakan tes proyektif, individu secara tidak sadar akan
   mengungkap dan menggambarkan struktur dan dinamika kepribadiannya.
      Teknik proyektif yang banyak dikenal dan digunakan secara luas oleh ahli
   psikologi yaitu tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT), Children’s
   Apperception Test (CAT), Draw-A-Person (DAP),               Make-A-Picture Story
   (MAPS), Michigan Picture Story Test, dan Sentence Completion Test. Berikut
   adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tes-tes tersebut:
   1) Thematic Apperception Test (TAT)
              TAT adalah yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena
      menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan
      subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera.
      Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang dramatis.
   2) Children’s Apperception Test (CAT)
              Bentuk lain dari TAT adalah CAT (Children‟s Apperception Test),
      yang digunakan untuk anak-anak. CAT menampilkan sepuluh gambar

                                      5
binatang dalam konteks sosial manusia seperti memainkan game atau tidur di
   tempat tidur. Pada saat ini, versi ini dikenal sebagai CAT atau CAT-A
   (gambar binatang).
3) Michigan Picture Story Test (MPST)
             Tes ini hampir sama dengan kedua tes diatas dan terdiri dari material
   yang menggambarkan anak-anak dalam hubungannya dengan orang tua,
   polisi, dan figur otoriter lainnya, juga teman-teman. Tes ini sangat bermanfaat
   dalam melihat struktur dari sikap anak-anak terhadap orang dewasa dan
   teman-teman sekaligus mengevaluasi masalah yang mungkin timbul.
4) Make-A-Picture Story (MAPS)
             Tes ini juga hampir sama dengan MPST dalam interpretasi dan tujuan
   yang dimiliki. Perbedaannya, individu boleh memilih karakter yang ada untuk
   membuat sebuah cerita berdasarkan situasi yang ada.
5) Figure Drawing
             Dalam tes ini, kemampuan menggambar bukanlah faktor utama. Salah
   satu bentuk tesnya adalah Draw-A-Person (DAP), dimana individu diminta
   untuk menggambar seorang lelaki dan perempuan menggunakan pensil dan
   kertas.
6) Incomplete Sentence Test
             Dalam metode proyektif ini, terdiri dari sejumlah kalimat tidak lengkap
   yang disajikan untuk dilengkapi. Biasanya bukan merupakan tes standar dan
   tidak diperlakukan secara kuantitatif. Penting sebagai bahan pertimbangan
   dalam situasi klinis yang memiliki asumsi bahwa respon individu terhadap
   stimulus yang ambigu merupakan proyeksi dari hal-hal yang ada dalam
   ketidaksadaran. Respon yang diberikan subjek dapat memberikan gambaran
   area konflik, termasuk juga kelebihan dan kekurangan dari kepribadian subjek.
7) Competency Screening Test
             Diberikan kepada individu yang menjadi terdakwa untuk mempelajari
   interscorer kehandalan dan validitas prediktif tentang status mental atau
   inteligensi individu terkait dengan kasus individu yang sedang terjadi. Tes
   juga secara signifikan membedakan antara individu yang dikategorikan oleh
   praktisi sebagai tidak berkompetensi secara mental dan yang dikategorikan
   sebagai kompeten dalam sidang kasus yang dijalani.


                                    6
8) Rorschach Test
                 Rorschach test juga dikenal sebagai tes inkblot Rorschach atau sekadar
          tes Inkblot adalah sebuah tes psikologi di mana subjek mempersepsi sebuah
          bentuk gambar tinta yang dicatat dan kemudian dianalisis dengan
          menggunakan interpretasi psikologis. Beberapa psikolog menggunakan tes ini
          untuk memeriksa kepribadian seseorang baik karakteristik maupun fungsi
          emosional. Telah digunakan untuk mendeteksi gangguan pikiran yang
          mendasari individu, terutama dalam kasus-kasus di mana pasien tidak mau
          untuk menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka. Tes ini
          mengambil namadari penciptanya yaitu psikolog dari Swiss, Hermann
          Rorschach.
                 Teknik proyektif digunakan terutama dalam psikologi klinis untuk
          mempelajari dan mendiagnosis masalah emosional seseorang. Teknik ini
          jarang digunakan dalam pendidikan karena kebutuhannya lebih mengarah
          untuk latihan administrasi dan penskoran. Para ahli juga kurang puas terhadap
          masalah validitas instrumennya.
2. Skala Sikap
          Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku seseorang, subjek atau
   objek untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap
   dunia di sekitarnya. Guru perlu mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik
   bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata
   pelajaran dan lingkungan sekolah. Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, guru
   perlu mencari suatu cara dan teknik tertentu untuk menempatkan sikap negatif itu
   menjadi sikap yang positif. Dalam mengukur sikap, guru hendaknya memperhatikan
   tiga komponen sikap yaitu (1) kognisi, berkenaan dengan pengetahuan peserta didik
   tentang objek, (2) Afeksi, berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek,
   (3) Konasi, berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik. Disamping
   itu guru juga harus memilih salah satu model skala sikap.
          Skala merupakan seperangkat bilangan untuk menyatakan nilai yang
   dikenakan pada subjek, objek, atau perilaku bagi tujuan quantifikasi dan pengukuran
   kualitas. Skala digunakan untuk mengukur sikap, nilai dan karakter lainnya. Skala-
   skala ini berbeda dari tes dalam hal hasil dari instrumen, tidak seperti tes-tes pada
   umumnya, instrumen tidak mengindikasikan kesuksesan atau kegagalan, kelemahan


                                         7
atau kekuatan. Instrumen mengukur derajat karakteristik proses ketertarikan individu.
Misalnya, mengukur sikap peserta didik terhadap pelajaran kimia.
       Pengembangan skala untuk mengukur sikap, nilai, dan karakter lainnya dapat
meliputi berbagai teknik yang berbeda-beda. Sikap dapat didefinisikan sebagai
pengaruh positif atau negatif terhadap kelompok tertentu, institusi, konsep atau objek
sosial. Pengukuran sikap untuk menduga kemampuan guna menempatkan individu
pada kontinum kesukaan-ketidaksukaan terhadap objek. Ada empat tipe skala sikap
yang umum digunakan.
a. Summated rating scales (Skala Likert)
       Skala Likert, sebagai metode untuk mengukur sikap, merupakan salah satu
   tipe skala yang digunakan oleh sebagian besar peneliti dan memberikan hasil yang
   baik. Skala Likert menilai sikap terhadap suatu hal dengan membuat pernyataan
   kepada responden untuk mengindikasikan apakah responden menunjukan respon
   sangat setuju (SS), setuju (S), tidak berpendapat (TB), tidak setuju (TS), dan
   sangat tidak setuju (STS) terhadap pernyataan tentang hal-hal tersebut. Skala
   Likert dikonstruksi dengan mengumpulkan sejumlah pernyataan tentang suatu
   objek, setengah dari jumlah pernyataan tentang kesukaan dan setengahnya lagi
   tentang pernyataan ketidaksukaan terhadap suatu objek. Hal yang penting adalah
   bahwa pernyataan-pernyataan ini merakit suatu contoh representatif tentang
   semua pendapat atau sikap yang mungkin terhadap suatu objek. Hal yang
   mungkin sangat membantu adalah memikirkan semua subtopik yang berhubungan
   dengan objek sikap dan kemudian menuliskan item-item pada setiap subtopik.
   Selanjutnya item-item ini divalidasi oleh orang yang memiliki pengetahuan dan
   mengerti batasan sikap positif dan negatif.
       Pernyataan, sepanjang kontinum setuju-tidak setuju, dipresensikan kepada
   subjek. Pernyataan harus disusun secara acak untuk menjamin bahwa respon
   mengena pada subjek. Untuk menskor skala, kategori respon harus berbobot. Bagi
   item pernyataan kesukaan atau positif, nilai bilangan berturut-turut 5, 4, 3, 2, 1,
   disusun untuk kategori respon yang dimulai dengan pernyataan positif. Sangat
   setuju diberi nilai 5, sedangkan sangat tidak setuju diberi nilai 1. Bagi item
   pernyataan ketidaksukaan atau negatif merupakan kebalikannya, sangat setuju
   diberi nilai 1, sedangkan sangat tidak setuju diberi nilai 5. Misalnya, mengukur
   sikap peserta didik terhadap pelajaran kimia:


                                      8
SS S TB TS STS
Kimia merupakan pelajaran kesukaanku       5     4   3    2      1
Saya tidak suka pelajaran kimia            1     2   3    4      5


Skala berikut ini untuk mengukur sikap sosial:
                           Skala Responsibilitas Sosial
1. Adalah hal tidak berguna mengkhawatirkan tentang peristiwa atau urusan
   publik saat ini, saya tidak dapat berbuat sesuatu pun bagi mereka.
   SS      S      TB      *TS     *STS
2. Setiap orang harus memberikan waktunya untuk kebaikan kota atau
   negaranya.
   *SS     *S     TB      TS      STS
3. Membuat teman kesal/sedih tidak terlalu buruk, karena saya dapat berbuat
   baik kapan saja kepada semua orang.
   SS      S      TB      *TS     *STS
4. Di sekolah, saya selalu menjadi sukarelawan dalam berbagai kegiatan.
   *SS     *S     TB      TS      STS
   Peserta didik yang sangat menyukai pelajaran kimia akan setuju dengan
pernyataan positif dan tidak setuju dengan pernyataan negatif.
Peserta didik yang setuju dengan pernyataan pertama diberi nilai 4 dan tidak
setuju dengan pernyataan kedua diberi nilai 4, jumlahnya adalah 8 (4+4) untuk
kedua item. Jumlah seluruh bobot item yang dicentang oleh subjek pada skala
akan merepresentasikan skor total individu.
   Skor dengan nilai tertinggi mengindikasikan sikap positif terhadap objek. Skor
tertinggi adalah 5 dikalikan N (jumlah item) dan skor terendah 1 dikalikan N.
   Setelah skala sikap diujicobakan terhadap kelompok responden, analisis item
perlu dilakukan untuk mengidentifikasi item terbaik. Paling tidak, ada tiga tipe
statistik untuk menganalisis: 1) indeks item diskriminasi, 2) bilangan dan/atau
persentase untuk setiap item yang ditandai responden, 3) mean atau standar
deviasi item. Indeks item diskriminasi menunjukkan jangkauan atau batasan
terhadap yang mana setiap item membedakan responden dalam cara yang sama
seperti total skor diskriminan. Indeks item diskriminasi dikalkulasi dengan
mengkorelasikan skor item dengan total skor skala. Setiap item akan memiliki
korelasi minimal 0,25 dengan skor total. Item yang memiliki korelasi sangat

                                   9
rendah atau negatif akan dieliminasi karena tidak mengukur hal yang sama
   sebegai skala total dan tidak berkontribusi terhadap pengukuran sikap. Statistik 2
   dan 3 mengindikasikan jangkauan atau batasan terhadap yang mana responden
   memiliki pilihan bervariasi. Item pada yang mana responden menyebar diantara
   kategori respon yang lebih disukai akan mengumpul pada satu atau dua kategori.
   Setelah memilih item yang baik, instrumen yang telah direvisi digunakan pada
   kelompok subjek yang berbeda dan akan memberikan reliabilitas yang baru.
       Ada beberapa kesulitan untuk menempatkan kriteria yang akan digunakan
   dalam menentukan validitas skala sikap. Beberapa peneliti menggunakan
   observasi perilaku sebagai kriteria bagi sikap yang diukur, tetapi prosedur ini
   jarang sekali digunakan karena kesulitan dalam menentukan perilaku yang
   bagaimana yang dapat menjadi kriteria terbaik bagi sikap dan juga kesulitan
   menjamin validitas pengukuran. Salah satu cara yang paling mudah untuk
   memvalidasi adalah menentukan batasan pada dua sikap yang telah diketahui akan
   berbeda, misal sikap terhadap masalah aborsi.
b. Equal-appearing intervals scales (Skala Thurstone)
       Thurstone mengembangkan sebuah metode bagi penyusunan spesifik nilai
   skala untuk item-item sikap. Skala Likert menilai sikap dengan meminta
   responden untuk mengindikasikan derajat atau tingkat kesetujuan-ketidaksetujuan
   dengan serangkaian pernyataan, sedangkan skala Turstone menilai dengan
   mempresentasikan pernyataan tentang suatu topik dengan rentangan dari sangat
   suka, melalui sikap netral, menuju sangat tidak suka dan meminta responden
   untuk memilih dari pernyataan-pernyataan ini yang mana paling mendekati
   berhubunagn dengan sikap mereka sendiri. Membuat skala Thurstone meliputi
   beberapa langkah, yaitu:
       Mengumpulkan sejumlah besar pernyataan (50-100) yang mengekspresikan
   keluasan perbedaan derajat kesukaan-ketidaksukaan terhadap objek sikap,
   termasuk pernyataan netral. Pernyataan diberikan kepada sejumlah besar orang
   (50 atau lebih) yang memiliki cukup pengetahuan tentang objek untuk
   mengurutkan pernyataan ke dalam sebelas kategori sepanjang dimensi kesukaan-
   ketidaksukaan. Kategori A berisi pernyataan yang dapat diputuskan menjadi
   paling/sangat disukai, kategori B berisi pernyataan sangat disukai selanjutnya,
   agak sangat disukai, dan seterusnya. Pernyataan ke enam (F) berisi pernyataan


                                     10
netral yang memberi respek sikap netral, dan kategori K berisi pernyataan yang
paling/sangat tidak disukai.
 A       B     C      D        E     F       G   H   I      J     K
 1       2     3      4        5     6       7   8   9     10    11
Menyukai                           Netral            Tidak menyukai
     Klasifikasi pernyataan menjadi kategori-kategori tidak mempunyai sesuatu
untuk dilakukan dengan sikap pemilik sikap terhadap objek psikologis, tetapi
hanya mencerminkan persepsi mereka tentang kesukaan dan ketidaksukaan
mengenai pernyataan.
     Setelah keputusan dari pengukuran semua item, distribusi dari rating
keputusan disiapkan bagi setiap item. Distribusi akan menunjukkan bilangan
keputusan yang menempatkan setiap item ke dalam sebelas kategori. Sebagai
contoh, anggapan pernyataan tentang pelajaran kimia ditempatkan dalam kategori
A dengan 4 keputusan, dalam kategori B dengan 28 keputusan, dalam C dengan
32 keputusan dan dalam D dengan 16 keputusan. Ada dua nilai, yaitu median dan
Q, yang dihitung dari distribusi tersebut.
       Kategori                Nilai kategori        Keputusan
          D                           4                 16
          C                           3                 32
          B                           2                 28
          A                           1                  4
                                                        80

                       Median = 2,5 + (8/32) 1
                                 = 2,5 + 0,25
                                 = 2,75
     Median dari rating (distribusi skor pengukuran item) keputusan adalah 2,75.
Ini menjadi skala nilai yang ditunjukkan untuk item tersebut. Skala nilai
mengindikasikan posisi item pada kontinum positif-negatif. Dalam hal membuat
batasan persetujuan diantara keputusan-keputusan, indeks variabilitas dihitung
untuk setiap item. Pengukuran variabilitas menggunakan Q, yaitu diviasi kuartil,
yang sama dengan setengah dari selisish persentil ke-25 dan ke-75. Q lebih
disukai daripada standar deviasi karena tidak dipengaruhi oleh skor ekstrim.
Untuk contoh diatas Q=(3,38-2,07)/2 = 0,65. Tingginya tingkat persetujuan
diantara keputusan-keputusan tentang bagaimana pernyataan disukai-tidak disukai
akan dihasilkan dengan nilai Q yang rendah. Rendahnya tingkat persetujuan di
antara keputusan-keputusan ditunjukkan dengan nilai Q yang tinggi. Item yang

                                     11
memiliki nilai Q terlalu tinggi akan dibuang karena menyebabkan ambigu pada
skala.
   Setelah skala nilai (median) dan nilai Q dihitung untuk setiap pernyataan,
langkah selanjutnya adalah memilih pernyataan untuk mewakili poin pada
kontinum kesukaan-ketidaksukaan yang didistribusikan pada nilai 1-11. Untuk
batasan bahwa skala nilai mewakili kenaikan yang sama, salah satunya harus
mencapai interval pengukuran. Jika dua atau lebih item memiliki skala nilai yang
sama, item yang memiliki nilai Q paling rendah yang dipilih. Item-item
ditempatkan dalam urutan acak pada bentuk akhir dan tentu saja, nilai-nilainya
tidak ditunjukkan pada bentuk itu sendiri. Berikut ini contoh skala Thurstone.
Skala nilai                           Pernyataan
    1,5       Saya yakin dengan belajar kimia masa depan saya cerah.
    2,3       Saya mendapat pelajaran yang berharga dari guru kimia.
    3,3       Saya    menikmati     pelajaran      kimia     karena    banyak
              manfaatnya.
    4,5       Saya yakin pelajaran kimia sangat berguna tetapi sulit
              diaplikasikan.
    5,6       Saya     merasa       belajar        kimia      kadang-kadang
              menyenangkan,       tetapi    saya     tidak     yakin     dapat
              menguasainya.
    6,7       Saya    yakin    prestasi    dan     kesuksesan    tidak    ada
              hubungannya dengan pelajaran kimia.
    7,4       Saya merasa belajar kimia tidak membuat saya lebih
              baik.
    8,3       Saya pikir pelajaran kimia membahayakan masyarakat
              dan lingkungan.
    9,6       Saya merasa pelajaran kimia sangat sulit dan abstrak.
   11,0       Saya pikir belajar kimia tidak ada gunanya dan
              membuang waktu saja.
   Dalam menentukan skala Thurstone, penguji harus menginstruksikan kepada
responden untuk mencentang hanya pernyataan yang mereka setujui saja. Skor
sikap subjek merupakan rata-rata dari skala nilai (mean atau median) dari
pernyataan yang dicentang. Skor rata-rata menempatkan individu pada kontinum
kesukaan-ketidaksukaan dengan respek terhadap objek sikap. Dari contoh diatas,

                                    12
jika seorang responden setuju dengan pernyataan yang memiliki nilai 1,5; 2,3; 3,3;
   dan 4,5 dalam skala Thustone, skor sikapnya adalah 2,9 (median), yang
   mengindikasikan sikap suka terhadap mata pelajaran kimia.
      Jumlah sebaran skala nilai dari item sikap yang dicentang oleh beberapa
   responden dapat diambil sebagai pengukur batasan atau jangkauan untuk yang
   mana responden memiliki gambaran sikap yang jelas. Artinya bahwa seseorang
   dengan gambaran sikap yang baik terhadap beberapa objek akan diharapkan untuk
   mencentang hanya item-item yang sangat dekat dengan skala nilai. Jika respon
   seseorang menyebar luas tidak berdekatan item-itemnya, dapat diasumsikan
   bahwa responden memiliki ambigu atau miskin gambaran tentang sikap.
c. Cumulative scales (Skala Guttman)
      Kritik terhadap skala sikap Thurstone dan Likert bahwa skala-skala ini berisi
   pernyataan-pernyataan heterogen mengenai berbagai dimensi terhadap suatu objek
   sikap. Sebagai contoh, pengukuran sikap terhadap perang dalam skala Thurstone,
   tidak ada usaha yang dibuat untuk memisahkan pernyataan etis dari pernyataan
   yang berhubungan dengan hasil ekonomis dari perang, atau yang mencerminkan
   aspek-aspek yang mungkin lainnya tentang sikap terhadap perang. Sebagai hasil
   dari kombinasi ini tentang beberapa dimensi dari satu skala, hal ini bisa sukar
   untuk membuat beberapa interpretasi yang jelas dari skor yang diperoleh.
      Guttman mengembangkan suatu teknik untuk mengatasi masalah tersebut.
   Teknik    Guttman,       dikarakteristik   sebagai   suatu   skala   unidimensional,
   bertujuan/bermaksud untuk menentukan jika sikap dipelajari secara aktual
   mencakup hanya sebuah dimensi tunggal. Sebuah sikap dianggap unidimensional
   hanya jika sikap itu menghasilkan suatu skala kumulatif ― salah satu dalam yang
   mana item-item dihubungkan dengan yang lain dalam hal suatu cara bahwa suatu
   subjek yang setuju dengan item 2 juga setuju dengan item 1, jika setuju dengan
   item 3, juga setuju dengan item 1 dan 2, dan seterusnya. Dengan demikian,
   individu yang menyetujui item tertentu dalam tipe skala ini akan memiliki skor
   lebih tinggi pada skala total daripada yang tidak menyetujui item tersebut. Sebagai
   contoh, mempertimbangkan item berikut dengan meminta responden menyetujui
   atau tidak menyetujui:
   1. PTA seharga dengan waktu yang dihabiskan untuk PTA itu sendiri.
   2. PTA merupakan suatu pengaruh kuat bagi perbaikan sekolah.


                                        13
3. PTA merupakan organisasi paling penting di Amerika Serikat untuk
   memperbaiki sekolah.
   Jika ini merupakan skala kumulatif, tentu memungkinkan untuk mengatur
semua respon dari responden menjadi tipe contoh/model. Dengan demikian, jika
diketahui skor seseorang, tentu memungkinkan untuk menceritakan secara tepat,
item mana yang disetujuinya. Sebagai contoh, semua individu dengan skor 2
meyakini bahwa PTA seharga dengan waktu yang dihabiskan untuk itu dan PTA
merupakan suatu pengaruh kuat bagi perbaikan sekolah, tetapi tidak yakin bahwa
PTA merupakan organisasi paling penting di Amerika Serikat untuk memperbaiki
sekolah. Subjek dapat diranking atau diberi peringkat menurut skala responnya.
                  Setuju dengan item                 Tidak setuju dengan item
 Skor         3            2             1            3         2         1
   3         X             X             X            0         0         0
   2          0            X             X            X         0         0
   1          0            0             X            X         X         0
   0          0            0             0            X         X         X
   Saat mengkonstruksi skala kumulatif, satu hal yang harus ditentukan terlebih
dahulu dari semua yaitu apakah item-item membentuk skala unidimensional.
Untuk malakukan hal ini, salah satunya menganalisis reproduksibilitas dari
respon-respon ― artinya, proporsi dari respon secara aktual jatuh ke dalam
contoh/pola. Pada dasarnya skor total, suatu prediksi yang dibuat dari pola respon
terhadap item-item tertentu. Kemudian pola aktual dari respon dipelajari dan suatu
pengukuran dibuat dari batasan terhadap yang mana respon reprodusibel dari skor
total. Salah satu teknik adalah membagi total jumlah eror dengan total jumlah
respon dan substrak dari salah satu. Guttman menyarankan 0,90 koefisien
reproduksibilitas minimum diperlukan untuk serangkaian item untuk dikenali
sebagai bentuk skala unidimensional atau kumulatif.
   Beberapa pendukung bahwa skala Guttman lebih teoretis dari pada signifikan
praktis   karena     hal   ini   sulit       untuk   mengumpulkan      item-item   kriteria
reproduksibilitas yang memuaskan. Teknik ini juga dikritik karena tidak
menyarankan langkah-langkah untuk mempersiapkan atau memilih item-item.
Hanya setelah item-item dipilih dapat memutuskan reproduksibilitasnya.




                                         14
d. Semantic differensial scales
       Salah satu pendekatan pengukuran sikap adalah Semantic differensial scales
   yang merupakan teknik pengukuran sikap yang dikembangkan oleh Osgood, Suci
   dan Tannenbaum. Semantic differensial didasarkan pada asumsi bahwa objek
   mempunyai dua jenis perbedaan makna individu, yaitu makna konotatif dan
   denotatif, yang dapat dinilai secara independen. Denotatif merujuk pada makna
   yang terdapat dalam kamus, sedangkan konotatif merujuk pada makna asosiasi
   atau saran yang dimaksudkan oleh kata tersebut. Lebih mudah menetapkan makna
   denotatif suatu objek daripada makna konotatifnya. Namun sangat mungkin untuk
   mendapatkan makna konotatif dengan meminta secara langsung kepada individu
   untuk menilai objek yang dimaksud menggunakan bilangan atau adjektif bipolar.
   Dengan demikian makna suatu objek bagi seseorang membuat pola dari nilainya
   dari objek tersebut pada skala adjektif bipolar.
   Osgood dan kawan-kawan menemukan, melalui studi faktor analitik, tiga
   kelompok (cluster) adjektif, yaitu evaluatif yang terdiri dari objektif seperti baik
   dan buruk, potensi yang terdiri dari adjektif seperti kuat atau lemah, dan aktivitas
   yang terdiri dari adjektif seperti aktif atau pasif.
       Skala sikap dikonstrusi dengan memilih pasangan adjektif yang mewakili
   dimensi evaluatif. Pasangan adjektif dipresensikan sepanjang tujuh kategori skala
   respons dan responden langsung memberi tanda X pada salah satu dari tujuh spasi
   untuk mengindikasi batasan terhadap yang mana setiap adjektif menggambarkan
   objek. Sebagai contoh, andaikan seseorang ingin mengukur sikap peserta didik
   kelas dua terhadap sekolah.
                                     Sekolah
           Buruk                                                 Baik
            Aktif                                               Pasif
           Tajam                                               Tumpul
       Menyenangkan                                       Tidak menyenangkan
       Tidak bernilai                                          Bernilai
            Keras                                              Lembut
            Berat                                               Ringan
           Lemah                                                Kuat
            Cepat                                              Lambat


                                        15
Catatan untuk skala di atas bahwa pasangan adjektif didaftar pada dua sisi
       untuk meminimalkan rangkaian respon. Rangkaian respon merujuk pada
       kecenderungan untuk menyukai posisi tertentu dalam daftar pilihan. Seseorang
       harus memiliki kecenderungan untuk memilih secra ekstrim sisi kanan dan akan
       mencentang pada posisi tersebut untuk setiap item. Namun sisi skala diubah
       secara acak sehingga sisi kanan tidak selalu memuat respon yang paling disukai,
       kemudian individu diwajibkan untuk membaca item dan respon dalam tingkat
       isinya daripada melihat posisinya. Dalam menskor semantic differensial scale,
       biasanya, poin-poinnya disusun pada skala 1-7 dengan 7 mewakili respon paling
       positif. Dengan demikian, item pertama pada contoh di atas, bad akan mendapat
       skor 1 dan good akan mendapat skor 7 pada posisi terakhir Pada item ke 2
       merupakan kebalikannya, pada ujung yang satu, active mendapat skor 7 dan ujung
       yang lain passive mendapat skor 1. Nilai-nilai pada semua item ditotal dan
       dilporkan skor rata-ratanya.
3. Rating Scales
          Rating scales (skala penilaian) merupakan salah satu instrumen yang paling
   banyak digunakan untuk pengukuran. Rating scales meliputi asesmen oleh seseorang
   terhadap kinerja atau perilaku orang lain. Secara khas, penilai diminta untuk
   menempatkan orang yang akan dinilai pada beberapa poin dalam kontinum atau
   kategori-kategori yang menggambarkan karakteristik perilaku orang yang dinilai.
   Nomor nilai dilekatkan/ditempelkan pada poin atau ketagori tersebut. Penilai
   diasumsikan telah terbiasa dengan ciri khas perilaku individual. Rating scales banyak
   digunakan dalam penelitian tentang perkembangan anak dan aspek-aspek perilaku
   lainnya.
          Ada beberapa jenis rating scales, salah satu yang sering digunakan adalah
   skala grafik, dimana penilai secara sederhana menempatkan tanda centang pada poin
   yang sesuai di atas garis horizontal yang berjalan dari salah satu perilaku ekstrim ke
   perilaku ekstrim lainnya. Misalnya:
                                         Rendah         Sedang            Tinggi
   Penampilan kepibadian
   Kemampuan sosial (dapat diterima)
   Kemampuan berbicara
   (komunikasi)


                                         16
Penilai dapat mencentang beberapa poin dalam garis bersambung. Pada
beberapa skala grafik pembuat tes menyusun nomor nilai menjadi poin-poin deskriftif.
Misalnya, numerical rating scales:
     1               2          3            4              5         6           7
One of the                              An                                    One of the
poorest                                 average                               very best
speaker                                 speaker                               speaker
          Jenis kedua dari rating scales yaitu skala kategori, yang terdiri dari sejumlah
kategori yang disusun dalam suatu seri orde. Lima sampai tujuh kategori yang banyak
digunakan. Penilai menyeleksi salah satu pilihan terbaik yang mencirikan perilaku
orang yang dinilai. Misalnya, penilai hendak menilai kemampuan peserta didik dan
salah satu karakteristik yang akan dinilai yaitu kreativitas, maka item kategorinya
meliputi, antara lain:
Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)
Luar biasa kreatif
Sangat kreatif
Kreatif
Tidak kreatif
Sama sekali tidak kreatif
Kadang-kadang frase deskriptifnya diringkas sebagai berikut:
Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)
Selalu mempunyai ide kreatif
Mempunyai banyak ide kreatif
Kadang-kadang mempunyai ide kreatif
Jarang sekali mempunyai ide kreatif
          Dalam menggunakan skala grafik dan skala kategori, penilai membuat
keputusan tanpa membandingkan secara langsung orang yang dinilai dengan
seseorang atau sekelompok orang lain. Dalam rating scales komparatif, pada sisi yang
lain, penilai diinstruksikan untuk membuat keputusan dengan refrensi langsung ke
posisi yang lain yang dengannya individu tersebut dibandingkan. Posisi dalam rating
scales didefinisikan dalam istilah populasi yang ditentukan dengan karakteristik yang
diketahui. Rating scale komparatif ditunjukkan sebagai berikut:




                                        17
kebanyakan peserta




                                                                                                                                    Luar biasa superior
                                      Luar biasa rendah




                                                                                Rata-rata diantara
                                                            Lebih rendah dari




                                                                                                     Lebih baik dari
                                                                                  peserta didik


                                                                                                      kebanyakan

                                                                                                                         Superior
                                                                  didik
 Kompetensi yang akan dinilai




Apakah peserta didik
menunjukkan kepercayaan diri
yang pasti dan tujuan
profesional yang pantas?
Apakah peserta didik
memecahkan masalah dengan
cara konstruktif?
Apakah peserta didik kritis dan
menggunakan cara-cara
konstruktif?
Misalnya, skala akan digunakan untuk menyeleksi penerimaan peserta didik yang
baru saja lulus. Penilai diminta untuk memutuskan kemampuan calon untuk
melakukan pekerjaan yang dibandingkan dengan semua peserta didik yang diketahui
penilai. Jika rating valid, maka keputusan memiliki pengertian tentang range dan
distribusi kemampuan kelompok total dari lulusan.
        Semua teknik penilaian (rating) harus mempertimbangkan error (kesalahan),
yang dikurangi dengan validitas dan reliabilitas. Error yang paling sering terjadi yaitu
efek halo, yang terjadi ketika penilai mengijinkan generalisasi kesan subjek untuk
mempengaruhi penilaian terhadap perilaku.Misalnya, guru menilai seorang peserta
didik yang memiliki prestasi yang baik di sekolah (disukai guru), sehingga memberi
nilai baik terhadap aspek kecerdasan, popularitas, kejujuran, kerja keras, dan semua
aspek lainnya, sedangkan peserta didik yang memiliki prestasi rendah (kurang disukai
guru) diberi nilai rendah untuk semua aspek.
        Tipe   error   yang   lain   yaitu                error        generositas,                  yang              menunjukkan
tendensi/kecenderungan untuk memberikan keuntungan bagi subjek. Sebaliknya tipe
error of severity, penilai cenderung memberi nilai terlalu rendah untuk semua aspek
atau karakteristik.
        Salah satu cara mengurangi error, penilai perlu dilatih atau melatih diri
sebelum diminta untuk menilai. Mereka harus diinformasikan tentang kemungkinan
kesalahan yang dapat dilakukan. Hal yang paling penting yaitu penilai harus memiliki


                                              18
waktu yang cukup untuk mengamati perlilaku peserta didik. Cara yang lain, tiap
   perilaku dan poin yang akan dinilai harus didefinisikan dengan jelas.
   Reliabilitas rating scales biasanya meningkat oleh penilai yang membuat penialian
   independen pada individu. Penilaian independen dikutubkan atau dirata-rata untuk
   memperoleh nilai akhir.
4. Teknik Sosiometri
           Teknik sosiometri digunakan untuk mempelajari organisasi kelompok sosial.
   Prosedur dasar, namun dapat dimodifikasi dalam beberapa cara, meliputi proses
   meminta anggota kelompok tertentu untuk mengindikasikan pilihan pertama, kedua,
   ketiga dan seterusnya untuk mencocokan berdasarkan kriteria tertentu, biasanya
   beberapa aktivitas tertentu. Sebagai contoh, setiap peserta didik dalam kelompok
   belajar atau kelas diminta untuk memilih dua peserta didik lainnya yang mereka suka
   sebagai teman belajar, teman makan bersama, atau teman bermain. Metode sosiometri
   terutama sekali meneliti tentang pilihan yang dibuat oleh setiap orang dalam
   kelompok tertentu. Pilihan yang diperoleh diplotkan pada sosiogram, yang
   menggambarkan pola interaksi antar individu dalam kelompok.

                     Pat                       Sue                          Tony




                                                                    Fred




     Ann                          John

                                              Jane                         Bill
   Seperti terlihat pada gambar, Fred paling sering dipilih sebagai anggota kelompok,
   bisa dianggap sebagai „bintang‟ kelas. Catatan bahwa Pat, Ann dan John saling
   memilih satu sama lain. Ini mewakili kelompok orang yang mempunyai kesukaan
   yang sama, yaitu tiga atau lebih individu yang saling memilih satu sama lain. Bill
   tidak ada yang memilih, ia seorang yang terisolasi. Pilihan-pilihan ditampilkan dalam
   sosiogram yang dapat dikuantifikasi dan digunakan untuk tujuan penelitian.


                                         19
Metode sosiometri secara luas digunakan dalam penelitian psikologi sosial dan
      juga dalam penelitian pendidikan, dimana status sosiometri dapat dipelajari dalam
      hubungannya dengan variabel lainnya, seperti kemampuan mental, prestasi, dan
      peserta didik yang disukai guru.
   5. Observasi atau pengamatan langsung
      Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
      objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena. Alat yang digunakan dalam
      melakukan observasi disebut pedoman observasi. Tujuan utama observasi adalah (1)
      untuk mengumpulkan data mengenai suatu fenomena baik berupa peristiwa maupun
      tindakan, baik dalam situasi sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, (2) untuk
      mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik), interaksi
      antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktot yang dapat diamati lainnya terutama
      ranah sosial (social domain) dan ranah afektif. Dalam evaluasi pembelajaran,
      observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti
      tingkah laku pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain.
      Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar,
      suasana kelas, hubungan sesama guru, hubungan sesama peserta didik, hubungan guru
      dengan peserta didik, dan perilaku lainnya. Namun, observasi memiliki banyak
      kelemahan, terutama dalam pelaksanaan, karena untuk mengamati individu maupun
      kelompok adalah pekerjaan yang tidak mudah. Masalah validitas dan reliabilitas
      instrumen, karena kemungkinan melakukan penilaian subjektif oleh pengamat cukup
      besar.


C. Nilai-nilai Menurut Depdiknas



        NILAI                                         DESKRIPSI

   1. Religius             Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
                           yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
                           serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

   2. Jujur                Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
                           orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
                           pekerjaan.




                                               20
3. Toleransi      Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
                  etnis,pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari
                  dirinya

4. Disiplin       Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
                  berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras    Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
                  mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta
                  menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6. Kreatif        Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
                  hasil baru dari apa yang telah dimiliki

7. Mandiri        Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
                  dalam menyelesaikan tugas-tugas
8. Demokratis     cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
                  kewajiban dirinya dan orang lain
9. Rasa Ingin     sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
Tahu              mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
                  didengar
10. Semangat      cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
Kebangsaan        kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
                  kelompoknya.

11. Cinta Tanah   Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
Air               kepedulian, dan penghargaan         yang tinggi terhadap bahasa,
                  lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
12. Menghargai    Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
Prestasi          sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
                  menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/   Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
Komuniktif        bekerjasama dengan orang lain.

14. Cinta         Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain
Damai             merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
15. Gemar         Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
Membaca           yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli        Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
Lingkungan        lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
                  untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli        Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang
Sosial            lain dan masyarakat yang membutuhkan


                                    21
18. Tanggung-        Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
  jawab                kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
                       sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME


  Nilai-nilai tersebut bila dimasukkan dalam mata pelajaran IPA maka deskripsinya perlu
  disesuaikan dengan objek pelajaran IPA.

       NILAI                                 Contoh atau indikator

1. Religius          1. Melakukan eksperimen atau penelitian untuk mengungkapkan
                        rahasia ciptaan Tuhan.
                     2. Memperlakukan makhluk hidup sebagai ciptaan Tuhan, misalnya
                        eksperimen pada hewan dilakukan sesuai prosedur.

2. Jujur             1. Melaporkan hasil percobaan apa adanya.
                     2. Tidak plagiat, mencatumkan sumber asli.

3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Semangat
Kebangsaan
11. Cinta Tanah
Air
12. Menghargai
Prestasi
13. Bersahabat/
Komuniktif
14. Cinta Damai
15. Gemar
Membaca
16. Peduli
Lingkungan
17. Peduli Sosial
18. Tanggung-
jawab




                                            22
D. Kesimpulan
   Ranah afektif dan ranah sosial perlu dipisahkan karena merupakan dua hal yang berbeda
   walaupun saling berhubungan. Kompetensi dalam ranah sosial perlu dikembangkan
   karena berhubungan dengan kompetensi dalam ranah afektif. Tidak semua nilai-nilai
   yang dimaksudkan oleh Depdiknas dapat dimasukkan ke dalam pelajaran IPA. Ranah
   afektif dan ranah sosial dalam IPA dikembangkan berdasarkan konten dan objek
   pelajaran IPA. Inventori, skala sikap, rating scales dan sosiometri merupakan teknik-
   teknik pengukuran kompetensi afektif dan sosial yang sering digunakan.
                                   DAFTAR PUSTAKA


_____. (2011). Krathwohl's taxonomy of affective ranah. Artikel. Diambil pada tanggal 17
       Oktober 2011, dari       http://classweb.gmu.edu/ndabbagh/Resources/Resources2/
       krathstax.html.

Ary, D. (1985). Introduction to research in Education (3th ed.). USA: College Publishing.

Dettmer, P. (2006). New Blooms in established fields: four ranahs of learning and doing.
      ProQuest Education Journals, 28, 2, 70-78.

Koballa, T. (2011). The Affective Ranah in Science Education. Artikel. Diambil pada tanggal
       17 Oktober 2011, dari http://serc.carleton.edu/NAGTWorkshops/affective/
       framework.html.

Wikipedia. (21 Juni 2011). Taksonomi Bloom. Artikel. Diambil pada tanggal 17 Oktober
      2011, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom.




                                             23
Lampiran
Rating scales
                                              Rendah           Sedang       Tinggi
       Penampilan kepibadian
       Kemampuan sosial (dapat diterima)
       Kemampuan berbicara
       (komunikasi)


Rating scales dengan skala kategori yang disusun dalam suatu seri urutan.
       Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)
       Luar biasa kreatif
       Sangat kreatif
       Kreatif
       Tidak kreatif
       Sama sekali tidak kreatif
Kadang-kadang frase deskriptifnya diringkas sebagai berikut:
       Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu)
       Selalu mempunyai ide kreatif
       Mempunyai banyak ide kreatif
       Kadang-kadang mempunyai ide kreatif
       Jarang sekali mempunyai ide kreatif

Rating scales komparatif




                                              24
kebanyakan peserta




                                                                                                                             Luar biasa superior
                                  Luar biasa rendah




                                                                           Rata-rata diantara
                                                       Lebih rendah dari




                                                                                                Lebih baik dari
                                                                             peserta didik


                                                                                                 kebanyakan

                                                                                                                  Superior
                                                             didik
 Kompetensi yang akan dinilai




Apakah peserta didik
menunjukkan kepercayaan diri
yang pasti dan tujuan
profesional yang pantas?
Apakah peserta didik
memecahkan masalah dengan
cara konstruktif?
Apakah peserta didik kritis dan
menggunakan cara-cara
konstruktif?




                                          25

More Related Content

What's hot

Kecerdasan intelektual & emosional kepemimpinan
Kecerdasan intelektual & emosional kepemimpinanKecerdasan intelektual & emosional kepemimpinan
Kecerdasan intelektual & emosional kepemimpinan
Farid Ma'ruf
 
Persepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptPersepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - ppt
Nofrida Atika
 
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosionalKepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
Jerry Makawimbang
 
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi) Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
Kanaidi ken
 
Diri dan konsep diri
Diri dan konsep diriDiri dan konsep diri
Diri dan konsep diri
adysintang
 
Persepsi sosial
Persepsi sosial Persepsi sosial
Persepsi sosial
tyaadhietz
 

What's hot (20)

pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitaspengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja dan produktivitas
 
MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL
MAKALAH PSIKOLOGI SOSIALMAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL
MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL
 
Kecerdasan intelektual & emosional kepemimpinan
Kecerdasan intelektual & emosional kepemimpinanKecerdasan intelektual & emosional kepemimpinan
Kecerdasan intelektual & emosional kepemimpinan
 
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaBab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
 
Persepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptPersepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - ppt
 
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosionalKepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
 
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
 
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.docStudy eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
 
Psikologi Sosial; Sosial Kognisi
Psikologi Sosial; Sosial KognisiPsikologi Sosial; Sosial Kognisi
Psikologi Sosial; Sosial Kognisi
 
Proposal pengaruh tingkat kecerdasan
Proposal pengaruh tingkat kecerdasanProposal pengaruh tingkat kecerdasan
Proposal pengaruh tingkat kecerdasan
 
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi) Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
Pelatihan Selling with Emotional Intelligence (DR. Dwi Suryanto & Kanaidi)
 
Diri dan konsep diri
Diri dan konsep diriDiri dan konsep diri
Diri dan konsep diri
 
Persepsi dan berpikir
Persepsi dan berpikirPersepsi dan berpikir
Persepsi dan berpikir
 
Self concept
Self conceptSelf concept
Self concept
 
MBTI 4 Study
MBTI 4 StudyMBTI 4 Study
MBTI 4 Study
 
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
 
Persepsi sosial
Persepsi sosial Persepsi sosial
Persepsi sosial
 
Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"
 
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan EmosionalKecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
 

Viewers also liked

Viewers also liked (6)

Nilai-Nilai dalam Kehidupan
Nilai-Nilai dalam KehidupanNilai-Nilai dalam Kehidupan
Nilai-Nilai dalam Kehidupan
 
Legenda, Cerita Rakyat Malin Kundang
Legenda, Cerita Rakyat Malin KundangLegenda, Cerita Rakyat Malin Kundang
Legenda, Cerita Rakyat Malin Kundang
 
Nilai nilai cerpen
Nilai nilai cerpenNilai nilai cerpen
Nilai nilai cerpen
 
Nilai-nilai Kehidupan dalam Cerpen (KD 7.2)
Nilai-nilai Kehidupan dalam Cerpen (KD 7.2)Nilai-nilai Kehidupan dalam Cerpen (KD 7.2)
Nilai-nilai Kehidupan dalam Cerpen (KD 7.2)
 
Presentasi sebuah cerpen
Presentasi sebuah cerpenPresentasi sebuah cerpen
Presentasi sebuah cerpen
 
Materi Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XI
Materi Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XIMateri Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XI
Materi Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XI
 

Similar to Nilai nilai afektif dan sosial

Emotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence CompetenciesEmotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence Competencies
Ismail Mamat
 
Peta Konsep Dasar Psikologi Perkembangan
Peta Konsep Dasar Psikologi PerkembanganPeta Konsep Dasar Psikologi Perkembangan
Peta Konsep Dasar Psikologi Perkembangan
Atika Aziz
 
Haris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eHaris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.e
Rizz Aee
 
Humanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranHumanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaran
Daedaeha S
 

Similar to Nilai nilai afektif dan sosial (20)

Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.docStudy eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
 
Esq
EsqEsq
Esq
 
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe BelajarTaksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
 
Persepsi
PersepsiPersepsi
Persepsi
 
MATERI KETERKAITAN DEFERENSIASI DAN KSE.pptx
MATERI KETERKAITAN DEFERENSIASI DAN KSE.pptxMATERI KETERKAITAN DEFERENSIASI DAN KSE.pptx
MATERI KETERKAITAN DEFERENSIASI DAN KSE.pptx
 
Modul 2.2 Angkatan 9.pdf
Modul 2.2  Angkatan 9.pdfModul 2.2  Angkatan 9.pdf
Modul 2.2 Angkatan 9.pdf
 
Emotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence CompetenciesEmotional Intelligence Competencies
Emotional Intelligence Competencies
 
M5 kb1
M5 kb1M5 kb1
M5 kb1
 
Sikap
SikapSikap
Sikap
 
Peta Konsep Dasar Psikologi Perkembangan
Peta Konsep Dasar Psikologi PerkembanganPeta Konsep Dasar Psikologi Perkembangan
Peta Konsep Dasar Psikologi Perkembangan
 
Tugas sip 1
Tugas sip 1Tugas sip 1
Tugas sip 1
 
Tugas sip 1
Tugas sip 1Tugas sip 1
Tugas sip 1
 
Tugas sip 1
Tugas sip 1Tugas sip 1
Tugas sip 1
 
Tugas sip 1
Tugas sip 1Tugas sip 1
Tugas sip 1
 
Haris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eHaris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.e
 
Sikap
SikapSikap
Sikap
 
keragaman siswa
keragaman siswakeragaman siswa
keragaman siswa
 
M5 kb2
M5 kb2M5 kb2
M5 kb2
 
Humanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaranHumanistik pendekatan pengajaran
Humanistik pendekatan pengajaran
 
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINAKasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
Kasim cs. Afi Parnawi. STAI IBNU SINA
 

Recently uploaded

Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Recently uploaded (20)

Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 

Nilai nilai afektif dan sosial

  • 1. Nilai-nilai Afektif dan Sosial A. Pendahuluan Benjamin Bloom mengkategorikan tujuan pendidikan ke dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Wikipedia, 2011). Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan pengertian. Ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, dan motivasi. Ranah psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti menulis, melakukan, menggunakan, dan mengoperasikan. B. Ranah Afektif dan Ranah Sosial Taksonomi pendidikan yang dikembangkan oleh Bloom, Krathwhol, dan para kolabolator digunakan untuk merencanakan objektif instruksional, merancang kurikulum, dan merencanakan pencapaian. Pengembangannya meliputi ranah kognitif, psikomotorik, afektif dan sosial. Selanjutnya keempat ranah ini disintesis menjadi kesatuan yang disebut ranah terpadu (unified domain) (Dettmer, 2006). Afektif (dari bahasa Latin affectus, yang berarti "perasaan") mencakup sejumlah konstruksi, seperti sikap, nilai, kepercayaan, pendapat, minat, dan motivasi (Koballa, 2011). Sikap (dalam bahasa Inggris attitude) dapat diartikan cara berpikir. Sikap umumnya didefinisikan sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap benda, orang, tempat, peristiwa, dan gagasan. Ranah afektif pada awalnya diklasifikasikan berdasarkan objektif sikap dan emosi. Tingkatan ranah afektif menurut Krathwohl ada lima, yaitu receiving (menerima), responding (menanggapi), valuing (menilai), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi) (_____,2011). Kemudian, ranah afektif diperluas mencakup internalize (internalisasi nilai-nilai), wonder (rasa ingin tahu), dan aspire (mencita-citakan) (Dettmer, 2006). Dettmer menambahkan ranah sosial ke dalam taksonomi Bloom yang baru. Hal ini sangat beralasan, karena kemampuan afektif seseorang merupakan faktor internal yang berkaitan dengan perasaan dan proses merasakan dalam diri seseorang, sedangkan kemampuan sosial berkaitan erat dengan sosial budaya dan proses interaksi seseorang dengan orang lain di sekitar atau lingkungan sekitar. Kemampuan seseorang untuk merasakan hal-hal positif dan negatif dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap sikap seseorang. 1
  • 2. Tabel 1. New Bloom’s Taxonomy : Mengembangkan Potensi dalam Empat Ranah dengan Keterpaduan untuk Belajar dan Melakukan Ranah Kognitif Afektif Sensorimotor Sosial Keterpaduan Proses berpikir merasakan mengindera dan berinteraksi melakukan bergerak Isi intelektual perasaan fisik sosialbudaya holistik/menyeluruh Tujuan memperluas pemikiran menumbuhkan perasaan mengolah indera dan memperkaya relasi mengoptimalkan gerakan potensi Sasaran untuk mendapatkan untuk mengembangkan untuk memelihara untuk menumbuhkan untuk mewujudkan pengetahuan pemahaman diri ekspresi diri sosialisasi pemenuhan diri Sumber : Peggy Dettmer, 2006 Tabel 2. Fase-fase dalam New Bloom’s Taxonomy Dasar Cognizant/tahu,sadar Sentient/kepekaan Conscious/sadar Aware/menyadari Viable/dapat hidup terus Fase 1 mengetahui menerima mengamati berhubungan melihat, merasa, mengerti Fase 2 memahami menanggapi bereaksi berkomunikasi mengetahui, memahami, mengerti Fase 3 menerapkan menilai,menghargai bertindak,melakukan berpartisipasi menggunakan Fase 4 menganalisis mengorganisasi menyesuaikan berdiskusi membedakan Fase 5 mengevaluasi menginternalisasikan membuktikan memutuskan mengesahkan Fase 6 mensintesis, mempersatukan mengkarakterisasi menyelaraskan berkolaborasi mengintegrasikan Fase 7 membayangkan, ingin tahu, heran, mempertunjukan berinisiasi, memulai berusaha, berani mengambil menduga,menebak mengagumi risiko,berspekulasi Fase 8 menciptakan mencita-citakan berinovasi berubah memulai, membangun, menghasilkan Sumber : Peggy Dettmer, 2006 2
  • 3. Penilaian ranah afektif dan ranah sosial menggunakan bentuk penilaian formatif. Metode untuk penilaian formatif ranah afektif dan ranah sosial dapat menggunakan beberapa bentuk instrumen pengukuran yang tergantung pada apa yang ingin diukur. 1. Pengukuran Kepribadian Pengukuran kepribadian dikonsentrasikan bukan pada tes intelektual atau kompetensi kognitif. Ada beberapa tipe pengukuran kepribadian, masing-masing tipe merefleksikan teori dengan sudat pandang yang berbeda. Beberapa tipe merefleksikan teori sifat dan tipe kepribadian, sedangkan beberapa yang lain merefleksikan teori psikoanalitik dan motivasi. Pendidik harus tahu dengan tepat tentang hal yang akan diukur dan jenis instrumen yang akan digunakan, dengan memperhatikan bukti validitas. a. Inventori Dalam inventori, subjek yang dipresentasi dengan suatu luasan kumpulan pernyataan yang menggambarkan contoh perilaku dan yang dimaksudkan untuk mengindikasikan apakah setiap pernyataan merupakan karakteristik perilaku mereka atau tidak, dengan memberi tanda ya, tidak atau tidak pasti. Skor dikomputasi dengan menghitung jumlah respons yang setuju dengan sifat yang penguji ukur. Daftar pernyataan disusun dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini mirip wawancara terstruktur dan peneliti menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap orang, dan jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai, biasanya dengan bantuan komputer. Beberapa inventori kepribadian hanya mengukur satu sifat, misalnya California F-Scale untuk mengukur autoritarianisme, Cattell's Sixteen Personalitg Factor Queslionnoire untuk mengukur sejumlah sifat, Minnesota Multiphasic Personality lnventory, Guilford-Zimerman Temperament Survey, Mooney Problem Check List, dan Edwards Personal Preference Schedule. Menurut Atkinson dan kawan-kawan, investori kepribadian mungkin dirancang untuk menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa sifat kepribadian secara keseluruhan. Investori kepribadian yang terkenal dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang ialah: (a) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), (b) Rorced-Choice Inventories, dan (c) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale). 1) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) 3
  • 4. MMPI terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi emosional, gejala fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek menjawab tiap pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau “tidak dapat mengatakan”. Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai menurut kesesuaiannya dengan jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki berbagai macam masalah psikologi. MMPI dikembangkan guna membantu klinis dalam mendiagnosis gangguan kepribadian. Para perancang tes tidak menentukan sifat mengukurnya, tetapi memberikan ratusn pertanyaan tes untuk mengelompokkan individu. Tiap kelompok diketahui berbeda dari normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompok kriteria terdiri atas individu yang telah dirawat dengan diagnosis gangguan paranoid. Kelompok kontrol terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosis menderita masalah psikiatrik, tetapi mirip dengn kelompok kriteria dalah hal usia, jenis kelamin, status sosioekonomi, dan variabel penting lain. 2) Rorced-Choice Inventories Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk klasifikasi tes yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek dapat memilih pilihan yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar, tidak ada yang salah (Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini, diminta memilih pilihan yang lebih disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya, sikapnya, atau pandangan hidupnya. 3) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale) H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff (Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam komponen, yang lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu: a) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih mengarah pada khayalan. b) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan bahwa dirinya penting. c) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar. d) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme. e) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal. f) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus. 4
  • 5. H-W Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi untuk memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita hysteroid, misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal. Inventori telah digunakan dalam penelitian pendidikan untuk memperoleh deskripsi sifat yang menggambarkan kelompok tertentu, misalnya kelompok dibawah rata-rata, kelompok dropout, kelompok minoritas dan sebagainya. Beberapa penelitian dikonsentrasikan untuk melihat hubungan antara sifat kepribadian dengan beberapa variabel seperti kecerdasan, prestasi, dan sikap. Inventori memiliki keuntungan yaitu murah, sederhana dan objektif. Kelemahannya berkaitan dengan masalah validitas. Validitasnya tergantung pada kemampuan responden membaca dan memahami item-itemnya, pengenalannya akan diri sendiri, dan khususnya keinginan mereka menjawab dengan jujur dan terbuka. Berdasarkan pada hasil, informasi yang diperoleh dari inventori mungkin hanya permukaannya saja atau bias. Kemungkinan ini semestinya dimasukkan ke dalam laporan ketika hasil diperoleh dari instrumen. b. Teknik Proyektif Dalam tes-tes kepribadian dengan pendekatan proyektif, individu memberikan respon pada stimulus yang tidak terstruktur dan ambigu, dimana hal ini berbeda dengan tes objektif yang memuat beberapa pertanyaan berstruktur. Sehingga diharapkan dengan menggunakan tes proyektif, individu secara tidak sadar akan mengungkap dan menggambarkan struktur dan dinamika kepribadiannya. Teknik proyektif yang banyak dikenal dan digunakan secara luas oleh ahli psikologi yaitu tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT), Children’s Apperception Test (CAT), Draw-A-Person (DAP), Make-A-Picture Story (MAPS), Michigan Picture Story Test, dan Sentence Completion Test. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tes-tes tersebut: 1) Thematic Apperception Test (TAT) TAT adalah yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera. Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang dramatis. 2) Children’s Apperception Test (CAT) Bentuk lain dari TAT adalah CAT (Children‟s Apperception Test), yang digunakan untuk anak-anak. CAT menampilkan sepuluh gambar 5
  • 6. binatang dalam konteks sosial manusia seperti memainkan game atau tidur di tempat tidur. Pada saat ini, versi ini dikenal sebagai CAT atau CAT-A (gambar binatang). 3) Michigan Picture Story Test (MPST) Tes ini hampir sama dengan kedua tes diatas dan terdiri dari material yang menggambarkan anak-anak dalam hubungannya dengan orang tua, polisi, dan figur otoriter lainnya, juga teman-teman. Tes ini sangat bermanfaat dalam melihat struktur dari sikap anak-anak terhadap orang dewasa dan teman-teman sekaligus mengevaluasi masalah yang mungkin timbul. 4) Make-A-Picture Story (MAPS) Tes ini juga hampir sama dengan MPST dalam interpretasi dan tujuan yang dimiliki. Perbedaannya, individu boleh memilih karakter yang ada untuk membuat sebuah cerita berdasarkan situasi yang ada. 5) Figure Drawing Dalam tes ini, kemampuan menggambar bukanlah faktor utama. Salah satu bentuk tesnya adalah Draw-A-Person (DAP), dimana individu diminta untuk menggambar seorang lelaki dan perempuan menggunakan pensil dan kertas. 6) Incomplete Sentence Test Dalam metode proyektif ini, terdiri dari sejumlah kalimat tidak lengkap yang disajikan untuk dilengkapi. Biasanya bukan merupakan tes standar dan tidak diperlakukan secara kuantitatif. Penting sebagai bahan pertimbangan dalam situasi klinis yang memiliki asumsi bahwa respon individu terhadap stimulus yang ambigu merupakan proyeksi dari hal-hal yang ada dalam ketidaksadaran. Respon yang diberikan subjek dapat memberikan gambaran area konflik, termasuk juga kelebihan dan kekurangan dari kepribadian subjek. 7) Competency Screening Test Diberikan kepada individu yang menjadi terdakwa untuk mempelajari interscorer kehandalan dan validitas prediktif tentang status mental atau inteligensi individu terkait dengan kasus individu yang sedang terjadi. Tes juga secara signifikan membedakan antara individu yang dikategorikan oleh praktisi sebagai tidak berkompetensi secara mental dan yang dikategorikan sebagai kompeten dalam sidang kasus yang dijalani. 6
  • 7. 8) Rorschach Test Rorschach test juga dikenal sebagai tes inkblot Rorschach atau sekadar tes Inkblot adalah sebuah tes psikologi di mana subjek mempersepsi sebuah bentuk gambar tinta yang dicatat dan kemudian dianalisis dengan menggunakan interpretasi psikologis. Beberapa psikolog menggunakan tes ini untuk memeriksa kepribadian seseorang baik karakteristik maupun fungsi emosional. Telah digunakan untuk mendeteksi gangguan pikiran yang mendasari individu, terutama dalam kasus-kasus di mana pasien tidak mau untuk menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka. Tes ini mengambil namadari penciptanya yaitu psikolog dari Swiss, Hermann Rorschach. Teknik proyektif digunakan terutama dalam psikologi klinis untuk mempelajari dan mendiagnosis masalah emosional seseorang. Teknik ini jarang digunakan dalam pendidikan karena kebutuhannya lebih mengarah untuk latihan administrasi dan penskoran. Para ahli juga kurang puas terhadap masalah validitas instrumennya. 2. Skala Sikap Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku seseorang, subjek atau objek untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap dunia di sekitarnya. Guru perlu mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan sekolah. Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, guru perlu mencari suatu cara dan teknik tertentu untuk menempatkan sikap negatif itu menjadi sikap yang positif. Dalam mengukur sikap, guru hendaknya memperhatikan tiga komponen sikap yaitu (1) kognisi, berkenaan dengan pengetahuan peserta didik tentang objek, (2) Afeksi, berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek, (3) Konasi, berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik. Disamping itu guru juga harus memilih salah satu model skala sikap. Skala merupakan seperangkat bilangan untuk menyatakan nilai yang dikenakan pada subjek, objek, atau perilaku bagi tujuan quantifikasi dan pengukuran kualitas. Skala digunakan untuk mengukur sikap, nilai dan karakter lainnya. Skala- skala ini berbeda dari tes dalam hal hasil dari instrumen, tidak seperti tes-tes pada umumnya, instrumen tidak mengindikasikan kesuksesan atau kegagalan, kelemahan 7
  • 8. atau kekuatan. Instrumen mengukur derajat karakteristik proses ketertarikan individu. Misalnya, mengukur sikap peserta didik terhadap pelajaran kimia. Pengembangan skala untuk mengukur sikap, nilai, dan karakter lainnya dapat meliputi berbagai teknik yang berbeda-beda. Sikap dapat didefinisikan sebagai pengaruh positif atau negatif terhadap kelompok tertentu, institusi, konsep atau objek sosial. Pengukuran sikap untuk menduga kemampuan guna menempatkan individu pada kontinum kesukaan-ketidaksukaan terhadap objek. Ada empat tipe skala sikap yang umum digunakan. a. Summated rating scales (Skala Likert) Skala Likert, sebagai metode untuk mengukur sikap, merupakan salah satu tipe skala yang digunakan oleh sebagian besar peneliti dan memberikan hasil yang baik. Skala Likert menilai sikap terhadap suatu hal dengan membuat pernyataan kepada responden untuk mengindikasikan apakah responden menunjukan respon sangat setuju (SS), setuju (S), tidak berpendapat (TB), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) terhadap pernyataan tentang hal-hal tersebut. Skala Likert dikonstruksi dengan mengumpulkan sejumlah pernyataan tentang suatu objek, setengah dari jumlah pernyataan tentang kesukaan dan setengahnya lagi tentang pernyataan ketidaksukaan terhadap suatu objek. Hal yang penting adalah bahwa pernyataan-pernyataan ini merakit suatu contoh representatif tentang semua pendapat atau sikap yang mungkin terhadap suatu objek. Hal yang mungkin sangat membantu adalah memikirkan semua subtopik yang berhubungan dengan objek sikap dan kemudian menuliskan item-item pada setiap subtopik. Selanjutnya item-item ini divalidasi oleh orang yang memiliki pengetahuan dan mengerti batasan sikap positif dan negatif. Pernyataan, sepanjang kontinum setuju-tidak setuju, dipresensikan kepada subjek. Pernyataan harus disusun secara acak untuk menjamin bahwa respon mengena pada subjek. Untuk menskor skala, kategori respon harus berbobot. Bagi item pernyataan kesukaan atau positif, nilai bilangan berturut-turut 5, 4, 3, 2, 1, disusun untuk kategori respon yang dimulai dengan pernyataan positif. Sangat setuju diberi nilai 5, sedangkan sangat tidak setuju diberi nilai 1. Bagi item pernyataan ketidaksukaan atau negatif merupakan kebalikannya, sangat setuju diberi nilai 1, sedangkan sangat tidak setuju diberi nilai 5. Misalnya, mengukur sikap peserta didik terhadap pelajaran kimia: 8
  • 9. SS S TB TS STS Kimia merupakan pelajaran kesukaanku 5 4 3 2 1 Saya tidak suka pelajaran kimia 1 2 3 4 5 Skala berikut ini untuk mengukur sikap sosial: Skala Responsibilitas Sosial 1. Adalah hal tidak berguna mengkhawatirkan tentang peristiwa atau urusan publik saat ini, saya tidak dapat berbuat sesuatu pun bagi mereka. SS S TB *TS *STS 2. Setiap orang harus memberikan waktunya untuk kebaikan kota atau negaranya. *SS *S TB TS STS 3. Membuat teman kesal/sedih tidak terlalu buruk, karena saya dapat berbuat baik kapan saja kepada semua orang. SS S TB *TS *STS 4. Di sekolah, saya selalu menjadi sukarelawan dalam berbagai kegiatan. *SS *S TB TS STS Peserta didik yang sangat menyukai pelajaran kimia akan setuju dengan pernyataan positif dan tidak setuju dengan pernyataan negatif. Peserta didik yang setuju dengan pernyataan pertama diberi nilai 4 dan tidak setuju dengan pernyataan kedua diberi nilai 4, jumlahnya adalah 8 (4+4) untuk kedua item. Jumlah seluruh bobot item yang dicentang oleh subjek pada skala akan merepresentasikan skor total individu. Skor dengan nilai tertinggi mengindikasikan sikap positif terhadap objek. Skor tertinggi adalah 5 dikalikan N (jumlah item) dan skor terendah 1 dikalikan N. Setelah skala sikap diujicobakan terhadap kelompok responden, analisis item perlu dilakukan untuk mengidentifikasi item terbaik. Paling tidak, ada tiga tipe statistik untuk menganalisis: 1) indeks item diskriminasi, 2) bilangan dan/atau persentase untuk setiap item yang ditandai responden, 3) mean atau standar deviasi item. Indeks item diskriminasi menunjukkan jangkauan atau batasan terhadap yang mana setiap item membedakan responden dalam cara yang sama seperti total skor diskriminan. Indeks item diskriminasi dikalkulasi dengan mengkorelasikan skor item dengan total skor skala. Setiap item akan memiliki korelasi minimal 0,25 dengan skor total. Item yang memiliki korelasi sangat 9
  • 10. rendah atau negatif akan dieliminasi karena tidak mengukur hal yang sama sebegai skala total dan tidak berkontribusi terhadap pengukuran sikap. Statistik 2 dan 3 mengindikasikan jangkauan atau batasan terhadap yang mana responden memiliki pilihan bervariasi. Item pada yang mana responden menyebar diantara kategori respon yang lebih disukai akan mengumpul pada satu atau dua kategori. Setelah memilih item yang baik, instrumen yang telah direvisi digunakan pada kelompok subjek yang berbeda dan akan memberikan reliabilitas yang baru. Ada beberapa kesulitan untuk menempatkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan validitas skala sikap. Beberapa peneliti menggunakan observasi perilaku sebagai kriteria bagi sikap yang diukur, tetapi prosedur ini jarang sekali digunakan karena kesulitan dalam menentukan perilaku yang bagaimana yang dapat menjadi kriteria terbaik bagi sikap dan juga kesulitan menjamin validitas pengukuran. Salah satu cara yang paling mudah untuk memvalidasi adalah menentukan batasan pada dua sikap yang telah diketahui akan berbeda, misal sikap terhadap masalah aborsi. b. Equal-appearing intervals scales (Skala Thurstone) Thurstone mengembangkan sebuah metode bagi penyusunan spesifik nilai skala untuk item-item sikap. Skala Likert menilai sikap dengan meminta responden untuk mengindikasikan derajat atau tingkat kesetujuan-ketidaksetujuan dengan serangkaian pernyataan, sedangkan skala Turstone menilai dengan mempresentasikan pernyataan tentang suatu topik dengan rentangan dari sangat suka, melalui sikap netral, menuju sangat tidak suka dan meminta responden untuk memilih dari pernyataan-pernyataan ini yang mana paling mendekati berhubunagn dengan sikap mereka sendiri. Membuat skala Thurstone meliputi beberapa langkah, yaitu: Mengumpulkan sejumlah besar pernyataan (50-100) yang mengekspresikan keluasan perbedaan derajat kesukaan-ketidaksukaan terhadap objek sikap, termasuk pernyataan netral. Pernyataan diberikan kepada sejumlah besar orang (50 atau lebih) yang memiliki cukup pengetahuan tentang objek untuk mengurutkan pernyataan ke dalam sebelas kategori sepanjang dimensi kesukaan- ketidaksukaan. Kategori A berisi pernyataan yang dapat diputuskan menjadi paling/sangat disukai, kategori B berisi pernyataan sangat disukai selanjutnya, agak sangat disukai, dan seterusnya. Pernyataan ke enam (F) berisi pernyataan 10
  • 11. netral yang memberi respek sikap netral, dan kategori K berisi pernyataan yang paling/sangat tidak disukai. A B C D E F G H I J K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Menyukai Netral Tidak menyukai Klasifikasi pernyataan menjadi kategori-kategori tidak mempunyai sesuatu untuk dilakukan dengan sikap pemilik sikap terhadap objek psikologis, tetapi hanya mencerminkan persepsi mereka tentang kesukaan dan ketidaksukaan mengenai pernyataan. Setelah keputusan dari pengukuran semua item, distribusi dari rating keputusan disiapkan bagi setiap item. Distribusi akan menunjukkan bilangan keputusan yang menempatkan setiap item ke dalam sebelas kategori. Sebagai contoh, anggapan pernyataan tentang pelajaran kimia ditempatkan dalam kategori A dengan 4 keputusan, dalam kategori B dengan 28 keputusan, dalam C dengan 32 keputusan dan dalam D dengan 16 keputusan. Ada dua nilai, yaitu median dan Q, yang dihitung dari distribusi tersebut. Kategori Nilai kategori Keputusan D 4 16 C 3 32 B 2 28 A 1 4 80 Median = 2,5 + (8/32) 1 = 2,5 + 0,25 = 2,75 Median dari rating (distribusi skor pengukuran item) keputusan adalah 2,75. Ini menjadi skala nilai yang ditunjukkan untuk item tersebut. Skala nilai mengindikasikan posisi item pada kontinum positif-negatif. Dalam hal membuat batasan persetujuan diantara keputusan-keputusan, indeks variabilitas dihitung untuk setiap item. Pengukuran variabilitas menggunakan Q, yaitu diviasi kuartil, yang sama dengan setengah dari selisish persentil ke-25 dan ke-75. Q lebih disukai daripada standar deviasi karena tidak dipengaruhi oleh skor ekstrim. Untuk contoh diatas Q=(3,38-2,07)/2 = 0,65. Tingginya tingkat persetujuan diantara keputusan-keputusan tentang bagaimana pernyataan disukai-tidak disukai akan dihasilkan dengan nilai Q yang rendah. Rendahnya tingkat persetujuan di antara keputusan-keputusan ditunjukkan dengan nilai Q yang tinggi. Item yang 11
  • 12. memiliki nilai Q terlalu tinggi akan dibuang karena menyebabkan ambigu pada skala. Setelah skala nilai (median) dan nilai Q dihitung untuk setiap pernyataan, langkah selanjutnya adalah memilih pernyataan untuk mewakili poin pada kontinum kesukaan-ketidaksukaan yang didistribusikan pada nilai 1-11. Untuk batasan bahwa skala nilai mewakili kenaikan yang sama, salah satunya harus mencapai interval pengukuran. Jika dua atau lebih item memiliki skala nilai yang sama, item yang memiliki nilai Q paling rendah yang dipilih. Item-item ditempatkan dalam urutan acak pada bentuk akhir dan tentu saja, nilai-nilainya tidak ditunjukkan pada bentuk itu sendiri. Berikut ini contoh skala Thurstone. Skala nilai Pernyataan 1,5 Saya yakin dengan belajar kimia masa depan saya cerah. 2,3 Saya mendapat pelajaran yang berharga dari guru kimia. 3,3 Saya menikmati pelajaran kimia karena banyak manfaatnya. 4,5 Saya yakin pelajaran kimia sangat berguna tetapi sulit diaplikasikan. 5,6 Saya merasa belajar kimia kadang-kadang menyenangkan, tetapi saya tidak yakin dapat menguasainya. 6,7 Saya yakin prestasi dan kesuksesan tidak ada hubungannya dengan pelajaran kimia. 7,4 Saya merasa belajar kimia tidak membuat saya lebih baik. 8,3 Saya pikir pelajaran kimia membahayakan masyarakat dan lingkungan. 9,6 Saya merasa pelajaran kimia sangat sulit dan abstrak. 11,0 Saya pikir belajar kimia tidak ada gunanya dan membuang waktu saja. Dalam menentukan skala Thurstone, penguji harus menginstruksikan kepada responden untuk mencentang hanya pernyataan yang mereka setujui saja. Skor sikap subjek merupakan rata-rata dari skala nilai (mean atau median) dari pernyataan yang dicentang. Skor rata-rata menempatkan individu pada kontinum kesukaan-ketidaksukaan dengan respek terhadap objek sikap. Dari contoh diatas, 12
  • 13. jika seorang responden setuju dengan pernyataan yang memiliki nilai 1,5; 2,3; 3,3; dan 4,5 dalam skala Thustone, skor sikapnya adalah 2,9 (median), yang mengindikasikan sikap suka terhadap mata pelajaran kimia. Jumlah sebaran skala nilai dari item sikap yang dicentang oleh beberapa responden dapat diambil sebagai pengukur batasan atau jangkauan untuk yang mana responden memiliki gambaran sikap yang jelas. Artinya bahwa seseorang dengan gambaran sikap yang baik terhadap beberapa objek akan diharapkan untuk mencentang hanya item-item yang sangat dekat dengan skala nilai. Jika respon seseorang menyebar luas tidak berdekatan item-itemnya, dapat diasumsikan bahwa responden memiliki ambigu atau miskin gambaran tentang sikap. c. Cumulative scales (Skala Guttman) Kritik terhadap skala sikap Thurstone dan Likert bahwa skala-skala ini berisi pernyataan-pernyataan heterogen mengenai berbagai dimensi terhadap suatu objek sikap. Sebagai contoh, pengukuran sikap terhadap perang dalam skala Thurstone, tidak ada usaha yang dibuat untuk memisahkan pernyataan etis dari pernyataan yang berhubungan dengan hasil ekonomis dari perang, atau yang mencerminkan aspek-aspek yang mungkin lainnya tentang sikap terhadap perang. Sebagai hasil dari kombinasi ini tentang beberapa dimensi dari satu skala, hal ini bisa sukar untuk membuat beberapa interpretasi yang jelas dari skor yang diperoleh. Guttman mengembangkan suatu teknik untuk mengatasi masalah tersebut. Teknik Guttman, dikarakteristik sebagai suatu skala unidimensional, bertujuan/bermaksud untuk menentukan jika sikap dipelajari secara aktual mencakup hanya sebuah dimensi tunggal. Sebuah sikap dianggap unidimensional hanya jika sikap itu menghasilkan suatu skala kumulatif ― salah satu dalam yang mana item-item dihubungkan dengan yang lain dalam hal suatu cara bahwa suatu subjek yang setuju dengan item 2 juga setuju dengan item 1, jika setuju dengan item 3, juga setuju dengan item 1 dan 2, dan seterusnya. Dengan demikian, individu yang menyetujui item tertentu dalam tipe skala ini akan memiliki skor lebih tinggi pada skala total daripada yang tidak menyetujui item tersebut. Sebagai contoh, mempertimbangkan item berikut dengan meminta responden menyetujui atau tidak menyetujui: 1. PTA seharga dengan waktu yang dihabiskan untuk PTA itu sendiri. 2. PTA merupakan suatu pengaruh kuat bagi perbaikan sekolah. 13
  • 14. 3. PTA merupakan organisasi paling penting di Amerika Serikat untuk memperbaiki sekolah. Jika ini merupakan skala kumulatif, tentu memungkinkan untuk mengatur semua respon dari responden menjadi tipe contoh/model. Dengan demikian, jika diketahui skor seseorang, tentu memungkinkan untuk menceritakan secara tepat, item mana yang disetujuinya. Sebagai contoh, semua individu dengan skor 2 meyakini bahwa PTA seharga dengan waktu yang dihabiskan untuk itu dan PTA merupakan suatu pengaruh kuat bagi perbaikan sekolah, tetapi tidak yakin bahwa PTA merupakan organisasi paling penting di Amerika Serikat untuk memperbaiki sekolah. Subjek dapat diranking atau diberi peringkat menurut skala responnya. Setuju dengan item Tidak setuju dengan item Skor 3 2 1 3 2 1 3 X X X 0 0 0 2 0 X X X 0 0 1 0 0 X X X 0 0 0 0 0 X X X Saat mengkonstruksi skala kumulatif, satu hal yang harus ditentukan terlebih dahulu dari semua yaitu apakah item-item membentuk skala unidimensional. Untuk malakukan hal ini, salah satunya menganalisis reproduksibilitas dari respon-respon ― artinya, proporsi dari respon secara aktual jatuh ke dalam contoh/pola. Pada dasarnya skor total, suatu prediksi yang dibuat dari pola respon terhadap item-item tertentu. Kemudian pola aktual dari respon dipelajari dan suatu pengukuran dibuat dari batasan terhadap yang mana respon reprodusibel dari skor total. Salah satu teknik adalah membagi total jumlah eror dengan total jumlah respon dan substrak dari salah satu. Guttman menyarankan 0,90 koefisien reproduksibilitas minimum diperlukan untuk serangkaian item untuk dikenali sebagai bentuk skala unidimensional atau kumulatif. Beberapa pendukung bahwa skala Guttman lebih teoretis dari pada signifikan praktis karena hal ini sulit untuk mengumpulkan item-item kriteria reproduksibilitas yang memuaskan. Teknik ini juga dikritik karena tidak menyarankan langkah-langkah untuk mempersiapkan atau memilih item-item. Hanya setelah item-item dipilih dapat memutuskan reproduksibilitasnya. 14
  • 15. d. Semantic differensial scales Salah satu pendekatan pengukuran sikap adalah Semantic differensial scales yang merupakan teknik pengukuran sikap yang dikembangkan oleh Osgood, Suci dan Tannenbaum. Semantic differensial didasarkan pada asumsi bahwa objek mempunyai dua jenis perbedaan makna individu, yaitu makna konotatif dan denotatif, yang dapat dinilai secara independen. Denotatif merujuk pada makna yang terdapat dalam kamus, sedangkan konotatif merujuk pada makna asosiasi atau saran yang dimaksudkan oleh kata tersebut. Lebih mudah menetapkan makna denotatif suatu objek daripada makna konotatifnya. Namun sangat mungkin untuk mendapatkan makna konotatif dengan meminta secara langsung kepada individu untuk menilai objek yang dimaksud menggunakan bilangan atau adjektif bipolar. Dengan demikian makna suatu objek bagi seseorang membuat pola dari nilainya dari objek tersebut pada skala adjektif bipolar. Osgood dan kawan-kawan menemukan, melalui studi faktor analitik, tiga kelompok (cluster) adjektif, yaitu evaluatif yang terdiri dari objektif seperti baik dan buruk, potensi yang terdiri dari adjektif seperti kuat atau lemah, dan aktivitas yang terdiri dari adjektif seperti aktif atau pasif. Skala sikap dikonstrusi dengan memilih pasangan adjektif yang mewakili dimensi evaluatif. Pasangan adjektif dipresensikan sepanjang tujuh kategori skala respons dan responden langsung memberi tanda X pada salah satu dari tujuh spasi untuk mengindikasi batasan terhadap yang mana setiap adjektif menggambarkan objek. Sebagai contoh, andaikan seseorang ingin mengukur sikap peserta didik kelas dua terhadap sekolah. Sekolah Buruk Baik Aktif Pasif Tajam Tumpul Menyenangkan Tidak menyenangkan Tidak bernilai Bernilai Keras Lembut Berat Ringan Lemah Kuat Cepat Lambat 15
  • 16. Catatan untuk skala di atas bahwa pasangan adjektif didaftar pada dua sisi untuk meminimalkan rangkaian respon. Rangkaian respon merujuk pada kecenderungan untuk menyukai posisi tertentu dalam daftar pilihan. Seseorang harus memiliki kecenderungan untuk memilih secra ekstrim sisi kanan dan akan mencentang pada posisi tersebut untuk setiap item. Namun sisi skala diubah secara acak sehingga sisi kanan tidak selalu memuat respon yang paling disukai, kemudian individu diwajibkan untuk membaca item dan respon dalam tingkat isinya daripada melihat posisinya. Dalam menskor semantic differensial scale, biasanya, poin-poinnya disusun pada skala 1-7 dengan 7 mewakili respon paling positif. Dengan demikian, item pertama pada contoh di atas, bad akan mendapat skor 1 dan good akan mendapat skor 7 pada posisi terakhir Pada item ke 2 merupakan kebalikannya, pada ujung yang satu, active mendapat skor 7 dan ujung yang lain passive mendapat skor 1. Nilai-nilai pada semua item ditotal dan dilporkan skor rata-ratanya. 3. Rating Scales Rating scales (skala penilaian) merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan untuk pengukuran. Rating scales meliputi asesmen oleh seseorang terhadap kinerja atau perilaku orang lain. Secara khas, penilai diminta untuk menempatkan orang yang akan dinilai pada beberapa poin dalam kontinum atau kategori-kategori yang menggambarkan karakteristik perilaku orang yang dinilai. Nomor nilai dilekatkan/ditempelkan pada poin atau ketagori tersebut. Penilai diasumsikan telah terbiasa dengan ciri khas perilaku individual. Rating scales banyak digunakan dalam penelitian tentang perkembangan anak dan aspek-aspek perilaku lainnya. Ada beberapa jenis rating scales, salah satu yang sering digunakan adalah skala grafik, dimana penilai secara sederhana menempatkan tanda centang pada poin yang sesuai di atas garis horizontal yang berjalan dari salah satu perilaku ekstrim ke perilaku ekstrim lainnya. Misalnya: Rendah Sedang Tinggi Penampilan kepibadian Kemampuan sosial (dapat diterima) Kemampuan berbicara (komunikasi) 16
  • 17. Penilai dapat mencentang beberapa poin dalam garis bersambung. Pada beberapa skala grafik pembuat tes menyusun nomor nilai menjadi poin-poin deskriftif. Misalnya, numerical rating scales: 1 2 3 4 5 6 7 One of the An One of the poorest average very best speaker speaker speaker Jenis kedua dari rating scales yaitu skala kategori, yang terdiri dari sejumlah kategori yang disusun dalam suatu seri orde. Lima sampai tujuh kategori yang banyak digunakan. Penilai menyeleksi salah satu pilihan terbaik yang mencirikan perilaku orang yang dinilai. Misalnya, penilai hendak menilai kemampuan peserta didik dan salah satu karakteristik yang akan dinilai yaitu kreativitas, maka item kategorinya meliputi, antara lain: Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu) Luar biasa kreatif Sangat kreatif Kreatif Tidak kreatif Sama sekali tidak kreatif Kadang-kadang frase deskriptifnya diringkas sebagai berikut: Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu) Selalu mempunyai ide kreatif Mempunyai banyak ide kreatif Kadang-kadang mempunyai ide kreatif Jarang sekali mempunyai ide kreatif Dalam menggunakan skala grafik dan skala kategori, penilai membuat keputusan tanpa membandingkan secara langsung orang yang dinilai dengan seseorang atau sekelompok orang lain. Dalam rating scales komparatif, pada sisi yang lain, penilai diinstruksikan untuk membuat keputusan dengan refrensi langsung ke posisi yang lain yang dengannya individu tersebut dibandingkan. Posisi dalam rating scales didefinisikan dalam istilah populasi yang ditentukan dengan karakteristik yang diketahui. Rating scale komparatif ditunjukkan sebagai berikut: 17
  • 18. kebanyakan peserta Luar biasa superior Luar biasa rendah Rata-rata diantara Lebih rendah dari Lebih baik dari peserta didik kebanyakan Superior didik Kompetensi yang akan dinilai Apakah peserta didik menunjukkan kepercayaan diri yang pasti dan tujuan profesional yang pantas? Apakah peserta didik memecahkan masalah dengan cara konstruktif? Apakah peserta didik kritis dan menggunakan cara-cara konstruktif? Misalnya, skala akan digunakan untuk menyeleksi penerimaan peserta didik yang baru saja lulus. Penilai diminta untuk memutuskan kemampuan calon untuk melakukan pekerjaan yang dibandingkan dengan semua peserta didik yang diketahui penilai. Jika rating valid, maka keputusan memiliki pengertian tentang range dan distribusi kemampuan kelompok total dari lulusan. Semua teknik penilaian (rating) harus mempertimbangkan error (kesalahan), yang dikurangi dengan validitas dan reliabilitas. Error yang paling sering terjadi yaitu efek halo, yang terjadi ketika penilai mengijinkan generalisasi kesan subjek untuk mempengaruhi penilaian terhadap perilaku.Misalnya, guru menilai seorang peserta didik yang memiliki prestasi yang baik di sekolah (disukai guru), sehingga memberi nilai baik terhadap aspek kecerdasan, popularitas, kejujuran, kerja keras, dan semua aspek lainnya, sedangkan peserta didik yang memiliki prestasi rendah (kurang disukai guru) diberi nilai rendah untuk semua aspek. Tipe error yang lain yaitu error generositas, yang menunjukkan tendensi/kecenderungan untuk memberikan keuntungan bagi subjek. Sebaliknya tipe error of severity, penilai cenderung memberi nilai terlalu rendah untuk semua aspek atau karakteristik. Salah satu cara mengurangi error, penilai perlu dilatih atau melatih diri sebelum diminta untuk menilai. Mereka harus diinformasikan tentang kemungkinan kesalahan yang dapat dilakukan. Hal yang paling penting yaitu penilai harus memiliki 18
  • 19. waktu yang cukup untuk mengamati perlilaku peserta didik. Cara yang lain, tiap perilaku dan poin yang akan dinilai harus didefinisikan dengan jelas. Reliabilitas rating scales biasanya meningkat oleh penilai yang membuat penialian independen pada individu. Penilaian independen dikutubkan atau dirata-rata untuk memperoleh nilai akhir. 4. Teknik Sosiometri Teknik sosiometri digunakan untuk mempelajari organisasi kelompok sosial. Prosedur dasar, namun dapat dimodifikasi dalam beberapa cara, meliputi proses meminta anggota kelompok tertentu untuk mengindikasikan pilihan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya untuk mencocokan berdasarkan kriteria tertentu, biasanya beberapa aktivitas tertentu. Sebagai contoh, setiap peserta didik dalam kelompok belajar atau kelas diminta untuk memilih dua peserta didik lainnya yang mereka suka sebagai teman belajar, teman makan bersama, atau teman bermain. Metode sosiometri terutama sekali meneliti tentang pilihan yang dibuat oleh setiap orang dalam kelompok tertentu. Pilihan yang diperoleh diplotkan pada sosiogram, yang menggambarkan pola interaksi antar individu dalam kelompok. Pat Sue Tony Fred Ann John Jane Bill Seperti terlihat pada gambar, Fred paling sering dipilih sebagai anggota kelompok, bisa dianggap sebagai „bintang‟ kelas. Catatan bahwa Pat, Ann dan John saling memilih satu sama lain. Ini mewakili kelompok orang yang mempunyai kesukaan yang sama, yaitu tiga atau lebih individu yang saling memilih satu sama lain. Bill tidak ada yang memilih, ia seorang yang terisolasi. Pilihan-pilihan ditampilkan dalam sosiogram yang dapat dikuantifikasi dan digunakan untuk tujuan penelitian. 19
  • 20. Metode sosiometri secara luas digunakan dalam penelitian psikologi sosial dan juga dalam penelitian pendidikan, dimana status sosiometri dapat dipelajari dalam hubungannya dengan variabel lainnya, seperti kemampuan mental, prestasi, dan peserta didik yang disukai guru. 5. Observasi atau pengamatan langsung Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena. Alat yang digunakan dalam melakukan observasi disebut pedoman observasi. Tujuan utama observasi adalah (1) untuk mengumpulkan data mengenai suatu fenomena baik berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, (2) untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktot yang dapat diamati lainnya terutama ranah sosial (social domain) dan ranah afektif. Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain. Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sesama guru, hubungan sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku lainnya. Namun, observasi memiliki banyak kelemahan, terutama dalam pelaksanaan, karena untuk mengamati individu maupun kelompok adalah pekerjaan yang tidak mudah. Masalah validitas dan reliabilitas instrumen, karena kemungkinan melakukan penilaian subjektif oleh pengamat cukup besar. C. Nilai-nilai Menurut Depdiknas NILAI DESKRIPSI 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 20
  • 21. 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki 7. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas 8. Demokratis cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain 9. Rasa Ingin sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih Tahu mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar 10. Semangat cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan Kebangsaan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, Air kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 12. Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan Prestasi sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan Komuniktif bekerjasama dengan orang lain. 14. Cinta Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain Damai merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya 15. Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan Membaca yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada Lingkungan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang Sosial lain dan masyarakat yang membutuhkan 21
  • 22. 18. Tanggung- Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan jawab kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME Nilai-nilai tersebut bila dimasukkan dalam mata pelajaran IPA maka deskripsinya perlu disesuaikan dengan objek pelajaran IPA. NILAI Contoh atau indikator 1. Religius 1. Melakukan eksperimen atau penelitian untuk mengungkapkan rahasia ciptaan Tuhan. 2. Memperlakukan makhluk hidup sebagai ciptaan Tuhan, misalnya eksperimen pada hewan dilakukan sesuai prosedur. 2. Jujur 1. Melaporkan hasil percobaan apa adanya. 2. Tidak plagiat, mencatumkan sumber asli. 3. Toleransi 4. Disiplin 5. Kerja Keras 6. Kreatif 7. Mandiri 8. Demokratis 9. Rasa Ingin Tahu 10. Semangat Kebangsaan 11. Cinta Tanah Air 12. Menghargai Prestasi 13. Bersahabat/ Komuniktif 14. Cinta Damai 15. Gemar Membaca 16. Peduli Lingkungan 17. Peduli Sosial 18. Tanggung- jawab 22
  • 23. D. Kesimpulan Ranah afektif dan ranah sosial perlu dipisahkan karena merupakan dua hal yang berbeda walaupun saling berhubungan. Kompetensi dalam ranah sosial perlu dikembangkan karena berhubungan dengan kompetensi dalam ranah afektif. Tidak semua nilai-nilai yang dimaksudkan oleh Depdiknas dapat dimasukkan ke dalam pelajaran IPA. Ranah afektif dan ranah sosial dalam IPA dikembangkan berdasarkan konten dan objek pelajaran IPA. Inventori, skala sikap, rating scales dan sosiometri merupakan teknik- teknik pengukuran kompetensi afektif dan sosial yang sering digunakan. DAFTAR PUSTAKA _____. (2011). Krathwohl's taxonomy of affective ranah. Artikel. Diambil pada tanggal 17 Oktober 2011, dari http://classweb.gmu.edu/ndabbagh/Resources/Resources2/ krathstax.html. Ary, D. (1985). Introduction to research in Education (3th ed.). USA: College Publishing. Dettmer, P. (2006). New Blooms in established fields: four ranahs of learning and doing. ProQuest Education Journals, 28, 2, 70-78. Koballa, T. (2011). The Affective Ranah in Science Education. Artikel. Diambil pada tanggal 17 Oktober 2011, dari http://serc.carleton.edu/NAGTWorkshops/affective/ framework.html. Wikipedia. (21 Juni 2011). Taksonomi Bloom. Artikel. Diambil pada tanggal 17 Oktober 2011, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom. 23
  • 24. Lampiran Rating scales Rendah Sedang Tinggi Penampilan kepibadian Kemampuan sosial (dapat diterima) Kemampuan berbicara (komunikasi) Rating scales dengan skala kategori yang disusun dalam suatu seri urutan. Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu) Luar biasa kreatif Sangat kreatif Kreatif Tidak kreatif Sama sekali tidak kreatif Kadang-kadang frase deskriptifnya diringkas sebagai berikut: Seberapa kreatifkah peserta didik Ini? (pilih salah satu) Selalu mempunyai ide kreatif Mempunyai banyak ide kreatif Kadang-kadang mempunyai ide kreatif Jarang sekali mempunyai ide kreatif Rating scales komparatif 24
  • 25. kebanyakan peserta Luar biasa superior Luar biasa rendah Rata-rata diantara Lebih rendah dari Lebih baik dari peserta didik kebanyakan Superior didik Kompetensi yang akan dinilai Apakah peserta didik menunjukkan kepercayaan diri yang pasti dan tujuan profesional yang pantas? Apakah peserta didik memecahkan masalah dengan cara konstruktif? Apakah peserta didik kritis dan menggunakan cara-cara konstruktif? 25