SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 11
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
2017
PERPAJAKAN I
JAKARTA, 20 OKTOBER 2017
KELOMPOK 5 :
1.GHEA EKA PUTRI (11150000091)
2.AAN ANDRIANI (11150000166)
3.NONY SARASWATI GENDIS (11150000194)
Pajak PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan namadan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
PENGERTIAN
1. Pegawai;
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang
manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya
3. Wajib pajak PPh 21 kategori bukan pegawai
yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pemberian jasa
4. Anggota dewan komisaris atau dewan
pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
5. Mantan pegawai; dan/atau
6. Wajib pajak PPh Pasal 21 kategori peserta
kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan
WAJIB PAJAK & BUKAN WAJIB PAJAK
PPH PASAL 21
1. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau
pejabat lain dari Negara asing dan orang – orang
yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama mereka,
dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya
tersebut, serta Negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional
dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang –
Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga
Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau
kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Wajib Pajak PPh 21 (diatur berdasarkan
peraturan DJP PER-32/PJ/2015 Pasal 3):
Yang tidak termasuk dalam pengertian
Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh
Pasal 21
OBJEK PAJAK & BUKAN OBJEK PAJAK
PPH PASAL 21
Penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 21
adalah
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang
dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti
bekerja.
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
5. Imbalan kepada bukan pegawai
6. Imbalan kepada peserta kegiatan
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota
dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang
sama.
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan lainnya yang bersifat tidak teratur
yang diterima atau diperoleh mantan pegawai. Atau
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai
pegawai
10. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh :
1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun yang diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
5. Beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
LANJUTAN
Yang
tidak term
asuk dalam
pengertian
penghasilan
yang
dipotong
PPh
pasal 21
adalah
:
1. Pemberi kerja yang terdiri dari : orang pribadi, badan atau cabang
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau
pemegang kas yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja dan
badan – badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari
tua atau jaminan hari tua.
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta badan yang membayar: Honorarium atau pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan atau kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak dalam negeri,
status subjek pajak luar negeri dan honorarium kepada peserta
pendidikan, pelatihan dan magang
5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21
1. Kantor perwakilan
negara asing
2. Organisasi-organisasi
internasional yang telah
ditetapkan oleh Menteri
Keuangan; atau
3. Pemberi kerja orang
pribadi yang tidak
melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-
mata mempekerjakan
orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan
rumah tangga atau
pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan
kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
Yang tidak termasuk sebagai
pemberi kerja yang
mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak
adalah :
HAK & KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
PPH PASAL 21
1. Wajib pajak berhak meminta
bukti pemotongan PPh pasal 21
kepada pemotong pajak.
2. Wajib pajak berhak mengajukan
surat keberatan kepada Direktur
Jendral Pajak
3. Wajib pajak berhak mengajukan
banding
1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
2. Pegawai, Penerima Pensiun Berkala,
dan Bukan Pegawai tertentu Wajib
Membuat Surat Pernyataan Yang
Berisi Jumlah Tanggungan Keluarga
Pada Awal Tahun Kalender Atau
Pada Saat Menjadi Subjek Pajak
Dalam Negeri
3. Wajib Menyerahkan Surat
Pernyataan Tanggungan Keluarga
kpd Pemotong Pajak Pada Saat
Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun
Hak-Hak Wajib Pajak : Kewajiban Wajib Pajak :
HAK & KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK
PPH PASAL 21
1. berhak utnuk mengajukan permohonan memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT tahunan PPh pasal 21
2. berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran pada SPT
tahunan terhadap pajak yang terhutang untuk bulan pada
waktu dilakukan perhitungan kembali.
3. Berhak untuk membetulkan sendiri SPT dengan
menyampaikan pernyataan tertulis kepada Kepala Inspeksi
Pajak setempat atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur
Jendral Pajak sepanjang belum dimulai tindakan pemeriksaan.
4. berhak mengajukan surat keberatan kepada Kepala Inspeksi
pajak atau suatu ketetapan pajak
5. berhak mengajukan banding kepada badan peradilan pajak
terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Inspeksi
Pajak mengenai keberatan.
1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
2. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
3. PPh Pasal 21 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos
atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
4. Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20
hari setelah Masa Pajak berakhir.
5. Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh
Ps. 21Untuk Setiap Masa Pajak
6. Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai
Ketentuan
7. Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan
Hak-Hak Pemotong Pajak : Kewajiban Pemotong Pajak :
1. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi: Pegawai Tetap; Penerima pensiun
berkala; Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau
jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah
melebihi Rp 4.500.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah); Bukan Pegawai
yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.
2. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu
rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan,
sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender
belum melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah);
3. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan
Pegawai yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan;
4. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan sebagaimana
dimaksud pada poin 1, 2, dan 3.
DASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN PAJAK
PPH PASAL 21
TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
• WP dengan penghasilan tahunan sampai
dengan Rp 50 juta adalah 5%
• WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50
juta - Rp 250 juta adalah 15%
• WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250
juta - Rp 500 juta adalah 25%
• WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500
juta adalah 30%
• Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan
PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan
terhadap wajib pajak yang memiliki NPWP.
• Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya
dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP.
• Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku
untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.
• Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima
penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam tahun kalender yang bersangkutan
paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember,
PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20%
(dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal 21
yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki NPWP.
Tarif Pajak PPh 21 bagi yang memiliki
NPWP :
Tarif Pajak PPh 21 bagi yang tidak memiliki
NPWP :
PPh21

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados (20)

Tax Planning PPh Pasal 21/26
Tax Planning PPh Pasal 21/26Tax Planning PPh Pasal 21/26
Tax Planning PPh Pasal 21/26
 
Pajak bab 12 13 fix
Pajak bab 12 13 fixPajak bab 12 13 fix
Pajak bab 12 13 fix
 
Persentasi Keseimbangan Pasar.ppt
Persentasi Keseimbangan Pasar.pptPersentasi Keseimbangan Pasar.ppt
Persentasi Keseimbangan Pasar.ppt
 
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21PPh Pasal 21
PPh Pasal 21
 
aset tetap & properti investasi
aset tetap & properti investasiaset tetap & properti investasi
aset tetap & properti investasi
 
PPT Akuntansi Mudharabah
PPT Akuntansi MudharabahPPT Akuntansi Mudharabah
PPT Akuntansi Mudharabah
 
Pph badan
Pph badanPph badan
Pph badan
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa full
 
PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutang
 
Bahan lengkap
Bahan lengkapBahan lengkap
Bahan lengkap
 
ppn dan ppnbm
ppn dan ppnbmppn dan ppnbm
ppn dan ppnbm
 
PSAK 19
PSAK 19PSAK 19
PSAK 19
 
PPN objek
PPN objekPPN objek
PPN objek
 
Akuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDAAkuntansi persediaan - PEMDA
Akuntansi persediaan - PEMDA
 
PPN dan PPnbm
PPN dan PPnbmPPN dan PPnbm
PPN dan PPnbm
 
Pajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan UmumPajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan Umum
 
Selisih kas
Selisih kasSelisih kas
Selisih kas
 
PPN Fasilitas
PPN   FasilitasPPN   Fasilitas
PPN Fasilitas
 
Makalah Pajak Internasional
Makalah Pajak InternasionalMakalah Pajak Internasional
Makalah Pajak Internasional
 
19. pph pasal 25
19. pph pasal 2519. pph pasal 25
19. pph pasal 25
 

Semelhante a PPh21

MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptMATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptHandiPurnomo8
 
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptPAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptBesarArdhiNugraha
 
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...Asep suryadi
 
PPH Pasal 21 PTKP Baru
PPH Pasal 21 PTKP BaruPPH Pasal 21 PTKP Baru
PPH Pasal 21 PTKP Barunekzho
 
Slide presentasi PPh pasal 21
Slide presentasi PPh pasal 21Slide presentasi PPh pasal 21
Slide presentasi PPh pasal 21alarif-aholic
 
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxSlide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxIrwanMusic
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21Fitri Bersahabat
 
PPh-21-20022017.pptx
PPh-21-20022017.pptxPPh-21-20022017.pptx
PPh-21-20022017.pptxGilangAntono
 
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptxAlleAldine
 
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013Almira Agusta
 

Semelhante a PPh21 (20)

MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.pptMATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
MATERI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK UMUM.ppt
 
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.pptPAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
PAJAK+PENGHASILAN+PASAL+21 karyawan pekerja tertentu.ppt
 
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21PPh Pasal 21
PPh Pasal 21
 
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
 
PPH Pasal 21 PTKP Baru
PPH Pasal 21 PTKP BaruPPH Pasal 21 PTKP Baru
PPH Pasal 21 PTKP Baru
 
Slide presentasi PPh pasal 21
Slide presentasi PPh pasal 21Slide presentasi PPh pasal 21
Slide presentasi PPh pasal 21
 
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptxSlide-ACC-411-Slide-7.pptx
Slide-ACC-411-Slide-7.pptx
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21
 
PPh pasal 21
PPh pasal 21PPh pasal 21
PPh pasal 21
 
PPh pasal 21/26
PPh pasal 21/26PPh pasal 21/26
PPh pasal 21/26
 
PPh-21-20022017.pptx
PPh-21-20022017.pptxPPh-21-20022017.pptx
PPh-21-20022017.pptx
 
PPh 21
PPh 21PPh 21
PPh 21
 
kelompok 3.pptx
kelompok 3.pptxkelompok 3.pptx
kelompok 3.pptx
 
kelompok 3.pptx
kelompok 3.pptxkelompok 3.pptx
kelompok 3.pptx
 
P ph 21-pajak-1-26022018
P ph 21-pajak-1-26022018P ph 21-pajak-1-26022018
P ph 21-pajak-1-26022018
 
Pph pasal 21
Pph pasal 21Pph pasal 21
Pph pasal 21
 
Makalah pph21
Makalah pph21Makalah pph21
Makalah pph21
 
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
(4) PENYUSUTAN, PAJAK PENGHASILAN BADAN PRIBADI.pptx
 
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013
Pajak witholding-p ph-21-26-tahun-pajak-2013
 
Materi 3 Pajak.pptx
Materi 3 Pajak.pptxMateri 3 Pajak.pptx
Materi 3 Pajak.pptx
 

Mais de Nony Saraswati Gendis

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan Elektronik
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan ElektronikPenggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan Elektronik
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan ElektronikNony Saraswati Gendis
 
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan Elektronik
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan ElektronikPenggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan Elektronik
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan ElektronikNony Saraswati Gendis
 
Penerapan Sistem Informasi Manajemen
Penerapan Sistem Informasi ManajemenPenerapan Sistem Informasi Manajemen
Penerapan Sistem Informasi ManajemenNony Saraswati Gendis
 
Pengakuan Pendapatan Perusahaan Jasa Konstruksi
Pengakuan Pendapatan Perusahaan Jasa KonstruksiPengakuan Pendapatan Perusahaan Jasa Konstruksi
Pengakuan Pendapatan Perusahaan Jasa KonstruksiNony Saraswati Gendis
 
Chapter 12 - Sistem Informasi Manajemen
Chapter 12 - Sistem Informasi ManajemenChapter 12 - Sistem Informasi Manajemen
Chapter 12 - Sistem Informasi ManajemenNony Saraswati Gendis
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaNony Saraswati Gendis
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaNony Saraswati Gendis
 

Mais de Nony Saraswati Gendis (17)

Homework
HomeworkHomework
Homework
 
Birokrasi dan Rekruitmen Politik
Birokrasi dan Rekruitmen PolitikBirokrasi dan Rekruitmen Politik
Birokrasi dan Rekruitmen Politik
 
Sistem Akuntansi Biaya
Sistem Akuntansi BiayaSistem Akuntansi Biaya
Sistem Akuntansi Biaya
 
Sistem Akuntansi Biaya
Sistem Akuntansi BiayaSistem Akuntansi Biaya
Sistem Akuntansi Biaya
 
Manajemen Strategis Internasional
Manajemen Strategis InternasionalManajemen Strategis Internasional
Manajemen Strategis Internasional
 
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan Elektronik
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan ElektronikPenggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan Elektronik
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan Elektronik
 
Kasus Pendidikan Agama Islam
Kasus Pendidikan Agama IslamKasus Pendidikan Agama Islam
Kasus Pendidikan Agama Islam
 
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan Elektronik
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan ElektronikPenggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan Elektronik
Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menjalankan Perdagangan Elektronik
 
Penerapan Sistem Informasi Manajemen
Penerapan Sistem Informasi ManajemenPenerapan Sistem Informasi Manajemen
Penerapan Sistem Informasi Manajemen
 
British Telecom & PWC
British Telecom & PWCBritish Telecom & PWC
British Telecom & PWC
 
Pengakuan Pendapatan Perusahaan Jasa Konstruksi
Pengakuan Pendapatan Perusahaan Jasa KonstruksiPengakuan Pendapatan Perusahaan Jasa Konstruksi
Pengakuan Pendapatan Perusahaan Jasa Konstruksi
 
Chapter 12 - Sistem Informasi Manajemen
Chapter 12 - Sistem Informasi ManajemenChapter 12 - Sistem Informasi Manajemen
Chapter 12 - Sistem Informasi Manajemen
 
Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi ManajemenSistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen
 
Revaluasi Aktiva Tetap
Revaluasi Aktiva TetapRevaluasi Aktiva Tetap
Revaluasi Aktiva Tetap
 
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
 

PPh21

  • 1. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA 2017 PERPAJAKAN I JAKARTA, 20 OKTOBER 2017 KELOMPOK 5 : 1.GHEA EKA PUTRI (11150000091) 2.AAN ANDRIANI (11150000166) 3.NONY SARASWATI GENDIS (11150000194)
  • 2. Pajak PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan namadan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan. PENGERTIAN
  • 3. 1. Pegawai; 2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya 3. Wajib pajak PPh 21 kategori bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa 4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama 5. Mantan pegawai; dan/atau 6. Wajib pajak PPh Pasal 21 kategori peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan WAJIB PAJAK & BUKAN WAJIB PAJAK PPH PASAL 21 1. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing dan orang – orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. 2. Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang – Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. Wajib Pajak PPh 21 (diatur berdasarkan peraturan DJP PER-32/PJ/2015 Pasal 3): Yang tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
  • 4. OBJEK PAJAK & BUKAN OBJEK PAJAK PPH PASAL 21 Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah 1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap 2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur 3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja. 4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas 5. Imbalan kepada bukan pegawai 6. Imbalan kepada peserta kegiatan 7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama. 8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan lainnya yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai. Atau 9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai 10. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh :
  • 5. 1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi 2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah. 3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan 4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. 5. Beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. LANJUTAN Yang tidak term asuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :
  • 6. 1. Pemberi kerja yang terdiri dari : orang pribadi, badan atau cabang 2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang kas yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan. 3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja dan badan – badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua. 4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar: Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak dalam negeri, status subjek pajak luar negeri dan honorarium kepada peserta pendidikan, pelatihan dan magang 5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 1. Kantor perwakilan negara asing 2. Organisasi-organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan; atau 3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata- mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak adalah :
  • 7. HAK & KEWAJIBAN WAJIB PAJAK PPH PASAL 21 1. Wajib pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada pemotong pajak. 2. Wajib pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jendral Pajak 3. Wajib pajak berhak mengajukan banding 1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP 2. Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri 3. Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun Hak-Hak Wajib Pajak : Kewajiban Wajib Pajak :
  • 8. HAK & KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK PPH PASAL 21 1. berhak utnuk mengajukan permohonan memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT tahunan PPh pasal 21 2. berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran pada SPT tahunan terhadap pajak yang terhutang untuk bulan pada waktu dilakukan perhitungan kembali. 3. Berhak untuk membetulkan sendiri SPT dengan menyampaikan pernyataan tertulis kepada Kepala Inspeksi Pajak setempat atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak sepanjang belum dimulai tindakan pemeriksaan. 4. berhak mengajukan surat keberatan kepada Kepala Inspeksi pajak atau suatu ketetapan pajak 5. berhak mengajukan banding kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Inspeksi Pajak mengenai keberatan. 1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP 2. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan kalender. 3. PPh Pasal 21 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir. 4. Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir. 5. Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21Untuk Setiap Masa Pajak 6. Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan 7. Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima Penghasilan Hak-Hak Pemotong Pajak : Kewajiban Pemotong Pajak :
  • 9. 1. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi: Pegawai Tetap; Penerima pensiun berkala; Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp 4.500.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah); Bukan Pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan. 2. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah); 3. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan Pegawai yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan; 4. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada poin 1, 2, dan 3. DASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN PAJAK PPH PASAL 21
  • 10. TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 • WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50 juta adalah 5% • WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50 juta - Rp 250 juta adalah 15% • WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250 juta - Rp 500 juta adalah 25% • WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500 juta adalah 30% • Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki NPWP. • Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP. • Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final. • Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki NPWP. Tarif Pajak PPh 21 bagi yang memiliki NPWP : Tarif Pajak PPh 21 bagi yang tidak memiliki NPWP :