SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 21
MAKALAH
“PERIODE TAHRIR, TAKHRIJ DAN TARJIH DALAM MAZHAB FIQIH”
(FIQIH)
Yang Diampu oleh Abdul Hamid Aly, S.Pd., M.Pd
KELOMPOK 4
KELAS PBS 2
Disusun Oleh Kelompok :
NADIA AINUL ISLAMY (21901083041)
DWI PUJI RAHAYU (21901083043)
SIYAMUN NIKMAH KHUSNUL K. (21901083051)
ILYAS (21901083054)
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga pada kesempatan ini dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Periode Tahrir,
Takhrij Dan Tarjih Dalam Mazhab Fiqh” tepat waktu. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat
penulis ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Abdul Hamid Aly,S.Pd,M.Pd
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kelompok. Dengan makalah ini
mungkin dapat menambah wawasan mengenai mata kuliah Fiqih. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih terdapat berbagai macam kendala, keterbatasan ilmu, dan
refrensi. Oleh kerena itu, penulis harapkan untuk memberikan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata dari penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya
Malang, 29 September 2019
Penulis
ii
PEMAPARAN PROFIL PENYUSUN
1. NAMA : ILYAS
NPM : 21901083054
ASAL : PROBOLINGGO
2. NAMA : DWI PUJI RAHAYU
NPM : 21901083043
ASAL : TRENGGALEK
3. NAMA : NADIA AINUL ISLAMY
NPM : 21901083041
ASAL : PASURUAN
4. NAMA : SIYAMUN NIKMAH KHUSNUL K.
NPM : 21901083051
ASAL : BOJONEGORO
iii
Sub Tema / Materi
Periode keenam : periode tahrir, takhrij dan tarjih dalam madzab fiqih
 Munculnya matan, syarh, hasyiyah
 Munculnya kitab-kitab fatwa
 Penetapan undang-undang berdasarkan madzah fiqih tertentu
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
PEMAPARANPROFIL PENYUSUN................................................................................................ ii
Sub Tema / Materi.......................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1
BAB IIPEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Periode Tahrir, Takhrij, Dan Tarjih .........................................................................................3
B. Munculnya Matan, Syarh, Hasyiyah .........................................................................................4
1. Definisi Matan.......................................................................................................................4
2. Definisi Syarah ......................................................................................................................4
3. Sejarah singkat Syarah..........................................................................................................5
4. Pengertian Hasyiyah..............................................................................................................7
C. Munculnya kitab-kitab fatwa ....................................................................................................8
1. Munculnya kitab-kitab fatwa.................................................................................................8
2. Pengertian Fatwa...................................................................................................................9
3. Rukun Fatwa.......................................................................................................................10
4. Lembaga-Lembaga Fatwa Di Indonesia...............................................................................11
D. Penetapan undang-undang berdsarkan madzab fiqih tertentu................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................15
Kesimpulan.................................................................................................................................15
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................................................16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembinaan hukum islam seperti yang telah kita ketahui telah mengalami beberapa
fase periode.Dimulai pada zaman Nabi hingga sekarang.Nabi telah meletakkan dasar
hukum yang dipegang teguh oleh sahabat.Ketika beliau wafat,tradisi keilmuan yang
berkenaan dengan hukum islam diteruskan oleh para sahabat beliau.
Masa kemunduran fiqih berlangsung lama yaitu dari pertengahan abad ke-4
hijriah sampai akhir abad ke-13 hijriah dalam masa itu fiqih semakin pudar ada
berbagai factor baik politik, mental, sosial dan sebagainya yang telah mempengaruhi
kegiatan para ulama dalam lapangan hokum sehingga tidak sanggup mempunyai
kepribadian fikiran sendiri, melainkan harus selali bertaqlid
Lalu setelah masa kemunduran fiqih muncullah periode tahrir, takhrij, dan tarjih
periode ini dimulai dari pertengahan abad ke-4 H sampai pertengahan abad ke-7 H
tepat pada saat masa kemunduran fiqih yang dimaksudkan dengan tahrir, takhrij, dan
tarjih adalah upaya yang dilakukan ulama masing-masing mazhab dalam
mengomentari, memperjelas dan mengulas, dan didalam periode tahrir, takhrij, dan
tarjih membahas munculnya matan, syarah, hasyiah, serta fatwa- fatwa, dan
penetapan perundang-undangan berdasarkan madzab fiqih tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan periode tahrir, takhrij dan tarjih dalam mazhab fiqih?
2. Bagaimana munculnya matan, syarh, hasyiyah ?
3. Bagimana munculnya kitab-kitab fatwa?
4. Bagaimana penetapan undang-undang berdasarkan madzab fiqih tertentu ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan tahrir, takhrij, dan tarjih
2. Untuk mengetahui munculnya matan, syarh, hasyiyah
2
3. Untuk mengetahui munculnya kitab-kitab fatwa
4. Untuk mengetahui penetapan undan-undang berdasarkan madzab fiqih tertentu
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Periode Tahrir, Takhrij, Dan Tarjih
Periode ini dimulai dari pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7 H.
Yang dimaksudkan dengan tahrir, takhrij, dan tarjih adalah upaya yang dilakukan ulama
masing-masing mazhab dalam mengomentari, memperjelas dan mengulas pendapat para
imam mereka. Periode ini ditandai dengan melemahnya semangat ijtihad dikalangan
ulama fiqh. Ulama fiqh lebih banyak berpegang pada hasil ijtihad yang telah dilakukan
oleh imam mazhab mereka masing-masing, sehingga mujtahid mustaqill (mujtahid
mandiri) tidak ada lagi. Sekalipun ada ulama fiqh yang berijtihad, maka ijtihadnya tidak
terlepas dari prinsip mazhab yang mereka anut. Artinya ulama fiqh tersebut hanya
berstatus sebagai mujtahid fi al-mazhab (mujtahid yang melakukan ijtihad berdasarkan
prinsip yang ada dalam mazhabnya). Akibat dari tidak adanya ulama fiqh yang berani
melakukan ijtihad secara mandiri, muncullah sikap at-ta'assub al-mazhabi (sikap fanatik
buta terhadap satu mazhab) sehingga setiap ulama berusaha untuk mempertahankan
mazhab imamnya.
Mustafa Ahmad az-Zarqa mengatakan bahwa dalam periode ini untuk pertama kali
muncul pernyataan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Menurutnya, paling tidak ada tiga
faktor yang mendorong munculnya pernyataan tersebut :
 Dorongan para penguasa kepada para hakim (qadi) untuk menyelesaikan perkara di
pengadilan dengan merujuk pada salah satu mazhab fiqh yang disetujui khalifah saja.
 Munculnya sikap at-taassub al-mazhabi yang berakibat pada sikap kejumudan
(kebekuan berpikir) dan taqlid (mengikuti pendapat imam tanpa analisis) di kalangan
murid imam mazhab.
 Munculnya gerakan pembukuan pendapat masing-masing mazhab yang
memudahkan orang untuk memilih pendapat mazhabnya dan menjadikan buku itu
sebagai rujukan bagi masing-masing mazhab, sehinga aktivitas ijtihad terhenti.
Ulama mazhab tidak perlu lagi melakukan ijtihad, sebagaimana yang dilakukan oleh
para imam mereka, tetapi mencukupkan diri dalam menjawab berbagai persoalan
4
dengan merujuk pada kitab mazhab masing-masing. Dari sini muncul sikap taqlid
pada mazhab tertentu yang diyakini sebagai yang benar, dan lebih jauh muncul pula
pernyataan haram melakukan talfiq.
Persaingan antar pengikut mazhab semakin tajam, sehingga subjektivitas mazhab lebih
menonjol dibandingkan sikap ilmiah dalam menyelesaikan suatu persoalan. Sikap ini
amat jauh berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh masing-masing imam mazhab,
karena sebagaimana yang tercatat dalam sejarah para imam mazhab tidak menginginkan
seorang pun mentaqlidkan mereka. Sekalipun ada upaya ijtihad yang dilakukan ketika itu,
namun lebih banyak berbentuk tarjih (menguatkan) pendapat yang ada dalam mazhab
masing-masing. Akibat lain dari perkembangan ini adalah semakin banyak buku yang
bersifat sebagai komentar, penjelasan dan ulasan terhadap buku yang ditulis sebelumnya
dalam masing-masing mazhab.
B. Munculnya Matan, Syarh, Hasyiyah
1. Definisi Matan
Matan adalah suatu karangan tulisan yang merupakan kitab induk. Biasanya
hanya sebatas tulisan singkat dan padat yang disusun dalam beberapa bab maupun
pasal. Matan bisa berupa syair atau nadzom, bisa juga berupa kalam natsar atau prosa.
Contoh matan yang berupa nadzom atau syair adalah Matan Alfiyyah Ibnu Malik yang
dikarang dan ditulis oleh Syeikh Jamaluddin bin Abdillah bin Malik. Kitab ini
memuat 1002 bait atau nadzom yang berisi tentang gramatika Arab atau nahwu
shorof. Sedangkan contoh matan yang berupa prosa adalah Al Ajurumiyyah yang juga
berisi tentang tata bahasa Arab, ditulis oleh Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Daud
as Shonhaji. Dalam dunia fiqih, salah satu karangan paling terkenal adalah matan Al
Ghoyah Wat Taqrib, atau yang biasa akrab disebut kitab Taqrib, karya Al Qodhi Abu
Syuja'. Tiga matan ini merupakan contoh kitab matan yang cukup populer dalam
dunia pendidikan Islam. Dan semakin bagus kualitas suatu kitab, semakin banyak
perhatian ulama kepadanya dengan membuat banyak syarah.
2. Definisi Syarah
Kata syarah diambil dari kata “syaraha, yashrahu, syarh” yang secara bahasa
berarti menguaraikan dan memisahkan bagian sesuatu dari bagian lainnya. Dalam
5
tradisi para penulis kitab berbahasa Arab, istilah syarah berarti memberi catatan dan
komentar kepada naskah atau matn (matan) suatu kitab.
Kitab jenis ini adalah kitab yang ditulis untuk mengulas dan mensyarahkan matan
atau mukhtasar. Penulis kitab ini akan mengulas setiap istilah dan kenyataan yang
sukar atau kabur pemahamannya.Ulasan juga dibuat terhadap pandangan dan ijtihad
ulama lain terhadap sesuatu masalah yang diperbahaskan.Penulis kitab ini juga
kebiasaannya tidak melakukan pentarjihan terhadap pendapat atau pandangan ulama-
ulama yang mengarang kitab tersebut.
3. Sejarah singkat Syarah
a. Syarah Hadits pada Masa Kelahirannnya (Fi ‘Ashr al-Risalah)
Segala ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi merupakan bayan kepada umatnya.
Akan tetapi tidak semua sahabat mampu memahami setiap ucapan Nabi dengan
baik, sehingga mereka menanyakan makna kata-kata tertentu secara langsung
kepada Nabi atau kepada sahabat yang lain. Hal ini menunjukkan syarah hadits
telah terjadi pada masa kelahiran hadits itu sendiri, dan penysyarahnya adlah
Rasulullah saw.
b. Syarah Hadits pada Masa Periwayatan dan Pembukuan Hadits (Fi ‘Ashr Al-
Riwayah wa al-Tadwin)
Hadits pada masa periwayatan dan pembukuan hadits adalah kegiatan syarah
hadits yang dilakukan secara lisan atau tulisan sejak masa sahabat hingga
memasuki masa penulisan kitab-kitab syarah, yaitu dari dasawarsa kedua abad
pertama Hijriah hingga akhir abad ketiga Hijriah. Periode ini dinamai masa
periwayatan dan pembukuan hadits karena kedua kegiatan tersebut tidak pernah
dapat dipisahkan, setidaknya selama batas waktu tersebut periwayatan dan
pembukuan hadits berjalan seiring, karena periwayatan hadits juga berlangsung
bedasarkan hafalan dan tulisan. Apabila periode ini diakhiri dengan munculnya
kitab syarah, maka periode ini dapat berakhir pada akhir pertengahan abad
keempat Hijriah, yaitu dengan lahirnya kitab syarah shahih al-Bukhari yang tertua
berjudul A’lam al-Sunan karya al-Khaththabi (w. 388 H).
c. Syarah Hadits Pasca Pembukuan Hadits (Ba’da al-Tadwin)
6
Periode pasca pembukuan adalah berakhirnya penulisan-penulisan kitab-kitab
hadits yang termasuk kategori al-Mashadir al-Ashliyyah, yaitu kitab-kitab yang
disusun berdasarkan hasil pencarian dan penelusuran hadits oleh penulisnya
dengan sanad-nya sendiri, bukan kumpulan kutipan-kutipan hadits dari berbagai
kitab, bukan himpunan di antara dua kitab atau lebih, dan bukan pula ringkasan
dari kitab-kitab yang lain. Dasar pemikiran dari pembatasan awal periode ini
adalah karena berakhirnya pembukuan hadits, maka penulisan syarah terhadap
hadits tidak lagi tercakup dan menyatu dengan matan hadits seperti pada masa-
masa sebelumnya. Oleh karena itu, apabila dilihat dari kitab hadits yang terakhir
disusun, maka periode ini berawal pada pertengahan –bahkan mungkin awal−
abad kelima Hijriah, yaitu dengan disusunnya al-Sunan al-Kubra karya al-
Baihaqiy (w. 458 H). Namun, apabila dilihat dari munculnya kitab syarah, boleh
jadi periode ini berawal sejak pertama kali munculnya kitab syarah yang dikenal
dengan sebagai kitab syarah tertua yaitu A’lam al-Sunan karya al-Khaththabi (w.
388 H), yaitu syarah terhadap shahih al-Bukhari. Hal ini sesuai dengan periodisasi
menurut al-Khuli di atas.
bahwa metode syarah para ulama terdahulu ada tiga klasifikasi, yaitu;
 metode tahlili,
 ijmali
 muqarin.
Ada dua bentuk pensyarahan dengan menggunakan metode tahlili:
 Ma’sur (riwayat): ditandai dengan banyaknya dominasi riwayat-riwayat yang
datang dari sahabat, tabi’in, tabi’ al-tabi’in atau ulama’ hadis dalam penjelasan
terhadap hadis yang disyarahi.
 Ra’y (pemikiran Rasional). Pensyarahan ini banyak didominasis pemikiran
pengsyarahnya.
ciri-ciri pensyarahan yang dilakukan mengikuti pola menjelaskan makna yang
terkandung dalam hadis secara komprehensif dan menyeluruh yakni mengunakan
metode sebagai berikut:
 Hadist dijelaskan kata demi kata.
 Hadist dijelaskan kalimat demi kalimat secara beruntun.
7
 Menerangkan sabab al-wurud (latar belakang turunnya sebuah hadis) hadis
yang dipahami jika hadist tersebut memiliki sabab al-wurud.
 Diuraikan pemahaman-pemahaman yang pernah disampaikan oleh sahabat,
tabi’i, tabi al-tabi’in, dan para ahli syarah hadist lainnya dari berbagai displin
ilmu.
 Dijelaskan munasabah (hubuangan) hadist satu dengan hadist yang lainnya.
 Kadangkala pengsyarahan di warnai kecenderungan terhadap madzhab
tertentu.
Karakteristik Kitab Syarah :
 Memuat penjelasan secara jelas dari Matan
 Dari berbagai sumber yang berkaitan
 Memuat dari segala aspek
Contoh kitab syarah hadits :
 Fath al-Bari oleh Ibn Hajar al-‘Asqalani, yaitu syarah kitab Sahih al-Bukhari.
 Al-Minhaj oleh Nawawi yang mensyarah kitab Sahih Muslim.
 ‘Aun al-Ma’bud oleh Syams al-Haq al-Azhimi al-Abadi yaitu syarah Sunan
Abu Daud.
4. Pengertian Hasyiyah
Hasyiyah berarti anggota badan yg berada di dalam perut,spt limpa dan
jantung.juga dapat berarti pinggir baju.jika artinya di gabungkan dg kitab (hasyiyah
al-kitab),berarti catatan yg di tulis menyangkut isi kitab tersebut. Penulisan yang
berbentuk Ta’liq (komentar) atau Mulahazhat (catatan) yang dilakukan terhadap
sesuatu syarh. Bentuknya hampir sama dengan bentuk penulisan secara atau jenis
syarh, tetapi bedanya penulis kitab jenis Hasyiah ini hanya akan memilih perkataan-
perkataan atau ayat-ayat yang tertentu dalam kitab syarh untuk diulas dengan
komentar-komentar atau catatan yang tertentu.
Antara kitab-kitab yang ditulis dengan jenis penulisan hasyiah ialah :
 Hasyiah Ibn ‘Abidin atau disebut juga Rad al-Mukhtar yang ditulis oleh
Muhammad Amin Ibn Umar atau lebih dikenali dengan panggilan Ibn ‘Abidin.
Seorang ulama bermazhab Hanafi.Kitab hasyiah ini adalah komentar kepada kitab
al-Dur al-Mukhtar yang dikarang oleh al-Haskafiyy.
8
 Hasyiah al-Syarqawiyy yang dikarang oleh Abdullah Ibn Hijaziyy Ibn Ibrahim al-
Syarqawiyy , seorang ulama mazhab Syafie.Kitab ini merupakan kitab hasyiah
kepada kitab Syarh al-Tahrir karangan Zakaria ibn Muhammad al-Ansariyy.
C. Munculnya kitab-kitab fatwa
1. Munculnya kitab-kitab fatwa
Perkembangan fatwa di tanah Nusantara telah dimulai sejak seperempat akhir
abad ke-19 di Indonesia ditandai dengan dimulainya permintaan fatwa dari umat
Muslim Indonesia kepada mufti Arab Saudi sebagaimana yang terekam dalam
kitab Muhimmāt al-Nafā’is fī Bayān As’ilah al-Ḥadīth. Seiring masuknya ide
pembaruan dari Mesir (Timur Tengah) dan penyebaran majalah al-Manar dan al-
‘Urwat al-Wutsqa, ditemukan adanya fatwa-fatwa yang diminta oleh Muslim Asia
Tenggara, terutama kepulauan Nusantara (Malay-Indonesia Archipelago) kepada
para pembaharu tersebut. Munculnya fatwa Ahmad Hassan kemudian merubah
peta perkembangan fatwa di Indonesia. Umat Muslim Indonesia sedikit demi
sedikit mengurangi ketergantungannya kepada otoritas Arab Saudi dan Timur
Tengah. Tidak lama setelah munculnya fatwa Ahmad Hassan, perkembangan fatwa
di Indonesia masuk pada era baru, yaitu era fatwa kolektif. Fatwa ini dikeluarkan
oleh tiga organisasi besar Islam terbesar di Indonesia, yaitu NU, Muhammadiyah,
dan MUI. Fatwa pertama kali dikumpulkan dalam sebuah kitab pada abad ke-12 M.
Mazhab Hanafi memiliki sejumlah kitab fatwa seperti az-Zakhiratal-Burhaniyah,
kumpulan fatwa Burhanuddin bin Maza (wafat 570 H/1174). Inilah kitab kumpulan
fatwa pertama.Mazhab Maliki memiliki kitab kumpulan fatwa bertajuk al-Mi'yar al-
Magrib yang berisi fatwa-fatwa al-Wasyarisi (wafat 914 H/1508 M). Mazhab
Hanbali juga memiliki sejumlah kitab fatwa, yang paling terkenal adalah Majmu al-
Fatawa. Di Indonesia juga ada sejumlah buku kumpulan fatwa, seperti Tanya Jawab
Agama dan Kata Berjawab yang diterbitkan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah,
selain itu ada juga Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, serta Solusi
Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar Munas dan Konbes
Nahdlatul Ulama.Berkaitan dengan kedudukan fatwa dalam kehidupan umat Islam,
fatwa ini juga menegaskan bahwa fatwa memang tidak mengikat secara hukum, akan
9
tetapi, ia bersifat mengikat secara agama, sehingga tidak ada peluang bagi seorang
muslim untuk menentangnya bila fatwa itu didasarkan kepada dalil-dalil yang jelas
dan benar.
2. Pengertian Fatwa
Fatwa berasal dari bahasa Arab yang artinya nasihat, petuah, jawaban atau
pendapat, adapun yang dimaksud adalah sebuah keputusan atau nasihat resmi yang
diambil oleh sebuah lembaga atau perorangan yang diakui otoritasnya, disampaikan
oleh seorang mufti atau ulama, sebagai tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan
yang diajukan oleh peminta fatwa (mustafti) yang tidak mempunyai keterikatan.
Definisi fatwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu: (1) jawaban berupa
keputusan atau pendapat yang diberikan oleh mufti/ahli tentang suatu masalah, dan
(2) nasihat orang alim, pelajaran baik, dan petuah.
Fatwa adalah jawaban resmi terhadap pertanyaan dan persoalan yang menyangkut
masalah hukum. Fatwa berasal dari kata bahasa arab alifta’, al-fatwa yang secara
sederhana berarti pemberian keputusan. Fatwa bukanlah sebuah keputusan hukum
yang dibuat dengan gampang, atau yang disebut dengan membuat hukum tanpa
dasar.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fatwa adalah hasil ijtihad
seorang mufti sehubungan dengan peristiwa hukum yang diajukan kepadanya. Jadi
fatwa lebih khusus dari pada fikih atau ijtihad secara umum. Karena boleh jadi fatwa
yang dikeluarkan seorang mufti, sudah dirumuskan dalam fikih, hanya belum
dipahami oleh peminta fatwa.
Tindakan memberi fatwa disebut futya atau ifta, suatu istilah yang merujuk pada
profesi pemberi nasihat. Orang yang memberi fatwa disebut mufti atau ulama,
sedangkan yang meminta fatwa disebut mustafti. Peminta fatwa bisa perseorangan,
lembaga ataupun siapasaja yang membutuhkannya.Hukum berfatwa adalah fardu
kifayah, kalau ada orang lain yang bisa memberi fatwa selain dirinya. Adapun kalau
tidak ada orang lain yang bisa memberi fatwa dan masalah yang difatwakan itu
cukup mendesak maka ia pun secara fardu‘ain wajib memberi fatwa atas peristiwa
itu, bila dimintainya ia tidak diperkenankan menolak memberikan fatwa. Karena
mufti yang menolak memberikan fatwa dibenci oleh Rasullullah saw.
10
Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang artinya “Barang siapa ditanyai suatu
ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka ia bakal dikendalikan pada hari kiamat
dengan kendali dari api neraka”.(HR.Abu daud dan at-turmudzi)
Oleh karena fatwa itu menyangkut masalah agama maka tidak sembarang orang
bisa menduduki sebagai mufti syarat-syarat yang harus di miliki oleh seorang mufti
antara lain adalah :
a. Fatwanya harus didasarkan kepada kitab-kitab induk yang mutabar agar fatwa
yangdiberikan itu dapat diterima oleh penerima fatwa.
b. Apabila ia berfatwa berdasrkan qoul seseorang alim, maka ia dapat menunjukan
dasarsumber pengambilan fatwanya itu, dengan demikian ia terhindar dari berbuat
salah dan bohong.
c. Seorang mufti harus mengerti atau mengetahui berbagai macam pendapat ulama
agartidak terjadi kesalah fahaman antara ia dan penerima fatwanya.
d. Seorang mufti haruslah seorang alim yang memiliki kejujuran
3. Rukun Fatwa
Rukun merupakan sesuatu yang harus dipenuhi dalam melaksanakan amal ibadah.
Tanpa memenuhi rukun yang telah ditetapkan, maka pelaksanaan ibadah data
dianggap tidak sah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Saedie menjelaskan
bahwa “rukun adalah ketentuan yang harus dipenuhi, dalam melakukan suatu
pekerjaan/ibadah. Bila tidak terpenuhi maka ibadah/pekerjaan tersebut tidak sah.
Demikian pula halnya dengan fatwa juga harus melaksanakan beberapa rukun agar
fatwa yang djiadikan dasar hukum dapat berjalan dengan baik dan benar.Terdapat
empat rukun fatwa yaitu:
a. Al-Sa’il, Al-sa’il atau juga disebut Mustafti merupakan orang yang meminta
fatwa atau orang yang bertanya mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan masalah-masalah dalam agama.
b. Al-Mas’ul, Al-Mas’ul yang juga disebut Mufti merupakan orang yang memberi
fatwa atau orang yang menjawab soalan-soalan bagi permasalahan tersebut.
c. Al-‘amaliyyah, Al-‘Amaliyyah adalah Fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Mufti.
d. Al-Madhmun, Al-Madhmun yang merupakan kebenaran sesuatu fatwa yang
terjamin.
11
4. Lembaga-Lembaga Fatwa Di Indonesia
Lembaga fatwa adalah sebuah lembaga ilmiah yang melakukan penelitian dan
membuat kesimpulan berdasarkan metodologi ilmiah khusus yang selalu
dikembangkan dari waktu ke waktu. Dengan demikian sebuah lembaga fatwa resmi
tidak perlu dikhawatirkan akan selalu menjadi corong pemerintah dalam semua
kebijakannya baik salah atau benar. Beberapa lembaga-lembaga fatwa yang terdapat
di Indonesia, antara lain:
a. Majelis Tarjih Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi social keagamaan yang memiliki misi utama
pembaharuan atau tajdid terhadap pemahaman agama. Pembaharuan dalam
muhammadiyah meliputi dua segi jika dilihat dari sasarannya yaitu pembaharuan
dalam arti mengembalikan kepada kemurniannya dengan sasaran soal-soal
prinsip perjuangan yang bersifat tetap dan pembaharuan dalam arti modernisasi
dengan sasaran mengenai masalah metode, system, tektik, setrategi, taktik
perjuangan dan lain-lain. Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-17/1928 di
Yogyakarta dibentuk susunan pengurus Majelis Tarjih Pusat sebagai ketuanya
KH. Mas Mansur dan sekertaris KH. Aslan Z, dibuat anggaran dasar yang
menetapkan tugas dari majelis tarjih adalah mengamati perjalanan
Muhammadiyah yang berhubungan dengan hukum-hukum agama, menerima
dan mentarjih hukum masalah khilafiyah yang diragukan hukumnya,
penyelidikan dan pembahasan yang berdasarkan Al- Quran dan Hadis. Majelis
Tarjih berfungsi untuk mengeluarkan fatwa atau memastikan hukum tentang
masalah-masalah tertentu. Manhaj al-istinbath adalah majelis tarjih dan
pengembangan pemikiran Islam Muhammadiyah yang merumuskan secara
dinamis aspek metodologis, yang dilakukan terakhir pada tahun 2000 di Jakarta
dengan prinsip yaitu mengubah istilah al- sunnah al-sahihah menjadi al-sunnah
maqbullah sebagai sumber hukum sesudah al-Quran, posisi ijtihad adalah
metode bukan sumber hukum,ijtihad meliputi metode bayani, ta’lili, dan
ishtilahi, manhaj menentukan empat pendekatan untuk kepentingan menetapkan
hukum, dan lain-lain. Dalam majlis tarjih, manhaj pengembangan pemikiran
Islam dikembangkan atas dasar prinsip-prinsip yang menjadi orientasi
12
utamayaitu: prinsip al-muru’ah (konservasi), prinsip al-tahdidsi (inovasi), dan
prinsip alibtikari (kreasi). Dalam pengambilan keputusan Majelis Tarjih
Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI) terhadap persoalan-persoalan yang
memerlukan perpestik oleh majlis ini dinahas dengan cara berupaya mencari
dalil yang relevan, menerapkan manhaj al istinbath lalu menarik natijah
hukumnya, hasil keputusan kemudian diajukan kepemimpinan Muhammadiyah
sesuai tingkatannya yang mempunyai otoritas untuk mentanfidzkan atau tidak
sesuai pertimbangan yang dimiliki, namun semua yang telah ditanfidzkan masih
tetap untuk diadkan tinjauan ulang.
b. Lajnah Bahsul Masail Nahdatul Ulama
NU sebagai jam’iyah sekaligus gerakan diniyah islamiyah dan ijtima’iyah serta
menjadikan paham sunah wal jama’ah sebagai basis teologi dan menganut salah
satu dari mazhab. Metode istinbath hukum lajnah bahsul masail dikalangan NU
tidak diartikan dengan mengambil hukum secara langsung (al-qur’an dan sunah),
namun diartikan sesuai dengan sikap dasar bermazhab terutama mazhab Syafi’i
menempati posisi yang dominan. Metode pengambilan keputusan hokum
dirumuskan pada munas Bandar lampung pada tahun 1992 dengan susunan
metodologisnya yaitu: kasus yang jawabannya ditemukan satu qaul (pendapat),
maka qaul itu yang diambil, kasus yang hukumnya ada dua pendapat maka
dilakukan taqrir jama’i dalam memilih salah satunya, namun jika tidak
ditemukan pendapat sama sekali dipakai ilhaq al-masail bin nadhariha secara
jam’i oleh ahlinya, dan jika masalah yang dikemukakan jawabannya dalam
ibarat kitab dan tidak bisa dilakukan ilhaq maka dilakukan istinbath jam’i.
c. Majelis Fatwa Indonesia
Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada
pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energy
bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang
peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat. Dalam perjalanannya,
selama dua puluh lima tahun, Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah
musyawarah para ulama dan cendekiawan muslim berusaha untuk:
13
 Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam
mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhai Allah
SWT.
 Memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan
kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan
bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama
dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa.
 Menjadi penghubung antara ulama dan umara (pemerintah).
 Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan
cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada
masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan
informasi secara timbal balik.
Sampai saat ini Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali kongres atau
musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum,
dimulai dengan Prof. Dr. Hamka, KH. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof.
KH. Ali Yafie dan kini KH. M. Sahal Mahfudz. Ketua Umum MUI yang pertama,
kedua dan ketiga telah meninggal dunia dan mengakhiri tugastugasnya.Sedangkan
dua yang terakhir masih terus berkhidmah untuk memimpin majelis para ulama
ini. Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat
berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan
moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan
dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat
serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia. Selain itu
kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan,
organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering
mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di
kalangan umat Islam sendiri.Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoism
kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan.Oleh karena itu kehadiran MUI,
makin dirasakan kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat
Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi
14
terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam.Terdapat lima
fungsi dan peran utama MUI yaitu:
 Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya).
 Sebagai pemberi fatwa (mufti).
 Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ri’ayat wa khadim al ummah).
 Sebagai penegak amar ma'ruf nahi munkar.
 Gerakan Ishlah wa Al-tajdid
D. Penetapan undang-undang berdsarkan madzab fiqih tertentu
Contoh penetapan undang-undang berdasarkan tinjauan madzab syafi’i :
UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf pasal 16 ayat (3) menjelaskan bahwa benda
bergerak seperti uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, ha katas kekayaan
intelektual, hak sewa dan benda bergerak lain dapat berlaku menjadi mawquf (benda
yang dapat diwakafkan). Sehingga benda-benda bergerak yang telah disebutkan
pada UU tersebut terlebih pada pasa 16 ayat tiga, hukumnya sah untuk dijadikan
objek wakaf. Adapun ketentuan benda tersebut sah sebagai objek wakaf menurut
mazhab Syafi‘i dapat dirincikan bahwa, uang, saham perusahaan dan logam
mulia tidak sah menjadi benda wakaf sebab ia akan lenyap dalam sekali pakai.
Sedangkan kendaraan dan HAKI sah menjadi benda yang diwakafkan karena
mempunyai manfaat yang jelas dan bertahan lama. Adapun hak sewa tidak sah
dijadikan objek wakaf karena tidak termasuk dalam benda yang dapat dimiliki
secara penuh. Sementara benda-benda bergerak lain yang sesuai dengan ketentuan
syara‘ dan peraturan perundang-undangan berdasarkan pada pendapat mayoritas
Ulama empat mazhab adalah sah untuk dijadikan objek wakaf.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Periode tahrir, takhrij dan tarjih dimulain pada abad ke-4 H sampai abad ke-7 H, maksud
dari periode tahrir, takhrij, dan tarjih adalah sebagai upaya yang dilakukan ulama masing-masing
madzab dalam mengomentari, memperjelas, dan mengulas, karena pada masa itu semangat
ijtihad dikalangan ulama fiqih melemah, kebanyakan dari ulama fiqih berpegang pada hasil
ijtihad yang telah dilakukan oleh imam-imam madzab mereka atau disebut dengan bertaqlid.
Periode tahrir, takhrij, dan tarjih ini berhubungan dengan masa kemunduran fiqih, dalam periode
tahrir, takhrij, dan tarjih terdapat munculnya matan, syarah, hasyiyah, maksud dari matan (isi
pokok) karya orisinal/ pertama misalnya kitab Taqrib, matan tersebut kemudian diberi syarah
(penjelas rinci) berpa kitab Fath Al Qarib, syarah itu diberi hasyiyah ( eksplorasi lebih luas lagi)
berupa kitab Al Bajuri, dan selain itu juga munculnya fatwa- fatwa yang dapat disimpulkan baha
fatwa yaitu hasil ijtihad seorang mufti sehubungan dengan peristia hokum yang diajukan
kepadanya. Jadi fatwa lebih khusus dari pada fiqih / ijtihad secara umum, karena boleh jadi fatwa
yang dikeluarkan seorang mufti sudah dirumuskan dalam fiqih hanya belum dipahami oleh
peminta fatwa. Lembaga- lembaga fatwa yang terdapat di Indonesia yaitu majelis tarjih
muhamadiyah, lajnah bahsul masail nahdatul ulama, majelis fatwa Indonesia. Dan muncul
penetapan undang-undang berdasarkan madzab fiqih tertentu, contohnya yang diambil dari
makalah diatas ditinjau berdasarkan madzab syafi’i tentang wakaf.
16
DAFTAR RUJUKAN
SAW, P. M. P. Z. R. BAB (sekiansekiansekian): Perkembangan Muamalah Di Zaman
Rasulullah.
Irawati, N. (2017). Wakaf Benda Bergerak Dalam UU No. 41 Tahun 2004 Dalam Tinjauan Fiqh
Mazhab Syafii. Istidal: Jurnal Studi Hukum Islam, 4(2), 149-162.
Jaih Mubarak, Ijtihad Kemanusiaan, Pustaka Bani Quraisy:Bandung, 2005
Zen Amirudin, Ushul Fiqih, Teras ; Yogyakarta. 2009
Muhammad Sa’id Muhammad al-Barawi, Mazaliq al-Fatwa, Cairo: Dar al-Basa’ir, 2009
Ibnu Athar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyah, Solo: Tiga Serangkai, 2013
Al-Albani, Mukhtashor Shahih Bukhari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2013
https://www.wisher.id/studi-kitab-hadits-arbain-syarh-mukhtashor-hasyiyah/ (diakses pada
tanggal 3 oktober jam 13.00)

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Syiah Rafidhah - Di antara Kecuaian Ulama' Dan Kebingungan Ummah
Syiah Rafidhah -  Di antara Kecuaian Ulama' Dan Kebingungan UmmahSyiah Rafidhah -  Di antara Kecuaian Ulama' Dan Kebingungan Ummah
Syiah Rafidhah - Di antara Kecuaian Ulama' Dan Kebingungan UmmahAbu Muhammad
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantarVio Robin
 
ANALISIS HERMENEUTIKA DARI PENDEKATAN INTERNAL DALAM FILSAFAT OLAHRAGA OLEH F...
ANALISIS HERMENEUTIKA DARI PENDEKATAN INTERNAL DALAM FILSAFAT OLAHRAGA OLEH F...ANALISIS HERMENEUTIKA DARI PENDEKATAN INTERNAL DALAM FILSAFAT OLAHRAGA OLEH F...
ANALISIS HERMENEUTIKA DARI PENDEKATAN INTERNAL DALAM FILSAFAT OLAHRAGA OLEH F...MohamadSaputra1
 
Pengerasan permukaan induksi
Pengerasan permukaan induksiPengerasan permukaan induksi
Pengerasan permukaan induksiAmrih Prayogo
 
Pendidikan Agama Islam Kelas 8
Pendidikan Agama Islam Kelas 8Pendidikan Agama Islam Kelas 8
Pendidikan Agama Islam Kelas 8Wahid Al-Imron
 
Pedoman penulisan pgsd ikip siliwangi 1
Pedoman penulisan pgsd ikip siliwangi 1Pedoman penulisan pgsd ikip siliwangi 1
Pedoman penulisan pgsd ikip siliwangi 1Agus S. Hidayat, S.Pd
 
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RIKatalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RIPerpustakaan MPR RI
 
Format tesis-magister-2008
Format tesis-magister-2008Format tesis-magister-2008
Format tesis-magister-2008Bagas Tanjung
 
Manajemen Strategik dalam perspektif pendidikan islam
Manajemen Strategik dalam perspektif pendidikan islamManajemen Strategik dalam perspektif pendidikan islam
Manajemen Strategik dalam perspektif pendidikan islamSalimMediaIndonesia
 
[Portofolio] Assembling Spiritual Power
[Portofolio] Assembling Spiritual Power[Portofolio] Assembling Spiritual Power
[Portofolio] Assembling Spiritual PowerFirman Wijaya
 
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANGLAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANGafifsalim
 
Bmf 47 tuhan itu ada white
Bmf 47 tuhan itu ada whiteBmf 47 tuhan itu ada white
Bmf 47 tuhan itu ada whitePT Wings Surya
 

Mais procurados (20)

Syiah Rafidhah - Di antara Kecuaian Ulama' Dan Kebingungan Ummah
Syiah Rafidhah -  Di antara Kecuaian Ulama' Dan Kebingungan UmmahSyiah Rafidhah -  Di antara Kecuaian Ulama' Dan Kebingungan Ummah
Syiah Rafidhah - Di antara Kecuaian Ulama' Dan Kebingungan Ummah
 
Cover
CoverCover
Cover
 
silabus fiqih kelas 8
silabus fiqih kelas 8silabus fiqih kelas 8
silabus fiqih kelas 8
 
Renungan harian
Renungan    harianRenungan    harian
Renungan harian
 
Kebatinan & kejawen islam
Kebatinan & kejawen   islamKebatinan & kejawen   islam
Kebatinan & kejawen islam
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
ANALISIS HERMENEUTIKA DARI PENDEKATAN INTERNAL DALAM FILSAFAT OLAHRAGA OLEH F...
ANALISIS HERMENEUTIKA DARI PENDEKATAN INTERNAL DALAM FILSAFAT OLAHRAGA OLEH F...ANALISIS HERMENEUTIKA DARI PENDEKATAN INTERNAL DALAM FILSAFAT OLAHRAGA OLEH F...
ANALISIS HERMENEUTIKA DARI PENDEKATAN INTERNAL DALAM FILSAFAT OLAHRAGA OLEH F...
 
Pedoman penulisan karya ilmiah upi tahun 2014
Pedoman penulisan karya ilmiah upi tahun 2014Pedoman penulisan karya ilmiah upi tahun 2014
Pedoman penulisan karya ilmiah upi tahun 2014
 
Bmf 13 holy spirit
Bmf 13 holy spiritBmf 13 holy spirit
Bmf 13 holy spirit
 
Pengerasan permukaan induksi
Pengerasan permukaan induksiPengerasan permukaan induksi
Pengerasan permukaan induksi
 
Pendidikan Agama Islam Kelas 8
Pendidikan Agama Islam Kelas 8Pendidikan Agama Islam Kelas 8
Pendidikan Agama Islam Kelas 8
 
Pedoman penulisan pgsd ikip siliwangi 1
Pedoman penulisan pgsd ikip siliwangi 1Pedoman penulisan pgsd ikip siliwangi 1
Pedoman penulisan pgsd ikip siliwangi 1
 
Akhlak Dalam Islam
Akhlak Dalam IslamAkhlak Dalam Islam
Akhlak Dalam Islam
 
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RIKatalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
 
Format tesis-magister-2008
Format tesis-magister-2008Format tesis-magister-2008
Format tesis-magister-2008
 
Manajemen Strategik dalam perspektif pendidikan islam
Manajemen Strategik dalam perspektif pendidikan islamManajemen Strategik dalam perspektif pendidikan islam
Manajemen Strategik dalam perspektif pendidikan islam
 
11. amaliyah ramadlan nu
11. amaliyah ramadlan nu11. amaliyah ramadlan nu
11. amaliyah ramadlan nu
 
[Portofolio] Assembling Spiritual Power
[Portofolio] Assembling Spiritual Power[Portofolio] Assembling Spiritual Power
[Portofolio] Assembling Spiritual Power
 
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANGLAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG JASA RAHARJA PERSERO SEMARANG
 
Bmf 47 tuhan itu ada white
Bmf 47 tuhan itu ada whiteBmf 47 tuhan itu ada white
Bmf 47 tuhan itu ada white
 

Semelhante a PERIODE TAHRIR

Makalah materi 6 (kel 4)
Makalah materi 6 (kel 4)Makalah materi 6 (kel 4)
Makalah materi 6 (kel 4)NavenAbsurd
 
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqh
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran FiqhMakalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqh
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqhfriskacaca
 
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5NavenAbsurd
 
Makalah Agama Islam III Thaharah
Makalah Agama Islam III Thaharah Makalah Agama Islam III Thaharah
Makalah Agama Islam III Thaharah khoirulanam166
 
Makalah fiqh kelompok 5 materi 7
Makalah fiqh kelompok 5 materi 7Makalah fiqh kelompok 5 materi 7
Makalah fiqh kelompok 5 materi 7NavenAbsurd
 
Ppt fiqh materi 6 (kel 4)
Ppt fiqh materi 6 (kel 4)Ppt fiqh materi 6 (kel 4)
Ppt fiqh materi 6 (kel 4)NavenAbsurd
 
Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal JamaahPerumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaahfitridheasari
 
Makalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat JumatMakalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat Jumatmujibzunari
 
Makalah ilmu kalam final!
Makalah ilmu kalam final!Makalah ilmu kalam final!
Makalah ilmu kalam final!Amadeus Alief
 
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfMetode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfpamtahpamtah
 
Makalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADMakalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADNur Rohmah
 
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan khong hu cu perguruan tinggi maha...
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan khong hu cu perguruan tinggi maha...Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan khong hu cu perguruan tinggi maha...
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan khong hu cu perguruan tinggi maha...Pajeg Lempung
 
Makalah Hizbut Tahrir
Makalah Hizbut TahrirMakalah Hizbut Tahrir
Makalah Hizbut TahrirAnnisaZahrah1
 
Kajian kitab riyadl as sholihin
Kajian kitab riyadl as sholihinKajian kitab riyadl as sholihin
Kajian kitab riyadl as sholihinIkhwan Mangku Bumi
 
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumudSejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumudZafirah Abdullah
 
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5Lisalestari10
 
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabiMukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabiToto Dwiarso
 

Semelhante a PERIODE TAHRIR (20)

Makalah materi 6 (kel 4)
Makalah materi 6 (kel 4)Makalah materi 6 (kel 4)
Makalah materi 6 (kel 4)
 
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqh
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran FiqhMakalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqh
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqh
 
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
 
Makalah Agama Islam III Thaharah
Makalah Agama Islam III Thaharah Makalah Agama Islam III Thaharah
Makalah Agama Islam III Thaharah
 
Makalah fiqh kelompok 5 materi 7
Makalah fiqh kelompok 5 materi 7Makalah fiqh kelompok 5 materi 7
Makalah fiqh kelompok 5 materi 7
 
Ppt fiqh materi 6 (kel 4)
Ppt fiqh materi 6 (kel 4)Ppt fiqh materi 6 (kel 4)
Ppt fiqh materi 6 (kel 4)
 
Makalah aik (hadits)
Makalah aik (hadits)Makalah aik (hadits)
Makalah aik (hadits)
 
Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal JamaahPerumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
Perumusan Ahlul Sunnah Wal Jamaah
 
Makalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat JumatMakalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat Jumat
 
Makalah ilmu kalam final!
Makalah ilmu kalam final!Makalah ilmu kalam final!
Makalah ilmu kalam final!
 
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfMetode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
 
Makalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADMakalah IJTIHAD
Makalah IJTIHAD
 
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan khong hu cu perguruan tinggi maha...
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan khong hu cu perguruan tinggi maha...Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan khong hu cu perguruan tinggi maha...
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan khong hu cu perguruan tinggi maha...
 
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
 
Makalah Hizbut Tahrir
Makalah Hizbut TahrirMakalah Hizbut Tahrir
Makalah Hizbut Tahrir
 
Makalah1
Makalah1Makalah1
Makalah1
 
Kajian kitab riyadl as sholihin
Kajian kitab riyadl as sholihinKajian kitab riyadl as sholihin
Kajian kitab riyadl as sholihin
 
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumudSejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
 
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
Makalah islam dan ilmu pengetahuan kelompok5
 
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabiMukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
 

Último

Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian outputjafarismail7
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaTriskaDP
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 

Último (16)

Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 

PERIODE TAHRIR

  • 1. MAKALAH “PERIODE TAHRIR, TAKHRIJ DAN TARJIH DALAM MAZHAB FIQIH” (FIQIH) Yang Diampu oleh Abdul Hamid Aly, S.Pd., M.Pd KELOMPOK 4 KELAS PBS 2 Disusun Oleh Kelompok : NADIA AINUL ISLAMY (21901083041) DWI PUJI RAHAYU (21901083043) SIYAMUN NIKMAH KHUSNUL K. (21901083051) ILYAS (21901083054) UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2019
  • 2. i KATA PENGANTAR Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga pada kesempatan ini dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Periode Tahrir, Takhrij Dan Tarjih Dalam Mazhab Fiqh” tepat waktu. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat penulis ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Abdul Hamid Aly,S.Pd,M.Pd Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kelompok. Dengan makalah ini mungkin dapat menambah wawasan mengenai mata kuliah Fiqih. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat berbagai macam kendala, keterbatasan ilmu, dan refrensi. Oleh kerena itu, penulis harapkan untuk memberikan kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata dari penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya Malang, 29 September 2019 Penulis
  • 3. ii PEMAPARAN PROFIL PENYUSUN 1. NAMA : ILYAS NPM : 21901083054 ASAL : PROBOLINGGO 2. NAMA : DWI PUJI RAHAYU NPM : 21901083043 ASAL : TRENGGALEK 3. NAMA : NADIA AINUL ISLAMY NPM : 21901083041 ASAL : PASURUAN 4. NAMA : SIYAMUN NIKMAH KHUSNUL K. NPM : 21901083051 ASAL : BOJONEGORO
  • 4. iii Sub Tema / Materi Periode keenam : periode tahrir, takhrij dan tarjih dalam madzab fiqih  Munculnya matan, syarh, hasyiyah  Munculnya kitab-kitab fatwa  Penetapan undang-undang berdasarkan madzah fiqih tertentu
  • 5. iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i PEMAPARANPROFIL PENYUSUN................................................................................................ ii Sub Tema / Materi.......................................................................................................................... iii DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................1 A. Latar Belakang........................................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................1 C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1 BAB IIPEMBAHASAN.....................................................................................................................3 A. Periode Tahrir, Takhrij, Dan Tarjih .........................................................................................3 B. Munculnya Matan, Syarh, Hasyiyah .........................................................................................4 1. Definisi Matan.......................................................................................................................4 2. Definisi Syarah ......................................................................................................................4 3. Sejarah singkat Syarah..........................................................................................................5 4. Pengertian Hasyiyah..............................................................................................................7 C. Munculnya kitab-kitab fatwa ....................................................................................................8 1. Munculnya kitab-kitab fatwa.................................................................................................8 2. Pengertian Fatwa...................................................................................................................9 3. Rukun Fatwa.......................................................................................................................10 4. Lembaga-Lembaga Fatwa Di Indonesia...............................................................................11 D. Penetapan undang-undang berdsarkan madzab fiqih tertentu................................................14 BAB III PENUTUP.........................................................................................................................15 Kesimpulan.................................................................................................................................15 DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................................................16
  • 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan hukum islam seperti yang telah kita ketahui telah mengalami beberapa fase periode.Dimulai pada zaman Nabi hingga sekarang.Nabi telah meletakkan dasar hukum yang dipegang teguh oleh sahabat.Ketika beliau wafat,tradisi keilmuan yang berkenaan dengan hukum islam diteruskan oleh para sahabat beliau. Masa kemunduran fiqih berlangsung lama yaitu dari pertengahan abad ke-4 hijriah sampai akhir abad ke-13 hijriah dalam masa itu fiqih semakin pudar ada berbagai factor baik politik, mental, sosial dan sebagainya yang telah mempengaruhi kegiatan para ulama dalam lapangan hokum sehingga tidak sanggup mempunyai kepribadian fikiran sendiri, melainkan harus selali bertaqlid Lalu setelah masa kemunduran fiqih muncullah periode tahrir, takhrij, dan tarjih periode ini dimulai dari pertengahan abad ke-4 H sampai pertengahan abad ke-7 H tepat pada saat masa kemunduran fiqih yang dimaksudkan dengan tahrir, takhrij, dan tarjih adalah upaya yang dilakukan ulama masing-masing mazhab dalam mengomentari, memperjelas dan mengulas, dan didalam periode tahrir, takhrij, dan tarjih membahas munculnya matan, syarah, hasyiah, serta fatwa- fatwa, dan penetapan perundang-undangan berdasarkan madzab fiqih tertentu. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perbedaan periode tahrir, takhrij dan tarjih dalam mazhab fiqih? 2. Bagaimana munculnya matan, syarh, hasyiyah ? 3. Bagimana munculnya kitab-kitab fatwa? 4. Bagaimana penetapan undang-undang berdasarkan madzab fiqih tertentu ? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perbedaan tahrir, takhrij, dan tarjih 2. Untuk mengetahui munculnya matan, syarh, hasyiyah
  • 7. 2 3. Untuk mengetahui munculnya kitab-kitab fatwa 4. Untuk mengetahui penetapan undan-undang berdasarkan madzab fiqih tertentu
  • 8. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Periode Tahrir, Takhrij, Dan Tarjih Periode ini dimulai dari pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7 H. Yang dimaksudkan dengan tahrir, takhrij, dan tarjih adalah upaya yang dilakukan ulama masing-masing mazhab dalam mengomentari, memperjelas dan mengulas pendapat para imam mereka. Periode ini ditandai dengan melemahnya semangat ijtihad dikalangan ulama fiqh. Ulama fiqh lebih banyak berpegang pada hasil ijtihad yang telah dilakukan oleh imam mazhab mereka masing-masing, sehingga mujtahid mustaqill (mujtahid mandiri) tidak ada lagi. Sekalipun ada ulama fiqh yang berijtihad, maka ijtihadnya tidak terlepas dari prinsip mazhab yang mereka anut. Artinya ulama fiqh tersebut hanya berstatus sebagai mujtahid fi al-mazhab (mujtahid yang melakukan ijtihad berdasarkan prinsip yang ada dalam mazhabnya). Akibat dari tidak adanya ulama fiqh yang berani melakukan ijtihad secara mandiri, muncullah sikap at-ta'assub al-mazhabi (sikap fanatik buta terhadap satu mazhab) sehingga setiap ulama berusaha untuk mempertahankan mazhab imamnya. Mustafa Ahmad az-Zarqa mengatakan bahwa dalam periode ini untuk pertama kali muncul pernyataan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Menurutnya, paling tidak ada tiga faktor yang mendorong munculnya pernyataan tersebut :  Dorongan para penguasa kepada para hakim (qadi) untuk menyelesaikan perkara di pengadilan dengan merujuk pada salah satu mazhab fiqh yang disetujui khalifah saja.  Munculnya sikap at-taassub al-mazhabi yang berakibat pada sikap kejumudan (kebekuan berpikir) dan taqlid (mengikuti pendapat imam tanpa analisis) di kalangan murid imam mazhab.  Munculnya gerakan pembukuan pendapat masing-masing mazhab yang memudahkan orang untuk memilih pendapat mazhabnya dan menjadikan buku itu sebagai rujukan bagi masing-masing mazhab, sehinga aktivitas ijtihad terhenti. Ulama mazhab tidak perlu lagi melakukan ijtihad, sebagaimana yang dilakukan oleh para imam mereka, tetapi mencukupkan diri dalam menjawab berbagai persoalan
  • 9. 4 dengan merujuk pada kitab mazhab masing-masing. Dari sini muncul sikap taqlid pada mazhab tertentu yang diyakini sebagai yang benar, dan lebih jauh muncul pula pernyataan haram melakukan talfiq. Persaingan antar pengikut mazhab semakin tajam, sehingga subjektivitas mazhab lebih menonjol dibandingkan sikap ilmiah dalam menyelesaikan suatu persoalan. Sikap ini amat jauh berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh masing-masing imam mazhab, karena sebagaimana yang tercatat dalam sejarah para imam mazhab tidak menginginkan seorang pun mentaqlidkan mereka. Sekalipun ada upaya ijtihad yang dilakukan ketika itu, namun lebih banyak berbentuk tarjih (menguatkan) pendapat yang ada dalam mazhab masing-masing. Akibat lain dari perkembangan ini adalah semakin banyak buku yang bersifat sebagai komentar, penjelasan dan ulasan terhadap buku yang ditulis sebelumnya dalam masing-masing mazhab. B. Munculnya Matan, Syarh, Hasyiyah 1. Definisi Matan Matan adalah suatu karangan tulisan yang merupakan kitab induk. Biasanya hanya sebatas tulisan singkat dan padat yang disusun dalam beberapa bab maupun pasal. Matan bisa berupa syair atau nadzom, bisa juga berupa kalam natsar atau prosa. Contoh matan yang berupa nadzom atau syair adalah Matan Alfiyyah Ibnu Malik yang dikarang dan ditulis oleh Syeikh Jamaluddin bin Abdillah bin Malik. Kitab ini memuat 1002 bait atau nadzom yang berisi tentang gramatika Arab atau nahwu shorof. Sedangkan contoh matan yang berupa prosa adalah Al Ajurumiyyah yang juga berisi tentang tata bahasa Arab, ditulis oleh Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Daud as Shonhaji. Dalam dunia fiqih, salah satu karangan paling terkenal adalah matan Al Ghoyah Wat Taqrib, atau yang biasa akrab disebut kitab Taqrib, karya Al Qodhi Abu Syuja'. Tiga matan ini merupakan contoh kitab matan yang cukup populer dalam dunia pendidikan Islam. Dan semakin bagus kualitas suatu kitab, semakin banyak perhatian ulama kepadanya dengan membuat banyak syarah. 2. Definisi Syarah Kata syarah diambil dari kata “syaraha, yashrahu, syarh” yang secara bahasa berarti menguaraikan dan memisahkan bagian sesuatu dari bagian lainnya. Dalam
  • 10. 5 tradisi para penulis kitab berbahasa Arab, istilah syarah berarti memberi catatan dan komentar kepada naskah atau matn (matan) suatu kitab. Kitab jenis ini adalah kitab yang ditulis untuk mengulas dan mensyarahkan matan atau mukhtasar. Penulis kitab ini akan mengulas setiap istilah dan kenyataan yang sukar atau kabur pemahamannya.Ulasan juga dibuat terhadap pandangan dan ijtihad ulama lain terhadap sesuatu masalah yang diperbahaskan.Penulis kitab ini juga kebiasaannya tidak melakukan pentarjihan terhadap pendapat atau pandangan ulama- ulama yang mengarang kitab tersebut. 3. Sejarah singkat Syarah a. Syarah Hadits pada Masa Kelahirannnya (Fi ‘Ashr al-Risalah) Segala ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi merupakan bayan kepada umatnya. Akan tetapi tidak semua sahabat mampu memahami setiap ucapan Nabi dengan baik, sehingga mereka menanyakan makna kata-kata tertentu secara langsung kepada Nabi atau kepada sahabat yang lain. Hal ini menunjukkan syarah hadits telah terjadi pada masa kelahiran hadits itu sendiri, dan penysyarahnya adlah Rasulullah saw. b. Syarah Hadits pada Masa Periwayatan dan Pembukuan Hadits (Fi ‘Ashr Al- Riwayah wa al-Tadwin) Hadits pada masa periwayatan dan pembukuan hadits adalah kegiatan syarah hadits yang dilakukan secara lisan atau tulisan sejak masa sahabat hingga memasuki masa penulisan kitab-kitab syarah, yaitu dari dasawarsa kedua abad pertama Hijriah hingga akhir abad ketiga Hijriah. Periode ini dinamai masa periwayatan dan pembukuan hadits karena kedua kegiatan tersebut tidak pernah dapat dipisahkan, setidaknya selama batas waktu tersebut periwayatan dan pembukuan hadits berjalan seiring, karena periwayatan hadits juga berlangsung bedasarkan hafalan dan tulisan. Apabila periode ini diakhiri dengan munculnya kitab syarah, maka periode ini dapat berakhir pada akhir pertengahan abad keempat Hijriah, yaitu dengan lahirnya kitab syarah shahih al-Bukhari yang tertua berjudul A’lam al-Sunan karya al-Khaththabi (w. 388 H). c. Syarah Hadits Pasca Pembukuan Hadits (Ba’da al-Tadwin)
  • 11. 6 Periode pasca pembukuan adalah berakhirnya penulisan-penulisan kitab-kitab hadits yang termasuk kategori al-Mashadir al-Ashliyyah, yaitu kitab-kitab yang disusun berdasarkan hasil pencarian dan penelusuran hadits oleh penulisnya dengan sanad-nya sendiri, bukan kumpulan kutipan-kutipan hadits dari berbagai kitab, bukan himpunan di antara dua kitab atau lebih, dan bukan pula ringkasan dari kitab-kitab yang lain. Dasar pemikiran dari pembatasan awal periode ini adalah karena berakhirnya pembukuan hadits, maka penulisan syarah terhadap hadits tidak lagi tercakup dan menyatu dengan matan hadits seperti pada masa- masa sebelumnya. Oleh karena itu, apabila dilihat dari kitab hadits yang terakhir disusun, maka periode ini berawal pada pertengahan –bahkan mungkin awal− abad kelima Hijriah, yaitu dengan disusunnya al-Sunan al-Kubra karya al- Baihaqiy (w. 458 H). Namun, apabila dilihat dari munculnya kitab syarah, boleh jadi periode ini berawal sejak pertama kali munculnya kitab syarah yang dikenal dengan sebagai kitab syarah tertua yaitu A’lam al-Sunan karya al-Khaththabi (w. 388 H), yaitu syarah terhadap shahih al-Bukhari. Hal ini sesuai dengan periodisasi menurut al-Khuli di atas. bahwa metode syarah para ulama terdahulu ada tiga klasifikasi, yaitu;  metode tahlili,  ijmali  muqarin. Ada dua bentuk pensyarahan dengan menggunakan metode tahlili:  Ma’sur (riwayat): ditandai dengan banyaknya dominasi riwayat-riwayat yang datang dari sahabat, tabi’in, tabi’ al-tabi’in atau ulama’ hadis dalam penjelasan terhadap hadis yang disyarahi.  Ra’y (pemikiran Rasional). Pensyarahan ini banyak didominasis pemikiran pengsyarahnya. ciri-ciri pensyarahan yang dilakukan mengikuti pola menjelaskan makna yang terkandung dalam hadis secara komprehensif dan menyeluruh yakni mengunakan metode sebagai berikut:  Hadist dijelaskan kata demi kata.  Hadist dijelaskan kalimat demi kalimat secara beruntun.
  • 12. 7  Menerangkan sabab al-wurud (latar belakang turunnya sebuah hadis) hadis yang dipahami jika hadist tersebut memiliki sabab al-wurud.  Diuraikan pemahaman-pemahaman yang pernah disampaikan oleh sahabat, tabi’i, tabi al-tabi’in, dan para ahli syarah hadist lainnya dari berbagai displin ilmu.  Dijelaskan munasabah (hubuangan) hadist satu dengan hadist yang lainnya.  Kadangkala pengsyarahan di warnai kecenderungan terhadap madzhab tertentu. Karakteristik Kitab Syarah :  Memuat penjelasan secara jelas dari Matan  Dari berbagai sumber yang berkaitan  Memuat dari segala aspek Contoh kitab syarah hadits :  Fath al-Bari oleh Ibn Hajar al-‘Asqalani, yaitu syarah kitab Sahih al-Bukhari.  Al-Minhaj oleh Nawawi yang mensyarah kitab Sahih Muslim.  ‘Aun al-Ma’bud oleh Syams al-Haq al-Azhimi al-Abadi yaitu syarah Sunan Abu Daud. 4. Pengertian Hasyiyah Hasyiyah berarti anggota badan yg berada di dalam perut,spt limpa dan jantung.juga dapat berarti pinggir baju.jika artinya di gabungkan dg kitab (hasyiyah al-kitab),berarti catatan yg di tulis menyangkut isi kitab tersebut. Penulisan yang berbentuk Ta’liq (komentar) atau Mulahazhat (catatan) yang dilakukan terhadap sesuatu syarh. Bentuknya hampir sama dengan bentuk penulisan secara atau jenis syarh, tetapi bedanya penulis kitab jenis Hasyiah ini hanya akan memilih perkataan- perkataan atau ayat-ayat yang tertentu dalam kitab syarh untuk diulas dengan komentar-komentar atau catatan yang tertentu. Antara kitab-kitab yang ditulis dengan jenis penulisan hasyiah ialah :  Hasyiah Ibn ‘Abidin atau disebut juga Rad al-Mukhtar yang ditulis oleh Muhammad Amin Ibn Umar atau lebih dikenali dengan panggilan Ibn ‘Abidin. Seorang ulama bermazhab Hanafi.Kitab hasyiah ini adalah komentar kepada kitab al-Dur al-Mukhtar yang dikarang oleh al-Haskafiyy.
  • 13. 8  Hasyiah al-Syarqawiyy yang dikarang oleh Abdullah Ibn Hijaziyy Ibn Ibrahim al- Syarqawiyy , seorang ulama mazhab Syafie.Kitab ini merupakan kitab hasyiah kepada kitab Syarh al-Tahrir karangan Zakaria ibn Muhammad al-Ansariyy. C. Munculnya kitab-kitab fatwa 1. Munculnya kitab-kitab fatwa Perkembangan fatwa di tanah Nusantara telah dimulai sejak seperempat akhir abad ke-19 di Indonesia ditandai dengan dimulainya permintaan fatwa dari umat Muslim Indonesia kepada mufti Arab Saudi sebagaimana yang terekam dalam kitab Muhimmāt al-Nafā’is fī Bayān As’ilah al-Ḥadīth. Seiring masuknya ide pembaruan dari Mesir (Timur Tengah) dan penyebaran majalah al-Manar dan al- ‘Urwat al-Wutsqa, ditemukan adanya fatwa-fatwa yang diminta oleh Muslim Asia Tenggara, terutama kepulauan Nusantara (Malay-Indonesia Archipelago) kepada para pembaharu tersebut. Munculnya fatwa Ahmad Hassan kemudian merubah peta perkembangan fatwa di Indonesia. Umat Muslim Indonesia sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya kepada otoritas Arab Saudi dan Timur Tengah. Tidak lama setelah munculnya fatwa Ahmad Hassan, perkembangan fatwa di Indonesia masuk pada era baru, yaitu era fatwa kolektif. Fatwa ini dikeluarkan oleh tiga organisasi besar Islam terbesar di Indonesia, yaitu NU, Muhammadiyah, dan MUI. Fatwa pertama kali dikumpulkan dalam sebuah kitab pada abad ke-12 M. Mazhab Hanafi memiliki sejumlah kitab fatwa seperti az-Zakhiratal-Burhaniyah, kumpulan fatwa Burhanuddin bin Maza (wafat 570 H/1174). Inilah kitab kumpulan fatwa pertama.Mazhab Maliki memiliki kitab kumpulan fatwa bertajuk al-Mi'yar al- Magrib yang berisi fatwa-fatwa al-Wasyarisi (wafat 914 H/1508 M). Mazhab Hanbali juga memiliki sejumlah kitab fatwa, yang paling terkenal adalah Majmu al- Fatawa. Di Indonesia juga ada sejumlah buku kumpulan fatwa, seperti Tanya Jawab Agama dan Kata Berjawab yang diterbitkan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, selain itu ada juga Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, serta Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama.Berkaitan dengan kedudukan fatwa dalam kehidupan umat Islam, fatwa ini juga menegaskan bahwa fatwa memang tidak mengikat secara hukum, akan
  • 14. 9 tetapi, ia bersifat mengikat secara agama, sehingga tidak ada peluang bagi seorang muslim untuk menentangnya bila fatwa itu didasarkan kepada dalil-dalil yang jelas dan benar. 2. Pengertian Fatwa Fatwa berasal dari bahasa Arab yang artinya nasihat, petuah, jawaban atau pendapat, adapun yang dimaksud adalah sebuah keputusan atau nasihat resmi yang diambil oleh sebuah lembaga atau perorangan yang diakui otoritasnya, disampaikan oleh seorang mufti atau ulama, sebagai tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa (mustafti) yang tidak mempunyai keterikatan. Definisi fatwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu: (1) jawaban berupa keputusan atau pendapat yang diberikan oleh mufti/ahli tentang suatu masalah, dan (2) nasihat orang alim, pelajaran baik, dan petuah. Fatwa adalah jawaban resmi terhadap pertanyaan dan persoalan yang menyangkut masalah hukum. Fatwa berasal dari kata bahasa arab alifta’, al-fatwa yang secara sederhana berarti pemberian keputusan. Fatwa bukanlah sebuah keputusan hukum yang dibuat dengan gampang, atau yang disebut dengan membuat hukum tanpa dasar. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fatwa adalah hasil ijtihad seorang mufti sehubungan dengan peristiwa hukum yang diajukan kepadanya. Jadi fatwa lebih khusus dari pada fikih atau ijtihad secara umum. Karena boleh jadi fatwa yang dikeluarkan seorang mufti, sudah dirumuskan dalam fikih, hanya belum dipahami oleh peminta fatwa. Tindakan memberi fatwa disebut futya atau ifta, suatu istilah yang merujuk pada profesi pemberi nasihat. Orang yang memberi fatwa disebut mufti atau ulama, sedangkan yang meminta fatwa disebut mustafti. Peminta fatwa bisa perseorangan, lembaga ataupun siapasaja yang membutuhkannya.Hukum berfatwa adalah fardu kifayah, kalau ada orang lain yang bisa memberi fatwa selain dirinya. Adapun kalau tidak ada orang lain yang bisa memberi fatwa dan masalah yang difatwakan itu cukup mendesak maka ia pun secara fardu‘ain wajib memberi fatwa atas peristiwa itu, bila dimintainya ia tidak diperkenankan menolak memberikan fatwa. Karena mufti yang menolak memberikan fatwa dibenci oleh Rasullullah saw.
  • 15. 10 Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang artinya “Barang siapa ditanyai suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka ia bakal dikendalikan pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka”.(HR.Abu daud dan at-turmudzi) Oleh karena fatwa itu menyangkut masalah agama maka tidak sembarang orang bisa menduduki sebagai mufti syarat-syarat yang harus di miliki oleh seorang mufti antara lain adalah : a. Fatwanya harus didasarkan kepada kitab-kitab induk yang mutabar agar fatwa yangdiberikan itu dapat diterima oleh penerima fatwa. b. Apabila ia berfatwa berdasrkan qoul seseorang alim, maka ia dapat menunjukan dasarsumber pengambilan fatwanya itu, dengan demikian ia terhindar dari berbuat salah dan bohong. c. Seorang mufti harus mengerti atau mengetahui berbagai macam pendapat ulama agartidak terjadi kesalah fahaman antara ia dan penerima fatwanya. d. Seorang mufti haruslah seorang alim yang memiliki kejujuran 3. Rukun Fatwa Rukun merupakan sesuatu yang harus dipenuhi dalam melaksanakan amal ibadah. Tanpa memenuhi rukun yang telah ditetapkan, maka pelaksanaan ibadah data dianggap tidak sah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Saedie menjelaskan bahwa “rukun adalah ketentuan yang harus dipenuhi, dalam melakukan suatu pekerjaan/ibadah. Bila tidak terpenuhi maka ibadah/pekerjaan tersebut tidak sah. Demikian pula halnya dengan fatwa juga harus melaksanakan beberapa rukun agar fatwa yang djiadikan dasar hukum dapat berjalan dengan baik dan benar.Terdapat empat rukun fatwa yaitu: a. Al-Sa’il, Al-sa’il atau juga disebut Mustafti merupakan orang yang meminta fatwa atau orang yang bertanya mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah-masalah dalam agama. b. Al-Mas’ul, Al-Mas’ul yang juga disebut Mufti merupakan orang yang memberi fatwa atau orang yang menjawab soalan-soalan bagi permasalahan tersebut. c. Al-‘amaliyyah, Al-‘Amaliyyah adalah Fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Mufti. d. Al-Madhmun, Al-Madhmun yang merupakan kebenaran sesuatu fatwa yang terjamin.
  • 16. 11 4. Lembaga-Lembaga Fatwa Di Indonesia Lembaga fatwa adalah sebuah lembaga ilmiah yang melakukan penelitian dan membuat kesimpulan berdasarkan metodologi ilmiah khusus yang selalu dikembangkan dari waktu ke waktu. Dengan demikian sebuah lembaga fatwa resmi tidak perlu dikhawatirkan akan selalu menjadi corong pemerintah dalam semua kebijakannya baik salah atau benar. Beberapa lembaga-lembaga fatwa yang terdapat di Indonesia, antara lain: a. Majelis Tarjih Muhammadiyah Muhammadiyah adalah organisasi social keagamaan yang memiliki misi utama pembaharuan atau tajdid terhadap pemahaman agama. Pembaharuan dalam muhammadiyah meliputi dua segi jika dilihat dari sasarannya yaitu pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada kemurniannya dengan sasaran soal-soal prinsip perjuangan yang bersifat tetap dan pembaharuan dalam arti modernisasi dengan sasaran mengenai masalah metode, system, tektik, setrategi, taktik perjuangan dan lain-lain. Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-17/1928 di Yogyakarta dibentuk susunan pengurus Majelis Tarjih Pusat sebagai ketuanya KH. Mas Mansur dan sekertaris KH. Aslan Z, dibuat anggaran dasar yang menetapkan tugas dari majelis tarjih adalah mengamati perjalanan Muhammadiyah yang berhubungan dengan hukum-hukum agama, menerima dan mentarjih hukum masalah khilafiyah yang diragukan hukumnya, penyelidikan dan pembahasan yang berdasarkan Al- Quran dan Hadis. Majelis Tarjih berfungsi untuk mengeluarkan fatwa atau memastikan hukum tentang masalah-masalah tertentu. Manhaj al-istinbath adalah majelis tarjih dan pengembangan pemikiran Islam Muhammadiyah yang merumuskan secara dinamis aspek metodologis, yang dilakukan terakhir pada tahun 2000 di Jakarta dengan prinsip yaitu mengubah istilah al- sunnah al-sahihah menjadi al-sunnah maqbullah sebagai sumber hukum sesudah al-Quran, posisi ijtihad adalah metode bukan sumber hukum,ijtihad meliputi metode bayani, ta’lili, dan ishtilahi, manhaj menentukan empat pendekatan untuk kepentingan menetapkan hukum, dan lain-lain. Dalam majlis tarjih, manhaj pengembangan pemikiran Islam dikembangkan atas dasar prinsip-prinsip yang menjadi orientasi
  • 17. 12 utamayaitu: prinsip al-muru’ah (konservasi), prinsip al-tahdidsi (inovasi), dan prinsip alibtikari (kreasi). Dalam pengambilan keputusan Majelis Tarjih Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI) terhadap persoalan-persoalan yang memerlukan perpestik oleh majlis ini dinahas dengan cara berupaya mencari dalil yang relevan, menerapkan manhaj al istinbath lalu menarik natijah hukumnya, hasil keputusan kemudian diajukan kepemimpinan Muhammadiyah sesuai tingkatannya yang mempunyai otoritas untuk mentanfidzkan atau tidak sesuai pertimbangan yang dimiliki, namun semua yang telah ditanfidzkan masih tetap untuk diadkan tinjauan ulang. b. Lajnah Bahsul Masail Nahdatul Ulama NU sebagai jam’iyah sekaligus gerakan diniyah islamiyah dan ijtima’iyah serta menjadikan paham sunah wal jama’ah sebagai basis teologi dan menganut salah satu dari mazhab. Metode istinbath hukum lajnah bahsul masail dikalangan NU tidak diartikan dengan mengambil hukum secara langsung (al-qur’an dan sunah), namun diartikan sesuai dengan sikap dasar bermazhab terutama mazhab Syafi’i menempati posisi yang dominan. Metode pengambilan keputusan hokum dirumuskan pada munas Bandar lampung pada tahun 1992 dengan susunan metodologisnya yaitu: kasus yang jawabannya ditemukan satu qaul (pendapat), maka qaul itu yang diambil, kasus yang hukumnya ada dua pendapat maka dilakukan taqrir jama’i dalam memilih salah satunya, namun jika tidak ditemukan pendapat sama sekali dipakai ilhaq al-masail bin nadhariha secara jam’i oleh ahlinya, dan jika masalah yang dikemukakan jawabannya dalam ibarat kitab dan tidak bisa dilakukan ilhaq maka dilakukan istinbath jam’i. c. Majelis Fatwa Indonesia Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energy bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat. Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun, Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama dan cendekiawan muslim berusaha untuk:
  • 18. 13  Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhai Allah SWT.  Memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa.  Menjadi penghubung antara ulama dan umara (pemerintah).  Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik. Sampai saat ini Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali kongres atau musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum, dimulai dengan Prof. Dr. Hamka, KH. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH. Ali Yafie dan kini KH. M. Sahal Mahfudz. Ketua Umum MUI yang pertama, kedua dan ketiga telah meninggal dunia dan mengakhiri tugastugasnya.Sedangkan dua yang terakhir masih terus berkhidmah untuk memimpin majelis para ulama ini. Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia. Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri.Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoism kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan.Oleh karena itu kehadiran MUI, makin dirasakan kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi
  • 19. 14 terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam.Terdapat lima fungsi dan peran utama MUI yaitu:  Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya).  Sebagai pemberi fatwa (mufti).  Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ri’ayat wa khadim al ummah).  Sebagai penegak amar ma'ruf nahi munkar.  Gerakan Ishlah wa Al-tajdid D. Penetapan undang-undang berdsarkan madzab fiqih tertentu Contoh penetapan undang-undang berdasarkan tinjauan madzab syafi’i : UU No 41 tahun 2004 tentang wakaf pasal 16 ayat (3) menjelaskan bahwa benda bergerak seperti uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, ha katas kekayaan intelektual, hak sewa dan benda bergerak lain dapat berlaku menjadi mawquf (benda yang dapat diwakafkan). Sehingga benda-benda bergerak yang telah disebutkan pada UU tersebut terlebih pada pasa 16 ayat tiga, hukumnya sah untuk dijadikan objek wakaf. Adapun ketentuan benda tersebut sah sebagai objek wakaf menurut mazhab Syafi‘i dapat dirincikan bahwa, uang, saham perusahaan dan logam mulia tidak sah menjadi benda wakaf sebab ia akan lenyap dalam sekali pakai. Sedangkan kendaraan dan HAKI sah menjadi benda yang diwakafkan karena mempunyai manfaat yang jelas dan bertahan lama. Adapun hak sewa tidak sah dijadikan objek wakaf karena tidak termasuk dalam benda yang dapat dimiliki secara penuh. Sementara benda-benda bergerak lain yang sesuai dengan ketentuan syara‘ dan peraturan perundang-undangan berdasarkan pada pendapat mayoritas Ulama empat mazhab adalah sah untuk dijadikan objek wakaf.
  • 20. 15 BAB III PENUTUP Kesimpulan Periode tahrir, takhrij dan tarjih dimulain pada abad ke-4 H sampai abad ke-7 H, maksud dari periode tahrir, takhrij, dan tarjih adalah sebagai upaya yang dilakukan ulama masing-masing madzab dalam mengomentari, memperjelas, dan mengulas, karena pada masa itu semangat ijtihad dikalangan ulama fiqih melemah, kebanyakan dari ulama fiqih berpegang pada hasil ijtihad yang telah dilakukan oleh imam-imam madzab mereka atau disebut dengan bertaqlid. Periode tahrir, takhrij, dan tarjih ini berhubungan dengan masa kemunduran fiqih, dalam periode tahrir, takhrij, dan tarjih terdapat munculnya matan, syarah, hasyiyah, maksud dari matan (isi pokok) karya orisinal/ pertama misalnya kitab Taqrib, matan tersebut kemudian diberi syarah (penjelas rinci) berpa kitab Fath Al Qarib, syarah itu diberi hasyiyah ( eksplorasi lebih luas lagi) berupa kitab Al Bajuri, dan selain itu juga munculnya fatwa- fatwa yang dapat disimpulkan baha fatwa yaitu hasil ijtihad seorang mufti sehubungan dengan peristia hokum yang diajukan kepadanya. Jadi fatwa lebih khusus dari pada fiqih / ijtihad secara umum, karena boleh jadi fatwa yang dikeluarkan seorang mufti sudah dirumuskan dalam fiqih hanya belum dipahami oleh peminta fatwa. Lembaga- lembaga fatwa yang terdapat di Indonesia yaitu majelis tarjih muhamadiyah, lajnah bahsul masail nahdatul ulama, majelis fatwa Indonesia. Dan muncul penetapan undang-undang berdasarkan madzab fiqih tertentu, contohnya yang diambil dari makalah diatas ditinjau berdasarkan madzab syafi’i tentang wakaf.
  • 21. 16 DAFTAR RUJUKAN SAW, P. M. P. Z. R. BAB (sekiansekiansekian): Perkembangan Muamalah Di Zaman Rasulullah. Irawati, N. (2017). Wakaf Benda Bergerak Dalam UU No. 41 Tahun 2004 Dalam Tinjauan Fiqh Mazhab Syafii. Istidal: Jurnal Studi Hukum Islam, 4(2), 149-162. Jaih Mubarak, Ijtihad Kemanusiaan, Pustaka Bani Quraisy:Bandung, 2005 Zen Amirudin, Ushul Fiqih, Teras ; Yogyakarta. 2009 Muhammad Sa’id Muhammad al-Barawi, Mazaliq al-Fatwa, Cairo: Dar al-Basa’ir, 2009 Ibnu Athar, Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyah, Solo: Tiga Serangkai, 2013 Al-Albani, Mukhtashor Shahih Bukhari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2013 https://www.wisher.id/studi-kitab-hadits-arbain-syarh-mukhtashor-hasyiyah/ (diakses pada tanggal 3 oktober jam 13.00)