1. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
1. Lahirnya sosiologi
Sosiologi sebagai Ilmu tentang Masyarakat. Sejumlah ilmuwan berusaha menjelaskan
adanya hubungan antarmanusia dan perilaku sosial budaya melalui kehidupan
bermasyarakat dan yang sekarang di kenal sebagai ilmu sosiologi.
Di Eithopia pertama kali terjadi pemikiran terhadap konsep masyarakat yang lambat
laun melahirkan ilmu yang dinamai sosiologi tersebut. Hal tersebut didorong oleh
beberapa faktor antaralain karena semakin meningkatnya perhatian terhadap masyarakat
dan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya masyarakat
Eropa.
Sosiologi lahir pada abad ke-19 yaitu pada saat transisi menuju lahirnya masyarakat
baru yang di tandai oleh beberapa peristiwa atau berubahan besar pada masa tersebut.
Beberapa peristiwa besar tersebut antara lain sebagai berikut :
A. Revolusi Prancis (Revolusi Politik)
Perubahan masyarakat yang terjadi selama revolusi politik sangat luar biasa baik di
bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. Adanya semangat liberalisme muncul di
segala bidang seperti penerapan dalam hukum dan undang-undang. Pembagian
masyarakat perlahan-lahan terhapus dan semua diberikan hak yang sama dalam hukum.
B. Revolusi Industri (Revolusi Ekonomi)
Abad 18 merupakan saat terjadinya revolusi industri. Berkembangnya kapitalisme
perdagangan, mekanisasi proses dalam pabrik, terciptanya unit-unit produksi yang luas,
terbentuknya kelas buruh, dan terjadinya urbanisasi. Struktur masyarakat mengalami
perubahan dengan munculnya kelas buruh dan kelas majikan dengan kelas majikan yang
2. 3
menguasai perekonomian semakin melemahkan kelas buruh sehingga muncul kekuatan-
kekuatan buruh yang bersatu membentuk perserikatan. Menurut Aguste Comte
perubahan-perubahan tersebut berdampak negatif, yatiu terjadinya konflik antar kelas
dalam masyarakat. Comte melihat, setelah pecahnya revolusi Prancis masyarakat prancis
dilanda konflik antar kelas.
Konflik-konflik tersebut terjadi karena masyarakat tidak tahu bagaimana mengatasi
perubahan akibat revolusi dan hukum-hukum apa saja yang dapat dipakai untuk mengatur
tatanan sosial masyarakat. Maka Comte menganjurkan supaya semua penelitian mengenai
masyarakat ditingkatkan sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri. Comte membayangkan
suatu penemuan hukum-hukum yang dapat mengatur gejala-gejala sosial. Tetapi Auguste
Comte belum dapat mengembangkan hukum-hukum sosial itu sebagai suatu ilmu
tersendiri. Comte hanya memberi istilah untuk ilmu tersebut dengan sebutan sosiologi.
Istilah sosiologi muncul pertama kali pada tahun 1839 pada keterangan sebuah paragraf
dalam pelajaran ke-47 Cours de la Philosophie (KuliahFilsafat) karya Auguste
Comte.Tetapi sebelumnya Comte sempat menyebut ilmu pengetahuan ini dengan sebutan
fisika sosial tetapi karena istilah ini sudah dipakai oleh Adolphe Quetelet dalam studi
ilmu barunya yaitu tentang statistik kependudukan maka dengan berat hati Comte harus
melepaskan nama fisika sosial dan merumuskan istilah baru yaitu sosiologi yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu socius(masyarakat) dan logos (ilmu). Dengan harapan bahwa
tujuan Dinamika Sosial.
2.PerkembanganSosiologidi Negara-NegaraBarat
Perubahan besar di Eropa pada abad pertengahan, tetapi juga terjadi pada abad ke-4
ketika Alexander menaklukan negara-negara Yunani, adapun tokohnya adalah Plato,
Aristoteles, Herodotus, Tucydides, Polybios, dan Cicero.
Pembagian tahap-tahap perkembangan sosiologi dibagi menjadi tiga yaitu,
a. Masa Sebelum Auguste Comte
Socrates
Lahir pd tahun 470 SM dan meninggal tahun 399 SM, Ia adalah anak dari seorang
pematung. Socrates mengajarkan yang penting yaitu mengenai ditekannya logika sebagai
dasar bagi semua ilmu pengetahuan termasuk filsafat.
3. 4
Plato
Plato adala murid dari Socrates. Ajaran Plato yaitu tentang masyarakat menerangkan
bahwa pada dasarnya masyarakat itu merupakan bentuk perluasan dari individu, dan
menurutnya individu memiliki 3 sifat yaitu nafsu atau perasaan-perasaaan , semangat
atau kehendak, dan kecerdasan atau akal.
Berdasarkan 3 elemen tersebut, Plato juga membedakan adanya 3 lapisan atau kelas
sosial masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Bagi yang mengabdikanakan hidupnya untuk memenuhi nefsu dan
perasaannya seperti halnya memelihara tubuh manusia, maka dengan demikian
juga akan memelihara nafsu dan perasaan masyarakat. Mereke itulah “kelas
pekerja tangan” seperti buruh dan budak.
2. Karena semangat atau kehendak berfungsi melindungi tubuh manusia, yang
berarti harus pula melindungi masyarakat, maka yang bisa melaksanakan hal itu
adalah militer.
3. Karena mereka mengembangkan akal dan kecerdasan untuk membimbing tubuh
manusia, maka mereka bertugas juga mengembangkan akal guna memerintah dan
memimpin masyarakat. Mereka ini termasuk kelas penguasa
Aristosteles
Menurutnya kelompok manusia yang dasar dan esensial adalah pengelompokan
(asosiasi) antara pria dan wanita untuk memperoleh keturunan, dan asosiasi antara
penguasa dengan yang dikuasai. Aristosteles juga memberi tiga bentuk pemerintahan
yang dilihat dari segi jumlah pemegang kepemimpinannya.
Pemerintah oleh seseorang, jika ia memerintah dengan baik disebut monarki
sedangkan bila memerintah dengan buruk disebut tirani.
Oleh sejumlah kecil orang disebut aristrokasi jika baik, dan oligarki juka buruk.
Pemerintahan oleh banyak orang disebut demokrasi, dan itu berlaku untuk penguasa
yang memerintah dengan baik maupun buruk.
4. 5
Jhon locke
Manusia pada dasarnya mempunyai hak-hak asasi yang berupa hak hidup, kebebasan,
dan hak atas harta benda.
J.J. Rousseau
Kontrak antara pemerintah dengan yang di perintah menyebabkan tumbuhnya suatu
kolektivitas yang mempunyai keinginan umum.
Ibnu Khaldun
Faktor yang menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku, klan, negara, dan
sebagainya adalah rasa solidaritas.
Masa Auguste Comte
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda
yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste
Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah
sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of
Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu
komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus
didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada kekuasaan dan
spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu. Di Inggris Herbert Spencer
menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia menerapkan teeori
evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang
“evolusi sosial” yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
3.PerkembanganSosiologidi Indonesia
Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia
sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para
pujangga Indonesia. Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri PAduka
Mangkunegoro dari Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara para anggota
5. 6
masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda, banyak
mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam bidang hubungan antar golongan
(intergroup relations).
Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia, memberikan
sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep kepemimpinan dan
kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di praktikkan dalam organisasi pendidikan
Taman Siswa.
Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan belanda
yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti Snouck Hurgronje,
C. Van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dll. Dalam karya mereka tampak unsur-unsur
Sosiologi di dalamnya yang dikupas secara ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas
dalam kerangka non sosiologis dan tidak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Sosiologi pada waktu itu dianggap sebagai Ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya. Dengan kata lain Sosiologi ketika itu belum dianggap cukup penting dan cukup
dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-
ilmu pengetahuan lainnya. Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Perang
Dunia ke dua diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di
Jakarta. Inipun kuliah Sosiologi masih sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu Hukum.
Sosiologi yang dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat Sosial dan Teoritis,
berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese, Bierens de Haan,
Steinmetz dan sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada sekolah Tinggi Hukum tersebut
malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung jawab menyusun daftar kuliah
berpendapat bahwa pengetahuan dan bentuk susunan masyarakat beserta proses-proses
yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum. Setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana Indonesia yaitu
Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948) pada
Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
UGM . Beliau memberika kuliah dalam bahasa Indonesai ini merupakan suatu yang baru,
karena sebelum perang dunia ke dua semua perguruan tinggi diberikan da;am bahasa
Belanda. Pada Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu
pengetahuan dalam Jurusan Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar negeri dan
6. 7
publisistik. Kemudian pendidkikan mulai di buka dengan memberikan kesempatan
kepara para mahasiswa dan sarjana untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950,
mulailah ada beberapa orang Indonesia yang memperdalam pengetahuan tentang
sosiologi.
Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik. Buku
tersebut berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo, memuat tentang
beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.
selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul Sosilogi Untuk Masyarakat
Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran pertama yang berbahasa Indonesia
yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.
Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan
buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene Maatschapppijleer dan Sociologie,
bergrippen en problemen serta buku Lysen yang berjudul Individu en Maatschapppij.
Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karya Mayor
Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas anggota Pangreh Praja Belanda, yang telah
mendapat pelajaran sosiologi sebelum perang dunia kedua pada universitas Leiden di
Belanda. Beliau juga menulis buku berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum
dan politik terbit pada tahun 1967. Penulis lainnya Selo Soemardjan menulis buku Social
Changes in Yogyakarta pada tahun 1962. Selo Soemardjan bersama Soelaeman
Soemardi, menghimpun bagian-bagian terpenting dari beberapa text book ilmu sosiologi
dalam bahasa Inggris yang disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia
dirangkum dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi terbit tahun 1964.
Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial
dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada Universitas yang
mngkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi
pada beberapa fakultas Sosial dan Politik UGM, UI dan UNPAD. Penelitian-penelitian
sosiologi di Indonesai belum mendapat tempat yang sewajarnya, oleh karena masyarakat
masih percaya pada angka-angka yang relative mutlak, sementara sosiologi tidak akan
mungkin melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan masing-masing manusia
memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat Indonesai merupakan masyarakat majemuk
yang mencakup berates suku.
7. 8
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
1. LATAR BELAKANG SEJARAHANTROPOLOGI
Etnografi merupakan bagian-bagian dari Antropologi, yang telah lama dikerjakan
orang-orang dari berbagai bangsa. Sebagai contoh, telah ditemukannya tulisan-tulisan
Herodotus di dunia barat. Herodotus adalah seorang berkebangsaan Yunani, beliau disebut
sebagai bapak dari sejarah dan Etnografi. Penulisan pada masa itu masih bersifat sangat
subyektif dan mengandung sifat purbasangka dan etnosentrisme. Herodotus berpendapat
bahwa orang-orang Mesir, Libya, dan Persia itu belum beradab. Pepatah mengatakan
bahwa yang beradab itu hanya bangsanya sendiri, sedangkan bangsa lain belum beradab.
Herodotus memandang aneh kebiasaan-kebiasaan orang-orang asing yang bukan termasuk
bangsanya, maka dia mencatat adapt kebiasaan orang-orang tersebut dan ingin
mempelajarinya lebih dalam lagi.
Pada zaman Romawi, ditemukan juga catatan-catatan Etnografi dari Tacius dan
Caesar. caesar membuat catatan tentang bangsa Germania dan Galia. Catatan itu ia buat
ketika ia memimpin tentara ke Eropa Barat sampai Inggris. Perbedaan penulisan catatan
antara Caesar dengan Tacius terletak pada gaya penulisannya. Catatan Caesar ditulis
secara sistematis, sedangkan Tacius menulis dengan gaya yang lebih hidup, yang timbul
dari rasa marah akan kelemahan-kelemahan pemerintahan Roma. Tulisan-tulisan dua
perwira ini tidak menggambarkan satu susunan yang teratur.
Tulisan Etnografi juga ditemukan di bangsa Tionghoa dan bangsa India, karena pada
zaman itu, mereka juga sudah mengenal tulisan. Tetapi tulisan-tulisan yang ditemukan
tidak sebanyak yang ditemukan di Yunani dan Romawi. Hal itu disebabkan karena bahan-
bahan yang dikerjakan secara sistematis dan metodis umumnya terdapat di Eropa. Tulisan
Etnografi bangsa Tiongkok ditemukan pada zamann dinasti Han, yang membahas
mengenai bangsa Han Nu yang berada di batas Tiongkok sebelah Barat Daya.
Dari seorang Arab yang bernama Ibnu Batutah, kita juga bisa mendapati tulisan
Etnografi. Ia mengembara di daerah-daerah di Asia Tenggara, sehingga banyak
mengetahui negari-negeri tersebut.
Dan di saat Konstantinopel diduduki oleh Turki pada tahun 1453, Eropa Barat tidak
dapat berdagang lagi dengan dunia Timur melalui jalur tradisionil. Lalu mereka mencari
jalan baru dengan berpencar secara berkelompok. Ada kelompok yang melalui Kutub
Utar, ada yang melewati Afrika Selatan, adapula yang mencoba berlayar ke Barat. Setiap
8. 9
kelompok diikuti oleh paderi-paderi katolik. Dari Paderi-paderi katolik-lah kita mendapati
etnografi dari berbagai bangsa dan suku bangsa.
Marcopolo ( Polo ) juga ikut menyumbang tulisan-tulisan Etnografi. Ia menyusun
kitab yang berjudul “Kitab tentang Kerajaan dan keajaiban di dunia Timur”, diterbitkan
tahun 1447. Polo dan keluarga mengembara di Asia selama 20 tahun, mereka tinggal di
Istana Khubilai Khan. Disinilah ia menemukan perbedaan-perbedaan kebiasaan dengan
dunia Barat. Misalnya, uang yang dibuat dari kertas dan diberi cap dan ditanda-tangani,
yang mempunyai bermacam-macam nilai. Dari catatannya, diketahui bahwa Marcopolo
pernah singgah di Indonesia. Polo berlayar dari pantai laut Tiongkok Selatan menuju
Pantai Jazirah Malaya kemudian menyusuri pantai pulau Sumatera menuju ke utara.
Singgah di sebekah pelabuhan Ferlec atau Perlak. Marcopolo menulis semua
pengalamannya itu saat ia dipenjara di Genoa, saat terjadi perang antara Venesia-Genoa.
Jadilah tulisan-tulisan tersebut menjadi Etnografi yang baik.
Penulisan-penulisan Etnografi pada waktu itu masih bersifat subyektif, dan penilaian-
penilaian yang digunakan dalam melihat kejadian amat dipengaruhi oleh pikiran dan
kepercayaan yang berlaku pada zaman itu. Sebagai contoh pada Abad Pertengahan.
Pandangan hidup pada Abad Pertengahan adalah Theosantris yaitu kebudayaan yang
berpusat pada gereja. Gereja mengatur masyarakat dengan ajaran bahwa aturan social itu
tidak dapat salah.
Sejak jatuhnya imperium Romawi, pengaruh gereja semakin besar, dan puncaknya
pada abad ke-13. filsafat gereja mendapat kebesaran dalm pekerjaan Thomas Aquinas.
Meski teori pada waktu itu bersifat spekulatif, yaitu ditujukan untuk memperkuat ajaran
yang diajukan oleh kitab suci dan tafsirannya, tetapi penyelidikan Etnologi mulai tumbug
dan maju.
Yang pertama melakukan adalah Yoseph Francis Lafitau, seorang padri dari orde
Jezuit bangsa Perancis, bekerja di Kanada sebagai missi agama. Ia menyelidiki tentang
berbagai persamaan antara kebiasaan, tatasusila orang-orang Indian dengan adapt-istiadat
bangsa dari zaman kuno di Eropa. Kemudian ia membaut sebuah buku yang berjudul
“Moeurs des souvages americains compares aux moeurs des premiers temps” (1724).
Bahan perbandingan yang dihunakan Lafitu hanya bangsa Indian yang hendak
dinasranikan.
Birkert Smith berpendapat bahwa ahli etnologi zaman modern adalah Jens Kreft, guru
besar akademi di Soro. Kitabnya berjudul “Sejarah pendek tentang lembaga-lenbaga yang
terpenting, adapt dan pandangan-pandangan orang liar” (1760). Buku itu kemudian
9. 10
diterjamahkan kedalam bahasa Jerman, dengan nama “Dia Sitten der Wilden” (1766). Ia
menulis tentang 2 bangsa Indian, yaitu bangsa Lule dan bangsa Caingua di Amerika, yang
ia sangka kedua bangsa itu masih mempunyai kebudayaan yang sangat rendah. Namun
setelah kedua bangsa itu ia selidiki, ternyata kebudayaan bangsa-bangsa tersebut tidak
serendah yang ia sangka. Jens Kreft adalah orang yang pertama kali menulis buku etnologi
umum dengan memperhatikan tentang kehidupan ekonomi masyarakat, agama dan
kesenian.
Adolf Bastian adalah orang yang mendorong penelitian yang bersifat lebih ilmiah dan
sistematis, memberikan dasar pada kepada pandangan kesatuan dari kebudayaan.
Volkergedanken timbul dari Elementargedanken, pengaruh dari milleau geografis yang
menyebabkan keanekaragaman kebudayaan. Tiap-tiap kebudayaan akan berkembang
sesuai dasar dan lingkungannya.
Penyelidikan tentang Antropologi lebih pesat setelah diketahuinya hubungan antara
bahsa Sansekerta, bahasa Latin, Yunani dan Germania. Maka muncul penyelidikan
bersifat histories komparatif. Didirikan juga museum-museum dan lembaga-lembaga
etnologi. Museum-museum itu diantaranya:
Museum Etnografi ( G.J. Thomson ) di Kopenhagen.
Museum Etnologi di Hamburg 1850
The Peabody Museum Of Archeolohy and Ethnology di Harvard 1866
American Etnological society di New York 1842
Etnological society of London di Inggris 1843
The Bereau of American Ethnology tahun 1875
Pada abad 20 perkembangan penyelidikan etnologi semakin pesat, pusat penelitian
perkembangan etnologi dan antropologi sudah tersebar di Negara-negara Amerika Serikat,
Inggris, Afrika Selatan, Australia, Eropa Barat, Tengah dan Utara.
Di Indonesia penelitian perkembangan etnologi atau antropologi social yang
dikerjakan oleh universitas baru dimulai setelah Perang Dunia 2, dengan berdirinya
Lembaga Penyelidikan Bahasa dan Budaya ( Instituut voor Taal en Cultuur Onderzoek ) di
Universitas Indonesia.
Mengenai sejarah pikiran-pikiran Antropologi sejak pertengahan abad 19, sejak ilmu
ini berdiri secara otonom dan dipelajari secara khusus.
10. 11
C. SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
BUDAYA
FASE PERTAMA( Sebelum 1800 )
Sejak akhir abad ke-15, bangsa Eropa berlomba untuk menjelajahi suku-suka bangsa
pribumi Afrika, Asia, dan Amerika. Setelah melalui proses panjang, kira-kira 4 abad
lamanya, pengaruh Negara-negara Eropa Barat pun mulai menyebar di berbagai belahan
dunia. Sehingga banyak terdapat kumpulan buku yang berupa himpunan besar dari bahan
pengetahuan berupa diskripsi tentang keanekaragaman suku bangsa pribumi Afrika,
Asia, dan Amerika baik dari adapt istiadat, susunan masyarakat, maupun bahasa dan
cirri-ciri fisik. Hal itu menimbulkan ketertarikan bangsa Eropa, karena semua itu sangat
berbeda dengan keadaan bangsa Eropa. Bahan pengetahuan itu disebut bahan Etnografi,
yaitu diskripsi tentang bangsa-bangsa. Sejak abad 18, kalangan terpelajar Eropa Barat
tertarik untukmempelajari bahan-bahan Etnografi itu. Mereka menganggap bahan
Etnografi itu penuh dengan keanehan.
Dalam bangsa Eropa timbul 3 sikap yang bertentangan terhadap bangsa Asia, Afrika,
Oseania dan orang-orang Indian di Amerika, yaitu :
i. Beberapa orang Eropa melihat sifat buruk bangsa tersebut . bangsa Eropa
menganggap mereka adalah manusia liar ( savages, primitive )
ii. Beberapa orang Eropa melihat sifat baik bangsa tersebut . mereka beranggapan
masyarakat bangsa tersebut adalah masyarakat yang masih murni, belum tercemar
oleh keburukan-keburukan seperti halnya masyarakat Eropa saat itu.
iii. Beberapa orang Eropa tertarik dengan adapt istiadat bangsa-bangsa tersebut, yang
mereka anggap aneh. Mereka mengumpulkan benda-benda kebudayaan bangsa
tersebut, menghimpunnya dan menempatkannya di mudeum, agar bias
dilihat orang banyak. Maka muncullah museum-museum pertama
tentang kebudayaan bangsa-bangsa luar Eropa.
Pada awal abad 19, muncul perhatian yang sangat besar terhadap
etnografi tersebut. Timbul usaha-usaha dari dunia ilmiah untuk
mengintegrasikan himpunan pengetahuan Etnografi menjadi satu.
11. 12
FASE KEDUA
Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun menjadi
sebuah karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan cara
berfikir evolusi masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kenudayaan sangatlah
lambat. Di mulai dari tingkat terrendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di
tingkat tertinggi. Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia
zaman dahulu, mereka adalah salah satu contoh masyarakat primitive. Dan contoh untuk
masyarakat yang ada di tingkat tinggi adalah bangsa Eropa sendiri.
Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di
dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi.
Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan tentang
sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang tidak
mempunyai tujuan secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di kalangan
sarjana universitas.
Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari
masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman
tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
FASE KETIGA
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang bertujuan
mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna
kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat masa
kini yang kompleks. Berikut panjalasannya :
Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya
di daerah-daerah jajahannya di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat
penting karena menyangkut juga tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan
bangsa-bangsa di luar Eropa, yang masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks.
Ilmu antropologi nerkembang di negara-negara pemjajah, terutama Inggris. Bahkan
berkembang juga di negara Amerika Serikat, yang bukan merupakan negara kolonial.
12. 13
FASE KEEMPAT
Ilma Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, diantaranya
pengetahuan yang jauh lebih teliti fan metode-metode ilmiahnya yang semakin tajam.
Perkembangan ini menyebabkan :
1. Timbulnya antipati kolonialisme serelah Perang Dunia
2. sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang
setelag perang dunia 2.
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok
yang baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok
tujuan yang baru itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli
antropologi dari negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak
hanya tertuju pada penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan di
Eropa, seperti bangsa Irlandis, Flam, Soami, dll. Ilmu Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :
1. Tujuan akademis : mempelajari pengertian manusia beserta bentuk fisik
masyarakat dan kebudayaannya.
2. Tujuan praktis : mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku
bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
ANTROPOLOGI MASA KINI
Di Amerika Serikat, ilmu Antropologi telah mengintegrasikan semua bahan dan
metode dari ilmu antropologi dalam fase pertama hingga ketiga, ditambah spesialisasi-
spesilisasi yang dikembangkan untuk mencapai pengertian dasar dari berbagai bentuk
masyarakat dan budaya manusia saat ini. Fase keempat dari ilmu Antropologi telah
dikembangkan juga di berbagai universitas di Amerika.
Di Inggris dan Australia, sifat ilmu Antropologi berubah, karena sebagai dampak dari
hilangnya daerah-daerah jajahan Inggris. Sarjana antropologi bangsa Australia mempelajari
suku bangsa asli di Papua Nugini dan Kepulauan Melanesia untuk keperluan pemerintah
jajahannya. Metode-metode antropologi yang telah berkembang di Amerika juga ikut
berkembang di Inggris, terbukti dengan penelitian sarjana antropologi Inggris mengenai dasar
masyarakat dan kebudayaan manusia di daerah jajahan yang sudah merdeka.
13. 14
Di Eropa Tengah sifat antropologi fase yang kedua masih dilakukan. Yaitu yang
bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran
kebudayaan manusia. Di Eropa Utara ilmu antropologi bersifat akademikal, yaitu
mempelajari manusia, bentuk fisik serta kebudayaannya. Di Uni Soviet ilmu antropologi
tidak terlalu dikenal karena Uni Soviet seakan-akan mengisolasi diridari dunia lain pada
tahun 1960.
14. 15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sosiologi sebagai Ilmu tentang Masyarakat. Sejumlah ilmuwan berusaha
menjelaskan adanya hubungan antarmanusia dan perilaku sosial budaya melalui
kehidupan bermasyarakat dan yang sekarang di kenal sebagai ilmu sosiologi.
Etnografi merupakan bagian-bagian dari Antropologi, yang telah lama
dikerjakan orang-orang dari berbagai bangsa. Sebagai contoh, telah ditemukannya
tulisan-tulisan Herodotus di dunia barat. Herodotus adalah seorang berkebangsaan
Yunani, beliau disebut sebagai bapak dari sejarah dan Etnografi. Penulisan pada masa
itu masih bersifat sangat subyektif dan mengandung sifat purbasangka dan
etnosentrisme. Herodotus berpendapat bahwa orang-orang Mesir, Libya, dan Persia
itu belum beradab. Pepatah mengatakan bahwa yang beradab itu hanya bangsanya
sendiri, sedangkan bangsa lain belum beradab. Herodotus memandang aneh
kebiasaan-kebiasaan orang-orang asing yang bukan termasuk bangsanya, maka dia
mencatat adapt kebiasaan orang-orang tersebut dan ingin mempelajarinya lebih dalam
lagi.
Di Amerika Serikat, ilmu Antropologi telah mengintegrasikan
semua bahan dan metode dari ilmu antropologi dalam fase pertama
hingga ketiga, ditambah spesialisasi-spesilisasi yang dikembangkan untuk
mencapai pengertian dasar dari berbagai bentuk masyarakat dan budaya
manusia saat ini. Fase keempat dari ilmu Antropologi telah
dikembangkan juga di berbagai universitas di Amerika.
15. 16
DAFTAR PUSTAKA
http://monster007.blogdetik.com/menulis-karya-ilmiah/sejarah-perkembangan-
sosiologi/
Harsojo, Prof. 1982. Pengantar Antropologi. Bandung: Bina Cipta
http://www.untukku.com/artikel-untukku/sejarah-dan-perkembangan-
antropologi-untukku.html
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/04/fase-fase-perkembangan-ilmu-
antropologi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi
Koentjaraningrat.1986.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: aksara baru