Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx

Filsafat Ilmu Pengetahuan

MAKALAH
BAHASA DALAM URAIAN KEFILSAFATAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan
Dosen Pengampu: Muchamad Ridwan, S.EI., M.Mkom
Disusun Oleh :
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
DHARMA NEGARA
BANDUNG
2023
Ema Delia 6120122076
Filgia Muhammad Naufal 6120122071
Rendi Destian 6120122067
Sri Susanti 6120122068
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan YME atas ridha dan
rahmat-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa,
kami mengucapkan terima kasih kepada Muchamad Ridwan, S.EI., M.Mkom selaku
dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
pengetahuan dengan judul "Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan”, semoga dapat
memberikan informasi atau pengetahuan bagi pembaca akan topik yang menjadi
pembahasan dalam makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan
dan kesalahan dalam karya tulis yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf
atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh
penulis guna meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
ABSTRAK........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
A. Pengertian Filsafat ........................................................................................................ 3
B. Hubungan Fungsional Filsafat dan Bahasa.................................................................... 5
C. Pengertian Filsafat Bahasa.......................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 15
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16
iii
ABSTRAK
Tujuan penulisan Makalah ini adalah agar kita lebih dalam lagi mengetahui apasih
hubungan antara filsafat dengan bahasa, apasaja peranan filsafat dan apa kaitannya anatar
filsafat dengan bahasa. Hubungan Filsafat dengan bahasa sejak dahulu telah menjadi
perbinjanngan para filsuf, bahkan telah terjadi sejak zaman yuani.
The purpose of writing this paper is for us to understand more deeply what the
relationship between philosophy and language is, what the role of philosophy is and what the
relationship between philosophy and language is. The relationship between philosophy and
language has long been a topic of discussion among philosophers, even since Greek time.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap makhluk hidup di dunia ini memiliki alat komunikasi yang bisa
digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi sesamanya. Alat
komunikasi manusia yaitu bahasa. Karena bahasa merupakan sesuatu yang
ada, maka bahasa juga menjadi salah satu objek kajian filsafat, bahkan bahasa
juga menjadi alat untuk berfilsafat. Bahasa dan filsafat adalah dua hal yang
senantiasa berkaitan dan sulit untuk dipisahkan. Pengkajian bahasa telah
berlaku sepanjang sejarah filsafat, bahkan bahasa menjadi tema yang menarik
dan memainkan peran yang penting dalam kajian ilmu filsafat semenjak abad
ke-20 hingga sekarang.
Hubungan bahasa dengan filsafat sangat dekat dan sangat erat karena
para filsus berpikir dan menuangkan hasil pemikirannya mengenai segala
sesuatu dalam bentuk ungkapan-ungkapan dan satuan-satuan bahasa.
Apapun yang mereka pikirkan, hasilnya tentu disampaikan kepada orang lain
dalam bentuk bahasa. Perhatian filsuf terhadap bahasa semakin besar. Mereka
sadar bahwa dalam kenyataannya, banyak persoalan filsafat, konsep filosofis
akan menjadi jelas dengan menggunakan analisis bahasa.
Gaya berfilsafat lain lagi tampak pada filsuf yang mencurahkan segala
perhatian dan waktunya dengan menganalisis bahasa. Dan mereka
melakukan hal itu betul-betul sebagai ahli filsafat, bukan sebagai ahli
lingkuistik. Usahanya adalah menyelidiki makna kata-kata yang kita pakai
dan cara-cara untuk menggunakan bahasa. Pada abad ke-20 gaya berfilsafat
ini terutama menjadi popular di negara-negara Anglo-Saxon dengan analytical
philosophy. Di sini orang yang pengaruhnya amat besar adalah filsuf Australia-
Inggris Ludwig Wittgenstrein (1998-1952). Pernah ia menegmukakan dalil:
“Alle Philosophie ist Sprachkritik” (Tractatus logico Philosopicus, 4.0031) (Semua
filsafat adalah kritik atas bahasa).
2
B. Rumusan Masalah
1. Pergertian dari filsafat
2. Hubungan fungsional filsafat dan bahasa
3. Pengertian filsafat dalam bahasa
C. Tujuan Penulisan Makalah
Penulis dalam makalah ini ingin memaparkan tentang pengertian
filsafat, filsafat bahasa, serta hubungan fungsional filsafat dan bahasa sebagai
kontribusi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, di samping kajian yang
dimaksud sebagai tugas mata kuliah filsafat bahasa dengan harapan
mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang filsafat bahasa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padan kata falsafah
(Arab), philosophy (Inggris), philosophia (Latin) dan philosophie (Jerman,
Belanda, dan Perancis). Semua istilah itu secara historis-sosiologis berasal dari
bahasa Yunani yaitu philosopia, yang merupakan gabungan dua kata: Philo
dan Shopia. Philo berarti cinta, dan sophia berarti kebijaksanaan yang
mencakup pengetahuan, keterampilan, pengalaman, intelegensi). Jadi
pengertian filsafat secara etimologi berarti mencintai kebijaksanaan (the love
and pursuit of wisdom).
Menurut tradisi filsafat kuno, konon istilah Yunani philosophia
digunakan Phytagoras untuk menyebut gerak pencarian akan kebijaksanaan
dan kebenaran yang bisa dilakukan manusia. Kebijaksanaan dalam bentuk
utuh dan sempurna hanya ada pada yang Ilahi, sementara manusia yang
terbatas sudah merasa puas dengan menegaskan diri sebagai pencinta bukan
pemilik kebijaksanaan dan kebenaran mutlak. Dengan akal budinya, manusia
hanya mampu mendekatkan diri kepada kebenaran mutlak, ia tidak akan
pernah meraihnya secara lengkap dan sempurna.
Manusia bukanlah sophos (sang pemilik kebijaksanaan dan kebenaran
mutlak) melainkan hanya philosophos (sang pencinta kebijaksanaan dan
pencari kebenaran). Dengan kata lain philosophos adalah orang yang
mencintai kebijaksanaan dan pencari kebenaran, bukan orang yang sudah
memiliki kebijaksanaan dan kebenaran secara lengkap. Filsafat adalah sebuah
dambaan yang hanya mungkin hadir jika masih ada sesuatu yang belum
selesai; masih ada sesuatu yang belum tuntas; masih ada sesuatu yang dicari;
dan masih ada sesuatu kekurangan.
Sedangkan pengertian filasafat secara istilah terdapat beberapa
pendapat para filsuf sebagai berikut:
4
a. Menurut Socrates (469-339 SM) filsafat sebagai suatu peninjauan diri
yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari
kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life).
Dari makna filsafat yang dikemukakan oleh Socrates maka tidak
berlebihan jika ia mengeluarkan statement: The unexamined life is not
worth living (kehidupan yang tidak teruji dan tidak pernah
dipertanyakan, merupakan kehidupan yang tidak berharga).
b. Plato (427-347 SM) memandang filsafat sebagai visi yaitu visi tentang
kebenaran (the vision of truth). Visi dalam perspektif Plato di sini tidak
semata-mata bersifat intelektual dan juga bukan sekedar
kebijaksanaan, melainkan cinta terhadap kebijaksanaan (it is not
merely wisdom, but love of wisdom).
c. Friedrich Hegel (1170-1831) mendefinisikan filsafat sebagai “Die
denkende betrachtung der gegenstande”, the investigation of things by
thought and contemplation (penyelidikan hal-hal dengan pemikiran
dan perenungan).
d. Bertrand Russell (1872-1970) menganggap filsafat sebagai suatu kritik
terhadap pengetahuan, karena filsafat memeriksa secara kritis asas-
asas yang dipakai ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari, dan mencari
sesuatu ketakselarasan yang dapat terkandung dalam asas-asas itu.
Selain itu, Russell juga menyatakan bahwa filsafat merupakan sebuah
upaya untuk menjawab pertanyaan puncak secara kritis (the attempt
to answer ultimate question critically).
e. Theodore Brameld merumuskan filsafat sebagai usaha yang gigih dari
orang-orang biasa maupun orang-orang cerdik pandai untuk
membuat kehidupan sedapat mungkin dapat dipahami dan bermakna
(the persistent effort of both ordinary and sophisticated people to make
life as intelligible and meaningful as possible).
f. Harold H. Titus merumuskan filsafat sebagai suatu proses perenungan
dan pengkritisan terhadap keyakinan-keyakinan kita yang dianut
5
paling dalam (a process of reflecting upon and criticizing our most
deeply held beliefs).
g. Menurut Louis O. Kattsoff filsafat merupakan suatu analisis secara
hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan
penyusunan secara sengaja serta sistematis atas suatu sudut
pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Dan hendaknya
diingat bahwa kegiatan yang kita namakan kegiatan kefilsafatan itu
sesungguhnya merupakan perenungan atau pemikiran.
h. Menurut Al-farabi, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
i. Ibnu Rushd (1126-1198) mengemukakan filsafat adalah hikmah yang
merupakan pengetahuan otonom yang perlu ditimba oleh manusia
sebab dikarunia oleh Allah dengan akal. Filsafat diwajibkan pula oleh
Al-Qur’an agar manusia dapat mengagumi karya Tuhan dalam
persada dunia.
Berdasarkan gagasan di atas, dapat filsafat adalah cinta terhadap
pengetahuan atau cinta terhadap kebijaksanaan. Filsafat berkaitan dengan
aktifitas, kegiatan, atau upaya sadar dalam rangka mencari kebenaran dan
memikirkan sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal
sehingga mencapai hakikat segala sesuatu tersebut.
B. Hubungan Fungsional Filsafat dan Bahasa
Manusia pada umumnya mengangap bahasa biasa-biasa saja. Coba
bayangkan bila bahasa tiba-tiba menghilang dari kehidupan manusia! Dengan
bahasa seorang bayi menangis untuk mengekspresikan dahaga atau perlu
ganti diaper. Dengan bahasa, seorang filsuf menemukan ekspresi atau nama
untuk merujuk sebuah konsep.
Bahasa tidak sekedar urutan bunyi yang dapat dicerna secara empiris, tetapi
juga kaya dengan makna yang sifatnya non-empiris. Dengan demikian bahasa
adalah sarana vital dalam berfilsafat, yakni sebagai alat untuk mewujudkan
6
pikiran tentang fakta dan realitas yang direpresentasi lewat simbol bunyi.
Tanpa bahasa para filusuf tidak akan pernah berfilsafat.
Bahasa tidak saja sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses
hubungan antarmanusia, tetapi, bahasa pun mampu mengubah seluruh
kehidupan manusia. Artinya, bahwa bahasa merupakan aspek terpenting dari
kehidupan manusia. Kearifan Melayu mengatakan : “Bahasa adalah cermin
budaya bangsa, hilang budaya maka hilang bangsa”. Jadi bahasa adalah sine
qua non, suatu yang mesti ada bagi kebudayaan dan masyarakat manusia.
Bagaimanapun alat paling utama dari filsafat adalah bahasa. Tanpa
bahasa, seorang filsuf (ahli filsafat) tidak mungkin bisa mengungkapkan
perenungan kefilsafatannya kepada orang lain. Tanpa bantuan bahasa,
seseorang tidak akan mengerti tentang buah pikiran kefilsafatan.
Louis O. Katsooff berpendapat bahwa suatu sistem filsafat sebenarnya
dalam arti tertentu dapat dipandang sebagai suatu bahasa, dan perenungan
kefilsafatan dapat dipandang sebagai suatu upaya penyusunan bahasa
tersebut. Karena itu filsafat dan bahasa senantiasa akan beriringan, tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Hal ini karena bahasa pada hakikatnya merupakan
sistem simbol-simbol. Sedangkan tugas filsafat yang utama adalah mencari
jawaban dan makna dari seluruh simbol yang menampakkan diri di alam
semesta ini. Bahasa juga adalah alat untuk membongkar seluruh rahasia
simbol-simbol tersebut.
Menurut para filsuf, tugas filsafat adalah membangun dan dan
mengembangkan bahasa yang dapat mengatasi kelemahan dalam bahasa
sehari-hari. Dengan kerangka bahasa tersebut, mereka dapat memahami
hakikat, fakta atau kenyataan dasar tentang struktur metafisis dan realitas
kenyataan dunia yang menjadi perhatian. Hal yang terpenting adalah usaha
untuk membangun dan memperbaharui bahasa yang membuktikan bahwa
perhatian filsafat memang berkenan dengan konsepsi umum tentang bahasa
serta makna yang terkandung di dalamnya.
7
Sebagai bidang filsafat khusus, filsafat bahasa mempunyai
kekhususan, yaitu masalah yang dibahas berkenan dengan bahasa, sehingga
peranan filsafat bahasa jelas sangat penting dalam mengembangkan ilmu
bahasa, karena filsafat bahasa membahas tentang bagaimana suatu ungkapan
bahasa itu mempunyai arti, sehingga analisis filsafat tidak lagi dimengerti atau
dianggap harus didasarkan pada logika teknis, baik logika formal maupun
matematik, tetapi didasarkan pada penggunaan bahasa biasa. Oleh karena itu,
mempelajari bahasa menjadi syarat mutlak apabila ingin membicarakan
masalah-masalah filsafat karena bahasa merupakan alat dasar dan utama
untuk berfilsafat.
Para filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu
istilah dan pemakaian bahasa. Mereka mengatakan bahwa analisis tentang arti
bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai
suatu fungsi filsafat. Para filsuf analitik, seperti G.E. Moore, B. Russel, L.
Wittgenstein, G. Ryle, J.L. Austin berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah
menyingkirkan kekaburan-kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah
atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam
kehidupan sehari-hari. Maka mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan
laboratorium para filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan ide-
ide.
Menganalisis berarti menetapkan arti secara tepat dan memahami
saling berhubungan di antara pengertian-pengertian tersebut. Misalnya kata
“ada” apabila dianalisis ternyata dapat mengandung berbagai ragam
pengertian. Apakah adanya Tuhan sama dengan adanya manusia?,
seandainya dikatakan meja itu ada, apakah sama dengan adanya manusia?.
Dengan demikian, kata “ada” dapat berarti ada dalam ruang waktu, ada
secara transenden dan ada dalam pikiran.
Para ahli sudah menyepakati bahwa bahasa berfungsi sebagai alat
untuk mengekspresikan persaan dan pikiran. Terlihat adanya hubungan erat
antara bahasa dan filsafat. Ahmad Abdurrahman Hamad dalam bukunya Al-
8
‘Alaqah bayn al-lughah wa al-Fikr, menggambarkan hubungan tersebut
bagaikan satu mata uang yang mempunyai dua sisi. Ketika bahasa berfungsi
sebagai alat berpikir ilmiah, mucul problem yang serius, ini bisa diselesaikan
dengan bantuan filsafat. Begitu juga ketika filsafat sampai pada rumusan
konsep yang rumit, bahasa juga mengalami persoalan, yaitu bahasa sering
kurang mampu menggambarkan isi konsep itu. Bahasa dalam hal ini harus
mencari kata dan susunan baru untuk menggambarkan isi konsep tersebut.
Di antara permasalahan yang dihadapi bahasa ialah dalam
pemeliharaannya. Bahasa sering tidak mampu membebaskan diri dari
gangguan pemakainya. Orang awam sering merusak bahasa, mereka
menggunakan bahasa tanpa mengikuti kaidah yang benar. Kerusakan bahasa
tersebut biasanya disebabkan oleh tidak digunakannya kaidah filsafat.
Kekeliruan dalam berbahasa melahirkan kekeliruan dalam berpikir.
Filsuf adalah orang bijaksana yang tentu harus menggunakan bahasa
yang benar. Bahasa yang benar itu akan mampu mewakili konsep logis yang
dibawakannya, karena itu pada logika ditemukannya kaitan erat antara
bahasa dan filsafat. Dan pada logika pula ditemukan manfaaf konkret bahasa.
Peran logika dalam bahasa ialah memperbaiki bahasa, logika juga dapat
mengetahui kesalahan bahasa.
Kerja filsafat dimulai dari suatu pernyataan kritis tentang sesuatu
realitas yang tidak hanya mempertanyakan tentang dunia yang konkret, tetapi
juga sebagian realitas yang oleh sebagian orang dianggap tabu untuk
dipertanyakan. Bagi filsafat seluruh realitas adalah layak untuk
dipertanyakan. Bagi filsafat pertanyaan itu bukanlah sekedar bertanya, tapi
diharapkan berupa pertanyaan yang kritis tentang apa saja.
Menurut Franz Maganis-Suseno, yang membedakan jawaban-jawaban
filsafat dengan dan jawaban spontan adalah bahwa jawaban filsafat harus
dipertanggungjawabkan secara rasional, artinya setiap jawaban harus terbuka
terhadap setiap kritik dan bantahan orang-orang yang tidak sependapat.
9
Itulah sebenarnya roh dan inti dari kerja filsafat. Jika jawaban-jawaban filsafat
tidak terbuka maka filsafat sampai saat ini sudah mati ditelan zaman.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah kebahasaan yang
memerlukan analisis atau kerja filsafat dalam memahami dan
memecahkannnya, antara lain :
1. Masalah “bahasa’ pertama dan mendasar adalah apa hakikat bahasa
itu ? mengapa bahasa itu harus ada pada manusia dan merupakan cirri
utama manusia. Apa pula hakikat manusia itu, dan bagaimana
hubungan antara “bahasa” dan “manusia” itu.
2. Apakah perbedaan utama antara “bahasa” manusia dan bahasa di luar
manusia, seperti bahasa binatang dan atau bahasa makhluk lain. Apa
persamaannya dan apa pula perbedaannya.
3. Apa hubungan antara bahasa dan akal, dan juga apa hubungannya
antara bahasa dengan hati, intuisi dan fenomena batin manusia
lainnya.
Problem-problem tersebut, merupakan sebagian dari contoh-contoh
problematika kebahasaan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-
usaha pemikiran yang dalam dan sistematis atau analisis filsafat.
Agar ada sedikit gambaran, berikut ini akan diuraikan secara singkat
mengenai hubungan fungsional antara bahasa dan filsafat. Diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Filsafat, dalam arti analisis merupakan salah satu metode yang
digunakan oleh para filosof dan ahli filsafat dalam memecahkan ,
seperti mengenai apakah hakikat bahasa itu, atau pernyataan dan
ungkapan bahasa yang bagaimana yang dapat dikategorikan
ungkapan bahasa bermakna dan tidak bermakna.
2. Filsafat, dalam arti pandangan atau aliran tertentu terhadap suatu
realitas, misalnya filsafat idealism, rasionalisme, realism, filsafat
analitif, Neo-Posotovisme, strukturalisme, posmodernisme, dan
sebagainya, akan mewarnai pula pandangan para ahli bahasa dalam
10
mengembangkan teori-teorinya. Aliran filsafat tertentu akan
mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap
teori-teori kebahasaan yang telah dikembangkan para ahli ilmu bahasa
atas dasar aliran filsafat tersebut. Sebut saja “Sausurian”, adalah suatu
aliran linguistic dan ilmu sastra yang dikembangkan di atas bangunan
filsafat strukturalisme Ferdinand de Saussure.
3. Filsafat, juga berfungsi member arah agar teorai kebahasaan yang telah
dikembangkan para ahli ilmu bahasa, yang berdasarkan dan menurut
pandangan dan aliran filsafat tertentu, memiliki relevansi dan realitas
kehidupan ummat manusia.
4. Filsafat, termasuk juga filsafat bahasa, juga mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori
kebahasan menjadi ilmu bahasa (linguistic) atau ilmu sastra. Suatu
teori kebahasaan yang dikembangkan oleh suatu aliran filsafat
tertentu, akan menghasilkan forma aliran ilmu bahasa tertentu pula.
Hal ini akan sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebahasaan
secara berkelanjutan.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa bahasa dan filsafat memiliki
hubungan atau relasi yang sangat erat, dan sekaligus merupakan hukum
kausalitas (sebab musabbab dan akibat) yang tidak dapat ditolak
kehadirannya. Sebab itulah seorang filsuf (ahli filsafat), baik secara langsung
maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat akrabnya
yang tidak akan terpisahkan oleh siapa pun dan dalam kondisi
bagaimanapun. Bahasa memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan objek
penelitian filsafat, ia juga memiliki kelemahan-kelemahan tertentu
sehubungan dengan fungsi dan perannya yang begitu luas dan kompleks.
Salah satu kelemahannya yaitu tidak mengetahui dirinya secara tuntas dan
sempurna, sebagaimana mata tidak dapat melihat dirinya sendiri.
Realitas semacam itulah, barangkali yang mendorong para filsuf dari tradisi
realisme di Inggris mengalihkan orientasi kajian kefilsafatannya pada analisis
11
bahasa seperti yang telah dilakukan oleh George More (1873-1958), Bertrand
Russel (1872-1970), Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Alfref Ayer (1910- ), dan
yang lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok ini sering
dikelompokkan sebagai aliran baru dalam filsafat, yaitu aliran filsafat analisis
bahasa atau filsafat analitis.
C. Pengertian Filsafat Bahasa
Secara umum, orang akan berasumsi bahwa filsafat bahasa memuat
pengertian penggabungan dua kata “filsafat” dan “bahasa”. Asumsi tersebut
mengacu pada filsafat tentang bahasa atau berfilsafat melalui bahasa. Asumsi
tersebut tidak dapat dipersalahkan meskipun esensinya tidak sesempurna
hakikat filsafat bahasa. Filsafat bahasa yang juga dikenal dengan filsafat
analitik tumbuh dan berkembang di Eropa, terutama di Inggris pada abad ke-
20.
Berdasarkan realitas tersebut, sebelum kita menyetujui salah satu
definisi atau pengertian, sebaiknya terlebih dahulu dilihat beberapa
pandangan para ahli mengenai filsafat bahasa.
Verhaar telah menunjukkan dua jalan yang terkandung dalam istilah
filsafat bahasa, yaitu, pertama, filsafat mengenai bahasa; dan kedua, filsafat
berdasarkan bahasa, dalam hubungannya dengan pengertian pertama,
seorang filsuf sudah tentu mempunyai sebuah sistem yang dipakainya untu
mendekati bahasa sebagai objek khusus, seperti ia dapat mendekati objek-
objek lain dengan berpangkal pada sistem yang sama. Objek dari pengertian
filsafat bahasa sebagai filsafat mengenai bahasa, Verhaar memberikan contoh
ilmu bahasa, dan psikologi bahasa sebagai objek kajiannya,
Sedangkan filasafat bahasa yang diartikan sebagai filasafat
berdasarkan bahasa mengandung pengertian bahwa seorang filsuf itu ingin
berfilsafat dan mencari sebuah sumber yang dapat dijadikan titik pangkal
yang menyediakan bahan-bahan yang diperlukan. Verhar memberikan dua
pengertian bahasa yang dijadikan titik pangkal untuk berfilsafat, yaitu bahasa
12
yang diartikan eksklusif dan bahasa yang diartikan inklusif. Bahasa dalam
pengertian eksklusif ialah bahasa yang didefinisikan sebagai alat komunikasi
sehari-hari, sehingga bahasa tersebut mencerminkan semacam visi kodrati
spontan yang dapat dipakai sebagai sumber berharga dalam filsafat.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa dalam pengertian inklusif ialah
bahasa yang tidak digunakan dalam arti sehari-hari dalam komunikasi,
seperti bahasa tari, bahasa musik, bahasa cinta, bahkan bahasa alam semesta.
Sebagai salah satu cabang filsafat, filsafat bahasa adalah pemecahan
masalah-masalah dan konsep-konsep filsafat melalui analisis bahasa karena
bahasa merupakan sarana yang vital dalam filsafat, misalnya melalui melalui
berbagai macam pertanyaan filosofis, seperti “kebenaran”, “keadilan”,
“kewajiban”, “kebaikan”, dan pernyataan fundamental filosofis lainnya dapat
diuraikan dan dianalisis melalui bahasa atau analisis penggunaan bahasa.
Tradisi inilah menurut para ahli filsafat disebut dengan filsafat analitik atau
filsafat analitik bahasa.
Menurut Rizal Mustansyir, sebagaimana dikutip oleh Asep Ahmad
Hidayat bahwa filsafat bahasa adalah suatu penyelidikan secara mendalam
terhadap bahasa yang dipergunakan dalam filsafat, sehingga dapat dibedakan
pernyataan filsafat yang mengandung makna (meaningfull) dan yang tidak
bermakna (meaningless).
Asep Ahmad Hidayat mengemukakan bahwa pengertian filsafat perlu
adanya pendekatan dari dua pandangan, yaitu filsafat sebagai sebuah ilmu
dan filsafat sebagai sebuah metode. Oleh karena itu, pengertian filsafat bahasa
juga didekati dari dua pandangan tersebut. Jika pengertian filsafat bahasa
dilihat sebagai sebuah ilmu, maka filsafat bahasa ialah kumpulan hasil
pemikiran para filsuf mengenai hakikat bahasa yang disusun secara sistematis
untuk dipelajari dengan menggunakan metode tertentu. Namun, jika filsafat
bahasa diartikan sebagai metode berfikir, maka ia bisa diartikan sebagai
metode berfikir secara mendalam (radikal), logis, dan universal mengenai
hakikat bahasa.
13
A. Joko Wicoyo mendefinisikan filsafat bahasa sebagai bidang filsafat
khusus yaitu masalah bahasa dengan bahasa. Penyataan ini dapat
disederhanakan bahwa filsafat bahasa merupakan penyederhanaan konsep
filsafat melalui alat bantu bahasa. Dengan kata lain, penjabaran nuansa filsafat
melalui medium bahasa.
A. Chaedar Alwasilah dalam bukunya yang berjudul Filsafat Bahasa
dan Pendidikan mengatakan bahwa filsafat bahasa dapat dikelompokkan
kedalam dua kategori besar, pertama, perhatian para filsuf terhadap bahasa
dalam menjelaskan berbagai objek filsafat, baik dari segi objek material
maupun objek formal. Objek material filsafat bahasa adalah bahasa itu sendiri,
sedangkan objek formalnya adalah sudut pandang falsafi terhadap bahasa
tersebut karena tanpa alat bantu bahasa mereka tidak mungkin dapat
menganalisis objek-objek tersebut.
Kedua adalah perhatian terhadap bahasa sebagai objek materi dari
kajian filsafat seperti halnya filsafat hukum, filsafat seni, filsafat manusia,
filsafat agama, dan sejenisnya. Filsafat bahasa atau filsafat bentuk-bentuk
simbolis (philosophy of symbolic forms) berkaitan dengan pertanyaan-
pertanyaan seperti hakikat dan fungsi bahasa, hubungan bahasa dan realitas,
jenis-jenis sistem simbol, dan dasar-dasar untuk mengevaluasi sistem bahasa.
Dari filsafat bahasa dalam pengertian kedua inilah berkembang teori-teori
linguistik selama ini.
Sejauh ini paling tidak ada dua hal yang terkandung dalam filsafat
bahasa, yaitu: pertama, filsafat mengenai bahasa, artinya seorang filsuf sudah
tentu mempunyai sebuah sistem yang dipakainya untuk dapat mendekati
bahasa sebagai suatu objek khusus, dan kedua, filsafat berdasarkan bahasa,
dalam hal ini sang filsuf ingin berfilsafat dan menjadikan bahasa sebagai titik
pangkal untuk berfilsafat. Bahasa dalam hal ini dianggap dapat
mengungkapkan gerak-gerik hati manusia terutama bagaimana dia berpikir,
bagaimana pandangannya mengenai dunia dan manusia itu sendiri, tanpa
terlebih dahulu menyusun sebuah sistemnya.
14
Berdasarkan gagasan di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat bahasa
merupakan sebuah ilmu yang menyangkut berbagai hasil pikiran para filsuf
mengenai hakikat bahasa yang disusun secara sistematis sekaligus sebagai
metode berpikir secara mendalam dan universal mengenai hakikat bahasa
sehingga mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan final, melainkan sebagai
objek sementara agar pada akhirnya dapat diperoleh kejelasan dan kebenaran
hakikat suatu ilmu pengetahuan atau pengetahuan konseptual.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat adalah cinta terhadap pengetahuan atau cinta terhadap
kebijaksanaan. Filsafat berkaitan dengan aktifitas, kegiatan, atau upaya sadar
dalam rangka mencari kebenaran dan memikirkan sesuatu secara mendalam
dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala
sesuatu tersebut.
Bahasa dan filsafat memiliki hubungan atau relasi yang sangat erat, dan
sekaligus merupakan hukum kausalitas (sebab musabbab dan akibat) yang
tidak dapat ditolak kehadirannya. Sebab itulah seorang filsuf (ahli filsafat),
baik secara langsung maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa
sebagai sahabat akrabnya yang tidak akan terpisahkan oleh siapa pun dan
dalam kondisi bagaimanapun
Filsafat bahasa merupakan sebuah ilmu yang menyangkut berbagai
hasil pikiran para filsuf mengenai hakikat bahasa yang disusun secara
sistematis sekaligus sebagai metode berpikir secara mendalam dan universal
mengenai hakikat bahasa sehingga mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan
final, melainkan sebagai objek sementara agar pada akhirnya dapat diperoleh
kejelasan dan kebenaran hakikat suatu ilmu pengetahuan atau pengetahuan
konseptual.
16
DAFTAR PUSTAKA
A. Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosadakarya, 2008.
Abdul, Chaer, Filsafat Bahasa, Jakarta: Rineka Cipta, 2015.
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa,
Makna dan Tanda, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009.
Budi Hardiman, Filsafat Fragmentaris, Yogyakarta: Kanisius, 2007.
Kaelan, Pembahasan Filsafat Bahasa, Yogyakarta: Paradigma, 2013.
Muhammad Khoyin, Filsafat Bahasa: Philosophy of Languange,
Bandung: Pustaka setia, 2013.
Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta: Teras, 2009.
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum: Dari Pendekatan Historis,
Pemetaan Cabang-Cabang Filsafat, Pertarungan Pemikiran, Memahami
Filsafat Cinta, hingga Panduan Berpikir Kritis-Filsufis, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
Zaprulkhan, Filsafat Umum: Sebuah Pendekatan Tematik, Jakarta:
Rajawali, 2013.

Recomendados

Yoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptx por
Yoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptxYoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptx
Yoga Pratama, Hubungan Bahasa dan Filsafat.pptxayyuubi
8 visualizações10 slides
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms por
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, msTugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, msBeautyPuji
231 visualizações88 slides
Hubungan filsafat dan agama por
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaBuyung Iskandar
32K visualizações13 slides
Makalah filsafat por
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafatWarnet Raha
101 visualizações25 slides
Makalah filsafat por
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafatWarnet Raha
122 visualizações25 slides
Makalah filsafat por
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafatSeptian Muna Barakati
215 visualizações25 slides

Mais conteúdo relacionado

Similar a Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx

36413-99553-1-PB.pdf por
36413-99553-1-PB.pdf36413-99553-1-PB.pdf
36413-99553-1-PB.pdfMuhammadHaffiAdriano
75 visualizações5 slides
Filsafat ilmu dan bahasa por
Filsafat ilmu dan bahasaFilsafat ilmu dan bahasa
Filsafat ilmu dan bahasapramithasari27
12.9K visualizações12 slides
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti por
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiSeptian Muna Barakati
318 visualizações20 slides
Tema 1 por
Tema 1Tema 1
Tema 1PutriSakhawati
14 visualizações4 slides
Tema 1 por
Tema 1Tema 1
Tema 1NurulAula2
13 visualizações4 slides
Makalah filsafat por
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafatSeptian Muna Barakati
296 visualizações25 slides

Similar a Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx(20)

Filsafat ilmu dan bahasa por pramithasari27
Filsafat ilmu dan bahasaFilsafat ilmu dan bahasa
Filsafat ilmu dan bahasa
pramithasari2712.9K visualizações
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti por Septian Muna Barakati
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Septian Muna Barakati318 visualizações
Tema 1 por PutriSakhawati
Tema 1Tema 1
Tema 1
PutriSakhawati14 visualizações
Tema 1 por NurulAula2
Tema 1Tema 1
Tema 1
NurulAula213 visualizações
Pengantar Filsafat Pendidikan por Cecep Kustandi
Pengantar Filsafat PendidikanPengantar Filsafat Pendidikan
Pengantar Filsafat Pendidikan
Cecep Kustandi1.1K visualizações
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti por Warnet Raha
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Warnet Raha1.7K visualizações
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti por Septian Muna Barakati
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Septian Muna Barakati301 visualizações
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti por Operator Warnet Vast Raha
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Operator Warnet Vast Raha 13K visualizações
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat por norma 28
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
norma 28475 visualizações
Tema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islam por Munaa
Tema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islamTema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islam
Tema 1 Pengertian Filsafat, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan islam
Munaa 19 visualizações
Filsafat pendidikan por hennyrahmadi
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
hennyrahmadi117 visualizações
Filsafat pendidikan por hennyrizkirahmadi
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
hennyrizkirahmadi1.9K visualizações
1. Filsafat pendidikan.doc por Riska Affriany
1. Filsafat pendidikan.doc1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc
Riska Affriany25 visualizações
Tugas 2 por atikaarfan
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
atikaarfan634 visualizações
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms por dinyrusdiananda
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
dinyrusdiananda124 visualizações

Último

Senyawa Turunan Alkana.ppt por
Senyawa Turunan Alkana.pptSenyawa Turunan Alkana.ppt
Senyawa Turunan Alkana.pptlyricsong1117
12 visualizações40 slides
SEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptx por
SEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptxSEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptx
SEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptxirpandialbantani1
11 visualizações12 slides
PPT PENKOM ALVIN.pptx por
PPT PENKOM ALVIN.pptxPPT PENKOM ALVIN.pptx
PPT PENKOM ALVIN.pptxAlfin61471
16 visualizações9 slides
ADITYA GUSTI R. PPT PENKOM.pptx por
ADITYA GUSTI R. PPT PENKOM.pptxADITYA GUSTI R. PPT PENKOM.pptx
ADITYA GUSTI R. PPT PENKOM.pptxAdityaGustiRamadhan
15 visualizações9 slides
Contoh Soal Ujian Semester Gasal Prakarya.pdf por
Contoh Soal Ujian Semester Gasal Prakarya.pdfContoh Soal Ujian Semester Gasal Prakarya.pdf
Contoh Soal Ujian Semester Gasal Prakarya.pdfPuspita Ningtiyas
44 visualizações6 slides
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ... por
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...Kanaidi ken
28 visualizações70 slides

Último(20)

Senyawa Turunan Alkana.ppt por lyricsong1117
Senyawa Turunan Alkana.pptSenyawa Turunan Alkana.ppt
Senyawa Turunan Alkana.ppt
lyricsong111712 visualizações
SEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptx por irpandialbantani1
SEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptxSEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptx
SEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptx
irpandialbantani111 visualizações
PPT PENKOM ALVIN.pptx por Alfin61471
PPT PENKOM ALVIN.pptxPPT PENKOM ALVIN.pptx
PPT PENKOM ALVIN.pptx
Alfin6147116 visualizações
ADITYA GUSTI R. PPT PENKOM.pptx por AdityaGustiRamadhan
ADITYA GUSTI R. PPT PENKOM.pptxADITYA GUSTI R. PPT PENKOM.pptx
ADITYA GUSTI R. PPT PENKOM.pptx
AdityaGustiRamadhan15 visualizações
Contoh Soal Ujian Semester Gasal Prakarya.pdf por Puspita Ningtiyas
Contoh Soal Ujian Semester Gasal Prakarya.pdfContoh Soal Ujian Semester Gasal Prakarya.pdf
Contoh Soal Ujian Semester Gasal Prakarya.pdf
Puspita Ningtiyas44 visualizações
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ... por Kanaidi ken
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...
Kanaidi ken28 visualizações
Tugas PPT 6_Selviana Fitri_E1G022081.pptx por selvianafitri2k17
Tugas PPT 6_Selviana Fitri_E1G022081.pptxTugas PPT 6_Selviana Fitri_E1G022081.pptx
Tugas PPT 6_Selviana Fitri_E1G022081.pptx
selvianafitri2k1712 visualizações
Kel.10- PBA Presentation.pdf por IBNUFAIZMUBAROK
Kel.10- PBA Presentation.pdfKel.10- PBA Presentation.pdf
Kel.10- PBA Presentation.pdf
IBNUFAIZMUBAROK27 visualizações
PAS Mtk Kls 7,8,9 Ganjil 2023.pdf por ssuser29a952
PAS Mtk Kls 7,8,9 Ganjil 2023.pdfPAS Mtk Kls 7,8,9 Ganjil 2023.pdf
PAS Mtk Kls 7,8,9 Ganjil 2023.pdf
ssuser29a952165 visualizações
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen... por pmgdscunsri
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...
pmgdscunsri9 visualizações
(Fase A ) - Kewirausahaan - Sayurku Bentuk Tanggung Jawab ku.pdf por delimajie08
(Fase A ) - Kewirausahaan - Sayurku Bentuk Tanggung Jawab ku.pdf(Fase A ) - Kewirausahaan - Sayurku Bentuk Tanggung Jawab ku.pdf
(Fase A ) - Kewirausahaan - Sayurku Bentuk Tanggung Jawab ku.pdf
delimajie0810 visualizações
Sumber Daya Kekuatan Pemimpin _Training "Effective Leadership and Supervisory... por Kanaidi ken
Sumber Daya Kekuatan Pemimpin _Training "Effective Leadership and Supervisory...Sumber Daya Kekuatan Pemimpin _Training "Effective Leadership and Supervisory...
Sumber Daya Kekuatan Pemimpin _Training "Effective Leadership and Supervisory...
Kanaidi ken6 visualizações
Latihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptx por rdsnfgzhgj
Latihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptxLatihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptx
Latihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptx
rdsnfgzhgj11 visualizações
Kel.10-PBA.pdf por IBNUFAIZMUBAROK
Kel.10-PBA.pdfKel.10-PBA.pdf
Kel.10-PBA.pdf
IBNUFAIZMUBAROK8 visualizações
Rencana Aksi 2 _ sifat keperiodikan unsur _ Natalia Seran, S.Pd (1).pdf por SolihinSolihin35
Rencana Aksi 2 _ sifat keperiodikan unsur _ Natalia Seran, S.Pd (1).pdfRencana Aksi 2 _ sifat keperiodikan unsur _ Natalia Seran, S.Pd (1).pdf
Rencana Aksi 2 _ sifat keperiodikan unsur _ Natalia Seran, S.Pd (1).pdf
SolihinSolihin356 visualizações
Leadership Communication Skills _Training "Effective Leadership and Superviso... por Kanaidi ken
Leadership Communication Skills _Training "Effective Leadership and Superviso...Leadership Communication Skills _Training "Effective Leadership and Superviso...
Leadership Communication Skills _Training "Effective Leadership and Superviso...
Kanaidi ken8 visualizações
ATP B INDONESIA KELAS 2.docx por madelabak
ATP B INDONESIA KELAS 2.docxATP B INDONESIA KELAS 2.docx
ATP B INDONESIA KELAS 2.docx
madelabak7 visualizações
Latihan 6_ Aldy 085.pptx por justneptun
Latihan 6_ Aldy 085.pptxLatihan 6_ Aldy 085.pptx
Latihan 6_ Aldy 085.pptx
justneptun14 visualizações
MEDIA PEMBELAJARAN HIDROKARBON.pptx por lyricsong1117
MEDIA PEMBELAJARAN HIDROKARBON.pptxMEDIA PEMBELAJARAN HIDROKARBON.pptx
MEDIA PEMBELAJARAN HIDROKARBON.pptx
lyricsong111716 visualizações

Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan.docx

  • 1. MAKALAH BAHASA DALAM URAIAN KEFILSAFATAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan Dosen Pengampu: Muchamad Ridwan, S.EI., M.Mkom Disusun Oleh : PROGRAM STUDI MANAJEMEN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DHARMA NEGARA BANDUNG 2023 Ema Delia 6120122076 Filgia Muhammad Naufal 6120122071 Rendi Destian 6120122067 Sri Susanti 6120122068
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan YME atas ridha dan rahmat-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Muchamad Ridwan, S.EI., M.Mkom selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu pengetahuan dengan judul "Bahasa dalam Uraian Kefilsafatan”, semoga dapat memberikan informasi atau pengetahuan bagi pembaca akan topik yang menjadi pembahasan dalam makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam karya tulis yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii ABSTRAK........................................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3 A. Pengertian Filsafat ........................................................................................................ 3 B. Hubungan Fungsional Filsafat dan Bahasa.................................................................... 5 C. Pengertian Filsafat Bahasa.......................................................................................... 11 BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 15 A. Kesimpulan.................................................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16
  • 4. iii ABSTRAK Tujuan penulisan Makalah ini adalah agar kita lebih dalam lagi mengetahui apasih hubungan antara filsafat dengan bahasa, apasaja peranan filsafat dan apa kaitannya anatar filsafat dengan bahasa. Hubungan Filsafat dengan bahasa sejak dahulu telah menjadi perbinjanngan para filsuf, bahkan telah terjadi sejak zaman yuani. The purpose of writing this paper is for us to understand more deeply what the relationship between philosophy and language is, what the role of philosophy is and what the relationship between philosophy and language is. The relationship between philosophy and language has long been a topic of discussion among philosophers, even since Greek time.
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap makhluk hidup di dunia ini memiliki alat komunikasi yang bisa digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi sesamanya. Alat komunikasi manusia yaitu bahasa. Karena bahasa merupakan sesuatu yang ada, maka bahasa juga menjadi salah satu objek kajian filsafat, bahkan bahasa juga menjadi alat untuk berfilsafat. Bahasa dan filsafat adalah dua hal yang senantiasa berkaitan dan sulit untuk dipisahkan. Pengkajian bahasa telah berlaku sepanjang sejarah filsafat, bahkan bahasa menjadi tema yang menarik dan memainkan peran yang penting dalam kajian ilmu filsafat semenjak abad ke-20 hingga sekarang. Hubungan bahasa dengan filsafat sangat dekat dan sangat erat karena para filsus berpikir dan menuangkan hasil pemikirannya mengenai segala sesuatu dalam bentuk ungkapan-ungkapan dan satuan-satuan bahasa. Apapun yang mereka pikirkan, hasilnya tentu disampaikan kepada orang lain dalam bentuk bahasa. Perhatian filsuf terhadap bahasa semakin besar. Mereka sadar bahwa dalam kenyataannya, banyak persoalan filsafat, konsep filosofis akan menjadi jelas dengan menggunakan analisis bahasa. Gaya berfilsafat lain lagi tampak pada filsuf yang mencurahkan segala perhatian dan waktunya dengan menganalisis bahasa. Dan mereka melakukan hal itu betul-betul sebagai ahli filsafat, bukan sebagai ahli lingkuistik. Usahanya adalah menyelidiki makna kata-kata yang kita pakai dan cara-cara untuk menggunakan bahasa. Pada abad ke-20 gaya berfilsafat ini terutama menjadi popular di negara-negara Anglo-Saxon dengan analytical philosophy. Di sini orang yang pengaruhnya amat besar adalah filsuf Australia- Inggris Ludwig Wittgenstrein (1998-1952). Pernah ia menegmukakan dalil: “Alle Philosophie ist Sprachkritik” (Tractatus logico Philosopicus, 4.0031) (Semua filsafat adalah kritik atas bahasa).
  • 6. 2 B. Rumusan Masalah 1. Pergertian dari filsafat 2. Hubungan fungsional filsafat dan bahasa 3. Pengertian filsafat dalam bahasa C. Tujuan Penulisan Makalah Penulis dalam makalah ini ingin memaparkan tentang pengertian filsafat, filsafat bahasa, serta hubungan fungsional filsafat dan bahasa sebagai kontribusi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, di samping kajian yang dimaksud sebagai tugas mata kuliah filsafat bahasa dengan harapan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang filsafat bahasa.
  • 7. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Filsafat Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padan kata falsafah (Arab), philosophy (Inggris), philosophia (Latin) dan philosophie (Jerman, Belanda, dan Perancis). Semua istilah itu secara historis-sosiologis berasal dari bahasa Yunani yaitu philosopia, yang merupakan gabungan dua kata: Philo dan Shopia. Philo berarti cinta, dan sophia berarti kebijaksanaan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, pengalaman, intelegensi). Jadi pengertian filsafat secara etimologi berarti mencintai kebijaksanaan (the love and pursuit of wisdom). Menurut tradisi filsafat kuno, konon istilah Yunani philosophia digunakan Phytagoras untuk menyebut gerak pencarian akan kebijaksanaan dan kebenaran yang bisa dilakukan manusia. Kebijaksanaan dalam bentuk utuh dan sempurna hanya ada pada yang Ilahi, sementara manusia yang terbatas sudah merasa puas dengan menegaskan diri sebagai pencinta bukan pemilik kebijaksanaan dan kebenaran mutlak. Dengan akal budinya, manusia hanya mampu mendekatkan diri kepada kebenaran mutlak, ia tidak akan pernah meraihnya secara lengkap dan sempurna. Manusia bukanlah sophos (sang pemilik kebijaksanaan dan kebenaran mutlak) melainkan hanya philosophos (sang pencinta kebijaksanaan dan pencari kebenaran). Dengan kata lain philosophos adalah orang yang mencintai kebijaksanaan dan pencari kebenaran, bukan orang yang sudah memiliki kebijaksanaan dan kebenaran secara lengkap. Filsafat adalah sebuah dambaan yang hanya mungkin hadir jika masih ada sesuatu yang belum selesai; masih ada sesuatu yang belum tuntas; masih ada sesuatu yang dicari; dan masih ada sesuatu kekurangan. Sedangkan pengertian filasafat secara istilah terdapat beberapa pendapat para filsuf sebagai berikut:
  • 8. 4 a. Menurut Socrates (469-339 SM) filsafat sebagai suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life). Dari makna filsafat yang dikemukakan oleh Socrates maka tidak berlebihan jika ia mengeluarkan statement: The unexamined life is not worth living (kehidupan yang tidak teruji dan tidak pernah dipertanyakan, merupakan kehidupan yang tidak berharga). b. Plato (427-347 SM) memandang filsafat sebagai visi yaitu visi tentang kebenaran (the vision of truth). Visi dalam perspektif Plato di sini tidak semata-mata bersifat intelektual dan juga bukan sekedar kebijaksanaan, melainkan cinta terhadap kebijaksanaan (it is not merely wisdom, but love of wisdom). c. Friedrich Hegel (1170-1831) mendefinisikan filsafat sebagai “Die denkende betrachtung der gegenstande”, the investigation of things by thought and contemplation (penyelidikan hal-hal dengan pemikiran dan perenungan). d. Bertrand Russell (1872-1970) menganggap filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan, karena filsafat memeriksa secara kritis asas- asas yang dipakai ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari, dan mencari sesuatu ketakselarasan yang dapat terkandung dalam asas-asas itu. Selain itu, Russell juga menyatakan bahwa filsafat merupakan sebuah upaya untuk menjawab pertanyaan puncak secara kritis (the attempt to answer ultimate question critically). e. Theodore Brameld merumuskan filsafat sebagai usaha yang gigih dari orang-orang biasa maupun orang-orang cerdik pandai untuk membuat kehidupan sedapat mungkin dapat dipahami dan bermakna (the persistent effort of both ordinary and sophisticated people to make life as intelligible and meaningful as possible). f. Harold H. Titus merumuskan filsafat sebagai suatu proses perenungan dan pengkritisan terhadap keyakinan-keyakinan kita yang dianut
  • 9. 5 paling dalam (a process of reflecting upon and criticizing our most deeply held beliefs). g. Menurut Louis O. Kattsoff filsafat merupakan suatu analisis secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis atas suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Dan hendaknya diingat bahwa kegiatan yang kita namakan kegiatan kefilsafatan itu sesungguhnya merupakan perenungan atau pemikiran. h. Menurut Al-farabi, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. i. Ibnu Rushd (1126-1198) mengemukakan filsafat adalah hikmah yang merupakan pengetahuan otonom yang perlu ditimba oleh manusia sebab dikarunia oleh Allah dengan akal. Filsafat diwajibkan pula oleh Al-Qur’an agar manusia dapat mengagumi karya Tuhan dalam persada dunia. Berdasarkan gagasan di atas, dapat filsafat adalah cinta terhadap pengetahuan atau cinta terhadap kebijaksanaan. Filsafat berkaitan dengan aktifitas, kegiatan, atau upaya sadar dalam rangka mencari kebenaran dan memikirkan sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala sesuatu tersebut. B. Hubungan Fungsional Filsafat dan Bahasa Manusia pada umumnya mengangap bahasa biasa-biasa saja. Coba bayangkan bila bahasa tiba-tiba menghilang dari kehidupan manusia! Dengan bahasa seorang bayi menangis untuk mengekspresikan dahaga atau perlu ganti diaper. Dengan bahasa, seorang filsuf menemukan ekspresi atau nama untuk merujuk sebuah konsep. Bahasa tidak sekedar urutan bunyi yang dapat dicerna secara empiris, tetapi juga kaya dengan makna yang sifatnya non-empiris. Dengan demikian bahasa adalah sarana vital dalam berfilsafat, yakni sebagai alat untuk mewujudkan
  • 10. 6 pikiran tentang fakta dan realitas yang direpresentasi lewat simbol bunyi. Tanpa bahasa para filusuf tidak akan pernah berfilsafat. Bahasa tidak saja sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses hubungan antarmanusia, tetapi, bahasa pun mampu mengubah seluruh kehidupan manusia. Artinya, bahwa bahasa merupakan aspek terpenting dari kehidupan manusia. Kearifan Melayu mengatakan : “Bahasa adalah cermin budaya bangsa, hilang budaya maka hilang bangsa”. Jadi bahasa adalah sine qua non, suatu yang mesti ada bagi kebudayaan dan masyarakat manusia. Bagaimanapun alat paling utama dari filsafat adalah bahasa. Tanpa bahasa, seorang filsuf (ahli filsafat) tidak mungkin bisa mengungkapkan perenungan kefilsafatannya kepada orang lain. Tanpa bantuan bahasa, seseorang tidak akan mengerti tentang buah pikiran kefilsafatan. Louis O. Katsooff berpendapat bahwa suatu sistem filsafat sebenarnya dalam arti tertentu dapat dipandang sebagai suatu bahasa, dan perenungan kefilsafatan dapat dipandang sebagai suatu upaya penyusunan bahasa tersebut. Karena itu filsafat dan bahasa senantiasa akan beriringan, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini karena bahasa pada hakikatnya merupakan sistem simbol-simbol. Sedangkan tugas filsafat yang utama adalah mencari jawaban dan makna dari seluruh simbol yang menampakkan diri di alam semesta ini. Bahasa juga adalah alat untuk membongkar seluruh rahasia simbol-simbol tersebut. Menurut para filsuf, tugas filsafat adalah membangun dan dan mengembangkan bahasa yang dapat mengatasi kelemahan dalam bahasa sehari-hari. Dengan kerangka bahasa tersebut, mereka dapat memahami hakikat, fakta atau kenyataan dasar tentang struktur metafisis dan realitas kenyataan dunia yang menjadi perhatian. Hal yang terpenting adalah usaha untuk membangun dan memperbaharui bahasa yang membuktikan bahwa perhatian filsafat memang berkenan dengan konsepsi umum tentang bahasa serta makna yang terkandung di dalamnya.
  • 11. 7 Sebagai bidang filsafat khusus, filsafat bahasa mempunyai kekhususan, yaitu masalah yang dibahas berkenan dengan bahasa, sehingga peranan filsafat bahasa jelas sangat penting dalam mengembangkan ilmu bahasa, karena filsafat bahasa membahas tentang bagaimana suatu ungkapan bahasa itu mempunyai arti, sehingga analisis filsafat tidak lagi dimengerti atau dianggap harus didasarkan pada logika teknis, baik logika formal maupun matematik, tetapi didasarkan pada penggunaan bahasa biasa. Oleh karena itu, mempelajari bahasa menjadi syarat mutlak apabila ingin membicarakan masalah-masalah filsafat karena bahasa merupakan alat dasar dan utama untuk berfilsafat. Para filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Mereka mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai suatu fungsi filsafat. Para filsuf analitik, seperti G.E. Moore, B. Russel, L. Wittgenstein, G. Ryle, J.L. Austin berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan-kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Maka mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan laboratorium para filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan ide- ide. Menganalisis berarti menetapkan arti secara tepat dan memahami saling berhubungan di antara pengertian-pengertian tersebut. Misalnya kata “ada” apabila dianalisis ternyata dapat mengandung berbagai ragam pengertian. Apakah adanya Tuhan sama dengan adanya manusia?, seandainya dikatakan meja itu ada, apakah sama dengan adanya manusia?. Dengan demikian, kata “ada” dapat berarti ada dalam ruang waktu, ada secara transenden dan ada dalam pikiran. Para ahli sudah menyepakati bahwa bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan persaan dan pikiran. Terlihat adanya hubungan erat antara bahasa dan filsafat. Ahmad Abdurrahman Hamad dalam bukunya Al-
  • 12. 8 ‘Alaqah bayn al-lughah wa al-Fikr, menggambarkan hubungan tersebut bagaikan satu mata uang yang mempunyai dua sisi. Ketika bahasa berfungsi sebagai alat berpikir ilmiah, mucul problem yang serius, ini bisa diselesaikan dengan bantuan filsafat. Begitu juga ketika filsafat sampai pada rumusan konsep yang rumit, bahasa juga mengalami persoalan, yaitu bahasa sering kurang mampu menggambarkan isi konsep itu. Bahasa dalam hal ini harus mencari kata dan susunan baru untuk menggambarkan isi konsep tersebut. Di antara permasalahan yang dihadapi bahasa ialah dalam pemeliharaannya. Bahasa sering tidak mampu membebaskan diri dari gangguan pemakainya. Orang awam sering merusak bahasa, mereka menggunakan bahasa tanpa mengikuti kaidah yang benar. Kerusakan bahasa tersebut biasanya disebabkan oleh tidak digunakannya kaidah filsafat. Kekeliruan dalam berbahasa melahirkan kekeliruan dalam berpikir. Filsuf adalah orang bijaksana yang tentu harus menggunakan bahasa yang benar. Bahasa yang benar itu akan mampu mewakili konsep logis yang dibawakannya, karena itu pada logika ditemukannya kaitan erat antara bahasa dan filsafat. Dan pada logika pula ditemukan manfaaf konkret bahasa. Peran logika dalam bahasa ialah memperbaiki bahasa, logika juga dapat mengetahui kesalahan bahasa. Kerja filsafat dimulai dari suatu pernyataan kritis tentang sesuatu realitas yang tidak hanya mempertanyakan tentang dunia yang konkret, tetapi juga sebagian realitas yang oleh sebagian orang dianggap tabu untuk dipertanyakan. Bagi filsafat seluruh realitas adalah layak untuk dipertanyakan. Bagi filsafat pertanyaan itu bukanlah sekedar bertanya, tapi diharapkan berupa pertanyaan yang kritis tentang apa saja. Menurut Franz Maganis-Suseno, yang membedakan jawaban-jawaban filsafat dengan dan jawaban spontan adalah bahwa jawaban filsafat harus dipertanggungjawabkan secara rasional, artinya setiap jawaban harus terbuka terhadap setiap kritik dan bantahan orang-orang yang tidak sependapat.
  • 13. 9 Itulah sebenarnya roh dan inti dari kerja filsafat. Jika jawaban-jawaban filsafat tidak terbuka maka filsafat sampai saat ini sudah mati ditelan zaman. Berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah kebahasaan yang memerlukan analisis atau kerja filsafat dalam memahami dan memecahkannnya, antara lain : 1. Masalah “bahasa’ pertama dan mendasar adalah apa hakikat bahasa itu ? mengapa bahasa itu harus ada pada manusia dan merupakan cirri utama manusia. Apa pula hakikat manusia itu, dan bagaimana hubungan antara “bahasa” dan “manusia” itu. 2. Apakah perbedaan utama antara “bahasa” manusia dan bahasa di luar manusia, seperti bahasa binatang dan atau bahasa makhluk lain. Apa persamaannya dan apa pula perbedaannya. 3. Apa hubungan antara bahasa dan akal, dan juga apa hubungannya antara bahasa dengan hati, intuisi dan fenomena batin manusia lainnya. Problem-problem tersebut, merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika kebahasaan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha- usaha pemikiran yang dalam dan sistematis atau analisis filsafat. Agar ada sedikit gambaran, berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai hubungan fungsional antara bahasa dan filsafat. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Filsafat, dalam arti analisis merupakan salah satu metode yang digunakan oleh para filosof dan ahli filsafat dalam memecahkan , seperti mengenai apakah hakikat bahasa itu, atau pernyataan dan ungkapan bahasa yang bagaimana yang dapat dikategorikan ungkapan bahasa bermakna dan tidak bermakna. 2. Filsafat, dalam arti pandangan atau aliran tertentu terhadap suatu realitas, misalnya filsafat idealism, rasionalisme, realism, filsafat analitif, Neo-Posotovisme, strukturalisme, posmodernisme, dan sebagainya, akan mewarnai pula pandangan para ahli bahasa dalam
  • 14. 10 mengembangkan teori-teorinya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori kebahasaan yang telah dikembangkan para ahli ilmu bahasa atas dasar aliran filsafat tersebut. Sebut saja “Sausurian”, adalah suatu aliran linguistic dan ilmu sastra yang dikembangkan di atas bangunan filsafat strukturalisme Ferdinand de Saussure. 3. Filsafat, juga berfungsi member arah agar teorai kebahasaan yang telah dikembangkan para ahli ilmu bahasa, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, memiliki relevansi dan realitas kehidupan ummat manusia. 4. Filsafat, termasuk juga filsafat bahasa, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori kebahasan menjadi ilmu bahasa (linguistic) atau ilmu sastra. Suatu teori kebahasaan yang dikembangkan oleh suatu aliran filsafat tertentu, akan menghasilkan forma aliran ilmu bahasa tertentu pula. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu kebahasaan secara berkelanjutan. Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa bahasa dan filsafat memiliki hubungan atau relasi yang sangat erat, dan sekaligus merupakan hukum kausalitas (sebab musabbab dan akibat) yang tidak dapat ditolak kehadirannya. Sebab itulah seorang filsuf (ahli filsafat), baik secara langsung maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat akrabnya yang tidak akan terpisahkan oleh siapa pun dan dalam kondisi bagaimanapun. Bahasa memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan objek penelitian filsafat, ia juga memiliki kelemahan-kelemahan tertentu sehubungan dengan fungsi dan perannya yang begitu luas dan kompleks. Salah satu kelemahannya yaitu tidak mengetahui dirinya secara tuntas dan sempurna, sebagaimana mata tidak dapat melihat dirinya sendiri. Realitas semacam itulah, barangkali yang mendorong para filsuf dari tradisi realisme di Inggris mengalihkan orientasi kajian kefilsafatannya pada analisis
  • 15. 11 bahasa seperti yang telah dilakukan oleh George More (1873-1958), Bertrand Russel (1872-1970), Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Alfref Ayer (1910- ), dan yang lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok ini sering dikelompokkan sebagai aliran baru dalam filsafat, yaitu aliran filsafat analisis bahasa atau filsafat analitis. C. Pengertian Filsafat Bahasa Secara umum, orang akan berasumsi bahwa filsafat bahasa memuat pengertian penggabungan dua kata “filsafat” dan “bahasa”. Asumsi tersebut mengacu pada filsafat tentang bahasa atau berfilsafat melalui bahasa. Asumsi tersebut tidak dapat dipersalahkan meskipun esensinya tidak sesempurna hakikat filsafat bahasa. Filsafat bahasa yang juga dikenal dengan filsafat analitik tumbuh dan berkembang di Eropa, terutama di Inggris pada abad ke- 20. Berdasarkan realitas tersebut, sebelum kita menyetujui salah satu definisi atau pengertian, sebaiknya terlebih dahulu dilihat beberapa pandangan para ahli mengenai filsafat bahasa. Verhaar telah menunjukkan dua jalan yang terkandung dalam istilah filsafat bahasa, yaitu, pertama, filsafat mengenai bahasa; dan kedua, filsafat berdasarkan bahasa, dalam hubungannya dengan pengertian pertama, seorang filsuf sudah tentu mempunyai sebuah sistem yang dipakainya untu mendekati bahasa sebagai objek khusus, seperti ia dapat mendekati objek- objek lain dengan berpangkal pada sistem yang sama. Objek dari pengertian filsafat bahasa sebagai filsafat mengenai bahasa, Verhaar memberikan contoh ilmu bahasa, dan psikologi bahasa sebagai objek kajiannya, Sedangkan filasafat bahasa yang diartikan sebagai filasafat berdasarkan bahasa mengandung pengertian bahwa seorang filsuf itu ingin berfilsafat dan mencari sebuah sumber yang dapat dijadikan titik pangkal yang menyediakan bahan-bahan yang diperlukan. Verhar memberikan dua pengertian bahasa yang dijadikan titik pangkal untuk berfilsafat, yaitu bahasa
  • 16. 12 yang diartikan eksklusif dan bahasa yang diartikan inklusif. Bahasa dalam pengertian eksklusif ialah bahasa yang didefinisikan sebagai alat komunikasi sehari-hari, sehingga bahasa tersebut mencerminkan semacam visi kodrati spontan yang dapat dipakai sebagai sumber berharga dalam filsafat. Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa dalam pengertian inklusif ialah bahasa yang tidak digunakan dalam arti sehari-hari dalam komunikasi, seperti bahasa tari, bahasa musik, bahasa cinta, bahkan bahasa alam semesta. Sebagai salah satu cabang filsafat, filsafat bahasa adalah pemecahan masalah-masalah dan konsep-konsep filsafat melalui analisis bahasa karena bahasa merupakan sarana yang vital dalam filsafat, misalnya melalui melalui berbagai macam pertanyaan filosofis, seperti “kebenaran”, “keadilan”, “kewajiban”, “kebaikan”, dan pernyataan fundamental filosofis lainnya dapat diuraikan dan dianalisis melalui bahasa atau analisis penggunaan bahasa. Tradisi inilah menurut para ahli filsafat disebut dengan filsafat analitik atau filsafat analitik bahasa. Menurut Rizal Mustansyir, sebagaimana dikutip oleh Asep Ahmad Hidayat bahwa filsafat bahasa adalah suatu penyelidikan secara mendalam terhadap bahasa yang dipergunakan dalam filsafat, sehingga dapat dibedakan pernyataan filsafat yang mengandung makna (meaningfull) dan yang tidak bermakna (meaningless). Asep Ahmad Hidayat mengemukakan bahwa pengertian filsafat perlu adanya pendekatan dari dua pandangan, yaitu filsafat sebagai sebuah ilmu dan filsafat sebagai sebuah metode. Oleh karena itu, pengertian filsafat bahasa juga didekati dari dua pandangan tersebut. Jika pengertian filsafat bahasa dilihat sebagai sebuah ilmu, maka filsafat bahasa ialah kumpulan hasil pemikiran para filsuf mengenai hakikat bahasa yang disusun secara sistematis untuk dipelajari dengan menggunakan metode tertentu. Namun, jika filsafat bahasa diartikan sebagai metode berfikir, maka ia bisa diartikan sebagai metode berfikir secara mendalam (radikal), logis, dan universal mengenai hakikat bahasa.
  • 17. 13 A. Joko Wicoyo mendefinisikan filsafat bahasa sebagai bidang filsafat khusus yaitu masalah bahasa dengan bahasa. Penyataan ini dapat disederhanakan bahwa filsafat bahasa merupakan penyederhanaan konsep filsafat melalui alat bantu bahasa. Dengan kata lain, penjabaran nuansa filsafat melalui medium bahasa. A. Chaedar Alwasilah dalam bukunya yang berjudul Filsafat Bahasa dan Pendidikan mengatakan bahwa filsafat bahasa dapat dikelompokkan kedalam dua kategori besar, pertama, perhatian para filsuf terhadap bahasa dalam menjelaskan berbagai objek filsafat, baik dari segi objek material maupun objek formal. Objek material filsafat bahasa adalah bahasa itu sendiri, sedangkan objek formalnya adalah sudut pandang falsafi terhadap bahasa tersebut karena tanpa alat bantu bahasa mereka tidak mungkin dapat menganalisis objek-objek tersebut. Kedua adalah perhatian terhadap bahasa sebagai objek materi dari kajian filsafat seperti halnya filsafat hukum, filsafat seni, filsafat manusia, filsafat agama, dan sejenisnya. Filsafat bahasa atau filsafat bentuk-bentuk simbolis (philosophy of symbolic forms) berkaitan dengan pertanyaan- pertanyaan seperti hakikat dan fungsi bahasa, hubungan bahasa dan realitas, jenis-jenis sistem simbol, dan dasar-dasar untuk mengevaluasi sistem bahasa. Dari filsafat bahasa dalam pengertian kedua inilah berkembang teori-teori linguistik selama ini. Sejauh ini paling tidak ada dua hal yang terkandung dalam filsafat bahasa, yaitu: pertama, filsafat mengenai bahasa, artinya seorang filsuf sudah tentu mempunyai sebuah sistem yang dipakainya untuk dapat mendekati bahasa sebagai suatu objek khusus, dan kedua, filsafat berdasarkan bahasa, dalam hal ini sang filsuf ingin berfilsafat dan menjadikan bahasa sebagai titik pangkal untuk berfilsafat. Bahasa dalam hal ini dianggap dapat mengungkapkan gerak-gerik hati manusia terutama bagaimana dia berpikir, bagaimana pandangannya mengenai dunia dan manusia itu sendiri, tanpa terlebih dahulu menyusun sebuah sistemnya.
  • 18. 14 Berdasarkan gagasan di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat bahasa merupakan sebuah ilmu yang menyangkut berbagai hasil pikiran para filsuf mengenai hakikat bahasa yang disusun secara sistematis sekaligus sebagai metode berpikir secara mendalam dan universal mengenai hakikat bahasa sehingga mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan final, melainkan sebagai objek sementara agar pada akhirnya dapat diperoleh kejelasan dan kebenaran hakikat suatu ilmu pengetahuan atau pengetahuan konseptual.
  • 19. 15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Filsafat adalah cinta terhadap pengetahuan atau cinta terhadap kebijaksanaan. Filsafat berkaitan dengan aktifitas, kegiatan, atau upaya sadar dalam rangka mencari kebenaran dan memikirkan sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala sesuatu tersebut. Bahasa dan filsafat memiliki hubungan atau relasi yang sangat erat, dan sekaligus merupakan hukum kausalitas (sebab musabbab dan akibat) yang tidak dapat ditolak kehadirannya. Sebab itulah seorang filsuf (ahli filsafat), baik secara langsung maupun tidak, akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat akrabnya yang tidak akan terpisahkan oleh siapa pun dan dalam kondisi bagaimanapun Filsafat bahasa merupakan sebuah ilmu yang menyangkut berbagai hasil pikiran para filsuf mengenai hakikat bahasa yang disusun secara sistematis sekaligus sebagai metode berpikir secara mendalam dan universal mengenai hakikat bahasa sehingga mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan final, melainkan sebagai objek sementara agar pada akhirnya dapat diperoleh kejelasan dan kebenaran hakikat suatu ilmu pengetahuan atau pengetahuan konseptual.
  • 20. 16 DAFTAR PUSTAKA A. Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosadakarya, 2008. Abdul, Chaer, Filsafat Bahasa, Jakarta: Rineka Cipta, 2015. Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009. Budi Hardiman, Filsafat Fragmentaris, Yogyakarta: Kanisius, 2007. Kaelan, Pembahasan Filsafat Bahasa, Yogyakarta: Paradigma, 2013. Muhammad Khoyin, Filsafat Bahasa: Philosophy of Languange, Bandung: Pustaka setia, 2013. Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta: Teras, 2009. Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum: Dari Pendekatan Historis, Pemetaan Cabang-Cabang Filsafat, Pertarungan Pemikiran, Memahami Filsafat Cinta, hingga Panduan Berpikir Kritis-Filsufis, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Zaprulkhan, Filsafat Umum: Sebuah Pendekatan Tematik, Jakarta: Rajawali, 2013.