1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kondisi ideal tentang tujuan pembelajaran matematika kondisi
pembelajaran matematika, dapat menumbuh kembangkan sifat kritis dan analitis.
Pada kenyataannya pembelajaran matematika disekolah-sekolah seperti disekolah
penulis masih memunculkan beberapa masalah seperti, Siswa sering terlambat
masuk kelas waktu jam pelajaran, Siswa sering ribut ketika guru menjelaskan
materi pelajaran, Kesulitan siswa mengerjakan soal logaritma, Siswa sering tidur
dalam proses pembelajaran, sebagian siswa ada yang tidak membuat PR.
Masalah diatas disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1)
Kurangnya motivasi siswa dalam belajar, (2) Kurangnya minat siswa untuk
mengikuti pelajaran, (3) Kurangnya media pembelajaran serta, (4) Fasilitasnya
kurang mendukung.
Diantara permasalahan yang penulis paparkan penulis diatas adalah
Rendahnya kemampuan siswa mengerjakan soal logaritma. Masalah ini tentu
tidak dapat dibiarkan karena berdampak pada, (1) Hasil belajar siswa menurun,
(2) Siswa akan merasa sulit memahami materi berikutnya yang berkaitan dengan
logaritma, (3) Siswa akan sering mencontek temannya dalam meyelesaikan soal
logaritma.
Kegagalan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajarannya akan
membawa dampak yang negatif bagi peserta didik itu sendiri. Salah satu tujuan
pendidikan nasional adalah mewujudkan manusia berilmu pengetahuan agar
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Keberhasilan
belajar tidak lepas dari peran pendidik dalam proses pembelajaran. Untuk
terwujudnya proses pembelajaran, pendidik dituntut untuk mengaktualisasikan
kompetensi secara professional.
2. Pendekatan dan dan metode dalam penyampaian materi pembelajaran di
dominasi dengan berbagai bentuk tindakan untuk mengatasi permasalahan yang
muncul yang diakibatkan atas masalah – masalah tersebut. Guru sebagai tenaga
professional dituntut memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas pokoknya.
Terutama dalam melaksanakan proses pembelajaran, hendaknya guru mampu
mengidentifikasi berbagai cara pemecahannya dalam proses pembelajaran
berikutnya.
Sebagai guru pembimbing pembelajaran matematika penulis mencoba
mencari alternatif solusi pemecahan masalah melalui penggunaan beberapa model
pembelajaran seperti; Group Investigation, Problem Basic Learning, Creative
Problem Solving, Team Group Turnament, Inquiry Training, Problem Based
Instruction, dan masih banyak lagi model pembelajaran yang lain.
Pada penelitian ini penulis menggunakan model pembelajaran group
investigation untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi logaritma.
Adapun alasan pengambilan model ini karena model group investigation memiliki
keunggulan-keunggulan teoritis sebagai berikut: Suatu model pembelajaran pasti
memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan model group
investigation. Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Harisanto, 2005:3), kelebihan
model group investigation adalah sebagai berikut, (1) Memungkinkan siswa untuk
secara aktif melakukan investigasi terhadap suatu topik, sebab group investigation
memfokuskan pada investigasi terhadap suatu topik atau konsep. (2) Group
investigation menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membentuk atau
mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna, (3) Group investigation efektif
dalam membentuk siswa untuk bekerjasama dalam kelompok dengan latar
belakang berbeda (misalnya kemampuan, gender, dan etnis), (4) Group
investigation menyediakan konteks sehingga siswa dapat belajar mengenai dirinya
dan orang lain. Berdasarkan hasil rata-rata ulangan harian siswa kelas X materi
logaritma dapat dijelaskan dalam tabel dibawah ini.
3. kelas Rata-rata nilai siswa
X.1 65,47
X.2 69,32
X.3 70,81
(Sumber : Buku nilai siswa)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah penelitian ini Apakah
penggunaan model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Jujuhan tahun
pelajaran 2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Apakah penggunaan model
pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Jujuhan tahun pelajaran 2017/2018?
1.4 Manfaat Penelitian
a. Untuk guru
Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan
kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan
konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi
pembelajaran bagi kebutuhan peserta didik.
Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik,
menantang, nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena
strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam
pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-
sungguh.
b. Untuk siswa
Meningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.
Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di
sekolah.
4. Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan
pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan, kesenangan dalam diri siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat
meningkat.
c. Untuk sekolah
Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi
masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika
Belajar pada hakikatnya bersifat individual, dalam arti bahwa proses
perubahan dalam tingkah laku atau hasil belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor individu, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Demikian pula
faktor dalam diri siswa antara lain faktor bakat dan kemampuan jelas ada
perbedaan satu sama lain.
Hal tersebut mendorong timbulnya pemikiran baru untuk memperbaiki
proses pembelajaran disekolah. Pemikiran ini mengarah pada perlunya penerapan
strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk
berlatih dan belajar mandiri, dan melibatkan partisipasi siswa secara optimal
dalam proses pembelajaran.
Para guru (pendidik) sebaiknya lebih banyak menempatkan diri sebagai
fasilitator, motivator, dan dinamisator belajar baik secara individual maupun
secara kelompok.
Secara praktis, faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran proses
pembelajaran diantaranya adalah kurangnya perhatian peserta didik terhadap
materi pembelajaran yang diberikan. Sebagian besar peserta didik malas diajak
berpikir analisis pada materi pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan
munculnya sikap pasif, apatis, kurang peduli, masa bodoh, dari peserta didik.
Namun demikian dapat dipahami bahwa munculnya tanda-tanda rendahnya
keterkaitan peserta didik terhadap suatu pelajaran, sumber kesalahannya tidak
hanya terletak pada diri peserta didik. Perlu didasari bahwa keberhasilan dan
kegagalan suatu pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu proses yang
kompleks dan sangat dipengaruhi oleh seluruh komponen yang ada, baik itu
pendidik, peserta didik, bahan ajar, proses belajar, tempat dan waktu belajar, dan
kelengkapan sarana serta prasarana, Suryosubroto (2009:189).
6. Menurut Suherman (2003:8), proses pembelajaran adalah proses pendidikan
dalam lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses
sosialisasi individu siswa dengan lingkup sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas
dan teman sesama siswa.
Rising (Suherman, 2003:17) menyebutkan bahwa matematika adalah pola
berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefenisikan dengan cermat, jelas, dan
akurat, representasinya dengan symbol dan padat lebih berupa bahasa symbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Suherman (2003:27) menyebutkan bahwa belajar matematika bagi para
siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian
maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu.
Dengan demikian pembelajaran matematika adalah serangkaian aktivitas guru
dalam memberikan pengajaran terhadap siswa untuk membangun konsep-konsep
dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses arahan
terbimbing sehingga konsep dan prinsip itu terbangun
Adapun tujuan umum matematika ditekankan kepada siswa untuk
memiliki: Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan
dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang
berkaitan dengan kehidupan nyata, kemampuan menggunakan matematika
sebagai alat komunikasi, kemampuan menggunakan matematika sebagai cara
bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis,
berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin
dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.
Sedangkan ruang lingkup pembelajaran matematika seperti, Standar
kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang
dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata
pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar
beserta hasil belajarnya, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya.
Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada materi didasarkan menurut
disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak
7. dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika
adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, trigonometri, peluang dan
statistik, dan kalkulus.
2.2 Materi logaritma
Logaritma adalah invers dari perpangkatan, yaitu mencari pangkat dari
suatu bilangan pokok sehingga hasilnya sesuai dengan yang telah diketahui.
Fungsi Logaritma adalah fungsi yang peubah bebasnya berupa bentuk logaritma.
Fungsi Logaritma adalah Invers dari fungsi eksponen.
Kesetaraan antara sifat-sifat logaritma dan eksponen.
Sifat kesetaraan tersebut dapat melukiskan bahwa grafik fungsi a log x = y
sebagai hasil pencerminan terhadap garis y = x dari grafik fungsi eksponen y = a
(pangkat) x. Atau Hubungan logaritma dengan eksponen dapat ditulis sebagai
berikut :
Adapun untuk mempermudah menyederhanakan logaritma terdapat rumus-
rumus sebagai berikut:
8. 2.3 Model pembelajaran matematika
Model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang diterapkan atau
dipilih guru dalam menyampaikan materi bahan ajar (Pujiastuti, 2002:148).
2.4 Model Group Investigation
2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation
Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode
ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan
konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif.
Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan
model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari
perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi.
Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan
mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok
adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang
notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar
secara individual.
Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan group
investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam
kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa metode group investigation mempunyai fokus
utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.
2.4.2 Tujuan Model Group Investiagation
Model Grup Investigation paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling
terkait: a) Group Investigasi membantu siswa untuk melakukan investigasi
terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. Hal ini mempunyai implikasi
yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan membentu
9. mencapai tujuan; b) Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang
dilakukan melaui investigasi; c) Group Investigation melatih siswa untuk bekaerja
secara kooperatif dalam memecahkan suatu masalah. Dengan adanya kegiatan
tersebut, siswa dibekali keterampilan hidup (life skill) yang berharga dalam
kehidupan bermasyarakat. Jadi guru menerapkan model pembelajaran GI dapat
mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan, belajar isi dan belajar
untuk bekerjas secara kooperatif.
2.4.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Group Investigatio
Menurut Sharan (dalam Supandi, 2005:6) mengemukakaan langkah-
langkah pembelajaran pada model pemelajaran group investigation sebagai
berikut:
1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus
dikerjakan.
3. Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi tugas
secara kooperatif dalam kelompoknya.
4. Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif
dalam kelompoknya.
5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok
atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil
pembahasannya.
7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan
konsep dan memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
10. 2.4.4 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation
Menurut Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari
pembelajaran group investigation, yaitu sebagai berikut:
1. Secara Pribadi
a) Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
b) Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
c) Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
d) Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
e) Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisika
2. Secara Sosial
a) Meningkatkan belajar bekerja sama
b) Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
c) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
d) Belajar menghargai pendapat orang lain
e) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
3. Secara Akademis
a) Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang
diberikan
b) Bekerja secara sistematis
c) Mengembangkan dan melatih keterampilan fisika dalam berbagai
bidang
d) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya
e) Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat
f) Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga
didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
Model Pembelajaran Group Investigation juga terdapat beberapa
kekurangannya, yaitu:
a) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
b) Sulitnya memberikan penilaian secara personal
11. c) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group
investigation, model pembelajaran group investigation cocok untuk
diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami
suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri
d) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif
e) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami
kesulitan saat menggunakan model ini (Setiawan, 2006:9).
Adapun sintaks pembelajaran menggunakan model group investigation
adalah sebagai berikut.
Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Mempusatkan
perhatian siswa.
a) Memotivasi siswa (memfokuskan
perhatian siswa) dengan cara
Tanya jawab berkaitan dengan
materi dalam kehidupan sehari-
hari.
b) Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Menjawab pertanyaan
guru dan memfokuskan
pikiran pada satu pokok
materi/bahasan yang
ingin di bahas hari ini.
Mengidentifikasi
topic dan
membagi siswa ke
dalam kelompok
a) Guru memberikan kesempatan
bagi siswa untuk memberikan
kontribusi apa yang akan mereka
selidiki
b) Kelompok dibentuk berdasarkan
heterogenitas
a) Memberikan masukkan
terhadap topik yang akan
diteliti dan diinvestigasi
sesuai materi yang akan
dipelajari
b) Membentuk kelompok
Merencanakan
tugas
Mempersiapkan dan menata
sumber belajar sebagai sarana
siswa berfantasi agar dapat
berinvestigasi secara optimal
Kelompok akan
membagi subtopk
kepada seluruh anggota.
Kemudian membuat
perencanaan dari
masalah yang akan
12. diteliti bagaimana proses
dan sumber apa yang
akan dipakai
Membuat
penyelidikan
Memfasilitasi, membimbing
serta mengawasi siswa yang
sedang berfantasi dan
berinvestigasi agar setiap
kelompok dpaat bekerja optimal
Siswa berfantasi
mengumpulkan,
menganalisi dan
mengevaluasi informasi
membuat kesimpulan dan
mengaplikasikan bagian
mereka ke dalam
pengetahuan baru dalam
mencapai sebuah
masalah kelompok
Mempresentasikan
tugas akhir
a) Memberikan reinforcement pada
kelompok yang penampilannya
baik dan memberikan motivais
pada kelompok yang kurang baik
b) Memberikan penegasan terhadap
masing-masing bahasan dari
setiap kelompok
Siswa memprentasikan
hasil kerjanya. Kelompok
lain memberikan
tanggapan
Evaluasi
pembelajaran
a) Membantu siswa melakukan
refleksi terhadap pembelajaran
yang telah dipelajari yang telah
dipelajat sekali
b) Bersama siswa menyimpulkan
pembelajaran
c) Mengevaluasi pembelajaran
yang telah dilakukan dengan
menggunaka tes hasil belajar
a) Menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah
dipelajari
b) Menjawab teori yang
diberikan guru titik
(Trianto, 2011)
13. 2.5 Hasil belajar (pengertian dan domain)
Purwanto (2013:45) menyebutkan bahwa belajar dilakukan untuk
mengusahakan adanya perubahan prilaku pada individu yang belajar. Perubahan
prilaku merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya. Aspek perubahan mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang
dikembangkan oleh bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek kognitif
afektif dan psikomotorik.
Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah
dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain:
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Potensi perilaku untuk diubah, pengubahan
perilaku dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 perubahan perilaku dalam domain hasil belajar
INPUT PROSES HASIL
Siswa:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotorik
Proses belajar mengajar Siswa:
1. Kognitif
2. Afektif
Psikomotorik
Potensi perilaku yang
dapat diubah
Usaha mengubah
perilaku
Prilaku yang telah
berubah:
1. Efek pengajaran
2. Efek pengiring
Menurut Gagne (Purwanto, 2013:42) hasil belajar adalah terbentuknya
konsep, yaitu kategori yang kita berikan kepada stimulus yang ada di lingkungan,
yang meyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-
stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat menginstruksikan
14. pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari, yang ditandai dengan adanya
perubahan ke arah yang lebih baik.
2.6 Penelitian yang relevan
Hasil dari penelitian adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa sesuai
dengan hasil penelitian dari Aninda Ari Susanti (2009) yang menyatakan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas X-1 SMA Negeri 3
Malang. Sedangkan hasil penelitian Rizal Syayid Nurdin (2012) menyatakan
bahwa hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran GI lebih besar bila
dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dengan
tingkat signifikan 3,294, hal tersebut senada dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
15. BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas X SMAN 1 Jujuhan dengan jumlah 22
orang dengan rincian laki-laki berjumlah 10 orang dan perempuan sebanyak 12
orang.
Siswa pada dasarnya banyak yang tidak senang belajar matematika,
mereka berpendapat bahwa belajar matematika itu sangat sulit dan susah dipahami
materinya, apalagi untuk menghapal rumus yang panjang membuat siswa malas
dan bosan.
Setelah itu yang menjadi latar belakang siswa kurang berminat dalam
belajar matematika, pengaruh lingkungan yang kurang baik, contohnya siswa
kebanyakan main dari pada belajar, dan kurangnya motivasi dari orang tua siswa
untuk bisa lebih giat belajar pada materi yang diajarkan oleh guru.
3.2 Seting Penelitian Tempat Dan Waktu
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jujuhan yang beralamat
di Jalan Lintas Sumatra KM 52 Sirih Sekapur Kecamatan Jujuhan Kabupaten
Bungo, yang dipimpin oleh Bapak Remufli Indra, S.Pd (Kepsek), Bapak
M.Subhan, S.Pd sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum, Bapak Marlis,
S.Pd sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan Ibu Citra Dewi sebagi
wakil kepala sekolah bidang prasarana.
Adapun Visi SMA Negeri 1 Jujuhan adalah “Berprestasi, Bebudaya,
Berwawasan lingkungan, Berdasarkan Imtaq dan Iptek dan Misi nya adalah
mencerminkan cita-cita SMA Negeri 1 Jujuhan yang berorientasi kedepan dengan
memperhatikan potensi sesuai dengan norma dan harapan masyarakat, adanya
kemempuan untuk mencapai keunggulan, dan mempunyai sembilan buah kelas
untuk belajar serta jumlah siswa keseluruhan di SMA Negeri 1 Jujuhan sebanyak
250 siswa.
16. 3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan januari-april 2017,
berikut penjelasan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
3.3 Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
Untuk melaksanakan penelitian ini penulis menyiapkan beberapa perencanaan
sebagai berikut
a. Mengembangkan silabus
b. Membuat rpp
c. Menyiapkan media
Guru menyiapkan infocus
Guru menyiapkan alat peraga
d. Menyiapkan instrument
Instrumen observasi (aktivitas siswa)
Instrumen tes
No Uraian Kegiatan Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan siklus 1 v v
2 Pelaksanaan siklus 1 v v
3 Observasi siklus 1 v v
4 Refleksi siklus 1 v
5 Perencanaan siklus 2 v v
6 Pelaksanaan siklus 2 v v
7 Observasi siklus 2 v v
8 Refleksi siklus 2 v
9 Penyusunan laporan
penelitian
v v
10 Seminar hasil ptk v
11 Revisi laporan ptk v
17. e. Menyiapkan jadwal
penulis menyiapkan jadwal yang relevan sehingga tidak mengganggu
proses pembelajaran
2. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus, satu siklus dilaksanakan untuk 2
(dua) kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung
dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Hal
yang harus diamati oleh peneliti adalah aktivitas siswa selama berlangsungnya
proses pembelajaran, dan proses pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Refleksi
Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui keberhasilan dari proses
pembelajaran mengerjakan soal logaritma. Peneliti menganalisis hasil tindakan
pada siklus I dan II untuk mempertimbangkan apakah perlu dilakukan siklus
lanjutan.
3.4 Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data
3.4.1 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data menggunakan 2 (dua) instrumen yaitu:
1. Observasi aktivitas siswa
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan pada objek penelitian. Proses observasi dilakukan dengan mengacu
pada pedoman observasi yang telah disusun. Aktivitas dan perhatian siswa
diamati untuk mendapatkan data kualitatif yaitu mengenai seberapa besar proses
pembelajaran siswa dalam mengerjakan soal logaritma. Apakah dalam
penggunaan model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi logaritma.
18. 2. Tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal logaritma, bentuk tes yang digunakan berupa soal esay, siswa
diminta untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan materi logaritma.
3.4.2 Teknik analisis data
Analisis data dilakukan dalam suatu penelitian untuk menarik kesimpulan
dari seluruh data yang telah diperoleh. Data-data yang dianalasis adalah hasil
observasi aktivitas siswa. Data hasil evaluasi siswa dan hasil observasi aktivitas
siswa dianalisis dengan angka-angka. Kriteria ketuntasan belajar individu siswa
di SMA Negeri 1 Jujuhan mencapai 72% .
19. DAFTAR PUSTAKA
Harisanto, John. 2005. Pendekatan Kooperatif Model Group Investigation Suatu
Analisis Pengantar Edusaintek. Vol 1, No 1, P 1-8.
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi.
Yogyakarta : Depdiknas (PPPG Matematika)
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia