1. Reward dan hukuman tidak efektif untuk tujuan pendidikan anak dan membentuk karakter anak yang mandiri serta percaya diri.
2. Pengasuhan yang hanya berfokus pada perilaku anak tanpa mempertimbangkan perasaan, pikiran, dan alasan anak akan berpengaruh negatif jangka panjang.
3. Pengasuhan yang efektif adalah memberikan perhatian dan mendengarkan anak, memahami emosi anak, serta membimb
3. inan,
amu be resin maainan,
amu be sin m
Kalalau k
K au k
cerita.
nti a ac b n kam
naan bku aiacain u cerita.
aku ak
Hari ini kamu baik banget,
ayah belikan kamu mainan ya.
Waktu untuk
bersama ibu
nggak gratis.
Aku harus
melakukan se
suatu dulu.
Kalau aku ba
ik
artinya dapa
t sesuatu.
Apa untungnya untukku? Aku dapat hadiah nggak, nih?
Dia lihat nggak ya apa yang aku lakukan?
Nanti aku dapat pujian nggak, ya?
Apakah dia akan suka dengan apa yang aku lakukan?
4. Ih, malu banget deh kamu
ngompol . Aku nggak mau
deket-deket kamu.
Ya udah, k
ita
usah deke nggak
t-deket.
Aku nggak mau
peluk kamu
karena kamu nge
gigit adik.
Aku nggak disayang.
g, kamu
Kalau kamu bohon
idung
s pakai tempelan h
haru
pinokio seharian
Sehari doang, ya udah nggak
apa-apa.
5. Untuk melakukan sesuatu yang baik,
anak akan membutuhkan persetujuan orang lain.
Anak lalu melakukan sesuatu atau menghindari sesuatu
karena takut akan hukuman.
Tidak efektif untuk tujuan dan peran orangtua.
6. Tidak efektif untuk membuat anak mandiri dan percaya diri.
Reward & punishment are the same side of two coins.
Reward & punishment, bukan saja tidak efektif,
tapi berpengaruh negatif secara jangka panjang
7. Asumsi dasar negatif tentang anak: “bisa dimanipulasi” dan “bisa dikontrol”
.
Tidak ada waktu.
Fokus para perilaku, bukan perasaan, pikiran dan alasan.
Pola pengasuhan masa lalu.
Takut memanjakan atau takut otoriter.
8.
9. u.
Dijanjikan sebelum perilak
Melabel anak [walau p
ositif ].
Fokus pada sesuatu
di luar diri anak.
Diukur dan ditetapk
oleh orangtua.
an
D
ses.
iberikan saat suk
Spontan.
&
Fokus ke perilaku
usaha.
Kenikmatan dari dalam atau
berhubungan dengan diri anak.
Disesuaikan dengan tingkat
antusiasme anak.
Diberikan di berbagai
situasi,
termasuk kesulitan.
10.
11. Berhubungan dengan kesalahan.
Memberikan pengalaman
belajar.
Masuk akal.
Menjaga harga diri anak.
Tepat: mengeringkan sofa.
Tidak tepat: tidak menonton TV
seminggu.
Tidak menumpahkan air di sofa lagi.
Evaluasi berkala.
Berikan apresiasi bila berhasil.
Mengeringkan sofa sesuai
kemampuan anak seusianya.
Tidak menghukum dan membentak.
Tidak mempermalukan dengan
menceritakan pada orang lain.
12.
13. Dengarkan anak dengan penuh perhatian. Beri dia perhatian dalam satu kata,
“Oh, begitu” atau “Hmm .. hmm.”
Sebut tingkah laku anak, lalu kaitkan dengan emosinya. Berikan nama pada
perasaan yang dirasakan anak. “Kakak teriak-teriak karena lagi kesel, ya?”
Beri waktu pada anak untuk mengekspresikan emosi.
Bila Anda juga emosi, pisahkan diri dengan tenang.
Saat Anda sudah tenang, lakukan kontak fisik dengan anak.
Bila ia menolak, mendekatlah secara fisik.
Minta anak menghubungkan tingkah laku dan perasaannya saat emosi.
“Kakak tadi teriak-teriak karena kesel, ya?”
Bahas tingkah laku lain yang bisa dilakukan saat ia mengalami emosi yang sama.
“Kalau lagi kesel, daripada teriak, mending ngapain?”