[Ringkasan]
Ada beberapa masalah terkait sumber daya manusia (SDM) di Indonesia yaitu rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja, ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja, serta rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja. Untuk meningkatkan kualitas SDM diperlukan peningkatan akses terhadap pendidikan berkualitas dan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.
2. Sebagai salah satu faktor produksi,
keberadaan sumberdaya manusia tidak kalah
pentingnya dengan sumberdaya lainnya
sebab secanggih apapun teknologi, tetaplah
membutuhkan tenaga, kecerdasan, dan
kepiawaian tangan-tangan manusia untuk
menciptakan dan mengoperasikannya.
3. Potensi yang terkandung dalam diri
manusia untuk mewujudkan perannya
sebagai makhluk sosial yang adaptif dan
transformatif yang mampu mengelola dirinya
sendiri serta seluruh potensi yang terkandung
di alam menuju tercapainya kesejahteraan
kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan
berkelanjutan
4. Adanya ketimpangan
antara jumlah
kesempatan kerja dan
angkatan kerja
Jumlah angkatan kerja
nasional pada krisis ekonomi
1998 sekitar 92,73 juta
orang sementara jumlah
kesempatan kerja yang ada
hanya sekitar 87,67 juta
orang dan sekitar 5,06 juta
orang penganggur terbuka.
Pertama
Tingkat pendidikan
angkatan kerja yang
ada masih relatif
rendah
Struktur pendidikan
angkatan kerja
Indonesia masih
didominasi pendidikan
dasar yaitu sekitar
63,2%
Kedua
5. kedua masalah tersebut menunjukan bahwa ada
kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas kerja
secara nasional di berbagai sektor ekonomi. Lesunya dunia
usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat
ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama
bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah
angkatan kerja lulusan perguruan tinggi semakin meningkat.
Sampai dengan tahun 2009 ada 626.621 angkatan kerja
Indonesia lulusan perguruan tinggi yang belum mampu
terserap oleh lapangan kerja. Kesempatan kerja yang
terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan
dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di
Indonesia.
7. Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana
seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggung jawab. Fenomena
pengangguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi,
karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan
yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa. Masalah SDM
inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan
selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang
memadai.
Sekarang bukan saatnya lagi bagi Indonesia membangun
perekonomian dengan kekuatan asing. Sudah seharusnya bangsa
Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumber
daya yang dimiliki dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai
kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.
8. • Menyangkut etos dan budaya kerja
Hambatan
Kultural
• Belum adanya standar baku kurikulum
pengajaran di sekolah yang mampu
menciptakan dan mengembangkan
kemandirian SDM yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja
Kurikulum
Sekolah
• Rendahnya kualitas SDM yang ada untuk
memenuhi kebutuhan pasar kerja. Hal ini
dapat diketahui dari masih tingginya angka
penduduk yang buta huruf
Pasar
Kerja
9. Data dari Badan Pusat Statistik menginformasikan
bahwa sampai tahun 2008, masih terdapat 29,37%
penduduk Indonesia yang masih mengalami buta huruf.
Dengan rincian 7,81% penduduk berusia 15 tahun ke atas,
1,94% penduduk berusia 15 sampai 44 tahun dan 19,62%
yang berusia 45 tahun ke atas. Padahal usia tersebut
tergolong sebagai usia produktif.
11. Fasilitas dan Pelayanan kesehatan,
pada umumnya mencakup semua
pengeluaran yang memengaruhi
harapan hidup, kekuatan dan
stamina, tenaga, serta vitalitas
rakyat
Latihan Jabatan termasuk
magang yang diorganisasikan
perusahaan
Pendidikan yang
diorganisasikan secara
formal pada tingkat dasar,
menengah, dan tinggi
Program studi bagi orang
dewasa yang tidak
diorganisasikan oleh
perusahaan, termasuk
program extemsiom
khususnya pada pertaninan
Migrasi perorangan dan
keluarga untuk
menyesuaikan diri dengan
kesempatan bekerja yang
selalu berubah
12. 1. Meningkatnya akses dan pemerataan pada jenjang pendidikan
dasar yang berkualitas bagi semua anak usia 7-15 tahun, yang
ditandai dengan meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK)
SD/MI/Sederajat menjadi 117,15% (Angka Partisipasi Murni
2010 adalah 5,27%), dan APK SMP/MTs sederajat menjadi
99,26%.
2. Meningkatnya akses terhadap pendidikan menengah dan tinggi
yang ditandai dengan meningkatnya APK
SMA/SMK/MA/sederajat menjadi 7,3% dan APK perguruan tinggi
(PT) menjadi 19,4%.
3. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
serta seluruh penduduk miskin dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya serta di kelas III
rumah sakit.
13. 4. Meningkatnya cakupan pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan.
5. Meningkatnta cakupan ibu hamil yang mendapatkan
zat besi dan terlayaninya peserta KB baru sekitar 7,1
juta, yang 3,7 juta diantaranta adalah peserta KB baru
miskin.
6. Meningkatnya peserta KB aktif menjadi sekitar 26,7
juta peserta yang 11,9 juta di antaranya adalah peserta
KB aktif miskin.
14. Melaksanakan penyediaan bantuan
operasional sekolah (BOS) dengan
alokasi anggaran pada tahun 2009
sebesar Rp16,2 triliun dengan sasarn
penerimaan BOS sebanyak 27,1 juta
siswa SD dan 9,4 juta siswa SMP
Melaksanakan penyediaan beasiswa untuk siswa
miskin SD dan SMP dari masing-masing sebanyak
1,7 juta siswa dan 710.057 siswa pada tahun
2009.
Melaksanakan rehabilitasi ruang kelas 284.976
ruang untuk SD dan 29.894 ruang kelas SMP
dalam kurun watu 2005-2008. sementara pada
tahun 2009, sampai dengan Juni 2009ntelah
terlaksana rehabilotasi 59.851 ruang kelas SD,
9.731 ruang perpustakaan, serta 1.800 paket
rehabilitasi sarana dan prasarana SMP.
16. Pada prinsipnya di semua negara di dunia, hampir tidak ada
tingkat pengangguran yang nihil atau nol persen. Setidaknya di negara-
negara yang dianggap pendapatan per kapita yang tinggi seperti di
sebagian kecil negara-negara kaya Timur Tengah, beberapa negara kaya
di Eropa Barat dan di Jepang, jumlah orang menganggur selalu ada,
sekalipun jumlahnya sedikit atau tingkat penganggurannya sangat rendah,
di bawah tingkat pengangguran alamiah yang berkisar antara satu sampai
dengan tiga persen per tahun.
Sementara permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara sedang
berkembang termasuk Indonesia adalah masih rendahnya tenaga kerja
yang mampu diserap optimal ke dunia kerja, sehingga apabila serapan
tenagakerja dari angkatan kerja yang rendah, maka artinya semakin
tinggi pula tingkat penagngguran pada tahun tersebut.
17. Indonesia sebagai negara besar, di samping memiliki potensi
sumberdaya alam yang melimpah, juga memiliki sumberdaya manusia
dalam jumlah yang luar biasa. Apabila penduduk Indonesia pada tahun
2015 diperkirakan berjumlah 245 juta jiwa dan diasumsikan usia yang
masuk kelompok angkatan kerja yang telah lulus sekolah, mulai dari
orang-orang yang berijazah SD sampai dengan Sarjana berjumlah enam
puluh persen dari total jumlah penduduk, maka jumlah angkatan kerja
Indonesia pada tahun 2015 dapat menyentuh angka 150 juta orang.
Jumlah angkatan kerja ini merupakan suatu jumlah yang luar biasa
dan berpotensi menjadi kekuatan ekonomi nasional dari sisi penyediaan
tenaga kerja yang akan dimanfaatkan oleh sektor fromal seperti sektor
industri maupun sektor pemerintah, sekaligus berpotensi menjadi
masalah ekonomi makronasional.
18. Mayoritas calon
pekerja memiliki
kualitas SDM yang
rendah
Sebagai contoh, berdasarkan
data yang dirilis BPS tahun
2009, dari jumlah pekerja
yang bekerja di sektor
industri, sebagian besar
berpendidikan tamatan SD
dan SMP. Artinya hanya
sebagian kecil yang bekerja di
sektor industri berijazah SMA
maupun mengantongi ijazah
perguruan tinggi
A
Rendahnya mutu
keterampilan kerja dari
para pekerja dalam
memahami konten atau
deskripsi tugas kerja
yang diinginkan
lembaga pengguna
tenaga kerja
Keadaan ini dilatarbelakangi
oleh ketidaksinkronan antara
konten materi ajar dari
lembaga pendidikan dengan
kebutuhan lembaga pencari
kerja dalam hal klasifikasi
pegawai yang diperlukan
B
19. Pertama; Calon pekerja yang berasal dari perguruan tinggi berlatarbelakang
ekonomi syariah harus lebih memerhatikan kriteria pekerjaan yang
dibutuhkan oleh lembaga keuangan syariah, terutama ketika akan
menjadi tenaga profesional di perbankan syariah maupun BMT yang
jumlahnya sedang menanjak di Indonesia.
Permasalahan yang selama ini terjadi di Indonesia adalah calon
pekerja gagal memenuhi kriteria yang dibutuhkan lembaga enduser
akibat kelalaian calon pekerja yang hanya mengejar spekulasi atau
untung-untungan dalam proses seleksi kerja.
Kedua; Angkatan kerja yang baru lulus dari sekolah atau perguruan tinggi
perlu menambah bekal keilmuan di luar dari mayor ilmu yang dipelajari
dari institusi pendidikan yang mereka ambil selama duduk di bangku
sekolah atau kuliah.
Sarjana yang hanya mengandalkan kemurahan hati para pengguna
jasa kerja, sulit terjadi saat ini, kecuali ada indikasi KKN antara calon
pekerja dan enduser. Oleh karena itu, seorang sarjana ekonomi syariah
perlu dilengkapi keterampilan bahasa asing (Arab dan Inggris) dan
penguasaan informasi teknologi.
20. Ketiga; Penguatan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) oleh
Pemerintah, melalui pembiayaan dari dana APBN dengan fasilitasi
Kementrian Koperasi dan UKM. Perbankan Syariah dapat dijadikan sebagai
operator pembiayaannya.
Sektor informal UMKM sebagai solusi akhir yang akan dimasuki
pencari kerja yang gagal masuk dalam persaingan sektor industri formal
dan sektor birokrasi. Para calon pencari kerja dari kalangan sarjana harus
memiliki reorientasi bahwa sarjana pun bisa memiliki penghasilan dan
status sosial yang cukup mapan, dengan berkarya sebagai wirausahawan
muda.
21. Jika setiap tahun lulusan sarjana S1 dan pascasarjana di
Indonesia rata-rata berjumlah 50 ribu orang dan yang terserap di
sektor indsutri formal dan birokrasi hanya 30% atau 15 ribu orang,
maka potensi untuk mengembangkan diri di sektor kewirausahaan
yang mandiri tanpa bergantung pada pihak lain sesungguhnya
amatlah dominan, yaitu 70% atau 35 ribu orang. Oleh karena itu,
reorientasi dari para sarjana, termasuk sarjana ekonomi untuk
hanya berfokus untuk sekedar menjadi pekerja formal, harus
diubah secara terencana mulai dari sekarang.
22. Hampir di semua negara-negara yang sedang
berkembang, salah satu permasalahan yang menghambat
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi mereka adalah
masih lemahnya mutu sumberdaya manusia (SDM) yang
mereka miliki. Hal ini dikarenakan masih banyaknya
faktor-faktor penghambat yang menghalangi upaya
pengembangan SDM tersebut.
Mutu pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan yang
buruk secara langsung akan memengaruhi mutu
pengelolaan sumberdaya alam (industrialisasi) yang
dimiliki. Oleh karenanya, jika ingin meningkatkan mutu
SDM, pemerintah harus meningkatkan pelayanan kesehatan
dan pendidikan bagi masyarakat secara berkelanjutan.
23. 1. Buku; Masalah dan Kebijakan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (Prof Dr Didin S
Damanhuri dan Dr Muhammad Findi)
2. Buku; Ekonomi Makro (Sadono Sukirno)
24. 1. Simho Simbolon
Pengertian SDM
2. Septi Yunita Sari
Masalah SDM
3. Margugun S Simanjuntak
Hambatan orang tidak bekerja
4. Intan Lestari Putri
Proses Pengembangan menurut Schultz
5. Apriliani Tri Hapsari
Sasaran yang diharapkan dari RKP
25. 6. Baghis Dika Al Fairis
Upaya meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan
7. Mina Alisa
Upaya meningkatkan kualitas SDM melalui kesehatan
8. Endah Dwi Rahayu
Pengangguran Intelektual
9. Desi Glori Natasya
Permasalahan dalam Angkatan Kerja
10. Nanda Dhita Permatasari
Upaya mengendalikan ledakan pengangguran
intelektual
v
v