SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
Download to read offline
MODUL PELATIHAN
Panduan Pelatihan Bagi Masyarakat CBO
dan Fasilitator Lapangan
Setyo Bangun Suharto
MODUL PELATIHAN
Setyo Bangun Suharto
Panduan Pelatihan bagi Masyarakat
CBO dan Fasilitator Lapangan
ii MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
PENULIS
Setyo Bangun Suharto
EDITOR
Exwan Novianto
KONTRIBUTOR
Fajar Sudarwo
Eko Budi Wiyono
Firman Fuadi
Diterbitkan pertama kali di Indonesia oleh Strengthening Community Based Forest
and Watershed Management (SCBFWM) Regional Yogyakarta
Kementerian Kehutanan
Kantor Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo, Yogyakarta
Jl. Gedongkuning No 172A, Yogyakarta- 55171.
TELP. (0274) 370540/FAX (0274) 375834
Copyright © 2013
Cetakan I, November 2013
ISBN 978-602-1237-06-9
Buku ini dipublikasikan oleh Program Strengthening Community Based Forest and
Watershed Management (SCBFWM), sebuah program kerjasama antara Direktorat
Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Kementerian
Kehutanan dengan United Nation Development Program (UNDP), atas dukungan
Global Enviromental Facility (GEF).
Modul pelatihan ini disusun atas dukungan:
iiiMODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Agroforestri	 :	 suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan
satu atau lebih jenis tanaman semusim.
CBO		 :	 Community Based Organization
DAS		 : 	 Daerah Aliran Sungai
Deforestasi	 : 	Penggundulan hutan; penghilangan hutan; adalah kegiatan penebangan
tegakan pohon-pohon di hutan sehingga lahannya dapat digunakan untuk
peruntukan lainnya (pertanian, perkebunan, pemukiman, dan lainnya)
DSS		 : 	 Descision Support System
KKTA	 : 	 Kelompok Konservasi Tanah dan Air
PRA		 : 	 Participatory Rural Appraisal (kajian desa partisipatif)
SCBFWM 	 : 	 Strengthening Community-Based Forest and Watershed Mangement
soil conditioner	 : 	 bahan pemantap tanah
SLEMSA	 : 	 Soil Loss Estimator for Southtern Africa
Stakeholders	 : 	 pemangku kepentingan
RKTA	 : 	 Rencana Konservasi Tanah dan Air
RTL		 : 	 Rencana Tindak Lanjut
iv MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
PENGANTAR
Strengthening Community-Based Forest and Watershed Management (SCBFWM) adalah
program penguatan pengelolaan hutan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) berbasis
masyarakat untuk tujuan memberikan kontribusi terhadap pengurangan degradasi lahan
dan hutan di Indonesia   dalam rangka merehabilitasi fungsi DAS dan jasa lingkungan,
serta pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Kegiatan utamanya adalah meningkatan
kapasitas dan perbaikan koordinasi para pihak untuk menghasilkan kebijakan yang
mendukung CBFWM, serta membangun plot demonstrasi pengelolaan hutan dan DAS
berbasis masyarakat. Penekanan“berbasis masyarakat”menjadi penting karena masyarakat
merupakan pihak yang akan berperan penting dan dominan dalam teknis pengelolaan DAS,
sekaligus sebagai pemilik lahan hak dan pihak yang akan mendapatkan manfaat langsung
dari pengelolaan sumberdaya hutan.
Untuk mencapai tujuan di atas, maka SCBFWM menggunakan pendekatan pelatihan untuk
meningkatkan kapasitas stakeholders (pemangku kepentingan) dalam konservasi tanah dan
air. Konservasi tanah (pengawetan tanah) adalah penempatan setiap bidang tanah dengan
cara penggunaan sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukan sesuai persyaratan
yang diperlukan supaya tidak terjadi kerusakan lahan. Konservasi air yaitu penggunaan
dan pemanfaatan air yang jatuh ke tanah secara efisien dan pengaturan waktu pengaliran,
sehingga tidak terjadi banjir di musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Modul pelatihan ini disusun oleh tim pengelola SCBFWM agar dapat menjadi panduan
bagi penyelenggaran pelatihan konservasi tanah dan air. Dengan modul ini, diharapkan
dapat mempermudah penyampaian materi konservasi tanah dan air, sehingga kelompok
masyarakat dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam pengelolaan lahan.
Yogyakarta, September 2013
vMODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DAFTAR ISI
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN............................................................................. 	iii
PENGANTAR................................................................................................................. 	iv
Daftar Isi....................................................................................................................... 	v
A.	 LATAR BELAKANG.....................................................................................................................	1
B.	TUJUAN........................................................................................................................................	2
C.	PESERTA.......................................................................................................................................	3
D.	FASILITATOR/NARASUMBER..................................................................................................	3
E.	KURIKULUM................................................................................................................................	3
F.	 SATUAN ACARA PELATIHAN.................................................................................................	5
1.	 Pokok Bahasan 1 : Perkenalan dan harapan............................................................	5
2.	 Pokok Bahasan 2 : Degradasi lahan............................................................................	7
3.	 Pokok Bahasan 3 : Konservasi tanah dan air...........................................................	9
4.	 Pokok Bahasan 4 : Konservasi tanah dan air dengan metode mekanik........	11
5.	 Pokok Bahasan 5 : Konservasi tanah dan air dengan metode kimia..............	13
6.	 Pokok Bahasan 6 : Konservasi tanah dan air dengan metode vegetatif.......	15
7.	 Pokok Bahasan 7 : Perencanaan konservasi tanah dan air secara
	partisipatif...........................................................................................................................	16
G.	EVALUASI.....................................................................................................................................	18
H. 	 MATERI BAHAN AJAR: Pelatihan Konservasi Tanah dan Air ......................................	18
1.	 Materi Bahan Ajar 1: Degradasi lahan........................................................................	18
2.	 Materi Bahan Ajar 2: Konservasi tanah dan air.......................................................	20
3.	 Materi Bahan Ajar 3: Konservasi tanah metode mekanik ..................................	24
3.	 Materi Bahan Ajar 4: Konservasi tanah dan air dengan metode kimia..........	28
4.	 Materi Bahan Ajar 5: Metode konservasi tanah dan air metode vegetatif ..	30
5.	 Materi Bahan Ajar 6: Perencanaan konservasi partisipatif.................................	33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 	37
Lampiran Lembar Evaluasi......................................................................................... 	38
vi MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
1MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
A.	 LATAR BELAKANG
	 Beberapa data dari Kementerian Kehutanan menunjukkan bahwa hilangnya kawasan
hutan dan degradasi hutan masih terus berlangsung, terutama di Kawasan Konservasi
(dikonversi untuk pembangunan sektor lain, seperti perkebunan dan transmigrasi), serta
Hutan Lindung. Laju deforestasi diperkirakan 1.089 juta hektar per tahun, terutama untuk
rentang tahun 2000-2005 (Buku Statistik Kehutanan, 2006). Menurut ForestWatch Indonesia
(2009), luas tutupan hutan Indonesia pada tahun 2000 adalah 103,33 juta ha. Luas tutupan
hutaninipadatahun2009berkurangmenjadi88,17jutahaatautelahmengalamideforestasi
seluas 15,15 juta ha. Dengan demikian, laju deforestasi Indonesia pada kurun waktu ini
(2000-2009) adalah sebesar 1,51 juta ha per tahun.
	 Berdasarkan laju deforestasi pada periode tahun 2000-2009, dengan mengabaikan
pengelompokan berdasarkan fungsi kawasan, diperkirakan pada tahun 2020 hutan di Jawa
akan habis, Bali-NusaTenggara tersisa 0,08 juta ha, Maluku 2,37 juta ha, Sulawesi 7,20 juta ha,
Sumatera 7,72 juta ha, Kalimantan 21,29 juta ha, dan Papua 33,45 juta ha. Hal ini terjadi jika
tidak ada upaya dan intervensi apapun untuk mencegah dan mengurangi proses deforestasi
tersebut.
Keterbatasan daya dukung Pulau Jawa semakin diperparah dengan tingginya angka jumlah
penduduk miskin di pulau ini. Di dalam pemukiman yang berdekatan dengan sumber daya
hutan, prosentase penduduk miskin yang juga terdiri dari kaum perempuan dan kaum
marjinal lainnya terlihat semakin besar. Sumber daya hutan di Pulau Jawa dipadati oleh
lebih dari 30 juta jiwa pada sekitar 6.200 desa hutan—sebagian besar merupakan kantong
kemiskinan yang terdapat petani berlahan terbatas, buruh tani, kaum perempuan dan kaum
marjinal lainnya dengan kebutuhan lahan yang tinggi. Enam puluh lima prosen penduduk
Pulau Jawa menghuni kawasan pesisir yang 20 % diantaranya merupakan penduduk miskin,
termasuk di dalamnya kaum perempuan dan kaum marjinal lainnya. Tekanan penduduk
miskin memperbesar potensi ancaman kelestarian sumber daya hutan dan lahan yang telah
semakin terdegradasi.
	 Degradasi kawasan hutan telah berdampak luas dan berimplikasi serius bagi
keberlangsungan kehidupan berkelanjutan. Salah satu usaha mengurangi degradasi lahan
dan hutan adalah melakukan konservasi tanah dan air. Konservasi tanah (pengawetan
tanah) adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan sesuai dengan
kemampuannya dan memperlakukan sesuai persyaratan yang diperlukan supaya tidak
terjadi kerusakan lahan. Konservasi air yaitu penggunaan dan pemanfaatan air yang jatuh
ke tanah secara efisien dan pengaturan waktu pengaliran, sehingga tidak terjadi banjir di
musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
	 Konsentrasi konservasi tanah dan air terutama pada lahan kering. Lahan kering adalah
tanah yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara
terbatas dan lebih mengandalkan air hujan. Karateristik daerah lahan kering pada umumnya
berupa daerah dataran tinggi yang kondisinya berbukit-bukit atau bergunung dengan
lereng-lerengyangmiringdantanahtandus.Didaerahdatarantinggitersebutpalingbanyak
dijumpai budidaya pertanian lahan kering, walaupun juga dijumpai pertanian persawahan
bilamana irigasi teknis dan bukan teknis dapat diterapkan.
2 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
	 Masyarakat petani mengandalkan sumber penghidupannya dari budidaya intensif
pertanian di perbukitan dan berlereng. Tentunya sistem budidaya tersebut jauh dari aspek
konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi lahan tersebut yang melebihi daya
dukung lingkungan telah menyebabkan kerusakan sumberdaya lahan. Dapat dikatakan
bahwa kerusakan lingkungan pada dasarnya bersumber dari perilaku manusia yang
menyebabkan erosi melampaui ambang batas. Erosi tanah dapat mempercepat rusaknya
sifat fisik dan kimia tanah. Akibatnya tanah menjadi tandus dan kritis. Secara ekonomis
dampak ini ditunjukkan dengan menurunnya produktifitas lahan dan ketersediaan air.
Kondisi tersebut mendorong pentingnya membangun kesadaran masyarakat pada bahaya
degradasi lahan bagi generasi akan datang, serta perlunya mengetahui konsep dan
aplikasi konservasi dan menerapkannnya dalam kehidupannya. Salah satu pendekatan
yang digunakan untuk membuka kesadaran masyarakat dan menerapkan pengetahuan
konservasi tanah dan air dengan segera adalah melalui pelatihan konservasi dasar. Kegiatan
pembelajaran petani tersebut diperlukan agar masyarakat petani mampu dan mau
melakukan konservasi lahan dan air, khusunya di daerah Daerah Aliran Sungai.
	 Strategi mengelola proses kegiatan masyarakat tersebut agar lebih efektif dengan
menggunakan pendekatan kelompok. Bentuk kelompok yang dikembangkan yaitu
Community Based Organizationa (CBO). CBO merupakan kelompok masyarakat terkecil di
tingkat dusun atau desa yang diharapkan dapat berperan dalam penanggulangan degradasi
lahanmelaluikonservasi.PersolannyaCBOyangsudahadadimasyarakatmasihlemahdalam
kompetensi kegiatan konservasi tanah dan air. Kelemahan kapasitas masyarakat tersebut
terutama dalam perencanaan konservasi tanah dan air secara partisipatif. Ruang lingkup
kegiatanperencanaankonservasitanahdanairsecarapartisipatifmeliputiidentifikasikondisi
sosial dan ekonomi masyarakat, pemilihan alternatif lokasi kegiatan, penyiapan masyarakat,
pendampingan masyarakat dalam melaksanakan PRA, pendampingan masyarakat dalam
penyusunan Rencana Konservasi Tanah dan Air (RKTA), serta pembentukan kelompok
masyarakat peduli lingkungan atau kelompok konservasi tanah dan air (KKTA).
	 Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu bentuk peningkatan
kapasitas bagi para pengurus kelompok tani dari laki-laki maupun perempuan dalam bentuk
pelatihan konservasi agar mereka mampu menerapkan prinsip-prinsip konservasi secara
berkelanjutan.
B.	TUJUAN
	 Modul ini didesain untuk meningkatkan kapasitas para pelaku program dan
anggota masyarakat yang terlibat dalam merencanakan kegiatan konservasi tanah dan
air dalam menanggulangi degradasi lahan. Peserta pelatihan ini lebih diperuntukan bagi
yang sudah pernah terlibat dalam kegiatan perencanaan atau pengelolaan kegiatan
kelompok. Berdasarkan pengalaman tersebut maka diharapkan melalui pelatihan ini dapat
meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas perencananaan konservasi tanah dan air secara
partisipatif. Tujuan utama pelatihan ini adalah peserta mampu dan mau mempraktekan
perencanaan kegiatan konservasi tanah dan air secara partispiatif setelah mengikuti
pelatihan.
3MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
C.	PESERTA
	 Peserta pelatihan adalah pengurus kelompok atau CBO dari setiap lokasi program
penguatan kapasitas masyarakat berbasis hutan dan air atau anggota CBO yang potensial
untuk dikembangkan kepemimpinan dan kemampuannya dalam mengelola kelembagaan
CBO. Pelatihan ini dilaksanakan secara terpisah untuk laki-laki dan perempuan sesuai
dengan kondisi setempat. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong partisipasi aktif laki-laki
dan perempuan secara seimbang dalam penerapan konservasi di wilayahnya, diantaranya
adalah:
1.	 Pengurus CBO
2.	 Anggota CBO
3.	 Petugas penyuluh lapangan
4.	 Anggota Masyarakat
D.	FASILITATOR/NARASUMBER
1.	 Fasilitator lapangan
2.	 Penyuluh pertanian/kehutanan
3.	Praktis
4.	 Pejabat instansi lain terkait.
Persyaratan bagi fasilitator/nara sumber
1.	 Menguasai materi yang dilatihkan,
2.	 Menguasai metode melatih, dan
3.	 Mampu mengevaluasi hasil pelatihan.
E.	KURIKULUM
No Pokok Bahasan Tujuan Metode Media Waktu
1 Perkenalan dan
harapan
1.	 Peserta dapat saling mengenal
dengan peserta lain, fasilitator
dan panitia yang telibat
2.	 Peserta mampu menyebutkan
harapan terhadap pelatihan
3.	 Peserta paham harapan panitia
dan fasililator terhadap peserta
4.	 Tercapai kesepakatan yang
menjamin tercapainya tujuan
pelatihan yang sesuai dengan
harapan peserta
5.	 Mengetahui maksud, tujuan, dan
proses pelatihan
Ceramah
Tanya jawab
Curah
pendapat
Spidol
Laptop
LCD
Projector
White
board
Kertas
plano
dan
metaplan
45
menit
4 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
2 Degradasi lahan 1.	 Peserta mampu menggunakan
alat untuk mengetahui
tentang degradasi lahan dan
penyebabnya
2.	 Peserta mampu menjelaskan
kondisi degradasi lahan yang
terjadi di wilayahnya masing-
masing
Ceramah
Curah
pendapat
Diskusi
Presentasi
Tanya jawab
Spidol
Laptop
LCD
Projector
White
board
Kertas
Plano dan
metaplan
90
menit
3 Konservasi
tanah dan air
1.	 Peserta mampu menggunakan
alat untuk mengetahui tentang
pengertian konservasi, ruang
lingkup , maksud dan tujuan
konservasi, dan metode
konservasi
2.	 Peserta mampu menjelaskan
metode konservasi tanah dan
air di wilayahnya yang mungkin
dapat dilakukan.
Ceramah
Curah
pendapat
Diskusi
Presentasi
Tanya jawab
Spidol
Laptop
LCD
Projector
White
board
Kertas
Plano dan
metaplan
120
menit
4 Konservasi
tanah dan air
dengan metode
mekanik (sipil
teknis)
1.	 Peserta mampu menjelaskan
macam-macam metode
konservasi dengan
menggunakan metode mekanik
di lingkungannya
2.	 Peserta mampu menerapkan
konservasi metode mekanik di
wilayahnya
Ceramah
Curah
pendapat
Diskusi
Presentasi
Tanya jawab
Spidol
Laptop
LCD
Projector
White
board
Kertas
Plano dan
metaplan
90
menit
5 Konservasi
tanah dan air
dengan metode
kimia
1.	 Peserta mampu menjelaskan
macam-macam metode
konservasi dengan
menggunakan metode kimia di
lingkungannya
2.	 Peserta mampu menerapkan
konservasi metode konservasi
kimia di wilayahnya
Ceramah
Curah
pendapat
Diskusi
Presentasi
Tanya jawab
Spidol
Laptop
LCD
Projector
White
board
Kertas
Plano dna
metaplan
90
menit
6 Konservasi
tanah dan air
dengan metode
vegetatif
1.	 Peserta mampu menjelaskan
macam-macam metode
konservasi dengan metode
vegetasi di lingkungannya
2.	 Peserta mampu menerapkan
metode konservasi vegetasi di
wilayahnya
Ceramah
Curah
pendapat
Diskusi
Presentasi
Tanya jawab
Spidol
Laptop
LCD
Projector
White
board
Kertas
Plano dan
metaplan
120
menit
5MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
7 Perencanaan
konservasi
partisipatif
1.	 Peserta mampu mengetahui,
perencanaan konservasi
partispatif
2.	 Peserta mampu menerapkan
metode perencanaan konservasi
partisipatif di wilayahnya
Ceramah
Curah
pendapat
Diskusi
Presentasi
Tanya jawab
Simulasi
Praktek
perencanaan
Spidol
Laptop
LCD
Projector
White
board
Kertas
Plano dan
metaplan
120
menit
F.	 SATUAN ACARA PELATIHAN
1.	 Pokok Bahasan 1: Perkenalan dan harapan
Pengantar:
Pokok bahasan ini merupakan pengantar sebelum pelatihan memasuki materi yang akan
diberikan. Dinamika kelas akan terjalin di dalam pelatihan apabila peserta pelatihan saling
mengenal satu sama lain, dan juga mempunyai harapan terhadap yang akan mereka
lakukan. Perkenalan dilakukan dengan metode yang mudah dan simpel, namun dapat
memberi kesan mendalam pada masing-masing peserta. Peserta juga mengetahui maksud,
tujuan dan proses pelatihan yang akan berlangsung.
Pokok Bahasan 1 Perkenalan dan harapan
Tujuan 1.	 Peserta dapat saling mengenal dengan peserta lain, fasilitator
dan panitia yang telibat
2.	 Peserta mampu menyebutkan harapan terhadap pelatihan
3.	 Peserta paham harapan panitia, fasililator terhadap peserta
4.	 Tercapai kesepakatan yang menjamin tercapainya tujuan
pelatihan yang sesuai dengan harapan peserta
5.	 Mengetahui maksud dan tujuan serta proses pelatihan yang
akan berlangsung
Ringkasan Materi •	 Melalui penggalian harapan pelatihan maka dapat
diidentifikasi hal-hal penting yang diharapkan oleh peserta.
Hal ini dapat memperjelas tujuan pelatihan
•	 Materi perkenalan: nama, alamat, status, dll
•	 Materi harapan mencangkup: harapan tentang materi,
penyelenggaraan, dan harapan terhadap fasilitas pelatihan
Metode Ceramah
Tanya jawab
Metaplan
Curah pendapat
Media 1.	Spidol
2.	 Kertas plano dan metaplan
6 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Proses Penyajian Fasilitator :
1.	 Fasilitator membuka dengan salam dan menjelaskan tujuan
/ output materi yang akan dipelajari. Fasilitator memberi
kesempatan peserta untuk menambah atau mengkritisi
tujuan tersebut.
2.	 Fasilitator mengajak peserta untuk membuat lingkaran,
termasuk fasilitator dan seluruh panitia.
3.	 Fasilitator meminta salah satu peserta yang ada dalam barisan
yang melingkar untuk memperkenalkan diri. Kemudian
bergantian sampai pada fasilitator dan panitia untuk
memperkenalkan diri.
.	 Materi perkenalan secara substansial adalah: nama diri, skor
(contoh nama Toni: skor 1:1:2) . Artinya angka 1 pertama
menunjukan jumlah istri, angka 1 kedua menunjukan jumlah
anak, dan angka 2 ketiga menunjukan jumlah cucu). Bilamana
peserta masih belum menikah berarti skornya 0 : 0; contohnya
Abdal (0:0) artinya Abdal belum punya istri dan anak.
5.	Peraturan:
1)	Fasilitator sebagai orang pertama memperkenalkan diri
secara lengkap
2)	 Perkenalan selanjutnya berputar searah jarum jam, dengan
ketentuan peserta yang ke-2 dan seterusnya, sebelum
memperkenalkan diri harus menyebutkan nama peserta yang
sudah memperkenalkan diri sebelumnya secara lengkap.
Artinya (missal jumlah peserta 20 orang) peserta yang ke-20
akan menyebutkan nama dari yang pertama sampai yang ke-
19 sebelum dia memperkenalkan dirinya sendiri.
Setelahperkenalanselesai,kemudianfasilitatormemandupeserta
untuk menulis harapan-harapan selama proses pelatihan di kertas
metaplan.
1.	 Tempelkan kertas plano tujuan pelatihan (yang sudah
disiapkan oleh fasilitator). Kemudian fasilitator meminta
peserta membandingkan daftar harapan dengan tujuan
pelatihan.
2.	 Fasilitator bersama peserta mengecek setiap harapan peserta
yang dapat ditampung oleh tujuan pelatihan dan yang
tidak dapat ditampung. Bilamana belum tertampung, maka
disesuaikan dengan tujuan pelatihan atau disepakati sebagai
topik baru.
7MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Proses Penyajian 3.	Kemudian fasilitator dan peserta menyusun jadwal
pelatihan. Diskusikan jadwal pelatihan tersebut agar menjadi
kesepakatan bersama.
4.	 Fasilitator menanyakan kepada peserta mengenai jadwal
pelatihan: “Jam berapa dimulai?”, “Jam berapa diakhiri?”,
“Berapa kali istirahat dan jam berapa?”. Diskusikan dan
sepakati peraturan dasar lain seperti: “Apakah boleh
menginterupsi orang lain?” atau “Bolehkah merokok saat
pelatihan berlangsung?”
5.	 Tuliskan semua kesepakatan secara jelas di kertas plano.
6.	 Tempelkan kertas plano tersebut di tempat yang mudah
dilihat selama pelatihan.
Waktu 45 menit
Sumber Belajar Bahan Ajar 1
2.	 Pokok Bahasan 2 : Degradasi lahan
Pengantar:
Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta latih
mengenai berbagai hal terkait masalah degradasi lahan. Pokok bahasan ini digunakan jika
terdapat beberapa kondisi-kondisi:
•	 Peserta belum mengerti arti dari degradasi lahan
•	 Peserta belum mengerti yang menyebabkan degradasi lahan
•	 Masih ditemukan pengurus kelompok yang belum mengerti akibat degradasi lahan.
Pokok bahasan ini meliputi:
•	 Pengertian degradasi lahan
•	 Penyebab degradasi lahan
•	 Macam-macam degradasi lahan
•	 Akibat degradasi lahan.
Pada pokok bahasan ini peserta diajak untuk menginventarisir fakta-fakta di lapangan
seperti: data volume produki tahunan tanaman di suatu wilayah, data sedimentasi, dan
data beberapa peristiwa longsor dan banjir. Dari data tersebut peserta diharapkan mampu
menyimpulkan seberapa besar degradasi yang telah terjadi di wilayahnya.
	
Pokok Bahasan 2 Degradasi lahan
Tujuan 1.	Peserta mampu menggunakan alat untuk mengetahui,
tentang degradasi lahan, dan penyebabnya
2.	 Peserta mampu menjelaskan kondisi degradasi lahan yang
terjadi di wilayahnya masing-masing
8 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Ringkasan Materi Degradasi lahan adalah suatu proses yang menjelaskan fenomena
penurunankapasitastanahpadasaatsekarangatausaatyangakan
datang. Dalam mendukung kehidupan manusia yang dipengaruhi
aktifitas manusia, selain berakibat pada ekologi, degradasi lahan
dapat berakibat pada penurunan produksi tanaman yang juga
berpengaruh pada kondisi ekonomi dan sosial masyarakat.
Untuk menganalisis kondisi degradasi lahan di wilayah masing-
masing dapat dengan menggunakan data produktivitas tahunan
tanaman yang paling dominan, sedimentasi, bencana longsor
dan banjir
Metode Ceramah
Curah pendapat
Metaplan
Presentasi
Tanya jawab
Media 1.	Spidol
2.	Laptop
3.	 LCD Projector
4.	 White board
5.	 Kertas plano dan metaplan
6.	 Photo atau media tayang
Proses Penyajian 1.	Sebagai pengantar fasilitator menjelaskan tujuan
pembelajaran dan alokasi waktu, judul, tujuan, metode, proses
penyajian, dan waktu yang tersedia.
2.	Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang peristiwa
tanah longsor dan degradasi lahan. Tayangan ini berguna
memancing daya kritis peserta agar dapat menangkap
fakta-fakta yang mengindikasikan terjadinya degradasi di
wilayahnya.
3.	 Fasilitator menggali pendapat peserta menggunakan media
kartu metaplan. Peserta diajak mencatat satu peristiwa
menurut pokok pikiran atau satu ide ke dalam satu kartu.
4.	 Setelah peserta menyelesaikan minimal tiga kartu metaplan,
fasilitator meminta pada peserta untuk menunjukan peristiwa
degradasi yang pernah dilihat di lingkungannya yang meliputi
penurunan produksi, sedimentasi, longsor, dan banjir.
5.	 Setelah peserta menulis minimal di tiga kartu metaplan,
peserta diminta menempekan kartunya di dinding atau papan
tulis yang telah disediakan.
9MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Proses Penyajian 6.	 Fasilitator memandu identifikasi pengelompokan kartu yang
mempunyai kesamaan ide. Setelah pengelompokan ide-
ide yang sama, fasilitator menegaskan ditemukannya fakta-
fakta dari pengetahuan peserta yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
Proses Penyajian 7.	 Fasilitator kemudian mengambil kesimpulan secara subtansial
dari seluruh kartu ide yang tertempel sebagai bahan
penegasan pokok-pokok materi yang penting untuk diingat
peserta.
8.	Fasilitator melakukan evaluasi secara lisan dan terbuka.
Fasilitator meminta paserta yang belum paham untuk
menunjukan hal-hal yang perlu dipahamkan. Secara singkat
fasilitator menjelaskan atau me-review materi yang belum
dipahami oleh peserta, atau meminta peserta lain yang sudah
paham untuk menjelaskannya.
9.	 Fasilitator menutup pertemuan tersebut.
Waktu 90 menit
Sumber Belajar Bahan Ajar 2
3.	 Pokok Bahasan 3 : Konservasi tanah dan air
Pengantar
Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta
latih mengenai berbagai hal terkait masalah konservasi tanah dan air. Pokok bahasan ini
digunakan jika terdapat beberapa kondisi-kondisi:
•	 peserta belum mengerti kegiatan konservasi tanah dan air (metode dan ruang
lingkupnya) sehingga menjadi hambatan di dalam upaya kegiatan konservasi di lahan,
•	 peserta belum melakukan konservasi tanah dan air karena tidak tahu,
•	 peserta telah melakukan namun tidak sadar karena ketidaktahuannya.
Pokok bahasan ini meliputi:
•	 Pengertian konservasi tanah dan air
•	 Pengertian metode konservasi tanah
•	 Pengertian dan metode konservasi air
•	 Ruang lingkup konservasi tanah dan air
Pada pokok bahasan ini peserta diajak untuk menginventarisir fakta-fakta di lapangan
dengan alat ukur: pola budidaya tanam, pola penanaman, dan bentuk teras. Data tersebut
untuk mengukur peserta dalam kemampuan menyimpulkan kegiatan konservasi tanah dan
air yang ada di wilayahnya.
10 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Pokok Bahasan 3 Konservasi Tanah Dan Air
Tujuan 1.	 Peserta mampu menggunakan alat untuk mengetahui,
tentang pengertian konservasi, ruang lingkup, maksud dan
tujuan konservasi, dan metode konservasi
2.	 Peserta mampu menjelaskan metode konservasi tanah dan air
di wilayahnya yang mungkin dapat dilakukan.
Ringkasan Materi Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan
tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga
dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air.
Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena
erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan
keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air
bersih semakin berkurang
Metode Ceramah
Curah pendapat
Diskusi kelompok
Presentasi
Tanya jawab
Media 1.	Spidol
2.	Laptop
3.	 LCD Projector
4.	 White board
5.	Kertas
6.	 Media tayang/photo
Proses Penyajian 1.	Sebagai pengantar fasilitator menjelaskan tujuan
pembelajaran, alokasi waktu, judul pelatihan, tujuan, metode,
proses penyajian, dan waktu yang tersedia.
2.	Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang metode
konservasi mekanik, vegetatif dan kimia.
3.	 Fasilitatormemfasilitasidialogcurahpendapatdenganpeserta
menggunakan diskusi kelompok. Peserta diminta membagi
diri menjadi empat kelompok dengan basis kesamaan wilayah
tempat tinggal.
4.	 Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan fakta-fakta
nyata di wilayahnya yang mengindikasikan adanya upaya
konservasi tanah dan air.Waktu diskusi kelompok diberi waktu
sekitar 15 menit.
5.	Fasilitator memandu diskusi pleno presentasi hasil kerja
kelompok.
11MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Proses Penyajian 6.	 Fasilitator meminta seluruh catatan hasil diskusi kelompok
dipaparkan di depan kelas. Selama proses pemaparan setiap
perwakilan kelompok mendapat masukan dan tanggapan
dari kelompok lain dan fasilitator.
Proses Penyajian 7.	Setelah seluruh kelompok mempresentasikan hasilnya,
fasilitator memberikan penjelasan singkat hal-hal yang
dianggap penting bagi peserta.
8.	 Fasilitator memandu evaluasi secara tertulis dengan format
yang sudah disediakan untuk mengukur dan menilai tingkat
pemahaman peserta terhadap materi pembelajaran yang
telah diikuti.
9.	 Fasilitator menutup pertemuan
Waktu 120 menit
Sumber Belajar Bahan Ajar 3
4.	 Pokok Bahasan 4 : Konservasi tanah dan air dengan metode mekanik
Pengantar
Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta latih
mengenai berbagai hal terkait masalah konservasi tanah dan air dengan metode mekanik.
Pokok bahasan ini digunakan jika terdapat kondisi peserta belum mengerti:
•	 peserta belum mengerti fungsi kegiatan konservasi tanah dan air secara mekanik
(metode dan ruang lingkupnya) sehingga menjadi hambatan di dalam upaya kegiatan
konservasi di lahan.
•	 peserta belum melakukan konservasi tanah dan air secara mekanik karena tidak tahu,
•	 peserta telah melakukan namun tidak sadar karena ketidaktahuannya.
•	 peserta belum mengerti fungsi masing-masing bentuk metode mekanik dalam
penanggulangan degradasi
Pokok bahasan ini meliputi:
1.	 Pengertian konservasi tanah dan air dengan metode mekanik
2.	 Macam-macam konservasi tanah dan air dengan metode mekanik
Pada pokok bahasan ini peserta diajak untuk menginventarisir fakta-fakta di lapangan
dengan alat ukur pola budidaya tanam, pola penanaman, bentuk teras, sehingga peserta
menyimpulkan sudah adanya kegiatan konservasi tanah dan air yang terjadi di wilayahnya
Pokok Bahasan 4 Konservasi tanah dan air dengan metode mekanik
Tujuan 1.	Peserta mampu menjelaskan macam-macam metode
konservasi dengan menggunakan metode mekanik di
lingkungannya
2.	 Peserta mampu menerapkan konservasi metode mekanik di
wilayahnya
12 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Ringkasan Materi Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (lahan
kering) dengan menggunakan bahan seperti tanah dan batu
sebagai sarana konservasi tanah dan air. Metode ini bertujuan
untuk memperlambat aliran air permukaan, mengurangi erosi,
danmenampungdanmengalirkanaliranairpermukaan.Kegiatan
konservasi lahan secara mekanik diperlukan adanya bangunan
konservasi (sipil teknis), misalnya terasering, guludan, saluran
pembuangan air (SPA), bangunan terjunan (drop strukture), dan
rorak (saluran buntu).
Metode Ceramah
Curah pendapat
Metaplan
Presentasi
Tanya jawab
Media 1.	Spidol
2.	Laptop
3.	 LCD Projector
4.	 White board
5.	 Kertas plano dan metaplan
6.	 Media tayang
Proses Penyajian 1.	Sebagai pengantar fasilitator menjelaskan tujuan
pembelajaran dan alokasi waktu, judul, tujuan, metode,
proses penyajian, dan waktu yang tersedia.
2.	 Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang pembuatan
terasering, guludan, talud untuk memberikan ilustrasi
tentang gambar tersebut.
3.	 Fasilitator mengajak curah pendapat dengan peserta dengan
media kartu metaplan. Kartu ini digunakan untuk mencatat
satu peristiwa menurut pokok pikiran atau satu ide ke dalam
satu kartu.
4.	 Setelah peserta menyelesaikan minimal tiga kartu metaplan,
fasilitator meminta peserta dapat menunjukan peristiwa
degradasiyangpernahterjadidilingkungannyayangmeliputi
penurunan produksi, sedimentasi, longsor, dan banjir
5.	 Setelah peserta menulis minimal di tiga kartu metaplan,
peserta diminta menempekan kartunya masing-masing di
dinding atau di papan tulis.
6.	 Fasilitator memandu identifikasi pengelompokan kartu yang
mempunyai kesamaan ide. Setelah dikelompokan ide-ide
yang sama, fasilitator menegaskan ditemukannya fakta-
fakta dari pengetahuan peserta dihubungkan dengan materi
pembelajaran.
13MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Proses Penyajian 7.	 Fasilitatorkemudianmengambilkesimpulansecarasubtsanisial
dariseluruhkartuideyangtertempelsebagaibahanpenegasan
pokok pokok materi yang penting untuk diingat peserta.
8.	 Fasilitatormelakukanevaluasisecaralisandanterbukadengan
meminta paserta yang belum paham untuk menunjukan hal-
hal yang perlu dijelaskan kembali. Secara singkat fasilitator
menjelaskan atau me-review materi yang belum dipahami
oleh peserta, atau meminta peserta lain yang sudah paham
untuk menjelaskannya.
9.	 Fasilitator menutup pertemuan
Waktu 90 menit
Sumber Belajar Bahan Ajar 4
5.	 Pokok Bahasan 5 : Konservasi tanah dan air dengan metode kimia
Pengantar
Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta latih
mengenai berbagai hal terkait masalah konservasi tanah dan air dengan metode kimia.
Pokok bahasan ini digunakan jika terdapat kondisi masyarakat yang belum mengerti fungsi
kegiatan konservasi tanah secara kimia (metode dan ruang lingkupnya) sehingga menjadi
hambatan di dalam upaya kegiatan konservasi di lapangan. Jangan sampai peserta tidak
melakukan konservasi karena tidak tahu, atau meraka telah melakukan namun tidak sadar
karena ketidaktahuannya. Termasuk kondisi peserta tidak mengetahui fungsi masing-
masing bentuk metode kimia dalam penanggulangan degradasi
Pokok bahasan ini meliputi :
1.	 Pengertian konservasi tanah dan air dengan metode kimia
2.	 Macam-macam konservasi tanah dan air dengan metode kimia
Pada pokok bahasan ini peserta diajak untuk menginventarisir fakta-fakta di lapangan dengan
alat ukur pola budidaya tanam, pola penanaman, bentuk teras, sehingga peserta mampu
menyimpulkan sudah adanya kegiatan konservasi tanah dan air yang terjadi di wilayahnya
Pokok Bahasan 5 Konservasi tanah dan air dengan metode kimia
Tujuan 1.	 Peserta mampu menjelaskan macam-macam metode konser-
vasi dengan menggunakan metode kimia di lingkungannya
2.	 Peserta mampu menerapkan konservasi metode kimia di
wilayahnya
Ringkasan Materi Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang
menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Konservasi
tanah dna air secara kimia dalam usaha pencegahan erosi yaitu
pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah
untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap
resisten terhadap erosi
14 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Metode Ceramah
Curah pendapat
Diskusi kelompok
Presentasi
Tanya jawab
Media 1.	Spidol
2.	Laptop
3.	 LCD Projector
4.	 White board
5.	 Kertas plano dan metaplan
6.	 Media tayang atau photo
Proses Penyajian 1.	 Sebagaipengantarfasilitatormenjelaskantujuanpembelajaran
dan alokasi waktu, judul, tujuan, metode, proses penyajian,
dan waktu yang tersedia.
2.	 Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang soil treatmen
dan memberikan ilustrasi tentang gambar tersebut.
3.	 Fasilitator mengajak curah pendapat dengan peserta dengan
media kartu metaplan. Kartu ini digunakan untuk mencatat
satu peristiwa menurut pokok pikiran atau satu ide ke dalam
satu kartu.
4.	 Setelah peserta menyelesaikan minimal tiga kartu metaplan,
fasilitator meminta peserta dapat menunjukan peristiwa
degradasi yang pernah terjadi lingkungannya yang meliputi
penurunan produksi, sedimentasi, longsor, dan banjir
5.	 Setelah peserta menulis minimal di tiga kartu metaplan,
peserta diminta menempekan kartunya masing masing di
diding atau di papan tulis.
Proses Penyajian 6.	 Fasilitator memandu identifikasi pengelompokan kartu yang
mempunyai kesamaan ide. Setelah dikelompokan ide-ide
yang sama, fasilitator menegaskan ditemukannya fakta-
fakta dari pengetahuan peserta dihubungkan dengan materi
pembelajaran.
7.	Fasilitator kemudian mengambil kesimpulan secara
subtsanisial dari seluruh kartu ide yang tertempel sebagai
bahan penegasan pokok-pokok materi yang penting untuk
diingat peserta.
Proses Penyajian 8.	 Fasilitator melakukan evaluasi secara lisan dan terbuka dengan
meminta paserta yang belum paham untuk menunjukan hal-
hal yang perlu dijelaskan kembali. Secara singkat fasilitator
menjelaskan atau me-review materi yang belum dipahami
oleh peserta, atau meminta peserta lain yang sudah paham
untuk menjelaskan.
9.	 Fasilitator menutup pertemuan
15MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Waktu 90 menit
Sumber Belajar Bahan Ajar 5
6.	 Pokok Bahasan 6 : Konservasi tanah dan air dengan metode vegetatif
Pengantar
Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta latih
mengenai berbagai hal terkait masalah konservasi tanah dan air dengan metode vegetasi.
Pokok bahasan ini cukup menarik karena metode konservasi ini paling mudah dan murah.
Metode ini juga paling beragam dan telah banyak dilakukan masyarakat.
Pokok bahasan ini meliputi :
1.	 Pengertian konservasi tanah dan air dengan metode vegetasi
2.	 Macam-macam konservasi tanah dan air dengan metode vegatasi
Pada pokok bahasan ini peserta diajak untuk menginvetarisir fakta-fakta di lapangan
dengan alat ukur pola budidaya tanam, pola pertananaman, dan bentuk teras. Harapannya
peserta mampu menyimpulkan ada tidaknya kegiatan konservasi tanah dan air yang terjadi
di wilayahnya
Pokok Bahasan 6 Konservasi tanah dan air dengan metode vegetasi
Tujuan 1.	Peserta mampu menjelaskan macam-macam metode
konservasi dengan menggunakan vegetasi di lingkungannya
2.	 Peserta mampu menerapkan metode konservasi vegetasi di
wilayahnya
Ringkasan Materi Penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-
sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh,
mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada
akhirnya mengurangi erosi tanah. Beberapa teknik konservasi
tanah dan air melalui cara vegetatif seperti pertanaman lorong
(alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.
Metode Ceramah
Curah pendapat
Diskusi kelompok
Presentasi
Tanya jawab
Alat dan Bahan 1.	Spidol
2.	Laptop
3.	 LCD Projector
Alat dan Bahan 4.	 White board
5.	 Kertas plano dna metaplan
16 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Proses Penyajian 1.	 Sebagaipengantarfasilitatormenjelaskantujuanpembelajaran
dan alokasi waktu, judul, tujuan, metode, proses penyajian,
dan waktu yang tersedia.
2.	 Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang penanamam
pohon di lahan kritis dan memberikan ilustrasi tentang
gambar tersebut.
3.	 Fasilitatormemfasilitasidialogcurahpendapatdenganpeserta
menggunakan diskusi kelompok. Peserta diminta membagi
diri menjadi empat kelompok dengan basis kesamaan wilayah
tempat tinggal.
4.	 Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan fakta-fakta
nyata di wilayahnya yang mengindikasikan adanya upaya
konservasi tanah dan air dengan menggunakan metode
vegetatif. Waktu diskusi kelompok diberi waktu sekitar 15
menit.
5.	Fasilitator memandu diskusi pleno presentasi hasil kerja
kelompok.
6.	 Fasilitator meminta seluruh catatan hasil diskusi kelompok
dipaparkan didepan kelas. Selama proses penyajian setiap
perwakilan kelompok mendapat tanggapan dari lain
kelompok dan fasilitator.
Proses Penyajian 7.	 Setelah seluruh kelampok mempresantasikan hasil kerjanya
dan mendapat tanggapan secukupnya, fasilitator memberikan
penegasan yang dianggap substansial dan penting bagi
peserta.
8.	 Fasilitator memandu evaluasi secara tertulis dengan format
yang sudah disediakan untuk mengukur dan menilai tingkat
pemahamn peserta terhadap materi pembelajaran yang telah
diikuti.
9.	 Fasilitator menutup pertemuan
Waktu 120 menit
Sumber Belajar Bahan Ajar 6
7.	 Pokok Bahasan 7 : Perencanaan konservasi tanah dan air secara partisipatif
Pengantar
Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta
latih mengenai perencanaan konservasi tanah dan air dengan pendekatan partisipatif.
Perencanaan konservasi partisipatif memiliki keunggulan yaitu (1) meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam menjaga lingkungan; (2) masyarakat mau dan percaya diri dalam
membuat perencanaan konservasi tanah dan air di lingkungannya; (3) masyarakat merasa
dihargai karena karyanya menjadi perhatian semua pihak; serta (4) menciptakan kerjasama
17MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
yang sinergis antar stakeholder (pemerintah, swasta, dan masyarakat). Namun sistem ini juga
mempunyai kelemahan  yaitu (1) masih diperlukan sosialisasi untuk menggugah kesadaran
masyarakat; (2) perlunya pendampingan dalam proses kemandirian kelompok dan akses
sumberdaya; (3) pendampingan kurang efektif bila tenaga pendamping berganti-ganti dari
tahun ke tahun; dan (4) membutuhkan waktu yang lama untuk menciptakan kerjasama
yang sinergis.
Pokok bahasan ini meliputi perencanaan konservasi partisipatif  yaitu:
•	 ruang lingkup,
•	 gambaran lokasi,
•	 sosialisasi,  serta
•	 participatory rural apraisal (PRA).
Pokok Bahasan 7 Perncanaan konservasi partispiatif
Tujuan 1.	 Peserta mampu mengetahui perencanaan konservasi partispatif
2.	 Peserta mampu menerapkan metode perencanaan konservasi
partisipatif di wilayahnya
Ringkasan Materi Perencanaan konservasi tanah dan air dapat dilakukan salah satunya
dengan pendekatan dan dilakukan oleh masyarakat. Jika hal
tersebut dilakukan maka termasuk dalam perencanaan konservasi
partisipatif.
Metode Ceramah
Curah pendapat
Diskusi kelompok
Presentasi
Tanya jawab
Simulasi praktek perencanaan
Alat dan Bahan 1.	Spidol
2.	Laptop
3.	 LCD Projector
4.	 White board
5.	 Kertas plano dan metaplan
Proses Penyajian 1.	 Sebagai pengantar fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran
dan alokasi waktu, judul, tujuan, metode, proses penyajian, dan
waktu yang tersedia.
2.	Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang kegiatan
kelompok dalam konservasi.
18 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Proses Penyajian 3.	 Fasilitator memfasilitasi dialog curah pendapat dengan peserta
menggunakan metode diskusi kelompok. Peserta diminta
membagi diri menjadi empat kelompok dengan basis kesamaan
wilayah tempat tinggal.
4.	 Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan fakta-fakta nyata
di wilayahnya yang mengindikasikan adanya upaya konservasi
tanah dan air secara partisipatif. Waktu diskusi kelompok diberi
waktu sekitar 15 menit.
5.	Fasilitator memandu diskusi pleno presentasi hasil kerja
kelompok.
6.	Fasilitator meminta seluruh catatan hasil diskusi kelompok
dipaparkan didepan kelas. Selama proses penyajian setiap
perwakilan kelompok mendapat tanggapan dari lain kelompok
dan fasilitator.
7.	 Setelah seluruh kelampok mempresantasikan hasil kerjanya
dan mendapat tanggapan secukupnya, fasilitator memberikan
penegasan yang dianggap penting diingat seluruh peserta.
Proses Penyajian 8.	 Fasilitator memandu evaluasi secara tertulis dengan format
yang sudah disediakan untuk mengukur dan menilai tingkat
pemahaman peserta terhadap materi pembelajaran yang telah
diikuti.
9.	 Fasilitator menutup pertemuan
Waktu 120 menit
Sumber Belajar Bahan Ajar 7
G.	EVALUASI
	 Evaluasi dilakukan sebagai alat untuk mengukur proses pelaksanaan pelatihan, respon
peserta, penilaian pemandu/pelatih dan tingkat pemahaman peserta setelah selesai
mengikuti proses pelatihan. Instrumen yang dapaat digunakan antara lain:
1.	 Evaluasi penyelenggaraan
2.	 Evaluasi penguasaan materi terhadap fasilitator yang memberikan materi pada
pelatihan;
3.	 Evaluasi kemampuan penguasaan materi oleh peserta setelah pelatihan.
H. 	MATERI BAHAN AJAR: Pelatihan Konservasi Tanah dan Air
1.	 Materi Bahan Ajar 1 : Degradasi lahan
	 Degradasi lahan secara umum disebabkan oleh proses alami dan akibat aktivitas
manusia. Barrow (1991) secara lebih rinci menyatakan bahwa faktor-faktor utama penyebab
degradasi lahan adalah:
19MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
a)	 Bahaya alami
b)	 Perubahan jumlah populasi manusia
c)	 Marjinalisasi tanah
d)	Kemiskinan
e)	 Status kepemilikan tanah
f)	 Ketidakstabilan politik dan masalah administrasi
g)	 Kondisi sosial ekonomi
h)	 Masalah kesehatan
i)	 Praktek pertanian yang tidak tepat, dan
j)	 Aktifitas pertambangan dan industri.
	
Degradasilahandisebabkanoleh3(tiga)aspek,yaituaspekfisik,kimiadanbiologi.Degradasi
secara fisik terdiri dari pemadatan, pengerakan, ketidakseimbangan air, terhalangnya aerasi,
aliran permukaan, dan erosi. Degradasi kimiawi terdiri dari asidifikasi, pengurasan unsur
hara, pencucian, ketidakseimbangan unsur hara dan keracunan, salinisasi, dan alkalinisasi.
Sedangkan degradasi biologis meliputi penurunan karbon organik tanah, penurunan
keanekaragaman hayati tanah, dan penurunan karbon biomasa.
	 Degradasi tanah adalah suatu proses yang menjelaskan fenomena penurunan kapasitas
tanah pada saat sekarang atau saat yang akan datang, dalam mendukung kehidupan
manusia yang dipengaruhi aktifitas manusia (Oldeman et.al., 1991 dalam van Lynden, 2000).
Secara umum, degradasi tanah berarti penurunan kualitas tanah, dalam arti menghilangnya
satu atau lebih fungsi tanah (Blumm, 1988 dalam van Lynden, 2000). Kualitas tanah dapat
dinilai berdasarkan fungsi tanah yang berhubungan dengan ekologi dan  fungsi tanah yang
berhubungan dengan aktivitas manusia.
Fungsi ekologi tanah yaitu:
a)	 fungsi yang berhubungan dengan produksi biomassa (unsur hara, suplai udara dan air,
perakaran untuk tanaman), suplai makanan, energi, bahan mentah dan fitur alamiah
(contoh hutan menyediakan habitat penting untuk banyak spesies).
b)	 fungsi yang berhubungan dengan penyaringan, penyangga, penyimpanan dan
transformasi (misalnya untuk zat-zat beracun)
c)	 fungsi yang berhubungan dengan habitat biologi dan pengawetan genetik
Fungsi tanah yang berhubungan dengan aktivitas manusia:
a)	 sebagai media fisik yaitu fungsi tanah secara keruangan, misalnya untuk bangunan,
jalan raya, jalan kereta, tempat rekreasi, dan waste dump
b)	 sebagai sumberdaya bahan mentah yang mencakup air, batuan, dan mineral
c)	 fungsi geogenik dan sejarah yaitu tanah merupakan bagian dari landskap yang
mempunyai informasi geologi dan geomorfologi penting. Tanah juga menyimpan
informasi yang berhubungan dengan arkeologi.
Tipe-tipe degradasi tanah mengacu kepada kerusakan secara fisik, kimia dan biologi yang
terjadi in-situ.  Terdapat tipe degradasi tanah, yaitu:
20 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
a)	polusi
b)	 erosi (pemindahan bahan tanah oleh air dan angin)
c)	 penurunan kesuburan dan kandungan bahan organik
d)	salinisasi/alkalinisas
2.	 Materi Bahan Ajar 2: Konservasi tanah dan air
a.	 Pengertian konservasi tanah dan air
	 Tanah adalah lapisan kulit bumi bagian atas yang terbentuk dari pelapukan batuan
dan bahan organik yang hancur oleh proses alamiah. Tanah berfungsi sebagai tempat
menanam tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan. Tanaman pertanian meliputi
tanaman pangan seperti padi, jagung dan sagu; tanaman palawija seperti ubi-ubian dan
kacang-kacangan; dan tanaman holtikultura yang meliputi berbagai jenis sayuran dan
buah-buahan. Tanaman perkebunan meliputi tanaman tahunan penghasil hasil hasil buah,
biji, getah, daun, kulit kayu, dan sebagainya.Tanaman perkebunan seperti tebu, kina, kelapa,
kopi, coklat, dan sebagainya. Tanaman kehutanan merupakan tanaman kayu-kayuan yang
dapat menghasilkan kayu dan hasil hutan non kayu lainnya.
	 Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air berfungsi sebagai sarana
minum, mandi dan mencuci. Air juga bermanfaat untuk:
a)	 sebagai sarana transportasi
b)	 sebagai sarana wisata/rekreasi
c)	 sebagai sarana irigasi/pengairan
d)	 sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga
Air)
b.	 Pengertian konservasi tanah
	 Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimia
tanah. Menurut Simmonson (1957), tanah adalah permukaan lahan yang kontinyu menutupi
kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak pegunungan, daerah
salju abadi. Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1973), tanah adalah kumpulan tubuh
alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusun-
penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman.
	 Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang
tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. Konservasi tanah dalam arti luas adalah penempatan tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebar dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti
sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya untuk mencegah kerusakan tanah oleh
erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi.
	 Upayakonservasitanahbertujuanuntukmencegaherosi,memperbaikitanahyangrusak,
serta memelihara dan meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara
berkelanjutan. Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada
cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
21MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
	 Usaha-usaha konservasi tanah bertujuan: (1) mencegah kerusakan tanah oleh erosi, (2)
memperbaiki tanah yang rusak, dan (3) memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah
agar dapat dipergunakan secara lestari. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan
air yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran
sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim
kemarau (Arsyad. 1989: 29). Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan
utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia.
		Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau
sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah
dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad,
2006). Beberapa teknik konservasi tanah dan air melalui cara vegetatif seperti pertanaman
lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.
a)	 Pertanaman lorong (alley cropping) adalah konservasi tanah dengan sistem bercocok
tanam barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut
garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar, sedangkan tanaman semusim
ditanam pada lorong di antara tanaman pagar. Menerapkan pertanaman lorong pada
lahan miring biayanya jauh lebih murah dibandingkan membuat teras bangku, tapi
efektif menahan erosi. Setelah 3-4 tahun sejak tanaman pagar tumbuh akan terbentuk
teras. Terbentukannya teras secara alami dan berangsur sehingga sering disebut teras
kredit.
b)	 Sistem silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari, namun yang ditanam
di sela-sela tanaman kehutanan (kayu-kayuan) bukan tanaman pangan melainkan
tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria, dll. Ada beberapa bentuk
silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain (a) tanaman pakan di hutan tanaman
industri, (b) tanaman pakan di hutan sekunder, (c) tanaman pohon-pohonan sebagai
tanaman penghasil pakan dan (d) tanaman pakan sebagai pagar hidup.
c)	 Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah agar terhindar dari
pukulan butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi yang cukup efektif. Jika
bahanmulsaberasaldaribahanorganik,makamulsajugaberfungsidalampemeliharaan
bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat dijadikan mulsa dapat berasal dari
sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil
pangkasan tanaman penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian
	
	 Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap
tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah
dan air adalah pengolahan tanah, guludan, teras, penghambat (check dam), waduk, rorak,
perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad, 2006). Guludan adalah bangunan konservasi tanah
berupa pematang dengan ukuran tinggi dan lebar tertentu yang dibuat sejajar garis kontur/
memotong arah lereng yang dilengkapi tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai
pengendali erosi. Saluran pembuangan air adalah saluran dengan ukuran tertentu yang
dibuat tegak lurus kontur serta dilengkapi dengan bangunan terjunan yang berfungsi
menampung dan menyalurkan aliran permukaan. Bangunan terjunan (drop structure)
22 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
adalah suatu konstruksi yang dapat dibuat dari batu, bambu/kayu,dan gebalan rumput
yang berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan. Rorak/saluran buntu adalah suatu
bangunan berupa got/saluran buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada bidang olah
teras dan sejajar garis kontur yang berfungsi untuk menjebak/menangkap aliran permukaan
dan juga tanah yang tererosi.
	 Metode kimia atau cara kimia dalam usahan pencegahan erosi yaitu dengan
pemanfaatan soil conditiner atau bahan pamantap tanah dalam hal memperbaiki struktur
tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi. Bahan kimia memiliki pengaruh
yang besar terhadap stabilitas tanah karena senyawa tersebut tahan terhadap mikrobia
tanah, permeabilitas tanah dipertinggi, dan erosi berkurang.
c.	 Metode konservasi air
	 Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi
merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase sebaliknya.
Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah. Air-lebih adalah bagian dari air
yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan
memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan, 2008).
	 Drainasepadatanahgambutsecaraalamiselaluberadadalamkondisisangatterhambat
hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang tepat sehingga drainase dapat
diperbaiki untuk mencapai muka air tanah yang optimum tanpa mengakibatkan drainase
yang berlebihan (over drainage). Drainase yang berlebihan akan mengakibatkan kekeringan
pada tanah gambut yang bersifat tidak dapat balik (irreversible) dan penurunan muka tanah
yang serius. Keberadaan mineral pirit pada tanah gambut sehingga tetap tereduksi juga
harus diperhatikan. Untuk mencapai kondisi ini, diperlukan jaringan drainase dan pintu-
pintu air yang cukup (PPKS, 2006). Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama
ditujukan untuk mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-
25% dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga diusahakan
terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum dua minggu (Pahan,
2008).
	 Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan memberikan
air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan. Air irigasi
mempunyai kegunaan antara lain, yaitu (1) mempermudah pengolahan tanah, (2) mengatur
suhu tanah dan iklim mikro, (3) mencuci tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu
tinggi, (4) menggenangi tanah untuk memberantas gulma serta hama penyakit. Pada
perkebunan kelapa sawit, pemberian air irigasi biasanya dilakukan dengan cara pemberian
air dalam selokan atau saluran (furrows irrigation) (PPKS, 2006).
	 Air adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi. Secara umum
banyaknya air yang ada di bumi adalah tetap, walaupun manusia, binatang dan tumbuhan
menggunakan air untuk kebutuhan hidupnya. Jumlah air bersih sepertinya tidak terbatas,
namun sebenarnya air mengalami siklus hidrologi yang mampu membersihkan secara alami
air kotor dan bercampur dengan banyak zat polutan.
	 Penghematan air atau konservasi air adalah perilaku yang disengaja dengan tujuan
mengurangi penggunaan air segar, melalui metode teknologi atau perilaku sosial.
23MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Konservasi air pada prinsipnya adalah efesiensi penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah
untuk budidaya pertanian, dan menjaga stabilitas pasokan air pada musim kemarau serta
pada musim penghujan agar tidak terjadi banjir.
Usaha konservasi air bertujuan untuk:
a)	 Untuk menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air segar dari
sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya.
b)	 Penghematan energi yang cukup besar untuk pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas
pengolahan air limbah.
c)	 Konservasi habitat yaitu penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk
membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan
penerimaan migrasi aliran air, termasuk usaha-usaha baru pembangunan waduk dan
infrastruktur berbasis air lain (pemeliharaan yang lama).
Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-
usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas
dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun terutama karena erosi, maka
kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar
sehingga jumlah air bersih semakin berkurang.
d.	 Ruang lingkup konservasi tanah dan air
	 Ruang lingkup konservasi tanah dan air cukup kompleks dan memerlukan kerjasama
erat antara berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti: ilmu biologi, hidrologi dan teknik
konservasi tanah. Pada akhirnya masalah konservasi tanah tidak terlepas dari persoalan
manusia dan berbagai aspek dan ekonominya. Namun secara garis besar dapat diketahui
bahwa ruang lingkupnya meliputi :
a)	 Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami.
b)	 Siklus air adalah rangkaian peristiwa yang terjadi pada air dari saat jatuh ke permukaan
bumi hingga menguap ke udara untuk kemudian jatuh kembali ke bumi (Ackerman,
Coleman and Ogrosky, 1955).
c)	 Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi terdapat lima faktor, yaitu : faktor iklim, faktor
tanah, faktor bentuk kewilayahan (topografi), faktor tanaman penutup tanah (vegetasi),
dan faktor kegiatan/perlakuan-perlakuan manusia (Kartasapoeta. 1985: 37).
d)	 Metode konservasi tanah dan air adalah teknologi yang digunakan pada setiap macam
penggunaan tanah untuk menghasilkan produksi yang lestari dari sebidang tanah
(Arsyad. 1989: 113). 
e)	 Tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman, dan pertanian-kehutanan (agroforestry).
Tanaman penutup tanah merupakan tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam
untukmelindungitanahdariancamankerusakanoleherosidanatauuntukmemperbaiki
sifat kimia dan sifat fisik tanah. Pergiliran tanaman adalah sistem penanaman berbagai
tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada satu lubang tanah.
Agroforestry adalah sistem usaha tani atau penggunaan tanah yang mengintregasikan
tanaman pohon-pohonan dengan tanaman rendah yang yang tersusun baik secara
spasial maupun temporal nampaknya dapat memberikan jawaban terhadap segala
tuntutan (Arsyad. 1989: 183).
24 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
f)	 Klasifikasi pengolahan lahan yaitu pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas
intensitas faktor penghambat (Arsyad. 1989: 212).
3.	 Materi Bahan Ajar 3 : Konservasi tanah metode mekanik
	 Konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis dan pembuatan
bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan guna menekan erosi dan
meningkatkan kemampuan tanah mendukung usaha secara berkelanjutan. Pada prinsipnya
konservasi mekanik dalam pengendalian erosi seiring metode secara vegetatif yaitu
penggunaan tumbuhan atau tanaman dan penerapan pola tanam yang dapat menutup
permukaan tanah sepanjang tahun.
Pengendalian erosi dan aliran permukanaan merupakan persyaratan utama untuk
mencegah terjadinya penurunan kualitas lahan. Metode konservasi tersebut ditujukan
untuk memelihara, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah. Pengendalian
erosi dapat dilakukan baik melalui cara vegetatif, mekanik dan kimia.
Tindakan tersebut sangat mendesak untuk dilakukan karena :
a)	 Kondisi topografi wilayah di lahan berombak, bergelombang, berbukit dan lereng.
b)	 Kondisi curah hujan relatif tinggi.
c)	 Terjadinya pemadatan tanah khususnya di lahan menyebabkan rendahnya air hujan
yang terinfiltrasi ke dalam tanah, sehingga terjadi aliran permukaan yang hebat.
d)	 Lahan masih terbuka dari terpaan hujan secara langsung.
Metoda konservasi yang dapat dilakukan diantaranya :
a)	 Pengolahan tanah
b)	 Pembangunan teras.
c)	 Pembuatan saluran di sepanjang kontur yang berfungsi sebagai saluran air untuk
mengisi persediaan air dalam tanah.
d)	 Penanaman tanaman dalam setrip kontur.
Bentuk bentuk metode mekanik
1)	 Teras bangku atau teras tangga.
	 Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan
meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk
seperti tangga. Fungsi utama teras bangku adalah:
a)	 memperlambat aliran permukaan;
b)	 menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai
merusak;
c)	 meningkatkan laju infiltrasi tanah; dan
d)	 mempermudah pengolahan tanah.
	 Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o
dengan
bidang horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat
ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah
lereng asli). Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan,
dan berbagai sistem wanatani.
25MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
	 Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang
permeabilitasnyarendah,dengantujuanagarairyangtidaksegeraterinfiltrasimenggenangi
bidangolahdantidakmengalirkeluarmelaluitaluddibibirteras.Terasbangkumiringkeluar
diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara bersamaan,
misalnya di areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih
mahal dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar, karena
memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah.
	 Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan
tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Tanaman jenis rumput-rumputan
dan legum (poling-polongan) merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai
penguat teras. Tanaman murbei sebagai tanaman penguat teras banyak ditanam di daerah
pengembangan ulat sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang
disusun, khususnya pada tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang
berbatu. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku
adalah:
a)	 Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%,
b)	 tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan >40% karena bidang olah akan
menjadi terlalu sempit,
c)	 Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm)
d)	 Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin pertanian
e)	 Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan aluminium dan besi tinggi.
f)	 Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor.
Gambar Macam Teras Bangku Gambar Teras Bangku
2)	 Gulud atau Guludan
	 Gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian belakang
gulud. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras
gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang olah . Fungsi dari gulud hampir sama
dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan
penyerapan air ke dalam tanah. Saluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan
dari bidang olah ke saluran pembuangan air. Untuk meningkatkan efektivitas gulud dalam
menanggulangi erosi dan aliran permukaan, guludan diperkuat dengan tanaman penguat
26 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
teras. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai penguat teras bangku juga dapat
digunakan sebagai tanaman penguat gulud. Sebagai kompensasi dari kehilangan luas
bidang olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami dengan tanaman bernilai ekonomi
(cash crops), misalnya tanaman katuk, cabai rawit, dan sebagainya.
Gambar. Teras Gulud/guludan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud:
a)	 Teras gulud cocok diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, dapat juga pada
lahan dengan kemiringan 40-60% namun relatif kurang efektif.
b)	 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi, guludan dapat dibuat menurut arah kontur.
Pada tanah yang permeabilitasnya rendah, guludan dibuat miring terhadap kontur,
tidak lebih dari 1% ke arah saluran pembuangan. Hal ini ditujukan agar air yang tidak
segera terinfiltrasi ke dalam tanah dapat tersalurkan ke luar ladang dengan kecepatan
rendah.
3)	 Teras individu
	 Terasindividuadalahterasyangdibuatpadasetiapindividutanaman,terutamatanaman
tahunan. Teras  ini ditujukan untuk mengurangi erosi dan meningkatkan ketersediaan
air tanah bagi tanaman tahunan. Biasanya dibuat pada bidang lahan yang tidak ada
diperlakukan budidaya pertanian dengan kemiringan > 450
. Persyaratan cocok untuk lereng
15 – 60 % atau lebih dan solum tanahnya cukup dalam untuk menggali lubang tanaman
( > 25 cm). Tidak perlu sejajar garis kontur, tetapi menurut arah yang paling cocok untuk
penanaman tanaman (misalnya arah timur – barat untuk mendapatkan cahaya matahari
maksimal). Jarak masing-masing teras individu  sesuai dengan jarak tanam optimum yang
digunakan. Areal kosong diantara teras perlu ditanami jenis legum penutup tanah atau
tanaman rumput yang berguna melindungi tanah dari terpaan langsung butir-butir hujan,
mengurangi kecepatan aliran air permukaan dan memperbaiki struktur tanah. Keuntungan
teras individu yaitu membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja dari pada teras kebun dan bila
aliran permukaan tidak terkonsentrasi maka SPA tidak diperlukan.
27MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Gambar Teras Individu
4)	 Teras kebun
	 Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman pekebunan
dan buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam.
Pembuatan teras bertujuan untuk :
a)	 meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah
b)	 memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), diantaranya untuk fasilitas
jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.
Gambar Teras Kebun
5)	 Rorak atau lubang resapan air
	 Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah
atau saluran resapan. Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke
dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering,
rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan. Dimensi rorak
yang disarankan sangat bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang
berkisar antara 50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak
ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak
horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang
lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen
dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung. Sesudah periode waktu tertentu,
28 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
rorak akan terisi oleh tanah atau serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi secara terus-
menerus, bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat ke luar atau dibuat rorak yang
baru.
Gambar Rorak
4.	 Materi Bahan Ajar 4 : Konservasi tanah dan air dengan metode kimia
	 Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan
tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Konservasi tanah dan air secara kimia dalam usaha
pencegahan erosi yaitu usaha pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap
tanah untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap
erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai
pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka
panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah
dipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman
semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
	 Konservasi metode kimia adalah tindakan atau perlakuan kepada tanah agar terjadi
peningkatan kemantapan agregat tanah atau struktur tanah, dengan jalan memberikan
preparat-preparat kimia tertentu yang dapat memperkecil kepekaan tanah terhadap
ancaman kerusakan tanah. Salah satu cara yang digunakan dalam metode kimia adalah
dengan pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner). Tujuanya untuk meperbaiki
keadaan atau sifat fisik tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia baik secara buatan
atau alami.
	 Penggunaan bahan-bahan pemantap tanah diperlukan bagi lahan-lahan pertanian dan
perkebunan yang baru dibuka pengelolaannya, mengingat:
a)	 Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang
memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan secara efektif.
b)	 Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
c)	 Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan,
menyebabkanbanyakterangkutataurusaknyabagiantopsoil,mengingatpekerjaannya
menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat
lainnya.
29MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
	 Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki
struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Metode kimia
dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu
meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Tanah dengan struktur yang mantap
tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan, sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran air
permukaan (run off) tetap kecil.
	 Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan, walaupun
cukup efektif tetapi biayanya mahal. Pada saat sekarang ini umumnya masih dalam tingkat
percobaan-percobaan. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan
ini antara lain Bitumen dan Krilium. Emulsi dari bahan kimia tersebut dicampur dengan
air, misalnya dengan perbandingan 1:3, kemudian dicampur dengan tanah. Metode kimia
juga menggunakan preparat kimia sintetis atau alami. Preparat ini disebut soil conditioner
atau pemantap struktur tanah. Sesuai dengan namanya soil conditioner ini digunakan untuk
membentuk struktur tanah yang stabil. Senyawa yang terbentuk akan menyebabkan tanah
menjadi stabil.
Beberapa bahan kimia yang biasa digunakan untuk memperbaiki kondisi fisik dan
kimia tanah yaitu:
a)	 Bitumen berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah
b)	 Soil conditioner untuk memperkuat agregat tanah
c)	 Pupuk kimia untuk menyuburkan tanah
d)	 Kapur untuk menetralkan tanah yang asam
e)	 Belerang untuk menetralkan tanah yang basa
Bahan pemantap tanah yang baik harus mempunya sifat-sifat sebagai berikut:
a)	 Mempunyai sifat yang adesif serta dapat bercampur dengan tanah secara merata
b)	 Dapat merubah sifat hidrophobik atau hidrophilik tanah, yang demikian dapat merubah
kurva penahanan air tanah
c)	 Dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, yang berarti mempengaruhi
kemampuan tanah dalam menahan air
d)	 Daya tahan tanah sebagai pemantap tanah cukup memadai, tidak terlalu singkat dan
tidak terlalu lama
e)	 tidak bersifat racun (phytotoxix) dan harganya terjangkau
Beberapa cara pemakaian bahan pemantap tanah kedalam tanah adalah sebagai berikut
a)	 Pemakaiandipermukaantanah(surfaceapplication).Padacarainilarutanatauemulsizat
kimia pemantap tanah pada pengeceran yang di kehendaki disemprotkan langsung ke
atas permukaan tanah dengan alat sprayer yang biasa digunakan untuk memberantas
hama. Cara ini dapat dilakukan untuk penelitian di laboratorium dan di lapangan.
b)	 Pemakaian secara dicampur (incoporation treatment). Pada cara ini larutan atau emulsi
zat kimia pemantab tanah dengan pengeceran yang dikehendaki disemprotkan ke
dalam tanah, kemudian tanah tersebut dicampur dengan bahan kimia tadi sampai
merata, biasanya sampai kedalaman 0 – 25 cm. Cara ini bisa dilakukan dalam penelitian
di laboratorium dan di lapangan. Dalam area yang luas biasanya menggunakan mesin
penyemprot khusus seperti traktor.
30 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
c)	 Pemakaian setempat / lubang (local/pittreatment). Pada cara ini pemakaian bahan kimia
atau terbatas pada lubang-lubang tanaman saja (contoh lubang tanam berukuran 60 x
60 x 60 cm). Cara ini biasanya dilakukan di lapangan saja pada areal yang akan ditanami
tanaman tahunan dalam rangka usaha penghijauan. Tentu saja pemakaian bahan
pemantap tanah ini memerlukan keahlian dan pengalaman-pengalaman.
Beberapa nama bahan pemantap tanah (soil conditioner) adalah sebagai berikut :
a)	 Emilsi bitumen (hydrophobic) – cairan
b)	 Latex (natural rubber) – cairan
c)	 Poly-urethane (uresol 3 10) – cairan
d)	 Lignosulphonate – cairan
e)	 Polyvinylalcohol (PVA) = Elvanol 52-22 – serbuk
f)	 Polyvinylacetate (PV Ac) = Curasol AE/AH/DC/70 – cairan
g)	 Polyacrylamide (PAM) – cairan
h)	 Plyacrylic acid (PV A) – cairan
i)	 Humus (bahan organik)
5.	 Materi Bahan Ajar 5 : Metode konservasi tanah dan air metode vegetatif .
	 Konservasi tanah dan air metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan
miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah. Metode vegetatif
yaitu metode konservasi lahan kritis dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan
tujuan dan pola tanam tertentu. Metode vegetatif tersebut misalnya penanam tanaman
penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman, serta
penggunaan pupuk organik dan mulsa. Tanaman penutup tanah ini dapat mencegah atau
mengendalikan bahaya erosi, berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan
organiktanah,mencegahprosespencucianunsurhara,danmengurangifluktuasitemperatur
tanah. Metode vegetatif dengan penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk
menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan
tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air, dan mempertahankan
tingkat produktivitas tanah.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk pengawetan tanah dan air menggunakan metode
vegetatif, antara lain:
a)	 Penanaman tanaman secara berjalur (strip cropping).
b)	 Tanaman dengan tanaman pupuk hijau.
c)	 Penanaman rumput/hijuan pakan ternak.
d)	 Penanaman tanaman tahunan.
e)	 Penggunaan sisa-sisa tanaman untuk penutup tanah (mulsa seresah).
	
	 Keuntungan metode vegetatif adalah mudah tersedia di areal pertanian. Fungsinya
untuk melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan (rain drops), sehingga energi
kinetis air hujan yang mengakibatkan erosi percikan (splah erosion) dapat dipatahkan
sebelum membentur permukaan tanah dan dapat memperlambat aliran permukaan berarti
dapat melindungi tanah dari bahaya erosi permukaan (sheet erosion).
31MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
1)	 Metode vegetatif dengan penanaman tanaman penutup tanah
	 Pengelolaan tanah dengan metode penanaman tanaman penutup tanah berfungsi
dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat
memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar
granulasi tanah. Penutupan lahan oleh seresah dan tajuk yang akan mengurangi evaporasi 
dan dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan
porositas tanah sehingga memperbesar jumlah infiltrasi  dan mencegah terjadinya erosi.
Aplikasi metode vegetatif :
a)	 Sistem pertanaman lorong. Sistem pertanaman lorong adalah suatu sistem dimana
tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar.
b)	 Sistem pertanaman strip rumput. Konservasi lahan kritis dengan sistem pertanaman
strip rumput hampir sama dengan pertanaman lorong tetapi tanaman pagarnya adalah
rumput
c)	 Tanaman penutup tanah. Tanaman ini merupakan tanaman yang ditanam tersendiri
atau bersamaan dengan tanaman pokok. Peranan tanaman penutup tanah adalah
mengurangi kekuatan disperasi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran
permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah sehingga mengurangi erosi.
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah
a)	 Dapat berkembang cepat dan daunnya banyak.
b)	 Tahan terhadap pangkasan.
c)	 Mudah diperbanyak dengan menggunakan biji dan secara alami.
d)	 Mampu menekan tanaman pengganggu
e)	 Akarnya dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman pokok.
f)	 Tahan terhadap penyakit dan kekeringan.
g)	 Tidak berduri dan bersulur yang membelit.
	 Contoh tanaman penutup tanah yang baik adalah Arachispintoi.Tanaman ini bentuknya
mirip kacang tanah berbunga kuning dan berdaun bulat. Tanaman ini memiliki kegunaan
pokok yaitu:
a)	 Menahan erosi tanah
b)	 Menghambat penyebaran penyakit melalui air
c)	 Sebagai tempat berlindung musuh air tanah
d)	 Madu dan serbuk bunga merupakan makanan untuk beberapa macam MA (musuh
alami)
e)	 Sumber nitrogen untuk tanaman pokok
f)	 Mencegah pertumbuhan gulma.
2)	Mulsa
	 Mulsa adalah bahan-bahan (sisa panen, plastik dan lain-lain) yang disebar atau
digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk mengurangi penguapan
serta melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan yang akan mengurangi
kepadatan tanah. Mulsa dapat berupa sisa tanaman, lembaran plastik dan batu.
32 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
3)	 Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape)
	 Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape) mengikuti kebutuhan
air yang sama sehingga irigasi dapat dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman. Teknik
konservasi lahan kritis ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tanaman yang memiliki
kebutuhan air yang sama dalam satu bentang alam.
4)	 Penyesuaian jenis tanaman dengan karakteristik wilayah
	 Teknik konservasi ini dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan dalam
menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai dengan tingkat kekeringan yang
dapat terjadi di masing-masing daerah.
5)	 Penentuan pola tanam yang tepat
	 Areal yang datar maupun berlereng penentuan pola tanam disesuaikan dengan kondisi
curah hujan setempat untuk mengurangi devisit air  pada musim kemarau.
6)	 Tanaman dengan lajur berselang-seling.
	 Tanaman dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6 – 10 % dengan tujuan:
a)	 Membagi lereng agar menjadi lebih pendek.
b)	 Dapat menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan.
c)	 Menahan partikel-partikel tanah yang terbawa oleh aliran permukaan.
Tipe-tipe tanaman lajur berselang adalah :
a)	 Countur strip cropping, adalah penanaman berselang berdasarkan garis kontur.
b)	 Field strip cropping, digunakan untuk kelerengan yang tidak bergelombang dengan
jalur dapat melewati garis kontur, tetapi tanaman tidak melewati garis kontur.
c)	 Wind strip cropping, digunakan pada lahan yang datar atau kelerengan yang tidak tajam
dengan jalur tanaman tegak lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah alur searah
dengan kelerengan.
d)	 Buffer strip cropping, adalah lajur tanaman yang diselingi dengan lajur rumput atau
legume sebagai penyangga.
e)	 Countur planting adalah menanam secara kontur. Menanam secara dilakukan pada
kelerengan 15 –18 % dengan tujuan untuk memperbesar kesempatan meresapnya air
sehingga run off berkurang. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menanam secara
kontur adalah:
	 Pergiliran tanaman (crop rotation)
	 Reboisasi atau penghijauan.
	 Penanaman saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk
melindungi saluran pembuang agar tidak rusak.
7)	 Metode vegetatif dengan pergiliran tanaman penghijauan atau penghutanan
a)	 Pergiliran tanaman adalah mengusahakan penanaman berbagai jenis tanaman secara
bergilir dalam urutan waktu tertentu di sebidang lahan, misalnya pergiliran antara
tanaman pangan dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau
b)	 Agroforestri adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara
tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Agroforestri merupakan
33MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi
masalah yang timbul akibat adanya alih fungsi lahan dan sekaligus untuk mengatasi
masalah ketersediaan pangan.
	 Agroforestri bermanfaat mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan
sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan
intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekan oleh petani
di berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad (Michon dande Foresta,
1995).
	 Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri
sederhana dan sistem agroforestri kompleks (De Foresta dan Michon, 1997).
Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang
melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) yang ditanam
maupun tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani
mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini,
terdapat beraneka jenis pohon, tanaman perdu, tanaman memanjat (liana),
tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah besar.
	 Agroforestri mempunyai banyak bentuk, bila ditinjau dari segi ruang dan waktu.
Ditinjau dari segi ruang agroforestri mencakup dua dimensi yaitu vertikal dan
horizontal. Pada dimensi vertikal, peran agroforestri terutama berhubungan
erat dengan pengaruhnya terhadap ketersediaan hara, penggunaan dan
penyelamatan (capture) sumber daya alam. Bila ditinjau dari segi waktu, dua
komponenagroforestriyangberbedadapatditanambersamaanataubergiliran.
6.	 Materi Bahan Ajar 6 : Perencanaan konservasi partisipatif
	 Erosi merupakan salah satu masalah lahan sejak pengelolaan lahan dilakukan secara
intensif. Hal tersebut berbanding lurus dengan kebutuhan sandang, pangan, papan,
serta dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk. Seperti apa yang dikatakan Lal
(1994), menyatakan bahwa produktivitas lahan seluas ±20 juta ha setiap tahun mengalami
penurunan ke tingkat nol atau naik menjadi tidak ekonomis lagi disebabkan oleh erosi atau
degradasi yang disebabkan oleh erosi.
	 Penurunan produktivitas lahan karena erosi merupakan on-site effect dari erosi, bukan
termasuk kerugian yang disebabkan oleh off-site effect dari erosi, seperti: sedimentasi
sungai, waduk, jaringan irigasi, dan berbagai kerusakan lainnya. Indonesia sebagai negara
tropis memiliki potensi erosi cukup besar, karena faktor alami atau ulah manusia. Karena dua
faktor tersebut terutama faktor pengelolaan lahan yang menyebabkan erosi menyebabkan
kerugian yang tidak kalah besarnya dengan yang terjadi di negara subtropika.
	 Berdasarkan besarnya resiko erosi yang akan terjadi, maka pencegahan erosi meru-
pakan usaha penting dalam pengelolaan  lahan pertanian , perkebunan, kehutanan, dan
penggunaan lain. Pencegahan erosi harus diperhitungkan sejak pembuatan perencanaan
penggunaan lahan. Tindakan selanjutnya yaitu monitoring dan evaluasi dari pengelolaan
lahannya sudah menerapkan perencanaan teknik konservasi ataykah tidak. Hal ini agar agar
sistem pengelolaan lahan sudah menerapkan sistem pengelolaan lahan secara berkelanjutan.
34 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
	 Perencanaan konservasi tanah dapat menggunakan model pendugaan erosi. Terdapat
tiga alasan mengapa digunakannya permodelan pendugaan erosi untuk perencanaan
konservasi tanah, yaitu (1) model pendugaan erosi dapat digunakan sebagai alat predikasi
untuk menilai atau menaksir kehilangan tanah yang berguna untuk perencanaan konservasi
tanah, perencanaan proyek, inventarisasi erosi tanah, dan dasar pembuatan peraturan; (2)
model-model matematik yang didasarkan pada proses fisik dan waktu erosi terjadi dapat
membantu para perencana konservasi tanah dalam menentukan target penurunan erosi,
serta (3) model ini dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami proses-proses erosi dan
interaksinya dan untuk penetapan prioritas penelitian.
	 Secara ideal metode prediksi erosi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang
nampaknya bertentangan, yaitu dapat diandalkan, secara universal dapat digunakan,
mudah digunakan dengan data yang minimum, konprehensif dalam hal faktor-faktor yang
digunakan serta mempunyai kemampuan untuk mengikuti perubahan-perubahan tata
guna lahan dan tindakan konservasi tanah. USLE merupakan salah satu metode alternatif
yang memenuhi persyaratan serta cukup konprehensif dalam hal faktor-faktor yang
digunakan yakni menggunakan enam faktor erosi dalam proses perhitungan. Model ini juga
cukup mempunyai kemampuan untuk mengikuti perubahan tata guna lahan dan tindakan
konservasi, diantaranya karena berbagai percobaan untuk mendapatkan nilai faktor C
(crop) dan P (pengelolaan) telah banyak dilakukan di Indonesia sehingga model ini dapat
diaplikasikan dalam kondisi yang relatif sesuai.
	 Metode USLE mempunyai kelemahan yang kurang akurat yakni seringkali terlalu
overestimate. Salah satu yang kurang disadari oleh para pengguna model ini adalah
berhubungan dengan skala penggunaan, misalnya penggunaan USLE untuk memprediksi
erosi pada skala DAS. USLE berfungsi baik untuk skala plot sedangkan untuk skala DAS
dapat menjadi overestimate, salah satunya karena faktor filter sediemen tidak terakomodasi,
namun USLE bermanfaat dalam hubungannya dengan on-site effect dari erosi. Dengan
demikian USLE masih tergolong layak digunakan untuk perencanaan teknik konservasi skala
usaha tani karena on-site effect dari erosi menjadi pertimbangan utama. Untuk perencanaan
konservasi tanah pada skala yang lebih luas, akan lebih realistis jika digunakan model-model
yang merupakan pengembangan dari USLE.
	 Di Indonesia telah dikembangkan program DSS (Descision Support System) untuk
konservasi tanah dan air. Program tersebut telah dikembangkan sejak tahun 2005 oleh
Balai Penelitian Tanah. Program ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam
membuat rekomendasi pengelolaan lahan dengan cara memilih tindakan konservasi tanah
dan air yang tepat sesuai dengan kondisi biofisik lahan sehingga memudahkan perencana
dan pengguna dalam mengambil keputusan sistem pengelolaan yang tepat.
	 Metode lain yang digunakan adalah contoh model untuk skala DAS yang merupakan
pengembangan dari model USLE adalah SLEMS, CALSITE, RUSLE, dan WEPP. SLEMSA (Soil
Loss Estimator for Southtern Africa) menggunakan parameter yang sama dengan model
USLE, tetapi telah dimodifikasi dan diadaptasikan dengan kondisi daerah dan iklim di
Zimbabwe (Afrika Selatan) khususnya pada suatu bentang lahan di dataran tinggi. Meskipun
pendekatan terhadap model USLE sudah dilakukan untuk model ini  namun secara spesifik
lokasi, model ini belum dapat digunakan di daerah lain yang berbeda kondisinya.
35MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
	 Perencanaankonservasitanahdanairdapatdilakukansalahsatunyadenganpendekatan
dan dilakukan oleh masyarakat sehingga disebut perencanaan konservasi partipatif.
Keunggulan dari sistem Perencanaan Konservasi Partisipatif adalah (1) meningkatkan
kesadaranmasyarakatdalammenjagalingkungan;(2)masyarakatmaudanpercayadiridalam
membuat perencanaan konservasi tanah dan air di lingkungannya; (3) masyarakat merasa
dihargai karena karyanya menjadi perhatian semua pihak; serta (4) menciptakan kerjasama
yang sinergis antar stakeholder (pemerintah, swasta, dan masyarakat). Namun sistem ini juga
mempunyai kelemahan  yaitu (1) masih diperlukan sosialisasi untuk menggugah kesadaran
masyarakat; (2) perlunya pendampingan dalam proses kemandirian dan mengakses
sumberdaya; (3) pendampingan kurang efektif bila tenaga pendamping berganti-ganti dari
tahun ke tahun; dan (4) membutuhkan waktu yang lama untuk menciptakan kerjasama
yang sinergis.
	 Perencanaan konservasi partisipatif  harus memperhatikan aspek-aspek diantarnya
yaitu ruang lingkup, gambaran lokasi, sosialisasi,   serta participatory rural apraisal (PRA).
Ruang lingkup dimaksud mencakup kegiatan perencanaan konservasi tanah dan air secara
partisipatif meliputi identifikasi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, pemilihan alternatif
lokasi kegiatan, penyiapan masyarakat, pendampingan masyarakat dalam melaksanakan
PRA, pendampingan masyarakat dalam penyusunan Rencana Konservasi Tanah dan Air
(RKTA), serta pembentukan kelompok masyarakat peduli lingkungan atau kelompok
konservasi tanah dan air (KKTA). Gambaran lokasi adalah mengetahui bagaimana keadaan
daerah yang akan dilakukan  tindakan konservasi tanah dan air secara fisik, biologi dan
kondisi sosial. Gambaran ini didapat bukan dari hasil menduga-duga tetapi hasil dari
observasi lapang.
	 Sosialisasi tentang konservasi merupakan langkah awal yang wajib dilaksanakan
karena kegiatan ini bertujuan untuk membentuk pemahaman mengenai kegiatan
konservasi.  Kegiatan sosialisasi ini dibagi menjadi dua yaitu: (a) sosialisasi di lingkungan
Pemerintah Daerah yang tentunya dilakukan setelah koordinasi dan ditentukannya peserta
yang terkait dengan konservasi; (2) sosialisasi kepada masyarakat yang dilaksanakan setelah
berkoordinasi dengan kecamatan dan kelurahan atau desa. Sosialisasi di lingkungan
pemerintah diharapkan mampu meningkatkan pemahaman petugas tetapi juga umpan
balik atau masukan tentang kondisi daerah dan upaya-upaya konservasi, baik yang sudah,
sedang, dan akan dilakukan sehingga program-program terkait dengan konservasi dapat
disinergikan. Sosialisasi pada masyarakat menerangkan tentang masalah-masalah yang
mungkin terjadi dalam jangka panjang maupun pendek. Selain itu untuk meningkatkan
pemahaman lingkungan dan pentingnya dilakukan kegiatan konservasi  dan juga peran
penting masyarakat dalam melakukannnya. Oleh karena itu diperkenalkan alternatif
model-model konservasi yang dapat mempertahankan dan meningkatkan ekonomi serta
pendapatan masyarakat.
Participatory rural apraisal (PRA) dilakukan setelah kesepakatan dari masyarakat sudah
didapat. Untuk lebih memacu masyarakat dalam keterlibatannya dalam kegiatan konservasi
maka masyarakat perlu difasilitasi untuk melaksanakan PRA.  Kegiatan PRA adalah kegiatan
masyarakat untuk mengenali kondisi dan permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungannya
yangkemudiansecaramandirimenganalis,menyimpulkan,danmerencanakanpenanganan
36 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
permasalahannya. Kegiatan PRA ini dilakukan dengan tahapan, yaitu: (1) pengantar,
penjelasan teknik PRA; (2) pemantapan kelompok-kelompok PRA; (3) penelusuran lokasi
erosi; (4) penentuan prioritas masalah; (5) penyusunan draft RKTA; (6) pembentukan
kelompok konservasi tanah dan air (KKTA).
37MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
DAFTAR PUSTAKA
Ackerman, W.C., E.A. Coleman, and H.O. Ogrosky, 1955. From Ocean Sky to Land to Ocean.
dalam: Water.TheYearbookofAgriculture, Stefferud, A. (ed),The U.S. Govt. Printing Office:
41-48
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press
Effendi, 2003. Sumber Daya Air. Yogyakarta: Andi Offset.
Godam. 2008. Jenis Dan Macam Siklus Hidrologi Di Bumi. http://organisasi.org/jenis-macam-
siklus-hidrologi-siklus-air-pendek-sedang-panjang-di-bumi [ 9 Februari 2012].
Kartasapoetra, G, dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Pratiwi. 2007. Aspek Konservasi Tanah dan Air dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Bogor:
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Sitanala, Arsyad. 1989. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Lal R. 1994. Soil Erotion by Wind and Water: Problem and Prospects.
http://forest4betterlife.blogspot.com
http://ditjenbun.deptan.go.id
38 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
Lampiran Lembar Evaluasi
Evaluasi terhadap pelatihan yang dilaksanakan meliputi evaluasi terhadap pencapaian
tujuan masing-masing pelatihan, yaitu:
1.	 Evaluasi penyelenggaraan
EVALUASI TERHADAP PENYELENGGARAAN
PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
TANGGAL ..... S.D .. ................ 20..
NO ASPEK YANG DINILAI
PENILAIAN
BAIK CUKUP KURANG
I KEPANITIAAN
1 Rasio jumlah panitia dan jumlah peserta
2 Pelayanan kepada peserta
3 Pengaturan waktu
4 Komunikasi panitia dengan peserta
5 Komunikasi dengan fasilitator
II MATERI
1 Ketersediaan materi
2 Kualitas materi
3 Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
4 Kesesuaian materi dengan kurikulum dan modul
5 Ketersediaan referensi
III KEPESERTAAN
1 Penetapan peserta pelatihan
2 Latar belakang dan pengalaman peserta
3 Tingkat motivasi dan minat peserta
4 Kemampuan bekerjasama dengan TIM
IV SARANA DAN PRASARANA
1 Fasilitas alat tulis - menulis
2 Ruang belajar mengajar
3 Fasilitas penginapan
4 Konsumsi
5 Kesehatan
39MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
2. 	 Evaluasi penguasaan materi terhadap fasilitator yang memberikan materi
pada pelatihan;
Evaluasi Pelatihan Konservasi Tanah dan Air
Bersama ini dimohon kesediaan Saudara untuk mengisi lembar evaluasi pelatih ini dengan
jujur dan sebenar-benarnya
Pokok Bahasan			:
Sub Pokok Bahasan		 :
Pemandu			:
Tanggal			:
Waktu				:
No Aspek Yang Dinilai
Skala Penilaian
Sangat
Kurang
Kurang Sedang Baik
Sangat
Baik
I Materi Pelatihan
1 Pemahaman anda terhadap materi yang
disampaikan pemandu
2 Kesesuaian materi pelatihan dengan
kebutuhan anda
II Pemandu
3 Penguasaan terhadap materi yang
disampaikan
4 Teknik dan metode fasilitasi
5 Media yang digunakan
6 Sistematika dan pengelolaan waktu
dalam penyampaian
7 Pemberian kesempatan berdialog kepada
peserta
8 Kerendahan hati
9 Kemampuan mengatasi konflik atau
complain peserta
Saran / Komentar ………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………
40 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
3. 	 Evaluasi terhadap kemampuan peserta pelatihan laki laki dan perempuan
dalam menguasai materi pelatihan
HASIL EVALUASI BERLATIH PESERTA
1 Nama Pelatihan
2 Pokok Bahasan
3 Pemandu
4 Hari / Tanggal
5 W a k t u
No Nama Peserta Nilai Ket.
Presensi Prestasi Sikap
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Keterangan Nilai:
Nilai Presensi Nilai Prestasi Nilai Sikap
Hadir 1 Sangat Baik 86-100 Sangat Baik 86-100
Sakit 0,75 Baik 70-85 Baik 70-85
Ijin 0,5 Cukup 50-69 Cukup 50-69
Alpa 0 Kurang 0-49 Kurang 0-49
,…………………......
Pelatih
MODUL PELATIHAN
KONSERVASI
TANAH DAN AIR
Setyo Bangun Suharto
Hak cipta dilindungi Undang-undang. Tidak diperkenankan
mereproduksi atau dipergunakan dalam bentuk apapun atau
dengan menggunakan mesin atau elektronik, termasuk fotokopi,
rekaman atau penyimpanan informasi dan sistem pencarian data
tanpa izin tertulis dari penerbit.
Copyright © 2013
9 786021 237069

More Related Content

What's hot

Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanbramantiyo marjuki
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Novia Tri Handayani S
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanWarnet Raha
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIEDIS BLOG
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyaFitria Anggrainy
 
Jenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemJenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemNur Baqin
 
Manajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpaduManajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpadupdatarawa
 
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatpanduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatMohd. Yunus
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & airdenotsudiana
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Sri Wahyuni
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirYahya M Aji
 
Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanYusuf Ahmad
 
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaEkosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaMardiah Ahmad
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surutsobarputra
 
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariPeningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariGilang Putra
 
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)CIFOR-ICRAF
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
 

What's hot (20)

Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
Jenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemJenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistem
 
Manajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpaduManajemen rawa-terpadu
Manajemen rawa-terpadu
 
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakatpanduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
 
Pengelolaan das
Pengelolaan dasPengelolaan das
Pengelolaan das
 
Presentasi iis
Presentasi iisPresentasi iis
Presentasi iis
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian
 
Permasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya AirPermasalahan Sumber Daya Air
Permasalahan Sumber Daya Air
 
Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan Tanaman
 
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannyaEkosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
Ekosistem hutan mangrove dan pembelajarannya
 
Survei tanah
Survei tanahSurvei tanah
Survei tanah
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariPeningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsari
 
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 

Viewers also liked

Rekling03 konservasi
Rekling03 konservasiRekling03 konservasi
Rekling03 konservasiArif Rahman
 
Kegiatan sebagai Alat Pendidikan
Kegiatan sebagai Alat PendidikanKegiatan sebagai Alat Pendidikan
Kegiatan sebagai Alat PendidikanAndicha OYN
 
Konservasi dan Sumber Daya Alam
Konservasi dan Sumber Daya AlamKonservasi dan Sumber Daya Alam
Konservasi dan Sumber Daya AlamSiti Ramla
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanBondan the Planter of Palm Oil
 
Pendidikan Konservasi - Konservasi Nilai (Universitas Negeri Semarang)
Pendidikan Konservasi - Konservasi Nilai (Universitas Negeri Semarang)Pendidikan Konservasi - Konservasi Nilai (Universitas Negeri Semarang)
Pendidikan Konservasi - Konservasi Nilai (Universitas Negeri Semarang)Universitas Negeri Semarang
 

Viewers also liked (6)

Rekling03 konservasi
Rekling03 konservasiRekling03 konservasi
Rekling03 konservasi
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
Kegiatan sebagai Alat Pendidikan
Kegiatan sebagai Alat PendidikanKegiatan sebagai Alat Pendidikan
Kegiatan sebagai Alat Pendidikan
 
Konservasi dan Sumber Daya Alam
Konservasi dan Sumber Daya AlamKonservasi dan Sumber Daya Alam
Konservasi dan Sumber Daya Alam
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
 
Pendidikan Konservasi - Konservasi Nilai (Universitas Negeri Semarang)
Pendidikan Konservasi - Konservasi Nilai (Universitas Negeri Semarang)Pendidikan Konservasi - Konservasi Nilai (Universitas Negeri Semarang)
Pendidikan Konservasi - Konservasi Nilai (Universitas Negeri Semarang)
 

Similar to Panduan Pelatihan Konservasi Tanah dan Air

RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...Analyst of Water Resources Management
 
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...CIFOR-ICRAF
 
LAPORAN_AKHIR - EDI YANTO.docx
LAPORAN_AKHIR - EDI YANTO.docxLAPORAN_AKHIR - EDI YANTO.docx
LAPORAN_AKHIR - EDI YANTO.docxKhairulSamuki1
 
best practices scbfwm 2014 regional lampung
best practices scbfwm 2014 regional lampungbest practices scbfwm 2014 regional lampung
best practices scbfwm 2014 regional lampungMohd. Yunus
 
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...Analyst of Water Resources Management
 
Tugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayanTugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayanWayan Susanto
 
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...Asramid Yasin
 
Pendekatan vegetatif di begawan solo
Pendekatan vegetatif di begawan soloPendekatan vegetatif di begawan solo
Pendekatan vegetatif di begawan soloSyarifah Nisa
 
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdf
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdfPanduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdf
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdfHamdanHalid1
 
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisataManfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisataDendhy Nugraha
 
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalPengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalpariatmono
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Operator Warnet Vast Raha
 
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docxTUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docxJUMINTENSARI1
 
Konsep Jasa Layanan Lingkungan
Konsep Jasa Layanan LingkunganKonsep Jasa Layanan Lingkungan
Konsep Jasa Layanan LingkunganMeydellaRizkova
 
Laporan budidaya laut
Laporan budidaya lautLaporan budidaya laut
Laporan budidaya lautIbnu Riyadi
 
Policy Brief - Tren dan Nilai Ekonomi Karbon Biru oleh CarbonEthics .pdf
Policy Brief - Tren dan Nilai Ekonomi Karbon Biru oleh CarbonEthics .pdfPolicy Brief - Tren dan Nilai Ekonomi Karbon Biru oleh CarbonEthics .pdf
Policy Brief - Tren dan Nilai Ekonomi Karbon Biru oleh CarbonEthics .pdfLavayrter
 
Proyek penguatan pengelolaan hutan dan daerah aliran sungai berbasiskan masya...
Proyek penguatan pengelolaan hutan dan daerah aliran sungai berbasiskan masya...Proyek penguatan pengelolaan hutan dan daerah aliran sungai berbasiskan masya...
Proyek penguatan pengelolaan hutan dan daerah aliran sungai berbasiskan masya...Konsultan Pendidikan
 

Similar to Panduan Pelatihan Konservasi Tanah dan Air (20)

RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
 
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove  dan Kesejahteraan Mas...
Peran Pemerintah dalam Aktivitas Rehabilitasi Mangrove dan Kesejahteraan Mas...
 
Makalah iis
Makalah iisMakalah iis
Makalah iis
 
LAPORAN_AKHIR - EDI YANTO.docx
LAPORAN_AKHIR - EDI YANTO.docxLAPORAN_AKHIR - EDI YANTO.docx
LAPORAN_AKHIR - EDI YANTO.docx
 
best practices scbfwm 2014 regional lampung
best practices scbfwm 2014 regional lampungbest practices scbfwm 2014 regional lampung
best practices scbfwm 2014 regional lampung
 
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
 
Tugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayanTugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayan
 
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
ANALISIS PARAMETER FISIKA-KIMIA UNTUK KEPENTINGAN REHABILITASI EKOSISTEM MANG...
 
Pendekatan vegetatif di begawan solo
Pendekatan vegetatif di begawan soloPendekatan vegetatif di begawan solo
Pendekatan vegetatif di begawan solo
 
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdf
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdfPanduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdf
Panduan_Pengendalian_Kebakaran_Hutan_dan.pdf
 
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisataManfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
Manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan objek pariwisata
 
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalPengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
 
Metode penelitian pesisir
Metode penelitian  pesisirMetode penelitian  pesisir
Metode penelitian pesisir
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
 
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docxTUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
 
Konsep Jasa Layanan Lingkungan
Konsep Jasa Layanan LingkunganKonsep Jasa Layanan Lingkungan
Konsep Jasa Layanan Lingkungan
 
Laporan budidaya laut
Laporan budidaya lautLaporan budidaya laut
Laporan budidaya laut
 
Policy Brief - Tren dan Nilai Ekonomi Karbon Biru oleh CarbonEthics .pdf
Policy Brief - Tren dan Nilai Ekonomi Karbon Biru oleh CarbonEthics .pdfPolicy Brief - Tren dan Nilai Ekonomi Karbon Biru oleh CarbonEthics .pdf
Policy Brief - Tren dan Nilai Ekonomi Karbon Biru oleh CarbonEthics .pdf
 
Laporan krl
Laporan krlLaporan krl
Laporan krl
 
Proyek penguatan pengelolaan hutan dan daerah aliran sungai berbasiskan masya...
Proyek penguatan pengelolaan hutan dan daerah aliran sungai berbasiskan masya...Proyek penguatan pengelolaan hutan dan daerah aliran sungai berbasiskan masya...
Proyek penguatan pengelolaan hutan dan daerah aliran sungai berbasiskan masya...
 

More from Mohd. Yunus

Profil DPP APKASINDO
Profil DPP APKASINDOProfil DPP APKASINDO
Profil DPP APKASINDOMohd. Yunus
 
Company Profile DPP APKASINDO
Company Profile DPP APKASINDOCompany Profile DPP APKASINDO
Company Profile DPP APKASINDOMohd. Yunus
 
Company Profile DPP APKASINDO
Company Profile DPP APKASINDOCompany Profile DPP APKASINDO
Company Profile DPP APKASINDOMohd. Yunus
 
Persyaratan Pengajuan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) - DPP APKASINDO
Persyaratan Pengajuan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) - DPP APKASINDOPersyaratan Pengajuan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) - DPP APKASINDO
Persyaratan Pengajuan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) - DPP APKASINDOMohd. Yunus
 
Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Taman Keanekaragaman Hayati (KEHATI)
Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Taman Keanekaragaman Hayati  (KEHATI)Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Taman Keanekaragaman Hayati  (KEHATI)
Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Taman Keanekaragaman Hayati (KEHATI)Mohd. Yunus
 
Studi Kasus KLHS Riau
Studi Kasus KLHS RiauStudi Kasus KLHS Riau
Studi Kasus KLHS RiauMohd. Yunus
 
membangun pengelolaan hutan dan das berbasis masyarakat - pembelajaran penera...
membangun pengelolaan hutan dan das berbasis masyarakat - pembelajaran penera...membangun pengelolaan hutan dan das berbasis masyarakat - pembelajaran penera...
membangun pengelolaan hutan dan das berbasis masyarakat - pembelajaran penera...Mohd. Yunus
 
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gis
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gismodul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gis
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gisMohd. Yunus
 
Stories from the conservationists
Stories from the conservationistsStories from the conservationists
Stories from the conservationistsMohd. Yunus
 
Rancangan Awal RPJMD Jambi 2016 2021
Rancangan Awal RPJMD Jambi 2016 2021Rancangan Awal RPJMD Jambi 2016 2021
Rancangan Awal RPJMD Jambi 2016 2021Mohd. Yunus
 

More from Mohd. Yunus (10)

Profil DPP APKASINDO
Profil DPP APKASINDOProfil DPP APKASINDO
Profil DPP APKASINDO
 
Company Profile DPP APKASINDO
Company Profile DPP APKASINDOCompany Profile DPP APKASINDO
Company Profile DPP APKASINDO
 
Company Profile DPP APKASINDO
Company Profile DPP APKASINDOCompany Profile DPP APKASINDO
Company Profile DPP APKASINDO
 
Persyaratan Pengajuan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) - DPP APKASINDO
Persyaratan Pengajuan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) - DPP APKASINDOPersyaratan Pengajuan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) - DPP APKASINDO
Persyaratan Pengajuan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) - DPP APKASINDO
 
Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Taman Keanekaragaman Hayati (KEHATI)
Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Taman Keanekaragaman Hayati  (KEHATI)Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Taman Keanekaragaman Hayati  (KEHATI)
Peran Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Taman Keanekaragaman Hayati (KEHATI)
 
Studi Kasus KLHS Riau
Studi Kasus KLHS RiauStudi Kasus KLHS Riau
Studi Kasus KLHS Riau
 
membangun pengelolaan hutan dan das berbasis masyarakat - pembelajaran penera...
membangun pengelolaan hutan dan das berbasis masyarakat - pembelajaran penera...membangun pengelolaan hutan dan das berbasis masyarakat - pembelajaran penera...
membangun pengelolaan hutan dan das berbasis masyarakat - pembelajaran penera...
 
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gis
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gismodul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gis
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gis
 
Stories from the conservationists
Stories from the conservationistsStories from the conservationists
Stories from the conservationists
 
Rancangan Awal RPJMD Jambi 2016 2021
Rancangan Awal RPJMD Jambi 2016 2021Rancangan Awal RPJMD Jambi 2016 2021
Rancangan Awal RPJMD Jambi 2016 2021
 

Panduan Pelatihan Konservasi Tanah dan Air

  • 1. MODUL PELATIHAN Panduan Pelatihan Bagi Masyarakat CBO dan Fasilitator Lapangan Setyo Bangun Suharto
  • 2. MODUL PELATIHAN Setyo Bangun Suharto Panduan Pelatihan bagi Masyarakat CBO dan Fasilitator Lapangan
  • 3. ii MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR PENULIS Setyo Bangun Suharto EDITOR Exwan Novianto KONTRIBUTOR Fajar Sudarwo Eko Budi Wiyono Firman Fuadi Diterbitkan pertama kali di Indonesia oleh Strengthening Community Based Forest and Watershed Management (SCBFWM) Regional Yogyakarta Kementerian Kehutanan Kantor Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo, Yogyakarta Jl. Gedongkuning No 172A, Yogyakarta- 55171. TELP. (0274) 370540/FAX (0274) 375834 Copyright © 2013 Cetakan I, November 2013 ISBN 978-602-1237-06-9 Buku ini dipublikasikan oleh Program Strengthening Community Based Forest and Watershed Management (SCBFWM), sebuah program kerjasama antara Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Kementerian Kehutanan dengan United Nation Development Program (UNDP), atas dukungan Global Enviromental Facility (GEF). Modul pelatihan ini disusun atas dukungan:
  • 4. iiiMODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN Agroforestri : suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. CBO : Community Based Organization DAS : Daerah Aliran Sungai Deforestasi : Penggundulan hutan; penghilangan hutan; adalah kegiatan penebangan tegakan pohon-pohon di hutan sehingga lahannya dapat digunakan untuk peruntukan lainnya (pertanian, perkebunan, pemukiman, dan lainnya) DSS : Descision Support System KKTA : Kelompok Konservasi Tanah dan Air PRA : Participatory Rural Appraisal (kajian desa partisipatif) SCBFWM : Strengthening Community-Based Forest and Watershed Mangement soil conditioner : bahan pemantap tanah SLEMSA : Soil Loss Estimator for Southtern Africa Stakeholders : pemangku kepentingan RKTA : Rencana Konservasi Tanah dan Air RTL : Rencana Tindak Lanjut
  • 5. iv MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR PENGANTAR Strengthening Community-Based Forest and Watershed Management (SCBFWM) adalah program penguatan pengelolaan hutan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) berbasis masyarakat untuk tujuan memberikan kontribusi terhadap pengurangan degradasi lahan dan hutan di Indonesia   dalam rangka merehabilitasi fungsi DAS dan jasa lingkungan, serta pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Kegiatan utamanya adalah meningkatan kapasitas dan perbaikan koordinasi para pihak untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung CBFWM, serta membangun plot demonstrasi pengelolaan hutan dan DAS berbasis masyarakat. Penekanan“berbasis masyarakat”menjadi penting karena masyarakat merupakan pihak yang akan berperan penting dan dominan dalam teknis pengelolaan DAS, sekaligus sebagai pemilik lahan hak dan pihak yang akan mendapatkan manfaat langsung dari pengelolaan sumberdaya hutan. Untuk mencapai tujuan di atas, maka SCBFWM menggunakan pendekatan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas stakeholders (pemangku kepentingan) dalam konservasi tanah dan air. Konservasi tanah (pengawetan tanah) adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukan sesuai persyaratan yang diperlukan supaya tidak terjadi kerusakan lahan. Konservasi air yaitu penggunaan dan pemanfaatan air yang jatuh ke tanah secara efisien dan pengaturan waktu pengaliran, sehingga tidak terjadi banjir di musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Modul pelatihan ini disusun oleh tim pengelola SCBFWM agar dapat menjadi panduan bagi penyelenggaran pelatihan konservasi tanah dan air. Dengan modul ini, diharapkan dapat mempermudah penyampaian materi konservasi tanah dan air, sehingga kelompok masyarakat dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam pengelolaan lahan. Yogyakarta, September 2013
  • 6. vMODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR DAFTAR ISI DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN............................................................................. iii PENGANTAR................................................................................................................. iv Daftar Isi....................................................................................................................... v A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................... 1 B. TUJUAN........................................................................................................................................ 2 C. PESERTA....................................................................................................................................... 3 D. FASILITATOR/NARASUMBER.................................................................................................. 3 E. KURIKULUM................................................................................................................................ 3 F. SATUAN ACARA PELATIHAN................................................................................................. 5 1. Pokok Bahasan 1 : Perkenalan dan harapan............................................................ 5 2. Pokok Bahasan 2 : Degradasi lahan............................................................................ 7 3. Pokok Bahasan 3 : Konservasi tanah dan air........................................................... 9 4. Pokok Bahasan 4 : Konservasi tanah dan air dengan metode mekanik........ 11 5. Pokok Bahasan 5 : Konservasi tanah dan air dengan metode kimia.............. 13 6. Pokok Bahasan 6 : Konservasi tanah dan air dengan metode vegetatif....... 15 7. Pokok Bahasan 7 : Perencanaan konservasi tanah dan air secara partisipatif........................................................................................................................... 16 G. EVALUASI..................................................................................................................................... 18 H. MATERI BAHAN AJAR: Pelatihan Konservasi Tanah dan Air ...................................... 18 1. Materi Bahan Ajar 1: Degradasi lahan........................................................................ 18 2. Materi Bahan Ajar 2: Konservasi tanah dan air....................................................... 20 3. Materi Bahan Ajar 3: Konservasi tanah metode mekanik .................................. 24 3. Materi Bahan Ajar 4: Konservasi tanah dan air dengan metode kimia.......... 28 4. Materi Bahan Ajar 5: Metode konservasi tanah dan air metode vegetatif .. 30 5. Materi Bahan Ajar 6: Perencanaan konservasi partisipatif................................. 33 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 37 Lampiran Lembar Evaluasi......................................................................................... 38
  • 7. vi MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR
  • 8. 1MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR A. LATAR BELAKANG Beberapa data dari Kementerian Kehutanan menunjukkan bahwa hilangnya kawasan hutan dan degradasi hutan masih terus berlangsung, terutama di Kawasan Konservasi (dikonversi untuk pembangunan sektor lain, seperti perkebunan dan transmigrasi), serta Hutan Lindung. Laju deforestasi diperkirakan 1.089 juta hektar per tahun, terutama untuk rentang tahun 2000-2005 (Buku Statistik Kehutanan, 2006). Menurut ForestWatch Indonesia (2009), luas tutupan hutan Indonesia pada tahun 2000 adalah 103,33 juta ha. Luas tutupan hutaninipadatahun2009berkurangmenjadi88,17jutahaatautelahmengalamideforestasi seluas 15,15 juta ha. Dengan demikian, laju deforestasi Indonesia pada kurun waktu ini (2000-2009) adalah sebesar 1,51 juta ha per tahun. Berdasarkan laju deforestasi pada periode tahun 2000-2009, dengan mengabaikan pengelompokan berdasarkan fungsi kawasan, diperkirakan pada tahun 2020 hutan di Jawa akan habis, Bali-NusaTenggara tersisa 0,08 juta ha, Maluku 2,37 juta ha, Sulawesi 7,20 juta ha, Sumatera 7,72 juta ha, Kalimantan 21,29 juta ha, dan Papua 33,45 juta ha. Hal ini terjadi jika tidak ada upaya dan intervensi apapun untuk mencegah dan mengurangi proses deforestasi tersebut. Keterbatasan daya dukung Pulau Jawa semakin diperparah dengan tingginya angka jumlah penduduk miskin di pulau ini. Di dalam pemukiman yang berdekatan dengan sumber daya hutan, prosentase penduduk miskin yang juga terdiri dari kaum perempuan dan kaum marjinal lainnya terlihat semakin besar. Sumber daya hutan di Pulau Jawa dipadati oleh lebih dari 30 juta jiwa pada sekitar 6.200 desa hutan—sebagian besar merupakan kantong kemiskinan yang terdapat petani berlahan terbatas, buruh tani, kaum perempuan dan kaum marjinal lainnya dengan kebutuhan lahan yang tinggi. Enam puluh lima prosen penduduk Pulau Jawa menghuni kawasan pesisir yang 20 % diantaranya merupakan penduduk miskin, termasuk di dalamnya kaum perempuan dan kaum marjinal lainnya. Tekanan penduduk miskin memperbesar potensi ancaman kelestarian sumber daya hutan dan lahan yang telah semakin terdegradasi. Degradasi kawasan hutan telah berdampak luas dan berimplikasi serius bagi keberlangsungan kehidupan berkelanjutan. Salah satu usaha mengurangi degradasi lahan dan hutan adalah melakukan konservasi tanah dan air. Konservasi tanah (pengawetan tanah) adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan sesuai dengan kemampuannya dan memperlakukan sesuai persyaratan yang diperlukan supaya tidak terjadi kerusakan lahan. Konservasi air yaitu penggunaan dan pemanfaatan air yang jatuh ke tanah secara efisien dan pengaturan waktu pengaliran, sehingga tidak terjadi banjir di musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Konsentrasi konservasi tanah dan air terutama pada lahan kering. Lahan kering adalah tanah yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan lebih mengandalkan air hujan. Karateristik daerah lahan kering pada umumnya berupa daerah dataran tinggi yang kondisinya berbukit-bukit atau bergunung dengan lereng-lerengyangmiringdantanahtandus.Didaerahdatarantinggitersebutpalingbanyak dijumpai budidaya pertanian lahan kering, walaupun juga dijumpai pertanian persawahan bilamana irigasi teknis dan bukan teknis dapat diterapkan.
  • 9. 2 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Masyarakat petani mengandalkan sumber penghidupannya dari budidaya intensif pertanian di perbukitan dan berlereng. Tentunya sistem budidaya tersebut jauh dari aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi lahan tersebut yang melebihi daya dukung lingkungan telah menyebabkan kerusakan sumberdaya lahan. Dapat dikatakan bahwa kerusakan lingkungan pada dasarnya bersumber dari perilaku manusia yang menyebabkan erosi melampaui ambang batas. Erosi tanah dapat mempercepat rusaknya sifat fisik dan kimia tanah. Akibatnya tanah menjadi tandus dan kritis. Secara ekonomis dampak ini ditunjukkan dengan menurunnya produktifitas lahan dan ketersediaan air. Kondisi tersebut mendorong pentingnya membangun kesadaran masyarakat pada bahaya degradasi lahan bagi generasi akan datang, serta perlunya mengetahui konsep dan aplikasi konservasi dan menerapkannnya dalam kehidupannya. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk membuka kesadaran masyarakat dan menerapkan pengetahuan konservasi tanah dan air dengan segera adalah melalui pelatihan konservasi dasar. Kegiatan pembelajaran petani tersebut diperlukan agar masyarakat petani mampu dan mau melakukan konservasi lahan dan air, khusunya di daerah Daerah Aliran Sungai. Strategi mengelola proses kegiatan masyarakat tersebut agar lebih efektif dengan menggunakan pendekatan kelompok. Bentuk kelompok yang dikembangkan yaitu Community Based Organizationa (CBO). CBO merupakan kelompok masyarakat terkecil di tingkat dusun atau desa yang diharapkan dapat berperan dalam penanggulangan degradasi lahanmelaluikonservasi.PersolannyaCBOyangsudahadadimasyarakatmasihlemahdalam kompetensi kegiatan konservasi tanah dan air. Kelemahan kapasitas masyarakat tersebut terutama dalam perencanaan konservasi tanah dan air secara partisipatif. Ruang lingkup kegiatanperencanaankonservasitanahdanairsecarapartisipatifmeliputiidentifikasikondisi sosial dan ekonomi masyarakat, pemilihan alternatif lokasi kegiatan, penyiapan masyarakat, pendampingan masyarakat dalam melaksanakan PRA, pendampingan masyarakat dalam penyusunan Rencana Konservasi Tanah dan Air (RKTA), serta pembentukan kelompok masyarakat peduli lingkungan atau kelompok konservasi tanah dan air (KKTA). Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan adanya suatu bentuk peningkatan kapasitas bagi para pengurus kelompok tani dari laki-laki maupun perempuan dalam bentuk pelatihan konservasi agar mereka mampu menerapkan prinsip-prinsip konservasi secara berkelanjutan. B. TUJUAN Modul ini didesain untuk meningkatkan kapasitas para pelaku program dan anggota masyarakat yang terlibat dalam merencanakan kegiatan konservasi tanah dan air dalam menanggulangi degradasi lahan. Peserta pelatihan ini lebih diperuntukan bagi yang sudah pernah terlibat dalam kegiatan perencanaan atau pengelolaan kegiatan kelompok. Berdasarkan pengalaman tersebut maka diharapkan melalui pelatihan ini dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas perencananaan konservasi tanah dan air secara partisipatif. Tujuan utama pelatihan ini adalah peserta mampu dan mau mempraktekan perencanaan kegiatan konservasi tanah dan air secara partispiatif setelah mengikuti pelatihan.
  • 10. 3MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR C. PESERTA Peserta pelatihan adalah pengurus kelompok atau CBO dari setiap lokasi program penguatan kapasitas masyarakat berbasis hutan dan air atau anggota CBO yang potensial untuk dikembangkan kepemimpinan dan kemampuannya dalam mengelola kelembagaan CBO. Pelatihan ini dilaksanakan secara terpisah untuk laki-laki dan perempuan sesuai dengan kondisi setempat. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong partisipasi aktif laki-laki dan perempuan secara seimbang dalam penerapan konservasi di wilayahnya, diantaranya adalah: 1. Pengurus CBO 2. Anggota CBO 3. Petugas penyuluh lapangan 4. Anggota Masyarakat D. FASILITATOR/NARASUMBER 1. Fasilitator lapangan 2. Penyuluh pertanian/kehutanan 3. Praktis 4. Pejabat instansi lain terkait. Persyaratan bagi fasilitator/nara sumber 1. Menguasai materi yang dilatihkan, 2. Menguasai metode melatih, dan 3. Mampu mengevaluasi hasil pelatihan. E. KURIKULUM No Pokok Bahasan Tujuan Metode Media Waktu 1 Perkenalan dan harapan 1. Peserta dapat saling mengenal dengan peserta lain, fasilitator dan panitia yang telibat 2. Peserta mampu menyebutkan harapan terhadap pelatihan 3. Peserta paham harapan panitia dan fasililator terhadap peserta 4. Tercapai kesepakatan yang menjamin tercapainya tujuan pelatihan yang sesuai dengan harapan peserta 5. Mengetahui maksud, tujuan, dan proses pelatihan Ceramah Tanya jawab Curah pendapat Spidol Laptop LCD Projector White board Kertas plano dan metaplan 45 menit
  • 11. 4 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR 2 Degradasi lahan 1. Peserta mampu menggunakan alat untuk mengetahui tentang degradasi lahan dan penyebabnya 2. Peserta mampu menjelaskan kondisi degradasi lahan yang terjadi di wilayahnya masing- masing Ceramah Curah pendapat Diskusi Presentasi Tanya jawab Spidol Laptop LCD Projector White board Kertas Plano dan metaplan 90 menit 3 Konservasi tanah dan air 1. Peserta mampu menggunakan alat untuk mengetahui tentang pengertian konservasi, ruang lingkup , maksud dan tujuan konservasi, dan metode konservasi 2. Peserta mampu menjelaskan metode konservasi tanah dan air di wilayahnya yang mungkin dapat dilakukan. Ceramah Curah pendapat Diskusi Presentasi Tanya jawab Spidol Laptop LCD Projector White board Kertas Plano dan metaplan 120 menit 4 Konservasi tanah dan air dengan metode mekanik (sipil teknis) 1. Peserta mampu menjelaskan macam-macam metode konservasi dengan menggunakan metode mekanik di lingkungannya 2. Peserta mampu menerapkan konservasi metode mekanik di wilayahnya Ceramah Curah pendapat Diskusi Presentasi Tanya jawab Spidol Laptop LCD Projector White board Kertas Plano dan metaplan 90 menit 5 Konservasi tanah dan air dengan metode kimia 1. Peserta mampu menjelaskan macam-macam metode konservasi dengan menggunakan metode kimia di lingkungannya 2. Peserta mampu menerapkan konservasi metode konservasi kimia di wilayahnya Ceramah Curah pendapat Diskusi Presentasi Tanya jawab Spidol Laptop LCD Projector White board Kertas Plano dna metaplan 90 menit 6 Konservasi tanah dan air dengan metode vegetatif 1. Peserta mampu menjelaskan macam-macam metode konservasi dengan metode vegetasi di lingkungannya 2. Peserta mampu menerapkan metode konservasi vegetasi di wilayahnya Ceramah Curah pendapat Diskusi Presentasi Tanya jawab Spidol Laptop LCD Projector White board Kertas Plano dan metaplan 120 menit
  • 12. 5MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR 7 Perencanaan konservasi partisipatif 1. Peserta mampu mengetahui, perencanaan konservasi partispatif 2. Peserta mampu menerapkan metode perencanaan konservasi partisipatif di wilayahnya Ceramah Curah pendapat Diskusi Presentasi Tanya jawab Simulasi Praktek perencanaan Spidol Laptop LCD Projector White board Kertas Plano dan metaplan 120 menit F. SATUAN ACARA PELATIHAN 1. Pokok Bahasan 1: Perkenalan dan harapan Pengantar: Pokok bahasan ini merupakan pengantar sebelum pelatihan memasuki materi yang akan diberikan. Dinamika kelas akan terjalin di dalam pelatihan apabila peserta pelatihan saling mengenal satu sama lain, dan juga mempunyai harapan terhadap yang akan mereka lakukan. Perkenalan dilakukan dengan metode yang mudah dan simpel, namun dapat memberi kesan mendalam pada masing-masing peserta. Peserta juga mengetahui maksud, tujuan dan proses pelatihan yang akan berlangsung. Pokok Bahasan 1 Perkenalan dan harapan Tujuan 1. Peserta dapat saling mengenal dengan peserta lain, fasilitator dan panitia yang telibat 2. Peserta mampu menyebutkan harapan terhadap pelatihan 3. Peserta paham harapan panitia, fasililator terhadap peserta 4. Tercapai kesepakatan yang menjamin tercapainya tujuan pelatihan yang sesuai dengan harapan peserta 5. Mengetahui maksud dan tujuan serta proses pelatihan yang akan berlangsung Ringkasan Materi • Melalui penggalian harapan pelatihan maka dapat diidentifikasi hal-hal penting yang diharapkan oleh peserta. Hal ini dapat memperjelas tujuan pelatihan • Materi perkenalan: nama, alamat, status, dll • Materi harapan mencangkup: harapan tentang materi, penyelenggaraan, dan harapan terhadap fasilitas pelatihan Metode Ceramah Tanya jawab Metaplan Curah pendapat Media 1. Spidol 2. Kertas plano dan metaplan
  • 13. 6 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Proses Penyajian Fasilitator : 1. Fasilitator membuka dengan salam dan menjelaskan tujuan / output materi yang akan dipelajari. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk menambah atau mengkritisi tujuan tersebut. 2. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat lingkaran, termasuk fasilitator dan seluruh panitia. 3. Fasilitator meminta salah satu peserta yang ada dalam barisan yang melingkar untuk memperkenalkan diri. Kemudian bergantian sampai pada fasilitator dan panitia untuk memperkenalkan diri. . Materi perkenalan secara substansial adalah: nama diri, skor (contoh nama Toni: skor 1:1:2) . Artinya angka 1 pertama menunjukan jumlah istri, angka 1 kedua menunjukan jumlah anak, dan angka 2 ketiga menunjukan jumlah cucu). Bilamana peserta masih belum menikah berarti skornya 0 : 0; contohnya Abdal (0:0) artinya Abdal belum punya istri dan anak. 5. Peraturan: 1) Fasilitator sebagai orang pertama memperkenalkan diri secara lengkap 2) Perkenalan selanjutnya berputar searah jarum jam, dengan ketentuan peserta yang ke-2 dan seterusnya, sebelum memperkenalkan diri harus menyebutkan nama peserta yang sudah memperkenalkan diri sebelumnya secara lengkap. Artinya (missal jumlah peserta 20 orang) peserta yang ke-20 akan menyebutkan nama dari yang pertama sampai yang ke- 19 sebelum dia memperkenalkan dirinya sendiri. Setelahperkenalanselesai,kemudianfasilitatormemandupeserta untuk menulis harapan-harapan selama proses pelatihan di kertas metaplan. 1. Tempelkan kertas plano tujuan pelatihan (yang sudah disiapkan oleh fasilitator). Kemudian fasilitator meminta peserta membandingkan daftar harapan dengan tujuan pelatihan. 2. Fasilitator bersama peserta mengecek setiap harapan peserta yang dapat ditampung oleh tujuan pelatihan dan yang tidak dapat ditampung. Bilamana belum tertampung, maka disesuaikan dengan tujuan pelatihan atau disepakati sebagai topik baru.
  • 14. 7MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Proses Penyajian 3. Kemudian fasilitator dan peserta menyusun jadwal pelatihan. Diskusikan jadwal pelatihan tersebut agar menjadi kesepakatan bersama. 4. Fasilitator menanyakan kepada peserta mengenai jadwal pelatihan: “Jam berapa dimulai?”, “Jam berapa diakhiri?”, “Berapa kali istirahat dan jam berapa?”. Diskusikan dan sepakati peraturan dasar lain seperti: “Apakah boleh menginterupsi orang lain?” atau “Bolehkah merokok saat pelatihan berlangsung?” 5. Tuliskan semua kesepakatan secara jelas di kertas plano. 6. Tempelkan kertas plano tersebut di tempat yang mudah dilihat selama pelatihan. Waktu 45 menit Sumber Belajar Bahan Ajar 1 2. Pokok Bahasan 2 : Degradasi lahan Pengantar: Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta latih mengenai berbagai hal terkait masalah degradasi lahan. Pokok bahasan ini digunakan jika terdapat beberapa kondisi-kondisi: • Peserta belum mengerti arti dari degradasi lahan • Peserta belum mengerti yang menyebabkan degradasi lahan • Masih ditemukan pengurus kelompok yang belum mengerti akibat degradasi lahan. Pokok bahasan ini meliputi: • Pengertian degradasi lahan • Penyebab degradasi lahan • Macam-macam degradasi lahan • Akibat degradasi lahan. Pada pokok bahasan ini peserta diajak untuk menginventarisir fakta-fakta di lapangan seperti: data volume produki tahunan tanaman di suatu wilayah, data sedimentasi, dan data beberapa peristiwa longsor dan banjir. Dari data tersebut peserta diharapkan mampu menyimpulkan seberapa besar degradasi yang telah terjadi di wilayahnya. Pokok Bahasan 2 Degradasi lahan Tujuan 1. Peserta mampu menggunakan alat untuk mengetahui, tentang degradasi lahan, dan penyebabnya 2. Peserta mampu menjelaskan kondisi degradasi lahan yang terjadi di wilayahnya masing-masing
  • 15. 8 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Ringkasan Materi Degradasi lahan adalah suatu proses yang menjelaskan fenomena penurunankapasitastanahpadasaatsekarangatausaatyangakan datang. Dalam mendukung kehidupan manusia yang dipengaruhi aktifitas manusia, selain berakibat pada ekologi, degradasi lahan dapat berakibat pada penurunan produksi tanaman yang juga berpengaruh pada kondisi ekonomi dan sosial masyarakat. Untuk menganalisis kondisi degradasi lahan di wilayah masing- masing dapat dengan menggunakan data produktivitas tahunan tanaman yang paling dominan, sedimentasi, bencana longsor dan banjir Metode Ceramah Curah pendapat Metaplan Presentasi Tanya jawab Media 1. Spidol 2. Laptop 3. LCD Projector 4. White board 5. Kertas plano dan metaplan 6. Photo atau media tayang Proses Penyajian 1. Sebagai pengantar fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran dan alokasi waktu, judul, tujuan, metode, proses penyajian, dan waktu yang tersedia. 2. Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang peristiwa tanah longsor dan degradasi lahan. Tayangan ini berguna memancing daya kritis peserta agar dapat menangkap fakta-fakta yang mengindikasikan terjadinya degradasi di wilayahnya. 3. Fasilitator menggali pendapat peserta menggunakan media kartu metaplan. Peserta diajak mencatat satu peristiwa menurut pokok pikiran atau satu ide ke dalam satu kartu. 4. Setelah peserta menyelesaikan minimal tiga kartu metaplan, fasilitator meminta pada peserta untuk menunjukan peristiwa degradasi yang pernah dilihat di lingkungannya yang meliputi penurunan produksi, sedimentasi, longsor, dan banjir. 5. Setelah peserta menulis minimal di tiga kartu metaplan, peserta diminta menempekan kartunya di dinding atau papan tulis yang telah disediakan.
  • 16. 9MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Proses Penyajian 6. Fasilitator memandu identifikasi pengelompokan kartu yang mempunyai kesamaan ide. Setelah pengelompokan ide- ide yang sama, fasilitator menegaskan ditemukannya fakta- fakta dari pengetahuan peserta yang sesuai dengan materi pembelajaran. Proses Penyajian 7. Fasilitator kemudian mengambil kesimpulan secara subtansial dari seluruh kartu ide yang tertempel sebagai bahan penegasan pokok-pokok materi yang penting untuk diingat peserta. 8. Fasilitator melakukan evaluasi secara lisan dan terbuka. Fasilitator meminta paserta yang belum paham untuk menunjukan hal-hal yang perlu dipahamkan. Secara singkat fasilitator menjelaskan atau me-review materi yang belum dipahami oleh peserta, atau meminta peserta lain yang sudah paham untuk menjelaskannya. 9. Fasilitator menutup pertemuan tersebut. Waktu 90 menit Sumber Belajar Bahan Ajar 2 3. Pokok Bahasan 3 : Konservasi tanah dan air Pengantar Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta latih mengenai berbagai hal terkait masalah konservasi tanah dan air. Pokok bahasan ini digunakan jika terdapat beberapa kondisi-kondisi: • peserta belum mengerti kegiatan konservasi tanah dan air (metode dan ruang lingkupnya) sehingga menjadi hambatan di dalam upaya kegiatan konservasi di lahan, • peserta belum melakukan konservasi tanah dan air karena tidak tahu, • peserta telah melakukan namun tidak sadar karena ketidaktahuannya. Pokok bahasan ini meliputi: • Pengertian konservasi tanah dan air • Pengertian metode konservasi tanah • Pengertian dan metode konservasi air • Ruang lingkup konservasi tanah dan air Pada pokok bahasan ini peserta diajak untuk menginventarisir fakta-fakta di lapangan dengan alat ukur: pola budidaya tanam, pola penanaman, dan bentuk teras. Data tersebut untuk mengukur peserta dalam kemampuan menyimpulkan kegiatan konservasi tanah dan air yang ada di wilayahnya.
  • 17. 10 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Pokok Bahasan 3 Konservasi Tanah Dan Air Tujuan 1. Peserta mampu menggunakan alat untuk mengetahui, tentang pengertian konservasi, ruang lingkup, maksud dan tujuan konservasi, dan metode konservasi 2. Peserta mampu menjelaskan metode konservasi tanah dan air di wilayahnya yang mungkin dapat dilakukan. Ringkasan Materi Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang Metode Ceramah Curah pendapat Diskusi kelompok Presentasi Tanya jawab Media 1. Spidol 2. Laptop 3. LCD Projector 4. White board 5. Kertas 6. Media tayang/photo Proses Penyajian 1. Sebagai pengantar fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran, alokasi waktu, judul pelatihan, tujuan, metode, proses penyajian, dan waktu yang tersedia. 2. Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang metode konservasi mekanik, vegetatif dan kimia. 3. Fasilitatormemfasilitasidialogcurahpendapatdenganpeserta menggunakan diskusi kelompok. Peserta diminta membagi diri menjadi empat kelompok dengan basis kesamaan wilayah tempat tinggal. 4. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan fakta-fakta nyata di wilayahnya yang mengindikasikan adanya upaya konservasi tanah dan air.Waktu diskusi kelompok diberi waktu sekitar 15 menit. 5. Fasilitator memandu diskusi pleno presentasi hasil kerja kelompok.
  • 18. 11MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Proses Penyajian 6. Fasilitator meminta seluruh catatan hasil diskusi kelompok dipaparkan di depan kelas. Selama proses pemaparan setiap perwakilan kelompok mendapat masukan dan tanggapan dari kelompok lain dan fasilitator. Proses Penyajian 7. Setelah seluruh kelompok mempresentasikan hasilnya, fasilitator memberikan penjelasan singkat hal-hal yang dianggap penting bagi peserta. 8. Fasilitator memandu evaluasi secara tertulis dengan format yang sudah disediakan untuk mengukur dan menilai tingkat pemahaman peserta terhadap materi pembelajaran yang telah diikuti. 9. Fasilitator menutup pertemuan Waktu 120 menit Sumber Belajar Bahan Ajar 3 4. Pokok Bahasan 4 : Konservasi tanah dan air dengan metode mekanik Pengantar Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta latih mengenai berbagai hal terkait masalah konservasi tanah dan air dengan metode mekanik. Pokok bahasan ini digunakan jika terdapat kondisi peserta belum mengerti: • peserta belum mengerti fungsi kegiatan konservasi tanah dan air secara mekanik (metode dan ruang lingkupnya) sehingga menjadi hambatan di dalam upaya kegiatan konservasi di lahan. • peserta belum melakukan konservasi tanah dan air secara mekanik karena tidak tahu, • peserta telah melakukan namun tidak sadar karena ketidaktahuannya. • peserta belum mengerti fungsi masing-masing bentuk metode mekanik dalam penanggulangan degradasi Pokok bahasan ini meliputi: 1. Pengertian konservasi tanah dan air dengan metode mekanik 2. Macam-macam konservasi tanah dan air dengan metode mekanik Pada pokok bahasan ini peserta diajak untuk menginventarisir fakta-fakta di lapangan dengan alat ukur pola budidaya tanam, pola penanaman, bentuk teras, sehingga peserta menyimpulkan sudah adanya kegiatan konservasi tanah dan air yang terjadi di wilayahnya Pokok Bahasan 4 Konservasi tanah dan air dengan metode mekanik Tujuan 1. Peserta mampu menjelaskan macam-macam metode konservasi dengan menggunakan metode mekanik di lingkungannya 2. Peserta mampu menerapkan konservasi metode mekanik di wilayahnya
  • 19. 12 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Ringkasan Materi Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (lahan kering) dengan menggunakan bahan seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanah dan air. Metode ini bertujuan untuk memperlambat aliran air permukaan, mengurangi erosi, danmenampungdanmengalirkanaliranairpermukaan.Kegiatan konservasi lahan secara mekanik diperlukan adanya bangunan konservasi (sipil teknis), misalnya terasering, guludan, saluran pembuangan air (SPA), bangunan terjunan (drop strukture), dan rorak (saluran buntu). Metode Ceramah Curah pendapat Metaplan Presentasi Tanya jawab Media 1. Spidol 2. Laptop 3. LCD Projector 4. White board 5. Kertas plano dan metaplan 6. Media tayang Proses Penyajian 1. Sebagai pengantar fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran dan alokasi waktu, judul, tujuan, metode, proses penyajian, dan waktu yang tersedia. 2. Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang pembuatan terasering, guludan, talud untuk memberikan ilustrasi tentang gambar tersebut. 3. Fasilitator mengajak curah pendapat dengan peserta dengan media kartu metaplan. Kartu ini digunakan untuk mencatat satu peristiwa menurut pokok pikiran atau satu ide ke dalam satu kartu. 4. Setelah peserta menyelesaikan minimal tiga kartu metaplan, fasilitator meminta peserta dapat menunjukan peristiwa degradasiyangpernahterjadidilingkungannyayangmeliputi penurunan produksi, sedimentasi, longsor, dan banjir 5. Setelah peserta menulis minimal di tiga kartu metaplan, peserta diminta menempekan kartunya masing-masing di dinding atau di papan tulis. 6. Fasilitator memandu identifikasi pengelompokan kartu yang mempunyai kesamaan ide. Setelah dikelompokan ide-ide yang sama, fasilitator menegaskan ditemukannya fakta- fakta dari pengetahuan peserta dihubungkan dengan materi pembelajaran.
  • 20. 13MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Proses Penyajian 7. Fasilitatorkemudianmengambilkesimpulansecarasubtsanisial dariseluruhkartuideyangtertempelsebagaibahanpenegasan pokok pokok materi yang penting untuk diingat peserta. 8. Fasilitatormelakukanevaluasisecaralisandanterbukadengan meminta paserta yang belum paham untuk menunjukan hal- hal yang perlu dijelaskan kembali. Secara singkat fasilitator menjelaskan atau me-review materi yang belum dipahami oleh peserta, atau meminta peserta lain yang sudah paham untuk menjelaskannya. 9. Fasilitator menutup pertemuan Waktu 90 menit Sumber Belajar Bahan Ajar 4 5. Pokok Bahasan 5 : Konservasi tanah dan air dengan metode kimia Pengantar Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta latih mengenai berbagai hal terkait masalah konservasi tanah dan air dengan metode kimia. Pokok bahasan ini digunakan jika terdapat kondisi masyarakat yang belum mengerti fungsi kegiatan konservasi tanah secara kimia (metode dan ruang lingkupnya) sehingga menjadi hambatan di dalam upaya kegiatan konservasi di lapangan. Jangan sampai peserta tidak melakukan konservasi karena tidak tahu, atau meraka telah melakukan namun tidak sadar karena ketidaktahuannya. Termasuk kondisi peserta tidak mengetahui fungsi masing- masing bentuk metode kimia dalam penanggulangan degradasi Pokok bahasan ini meliputi : 1. Pengertian konservasi tanah dan air dengan metode kimia 2. Macam-macam konservasi tanah dan air dengan metode kimia Pada pokok bahasan ini peserta diajak untuk menginventarisir fakta-fakta di lapangan dengan alat ukur pola budidaya tanam, pola penanaman, bentuk teras, sehingga peserta mampu menyimpulkan sudah adanya kegiatan konservasi tanah dan air yang terjadi di wilayahnya Pokok Bahasan 5 Konservasi tanah dan air dengan metode kimia Tujuan 1. Peserta mampu menjelaskan macam-macam metode konser- vasi dengan menggunakan metode kimia di lingkungannya 2. Peserta mampu menerapkan konservasi metode kimia di wilayahnya Ringkasan Materi Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Konservasi tanah dna air secara kimia dalam usaha pencegahan erosi yaitu pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi
  • 21. 14 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Metode Ceramah Curah pendapat Diskusi kelompok Presentasi Tanya jawab Media 1. Spidol 2. Laptop 3. LCD Projector 4. White board 5. Kertas plano dan metaplan 6. Media tayang atau photo Proses Penyajian 1. Sebagaipengantarfasilitatormenjelaskantujuanpembelajaran dan alokasi waktu, judul, tujuan, metode, proses penyajian, dan waktu yang tersedia. 2. Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang soil treatmen dan memberikan ilustrasi tentang gambar tersebut. 3. Fasilitator mengajak curah pendapat dengan peserta dengan media kartu metaplan. Kartu ini digunakan untuk mencatat satu peristiwa menurut pokok pikiran atau satu ide ke dalam satu kartu. 4. Setelah peserta menyelesaikan minimal tiga kartu metaplan, fasilitator meminta peserta dapat menunjukan peristiwa degradasi yang pernah terjadi lingkungannya yang meliputi penurunan produksi, sedimentasi, longsor, dan banjir 5. Setelah peserta menulis minimal di tiga kartu metaplan, peserta diminta menempekan kartunya masing masing di diding atau di papan tulis. Proses Penyajian 6. Fasilitator memandu identifikasi pengelompokan kartu yang mempunyai kesamaan ide. Setelah dikelompokan ide-ide yang sama, fasilitator menegaskan ditemukannya fakta- fakta dari pengetahuan peserta dihubungkan dengan materi pembelajaran. 7. Fasilitator kemudian mengambil kesimpulan secara subtsanisial dari seluruh kartu ide yang tertempel sebagai bahan penegasan pokok-pokok materi yang penting untuk diingat peserta. Proses Penyajian 8. Fasilitator melakukan evaluasi secara lisan dan terbuka dengan meminta paserta yang belum paham untuk menunjukan hal- hal yang perlu dijelaskan kembali. Secara singkat fasilitator menjelaskan atau me-review materi yang belum dipahami oleh peserta, atau meminta peserta lain yang sudah paham untuk menjelaskan. 9. Fasilitator menutup pertemuan
  • 22. 15MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Waktu 90 menit Sumber Belajar Bahan Ajar 5 6. Pokok Bahasan 6 : Konservasi tanah dan air dengan metode vegetatif Pengantar Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta latih mengenai berbagai hal terkait masalah konservasi tanah dan air dengan metode vegetasi. Pokok bahasan ini cukup menarik karena metode konservasi ini paling mudah dan murah. Metode ini juga paling beragam dan telah banyak dilakukan masyarakat. Pokok bahasan ini meliputi : 1. Pengertian konservasi tanah dan air dengan metode vegetasi 2. Macam-macam konservasi tanah dan air dengan metode vegatasi Pada pokok bahasan ini peserta diajak untuk menginvetarisir fakta-fakta di lapangan dengan alat ukur pola budidaya tanam, pola pertananaman, dan bentuk teras. Harapannya peserta mampu menyimpulkan ada tidaknya kegiatan konservasi tanah dan air yang terjadi di wilayahnya Pokok Bahasan 6 Konservasi tanah dan air dengan metode vegetasi Tujuan 1. Peserta mampu menjelaskan macam-macam metode konservasi dengan menggunakan vegetasi di lingkungannya 2. Peserta mampu menerapkan metode konservasi vegetasi di wilayahnya Ringkasan Materi Penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa- sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah. Beberapa teknik konservasi tanah dan air melalui cara vegetatif seperti pertanaman lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa. Metode Ceramah Curah pendapat Diskusi kelompok Presentasi Tanya jawab Alat dan Bahan 1. Spidol 2. Laptop 3. LCD Projector Alat dan Bahan 4. White board 5. Kertas plano dna metaplan
  • 23. 16 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Proses Penyajian 1. Sebagaipengantarfasilitatormenjelaskantujuanpembelajaran dan alokasi waktu, judul, tujuan, metode, proses penyajian, dan waktu yang tersedia. 2. Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang penanamam pohon di lahan kritis dan memberikan ilustrasi tentang gambar tersebut. 3. Fasilitatormemfasilitasidialogcurahpendapatdenganpeserta menggunakan diskusi kelompok. Peserta diminta membagi diri menjadi empat kelompok dengan basis kesamaan wilayah tempat tinggal. 4. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan fakta-fakta nyata di wilayahnya yang mengindikasikan adanya upaya konservasi tanah dan air dengan menggunakan metode vegetatif. Waktu diskusi kelompok diberi waktu sekitar 15 menit. 5. Fasilitator memandu diskusi pleno presentasi hasil kerja kelompok. 6. Fasilitator meminta seluruh catatan hasil diskusi kelompok dipaparkan didepan kelas. Selama proses penyajian setiap perwakilan kelompok mendapat tanggapan dari lain kelompok dan fasilitator. Proses Penyajian 7. Setelah seluruh kelampok mempresantasikan hasil kerjanya dan mendapat tanggapan secukupnya, fasilitator memberikan penegasan yang dianggap substansial dan penting bagi peserta. 8. Fasilitator memandu evaluasi secara tertulis dengan format yang sudah disediakan untuk mengukur dan menilai tingkat pemahamn peserta terhadap materi pembelajaran yang telah diikuti. 9. Fasilitator menutup pertemuan Waktu 120 menit Sumber Belajar Bahan Ajar 6 7. Pokok Bahasan 7 : Perencanaan konservasi tanah dan air secara partisipatif Pengantar Pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan peningkatan kapasitas pada peserta latih mengenai perencanaan konservasi tanah dan air dengan pendekatan partisipatif. Perencanaan konservasi partisipatif memiliki keunggulan yaitu (1) meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan; (2) masyarakat mau dan percaya diri dalam membuat perencanaan konservasi tanah dan air di lingkungannya; (3) masyarakat merasa dihargai karena karyanya menjadi perhatian semua pihak; serta (4) menciptakan kerjasama
  • 24. 17MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR yang sinergis antar stakeholder (pemerintah, swasta, dan masyarakat). Namun sistem ini juga mempunyai kelemahan  yaitu (1) masih diperlukan sosialisasi untuk menggugah kesadaran masyarakat; (2) perlunya pendampingan dalam proses kemandirian kelompok dan akses sumberdaya; (3) pendampingan kurang efektif bila tenaga pendamping berganti-ganti dari tahun ke tahun; dan (4) membutuhkan waktu yang lama untuk menciptakan kerjasama yang sinergis. Pokok bahasan ini meliputi perencanaan konservasi partisipatif  yaitu: • ruang lingkup, • gambaran lokasi, • sosialisasi,  serta • participatory rural apraisal (PRA). Pokok Bahasan 7 Perncanaan konservasi partispiatif Tujuan 1. Peserta mampu mengetahui perencanaan konservasi partispatif 2. Peserta mampu menerapkan metode perencanaan konservasi partisipatif di wilayahnya Ringkasan Materi Perencanaan konservasi tanah dan air dapat dilakukan salah satunya dengan pendekatan dan dilakukan oleh masyarakat. Jika hal tersebut dilakukan maka termasuk dalam perencanaan konservasi partisipatif. Metode Ceramah Curah pendapat Diskusi kelompok Presentasi Tanya jawab Simulasi praktek perencanaan Alat dan Bahan 1. Spidol 2. Laptop 3. LCD Projector 4. White board 5. Kertas plano dan metaplan Proses Penyajian 1. Sebagai pengantar fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran dan alokasi waktu, judul, tujuan, metode, proses penyajian, dan waktu yang tersedia. 2. Fasilitator memperlihatkan foto/video tentang kegiatan kelompok dalam konservasi.
  • 25. 18 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Proses Penyajian 3. Fasilitator memfasilitasi dialog curah pendapat dengan peserta menggunakan metode diskusi kelompok. Peserta diminta membagi diri menjadi empat kelompok dengan basis kesamaan wilayah tempat tinggal. 4. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan fakta-fakta nyata di wilayahnya yang mengindikasikan adanya upaya konservasi tanah dan air secara partisipatif. Waktu diskusi kelompok diberi waktu sekitar 15 menit. 5. Fasilitator memandu diskusi pleno presentasi hasil kerja kelompok. 6. Fasilitator meminta seluruh catatan hasil diskusi kelompok dipaparkan didepan kelas. Selama proses penyajian setiap perwakilan kelompok mendapat tanggapan dari lain kelompok dan fasilitator. 7. Setelah seluruh kelampok mempresantasikan hasil kerjanya dan mendapat tanggapan secukupnya, fasilitator memberikan penegasan yang dianggap penting diingat seluruh peserta. Proses Penyajian 8. Fasilitator memandu evaluasi secara tertulis dengan format yang sudah disediakan untuk mengukur dan menilai tingkat pemahaman peserta terhadap materi pembelajaran yang telah diikuti. 9. Fasilitator menutup pertemuan Waktu 120 menit Sumber Belajar Bahan Ajar 7 G. EVALUASI Evaluasi dilakukan sebagai alat untuk mengukur proses pelaksanaan pelatihan, respon peserta, penilaian pemandu/pelatih dan tingkat pemahaman peserta setelah selesai mengikuti proses pelatihan. Instrumen yang dapaat digunakan antara lain: 1. Evaluasi penyelenggaraan 2. Evaluasi penguasaan materi terhadap fasilitator yang memberikan materi pada pelatihan; 3. Evaluasi kemampuan penguasaan materi oleh peserta setelah pelatihan. H. MATERI BAHAN AJAR: Pelatihan Konservasi Tanah dan Air 1. Materi Bahan Ajar 1 : Degradasi lahan Degradasi lahan secara umum disebabkan oleh proses alami dan akibat aktivitas manusia. Barrow (1991) secara lebih rinci menyatakan bahwa faktor-faktor utama penyebab degradasi lahan adalah:
  • 26. 19MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR a) Bahaya alami b) Perubahan jumlah populasi manusia c) Marjinalisasi tanah d) Kemiskinan e) Status kepemilikan tanah f) Ketidakstabilan politik dan masalah administrasi g) Kondisi sosial ekonomi h) Masalah kesehatan i) Praktek pertanian yang tidak tepat, dan j) Aktifitas pertambangan dan industri. Degradasilahandisebabkanoleh3(tiga)aspek,yaituaspekfisik,kimiadanbiologi.Degradasi secara fisik terdiri dari pemadatan, pengerakan, ketidakseimbangan air, terhalangnya aerasi, aliran permukaan, dan erosi. Degradasi kimiawi terdiri dari asidifikasi, pengurasan unsur hara, pencucian, ketidakseimbangan unsur hara dan keracunan, salinisasi, dan alkalinisasi. Sedangkan degradasi biologis meliputi penurunan karbon organik tanah, penurunan keanekaragaman hayati tanah, dan penurunan karbon biomasa. Degradasi tanah adalah suatu proses yang menjelaskan fenomena penurunan kapasitas tanah pada saat sekarang atau saat yang akan datang, dalam mendukung kehidupan manusia yang dipengaruhi aktifitas manusia (Oldeman et.al., 1991 dalam van Lynden, 2000). Secara umum, degradasi tanah berarti penurunan kualitas tanah, dalam arti menghilangnya satu atau lebih fungsi tanah (Blumm, 1988 dalam van Lynden, 2000). Kualitas tanah dapat dinilai berdasarkan fungsi tanah yang berhubungan dengan ekologi dan  fungsi tanah yang berhubungan dengan aktivitas manusia. Fungsi ekologi tanah yaitu: a) fungsi yang berhubungan dengan produksi biomassa (unsur hara, suplai udara dan air, perakaran untuk tanaman), suplai makanan, energi, bahan mentah dan fitur alamiah (contoh hutan menyediakan habitat penting untuk banyak spesies). b) fungsi yang berhubungan dengan penyaringan, penyangga, penyimpanan dan transformasi (misalnya untuk zat-zat beracun) c) fungsi yang berhubungan dengan habitat biologi dan pengawetan genetik Fungsi tanah yang berhubungan dengan aktivitas manusia: a) sebagai media fisik yaitu fungsi tanah secara keruangan, misalnya untuk bangunan, jalan raya, jalan kereta, tempat rekreasi, dan waste dump b) sebagai sumberdaya bahan mentah yang mencakup air, batuan, dan mineral c) fungsi geogenik dan sejarah yaitu tanah merupakan bagian dari landskap yang mempunyai informasi geologi dan geomorfologi penting. Tanah juga menyimpan informasi yang berhubungan dengan arkeologi. Tipe-tipe degradasi tanah mengacu kepada kerusakan secara fisik, kimia dan biologi yang terjadi in-situ.  Terdapat tipe degradasi tanah, yaitu:
  • 27. 20 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR a) polusi b) erosi (pemindahan bahan tanah oleh air dan angin) c) penurunan kesuburan dan kandungan bahan organik d) salinisasi/alkalinisas 2. Materi Bahan Ajar 2: Konservasi tanah dan air a. Pengertian konservasi tanah dan air Tanah adalah lapisan kulit bumi bagian atas yang terbentuk dari pelapukan batuan dan bahan organik yang hancur oleh proses alamiah. Tanah berfungsi sebagai tempat menanam tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan. Tanaman pertanian meliputi tanaman pangan seperti padi, jagung dan sagu; tanaman palawija seperti ubi-ubian dan kacang-kacangan; dan tanaman holtikultura yang meliputi berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Tanaman perkebunan meliputi tanaman tahunan penghasil hasil hasil buah, biji, getah, daun, kulit kayu, dan sebagainya.Tanaman perkebunan seperti tebu, kina, kelapa, kopi, coklat, dan sebagainya. Tanaman kehutanan merupakan tanaman kayu-kayuan yang dapat menghasilkan kayu dan hasil hutan non kayu lainnya. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Air berfungsi sebagai sarana minum, mandi dan mencuci. Air juga bermanfaat untuk: a) sebagai sarana transportasi b) sebagai sarana wisata/rekreasi c) sebagai sarana irigasi/pengairan d) sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) b. Pengertian konservasi tanah Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Simmonson (1957), tanah adalah permukaan lahan yang kontinyu menutupi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak pegunungan, daerah salju abadi. Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1973), tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusun- penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah dalam arti luas adalah penempatan tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebar dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Upayakonservasitanahbertujuanuntukmencegaherosi,memperbaikitanahyangrusak, serta memelihara dan meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
  • 28. 21MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Usaha-usaha konservasi tanah bertujuan: (1) mencegah kerusakan tanah oleh erosi, (2) memperbaiki tanah yang rusak, dan (3) memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau (Arsyad. 1989: 29). Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006). Beberapa teknik konservasi tanah dan air melalui cara vegetatif seperti pertanaman lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa. a) Pertanaman lorong (alley cropping) adalah konservasi tanah dengan sistem bercocok tanam barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar, sedangkan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar. Menerapkan pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah dibandingkan membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi. Setelah 3-4 tahun sejak tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras. Terbentukannya teras secara alami dan berangsur sehingga sering disebut teras kredit. b) Sistem silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari, namun yang ditanam di sela-sela tanaman kehutanan (kayu-kayuan) bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria, dll. Ada beberapa bentuk silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain (a) tanaman pakan di hutan tanaman industri, (b) tanaman pakan di hutan sekunder, (c) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan (d) tanaman pakan sebagai pagar hidup. c) Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi yang cukup efektif. Jika bahanmulsaberasaldaribahanorganik,makamulsajugaberfungsidalampemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan tanaman penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan, teras, penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad, 2006). Guludan adalah bangunan konservasi tanah berupa pematang dengan ukuran tinggi dan lebar tertentu yang dibuat sejajar garis kontur/ memotong arah lereng yang dilengkapi tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai pengendali erosi. Saluran pembuangan air adalah saluran dengan ukuran tertentu yang dibuat tegak lurus kontur serta dilengkapi dengan bangunan terjunan yang berfungsi menampung dan menyalurkan aliran permukaan. Bangunan terjunan (drop structure)
  • 29. 22 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR adalah suatu konstruksi yang dapat dibuat dari batu, bambu/kayu,dan gebalan rumput yang berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan. Rorak/saluran buntu adalah suatu bangunan berupa got/saluran buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada bidang olah teras dan sejajar garis kontur yang berfungsi untuk menjebak/menangkap aliran permukaan dan juga tanah yang tererosi. Metode kimia atau cara kimia dalam usahan pencegahan erosi yaitu dengan pemanfaatan soil conditiner atau bahan pamantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi. Bahan kimia memiliki pengaruh yang besar terhadap stabilitas tanah karena senyawa tersebut tahan terhadap mikrobia tanah, permeabilitas tanah dipertinggi, dan erosi berkurang. c. Metode konservasi air Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah. Air-lebih adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan, 2008). Drainasepadatanahgambutsecaraalamiselaluberadadalamkondisisangatterhambat hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang tepat sehingga drainase dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah yang optimum tanpa mengakibatkan drainase yang berlebihan (over drainage). Drainase yang berlebihan akan mengakibatkan kekeringan pada tanah gambut yang bersifat tidak dapat balik (irreversible) dan penurunan muka tanah yang serius. Keberadaan mineral pirit pada tanah gambut sehingga tetap tereduksi juga harus diperhatikan. Untuk mencapai kondisi ini, diperlukan jaringan drainase dan pintu- pintu air yang cukup (PPKS, 2006). Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20- 25% dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga diusahakan terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum dua minggu (Pahan, 2008). Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan. Air irigasi mempunyai kegunaan antara lain, yaitu (1) mempermudah pengolahan tanah, (2) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (3) mencuci tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, (4) menggenangi tanah untuk memberantas gulma serta hama penyakit. Pada perkebunan kelapa sawit, pemberian air irigasi biasanya dilakukan dengan cara pemberian air dalam selokan atau saluran (furrows irrigation) (PPKS, 2006). Air adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di bumi. Secara umum banyaknya air yang ada di bumi adalah tetap, walaupun manusia, binatang dan tumbuhan menggunakan air untuk kebutuhan hidupnya. Jumlah air bersih sepertinya tidak terbatas, namun sebenarnya air mengalami siklus hidrologi yang mampu membersihkan secara alami air kotor dan bercampur dengan banyak zat polutan. Penghematan air atau konservasi air adalah perilaku yang disengaja dengan tujuan mengurangi penggunaan air segar, melalui metode teknologi atau perilaku sosial.
  • 30. 23MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Konservasi air pada prinsipnya adalah efesiensi penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk budidaya pertanian, dan menjaga stabilitas pasokan air pada musim kemarau serta pada musim penghujan agar tidak terjadi banjir. Usaha konservasi air bertujuan untuk: a) Untuk menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air segar dari sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya. b) Penghematan energi yang cukup besar untuk pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air limbah. c) Konservasi habitat yaitu penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan migrasi aliran air, termasuk usaha-usaha baru pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air lain (pemeliharaan yang lama). Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha- usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun terutama karena erosi, maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang. d. Ruang lingkup konservasi tanah dan air Ruang lingkup konservasi tanah dan air cukup kompleks dan memerlukan kerjasama erat antara berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti: ilmu biologi, hidrologi dan teknik konservasi tanah. Pada akhirnya masalah konservasi tanah tidak terlepas dari persoalan manusia dan berbagai aspek dan ekonominya. Namun secara garis besar dapat diketahui bahwa ruang lingkupnya meliputi : a) Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. b) Siklus air adalah rangkaian peristiwa yang terjadi pada air dari saat jatuh ke permukaan bumi hingga menguap ke udara untuk kemudian jatuh kembali ke bumi (Ackerman, Coleman and Ogrosky, 1955). c) Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi terdapat lima faktor, yaitu : faktor iklim, faktor tanah, faktor bentuk kewilayahan (topografi), faktor tanaman penutup tanah (vegetasi), dan faktor kegiatan/perlakuan-perlakuan manusia (Kartasapoeta. 1985: 37). d) Metode konservasi tanah dan air adalah teknologi yang digunakan pada setiap macam penggunaan tanah untuk menghasilkan produksi yang lestari dari sebidang tanah (Arsyad. 1989: 113).  e) Tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman, dan pertanian-kehutanan (agroforestry). Tanaman penutup tanah merupakan tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untukmelindungitanahdariancamankerusakanoleherosidanatauuntukmemperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah. Pergiliran tanaman adalah sistem penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada satu lubang tanah. Agroforestry adalah sistem usaha tani atau penggunaan tanah yang mengintregasikan tanaman pohon-pohonan dengan tanaman rendah yang yang tersusun baik secara spasial maupun temporal nampaknya dapat memberikan jawaban terhadap segala tuntutan (Arsyad. 1989: 183).
  • 31. 24 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR f) Klasifikasi pengolahan lahan yaitu pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat (Arsyad. 1989: 212). 3. Materi Bahan Ajar 3 : Konservasi tanah metode mekanik Konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan guna menekan erosi dan meningkatkan kemampuan tanah mendukung usaha secara berkelanjutan. Pada prinsipnya konservasi mekanik dalam pengendalian erosi seiring metode secara vegetatif yaitu penggunaan tumbuhan atau tanaman dan penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan tanah sepanjang tahun. Pengendalian erosi dan aliran permukanaan merupakan persyaratan utama untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas lahan. Metode konservasi tersebut ditujukan untuk memelihara, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah. Pengendalian erosi dapat dilakukan baik melalui cara vegetatif, mekanik dan kimia. Tindakan tersebut sangat mendesak untuk dilakukan karena : a) Kondisi topografi wilayah di lahan berombak, bergelombang, berbukit dan lereng. b) Kondisi curah hujan relatif tinggi. c) Terjadinya pemadatan tanah khususnya di lahan menyebabkan rendahnya air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah, sehingga terjadi aliran permukaan yang hebat. d) Lahan masih terbuka dari terpaan hujan secara langsung. Metoda konservasi yang dapat dilakukan diantaranya : a) Pengolahan tanah b) Pembangunan teras. c) Pembuatan saluran di sepanjang kontur yang berfungsi sebagai saluran air untuk mengisi persediaan air dalam tanah. d) Penanaman tanaman dalam setrip kontur. Bentuk bentuk metode mekanik 1) Teras bangku atau teras tangga. Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Fungsi utama teras bangku adalah: a) memperlambat aliran permukaan; b) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak; c) meningkatkan laju infiltrasi tanah; dan d) mempermudah pengolahan tanah. Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o dengan bidang horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai sistem wanatani.
  • 32. 25MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnyarendah,dengantujuanagarairyangtidaksegeraterinfiltrasimenggenangi bidangolahdantidakmengalirkeluarmelaluitaluddibibirteras.Terasbangkumiringkeluar diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar, karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah. Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Tanaman jenis rumput-rumputan dan legum (poling-polongan) merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman murbei sebagai tanaman penguat teras banyak ditanam di daerah pengembangan ulat sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya pada tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku adalah: a) Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, b) tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan >40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit, c) Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm) d) Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin pertanian e) Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan aluminium dan besi tinggi. f) Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor. Gambar Macam Teras Bangku Gambar Teras Bangku 2) Gulud atau Guludan Gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian belakang gulud. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang olah . Fungsi dari gulud hampir sama dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah. Saluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah ke saluran pembuangan air. Untuk meningkatkan efektivitas gulud dalam menanggulangi erosi dan aliran permukaan, guludan diperkuat dengan tanaman penguat
  • 33. 26 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR teras. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai penguat teras bangku juga dapat digunakan sebagai tanaman penguat gulud. Sebagai kompensasi dari kehilangan luas bidang olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami dengan tanaman bernilai ekonomi (cash crops), misalnya tanaman katuk, cabai rawit, dan sebagainya. Gambar. Teras Gulud/guludan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud: a) Teras gulud cocok diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, dapat juga pada lahan dengan kemiringan 40-60% namun relatif kurang efektif. b) Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi, guludan dapat dibuat menurut arah kontur. Pada tanah yang permeabilitasnya rendah, guludan dibuat miring terhadap kontur, tidak lebih dari 1% ke arah saluran pembuangan. Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera terinfiltrasi ke dalam tanah dapat tersalurkan ke luar ladang dengan kecepatan rendah. 3) Teras individu Terasindividuadalahterasyangdibuatpadasetiapindividutanaman,terutamatanaman tahunan. Teras  ini ditujukan untuk mengurangi erosi dan meningkatkan ketersediaan air tanah bagi tanaman tahunan. Biasanya dibuat pada bidang lahan yang tidak ada diperlakukan budidaya pertanian dengan kemiringan > 450 . Persyaratan cocok untuk lereng 15 – 60 % atau lebih dan solum tanahnya cukup dalam untuk menggali lubang tanaman ( > 25 cm). Tidak perlu sejajar garis kontur, tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman tanaman (misalnya arah timur – barat untuk mendapatkan cahaya matahari maksimal). Jarak masing-masing teras individu  sesuai dengan jarak tanam optimum yang digunakan. Areal kosong diantara teras perlu ditanami jenis legum penutup tanah atau tanaman rumput yang berguna melindungi tanah dari terpaan langsung butir-butir hujan, mengurangi kecepatan aliran air permukaan dan memperbaiki struktur tanah. Keuntungan teras individu yaitu membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja dari pada teras kebun dan bila aliran permukaan tidak terkonsentrasi maka SPA tidak diperlukan.
  • 34. 27MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Gambar Teras Individu 4) Teras kebun Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman pekebunan dan buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam. Pembuatan teras bertujuan untuk : a) meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah b) memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), diantaranya untuk fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun. Gambar Teras Kebun 5) Rorak atau lubang resapan air Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran resapan. Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan. Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara 50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung. Sesudah periode waktu tertentu,
  • 35. 28 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR rorak akan terisi oleh tanah atau serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi secara terus- menerus, bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat ke luar atau dibuat rorak yang baru. Gambar Rorak 4. Materi Bahan Ajar 4 : Konservasi tanah dan air dengan metode kimia Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Konservasi tanah dan air secara kimia dalam usaha pencegahan erosi yaitu usaha pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989). Konservasi metode kimia adalah tindakan atau perlakuan kepada tanah agar terjadi peningkatan kemantapan agregat tanah atau struktur tanah, dengan jalan memberikan preparat-preparat kimia tertentu yang dapat memperkecil kepekaan tanah terhadap ancaman kerusakan tanah. Salah satu cara yang digunakan dalam metode kimia adalah dengan pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner). Tujuanya untuk meperbaiki keadaan atau sifat fisik tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia baik secara buatan atau alami. Penggunaan bahan-bahan pemantap tanah diperlukan bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru dibuka pengelolaannya, mengingat: a) Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan secara efektif. b) Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat. c) Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan, menyebabkanbanyakterangkutataurusaknyabagiantopsoil,mengingatpekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat lainnya.
  • 36. 29MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat (struktur tanah). Tanah dengan struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan, sehingga air infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan (run off) tetap kecil. Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak dilakukan, walaupun cukup efektif tetapi biayanya mahal. Pada saat sekarang ini umumnya masih dalam tingkat percobaan-percobaan. Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan ini antara lain Bitumen dan Krilium. Emulsi dari bahan kimia tersebut dicampur dengan air, misalnya dengan perbandingan 1:3, kemudian dicampur dengan tanah. Metode kimia juga menggunakan preparat kimia sintetis atau alami. Preparat ini disebut soil conditioner atau pemantap struktur tanah. Sesuai dengan namanya soil conditioner ini digunakan untuk membentuk struktur tanah yang stabil. Senyawa yang terbentuk akan menyebabkan tanah menjadi stabil. Beberapa bahan kimia yang biasa digunakan untuk memperbaiki kondisi fisik dan kimia tanah yaitu: a) Bitumen berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah b) Soil conditioner untuk memperkuat agregat tanah c) Pupuk kimia untuk menyuburkan tanah d) Kapur untuk menetralkan tanah yang asam e) Belerang untuk menetralkan tanah yang basa Bahan pemantap tanah yang baik harus mempunya sifat-sifat sebagai berikut: a) Mempunyai sifat yang adesif serta dapat bercampur dengan tanah secara merata b) Dapat merubah sifat hidrophobik atau hidrophilik tanah, yang demikian dapat merubah kurva penahanan air tanah c) Dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, yang berarti mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan air d) Daya tahan tanah sebagai pemantap tanah cukup memadai, tidak terlalu singkat dan tidak terlalu lama e) tidak bersifat racun (phytotoxix) dan harganya terjangkau Beberapa cara pemakaian bahan pemantap tanah kedalam tanah adalah sebagai berikut a) Pemakaiandipermukaantanah(surfaceapplication).Padacarainilarutanatauemulsizat kimia pemantap tanah pada pengeceran yang di kehendaki disemprotkan langsung ke atas permukaan tanah dengan alat sprayer yang biasa digunakan untuk memberantas hama. Cara ini dapat dilakukan untuk penelitian di laboratorium dan di lapangan. b) Pemakaian secara dicampur (incoporation treatment). Pada cara ini larutan atau emulsi zat kimia pemantab tanah dengan pengeceran yang dikehendaki disemprotkan ke dalam tanah, kemudian tanah tersebut dicampur dengan bahan kimia tadi sampai merata, biasanya sampai kedalaman 0 – 25 cm. Cara ini bisa dilakukan dalam penelitian di laboratorium dan di lapangan. Dalam area yang luas biasanya menggunakan mesin penyemprot khusus seperti traktor.
  • 37. 30 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR c) Pemakaian setempat / lubang (local/pittreatment). Pada cara ini pemakaian bahan kimia atau terbatas pada lubang-lubang tanaman saja (contoh lubang tanam berukuran 60 x 60 x 60 cm). Cara ini biasanya dilakukan di lapangan saja pada areal yang akan ditanami tanaman tahunan dalam rangka usaha penghijauan. Tentu saja pemakaian bahan pemantap tanah ini memerlukan keahlian dan pengalaman-pengalaman. Beberapa nama bahan pemantap tanah (soil conditioner) adalah sebagai berikut : a) Emilsi bitumen (hydrophobic) – cairan b) Latex (natural rubber) – cairan c) Poly-urethane (uresol 3 10) – cairan d) Lignosulphonate – cairan e) Polyvinylalcohol (PVA) = Elvanol 52-22 – serbuk f) Polyvinylacetate (PV Ac) = Curasol AE/AH/DC/70 – cairan g) Polyacrylamide (PAM) – cairan h) Plyacrylic acid (PV A) – cairan i) Humus (bahan organik) 5. Materi Bahan Ajar 5 : Metode konservasi tanah dan air metode vegetatif . Konservasi tanah dan air metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah. Metode vegetatif yaitu metode konservasi lahan kritis dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan tujuan dan pola tanam tertentu. Metode vegetatif tersebut misalnya penanam tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman, serta penggunaan pupuk organik dan mulsa. Tanaman penutup tanah ini dapat mencegah atau mengendalikan bahaya erosi, berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organiktanah,mencegahprosespencucianunsurhara,danmengurangifluktuasitemperatur tanah. Metode vegetatif dengan penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air, dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk pengawetan tanah dan air menggunakan metode vegetatif, antara lain: a) Penanaman tanaman secara berjalur (strip cropping). b) Tanaman dengan tanaman pupuk hijau. c) Penanaman rumput/hijuan pakan ternak. d) Penanaman tanaman tahunan. e) Penggunaan sisa-sisa tanaman untuk penutup tanah (mulsa seresah). Keuntungan metode vegetatif adalah mudah tersedia di areal pertanian. Fungsinya untuk melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan (rain drops), sehingga energi kinetis air hujan yang mengakibatkan erosi percikan (splah erosion) dapat dipatahkan sebelum membentur permukaan tanah dan dapat memperlambat aliran permukaan berarti dapat melindungi tanah dari bahaya erosi permukaan (sheet erosion).
  • 38. 31MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR 1) Metode vegetatif dengan penanaman tanaman penutup tanah Pengelolaan tanah dengan metode penanaman tanaman penutup tanah berfungsi dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah. Penutupan lahan oleh seresah dan tajuk yang akan mengurangi evaporasi  dan dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah sehingga memperbesar jumlah infiltrasi  dan mencegah terjadinya erosi. Aplikasi metode vegetatif : a) Sistem pertanaman lorong. Sistem pertanaman lorong adalah suatu sistem dimana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. b) Sistem pertanaman strip rumput. Konservasi lahan kritis dengan sistem pertanaman strip rumput hampir sama dengan pertanaman lorong tetapi tanaman pagarnya adalah rumput c) Tanaman penutup tanah. Tanaman ini merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman pokok. Peranan tanaman penutup tanah adalah mengurangi kekuatan disperasi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah sehingga mengurangi erosi. Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah a) Dapat berkembang cepat dan daunnya banyak. b) Tahan terhadap pangkasan. c) Mudah diperbanyak dengan menggunakan biji dan secara alami. d) Mampu menekan tanaman pengganggu e) Akarnya dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman pokok. f) Tahan terhadap penyakit dan kekeringan. g) Tidak berduri dan bersulur yang membelit. Contoh tanaman penutup tanah yang baik adalah Arachispintoi.Tanaman ini bentuknya mirip kacang tanah berbunga kuning dan berdaun bulat. Tanaman ini memiliki kegunaan pokok yaitu: a) Menahan erosi tanah b) Menghambat penyebaran penyakit melalui air c) Sebagai tempat berlindung musuh air tanah d) Madu dan serbuk bunga merupakan makanan untuk beberapa macam MA (musuh alami) e) Sumber nitrogen untuk tanaman pokok f) Mencegah pertumbuhan gulma. 2) Mulsa Mulsa adalah bahan-bahan (sisa panen, plastik dan lain-lain) yang disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk mengurangi penguapan serta melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah. Mulsa dapat berupa sisa tanaman, lembaran plastik dan batu.
  • 39. 32 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR 3) Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape) Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape) mengikuti kebutuhan air yang sama sehingga irigasi dapat dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman. Teknik konservasi lahan kritis ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam satu bentang alam. 4) Penyesuaian jenis tanaman dengan karakteristik wilayah Teknik konservasi ini dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai dengan tingkat kekeringan yang dapat terjadi di masing-masing daerah. 5) Penentuan pola tanam yang tepat Areal yang datar maupun berlereng penentuan pola tanam disesuaikan dengan kondisi curah hujan setempat untuk mengurangi devisit air  pada musim kemarau. 6) Tanaman dengan lajur berselang-seling. Tanaman dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6 – 10 % dengan tujuan: a) Membagi lereng agar menjadi lebih pendek. b) Dapat menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan. c) Menahan partikel-partikel tanah yang terbawa oleh aliran permukaan. Tipe-tipe tanaman lajur berselang adalah : a) Countur strip cropping, adalah penanaman berselang berdasarkan garis kontur. b) Field strip cropping, digunakan untuk kelerengan yang tidak bergelombang dengan jalur dapat melewati garis kontur, tetapi tanaman tidak melewati garis kontur. c) Wind strip cropping, digunakan pada lahan yang datar atau kelerengan yang tidak tajam dengan jalur tanaman tegak lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah alur searah dengan kelerengan. d) Buffer strip cropping, adalah lajur tanaman yang diselingi dengan lajur rumput atau legume sebagai penyangga. e) Countur planting adalah menanam secara kontur. Menanam secara dilakukan pada kelerengan 15 –18 % dengan tujuan untuk memperbesar kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menanam secara kontur adalah:  Pergiliran tanaman (crop rotation)  Reboisasi atau penghijauan.  Penanaman saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang agar tidak rusak. 7) Metode vegetatif dengan pergiliran tanaman penghijauan atau penghutanan a) Pergiliran tanaman adalah mengusahakan penanaman berbagai jenis tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu di sebidang lahan, misalnya pergiliran antara tanaman pangan dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau b) Agroforestri adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Agroforestri merupakan
  • 40. 33MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih fungsi lahan dan sekaligus untuk mengatasi masalah ketersediaan pangan.  Agroforestri bermanfaat mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad (Michon dande Foresta, 1995).  Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks (De Foresta dan Michon, 1997). Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) yang ditanam maupun tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, terdapat beraneka jenis pohon, tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah besar.  Agroforestri mempunyai banyak bentuk, bila ditinjau dari segi ruang dan waktu. Ditinjau dari segi ruang agroforestri mencakup dua dimensi yaitu vertikal dan horizontal. Pada dimensi vertikal, peran agroforestri terutama berhubungan erat dengan pengaruhnya terhadap ketersediaan hara, penggunaan dan penyelamatan (capture) sumber daya alam. Bila ditinjau dari segi waktu, dua komponenagroforestriyangberbedadapatditanambersamaanataubergiliran. 6. Materi Bahan Ajar 6 : Perencanaan konservasi partisipatif Erosi merupakan salah satu masalah lahan sejak pengelolaan lahan dilakukan secara intensif. Hal tersebut berbanding lurus dengan kebutuhan sandang, pangan, papan, serta dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk. Seperti apa yang dikatakan Lal (1994), menyatakan bahwa produktivitas lahan seluas ±20 juta ha setiap tahun mengalami penurunan ke tingkat nol atau naik menjadi tidak ekonomis lagi disebabkan oleh erosi atau degradasi yang disebabkan oleh erosi. Penurunan produktivitas lahan karena erosi merupakan on-site effect dari erosi, bukan termasuk kerugian yang disebabkan oleh off-site effect dari erosi, seperti: sedimentasi sungai, waduk, jaringan irigasi, dan berbagai kerusakan lainnya. Indonesia sebagai negara tropis memiliki potensi erosi cukup besar, karena faktor alami atau ulah manusia. Karena dua faktor tersebut terutama faktor pengelolaan lahan yang menyebabkan erosi menyebabkan kerugian yang tidak kalah besarnya dengan yang terjadi di negara subtropika. Berdasarkan besarnya resiko erosi yang akan terjadi, maka pencegahan erosi meru- pakan usaha penting dalam pengelolaan  lahan pertanian , perkebunan, kehutanan, dan penggunaan lain. Pencegahan erosi harus diperhitungkan sejak pembuatan perencanaan penggunaan lahan. Tindakan selanjutnya yaitu monitoring dan evaluasi dari pengelolaan lahannya sudah menerapkan perencanaan teknik konservasi ataykah tidak. Hal ini agar agar sistem pengelolaan lahan sudah menerapkan sistem pengelolaan lahan secara berkelanjutan.
  • 41. 34 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Perencanaan konservasi tanah dapat menggunakan model pendugaan erosi. Terdapat tiga alasan mengapa digunakannya permodelan pendugaan erosi untuk perencanaan konservasi tanah, yaitu (1) model pendugaan erosi dapat digunakan sebagai alat predikasi untuk menilai atau menaksir kehilangan tanah yang berguna untuk perencanaan konservasi tanah, perencanaan proyek, inventarisasi erosi tanah, dan dasar pembuatan peraturan; (2) model-model matematik yang didasarkan pada proses fisik dan waktu erosi terjadi dapat membantu para perencana konservasi tanah dalam menentukan target penurunan erosi, serta (3) model ini dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami proses-proses erosi dan interaksinya dan untuk penetapan prioritas penelitian. Secara ideal metode prediksi erosi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang nampaknya bertentangan, yaitu dapat diandalkan, secara universal dapat digunakan, mudah digunakan dengan data yang minimum, konprehensif dalam hal faktor-faktor yang digunakan serta mempunyai kemampuan untuk mengikuti perubahan-perubahan tata guna lahan dan tindakan konservasi tanah. USLE merupakan salah satu metode alternatif yang memenuhi persyaratan serta cukup konprehensif dalam hal faktor-faktor yang digunakan yakni menggunakan enam faktor erosi dalam proses perhitungan. Model ini juga cukup mempunyai kemampuan untuk mengikuti perubahan tata guna lahan dan tindakan konservasi, diantaranya karena berbagai percobaan untuk mendapatkan nilai faktor C (crop) dan P (pengelolaan) telah banyak dilakukan di Indonesia sehingga model ini dapat diaplikasikan dalam kondisi yang relatif sesuai. Metode USLE mempunyai kelemahan yang kurang akurat yakni seringkali terlalu overestimate. Salah satu yang kurang disadari oleh para pengguna model ini adalah berhubungan dengan skala penggunaan, misalnya penggunaan USLE untuk memprediksi erosi pada skala DAS. USLE berfungsi baik untuk skala plot sedangkan untuk skala DAS dapat menjadi overestimate, salah satunya karena faktor filter sediemen tidak terakomodasi, namun USLE bermanfaat dalam hubungannya dengan on-site effect dari erosi. Dengan demikian USLE masih tergolong layak digunakan untuk perencanaan teknik konservasi skala usaha tani karena on-site effect dari erosi menjadi pertimbangan utama. Untuk perencanaan konservasi tanah pada skala yang lebih luas, akan lebih realistis jika digunakan model-model yang merupakan pengembangan dari USLE. Di Indonesia telah dikembangkan program DSS (Descision Support System) untuk konservasi tanah dan air. Program tersebut telah dikembangkan sejak tahun 2005 oleh Balai Penelitian Tanah. Program ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam membuat rekomendasi pengelolaan lahan dengan cara memilih tindakan konservasi tanah dan air yang tepat sesuai dengan kondisi biofisik lahan sehingga memudahkan perencana dan pengguna dalam mengambil keputusan sistem pengelolaan yang tepat. Metode lain yang digunakan adalah contoh model untuk skala DAS yang merupakan pengembangan dari model USLE adalah SLEMS, CALSITE, RUSLE, dan WEPP. SLEMSA (Soil Loss Estimator for Southtern Africa) menggunakan parameter yang sama dengan model USLE, tetapi telah dimodifikasi dan diadaptasikan dengan kondisi daerah dan iklim di Zimbabwe (Afrika Selatan) khususnya pada suatu bentang lahan di dataran tinggi. Meskipun pendekatan terhadap model USLE sudah dilakukan untuk model ini  namun secara spesifik lokasi, model ini belum dapat digunakan di daerah lain yang berbeda kondisinya.
  • 42. 35MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Perencanaankonservasitanahdanairdapatdilakukansalahsatunyadenganpendekatan dan dilakukan oleh masyarakat sehingga disebut perencanaan konservasi partipatif. Keunggulan dari sistem Perencanaan Konservasi Partisipatif adalah (1) meningkatkan kesadaranmasyarakatdalammenjagalingkungan;(2)masyarakatmaudanpercayadiridalam membuat perencanaan konservasi tanah dan air di lingkungannya; (3) masyarakat merasa dihargai karena karyanya menjadi perhatian semua pihak; serta (4) menciptakan kerjasama yang sinergis antar stakeholder (pemerintah, swasta, dan masyarakat). Namun sistem ini juga mempunyai kelemahan  yaitu (1) masih diperlukan sosialisasi untuk menggugah kesadaran masyarakat; (2) perlunya pendampingan dalam proses kemandirian dan mengakses sumberdaya; (3) pendampingan kurang efektif bila tenaga pendamping berganti-ganti dari tahun ke tahun; dan (4) membutuhkan waktu yang lama untuk menciptakan kerjasama yang sinergis. Perencanaan konservasi partisipatif  harus memperhatikan aspek-aspek diantarnya yaitu ruang lingkup, gambaran lokasi, sosialisasi,   serta participatory rural apraisal (PRA). Ruang lingkup dimaksud mencakup kegiatan perencanaan konservasi tanah dan air secara partisipatif meliputi identifikasi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, pemilihan alternatif lokasi kegiatan, penyiapan masyarakat, pendampingan masyarakat dalam melaksanakan PRA, pendampingan masyarakat dalam penyusunan Rencana Konservasi Tanah dan Air (RKTA), serta pembentukan kelompok masyarakat peduli lingkungan atau kelompok konservasi tanah dan air (KKTA). Gambaran lokasi adalah mengetahui bagaimana keadaan daerah yang akan dilakukan  tindakan konservasi tanah dan air secara fisik, biologi dan kondisi sosial. Gambaran ini didapat bukan dari hasil menduga-duga tetapi hasil dari observasi lapang. Sosialisasi tentang konservasi merupakan langkah awal yang wajib dilaksanakan karena kegiatan ini bertujuan untuk membentuk pemahaman mengenai kegiatan konservasi.  Kegiatan sosialisasi ini dibagi menjadi dua yaitu: (a) sosialisasi di lingkungan Pemerintah Daerah yang tentunya dilakukan setelah koordinasi dan ditentukannya peserta yang terkait dengan konservasi; (2) sosialisasi kepada masyarakat yang dilaksanakan setelah berkoordinasi dengan kecamatan dan kelurahan atau desa. Sosialisasi di lingkungan pemerintah diharapkan mampu meningkatkan pemahaman petugas tetapi juga umpan balik atau masukan tentang kondisi daerah dan upaya-upaya konservasi, baik yang sudah, sedang, dan akan dilakukan sehingga program-program terkait dengan konservasi dapat disinergikan. Sosialisasi pada masyarakat menerangkan tentang masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam jangka panjang maupun pendek. Selain itu untuk meningkatkan pemahaman lingkungan dan pentingnya dilakukan kegiatan konservasi  dan juga peran penting masyarakat dalam melakukannnya. Oleh karena itu diperkenalkan alternatif model-model konservasi yang dapat mempertahankan dan meningkatkan ekonomi serta pendapatan masyarakat. Participatory rural apraisal (PRA) dilakukan setelah kesepakatan dari masyarakat sudah didapat. Untuk lebih memacu masyarakat dalam keterlibatannya dalam kegiatan konservasi maka masyarakat perlu difasilitasi untuk melaksanakan PRA.  Kegiatan PRA adalah kegiatan masyarakat untuk mengenali kondisi dan permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungannya yangkemudiansecaramandirimenganalis,menyimpulkan,danmerencanakanpenanganan
  • 43. 36 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR permasalahannya. Kegiatan PRA ini dilakukan dengan tahapan, yaitu: (1) pengantar, penjelasan teknik PRA; (2) pemantapan kelompok-kelompok PRA; (3) penelusuran lokasi erosi; (4) penentuan prioritas masalah; (5) penyusunan draft RKTA; (6) pembentukan kelompok konservasi tanah dan air (KKTA).
  • 44. 37MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR DAFTAR PUSTAKA Ackerman, W.C., E.A. Coleman, and H.O. Ogrosky, 1955. From Ocean Sky to Land to Ocean. dalam: Water.TheYearbookofAgriculture, Stefferud, A. (ed),The U.S. Govt. Printing Office: 41-48 Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press Effendi, 2003. Sumber Daya Air. Yogyakarta: Andi Offset. Godam. 2008. Jenis Dan Macam Siklus Hidrologi Di Bumi. http://organisasi.org/jenis-macam- siklus-hidrologi-siklus-air-pendek-sedang-panjang-di-bumi [ 9 Februari 2012]. Kartasapoetra, G, dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pratiwi. 2007. Aspek Konservasi Tanah dan Air dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Bogor: Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Sitanala, Arsyad. 1989. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Lal R. 1994. Soil Erotion by Wind and Water: Problem and Prospects. http://forest4betterlife.blogspot.com http://ditjenbun.deptan.go.id
  • 45. 38 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Lampiran Lembar Evaluasi Evaluasi terhadap pelatihan yang dilaksanakan meliputi evaluasi terhadap pencapaian tujuan masing-masing pelatihan, yaitu: 1. Evaluasi penyelenggaraan EVALUASI TERHADAP PENYELENGGARAAN PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR TANGGAL ..... S.D .. ................ 20.. NO ASPEK YANG DINILAI PENILAIAN BAIK CUKUP KURANG I KEPANITIAAN 1 Rasio jumlah panitia dan jumlah peserta 2 Pelayanan kepada peserta 3 Pengaturan waktu 4 Komunikasi panitia dengan peserta 5 Komunikasi dengan fasilitator II MATERI 1 Ketersediaan materi 2 Kualitas materi 3 Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran 4 Kesesuaian materi dengan kurikulum dan modul 5 Ketersediaan referensi III KEPESERTAAN 1 Penetapan peserta pelatihan 2 Latar belakang dan pengalaman peserta 3 Tingkat motivasi dan minat peserta 4 Kemampuan bekerjasama dengan TIM IV SARANA DAN PRASARANA 1 Fasilitas alat tulis - menulis 2 Ruang belajar mengajar 3 Fasilitas penginapan 4 Konsumsi 5 Kesehatan
  • 46. 39MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR 2. Evaluasi penguasaan materi terhadap fasilitator yang memberikan materi pada pelatihan; Evaluasi Pelatihan Konservasi Tanah dan Air Bersama ini dimohon kesediaan Saudara untuk mengisi lembar evaluasi pelatih ini dengan jujur dan sebenar-benarnya Pokok Bahasan : Sub Pokok Bahasan : Pemandu : Tanggal : Waktu : No Aspek Yang Dinilai Skala Penilaian Sangat Kurang Kurang Sedang Baik Sangat Baik I Materi Pelatihan 1 Pemahaman anda terhadap materi yang disampaikan pemandu 2 Kesesuaian materi pelatihan dengan kebutuhan anda II Pemandu 3 Penguasaan terhadap materi yang disampaikan 4 Teknik dan metode fasilitasi 5 Media yang digunakan 6 Sistematika dan pengelolaan waktu dalam penyampaian 7 Pemberian kesempatan berdialog kepada peserta 8 Kerendahan hati 9 Kemampuan mengatasi konflik atau complain peserta Saran / Komentar ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… …………………………………………
  • 47. 40 MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR 3. Evaluasi terhadap kemampuan peserta pelatihan laki laki dan perempuan dalam menguasai materi pelatihan HASIL EVALUASI BERLATIH PESERTA 1 Nama Pelatihan 2 Pokok Bahasan 3 Pemandu 4 Hari / Tanggal 5 W a k t u No Nama Peserta Nilai Ket. Presensi Prestasi Sikap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Keterangan Nilai: Nilai Presensi Nilai Prestasi Nilai Sikap Hadir 1 Sangat Baik 86-100 Sangat Baik 86-100 Sakit 0,75 Baik 70-85 Baik 70-85 Ijin 0,5 Cukup 50-69 Cukup 50-69 Alpa 0 Kurang 0-49 Kurang 0-49 ,…………………...... Pelatih
  • 48. MODUL PELATIHAN KONSERVASI TANAH DAN AIR Setyo Bangun Suharto Hak cipta dilindungi Undang-undang. Tidak diperkenankan mereproduksi atau dipergunakan dalam bentuk apapun atau dengan menggunakan mesin atau elektronik, termasuk fotokopi, rekaman atau penyimpanan informasi dan sistem pencarian data tanpa izin tertulis dari penerbit. Copyright © 2013 9 786021 237069