Makalah ini membahas perkembangan psikologis dari masa remaja hingga kematian. Pada masa remaja, terjadi perubahan fisik dan kematangan seksual yang mempengaruhi psikologis. Remaja mengalami tugas untuk mencapai kemandirian dan membentuk identitas. Faktor lingkungan seperti teman berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter remaja. Pada masa dewasa, terjadi kematangan dan pembentukan falsafah
1. MAKALAH PUM I
MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
(TAHAP REMAJA-KEMATIAN)
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8
Silvandrie Biyan Laksana (12-034)
Maria A. Simanjuntak (12-042)
Melfa Y. Simanjuntak (12-046)
Melinda Salim (12-092)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012/2013
0
2. Daftar Isi
Kata pengantar ................................................................................... 2
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang ....................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................... 4
1.4 Manfaat .................................................................................. 4
Bab II
1. Tahap remaja ..................................................................... 5
2. Tahap dewasa awal ............................................................ 9
3. Tahap dewasa pertengahan ................................................ 15
4. Tahap dewasa akhir ........................................................... 23
5. Tahap kematian.................................................................. 27
Bab III
Penutup
1.1 Kesimpulan ........................................................................ 29
1.2 Saran .................................................................................. 29
1
3. KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnya maka kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar dan
tepat waktu.
Berikut ini kami mmempersembahkan makalah yang berjudul “Psikologi Perkembangan :
Remaja – Kematian” yang menurut kami dapat memberikan manfaat bagi Ibu Dosen dan teman-
teman sekalian.
Melalui kata pengantar ini, kami terlebih dahulu meminta maaf bilamana isi makalah ini ada
kekurangan, kata-kata yang salah serta tulisan yang dapat menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih.Atas perhatian
pembaca, kami ucapkan banyak terima kasih.
Medan, 26 November, 2012
“KELOMPOK 8”
2
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik untuk dipelajari.Manusia dapat disebut
sebagai makhluk eksploratif dan potensial.Disebut sebagai makhluk eksploratif karena
manusia dari waktu ke waktu terus berubah baik secara fisik maupun psikis.Manusia
dikatakan potensial karena dalam diri manusia masing-masing terdapat kemampuan yang
dapat dikembangkan. Walaupun demikian, manusia tetap membutuhkan bantuan orang lain
untuk bertahan hidup, itulah alasan mengapa manusia juga disebut makhluk sosial. Bantuan
yang dimaksud dapat berupa bimbinga dan pengarahan.Bimbingan dan pengarahan yang
diberikan dalam membantu perkembangan tersebut pada hakekatnya diharapkan sejalan
dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Karena itu bimbingan tidak searah dengan potensi
yang dimiki akan berdampak negative bagi perkembangan manusia.
Setelah masa anak-anak berakhir, maka kita akan memasuki masa remaja. Remaja adalah
suatu titik paling penting dalam kehidupan. Terdapat berbagai hal penting yang terjadi dalam
masa remaja yang kemungkinan besar bisa memutuskan apa yang akan terjadi saat dewasa.
Sebagai akhir dari remaja adalah masa dewasa (adolescent). Ketika manusia sudah
menginjak masa dewasanya, makan akan tampak kematangan dalam dirinya. Kematangan
tersebut menggambarkan bahwa manusia sudah menyadari makna hidupnya dan apa yang
akan dia lakukan untuk sisa hidupnya.
Dalam masa remaja ke dewasa, terdapat perubahan yang terjadi dalam diri manusia
tersebut.Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik maupun perubahan mental. Hal ini
yang akan dibahas dalam makalah ini.
3
5. 1.2 Rumusan Masalah :
1. Pembagian perkembangan masa remaja-kematian
2. Karakteristik perkembangan masa remaja-kematian
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik masa remaja-kematian
1.3 Tujuan :
1. Untuk memahami setiap tahap perkembangan dari masa remaja-kematian
2. Untuk memahami karakteristik perkembangan masa remaja-kematian
3. Untuk memahami faktor – faktor yang mrmprngaruhi perkembangan fisik masa remaja-
kematian
1.4 Manfaat :
1. Dapat memahami setiap tahap perkembangan dari masa remaja-kematian
2. Dapat memahami krakteristik perkembangan masa remaja-kematian,
3. Dapat memahami faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik masa remaja-
kematian
4
6. BAB II
KAJIAN TEORI
1. TAHAP REMAJA
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka
remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima
perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh
akan sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Apabila sang remaja sudah mendapat
informasi cukup tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak akan mengalami
kecemasan dan reaksi negatif lainnya. Tetapi apabila mereka kurang memperoleh
informasi maka mereka akan mengalami pengalaman yang negatif.
Kematangan seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat mempengaruhi
perkembangan psikologisnya, Perkembangan psikologis adalah suatu perkembangan pada diri
manusia yang berkaitan dengan aspek kejiwaan terkait di dalamnya adalah aspek emosi, mental,
kemauan dan keadaan moral. Di dalam suatu pendapat disimpulkan bahwa perkembangan
psikologis adalah suatu proses perubahan yang progresif berdasarkan pertumbuhan kematangan
dan belajar atau pengalaman dengan cara mengaktualisasi diri secara memuaskan.
Proses perkembangan psikologis manusia merupakan suatu kodrat alam manusia sebagai
makhluk yang memiliki nilai peradaban dengan kemampuan berfikir dan berbudaya, dalam
proses ini terdapat perbedaan manusia dengan makhluk hidup lainnya bahkan makhluk mamalia
sejenis seperti kera, simpanse, gorilla dan orang hutan. Manusia berkembang secara psikologis
tidak hanya berdasarkan naluri atau instingnya saja, tetapi manusia berkembang melalui melalui
proses belajar dan tumbuh dalam intelektualitas yang terus berkembang.
Perkembangan remaja secara psikologis merupakan suatu perubahan karakter dari masa
anak-anak menuju pada era kedewasaan. Pribadi yang tumbuh pada masa remaja ini menurut
Stanley Hall disebut sebagai storm dan stess atau badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan
emosi remaja awal dilanda pergolakan, sehingga selalu mengalami perubahan dalam
perbuatannya, dalam mengerjakan sesuatu, misalnya belajar mula-mula bergairah dan tiba-tiba
jadi enggan, malas.
5
7. Pada masa remaja, akan dihadapkan pada dua tugas utama, yaitu:
1. mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orangtua;
2. membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan pribadi.
Selain itu, masih ada 8 tugas perkembangan lain pada masa remaja, yaitu :
1. Memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa
2. Memperoleh peranan sosial,
3. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara efektif,
4. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua,
5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri,
6. Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan,
7. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga,
8. Mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral.
Perkembangan psikologis pada masa remaja yang merupakan masa transisi dari periode anak
ke dewasa menurut G.W. ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pemekaran diri sendiri (extension of the self) yang ditandai dengan kemampuan seorang
untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari diri sendiri juga. Perasaan
egoisme (mementingkan diri sendiri) berkurang sebaliknya tumbuh perasaan ikut
memiliki, salah satu tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai
orang lain dan alam sekitarnya.
Kemampuan untuk bertenggang rasa dengan orang yang dicintainya untuk ikut
merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya, Hal hal tersebut
menunjukkan adanya tanda tanda kepribadian dewasa (mature personality) ciri lain
adalah berkembangnya ego ideal berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang
menggambarkan wujud ego (diri sendiri) di masa depan.
2. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self objectivication) ditandai
dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan
kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) terrmasuk yang menjadikan
dirinya sendiri sebagai sasaran.ia tidak marah jika dikritik pada saaat-saat yang yang
diperlukan ia dapat melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri
sebagai orang luar.
6
8. 3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Hal itu dapat dilakukan
tanpa perlu merumuskannnya dan mengucapkankannya dalam kata-kata. Orang yang
sudah dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan objek-objek lain di
dunia. Ia tahu kedudukannnya dalam masyarakat., ia paham bagaimana seharusnya ia
bertingkah laku dalam kedudukan tersebut. Dan ia berusaha mencari jalannya sendiri
menuju sasaran yang ia tetapkan sendiri. Orang seperti ini tidak lagi mudah terpengaruh
dan pendapatnya serta sikapsikapnya cukup jelas dan tegas.
Dari berbagai karakter dan ciri-ciri psikologis remaja tadi, satu hal yang paling menonjol
dari seorang remaja adalah adanya konsep sikap yang egois sebagai wujud perkembangan
berpikir dan bersikap dalam memperjuangkan kemandirian sikap (the strike of autonomy). Dari
konsep ini maka seringkali perilaku remaja sering menunjukkan sikap-sikap kritis dan
berlawanan dengan perilaku orang tua, keluarga, dan masyarakat sekitarnya.
Proses penemuan jati diri dan kepribadian seorang remaja sangat tergantung denganfaktor-
faktor eks ternal terutama dari pergaulan antar teman. Perasaan empati pada persahabatan pada
diri remaja jauh lebih kuat daripada dengan keluarga bahkan orang tua sekalipun. Adanya sikap
penerimaan, interaksi dan perasaan kepribadian antar remaja lebih banyak berpengaruhpada pola
pikir, sikap dan perilaku remaja sehingga interaksi antar teman ini jelas paling mudah
membentuk karakter remaja yang cenderung masih inklusif dan sangat labil.
Pergaulan antar teman yang positif biasanya cenderung juga akan membentuk watak dan
karakter remaja yang positif pula, namun pergaulan antar teman yang negatif juga akan jauh
lebih mudah untuk membentuk watak dan karakter remaja yang negative pula.
Sikap eksploratif remaja yang cenderung sangat ambisius membuat remaja selalu bergolak
dengan kehidupan dan lingkungannya. Tindakan-tindakan yang bersifat petualangan dan
penelitia n-penelitianmembuat remaja selalu ingin mencoba dan mencari pengalaman-
pengalaman baru walau kadangkala eksplorasi yang dilakukan bersifat negative seperti perilaku
merokok, narkoba, minum-minuman keras dan petualangan cinta.
Kaitannnya dengan cinta, perkembangan emosi dan perasaan remaja sudah mulai tumbuh
seiring dengan pertumbuhan fisik dan kematangan sistem reproduksi. Pada masa transisi ini
remaja sudah memahami dirinya atas dasar jenis kelamin dan juga tahu akan keberadaan lawan
jenisnya, sehingga seorang remaja juga sudah mulai bisa menentukan teman intimnya (pacar).
7
9. Gejolak perasaan yang ada sangat terpengaruh oleh produksi hormon yang mengalir dalam
darah muda seorang remaja, sehingga remaja cenderung mudah terangsang oleh impuls-impuls
cinta. Adanya gejolak perasaan dan sikap eksploratif remaja inilah yang kadang dengan sangat
mudahnya mempengaruhi remaja dalam mencapai petualangan-petualangan cinta yang baru,
mereka saling mencurahkan perasaan kemudian pacaran hingga pada eksplorasi yang semakin
jauh. Efek negative dari sikap remaja ini adalah adanya penyalahgunaan napza dan
penyalahgunaan alat kelamin yang jelas akan merusak fisik dan mental remaja.
Awalnya hanya sekedar coba-coba, pacaran, pegang tangan, bersentuhan yang kemudian
berlanjut pada istilah KNPI (kissing, necking, petting dan intercause) dengan sistem mekanisme
kontrol emosi dan perasaan remaja yamg masih lemah serta pola pikir dan intelektualitas yang
rendah remaja banyak terjebak pada perilaku free sex. Beberapa hal yang perlu menjadi benteng
bagi remaja dalam mengisi masa muda agar mengarah pada pembentukan sikap dan karakter
yang positif dan kondusif. Perlu adanya kegiatan–kegiatan positif lain seperti kegiatan sosial,
olah raga, kegiatan ilmiah dan keagamaan.
Kontrol yang paling penting dari keluarga dan lingkungan bukanlah pengekangan namun
dorongan dan motivasi secara positif agar remaja tidak merasa terkekang namun tetap merasa
diperhatikan. Kegiatan olah raga sangat positif bagi remaja untuk mengalihkan produksi hormon
pada kegiatan fisik dan rekreatif, serta mengurangi waktu dan pikiran remaja agar jangan
terinduksi pada kegiatan dan pikiran-pikiran negative. Bahkan olah raga justru secara sistematis
mampu merangsang otak pada perilaku yang positif pada sikap-sikap sportif, fairplay, kerjasama
dan nilai-nilai kemanusiannya lainnya.
Kegiatan sosial keagamaan akan menumbuhkan sikap empati dan kepedulian sosial pada
sesama dan lingkungan dengan tumbuhnya cinta pada kelestarian alam/bumi, patriotisme dan
cinta tanah air. Sikap religius juga sangat penting dalam membentengi remaja secara moral
terhadap perilaku-perilaku negatif yang merupakan nilai pribadi (value of interest) dari dirinya
sendiri untuk menjauhi perbuatan-perbuatan amoral dan tercela.
8
10. 2. TAHAP DEWASA AWAL
Masa dewasa awal adalah masa dimana individu telah menyelesaikan pertumbuhannya
dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersamaan dengan orang dewasa
lainnya.Masa Dewasa Awal dianggap sebagai suatu kritikal selepas masa remaja.Ia dianggap
kritikal disebabkan karena pada waktu ini manusia berada pada tahap awal pembentukan
kerja dan keluarga. Apabila masa-masa sebelumnya dapat dianggap sebagai umur-umur
pembentukan diri, maka secara umum periode dewasa awal adalah umur-umur pemantapan
diri pola hidup baru.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, tahap dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan
dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan
nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya
antara 21 tahun sampai 40 tahun.
Menurut Teori Erikson, tahap dewasa awal yaitu mereka di dalam lingkungan umur 20-
an ke 30-an. Pada tahap ini manusia mula menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih
berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mulai berlaku dan berkembang.
Menurut Piaget, pada tahap Masa Dewasa Awal ini, para dewasa muda sedang berada
dalam tahap kognitif postformal thought. Cara pemikiran orang dewasa biasanya sudah
fleksibel, terbuka, adaptif, dan individualistik.Biasanya ditandai dengan kemampuan untuk
menghadapi ketidakpastian, ketidakstabilan, sesuatu yang kontradiktif, ketidaksempurnaan,
dan berkompromi.
9
11. Ciri-Ciri Tahap Dewasa Awal menurut Dr. Harold Shyrock dari amerika serikat, antara
lain:
a. Secara fisik
Pada pertumbuhan fisiknya dewasa awal sedang mengalami masa peralihan dari masa
remaja ke masa tua.Pada masa ini seseorang tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-
benar dewasa atau matang.Namun, secara nyata perubahan ciri fisik dewasa awal tidak dapat
dilihat, karena merupakan kelanjutan dari perkembangan fisik. Pada remaja yang sangat
pesat dan dapat dilihat secara nyata, tetapi perkembangan fisik dewasa dianggap sebagai
puncak perkembangan fisik. Dan puncak efisiensi biasanya di capai pada usiapertengahan
20-an dan sesudah mana menjadi penurunan lambat laun hingga awal usia 40-an. Penampilan
fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa
lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la harus mulai dapat bertindak
secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala
tindakannya sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi
pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda,
dikenakan hukum pidana atau perdata).
b. Perubahan kognitif
Tingkah laku kognitif pada tahap dewasa ini sangat matang perkembangan kognitifnya
serta lebih sistematis dalam memecahkan masalah. Orang dewasa awal mulai berfikir yang
bijaksana dalam mengambil keputusan tentang cara pemecahan masalah, sehingga
penigkatan toleransi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka mulai serius belajar
demi karir di masa yang akan datang, mulai memilih-milih pasangan yang lebih serius, dan
cita-citanya lebih realistis. Ia mulai bertindak dan belajar menjalankan peranan yang sudah
menetap contohnya peran sebagai orangtua, guru, dokter, dan sebagainya.
c. Masa usia reproduktif dan menikah.
Dikatakan reproduktif karena pada rentang usia ini merupakan masa-masa usia yang cocok
untuk menemukan pekerjaan, menemukan pasangan dan mulai serius untuk membangun
keluarga.
d. Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan.
10
12. e. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah dan ketegangan emosi.
Dikatakan masa bermasalah karena sudah dewasa menganggap bahwa boleh melakukan hal
sesukanya. Hal ini juga dikarenakan persoalan-persoalan yang dihadapi seperti tuntutan
akan pencapaian karir, pasangan hidup dan lain-lain.
f. Masa dewasa awal sebagai masa keterasingan sosial .
g. Masa dewasa awal sebagai masa komitmen.
h. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai.
i. Masa dewasa awal sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
j. Masa dewasa sebagai masa kreativitas sangat baik.
Masalah Perkembangan Pada Masa Dewasa Awal.
Terdapat beberapa masalah perkembangan pada masa dewasa, terkhusus pada mahasiswa.
Antara lain:
1. Perkembangan pola pikir yang lambat.
Hal ini ditandai dengan sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan mengambil keputusan secara tepat
b.Kecendrungan untuk bergantung dan mengikuti apa yang dilakukan orang lain dan
kelompok
c.Terjebak dalam perilaku yang tidak bermanfaat, misalnya mencontek.
d.Tidak mampu menemukan sasaran pemecahan yang ideal, tidak bisa berpikir kritis, dan
tidak mampu menganalisa serta mencari solusi yang tepat.
Akibatnya, antara lain:
1. Membentuk kelompok dan hanya terpaku pada pendapat kelompok.
2. Melakukan aktifitas yang negatif seperti perilaku seks bebas, minuman keras, perkelahian
antar genk, hidup santai, suka menghabiskan waktunya sia-sia.
3. Mahasiswa malas kuliah dan akhirnya DO.
11
13. Penyebabnya, antara lain:
Umumnya karena pola asuh yang salah, terlalu memanjakan dan tidak melatih anak bersikap
mandiri dan tidak mendidik anak pada sikap-sikap positif.
Solusinya antara lain:
1. Mengembangkan tingkat intelegensi mahasiswa
2. Meningkatkan pola komunikasi interpersonal dengan mahasiswa.
3. Menggali dan melatih kreativitas mahasiswa
Kreativitas yang dimiliki mahasiswa, memiliki peran aktif dalam proses belajar.
Tingginya kreativitas akan membuat mahasiswa lebih mudah dalam kemampuan
memecahkan masalah dengan mengkombinasikan ide-ide lama menjadi ide baru
2. Keterlambatan kemandirian belajar.
• Dalam tugas perkembangan, idealnya seorang mahasiswa sudah mampu menyelesaikan
pekerjaan dan tugas-tugas belajarnya secara mandiri, mampu menentukan kebutuhan belajar,
merencanakan belajar dari segi tempat dan waktu, melaksanakan belajar dari segi waktu dan
intensitas, mengevaluasi belajar dengan mengikuti latihan-latihan tes formatif, tugas mandiri
dan tugas kelompok, serta mampu berusaha mendapatkan bantuan belajar yang dibutuhkan.
• Namun terkadang, masih terdapat mahasiswa yang mengalami kegagalan mencapai tahap
perkembangan ini.
• Keterlambatan perkembangan belajar mandiri ini ditunjukan dengan:
a. Rendahnya motivasi belajar
b. Rendahnya konsep diri
c. Rendahnya etos kerja
d. Rendahnya daya juang mahasiswa
Penyebabnya antara lain :
1. Terbawa situasi sekolah menengah, dengan situas proses pembelajaran satu arah dari guru,
tidak melatih anak belajar mandiri.
12
14. 2. Proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa
Solusinya antara lain adalah, membangkitkan dan mendorong mahasiswa semangat
mahasiswa dalam manajemen diri serta waktu yang dimilikinya.
Perkembangan kepribadian orang dewasa
Perkembangan kepribadian orang dewasa, ada 4 tahapan. yaitu:
1. Model tahapan normatif.
Menurut Erik Erikson: kepribadian terus berubah sepanjang hidup. Variasi teori Erikson
bersumber dari studi awal yang dilakukan Vaillant dan Daniel Levinson. Model tahapan normatif
ini –keseluruhannya didasarkan kepada riset yang hanya dilakukan pada laki-laki- menyatakan
bahwa semua orang mengikuti rangkaian dasar perubahan terkait usia dan emosional yang sama.
Dalam perubahan tersebut tampaknya sebagai hal yang biasa (common) bagi sebagian besar
anggota populasi, dan muncul dalam periode berurutan atau tahapan-tahapan, dan terkadang
ditanbai dengan krisis emosional yang memudahkan jalannya perkembangan.
2. Model timing of event.
Bernice Neugarten berpendapat bahwa rangkaian perkembangan tersebut tergantung kapan
peristiwa tertentu terjadi dalam kehidupan seseorang. Melihat perkembangan kepribadian orang
dewasa sebagai fungsi dari waktu. Waktu sosial menentukan norma atau harapan cultural bagi
suatu waktu dalam kehidupan dalam kehidupan di mana peristiwa penting tertentu seperti
pernikahan, mulai bekerja, menjadi orangtua, dll.
3. Model trait.
Memperhatikan rangkaian kehidupan umum, stabilitas atau perubahan dalam sifat kepribadian.
Paul T. costa dan Robert R. McCrae, telah mengembangkan dan menguji model lima faktor yang
terdiri dari berbagai faktor yang tampak nya mendasari lima kelompk sifat yang saling
berhubungan. kelima faktor kelompok yaitu:
13
15. a. Neuroticism.
=>kumpulan 6 sifat negatif yang mengindikasikan ketidakstabilan sikap bermusuhan,
emosional kepanikan, impulsive, kesadaran diri,depresi dan rapuh.
b. Extraversion.
=>memiliki 6 sisi: aktif, hangat, pencari kegembiraan, bersahabat, emosi positif, asertif.
c. Openness to experience.
=>ingin mencoba hal baru, dan penuh ide-ide baru, memiliki imajinasi yang jenih dan
perasaan yang kuat.
d. Conscientiousness.
=>merka yang berprestasi, mereka yang kompeten, patuh, tenang, dan disiplin.
e. Agreebleness.
=>orang yang dapat dipercaya, rendah hati, terus terang, mengalah, dan mudah dipengaruhi.
4. Model tipologis
Model tipologis, Block merupakan pelopor dari pendekatan ini.Model tipologis memandang
kepribadian sebagai pelaksanaan fungsi yang mempengaruhi dan merefleksikan sikap, nilai,
prilaku, dan interaksi sosial.Riset tipologis tidak selalu berlawanan dengan riset, tetapi mencoba
melengkapi dan memperluasnya. Terdapat 3 tipe dasar kepribadian, yaitu ego-resilient,
overcontrolled, and undercontrolled.
Dalam tipe-tipe itu orang-orang dibedakan menurut ego- resilient dapat menyesuaikan diri
beradaptasi di bawah stress, ego-contol atau control diri.Ego-resilient dapat menyesuaikan diri
dengan baik, pandai berbicara, dan independen. Overcontrolled. cenderung pemalu, diam, dan
penuh rasa khawatir, dan bergantung pada orang lain, mereka cenderung menyimpan pikiran
mereka untuk mereka sendiri. Undercontrolled, lebih cenderung aktif, energik, gigih,dan mudah
tertarik.
14
16. 3. TAHAP DEWASA PERTENGAHAN
A. PERKEMBANGAN FISIK
Rentang usia dewasa madya atau yang disebut juga usia setengah baya pada umumnya
berkisar antara usia 40 – 60 tahun, dimana pada usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik
maupun mental (Hurlock, 1980:320).
Masa usia dewasa madya diartikan sebagai suatu masa menurunnya keterampilan fisik dan
semakin besarnya tanggung jawab, suatu periode dimana orang menjadi sadar akan polaritas
muda-tua dan semakin berkuranggya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan, suatu masa
ketika orang mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karier, dan suatu titik ketika
individu berusaha meneruskan suatu yang berarti pada generasi berikutnya.
Perkembangan Fisik.
Menurut Hurlock (1980), baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan, dimana
penampilannya pada masa ini akan menghambat kemampuannya untuk mempertahankan
pasangan mereka, atau mengurangi daya tarik lawan jenis.
Selain itu, sebuah penelitian dalam Nowark (1977) sebagaimana yang dikutip oleh Jhon F.
Santrock (1995), menemukan bahwa perempuan berusia dewasa madya lebih memfokuskan
perhatiannya pada daya tarik wajah dari pada perempuan yang lebih muda atau tua. Dalam
penelitian ini, wanita dewasa madya lebih mungkin menganggap tanda-tanda penuaan sebagai
pengaruh negative terhadap penampilan fisiknya.
Adapun beberapa perubahan fisik mulai tampak lebih awan di usia 30 tahun, tetapi pada
beberapa titik atau bagian terjadi di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukan
bahwa masa dewasa madya telah datang.
Beberapa perubahan fisik yang terjadi pada masa dewasa madya antara lain:
1. Timbulnya Uban.
2. Kulit mulai keriput.
3. Gigi yang menguning.
4. Tubuh semakin lama semakin pendek karena otot-otot melemah.
15
17. 5. Punggung orang dewasa melemah kerena piringan sendi di tulang belakang mengalami
penurunan.
6. Tulang-tulang bergeser lebih dekat antara yang satu dengan yang lainnya, misalnya, seorang
laki-laki yang tingginya 5 kaki 10 inci pada usia 30 tahun barang kali akan menjadi 5 kaki 9
7/8 inci di usia 50 tahun, dan mungkin akan menjadi 5 kaki 9 1/4 pada usia 60 tahun.
Sulit melihat objek-objek yang dekat. Daya akomondasi mata, kemampuan untuk
memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina mengalami penurunan paling tajam
pada usia 40 dan 59 tahun.
7. Penurunan pada sensitivitas pendengaran.
8. Menopause. pada usia dewasa madya ini mereka akan mengalami periode menopaose,
dimana pada periode ini haid dan kemampuan bereproduksi akan berhenti secara
keseluruhan, sehingga dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan bagi wanita,
seperti hot flushses, mual, letih, dan cepatya denyut jantung. hal ini disebabkan oleh
menurunnya produksi hormon ekstrogen oleh indung telur.
9. Penurunan kebugaran fisik. masalah kesehatan utama pada masa dewasa madya antara lain
penyakit kanker, kardivaskuler, dan obesitas.
B. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Ciri-ciri masa dewasa madya :
1. Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa
menakutkan. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia
madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia
madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga
disertai dengan berhentinya reproduksi.
2. Usia madya merupakan masa transisi
Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan masa
transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan
ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang
akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
16
18. 3. Usia madya adalah masa stress
Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan
pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu
cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu
masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek
sosial kehidupan mereka.
4. Usia madya adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin
melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia
lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain
juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik
sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun
kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di
kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di
kalangan pria.
5. Usia madya adalah usia canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria
dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.
6. Usia madya adalah masa berprestasi
Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas /
kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap
berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi
lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun
lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat
maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau
menetap) pada hidupnya.
7. Usia madya adalah masa evaluasi
Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika
pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut
berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman
dan keluarga-keluarga dekat.
17
19. 8. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu
standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan
peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun
dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun
standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia
madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan
dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan
sikap pada usia tua.
9. Usia madya merupakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak
yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang
tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan
kepergian mereka.
10. Usia madya merupakan masa jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada
sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan
kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan
waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada
yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa
jenuh
C. TEORI-TEORI TENTANG DEWASA TENGAH
1) Teori Erikson.
Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia baya
adalah mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat
dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya
melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal
mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang
berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.
18
20. 2) Teori Havighurst.
Teori perkembangan Havighurst telah diringkas dalam tujuh perkembangan untuk orang
dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas perkembangan tersebut meliputi:
a) Pencapaian tanggung jawab social orang dewasa
b) Menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan
c) Membantu anak-anak remaja tanggung jawab dan bahagia
d) Mengembangkan aktivitas luang
e) Berhubungan dengan pasangannya sebagai individu
f) Menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia pertengahan
g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.
Pendekatan Teoritis Klasik
Masa dewasa madya (Middle Adulthood) ini berlangsung dari umur 40-60. Ciri-ciri yang
menyangkut pribadi dan sosial antara lain : masa dewasa madya merupakan masatransisi, dimana
pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya memasuki suatu
periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Pada tahun-tahun
menjadi masa puncak dimana kondisi kesejahteraan psikologis, kesehatan, produktivitas,dan
keterlibatan dalam masyarakat yang optimal.
Masa kritis dalam psikologi, setiap tahap kehidupan memiliki ciri-ciri yang khas. Jung
menyatakan pentingnya tahap usia dewasa pertengahan (40-60), kehidupan seseorang sangat
ditentukan bagaimana ia mengatasi midlifecrises-nya ini. Masa krisis ialah masa dimana usaha
individu untuk mengatasi kesenjangan antara masa lalu dan masa depan (Devid Levinson). Krisis
paruh baya seringkali dikenal dengan istilah puber kedua, puber kedua ini terkait dengan
terjadinya perubahan fisik yang signifikan dalam diri individu. Puber kedua adalah tahapan
19
21. seseorang dari dewasa berpindah menjadi tua, masa-masa dimana seseorang tidak menarik lagi,
takut mati, takut tidak bergua, takut tidak kuat lagi dan sebagainya
Masa berprestasi pada usia paruh baya. Pada saat tahun-tahun pertama usia setengah baya
terbuka peluang untuk berprestasi, bahkan puncak prestasi yang pernah dicapai individu pada
setiap tahap perkembangannya tidak dapat menandingi yang dicapai pada usia ini. Menurut
A.A.Werner menyatakan bahwa pada usia 40 tahun bagu orang normal telah memiliki
pengalaman yang cukup dalam pendidikan dan pengalaman dalam bergaul. Pada dewasa madya
wanita, apabila pada saat dewsa mudaya terfokus pada memelihara anak-anak, pada saat dewasa
madya ketika anak-anaknya meninggalkan rumah akan memulai sebuah karir baru dan terpaksa
meraih puncak pada usia yang relatif tua, sedangkan pada dewasa madya pria, ia mencapai
puncak kesuksesan kariri biasanya pada usia ini , yaitu ketika mereka telah puas dengan apa yang
telah ia peroleh dan menikmati hasil kerja kerasnya tersebut pada usia awal enampulihan. Ketika
mereka dianggap terlalu tua untuk bekerja dan merelakan pekerjaanya kepada yang lebih muda.
Faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian puncak karir pada usia madya dipengaruhi oleh
kreativitas, tingkat pendidikan, bidang kegiatan, dan kesempatan.
D. PERKEMBANGAN EMOSI
Menurut Erikson, pada masa ini individu dihadapkan atas dua hal generativity vs stagnasi
Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap guna membantu generasi
muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas /
bangkit. Sebaliknya, stagnasi / mandeg => ketika individu tidak melakukan apa-apa untuk
generasi berikutnya. Memberikan asuhan, bimbingan pada anak-anak, individu generatif adalah
seseorang yang mempelajari keahlian, mengembangkan warisan diri yang positif dan
membimbing orang yang lebih muda.
Tugas kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara generativity dan
stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan luas daripada intimacy
karena rasa kasih ini telah men"generalize" ke kelompok lain, terutama generasi selanjutnya.
Bila dengan intimacy kita terlibat dalam hubungan di mana kita mengharapkan suatu timbal
balik dari partner kita, maka dengan generativity kita tidak mengharapkan balasan.Misalnya saja,
20
22. sebagian sangat besar dari para orang tua tidak keberatan untuk menderita atau meninggal demi
keturunannya, walau perkecualian pasti ada. Begitu pula dengan orang-orang yang melakukan
pekerjaan sukarela di Salvation Army, Word Vision, Palang Merah, Green Peace dan NGO
(Non-Governmental Organization) bisa dikatakan termasuk mereka yang memiliki Generativity
ini.
Banyak psikolog melakukan riset mengapa orang melakukan karya altruistik (berderma
atau menolong sesama) yang seringkali tidak menghasilkan apapun bagi mereka kecuali
kerugian materi, waktu dan tenaga.Sampai kini para psikolog ini belum menemukan jawaban
yang pasti dan diterima semua orang.Kalau Erikson benar, maka kita melakukan hal yang
altruistik bukan karena kita menginginkan balasan tapi karena pertumbuhan psikologis kita
menimbulkan kasih pada sesama. Kita mungkin melakukan hal-hal yang altruistik karena kita
mengharapkan dunia yang lebih baik di masa depan yang akan menjadi masa depan anak-anak
kita.
Stagnasi adalah lawan dari generativity yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri kita,
tidak ada rasa peduli pada orang lain. Orang- orang yang mengalami stagnasi tidak lagi produktif
untuk masyarakat karena mereka tidak bisa melihat hal lain selain apakah hal itu menguntungkan
diri mereka seketika. Kita tahu banyak contoh orang yang setelah berusia setengah baya mulai
menanyakan ke mana impian mereka yang lalu, apa yang telah mereka lakukan dan apakah
hidup mereka ada artinya. Beberapa orang yang merasa gagal dan tidak lagi punya harapan untuk
mencapai impian mereka, pada saat-saat ini berusaha untuk merengkuh masa-masa yang bagi
mereka terlewat sia-sia.
Kita tentu pernah mendengar mereka yang meninggalkan istri dan anak-anaknya yang
kebingungan dan kekurangan, mencari istri baru dan keluarga baru untuk membangun hidup
baru.Inilah mereka yang tidak berhasil melihat peranan mereka dengan lebih luas, melainkan
hanya melihat apakah hidup ini bermanfaat bagi mereka pribadi.Apakah yang diperoleh mereka
yang berhasil menjalani fase ini dengan sukses? Kapasitas yang luas untuk peduli.Apabila
kapasitas untuk peduli dengan partner di panggil Love oleh Erikson, maka untuk hubungan yang
lebih luas disebutnya Caring.Salah seorang psikolog yang mengkhususkan diri dalam konsultasi
21
23. dalam bidang spiritual segera pergi ke Afrika setelah membaca tentang Aids, dan mengorbankan
penghasilannya yang luar biasa. Dia adalah contoh langsung bagi saya tentang orang-orang
dengan kapasitas Caring ini.
Begitu pula para sukarelawan yang setelah membaca tentang Alzeimer atau Ambon segera
mencari tahu apa yang mereka dapat lakukan, bukan karena ada keluarga yang terkena tetapi
karena ada orang yg menderita. Kabar baiknya adalah bahwa makin banyak anak-anak muda
yang melakukan hal ini, dan kebanyakan dari negara yang sudah maju
22
24. 4. TAHAP DEWASA AKHIR
Memasuki masa dewasa akhir adalah proses terakhir dalam kehidupan manusia sebelum
kematian. Dalam tahap ini, banyak perubahan yang terjadi walaupun perubahan tersebut tidak
sedrastis perubahan yang terjadi pada masa anak-anak atau remaja.Banyak hal-hal yang harus
diperhatikan untuk menyiapkan diri menghadapi tahap ini.
Kisaran umur manusia pada tahap dewasa akhir adalah 65 tahun ke atas.Dalam “Stages of
Developmental” yang dikemukakan oleh Erik Erikson, tahap dewasa akhir disebut dengan tahap
INTEGRITY vs DESPAIR. Integrity berarti menerima atau menuai keuntungan dari apa yang
terjadi di tahap awal, semua goal hidupnya sudah tercapai dan akhirnya dia bisa menerima arti
hidup yang singkat ini. Sementara Despair terwujud apabila ada sesuatu yang belum dia capai
sebelumnya sehingga dia merasa gagal dan akan menjalani sisa hidupnya seperti berada di
penjara.
Perubahan fisik lansia yang semakin menua dan melemah akan berpengaruh dengan peran
dan hubungan dirinya sendiri dengan lingkungannya. Dengan semakin lanjut usia seseorang,
maka secara berangsur-angsur akan melepaskan dirinya dari kehidupan sosialnya karena
keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun
sehingga secara perlahan akan terjadi kehilangan peran di masyarakat, hambatan kontak fisik dan
kurangnya komitmen.
A. Perkembangan Fisik Tahap Dewasa akhir
Pada tahap dewasa akhir, perubahan fisik yang terjadi akan akan terlihat semakin jelas
dibandingkan dengan periode selanjutnya. Berikut adalah beberapa penurunan dan hilangnya
fungsi tubuh dalam hal fisiologis masa perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut :
Otak dan system syaraf
Penelitian menyatakan bahwa setelah 30 tahun, otak kehilangan beratnya,
pertama-tama sedikit, kemudian semakin banyak.Kehilangan berat ini diakibatkan
penciutan neuron yang terdapat di cerebral cortex, bagian yang menangani tugas-
23
25. tugas kognitif.Bersamaan dengan penciutan bagian otak munculah pelambatan
respons gradual.
Fungsi Sensoris
Perubahan sensori fisik masa dewasa akhir melibatkan indera penglihatan,
pendengaran, perasa, pembau, dan indera peraba. Semua fungsi sensoris tersebut
akan mengalami penurunan.
Sistem Pernafasan
Kapasitas akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun tanpa penyakit.
Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah.Hal
itu dapat diperbaiki fungsi paru paru dengan latihan memperkuat diafragma.
Seksualitas
Penurunan seksualitas pada tahap dewasa akhir akan lebih terlihat pada pria
daripada wanita.
B. Perkembangan intelektual (kognitif) tahap dewasa akhir
Banyak yang menyatakan bahwa perkembangan intelektual/kognitif pada tahap dewasa akhir
akan semakin menurun. Contohnya :memori, kreativitas, intelegensi, dan kemampuan belajar.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada
masa dewasa akhir., tetapi hal ini juga tergantung diri setiap masing-masing orang (individual
differences). Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat
dan memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut melakukan
aktivitas-aktivitas yang abstrak atau sederhana.
Ada 3 komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu usia lanjut,
antara lain :
a. Pendidikan
Fasilitas pendidikan semakin lama semakin meningkat sehingga generasi muda dapat
mengenyam pendidikan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya. Di Negara
maju, bukan hanya anak muda saja yang mengenyam pendidikan, ada juga lansia
yang berusaha mengenyam pendidikan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
24
26. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain:
• Ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya.
• Ingin mempelajari perubahan sosial dan teknologi yang dirasakan mempengaruhi
kehidupannya.
• Ingin menemukan pengetahuan yang relevan dan mempelajari ketrampilan-
ketrampilan yang relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan
masyarakat dan tuntutan pekerjaan, agar tetap dapat berkarier secara optimal dan
mampu bersaing dengan generasi sesudahnya.
• Ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk
mengadakan penyesuaian diri dengan lebih baik pada masa pensiunnya.
b. Pekerjaan
c. Kesehatan
Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi.Jadi beberapa
penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut
sangat mungkin disebabkan oleh faktor-faktor kesehatan.Penelitian menyetujui bahwa
olah raga merupakan faktor penting untuk meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada
orang dewasa lanjut. Yang harus diperhatikan dalam aktivitas berolah raga pada
dewasa lanjut ini adalah pemilihan jenis olah raga yang akan dijalani, harus
disesuaikan dengan kondisi fisik individu.
C. Perkembangan spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan
tingkat kepuasan hidup, harga diri dan optimism akan lebih tinggi daripada lansia yang tidak
begitu dekat dengan agama. Kebutuhan spiritual sangat berperan memberikan ketenangan
batiniah, khususnya bagi para Lansia yang pasti sadar kalau dia sudah mencapai tahap hidup
paling akhir.
25
27. D. Perkembangan Kepribadian
Banyak yang bertanya-tanya apakah akan ada perubahan kepribadian dalam diri kita saat
kita sudah mencapai tahap dewasa akhir? Apakah kita akan memasuki tahap baru
perkembangan kepribadian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita akan merujuk kepada
teori psikoanalisa Freud, Jung dan Erikson.
1. Freud
Freud percaya bahwa pada masa tahap dewasa akhir, kita akan kembali ke
kecenderungan narsistik yang terjadi pada masa kanak-kanak awal. Tindakan yang
kita lakukan harus diperlihatkan kepada orang lain. Apabila kita tidak bisa
melakukannya maka kita tidak memperoleh kepuasan.
2. Jung
Jung mengatakan bahwa pada tahap dewasa akhir, pikiran kita tenggelam di alam
bawah sadar kita (Santrock, 2002: 250).Hal ini yang membuat orang tua mudah
lupa.Hal ini mungkin saja disebabkan oleh sedikitnya kontak dengan realitas,
sehingga pikirannya terpendam dalam ketidaksadaran.
3. Erikson
Menurut Erikson, masa dewasa akhir dapat dikategorikan sebagai masa
“INTEGRITY vs DESPAIR”.Tahun-tahun akhir kehidupan merupakan suatu masa
untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan selama hudupnya. Jika kehidupan
sebelumnya dapat dijalani dengan baik maka akan pada masa tua kita, kita akan
merasakan kepuasan/integritas dan sebaliknya.
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada tahap dewasa akhir.Baik perkembangan
fisik, moral, kognitif, dan lain-lain. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor usia,
biologis, dan lingkungan sekitar. Apabila kita menjalani hidup kita dengan baik, maka semua
akan berjalan dengan lancar.
26
28. 4. Tahap Kematian
Setiap hal pasti ada akhirnya, termasuk dengan kehidupan kita.Siklus kehidupan kita berawal
dari satu sel kecil dan berakhir dengan kematian orang yang berasal dari sel tersebut.Topik
mengenai kematian ini mengundang banyak kontroversial dari seluruh kalangan dan dari
kontroversi tersebut muncul berbagai hasil atau pendapat yang menarik.
Kematian pada umumnya dianggap sebagai akhir dari sebuah proses jasmaniah. Akan tetapi
sekarang kriteria kematian menjadi semakin kompleks dengan perkembangan peralatam medis
yang dapat memperpanjang sinyal dasar kehidupan.
Orang yang sudah berumur akan menghabiskan lebih banyak waktunya untuk memikirkan
tentang kematian daripada orang yang masih muda. Kadang pikiran mengenai kematian tersebut
akan membantu mereka untuk menjalani sisa hidupnya. Orang yang masih muda akan lebih takut
akan kematian daripada orang yang sudah berumur .
Ketakutan akan kematian seseorang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu yang paling
signifikan adalah kepercayaan terhadap agama. Orang yang lebih beragama tidak akan begitu
takut terhadap kematian, begitu pula sebaliknya.
Menurut Elisabeth Kübler-Ross, sebagian besar orang yang sekarat menerima peluang untuk
berbicara secara terb muka mengenai kondisi mereka dan sadar kalau mereka sudah mendekati
kematian. Elizabeth juga mengembangkan teori mengenai proses penerimaan kematian, baik itu
kematian diri sendiri atau kematian orang yang disayangi. Teori tersebut terdiri dari 5 tahap,
yaitu:
1. Denial.
Pada awalnya, orang akan menolak segala sesuatu yang mengatakan bahwa ia akan
meninggal ( oleh karena penyakit). Pada tahap ini, orang tersebut akan mengatakan
bahwa dokter tersebut sangat tidak kompeten. Orang ini juga akan akan mencari
diagnosis yang lebih mudah diterima bahkan akan mencari suatu “obat mujarab” yang
dapat membantu dia. Orang yang berada pada tahap ini akan pura-pura tidak tahu
mengenai diagnosisnya dan akan menjalani hari-hari seperti biasa.
27
29. 2. Anger.
Setelah tahap denial, orang yang sakit akan menghadapi diagnosis terhadap
kematiannya dengan kemarahan. “Kenapa saya?” ; “Ini sangat tidak adil!” adalah hal
yang lumrah diucapkan. Pada tahap ini, terdapat rasa benci dan rasa iri hati terhadap
orang lain. Oleh karena itu, orang yang berada pada tahap ini sangat mudah marah
dan akan sering bermusuhan dengan dokter,perawat, dan sebagainya.
3. Bargaining.
Pada tahap ketiga ini, kemarahan dan penolakan terhadap kematian akan semakin
mereda. Orang yang sakit akan sadar bahwa waktunya tidak lama lagi, tapi dia masih
belum bisa menerima kematian. Malah orang yang sakit ini akan melakukan tawar
menawar untuk memperpanjang waktunya. Proses tawar menawar ini dapat berupa
kesediaan untuk melakukan perawatan medis yang menyakitkan untuk
memperpanjang hidupnya. Banyak juga orang yang membuat “perjanjian” dengan
Tuhan.
4. Depression.
Pada akhirnya, orang yang sakit akan kehilangan harapan hidup dan sadar kalau dia
tidak bisa menghindari kematian. Pada tahap ini, orang yang sakit akan merasa
bersalah untuk meninggalkan orang yang dicintai dan akan merasa depresi.
5. Acceptance.
Tahap terakhir adalah tahap penerimaan. Rasa depresi akan hilang dan orang yang
sakit ini akan menerima kenyataan bahwa ia akan segera meninggal. Sifat menerima
ini tidak berarti bahwa ia bahagia dan senang, melainkan rasa capek untuk menolak
kenyataan mengenai kematian dia. Pada tahap ini, orang yang sakit akan merasa
damai dan bebas dari emosi positif.
Menurut Elisabeth Kübler-Ross, kelima tahap ini adalah tahap yang bersifat universal.
Semua orang pasti akan mengalaminya, tapi tahap yang dilalui tidak selalu berurut. Mungkin
saja orang yang sakit akan melalui tahap depression dulu baru anger,denial, dsb.
28
30. Bab III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Makhluk hidup mempunyai fase dimana manusia yang paling besar adalah fase
manusia dewasa awal merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap kritikal
selepas alam remaja yang berumur dua puluhan (20-an) sampai tiga puluhan (30 an). Ia
dianggap kritikal karena disebabkan pada masa ini manusia berada pada tahap awal
pembentukan karir dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan
yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan dan keluarga. Pada masa
ini juga seseorang akan menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga. Berbagai
masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan karir dan juga hubungan dalam
keluarga.
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa disebut dengan
masa adolesen. Ketika manusia menginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya
kematangan dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia
tersebut sudah menyadari makna hidupnya. Dengan kata lain manusia dewasa sudah
mulai memilih nilai - nilai atau norma yang telah dianggap mereka aik untuk dirinya serta
mereka berudaha untuk mempertahankan nilai - nilai atau norma - norma yang telah
dipilihnya tersebut.
1.2 SARAN
1. Faktor lingkungan perkembangan orang dewasa sangat berpengaruh terhadap perkembangan
orang dewasa. Jadi kita harus memperhatikan lingkungan disekitar kita supaya faktor
lingkungan yang mempengaruhi baik juga.
29
31. 2. Seseorang untuk berkembang. Apabila remaja telah mencapai usia dewasa secara hukum,
mereka berkeinginan kuat untuk dianggap sebagai orang- orang dewasa yang mandiri oleh
kelompok sosial mereka. Jadi seseorang biasanya menggangap dirinya dewasa karena hukum
padahal secara sifat belum tentu mereka dewasa secara sifat
3. Kemampuan mental yang diperlukan untuk menyesuaikan diri pada situasi- situasi baru adalah
mengingat kembali hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berpikir kreatif.
Kemampuan mental ini mencapai puncaknya dalam usia 20-an, kemudian sedikit demi sedikit
menurun. Maka dari itu kemampuan mental seseorang dapat menurun diatas usia 20 tahun ke
atas.
30