Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Tafsir surat aljhadid ayat 1 6
1. Ayat 1-6: Bertasbihnya makhluk kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan penjelasan
tentang sifat dan kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala; dimana di Tangan-Nya
kerajaan segala sesuatu.
ُيزَزَعْلا َوُهَو َضْاألرَو َاتَاوَمَّالس َِف اَم َََّّلِل َحَّبَس( ُيمَكَْاْل١َاتَاوَمَّالس ُكْلُم ُهَل )
( ٌيرَدَق ٍءْيَش َِّلُكىَلَع َوُهَو ُيتَُُيَو يَيُُْي َضْاألرَو٢ُرَاهَّظالَو ُرَاآلخَو ُلَّاألو َوُه )
( ٌيمَلَع ٍءْيَش َِّلُكَب َوُهَو ُنَاطَبْلاَو٣َس َِف َضْاألرَو َاتَاوَمَّالس َقَلَخ يَذَّلا َوُه )ٍٍ اَّيََ َََِّّتَُُّث
ْنَم ُجُرََْي اَمَو َضْاألر َِف ُجَلَي اَم ُمَلْعَي َشْرَعْلا ىَلَع ىَوََّتْاساَمَو َاءَمَّالس َنَم ُلَزْنَي اَمَو اََه
َنوُلَمْعَت اََِب َُّاّلِلَو ْمَُّتْنُكاَم َنَْيَ ْمُكَعَم َوُهَو اَيَهَف ُجُرْعَي( ٌرََِب٤َاتَاوَمَّالس ُكْلُم ُهَل )
َلَإَو َضْاألرَو( ُورُاألم ََُُْرُت ََّاّلِل٥َّالن ُجَولُيَو َراَََّهالن َِف َلْيَّلال ُجَولُي )َوُهَو َلْيَّلال َِف َارََه
( َروُدُِّال َاتَذَب ٌيمَلَع٦)
Terjemah Surat Al Hadid Ayat 1-6
1. [1]Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana[2].
2. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi[3], Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu.
3. Dialah Yang Awal, Yang Akhir[4], Yang Zhahir dan Yang Bathin[5]; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu[6].
4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari[7]; kemudian Dia bersemayam di
atas ´arsy[8]. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi[9] dan apa yang keluar dari
dalamnya[10], apa yang turun dari langit[11] dan apa yang naik ke sana[12]. Dan Dia bersama
kamu[13] di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan[14].
5. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi[15]. Dan hanya kepada Allah segala urusan
dikembalikan[16].
6. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam[17]. Dan
Dia Maha Mengetahui segala isi hati[18].
Ayat 7-12: Ajakan kepada kaum muslimin untuk bersikap dermawan dan berinfak di
jalan Allah untuk meninggikan Islam dan agar kaum muslimin memperoleh kebahagiaan
2. di dunia dan akhirat, dan bahwa segala sesuatu pada hakikatnya milik Allah Subhaanahu
wa Ta'aala, maka jangan merasa berat menginfakkan hartanya di jalan Allah.
َف َنيَفَلْخََّتْسُم ْمُكَلَعََ َّاَِم اوُقَفْنَََو َهَولُسَرَو ََّاّلِلَب اوُنَآمُقَفَْنََو ْمُكْنَم اوُنَآم َينَذَّلاَف َيهْمََُ او
( ٌرَبَك ٌرَََْ٧َل ْمُكوُعْدَي ُولُسَّالرَو ََّاّلِلَب َنوُنَمْؤُت ال ْمُكَل اَمَو )َُّتَذََخَ ْدَقَو ْمُكَِّبَرَب اوُنَمْؤ
( َنيَنَمْؤُم ْمَُّتْنُك ْنَإ ْمُكَقاَيثَم٨َنَِّيَب ٍاتَآي َهَدْبَع ىَلَع ُلَِّزَنُي يَذَّلا َوُه )َنَم ْمُكَََرْخُيَل ٍات
( ٌيمَحَر ٌوفُءَرَل ْمُكَب ََّاّلِل َّنَإَو َرُّونال َلَإ َاتَمُلُّظال٩ُقَفْنُت َالَ ْمُكَل اَمَو )َبَس َِف اوََّاّلِل َيل
َقَفَْنَ ْنَم ْمُكْنَم يَوََّتْسَي ال َضْاألرَو َاتَاوَمَّالس ُاثَرَم َََّّلِلَوُوَ َلَاتَقَو َحَّْتَفْلا َلْبَق ْنَمَكَئَل
ا َدَعَو الُكَو اوُلَاتَقَو ُدْعَب ْنَم اوُقَفَْنَ َينَذَّلا َنَم ًَََِرَد ُمَظَْعَََِب َُّاّلِلَو ََنْسُْاْل َُّّلِلَت اَنوُلَمْع
( ٌرَبَخ١٠َل ُهَفَاعَضُيَف اًنَسَح اًضْرَق ََّاّلِل ُضَرْقُي يَذَّلا اَذ ْنَم )( ٌمَرَك ٌرَََْ ُهَلَو ُه١١)
ََهيَدَْيَ َْنيَب ْمُهُورُن ىَعْسَي َاتَنَمْؤُمْلاَو َنيَنَمْؤُمْلا ىَرَت ٍَ ْوَيٍَ ْوَيْلا ُمُكاَرُْْب ْمََِاََُْيََبَو ْمٌَّاتنََ
ْلا ُزْوَفْلا َوُه َكَلَذ اَيَهَف َينَدَالَخ ُارََهْاألن اََهََّتََْت ْنَم يَرََْت( ُيمَظَع١٢)
Terjemah Surat Al Hadid Ayat 7-12
7. [19]Berimanlah[20] kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah)[21]. Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan meinfakkannya (hartanya di jalan Allah)
memperoleh pahala yang besar[22].
8. [23]Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul mengajak kamu beriman
kepada Tuhanmu? Dan Dia telah mengambil janji(setia)mu[24], jika kamu orang-orang
mukmin[25].
9. Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang[26] (Al Quran) kepada hamba-Nya
(Muhammad) untuk mengeluarkan kamu[27] dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya
(iman)[28]. Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
10. Dan mengapa kamu tidak menginfakkan hartamu di jalan Allah, padahal milik Allah semua
pusaka langit dan bumi?[29] [30]Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah)
di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah)[31]. Mereka lebih tingi derajatnya
daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. [32]Allah
menjanjikan kepada masing-masing[33] mereka (balasan) yang lebih baik (surga). Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan[34].
3. 11. [35]Barang siapa meminjamkan kepada Allah[36] pinjaman yang baik[37], maka Allah akan
mengembalikannya berlipat-ganda untuknya[38], dan baginya pahala yang mulia.
12. [39]Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan,
betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka[40], (dikatakan kepada
meraka), "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang
agung[41].”
[1] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang keagungan-Nya, kebesaran-Nya dan
luasnya kerajaan-Nya, yaitu bahwa semua yang ada di langit dan di bumi baik makhluk hidup
yang bisa berbicara maupun yang diam dan lainnya serta benda-benda mati bertasbih dengan
memuji Tuhannya serta mensucikan-Nya dari segala yang tidak layak dengan keagungan-Nya,
dan bahwa semuanya taat kepada Allah Tuhannya dan tunduk kepada keperkasaan-Nya, dimana
tampak di sana atsar (pengaruh) hikmah(kebijaksanaan)-Nya. Oleh karena itu, Dia berfirman,
“Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
[2] Dalam ayat ini terdapat penjelasan meratanya rasa butuh makhluk baik yang berada di alam
bagian atas maupun alam bagian bawah kepada Tuhannya dalam semua keadaannya. Demikian
pula terdapat penjelasan meratanya keperkasaan-Nya kepada segala sesuatu dan meratanya
kebijaksanaan-Nya pada ciptaan-Nya dan pada perintah-Nya. Dan pada ayat selanjutnya, Dia
memberitahukan tentang meratanya kepemilikan-Nya.
[3] Dia yang menciptakannya, memberi rezeki dan mengaturnya dengan kekuasaan-Nya.
[4] Yang dimaksud dengan Al Awal ialah, yang tidak ada sesuatu pun sebelum-Nya, Al Akhir
ialah yang tidak ada sesuatu pun setelah-Nya.
[5] Maksud Azh Zhahir ialah, yang tidak ada sesuatu pun di atas-Nya, dan Al Bathin ialah yang
tidak ada sesuatu pun di bawah-Nya. Dengan demikian, nama-Nya Azh Zhaahir menunjukkan
tingginya Dia di atas semua makhluk-Nya, sedangkan nama-Nya Al Baathin menunjukkan
bahwa ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang menghalangi-
Nya, pendengaran-Nya mengena kepada semua suara dan penglihatan-Nya menembus semua
makhluk-Nya (Lihat Anwaarul Hilaalain fit Ta’aqqubaat ‘alal Jalaalain oleh Dr. Abdurrahman
Al Khumais).
[6] Ilmu-Nya meliputi segala yang tampak maupun yang tersembunyi, yang samar maupun yang
tertutup, perkara yang dahulu maupun yang akan datang.
[7] Dimulai dari hari Ahad dan diakhiri pada hari Jum’at. Adapun hari Sabtu, tidak terjadi
penciptaan, karena ia adalah hari ketujuh, sehingga dari sanalah dinamakan Sabtu, yang artinya
berhenti.
4. Hari di sini menurut sebagian ulama seperti hari di dunia, namun ada yang berpendapat bahwa
satu hari tersebut lamanya 1.000 tahun sebagaimana dinyatakan Mujahid dan Imam Ahmad,
wallahu a’lam.
[8] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan
kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla, di atas semua makhluk-Nya.
[9] Seperti air hujan, benih, orang-orang yang telah mati dan lainnya.
[10] Seperti tumbuhan, hewan dan barang tambang.
[11] Seperti malaikat, taqdir, rezeki, rahmat dan azab.
[12] Seperti malaikat, ruh, amal-amal, doa-doa hamba dan lainnya.
[13] Dengan ilmu-Nya. Hal ini seperti dalam firman Allah Ta’ala, “Tidakkah kamu perhatikan,
bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tidak ada
pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tidak ada
(pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tidak ada (pula)
pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia bersama
mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada
hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.” (Terj. Al Mujaadilah: 7) Oleh karena itu, pada akhir ayat Allah Subhaanahu wa Ta'aala
menjanjikan untuk memberikan balasan terhadap amal yang dikerjakan hamba.
[14] Yakni Dia melihat amal yang muncul dari kamu dan apa yang muncul dari amal itu, baik
atau buruk, lalu Dia akan memberikan balasan terhadapnya dan menjaganya untukmu.
[15] Yakni milik-Nya, ciptaan-Nya dan hamba-Nya. Dia bertindak pada mereka dengan apa yang
Dia kehendaki berupa perkara qadari maupun syar’i yang berjalan di atas hikmah
(kebijaksanaan) Rabbani.
[16] Baik amal maupun orang-orang yang mengerjakannya, lalu Dia akan menunjukkan amalan
itu kepada mereka. Dia akan memisahkan yang baik dan yang buruk dan akan memberi balasan
kepada orang yang berbuat ihsan karena ihsannya dan orang yang berbuat buruk karena
keburukannya.
[17] Yang dimaksud dengan memasukkan malam ke dalam siang adalah menjadikan malam
lebih panjang dari siang, dan memasukkan siang ke dalam malam ialah menjadikan siang lebih
panjang dari malam sebagaimana yang terjadi pada musim panas dan dingin. Namun menurut
Syaikh As Sa’diy, Dia (Allah) akan memasukkan malam ke dalam siang sehingga malam
meliputi mereka (manusia) dengan kegelapannya, dan mereka pun bisa tenang dan beristirahat,
kemudian Dia masukkan siang ke dalam malam, lalu menyingkirlah kegelapan yang menimpa
bumi dan alam sekitarnya pun menjadi terang sehingga para hamba dapat beraktifitas serta
bangun untuk maslahat dan penghidupan mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'aala senantiasa
memasukkan malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam serta mempergilir di antara
5. keduanya dalam hal bertambah lama dan berkurangnya, lama dan singkat sehingga tegaklah
musim-musim itu dan zaman pun berlalu dengan lurus, serta terwujudlah berbagai maslahat dari
itu, maka Mahasuci Allah Rabbul ‘aaalamiin, dan Mahatinggi Dia Yang Maha Mulia lagi
Pemurah, dimana Dia telah melimpahkan kepada hamba-hamba-Nya nikmat-nikmat yang
tampak maupun tersembunyi.
[18] Sehingga Dia memberi taufiq orang yang Dia ketahui layak mendapatkannya dan
menelantarkan orang yang Dia ketahui tidak cocok mendapatkan hidayah.
[19] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan apa yang dibawanya. Demikian pula memrintahkan mereka berinfak di jalan-Nya
dari harta yang Dia jadikan pada tangan mereka dan menjadikan mereka menguasainya agar Dia
melihat apa yang mereka lakukan dengannya. Setelah Dia memerintahkan demikian, Dia
mendorong mereka untuk melakukannya dengan menyebutkan pahala bagi orang yang
melakukannya.
[20] Menurut sebagian mufassir adalah perintah untuk tetap beriman.
[21] Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. Hak
milik pada hakikatnya adalah pada Allah. Oleh karena itu, manusia menginfakkan hartanya harus
mengikuti hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena itu tidak
boleh kikir dan boros.
Menurut sebagian mufassir bahwa ayat ini turun berkenaan dengan perang Tabuk yang ketika itu
membutuhkan banyak biaya.
[22] Orang yang menggabung antara beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan berinfak di
jalan-Nya, bagi mereka pahala yang besar, dimana yang paling besarnya adalah memperoleh
keridhaan Tuhan mereka, mendapatkan tempat kemuliaan-Nya (surga) dengan kenikmatan yang
kekal yang ada di dalamnya.
[23] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sebab yang mendorong mereka
beriman.
[24] Yaitu dengan berbai’at kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Atau maksudnya,
perjanjian ruh Bani Adam sebelum dilahirkan ke dunia bahwa Dia mengakui, bahwa Tuhannya
ialah Allah dan tidak menyembah selain kepada-Nya (lihat surah Al A’raaf: 172).
[25] Yakni, apa yang menghalangimu untuk beriman, padahal Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah rasul yang paling utama dan da’i paling mulia yang mengajak kamu kepada Allah.
Yang demikian mengharuskan seseorang untuk segera memenuhi seruannya dan menyambutnya,
dan lagi Dia (Allah) telah mengambil perjanjian dari kamu untuk beriman jika kamu memang
orang-orang mukmin. Di samping itu, karena kelembutan dan perhatian-Nya kepada kamu, Dia
tidak membatasi dengan seruan rasul yang mulia saja, bahkan Dia menguatkan rasul tersebut
dengan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran yang dibawanya, terutama sekali adalah
dengan Al Qur’an.
6. [26] Yang menunjukkan kepada akal bahwa apa yang dibawanya adalah benar.
[27] Dengan rasul yang diutus-Nya dan apa yang diturunkan-Nya kepadanya berupa kitab (Al
Qur’an) dan hikmah (As Sunnah).
[28] Yakni dari gelapnya kebodohan dan kekafiran kepada cahaya ilmu dan keimanan. Ini
termasuk rahmat dan kasih-Nya kepada kamu, dimana Dia lebih sayang kepadamu daripada
sayangnya ibu kepada anaknya.
[29] Maksudnya, apa yang menghalangimu untuk berinfak di jalan Allah, yakni di semua jalan
kebaikan, padahal kamu tidak memiliki apa-apa, bahkan milik Allah-lah pusaka langit dan bumi,
dimana semua harta akan berpindah dari tanganmu atau kamu yang memindahkannya kemudian
kepemilikan akan kembali kepada Pemiliknya yang sebenarnya, yaitu Allah Subhaanahu wa
Ta'aala. Oleh karena itu, berinfaklah selama harta itu masih ada pada kamu dan Dia berjanji akan
menggantinya untukmu dengan yang lebih baik.
[30] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan tingkatan amal sesuai keadaan dan
hikmah Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
[31] Sebagian mufassir menafsirkan penaklukan di sini dengan perjanjian Hudaibiyah. Hal itu,
karena dengan adanya perjanjian damai itu agama Islam menjadi tersebar, kaum muslimin dapat
bercampur baur dengan orang-orang kafir dan bisa mendakwahi mereka sehingga ketika itu
banyak manusia yang masuk ke dalam agama Allah, padahal sebelumnya kaum muslimin tidak
bisa berdakwah pada selain tempat yang sudah masuk Islam seperti Madinah dan sekitarnya,
namun setelah ada perjanjian itu, kaum muslimin dapat memperluas dakwah mereka. Demikian
juga sebelum ada perjanjian itu, orang yang masuk ke dalam agama Islam disakiti dan diancam,
berbeda dengan setelahnya. Oleh karena itulah, orang yang masuk Islam sebelum penaklukkan
Fat-h (penaklukkan), berinfak dan berperang lebih besar derajat, pahala dan balasannya daripada
orang yang masuk Islam setelahnya.
[32] Oleh karena kelebihan yang Allah berikan kepada orang-orang yang masuk Islam sebelum
Fat-h (penaklukkan) bisa saja menimbulkan kesan terdapat kekurangan dan cela pada orang-
orang yang yang masuk Islam setelah Fat-h, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghilangkan
kesan ini dengan firman-Nya pada lanjutan ayat di atas.
[33] Yang masuk Islam sebelum dan setelah Fat-h. Ayat ini menunjukkan keutamaan para
sahabat semuanya radhiyallahu 'anhum, karena Allah bersaksi terhadap keimanan mereka dan
menjanjikan mereka surga.
[34] Dia akan memberikan balasan kepada masing-masing di antara kamu sesuai yang Dia
ketahui dari amalmu.
[35] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mendorong untuk berinfak di jalan-Nya, karena
jihad membutuhkan infak dan pengorbanan harta.
[36] Yaitu dengan menginfakkan hartanya di jalan Allah.
7. [37] Yaitu mengeluarkannya karena Allah dari harta yang baik dan dengan kerelaan hatinya.
[38] Dari sepuluh menjadi lebih dari tujuh ratus sebagaimana yang diterangkan di surah Al
Baqarah: 261. Ini termasuk kemurahan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, karena Dia menamainya
pinjaman, padahal semua harta adalah milik-Nya dan semua hamba adalah hamba-Nya, namun
Dia menyebutnya pinjaman dan menjanjikan ganti yang berlipat-ganda, sedangkan Dia Maha
Pemurah lagi Maha Pemberi. Pelipatgandaan tersebut adalah pada hari Kiamat, hari dimana
manusia tampak sekali kefakirannya dan butuh kepada balasan yang baik.
[39] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan keutamaan iman dan betapa orang-orang yang
memiliknya sangat senang sekali memilikinya pada hari Kiamat.
[40] Pada hari Kiamat, ketika matahari digulung dan bulan diredupkan cahayanya sedangkan
manusia berada dalam kegelapan, dan jembatan telah dibentangkan di atas neraka Jahanam,
maka ketika itu engkau akan melihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan bersinar
cahayanya di depan dan di sebelah kanan mereka, lalu mereka berjalan dengan cahaya mereka
pada tempat yang sungguh menegangkan itu. Masing-masing mendapatkan cahaya sesuai kadar
keimanannya, dan ketika itu mereka diberi kabar gembira dengan kabar gembira yang paling
besar.
[41] Demi Allah, sungguh manis kabar gembira ini di hati mereka dan sungguh nikmat dalam
diri mereka, karena mereka mendapatkan semua yang diinginkan dan selamat dari keburukan
dan apa yang ditakuti.
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-hadid-ayat-1-
12.html#sthash.PWoM3GKW.dpuf