1. Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 1
EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN
2.1 Pengertian Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,
metode, dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that
investigates the origin, nature, methods, and limits of human knowledge).
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan ( theory of knowledge)
berasal dari kata Yunani episteme, yang berarti “pengetahuan”, “pengetahuan
yang benar”, “ pengetahuan ilmiah”, dan logos= teori. Epistemologi dapat
didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber,
struktur, metode, dan sahnya (validitas) pengetahuan. Dalam metafisika,
pertanyaan pokoknya adalah “apakah ada itu?” sedangkan dalam epistemology
pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui?”.
Dalam pembahasan filsafat ilmu, epistemologi dikenal sebagai sub sistem
dari filsafat. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan.
Aspek epistemologi ilmu disebut dengan metode ilmiah. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang sering disebut ilmu.
Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak
semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang
cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang
harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa
yang dinamakan dengan metode ilmiah.
Metode, menurut Senn (dalam Akhadiah dkk, 2011), merupakan suatu
prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang
sistematis. Metodologi ini secara filsafat termasuk dalam apa yang dinamakan
epistemologi. Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan: apakah sumber pengetahuan, apakah hakikat
jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan, dan sampai tahap mana pengetahuan
yang mungkin untuk ditangkap manusia (Suriasumantri dalam Akhadiah dkk,
2011).
2. Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 2
Sebagaimana halnya berfikir yang selalu kita lakukan sebagai kegiatan
mental yang menghasilkan pengetahuan, maka metode ilmiah merupakan ekspresi
cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini, maka pengetahuan yang dihasilkan
diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh
pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan terpuji yang memungkinkan tubuh
pengetahuan yang disusun merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam
hal ini maka metode ilmiah mencoba membangun tubuh pengetahuan
(Suriasumantri dalam Akhadiah dkk, 2011).
Langkah dalam epistemology ilmu antara lain berpikir deduktif dan
induktif. Berfikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan
ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan
sebelumnya. Secara sistematik dan kumutatif pengetahuan ilmiah disusun setahap
dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan
pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba
memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus
penelaahan.
Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi
tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat
rasionalisme yang bersifat pluralistis, maka dimungkinkan disusunnya berbagai
penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder (dalam Akhadiah dkk,
2011), dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Tentu saja hal ini membawa
kita kepada pertanyaan lain: mengapa manusia mulai mengamati sesuatu?
Perhatian tersebut dinamakan John Dewey sebagai pengenalan suatu masalah atau
kesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita
yang menimbulkan pertanyaan. Pertanyaan ini timbul disebabkan oleh adanya
kontak manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan berbagai ragam
permasalahan. Ketika dapat disimpulkan bahwa “ada masalah”, baru ada proses
kegiatan berpikir dan berpikir baru dimulai, dan arena masalah ini berasal dari
dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengalaman objek
empiris.
3. Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 3
Secara rasional maka ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten
dan kumutatif, sedangkan secara empiris, ilmu memisahkan antara pengetahuan
yang sesuai dengan fakta atau tidak. Secara sederhana maka hal ini berarti
semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yakni : (1) harus konsisten
dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi
dalam teori keilmuan secara keseluruhan; dan (2) harus cocok dengan fakta-fakta
empiris sebab teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung
oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Jadi,
logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan logika
induktif di mana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan.
Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam
beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah.
Kerangka berfikir ilmiah yang berintikan proses logica-hypothetico-verifikatif ini
pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang
jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan fakta-fakta yang terlait
didalamnya;
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara
berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi
permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun secara rasional berdasarkan
premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan
faktor-faktor empiris yang relevan dengan permsalahan; dan
3. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis yang diajukan untuk memperhatikan apakah terdapat fakta-
fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
4. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis
yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian
terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu
diterima. Sebaliknya, sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta
4. Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 4
yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak (Suria Sumantri,
2000).
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat
disebut ilmiah. Meskipun langkah-langkah ini secara konseptual tersusun dalam
urutan yang teratur, dimana langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah
yang berikutnya, namun dalam praktiknya sering terjadi lompatan-lompatan.
Hubungan antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya tidak terikat
secara statis, melainkan bersifat dinamis dengan proses pengkajian ilmiah yang
tidak semata mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas.
Sering terjadi bahwa langkah yang satu bukan saja merupakan landasan bagi
langkah yang berikutnya namun sekaligus juga merupakan landasan-landasan
koreksi bagi langkah yang lain. Dengan jalan ini diharapkan diprosesnya
pengetahuan yang bersifat konsisten dengan pengetahuan-pengetahuan
sebelumnya serta diuji kebenarannya secara empiris.
2.3 Hubungan antara Epistemologi dengan Pedagogi Matematika
Epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan
membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan,
validitas, dan kebenaran ilmu,pengenalan, dan pengetahuan manusia. Sudut
Pembahasan Yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka
dari sudut mana subyek ini dibahas, karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam
ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok
bahasan dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat
keberadaan ilmu. Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan
filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga
menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru
dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab
hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika. Dan ilmu psikologi
mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan
pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh
dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan ilmu.
5. Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 5
Epistemologi matematika adalah teori pengetahuan yang sasarannya adalah
pengetahuan matematika. Epistemologi merupakan pemikiran reflektif terhadap
berbagai segi dari pengetahuan seperti kemungkinan, asal mula, sifat-sifat alami,
batas-batas, asumsi dan landasan,validitas dan reliabilitas hingga kebenaran
pengetahuan.
Kajian yang termasuk dalam epistemologi matematika antara lain :
matematika termasuk jenis pengetahuan apa (empirik ataupengetahuan pra-
pengalaman) bagaimana ciri-ciri matematika (deduktif, abstrak, hipotetik,eksak,
simbolik, universal, rasional dan kemungkinan ciri lainnya) lingkup dan
pembagianpengetahuan matematika (matematika murni, matematika terapan serta
cabang lainnya) kebenaran matematika (sifat alaminya dan semacamnya).
Epistemologi matematika mempengaruhi pembelajaran matematika. Kinerja guru
yang ditunjukkan dalam pemecahan masalah, serta pendekatan pengajaran
mereka, tergantung pada keyakinan mereka tentang matematika.