SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
BAB 5

                                UNIT KOAGULASI-FLOKULASI


5.1. Kestabilan Partikel Tersuspensi
        Air baku dari air permukaan umumnya mengandung partikel tersuspensi. Partikel
tersuspensi dalam air dapat berupa partikel bebas dan koloid dengan ukuran yang sangat kecil,
antara 0,001 mikron (10-6 mm) sampai 1 mikron (10-3 mm). Partikel yang ditemukan dalam kisaran
ini meliputi (1) partikel anorganik, seperti serat asbes, tanah liat, dan lanau/silt, (2) presipitat
koagulan, dan (3) partikel organik, seperti zat humat, virus, bakteri, dan plankton. Dispersi koloid
mempunyai sifat memendarkan cahaya. Sifat pemendaran cahaya ini terukur sebagai satuan
kekeruhan.
        Partikel tersuspensi sangat sulit mengendap langsung secara alami (lihat Tabel 5.1). Hal
ini karena adanya stabilitas suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi karena:
    Gaya van der Waals. Gaya ini merupakan gaya tarik-menarik antara dua massa, yang
     besarnya tergantung pada jarak antar keduanya.
    Gaya Elektrostatik. Gaya elektrostatik adalah gaya utama yang menjaga suspensi koloid
     pada keadaan yang stabil. Sebagian besar koloid mempunyai muatan listrik. Oksida metalik
     umumnya bermuatan positif, sedangkan oksida nonmetalik dan sulfida metalik umumnya
     bermuatan negatif. Kestabilan koloid terjadi karena adanya gaya tolak antar koloid yang
     mempunyai muatan yang sama. Gaya ini dikenal sebagai zeta potensial.

    Gerak Brown. Gerak ini adalah gerak acak dari suatu partikel koloid yang disebabkan oleh
     kecilnya massa partikel.
        Gaya van der Waals dan gaya elektrostatik saling meniadakan. Kedua gaya tersebut
nilainya makin mendekati nol dengan makin bertambahnya jarak antar koloid. Resultan kedua
gaya tersebut umumnya menghasilkan gaya tolak yang lebih besar (Gambar 5.1). Hal ini
menyebabkan partikel dan koloid dalam keadaan stabil.


Tabel 5.1 Pengendapan Partikel dalam Air
       Ukuran Partikel                                           Waktu Pengendapan pada
                                     Tipe Partikel
           (mm)                                                    Kedalaman 1 Meter
             10                          Kerikil                          1 detik
             1                            Pasir                          10 detik
            10-1                      Pasir Halus                        2 menit
            10-2                       Lempung                             2 jam
            10-3                        Bakteri                            8 hari
            10-4                         Koloid                           2 tahun
               -5
            10                           Koloid                          20 tahun
            10-6                         Koloid                         200 tahun
Sumber: Water Treatment Handbook Vol. 1 (1991)




                                                     1
Gambar 5.1 Gaya-gaya pada koloid



5.2. Koagulasi-Flokulasi
        Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan proses tak
terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai
akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan). Akibat
pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai
menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga
dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan
antara ion positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH-) dan antara
ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-) yang
menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat).
       Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti
flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel dapat mengendap.
Penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok.
Tumbukan ini terjadi akibat adanya pengadukan lambat. Proses koagulasi-flokulasi dapat
digambarkan secara skematik pada Gambar 5.2.

                                                     2
Larutan
                                                  koagulan




                                   inlet
                                                                                                                outlet




                                           pengadukan cepat                     pengadukan lambat




                                                    Koagulasi                                  Flokulasi

                                             Ca2+
     Ca2+(HCO3-)2                                                              Ca2+(HCO3-)2                   Al(OH)3
                            Ca2+
                                                         Ca2+ Al3+
                  Ca2+                     Al3+                             Al(OH)3                   Al3+
                         Mg2+                                                                                       Al3+
                                                  Al3+         Mg2+
            Na+                                                                   Al3+
                                                    Al3+              Na+
                    Ca2+                                                                                            Al(OH)3
                                                                                Al(OH)3                      Al3+
           Mg2+
                      Ca2+(HCO3-)2                         Mg2+



        Partikel koloid stabil               Destabilisasi partikel                           Pembentukan flok besar




                                 Gambar 5.2 Gambaran proses koagulasi-flokulasi


       Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada
bak pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok
yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.
        Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium sulfat
atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan
untuk memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat mengendap. Faktor utama yang
mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur,
pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi selama koagulasi dan
flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu. Beberapa jenis koagulan
beserta sifatnya dapat dilihat pada Tabel 5.2. Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat
ditentukan berdasarkan studi laboratorium menggunakan jar test apparatus (Gambar 5.3) untuk
mendapatkan kondisi optimum.
       Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:

       Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2  2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu
ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.

       Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2  2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium hidroksida relatif
tidak terlarut.




                                                                      3
Gambar 5.3 Peralatan Jar test


        Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar menghasilkan
reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan untuk mendapatkan pH pada level di mana ion
besi diendapkan sebagi Fe(OH)3, lihat Gambar 5.4. Reaksi ini adalah reaksi oksidasi-reduksi yang
membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Dalam reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion besi
dioksidasi menjadi ferri, di mana akan mengendap sebagai Fe(OH)3.

       2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2  2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O
Untuk berlangsungnya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang stabilisasi membutuhkan
kapur berlebih.
       Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan berlangsung mengikuti reaksi:

       Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2  2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2
Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika alkalinitas alami
tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang pH optimum adalah sekitar 4
hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam rentang pH ini.
       Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut:

       2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2  2Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2
Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak mencukupi.

       2FeCl3 + 3Ca(OH)2  2Fe(OH)3 + 3CaCl2
Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang terbentuk umumnya
padat dan cepat mengendap.




                                                   4
Tabel 5.2 Beberapa Jenis Koagulan dalam Praktek Pengolahan-Air
                                                                                  Densitas                Kelarutan
   Nama                                           Berat                                       Specific                  Kadar Kimia     Kadar Air       pH
              Nama Lain        Rumus Kimia                       Wujud             bulk,                  dalam Air,
   Kimia                                         Molekul                                      Gravity                      %w/w          % w/w       larutan
                                                                                   kg/m3                    kg/m3
                                                           Putih terang,                                                                            Sekitar
             Alum            Al2(SO4)3.14,3H2O   599,77                       1000-1096      1,25-1,36   Sekitar 872    Al: 9,0-9,3
                                                           padat                                                                                    3,5
 Aluminium
                                                           Putih atau
   sulfat
             Alum cair       Al2(SO4)3.49,6H2O   1235,71   terang- abu abu                   1,30-1,34   Sangat larut   Al: 4,0-4,5     71,2-74,5
                                                           kekuningan, cair
             Besi (III)
                                                           Hijau-hitam,
             klorida, Besi   FeCl3               162,21                       721-962                    Sekitar 719    Fe: kira2 34
                                                           bubuk
             triklorida
   Ferri
                                                           Kuning-coklat,
  klorida                    FeCl3.6H2O          270,30                       962-1026                   Sekitar 814    Fe: 20,3-21,0
             Ferri klorin                                  bongkahan
             cair                                          Coklat
                             FeCl3.13,1H2O       398,21                                      1,20-1,48   Sangat larut   Fe: 12,7-14,5   56,5-62,0   0,1-1,5
                                                           kemerahan, cair
             Besi (III)
                                                           Merah-coklat,
             sulfat, Besi    Fe2(SO4)3.9H2O      562,02                       1122-1154                                 Fe: 17,9-18,7
    Ferri                                                  bubuk
             persulfat
   sulfat
             Ferri sulfat                                  Coklat
                             Fe2(SO4)3.36,9H2O   1064,64                                     1,40-1,57   Sangat larut   Fe: 10,1-12,0   56,5-64,0   0,1-1,5
             cair                                          kemerahan, cair
   Ferro                                                   Hijau, bongkahan                                             Fe: Sekitar
             Copperas        FeSO4.7H2O          278,02                       1010-1058
   sulfat                                                  kristal                                                      20
Sumber: Qasim, dkk. (2000)




                                                                              5
Gambar 5.4 Pengaruh pH terhadap kelarutan Fe(III) pada temperatur 25 oC
                                (diambil dari Fair dkk, 1981)


5.3. Pengadukan
       Pengadukan merupakan operasi yang mutlak diperlukan pada proses koagulasi-flokulasi.
Pengadukan cepat berperan penting dalam pencampuran koagulan dan destabilisasi partikel.
Pengadukan lambat berperan dalam upaya penggabungan flok.


5.3.1. Jenis Pengadukan
       Jenis pengadukan dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan pengadukan dan metoda
pengadukan. Berdasarkan kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi pengadukan cepat dan
pengadukan lambat. Berdasarkan metodanya, pengadukan dibedakan menjadi pengadukan
mekanis, pengadukan hidrolis, dan pengadukan pneumatis.
       Kecepatan pengadukan merupakan parameter penting dalam pengadukan yang dinyatakan
dengan gradien kecepatan. Gradien kecepatan merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):

                    P                                                       (5.1)
        G 
                    .V
dalam hal ini:
        P        = suplai tenaga ke air (N.m/detik)
        V        = volume air yang diaduk, m3
                = viskositas absolut air, N.detik/m2
       Persamaan (5.1) berlaku umum untuk semua jenis pengadukan. Parameter yang
membedakannya adalah besarnya tenaga yang disuplai ke dalam air (P) yang dapat dihitung
dengan rumus-rumus yang akan dijelaskan pada subbab 5.3.2. Rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai P bergantung pada metoda pengadukan yang digunakan.

                                                        6
5.3.1.1. Pengadukan Cepat
        Tujuan pengadukan cepat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan turbulensi air
sehingga dapat mendispersikan bahan kimia yang akan dilarutkan dalam air. Secara umum,
pengadukan cepat adalah pengadukan yang dilakukan pada gradien kecepatan besar (300 sampai
1000 detik-1) selama 5 hingga 60 detik atau nilai GTd (bilangan Champ) berkisar 300 hingga 1700.
Secara spesifik, nilai G dan td bergantung pada maksud atau sasaran pengadukan cepat.
Untuk proses koagulasi-flokulasi:
       • Waktu detensi = 20 - 60 detik
       • G = 1000 - 700 detik-1
Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda):
       • Waktu detensi = 20 - 60 detik
       • G = 1000 - 700 detik-1
Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain)
       • Waktu detensi = 0,5 - 6 menit
       • G = 1000 - 700 detik-1
Pengadukan cepat dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
    1. Pengadukan mekanis
    2. Pengadukan hidrolis
    3. Pengadukan pneumatis


5.3.1.2. Pengadukan Lambat
        Tujuan pengadukan lambat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan gerakan air
secara perlahan sehingga terjadi kontak antar partikel untuk membentuk gabungan partikel
hingga berukuran besar. Pengadukan lambat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradien
kecepatan kecil (20 sampai 100 detik-1) selama 10 hingga 60 menit atau nilai GTd (bilangan
Champ) berkisar 48000 hingga 210000. Untuk menghasilkan flok yang baik, gradien kecepatan
diturunkan secara bertahap agar flok yang telah terbentuk tidak pecah lagi dan berkesempatan
bergabung dengan yang lain membentuk gumpalan yang lebih besar.
       Secara spesifik, nilai G dan waktu detensi untuk proses flokulasi adalah sebagai berikut:
       • Untuk air sungai:
              - Waktu detensi = minimum 20 menit
              - G = 10 - 50 detik-1
       • Untuk air waduk:
              - Waktu = 30 menit
              - G = 10 - 75 detik-1
       • Untuk air keruh:
              - Waktu dan G lebih rendah
       • Bila menggunakan garam besi sebagai koagulan:
              - G tidak lebih dari 50 detik-1
       • Untuk flokulator 3 kompartemen:
              - G kompartemen 1 : nilai terbesar
              - G kompartemen 2 : 40 % dari G kompartemen 1
              - G kompartemen 3 : nilai terkecil

Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda):
       • Waktu detensi = minimum 30 menit
       • G = 10 - 50 detik-1


                                                    7
Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain)
       • Waktu detensi = 15 - 30 menit
       •
            G = 20 - 75 detik-1
       •
            GTd = 10.000 - 100.000

Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
    1. Pengadukan mekanis
    2. Pengadukan hidrolis


5.3.1.3. Pengadukan Mekanis
        Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan peralatan mekanis yang
terdiri atas motor, poros pengaduk (shaft), dan alat pengaduk (impeller). Peralatan tersebut
digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Berdasarkan bentuknya, ada tiga macam impeller,
yaitu paddle (pedal), turbine, dan propeller (baling-baling). Bentuk ketiga impeller tersebut
dapat dilihat pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.6. Kriteria impeller dapat dilihat pada Tabel 5.3.




(a)




(b)




                  Gambar 5.5 Tipe paddle (a) tampak atas, (b) tampak samping




Tabel 5.3 Kriteria Impeller
   Tipe           Kecepatan
                                                Dimensi                       Keterangan
 Impeller           Putaran
Paddle        20 - 150 rpm      diameter: 50-80% lebar bak
                                lebar: 1/6-1/10 diameter paddle
Turbine     10-150 rpm          diameter:30-50% lebar bak
Propeller   400-1750 rpm        diameter: max. 45 cm                     jumlah pitch 1-2 buah
Sumber: Reynold & Richards (1996)




                                                    8
(a)                             (b)                      (c)




                                (d)                            (e)
     Gambar 5.6 Tipe turbine dan propeller. (a) turbine blade lurus, (b) turbine blade dengan
piringan, (c) turbin dengan blade menyerong, (d) propeller 2 blade, (e) propeller 3 blade (Qasim,
                                          dkk., 2000)


        Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan cepat umumnya dilakukan dalam waktu
singkat dalam satu bak (Gambar 5.6). Faktor penting dalam perancangan alat pengaduk mekanis
adalah dua parameter pengadukan, yaitu G dan td. Sekadar patokan, Tabel 5.4 dapat digunakan
dalam pemilihan nilai G dan td. Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan lambat umumnya
memerlukan tiga kompartemen dengan ketentuan G di kompartemen I lebih besar daripada G di
kompartemen II dan G di kompartemen III adalah yang paling kecil (Gambar 5.7). Pengadukan
mekanis yang umum digunakan untuk pengadukan lambat adalah tipe paddle yang dimodifikasi
hingga membentuk roda (paddle wheel), baik dengan posisi horisontal maupun vertikal (Gambar
5.8).

                                                         motor



                                                         bak pengaduk

                        inlet                           outlet

                                                         impeller




                        Gambar 5.6 Pengadukan cepat dengan alat pengaduk
Tabel 5.4 Nilai Gradien Kecepatan dan Waktu Pengadukan
      Waktu Pengadukan, td (detik)          Gradien Kecepatan (1/detik)
                    20                                 1000
                    30                                 900
                    40                                 790
                   50                                 700
Sumber: Reynold & Richards (1996)

                                                   9
inlet                                                             outlet




              kompartemen I    kompartemen II    kompartemen III



                       Gambar 5.7 Pengadukan lambat dengan alat pengaduk


            Arah putaran                           Poros horisontal




 Gambar 5.8 Flokulator paddle wheel dengan blade tegak lurus aliran air (tipe horizontal shaft)


5.3.1.4. Pengadukan hidrolis
        Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan aliran air sebagai tenaga
pengadukan. Tenaga pengadukan ini dihasilkan dari energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu
aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan) atau adanya
lompatan hidrolik dalam suatu aliran.
        Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan cepat haruslah aliran air yang
menghasilkan energi hidrolik yang besar. Dalam hal ini dapat dilihat dari besarnya kehilangan
energi (headloss) atau perbedaan muka air. Dengan tujuan menghasilkan turbulensi yang besar
tersebut, maka jenis aliran yang sering digunakan sebagai pengadukan cepat adalah terjunan
(Gambar 5.9), loncatan hidrolik, dan parshall flume.
        Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan lambat adalah aliran air yang
menghasilkan energi hidrolik yang lebih kecil. Aliran air dibuat relatif lebih tenag dan dihindari
terjadinya turbulensi agar flok yang terbentuk tidak pecah lagi. Beberapa contoh pengadukan
hidrolis untuk pengadukan lambat adalah kanal bersekat (baffled channel, Gambar 5.10),
perforated wall, gravel bed dan sebagainya.




                                                   10
Pembubuhan koagulan




                       Gambar 5.9 Pengadukan cepat dengan terjunan


                           baffle                    channel

        inlet




                                                                               outlet




                Gambar 5.10 Denah pengadukan lambat dengan baffled channel



5.3.1.5. Pengadukan pneumatis
        Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas) berbentuk
gelembung sebagai tenaga pengadukan. Gelembung tersebut dimasukkan ke dalam air dan akan
menimbulkan gerakan pada air (Gambar 5.11). Injeksi udara bertekanan ke dalam air akan
menimbulkan turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Aliran udara yang
digunakan untuk pengadukan cepat harus mempunyai tekanan yang cukup besar sehingga mampu
menekan dan menggerakkan air. Makin besar tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang
dihasilkan makin besar dan diperoleh turbulensi yang makin besar pula.

                             koagulan




                                                               outlet
                            inlet

                           udara


                                            gelembung udara

                      Gambar 5.11 Pengadukan cepat secara pneumatis


                                                11
5.3.2. Tenaga Pengadukan
        Tenaga pengadukan adalah tenaga yang digunakan untuk melakukan pengadukan. Tenaga
ini dihasilkan oleh peralatan mekanis, aliran hidrolis, atau gelembung udara sebagaimana telah
dijelaskan pada subbab jenis pengadukan. Besarnya tenaga untuk operasi pengadukan
mempengaruhi besarnya gradien kecepatan (lihat kembali persamaan 5.1). Bila suatu sistem
pengadukan telah ditentukan nilai gradien kecepatannya, maka tenaga pengadukan dapat
dihitung.
        Perhitungan tenaga pengadukan berbeda-beda bergantung pada jenis pengadukannya.
Pada pengadukan mekanis, yang berperan dalam menghasilkan tenaga adalah bentuk dan ukuran
alat pengaduk serta kecepatan putaran alat pengaduk. Hubungan antar variabel itu dapat
dinyatakan dengan persamaan (5.2) untuk bilangan Reynold (NRe) lebih dari 10.000 dan persamaan
(5.3) untuk nilai NRe kurang dari 20. Bilangan Reynold untuk alat pengaduk dapat dihitung dengan
persamaan (5.4).

          P  K T .n3 .Di 5 .                                                  (5.2)

          P  K L .n 2 .Di .
                         3
                                                                                (5.3)

                   Di n
                     2
          N Re                                                                 (5.4)
                     
dengan:
          P    = tenaga , N-m/det.
          KT   = konstanta pengaduk untuk aliran turbulen
          n    = kecepatan putaran, rps
          Di   = diameter pengaduk, m
              = massa jenis air, kg/m3
          KL   = konstanta pengaduk untuk aliran laminar
          μ    = kekentalan absolut cairan, (N-det/m2).
        Nilai KT dan KL untuk tangki bersekat 4 buah pada dinding tangki, dengan lebar sekat 10 %
dari diameter tangki diberikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Konstanta KT dan KL untuk tangki bersekat
                      Jenis Impeller                        KL            KT
  Propeller, pitch of 1, 3 blades                             41,0             0,32
  Propeller, pitch of 2, 3 blades                             43,5             1,00
  Turbine, 4 flat blades, vaned disc                          60,0             5,31
  Turbine, 6 flat blades, vaned disc                          65,0             5,75
  Turbine, 6 curved blades                                    70,0             4,80
  Fan turbine, 6 blades at 45                                70,0             1,65
  Shroude turbine, 6 curved blades                            97,5             1,08
  Shrouded turbine, with stator, no baflles                  172,5             1,12
  Flat paddles, 2 blades (single paddle), Di/Wi = 4           43,0             2,25
  Flat paddles, 2 blades , Di/Wi = 6                          36,5             1,70
  Flat paddles, 2 blades , Di/Wi = 8                          33,0             1,15
  Flat paddles, 4 blades , Di/Wi = 6                          49,0             2,75
  Flat paddles, 6 blades , Di/Wi = 8                          71,0             3,82
 Sumber: Reynold & Richards (1996)



                                                     12
Besarnya tenaga yang dihasilkan oleh putaran paddle wheel tergantung pada gaya drag
dan kecepatan relatif paddle wheel. Persamaan berikut digunakan untuk menghitung tenaga yang
dihasilkan oleh putaran paddle wheel:

                    v3
        P  CD A                                                            (5.5)
                    2
di mana:
       P = tenaga, N.m/det
       CD = koefisien drag (dapat dilihat pada Tabel 5.6)
       A = luas permukaan paddle wheel, m2
        = rapat massa air, kg/ m3
       v = kecepatan relatif putaran paddle, m/det
       Bila paddle wheel tersusun oleh lebih dari satu pasang paddle (dengan ukuran yang sama),
maka persamaan (5.5) berubah menjadi:

           1
        P  CD Av i3                                                       (5.6)
           2
       i = 1, 2, 3 ……..n



Tabel 5.6 Nilai Koefisien Drag
         Ratio Li/Wi                     CD
              5                         1,20
             20                         1,50
              ~                         1,90
Keterangan:
Li = panjang paddle
Wi = lebar paddle


       Pada pengadukan hidrolis, tenaga dapat dituliskan sebagai berikut:

        P  Q ..g.h                                                         (5.7)

dimana :     P = tenaga, N.m/det
            Q = debit aliran, m3/det
             = berat jenis, kg/m3
            g = percepatan gaya gravitasi, 9,8 m/det 2
            h = tinggi jatuhan, m
               = kehilangan energi (head loss)

Penggabungan persamaan (5.7) ke dalam persamaan (5.1) menghasilkan:

                         Q . .g.h         g.h                               (5.8)
            G                     
                            .V            .td
dimana :     = /, viskositas kinematis, m2/detik
            td = V/Q = waktu tinggal hidrolik, detik




                                                   13
Nilai h dapat dihitung dengan persamaan berikut:
a.   Aliran air dalam pipa :

                 Lv 2
        hL  f                                                              (5.9)
                 D.2.g
        dimana :     f    =   koefisien kekasaran pipa Darcy-Weisbach
                     L    =    panjang pipa, m
                     v    =   Kecepatan aliran air, m/det
                     D    =   diameter pipa, m

b.   Aliran air di baffled channel :

               v2
        hL  k                                                              (5.10)
               2.g
        dimana :     k    = koefisien kekasaran pipa Darcy-Weisbach
                     v    = Kecepatan aliran air, m/det
c.   Aliran air pada media berbutir :

               f 1    L v 2                                             (5.11)
        hL            
                 3  d g

                        1 
                 f  150
                         R   1,75
                             
                         N 
                         d.v .
                 RN 
                           
        dimana :     d  =     diameter rata-rata butiran, m
                     L  =      kedalaman media berbutir, m
                      =      porositas butiran ( 0,4)
                     v =      kecepatan aliran air, m/det
                     RN =     bilangan reynold
                      =      faktor bentuk ( 0,8)
        Besarnya tenaga pada flokulator kanal bersekat (baffled channel) dapat dihitung dengan
persamaan 5.8, dengan h sama dengan headloss total sepanjang baffled channel. Besarnya
headloss dipengaruhi oleh jumlah sekat dan kanal pada bak tersebut. Jumlah kanal dapat
ditentukan dengan persamaan berikut :

1.   Jumlah kanal dalam flokulator aliran horizontal:
                                        1/ 3
             2.t   H.L.G  2 
                                   
        n                                                               (5.12)
            
               1.44  f   Q  
                                 

2.   Jumlah kanal dalam flokulator aliran vertikal:
                                        1/ 3
             2.t  W .L.G  2 
                                  
        n                                                                (5.13)
                             Q  
              1.44  f  
                                 
                                   


                                                       14
dimana : h = head loss (m)
              v = kecepatan fluida (m/det)
              g = konstata gravitasi ( 9,81 m/det2)
              k = konstanta empiris ( 2,5 – 4)
              n = jumlah kanal
              H = kedalaman air dalam kanal (m)
              L = panjang bak flokulator (m)
              G = gradien kecepatan (1/det)
              Q = debit aliran (m3/det)
              t   = waktu flokulasi (det)
               = Kekenatalan dinamis air (kg/m.det)
               = Berat jenis air (kg/m3)
              f   = koefisien gesek sekat
              W = lebar bak (m)
        Pada pengadukan pneumatis, tenaga yang dihasilkan merupakan fungsi dari debit udara
yang diinjeksikan, yang dapat dituliskan sebagai berikut:


                        h  10,4 
       P  3904.Ga.Log                                                 (5.14)
                        10,4 
dimana :   P = power, (N.m/s)
           Ga = debit udara, m3/menit
           h = kedalaman diffuser, m




                                                  15
Contoh Soal 5.1.


Sebuah bak pengaduk berbentuk bujur sangkar digunakan untuk mengaduk air dengan debit 7500
m3/hari. Kedalaman air sama dengan 1,2 kali lebar. Diharapkan dalam bak tersebut terjadi
pengadukan dengan nilai gradien kecepatan 800 m/detik-m dengan waktu tinggal hidrolik td = 45
detik. Suhu air adalah 25 C dan kecepatan putaran poros alat pengaduk adalah 100 rpm.
Tentukan:
   1. Ukuran bak pengaduk
   2. Tenaga yang dibutuhkan
   3. Diameter impeller jika digunakan vane-disc impeller 6 flat blades dan tangki memiliki 4
      baffle tegak.
   4. Diameter impeller jika tidak digunakan baffle tegak.
   5. Tinggi jatuhan minimum jika dipergunakan sistim terjunan hidrolik
   6. Udara yang dibutuhkan jika pengadukan pneumatis digunakan dan lokasi diffuser 20 cm di
      atas dasar tangki.


Penyelesaian:
1. Volume tangki = Q x td
                          = 7500 m3/hari x 1 hari/1440 menit x 1 menit/60 detik x 45 detik
                          = 3,90 m3
   Volume = Pb x Lb x Hb = Lb x Lb x 1,2 Lb = 3,90 m3
   Maka lebar bak = 1,48 m dan kedalaman = 1,2 x 1,48 = 1,78 m
2. Tenaga yang dibutuhkan:

   Pada suhu air = 25oC,  = 0,000890 N.detik/m2
                               2

         
    P  G 2  V                          
                        800   0,000890 N. det 
                                                        
                                                  3,90m  2221
                                                        3       N.m
                        det        m 2
                                                               det
                      = 2221 watt.
3. Diameter impeller :
   Persamaan (5.2) ditulis sebagai berikut:
                   1/ 5
          P 
    Di  
          K n3  
                  
          T      
   Berdasarkan Tabel 5.4 didapatkan nilai KT = 5,75

   Pada suhu air = 25oC,  = 997,0 kg/m3
   n = 100 rpm = 1,667 rps
                                                                         1/ 5
          2221 N.m   1       1         m 3   kg. m        
    Di                
                                           
                                         3 
                                                     
                                                                   
          det   5,75   1,667 rps    997 kg   N. det     
                                                                2
                                                                    
            = 0,610 m

                                                        16
Di/Lb = 0,610/1,48 = 0,412 = 41,2 %
   Cek nilai Nre:

    N Re 
             Di n
              2

                     
                         0,610m2 1,667 rps  997 kg / m 3   N. det 2 
                                                                          
                                0,000890 N. det/ m 2            kg. m 
                                                                       
        = 694.865 >>> 10.000 (OK)
4. Jika tanpa sekat (baffle) tegak, tenaga yang dibutuhkan adalah 75 % dari tenaga untuk tangki
   bersekat. Jadi nilai KT = 0,75 X 5,75 = 4,31.
                                                                                    1/ 5
          2221 N.m   1       1         m 3   kg.m                    
    Di                
                                           
                                         3 
                                                     
                                                                              
          det   4,31   1,667 rps    997 kg   N. det                
                                                                2
                                                                               
        = 0,65 m
   Di/Lb = 0,65/1,48 = 0,439 = 43,9 %
5. Jika digunakan sistem hidrolik, maka tinggi jatuhan dapat dihitung dengan rumus :

       G 2 ..td  800   0,000890 N. det   1m 3   45 det                             
                                 2

    H                                         
                                                                                           2,62 m
                                                                                           
           .g    det        m2           997 kg   9,81 m / det
                                                                       2
                                                                                           
6. Jika digunakan pengadukan pneumatis:
   h = 1,78 m – 0,20 m = 1,58 m
   sehingga :

              P / 3904        2221 / 3904
    Ga                                       9,26 m 3 menit
               h  10,4      1,58  10,4 
           log           log             
                 10,4        10,4 




                                                                 17
Contoh Soal 5.2:
Sebuah IPAM mengolah air dengan debit Q = 1,8 m3/detik dengan unit koagulasi menggunakan
pengaduk cepat mekanis. Gradien kecepatan 1000/detik dan waktu detensi td = 15 detik. Untuk
pemilihan motor pengaduk, tersedia spesifikasi motor sebagai berikut:
   1. Model Mix-25          n = 30 - 45 rpm           Power = 0,18 kW
   2. Model Mix-50          n = 30 - 45 rpm           Power = 0,37 kW
   3. Model Mix-75          n = 45 - 70 rpm           Power = 0,56 kW
   4. Model Mix-100         n = 45 - 110 rpm          Power = 0,75 kW
   5. Model Mix-150         n = 45 - 110 rpm          Power = 1,12 kW
   6. Model Mix-200         n = 70 - 110 rpm          Power = 1,5 kW
   7. Model Mix-300         n = 110 - 175 rpm         Power = 2,24 kW
   8. Model Mix-500         n = 110 - 175 rpm         Power = 3,74 kW
   9. Model Mix-750         n = 110 - 175 rpm         Power = 5,59 kW
   10. Model Mix-1000       n = 110 - 175 rpm         Power = 7,46 kW
   11. Model Mix-1500       n = 110 - 175 rpm         Power = 11,19 kW
Tentukan ukuran dan jumlah bak pengaduk cepat dengan ketentuan tiap bak terdapat satu alat
pengaduk. Alat pengaduk dapat dipilih dari spesifikasi di atas.

Penyelesaian:

1. Hitung volume bak pengaduk:
     V = td x Q = 15 detik x 1,8 m3/detik = 27 m3

2. Hitung power yang diperlukan:

     Diasumsikan suhu air 25oC
                              2

          
      P  G 2  V                       
                          1000   0,000890 N. det 
                                                       
                                                     30m  24030
                                                         3        N.m
                                                                       24,03 kW
                          det         m 2
                                                                 det
     Bila dianggap efisiensi power motor menjadi power pengadukan air adalah 80%, maka
     power motor yang diperlukan adalah 24,03 kW / 0,8 = 30,0 kW.
     Berdasarkan motor yang tersedia, dapat dipilih motor model Mix-1500 sebanyak tiga buah.
     Jadi jumlah bak adalah tiga. Debit air untuk satu bak adalah 0,6 m 3/detik.

3. Hitung kembali volume bak berdasarkan power motor terpilih:
     P = 11,19 kW x 0,8 = 8,952 kW

             P             8952 N.m
      V                          det.
                                                 10,06  10 m3
            G2 . (1000 / det)2 x 0,00089 N.det
                                           m 2




     Lebar bak = pajang bak = 2,2 m
     Kedalaman = 2,0 m
     Cek td  td = 10 m3/0,6 m3/detik = 16,7 detik

4. Disain alat pengaduk:
     Direncanakan menggunakan alat pengaduk tipe turbine, 6 flat blades, vaned disc dengan


                                                    18
nilai KT = 5,75.
Gunakan persamaan (5.2):
               1/ 5
      P 
Di  
      K n3  
              
      T      
Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel berikut:

   No        n, rpm          n, rps               Di , m           Di/Lb
   1              110         1,83                1,08             0,490
   2              120          2                  1,02             0,465
   3              130         2,17                0,98             0,443

   4              140         2,33                0,93             0,424
   5              150         2,5                 0,90             0,407
   6              160         2,67                0,86             0,391
   7              170         2,83                0,83             0,377
   8              175         2,92                0,82             0,371
Berdasarkan kriteria ratio diameter alat pengaduk / lebar bak, yaitu 30 – 50%, maka semua
alternatif n dan Di pada Tabel di atas dapat dipilih. Makin kecil diameter alat pengaduk,
maka kecepatan putaran makin diperbesar.




                                             19
Contoh Soal 5.3:
Rancanglah suatu flokulator kanal bersekat (baffled channel) aliran horizontal    untuk mengolah
air dengan kapasitas 12.000 m3/hari. Bak flokulator dibagi dalam tiga ruang       dengan gradien
kecepatan masing–masing 75/detik, 35/detik, dan 20/detik. Waktu flokulasi          keseluruhan 24
menit dan suhu air 25 C. Dinding kanal memiliki nilai koefisien kekasaran f      = 0,3. Panjang
flokulator ditetapkan 12 m dan kedalaman kanal 1,2 m.

Penyelasian:
1. Dihitung flokulator pertama dengan gradient kecepatan, G = 75/detik dan waktu tinggal
   hidrolik, td = 8 menit.
       a. Total volume flokulator :
            V = 24 menit x 12.000 m3/hari x 1 hari/1440 menit = 200 m3
       b. Total lebar flokulator :
                    V     200 m 3
                W                   13,89 m
                   LxH 12 mx1,2 m
        c. Lebar tiap kompartemen : W = 14 m/3 = 4,7 m
        d. Pada suhu 25 C nilai  = 0,89 x 10-3 kg/m.det dan =997 kg/m3
        e. Jumlah kanal dalam flokulator pertama :
                                         1/ 3
               
                2 .t   H.L.G  
                                     2
                                       
           n                 Q  
                 1,44  f  
                                    
                                                              1/ 3
               
                2(0,89x10 )(8)(60)   (1,2)(12)(75)  
                           3                           2
                                                          
           n                                                   31
                9971,44  0,3  12000 / 86400  
                                                         
        f. Jarak antar sekat = 12/31 = 0,39 m
        g. Head loss pada flokulator :


                .t 2 0,89x10 3 860
           h       G                     752  0,25m
                .g        9979,81
2. Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk kompartment kedua dan ketiga
       Kompartmen kedua :
                       - G                      = 35/detik
                       - Td                     = 8 menit
                       - Jumlah sekat           = 19
                       - Jarak antar sekat = 0,63 m
                       - Head loss              = 0,05 m
       Kompartmen ketiga :
                       - G                      = 20/detik
                       - Td                     = 8 menit
                       - Jumlah sekat           = 13
                       - Jarak antar sekat = 0,92 m
                       - Head loss              = 0,02 m
3. Total head loss = 0,25 + 0,05 + 0,02 = 0,32 m  selisih muka air di inlet dan outlet




                                                      20
Contoh Soal 5.4:
Sistem IPAM memiliki flokulator seperti gambar di bawah untuk mengolah air dengan debit 12.000
m3/hari. Flokulator terdiri dari tiga kompartemen dengan ukuran yang sama, panjang total 18 m
dan tinggi 4,5 m dan lebar 4,5 m. Kompartemen pertama memiliki 4 buah paddle dengan jarak
dari poros sebesar 1,9 ; 1,7 ; 1,5; 1,3 m. Kompartemen kedua memiliki 3 buah paddle dengan
jarak dari poros 1,9 ; 1,7; 1,5 m, sedangkan kompartemen ketiga memiliki 2 buah paddle dengan
jarak dari poros sebesar 1,9 dan 1,5 m. Setiap paddle memiliki ukuran lebar 0,1 m dan panjang
4,5 m. Pada suhu 25 C, hitung kecepatan putar poros agar nilai G rata–rata 25/detik.



                                                       Poros horisontal




                                                                                            4,5 m
                                                18 m


Penyelasian:
1. Hitung tenaga untuk menghasilkan G = 25/detik dengan persamaan (5.1)

    Pada suhu 25 C nilai  = 0,89 x 10-3 kg/m.det dan =997 kg/m3
    P = G2 μ V = (25/detik)2 x (0,89 x 10-3 kg/m.det) x (18 m x 4,5 m x 4,5 m) = 203 N-m/detik
    Nilai P ini adalah tenaga total yang dihasilkan oleh tiga kompartemen.
2. Hitung nilai kecepatan relatif tiap paddle pada kompartemen pertama:
     Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,9 m:
       vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,9 = (8,95 n) m/detik
     Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,7 m:
       vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,7 = (8,01 n) m/detik
     Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,5 m:
       vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,5 = (7,07 n) m/detik
     Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,3 m:
       vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,3 = (6,13 n) m/detik
3. Hitung nilai kecepatan relatif tiap paddle pada kompartemen kedua:

     Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,9 m:
       vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,9 = (8,95 n) m/detik

     Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,7 m:
       vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,7 = (8,01 n) m/detik


                                                       21
 Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,5 m:
       vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,5 = (7,07 n) m/detik
4. Hitung nilai kecepatan relatif tiap paddle pada kompartemen ketiga:

     Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,9 m:
       vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,9 = (8,95 n) m/detik

     Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,5 m:
       vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,5 = (7,07 n) m/detik
5. Hitung kecepatan putaran (n):
   Dalam sistem flokulator di atas, hanya ada satu nilai n karena putaran dihasilkan oleh satu
   poros.
   Ukuran paddle adalah sama, Li = 4,5 m dan Wi = 0,1 m.
   Ratio Li/Wi = 45. Berdasarkan Tabel 5.6, nilai CD = 1,9
   A = jumlah tangkai x 4,5 m x 0,1 m = 2 x 4,5 m x 0,1 m
   Gunakan persamaan (5.6):

       1
    P  CD Av i3
       2
   203 N-m/detik = (1/2) x 1,9 x (2 x 4,5 m x 0,1 m) x (997 kg/m3) x {(8,95 n)3 + (8,01 n)3 + (7,07
                    n)3 + (6,13 n)3 + (8,95 n)3 + (8,01 n)3 + (7,07 n)3 + (8,95 n)3 + (7,07 n)3}
                    m/detik
   n = 0,0377 rps = 2,26 rpm
   Jadi, untuk menghasilkan nilai G rata–rata 25/detik, maka paddle wheel harus diputar dengan
   kecepatan 2,26 putaran per menit.




                                                     22
5.4. Soal-soal

1. Pengaduk mekanis berupa propeller 3 blades berdiameter 40 cm diputar dengan kecepatan
   425 rpm.
   a. Tentukan dimensi bak agar diperoleh gradient kecepatan 825 m/detik-m
   b. Berapa debit air yang dapat diolah ?

2. Tangki pengaduk cepat berbentuk bujur sangkar dengan debit 8 x 10 3 m3/hari, memiliki
   kedalaman 1,25 kali lebar. Nilai G = 1000/detik dan suhu 20C, waktu detensi 30 detik.
   Pengaduk berupa vans disk impeller dengan 6 blade. Tentukanlah: Dimensi tangki, kebutuhan
   power input, kecepatan impeller jika diameter impeller 50 % lebar tangki.

3. Berapa debit udara yang diperlukan untuk menjaga nilai G sebesar 500/detik dalam suatu
   tangki dengan kedalaman 2,75 m dan waktu tinggal air selama 5 menit, suhu air 20 C.

4. Pada percobaan jar test digunakan gelas beaker berisi 1 liter air dengan paddle berukuran
   seperti gambar berikut:




                                                     2,5 cm


                                    8,0 cm


   Pertanyaan:
   a. Bila paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit, hitunglah gradien
      kecepatan yang dihasilkan oleh putaran paddle tersebut.
   b. Bila akan digunakan sebagai pengaduk lambat, berapakah kecepatan paddle harus
      diputar?

5. Hitung kembali contoh soal 5.2 untuk pengadukan lambat tiga kompartemen dengan nilai G
   masing-masing 70, 35, 20 det-1 dan td total 30 menit.

6. Buatlah rancangan alat pengaduk mekanis tipe paddle wheel untuk mengaduk air (slow
   mixing) dengan debit 100 l/detik sehingga dihasilkan GTd yang menurun masing-masing
   70000, 55000, dan 45000 (waktu detensi total 45 menit).

   Rancangan meliputi:
   - bentuk dan dimensi bak dan alat pengaduk
   - kecepatan putaran
   - power motor yang diperlukan

   Temperatur air = 30oC

7. Gambar berikut adalah potongan memanjang baffled channel:



                                                23
h1           h2
                                                    h3               h4




   Kedalaman air : 1,5 meter
   Panjang bak : 15 meter
   Lebar bak : 2 meter
   Headloss : lihat gambar, h1=h4= 4 cm, h2=h3= 7 cm
   Hitunglah bilangan Camp!

8. Sistem IPAM memiliki flokulator seperti gambar di bawah untuk mengolah air dengan debit
   12.000 m3/hari. Flokulator terdiri dari tiga kompartemen dengan ukuran yang sama, panjang
   total 18 m dan tinggi 4,5 m dan lebar 4,5 m. Kompartemen pertama memiliki 4 buah paddle
   dengan jarak dari poros sebesar 1,9 ; 1,7 ; 1,5; 1,3 m. Kompartemen kedua memiliki 3 buah
   paddle dengan jarak dari poros 1,9 ; 1,7; 1,5 m, sedangkan kompartemen ketiga memiliki 2
   buah paddle dengan jarak dari poros sebesar 1,9 dan 1,5 m. Setiap paddle memiliki ukuran
   lebar 0,1 m dan panjang 4,5 m. Pada suhu 25 C, hitung kecepatan putar poros agar nilai G
   rata–rata 25/detik.

           Arah putaran                                 Poros horisontal




                                                                                            4,5 m




                                                 18 m




9. Koagulasi-Flokulasi di lakukan dalam satu sistem baffled chamel horisontal flow dengan debit
   air yang diolah 150 lt/dt.  = 10-6 m2/dt

          G = 800 dt-1              G = 80            G = 40                  G = 20
          td = 1 menit                 I                II                      III     P
                                td = 7,5 menit      7,5 menit               7,5 menit



                                                                               L

        Koagulasi                                Flokulasi


                                                        24
a. Koagulasi
       -   Hitung berapa luas area (Pbx Lb) koagulasi jika kedalaman air 1 meter
       -   Hitung berapa headloss yang diperlukan di unit koagulasi (g = 9,81 m/dt2)
       -   Hitung berapa jumlah sekat horisontal
       -   Berapa jarak/lebar di belokan
     b. Flokulasi
       -   Hitung berapa luas (Pbx Lb) pada unit flokulasi jika panjang bak disesuaikan dengan
           bak koagulasi
       -   Hitung berapa headloss yang diperlukan di masing-masing bak flokulasi
       -   Hitung berapa jumlah sekat horisontal
       -   Berapa jarak/lebar di belokan




5.5. Bahan Bacaan
     1. -----, Water Treatment Handbook, 6th edition, Volume 1, Degremont Water and the
                Environment, 1991
     2. Casey. T.J., Unit Treatment Processes in Water and Wastewater Engineering, John
                Wiley & Sons, Singapore, 1997.
     3. Droste, Ronald L., Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment, John Wiley
                & Sons, New York, 1997
     4. Qasim, Syed R, Edward M. Motley, dan Guang Zhu, Water Works Engineering: Planning,
                Design dan Operation, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, NJ 07458, 2000.
     5. Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul A., Unit Operations and Processes in Environmental
                Engineering, 2nd edition, PWS Publishing Company, Boston, 1996.
     6. Fair, Gordon M., Geyer, John C., dan Okun, Daniel A., Water and Wastewater
                Engineering, Volume 2: Water Purification and Wastewater Treatment and
                Disposal, John Wiley and Sons Inc. New York, 1981




                                                   25

More Related Content

What's hot

Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Ecko Chicharito
 
214361943 6-pengolahan-air-bersih
214361943 6-pengolahan-air-bersih214361943 6-pengolahan-air-bersih
214361943 6-pengolahan-air-bersih
Yudirwan Tanjung
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Oswar Mungkasa
 
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIKIDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
Christian Solas
 

What's hot (20)

Modul 3 koagulasi
Modul 3  koagulasiModul 3  koagulasi
Modul 3 koagulasi
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)
 
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat   on-site systemSistem pengolahan air limbah setempat   on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
 
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurPerencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
 
214361943 6-pengolahan-air-bersih
214361943 6-pengolahan-air-bersih214361943 6-pengolahan-air-bersih
214361943 6-pengolahan-air-bersih
 
SNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara Jar
SNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara JarSNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara Jar
SNI 19-6449-2000 tentang Metode Pengujian Koagulasi - Flokulasi dengan Cara Jar
 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
 
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) SampahRehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
Rehabilitasi dan Penutupan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
 
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
 
Pengolahan air minum
Pengolahan air minumPengolahan air minum
Pengolahan air minum
 
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIKIDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL DAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
 
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasPP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Anaerobic Bafle Reactor - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Anaerobic Bafle Reactor - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Anaerobic Bafle Reactor - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Anaerobic Bafle Reactor - Per...
 
proses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimiaproses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimia
 
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahPersyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
 
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan  Kesling dan Per...
Permenkes No. 32 tahun 2017 _ttg Standar Baku Mutu Kesehatan Kesling dan Per...
 

Similar to 5. unit koagulasi flokulasi

Presentasi aslab
Presentasi aslabPresentasi aslab
Presentasi aslab
Febti Rahmi
 
Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel 3 sifat larutan dan koloid serta hubungan...
Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel  3 sifat larutan dan koloid serta hubungan...Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel  3 sifat larutan dan koloid serta hubungan...
Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel 3 sifat larutan dan koloid serta hubungan...
Bondan the Planter of Palm Oil
 
MAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdf
MAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdfMAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdf
MAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdf
Gocase1
 

Similar to 5. unit koagulasi flokulasi (20)

1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Kimfis kel 3
Kimfis kel 3Kimfis kel 3
Kimfis kel 3
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
Bilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga Kobalt
Bilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga KobaltBilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga Kobalt
Bilangan Oksidasi dan Sifat Umum Keluarga Kobalt
 
Laporan Praktiku Alkali Tanah
 Laporan Praktiku Alkali Tanah Laporan Praktiku Alkali Tanah
Laporan Praktiku Alkali Tanah
 
Sifat sifat koloid kelas 11 Science
Sifat sifat koloid kelas 11 ScienceSifat sifat koloid kelas 11 Science
Sifat sifat koloid kelas 11 Science
 
Presentasi aslab
Presentasi aslabPresentasi aslab
Presentasi aslab
 
proses pengolahan air yang sering digunakan
proses pengolahan air yang sering digunakanproses pengolahan air yang sering digunakan
proses pengolahan air yang sering digunakan
 
SISTEM KOLOID.pptx
SISTEM KOLOID.pptxSISTEM KOLOID.pptx
SISTEM KOLOID.pptx
 
Sifat & pembuatan koloid
Sifat & pembuatan koloidSifat & pembuatan koloid
Sifat & pembuatan koloid
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
KOLOID (KIMIA)
KOLOID (KIMIA)KOLOID (KIMIA)
KOLOID (KIMIA)
 
Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel 3 sifat larutan dan koloid serta hubungan...
Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel  3 sifat larutan dan koloid serta hubungan...Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel  3 sifat larutan dan koloid serta hubungan...
Makalah_11 Makalah diskusi 3 b kel 3 sifat larutan dan koloid serta hubungan...
 
Koloid
KoloidKoloid
Koloid
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
Tugas kimia artikel tentang korosi
Tugas kimia artikel tentang korosiTugas kimia artikel tentang korosi
Tugas kimia artikel tentang korosi
 
Makalah koloid4
Makalah koloid4Makalah koloid4
Makalah koloid4
 
MAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdf
MAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdfMAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdf
MAKALAH_KOLOID_LENGKAP.pdf
 
Koloid 1
Koloid 1Koloid 1
Koloid 1
 

5. unit koagulasi flokulasi

  • 1. BAB 5 UNIT KOAGULASI-FLOKULASI 5.1. Kestabilan Partikel Tersuspensi Air baku dari air permukaan umumnya mengandung partikel tersuspensi. Partikel tersuspensi dalam air dapat berupa partikel bebas dan koloid dengan ukuran yang sangat kecil, antara 0,001 mikron (10-6 mm) sampai 1 mikron (10-3 mm). Partikel yang ditemukan dalam kisaran ini meliputi (1) partikel anorganik, seperti serat asbes, tanah liat, dan lanau/silt, (2) presipitat koagulan, dan (3) partikel organik, seperti zat humat, virus, bakteri, dan plankton. Dispersi koloid mempunyai sifat memendarkan cahaya. Sifat pemendaran cahaya ini terukur sebagai satuan kekeruhan. Partikel tersuspensi sangat sulit mengendap langsung secara alami (lihat Tabel 5.1). Hal ini karena adanya stabilitas suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi karena:  Gaya van der Waals. Gaya ini merupakan gaya tarik-menarik antara dua massa, yang besarnya tergantung pada jarak antar keduanya.  Gaya Elektrostatik. Gaya elektrostatik adalah gaya utama yang menjaga suspensi koloid pada keadaan yang stabil. Sebagian besar koloid mempunyai muatan listrik. Oksida metalik umumnya bermuatan positif, sedangkan oksida nonmetalik dan sulfida metalik umumnya bermuatan negatif. Kestabilan koloid terjadi karena adanya gaya tolak antar koloid yang mempunyai muatan yang sama. Gaya ini dikenal sebagai zeta potensial.  Gerak Brown. Gerak ini adalah gerak acak dari suatu partikel koloid yang disebabkan oleh kecilnya massa partikel. Gaya van der Waals dan gaya elektrostatik saling meniadakan. Kedua gaya tersebut nilainya makin mendekati nol dengan makin bertambahnya jarak antar koloid. Resultan kedua gaya tersebut umumnya menghasilkan gaya tolak yang lebih besar (Gambar 5.1). Hal ini menyebabkan partikel dan koloid dalam keadaan stabil. Tabel 5.1 Pengendapan Partikel dalam Air Ukuran Partikel Waktu Pengendapan pada Tipe Partikel (mm) Kedalaman 1 Meter 10 Kerikil 1 detik 1 Pasir 10 detik 10-1 Pasir Halus 2 menit 10-2 Lempung 2 jam 10-3 Bakteri 8 hari 10-4 Koloid 2 tahun -5 10 Koloid 20 tahun 10-6 Koloid 200 tahun Sumber: Water Treatment Handbook Vol. 1 (1991) 1
  • 2. Gambar 5.1 Gaya-gaya pada koloid 5.2. Koagulasi-Flokulasi Koagulasi-flokulasi merupakan dua proses yang terangkai menjadi kesatuan proses tak terpisahkan. Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH-) dan antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-) yang menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat). Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel dapat mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat adanya pengadukan lambat. Proses koagulasi-flokulasi dapat digambarkan secara skematik pada Gambar 5.2. 2
  • 3. Larutan koagulan inlet outlet pengadukan cepat pengadukan lambat Koagulasi Flokulasi Ca2+ Ca2+(HCO3-)2 Ca2+(HCO3-)2 Al(OH)3 Ca2+ Ca2+ Al3+ Ca2+ Al3+ Al(OH)3 Al3+ Mg2+ Al3+ Al3+ Mg2+ Na+ Al3+ Al3+ Na+ Ca2+ Al(OH)3 Al(OH)3 Al3+ Mg2+ Ca2+(HCO3-)2 Mg2+ Partikel koloid stabil Destabilisasi partikel Pembentukan flok besar Gambar 5.2 Gambaran proses koagulasi-flokulasi Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi. Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan untuk memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu. Beberapa jenis koagulan beserta sifatnya dapat dilihat pada Tabel 5.2. Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat ditentukan berdasarkan studi laboratorium menggunakan jar test apparatus (Gambar 5.3) untuk mendapatkan kondisi optimum. Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah: Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2  2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2 Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida. Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2  2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium hidroksida relatif tidak terlarut. 3
  • 4. Gambar 5.3 Peralatan Jar test Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar menghasilkan reaksi yang cepat. Untuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan untuk mendapatkan pH pada level di mana ion besi diendapkan sebagi Fe(OH)3, lihat Gambar 5.4. Reaksi ini adalah reaksi oksidasi-reduksi yang membutuhkan oksigen terlarut dalam air. Dalam reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion besi dioksidasi menjadi ferri, di mana akan mengendap sebagai Fe(OH)3. 2FeSO4.7H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2  2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O Untuk berlangsungnya reaksi ini, pH harus sekitar 9,5 dan kadang-kadang stabilisasi membutuhkan kapur berlebih. Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan berlangsung mengikuti reaksi: Fe2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2  2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2 Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. Jika alkalinitas alami tidak cukup untuk reaksi, diperlukan penambahan kapur. Rentang pH optimum adalah sekitar 4 hingga 12, karena ferri hidroksida relatif tidak larut dalam rentang pH ini. Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut: 2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2  2Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2 Penambahan kapur diperlukan bila alkalinitas alami tidak mencukupi. 2FeCl3 + 3Ca(OH)2  2Fe(OH)3 + 3CaCl2 Reaksi ferri klorida berlangsung pada pH optimum 4 sampai 12. Flok yang terbentuk umumnya padat dan cepat mengendap. 4
  • 5. Tabel 5.2 Beberapa Jenis Koagulan dalam Praktek Pengolahan-Air Densitas Kelarutan Nama Berat Specific Kadar Kimia Kadar Air pH Nama Lain Rumus Kimia Wujud bulk, dalam Air, Kimia Molekul Gravity %w/w % w/w larutan kg/m3 kg/m3 Putih terang, Sekitar Alum Al2(SO4)3.14,3H2O 599,77 1000-1096 1,25-1,36 Sekitar 872 Al: 9,0-9,3 padat 3,5 Aluminium Putih atau sulfat Alum cair Al2(SO4)3.49,6H2O 1235,71 terang- abu abu 1,30-1,34 Sangat larut Al: 4,0-4,5 71,2-74,5 kekuningan, cair Besi (III) Hijau-hitam, klorida, Besi FeCl3 162,21 721-962 Sekitar 719 Fe: kira2 34 bubuk triklorida Ferri Kuning-coklat, klorida FeCl3.6H2O 270,30 962-1026 Sekitar 814 Fe: 20,3-21,0 Ferri klorin bongkahan cair Coklat FeCl3.13,1H2O 398,21 1,20-1,48 Sangat larut Fe: 12,7-14,5 56,5-62,0 0,1-1,5 kemerahan, cair Besi (III) Merah-coklat, sulfat, Besi Fe2(SO4)3.9H2O 562,02 1122-1154 Fe: 17,9-18,7 Ferri bubuk persulfat sulfat Ferri sulfat Coklat Fe2(SO4)3.36,9H2O 1064,64 1,40-1,57 Sangat larut Fe: 10,1-12,0 56,5-64,0 0,1-1,5 cair kemerahan, cair Ferro Hijau, bongkahan Fe: Sekitar Copperas FeSO4.7H2O 278,02 1010-1058 sulfat kristal 20 Sumber: Qasim, dkk. (2000) 5
  • 6. Gambar 5.4 Pengaruh pH terhadap kelarutan Fe(III) pada temperatur 25 oC (diambil dari Fair dkk, 1981) 5.3. Pengadukan Pengadukan merupakan operasi yang mutlak diperlukan pada proses koagulasi-flokulasi. Pengadukan cepat berperan penting dalam pencampuran koagulan dan destabilisasi partikel. Pengadukan lambat berperan dalam upaya penggabungan flok. 5.3.1. Jenis Pengadukan Jenis pengadukan dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan pengadukan dan metoda pengadukan. Berdasarkan kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Berdasarkan metodanya, pengadukan dibedakan menjadi pengadukan mekanis, pengadukan hidrolis, dan pengadukan pneumatis. Kecepatan pengadukan merupakan parameter penting dalam pengadukan yang dinyatakan dengan gradien kecepatan. Gradien kecepatan merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P): P (5.1) G   .V dalam hal ini: P = suplai tenaga ke air (N.m/detik) V = volume air yang diaduk, m3  = viskositas absolut air, N.detik/m2 Persamaan (5.1) berlaku umum untuk semua jenis pengadukan. Parameter yang membedakannya adalah besarnya tenaga yang disuplai ke dalam air (P) yang dapat dihitung dengan rumus-rumus yang akan dijelaskan pada subbab 5.3.2. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai P bergantung pada metoda pengadukan yang digunakan. 6
  • 7. 5.3.1.1. Pengadukan Cepat Tujuan pengadukan cepat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan turbulensi air sehingga dapat mendispersikan bahan kimia yang akan dilarutkan dalam air. Secara umum, pengadukan cepat adalah pengadukan yang dilakukan pada gradien kecepatan besar (300 sampai 1000 detik-1) selama 5 hingga 60 detik atau nilai GTd (bilangan Champ) berkisar 300 hingga 1700. Secara spesifik, nilai G dan td bergantung pada maksud atau sasaran pengadukan cepat. Untuk proses koagulasi-flokulasi: • Waktu detensi = 20 - 60 detik • G = 1000 - 700 detik-1 Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda): • Waktu detensi = 20 - 60 detik • G = 1000 - 700 detik-1 Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain) • Waktu detensi = 0,5 - 6 menit • G = 1000 - 700 detik-1 Pengadukan cepat dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1. Pengadukan mekanis 2. Pengadukan hidrolis 3. Pengadukan pneumatis 5.3.1.2. Pengadukan Lambat Tujuan pengadukan lambat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan gerakan air secara perlahan sehingga terjadi kontak antar partikel untuk membentuk gabungan partikel hingga berukuran besar. Pengadukan lambat adalah pengadukan yang dilakukan dengan gradien kecepatan kecil (20 sampai 100 detik-1) selama 10 hingga 60 menit atau nilai GTd (bilangan Champ) berkisar 48000 hingga 210000. Untuk menghasilkan flok yang baik, gradien kecepatan diturunkan secara bertahap agar flok yang telah terbentuk tidak pecah lagi dan berkesempatan bergabung dengan yang lain membentuk gumpalan yang lebih besar. Secara spesifik, nilai G dan waktu detensi untuk proses flokulasi adalah sebagai berikut: • Untuk air sungai: - Waktu detensi = minimum 20 menit - G = 10 - 50 detik-1 • Untuk air waduk: - Waktu = 30 menit - G = 10 - 75 detik-1 • Untuk air keruh: - Waktu dan G lebih rendah • Bila menggunakan garam besi sebagai koagulan: - G tidak lebih dari 50 detik-1 • Untuk flokulator 3 kompartemen: - G kompartemen 1 : nilai terbesar - G kompartemen 2 : 40 % dari G kompartemen 1 - G kompartemen 3 : nilai terkecil Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda): • Waktu detensi = minimum 30 menit • G = 10 - 50 detik-1 7
  • 8. Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain) • Waktu detensi = 15 - 30 menit • G = 20 - 75 detik-1 • GTd = 10.000 - 100.000 Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 1. Pengadukan mekanis 2. Pengadukan hidrolis 5.3.1.3. Pengadukan Mekanis Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan peralatan mekanis yang terdiri atas motor, poros pengaduk (shaft), dan alat pengaduk (impeller). Peralatan tersebut digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Berdasarkan bentuknya, ada tiga macam impeller, yaitu paddle (pedal), turbine, dan propeller (baling-baling). Bentuk ketiga impeller tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.5 dan Gambar 5.6. Kriteria impeller dapat dilihat pada Tabel 5.3. (a) (b) Gambar 5.5 Tipe paddle (a) tampak atas, (b) tampak samping Tabel 5.3 Kriteria Impeller Tipe Kecepatan Dimensi Keterangan Impeller Putaran Paddle 20 - 150 rpm diameter: 50-80% lebar bak lebar: 1/6-1/10 diameter paddle Turbine 10-150 rpm diameter:30-50% lebar bak Propeller 400-1750 rpm diameter: max. 45 cm jumlah pitch 1-2 buah Sumber: Reynold & Richards (1996) 8
  • 9. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 5.6 Tipe turbine dan propeller. (a) turbine blade lurus, (b) turbine blade dengan piringan, (c) turbin dengan blade menyerong, (d) propeller 2 blade, (e) propeller 3 blade (Qasim, dkk., 2000) Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan cepat umumnya dilakukan dalam waktu singkat dalam satu bak (Gambar 5.6). Faktor penting dalam perancangan alat pengaduk mekanis adalah dua parameter pengadukan, yaitu G dan td. Sekadar patokan, Tabel 5.4 dapat digunakan dalam pemilihan nilai G dan td. Pengadukan mekanis dengan tujuan pengadukan lambat umumnya memerlukan tiga kompartemen dengan ketentuan G di kompartemen I lebih besar daripada G di kompartemen II dan G di kompartemen III adalah yang paling kecil (Gambar 5.7). Pengadukan mekanis yang umum digunakan untuk pengadukan lambat adalah tipe paddle yang dimodifikasi hingga membentuk roda (paddle wheel), baik dengan posisi horisontal maupun vertikal (Gambar 5.8). motor bak pengaduk inlet outlet impeller Gambar 5.6 Pengadukan cepat dengan alat pengaduk Tabel 5.4 Nilai Gradien Kecepatan dan Waktu Pengadukan Waktu Pengadukan, td (detik) Gradien Kecepatan (1/detik) 20 1000 30 900 40 790 50 700 Sumber: Reynold & Richards (1996) 9
  • 10. inlet outlet kompartemen I kompartemen II kompartemen III Gambar 5.7 Pengadukan lambat dengan alat pengaduk Arah putaran Poros horisontal Gambar 5.8 Flokulator paddle wheel dengan blade tegak lurus aliran air (tipe horizontal shaft) 5.3.1.4. Pengadukan hidrolis Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan aliran air sebagai tenaga pengadukan. Tenaga pengadukan ini dihasilkan dari energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan) atau adanya lompatan hidrolik dalam suatu aliran. Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan cepat haruslah aliran air yang menghasilkan energi hidrolik yang besar. Dalam hal ini dapat dilihat dari besarnya kehilangan energi (headloss) atau perbedaan muka air. Dengan tujuan menghasilkan turbulensi yang besar tersebut, maka jenis aliran yang sering digunakan sebagai pengadukan cepat adalah terjunan (Gambar 5.9), loncatan hidrolik, dan parshall flume. Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan lambat adalah aliran air yang menghasilkan energi hidrolik yang lebih kecil. Aliran air dibuat relatif lebih tenag dan dihindari terjadinya turbulensi agar flok yang terbentuk tidak pecah lagi. Beberapa contoh pengadukan hidrolis untuk pengadukan lambat adalah kanal bersekat (baffled channel, Gambar 5.10), perforated wall, gravel bed dan sebagainya. 10
  • 11. Pembubuhan koagulan Gambar 5.9 Pengadukan cepat dengan terjunan baffle channel inlet outlet Gambar 5.10 Denah pengadukan lambat dengan baffled channel 5.3.1.5. Pengadukan pneumatis Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas) berbentuk gelembung sebagai tenaga pengadukan. Gelembung tersebut dimasukkan ke dalam air dan akan menimbulkan gerakan pada air (Gambar 5.11). Injeksi udara bertekanan ke dalam air akan menimbulkan turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Aliran udara yang digunakan untuk pengadukan cepat harus mempunyai tekanan yang cukup besar sehingga mampu menekan dan menggerakkan air. Makin besar tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan makin besar dan diperoleh turbulensi yang makin besar pula. koagulan outlet inlet udara gelembung udara Gambar 5.11 Pengadukan cepat secara pneumatis 11
  • 12. 5.3.2. Tenaga Pengadukan Tenaga pengadukan adalah tenaga yang digunakan untuk melakukan pengadukan. Tenaga ini dihasilkan oleh peralatan mekanis, aliran hidrolis, atau gelembung udara sebagaimana telah dijelaskan pada subbab jenis pengadukan. Besarnya tenaga untuk operasi pengadukan mempengaruhi besarnya gradien kecepatan (lihat kembali persamaan 5.1). Bila suatu sistem pengadukan telah ditentukan nilai gradien kecepatannya, maka tenaga pengadukan dapat dihitung. Perhitungan tenaga pengadukan berbeda-beda bergantung pada jenis pengadukannya. Pada pengadukan mekanis, yang berperan dalam menghasilkan tenaga adalah bentuk dan ukuran alat pengaduk serta kecepatan putaran alat pengaduk. Hubungan antar variabel itu dapat dinyatakan dengan persamaan (5.2) untuk bilangan Reynold (NRe) lebih dari 10.000 dan persamaan (5.3) untuk nilai NRe kurang dari 20. Bilangan Reynold untuk alat pengaduk dapat dihitung dengan persamaan (5.4). P  K T .n3 .Di 5 . (5.2) P  K L .n 2 .Di . 3 (5.3) Di n 2 N Re  (5.4)  dengan: P = tenaga , N-m/det. KT = konstanta pengaduk untuk aliran turbulen n = kecepatan putaran, rps Di = diameter pengaduk, m  = massa jenis air, kg/m3 KL = konstanta pengaduk untuk aliran laminar μ = kekentalan absolut cairan, (N-det/m2). Nilai KT dan KL untuk tangki bersekat 4 buah pada dinding tangki, dengan lebar sekat 10 % dari diameter tangki diberikan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Konstanta KT dan KL untuk tangki bersekat Jenis Impeller KL KT Propeller, pitch of 1, 3 blades 41,0 0,32 Propeller, pitch of 2, 3 blades 43,5 1,00 Turbine, 4 flat blades, vaned disc 60,0 5,31 Turbine, 6 flat blades, vaned disc 65,0 5,75 Turbine, 6 curved blades 70,0 4,80 Fan turbine, 6 blades at 45 70,0 1,65 Shroude turbine, 6 curved blades 97,5 1,08 Shrouded turbine, with stator, no baflles 172,5 1,12 Flat paddles, 2 blades (single paddle), Di/Wi = 4 43,0 2,25 Flat paddles, 2 blades , Di/Wi = 6 36,5 1,70 Flat paddles, 2 blades , Di/Wi = 8 33,0 1,15 Flat paddles, 4 blades , Di/Wi = 6 49,0 2,75 Flat paddles, 6 blades , Di/Wi = 8 71,0 3,82 Sumber: Reynold & Richards (1996) 12
  • 13. Besarnya tenaga yang dihasilkan oleh putaran paddle wheel tergantung pada gaya drag dan kecepatan relatif paddle wheel. Persamaan berikut digunakan untuk menghitung tenaga yang dihasilkan oleh putaran paddle wheel: v3 P  CD A (5.5) 2 di mana: P = tenaga, N.m/det CD = koefisien drag (dapat dilihat pada Tabel 5.6) A = luas permukaan paddle wheel, m2  = rapat massa air, kg/ m3 v = kecepatan relatif putaran paddle, m/det Bila paddle wheel tersusun oleh lebih dari satu pasang paddle (dengan ukuran yang sama), maka persamaan (5.5) berubah menjadi: 1 P  CD Av i3 (5.6) 2 i = 1, 2, 3 ……..n Tabel 5.6 Nilai Koefisien Drag Ratio Li/Wi CD 5 1,20 20 1,50 ~ 1,90 Keterangan: Li = panjang paddle Wi = lebar paddle Pada pengadukan hidrolis, tenaga dapat dituliskan sebagai berikut: P  Q ..g.h (5.7) dimana : P = tenaga, N.m/det Q = debit aliran, m3/det  = berat jenis, kg/m3 g = percepatan gaya gravitasi, 9,8 m/det 2 h = tinggi jatuhan, m = kehilangan energi (head loss) Penggabungan persamaan (5.7) ke dalam persamaan (5.1) menghasilkan: Q . .g.h g.h (5.8) G    .V  .td dimana :  = /, viskositas kinematis, m2/detik td = V/Q = waktu tinggal hidrolik, detik 13
  • 14. Nilai h dapat dihitung dengan persamaan berikut: a. Aliran air dalam pipa : Lv 2 hL  f (5.9) D.2.g dimana : f = koefisien kekasaran pipa Darcy-Weisbach L = panjang pipa, m v = Kecepatan aliran air, m/det D = diameter pipa, m b. Aliran air di baffled channel : v2 hL  k (5.10) 2.g dimana : k = koefisien kekasaran pipa Darcy-Weisbach v = Kecepatan aliran air, m/det c. Aliran air pada media berbutir : f 1    L v 2 (5.11) hL      3  d g 1  f  150  R   1,75   N  d.v . RN   dimana : d = diameter rata-rata butiran, m L = kedalaman media berbutir, m  = porositas butiran ( 0,4) v = kecepatan aliran air, m/det RN = bilangan reynold  = faktor bentuk ( 0,8) Besarnya tenaga pada flokulator kanal bersekat (baffled channel) dapat dihitung dengan persamaan 5.8, dengan h sama dengan headloss total sepanjang baffled channel. Besarnya headloss dipengaruhi oleh jumlah sekat dan kanal pada bak tersebut. Jumlah kanal dapat ditentukan dengan persamaan berikut : 1. Jumlah kanal dalam flokulator aliran horizontal: 1/ 3  2.t   H.L.G  2    n    (5.12)    1.44  f   Q      2. Jumlah kanal dalam flokulator aliran vertikal: 1/ 3  2.t  W .L.G  2    n   (5.13)  Q     1.44  f       14
  • 15. dimana : h = head loss (m) v = kecepatan fluida (m/det) g = konstata gravitasi ( 9,81 m/det2) k = konstanta empiris ( 2,5 – 4) n = jumlah kanal H = kedalaman air dalam kanal (m) L = panjang bak flokulator (m) G = gradien kecepatan (1/det) Q = debit aliran (m3/det) t = waktu flokulasi (det)  = Kekenatalan dinamis air (kg/m.det)  = Berat jenis air (kg/m3) f = koefisien gesek sekat W = lebar bak (m) Pada pengadukan pneumatis, tenaga yang dihasilkan merupakan fungsi dari debit udara yang diinjeksikan, yang dapat dituliskan sebagai berikut:  h  10,4  P  3904.Ga.Log   (5.14)  10,4  dimana : P = power, (N.m/s) Ga = debit udara, m3/menit h = kedalaman diffuser, m 15
  • 16. Contoh Soal 5.1. Sebuah bak pengaduk berbentuk bujur sangkar digunakan untuk mengaduk air dengan debit 7500 m3/hari. Kedalaman air sama dengan 1,2 kali lebar. Diharapkan dalam bak tersebut terjadi pengadukan dengan nilai gradien kecepatan 800 m/detik-m dengan waktu tinggal hidrolik td = 45 detik. Suhu air adalah 25 C dan kecepatan putaran poros alat pengaduk adalah 100 rpm. Tentukan: 1. Ukuran bak pengaduk 2. Tenaga yang dibutuhkan 3. Diameter impeller jika digunakan vane-disc impeller 6 flat blades dan tangki memiliki 4 baffle tegak. 4. Diameter impeller jika tidak digunakan baffle tegak. 5. Tinggi jatuhan minimum jika dipergunakan sistim terjunan hidrolik 6. Udara yang dibutuhkan jika pengadukan pneumatis digunakan dan lokasi diffuser 20 cm di atas dasar tangki. Penyelesaian: 1. Volume tangki = Q x td = 7500 m3/hari x 1 hari/1440 menit x 1 menit/60 detik x 45 detik = 3,90 m3 Volume = Pb x Lb x Hb = Lb x Lb x 1,2 Lb = 3,90 m3 Maka lebar bak = 1,48 m dan kedalaman = 1,2 x 1,48 = 1,78 m 2. Tenaga yang dibutuhkan: Pada suhu air = 25oC,  = 0,000890 N.detik/m2 2   P  G 2  V        800   0,000890 N. det    3,90m  2221 3 N.m  det   m 2  det = 2221 watt. 3. Diameter impeller : Persamaan (5.2) ditulis sebagai berikut: 1/ 5  P  Di    K n3     T  Berdasarkan Tabel 5.4 didapatkan nilai KT = 5,75 Pada suhu air = 25oC,  = 997,0 kg/m3 n = 100 rpm = 1,667 rps 1/ 5  2221 N.m   1   1   m 3   kg. m  Di      3      det   5,75   1,667 rps    997 kg   N. det  2   = 0,610 m 16
  • 17. Di/Lb = 0,610/1,48 = 0,412 = 41,2 % Cek nilai Nre: N Re  Di n 2  0,610m2 1,667 rps  997 kg / m 3   N. det 2     0,000890 N. det/ m 2  kg. m    = 694.865 >>> 10.000 (OK) 4. Jika tanpa sekat (baffle) tegak, tenaga yang dibutuhkan adalah 75 % dari tenaga untuk tangki bersekat. Jadi nilai KT = 0,75 X 5,75 = 4,31. 1/ 5  2221 N.m   1   1   m 3   kg.m  Di      3      det   4,31   1,667 rps    997 kg   N. det  2   = 0,65 m Di/Lb = 0,65/1,48 = 0,439 = 43,9 % 5. Jika digunakan sistem hidrolik, maka tinggi jatuhan dapat dihitung dengan rumus : G 2 ..td  800   0,000890 N. det   1m 3   45 det  2 H         2,62 m   .g  det   m2   997 kg   9,81 m / det 2  6. Jika digunakan pengadukan pneumatis: h = 1,78 m – 0,20 m = 1,58 m sehingga : P / 3904 2221 / 3904 Ga    9,26 m 3 menit  h  10,4   1,58  10,4  log  log   10,4   10,4  17
  • 18. Contoh Soal 5.2: Sebuah IPAM mengolah air dengan debit Q = 1,8 m3/detik dengan unit koagulasi menggunakan pengaduk cepat mekanis. Gradien kecepatan 1000/detik dan waktu detensi td = 15 detik. Untuk pemilihan motor pengaduk, tersedia spesifikasi motor sebagai berikut: 1. Model Mix-25 n = 30 - 45 rpm Power = 0,18 kW 2. Model Mix-50 n = 30 - 45 rpm Power = 0,37 kW 3. Model Mix-75 n = 45 - 70 rpm Power = 0,56 kW 4. Model Mix-100 n = 45 - 110 rpm Power = 0,75 kW 5. Model Mix-150 n = 45 - 110 rpm Power = 1,12 kW 6. Model Mix-200 n = 70 - 110 rpm Power = 1,5 kW 7. Model Mix-300 n = 110 - 175 rpm Power = 2,24 kW 8. Model Mix-500 n = 110 - 175 rpm Power = 3,74 kW 9. Model Mix-750 n = 110 - 175 rpm Power = 5,59 kW 10. Model Mix-1000 n = 110 - 175 rpm Power = 7,46 kW 11. Model Mix-1500 n = 110 - 175 rpm Power = 11,19 kW Tentukan ukuran dan jumlah bak pengaduk cepat dengan ketentuan tiap bak terdapat satu alat pengaduk. Alat pengaduk dapat dipilih dari spesifikasi di atas. Penyelesaian: 1. Hitung volume bak pengaduk: V = td x Q = 15 detik x 1,8 m3/detik = 27 m3 2. Hitung power yang diperlukan: Diasumsikan suhu air 25oC 2   P  G 2  V        1000   0,000890 N. det    30m  24030 3 N.m  24,03 kW  det   m 2  det Bila dianggap efisiensi power motor menjadi power pengadukan air adalah 80%, maka power motor yang diperlukan adalah 24,03 kW / 0,8 = 30,0 kW. Berdasarkan motor yang tersedia, dapat dipilih motor model Mix-1500 sebanyak tiga buah. Jadi jumlah bak adalah tiga. Debit air untuk satu bak adalah 0,6 m 3/detik. 3. Hitung kembali volume bak berdasarkan power motor terpilih: P = 11,19 kW x 0,8 = 8,952 kW P 8952 N.m V   det.  10,06  10 m3 G2 . (1000 / det)2 x 0,00089 N.det m 2 Lebar bak = pajang bak = 2,2 m Kedalaman = 2,0 m Cek td  td = 10 m3/0,6 m3/detik = 16,7 detik 4. Disain alat pengaduk: Direncanakan menggunakan alat pengaduk tipe turbine, 6 flat blades, vaned disc dengan 18
  • 19. nilai KT = 5,75. Gunakan persamaan (5.2): 1/ 5  P  Di    K n3     T  Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel berikut: No n, rpm n, rps Di , m Di/Lb 1 110 1,83 1,08 0,490 2 120 2 1,02 0,465 3 130 2,17 0,98 0,443 4 140 2,33 0,93 0,424 5 150 2,5 0,90 0,407 6 160 2,67 0,86 0,391 7 170 2,83 0,83 0,377 8 175 2,92 0,82 0,371 Berdasarkan kriteria ratio diameter alat pengaduk / lebar bak, yaitu 30 – 50%, maka semua alternatif n dan Di pada Tabel di atas dapat dipilih. Makin kecil diameter alat pengaduk, maka kecepatan putaran makin diperbesar. 19
  • 20. Contoh Soal 5.3: Rancanglah suatu flokulator kanal bersekat (baffled channel) aliran horizontal untuk mengolah air dengan kapasitas 12.000 m3/hari. Bak flokulator dibagi dalam tiga ruang dengan gradien kecepatan masing–masing 75/detik, 35/detik, dan 20/detik. Waktu flokulasi keseluruhan 24 menit dan suhu air 25 C. Dinding kanal memiliki nilai koefisien kekasaran f = 0,3. Panjang flokulator ditetapkan 12 m dan kedalaman kanal 1,2 m. Penyelasian: 1. Dihitung flokulator pertama dengan gradient kecepatan, G = 75/detik dan waktu tinggal hidrolik, td = 8 menit. a. Total volume flokulator : V = 24 menit x 12.000 m3/hari x 1 hari/1440 menit = 200 m3 b. Total lebar flokulator : V 200 m 3 W   13,89 m LxH 12 mx1,2 m c. Lebar tiap kompartemen : W = 14 m/3 = 4,7 m d. Pada suhu 25 C nilai  = 0,89 x 10-3 kg/m.det dan =997 kg/m3 e. Jumlah kanal dalam flokulator pertama : 1/ 3   2 .t   H.L.G   2  n    Q     1,44  f      1/ 3   2(0,89x10 )(8)(60)   (1,2)(12)(75)   3 2  n       31  9971,44  0,3  12000 / 86400     f. Jarak antar sekat = 12/31 = 0,39 m g. Head loss pada flokulator : .t 2 0,89x10 3 860 h G  752  0,25m .g 9979,81 2. Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk kompartment kedua dan ketiga Kompartmen kedua : - G = 35/detik - Td = 8 menit - Jumlah sekat = 19 - Jarak antar sekat = 0,63 m - Head loss = 0,05 m Kompartmen ketiga : - G = 20/detik - Td = 8 menit - Jumlah sekat = 13 - Jarak antar sekat = 0,92 m - Head loss = 0,02 m 3. Total head loss = 0,25 + 0,05 + 0,02 = 0,32 m  selisih muka air di inlet dan outlet 20
  • 21. Contoh Soal 5.4: Sistem IPAM memiliki flokulator seperti gambar di bawah untuk mengolah air dengan debit 12.000 m3/hari. Flokulator terdiri dari tiga kompartemen dengan ukuran yang sama, panjang total 18 m dan tinggi 4,5 m dan lebar 4,5 m. Kompartemen pertama memiliki 4 buah paddle dengan jarak dari poros sebesar 1,9 ; 1,7 ; 1,5; 1,3 m. Kompartemen kedua memiliki 3 buah paddle dengan jarak dari poros 1,9 ; 1,7; 1,5 m, sedangkan kompartemen ketiga memiliki 2 buah paddle dengan jarak dari poros sebesar 1,9 dan 1,5 m. Setiap paddle memiliki ukuran lebar 0,1 m dan panjang 4,5 m. Pada suhu 25 C, hitung kecepatan putar poros agar nilai G rata–rata 25/detik. Poros horisontal 4,5 m 18 m Penyelasian: 1. Hitung tenaga untuk menghasilkan G = 25/detik dengan persamaan (5.1) Pada suhu 25 C nilai  = 0,89 x 10-3 kg/m.det dan =997 kg/m3 P = G2 μ V = (25/detik)2 x (0,89 x 10-3 kg/m.det) x (18 m x 4,5 m x 4,5 m) = 203 N-m/detik Nilai P ini adalah tenaga total yang dihasilkan oleh tiga kompartemen. 2. Hitung nilai kecepatan relatif tiap paddle pada kompartemen pertama:  Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,9 m: vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,9 = (8,95 n) m/detik  Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,7 m: vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,7 = (8,01 n) m/detik  Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,5 m: vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,5 = (7,07 n) m/detik  Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,3 m: vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,3 = (6,13 n) m/detik 3. Hitung nilai kecepatan relatif tiap paddle pada kompartemen kedua:  Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,9 m: vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,9 = (8,95 n) m/detik  Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,7 m: vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,7 = (8,01 n) m/detik 21
  • 22.  Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,5 m: vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,5 = (7,07 n) m/detik 4. Hitung nilai kecepatan relatif tiap paddle pada kompartemen ketiga:  Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,9 m: vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,9 = (8,95 n) m/detik  Untuk paddle dengan jarak ke poros = 1,5 m: vi = 0,75 x (n rps) x 2 π r = 0,75 n x 2 x π x 1,5 = (7,07 n) m/detik 5. Hitung kecepatan putaran (n): Dalam sistem flokulator di atas, hanya ada satu nilai n karena putaran dihasilkan oleh satu poros. Ukuran paddle adalah sama, Li = 4,5 m dan Wi = 0,1 m. Ratio Li/Wi = 45. Berdasarkan Tabel 5.6, nilai CD = 1,9 A = jumlah tangkai x 4,5 m x 0,1 m = 2 x 4,5 m x 0,1 m Gunakan persamaan (5.6): 1 P  CD Av i3 2 203 N-m/detik = (1/2) x 1,9 x (2 x 4,5 m x 0,1 m) x (997 kg/m3) x {(8,95 n)3 + (8,01 n)3 + (7,07 n)3 + (6,13 n)3 + (8,95 n)3 + (8,01 n)3 + (7,07 n)3 + (8,95 n)3 + (7,07 n)3} m/detik n = 0,0377 rps = 2,26 rpm Jadi, untuk menghasilkan nilai G rata–rata 25/detik, maka paddle wheel harus diputar dengan kecepatan 2,26 putaran per menit. 22
  • 23. 5.4. Soal-soal 1. Pengaduk mekanis berupa propeller 3 blades berdiameter 40 cm diputar dengan kecepatan 425 rpm. a. Tentukan dimensi bak agar diperoleh gradient kecepatan 825 m/detik-m b. Berapa debit air yang dapat diolah ? 2. Tangki pengaduk cepat berbentuk bujur sangkar dengan debit 8 x 10 3 m3/hari, memiliki kedalaman 1,25 kali lebar. Nilai G = 1000/detik dan suhu 20C, waktu detensi 30 detik. Pengaduk berupa vans disk impeller dengan 6 blade. Tentukanlah: Dimensi tangki, kebutuhan power input, kecepatan impeller jika diameter impeller 50 % lebar tangki. 3. Berapa debit udara yang diperlukan untuk menjaga nilai G sebesar 500/detik dalam suatu tangki dengan kedalaman 2,75 m dan waktu tinggal air selama 5 menit, suhu air 20 C. 4. Pada percobaan jar test digunakan gelas beaker berisi 1 liter air dengan paddle berukuran seperti gambar berikut: 2,5 cm 8,0 cm Pertanyaan: a. Bila paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit, hitunglah gradien kecepatan yang dihasilkan oleh putaran paddle tersebut. b. Bila akan digunakan sebagai pengaduk lambat, berapakah kecepatan paddle harus diputar? 5. Hitung kembali contoh soal 5.2 untuk pengadukan lambat tiga kompartemen dengan nilai G masing-masing 70, 35, 20 det-1 dan td total 30 menit. 6. Buatlah rancangan alat pengaduk mekanis tipe paddle wheel untuk mengaduk air (slow mixing) dengan debit 100 l/detik sehingga dihasilkan GTd yang menurun masing-masing 70000, 55000, dan 45000 (waktu detensi total 45 menit). Rancangan meliputi: - bentuk dan dimensi bak dan alat pengaduk - kecepatan putaran - power motor yang diperlukan Temperatur air = 30oC 7. Gambar berikut adalah potongan memanjang baffled channel: 23
  • 24. h1 h2 h3 h4 Kedalaman air : 1,5 meter Panjang bak : 15 meter Lebar bak : 2 meter Headloss : lihat gambar, h1=h4= 4 cm, h2=h3= 7 cm Hitunglah bilangan Camp! 8. Sistem IPAM memiliki flokulator seperti gambar di bawah untuk mengolah air dengan debit 12.000 m3/hari. Flokulator terdiri dari tiga kompartemen dengan ukuran yang sama, panjang total 18 m dan tinggi 4,5 m dan lebar 4,5 m. Kompartemen pertama memiliki 4 buah paddle dengan jarak dari poros sebesar 1,9 ; 1,7 ; 1,5; 1,3 m. Kompartemen kedua memiliki 3 buah paddle dengan jarak dari poros 1,9 ; 1,7; 1,5 m, sedangkan kompartemen ketiga memiliki 2 buah paddle dengan jarak dari poros sebesar 1,9 dan 1,5 m. Setiap paddle memiliki ukuran lebar 0,1 m dan panjang 4,5 m. Pada suhu 25 C, hitung kecepatan putar poros agar nilai G rata–rata 25/detik. Arah putaran Poros horisontal 4,5 m 18 m 9. Koagulasi-Flokulasi di lakukan dalam satu sistem baffled chamel horisontal flow dengan debit air yang diolah 150 lt/dt.  = 10-6 m2/dt G = 800 dt-1 G = 80 G = 40 G = 20 td = 1 menit I II III P td = 7,5 menit 7,5 menit 7,5 menit L Koagulasi Flokulasi 24
  • 25. a. Koagulasi - Hitung berapa luas area (Pbx Lb) koagulasi jika kedalaman air 1 meter - Hitung berapa headloss yang diperlukan di unit koagulasi (g = 9,81 m/dt2) - Hitung berapa jumlah sekat horisontal - Berapa jarak/lebar di belokan b. Flokulasi - Hitung berapa luas (Pbx Lb) pada unit flokulasi jika panjang bak disesuaikan dengan bak koagulasi - Hitung berapa headloss yang diperlukan di masing-masing bak flokulasi - Hitung berapa jumlah sekat horisontal - Berapa jarak/lebar di belokan 5.5. Bahan Bacaan 1. -----, Water Treatment Handbook, 6th edition, Volume 1, Degremont Water and the Environment, 1991 2. Casey. T.J., Unit Treatment Processes in Water and Wastewater Engineering, John Wiley & Sons, Singapore, 1997. 3. Droste, Ronald L., Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment, John Wiley & Sons, New York, 1997 4. Qasim, Syed R, Edward M. Motley, dan Guang Zhu, Water Works Engineering: Planning, Design dan Operation, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, NJ 07458, 2000. 5. Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul A., Unit Operations and Processes in Environmental Engineering, 2nd edition, PWS Publishing Company, Boston, 1996. 6. Fair, Gordon M., Geyer, John C., dan Okun, Daniel A., Water and Wastewater Engineering, Volume 2: Water Purification and Wastewater Treatment and Disposal, John Wiley and Sons Inc. New York, 1981 25