SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
Download to read offline
REKAYASA LINGKUNGAN
 PERANCANAAN SISTEM DRAINASE




               Oleh :


        MUHAMMAD LANTIP . R
           NIM. 0909025030




       FAKULTAS TEKNIK
 UNIVERSITAS MULAWARMAN
           SAMARINDA



                               0
DAFTAR ISI




BAB I. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE JALAN RAYA          3
1.1. Pendahuluan
1.2.Landasan Teori
1.3.Contoh desain drainase
1.4.
BAB II. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE LAPANGAN TERBANG   16
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase


BAB III. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERTANIAN         20
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase


BAB IV. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE REL KERETA API     25
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase


BAB V. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE RUMAH TINGGAL       30
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase




                                                            1
BAB VI. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE RUMAH TINGGAL DAN GEDUNG
SISTEM      BIOPORI,SISTEM    PEMBUANGAN   BERTEKANAN   DAN   SISTEM
PEMBUANGAN GRAVITASI                                             58
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase


BAB VII. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE LAPANGAN GOLF               65
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase




                                                                       2
BAB I
                   PERENCANAAN DRAINASE JALAN RAYA


1.1 Pendahuluan
          Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan jalan raya adalah melindungi jalan
     dari air permukaan dan air tanah. Dengan kata lain drainase merpakan salah satu factor
     terpenting dalam perencanaan pekerjaan jalan. Genangan air dipermukaan jalan
     memperlambat kendaraan dan memberikan andil terjadinya kecelakaan akibat
     terganggunya pandangan oleh cipratan dan semprotan air. Jika air memasuki struktur
     jalan, perkerasan dan tanah dasar (subgrade) menjadi lemah, dan hal ini akan
     menyebabkan konstruksi jalan lebih peka terhadap kerusakan akibat lalu lintas. Air juga
     berpengaruh kurang baik pada bahu jalan, lereng, saluran, dan bagian lain dari jalan.
     Kegagalan dapat terjadi pada saat pemotongan tebing atau pembuatan tanggul dan
     jembatan karena disapu oleh banjir.

          Kecepatan air yang besar pada saat terjadi banjir menyebabkan erosi yang
     berakibat pada keruntuhan jalan dan/atau jembatan. Di sisi lain, kecepatan air yang
     rendah pada bangunan-bangunan         drainase mendorong adanya sedimentasi yang
     mengakibatkan     terjadinya     penyempitan      dan    penyumbatan.       Penyumbatan
     mengakibatkan erosi lebih lanjut atau limpas dan mungkin juga keruntuhan




1.2 Landasan Teori
     1.2.1 Drainase Permukaan

            Langkah awal dalam perencanaan system drainase adalah analisis hidrologi,
            dalam analisis ini ditentukan karateristik debit rencana dari semua bangunan
            drainase, sungai dan saluran yang berada di sekitas alinyemen. Debit rencana
            dapat dihitung berdasarkan du pendekatan, tergantung pada data yang tersedia,
            yaitu analisis data debit banjir dan permodellan aliran (rainfall-runoff model).

            Sistem drainase permukaan pada jalan raya mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:


                                                                                               3
1) Membawa air hujan dari permukaan jalan ke pembuangan air
   2) Menampung air tanah (dari subdrain) dan air permukaan yang mengalir
       menuju jalan
   3) Membawa air menyebrang alinyemen jalan secara terkendali


Dua fungsi yang pertama dikendalikan oleh komponen drainase memanjang,
sementara fungsi ketiga memerlukan bangunan drainase melintang, seperti
culvert, gorong-gorong, dan jembatan.
a. Drainase Memanjang
   Makin lebar perkerasan makin besar daerah tangkapan air, sehingga
   meningkatkan kuantitas air hujan yang harus dibuang. Kemiringan
   memanjang untuk bahu jalan diharuskan tidak kurang dari 0,3% dan untuk
   daerah yang sangat datar tidak kurang dari 0,2%. Saluran terbuka di tepi
   jalan dapat dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi parit atau selokan
   (ditchs), talang (gutters), saluran menikung keluar (turnouts), saluran curam
   (chutes), parit intersepsi (intercepting ditchs).
b. Drainase Melintang
   Saluran melintang sering menelan biaya yang cukup besar, oleh karena itu
   sangat penting untuk melakukan analisis semua drainase melintang utama
   sepuanjang alinyemen jalan. Tipe drainase melintang dapat berupa :
       1) Fords
       2) Drifts
       3) Gorong-gorong (culverts)
       4) Jembatan




                                                                                   4
Tabel 1. Periode ulang debit rencana yang direkomendasikan untuk bangunan drainase
utama (Hassing, J.M. 1996)
         Kelas Jalan                                   Periode ulang (tahun)
         Jalan Tol (expressways)                       100
         Jalan Arteri (arterial roads)                 50
         Jalan Pengumpul (collector roads)             50
         Jalan Penghubung (access roads)               25


     1.2.2 Drainase Bawah Permukaan
            Pengaruh air pada perkerasan jalan akibat penetrasi air hujan melalui retak-
            retak, sambungan, permukaan perkerasan, bahu jalan, hasil infiltrasi air tanah
            dari muka air tanah yang tinggi, akifer yang terpotong, dan sumber air lokal.
            Pengaruh air yang terperangkap di dalam struktur perkerasan jalan, antara lain :
                1) Air menurunkan kekuatan material butiran lepas dan tana subgrade.
                2) Air menyebabkan penyedotan (pumping) pada perkerasan beton yang
                   dapat menyebabkan retakan dan kerusakan bahu jalan.
                3) Dengan tekanan hidrodinamik yang tinggi akibat pergerakan kendaraan,
                   menyebabkan penyedotan material halus pada lapisan dasar perkerasan
                   fleksibel yang mengakibatkan hilangnya daya dukung.
                4) Kontak dengan air yang menerus dapat menyebabkan penelanjangan
                   campuran aspal dan daya tahan keretakan beton
                5) Air menyebabkan perbedaan peranan pada tanah yang bergelombang.
           Pemilihan jenis material untuk selokan samping umumnya ditentukan oleh
           besarnya kecepatan rencana aliran air yang akan melewati selokan samping.
Tabel 2. Kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis material

         Jenis Bahan                            Kecepatan aliran air yang diizinkan
                                                (m/detik)
         Pasir Halus                            0,45
         Lempung Kepasiran                      0,50
         Lanau Aluvial                          0,60
         Kerikil Halus                          0,75
         Lempung kokoh                          0,75



                                                                                               5
Lempung padat                             1,10
          Kerikil kasar                             1,20
          Batu-batu besar                           1,50
          Pasangan batu                             1,50
          Beton                                     1,50
          Beton bertulang                           1,50
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA



            Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran, salah
            satunya adalah kemiringan saluran. Pada tabel 3 dapat dilihat hubungan antara
            kemiringan selokan samping dan tipe material yang digunakan.
Tabel 3. Hubungan kemiringan selokan samping (i) dan jenis material

          Jenis Material                            Kemiringan Selokan Samping
                                                    (%)
          Pasir Halus
          Tanah asli
          Napal kepasiran                           0 - 5
          Lanau Aluvial
          Kerikil Halus
          Lempung kokoh
          Lempung padat
                                                    5 - 10
          Kerikil kasar
          Batu-batu besar
          Pasangan batu
          Beton                                     10
          Beton bertulang
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA




                                                                                            6
Tabel 4. Hubungan kondisi permukaan dengan koefisien hambatan

           Kondisi lapis permukaan                        nd
           Lapisan semen dan aspal beton                  0,013
           Permukaan licin dan kedap air                  0,020
           Permukaan licin dan kotor                      0,010
           Tanah dengan rumput tipis dan
           gundul dengan permukaan sedikit 0,20
           kasar
           Padang rumput dan rerumputan                   0,40
           Hutan gundul                                   0,60
           Hutan rimbun dan hutan gundul rapat
           dengan hamparan rumput jarang 0,80
           sampai rapat
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA



Tabel 5. Hubungan kondisi permukaan tanah dan koefisien pengaliran (C)

             Kondisi Permukaan Tanah                           Koefisien
                                                               Pengaliran ( C )*
             1. Jalan beton dan jalan aspal                    0.70 - 0.95
             2. Jalan kerikil dan jalan tanah                  0.40 - 0.70
             3. Bahu jalan :
                    - Tanah berbutir halus                     0.40   -   0.65
                    - Tanah berbutir Kasar                     0.10   -   0.20
                    - Batuan masif keras                       0.70   -   0.85
                    - Batuan masif lunak                       0.60   -   0.75
             4. Daerah perkotaan                               0.70   -   0.95
             5. Daerah Pinggir Kota                            0.60   -   0.70
             6. Daerah industri                                0.60   -   0.90
             7. Pemukiman padat                                0.40   -   0.60
             8. Pemukiman tidak padat                          0.20   -   0.40
             9. Taman dan kebun                                0.45   -   0.60
             10. Persawahan                                    0.70   -   0.80
             11. Perbukitan                                    0.75   -   0.90
             12. Pegunungan
Sumber : Sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan,Dr. Ir. Suripin, M. Eng




                                                                                    7
Tabel 6. Kemiringan saluran memanjang(is)berdasarkan jenis material

             No. Jenis Material                   Kemiringan Saluran (is %)
             1.   Tanah asli                      0 - 5
             2.   Kerikil                         5 - 7,5
             3.   Pasangan                        7,5
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA



Tabel 7. Kemiringan saluran memanjang(is)berdasarkan jenis material




Sumber : Perencanaan sistem drainase jalan Pd. T-02-2006-B, DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM



         




                                                                                        8
1.3 Contoh Perencanaan Drainase
    1.3.1 Data kondisi




    1.3.2 Penentuan daerah layanan
                 Trase jalan pada peta rupabumi
                 Panjang segmen 1 saluran (L)= 200m ditentukan dari rute jalan yang
                 telah diplot di peta topografi daerah tersebut memungkinkan adanya
                 pembuangan kesungai di ujung segmen
                 Dianggap segmen saluran ini adalah awal dari sistem drainase sehingga
                 tidak ada debit masuk (Q masuk) selain dari A1,A2 ,A3
                 Gorong-gorong menggunakan beton


                                                                                         9
Direncanakan di ujung segmen aliran air akan dibuang ke sungai melalui
              gorong-gorong melintang badan jalan

              Perencanaan gorong-gorong, menampung debit air dari segmen yang
              ditinjau dan segmen sesudah itu.




1.3.3 Kondisi eksisting permukaan jalan
      Panjang saluran drainase (L)            =      200 meter
      L1 : perkerasan jalan (aspal)           =      5 meter
      L2 : Bahu jalan                         =      2 meter
      L3 : bagian luar jalan (perumahan)      =      10 meter


      Selanjutnya tentukan besarnya koefisien C (tabel 2)

      Aspal             : L1 , koefisien C1 = 0,70
      Bahu Jalan        : L2 , Koefisien C2 = 0,65
      Perumahan         : L3 , Koefisien C3 = 0,60


      Tentuan luas daerah
      Aspal        A1 = 5,00 m’ x 200,00 m’ = 1000 m2
      Bahu jalan A2 = 2,00 m’ x 200,00 m’ = 400 m2


                                                                                       10
Perumahan A3 = 10,00 m’ x 200,00 m’ = 2000 m2
        fk Perumahan padat                       = 2,0
       Koefisian pengaliran rata-rata




1.3.4 Waktu konsentrasi (Tc)
       Tc = t1 + t2                                                     (1)

       t1   =(                      )                                   (2)
                                √

       t2   =                                                           (3)

       Ket :     lo : jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
                 nd : Koefisien hambatan
                 is : Kemiringan daerah pengairan
                 V : Kecepatan air rata-rata pada saluran (m/dtk)
                 Tc : Waktu konsentrasi
                 L : Panjang saluran (m)
Sumber : Pedoman perencanaan sistem drainase jalan Pd. T-02-2006-B, DEPARTEMEN PU




                                        √


                                        √


                                            √
       t1 dari badan jalan = 1,00 + 0,86 = 1,86 menit
       t1 dari perumahan = 1,04 menit




                                                                                    11
1.3.5 Data curah hujan
      Data curah hujan dari pos pengamatan BMG sebagai berikut:




1.3.6 Tentukan intensitas curah hujan maksimum
      Menentukan curah hujan maksimum dengan memplotkan harga T c = 4,06 menit,
      kemudian tarik garis keatas sampai memotong lengkung intensitas hujan
      rencana pada periode ulang 5 tahun didapat : I = 190 mm/jam.




                                                                                  12
1.3.7 Hitung besarnya debit
      Perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut :
        Q = 0,00278 x C x I x A…………..(2.l)                  (Suripin, 2004:79)
      Keterangan :
      Q = Debit banjir rencana (m/dt)
      C = Koefisien pengaliran (tabel)
      I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
      A = Daerah pengaliran (m2)




             ⁄

             ⁄




1.3.8 Penentuan dimensi saluran
      Penentuan dimensi diawali dengan penentuan bahan
            Saluran direncanakan dibuat dari beton dengan kecepatan aliran yang
             diijinkan 1,50 m/detik ( Tabel 2 )
            Bentuk penampang : segi empat
            Kemiringan saluran memanjang yang diijinkan : sampai dengan 7,5%
             (Tabel 6)
            Angka kekasaran permukaan saluran Manning (dari Tabel 7) → n =
             0,013
1.3.9 Tentukan kecepatan saluran (V) < kecepatan ijin dan kemiringan saluran



                                                                                   13
V = 1,3 m/detik ( < V ijin = 1,50 m/detik )
            iS= 3% (disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan)




     Keterangan :
     V        = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik)
     Q        = Debit banjir rencana (m3/dtk)
     n        = Koefisien kekasaran
     R        = Radius hidrolik
     S        = Kemiringan saluran
     A        = Luas saluran (m2)
     P        = Keliling basah saluran (m)


            Dengan dimensi : h =0,5m
            maka R = A/P = (hxb)/(2h+b) = 0,5b/(1+b)
            Dari persamaan rumus didapat :




            maka lebar saluran (b) = 0,7m

     1.3.10 Tentukan tinggi jagaan saluran

                    √      √

Jadi gambar dimensi saluran drainase pemukaan :



                                                                     14
15
BAB II
             PERENCANAAN DRAINASE LAPANGAN TERBANG


2.1 Pendahuluan
           Airport adalah area daratan atau air yang secara regular dipergunakan untuk
     kegiatan tinggal landas (Take off) dan mendarat (landing) pesawat udara, dilengkapi
     dengan fasilitas untuk pendaratan, parkir pesawat, perbaikan pesawat,naik turun
     penumpang, dan barang sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.
          Sistem drainase pada Bandar udara sangat diperlukan untuk menjaga keselamatan
     moda transportasi, tidak mengurangi skid resistance ban, dan akibat buruk lainnya.
2.2 Landasan Teori
          Fungsi drainase lapangan terbang:

              1. Intersepsi dan mengalirkan air permukaan tanah yang berasal dari lokasi d
                 sekitar lapangan terbang
              2. Membuang air permukaan dari lapangan terbang
              3. Membuang air bawah tanah dari lapangan terbang
           Drainase permukaan, berfungsi untuk menangani air permukaan di sekitar
     lapangan terbang , khususnya yang berasal dari hujan. Langkah perencanaan: a.
     menentukan debit rencana (berupa aliran permukaan / runoff); b. menentukan layout
     drainase permukaan
         Drainase bawah permukaan berfungsi untuk membuang air dari base course,
     membuang air dari subgrade di bawah permukaan, menerima, mengumpulkan, dan
     membuang air dari mata air atau lapisan tembus air.
            Untuk saluran bawah tanah dapat dipakai pipa berlubang dengan bahan pipa
     terbuat dari metal, beton, PVC, dll. Lubang-lubang biasanya meliputi sepertiga dari
     keliling pipa. Berdasarkan pengalaman, pipa dengan diameter 6 inch (15 cm) sudah
     cukup untuk mengalirkan air.
           Dalam suatu perencanaan dan perancangan drainase lapangan terbang, perlu
     diperhatikan hal-hal berikut di bawah ini :
           Saluran drainase harus berada di bawah muka tanah dan tidak memotong
            landasan pacu, agar pada saat perawatan tidak mengganggu.
           Tanah di bawah runway, taxiway dan apron harus mempunyai daya dukung
            yang cukup kuatterhadap beban pesawat terbang yang lalu di atasnya.




                                                                                             16
 Air dari luar wilayah landasan terbang tidak boleh membebani sistem drainase
            lapangan udara. Genangan air akibat air hujan dan tebal salju maksimum 10
            cm di atas runway dan harus segera dapat dikeringkan.
           Kemiringan runway kecil sekali yaitu maksimum 1 % ke arah memanjang dan
            1,5 % ke arah melintang, denagn kemiringan shoulder ke arah melintang
            maksimum 2,5 – 5 %.
           Sistem drainase lapangan terbang harus baik. Tidak diperkenankan ada
            selokan terbuka, kecuali selokan keliling lapangan terbang (interception ditch)
            yang menampung air yang akan memasuki lapangan terbang dari daerah
            sekelilingnya.
           Saluran drainase lapangan terbang didesain dengan intensitas hujan 1 kali
            dalam 5 tahun terlampaui. Yang berarti dalam waktu 5 tahun boleh terjadi
            banjir 1 kali atau banjir dengan periode ulang 5 tahun.


2.3 Contoh Perencanaan Drainase
          Menurut peraturan FAA:

          -   Untuk lapangan terbang sipil digunakan hujan rencana dengan kala ulang 5
              tahun
          -   Untuk lapangan terbang militer digunakan hujan rencana dengan kala ulang 2
              tahun
          -   Penentuan layout sistem drainase permukaan didesain berdasarkan hasil akhir
              peta kontur landasan pacu (runway), landasan taksi (taxiway), dan apron.
          -   Layout harus dapat menghindari gerusan dan pengendapan saluran.
          -   Jika digunakan saluran bulat maka diameter minimumnya tidak boleh kurang
              dari 12 inchi (30 cm).
          -   Jarak antar inlet (lubang pemasukan) ke arah memanjang berkisar antara 60 –
              120 m sedangkan jauhnya tidak lebih dari 75 ft (22,5 m) dari tepi perkerasan.
          -   Inlet pada apron diletakkan pada perkerasan.

          Pedoman acuan perencanaan biasanya mengacu pada:
                 FAA (Federal Aviation Administration)
                 ICAO (International Civil Aviation Organization)
                  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 2001 tentang
                 kebandarudaraan
                 Kepmen perhubungan No.KK 44 Tahun 2002 tentang Tatanan
                 Kebandarudaraan Nasional




                                                                                              17
2.3.1 Contoh Gambar Rencana Drainase


Tampak atas landacan pacu




Ket :        : Inlet (saluran pemasukan air permukaan)

             : jalur drainase




                                                         18
Detail saluran bawah permukaan




Penampang Melintang Runway




                                  Pipa pembuangan




                Aggregat halus

                Aggregat kasar

               Pipa bawah tanah




                                                    19
BAB III
                          PERENCANAAN DRAINASE PERTANIAN


3.1.   Pendahuluan

           Dalam          merancang     bangun suatu             drainase      agar    tidak     terjadi kelebihan
       pada lahan pertanaman, yang perlu diperhatkan yaitu jenis tanah dan lahan yang akan
       diberi saluran drainase, kondisi iklim terutama curah hujan, kedalaman permukaan air
       tanah yang sesuai untu jenis tanaman yang dibudidayakan. Dengan adanya drainase
       yang       baik,     maka     tanaman tidak            akan mengalami genangan berlebih sehingga
       produktivitas tanaman meningkat.

           Pada pelaksanaannya penggalian-penggalian saluran dan penempatan pipa
       hendaknya          mentaati     apa      yang      telah dirancangkan,          baik      secara    random,
       paralel,     atau     secara mengikuti          arah     garis     kontur      atau     secara     memotong
       lereng seperti yang telah dirancangkan oleh ahli irigasi.                                Dengan demikian
       saluran drainase minimal sebaiknya disesuaikan dengan saluran air irigasi, agar
       lebih menguntungkan terutama dalam pemeliharaannya di kemudian hari. Saluran
       irigasi dan drainase            diberi     jalan       inspeksi,    untuk melancarkan pengawasan
       dan pemeliharaan saluran-saluran tersebut.
           Penggalian secara random (tidak teratur) diterapkan pada                                     lahan-lahan
       pertanaman dengan penurunan yang cukup dalam danlebar. SAluran-saluran
       yang        digali      menghubungkan              suatu penurunan dengan penurunan lainnya.
       Sedangkan pada lahan-lahan                pertanaman             yang       yang       merupakan       lahan
       penurunan dangkal             sampai      hamper          dangkal       dengan         topografi     teratur,
       penggalian seluruh drainase dibuat sejajar antara satu dengan yang lainya. Penggalian
       saluran drainase pada lahan pertanaman yang berkemiringan dilakukan dengan
       jalan memotong lereng atau mengikuti garis kontur, sehingga kecepatan aliran airnya
       dapat terbatasi dan erosi dapat dicegah.




                                                                                                                       20
3.2.   Landasan Teori

             Agar   dapat    melakukan pekerjaan       untuk    mengatasi    masalah pengatusan
       pertanian dengan baik haruslah dilakukan tindakan survai dan penyidikan kondisi
       lahan serta mengkaji data historis yang tersedia. Dalam melakukan survai
       dan penyidikan ini dibutuhkan pengumpulan semua data yang ada termasuk peta
       rancangan dan catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah pengatusan yang
       ada serta wawancara dengan nara sumber. Data yang telah terkumpul ini kemudian
       dievaluasi untuk dapat dipakai mengidentifikasi masalah. Data yang diperlukan antara
       lain :
        1.      Peta, termasuk peta situasi dan topografi, peta tanah, peta geologi,
                peta air tanah, tata guna tanah dan tata jaringan irigasi dan drainase
        2.      Data : data klimat termasuk curah hujan, data debit sungai, data pola tanam dan
                tata tanam, hasil dan produksi tanaman
        3.      Data lainnya yang berhubungan dengan masalah tersebut, antara lain
                ketersediaan dan kapasitas outlet saluran pengatus, data ketersediaan pompa
                beserta suku cadang dan bengkel perbaikan


3.3.   Contoh perencanaan

       Berikut adalah contoh perencanaan saluran irigasi-drainase pertanian.

       Saluran pembuang dilambangkan dengan
       Saluran Induk dilambangkan dengan




                                                                                                  21
22
23
24
BAB IV

                   PERENCANAAN DRAINASE REL KERETA API




4.1. Pendahuluan

       Sistem pematusan/drainase, yaitu sistem pengaliran pembuangan air disuatu daerah
jalan rel agar tidak sampai terjadi penggenangan.Sistem Drainase berfungsi :

           a. Mengurangi pengaruh air yang dapat merubah konsistensi tanah sehingga
              tubuh jalan selelu dalam kondisi firm (mantap, keras dan padat). Akibatnya
              pembentukan kantong-kantong balas tidak terjadi.
           b. Tidak ada genangan air tubuh jalan), di mana ini akan menyebabkan terjadinya
              pembuangan lempung dan gaya (efek) pompa disaat kereta api lewat yang bisa
              maikin memperlemah kestabilan dan kekuatan jalan rel.
           c. Perjalanan kereta ap tidak terganggu Perencanaan pematusan harus
              dikonsultasikan secara seksama kestaf perencanaan jalan K.A.



                                                                                             25
Ada 3 (tiga) macam Drainase, yaitu:

a. Pematusan permukaan (Surface Drainage)

b. Pematusan bawah tanah (Sub- Drainage)

c. Pematusan lereng (Drainage of Slope)

Diperlukan tidaknya salah satu atau semua dari ketiga macam drainase tersebut harus
dianalisa dengan seksama




            Rel                                          Balast




                                                         REL




                       BANTALAN REL



                                                                                 BALAST



.




                                                                                          26
4.2. Landasan Teori

Tujuan drainase yang baik pada rel kereta:

    Menghindari genangan
    Mencegah erosi pada ballast
    Menjaga badan jalan kereta tetap stabil
    Menjaga kuat daya dukung konstruksi

          Dasar-dasar perencanaan, sejajar dengan jalan kereta api dibuat selokan drainase di
   kiri dan kanan badan rel, pada ballast atau alas jalan bagian bawahnya diberi konstruksi
   drain atau batu kosongan melintang jalan dengan jarak antara 6m diselang-seling kiri
   kanan, untuk mengeringkan dengan segera air hujan yang meresap.

          Talud pada jalankereta api di atas timbunan juga harus dilindungi terhadap erosi
   dengan membuat konstruksi drain terbuka, batu kosongan yang dilapisi ijuk untuk
   menjaga butir-butir tanah tidak ikut larut terbawa air hujan. Konstruksi ini berfungsi
   memperkuat talud. Drain batu kosongan ini pada bagian bawahnya disambung dengan
   selokan drainase yang sejajar sumbu jalan.

          Kea rah memanjang juga harus diperhatikan mengenai kemiringan selokan,
   minimal 2%, maksimal 10%. Jika kemiringan > 10% harus dibuat konstruksi bertangga
   agar air hujan tidak menimbulkan erosi.

          Penampang Melintang rel kereta




                                                                                                27
Tampak samping, batu kosongan melintang selang-seling




4.3. Contoh Gambar Rencana




                                                          28
29
BAB V

     PERENCANAAN SISTEM DRAINASE RUMAH TEMPAT TINGGAL

5.1. Pendahuluan

           Dalam pembuatan tempat tinggal dan perumahan, perlu diperhatikan saluran yang
akan dibuat. Saluran drainase merupakan suatu jaringan untuk menampung limpasan
permukaan dan limbah rumah tangga. Perumahan Puri Edelweis dimana perumahan ini
merupakan salah satu perumahan besar di kota Probolinggo, masih memiliki kekurangan
dalam hal saluran drainase terutama saluran primernya. Masih banyak terjadi kerusakan pada
dinding salurannya dan dimensi salurannya kurang sesuai dengan perencanaan.Berdasarkan
uraian sebelumnya, maka akan direncanakan jaringan drainase yang sesuai dengan daerah
tersebut sehingga nantinya dapat berfungsi dengan baik dan tidak merugikan mayarakat
sekitar.




5.2. Landasan Teori

Drainase

Drainase atau disebut juga saluran pembuangan memiliki fungsi sebagai saluran untuk
mengalirkan air buangan atau air kotor dan juga limbah yang berasal dari rumah. Dalam
bidang ketekniksipilan, secara umum drainase diartikan sebagai suatu tindakan untuk
mengurangi kelebihan air baik dari air hujan, rembesan, maupun irigasi.

Macam-macam Drainase

1. Menurut Asalnya, menurut asalnya drainase dibedakan menjadi saluran alam (natural)
   dan saluran buatan (artificial).

2. Menurut Letak Saluran

    1. Drainase Permukaan
       a. Drainase Memanjang
       b. Drainase Melintang
    2. Drainase Bawah Permukaan
       Drainase bawah permukaan mempunyai fungsi utama yaitu untuk menampung dan
       membuang air yang masuk ke dalam strukur jalan, sehingga tidak sampai
       menimbulkan kerusakan pada jalan (Suripin, 2004:272).


                                                                                             30
3. Macam Drainase Menurut Konstruksi
    Saluran terbuka
    Saluran tertutup
4. Menurut Fungsi Drainase

   a) Single Purpose
   b) Multi Purpose
Syarat – Syarat Perencanaan

      Syarat itu meliputi tegangan geser, kecepatan ijin, tegangan geser, jenis aliran, dan
banjir rencana.

Data-data yang Dibutuhkan

Data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan saluran drainase tersebut meliputi:

1. Data hidrologi, yaitu data curah hujan dari stasiun hujan yang terdekat dengan lokasi
2. Peta topografi
3. Peta situasi
Lay Out Jaringan Drainase

Penentuan lay out sistem drainase permukaan didesain berdasarkan hasil akhir peta kontur.

Analisis Hidrologi

Penyiapan Data Curah Hujan

      Data curah hujan yang digunakan dalam perencanaan drainase adalah data curah hujan
harian maksimum minimal 10 tahun terakhir dari 3 stasiun hujan terdekat. (Loebis, 1984:8)

Uji Konsistensi

     Uji konsistensi adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk mengecek konsisten dan
tidak konsistennya suatu data hujan yang akan digunakan dalam suatu perencanaan
(Soemarto, 1987:38).

     Agar data hujan tersebut konsisten, maka harus dikalikan dengan faktor koreksi.

Rumus yang dipakai adalah :

              tanβ
       fk         ………………. ..................................(2.a) (Soemarto, 1987 : 38)
              tanγ

     Keterangan :

     fk         = Faktor koreksi.




                                                                                              31
tanβ        = Arah garis lurus sebagai trend baru.

     tanγ        = Arah garis lurus sebagai trend lama.

Uji Homogenitas

     Setelah uji konsistensi dilakukan maka dilanjutkan dengan uji homogenitas yaitu suatu
pengujian yang dilakukan untuk mengecek homogen atau tidak homogennya suatu data yang
akan digunakan dalam perencanaan. Suatu kumpulan data yang akan dianalisis harus
homogen.

      Uji homogenitas dilakukan dengan meninjau apakah plot titik (N, TR) pada kertas
grafik homogenitas berada pada batas yang homogen.

     Keterangan :

     N           = Jumlah data.

                     R 10
     TR’         =        .x.T R sebagai ordinat. ..........................(Soemarto, 1987 : 38)
                      R

     R10         = Curah hujan rancangan dengan kala ulang 10 tahun.

     R           = Rata-rata curah hujan.

     TR          = Kala ulang untuk R.

Curah Hujan Daerah

     Curah hujan daerah merupakan curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang
bersangkutan dan bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Tinggi rata-rata curah hujan
didapatkan dengan mengambil harga rata-rata hitung (arithmetic mean) karena data yang
digunakan adalah curah hujan harian pada penakar hujan dalam areal tersebut. Jadi :

            d1 .  .d 2 .  .d 3 ................  d n   n
                                                            d
     d                                                   1 …….. (2.b) (Soemarto, 1987 : 31)
                                n                         1 n


     Keterangan :

     d                             = Tinggi curah hujan rata-rata areal

     d1, d2, d3…….dn               = Tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, 3……n

     n                             = Banyaknya pos penakar

Pengolahan Data




                                                                                                    32
Curah Hujan Rancangan

Metode yang digunakan dalam menghitung curah hujan rancangan adalah Log Pearson tipe
III

   a. Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X
   b. Hitung harga rata-rata :
                        n

                        logXi
                       i l
       Log X =                       …………………. (2.c)
                              n

   c. Hitung harga simpangan baku :

       Si =
                      (logXi  logX)   2

                                            ………………… (2.d)
                              n 1

   d. Hitung koefisien kepencengan.
           n. (logXi  logX) 2
      Cs =                      ………………… (2.e)
             (n  1)(n  2)Si 3

    e. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ualang dengan rumus
    f. Log X = Log X + G. S…………………… (2.f)
    g. Harga G tergantung dari koefisien skew (Cs) dan tingkat probabilitasnya, pada tabel
       yang merupakan nilai – nilai distribusi log pearson III.
    h. Menghitung harga curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu dengan
       antilog X.
    i. X = Invers log X
Uji kecocokan

       Penguji parameter digunakan untuk menguji kecocokan distribusi frekuensi sampel
data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau
mewakili distribusi frekuensi tersebut. Pengujian parameter yang sering dipakai adalah uji
Chi-Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov.

Uji Chi-Kuadrat

Pengambilan keputusan dari uji ini menggunakan parameter X 2, yang dapat dihitung dengan
rumus berikut :

              G      O i  E i 2 ……………….. (2.g)
     X2  Σ
      h                                                     (Suripin, 2004:57)
              i 1      Ei

     Keterangan :

     X2
      h              = Parameter Chi-Kuadrat terhitung.



                                                                                             33
G         = Jumlah sub kelompok.

     Oi        = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i.

     Ei        = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i.

Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut:

1. Apabila peluang lebih dari 5%, maka persamaan distribusi yang digunakan dapat diterima.

4. Apabila peluang kurang dari 1%, maka persamaan distribusi yang digunakan tidak dapat
    diterima.
5. Apabila peluang berada diantara 1-5%, maka tidak mungkin mengambil keputusan, misal
    perlu data tambahan.
Uji Smirnov-Kolmogorov

Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut juga uji kecocokan non-parametric,
karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur pelaksanaannya
adalah sebagai berikut :

1. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang dari
   masing-masing data tersebut
   X1 = P(X1)

   X2 = P(X2)

   X3 = P(X3), dan seterusnya.

2. Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data (persamaan
   distribusinya)
   X1 = P(X1)

   X2 = P(X2)

   X3 = P(X3), dan seterusnya

3. Dari kedua nilai tersebut, tentukan selisih terbesarnya antar peluang pengamatan dengan
    peluang teoritis.

   D = maksimum (P(Xn) – P’(Xn))

4. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-kolmogorov test) tentukan harga Do.



Intensitas Curah Hujan




                                                                                             34
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Intensitas Curah
Hujan dapat dibuat dengan Rumus Mononobe, rumus ini digunakan apabila data hujan
jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian. Rumus yang digunakan
adalah:
                         2
       R  24  3
    I  24   ……………….(2.h)                                       (Suripin, 2004 : 67)
        24  t 

   Keterangan :

   I        = Intensitas curah hujan (mm/jam).

   R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).

   t        = Lamanya curah hujan (jam).

Perhitungan Waktu Konsentrasi

         Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan untuk mengalir dari
titik terjauh pada suatu daerah pengaliran menuju titik tertentu yang ditinjau sehingga akan
didapatkan debit yang maksimum. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan membedakannya
menjadi dua komponen yaitu waktu konsentrasi terdiri dari waktu yang dibutuhkan oleh air
hujan untuk mengalir diatas permukaan tanah ke saluran yang terdekat (to) dan waktu yang
diperlukan air hujan mengalir di dalam saluran (td), sehingga :

       t c  .t o .  .t d                                        (Suripin,2004 : 82)

       Untuk to dapat dihitung dengan rumus :

            2                n 
       to   .x.3,28.x. L.x.
            3                   menit …………(2.i)
                                                                 (Suripin, 2004 : 82)
                              S

       Sedangkan untuk td dapat dihitung dengan rumus :

               Ls
       td        menit………………………….. (2.j)                         (Suripin, 2004 : 82)
              60V

       Keterangan :

       tc           = Waktu konsentrasi dalam jam.

       to           = Waktu limpasan menuju saluran (menit).

       td           = Waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainnya (menit).




                                                                                               35
n          = Angka kekasaran Manning

      S          = Kemiringan lahan.

      L          = Panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m).

      Ls         = Panjang lintasan lahan di dalam saluran/sungai (m).

      V          = Kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik).

Debit Banjir Rancangan

      Besarnya debit banjir rencana air hujan diatas permukaan tanah (limpasan hujan) ke
saluran air hujan air hujan yang ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

1.   Luas permukaan daerah aliran.
2.   Jenis permukaan tanah.
3.   Intensitas hujan yang terjadi.
4.   Nilai koefisien kekasaran pengaliran
         Perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut :

          Q = C x I x A ……………..(2.k)                         (Suripin, 2004:79)

          Keterangan :

          Q = Debit banjir rencana (m/dt)

          C = Koefisien pengaliran (tabel)

          I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

          A = Daerah pengaliran (m2)

          Jika A dalam Ha maka :

          Q = 0,00278 x C x I x A…………..(2.l)                 (Suripin, 2004:79)

Debit Air Kotor

      Debit air kotor adalah debit yang berasal dari buangan aktivitas penduduk seperti
mandi, cuci dan lain-lain baik dari lingkungan rumah tangga, bangunan (fasilitas) umum atau
instansi, bangunan komersial, dan sebagainya.




                                                                                              36
Tabel Pembuangan Limbah Cair Rata-Rata Per Orang Setiap Hari

                                                   Volume Limbah
                                                                          Beban BOD
                   Jenis Bangunan                       Cair
                                                                        (gram/orang/hari)
                                                   (liter/orang/hari)

Daerah Perumahan :                                         -                    -

- Rumah besar untuk keluarga tunggal.                     400                 100
- Rumah tipe tertentu untuk keluarga tunggal.
- Rumah untuk keluarga ganda (rumah susun).               300                  80
- Rumah kecil (cottage).
(Jika dipasang penggilingan sampah, kalikan BOD       240 – 300                80
dengan faktor 1,5)
                                                          200                  80

Perkemahan dan Motel :

-   Tempat peristirahatan mewah.                      400 – 600               100
-   Tempat parkir rumah berjalan (mobile home).
-   Kemah wisata dan tempat parkir trailer.               200                  80
-   Hotel dan motel.
                                                          140                  70

                                                          200                  50

Sekolah :

- Sekolah dengan asrama.                                  300                  80
- Sekolah siang hari dengan kafetaria.
- Sekolah siang hari tanpa kafetaria.                     80                   30

                                                          60                   20

Restoran :

- Tiap pegawai.                                           120                  50
- Tiap langganan.
- Tiap makanan yang disajikan.                         25 – 40                 20

                                                          15                   15

Terminal transportasi :

- Tiap pegawai.                                           60                   25
- Tiap penumpang.
                                                          20                   10




                                                                                            37
Rumah sakit.                                               600 - 1200    30

 Kantor                                                        60         25

 Teater mobil (drive in theatre), per tempat duduk.            20         10

 Bioskop, per tempat duduk.                                  10 - 20      10

 Pabrik, tidak termasuk limbah cair industri dan             60 - 120     25
 cafeteria.

Sumber : Soeparman dan Suparmin, 2001:30

Analisis Hidrolika

Bentuk-bentuk Saluran Drainase

                Dalam perencanaan ini, bentuk yang digunakan adalah :

1. Segiempat/persegi




                              Gambar 1: Penampang Persegi

2. Lingkaran


                       D
                                                        h




                       Gambar 2: Penampang Lingkaran

Perencanaan Dimensi Saluran

Rumus kecepatan rata-rata pada perhitungan dimensi penampang saluran menggunakan
rumus Manning, karena rumus ini mempunyai bentuk yang sederhana tetapi memberikan
hasil yang memuaskan. Untuk menghitung saluran dapat dihitung dengan menggunakan
rumus-rumus sebagai berikut :



                                                                                    38
Manning
               2    1
          1
     V=     R 3 . S 2 …………………….(2.m)
          n

          A
     R=     …………………………….(2.n)
          P

     Q= V . A ………………………......(2.o)

     Keterangan :

     V         = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik)

     Q         = Debit banjir rencana (m3/dtk)

     n         = Koefisien kekasaran

     R         = Radius hidrolik

     S         = Kemiringan saluran

     A         = Luas saluran (m2)

     P         = Keliling basah saluran (m)

Tinggi Jagaan (Free Board)

     Jagaan suatu saluran adalah jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air pada
kondisi rencana. (Chow 1985:158 )

Kecepatan Maksimum dan Minimum yang Diijinkan

1. Kecepatan Maksimum adalah kecepatan rata-rata terbesar yang tidak akan menimbulkan
   erosi pada tubuh saluran. (Chow 1984:164)

   Kecepatan-kecepatan maksimum pada aliran sub kritis, dalam pemakaiannya dianjurkan
   seperti dalam KP-03, 1986:39, sebagai berikut :

   -                   Pasangan batu    : 2 m/dt
   -                   Pasangan beton   : 3 m/dt
2. Kecepatan Minimum adalah kecepatan terendah yang tidak akan menimbulkan
    sedimentasi dan mendorong pertumbuhan tanaman air dan ganggang. Untuk kecepatan
    rata-rata yang diizinkan kurang dari 0,6 m/det biasanya cukup untuk mencegah
    tumbuhnya tanaman air yang dapat menurunkan kapasitas angkut atau kapasitas hantaran
    suatu saluran (KP-03, 1986:79).




                                                                                            39
Jenis Aliran

     Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan kritis (
kecepatan yang diijinkan ). Jika kecepatan aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis (Fr <
1), maka alirannya disebut subkritis, sedangkan jika kecepatan alirannya lebih besar daripada
kecepatan kritis, maka alirannya disebut superkritis (Fr > 1).(Anggrahini,1997:47)

      Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah bilangan Froude (Fr)
yaitu perbandingan antara kecepatan dengan gaya gravitasi. Bilangan Froude untuk saluran
didefinisikan sebagai :

             V                                             (Anggrahini,1997:47)
     Fr 
            g.x.h
     Keterangan :

     V         = Kecepatan aliran (m/dt),

     h         = Kedalaman aliran (m),

     g         = Percepatan gravitasi (m/dt2)

Jenis-jenis Pasangan

Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran. Tetapi pada prakteknya di
Indonesia hanya ada tiga bahan yang dianjurkan pemakaiannya:

- Pasangan batu
- Beton, dan
- Tanah (KP-03, 1986:36).
Bangunan Pelengkap

Gorong-gorong



                                             x
                                         y
                                                 r
                     D
                                                           d




5.3. Contoh Gambar Desain

Perhitungan Curah Hujan Daerah



                                                                                                40
Curah hujan daerah adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan,
bukan curah hujan pada satu titik tertentu. Data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah
data akhir hasil konsistensi yang homogen. Dalam perencanaan ini metode perhitungannya
digunakan metode rata-rata aljabar karena data yang digunakan merupakan data hujan harian
maksimum tiap tahun.

                        Tabel Perhitungan Curah Hujan Daerah


                                                                          RATA-
         No     Tahun        STASIUN          STASIUN       STASIUN       RATA

                             Wonoasih         Jorongan      Triwung

          1     1997             98              105           142         115,000

          2     1998             92               54           118         88,000

          3     1999             64               80            92         78,667

          4     2000             96               91            84         90,333

          5     2001            102               90           127         106,333

          6     2002             87               76           118         93,667

          7     2003            111              102           101         104,667

          8     2004          127.647             78         163.881       123,176

          9     2005           69.276            100         118.279       95,852

         10     2006           54.523             63         106.879       74,801

Pengolahan Data

Perhitungan Curah Hujan Rancangan

Metode Log Person

     Setelah menghitung curah hujan daerah kemudian dihitung besarnya curah hujan
rancangan dengan Metode Log Pearson type III.

        Tabel 4: Perhitungan Curah Hujan Daerah dengan Log Person Tipe III




                                                                                               41
Log X - Log
                                             X
                                                            (Log X -   (Log X - Log
Curah       X        P(%)       Log X                       Log X)²        X)³

Hujan

 115      123,176 9,090909       2,091         0,108         0,0118      0,00127

  88      115,000    18,182      2,061         0,079         0,0062      0,00049

78,667    106,333    27,273      2,027         0,045         0,0020      0,00009

90,333    104,667    36,364      2,020         0,038         0,0014      0,00005

106,333   95,852     45,455      1,982         0,000         0,0000      0,00000

93,667    93,667     54,545      1,972        -0,011         0,0001      0,00000

104,667   90,333     63,633      1,956        -0,026         0,0007      -0,00002

123,176   88,000     72,727      1,944        -0,038         0,0014      -0,00005

95,852    78,667     81,818      1,896        -0,086         0,0074      -0,00064

74,801    74,801     90,909      1,874        -0,108         0,0117      -0,00127

                    jumlah      19,821   jumlah              0,0427      -0,00008

                    Rata2        1,982   s                   0,0689

                                         Cs                               -0,03

Uji kecocokan

Uji Chi-Kuadrat

Uji Chi-Kuadarat digunakan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang telah
dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis.

                             Tabel 5: Perhitungan Chi-Kuadrat

                                       X            X       (X em-X
                     n       Tahun   empiris     teoritis   t)2/X t




                                                                                      42
a         B              c      d              e

                      1        1999      123,176 130,000        0,3582

                      2        2000      115,000 119,120        0,1425

                      3        2002      106,333 111,500        0,2394

                      4        2006      104,667 106,000        0,0168

                      5        2003      95,852     96,850      0,0103

                      6        2005      93,667     95,620      0,0399

                      7        2001      90,333     94,032      0,1455

                      8        1998      88,000     92,000      0,1739

                      9        2004      78,667     80,130      0,0267

                     10        1997      74,801     77,435      0,0896

                                         970,496

                                                     ∑x²        1,2428

Diperoleh ΣX2 tabel = 14,067 (derajat kepercayaan 5 %)

ΣX2 tabel lebih besar daripada ΣX2 hitung, maka distribusi yang dipakai sesuai.

Uji Smirnov-Kolmogorov

     Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut juga uji kecocokan non-parametric,
karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu.

                                Tabel 6: Uji Smirnov Kolmogorov

              No          Ch            P             P       [ΔP]

                     Empiris          Empiris      Teoritis

              1      123,176           9,091         6,0      0,031

              2      115,000          18,182        11,3      0,069

              3      106,333          27,273        26,0      0,013

              4      104,667          36,364        30,9      0,055



                                                                                          43
5        95,852     45,455        58,0      -0,125

               6        93,667     54,545        66,0      -0,115

               7        90,333     63,636        70,2      -0,066

               8        88,000     72,727        72,0      0,007

               9        78,667     81,818        88,1      -0,063

               10       74,801     90,909        97,0      -0,061



          Dilihat dari tabel nilai ∆P yang paling maksimum adalah 0,069

Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-kolmogorov test)

n = 10

Do = 0,410---- 0,069 < 0,410 (Sesuai)

Perhitungan Waktu Konsentrasi

Contoh perhitungan blok NC saluran 7 - 8

1.   Blok NC Saluran 7 - 8
2.   Jenis saluran              = Tersier→TR = 5 Tahun
3.   Ls (panjang saluran)       = 30,000 m
4.   L (panjang limpasan)       = 15,000
     a. Jalan    = 4,5 m (jarak as jalan ke saluran)

     b. Blok   = 15,000 m (panjang bagian belakang rumah ke saluran)

5. A (Luas) = 450,000 m2
   a. Jalan = 135,000 m2

     b. Blok   = 450,000 m2

6. S (kemiringan limpasan)
   a. Jalan   = 0.02

     b. Blok   = 0,005

7. n (Koefisien kekasaran)
   a. Jalan   = 0.013

     b. Blok   = 0,02




                                                                          44
8. C (koefisien limpasan)
   a. Jalan   = 0,8 aspal

   b. Blok         = 0,6

9. V (kecepatan rata-rata aliran dalam saluran)
   Karena kecepatan rata-rata dalam saluran =

   a. Jalan        = 0,6 m/dt

   b. Blok         = 0,4 m/dt

10. R24 (curah hujan maksimum harian selam 24 jam (mm))
    a. Jalan   = 109,647 mm.

   b. Blok         = 109,647 mm.

11. to (waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan (waktu limpasan)
    menuju saluran terdekat)
          2                n 
     to   .x.3,28.x. L.x.
          3                  
                              
                            S

               2                n 
    to jalan   .x.3,28.x. L.x.
               3                  
                                   
                                 S

               2                    0,016 
    to jalan   .x.3,28.x. 6,000.x.        
               3                     0,020 
                                           

           = 1,095 menit

             2                     0,030 
    toblok   .x.3,28.x. L12,750x.        
             3                      0,005 
                                          

          = 1,025 menit.

12. td (waktu aliran pada saluran dari satu titik ketitik lainya)
           Ls
     td      menit
          60V

   60 = satuan konversi dari jam ke menit.

                  108,750
    td jalan 
                 60.x.0,600

           = 0,833 menit.



                                                                                       45
108,750
   td blok 
               60.x.0,400

        = 1,25 menit

   tc (waktu konsentrasi dalam jam)

   t c  .t o .  .t d

   tc jalan        = to + td

                   = 1,095 + 0,833

                   = 1.929 menit = 0,032 jam.

   tc blok         = to + td

                   = 1,025 + 1,25

                   = 2,275 menit = 0,038 jam.

Perhitungan Intensitas Curah Hujan

Untuk menghitung intensitas curah hujan digunakan rumus Mononobe, karena data yang ada
adalah data curah hujan harian.

Curah Hujan (R24) pada kala ulang 10 tahun = 117,489 mm.

Rumus Mononobe
                         2
      R  24  3
   I  24                                     (Suripin,2004:67)
       24  t 

   Keterangan :

   I      = Intensitas curah hujan (mm/jam).

   R24 = Curah hujan maximum dalam 24 jam (mm).

   t      = Lamanya curah hujan (jam).




                                                                                         46
Contoh perhitungan
                  2
   R  24  3
I  24  
    24  t 

                               2
            117,489  24  3
I jalan                
              24  0,032 

          = 376,817 mm/jam.
                              2
            117,489  24  3
I blok                 
              24  0,038 

          = 337,521 mm/jam

Debit Banjir Rancangan

Contoh perhitungan pada blok C1 saluran 7 – 8.

            Jika A dalam Ha maka :

            Q         = 0,00278 x C x I x A

            Q blok = 0,00278 x 0,600 x 337,521 x 0,045            = 0,025 m3/dtk.

            Q jalan = 0,00278 x 0,800 x 376,817 x 0,014           = 0.011 m3/dtk.

            Q total = 0,025 + 0,011

                      = 0,036 m3/dtk.

Debit Air Kotor

Debit air kotor diperhitungkan sebagai berikut:

Debit air buangan tiap orang = 300 lt/orng/hari

                                    = 0,003472222 lt/org/jam

                                    = 0,000003472 m3/org/detik.

Pada saluran 7 – 8

1. Jenis saluran                              : tersier
2. Jumlah rumah                               : 2 unit
3. Tipe rumah                                 : 60


                                                                                    47
4. Banyaknya penghuni                 : 5 orang/rumah
5. Jumlah penghuni total              : 10 orang
6. Debit air kotor (Q)                : 10 x 0,000003472
                                      : 0,0000347 m3/dtk.

Perhitungan Debit Kumulatif

       Debit total saluran drainase adalah penjumlahan dari debit air hujan dan debit air kotor
dari rumah tangga.

Contoh perhitungan 1 untuk saluran 7 - 8

1. Saluran                    :7–8

2. Saluran sebelumnya         :-

3. Jenis saluran              : Tersier

4. Limpasan dari              : blok dan jalan

5. Debit aliran air hujan(Q1) :

                                 Blok     : 0,025 m3/detik.
                                 Jalan    : 0,010 m3/detik.
6. Debit aliran air kotor(Q2) : 0,0000347m3/detik

7. Debit total                : Q1 + Q2

                              : (0,025+0,010) + 0,0000347

                              : 0,035 m3/detik.

Contoh perhitungan 2

1. Saluran                    :8–9

2. Saluran sebelumnya         :7–8

3. Q 7 – 8                    : 0,0367 m3/detik.

4. Jenis saluran              : Sekunder

5. Limpasan dari              : blok dan jalan

6. Debit aliran air hujan(Q1) :

                                 Blok      : 0,042 m3/detik.
                                 Jalan     : 0,016 m3/detik.
                                           3
7. Debit aliran air kotor(Q2) : 0,0000694 m /detik


                                                                                                  48
8. Debit total                     : Q1 + Q2 + Q7 - 8

                                   : (0,042 + 0,016) + 0,035

                                   : 0,093 m3/detik.

Perencanaan Dimensi Saluran

Contoh perhitungan untuk blok NC saluran 7 – 8

- Panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (Ls)             =30,000 m

- Elevasi muka tanah asli di titik 7      = 17,640 m

- Elevasi muka tanah asli di titik 8      = 17,600 m

                                              elevasi.7  .elevasi.8
- Kemiringan tanah asli                   =
                                                        Ls

                                              17,640  17,600
                                          =                   m
                                                  30,000

                                          = 0,0013

- Lebar (B) dicoba 0,80 m

                               B
    - Dipakai tinggi (h) =
                               2

                               0,8
                           =       = 0,4 m.
                                2

    - Luas penampang basah (A)            = B.h

                                          = 0,8.0,4

                                          = 0, 32 m2

    - Keliling basah (P)                  = B+2h

                                          = 0,8 + 2.0.4

                                          = 1.6 m

                                              A
    -Jari-jari hidraulik (R)              =
                                              P




                                                                               49
0.24
                                            =
                                                    1 .4

                                            = 0.2 m

-Koefisien Kekasaran Manning

    Dari tabel 2.9 untuk nilai n bata dalam adukan semen nilainya 0,025

- Kecepatan aliran dalam saluran (V)
                        2      1
                 1
    V        =     .x.R 3 .x.s 2
                 n
                               2                1
                 1
             =       .x.0,2 3.x.0,0013 2
               0,025

             = 0,493 m/dt

        Kecepatan yang dizinkan antara 2 m/detik sampai 0,6 m/detik, sehingga kecepatan
        aliran tidak memenuhi namun lebar bisa dipakai. Jadi penyelesaiannya dengan cara
        mengurangi elevasi akhir sebesar 0.03 m.

                                       elevasi awal.  .elevasi akhir
  - Kemiringan lahan (s) =
                                                    Ls

                                       (16,640  0,03)  16,570
                                   =                            m
                                               30,000

                                   = 0,012
                        2      1
                 1
    V        =     .x.R 3 .x.s 2
                 n
                                   2            1
                 1
             =       .x.0,20 3 .x.0,012 2
               0,025

             = 1,478 m/dt

- Debit (Qhitung)      =VxA

                       = 1,478 x 0,32

                       = 0,473 m/dt




                                                                                           50
- Q rencana         = 0,035 m/dt

Karena debit hitung lebih besar dari debit rencana maka dimensi yang direncanakan bisa
dipakai.

                                   V        1,478
- Bilangan froude (Fr)     =            =               = 0,747
                                  g.x.h     9,8.x.0,4

    Maka jenis aliran subkritis

- Tinggi jagaan (Fb)

    Fb = 0.33 x h

       = 0,33 x 0,4 = 0.14 m

- Elevasi Muka Air

     Muka Air Awal
      = Elevasi tanah asli awal (titik 7) – 0,14

     = 17.640 – 0,14

     = 17,500 m.

     Muka Air Akhir
      = Elevasi muka air awal (titik 7) – (Ls x s)

     = 17,500 – (30,000 x 0,012)

     = 17,460 m.

-   Elevasi Dasar Pasangan
     Elevasi Dasar Pasangan Awal
      = Elevasi muka air awal (titik 7) - h

     = 17,500 – 0,40

     = 17,100 m

     Elevasi Dasar Pasangan Akhir
      = Elevasi muka air awal (titik 7) - (Ls x s)

     = 17,500 – (30,000 x 0,012)

     = 17,60 m

-   Elevasi Atas Pasangan



                                                                                         51
 Elevasi Atas Pasangan Awal
          = Elevasi muka air awal + Fb (titik 7)

          = 17,500 + 0,14

          = 17,640

         Elevasi Atas Pasangan Akhir
          = Elevasi muka air akhir (titik 7) + Tinggi jagaan ( Fb )

          = 17,46 + 0.14

          = 17,60 m

Perencanaan Dimensi Gorong-gorong

Contoh Perhitungan Gorong-gorong pada saluran 12 – 71

1.   Blok                              = NB
2.   Saluran titik awal                = 38
3.   Saluran titik akhir               = 67
4.   Jenis saluran                     = gorong-gorong
5.   Saluran sebelumnya                = 21 - 38 , 73 – 38 ( Q = 0,334 )
6.   Panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (Ls)     = 8,000 m
7.   Elevasi muka tanah asli awal      = 12,750 m
8.   Elevasi muka tanah asli akhir     = 12,710 m




                                                   x
                                           y
                                                       r
                      D                     a

                                                                   h




                                                                           52
Alternatif 1 :

   Jari-jari gorong-gorong dicoba (r) = 0,30 m
          -     A = 2,738 r²
                  = 2,738 0,302

                   = 0,246 m2

          -       P = 4,5 r
                    = 4,5 . 0,30

                   = 1,35 m

          -       R = 0,608 r
                   = 0,608. 0,30

                   = 0,18

              -   Kemiringan pada dasar saluran menggunakan muka tanah asli :
                  = (Elevasi awal – Elevasi akhir)/ Ls

                      12,75  12,71
                  =                 = 0,005
                            8

          -       Koefisien Manning :untuk nilai n beton nilainya 0,013
          -       Kecepatan dalam saluran
                      1 2
                  V= R 3 S
                      n

                          1        2
                   =          0,183 3 0,005
                        0,013

                   = 1,75 m/detik

                  Kecepatan yang dijinkan antara 2 m/detik sampai 0,6 m/detik, sehingga
                  diameter bisa dipakai.

                  Kontrol debit :

                  Q = V. A

                      = 1,75. 0,246

                      = 0,43 m3/dt > Q. Rencana ( dapat digunakan )


                                                                                          53
Alternatif 2 :

Fb = D – h                      h = 0.814 D (SNI)

    = 0,60 – 0,48

    = 0.12 m

y = 0,18 m

r = 0,30 cm

            18
Cos a =
            30

     a = 53,15 o

β       = 360 – 2 a

        = 360 – 106 = 254

              2a
L       =        x r 2
             360

             254
        =        x r 2
             360

        = 0.199

                      x
sin α             =
                      r

                      x
sin 53,15         =
                      r

        x         = 0,799 r = 0,239

                      1
L                 =     xy
                      2

                                    1
                  = 0,239 x 0,18x
                                    2

                  = 0,022

L       (A)       =L      +2L



                                                    54
= 0,199 + 2 x 0,022

                  = 0,243

                       
    P             =         x 2r
                      360

                      254
                  =       x 2r
                      360

                  = 1,31

                      A
    R             =
                      P

                      0,243
                  =
                       1,31

                  = 0,21

-       Kemiringan pada dasar saluran menggunakan muka tanah asli :
        = (Elevasi awal – Elevasi akhir)/ Ls

            12,75  12,71
        =                 = 0,005
                  8

Kontrol s
                                                         2      1
                                                  1
-       Kecepatan aliran dalam saluran (V)    =     .x.R 3 .x.s 2
                                                  n
                                                                    2   1
                                                  1
                                          2   =       .x.0,213.x.s 2
                                                0,013

                                          s   = 0.00547

        - Koefisien Manning : untuk nilai n beton nilainya 0,013
                                                         2      1
                                              1
        - Kecepatan aliran dalam saluran (V) = .x.R 3 .x.s 2
                                              n
                                                                    2       1
                                                    1
                                              =         .x.0,213.x.0,005 2
                                                  0,013

                                              = 1,94 m/dt



                                                                                55
Kecepatan yang dijinkan antara 2 m/detik sampai 0,6 m/detik, sehingga kecepatan
     aliran memenuhi.

- Kontrol Debit :

 Q        =VxA

          = 1,94 x 0,243

          = 0,45 m³/detik

- Debit rencana = 0,348 m³/detik

     Debit hitung lebih besar dari debit rencana maka diameter dan kemiringan bisa
     dipakai.




                                                                                       56
Keterangan :
               = Lebar : 1,00 m ; Tinggi : 0.50 m
               = Lebar : 0,60 m ; Tinggi : 0.30 m
               = Lebar : 0,80 m ; Tinggi : 0.40 m
               = Lebar : 0,70 m ; Tinggi : 0.35 m




                                                    57
BAB VI

 PERENCANAAN SISTEM DRAINASE RUMAH TINGGAL DAN GEDUNG
 SISTEM BIOPORI,SISTEM PEMBUANGAN BERTEKANAN DAN SISTEM
                             PEMBUANGAN GRAVITASI



6.1 Pendahuluan

        Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan airyang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

        Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

        Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum
yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman,
bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke
badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan.
Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk
memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.

        Kegunaan saluran drainase antara laIn :

               Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada
                  akumulasi air tanah.
               Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
               Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.




                                                                                             58
 Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
                    banjir.

        Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang
ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Drainase perkotaan didefinisikan
sebagai ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat
kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota.

6.2 Landasan Teori

Klasifikasi berdasar pengairan :


                 Sistem gravitasi
                            Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang
                    lebih rendah secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah

                 Sistem Bertekanan
                           Sistem yang menggunakan alat ( pompa ) karena saluran umum
                    letaknya lebih tinggi dari letak alat plambing, sehingga air buangan di
                    kumpulkan terlebih dahulu dalam suatu bak penampungan, kemudian di
                    pompakan keluar ke roil umum. Sistem ini mahal, tetapi biasa di gunakan
                    pada bangunan yang mempunyai alat – alat plambing di basement pada
                    bangunan tinggi / bertingkat banyak.

SUMUR RESAPAN

Sumur resapan dibuat dengan tujuan untuk mengalirkan air buangan dari permukaan tanah ke
akuifer air tanah. Alirannya berlawanan dengan sumur pompa, tetapi konstruksi dan cara
pembangunannya mungkin dapat saja sama. Pengimbuhan sumur akan lebih praktis apabila
terdapat akuifer tertekan yang dalam dan perlu untuk diimbukan, atau pada suatu kawasan
kota yang memiliki lahan yang sempit/terbatas. Kriteria perancangan sumur resapan:

1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam
   atau labil.

2. Sumur resapan berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan septic
   tank dan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan.




                                                                                                59
3. Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah
   permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada
   musim hujan.

4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air)
   minimal 2,0 cm per jam yang berarti dalam satu jam mampu menyerap genangan air
   setinggi 2 cm.

            Prosedur dan tata cara pembuatan lubang resapan

   Cara pembuatan sumur resapan air pada rumah dengan talang air adalah sebagai berikut:

1. Buat sumur dengan diameter 80-100 cm sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air
   tanah.

2. Untuk memperkuat dinding tanah, gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa
   plesteran) atau pasangan batu kosong.

3. Buatlah saluran pemasukan yang mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur
   resapan dengan menggunakan pipa paralon.

4. Buatlah saluran pembuangan dari sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang
   limpahan air saat sumur resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih
   tinggi dari muka air tanah tertinggi pada selokan drainase jalan tersebut.

5. Isi lubang sumur resapan air dengan koral setebal 15 cm.

6. Tutup bagian atas sumur resapan dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat diurug
   dengan tanah.




Cara Pembuatan Lubang Biopori

   1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm.
       Kedalamannya sekitar 100 cm atau sampai melampaui muka air tanah jika dibuat
       tanah yang mempunyai permukaan air dangkal. Jarak antar lobang antara 50-100 cm.




                                                                                            60
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm setebal 2 cm.

3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, atau
   dedaunan.

4. Sampah organik perlu ditambahkan jika isi lubang sudah berkurang atau menyusut
   akibat proses pelapukan.

5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau
   bersamaan dengan pemeliharaan lubang.




                                                                                         61
6.3. Contoh gambar desain




                            Skema umum sistem
                            pembuangan gravitasi




                                                   62
Skema umum sistem
pembuangan bertekanan




                     63
Skema umum sistem sumur
        resapan




                    64
BAB VII

          PERENCANAAN SISTEM DRAINASE LAPANGAN GOLF




7.1. Pendahuluan

Drainase pada lapangan golf memiliki peranan vital bagi keadaan tanah, tanah yang
menggenang dapat menyebabkan tanah tergulung dan berlumpur.

7.2. Landasan Teori

        Dalam kasus ini sistem drainase menggunakan Struktur multi-Flow dan bentuk
menyediakan drainase yang unik keuntungan. Profil datar menyediakan luas permukaan yang
unggul yang memungkinkan lebih kesempatan bagi air untuk memasuki sistem. Its unggul
kekuatan secara signifikan mengurangi risiko yang hancur. Dan yang karakteristik aliran
internal memungkinkan air untuk meninggalkan area hijau cepat. Selain itu, tidak perlu
trenched dalam tetapi hanya digulung di atas sub-kelas di mana ia terletak jauh dari
jangkauan pemotong gelas dan coring peralatan. Kebijaksanaan konvensional telah sering



                                                                                          65
ditempatkan garis drainase kolektor hanya di titik rendah dari basis sub-hijau. Asumsinya
adalah bahwa karena air akan menemukan daerah dataran rendah tetap dan karena hijau
memungkinkan air bergerak bebas, ini adalah semua yang diperlukan. Praktek ini
mengabaikan efek bahwa air bergerak telah di struktur hijau. Bergerak air membawa partikel
halus dengan itu. Semakin banyak air yang bergerak dan kecepatan lebih tinggi pada yang
bergerak, tanah lebih akan membawa dengan itu. Instalasi pembuangan baris lebih lanjut
selain membutuhkan yang bergerak air dalam volume yang lebih besar ke tempat
pengumpulan yang lebih sedikit. Hal ini mengakibatkan migrasi besar tanah yang
menyebabkan istirahat down dari struktur tanah dan potensi pemblokiran jalur
drainase.Drainase pada hijau golf harus lembut dan menyeluruh. Pola intensif menurunkan
kecepatan air gerakan dan akibatnya melindungi integritas rapuh struktur hijau. Penyebaran
baris drainase di atas seluruh sub-kelas dari hijau berarti air memiliki kurang jarak perjalanan
dan hasil dalam migrasi tanah kurang. Tapi menemukan garis dekat bersama-sama juga
memastikan prompt dan menyeluruh drainase. Lihatlah pembuluh darah di bagian belakang
sisi daun untuk model drainase efektif. Semakin sedikit air perlu jarak perjalanan untuk
mencapai jalan keluar, semakin baik drainase tersebut. Intensif berpola drainase
memungkinkan untuk menghilangkan sejumlah besar air dalam waktu singkat tanpa
mengganggu struktur tanah. Dua filter terpisah menjamin bahwa sistem drainase akan tidak
gagal jarum-meninju geotekstil bungkus mencegah pasir dari memasuki saluran aliran. Dua
inci yang bersih, pasir sangat kasar efektif melindungi geotekstil dari penyumbatan akibat
lumpur dan denda tanah lainnya.




Sistem Desain dan Tata Letak Ketika merancang drainase untuk hijau, utama Multi- Arus
kolektor harus berbaring horizontal pada sub-kelas dan ditempatkan di sepanjang garis jatuh
maksimal. A 4 "diameter Pipa PVC harus ditempatkan langsung di bawah utama line, keluar
hijau pada akhir rendah. Tee PVC harus dipasang di jalur PVC, mengarah ke atas, pada setiap
lokasi menurut Pola intensif di sebuah herringbone kerahasiaan guration menyediakan
drainase        seragam           untuk        setiap         bagian         dari        green.




                                                                                                   66
7.3. Contoh Rencana Saluran Drainase

Terlampir dalam file Berbeda




                                       67
DAFTAR PUSTAKA




                 68

More Related Content

What's hot

perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
 
makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan BremaRizky
 
Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan hycal farist
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMarfizal Marfizal
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongYahya M Aji
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDmuhamad ulul azmi
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergIwan Sutriono
 
Bab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranBab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranAde Rohima
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)afifsalim
 
243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasiWSKT
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaYusrizal Mahendra
 
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)Dokter Kota
 
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksiPihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksiNurul Angreliany
 

What's hot (20)

perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
 
makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okkMekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 7 okk
 
Pondasi sumuran
Pondasi sumuranPondasi sumuran
Pondasi sumuran
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
 
Bab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranBab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluran
 
Kuliah dinamika-lengkap
Kuliah dinamika-lengkapKuliah dinamika-lengkap
Kuliah dinamika-lengkap
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
 
243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi
 
Pengaruh kadar air terhadap beton
Pengaruh kadar air terhadap betonPengaruh kadar air terhadap beton
Pengaruh kadar air terhadap beton
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
Mektan bab 7
Mektan bab 7Mektan bab 7
Mektan bab 7
 
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
 
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksiPihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
Pihak pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
 

Similar to 87280501 perencanaan-sistem-drainase

87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp0187280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01FransTobing4
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp0187280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01Yosep Kristiawan
 
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkkTopik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkkDedi Kusnadi Kalsim
 
ba4cb_Modul_2__SURVAI_LAPANGAN__99_hal_ (1).ppt
ba4cb_Modul_2__SURVAI_LAPANGAN__99_hal_ (1).pptba4cb_Modul_2__SURVAI_LAPANGAN__99_hal_ (1).ppt
ba4cb_Modul_2__SURVAI_LAPANGAN__99_hal_ (1).pptmektanugj
 
Ba4cb modul 2__survai_lapangan__99_hal_
Ba4cb modul 2__survai_lapangan__99_hal_Ba4cb modul 2__survai_lapangan__99_hal_
Ba4cb modul 2__survai_lapangan__99_hal_ValentinoZergio
 
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptxHidayatNm1
 
Spesifikasi area penimbunan lahan urug terkendali
Spesifikasi area penimbunan lahan urug terkendaliSpesifikasi area penimbunan lahan urug terkendali
Spesifikasi area penimbunan lahan urug terkendaliOswar Mungkasa
 
228943048-Lumpur-Pemboran.pdf
228943048-Lumpur-Pemboran.pdf228943048-Lumpur-Pemboran.pdf
228943048-Lumpur-Pemboran.pdfNaniaGustri
 
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdfRaihanZahran2
 
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan betonIoKusuma
 
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaanOperasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaaninfosanitasi
 
Slide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptx
Slide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptxSlide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptx
Slide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptxBonardoSiallagan
 
05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdfKevinKharisma
 
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...Maytri Handayani
 
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPGHybrid1
 
3. bab isi dan daftar pustaka
3. bab isi dan daftar pustaka3. bab isi dan daftar pustaka
3. bab isi dan daftar pustakampkbetonkel6ptb11
 

Similar to 87280501 perencanaan-sistem-drainase (20)

87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp0187280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp0187280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
87280501 perencanaan-sistem-drainase-130227011440-phpapp01
 
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkkTopik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
Topik 5 Kuliah-irigasi permukaan-dkk
 
ba4cb_Modul_2__SURVAI_LAPANGAN__99_hal_ (1).ppt
ba4cb_Modul_2__SURVAI_LAPANGAN__99_hal_ (1).pptba4cb_Modul_2__SURVAI_LAPANGAN__99_hal_ (1).ppt
ba4cb_Modul_2__SURVAI_LAPANGAN__99_hal_ (1).ppt
 
Ba4cb modul 2__survai_lapangan__99_hal_
Ba4cb modul 2__survai_lapangan__99_hal_Ba4cb modul 2__survai_lapangan__99_hal_
Ba4cb modul 2__survai_lapangan__99_hal_
 
Acilll
AcilllAcilll
Acilll
 
Tb. irbang 2 ok
Tb. irbang 2 okTb. irbang 2 ok
Tb. irbang 2 ok
 
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
 
Spesifikasi area penimbunan lahan urug terkendali
Spesifikasi area penimbunan lahan urug terkendaliSpesifikasi area penimbunan lahan urug terkendali
Spesifikasi area penimbunan lahan urug terkendali
 
228943048-Lumpur-Pemboran.pdf
228943048-Lumpur-Pemboran.pdf228943048-Lumpur-Pemboran.pdf
228943048-Lumpur-Pemboran.pdf
 
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
 
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton
06 ho pelaksanaan pekerjaan pekerasan jalan beton
 
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaanOperasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
 
Slide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptx
Slide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptxSlide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptx
Slide-CIV-313-pertemuan-6-drainase-jalan.pptx
 
SUMUR RESAPAN
SUMUR RESAPANSUMUR RESAPAN
SUMUR RESAPAN
 
05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf
 
Id 02 htat_2013
Id 02 htat_2013Id 02 htat_2013
Id 02 htat_2013
 
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
DRAINASE: Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk Lingkungan P...
 
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainaseModul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
Modul TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
 
3. bab isi dan daftar pustaka
3. bab isi dan daftar pustaka3. bab isi dan daftar pustaka
3. bab isi dan daftar pustaka
 

87280501 perencanaan-sistem-drainase

  • 1. REKAYASA LINGKUNGAN PERANCANAAN SISTEM DRAINASE Oleh : MUHAMMAD LANTIP . R NIM. 0909025030 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 0
  • 2. DAFTAR ISI BAB I. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE JALAN RAYA 3 1.1. Pendahuluan 1.2.Landasan Teori 1.3.Contoh desain drainase 1.4. BAB II. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE LAPANGAN TERBANG 16 2.1. Pendahuluan 2.2. Landasan teori 2.3. Contoh Desain Drainase BAB III. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERTANIAN 20 2.1. Pendahuluan 2.2. Landasan teori 2.3. Contoh Desain Drainase BAB IV. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE REL KERETA API 25 2.1. Pendahuluan 2.2. Landasan teori 2.3. Contoh Desain Drainase BAB V. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE RUMAH TINGGAL 30 2.1. Pendahuluan 2.2. Landasan teori 2.3. Contoh Desain Drainase 1
  • 3. BAB VI. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE RUMAH TINGGAL DAN GEDUNG SISTEM BIOPORI,SISTEM PEMBUANGAN BERTEKANAN DAN SISTEM PEMBUANGAN GRAVITASI 58 2.1. Pendahuluan 2.2. Landasan teori 2.3. Contoh Desain Drainase BAB VII. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE LAPANGAN GOLF 65 2.1. Pendahuluan 2.2. Landasan teori 2.3. Contoh Desain Drainase 2
  • 4. BAB I PERENCANAAN DRAINASE JALAN RAYA 1.1 Pendahuluan Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan jalan raya adalah melindungi jalan dari air permukaan dan air tanah. Dengan kata lain drainase merpakan salah satu factor terpenting dalam perencanaan pekerjaan jalan. Genangan air dipermukaan jalan memperlambat kendaraan dan memberikan andil terjadinya kecelakaan akibat terganggunya pandangan oleh cipratan dan semprotan air. Jika air memasuki struktur jalan, perkerasan dan tanah dasar (subgrade) menjadi lemah, dan hal ini akan menyebabkan konstruksi jalan lebih peka terhadap kerusakan akibat lalu lintas. Air juga berpengaruh kurang baik pada bahu jalan, lereng, saluran, dan bagian lain dari jalan. Kegagalan dapat terjadi pada saat pemotongan tebing atau pembuatan tanggul dan jembatan karena disapu oleh banjir. Kecepatan air yang besar pada saat terjadi banjir menyebabkan erosi yang berakibat pada keruntuhan jalan dan/atau jembatan. Di sisi lain, kecepatan air yang rendah pada bangunan-bangunan drainase mendorong adanya sedimentasi yang mengakibatkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan. Penyumbatan mengakibatkan erosi lebih lanjut atau limpas dan mungkin juga keruntuhan 1.2 Landasan Teori 1.2.1 Drainase Permukaan Langkah awal dalam perencanaan system drainase adalah analisis hidrologi, dalam analisis ini ditentukan karateristik debit rencana dari semua bangunan drainase, sungai dan saluran yang berada di sekitas alinyemen. Debit rencana dapat dihitung berdasarkan du pendekatan, tergantung pada data yang tersedia, yaitu analisis data debit banjir dan permodellan aliran (rainfall-runoff model). Sistem drainase permukaan pada jalan raya mempunyai tiga fungsi utama, yaitu: 3
  • 5. 1) Membawa air hujan dari permukaan jalan ke pembuangan air 2) Menampung air tanah (dari subdrain) dan air permukaan yang mengalir menuju jalan 3) Membawa air menyebrang alinyemen jalan secara terkendali Dua fungsi yang pertama dikendalikan oleh komponen drainase memanjang, sementara fungsi ketiga memerlukan bangunan drainase melintang, seperti culvert, gorong-gorong, dan jembatan. a. Drainase Memanjang Makin lebar perkerasan makin besar daerah tangkapan air, sehingga meningkatkan kuantitas air hujan yang harus dibuang. Kemiringan memanjang untuk bahu jalan diharuskan tidak kurang dari 0,3% dan untuk daerah yang sangat datar tidak kurang dari 0,2%. Saluran terbuka di tepi jalan dapat dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi parit atau selokan (ditchs), talang (gutters), saluran menikung keluar (turnouts), saluran curam (chutes), parit intersepsi (intercepting ditchs). b. Drainase Melintang Saluran melintang sering menelan biaya yang cukup besar, oleh karena itu sangat penting untuk melakukan analisis semua drainase melintang utama sepuanjang alinyemen jalan. Tipe drainase melintang dapat berupa : 1) Fords 2) Drifts 3) Gorong-gorong (culverts) 4) Jembatan 4
  • 6. Tabel 1. Periode ulang debit rencana yang direkomendasikan untuk bangunan drainase utama (Hassing, J.M. 1996) Kelas Jalan Periode ulang (tahun) Jalan Tol (expressways) 100 Jalan Arteri (arterial roads) 50 Jalan Pengumpul (collector roads) 50 Jalan Penghubung (access roads) 25 1.2.2 Drainase Bawah Permukaan Pengaruh air pada perkerasan jalan akibat penetrasi air hujan melalui retak- retak, sambungan, permukaan perkerasan, bahu jalan, hasil infiltrasi air tanah dari muka air tanah yang tinggi, akifer yang terpotong, dan sumber air lokal. Pengaruh air yang terperangkap di dalam struktur perkerasan jalan, antara lain : 1) Air menurunkan kekuatan material butiran lepas dan tana subgrade. 2) Air menyebabkan penyedotan (pumping) pada perkerasan beton yang dapat menyebabkan retakan dan kerusakan bahu jalan. 3) Dengan tekanan hidrodinamik yang tinggi akibat pergerakan kendaraan, menyebabkan penyedotan material halus pada lapisan dasar perkerasan fleksibel yang mengakibatkan hilangnya daya dukung. 4) Kontak dengan air yang menerus dapat menyebabkan penelanjangan campuran aspal dan daya tahan keretakan beton 5) Air menyebabkan perbedaan peranan pada tanah yang bergelombang. Pemilihan jenis material untuk selokan samping umumnya ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran air yang akan melewati selokan samping. Tabel 2. Kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis material Jenis Bahan Kecepatan aliran air yang diizinkan (m/detik) Pasir Halus 0,45 Lempung Kepasiran 0,50 Lanau Aluvial 0,60 Kerikil Halus 0,75 Lempung kokoh 0,75 5
  • 7. Lempung padat 1,10 Kerikil kasar 1,20 Batu-batu besar 1,50 Pasangan batu 1,50 Beton 1,50 Beton bertulang 1,50 Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran, salah satunya adalah kemiringan saluran. Pada tabel 3 dapat dilihat hubungan antara kemiringan selokan samping dan tipe material yang digunakan. Tabel 3. Hubungan kemiringan selokan samping (i) dan jenis material Jenis Material Kemiringan Selokan Samping (%) Pasir Halus Tanah asli Napal kepasiran 0 - 5 Lanau Aluvial Kerikil Halus Lempung kokoh Lempung padat 5 - 10 Kerikil kasar Batu-batu besar Pasangan batu Beton 10 Beton bertulang Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA 6
  • 8. Tabel 4. Hubungan kondisi permukaan dengan koefisien hambatan Kondisi lapis permukaan nd Lapisan semen dan aspal beton 0,013 Permukaan licin dan kedap air 0,020 Permukaan licin dan kotor 0,010 Tanah dengan rumput tipis dan gundul dengan permukaan sedikit 0,20 kasar Padang rumput dan rerumputan 0,40 Hutan gundul 0,60 Hutan rimbun dan hutan gundul rapat dengan hamparan rumput jarang 0,80 sampai rapat Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA Tabel 5. Hubungan kondisi permukaan tanah dan koefisien pengaliran (C) Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran ( C )* 1. Jalan beton dan jalan aspal 0.70 - 0.95 2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0.40 - 0.70 3. Bahu jalan : - Tanah berbutir halus 0.40 - 0.65 - Tanah berbutir Kasar 0.10 - 0.20 - Batuan masif keras 0.70 - 0.85 - Batuan masif lunak 0.60 - 0.75 4. Daerah perkotaan 0.70 - 0.95 5. Daerah Pinggir Kota 0.60 - 0.70 6. Daerah industri 0.60 - 0.90 7. Pemukiman padat 0.40 - 0.60 8. Pemukiman tidak padat 0.20 - 0.40 9. Taman dan kebun 0.45 - 0.60 10. Persawahan 0.70 - 0.80 11. Perbukitan 0.75 - 0.90 12. Pegunungan Sumber : Sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan,Dr. Ir. Suripin, M. Eng 7
  • 9. Tabel 6. Kemiringan saluran memanjang(is)berdasarkan jenis material No. Jenis Material Kemiringan Saluran (is %) 1. Tanah asli 0 - 5 2. Kerikil 5 - 7,5 3. Pasangan 7,5 Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA Tabel 7. Kemiringan saluran memanjang(is)berdasarkan jenis material Sumber : Perencanaan sistem drainase jalan Pd. T-02-2006-B, DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 8
  • 10. 1.3 Contoh Perencanaan Drainase 1.3.1 Data kondisi 1.3.2 Penentuan daerah layanan Trase jalan pada peta rupabumi Panjang segmen 1 saluran (L)= 200m ditentukan dari rute jalan yang telah diplot di peta topografi daerah tersebut memungkinkan adanya pembuangan kesungai di ujung segmen Dianggap segmen saluran ini adalah awal dari sistem drainase sehingga tidak ada debit masuk (Q masuk) selain dari A1,A2 ,A3 Gorong-gorong menggunakan beton 9
  • 11. Direncanakan di ujung segmen aliran air akan dibuang ke sungai melalui gorong-gorong melintang badan jalan Perencanaan gorong-gorong, menampung debit air dari segmen yang ditinjau dan segmen sesudah itu. 1.3.3 Kondisi eksisting permukaan jalan Panjang saluran drainase (L) = 200 meter L1 : perkerasan jalan (aspal) = 5 meter L2 : Bahu jalan = 2 meter L3 : bagian luar jalan (perumahan) = 10 meter Selanjutnya tentukan besarnya koefisien C (tabel 2) Aspal : L1 , koefisien C1 = 0,70 Bahu Jalan : L2 , Koefisien C2 = 0,65 Perumahan : L3 , Koefisien C3 = 0,60 Tentuan luas daerah Aspal A1 = 5,00 m’ x 200,00 m’ = 1000 m2 Bahu jalan A2 = 2,00 m’ x 200,00 m’ = 400 m2 10
  • 12. Perumahan A3 = 10,00 m’ x 200,00 m’ = 2000 m2 fk Perumahan padat = 2,0 Koefisian pengaliran rata-rata 1.3.4 Waktu konsentrasi (Tc) Tc = t1 + t2 (1) t1 =( ) (2) √ t2 = (3) Ket : lo : jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m) nd : Koefisien hambatan is : Kemiringan daerah pengairan V : Kecepatan air rata-rata pada saluran (m/dtk) Tc : Waktu konsentrasi L : Panjang saluran (m) Sumber : Pedoman perencanaan sistem drainase jalan Pd. T-02-2006-B, DEPARTEMEN PU √ √ √ t1 dari badan jalan = 1,00 + 0,86 = 1,86 menit t1 dari perumahan = 1,04 menit 11
  • 13. 1.3.5 Data curah hujan Data curah hujan dari pos pengamatan BMG sebagai berikut: 1.3.6 Tentukan intensitas curah hujan maksimum Menentukan curah hujan maksimum dengan memplotkan harga T c = 4,06 menit, kemudian tarik garis keatas sampai memotong lengkung intensitas hujan rencana pada periode ulang 5 tahun didapat : I = 190 mm/jam. 12
  • 14. 1.3.7 Hitung besarnya debit Perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut : Q = 0,00278 x C x I x A…………..(2.l) (Suripin, 2004:79) Keterangan : Q = Debit banjir rencana (m/dt) C = Koefisien pengaliran (tabel) I = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = Daerah pengaliran (m2) ⁄ ⁄ 1.3.8 Penentuan dimensi saluran Penentuan dimensi diawali dengan penentuan bahan  Saluran direncanakan dibuat dari beton dengan kecepatan aliran yang diijinkan 1,50 m/detik ( Tabel 2 )  Bentuk penampang : segi empat  Kemiringan saluran memanjang yang diijinkan : sampai dengan 7,5% (Tabel 6)  Angka kekasaran permukaan saluran Manning (dari Tabel 7) → n = 0,013 1.3.9 Tentukan kecepatan saluran (V) < kecepatan ijin dan kemiringan saluran 13
  • 15. V = 1,3 m/detik ( < V ijin = 1,50 m/detik ) iS= 3% (disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan) Keterangan : V = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik) Q = Debit banjir rencana (m3/dtk) n = Koefisien kekasaran R = Radius hidrolik S = Kemiringan saluran A = Luas saluran (m2) P = Keliling basah saluran (m) Dengan dimensi : h =0,5m maka R = A/P = (hxb)/(2h+b) = 0,5b/(1+b) Dari persamaan rumus didapat : maka lebar saluran (b) = 0,7m 1.3.10 Tentukan tinggi jagaan saluran √ √ Jadi gambar dimensi saluran drainase pemukaan : 14
  • 16. 15
  • 17. BAB II PERENCANAAN DRAINASE LAPANGAN TERBANG 2.1 Pendahuluan Airport adalah area daratan atau air yang secara regular dipergunakan untuk kegiatan tinggal landas (Take off) dan mendarat (landing) pesawat udara, dilengkapi dengan fasilitas untuk pendaratan, parkir pesawat, perbaikan pesawat,naik turun penumpang, dan barang sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi. Sistem drainase pada Bandar udara sangat diperlukan untuk menjaga keselamatan moda transportasi, tidak mengurangi skid resistance ban, dan akibat buruk lainnya. 2.2 Landasan Teori Fungsi drainase lapangan terbang: 1. Intersepsi dan mengalirkan air permukaan tanah yang berasal dari lokasi d sekitar lapangan terbang 2. Membuang air permukaan dari lapangan terbang 3. Membuang air bawah tanah dari lapangan terbang Drainase permukaan, berfungsi untuk menangani air permukaan di sekitar lapangan terbang , khususnya yang berasal dari hujan. Langkah perencanaan: a. menentukan debit rencana (berupa aliran permukaan / runoff); b. menentukan layout drainase permukaan Drainase bawah permukaan berfungsi untuk membuang air dari base course, membuang air dari subgrade di bawah permukaan, menerima, mengumpulkan, dan membuang air dari mata air atau lapisan tembus air. Untuk saluran bawah tanah dapat dipakai pipa berlubang dengan bahan pipa terbuat dari metal, beton, PVC, dll. Lubang-lubang biasanya meliputi sepertiga dari keliling pipa. Berdasarkan pengalaman, pipa dengan diameter 6 inch (15 cm) sudah cukup untuk mengalirkan air. Dalam suatu perencanaan dan perancangan drainase lapangan terbang, perlu diperhatikan hal-hal berikut di bawah ini :  Saluran drainase harus berada di bawah muka tanah dan tidak memotong landasan pacu, agar pada saat perawatan tidak mengganggu.  Tanah di bawah runway, taxiway dan apron harus mempunyai daya dukung yang cukup kuatterhadap beban pesawat terbang yang lalu di atasnya. 16
  • 18.  Air dari luar wilayah landasan terbang tidak boleh membebani sistem drainase lapangan udara. Genangan air akibat air hujan dan tebal salju maksimum 10 cm di atas runway dan harus segera dapat dikeringkan.  Kemiringan runway kecil sekali yaitu maksimum 1 % ke arah memanjang dan 1,5 % ke arah melintang, denagn kemiringan shoulder ke arah melintang maksimum 2,5 – 5 %.  Sistem drainase lapangan terbang harus baik. Tidak diperkenankan ada selokan terbuka, kecuali selokan keliling lapangan terbang (interception ditch) yang menampung air yang akan memasuki lapangan terbang dari daerah sekelilingnya.  Saluran drainase lapangan terbang didesain dengan intensitas hujan 1 kali dalam 5 tahun terlampaui. Yang berarti dalam waktu 5 tahun boleh terjadi banjir 1 kali atau banjir dengan periode ulang 5 tahun. 2.3 Contoh Perencanaan Drainase Menurut peraturan FAA: - Untuk lapangan terbang sipil digunakan hujan rencana dengan kala ulang 5 tahun - Untuk lapangan terbang militer digunakan hujan rencana dengan kala ulang 2 tahun - Penentuan layout sistem drainase permukaan didesain berdasarkan hasil akhir peta kontur landasan pacu (runway), landasan taksi (taxiway), dan apron. - Layout harus dapat menghindari gerusan dan pengendapan saluran. - Jika digunakan saluran bulat maka diameter minimumnya tidak boleh kurang dari 12 inchi (30 cm). - Jarak antar inlet (lubang pemasukan) ke arah memanjang berkisar antara 60 – 120 m sedangkan jauhnya tidak lebih dari 75 ft (22,5 m) dari tepi perkerasan. - Inlet pada apron diletakkan pada perkerasan. Pedoman acuan perencanaan biasanya mengacu pada: FAA (Federal Aviation Administration) ICAO (International Civil Aviation Organization) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 2001 tentang kebandarudaraan Kepmen perhubungan No.KK 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional 17
  • 19. 2.3.1 Contoh Gambar Rencana Drainase Tampak atas landacan pacu Ket : : Inlet (saluran pemasukan air permukaan) : jalur drainase 18
  • 20. Detail saluran bawah permukaan Penampang Melintang Runway Pipa pembuangan Aggregat halus Aggregat kasar Pipa bawah tanah 19
  • 21. BAB III PERENCANAAN DRAINASE PERTANIAN 3.1. Pendahuluan Dalam merancang bangun suatu drainase agar tidak terjadi kelebihan pada lahan pertanaman, yang perlu diperhatkan yaitu jenis tanah dan lahan yang akan diberi saluran drainase, kondisi iklim terutama curah hujan, kedalaman permukaan air tanah yang sesuai untu jenis tanaman yang dibudidayakan. Dengan adanya drainase yang baik, maka tanaman tidak akan mengalami genangan berlebih sehingga produktivitas tanaman meningkat. Pada pelaksanaannya penggalian-penggalian saluran dan penempatan pipa hendaknya mentaati apa yang telah dirancangkan, baik secara random, paralel, atau secara mengikuti arah garis kontur atau secara memotong lereng seperti yang telah dirancangkan oleh ahli irigasi. Dengan demikian saluran drainase minimal sebaiknya disesuaikan dengan saluran air irigasi, agar lebih menguntungkan terutama dalam pemeliharaannya di kemudian hari. Saluran irigasi dan drainase diberi jalan inspeksi, untuk melancarkan pengawasan dan pemeliharaan saluran-saluran tersebut. Penggalian secara random (tidak teratur) diterapkan pada lahan-lahan pertanaman dengan penurunan yang cukup dalam danlebar. SAluran-saluran yang digali menghubungkan suatu penurunan dengan penurunan lainnya. Sedangkan pada lahan-lahan pertanaman yang yang merupakan lahan penurunan dangkal sampai hamper dangkal dengan topografi teratur, penggalian seluruh drainase dibuat sejajar antara satu dengan yang lainya. Penggalian saluran drainase pada lahan pertanaman yang berkemiringan dilakukan dengan jalan memotong lereng atau mengikuti garis kontur, sehingga kecepatan aliran airnya dapat terbatasi dan erosi dapat dicegah. 20
  • 22. 3.2. Landasan Teori Agar dapat melakukan pekerjaan untuk mengatasi masalah pengatusan pertanian dengan baik haruslah dilakukan tindakan survai dan penyidikan kondisi lahan serta mengkaji data historis yang tersedia. Dalam melakukan survai dan penyidikan ini dibutuhkan pengumpulan semua data yang ada termasuk peta rancangan dan catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah pengatusan yang ada serta wawancara dengan nara sumber. Data yang telah terkumpul ini kemudian dievaluasi untuk dapat dipakai mengidentifikasi masalah. Data yang diperlukan antara lain : 1. Peta, termasuk peta situasi dan topografi, peta tanah, peta geologi, peta air tanah, tata guna tanah dan tata jaringan irigasi dan drainase 2. Data : data klimat termasuk curah hujan, data debit sungai, data pola tanam dan tata tanam, hasil dan produksi tanaman 3. Data lainnya yang berhubungan dengan masalah tersebut, antara lain ketersediaan dan kapasitas outlet saluran pengatus, data ketersediaan pompa beserta suku cadang dan bengkel perbaikan 3.3. Contoh perencanaan Berikut adalah contoh perencanaan saluran irigasi-drainase pertanian. Saluran pembuang dilambangkan dengan Saluran Induk dilambangkan dengan 21
  • 23. 22
  • 24. 23
  • 25. 24
  • 26. BAB IV PERENCANAAN DRAINASE REL KERETA API 4.1. Pendahuluan Sistem pematusan/drainase, yaitu sistem pengaliran pembuangan air disuatu daerah jalan rel agar tidak sampai terjadi penggenangan.Sistem Drainase berfungsi : a. Mengurangi pengaruh air yang dapat merubah konsistensi tanah sehingga tubuh jalan selelu dalam kondisi firm (mantap, keras dan padat). Akibatnya pembentukan kantong-kantong balas tidak terjadi. b. Tidak ada genangan air tubuh jalan), di mana ini akan menyebabkan terjadinya pembuangan lempung dan gaya (efek) pompa disaat kereta api lewat yang bisa maikin memperlemah kestabilan dan kekuatan jalan rel. c. Perjalanan kereta ap tidak terganggu Perencanaan pematusan harus dikonsultasikan secara seksama kestaf perencanaan jalan K.A. 25
  • 27. Ada 3 (tiga) macam Drainase, yaitu: a. Pematusan permukaan (Surface Drainage) b. Pematusan bawah tanah (Sub- Drainage) c. Pematusan lereng (Drainage of Slope) Diperlukan tidaknya salah satu atau semua dari ketiga macam drainase tersebut harus dianalisa dengan seksama Rel Balast REL BANTALAN REL BALAST . 26
  • 28. 4.2. Landasan Teori Tujuan drainase yang baik pada rel kereta:  Menghindari genangan  Mencegah erosi pada ballast  Menjaga badan jalan kereta tetap stabil  Menjaga kuat daya dukung konstruksi Dasar-dasar perencanaan, sejajar dengan jalan kereta api dibuat selokan drainase di kiri dan kanan badan rel, pada ballast atau alas jalan bagian bawahnya diberi konstruksi drain atau batu kosongan melintang jalan dengan jarak antara 6m diselang-seling kiri kanan, untuk mengeringkan dengan segera air hujan yang meresap. Talud pada jalankereta api di atas timbunan juga harus dilindungi terhadap erosi dengan membuat konstruksi drain terbuka, batu kosongan yang dilapisi ijuk untuk menjaga butir-butir tanah tidak ikut larut terbawa air hujan. Konstruksi ini berfungsi memperkuat talud. Drain batu kosongan ini pada bagian bawahnya disambung dengan selokan drainase yang sejajar sumbu jalan. Kea rah memanjang juga harus diperhatikan mengenai kemiringan selokan, minimal 2%, maksimal 10%. Jika kemiringan > 10% harus dibuat konstruksi bertangga agar air hujan tidak menimbulkan erosi. Penampang Melintang rel kereta 27
  • 29. Tampak samping, batu kosongan melintang selang-seling 4.3. Contoh Gambar Rencana 28
  • 30. 29
  • 31. BAB V PERENCANAAN SISTEM DRAINASE RUMAH TEMPAT TINGGAL 5.1. Pendahuluan Dalam pembuatan tempat tinggal dan perumahan, perlu diperhatikan saluran yang akan dibuat. Saluran drainase merupakan suatu jaringan untuk menampung limpasan permukaan dan limbah rumah tangga. Perumahan Puri Edelweis dimana perumahan ini merupakan salah satu perumahan besar di kota Probolinggo, masih memiliki kekurangan dalam hal saluran drainase terutama saluran primernya. Masih banyak terjadi kerusakan pada dinding salurannya dan dimensi salurannya kurang sesuai dengan perencanaan.Berdasarkan uraian sebelumnya, maka akan direncanakan jaringan drainase yang sesuai dengan daerah tersebut sehingga nantinya dapat berfungsi dengan baik dan tidak merugikan mayarakat sekitar. 5.2. Landasan Teori Drainase Drainase atau disebut juga saluran pembuangan memiliki fungsi sebagai saluran untuk mengalirkan air buangan atau air kotor dan juga limbah yang berasal dari rumah. Dalam bidang ketekniksipilan, secara umum drainase diartikan sebagai suatu tindakan untuk mengurangi kelebihan air baik dari air hujan, rembesan, maupun irigasi. Macam-macam Drainase 1. Menurut Asalnya, menurut asalnya drainase dibedakan menjadi saluran alam (natural) dan saluran buatan (artificial). 2. Menurut Letak Saluran 1. Drainase Permukaan a. Drainase Memanjang b. Drainase Melintang 2. Drainase Bawah Permukaan Drainase bawah permukaan mempunyai fungsi utama yaitu untuk menampung dan membuang air yang masuk ke dalam strukur jalan, sehingga tidak sampai menimbulkan kerusakan pada jalan (Suripin, 2004:272). 30
  • 32. 3. Macam Drainase Menurut Konstruksi  Saluran terbuka  Saluran tertutup 4. Menurut Fungsi Drainase a) Single Purpose b) Multi Purpose Syarat – Syarat Perencanaan Syarat itu meliputi tegangan geser, kecepatan ijin, tegangan geser, jenis aliran, dan banjir rencana. Data-data yang Dibutuhkan Data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan saluran drainase tersebut meliputi: 1. Data hidrologi, yaitu data curah hujan dari stasiun hujan yang terdekat dengan lokasi 2. Peta topografi 3. Peta situasi Lay Out Jaringan Drainase Penentuan lay out sistem drainase permukaan didesain berdasarkan hasil akhir peta kontur. Analisis Hidrologi Penyiapan Data Curah Hujan Data curah hujan yang digunakan dalam perencanaan drainase adalah data curah hujan harian maksimum minimal 10 tahun terakhir dari 3 stasiun hujan terdekat. (Loebis, 1984:8) Uji Konsistensi Uji konsistensi adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk mengecek konsisten dan tidak konsistennya suatu data hujan yang akan digunakan dalam suatu perencanaan (Soemarto, 1987:38). Agar data hujan tersebut konsisten, maka harus dikalikan dengan faktor koreksi. Rumus yang dipakai adalah : tanβ fk  ………………. ..................................(2.a) (Soemarto, 1987 : 38) tanγ Keterangan : fk = Faktor koreksi. 31
  • 33. tanβ = Arah garis lurus sebagai trend baru. tanγ = Arah garis lurus sebagai trend lama. Uji Homogenitas Setelah uji konsistensi dilakukan maka dilanjutkan dengan uji homogenitas yaitu suatu pengujian yang dilakukan untuk mengecek homogen atau tidak homogennya suatu data yang akan digunakan dalam perencanaan. Suatu kumpulan data yang akan dianalisis harus homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan meninjau apakah plot titik (N, TR) pada kertas grafik homogenitas berada pada batas yang homogen. Keterangan : N = Jumlah data. R 10 TR’ = .x.T R sebagai ordinat. ..........................(Soemarto, 1987 : 38) R R10 = Curah hujan rancangan dengan kala ulang 10 tahun. R = Rata-rata curah hujan. TR = Kala ulang untuk R. Curah Hujan Daerah Curah hujan daerah merupakan curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan dan bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil harga rata-rata hitung (arithmetic mean) karena data yang digunakan adalah curah hujan harian pada penakar hujan dalam areal tersebut. Jadi : d1 .  .d 2 .  .d 3 ................  d n n d d   1 …….. (2.b) (Soemarto, 1987 : 31) n 1 n Keterangan : d = Tinggi curah hujan rata-rata areal d1, d2, d3…….dn = Tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, 3……n n = Banyaknya pos penakar Pengolahan Data 32
  • 34. Curah Hujan Rancangan Metode yang digunakan dalam menghitung curah hujan rancangan adalah Log Pearson tipe III a. Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X b. Hitung harga rata-rata : n  logXi i l Log X = …………………. (2.c) n c. Hitung harga simpangan baku : Si =  (logXi  logX) 2 ………………… (2.d) n 1 d. Hitung koefisien kepencengan. n. (logXi  logX) 2 Cs = ………………… (2.e) (n  1)(n  2)Si 3 e. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ualang dengan rumus f. Log X = Log X + G. S…………………… (2.f) g. Harga G tergantung dari koefisien skew (Cs) dan tingkat probabilitasnya, pada tabel yang merupakan nilai – nilai distribusi log pearson III. h. Menghitung harga curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu dengan antilog X. i. X = Invers log X Uji kecocokan Penguji parameter digunakan untuk menguji kecocokan distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut. Pengujian parameter yang sering dipakai adalah uji Chi-Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov. Uji Chi-Kuadrat Pengambilan keputusan dari uji ini menggunakan parameter X 2, yang dapat dihitung dengan rumus berikut : G O i  E i 2 ……………….. (2.g) X2  Σ h (Suripin, 2004:57) i 1 Ei Keterangan : X2 h = Parameter Chi-Kuadrat terhitung. 33
  • 35. G = Jumlah sub kelompok. Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i. Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i. Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut: 1. Apabila peluang lebih dari 5%, maka persamaan distribusi yang digunakan dapat diterima. 4. Apabila peluang kurang dari 1%, maka persamaan distribusi yang digunakan tidak dapat diterima. 5. Apabila peluang berada diantara 1-5%, maka tidak mungkin mengambil keputusan, misal perlu data tambahan. Uji Smirnov-Kolmogorov Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut juga uji kecocokan non-parametric, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang dari masing-masing data tersebut X1 = P(X1) X2 = P(X2) X3 = P(X3), dan seterusnya. 2. Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data (persamaan distribusinya) X1 = P(X1) X2 = P(X2) X3 = P(X3), dan seterusnya 3. Dari kedua nilai tersebut, tentukan selisih terbesarnya antar peluang pengamatan dengan peluang teoritis. D = maksimum (P(Xn) – P’(Xn)) 4. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-kolmogorov test) tentukan harga Do. Intensitas Curah Hujan 34
  • 36. Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Intensitas Curah Hujan dapat dibuat dengan Rumus Mononobe, rumus ini digunakan apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian. Rumus yang digunakan adalah: 2 R  24  3 I  24   ……………….(2.h) (Suripin, 2004 : 67) 24  t  Keterangan : I = Intensitas curah hujan (mm/jam). R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm). t = Lamanya curah hujan (jam). Perhitungan Waktu Konsentrasi Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan untuk mengalir dari titik terjauh pada suatu daerah pengaliran menuju titik tertentu yang ditinjau sehingga akan didapatkan debit yang maksimum. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan membedakannya menjadi dua komponen yaitu waktu konsentrasi terdiri dari waktu yang dibutuhkan oleh air hujan untuk mengalir diatas permukaan tanah ke saluran yang terdekat (to) dan waktu yang diperlukan air hujan mengalir di dalam saluran (td), sehingga : t c  .t o .  .t d (Suripin,2004 : 82) Untuk to dapat dihitung dengan rumus : 2 n  to   .x.3,28.x. L.x. 3  menit …………(2.i)  (Suripin, 2004 : 82)  S Sedangkan untuk td dapat dihitung dengan rumus : Ls td  menit………………………….. (2.j) (Suripin, 2004 : 82) 60V Keterangan : tc = Waktu konsentrasi dalam jam. to = Waktu limpasan menuju saluran (menit). td = Waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainnya (menit). 35
  • 37. n = Angka kekasaran Manning S = Kemiringan lahan. L = Panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m). Ls = Panjang lintasan lahan di dalam saluran/sungai (m). V = Kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik). Debit Banjir Rancangan Besarnya debit banjir rencana air hujan diatas permukaan tanah (limpasan hujan) ke saluran air hujan air hujan yang ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Luas permukaan daerah aliran. 2. Jenis permukaan tanah. 3. Intensitas hujan yang terjadi. 4. Nilai koefisien kekasaran pengaliran Perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut : Q = C x I x A ……………..(2.k) (Suripin, 2004:79) Keterangan : Q = Debit banjir rencana (m/dt) C = Koefisien pengaliran (tabel) I = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = Daerah pengaliran (m2) Jika A dalam Ha maka : Q = 0,00278 x C x I x A…………..(2.l) (Suripin, 2004:79) Debit Air Kotor Debit air kotor adalah debit yang berasal dari buangan aktivitas penduduk seperti mandi, cuci dan lain-lain baik dari lingkungan rumah tangga, bangunan (fasilitas) umum atau instansi, bangunan komersial, dan sebagainya. 36
  • 38. Tabel Pembuangan Limbah Cair Rata-Rata Per Orang Setiap Hari Volume Limbah Beban BOD Jenis Bangunan Cair (gram/orang/hari) (liter/orang/hari) Daerah Perumahan : - - - Rumah besar untuk keluarga tunggal. 400 100 - Rumah tipe tertentu untuk keluarga tunggal. - Rumah untuk keluarga ganda (rumah susun). 300 80 - Rumah kecil (cottage). (Jika dipasang penggilingan sampah, kalikan BOD 240 – 300 80 dengan faktor 1,5) 200 80 Perkemahan dan Motel : - Tempat peristirahatan mewah. 400 – 600 100 - Tempat parkir rumah berjalan (mobile home). - Kemah wisata dan tempat parkir trailer. 200 80 - Hotel dan motel. 140 70 200 50 Sekolah : - Sekolah dengan asrama. 300 80 - Sekolah siang hari dengan kafetaria. - Sekolah siang hari tanpa kafetaria. 80 30 60 20 Restoran : - Tiap pegawai. 120 50 - Tiap langganan. - Tiap makanan yang disajikan. 25 – 40 20 15 15 Terminal transportasi : - Tiap pegawai. 60 25 - Tiap penumpang. 20 10 37
  • 39. Rumah sakit. 600 - 1200 30 Kantor 60 25 Teater mobil (drive in theatre), per tempat duduk. 20 10 Bioskop, per tempat duduk. 10 - 20 10 Pabrik, tidak termasuk limbah cair industri dan 60 - 120 25 cafeteria. Sumber : Soeparman dan Suparmin, 2001:30 Analisis Hidrolika Bentuk-bentuk Saluran Drainase Dalam perencanaan ini, bentuk yang digunakan adalah : 1. Segiempat/persegi Gambar 1: Penampang Persegi 2. Lingkaran D h Gambar 2: Penampang Lingkaran Perencanaan Dimensi Saluran Rumus kecepatan rata-rata pada perhitungan dimensi penampang saluran menggunakan rumus Manning, karena rumus ini mempunyai bentuk yang sederhana tetapi memberikan hasil yang memuaskan. Untuk menghitung saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut : 38
  • 40. Manning 2 1 1 V= R 3 . S 2 …………………….(2.m) n A R= …………………………….(2.n) P Q= V . A ………………………......(2.o) Keterangan : V = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik) Q = Debit banjir rencana (m3/dtk) n = Koefisien kekasaran R = Radius hidrolik S = Kemiringan saluran A = Luas saluran (m2) P = Keliling basah saluran (m) Tinggi Jagaan (Free Board) Jagaan suatu saluran adalah jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air pada kondisi rencana. (Chow 1985:158 ) Kecepatan Maksimum dan Minimum yang Diijinkan 1. Kecepatan Maksimum adalah kecepatan rata-rata terbesar yang tidak akan menimbulkan erosi pada tubuh saluran. (Chow 1984:164) Kecepatan-kecepatan maksimum pada aliran sub kritis, dalam pemakaiannya dianjurkan seperti dalam KP-03, 1986:39, sebagai berikut : - Pasangan batu : 2 m/dt - Pasangan beton : 3 m/dt 2. Kecepatan Minimum adalah kecepatan terendah yang tidak akan menimbulkan sedimentasi dan mendorong pertumbuhan tanaman air dan ganggang. Untuk kecepatan rata-rata yang diizinkan kurang dari 0,6 m/det biasanya cukup untuk mencegah tumbuhnya tanaman air yang dapat menurunkan kapasitas angkut atau kapasitas hantaran suatu saluran (KP-03, 1986:79). 39
  • 41. Jenis Aliran Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan kritis ( kecepatan yang diijinkan ). Jika kecepatan aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis (Fr < 1), maka alirannya disebut subkritis, sedangkan jika kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut superkritis (Fr > 1).(Anggrahini,1997:47) Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah bilangan Froude (Fr) yaitu perbandingan antara kecepatan dengan gaya gravitasi. Bilangan Froude untuk saluran didefinisikan sebagai : V (Anggrahini,1997:47) Fr  g.x.h Keterangan : V = Kecepatan aliran (m/dt), h = Kedalaman aliran (m), g = Percepatan gravitasi (m/dt2) Jenis-jenis Pasangan Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran. Tetapi pada prakteknya di Indonesia hanya ada tiga bahan yang dianjurkan pemakaiannya: - Pasangan batu - Beton, dan - Tanah (KP-03, 1986:36). Bangunan Pelengkap Gorong-gorong x y r D d 5.3. Contoh Gambar Desain Perhitungan Curah Hujan Daerah 40
  • 42. Curah hujan daerah adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada satu titik tertentu. Data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data akhir hasil konsistensi yang homogen. Dalam perencanaan ini metode perhitungannya digunakan metode rata-rata aljabar karena data yang digunakan merupakan data hujan harian maksimum tiap tahun. Tabel Perhitungan Curah Hujan Daerah RATA- No Tahun STASIUN STASIUN STASIUN RATA Wonoasih Jorongan Triwung 1 1997 98 105 142 115,000 2 1998 92 54 118 88,000 3 1999 64 80 92 78,667 4 2000 96 91 84 90,333 5 2001 102 90 127 106,333 6 2002 87 76 118 93,667 7 2003 111 102 101 104,667 8 2004 127.647 78 163.881 123,176 9 2005 69.276 100 118.279 95,852 10 2006 54.523 63 106.879 74,801 Pengolahan Data Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode Log Person Setelah menghitung curah hujan daerah kemudian dihitung besarnya curah hujan rancangan dengan Metode Log Pearson type III. Tabel 4: Perhitungan Curah Hujan Daerah dengan Log Person Tipe III 41
  • 43. Log X - Log X (Log X - (Log X - Log Curah X P(%) Log X Log X)² X)³ Hujan 115 123,176 9,090909 2,091 0,108 0,0118 0,00127 88 115,000 18,182 2,061 0,079 0,0062 0,00049 78,667 106,333 27,273 2,027 0,045 0,0020 0,00009 90,333 104,667 36,364 2,020 0,038 0,0014 0,00005 106,333 95,852 45,455 1,982 0,000 0,0000 0,00000 93,667 93,667 54,545 1,972 -0,011 0,0001 0,00000 104,667 90,333 63,633 1,956 -0,026 0,0007 -0,00002 123,176 88,000 72,727 1,944 -0,038 0,0014 -0,00005 95,852 78,667 81,818 1,896 -0,086 0,0074 -0,00064 74,801 74,801 90,909 1,874 -0,108 0,0117 -0,00127 jumlah 19,821 jumlah 0,0427 -0,00008 Rata2 1,982 s 0,0689 Cs -0,03 Uji kecocokan Uji Chi-Kuadrat Uji Chi-Kuadarat digunakan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Tabel 5: Perhitungan Chi-Kuadrat X X (X em-X n Tahun empiris teoritis t)2/X t 42
  • 44. a B c d e 1 1999 123,176 130,000 0,3582 2 2000 115,000 119,120 0,1425 3 2002 106,333 111,500 0,2394 4 2006 104,667 106,000 0,0168 5 2003 95,852 96,850 0,0103 6 2005 93,667 95,620 0,0399 7 2001 90,333 94,032 0,1455 8 1998 88,000 92,000 0,1739 9 2004 78,667 80,130 0,0267 10 1997 74,801 77,435 0,0896 970,496 ∑x² 1,2428 Diperoleh ΣX2 tabel = 14,067 (derajat kepercayaan 5 %) ΣX2 tabel lebih besar daripada ΣX2 hitung, maka distribusi yang dipakai sesuai. Uji Smirnov-Kolmogorov Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut juga uji kecocokan non-parametric, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Tabel 6: Uji Smirnov Kolmogorov No Ch P P [ΔP] Empiris Empiris Teoritis 1 123,176 9,091 6,0 0,031 2 115,000 18,182 11,3 0,069 3 106,333 27,273 26,0 0,013 4 104,667 36,364 30,9 0,055 43
  • 45. 5 95,852 45,455 58,0 -0,125 6 93,667 54,545 66,0 -0,115 7 90,333 63,636 70,2 -0,066 8 88,000 72,727 72,0 0,007 9 78,667 81,818 88,1 -0,063 10 74,801 90,909 97,0 -0,061 Dilihat dari tabel nilai ∆P yang paling maksimum adalah 0,069 Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-kolmogorov test) n = 10 Do = 0,410---- 0,069 < 0,410 (Sesuai) Perhitungan Waktu Konsentrasi Contoh perhitungan blok NC saluran 7 - 8 1. Blok NC Saluran 7 - 8 2. Jenis saluran = Tersier→TR = 5 Tahun 3. Ls (panjang saluran) = 30,000 m 4. L (panjang limpasan) = 15,000 a. Jalan = 4,5 m (jarak as jalan ke saluran) b. Blok = 15,000 m (panjang bagian belakang rumah ke saluran) 5. A (Luas) = 450,000 m2 a. Jalan = 135,000 m2 b. Blok = 450,000 m2 6. S (kemiringan limpasan) a. Jalan = 0.02 b. Blok = 0,005 7. n (Koefisien kekasaran) a. Jalan = 0.013 b. Blok = 0,02 44
  • 46. 8. C (koefisien limpasan) a. Jalan = 0,8 aspal b. Blok = 0,6 9. V (kecepatan rata-rata aliran dalam saluran) Karena kecepatan rata-rata dalam saluran = a. Jalan = 0,6 m/dt b. Blok = 0,4 m/dt 10. R24 (curah hujan maksimum harian selam 24 jam (mm)) a. Jalan = 109,647 mm. b. Blok = 109,647 mm. 11. to (waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan (waktu limpasan) menuju saluran terdekat) 2 n  to   .x.3,28.x. L.x. 3    S 2 n  to jalan   .x.3,28.x. L.x. 3    S 2 0,016  to jalan   .x.3,28.x. 6,000.x.  3 0,020    = 1,095 menit 2 0,030  toblok   .x.3,28.x. L12,750x.  3 0,005    = 1,025 menit. 12. td (waktu aliran pada saluran dari satu titik ketitik lainya) Ls td  menit 60V 60 = satuan konversi dari jam ke menit. 108,750 td jalan  60.x.0,600 = 0,833 menit. 45
  • 47. 108,750 td blok  60.x.0,400 = 1,25 menit tc (waktu konsentrasi dalam jam) t c  .t o .  .t d tc jalan = to + td = 1,095 + 0,833 = 1.929 menit = 0,032 jam. tc blok = to + td = 1,025 + 1,25 = 2,275 menit = 0,038 jam. Perhitungan Intensitas Curah Hujan Untuk menghitung intensitas curah hujan digunakan rumus Mononobe, karena data yang ada adalah data curah hujan harian. Curah Hujan (R24) pada kala ulang 10 tahun = 117,489 mm. Rumus Mononobe 2 R  24  3 I  24   (Suripin,2004:67) 24  t  Keterangan : I = Intensitas curah hujan (mm/jam). R24 = Curah hujan maximum dalam 24 jam (mm). t = Lamanya curah hujan (jam). 46
  • 48. Contoh perhitungan 2 R  24  3 I  24   24  t  2 117,489  24  3 I jalan    24  0,032  = 376,817 mm/jam. 2 117,489  24  3 I blok    24  0,038  = 337,521 mm/jam Debit Banjir Rancangan Contoh perhitungan pada blok C1 saluran 7 – 8. Jika A dalam Ha maka : Q = 0,00278 x C x I x A Q blok = 0,00278 x 0,600 x 337,521 x 0,045 = 0,025 m3/dtk. Q jalan = 0,00278 x 0,800 x 376,817 x 0,014 = 0.011 m3/dtk. Q total = 0,025 + 0,011 = 0,036 m3/dtk. Debit Air Kotor Debit air kotor diperhitungkan sebagai berikut: Debit air buangan tiap orang = 300 lt/orng/hari = 0,003472222 lt/org/jam = 0,000003472 m3/org/detik. Pada saluran 7 – 8 1. Jenis saluran : tersier 2. Jumlah rumah : 2 unit 3. Tipe rumah : 60 47
  • 49. 4. Banyaknya penghuni : 5 orang/rumah 5. Jumlah penghuni total : 10 orang 6. Debit air kotor (Q) : 10 x 0,000003472 : 0,0000347 m3/dtk. Perhitungan Debit Kumulatif Debit total saluran drainase adalah penjumlahan dari debit air hujan dan debit air kotor dari rumah tangga. Contoh perhitungan 1 untuk saluran 7 - 8 1. Saluran :7–8 2. Saluran sebelumnya :- 3. Jenis saluran : Tersier 4. Limpasan dari : blok dan jalan 5. Debit aliran air hujan(Q1) :  Blok : 0,025 m3/detik.  Jalan : 0,010 m3/detik. 6. Debit aliran air kotor(Q2) : 0,0000347m3/detik 7. Debit total : Q1 + Q2 : (0,025+0,010) + 0,0000347 : 0,035 m3/detik. Contoh perhitungan 2 1. Saluran :8–9 2. Saluran sebelumnya :7–8 3. Q 7 – 8 : 0,0367 m3/detik. 4. Jenis saluran : Sekunder 5. Limpasan dari : blok dan jalan 6. Debit aliran air hujan(Q1) :  Blok : 0,042 m3/detik.  Jalan : 0,016 m3/detik. 3 7. Debit aliran air kotor(Q2) : 0,0000694 m /detik 48
  • 50. 8. Debit total : Q1 + Q2 + Q7 - 8 : (0,042 + 0,016) + 0,035 : 0,093 m3/detik. Perencanaan Dimensi Saluran Contoh perhitungan untuk blok NC saluran 7 – 8 - Panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (Ls) =30,000 m - Elevasi muka tanah asli di titik 7 = 17,640 m - Elevasi muka tanah asli di titik 8 = 17,600 m elevasi.7  .elevasi.8 - Kemiringan tanah asli = Ls 17,640  17,600 = m 30,000 = 0,0013 - Lebar (B) dicoba 0,80 m B - Dipakai tinggi (h) = 2 0,8 = = 0,4 m. 2 - Luas penampang basah (A) = B.h = 0,8.0,4 = 0, 32 m2 - Keliling basah (P) = B+2h = 0,8 + 2.0.4 = 1.6 m A -Jari-jari hidraulik (R) = P 49
  • 51. 0.24 = 1 .4 = 0.2 m -Koefisien Kekasaran Manning Dari tabel 2.9 untuk nilai n bata dalam adukan semen nilainya 0,025 - Kecepatan aliran dalam saluran (V) 2 1 1 V = .x.R 3 .x.s 2 n 2 1 1 = .x.0,2 3.x.0,0013 2 0,025 = 0,493 m/dt Kecepatan yang dizinkan antara 2 m/detik sampai 0,6 m/detik, sehingga kecepatan aliran tidak memenuhi namun lebar bisa dipakai. Jadi penyelesaiannya dengan cara mengurangi elevasi akhir sebesar 0.03 m. elevasi awal.  .elevasi akhir - Kemiringan lahan (s) = Ls (16,640  0,03)  16,570 = m 30,000 = 0,012 2 1 1 V = .x.R 3 .x.s 2 n 2 1 1 = .x.0,20 3 .x.0,012 2 0,025 = 1,478 m/dt - Debit (Qhitung) =VxA = 1,478 x 0,32 = 0,473 m/dt 50
  • 52. - Q rencana = 0,035 m/dt Karena debit hitung lebih besar dari debit rencana maka dimensi yang direncanakan bisa dipakai. V 1,478 - Bilangan froude (Fr) = = = 0,747 g.x.h 9,8.x.0,4 Maka jenis aliran subkritis - Tinggi jagaan (Fb) Fb = 0.33 x h = 0,33 x 0,4 = 0.14 m - Elevasi Muka Air  Muka Air Awal = Elevasi tanah asli awal (titik 7) – 0,14 = 17.640 – 0,14 = 17,500 m.  Muka Air Akhir = Elevasi muka air awal (titik 7) – (Ls x s) = 17,500 – (30,000 x 0,012) = 17,460 m. - Elevasi Dasar Pasangan  Elevasi Dasar Pasangan Awal = Elevasi muka air awal (titik 7) - h = 17,500 – 0,40 = 17,100 m  Elevasi Dasar Pasangan Akhir = Elevasi muka air awal (titik 7) - (Ls x s) = 17,500 – (30,000 x 0,012) = 17,60 m - Elevasi Atas Pasangan 51
  • 53.  Elevasi Atas Pasangan Awal = Elevasi muka air awal + Fb (titik 7) = 17,500 + 0,14 = 17,640  Elevasi Atas Pasangan Akhir = Elevasi muka air akhir (titik 7) + Tinggi jagaan ( Fb ) = 17,46 + 0.14 = 17,60 m Perencanaan Dimensi Gorong-gorong Contoh Perhitungan Gorong-gorong pada saluran 12 – 71 1. Blok = NB 2. Saluran titik awal = 38 3. Saluran titik akhir = 67 4. Jenis saluran = gorong-gorong 5. Saluran sebelumnya = 21 - 38 , 73 – 38 ( Q = 0,334 ) 6. Panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (Ls) = 8,000 m 7. Elevasi muka tanah asli awal = 12,750 m 8. Elevasi muka tanah asli akhir = 12,710 m x y r D a h 52
  • 54. Alternatif 1 :  Jari-jari gorong-gorong dicoba (r) = 0,30 m - A = 2,738 r² = 2,738 0,302 = 0,246 m2 - P = 4,5 r = 4,5 . 0,30 = 1,35 m - R = 0,608 r = 0,608. 0,30 = 0,18 - Kemiringan pada dasar saluran menggunakan muka tanah asli : = (Elevasi awal – Elevasi akhir)/ Ls 12,75  12,71 = = 0,005 8 - Koefisien Manning :untuk nilai n beton nilainya 0,013 - Kecepatan dalam saluran 1 2 V= R 3 S n 1 2 = 0,183 3 0,005 0,013 = 1,75 m/detik Kecepatan yang dijinkan antara 2 m/detik sampai 0,6 m/detik, sehingga diameter bisa dipakai. Kontrol debit : Q = V. A = 1,75. 0,246 = 0,43 m3/dt > Q. Rencana ( dapat digunakan ) 53
  • 55. Alternatif 2 : Fb = D – h h = 0.814 D (SNI) = 0,60 – 0,48 = 0.12 m y = 0,18 m r = 0,30 cm 18 Cos a = 30 a = 53,15 o β = 360 – 2 a = 360 – 106 = 254 2a L = x r 2 360 254 = x r 2 360 = 0.199 x sin α = r x sin 53,15 = r x = 0,799 r = 0,239 1 L = xy 2 1 = 0,239 x 0,18x 2 = 0,022 L (A) =L +2L 54
  • 56. = 0,199 + 2 x 0,022 = 0,243  P = x 2r 360 254 = x 2r 360 = 1,31 A R = P 0,243 = 1,31 = 0,21 - Kemiringan pada dasar saluran menggunakan muka tanah asli : = (Elevasi awal – Elevasi akhir)/ Ls 12,75  12,71 = = 0,005 8 Kontrol s 2 1 1 - Kecepatan aliran dalam saluran (V) = .x.R 3 .x.s 2 n 2 1 1 2 = .x.0,213.x.s 2 0,013 s = 0.00547 - Koefisien Manning : untuk nilai n beton nilainya 0,013 2 1 1 - Kecepatan aliran dalam saluran (V) = .x.R 3 .x.s 2 n 2 1 1 = .x.0,213.x.0,005 2 0,013 = 1,94 m/dt 55
  • 57. Kecepatan yang dijinkan antara 2 m/detik sampai 0,6 m/detik, sehingga kecepatan aliran memenuhi. - Kontrol Debit : Q =VxA = 1,94 x 0,243 = 0,45 m³/detik - Debit rencana = 0,348 m³/detik Debit hitung lebih besar dari debit rencana maka diameter dan kemiringan bisa dipakai. 56
  • 58. Keterangan : = Lebar : 1,00 m ; Tinggi : 0.50 m = Lebar : 0,60 m ; Tinggi : 0.30 m = Lebar : 0,80 m ; Tinggi : 0.40 m = Lebar : 0,70 m ; Tinggi : 0.35 m 57
  • 59. BAB VI PERENCANAAN SISTEM DRAINASE RUMAH TINGGAL DAN GEDUNG SISTEM BIOPORI,SISTEM PEMBUANGAN BERTEKANAN DAN SISTEM PEMBUANGAN GRAVITASI 6.1 Pendahuluan Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan airyang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan saluran drainase antara laIn :  Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.  Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.  Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. 58
  • 60.  Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir. Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Drainase perkotaan didefinisikan sebagai ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasan kota. 6.2 Landasan Teori Klasifikasi berdasar pengairan : Sistem gravitasi Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah Sistem Bertekanan Sistem yang menggunakan alat ( pompa ) karena saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat plambing, sehingga air buangan di kumpulkan terlebih dahulu dalam suatu bak penampungan, kemudian di pompakan keluar ke roil umum. Sistem ini mahal, tetapi biasa di gunakan pada bangunan yang mempunyai alat – alat plambing di basement pada bangunan tinggi / bertingkat banyak. SUMUR RESAPAN Sumur resapan dibuat dengan tujuan untuk mengalirkan air buangan dari permukaan tanah ke akuifer air tanah. Alirannya berlawanan dengan sumur pompa, tetapi konstruksi dan cara pembangunannya mungkin dapat saja sama. Pengimbuhan sumur akan lebih praktis apabila terdapat akuifer tertekan yang dalam dan perlu untuk diimbukan, atau pada suatu kawasan kota yang memiliki lahan yang sempit/terbatas. Kriteria perancangan sumur resapan: 1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil. 2. Sumur resapan berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan septic tank dan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan. 59
  • 61. 3. Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan. 4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) minimal 2,0 cm per jam yang berarti dalam satu jam mampu menyerap genangan air setinggi 2 cm. Prosedur dan tata cara pembuatan lubang resapan Cara pembuatan sumur resapan air pada rumah dengan talang air adalah sebagai berikut: 1. Buat sumur dengan diameter 80-100 cm sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air tanah. 2. Untuk memperkuat dinding tanah, gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa plesteran) atau pasangan batu kosong. 3. Buatlah saluran pemasukan yang mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur resapan dengan menggunakan pipa paralon. 4. Buatlah saluran pembuangan dari sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang limpahan air saat sumur resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih tinggi dari muka air tanah tertinggi pada selokan drainase jalan tersebut. 5. Isi lubang sumur resapan air dengan koral setebal 15 cm. 6. Tutup bagian atas sumur resapan dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat diurug dengan tanah. Cara Pembuatan Lubang Biopori 1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm. Kedalamannya sekitar 100 cm atau sampai melampaui muka air tanah jika dibuat tanah yang mempunyai permukaan air dangkal. Jarak antar lobang antara 50-100 cm. 60
  • 62. 2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm setebal 2 cm. 3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, atau dedaunan. 4. Sampah organik perlu ditambahkan jika isi lubang sudah berkurang atau menyusut akibat proses pelapukan. 5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang. 61
  • 63. 6.3. Contoh gambar desain Skema umum sistem pembuangan gravitasi 62
  • 65. Skema umum sistem sumur resapan 64
  • 66. BAB VII PERENCANAAN SISTEM DRAINASE LAPANGAN GOLF 7.1. Pendahuluan Drainase pada lapangan golf memiliki peranan vital bagi keadaan tanah, tanah yang menggenang dapat menyebabkan tanah tergulung dan berlumpur. 7.2. Landasan Teori Dalam kasus ini sistem drainase menggunakan Struktur multi-Flow dan bentuk menyediakan drainase yang unik keuntungan. Profil datar menyediakan luas permukaan yang unggul yang memungkinkan lebih kesempatan bagi air untuk memasuki sistem. Its unggul kekuatan secara signifikan mengurangi risiko yang hancur. Dan yang karakteristik aliran internal memungkinkan air untuk meninggalkan area hijau cepat. Selain itu, tidak perlu trenched dalam tetapi hanya digulung di atas sub-kelas di mana ia terletak jauh dari jangkauan pemotong gelas dan coring peralatan. Kebijaksanaan konvensional telah sering 65
  • 67. ditempatkan garis drainase kolektor hanya di titik rendah dari basis sub-hijau. Asumsinya adalah bahwa karena air akan menemukan daerah dataran rendah tetap dan karena hijau memungkinkan air bergerak bebas, ini adalah semua yang diperlukan. Praktek ini mengabaikan efek bahwa air bergerak telah di struktur hijau. Bergerak air membawa partikel halus dengan itu. Semakin banyak air yang bergerak dan kecepatan lebih tinggi pada yang bergerak, tanah lebih akan membawa dengan itu. Instalasi pembuangan baris lebih lanjut selain membutuhkan yang bergerak air dalam volume yang lebih besar ke tempat pengumpulan yang lebih sedikit. Hal ini mengakibatkan migrasi besar tanah yang menyebabkan istirahat down dari struktur tanah dan potensi pemblokiran jalur drainase.Drainase pada hijau golf harus lembut dan menyeluruh. Pola intensif menurunkan kecepatan air gerakan dan akibatnya melindungi integritas rapuh struktur hijau. Penyebaran baris drainase di atas seluruh sub-kelas dari hijau berarti air memiliki kurang jarak perjalanan dan hasil dalam migrasi tanah kurang. Tapi menemukan garis dekat bersama-sama juga memastikan prompt dan menyeluruh drainase. Lihatlah pembuluh darah di bagian belakang sisi daun untuk model drainase efektif. Semakin sedikit air perlu jarak perjalanan untuk mencapai jalan keluar, semakin baik drainase tersebut. Intensif berpola drainase memungkinkan untuk menghilangkan sejumlah besar air dalam waktu singkat tanpa mengganggu struktur tanah. Dua filter terpisah menjamin bahwa sistem drainase akan tidak gagal jarum-meninju geotekstil bungkus mencegah pasir dari memasuki saluran aliran. Dua inci yang bersih, pasir sangat kasar efektif melindungi geotekstil dari penyumbatan akibat lumpur dan denda tanah lainnya. Sistem Desain dan Tata Letak Ketika merancang drainase untuk hijau, utama Multi- Arus kolektor harus berbaring horizontal pada sub-kelas dan ditempatkan di sepanjang garis jatuh maksimal. A 4 "diameter Pipa PVC harus ditempatkan langsung di bawah utama line, keluar hijau pada akhir rendah. Tee PVC harus dipasang di jalur PVC, mengarah ke atas, pada setiap lokasi menurut Pola intensif di sebuah herringbone kerahasiaan guration menyediakan drainase seragam untuk setiap bagian dari green. 66
  • 68. 7.3. Contoh Rencana Saluran Drainase Terlampir dalam file Berbeda 67