Makalah ini membahas tentang terjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Indonesia. Ia menjelaskan sejarah singkat terjemahan Al-Quran, pengertian dan pembagian terjemahan, perbedaan antara terjemahan tafsiriyah dan tafsir, syarat-syarat penerjemah, hukum terjemahan Al-Quran, cara yang benar dalam menerjemahkan Al-Quran, serta manfaat terjemahan Al-Quran.
1. “TERJEMAH “
Dosen Pengampu :Abdul Aziz,M.Kn
DISUSUN OLEH :
DESSY WULANDARI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AS-SHIDDIQIYAH
TAHUN AKADEMIK 2014 /2015
JL. Lintas Timur Km.123 Desa Lubuk Seberuk Kec.
Lempuing Jaya Kab. OKI Sum-Sel
30657
2. ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah tentang “Terjemahan”. Dan tidak lupa Sholawat beserta
Salam tetap kami curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad S.A.W.
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yakni
agama Islam.
Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia, apa bila ada
kesalahan atau dari pembaca apa bila terdapat kesalahn dalam penulisan makalah ini
guna perbaikan dalam pembuatan makalh kami yang selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin .
ya rabbal ‘Alamin .
Lempuing Jaya, Desember 2014
PENULIS
3. iii
DAFTAR ISI
Halaman Depan ....................................................................................................i
Kata Pengantar .....................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumuasn Masalah.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH SINGKAT.......................................................................................2
2.2 PENGERTIAN DAN PEMBAGIANNYA ...........................................................3
2.3 PERBEDAAN ANTARA TARJAMAH TAFSIRIYAH DAN TAFSIR.......................4
2.4 SYARAT-SYARAT PENERJEMAH ...................................................................4
2.5 HUKUM TERJEMAH AL-QURAN...................................................................5
2.6 CARA MENERJEMAHKAN AL-QUR’AN DENGAN BAIK .................................6
2.7 MANFAAT TERJEEMAH AL-QUR’AN............................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................9
3.2 SARAN .........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................10
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah menjadi keinginan setiap manusia baik muslim ataupun non muslim
untuk mengetahui apa yang terkandung dalam alquran, sementara Al-Quran turun
dalam bahasa Arab (Qur’anan ‘arobiyyan), padahal tidak semua orang dapat
mengerti apalagi menguasai Bahasa Arab, maka dengan alasan itulah penerjemahan
Al-Quran sangat dibutuhkan hingga ke dalam berbagai bahasa di dunia.
Pemakalah di sini akan mencoba menjelaskan sedikit tentang sejarah
penerjemahan Al-Quran, pengertian terjemah, pembagian terjemah, syarat-syarat
penerjemah, hukum terjemah, kedudukan terjemah jika dibandingkan dengan
Alquran itu sendiri, dan terakhir tentang puisisasi Al-Quran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah singkat tentang terjemah?
2. Apa Pengertian dan pembagiannya Terjemah?
3. Bagaimana Perbedaan antara tarjamah tafsiriyah dan tafsir?
4. Apa Syarat-syarat penerjemah?
5. Bagaimana Hukum terjemah al-quran?
6. Bagaimana Cara menerjemahkan al-qur’an dengan baik?
7. Apa Manfaat terjeemah al-qur’an?
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH SINGKAT
Sebelum berkembangnya bahasa Eropa modern, yang berkembang di Eropa
adalah bahasa Latin. Oleh karena itu, terjemahan AL-Quran dimulai kedalam bahasa
Latin. terjemahan itu dilakukan untuk keperluan biara Clugny kira-kira tahun 1135.
Prof. W. Montgomery Watt dalam bukunya bell’s Introduction to the Quran
(Islamic Surveys 8), menyebutkan bahwa pertanda dimulainya perhatian Barat
terhadap study Islam adalah dengan kunjungan Peter the Venerable, Abbot of
Clugny ke Toledo, pada abad kedua belas, diantara usahanya adalah menerbitkan
serial keilmuan untuk menandingi kegiatan intelektual Islam saat itu, terutama di
Andalus. Sebagai bagian dari kegiatan tersebut adalah menterjemahkan Al-Quran
ke dalam bahasa Latin yang dilakukan oleh Robert of Ketton (Robertus Retanensis),
dan selesai pada juli 1143.
Abad Renaissance di Barat memberi dorongan lebih besar untuk menerbitkan
buku-buku Islam, pada awal abad keenam belas buku-buku Islam banyak
diterbitkan, termasuk penerbitan Al-Quran pada tahun 1530 di Venica dan terjemah
Al-Quran kedalam bahasa Latin oleh Robert of Ketton tahun 1543 di Basle, dengan
penerbitnya Bibliander. dari terjemahan bahasa latin inilah, kemudian Al-Quran
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa.
Al-Quran juga diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa selain Eropa, seperti
Afrika, Persia, Turki, Urdu, Tamil, Pastho, Benggali, Jepang dan berbagai bahasa di
kepulauan Timur, tidak ketinggalan pula Al-Quran juga diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, pada pertengahan abad ketujuh belas, Abdul Ra’uf fansuri,
seorang ulama dari Singkel, Aceh, menterjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa
Melayu, walau mungkin terjemahan itu ditinjau dari sudut ilmu bahasa Indonesia
modern belum sempurna, namun, pekerjaan itu adalah berjasa besar sebagai
pekerjaan perintis jalan; hingga pada saat ini, kita bisa mendapatkan berbagai
terjemahan Al-Quran dalam bahasa Indonesia dengan sangat mudah dan
bermacam-macam versi.
6. 3
2.2 PENGERTIAN DAN PEMBAGIANNYA
Kata Tarjamah, yang dalam bahasa Indonesianya biasa kita sebut dengan
Terjemah, secara etimologi mempunyai beberapa arti :
Menyampaikan suatu ungkapan pada orang yang tidak tahu.
Menafsirkan sebuah ucapan dengan ungkapan dari bahasa yang sama.
Menafsirkan ungkapan dengan bahasa lain.
Memindah atau mengganti suatu ungkapan dalam suatu bahasa ke
dalam bahasa yang lain, dan pengertian yang keempat ini, yang akan
kita bahas lebih lanjut, mengingat pengertian inilah yang biasa
dipahami oleh banyak orang (‘Urf), dari kata Tarjamah.
Sedangkan Tarjamah sendiri terbagi menjadi dua macam:
1. Tarjamah Harfiyah atau Tarjamah Lafdhiyah.
Pengertian Tarjamah Harfiyah adalah memindahkan (suatu isi ungkapan) dari
satu bahasa ke bahasa yang lain, dengan mempertahankan bentuk atau urutan
kata-kata dan susunan kalimat aslinya.
2. Tarjamah Tafsiriyah atau Tarjamah Ma’nawiyah.
Sedangkan Tarjamah Tafsiriyah adalah menerangkan sebuah kalimat dan
menjelaskan artinya dengan bahasa yang berbeda, tanpa memepertahankan
susunan dan urutan teks aslinya, dan juga tidak mempertahankan semua Ma’na
yang terkandung dalam kalimat aslinya yang diterjemah.
Sebagai contoh adalah زيدّمديقًالرجرّخويؤأخرى Bila kita artikan
dengan Tarjamah Harfiyah, maka, artinya adalah Zaid mendahulukan satu kakinya
dan mengakhirkan kaki yang satunya lagi, sedangkan bila kita mengartikan dengan
Tarjamah Tafsiriyah, maka, artinya adalah Zaid ragu-ragu (ّدديتر) dalam mengambil
keputusan, misalnya; Dalam istilah bahasa Arab, kata mendahulukan satu kaki dan
mengakhirkan kaki yang lainya, sebagai bentuk Kinayah (Metafora) dari perasaan
ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
7. 4
2.3 PERBEDAAN ANTARA TARJAMAH TAFSIRIYAH DAN TAFSIR
Ada beberapa titik perbedaan antara Tarjamah Tafsiriyah dan Tafsir dari dua
segi:
1. Perbedaan bahasa, bahasa Tafsir terkadang atau kebanyakan
memakai bahasa yang sama, sementara bahasa Tarjamah Tafsiriyah
harus dengan bahasa yang berbeda.
2. Bagi pembaca Tafsir, bisa memperhatikan rangkaian dan susunan teks
asli beserta arti yang di tunjukan, di samping teks terjemahanya;
sehingga dia bisa menemukan kesalahan-kesalahan yang ada,
sekaligus meluruskanya. Andaikan dia tidak menangkap kesalahan itu,
maka, pembaca yang lain akan menemukanya. Sedangkan pembaca
terjemah, tidak sampai ke situ, karena dia tidak tahu susunan Al-
Quran dan arti yang ditunjukanya, bahkan kesan yang ada, bahwa apa
yang ia baca, dan ia pahami dari terjemah tersebut, adalah Tafsir atau
arti yang benar terhadap Al-Quran, sedangkan pengecekan terhadap
teks aslinya dan membandingkan dengan teks terjemahan, itu sudah
di luar batas kemampuanya, selama dia tidak tahu bahasa Al-Quran.
2.4 SYARAT-SYARAT PENERJEMAH
Seorang penerjemah Al-Quran harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Penerjemah haruslah seorang muslim, sehingga tanggung jawab
keislamannya dapat dipercaya.
b. Penerjemah haruslah seorang yang adil dan tsiqah. Karenanya, seorang fasik
tidak diperkenankan menerjemahkan Alquran.
c. Menguasai bahasa sasaran dengan teknik penyusunan kata. Ia harus mampu
menulis dalam bahasa sasaran dengan baik.
d. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip penafsiran Al-Quran dan memenuhi
kriteria sebagai mufasir, karena penerjemah pada hakikatnya adalah
seorang mufasir.
Selain syarat di atas, shighat terjemahan harus benar jika diletakkan pada
tempat aslinya dan terjemahann haruslah cocok benar dengan makna-makna dan
tujuan-tujuan aslinya, dan penerjemah harus memberikan keterangan pendahuluan
yang menyatakan bahwa terjemah Alquran tersebut bukanlah Alquran, melainkan
tafsir Alquran.
8. 5
2.5 HUKUM TERJEMAH AL-QURAN
Mengingat bahwa terjemah Al-Quran terbagi menjadi dua, Harfiyah dan
Tafsiriyah, maka, untuk membahas hukum terjemah Al-Quran, harus membahas
satu persatu dari dua macam Tarjamah Al-Quran tersebut.
Kalau kita mempunyai pengetahuan tentang bahasa-bahasa, tentu mengetahui
bahwa terjemah harfiah dengan pengetian sebagaimana di atas, tidak mungkin
dapat dicapai degan baik jika konteks bahasa asli dan cakupan semua maknanya
tetap dipertahankan. Sebab karakteristik setiap bahasa berbeda satu dengan yang
lain dalam hal tertib bagian-bagian kalimatnya.
1. Hukum terjemah harfiah
Tidak ada keharaman menerjemahkan alqur’an dengan terjemah harfiah,
sebab alqur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada rosulnya, merupakan
mukjizat dengan lafadz dan maknanya, serta membacanya dipandang sebagai suatu
ibadah. Di samping itu, tidak seorang pun berpendapat , kalimat-kalimat alqur’an
itu jika diterjemahkan dinamakan pula kalamullah. Sebab allah tidak berfirman
kecuali dengan alqur’an yang kita baca dengan bahasa arab, dan kemukjizatan
hanya kusus bagi alqur’an yang diturunkan dengan bahasa arab. Kemudian yang
dipandang ibadah dengan membacanya ialah alqur’an berbahasa arab yang jelas,
berikut lafadz-lafadz, huruf-huruf dan tertib kata-katanya.
Tarjamah Harfiyah terhadap Al-Quran, adakalanya berupa Tarjamah yang
menyerupainya (Bil Mitsli), dan adakalanya tidak menyerupainya (Bi Ghoiril Mitsli).
Tarjamah Harfiayah bil Mitsli artinya, menerjemahkan susunan Al-Quran ke
dalam bahasa lain, dengan menjelaskan kata perkata, menyamakan gaya bahasanya
(uslub-nya), sehingga bahasa terjemah mampu memuat apa yang terkandung
dalam susunan naskah aslinya, yaitu Ma’na atau pesan-pesan yang tersampaikan
dari gaya bahasa aslinya yang sangat Baligh , sekaligus hukum-hukum syariatnya.
Terjemahan model seperti ini mustahil untuk dilakukan karena diturunkanya
Al-Quran mempunyai dua tujuan ( الغرض), yaitu:
a. Untuk menunjukan kebenaran Nabi SAW dalam risalah-nya yang beliau
sampaikan dari tuhannya, ini semua terjadi, karena Al-Quran adalah
Mu’jizat, yang mana andaikan Manusia dan Jin bersatu-padu, bahu
membahu untuk membuat atau menandingi satu surat sekalipun, yang
menyerupainya; niscaya mereka tidak akan mampu untuk selamanya.
b. Untuk memberikan petunjuk pada Manusia, kepada kemaslahatan dan
keselamatannya, baik di Dunia maupun di Akhirat.
9. 6
Sedangkan Tarjamah Harfiyah bi Ghoiril Mitsli adalah menerjemahkan susunan
Al-Quran dari kata perkata sebatas kemampuan si penerjemah, dan sebatas
jangkauan bahasa terjemah.
2. Hukum terjemah secara tafsiriyah
Dapat kita katakana, apabila para ulama islam melakukan penafsiran alqur’an,
dengan cara mendatangkan makna yang dekat, mudah dan kuat, kemudian
penafsira ini diterjemahkan dengan penuh kejujuran dan kecermatan, maka cara
demikian dinamakan dengan terjemah tafsiriyah, dalam arti mensyarahi
(mengomentari) perkataan dan menjelaskan maknanya dengan bahasa lain. Usaha
seperti ini tidak terlarang, karena allah mengutus Mohammad untuk
menyampaikan risalah islam kepada seluruh umat manusia, dengan segala bangsa
dan ras yang berbeda-beda. Nabi menjelaskan :
“ Setiap nabi hanya diutus kepada kaumnya secara khusus, sedang aku diutus
kepada manusia seluruhnya” 1
Hingga saat ini, al-qur’an telah diterjemahkan ke dalam 55 bahasa di dunia,
seperti indonesia, prancis, jepang, cina dan lain-lain. Seperti yang telah dijelaskan
oleh K.H Muharror Ali, informasi tersebut dialami sendiri oleh bliau, bahwa
Informasi Mazhab Al-Qur’an nomor satu di Madinah mengatakan bahwa al-qur’an
telah diterjemahkan ke dalam 55 bahasa. Tidak hanya itu, bliau pun sempat disuruh
untuk menerjemahkan kedalam bahasa indonesia.2
2.6 CARA MENERJEMAHKAN AL-QUR’AN DENGAN BAIK
Metode-metodenya antara lain:
1. Mengetahui huruf-huruf tambahan pada awal dan akhir kalimat, seperti huruf
wawu atau ya’ dan nun pada jama’ mudzakar salim, atau alif dan ta’ pada jama’
muannassalim. Untuk mengetahui hal tersebut, kita harus mengetahui bentuk
tsulasi mujarot pada setiap kalimat. Contoh pada kata يفتحو huruf tambahannya
adalah ya’ dan wawu, dengan demikian akar katanya adalah .فتح Yang perlu
diketahui adalah apa arti huruf tambahan dan akar kata tersebut.
2. Mengetahui makna kata sambung, apakah huruf athaf, huruf jer, amil nawasib,
amil jawazim, bentuk dlomir, atau bentuk lainnya. Untuk mengetahui makna
dari huruf atau kalimat penghubung tersebut, kita bisa lihat pada kitab-kitab
nahwu, dan kata penghubung tersebut harus dihafalkan atau di ketahui masing-
masing.
1
Pengantar study ilmu Al-qur’an hlm. 399
2
Ngaji tafsir jalalaini, oleh. Bp. K.H. Muharror Ali
10. 7
3. Memperhatikan bentuk kalimat apakah fi’il madhi, mudhore’ atau amr, kata
jadian masdar, isim zaman, isim makan, isim alat, isim maf’ul, isim fa’il atau
lainnya.
4. Mengetahui arti akar kata pada setiap kalimat, sedangkan akar kata yang perlu
dilihat adalah akar kata yang ada pada surah al-baqoroh. Kita bisa memulai
dengan melihat arti setiap kalimat yang ada pada surah al-baqoroh satu persatu,
kalimat baru perlu diketahui dan dihafalkan dengan diberi coret bawah,
kemudian jika kalimat yang sudah diketahui artinya terulang lagi, tidak perlu
digaris bawah, dan begitu seterusnya.
Dengan demikian, kita bisa menerjemahkan al-qur’an dengan baiik, dan untuk
mengetahui ketepatan dan kebenaran terjemah, kita bisa mencocokkan dengan
terjemah al-qur’an yang sudah ada.
2.7 MANFAAT TERJEEMAH AL-QUR’AN
Seorang pakar ilmu kelautan Prancis yang bernama Cikarto, dia bisa masuk
Islam Hanya karena perantara membaca qur’an terjemah bahasa prancis. Dia telah
menjelajahi seluruh lautan di dunia ini, dan setiap dia ganti laut, airnya tidak bisa
bercampur, setelah itu dia membaca al-qur’an terjemah bahasa Prancis dari surat
ar-rahman ayat 19-20, yan berbunyi:
ًًًًًً
ًًًًًًًً
“ Dia membiarkan dua laut menalir kemudian keduanya bertemu, diantara
keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing”.
Setelah itu dia sadar, bahwa seluruh kejadian alam di dunia ini telah di
terangkan semua dalam al-qur’an, dan akhirnya dia masuk islam. 3
Adapun manfaat lainnya banyak sekali, diantaranya :
1. Membantu dalam menghafal al-Quran. Karena salah satu metode menghafal
yang paling efektif dan sudah teruji (diakui oleh para penghafal al-Quran)
adalah dengan memahami terlebih dahulu arti ayat yang akan dihafal.
2. Mempelajari bahasa arab terutama dalam menambah kosa kata yang
bersumber dari al-Quran.
3. Membantu dalam menyampaikan ceramah, kultum, pengajian.
3
Ngaji tafsir jalalaini, oleh. Bp. K.H. Muharror Ali
11. 8
Adab dan sarat menerjemahkan al-qur’an :
1. Terjemahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengganti al-Qur’an
dengan cukup dengannya tanpa al- Qur’an. Berdasarkan hal ini,
maka harus ditulis dulu teks al-Qur’an dalam bahasa Arabnya,
kemudian di sampingnya teks terjemahan tersebut agar menjadi
semacam tafsir terhadapnya.
2. Hendaknya penerjemah adalah orang yang mengetahui betul
arahan-arahan lafazh di dalam kedua bahasa tersebut dan hal-hal
yang dituntut di dalam redaksinya.
3. Hendaknya penerjemah adalah orang yang mengetahui benar
makna-makna lafazh-lafazh syari’at di dalam al-Qur’an.
4. Di dalam penerjemahan al-Qur’an al-Karim, hanya orang-orang yang
amanah saja yang boleh diterima, yaitu seorang Muslim yang lurus
di dalam dirinya.4
4
Ushuul Fi at-Tafsiir karya Syaikh Muhammad bin Shaalih al-‘Utsaimiin, h.32-33
12. 9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Terjemah alqur’an bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu terjemah harfiah dan
terjemah tafsiriyah, menerjemahkan al-qur’an dapat dilakukan dengan metode-
metode yang harus diketahui sebelumnya, seperti mengetahui huruf-huruf
tambahan, kata sambung, bentuk kalimat dan mengetahui arti akar kata dalam
setiap kalimat. Dengan demikian kita bisa memulai menerjemahkan al-qur’an.
Manfaat terjemah alqur’an dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti membantu kita untuk memahami ceramah atau pidato yang di dalamnya
bayak terdapat bunyi ayat-ayat al-qur’an, selain itu banyak sekali manfaat yang
dapat kita rasakan.
Sahabat, pernahkan anda merasakan nikmatnya menangis dalam shalat atau
menangis ketika membaca al-Quran? Subhanallah, itu adalah sebuah kelezatan
yang luar biasa, sebagiamana diilustrasikan secara tepat oleh seorang ulama salaf,
“Andai para raja zhalim mengetahui kelezatannya, maka mereka akan merebutnya
dari kita dengan pedang-pedang mereka” Selain itu, menangis dalam shalat dan
membaca al-Quran memiliki keutamaan yang sangat tinggi, di antaranya yaitu
diharamkannya mata tersebut dari jilatan api neraka (HR. Ibnu Abi Dunya), tidak
diazab pada hari kiamat kelak (Hr. Al-Hakim) dan dapat melembutkan hati.
3.2 SARAN
Demikianlah makalah yang kami berisikan tentang tafsir, ta’wil dan terjemah.
Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin
dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai
penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.
13. 10
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Rosihun, Ulum Al-Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2012.
Ashiddieqy Hasbi, Sejarah dan Pengantar ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan bintang,
jakarta, 1989.
Hasbi Muhammad, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1987.
M. Yusuf Kadar, study Al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2010.
Al-Hayy Abd, Metode tafsir Mawdhu’i, Raja Grafindo Persada, jakarta, 1994.
Syadali Ahmad, Rafi’i, Ulumul Qur’an II, Pustaka Setia, Bandung, 2000.