Dokumen tersebut membahas tentang pengangguran di Indonesia. Secara garis besar, dokumen menjelaskan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia cukup tinggi yang disebabkan oleh pertumbuhan angkatan kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja. Dokumen juga mendefinisikan pengangguran dan jenis-jenis pengangguran serta menjelaskan hubungan antara jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja dan kesemp
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Pengangguran
1. 1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan
kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di Indonesia
menjadi semakin serius. Masalah ini di pandang lebih serius lagi bagi mereka
yang berusia 15-24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang
lumayan. Karena mereka merasa pendidikan yang sudah mereka dapatkan,
ternyata belum dapat menjamin mereka dapat bekerja. Pengangguran terjadi
disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih
kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan
pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para
pencari kerja.
Fakta membuktikan bahwa dari 150.000.000 penduduk Indonesia, 60%
diantaranya adalah angkatan kerja yang potensial. Dalam masa pembangunan
yang dicanangkan pemerintah sekarang ini, jelas merupakan modal dasar bagi
kelancaran pembangunan. Angkatan kerja yang sedemikian besar, jelas sekali
mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian bangsa. Hanya saja
masalahnya adalah pemerintah maupun pihak swasta belum mempunyai
kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja yang bisa menyerap seluruh
angkatan kerja potensial yang ada. Sehingga timbullah masalah pengangguran
baik tersembunyi maupun terbuka pada semua tingkat pendidikan yang disandang
tenaga kerja.
Berdasarkan data BPS Tahun 2010, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada
Agustus 2010 mencapai 116,5 juta orang, bertambah sekitar 530 ribu orang
dibanding angka jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2010
mencapai 108,2 juta orang, bertambah sekitar 800 ribu orang dibanding keadaan
pada Februari 2010 yang sebesar 107,4 juta orang atau bertambah 3,3 juta orang
dibanding keadaan Agustus 2009 yang sebesar 104,9 juta orang. Sedangkan,
tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai
7,14 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Februari 2010 yang sebesar
7,41 persen dan TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen. Angkatan kerja
Februari 2010 yang sebesar 116,0 juta orang atau bertambah 2,7 juta orang
dibanding Agustus 2009 yang sebesar 113,8 juta orang. Dari tahun ke tahun,
pengangguran di Indonesia semakin bertambah, hal tersebut mengakibatkan
kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia. Berdasarkan masalah
tersebut, penulis ingin mengetahui lebih mendasar mengenai masalah
pengangguran yang tersaji dalam makalah yang berjudul pengangguran ini.
2. 2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja dan
kesempatan kerja?
2. Apa definisi pengangguran ?
3. Apa saja jenis-jenis pengangguran ?
4. Apa yang menjadi penyebab pengangguran di Indonesia ?
5. Bagaimana dampak pengangguran terhadap kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional?
6. Apa saja kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam mengatasi
pengangguran?
7. Bagaimana strategi dalam mengatasi pengangguran di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja
dan kesempatan kerja
2. Untuk mengetahui definisi pengangguran
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis pengangguran
4. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab pengangguran di Indonesia
5. Untuk mengetahui dampak pengangguran terhadap kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional
6. Untuk mengetahui kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam mengatasi
pengangguran
7. Untuk mengetahui strategi dalam mengatasi pengangguran di Indonesia?
1.4 Manfaat
1. Secara praktisi, makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
mengenai materi yang berhubungan dengan pengangguran
2. Secara akademis, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca
dalam melihat permasalahan pengangguran yang terjadi di Indonesia
3. 3
II. PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan
Kesempatan Kerja
Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah
negara. Penduduk suatu negara dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni
kelompok penduduk usia kerja (tenaga kerja) dan kelompok penduduk bukan usia
kerja. Penduduk usia kerja (tenaga kerja) untuk negara-negara berkembang seperti
Indonesia adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Sedangkan di negara-
negara maju, penduduk usia kerja (tenaga kerja) adalah penduduk yang berusia
antara 15 dan 64 tahun.
Untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, penduduk bukan usia
kerja adalah penduduk yang berumur 0 hingga 14 tahun. Sedangkan, untuk
negara-negara maju penduduk bukan usia kerja adalah mereka yang berumur 0
hingga 14 tahun dan mereka yang berumur 64 tahun ke atas. Tenaga kerja juga
dapat di bagi dalam dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15
tahun ke atas), baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja. Kelompok ini biasa
disebut sebagai kelompok usia produktif. Namun, tidak semua angkatan kerja
dalam suatu negara mendapat kesempatan bekerja.
Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang
membutuhkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam Pasal 27
ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak”. Dari bunyi Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 itu jelas
bahwa pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas penciptaan lapangan kerja.
Tenaga Kerja
1. Angkatan Kerja
a. Golongan yang bekerja
b. Golongan yang menganggur dan mencari
pekerjaan
2. Kelompok bukan angkatan kerja
a. Golongan yang bersekolah
b. Golongan yang mengurus rumah tangga
c. Golongan lain atau penerima pendapatan
tidak tetap
4. 4
Jumlah penduduk Indonesia merupakan keempat terbesar di dunia setelah
RRC, India, dan Amerika Serikat. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia rata-
rata 1,46%, sehingga pada tahun 2006, jumlah penduduk Indonesia telah
mencapai 222 juta orang (data BPS Maret 2006). Sejalan dengan pertumbuhan
penduduk tersebut, jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja juga meningkat. Pada
tahun 1980, jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai 106,8 juta orang pada
bulan Februari 2006 (data BPS). Dengan demikian, dapat kita katakan semakin
besar jumlah penduduk, semakin besar pula jumlah angkatan kerjanya. Angkatan
kerja ini membutuhkan lapangan pekerjaan. Namun umumnya, baik negara
berkembang maupun negara maju, laju pertumbuhan penduduk (termasuk
angkatan kerjanya) lebih besar daripada laju pertumbuhan lapangan kerja. Oleh
karena itu, dari sekian banyak angkatan kerja tersebut, sebagian tidak bekerja atau
menganggur. Dengan demikian, kesempatan kerja dan pengangguran
berhubungan erat dengan tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin
banyak lapangan kerja yang tersedia di suatu negara, semakin besar pula
kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga semakin kecil tingkat
pengangguran. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja di suatu negara,
semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga
semakin tinggi tingkat pengangguran. Mereka yang tidak bekerja disebut
penganggur. Penganggur adalah penduduk yang tidak bekerja, sedang mencari
kerja, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru.
1. Adapun upaya peningkatan kualitas kerja dapat dilakukan melalui :
Pengembangan Kemampuan Tenaga Kerja, misalnya melalui latihan kerja
2. Pengelolaan Prestasi Tenaga Kerja, misalnya dengan meningkatkan
profesionalisme
3. Pengelolaan Fungsi Sumber Daya Manusia, misalnya peningkatan gizi,
kesehatan dan kulitas mental dan spiritual.
2.2 Definisi Pengangguran
Orang yang menganggur didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja dan
secara aktif mencari pekerjaan selama 4 minggu sebelumnya, atau sedang
menunggu dipanggil kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan atau
sedang menunggu untuk melapor pada pekerjaan yang baru di dalam waktu 4
minggu. Syarat sedang mencari pekerjaan dalam 4 minggu yang lalu adalah untuk
mencoba menyakinkan bahwa orang tersebut secara aktif tertarik pada suatu
pekerjaan dan tidak semata-mata mencerminkan keinginan jika suatu pekerjaan
kebetulan akan muncul.
5. 5
Ada beberapa definisi pengangguran menurut para ahli, diantaranya:
1. Menurut Sadono Sukirno
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
2. Menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang
tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu
sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
3. Menurut Menakertrans
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan karena merasa
tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
4. Menurut Ida Bagoes Mantra
Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak
bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai
keadaan pengangguran terbuka.
5. Menurut Dumairy
Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan lengkap.
Lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.
6. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Data pengangguran
dikumpulkan BPS melalui survey rumah tangga, seperti Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas), Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS), dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Di antara sensus/survei
tersebut Sakernas merupakan survei yang khusus dirancang untuk mengumpulkan
data ketenagakerjaan secara periodik. Saat ini Sakernas diselenggarakan dua kali
setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
6. 6
2.3 Jenis-jenis Pengangguran
1. Pengangguran Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerjanya, pengangguran dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja
normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan
lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
b. Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja
normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan
lain.
2. Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan penggolongan ini pengangguran dapat dibedakan kepada jenis
pengangguran berikut:
a. Pengangguran Normal atau Friksional
Apabila dalam suatu perekonomian terdapat pengangguran sebanyak dua atau
tiga persen dari jumlah tenaga kerja, maka perekonomian itu sudah dianggap
mencapai kesempatan kerja penuh (full employment). Pengangguran sebanyak
dua atau tiga persen tersebut dinamakan pengangguran normal atau pengangguran
friksional.
Jenis-jenis
pengangguran
Berdasarkan Jam
Kerja
1. Pengangguran Sukarela
2. Pengangguran Terpaksa
Berdasarkan
Penyebab
Terjadinya
1. Pengangguran Friksional
2. Pengangguran Siklikal
3. Pengangguran Struktural
4. Pengangguran Teknologi
Berdasarkan
Cirinya
1. Pengangguran Terbuka
2. Pengangguran Tersembunyi
3. Pengangguran Musiman
4. Pengangguran Setengah
Menganggur
7. 7
b. Pengangguran Siklikal
Perekonomian tidak selalu berkembang dengan konsisten. Adakalanya
permintaan agregat lebih tinggi dan mendorong pengusaha menaikkan produksi.
Akibatnya, lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran berkurang.
Akan tetapi, pada masa lainnya permintaan agregat menurun dengan sangat
banyak.Kemerosotan permintaan agregat ini membuat perusahaan-perusahaan
mengurangi pekerjaan atau menutup usahanya. Akibatnya, pengangguran akan
bertambah. Kejadian ini terjadi dalam siklus konjungtur suatu negara yang
mengalami masa resesi dan masa depresi perekonomian. Pada masa resesi dan
depresi banyak perusahaan memberhentikan pekerjanya karena ketidakmampuan
untuk memberikan upah sehingga terjadi pengangguaran besar-besaran.
Pengangguran karena hal tersebut dinamakan pengangguran siklikal.
c. Pengangguran Struktural
Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus
berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran. Kemunduran ini
ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor.Pertama, adanya barang baru
yang lebih baik. Kedua, kemajuan teknologi mengurangi permintaan atas barang
tersebut. Ketiga, biaya produksi sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing.
Keempat, ekspor produksi industri sangat menurun karena persaingan yang lebih
serius dari negara-negara lain. Kemunduran tersebut akan menyebabkan kegiatan
produksi dalam industri tersebut menurun. Hal ini menyebabkan sebagian pekerja
terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur. Pengangguran jenis ini disebut
sebagai pengangguran struktural atau pengangguran yang disebabkan oleh
perubahan struktur kegiatan ekonomi.
d. Pengangguran Teknologi
Dapat juga disebabkan oleh adanya penggantian tenaga kerja oleh mesin-mesin
dan bahan kimia. Contohnya, racun gulma dan rumput bisa mengurangi
penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah, dan lahan
pertanian lain. Demikian juga, mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja
untuk membuat lubang, memotong rumput, membersihkan lahan, dan memungut
hasil.Di pabrik-pabrik, robot telah menggantikan kerja manusia. Pengangguran
yang ditimbulkan oleh pengangguran mesin dan kemajuan teknologi ini
dinamakan pengangguran teknologi.
3. Pengangguran Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan cirinya, pengangguran dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
a. Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini terjadi karena pertambahan lapangan pekerjaan yang lebih
rendah daripada pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam perekonomian
banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini
dalam suatu jangka waktu yang cukup panjang adalah mereka tidak melakukan
8. 8
suatu pekerjaan. Jadi, mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu
sehingga dinamakan pengangguran terbuka. Untuk menghitung berapa besar
tingkat pengangguran terbuka, dapat dilakukan dengan rumus berikut :
b. Pengangguran Tersembunyi
Di negara berkembang seringkali ditemui jumlah pekerja dalam suatu kegiatan
ekonomi lebih banyak daripada yang sebenarnya diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan ini digolongkan dalam
pengangguran tersembunyi. Contohnya pelayan restoran yang lebih banyak dari
yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggita keluarga yang besar yang
mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
c. Pengangguran Bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat di sekotor pertanian dan perikanan. Pada
musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan dan
terpaksa menganggur. Pada musim kemarau para petani tidak dapat mengerjakan
tanahnya. Selain itu, para petani tidak begitu aktif antara waktu sesudah menanam
dan sesudah menuai. Apabila dalam masa di atas para penyadap karet, nelayan,
dan petani tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.
Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.Untuk
menghitung angka pengangguran musiman menggunakan rumus :
d. Pengangguran Setengah Menganggur
Di negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota
adalah sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota
dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya terpaksa menjadi
penganggur sepenuh waktu. Di samping itu adapula yang tidak menganggur,
tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebih
rendah dari yang normal. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti
yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa
Inggris: underemployed. Untuk menghitung berapa besar tingkat setengah
menganggur, dapat dilakukan dengan rumus berikut :
Tingkat pengangguran terbuka :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑎
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑥 100 %
Angka pengangguran musiman :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑥 100 %
Tingkat setengah menganggur :
𝐵𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 35 𝑗𝑎𝑚/𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑥 100 %
9. 9
4. Pembagian Jenis Pengangguran Menurut Departemen Tenaga Kerja
Dibawah ini merupakan pembagian jenis pengangguran menurut Departemen
Tenaga Kerja
a. Pengangguran Muda
Tenaga kerja kelompok umur 15-25 tahun yang belum bekerja dan baru
memasuki pasar kerja untuk mencari pekerjaan.
b. Pengangguran Musiman
Seorang yang sedang tidak mempunyai pekerjaan karena pola kegiatannya
bersifat musiman
c. Pengangguran Peralihan
Mereka yang menganggur karena tidak tahu bahwa ada lowongan yang sesuai
dengan keinginannya.
d. Pengangguran Sukarela
Seorang yang memilih untuk lebih baik menganggur dari pada menerima
pekerjaan dengan upah lebih rendah dari biasanya
e. Pengangguran Terpaksa
Orang yang tidak dapat memperoleh pekerjaan sekalipun mereka bersedia
menerima upah lebih rendah dari tingkat yang biasanya berlaku
f. Pengangguran Tua
Mereka yang telah berumur di atas 56 tahun karena sesuatu sebab tidak dapat
menjalankan kariernya sampai usia cukup tua untuk mengundurkan diri dari
pekerjaan
g. Pengangguran Bersiklus
Pengurangan pekerjaan sebagai akibat fluktuasi berkala dalam tingkat kegiatan
perekonomian. Pengangguran bersiklus dikaitkan penurunan dalam keseluruhan
kegitan ekonomi dan karenanya dapat dikurangi dengan pemulihan yang
berkelanjutan dari resesi.
h. Pengangguran Kunjungtural
Pengangguran yang terjadi dikarenakan suatu kondisi pasang surutnya produksi
atau karena adanya perubahan konjungtur (turunnya permintaan efektif terhadap
barang dan jasa dalam masyarakat akan menurunkan produksi sehingga
mengakibatkan pengurangan buruh).
i. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman muncul dalam industri tertentu dengan adanya
perubahan musim dalam kegiatan ekonomi pertanian, industri konstruksi dan
industri wisata semuanya menunjukkan pola pekerjaan musiman yang jelas.
j. Pengangguran Sektoral
Pengangguran sektoral ada dalam industri-industri tertentu
k. Pengangguran Sementara
Keadaan ketika pekerja untuk sementara menganggur atau sedang tidak
bekerja.
10. 10
l. Pengangguran Struktural
Pengangguran yang disebabkan oleh perubahan di dalam struktur ekonomi
yang berasal dari faktor tertentu seperti perubahan teknologi atau relokasi industri
atau oleh perubahan dalam komposisi angkatan kerja. Pengangguran struktural
terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara lowongan pekerjaan dan pekerja yang
menganggur karena penganggur tersebut tidak mempunyai kemampuan yang tepat
atau tidak tinggal di tempat yang tepat untuk mengisi lowongan pekrejaan itu.
m. Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi dapat terjadi ketika mesin menggantikan manusia.
n. Pengangguran Tersamar
Istilah pengangguran tersamar menggambarkan gejala dimana meskipun tidak
seorangpun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja dipekerjakan dalam
tugas-tugas yang sebelumnya dapat dilakukan dengan baik oleh lebih sedikit
pekerja.
o. Pengangguran Terselubung
Keadaan menganggur suatu angkatan kerja yang tidak dilaporkan karena
mereka tidak giat mencari kerja disebabkan oleh alasan tertentu. Istilah
pengangguran terselubung mengacu kepada kenyataan bahwa meskipun tidak ada
satu orang pun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja dipekerjakan untuk
tugas-tugas yang sebelutnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh lebih sedikit
pekerja (misalnya ketika perusahaan menimbun tenaga kerja).
p. Pengangguran Tersembunyi
Gejala yang meskipun tidak ada seorang pun yang menganggur, sejumlah besar
tenaga kerja melakukan tugas yang seharusnya dapat dilaksanakan dengan baik
oleh tenga kerja yang lebih sedikit jumlahnya. Sebagai contoh, kondisi tersebut
dapat dikatakan dialami oleh suatu negara yang padat penduduknya dengan
pertanian non moneter, yang apabila tidak dengan atau tanpa perubahan dalam
teknik produksi,pengurangan tenaga kerja pertanian dalam jumlah besar tidak
akan menyebabkan berkurangnya keseluruhan volume pertanian
q. Pengangguran Tersisa
Pengangguran yang terdiri dari orang-orang yang sulit untuk ditempatkan,
orang cacat atau orang-orang yang sedang tidak bekerja dan karenanya secara
teknis menganggur.
2.4 Penyebab Terjadinya Pengangguran di Indonesia
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia
secara langsung dan merupakan yang paling berat. Secara teoritis, pengangguran
dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya :
11. 11
1. Perubahan Struktural
Seperti disebutkan Reynolds, Masters dan Moser (1986:269) jenis
pengangguran ini terjadi karena mismatch (tak sepadan/ketidakcocokan) antara
kualifikasi pekerja yang membutuhkan pekerjaan dengan persyaratan yang
diinginkan. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perubahan struktur ekonomi.
Struktur ekonomi dapat diamati dari dominasi kontribusi sektoral terhadap
produksi nasional (regional). Bila sektor industri memberikan kontribusi paling
besar terhadap PDB dibanding dengan sektor lainnya, maka struktur
perekonomian tersebut adalah industri, atau sebaliknya (Sadono Sukirno, 1985).
Katakanlah dalam suatu negara atau daerah terjadi pergeseran struktur ekonomi
dari sektor pertanian ke industri. Dampak selanjutnya, adalah dibutuhkannya
kualifikasi tenaga kerja yang cocok di sektor industri. Ketika persyaratan ini tidak
terpenuhi (mismatch), maka tenaga kerja yang ada menjadi tidak terpakai, kecuali
terjadi penyesuaian kualifikasi seperti yang dibutuhkan.
2. Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat
Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat dan
menimbulkan pengangguran baru, Menurut Menakertrans, kenaikan BBM
kemarin telah menambah pengangguran sekitar 1 juta orang. Kebijakan
Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan
pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran.
Banyaknya pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah
mengakibatkan pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang sudah ada. Salah
satu kasus, misalnya, apa yang menimpa masyarakat Tani Baru di Kalimantan.
Tuntutan masyarakat Desa Tani Baru terhadap PT VICO untuk menghentikan
operasi seismiknya tidak mendapat tanggapan. Penghasilan tambak mereka turun
hampir 95 persen akibat pencemaran yang ditimbulkan PT VICO. Tanah menjadi
tidak subur, banyak lubang bekas pengeboran dan peledakan, serta mengeluarkan
gas alam beracun. Akibatnya, rakyat di sana menjadi orang-orang miskin dan
penganggguran.
3. Pengaruh Musim
Perubahan musim terjadi bukan hanya di sektor pertanian saja, tetapi sering
pula terjadi pada sektor lain. Pada musim liburan dan tahun baru, misalnya,
suasana sektor jasa transportasi dan pariwisata menjadi sangat sibuk (full
employed) dibanding dengan hari-hari biasa. Demikian pula pada saat menjelang,
sedang dan setelah bulan Suci Ramadhan, nampak permintaan terhadap barang
dan jasa meningkat (demand for good) yang selanjutnya akan membawa dampak
otomatis terhadap permintaan tenaga kerja (derived demand) di sektor yang
bersangkutan (Arfida B.R., 2003).
4. Adanya hambatan (ketidaklancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan
kerja (pengangguran friksional)
Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis (misalnya
waktu dan tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak memiliki informasi yang
12. 12
lengkap tentang lowongan kerja yang ada. Sehingga mereka kehilangan
kesempatan untuk memenuhi lowongan kerja tersebut. Mungkin juga karena
situasi kerja (tempat) yang ditempati tidak cocok dengan harapan si pencari kerja,
sehingga membuat pudarnya semangat kerja. Pilihannya adalah lebih baik tidak
bekerja, karena lingkungan kerja tidak kondusif lagi. Pengangguran jenis ini bisa
juga terjadi karena perkembangan (dinamika) ekonomi yang terus-menerus
berubah, sehingga membawa dampak terhadap permintaan tenaga kerja yang
dinamis pula. Artinya pada situasi demikian sangat dibutuhkan tenaga kerja yang
mampu mengikuti perubahan jaman dengan cepat serta mampu melakukan
adaptasi keahlian terhadap tuntutan lingkungan eksternal yang dinamis tersebut.
Bila situasi ini tidak bisa diikutinya, maka ia akan kehilangan kesempatan kerja.
5. Rendahnya Tingkat Keahlian
Keahlian dan produktifitas sangat berkaitan erat. Orang yang memiliki keahlian
akan memiliki produktifitas tinggi, karena ia mampu memanfaatkan potensi
dirinya pada kegiatan ekonomi produktif. Untuk meningkatkan keahlian dapat
dilakukan berbagai cara, diantaranya adalah melalui pendidikan dan latihan,
magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga kerja lewat
pembinaan motivasi kerja dan corporate learning (percepatan belajar perusahaan)
(Reynolds, Masters and Moser, 1986; Rose-Nicholl, 2002).
6. Kurangnya tingkat EQ masyarakat.
Tingkat EQ meliputi kemampuan seseorang dalam mengandalikan emosi, yang
berpengaruh terhadap keterampilan berbicara/berkomunikasi, bersosialisasi,
kepercayaan diri, dan sifat lainnya yang mendukung dalam hidup di masyarakat.
Orang yang pandai berkomunikasi dan pandai bersosialisasi lebih mudah
mendapatkan pekerjaan di banding orang yang selalu pendiam dan tidak berani
mengeksplor potensi diri.
7. Rasa malas dan ketergantungan diri pada orang lain
Misalnya ada seorang lulusan sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan
lebih suka menggantungkan hidup kepada orang tua atau pasangannya bila sudah
menikah. Ia termasuk pengangguran, selain itu ia melewatkan peluang untuk
menciptakan suatu lapangan pekerjaan bagi orang lain.
8. Tidak mau berwirausaha
Umumnya sesorang yang baru lulus sekolah/kuliah terpaku dalam mencari
pekerjaan, seolah itu adalah tujuan yang sangat mutlak. Sehingga persaingan
mencari pekerjaan lebih besar di bandingkan membuat suatu usaha.
2.5 Dampak Pengangguran terhadap kehidupan sosial masyarakat dan
kehidupan pembangunan nasional
1) Dampak pengangguran terhadap kehidupan sosial masyarakat
1. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
13. 13
Di negara-negara maju para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan
keuangan) dari badan asuransi pengangguran. Oleh sebab itu, mereka masih
mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya dan keluarganya. Mereka
tidak perlu bergantung kepada tabungan mereka atau bantuan orang lain.
Sedangkan di negara Indonesia, tidak terdapat program asuransi pengangguran.
Maka kehidupan penganggur harus dibiayai oleh tabungan masa lalu atau
pinjaman batnuan keluarga dan kawan-kawan. Keadaan ini bisa menyebabkan
pertengkaran dan kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan
Keterampilan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan
apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek. Pengangguran dalam
periode yang lama akan menyebabkan tingkat keterampilan pekerja menjadi
semakin merosot.
3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik
Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah. Golongan yang
memerintah semakin tidak popular di mata masyarakat. Berbagai tuntunan dan
kritikan akan dilontarkan kepada pemerintah dan adakalanya disertai oleh aksi
demonstrasi. Karena masyarakat akan berpandangan bahwa pemerintah tidak
melakukan tindakan untuk menanggulanginya kemudian menimbulkan ketidak
percayaan pada pemerintah.
4. Meningkatnya kriminalitas
Mereka yang tidak memiliki pekerjaan terpaksa melakukan tindakan
kriminalitas guna memenuhi kebutuhannya.
5. Meningkatnya kemiskinan
Hal ini karena mereka tidak memiliki lagi sumber pendapatan.
2) Dampak pengangguran terhadap pembangunan nasional
Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern.
Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan
tingkat pendapatan masyarakat akan menurun. Pengangguran berdampak besar
terhadap pembangunan nasional. Dampak pengangguran terhadap pembangunan
dapat dilihat melalui hubungan antara pengangguran dan indikator-indikator
berikut ini :
1. Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita.
Upah merupakan salah satu komponen dalam perhitungan pendapatan
nasional. Apabila tingkat pengangguran semakin tinggi, maka nilai komponen
upah akan semakin kecil. Dengan demikian, nilai pendapatan nasional pun akan
semakin kecil.
2. Penerimaan Negara
Salah satu sumber penerimaan negara adalah pajak, khususnya pajak
penghasilan. Pajak penghasilan diwajibkan bagi orang-orang yang memiliki
14. 14
pekerjaan. Apabila tingkat pengangguran meningkat, maka jumlah orang yang
membayar pajak penghasilan berkurang. Akibatnya penerimaan negara pun
berkurang.
3. Beban Psikologis
Semakin lama seseorang menganggur, semakin besar beban psikologis yang
harus ditanggung. Secara psikologis, orang yang menganggur mempunyai
perasaan tertekan, sehingga berpengaruh terhadap berbagai perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Biaya Sosial
Dengan semakin besarnya jumlah penganggur, semakin besar pula biaya sosial
yang harus dikeluarkan. Biaya sosial itu mencakup biaya atas peningkatan tugas-
tugas medis, biaya keamanan, dan biaya proses peradilan sebagai akibat
meningkatnya tindak kejahatan.
2.6 Kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam mengatasi
pengangguran
Adapun kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam mengatasi pengangguran
adalah:
1. Kebijakan Fiskal
Yaitu kebijakan pemerintah untuk mengendalikan perekonomian dengan cara
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah melalui APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) (Asfia Murni, 2013 : 15). Kebijakan ini bertujuan
untuk mengatasi masalah ekonomi yang sedang dihadapi. Bentuk kebijakan fiskal
dapat dibagi dua:
1) Untuk jangka pendek meliputi:
a. Membuat perubahan yang berkaitan dengan pembelanjaan/pengeluaran
pemerintah.
b. Membuat perubahan yang berkaitan dengan sistem dan jumlah pajak yang
ditetapkan.
2) Untuk jangka panjang meliputi:
a. Kebijakan penstabilan otomatik, artinya menjalankan sistem pajak yang telah
ada, misalnya sistem pajak progresif dan proporsional.
b. Kebijakan fiskal diskresioner artinya kebijakan yang secara khusus membuat
perubahan terhadap setiap sistem yang ada, misalnya membuat undang-undang,
peraturan-peraturan baru di bidang penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
15. 15
Kebijakan fiskal ini diambil untuk menstabilkan ekonomi, memperluas
kesempatan kerja, mempertinggi pertumbuhan ekonomi, dan keadilan dalam
pemerataan pendapatan.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral untuk mengendalikan jumlah uang
yang beredar di masyarakat. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada
masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
b. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
3. Kebijakan Pendapatan
Kebijakan pendapatan (income policy) atau disebut kebijakan harga dan upah
(price and wage policy) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk
mempengaruhi atau mengendalikan tingkat kenaikan harga-harga, upah nominal,
dan bentuk-bentuk pendapatan lainnya. Contohnya : kebijakan upah minimum
(UMR), kebijakan harga tertinggi (ceiling price policy) dan lain-lain.
4. Kebijakan Ekonomi Internasional/Perdagangan Luar Negeri
Kebijakan ekonomi internasional (international economic policy) adalah
kebijakan yang ditujukan untuk mempengaruhi posisi keuangan dan moneter
suatu negara. Di dalam kelompok ini termasuk kebijakan perdagangan seperti
tarif, kuota dan lain-lain.
2.7 Strategi dalam mengatasi pengangguran di Indonesia
Dibawah ini merupakan strategi yang dapat dilakukan dalam mengatasi
pengangguran:
1. Cara mengatasi pengangguran friksional dan pengangguran voluntary
o Proyek padat karya untuk menambah kesempatan kerja dengan mendirikan
industri baru, pembangunan jalan raya, jembatan, dll. Menarik investor baru
dengan cara deregulasi dan debirokratisasi
o Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru di bidang
agraris dan sektor lain.
16. 16
o Memberikan bantuan pinjaman lunak dan bantuan lain untuk memacu
kehidupan industri kecil.
2. Cara mengatasi pengangguran konjungtural
o Meningkatkan daya beli mesyarakat sehingga pasar menjadi ramai dan akan
meningkatkan jumlah permintaan. Dengan demikian, perusahaan harus
meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerjanya.
o Mengatur bunga bank agar tidak terlalu tinggi sehingga para investor lebih
suka menginvestasikan uangnya dalam bidang usaha untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar
3. Cara mengatasi pengangguran struktural
o Menyediakan lapangan kerja untuk menampung kelebihan tenaga kerja di
sektor ekonomi lain pada suatu daerah yang mengalami perubahan sektor
ekonomi.
o Pelatihan tenaga kerja untuk mengisi yang masih membutuhkan.
o Menarik investor, khususnya merangsang berdirinya industri baru.
4. Cara mengatasi pengangguran musiman
o Pelatihan keterampilan lain, selain bidang yang sudah digeluti. Hal tersebut
dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan lain pada saat musim – musim
tertentu (biasanya saat petani meninggu panen)
o Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada di sektor lain kepada
masyarakat.
5. Cara mengatasi pengangguran deflasionar
o Pelatihan tenaga kerja, terutama diarahkan untuk tenaga kerja yang akan
dikirim ke luar negeri, supaya mereka tidak hanya menjadi tenaga kasar, tetapi
minimal menjadi tenaga terampil atau bahkan tenaga ahli.
o Seperti cara yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran lain, menarik
investor baru sangat perlu dilakukan.
6. Cara mengatasi pengangguran teknologi
o Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi
dengan cara memasukkan materi kurikulum pelatihan teknologi pada sekolah-
sekolah.
o Pengenalan teknologi yang ada sejak usia dini
o Pelatihan tenaga pendidik untuk menguasai teknologi baru yang harus
disampaikan pada anak.
Terdapat beberapa alternatif (cara) lain yang bisa dilakukan dalam rangka
mengatasi masalah pengangguran. Cara ini mengikuti dua pola (jalur), yaitu lewat
17. 17
jalur demand for labour, dan supply of labour. Upaya mengatasi pengangguran
lewat jalur permintaan tenaga kerja berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja
baru secara langsung. Jalur ini biasanya berhubungan dengan aspek-aspek sebagai
berikut :
1. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam (misalnya lahan)
Hal ini bisa dilakukan apabila masyarakat diberi peluang (akses) terhadap
penguasaan (paling tidak) penggarapan lahan. Tidak hanya sampai di situ,
pemerintah pun harus memberikan fasilitas yang kondusif agar masyarakat
mampu mengelola lahan dengan optimal dan aman karena kepastian hukumnya
jelas.
2. Akses pada sumber-sumber modal
Akses pada sumber modal sangat menentukan bagi pengembangan usaha
sekaligus kesempatan kerja (sama seperti sumberdaya tanah/lahan). Ketika
kemudahan-kemudahan diciptakan untuk masyarakat lapisan bawah, dan
pembinaan pun dilakukan, maka dampaknya secara langsung akan dirasakan oleh
masyarakat.
3. Peningkatan investasi (pembentukan modal, capital formation)
Investasi bisa bersumber dari pihak internal maupun eksternal. Dari internal
bisa didapat lewat pemupukan tabungan (dana pihak ketiga) masyarakat dan dari
eksternal melalui peningkatan arus investasi (penanaman modal) dari pihak luar.
Bila dua sumber ini lancar dan kenaikannya cukup signifikan, maka dampaknya
akan terasa pada gairah usaha dan otomatis terhadap permintaan tenaga kerja
(kesempatan kerja).
4. Investasi bisa bersumber dari pihak internal maupun eksternal
Dari internal bisa didapat lewat pemupukan tabungan (dana pihak ketiga)
masyarakat dan dari eksternal melalui peningkatan arus investasi (penanaman
modal) dari pihak luar. Bila dua sumber ini lancar dan kenaikannya cukup
signifikan, maka dampaknya akan terasa pada gairah usaha dan otomatis terhadap
permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja)
5. Kerjasama
Kerjasama akan sangat bergantung pada kredibilitas pemerintah, situasi
objektif wilayah (peluang pasar, potensi wilayah, keamanan, politik dan
kelembagaan yang mendukung sistem pemerintahan). Bila hal ini telah dipastikan
kondusif, maka investor cenderung siap melakukan kerjasama (pengembangan
wilayah), sehingga pada gilirannya berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah
dan kesempatan kerja.
18. 18
6. Perluasan pasar
Tahap ini tercipta setelah tahap kerjasama dan arus investasi masuk ke suatu
wilayah. Artinya tahap ini sebagai konsekuensi dari existing situation yang ada
sebelumnya. Perluasan pasar dapat ditingkatkan dengan beberapa cara diantaranya
dengan perbaikan kualitas (TQM), penguatan akses informasi, memahami prilaku
pesaing, memahami kehendak buyer dan lancarnya delivery order system.
7. Pembinaan usaha
Terdapat ragam upaya yang bisa dilakukan dalam rangka pembinaan usaha
(paket-paket pembinaan usaha sudah banyak tersedia). Tetapi yang paling penting
dari itu semua adalah jiwa wirausaha yang dilandasi dengan nilai-nilai
transendental yang nampaknya masih perlu ditingkatkan. Artinya harus dipahami
oleh semua, bahwa segala usaha dan upaya yang dilakukan, harus ditujukan hanya
semata untuk mengabdi kepada Tuhan dan bermaksud ingin memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi yang lain (manusia dan alam/lingkungan sekitar).
8. Pengembangan usaha padat karya (labor intensive)
Usaha padat karya adalah jenis karakteristik usaha yang paling cocok untuk
negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk tinggi. Seperti
halnya negara Indonesia. Tetapi bukan berarti kita menolak semua teknologi yang
terjadi saat ini. Teknologi tetap dibutuhkan, dengan catatan tidak akan
mempersulit (mempersempit) lapangan kerja baru, ramah lingkungan, terjangkau
biayanya dan adaptasinya dapat dengan mudah diserap dan diimplementasi oleh
tenaga kerja domestik.
9. Kebijakan pemerintah
Suasana kondusif dapat tercipta karena pemerintah dan pemerintah daerah
melakukan fasilitasi dan memberikan berbagai kemudahan (insentif ekonomi)
bagi pengembangan usaha. Berbagai peraturan yang diciptakan bertujuan untuk
memberikan motivasi dan semangat usaha, tidak sebaliknya (menjadikan
pengusaha atau kegiatan usaha menjadi objek penghasilan semata). Budaya
pendekatan proyek (project oriented) harus diubah menjadi budaya social benefit.
Artinya semua usaha yang dilakukan pemerintah tidak melulu profit seeking
(memburu laba) dalam rangka mendongkrak economic growth semata, tetapi lebih
jauh dari itu bagaimana “kue pertumbuhan” itu mengalir dan bermanfaat bagi
masyarakat kecil yang sekarang sedang terancam bahaya kelaparan.
Sedangkan lewat jalur supply of labor lebih terkait dengan pengembangan
sumber daya manusia (human capital formation). Implementasi praktis lewat jalur
ini, seperti disarankan beberapa ahli (Reynolds, Masters and Moser, 1986;
Ehrenberg-Smith, 1988; Sudarman Damin, 2003) adalah dengan model-model
kegiatan sebagai berikut :
19. 19
1. Primary and high school education (peningkatan dan penguatan pendidikan
dasar dan menengah)
Bagaimana caranya supaya kegiatan ini dapat berjalan dengan efektif ?
Biasanya (seharusnya) ini dilakukan oleh pemerintah. Mekanismenya adalah
dengan penyediaan anggaran yang cukup memadai. Tanpa dukungan dari
pemerintah, program ini tidak akan berjalan dengan baik, karena model
pendidikan ini bersifat massal. Artinya harus diikuti oleh semua warga yang telah
masuk pada usia sekolah,
2. College and postgraduate education (kursus-kursus dan pendidikan lanjutan,
misalnya Perguruan Tinggi)
Pendanaan program ini tidak menjadi kewajiban negara sepenuhnya, tetapi
tetap subsidi anggaran di sektor ini harus diberikan
3. Training provided by employers on the job (pelatihan yang disediakan
langsung oleh perusahaan terkait langsung dengan pekerjaan)
Program ini merupakan kebutuhan perusahaan dalam rangka penajaman
wilayah garapan (jobs) yang akan langsung ditangani di perusahaan yang
bersangkutan. Hal ini bisa tidak terkait dengan program subsidi pemerintah.
Kegiatan ini akan beragam sekali tergantung spesifikasi bidang usaha yang
dikembangkan oleh perusahaan,
4. Accumulated of skill through continued work experience (peningkatan
keahlian melalui pengalaman kerja)
Keahlian ini tentunya tidak didapat dari bangku sekolah, atau pendidikan
formal lainnya, tetapi diperoleh melalui pengalaman kerja secara langsung
(learning by doing). Akumulasi pengetahuan sedemikian biasanya memiliki
kedalaman yang mantap pada bidangnya dan berkonsekuensi pada harga yang
mahal. Sekarang upaya kearah itu dapat dilakukan dengan melakukan kombinasi
antara pendidikan formal dengan terjun langsung (harus menempuh waktu
tertentu) pada bidang usaha yang relevan.
5. Government training programs for displaced or disadvantaged workers
(pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengganti tenaga
kerja yang akan pensiun)
Program ini bisa sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
mempersiapakan tenaga kerja yang siap bekerja untuk mengganti tenaga kerja
yang akan pensiun. Sebetulnya kondisi yang sama dapat juga dilakukan oleh
perusahaan dalam rangka mempersiapakan tenaga kerja pengganti yang lebih
produktif dan semangat baru.
6. Memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan
Fasilitas dan pelayanan kesehatan sangat diperlukan oleh tenaga kerja, karena
akan terkait langsung dengan produktifitas dan semangat kerja. Bahkan secara
permanen semua warga seharusnya mendapatakan pelayanan asuransi yang
memadai, tidak hanya tenaga kerja, dan g. Migrasi. Migrasi bisa ditolelir
sepanjang disertai beberapa syarat : (i) tenaga kerja memiliki keahlian yang
20. 20
memadai sesuai dipersyaratkan di tempat tujuan mereka bekerja, (ii) tingkat
kepadatan penduduk di daerah tujuan masih kondusif, (iii) sudah tidak ada lagi
potensi daerah asal yang bisa dikembangkan, (iv) upah yang akan diterima lebih
baik daripada di daerah asal, dan (v) perlakuan terhadap tenaga kerja di daerah
tujuan tidak menyimpang.
21. 21
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengangguran merupakan suatu masalah yang sering melanda perekonomian
suatu negara dan sangat penting untuk ditanggulangi. Hal ini akan menimbulkan
dampak-dampak negatif apabila tingkat pengangguran tinggi. Secara ekonomi
pengangguran akan berdampak pada turunnya jumlah produk nasional dan
turunnya pendapatan, sekaligus menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan. Indonesia sendiri menempati urutan ke 133 dalam hal tingkat
pengangguran di dunia, semakin rendah peringkatnya maka semakin banyak pula
jumlah pengangguran yang terdapat di Negara tersebut. Untuk mengatasi masalah
pengangguran ini pemerintah telah membuat berbagai program untuk menampung
para pengangguran. Disamping itu, terlepas dari bantuan yang pemerintah berikan
sebaiknya kita secara pribadi juga harus berusaha memperbaiki kualitas sumber daya
kita agar tidak menjadi seorang pengangguran dan menjadi beban pemerintah
sehingga tercipta suatu negara yang maju dan sejahtera.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan berbagai saran diantara
lain sebagai berikut:
1. Membuka dan memperluas lapangan pekerjaan baik di bidang formal maupun
informal
2. Meningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
3. Meningkatkan program pendidikan dan pelatihan kerja
4. Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi
dengan cara memasukkan materi kurikulum pelatihan teknologi pada sekolah-
sekolah
5. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke
tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan
6. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran
7. Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru di bidang agraris
dan sektor lain
22. 22
DAFTAR PUSTAKA
Asfia, Murni. 2013. Ekonomika Makro. Bandung : Refika Aditama
Dimas. (2013). Faktor masalah pengangguran dan cara mengatasinya. From
http://dimasjoe10.wordpress.com/2013/01/14/faktor-masalah-
pengangguran-dan-cara-mengatasinya/, 15 Oktober 2014
Arie, Basuki. (2012). Ini cara pemerintah kurangi pengagguran di Indonesia.
From http://www.merdeka.com/uang/ini-cara-pemerintah-kurangi-
pengangguran-di-indonesia.html, 21 Oktober 2014
Mohammad, Qadarusman. (2013). Makalah Pengangguran. From
http://mohammadqadarusman.blogspot.com/2013/06/makalah-
pengangguran.html, 15 Oktober 2014
Adrianus, Beda. (2014). Masalah Pengangguran dan Solusinya. From
http://adbeda87.wordpress.com/2014/06/11/masalah-pengangguran-dan-
solusinya/ , 21 Oktober 2014