2. 2
Berdasarkan Pendekatan Kronologis Histories
Perekonomian Indonesia digolongkan
menjadi:
1. Masa Orde Lama
2. Masa Peralihan ( 1966-1968 )
3. Masa Orde Baru ( 1969 – 1997 )
3. Masa Orde Lama
Perekonomian Indonesia kurang memuaskan.
Hal ini disebabkan antara lain ;
• Sering terjadi pergantian Kabinet
• Keadaan Politik & Keamanan yang tidak stabil
• Kebijakan ekonomi yang sering berubah-
ubah.
4. Beberapa masalah ekonomi yang terjadi
pada masa Orde Lama, antara lain;
1. Terjadi Nasionalisasi Perusahaan-
Perusahaan Asing ( 1951-1958 )
2. Adanya kebijakan ” Anti Modal Asing ”,
akibatnya :
• Indonesia kekurangan modal
• Hilangnya pangsa Pasar di Luar Negeri
• Tekanan pada NPI (Neraca Pembayaran
Internasional)
5. Masa Peralihan ( 1966-1968 )
Setelah terjadinya peristiwa G30 S/PKI
Yang gagal pada tahun 1965, Perekonomian
Indonesia makin memburuk, dengan kondisi
antara lain ;
• Tertundanya pembayaran Hutang luar Negeri
sebesar mencapai US $ 2 Milyar
• Turunnya penerimaan ekspor
• Inflasi yang sangat tinggi ( 30-50 % ) per bulan
• Makin buruknya kondisi prasarana
perekonomian (Jalan, jembatan, irigasi, dsb )
6. Masa Orde Baru ( 1969 – 1997 )
Pada masa Orde Baru, pembangunan ekonomi di dasarkan pada
kebijakan berdasarkan konsep ” TRILOGI PEMBANGUNAN ”, yang
mengandung 3 ( tiga ) unsur pokok, yang mencerminkan 3 ( tiga ) segi
permasalahan dalam pembangunan sebagai suatu proses kegiatan
secara terus menerus.
1.Pemerataan : adalah suatu pembagian hasil produksi kepada
masyarakat yang lebih merata, sehingga dirasakan keadilannya.
2.Pertumbuhan Ekonomi : Menunjukkan usaha kearah
peningkatan produksi secara keseluruhan dimasyarakat. Hasil
produksi yang merupakan produksi nasional, membawa
pendapatan bagi masyarakat melalui berjalannya mekanisme
pasar.
3.Stabilitas Nasional : Merupakan syarat pokok bagi upaya
pembangunan yang berkesinambungan
Untuk mencapai ke 2 sasaran di atas yakni, kehidupan masyarakat dan
negara yang stabil.
7. Trilogi Pembangunan, yang menempatkan pemerataan sebagai ”
prioritas”, mendapat banyak hambatan, terutama masih kaburnya tolok
ukur atau indikator penentuan alokasinya, sehingga hasilnyapun sukar
diukur atau bahkan mudah menyimpang. Oleh karena itu ” pemeratan
hanya dapat dicapai melalui ” Delapan jalur pemerataan ”, yaitu ;
•Pemerataan Kebutuhan Pokok rakyat
•Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
•Pemerataan pembagian pendapatan, khususnya melalui usaha-usaha
padat karya
•Pemerataan kesempatan kerja melalui peningkatan pembangunan
regional
•Pemerataan dalam pengembangan usaha, khususnya memberikan
kesempatan yang luas bagi golongan ekonomi lemah untuk memperoleh
akses perkreditan dan penggalakkan Koperasi.
•Pemerataan Kesempatan berpartisipasi khususnya bagi generasi muda
dan kaum wanita
•Pemerataan penyebaran penduduk melalui transmigrasi dan
pengembangan wilayah
•Pemerataan dalam memperoleh Keadilan Hukum.
8. Pada masa Orde baru, pembangunan dilakukan
secara bertahap melalui REPELITA ( Rencana
pembangunan Lima Tahun ), yaitu ;
1.REPELITA I ( 1 April 1969 – Maret 1974)
2.REPELITA II ( 1 April 1974 – 31 Maret 1979 )
3.REPELITA III ( 1 April 1974 – 31 Maret 1979 )
4.REPELITA IV ( 1 April 1989 – 31 Maret 1993 )
5.REPELITA V ( 1 April 1993 – 31 Maret 1998 )
6.REPELITA VI ( 1 April 1998 – 31 Maret 2002 )
9. REPELITA I ( 1 April 1969 – Maret
1974)
Unsur Stabilitas : 1. Ekonomi
2. Moneter
Program-Program yang dilaksanakan :
Rehabilitasi Ekonomi ;
Sarana penunjang produksi pangan ( Waduk, irigasi, dsb )
Prasarana angkutan (Jalan, Jembatan, Pelabuhan, dsb )
Kendala-kendala :
Kurang tersedianya dana pembiayaan pembangunan
Faktor penyebabnya :
Rendahnya tabungan dalam negeri
Rendahnya ekspor ( devisa sedikit )
10. Usaha yang dilakukan :
• Pinjaman Luar Negeri
• Menggalakkan Modal Asing
• Melalui upaya-upaya yang telah dilakukan,
maka selama PELITA I tersebut, angka
pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai
8,40 % per tahun.
Tantangan :
• Isu pemerataan
• Rendahnya penyerapan Tenaga Kerja
11. REPELITA II ( 1 April 1974 – 31 Maret
1979 )
Keberhasilan Pelita I, menimbulkan dampak terhadap ;
• Kesenjangan ekonomi
• Dominasi Modal Asing
Dengan kondisi seperti tersebut di atas, maka kebijakan pembangunan
yang berpegang pada Trilogi, difokuskan kepada :
1. Pertumbuhan ekonomi
2 . Pemerataan
3. Stabilitas
Tantangan yang dihadapi :
• Makin melebarnya kesenjangan ekonomi
• Meningkatnya jumlah pengangguran
12. Usaha yang dilakukan :
• Memberikan kesempatan berusaha yang lebih
luas kepada pengusaha-pengusaha Kecil,
melalui beberapa kebijakan, antara lain ;
1.Kebijakan Moneter ( KIK, KMKP, Penurunan
Suku Bunga dsb )
2.Devaluasi Rupiah, untuk merangsang ekspor
• Dengan berbagai upaya yang dilakukan
Pemerintah, maka secara umum dalam PELITA
II, berhasil dipertahankan laju pertumbuhan
ekonomi rata-rata di atas 6 % per tahun.
13. REPELITA III ( 1 April 1974 – 31 Maret
1979 )
• Dengan makin makin gencarnya isue tentang kesenjangan ekonomi.
Kesenjangan-kesenjangan nyata yang terjadi antara lain ;
• 1. Kesenjangan antar daerah dan antar sektor
• 2. Kesenjangan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja
• 3. Kesenjangan antara Usaha Kecil dengan Usaha besar
• 4. Kesenjangan dalam memperoleh pendidikan, kesehatan,
dan Peradilan/Hukum
• Maka pada Pelita III, prioritas pembangunan sesuai landasan Trilogi,
diarahkan pada ” Pemerataan ” dalam memperoleh hasil-hasil
pembangunan, yang ditunjang dengan dikeluarkannya kebiajakan ”
Delapan Jalur pemerataan ”.
• Pemerataan
14. Dalam upaya untuk mewujudkan kondisi
perekonomian yang lebih baik, dalam kurun
tersebut, muncul beberapa kendalan/hambatan,
antara lain ;
1.Adanya resesi dunia
2.Turunnya harga minyak (karena Perang Teluk)
3.Dampak devaluasi Rupiah yang masih terasa )
4. Inflasi di atas 20 % per tahun
15. Dengan adanya beberapa kendala tersebut,
pemerintah terus berupaya agar perekonomian
dapat berjalan dengan baik. Upaya yang dilakukan
pemerintah dalam rangka mewujudkan kondisi
perekonomian yang lebih baik, antara lain adalah ;
•Meningkatkan Tabungan dalam negeri
•Melakukan devaluasi rupiah sebesar 28 %
•Melakukan deregulasi sistem plafon( pagu ) kredit,
dan kebebasan menentukan tingkat Suku Bunga
bagi Bank-Bank umum.
•Peningkatan alokasi dana APBN & APBD bagi
perluasan Kesempatan Kerja, Pendidikan, dan
fasilitas Kesehatan.
16. Selama Pelita III, pertumbuhan ekonomi hanya
mencapai rata-rata 2,4 % per tahun. Hal ini tidak
terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi,
khususnya kondisi eksternal ( resesi dunia ),
serta Perang Teluk yang berdampak pada
ekonomi di dalam negeri.
17. REPELITA IV ( 1 April 1989 – 31 Maret
1993 )
Selama Pelita IV strategi pembangunan tetap
berlandaskan kepada Trilogi Pembangunan, yaitu :
Pemerataan, Pertumbuhan, dan Stabilitas. Namun upaya
perbaikan kinerja perekonomian menghadapi kendala,
yaitu;
•Turunnya harga Migas
•Turunnya Cadangan Devisa
•Krisis likuiditas perbankan akibat langkanya aliran dana
masuk dari masyarakat
•Inflasi masih cukup tinggi ( 52,9 %)
• Kesenjangan makin melebar
18. Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain ;
1. Melakukan deregulasi ;
• memberikan kemudahan impor bahan baku industri
dalam negeri
• Memberikan kemudahan bagi Perusahaan PMA, untuk :
melakukan pinjaman Bank, dan kegiatan distribusi barang
& jasa.
2. Melakukan Devaluasi Rupiah ( dari Rp 625/$ menjadi
Rp.970/$, kemudian dari Rp.1.134/$ menjadi Rp.1.644/$,
dengan Sistem Kurs bebas ) , yang bertujuan untuk
meningkatkan Ekspor Non Migas, mengendalikan impor,
dan meningkatkan penerimaan pajak.
3. Melakukan kebijakan imbal beli (Counter Purchase)
• Pembeli dari luar negeri diwajibkan membeli barang dalam
negeri minimal = nilai yang di ekspornya.
4. Memperlancar perizinan si bidang produksi, jasa serta
investasi.
19. 3. Mobilisasi dana di pasar uang ( dengan
mempermudah persyaratan pendirian Bank umum,
perizinan, serta mengizinkan masuknya Modal
Asing )
4. Deregulasi di Bidang perdagangan & hubungan laut
( berupa, penyederhanaan izin usaha, izin trayek,
pembelian kapal, pengahapusan Tata Niaga Impor,
penghapusan bea masuk & bea masuk tambahan )
5. Penyederhaan proses impor mesin.
6. Penyederhanaan izin masuk dan bekerja bagi Tenaga
Kerja Asing
20. Dengan kerja keras, menghadapi berbagai
kendala dan tantangan perekonomian global,
akhirnya dalam kurun waktu tersebut,
pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai di
atas 7 % per tahun.
21. REPELITA V ( 1 April 1993 – 31 Maret
1998 )
Dengan tetap berlandaskan pada Trilogi pembangunan.
Pada Pelita V ini penekanan kebijakan diarahkan pada ”
Pemerataan ”, dengan prioritas ” Sektor industri yang
didukung oleh Sektor Pertanian ”
Kendala-kendala yang dihadapi :
1.Munculnya Blok-blok Perdagangan Dunia ( AFTA,
NAFTA, APEC, dsb )
2.Persaingan bisnis makin kompetitif
3.High Cost
4.Kualitas SDM masih rendah
5.Utang Luar negeri makin meningkat
22. Upaya yang dilakukan Pemerintah antara lain ;
• Melakukan diversifikasi produk ekspor
( khususnya Non Migas )
• Melakukan deregulasi, antara lain ; tentang
pengaturan Investasi Asing.
Selama Pelita V, laju Pertumbuhan Ekonomi,
dapat dipertahankan, rata-rata di atas 6 % per
tahun.
23. REPELITA VI ( 1 April 1998 – 31 Maret
2002 )
Dalam Pelita VI, kebijakan pembangunan dilandasi oleh Trilogi
pembangunan, dengan tetap mengedepankan ” Pemerataan ”
Tantangan yang dihadapi antara lain,
•Income per Kapita masih rendah
•Laju pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi
•Kesenjangan makin meningkat
•Bertambahnya jumlah penduduk miskin
•Rendahnya penyerapan Tenaga Kerja
•Rendahnya kualitas SDA dan lingkungan
•Masih tingginya Angka Kematian Ibu & Bayi
Melalui berbagai upaya/kebijakan yang dilakukan, selama Pelita VI,
sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 %, dapat dicapai.