SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
BAHAYA AFLATOKSIN
DALAM BAHAN
MAKANAN

Istikomah
PRODI ILMU GIZI (CLINICAL NUTRITION)
PPS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2013
I. PENDAHULUAN
Aflatoksin dikenal luas sebagai bahan
yang bersifat toksik dan karsinogenik
baik pada manusia maupun hewan.
Oleh karena itu pemahaman tentang
bahaya Aflatoksin dalam bahan
makanan sangat penting karena sering
dijumpai mengkontaminasi secara
alami dalam produk pertanian yang
dikonsumsi manusia dan hewan ternak.
Pengaruhnya terhadap kesehatan juga
sangat serius. Banyak diantara kasus
sirosis, kanker hati dan gangguan
pencernaan disebabkan oleh paparan
aflatoksin
dalam
makanan
yang
dikonsumsi manusia. [ICRISAT, 2000]

Strutur 3D aflatoksin B1

Terminal portion dari conidiophore
A. flavus (X1000)
Dalam budaya lokal Indonesia sendiri,
kegemaran minum jamu godhok yang
berawal dari tradisi dan pendapat
bahwa bahan alami lebih aman
daripada obat kimia, tidak sepenuhnya
lebih aman. Terbukti bahwa jamu
godhok yang berasal dari bahan-bahan
yang terkontaminasi Aflatoksin justru
berbahaya bagi kesehatan.
Masyarakat juga belum semua
sadar
tentang
pentingnya
pengetahuan dalam pemilihan,
penyimpanan,
pengolahan
bahan makanan yang aman dan
pencegahan kontaminasi bahan
beracun dari jenis kapang
terhadap bahan makanan.
II. PERMASALAHAN
AFLATOKSIN
1.

Banyak komoditas pertanian yang rentan
terhadap serangan sekelompok jamur yang
mampu menghasilkan metabolit beracun
yang disebut mikotoksin. Di antara
berbagai mikotoksin, aflatoksin telah
diasumsikan signifikansinya karena efek
merusak terhadap manusia, unggas dan
ternak.
2. Aflatoksin mempunyai dampak yang serius
terhadap hasil pertanian, cadangan bahan
makanan, kesehatan, ekonomi dan daya jual,
lebih jauh terhadap perdagangan global.
[ICRISAT,2000]
Gambar di samping
menunjukkan
bahwa
micotoksin Aflatoksin
yang mengkontaminasi
bahan makanan dan
pakan
ternak
bisa
meracuni dan menjadi
residu pada manusia,
unggas, ternak, dan ikan
III. TUJUAN PEMBAHASAN
Mengenal Aflatoksin dalam kasanah ilmu
bahan makanan karena merupakan jenis
micotoksin yang paling sering terdapat
dalam bahan makanan dan memiliki efek
yang serius terhadap kesehatan dan
keamanan pangan.
2. Mengetahui bahaya Aflatoksin terutama
terhadap kesehatan manusia
1.
IV. PEMBAHASAN
1.

Definisi

Aflatoksin merupakan
segolongan
senyawa toksik (termasuk
dalam
kelompok mikotoksin/toksin yang
berasal dari fungi) yang bersifat
mematikan
serta
karsinogenik bagi manusia dan hewan
[Hudler, 1998 dan Omaye, 2004].
Spesies
penghasilnya
adalah
segolongan fungi (jenis kapang)
dari genus Aspergillus,
terutama A.
Flavus dan A.
parasiticus yang
berasosiasi dengan produk-produk bijibijian berminyak atau berkarbohidrat
tinggi. [ICRISAT, 2000]
Produk makanan yang terkontaminasi
Aflatoksin termasuk sereal (jagung,
sorgum, millet mutiara, beras, gandum),
minyak sayur (kacang tanah, kedelai,
bunga matahari, kapas), rempah-rempah
(cabe, lada hitam, ketumbar, kunyit,
Zinger),
pohon
kacang
(almond,
pistachio, kenari, kelapa) dan susu.
[Reddy dan Waliyar, 2000]
Aflatoksin juga dapat dijumpai
pada susu yang
dihasilkan hewan
ternak yang memakan produk yang
terinfestasi kapang tersebut. Obat,
misalnya jamu atau obat herbal juga
dapat mengandung aflatoksin bila
terinfestasi kapang ini.
[Reddy dan Waliyar, 2000]
2. Kontaminasi Aflatoksin
pada Bahan Makanan
Praktis semua produk pertanian dapat
mengandung
Aflatoksin
meskipun
biasanya masih pada kadar toleransi.
Kapang ini biasanya tumbuh pada
penyimpanan yang tidak memperhatikan
faktor kelembaban (minimal 7%) dan
bertemperatur tinggi. Daerah tropis
merupakan tempat berkembang biak paling
ideal.
Toksin ini memiliki paling tidak 13 varian,
yang terpenting adalah B1, B2, G1, G2, M1,
dan M2. Aflatoksin B1 dihasilkan oleh
kedua spesies, sementara G1 dan G2 hanya
dihasilkan oleh A. parasiticus. Aflatoksin
M1, dan M2 ditemukan pada susu sapi dan
merupakan
epoksida yang
menjadi
senyawa antara.
1.

2.
3.

Jamur penghasil aflatoksin dapat menginfeksi
kacang tanah selama musim panen dan bahkan
setelah panen, karena:
Stres akibat kekeringan, tanaman kehilangan
kelembaban dari polong dan biji, sehingga
aktivitas fisiologis menjadi angat berkurang.
Kerusakan tanah oleh hama tanah meningkatkan
kontaminasi Aflatoksin.
Panen yang buruk dan kondisi penyimpanan dapat
menyebabkan perkembangan pesat dari jamur dan
dengan demikian produksi yang tinggi dari racun
yang dihasilkannya.
[ICRISAT, 2000]
3. Sifat Fisik dan Kimia:
Aflatoksin bersifat: beracun, karsinogenik,
mutagenik, merupakan agen imunosupresif,
diproduksi sebagai metabolit sekunder oleh
jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus
parasiticus pada berbagai produk makanan.
Anggota utama aflatoksin : B1, B2, G1 dan
G2. Aflatoksin biasanya mengacu pada
kelompok difuranocoumarins.
[Omaye, 2004]
4. MIKROBIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit akibat
Aflatoksin : usia, nutrisi, seks, dan kemungkinan
paparan terhadap racun bersamaan lainnya. Organ
target utama pada mamalia adalah hati
(Aflatoxicosis)
Kondisi yang meningkatkan Aflatoxicosis pada
manusia : ketersediaan terbatas makanan, kondisi
lingkungan yg mendukung pertumbuhan jamur
pada bahan makanan, dan kurangnya sistem
peraturan untuk pemantauan dan pengendalian
Aflatoksin
5. PATOLOGI
Aflatoksin B1, senyawa yang paling toksik,
berpotensi merangsang kanker, terutama kanker hati
(carcinoma hepatoselulare). Serangan toksin yang
paling ringan adalah lecet (iritasi) ringan akibat
kematian jaringan (nekrosis). Pemaparan pada kadar
tinggi dapat menyebabkan sirosis, karsinoma pada
hati, serta gangguan pencernaan, penyerapan bahan
makanan, dan metabolisme nutrien. Toksin ini
di hati akan direaksi menjadi epoksida yang sangat
reaktif terhadap senyawa-senyawa di dalam sel. Efek
karsinogenik
terjadi
karena basa
N
guanin pada DNA akan diikat dan mengganggu
kerja gen.[Reddy dan Waliyar, 2000]
….patologi
Pemanasan
hingga
250˚C tidak
efektif menginaktifkan senyawa ini.
Akibatnya bahan pangan yang
terkontaminasi biasanya tidak dapat
dikonsumsi lagi.
Patologi

http://medicastore.com/penyakit/603/H
epatoma_Karsinoma_Hepatoseluler.ht
ml

Tingginya tingkat paparan
aflatoksin menghasilkan
nekrosis hati akut, sehingga
nantinya menjadi sirosis, atau
karsinoma hati. Gagal hati
akut dinyatakan oleh
perdarahan, edema,
perubahan dalam pencernaan,
perubahan penyerapan dan /
atau metabolisme nutrisi, dan
perubahan mental dan / atau
koma.
…patologi
Metabolit AFB1 1-2-3- epoksid merupakan
karsinogen utama dari kelompok utama
aflatoksin yang mampu membentuk ikatan
dengan DNA maupun RNA. Salah satu
mekanisme
karsinogenesisnya
ialah
kemampuan AFB1 menginduksi mutasi
pada kodon 249 dari gen supresor tumor
p53.
Timbulnya
sebuah
karsinoma
hepatoseluler mungkin tidak terduga sampai
terjadi penurunan kondisi pasien sirosis
yang sebelumnya stabil.
Kanker dengan mutasi p53 (NIMS)
termasuk yang bisa disebabkan
oleh paparan Aflatoksin
1.
2.
3.
4.
5.

Paru
Liver/ Hati
Pankreas
Colon
Ovarium, dll
Produk

transformasi Aflatoksin
kadang-kadang ditemukan dalam
telur, produk susu dan daging ketika
hewan diberi makan biji-bijian yang
terkontaminasi.
[Fratamico et al, 2008 ]
6. Aspek Klinis Akibat Paparan Aflatoksin
a.
b.

c.

d.

Dari percobaan binatang diketahui bahwa AFB1
bersifat karsinogen.
Paparan akut dan dosis tinggi pada manusia
sebabkan aflatoksikosis dan harus segera ditangani
di RS.
Metabolit AFB1 1-2-3- epoksid merupakan
karsinogen utama dari kelompok utama aflatoksin
yang mampu membentuk ikatan dengan DNA
maupun RNA.
Salah satu mekanisme karsinogenesisnya ialah
kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada
kodon 249 dari gen supresor tumor p53.
Daftar tanda dan gejala yang disebutkan
dalam berbagai sumber untuk paparan
aflatoksin meliputi 9 gejala utama :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

kerusakan hati,
nekrosis hati,
sirosis hati,
demam,
ikterus progresif,
pembengkakan ekstremitas,
sakit perut, muntah,
pembesaran hati
Peranan Departemen Gizi Klinik
dalam Konteks Paparan Aflatoksin
1.

2.

Upaya preventif :
pencegahan
kontaminasi,
penyimpanan bahan
makanan, pengolahan
bahan makanan,
Promotif : kampanye
& konseling pola
makan sehat

3.

Upaya kuratif &/
rehabilitatif:
mendukung terapi
dietetik pada
penyakit akibat
paparan aflatoksin.
Umumnya diet pada
penyakit hati dengan
tujuan & syarat
tertentu.
7. Pencegahan Kontaminasi
Aflatoksin
a.
b.

c.

d.

e.

Penyimpanan hasil panen dan bahan makanan dalam kondisi
kering dan baik.
Pastikan makanan berbentuk biji-bijian atau kacang-kacangan
disimpan ditempat yang kelembabannya cukup / tidak mudah
berjamur. Jamur lebih mudah tumbuh pada kondisi lembab dan
suhu tinggi.
Pilihlah saat memanen yang tepat pada kelembaban yang
direkomendasikan, keringkan bila perlu, pelihara aerasi dan
kontrol adanya serangga.
Bersihkan/ singkirkan makanan sampah/ yang sudah kadaluarsa/
terlalu lama disimpan. Atau jangan mengkonsumsi makanan
yang sudah kadaluarsa dan secara fisik berjamur/ rusak
Mengelola limbah roti dengan berhati-hati.[Departement of
agriculture, fisheries & forestry of Queensland, 2013].
Tidak ada prosedur untuk
menghilangkan aflatoksin setelah
diproduksi. Membatasi atau
mempertahankan konsentrasi
memungkinkan biji-bijian yang
terkontaminasi untuk dimakan di
bawah manajemen yang tepat.
Irigasi telah terbukti mengurangi tingkat
infeksi Aspergillus bila diterapkan saat
penyerbukan.
[Ball, 2013]
Memanen jagung awal ketika kelembaban
di atas 20% dan kemudian dengan cepat
mengeringkan ke tingkat kelembaban
minimal 15% akan menjaga jamur
Aspergillus dari menyelesaikan siklus
hidupnya, sehingga konsentrasi aflatoksin
lebih rendah. Ammoniating gandum yang
terkontaminasi aflatoksin menstabilkan
tingkat konsentrasi, tetapi hal ini tidak
menghilangkan masalah.
[Ball, 2013].
…Pencegahan Kontaminasi
Beberapa
prosedur
pembersihan
komoditas pertanian dari kontaminasi
aflatoksin antara lain dengan : liquid
chromatography, dimana dipandang
mudah dilakukan, cepat, reliable, dan
tidak mahal dibandingkan dengan
peralatan komersial lain. Metode
tersebut sering disebut dengan HPLC
[Sobolev dan Dorner, 2002].

More Related Content

What's hot

ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)imroatulM
 
Indra dan pengukuran respon d3 thp 2013
Indra dan pengukuran respon d3 thp 2013Indra dan pengukuran respon d3 thp 2013
Indra dan pengukuran respon d3 thp 2013Melina Eka
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatInoy Trisnaini
 
Teknik Pengambilan Contoh
Teknik Pengambilan ContohTeknik Pengambilan Contoh
Teknik Pengambilan ContohlombkTBK
 
Media BGLB - LB _ Telurit Agar
Media BGLB - LB _ Telurit AgarMedia BGLB - LB _ Telurit Agar
Media BGLB - LB _ Telurit Agarシズカ 近松
 
Konsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiKonsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiInoy Trisnaini
 
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasPP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasMuhamad Imam Khairy
 
Komponen Non Gizi
Komponen Non GiziKomponen Non Gizi
Komponen Non Giziwinautm
 
Bahan tambahan makanan penyedap dan pewangi
Bahan tambahan makanan penyedap dan pewangiBahan tambahan makanan penyedap dan pewangi
Bahan tambahan makanan penyedap dan pewangiZolla Verbianti
 
Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananAgnescia Sera
 
Parameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanahParameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanahHotnida D'kanda
 

What's hot (20)

ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
 
Gmp bakso
Gmp baksoGmp bakso
Gmp bakso
 
Indra dan pengukuran respon d3 thp 2013
Indra dan pengukuran respon d3 thp 2013Indra dan pengukuran respon d3 thp 2013
Indra dan pengukuran respon d3 thp 2013
 
kerusakan bahan pangan
kerusakan bahan pangankerusakan bahan pangan
kerusakan bahan pangan
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor Lalat
 
Teknik Pengambilan Contoh
Teknik Pengambilan ContohTeknik Pengambilan Contoh
Teknik Pengambilan Contoh
 
Xenobiotik
XenobiotikXenobiotik
Xenobiotik
 
Media BGLB - LB _ Telurit Agar
Media BGLB - LB _ Telurit AgarMedia BGLB - LB _ Telurit Agar
Media BGLB - LB _ Telurit Agar
 
pengolahan daging
pengolahan dagingpengolahan daging
pengolahan daging
 
Fase kerja toksikan
Fase kerja toksikanFase kerja toksikan
Fase kerja toksikan
 
BAHAN PEWARNA SINTETIS
BAHAN PEWARNA SINTETISBAHAN PEWARNA SINTETIS
BAHAN PEWARNA SINTETIS
 
PPT Pengawetan pada makanan
PPT Pengawetan pada makananPPT Pengawetan pada makanan
PPT Pengawetan pada makanan
 
Konsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologiKonsep dasar toksikologi
Konsep dasar toksikologi
 
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasPP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
 
Komponen Non Gizi
Komponen Non GiziKomponen Non Gizi
Komponen Non Gizi
 
Pengasapan
PengasapanPengasapan
Pengasapan
 
Bahan tambahan makanan penyedap dan pewangi
Bahan tambahan makanan penyedap dan pewangiBahan tambahan makanan penyedap dan pewangi
Bahan tambahan makanan penyedap dan pewangi
 
Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makanan
 
Parameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanahParameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanah
 
Tabel hartadi
Tabel hartadiTabel hartadi
Tabel hartadi
 

Similar to Bahaya Aflatoksin dalam Bahan Makanan

Similar to Bahaya Aflatoksin dalam Bahan Makanan (20)

Metode analisis kontaminan aflatoksin pd pakan ternak
Metode analisis kontaminan aflatoksin pd pakan ternakMetode analisis kontaminan aflatoksin pd pakan ternak
Metode analisis kontaminan aflatoksin pd pakan ternak
 
Penyehatan Makmin A
Penyehatan Makmin APenyehatan Makmin A
Penyehatan Makmin A
 
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiKeamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
 
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Bioaktivitas flavonoid
Bioaktivitas flavonoidBioaktivitas flavonoid
Bioaktivitas flavonoid
 
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
Makalah_14 Makalah spermosfir kel 8
 
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfKERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
 
P-4 dan P-5 Pestisida.pptx
P-4 dan P-5 Pestisida.pptxP-4 dan P-5 Pestisida.pptx
P-4 dan P-5 Pestisida.pptx
 
Pangan tradisional
Pangan tradisionalPangan tradisional
Pangan tradisional
 
Samonella thypi
Samonella thypiSamonella thypi
Samonella thypi
 
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURANKONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
KONTAMINASI MIKROBA PADA SAYURAN
 
Kerusakan pangan
Kerusakan panganKerusakan pangan
Kerusakan pangan
 
Tugas makalah etprof bu widya
Tugas makalah etprof bu widyaTugas makalah etprof bu widya
Tugas makalah etprof bu widya
 
PPT_Keracunan_Makanan.pptx
PPT_Keracunan_Makanan.pptxPPT_Keracunan_Makanan.pptx
PPT_Keracunan_Makanan.pptx
 
Seminar iptek
Seminar iptekSeminar iptek
Seminar iptek
 
Pedoman penyakit ikan laut
Pedoman penyakit ikan lautPedoman penyakit ikan laut
Pedoman penyakit ikan laut
 
AKL MAKANAN.pdf
AKL MAKANAN.pdfAKL MAKANAN.pdf
AKL MAKANAN.pdf
 
Foodborne Infections
Foodborne InfectionsFoodborne Infections
Foodborne Infections
 
Apa itu propolis
Apa itu propolisApa itu propolis
Apa itu propolis
 
Pro06 115
Pro06 115Pro06 115
Pro06 115
 

Recently uploaded

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxindah849420
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...IdjaMarasabessy
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)AsriSetiawan3
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfssuser1cc42a
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIMuhammadAlfiannur2
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdfnoviarani6
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfsrirezeki99
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 

Recently uploaded (20)

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 

Bahaya Aflatoksin dalam Bahan Makanan

  • 1. BAHAYA AFLATOKSIN DALAM BAHAN MAKANAN Istikomah PRODI ILMU GIZI (CLINICAL NUTRITION) PPS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2013
  • 2. I. PENDAHULUAN Aflatoksin dikenal luas sebagai bahan yang bersifat toksik dan karsinogenik baik pada manusia maupun hewan. Oleh karena itu pemahaman tentang bahaya Aflatoksin dalam bahan makanan sangat penting karena sering dijumpai mengkontaminasi secara alami dalam produk pertanian yang dikonsumsi manusia dan hewan ternak.
  • 3. Pengaruhnya terhadap kesehatan juga sangat serius. Banyak diantara kasus sirosis, kanker hati dan gangguan pencernaan disebabkan oleh paparan aflatoksin dalam makanan yang dikonsumsi manusia. [ICRISAT, 2000] Strutur 3D aflatoksin B1 Terminal portion dari conidiophore A. flavus (X1000)
  • 4. Dalam budaya lokal Indonesia sendiri, kegemaran minum jamu godhok yang berawal dari tradisi dan pendapat bahwa bahan alami lebih aman daripada obat kimia, tidak sepenuhnya lebih aman. Terbukti bahwa jamu godhok yang berasal dari bahan-bahan yang terkontaminasi Aflatoksin justru berbahaya bagi kesehatan.
  • 5. Masyarakat juga belum semua sadar tentang pentingnya pengetahuan dalam pemilihan, penyimpanan, pengolahan bahan makanan yang aman dan pencegahan kontaminasi bahan beracun dari jenis kapang terhadap bahan makanan.
  • 6. II. PERMASALAHAN AFLATOKSIN 1. Banyak komoditas pertanian yang rentan terhadap serangan sekelompok jamur yang mampu menghasilkan metabolit beracun yang disebut mikotoksin. Di antara berbagai mikotoksin, aflatoksin telah diasumsikan signifikansinya karena efek merusak terhadap manusia, unggas dan ternak.
  • 7. 2. Aflatoksin mempunyai dampak yang serius terhadap hasil pertanian, cadangan bahan makanan, kesehatan, ekonomi dan daya jual, lebih jauh terhadap perdagangan global. [ICRISAT,2000] Gambar di samping menunjukkan bahwa micotoksin Aflatoksin yang mengkontaminasi bahan makanan dan pakan ternak bisa meracuni dan menjadi residu pada manusia, unggas, ternak, dan ikan
  • 8. III. TUJUAN PEMBAHASAN Mengenal Aflatoksin dalam kasanah ilmu bahan makanan karena merupakan jenis micotoksin yang paling sering terdapat dalam bahan makanan dan memiliki efek yang serius terhadap kesehatan dan keamanan pangan. 2. Mengetahui bahaya Aflatoksin terutama terhadap kesehatan manusia 1.
  • 9. IV. PEMBAHASAN 1. Definisi Aflatoksin merupakan segolongan senyawa toksik (termasuk dalam kelompok mikotoksin/toksin yang berasal dari fungi) yang bersifat mematikan serta karsinogenik bagi manusia dan hewan [Hudler, 1998 dan Omaye, 2004].
  • 10. Spesies penghasilnya adalah segolongan fungi (jenis kapang) dari genus Aspergillus, terutama A. Flavus dan A. parasiticus yang berasosiasi dengan produk-produk bijibijian berminyak atau berkarbohidrat tinggi. [ICRISAT, 2000]
  • 11. Produk makanan yang terkontaminasi Aflatoksin termasuk sereal (jagung, sorgum, millet mutiara, beras, gandum), minyak sayur (kacang tanah, kedelai, bunga matahari, kapas), rempah-rempah (cabe, lada hitam, ketumbar, kunyit, Zinger), pohon kacang (almond, pistachio, kenari, kelapa) dan susu. [Reddy dan Waliyar, 2000]
  • 12. Aflatoksin juga dapat dijumpai pada susu yang dihasilkan hewan ternak yang memakan produk yang terinfestasi kapang tersebut. Obat, misalnya jamu atau obat herbal juga dapat mengandung aflatoksin bila terinfestasi kapang ini. [Reddy dan Waliyar, 2000]
  • 13. 2. Kontaminasi Aflatoksin pada Bahan Makanan Praktis semua produk pertanian dapat mengandung Aflatoksin meskipun biasanya masih pada kadar toleransi. Kapang ini biasanya tumbuh pada penyimpanan yang tidak memperhatikan faktor kelembaban (minimal 7%) dan bertemperatur tinggi. Daerah tropis merupakan tempat berkembang biak paling ideal.
  • 14. Toksin ini memiliki paling tidak 13 varian, yang terpenting adalah B1, B2, G1, G2, M1, dan M2. Aflatoksin B1 dihasilkan oleh kedua spesies, sementara G1 dan G2 hanya dihasilkan oleh A. parasiticus. Aflatoksin M1, dan M2 ditemukan pada susu sapi dan merupakan epoksida yang menjadi senyawa antara.
  • 15. 1. 2. 3. Jamur penghasil aflatoksin dapat menginfeksi kacang tanah selama musim panen dan bahkan setelah panen, karena: Stres akibat kekeringan, tanaman kehilangan kelembaban dari polong dan biji, sehingga aktivitas fisiologis menjadi angat berkurang. Kerusakan tanah oleh hama tanah meningkatkan kontaminasi Aflatoksin. Panen yang buruk dan kondisi penyimpanan dapat menyebabkan perkembangan pesat dari jamur dan dengan demikian produksi yang tinggi dari racun yang dihasilkannya. [ICRISAT, 2000]
  • 16. 3. Sifat Fisik dan Kimia: Aflatoksin bersifat: beracun, karsinogenik, mutagenik, merupakan agen imunosupresif, diproduksi sebagai metabolit sekunder oleh jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus pada berbagai produk makanan. Anggota utama aflatoksin : B1, B2, G1 dan G2. Aflatoksin biasanya mengacu pada kelompok difuranocoumarins. [Omaye, 2004]
  • 17. 4. MIKROBIOLOGI Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit akibat Aflatoksin : usia, nutrisi, seks, dan kemungkinan paparan terhadap racun bersamaan lainnya. Organ target utama pada mamalia adalah hati (Aflatoxicosis) Kondisi yang meningkatkan Aflatoxicosis pada manusia : ketersediaan terbatas makanan, kondisi lingkungan yg mendukung pertumbuhan jamur pada bahan makanan, dan kurangnya sistem peraturan untuk pemantauan dan pengendalian Aflatoksin
  • 18. 5. PATOLOGI Aflatoksin B1, senyawa yang paling toksik, berpotensi merangsang kanker, terutama kanker hati (carcinoma hepatoselulare). Serangan toksin yang paling ringan adalah lecet (iritasi) ringan akibat kematian jaringan (nekrosis). Pemaparan pada kadar tinggi dapat menyebabkan sirosis, karsinoma pada hati, serta gangguan pencernaan, penyerapan bahan makanan, dan metabolisme nutrien. Toksin ini di hati akan direaksi menjadi epoksida yang sangat reaktif terhadap senyawa-senyawa di dalam sel. Efek karsinogenik terjadi karena basa N guanin pada DNA akan diikat dan mengganggu kerja gen.[Reddy dan Waliyar, 2000]
  • 19. ….patologi Pemanasan hingga 250˚C tidak efektif menginaktifkan senyawa ini. Akibatnya bahan pangan yang terkontaminasi biasanya tidak dapat dikonsumsi lagi.
  • 20. Patologi http://medicastore.com/penyakit/603/H epatoma_Karsinoma_Hepatoseluler.ht ml Tingginya tingkat paparan aflatoksin menghasilkan nekrosis hati akut, sehingga nantinya menjadi sirosis, atau karsinoma hati. Gagal hati akut dinyatakan oleh perdarahan, edema, perubahan dalam pencernaan, perubahan penyerapan dan / atau metabolisme nutrisi, dan perubahan mental dan / atau koma.
  • 21. …patologi Metabolit AFB1 1-2-3- epoksid merupakan karsinogen utama dari kelompok utama aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satu mekanisme karsinogenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53. Timbulnya sebuah karsinoma hepatoseluler mungkin tidak terduga sampai terjadi penurunan kondisi pasien sirosis yang sebelumnya stabil.
  • 22. Kanker dengan mutasi p53 (NIMS) termasuk yang bisa disebabkan oleh paparan Aflatoksin 1. 2. 3. 4. 5. Paru Liver/ Hati Pankreas Colon Ovarium, dll
  • 23. Produk transformasi Aflatoksin kadang-kadang ditemukan dalam telur, produk susu dan daging ketika hewan diberi makan biji-bijian yang terkontaminasi. [Fratamico et al, 2008 ]
  • 24. 6. Aspek Klinis Akibat Paparan Aflatoksin a. b. c. d. Dari percobaan binatang diketahui bahwa AFB1 bersifat karsinogen. Paparan akut dan dosis tinggi pada manusia sebabkan aflatoksikosis dan harus segera ditangani di RS. Metabolit AFB1 1-2-3- epoksid merupakan karsinogen utama dari kelompok utama aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satu mekanisme karsinogenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresor tumor p53.
  • 25. Daftar tanda dan gejala yang disebutkan dalam berbagai sumber untuk paparan aflatoksin meliputi 9 gejala utama : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. kerusakan hati, nekrosis hati, sirosis hati, demam, ikterus progresif, pembengkakan ekstremitas, sakit perut, muntah, pembesaran hati
  • 26. Peranan Departemen Gizi Klinik dalam Konteks Paparan Aflatoksin 1. 2. Upaya preventif : pencegahan kontaminasi, penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, Promotif : kampanye & konseling pola makan sehat 3. Upaya kuratif &/ rehabilitatif: mendukung terapi dietetik pada penyakit akibat paparan aflatoksin. Umumnya diet pada penyakit hati dengan tujuan & syarat tertentu.
  • 27. 7. Pencegahan Kontaminasi Aflatoksin a. b. c. d. e. Penyimpanan hasil panen dan bahan makanan dalam kondisi kering dan baik. Pastikan makanan berbentuk biji-bijian atau kacang-kacangan disimpan ditempat yang kelembabannya cukup / tidak mudah berjamur. Jamur lebih mudah tumbuh pada kondisi lembab dan suhu tinggi. Pilihlah saat memanen yang tepat pada kelembaban yang direkomendasikan, keringkan bila perlu, pelihara aerasi dan kontrol adanya serangga. Bersihkan/ singkirkan makanan sampah/ yang sudah kadaluarsa/ terlalu lama disimpan. Atau jangan mengkonsumsi makanan yang sudah kadaluarsa dan secara fisik berjamur/ rusak Mengelola limbah roti dengan berhati-hati.[Departement of agriculture, fisheries & forestry of Queensland, 2013].
  • 28. Tidak ada prosedur untuk menghilangkan aflatoksin setelah diproduksi. Membatasi atau mempertahankan konsentrasi memungkinkan biji-bijian yang terkontaminasi untuk dimakan di bawah manajemen yang tepat. Irigasi telah terbukti mengurangi tingkat infeksi Aspergillus bila diterapkan saat penyerbukan. [Ball, 2013]
  • 29.
  • 30. Memanen jagung awal ketika kelembaban di atas 20% dan kemudian dengan cepat mengeringkan ke tingkat kelembaban minimal 15% akan menjaga jamur Aspergillus dari menyelesaikan siklus hidupnya, sehingga konsentrasi aflatoksin lebih rendah. Ammoniating gandum yang terkontaminasi aflatoksin menstabilkan tingkat konsentrasi, tetapi hal ini tidak menghilangkan masalah. [Ball, 2013].
  • 31. …Pencegahan Kontaminasi Beberapa prosedur pembersihan komoditas pertanian dari kontaminasi aflatoksin antara lain dengan : liquid chromatography, dimana dipandang mudah dilakukan, cepat, reliable, dan tidak mahal dibandingkan dengan peralatan komersial lain. Metode tersebut sering disebut dengan HPLC [Sobolev dan Dorner, 2002].