1. Sesudah terjadi pernikahan, suami dan istri mempunyai tanggung jawab dalam
membina rumah tangga. Apabila salah seorang suami-istri abaikan tanggung jawabnya, maka
situasi rumah tangga itu dari hari ke hari akan bertambah suram, tidak bercahaya lagi rumah
tangga akan rusak, tidak harmonis lagi.
Suami-istri sebenarnya mempunyai tanggung jawab moril dan materiil. Masing-masing
suami-istri harus mengetahui kewajibannya disamping haknya. Sebab, banyak
manusia yang hanya tahu haknya saja, tetapi mengabaikan kewajibanya.
Masing-masing suami-istri mempunyai hak atas yang lainnya. Hal ini berarti, bila istri
mempunyai hak dari suaminya, maka suami mempunyai kewajiban atas istrinya. Demikian
juga sebaliknya suami mempunyai hak istrinya, dan istrinya mempunyai kewajiban atas
suaminya. Hak tidak dapat dipenuhi apabila tidak ada yang menunaikan kewajiban Dalam al-
Qur' an Allah berfirman:
"Dan para wanita mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya cara yang makruf.
Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (Al-Baqarah.228)
Suami sebagai kepala keluarga mempunyai kelebihan dari istrinya sebagai pemimpin
rumah tangga dan masing-masing membangun tugas yang berbeda-beda membangun rumah
tangganya itu, di samping ada yang sama pula.
A. HAKBERSAMASUAMI-ISTRI
Hak bersama suami-istri yaitu:
1. Saling memegang amanah di antam kedua suami-istri dan tidak boleh saling menghianati.
Sebenarnya sebelum akad nikahpun masalah amanah ini sudah mulai ditanamkan. apalagi
sesudah resmi membangun rumah tangga.Sekiranya salah seorang suanii-istri tidak amanah,
maka akan terjadi kegoncangan dalam suatu rumah tangga dan biasanya akan bermuara
kepada perceraian.
2. Saling mengikat (menjalin) kasih sayang sumpah setia sehidup semati. Tanpa kasih sayang,
rumah tangga tidak ceria. Tidak ada artinya rumah tangga yang tidak dilandasi oleh kasih
sayang. Sebelum menikah seolah-olah dunia ini hanya kepunyaan berdua saja. Ikrar ucapan
sehidup semati meluncur lancar dari mulut masing-masing. Namun, setelah menikah lama-kelamaan
kelihatan sifat yang asli masing-masing. Tidak jarang, dalam beberapa tahun saja
sudah mencari jalan masing-masing yang berakhir dengan perceraian. Contohnya, dapat
dilihat dalam masyarakat, terutama pada anggota masyarakat yang menganggap dirinya anak
zaman modern. Berganti pasangan dianggap soal biasa. Orang Islam adakalanya kurang
menyadari, bahwa,perceraian dalam Islam memang diperbolehkan tetapi sangat dibenci oleh
Allah. Suatu rumah tangga yang dibina dengan kasih sayang, rumah yang sempit pun terasa
luas. Berbeda suatu rumah tangga yang dibina dengan kebencian rumah yang besar pun terasa
semipit seolah-olah berada di neraka Hendaknya masing-masing suami-istri memahami
firman Allah:
2. "Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, ialah Dia; menciptakan untuk istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (ar-Rum: 21)
3. Bergaul dengan baik antara suami-istri. Pergaulan yang baik akan terwujud dalam waktu
rumah tangga, sekiranya masing-masing suami-istri dapat memahami sifat masing-masing
pasangannya, kesenangannya dan kegemarannya. Dengan demikian masing-masing dapat
menyesuaikan diri dengan sendirinya keharmonisan hidup berumah tangga tetap dapat
dipelihara. Tutur kata yang lemah lembut, senyum mengulum dan muka manis pasti akan
menyentuh perasaan pasangan hidupnya.
Pergaulan yang tidak baik dalam suatu rumah tangga akan berakibat tidak baik pula
bagi anak-anak, keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Apalagi suami atau istri
membuka aib rumah tangganya kepada orang lain, termasuk tetangga. Bila tidak
mengikuti ketentuan agama Islam, berarti suatu perkawinan terjadi karena dorongan
(kebutuhan) biologis semata-mata.
Memang benturan-benturan kecil tetap ada saja terjadi dalam suatu rumah tangga.
Namun, apabila masing-masing pihak menyadarinya dari tujuan suatu perkawinan,
tentu gejolak hati yang sedang membara segera dapat dipadamkan. salah satu suami-istri
marah, maka jangan disambut dengan marah pula. usahakan mengendalikan diri
dan kalau mungkin, dapat menyadarkannya. Kemudian ada lagi adab yang bersifat
khusus bagi suami-istri. Yang terpenting diantaranya:
1. Hak Istri Atas Suami
a. Bergaul dengan istri dengan baik (patut)
Dalam hidup berumah tangga hal yang harus diperhatikan seorang suami. Istri
memerlukan hidup untuk makan, pakaian dan tempat tinggal, di samping keperluan-keperluan
lainnya. Namun, hendaknya, bahwa tuntutan hak atas disesuaikan dengan
kemampuan suami. Mengenai hal ini diperintahkan oleh Allah. sebagaimana frrman-
N ya
"Dan bergaullah dengan mereka (istri) dengan secara patut... " (an-Nisa': 19)
Dalam masyarakat masih ada terdapat seorang suami yang menelantarkan istrinya,
tidak diberinya nafkah lahir dan batin. Si istri ibarat "digantung tidak bertali",
demikian kata pepatah. Lebih berat lagi beban si istri, bila dia mempunyai anak yang
harus dipenuhi segala keperluan hidupnya.
b. Mendidik istri taat beragama
Mendidik istri beragama adalah tanggung jawab suami. Bila tidak mampu
mendidiknya sendiri disebabkan tidak punya ilmu atau tidak punya kesempatan, maka
sarankan istri menghadiri majlis taklim, atau mendatangkan guru ke rumah.Allah
memerintahkan agar istri (keluarga) benar-benar dilindungi dan diayomi, jangan
sampai jatuh ke jurang kesesatan dan menjadi penghuni neraka, sebagaimana firman
Allah:
3. "Hai orang-orang yang beriman jagalah (peliharalah) dirimu keluargamu dari api
neraka...”
(At Tahriim: 6)
Suami hars senantiasa mengingatkan istrinya dalam beribadah, mungkin karena lupa
atau melalaikannya.
c. Mendidik istri sopan santun
Seorang suami hendaknya diperhatikan perilaku istrinya, supaya berlaku sopan santun
terutama pergaulan sehari-hari, baik dalam rumah tangga dan anggota masyarakat
Sebagai pendidik suami harus memperlihatkan sikapnya yang balk dicontoh oleh
istrinya. Sebab, bagaimana mungkin seorang suami dapat mendidik istrinya
sedangkan dia sendiri berlaku sopan santun dalam pergaulan sehari-hari. Sedangkan
suami tahu betul kedudukannya dalam rumah tangga sebagai pemimpin keluarga(istri),
sebagaimana firman Allah
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin kaum wanita... " (an- Nisa' : 34)
Sabda Rasulullah:
"... Seorang laki-laki itu menjadi pemimpin bagi keluarganya dan dia akan
bertanggung jawab atas pimpinannya... " (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)
d. Suami dilarang membuka rahasia istrinya
Seorang suami berkewajiban menjaga nama baik istrinya. Tidak boleh menceritakan
kepada orang lain aib dan kekurangan istrinya. Harus disadari, bahwa membeberkan
aib keluarga (istri), sama saja dengan membeberkan aib diri sendiri dalam suatu
keluarga. Sama saja halnya dengan "menepuk air didulang, akan kena kemuka
sendiri". Malahan, seorang suami pantas dipersalahkan, karena tidak mampu
mendidik istrinya, atau sebelum dia berkeluarga telah gegabah memilih calon istri
yang tidak kuat agamanya.
Seorang suami akan hilang harga diri dan turun martabatnya, sekiranya sempat
membeberkan kekurangan istrinya kepada orang lain, apalagi melalui media massa
(surat kabar majalah) dan media elektronik yang sering kita lihat pada saat ini.
2 Hak Suami Atas Istri
Hak suami atas istrinya yang terpenting b antaranya:
a. Mematuhi Suami
Seorang istri hams mematuhi suamin selama suaminya tidak mengajak berbuat
maksiat, seperti berjudi, menjadi germo, mencuri, menjual obat-obat terlarang dan
lain-lainnya yang dilarang oleh agama. Malahan si istri harus berusaha mencegah
suaminya supaya tidak melakukan perbuatan maksiat itu Sekurang-kurangnya tidak
mengikuti perintah suaminya itu.
4. b. Menjaga nama baik suami
Nama baik suami harus dijaga oleh istri,jangan sampai membeberkan aib atau
kekurangan suaminya kepada orang lain, sebagaimana hak istri atas suaminya
sebagaimana telah dijelaskan di atas. Seorang istri hares menjaga harta suaminya,
mengurus dan mendidik anaknya dan semua yang berhubungan dengan rumah tangga.
Sebagaimana suami, istri pun harus bertanggung jawab atas pimpinannya, tidak hanya
kepada suaminya saja, tetapi juga kepada Allah.
Dalam segala kegiatan mendapat izin suami
Seorang istri, harus mendapat izin dari suaminya baik rnengadakan kegiatan, terutama
kegiatan di luar rumah tangga, seperti bepergian, termasuk menghadiri majlis taklim.
Bila kegiatan itu sesuai dengan tuntunan agama, barang kali tidak ada suami yang
berkeberatan.
d. Menjagadiri
Bila suami bepergian, baik jauh maupun dekat, maka istri harus dapat menjaga diri,
supaya tidak timbul fitnah, seperti menerima tamu yang bukan muhrimnya, terutama
bila tamu itu bermaIam. Si istri tentu dapat melihat situasi rumah tangganya itu,
apakah dia sendirian atau ada keluarga lainnya, diperkirakan tidak menimbulkan
fitnah Kekhawatiran itu biasanya timbul bila suaminya pergi merantau jauh memakan
waktu lama, ditambah lagi bagi istri yang tidak kuat agamanya.
Pada saat ini kita lihat, berapa banyak bangsa kita yang menjadi TKI (Tenaga Kerja
Indonesia) yang pergi ke luar negeri untuk mencari nafkah. Ada kalanya suami yang
pergi dan adakalanya istri dalam keadaan seperti ini baik yang pergi maupun yang
ditinggal harus dapat menjaga diri, karena banyak godaan.
Mengenai hak dan kewajiban suami-istri dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan:
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 77
1. Suami-istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dan susunan
masyarakat.
2. Suami-istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
3. Suami-istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak
mereka, balk mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan
pendidikan agamanya.
4. Suami-istri wajib memelihara kehormatannya.
5. 5. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Agama.
Pasal 78
1. Suami-istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
2. Rumah kediaman yang dimaksud ayat (1). ditentukan oleh suami-istri.
Bagian Kedua
Kedudukan Suami-Istri
Pasal 79
1. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.
2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
3. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
Bagian Ketiga
Kewajiban Suami
Pasal 80
1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi
mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami-istri
bersama.
2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama dan
bangsa.
4. Sesuai dengan penghasilan suami menanggung;
a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri;
b. Biaya rumah tangga biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak;
c. Biaya pendidikan bagi anak.
6. 5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di
atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya.
6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana
tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila istri nusyuuz.
Bagian Keempat Tempat Kediaman
Pasal 81
1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya, atau
bekas istri yang masih dalam iddah.
2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan
perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
3. Tempat kediaman disediakan untukk melindungi istri dan anak-anaknya dari
gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram.
Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat penyimpan harta kekayaaa, sebagai
tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga.
4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya serta
disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat
perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya.
Bagian Kelima
Kewajiban Suami
Yang Beristri Lebih Dari Seorang
Pasal 82
1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban memberi tempat
tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang menurut
besar kecilnya keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada
perjanjian perkawinan.
2. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam
satu tempat kediaman.
Bagian Keenam
Kewajiban Istri
Pasal 83
7. 1. Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami di
dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan
sebaik-baiknya.
Pasal 84
1. Istri dapat dianggap nusyuuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat( 11) kecuali dengan alasan yang sah.
2. Selama istri dalam nusyuuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal
80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya
3. Kewajiban suami tersebut pada ayat di atas berlaku kembali sesudah istri tidak
nusyuuz.
4. Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang
sah.