Metaanalisis ini menemukan 79 studi RCT yang memenuhi kriteria dengan total sampel 3716 pasien untuk menilai keamanan metamizol sebagai analgetika. Hasilnya menunjukkan bahwa metamizol tidak berbeda secara signifikan dalam efek sampingnya dibandingkan plasebo atau analgesia lain, kecuali risiko efek samping kardiovaskular lebih tinggi dibanding parasetamol dan efek samping neurologis lebih rendah dibanding NSAID.
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
AE-Meta
1. Metamizole-Associated Adverse Events:
A Systematic Review and Meta-Analysis
Kötter T, Costa BR, Fässler M, Blozik E, Linde K, Jüni P, et al
PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
Ferdy Ferdian, dr
Penilai: Dr. Rachmat Sumantri, dr, SpPD-KHOM
Pembimbing: Teddy Sihite, dr, SpPD, SpJP
Pembacaan jurnal
16 Juni 2015
2. Latar belakang
• Metamizol, dypyrone atau lebih dikenal di
Indonesia dgn nama metampiron atau antalgin
(Novalgin ® Analgin ® ) merupakan suatu
analgetika yang dipakai secara luas di seluruh
dunia
• Obat ini digunakan secara luas untuk mengatasi
nyeri post op, nyeri kolik, nyeri kanker, migrain
dan lain sebagainya.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
3. Latar belakang
• Penggunaan metamizol ditanggapi scr beragam di
dunia. Sebagian besar negara Eropa & Amerika Latin
menjadikannya sbg analgetika nonopioid lini pertama
& kadang obat tersebut diperdagangkan secara
bebas di apotik
• Sedangkan beberapa negara memband-nya
seperti di Amerika, Inggris dan India dengan alasan
resiko terjadinya agranulositosis.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
4. • Dipyrone (Novalgin) is a readily available, relatively
cheap and highly efficacious analgesic that is widely
prescribed in Africa, Europe and South America.
• This drug first went under the hammer as being
“unacceptably toxic’’ in 1974 after the International
Agranulocytosis and Aplastic Anemia Study (IAAS) but
significant methodological flaws in the study led to
widespread criticism and the drug was reluctantly
unbanned in 1995 but as a ‘prescription only’ medication.
Further studies led to more controversies regarding its
Latar belakang
5. Latar belakang
• Walaupun telah digunakan lebih dari 90 tahun, resiko
dan bahaya penggunaan metamizole belum
terdokumentasi dengan baik
• Sebelumnya sudah terdapat tiga studi cochrane yang
mengatakan bahwa metamizol efektif sebagai anti
nyeri jangka pendek tetapi tidak secara khusus
membahas masalah keamanan obat tersebut.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
6. Latar belakang
• Metaanalisis ini bertujuan untuk
memberikan informasi terkini tentang
keamanan metamizol dalam
penggunaannya sebagai analgetika.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
7. Metodologi penelitian
• CENTRAL, MEDLINE, EMBASE, CINAHL database
• Studi dimulai dari awal – Februari 2014
• Inklusi : RCT, Penggunaan metamizol vs analgetika
lain/plasebo, untuk segala indikasi, keluaran yang
sesuai dengan inklusi penelitian.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
8. Metodologi penelitian
• Keluaran penelitian
– Keluaran primer
• Efek samping yang timbul selama penelitian
– Keluaran sekunder
• Efek samping serius
• Penghentian obat terkait efek samping serius.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
9. Metodologi penelitian
• Analisa statistik
– Heterogenitas ditentukan dengan DerSimonian
dan Laird variance
– Ditentukan RR (Relative Risk) gabungan
– Hasil akan ditampilkan berupa forrest plot
– Signifikan P <0.05.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
10. Hasil penelitian
• 8242 artikel ditemukan
• 79 RCT dimasukkan
berdasarkan kriteria
inklusi dengan total
sampel 3716 pasien.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
11. 1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
12. 1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
Penggunaan metimazole bila dibandingkan dengan plasebo
Metimazole TIDAK berbeda bermakna dengan plasebo dalam hal efek samping
RR 0.96 (95% confidence interval (CI) 0.73 to 1.25)) efek samping serius
RR 1.93 (95% CI 0.18 to 20.6) angka dropout dan efek samping per organ
13. 1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
Penggunaan metimazole bila dibandingkan dengan parasetamol
Metimazole TIDAK berbeda bermakna dengan parasetamol dalam hal
Kejadian efek samping RR 1.08 (95% CI 0.69 to 1.68)
Tidak terdapat kejadian efek samping serius
Penggunaan metimazole bila dibandingkan dengan parasetamol
Kejadian efek samping kardiovaskular metimazole berbeda bermakna
dengan parasetamol RR 3.48 (95% CI 1.07 to 11.27) (p=0.038)
Atau dengan kata lain
Penggunaan metimazol mempunyai risiko 3.48 kali lebih besar
terkena efek samping kardiovaskular bila dibanding parasetamol
14. 1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
Penggunaan metimazole bila dibandingkan dengan aspirin
Metimazole TIDAK berbeda bermakna dengan aspirin dalam hal
Kejadian efek samping RR 0.80 (95% CI 0.44 to 1.45)
Tidak terdapat kejadian efek samping serius
15. 1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
Penggunaan metimazole bila dibandingkan dengan NSAID
Metimazole TIDAK berbeda bermakna dengan NSAID dalam hal
Kejadian efek samping RR 0.91 (95% CI 0.79 to 1.05)
Kejadian efek samping serius RR 0.85 (95% CI 0.41 to 1.74)
Penggunaan metimazole bila dibandingkan dengan NSAID
Kejadian efek samping neurologis metimazole berbeda bermakna
dengan NSAID RR 0.75 (95% CI 0.57 to 0.99)
Penggunaan metimazol mempunyai risiko 0.75 kali lebih besar
terkena efek samping neurologis bila dibanding NSAID
16. 1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
Penggunaan metimazole bila dibandingkan dengan opioid
Metimazole berbeda secara bermakna dengan opioid dalam hal
Kejadian efek samping RR 0.79 (95% CI 0.65 to 0.96)(p=0.016)
Tidak terdapat kejadian efek samping serius
Penggunaan metimazol mempunyai risiko 0.79 kali lebih besar
terkena efek samping bila dibanding opioid
17. Diskusi
• Metaanalisis ini menunjukan bahwa tidak terdapat
perbedaan efek samping obat metamizol bila
dibandingkan dengan plasebo atau analgesia
lain. Metamizol memiliki efek samping lebih sedikit
bila dibandingkan opioid. 1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
18. Diskusi
• Metamizol memiliki efek samping neurologis yang
lebih sedikit bila dibandingkan NSAID
• Tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal efek
samping gastrointestinal dan kardiovaskular pada
metamizol bila dibandingkan dengan NSAID
• Efek samping gastrointestinal serius paling
banyak pada penggunaan diclofenac dan aspirin.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
19. Diskusi
• Dalam metaanalisis ini tidak ditemukan adanya
laporan agranulositosis
• Hedenmalm et al, 2002 melaporkan angka kejadian
agranulositosis pada pemberian metimazol yaitu 1
kasus per 1431 resep
• Kramer et al, 1988 melaporkan 9 kasus per 1 juta
kasus pemberian metimazol.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
20. Diskusi
• Metaanalisis ini merupakan metaanalisis terbaru
yang melibatkan RCT dalam jumlah paling
banyak dan sampel terbesar, bila dibandingkan
dengan tiga studi cochrane sebelumnya yang tidak
mengidentifikasi dan menganalisis efek samping obat
metamizol. 1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
21. Kesimpulan
• Metamizol merupakan analgetika yang aman untuk
digunakan dalam setting rumah sakit / jangka pendek
• masih terdapat keterbatasan informasi keamanan
untuk penggunaan jangka menengah dan jangka
panjang metimazol
• dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk meneliti
keamanan pemberian obat dalam setting rawat jalan.1
1 Kotter et al, 2015, PLoS ONE 10(4): e0122918. doi:10.1371
22. Critical appraisal
Are the results of this meta-analysis valid?
• Is this a meta-analysis of randomized trials?
– Ya. Peneliti hanya memasukan penelitian RCT
• Does it describe a comprehensive and detailed search for relevant trials ?
– Ya. Peneliti melakukan pencarian dari database PubMed, Cochrane library,
database. Tidak ada batasan bahasa dalam pencarian.
– Pencarian dilakukan dari awal – Juni 2013. Pencarian juga dilakukan terhadap
referensi artikel dan review-review sebelumnya
• Were the individual studies assessed for validity ?
– Peneliti menggunakan Cochrane Collaboration tool untuk menilai risiko bias dari
masing-masing studi dan bias di antara studi
PENELITIAN INI VALID
23. Critical appraisal
Is the valid results of this study important?
• Are the results consistent across studies ?
– Tidak. Tidak semua studi mendukung terapi trombolitik pada moderate PE bila
dibandingkan dengan antikoagulan, namun setelah dilakukan metaanalisis
didapatkan hasil bahwa terapi trombolitik dapat menurunkan kematian secara
keseluruhan dan rekurensi PE
• What is the magnitude of the treatment effect ?
– Terapi trombolitik pada moderate PE bila dibandingkan dengan terapi
antikoagulan, terapi trombolitik dapat menurunkan angka kematian secara
keseluruhan dan rekurensi terjadinya PE secara signifikan (1.94% vs 5.87%, Odds
Ratio (OR) 0.37, 95% CI 0.21–0.66, P for heterogeneity = 0.49)
• How precise is the treatment effect ?
– 95% confident interval CI 0.21– 0.66. CI memiliki rentang nilai yang sempit
24. Critical appraisal
Are the valid result of this study applicable to our patients?
• Is our patient so different from those in the study that its results cannot apply?
– Tidak, populasi studi dengan moderate PE
• Is the treatment feasible in our setting ?
– Ya, pemberian trombolitik dapat dilakukan di RSHS
• What are our patient’s potential benefits and harms from the therapy?
– Pemberian terapi trombolitik dipertimbangkan pada penderita moderate highrisk
PE, karena dapat menurunkan angka kematian dan rekurensi PE. Pemberian
terapi trombolitik meningkatkan resiko perdarahan sehingga penggunaannya
harus tetap berhati hati
PENELITIAN INI DAPAT DITERAPKAN
Sebuah jurnal yang diambil dari Plos one
Dengan judul Metamizole-Associated Adverse Events: A Systematic Review and Meta-Analysis
Telaah sistematis dan metaanalisis terhadap efek samping terkait obat metamizol
Sebagai latar belakang
(Baca layar)
(Baca layar)
Ini adalah beberapa contoh laporan yang diterbitkan dalam jurnal, tahun 2004 oleh yetgin melaporkan kasus anemia aplastik terkait metamizol
Berikutnya editorial oleh moorman menyikapi penarikan obat metamizol di Amerika, beberapa lainnya menyikapi secara skeptis mengenai penarikan tersebut
(Baca layar)
(Baca layar)
Penelitian ini merupakan sebuah metaanalisis yang melakukan pencarian jurnal internasional melalui berbagai database seperti
Cochrane Controlled Trials Register (CENTRAL), medline, embase dan CINAHL
Studi diambil mulai dari insepsi jurnal sampai februari 2014
Kriteria inklusi pada metaanalisis ini, penelitian RCT, penelitian yang membandingkan penggunaan metamizol versus analgetika lain atau plasebo dengan keluaran yang disesuaikan, segala indikasi
We searched CENTRAL, MEDLINE, EMBASE, CINAHL, and several clinical trial registries. We included randomized controlled trials that compared the effects of metamizole, administered to adults in any form and for any indication, to other analgesics or to placebo.
Primary outcome penelitian adalah safety outcome, berupa efek samping yang ditimbulkan selama penelitian berlangsung
Secondary outcomenye adalah efek samping berat dan penghentian obat karena efek samping serius tersebut
Efek samping serius yang dimaksud adalah efek samping yang membutuhkan perawatan, kelumpuhan, kelahiran dengan kecacatan congenital, lifethreatening event dan kematian
The pre-specified primary end point was any adverse event during the trial period. Secondary end points were serious adverse events, overall dropouts and dropouts due to adverse events and serious adverse events. We defined serious adverse events as those that resulted in inpatient hospitalization, persistent or significant disability, congenital abnormality of offspring, life-threatening events or death
Untuk analisa statistik, metaanalisis ini akan mengabungkan beberapa penelitian RCT, dilakukan oleh dua peneliti, heterogenitas ditentukan dengan metode yang disesuaikan, setelah itu akan ditentukan relative risk gabungan, relative risk kurang dari 1 menunjukan bahwa metamizol lebih aman dibandingkan komparatornya. Hasil akan ditampilkan dalam bentuk forrest plot, dan hasil dianggap signifikan bila p value kurang dari 5%
The pooled estimate was then exponentiated to report treatment effect estimates as risk ratios (RRs). A RR below 1 indicates that metamizole is a safer intervention than its comparator. We calculated the DerSimonian and Laird variance estimate T2 to measure heterogeneity between trials. A T2 of 0.04 was pre-specified to represent low heterogeneity, 0.09 moderate heterogeneity and 0.16 high heterogeneity between trials
Setelah dilakukan metaanalisis, didapatkan sebanyak delapan ribu dua ratus empat puluh dua (8242) artikel
Terakhir didapatkan 79 RCT dimasukkan berdasarkan kriteria inklusi dengan total sampel tiga ribu tujuh ratus enam belas pasien (3716) pasien
3716 patients received metamizole, 1077 received placebo, 303 received aspirin, 1983 received NSAIDs, 829 received opioids, 362 received paracetamol, and 156 patients received other pain medications
Ini adalah tabel yang menjelaskan karakteristik ke 79 RCT yang disertakan dalam metaanalisis ini
Tabel ini menjelaskan nama peneliti, tahun penelitian, jumlah sampel, indikasi pemberian metamizol, komparator dan cara pemberian
Tahun penelitian paling muda oleh Reyes 1974, paling akhir 2011 oleh brodner
Jumlah sampel paling besar oleh martinez tahun 2001, sampel 200 an pada penderita migrain
Indikasinya beragam, mulai dari post op, renal colic, post trauma dll
Pembandingnya bisa plasebo, parasetamol, NSAID, opioid
Cara pemberiannya bisa peroral, intramuscular, intravena
Ini adalah forrest plot, membandingkan peran metamizol versus plasebo untuk segala indikasi
Forrest plot itu apa? Forrest plot adalah grafik yang menampilkan beberapa penelitian ilmiah dengan outcome yang sama, untuk melihat kekuatan / manfaat intervensi yang diberikan
Tapi forrest plot disini tidak menunjukan perbandingan antar penelitian, tetapi menunjukan relative risk gabungan terkait outcome primer dan sekundernya, seperti kejadian efek samping secara general, kejadian efek samping serius, drop out sampai organ spesifik
(Klik)
(Baca layar)
Metamizole versus Placebo
Eighty-two adverse events were reported in 619 patients treated with metamizole, compared to 73 adverse events in 520 patients treated with placebo, yielding a RR of 0.96 (95% confidence interval (CI) 0.73 to 1.25, see Fig 2). Two serious adverse events were reported in the metamizole group: one case of leucopenia due to septicemia following aspiration and one case of postoperative hemorrhage after prostatectomy. In comparison, one serious adverse event was reported in the placebo group, a case of leucopenia due to anastomosis insufficiency [90], yielding a RR of 1.93 (95% CI 0.18 to 20.6). For overall dropouts and dropouts due to adverse events, 95% CI overlapped the line of no difference. We found no statistically significant difference in organ-specific safety.
Metamizol vs paracetamol
Metamizole versus Paracetamol
Twenty-six adverse events were reported in 164 patients treated with metamizole, and 23 in 166 treated with paracetamol, with an RR of 1.08 (95% CI 0.69 to 1.68, see Fig 3). No serious adverse events were reported, and for overall dropouts and dropouts due to adverse events, 95% CI overlapped the line of no difference. Thirteen patients treated with metamizole had cardiovascular adverse events, compared to two patients treated with paracetamol (RR = 3.48, 95% CI 1.07 to 11.27). All of these patients had hypotension due to intravenous injection of metamizole.
First, compared to paracetamol, patients treated with metamizole had a significantly higher rate of adverse cardiovascular events, most commonly hypotension. Most of the trials in which these adverse events were reported used intravenously administered metamizole, which can decrease systolic blood pressure
Metamizol vs aspirin
Metamizole versus Aspirin
Twenty adverse events were reported in 227 patients treated with metamizole, and 19 in 149 treated with aspirin, with a RR of 0.80 (95% CI 0.44 to 1.45, see Fig 4). No serious adverse events were reported, and for overall dropouts and dropouts due to adverse events, 95% CI overlapped the line of no difference. We found no statistically significant difference in organspecific safety.
Metamizol vs NSAID
Metamizole versus NSAIDs
Two hundred and thirteen adverse events were reported in 858 patients treated with metamizole, compared to 295 adverse events in 1086 treated with NSAIDs, yielding a RR of 0.91 (95% CI 0.79 to 1.05, see Fig 5). Nine serious adverse events were reported in the metamizole group and 24 serious adverse events were reported in the NSAID group. With the exception of two postoperative hemorrhages after abdominoplasty described in participants allocated to an NSAID in one trial [56], the majority of the remaining 22 serious adverse events in two trials by the same research group were described as ‘cases of recurrence of renal pain that led to hospitalization [80,81]. For overall dropouts, dropouts due to adverse events and drop-outs due to serious adverse events, CI overlapped the line of no difference. One dropout due to serious adverse events was a post-operative hemorrhage in the NSAID group [56]. Forty-nine patients treated with metamizole had neurological adverse events compared to 87 treated with NSAIDs (RR 0.75, 95% CI 0.57 to 0.99). The most common reason was headache or unspecific vertigo and dizziness.
Second, compared with NSAIDs, metamizole was less likely to be associated with neurological adverse events such as headache, vertigo or dizziness. This finding is consistent with a standard textbook on drug side effects, which describes neurological adverse events as “never” being caused by metamizole.
Metamizol vs opioid
Metamizole versus Opioids
Ninety adverse events were reported in 279 patients treated with metamizole, compared to 115 adverse events in 290 treated with opioids, yielding a RR of 0.79 (95% CI 0.79 to 0.96, see Fig 6). No serious adverse events were reported, and for overall dropouts and dropouts due to adverse events, CI overlapped the line of no difference. Ten patients in the metamizole group reported pain at the injection site, compared to none in the opioid group (RR = 11.8, 95% CI 2.2 to 63.7). Twelve patients in the metamizole group reported vomiting compared to 54 in the opioid group (RR = 0.48, 95% CI 0.26 to 0.86), while five metamizole patients compared to 22 taking opioids reported neurological signs, most commonly vertigo, dizziness or headache (RR = 0.29, 95% CI 0.12 to 0.68). Unspecific and general complaints such as sweating, tiredness, somnolence, shaking and fever were less common in the metamizole group than in the opioid group (15 versus 57 events, RR = 0.50, 95% CI 0.27 to 0.92).
Third, compared to opioids, metamizole was less frequently associated with neurological and unspecific adverse events, most commonly vertigo, dizziness, tiredness, sedation and CNS depression. Opioids and metamizole have different modes of action, and the described adverse events are well documented for opioids but not for metamizole. However, it is not clear why metamizole caused more pain at the injection site compared to opioids.
Sebagai bahan diskusi
Metaanalisis ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan efek samping obat metamizol bila dibandingkan dengan plasebo atau analgesia lain. Metamizol memiliki efek samping lebih sedikit bila dibandingkan opioid
Metaanalisis ini tidak membandingkan efikasi, seperti yang telah dijabarkan pada primary outcome dan secondary outcome sebelumnya
Mengenai efikasi, dapat ditilik dari tiga studi cochrane sebelumnya yang mengatakan bahwa efikasi sejajar dengan analgetika lainnya
In our meta-analysis of RCT that compared the safety of metamizole to placebo and other analgesics, there was no difference in adverse events between metamizole and placebo, paracetamol, aspirin, or NSAIDs, and fewer adverse events compared to opioids.
We only considered the safety aspects of metamizole and did not evaluate efficacy, which the above-mentioned Cochrane reviews found was similar to that of other widely used analgesics for three different indications: postoperative pain, renal colic pain and acute primary headaches
Metamizol memiliki efek samping neurologis yang lebih sedikit bila dibandingkan NSAID
Tidak terdapat perbedaan efek samping gastrointestinal dan kardiovaskular pada metamizol bila dibandingkan dengan NSAID
Efek samping gastrointestinal serius paling banyak pada penggunaan diclofenac dan aspirin
Efek samping serius yang menimbulkan kematian pada metamizol yaitu 25 kasus per 100 juta pasien, bila dibandingkan dengan diclofenac yaitu 592 kasus per satu juta pasien, aspirin 185 kasus per satu juta pasien dan parasetamol 20 kasus per satu juta pasien
Given these findings, an analgesic should be chosen based on its safety profile. Metamizole was associated with fewer adverse events than opioids and had a better neurological side effect profile than NSAIDs. However, we found no differences regarding the most recently discussed end points of gastrointestinal and cardiovascular safety.
The authors found an excess mortality for
metamizole of 25 per 100 million compared to
592 per million for diclofenac
185 for aspirin and
20 for paracetamol.
Serious upper gastrointestinal complications largely accounted for the excess mortality associated with diclofenac and aspirin
Dalam metaanalisis ini tidak ditemukan adanya laporan agranulositosis yang merupakan efek samping serius terkait metimazol
Berbeda dengan laporan oleh
Hedenmalm et al, 2002 penelitian di Swedia, melaporkan angka kejadian agranulositosis 1 kasus per 1431 resep
Kramer et al, 1988 penelitian oleh Internasional Agranulositosis and Aplastic Anemia Study (IAAAS) melaporkan angka kejadian 9 kasus per 1 juta
Bila kita asumsikan penelitian Swedia benar, sampel dalam metaanalisis ini tidak cukup besar untuk memunculkan kasus agranulositosis
None of the included randomized trials reported agranulocytosis, which is a rare but very harmful adverse event associated with metamizole
There are huge variations in its estimated incidence [99], ranging from 1 case per 1431 prescriptions in a Swedish study [100] to 9 cases per million per year in the International Agranulocytosis and Aplastic Anemia Study [101]. Even if we assume the Swedish estimate to be correct, the number and size of the trials included in our review would be too small to yield more than only a few agranulocytosis cases.
Metaanalisis ini merupakan metaanalisis terbaru yang melibatkan RCT dalam jumlah paling besar dan sampel terbanyak, yaitu 79 RCT dan total sampel mencapai 8426 pasien, bila dibandingkan dengan tiga studi cochrane sebelumnya yang tidak mengidentifikasi dan menganalisis efek samping obat
Because we included studies that examined metamizole for all indications, we were able to analyze 79 studies, while the three Cochrane reviews, which assessed clinical effectiveness only in postoperative pain, renal colic pain and acute primary headaches, analyzed 15 [2], 11 [3] and four [4] studies, respectively. We also included more patients; our study evaluated 8426 patients, while the Cochrane reviews evaluated 1436 [2], 1053 [3] and 636 [4]. Our
search strategy enabled us to conduct a safety analysis and identify serious adverse events, which the Cochrane reviews were not able to do.
Sebagai kesimpulan
Untuk penggunaan jangka pendek seperti dalam perawatan rumah sakit, metamizol merupakan analgetika yang aman untuk digunakan
Masih terdapat keterbatasan informasi keamanan (safety issue) untuk penggunaan jangka menengah dan jangka panjang metimazol
Dibutuhkan penelitian berkualitas tinggi dengan sampel yang cukup banyak untuk meneliti keamanan pemberian obat dalam setting rawat jalan
(Baca layar)
Conclusion
For short-term use in the hospital setting, such as to treat renal colic or postoperative pain, metamizole seems to be a safe choice when compared to other widely used analgesics. There is very limited information available on the intermediate- and long-term safety of metamizole.
High-quality, adequately sized trials assessing metamizole-associated adverse events in the ambulatory setting are needed.
Pertanyaan 1 (Ya)
Peneliti hanya memasukan penelitian RCT
Pertanyaan 2 (Ya)
Peneliti melakukan pencarian dari database PubMed, Embase, Cochrane library, Wanfang dan database CNKI. Tidak ada batasan bahasa dalam pencarian.
Pencarian dilakukan dari awal Januari 1980 – Juni 2013. Pencarian juga dilakukan terhadap referensi artikel dan review-review sebelumnya
Pertanyaan 3 (Ya)
Peneliti menggunakan Cochrane Collaboration tool untuk menilai risiko bias dari masing-masing studi dan bias di antara studi.
Pertanyaan 1 (Tidak)
Tidak semua studi mendukung terapi trombolitik pada moderate PE bila dibandingkan dengan antikoagulan, namun setelah dilakukan metaanalisis didapatkan hasil bahwa terapi trombolitik dapat menurunkan kematian secara keseluruhan dan rekurensi PE
Pertanyaan 2
Terapi trombolitik pada moderate PE bila dibandingkan dengan terapi antikoagulan, terapi trombolitik dapat menurunkan angka kematian secara keseluruhan dan rekurensi terjadinya PE secara signifikan (1.94% vs 5.87%, Odds Ratio (OR) 0.37, 95% CI 0.21–0.66, P for heterogeneity = 0.49)
Pertanyaan 3
95% confident interval CI 0.21– 0.66
CI memiliki rentang nilai yang sempit dan di bawah 1
The pooled estimate from all of the trials revealed a statistically significant reduction in recurrent pulmonary embolism or death
(1.94% vs 5.87%, OR 0.37, 95% CI 0.21– 0.66) with no statistical evidence of heterogeneity among the studies (P .49).
Pertanyaan 1 (Tidak)
Populasi studi adalah penderita PE moderate
Pertanyaan 2 (Ya)
Terapi trombolitik dapat dilakukan di RSHS
Pertanyaan 3
Pemberian terapi trombolitik dapat menurunkan angka kematian dan rekurensi PE. Pemberian terapi trombolitik meningkatkan resiko perdarahan
Novalgin
Grey: No data; likely over-the-counter if the country is not developed, otherwise likely banned
Light blue: over-the-counter with limited restrictions
Blue: Prescription-only, with fairly limited restrictions on its use.
Orange: Prescription-only, with extensive restrictions on its use.
Red: complete ban.