SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 56
1
ANALISIS PENGGUNAAN LANDASAN PACU (RUNWAY)
PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL EL TARI
Oleh :
Putu Preantjaya Winaya
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
2
ABSTRAK
Bandar Udara Internasional El Tari adalah salah satu gerbang transportasi udara di NTT
yang mengalami pertumbuhan lalu lintas dan peningkatan jumlah penumpang yang pesat.
Peningkatan jumlah pergerakan pesawat diiringi dengan peningkatan jumlah penumpang di
Bandar Udara Internasional El Tari yang akan berwisata di pulau Timor atau hanya transit untuk
melakukan penerbangan selanjutnya ke daerah lain di NTT. Namun, peningkatan pergerakan
pesawat belum diiringi dengan pengembangan infrastruktur bandar udara. Oleh karena itu, perlu
adanya evaluasi terhadap fasilitas Bandar Udara Internasional El Tari agar dapat menunjang
pertumbuhan lalu lintas penerbangan yang terjadi.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penggunaan landasan pacu (Run Way)
pada Bandar Udara Internasional El Tari. Survei untuk mendapatkan data primer dilakukan
secara langsung di Bandar Udara Internasional El Tari, serta pengumpulan data sekunder yang
diperoleh dari PT Angkasa Pura I (Persero) berupa layout Bandar Udara Internasional El Tari,
konfigurasi runway, waktu pengoperasian runway, dan data pergerakan pesawat dan peningkatan
jumlah penumpang pada tahun 2012-2017.
Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa saat ini, Bandar Udara Internasional El Tari
mempunyai satu landasan pacu (Run Way), dan waktu pemakaian runway untuk kedatangan
pesawat adalah sekitar 2 sampai 5 menit per pesawat dan untuk keberangkatan pesawat sekitar 4-
7 menit per pesawat.
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai pertumbuhan lalu lintas penerbangan dari
tahun 2017-2020, Saat ini, runway Bandar Udara Internasional El Tari masih dapat memenuhi
operasional penerbangan. namun perlu untuk membenahi fasilitas bandar udara khususnya pada
runway, taxiway, dan apron agar dapat menunjang kegiatan pariwisata dan perekonomian di
Nusa Tenggara Timur.
Kata kunci: Runway, Antrean,
3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salahsatu bandar udara Intrnsionl di Nusa Tenggara Timur adalah Bandar Udara
Internasional El Tari. Bandar udara ini pernah melayani penerbangan langsung dari dan ke luar
negeri, ke Australia dan Timor Leste. Tetapi, karena adanya kendala dalam pengoperasian
penerbangan di Bandar Udara Internasional El Tari, maka penerbangan luar negeri dari dan ke
bandar udara ini tidak bisa terjadwal dengan pasti. Namun, berdasarkan rencana mengenai The
Trilateral Working Group yang menghubungkan rute penerbangan KDD (Kupang-Dili-Darwin)
melalui jalur udara, maka PT Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola bandar udara ini mulai
mempersiapkan perencanaan untuk mengatasi masalah dalam pengoperasian penerbangan di
Bandar Udara Internasional El Tari.
Berdasarkan data PT Angkasa Pura I (Persero), tercatat sebanyak 1.035.664 penumpang
yang datang ke kota Kupang melalui Bandar Udara Internasional El Tari dengan jumlah operasi
penerbangan sebanyak 24.820 kali pada tahun 2016 dan jumlah ini terus meningkat setiap
tahunnya. Bandar Udara Internasional El Tari saat ini hanya memiliki satu runway yang
berukuran 45 m x 2.500 m dengan pesawat terbesar yang beroperasi adalah pesawat jenis Boeing
737-900. Terminal penumpang Bandar Udara Internasional El Tari memiliki luas 7.642 m2
dengan kapasitas 1.310.734 penumpang per tahun.
Saat ini, runway Bandar Udara Internasional El Tari masih memenuhi operasional
penerbangan. Namun, apron Bandar Udara Internasional El Tari sudah tidak memenuhi kapasitas
penerbangan pada tahun 2016. Dengan adanya peningkatan jumlah penerbangan yang terjadi
setiap tahun, maka terjadi keterbatasan dari kapasitas runway dan apron.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan analisis penggunaan Landasan
Pacu(Run Way) usampai dengan Tahun 2020 mendatang,
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas
adalah: Bagaimana penggunaan Landasan Pacu (Runway) pada Bandar Udara Internasional El
Tari saat ini ?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Menganalisis penggunaan Landasan Pacu (Runway) pada Bandar Udara Internasional El Tari
saat ini .
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menganalisis derajat kejenuhan penggunaan landasan pacu (Run Way) pada Bandar
Udara Internasional El Tari pada jam puncak.
2. Dapat memprediksi kebutuhan penggunaan landasan pacu (Run Way) Bandar Udara
Internasional El Tari pada tahun 2020.
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Pembatasan pada penelitian ini, adalah:
1. Data pergerakan pesawat yang digunakan berdasarkan data dari rute domestik dan
internasional dari tahun 2012-2016.
2. Analisis kapasitas landasan pacu (Run Way) dengan pengembangan model kedatangan,
pengembangan model keberangkatan, dan pengembangan model campuran.
3. Hanya menganalisis Landasan Pacu (Runway) pada Bandar Udara Internasional El Tari.
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Bandar Udara
Menurut ICAO (International Civil Aviation Organization) dalam Annex 14 (1999),
bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan
peralatan pengoperasian bandar udara) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau
sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.
Bandar udara terbagi atas dua bagian yaitu bagian sisi darat (landside) dan bagian sisi
udara (airside). Bagian sisi darat (landside) meliputi terminal bandar udara (concourse), area
parkir kendaraan, curb, dan sistem akses masuk ke terminal. Sedangkan bagian sisi udara
(airside) meliputi landasan pacu (runway), area parkir pesawat (apron), landasan penghubung
(taxiway), tempat parkir pesawat (gate/parking stand), hanggar, air traffic controller, air rescue
service, dan fuel.
2.2 Fasilitas Bandar Udara
Fasilitas bandar udara dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik fungsi bandar
udara yaitu originating-terminating station, transfer station, atau through station.
Fasilitas originating-terminating station adalah proses terhadap penumpang yang
memulai atau mengakhiri perjalanan udara mereka pada bandar udara tersebut. Transfer station
atau connecting airport lebih banyak melayani penumpang yang akan melanjutkan penerbangan
ke bandar udara berikutnya. Jarak antargate/parking stand harus sedekat mungkin satu sama lain
untuk meminimalkan arus penumpang di dalam terminal dan mempersingkat waktu hubung.
Through station mengombinasikan antara persentase jumlah penumpang tertinggi dengan
persentase jumlah penumpang terendah.
Fasilitas pokok bandar udara adalah fasilitas yang wajib ada di suatu bandar udara untuk
kelancaran pengoperasian bandar udara tersebut. Fasilitas tersebut adalah sebagai berikut.
1. Fasilitas sisi udara (airside facilities), meliputi:
a. Landasan pacu (runway)
b. Landasan penghubung (taxiway)
c. Area parkir pesawat atau apron
d. Runway end safety area (RESA)
6
e. Marka dan rambu, dan
f. Pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PKPPK).
2. Fasilitas sisi darat (landside facilities), meliputi:
a. Bangunan terminal penumpang dan terminal kargo
b. Bangunan VIP
c. Bangunan administrasi dan perkantoran
d. Menara pengawas lalu lintas udara (air traffic control tower)
e. Bangunan meteorology
f. Bangunan SAR
g. Depo pengisian bahan bakar
h. Akses masuk bandar udara, dan
i. Marka dan rambu.
3. Fasilitas komunikasi penerbangan, meliputi:
a. Komunikasi antara stasiun penerbangan
b. Peralatan transmisi, dan
c. Peralatan komunikasi lalu lintas penerbangan.
4. Fasilitas alat bantu pendaratan visual (airfield lighting system).
5. Fasilitas navigasi penerbangan.
2.3 Dasar Perencanaan Bandar Udara
Perencanaan suatu bandar udara akan berbeda untuk setiap lokasinya. Ada beberapa
unsur perencanaan bandar udara, yaitu:
1. Perencanaan sistem
Perencanaan sistem mencangkup tiga aspek yaitu perencanaan sistem tingkat nasional,
perencanaan sistem tingkat regional, dan perencanaan sistem tingkat provinsi.
2. Perencanaan induk
Perencanaan induk dimaksudkan sebagai petunjuk pengembangan yang akan datang, agar
dapat mengakomodasikan permintaan penerbangan sesuai dengan lingkungan,
perkembangan masyarakat, moda angkutan, dan bandar udara lainnya. Menurut Federal
Aviation Administration (FAA), penyusunan rencana induk terdiri dari:
7
a. Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan meliputi inventaris, perkiraan, permintaan kapasitas, kebutuhan akan
fasilitas, dan studi lingkungan.
b. Pemilihan lahan
Pemilihan lahan meliputi analisis ruang udara, rintangan menuju ruang udara, dampak
terhadap lingkungan, lokasi terkait dengan kebutuhan penerbangan, karakter fisik dari
lokasi bandar udara, ketersediaan transportasi darat dan kebutuhan umum yang
memadai, serta harga dan ketersediaan tanah.
c. Rancangan bandar udara
Rancangan bandar udara meliputi denah bandar udara, rencana penggunaan tanah,
rencana area terminal, dan rencana jalan bandar udara.
d. Rencana keuangan
Rencana keuangan meliputi jadwal pembangunan atau pengembangan, perkiraan biaya
pembangunan atau pengembangan, analisis kelayakan ekonomi, dan analisis kelayakan
finansial.
3. Perencanaan proyek
Perencanaan proyek merupakan perencanaan yang diwujudkan dari perencanaan induk
dengan durasi waktu yang lebih singkat.
2.4 Metode Peramalan Lalu Lintas Udara
Pengembangan bandar udara dilakukan berdasarkan proyeksi perkiraan dan permintaan
(forecast and demand). Perkiraan kebutuhan harus meliputi operasi penerbangan pesawat,
jumlah penumpang, volume barang, parkir kendaraan dan lalu lintas darat. Perkiraan bukan
hanya berupa ramalan tahunan tetapi juga berupa ramalan pada jam puncak harian (peak hour),
hari puncak dalam bulan tertentu (peak day), dan bulan puncak dalam tahun tertentu (peak
month). Perkiraan atau ramalan dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Ramalan jangka pendek, yaitu sekitar 5 tahun
b. Ramalan jangka menengah, yaitu sekitar 10 tahun
c. Ramalan jangka panjang, yaitu sekitar 20 tahun
Semakin lama jangka waktu perkiraan, maka ketepatan atau ketelitian dari hasil perkiraan
tersebut semakin berkurang. Ramalan serta frekuensi penerbangan dibutuhkan terutama dalam
8
perencanaan bangunan terminal, tempat parkir kendaraan, serta akses masuk ke bandar udara
tersebut.
Perkiraan dapat dilakukan dengan memproyeksikan kecenderungan volume perjalanan
masa lalu ke masa depan. Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), tujuan dari suatu peramalan
bukan hanya untuk meramalkan kondisi yang akan terjadi di masa depan secara tepat, namun
untuk mencari suatu informasi yang akan digunakan dalam perencanaan transportasi di masa
mendatang.
Pemilihan metode didasarkan pada fungsi penggunaan peramalan, ketersediaan data,
ketersediaan dana, waktu peramalan, derajat kejenuhan yang diinginkan, serta kecanggihan
teknik yang digunakan. Beberapa metode peramalan yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut.
2.4.1 Metode Analisis Rata-Rata Geometrik
Metode analisis rata-rata geometrik digunakan untuk menghitung rata-rata tingkat
pertumbuhan kumulatif dari tahun ke tahun. Analisis terhadap data sekunder dilakukan untuk
memperkirakan jumlah masing-masing data pada tahun x mendatang dengan menggunakan
metode analisis rata-rata geometrik atau metode faktor pertumbuhan rata-rata jumlah penumpang
dengan menggunakan rumus berikut ini (Hasan, 2001):
Pn = P0 (1 + r)n
(2.1)
Dimana:
Pn = data pada tahun ke-n dari tahun terakhir
Po = data pada tahun terakhir yang diketahui
n = tahun ke-n dari tahun terakhir
r = tingkat pertumbuhan rata-rata
2.4.2 Peramalan Dengan Pertimbangan (Forecasting by Judgement)
Metode yang banyak digunakan untuk membuat peramalan dengan pertimbangan dikenal
sebagai metode Delphi. Menurut Marimin (2004), metode Delphi adalah modifikasi dari teknik
brainwriting dan suatu survei. Metode Delphi dilakukan dengan cara mendapatkan informasi,
membuat keputusan, menentukan indikator, menentukan parameter dan lain-lain yang dapat
dipercaya dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari para ahli menggunakan kuisioner.
9
Kemudian, kuisioner ini akan ditinjau oleh pihak peneliti untuk dirangkum, dikelompokkan,
diklasifikasikan, dan kemudian akan dikembalikan ke praktisi yang sama untuk ditinjau kembali,
direvisi, kemudian berlanjut dalam beberapa tahap yang berulang, sehingga mendapatkan hasil
penelitian yang lebih akurat. Kelebihan metode Delphi adalah:
1. Hasil didapatkan berdasarkan pendapat para ahli.
2. Pendapat para ahli memiliki arti yang luas.
Kekurangan metode Delphi adalah:
1. Membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk mengundang para ahli.
2. Hasil yang didapatkan berdasarkan asumsi para ahli.
2.4.3 Peramalan Kecenderungan (Trend Extrapolation)
Peramalan kecenderungan didasarkan pada suatu pengujian pola historis kegiatan yang
menganggap bahwa faktor-faktor tersebut akan menentukan variasi lalu lintas pada masa lalu dan
akan terus menunjukkan hubungan yang serupa di masa depan. Beberapa metode peramalan
kecenderungan adalah:
1. Ekstrapolasi Linear (Linear Extrapolation)
Teknik ini digunakan untuk pola permintaan yang menunjukkan suatu hubungan linear
historis dengan variabel waktu.
2. Ekstrapolasi Eksponensial (Exponential Extrapolation)
Ekstrapolasi eksponensial biasanya digunakan untuk keadaan dimana variabel yang
tergantung pada hal lain memperlihatkan suatu laju pertumbuhan yang konstan terhadap
waktu.
3. Kurva Logistik (Logistic Curves)
Kurva logistik digunakan dalam menganalisis keadaan dimana laju pertumbuhan tahunan
rata-rata secara bertahap mulai berkurang sesuai dengan waktu.
2.4.4 Analisis Pasar (Market Analysis)
Dalam metode analisis pasar, faktor-faktor sosial ekonomi tidak akan dianalisis dan
dimasukkan ke dalam perhitungan. Metode analisis pasar terbagi atas dua model, yaitu:
1. Metode definisi pasar (Market definition models)
10
Metode definisi pasar mempelajari karakteristik perilaku penumpang dan membedakan
penumpang ke dalam golongan yang berbeda berdasarkan karakteristik tersebut. Pemilihan
metode ini didasarkan pada kepercayaan bahwa karakteristik sosial ekonomi tertentu
mempengaruhi keinginan untuk melakukan perjalanan.
Kelebihan dari metode ini adalah memberikan perbedaan antara penumpang dengan tujuan
bebas dan tujuan tidak bebas serta faktor-faktor perilaku perjalanan penumpang tersebut.
Kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan sampel dalam jumlah yang besar untuk
mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang menjadi dasar dari perjalanan tersebut.
2. Metode bagian pasar (Market share models)
Metode bagian pasar adalah metode perkiraan untuk membandingkan suatu kegiatan
penerbangan berskala besar dengan suatu kegiatan penerbangan dengan skala yang lebih kecil.
Metode ini berguna dalam penerapannya dimana memperlihatkan bahwa bagian pasar adalah
tetap, stabil, dan dapat diramalkan.
Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), manfaat dari metode bagian pasar adalah dapat
menentukan bagian kegiatan lalu lintas penerbangan nasional yang akan beroperasi di suatu
bandar udara. Kelebihan dari metode ini adalah sangat bergantung pada sumber data yang ada
dimana akan mengurangi biaya perkiraan. Kelemahannya adalah ketergantungan pada kestabilan
dan peramalan dari rasio-rasio serta ketidakpastian yang terdapat pada bagian pasar dalam
penerapannya.
2.4.5 Pemodelan Ekonometrik (Econometric Modelling)
Pemodelan ekonometrik merupakan peramalan teknik yang cukup rumit dalam peramalan
bandar udara dan penerbangan. Model-model ekonometrik yang menghubungkan kegiatan
penerbangan dengan faktor-faktor sosial ekonomi merupakan teknik yang sangat berguna dalam
membuat peramalan di masa mendatang. Teknik yang sering digunakan pada variasi peramalan
adalah teknik analisis regresi berganda. Teknik ini digunakan untuk memastikan hubungan
antara variabel terikat dan variabel bebas seperti pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk,
faktor-faktor pasar, faktor-faktor yang menghalangi perjalanan, dan persaingan antara alat
transportasi yang berbeda.
11
2.4.6 Metode Regresi Linear
Metode regresi linear dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan saat ini dan
peramalan pertumbuhan lalu lintas udara di masa mendatang. Dalam metode ini, terdapat
variabel tidak bebas yang mempunyai hubungan fungsional dengan satu variabel bebas atau
lebih. Pada kasus sederhana, hubungan secara umum dapat dinyatakan dalam rumus berikut ini
(Hasan, 2001):
Y = a + bX (2.2)
Dimana:
Y = variabel terikat dengan menggunakan nilai proyeksi
X = variabel bebas dengan menggunakan periode waktu
a = intersep (nilai Y, bila X = 0)
b = koefisien regresi
Sedangkan nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:
a = Y bX (2.4)
Setiap peramalan atau perencanaan memiliki nilai ketelitian tersendiri. Ketelitian tersebut
dapat dinyatakan dengan kesalahan dalam peramalan. Besarnya kesalahan dapat dihitung dengan
metode mean square error (MSE) dengan rumus sebagai berikut.
Dimana:
Yt = nilai aktual periode t
= nilai peramalan periode t
n = jumlah data
MSE = besarnya kuadrat kesalahan rata-rata suatu prediksi atau peramalan
Langkah selanjutnya adalah mencari nilai root mean square error (RMSE). Nilai RMSE
dicari dengan mengakarkan nilai MSE yang telah didapatkan sebelumnya. Semakin kecil nilai
12
yang didapat, maka semakin baik hasil peramalan yang dilakukan. Nilai RMSE dapat dicari
dengan menggunakan rumus berikut:
Dimana:
Yt = nilai aktual periode t
= nilai peramalan periode t
n = jumlah data
RMSE = nilai akar dari kuadrat kesalahan rata-rata suatu peramalan
Metode regresi linear mengikuti garis lurus sesuai dengan gradien garis atau koefisien
garis. Jika koefisien arah garisnya bernilai positif, maka regresi linearnya disebut regresi positif
dan arah garisnya dari kiri bawah ke kanan atas. Jika koefisien arah garisnya bernilai negatif,
maka regresi linearnya disebut regresi negatif dan arah garisnya dari kiri atas ke kanan bawah.
2.5 Metode Perhitungan Jam Puncak
Perhitungan jam puncak perlu dilakukan sebagai dasar acuan kondisi paling maksimum
dalam penggunaan runway dan apron. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk mengetahui
tingkat pergerakan maksimum pada kondisi peak hour. Berdasarkan data yang ada, dapat
diketahui jumlah pergerakan harian rata-rata di runway dalam 1 tahun dan jumlah pergerakan
pesawat di runway pada bulan puncak dalam 1 tahun.
Menurut Pignataro dan Cantilli (1973), rasio jumlah pergerakan pesawat pada bulan
puncak dalam 1 tahun dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Dimana:
Rmonth = Peak month ratio
Nmonth = jumlah pergerakan total pesawat di runway saat bulan puncak
Nyear = jumlah pergerakan total pesawat di runway dalam 1 tahun
Rasio jumlah pergerakan pesawat pada hari puncak terhadap jumlah pergerakan pesawat
dalam bulan puncak adalah:
13
Dimana:
Rday = Peak day ratio
Nday = jumlah pergerakan total pesawat di runway saat hari puncak
Nmonth = jumlah pergerakan total pesawat di runway dalam bulan puncak
Rasio jumlah pergerakan pesawat pada jam puncak terhadap jumlah pergerakan pesawat
dalam hari puncak adalah:
Dimana:
Rhour = Peak hour ratio
Nhour = jumlah pergerakan total pesawat di runway saat jam puncak
Nday = jumlah pergerakan total pesawat di runway dalam hari puncak
Untuk memperkirakan jumlah pergerakan pesawat pada tahun rencana dalam kondisi jam
puncak dapat dilakukan dengan cara mengalihkan rasio serta peramalan jumlah pergerakan
harian rata-rata pada bulan puncak dalam tahun rencana.
2.6 Klasifikasi Bandar Udara dan Jenis Pesawat
Panjang runway pada Tabel 2.1 merupakan pendekatan panjang runway minimum yang
diperlukan masing-masing pesawat melalui beberapa kali tes oleh pabrik pembuat pesawat
tersebut.
14
Tabel 2.1 Klasifikasi bandar udara, desain grup pesawat, dan jenis pesawat
Aeroplane type
Ref
code
Aeroplane characteristic
ARFL
(m)
WS (m) OMGWS
(m)
Length
(m)
MTOW
(kg)
TP
(kPa)
DHC2 Beaver Beechcraft:
58 (Baron)
100
Britten Norman Islander
Cessna:
172
206
310
404
1A
1A
1A
1A
1A
1A
1A
1A
381
401
628
353
272
274
518
721
14,6
11,5
14,0
14,9
10,9
10,9
11,3
14,1
3,3
3,1
4,0
4,0
2,7
2,6
3,7
4,3
10,3
9,1
12,2
10,9
8,2
8,6
9,7
12,1
2.490
2.449
5.352
2.850
1.066
1.639
2.359
3.810
240
392
-
228
-
-
414
490
Partenavia P68 Piper:
PA 31 (Navajo)
PA 34
1A
1A
1A
230
639
378
12,0
12,4
11,8
2,6
4,3
3,4
9,4
9,9
8,7
1.960
2.950
1.814
-
414
-
Beechcraft 200 Cessna:
208A (Caravan)
402C
441
DHC 6 Twin Otter
Dornier 228-200
1B
1B
1B
1B
1B
1B
592
296
669
544
695
525
16,6
15,9
13,5
15,1
19,8
17,0
5,6
3,7
5,6
4,6
4,1
3,6
13,3
11,5
11,1
11,9
15,8
16,6
5.670
3.310
3.107
4.468
5.670
5.700
735
-
490
665
220
-
DHC-7 1C 689 28,4 7,8 24,6 19.505 620
DHC-5E 1D 290 29,3 10,2 24,1 22.316 -
Lear Jet 28/29 2A 912 13,4 2,5 14,5 6.804 793
Beechcraft 1900
CASA C-212
Embraer EMB 110
Metro I
Metro II
2B
2B
2B
2B
2B
1.098
866
1.199
800
991
16,6
20,3
15,3
14,1
17,4
5,8
3,5
4,9
5,4
5,4
17,6
16,2
15,1
18,1
18,1
7.530
7.700
5.670
5.670
6.577
-
392
586
740
740
15
Tabel 2.1 (lanjutan)
Aeroplane type
Ref
code
Aeroplane characteristic
ARFL
(m)
WS (m) OMGWS
(m)
Length
(m)
MTOW
(kg)
TP
(kPa)
ATR 42-200 2C 1.010 24,6 4,9 22,7 16.150 728
Cessna 550 2C 912 15,8 6,0 14,4 6.033 700
DHC-8:
100
300
2C
2C
948
1.122
25,9
27,4
8,5
8,5
22,3
25,7
15.650
18.642
805
805
Lear Jet 55
IAI Westwind 2
3A
3A
1.292
1.495
13,4
13,7
2,5
3,7
16,8
15,9
9.298
10.660
-
1.000
Bae 125-400 3B 1.713 15,7 3,3 15,5 12.480 1.007
Canadair:
CL600
CRJ-200
Cessna 650
Dassault-Breguet:
Falcon 900
Embraer EMB 145
Fokker F28-2000
Metro 23
Shorts SD3-60
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
3B
1.737
1.527
1.581
1.515
1.500
1.646
1.341
1.320
18,9
21,2
16,3
19,3
20
23,6
17,4
22,8
4,0
4,0
3,6
5,3
4,8
5,8
5,4
4,6
20,9
26,8
16,9
20,2
29,9
29,6
18,1
21,6
18.642
21.523
9.979
20.640
19.200
29.480
7.484
11.793
1.140
1.117
1.036
1.300
-
689
742
758
Bae:
Jetstream 31
Jetstream 41
146-200
146-300
3C
3C
3C
3C
1.440
1.500
1.615
1.615
15,9
18,3
26,3
26,3
6,2
-
5,5
5,5
14,4
19,3
26,2
31,0
6.950
10.433
42.185
44.225
448
-
1.138
945
Bombadier Global Express
Embraer:
3C 1.774 28,7 4,9 30,3 42.410 -
EMB 120
EMB 170
3C
3C
1.420
1.600
19,8
26,0
7,3
5,8
20,0
29,9
11.500
37.200
828
940
Fokker:
F27-500
F28-4000
F50
F100
3C
3C
3C
3C
1.670
1.640
1.760
1.695
29,0
25,1
29,0
28,1
7,9
5,8
8,0
5,0
25,1
29,6
25,2
35,5
20.412
32.205
20.820
44.450
540
779
552
920
SAAB SF-340 3C 1.220 21,4 7,5 19,7 12.371 655
Airbus A300 B2
Bombardier Dash 8 –
Q400
3D
3D
1.676
1.354
44,8
28,4
10,9
9,6
53,6
32,8
142.000
29.000
1.241
1.020
Airbus A320-200 4C 2.058 33,9 8,7 37,6 72.000 1.360
16
Tabel 2.1 (lanjutan)
Aeroplane type
Ref
code
Aeroplane characteristic
ARFL
(m)
WS (m) OMGWS
(m)
Length
(m)
MTOW
(kg)
TP
(kPa)
Boeing:
B717-200
B737-200
B737-300
B737-400
B737-800
Embraer EMB 190
McDonnell Douglas:
DC9-30
DC9-80/MD80
4C
4C
4C
4C
4C
4C
4C
4C
2.130
2.295
2.749
2.499
2.256
2.110
2.134
2.553
28,4
28,4
28,9
28,9
35,8
28,7
28,5
32,9
6,0
6,4
6,4
6,4
6,4
6,6
6,0
6,2
37,8
30,6
30,5
36,5
39,5
36,2
37,8
45,1
51.710
52.390
61.230
63.083
70.535
51.800
48.988
72.575
-
1.145
1.344
1.400
-
1.080
-
1.390
Airbus:
A300-600
A310-200
Boeing:
B707-300
B757-200
B767-200ER
B767-300ER
4D
4D
4D
4D
4D
4D
2.332
1.845
3.088
2.057
2.499
2.743
44,8
43,9
44,4
38,0
47,6
47,6
10,9
10,9
7,9
8,7
10,8
10,8
54,1
46,7
46,6
47,3
48,5
54,9
165.000
132.000
151.315
108.860
156.500
172.365
1.260
1.080
1.240
1.172
1.310
1.310
McDonnell Douglas:
DC8-63
DC10-30
Lockheed:
L1011-100/200
McDonnell Douglas
MD11
4D
4D
4D
4D
3.179
3.170
2.469
2.207
45,2
50,4
47,3
51,7
7,6
12,6
12,8
12,0
57,1
55,4
54,2
61,2
158.757
251.744
211.378
273.289
1.365
1.276
1.207
1.400
Airbus:
A330-200
A330-300
A340-300
A340-500
A340-600
4E
4E
4E
4E
4E
2.713
2.560
2.200
3.275
3.185
60,3
60,3
60,3
63,7
63,7
12,0
12,0
12,0
12,0
12,0
59,0
63,6
63,7
67,8
75,3
230.000
230.000
253.500
368.000
365.000
1.400
1.400
1.400
1.400
1.400
Boeing:
B747-SP
B747-300
B747-400
B777-200
B777-300
4E
4E
4E
4E
4E
2.710
3.292
3.383
2.500
3.140
59,6
59,6
64,9
60,9
60,9
12,4
12,4
12,4
12,8
12,6
56,3
70,4
70,4
63,4
73,9
318.420
377.800
394.625
287.800
299.370
1.413
1.323
1.410
1.400
1.400
Airbus A380-800 4F 3.350 79,8 14,3 72,7 560.000 1.400
Sumber: International Civil Aviation Organization, Aerodrome Design Manual Part 1 (2006)
17
2.7 Landasan Pacu (Runway)
Landasan pacu (runway) adalah bagian memanjang dari sisi darat aerodrome yang
digunakan pesawat untuk melakukan lepas landas (take off) dan pendaratan (landing).
Pada umumnya, runway memiliki lapisan aspal hotmix dengan identifikasi angka derajat
dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis-garis yang mirip dengan zebra cross pada
ujung-ujungnya yang akan semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah runway.
Hal ini menunjukkan saat-saat pesawat harus touch down (roda-roda menyentuh runway saat
mendarat) serta take off.
Pada runway tertentu, ujung-ujung runway yang digunakan untuk touch down atau take
off menggunakan lapisan beton bukan aspal, untuk menghindari melelehnya aspal pada saat
pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh, khususnya untuk pesawat tempur yang
menggunakan mekanisme afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada saluran buang
(nozzle) mesin pesawat.
2.7.1 Klasifikasi Runway
Landasan pacu (runway) dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehingga
permukaannya tetap kering, sekalipun pada musim hujan. Pada saat hujan, runway harus
terhindar dari kondisi aquaplaning dimana hal ini dapat menyebabkan pemantulan pesawat ke
atas dari permukaan runway karena pesawat mendarat pada kondisi landasan yang basah.
Kondisi aquaplaning juga dapat menyebabkan sistem pengereman pesawat tidak bekerja dengan
sempurna.
Pada tepi kanan dan kiri serta ujung-ujung runway diberi lampu-lampu dan tiang-tiang
navigasi yang digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih pada cuaca buruk dan
penerbangan malam hari. Panjang runway bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin, serta
tekanan udara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, runway yang digunakan lebih
panjang daripada ukuran yang umum digunakan di bandar udara domestik maupun bandar udara
internasional, karena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai contoh, runway di Qatar tepatnya
di Kota Doha memiliki panjang sampai lebih dari 5.000 meter. Runway tertentu dilengkapi
dengan kabel penahan pesawat untuk pendaratan (arrestor cable) bahkan pelontar pesawat
(aircraft catapult).
18
Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), sistem yang terbentuk dari runway dan
taxiway harus diatur sedemikian rupa sehingga:
1. Memberikan keterlambatan dan gangguan yang sangat minimal dalam operasi pendaratan dan
lepas landas.
2. Memberikan jarak taxiway sependek mungkin dari daerah terminal menuju ujung runway.
3. Memberikan jumlah taxiway yang cukup sehingga pesawat yang mendarat dapat
meninggalkan runway secepat mungkin.
4. Memberikan pemisahan secukupnya dalam pola lalu lintas udara.
FAA (Federal Aviation Administration) dan ICAO (International Civil Aviation
Organization) membagi klasifikasi bandar udara berdasarkan panjang runway yang tersedia pada
suatu bandar udara dan jenis pesawat terbang yang beroperasi pada bandar udara tersebut. FAA
mengelompokkan aktivitas bandar udara dalam dua kelompok besar yaitu bandar udara yang
melayani angkutan udara (air carier) dan pesawat terbang umum (general aviation). Sedangkan
ICAO mengklasifikasikan bandar udara berdasarkan Aeroplane Reference Field Length (ARFL)
dan ukuran pesawat terbang (jarak sisi luar main gear dan lebar sayap) yang beroperasi di bandar
udara tersebut. Standar geometrik lainnya seperti lebar perkerasan dan bahu, jarak pandang,
kemiringan melintang dan memanjang runway ditentukan berdasarkan klasifikasi bandar udara
tersebut.
Tabel 2.2 Klasifikasi bandar udara menurut FAA berdasarkan kategori pelayanan
Kategori bandar udara Aeroplane reference field length
General Aviation 670 m – >1.542 m
Air Carier 2.734 m – 3.657 m
Sumber: Federal Aviation Administration, Airport Design (2014)
Tabel 2.3 Klasifikasi bandar udara menurut FAA berdasarkan kategori pendekatan pesawat
Kategori pendekatan Kepesatan mendekati runway (Knot)
A Kurang dari 91
B 91 – 120
C 121 – 140
D 141 – 165
E 166 atau lebih besar
Sumber: Federal Aviation Administration, Airport Design (2014)
19
Tabel 2.4 Klasifikasi bandar udara menurut ICAO
Kode
angka
Aeroplane reference
field length
Kode
huruf
Jarak sisi luar
main gear
Lebar sayap
1 < 800 m A < 4,5 m < 15 m
2 800 – 1.199 m B 4,5 – 5,9 m 15 – 23,9 m
3 1.200 – 1.799 m C 6 – 8,9 m 24 – 35,9 m
4 > 1.800 m
D 9 – 13,9 m 36 – 51,9 m
E 9 – 13,9 m 52 – 64,9 m
F 14 – 15,9 m 65 – 79,9 m
Sumber: International Civil Aviation Organization, Aerodrome Design Manual Part 1 (2006)
Klasifikasi bandar udara menurut ICAO selanjutnya dibuat berdasarkan kombinasi antara
panjang dan lebar runway, panjang runway dinyatakan dengan kode angka dan lebar runway
dinyatakan dengan kode huruf. Kombinasi yang sering dijumpai adalah 1A, 2B, 3C, 4D, dan dan
4F. Berikut adalah penjelasan bagian-bagian runway.
Gambar 2.2 Bagian-bagian runway
Sumber: Federal Aviation Administration, Airport Design (2014)
1. Perkerasan struktural (structural pavement) adalah perkerasan yang berfungsi sebagai
tumpuan pesawat.
2. Bahu runway (runway shoulder) adalah bagian yang berbatasan dengan structural pavement
untuk menahan erosi akibat air dan hembusan pesawat atau tempat peralatan dalam
melakukan perbaikan.
20
3. Area keamanan runway (runway safety area). Yang termasuk dalam area ini adalah
perkerasan struktural, bahu runway dan area bebas halangan. Daerah ini harus cukup rata dan
pengaliran airnya terjamin, mampu dilalui peralatan-peralatan pemadam kebakaran, ambulans,
truk penyapu runway (sweeper), dan bila dibutuhkan mampu dibebani pesawat yang keluar
dari perkerasan struktural.
4. Blast pad adalah daerah yang dibuat untuk menahan erosi pada bagian permukaan yang
terletak di ujung runway akibat hembusan pesawat. Daerah ini dapat diperkeras atau ditanami
rerumputan.
5. Perluasan daerah keamanan runway (extended safety area) adalah bagian yang berbatasan
dengan structural pavement yang berfungsi untuk menampung pesawat yang undershoot atau
overrun.
6. Runway turn pads adalah area yang terletak di samping landasan pacu (runway) yang
digunakan sebagai tempat pesawat untuk melakukan putaran 180°.
Gambar 2.3 Runway turn pads
Sumber: International Civil Aviation Organization, Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004)
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk penentuan geometris fasilitas airside
dalam suatu bandar udara adalah:
1. Lebar perkerasan struktural runway
Tabel 2.5 Ketentuan lebar perkerasan struktural runway
Kode angka
Kode huruf
A B C D E F
1a 18 m 18 m 23 m - - -
2a 23 m 23 m 30 m - - -
3 30 m 30 m 30 m 45 m - -
4 - - 45 m 45 m 45 m 60 m
Sumber: International Civil Aviation Organization, Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004)
Keterangan:
1a dan 2a: runway presisi harus lebih dari 30 m.
Runway Turn Pads
21
2. Geometrik panjang runway
Tabel 2.6 Ketentuan geometrik panjang runway
No. Persyaratan kelandaian
Klasifikasi bandar udara
A B C D E
4 3 2 1
1.
Maximum effective slope
(average longitudinal slope)
1% 1% 1,5% 2% 2%
2.
Maximum longitudinal slope in any portion
of runway
1,25% 1,25% 1,5% 2% 2%
3.
Maximum longitudinal slope change
Per 100 feet
1,5%
0,1%
1,5%
0,2%
1,5%
0,4%
2%
0,4%
2%
0,4%
4.
Maximum slope for the first and the last
quarter of the runway
0,8% 0,8% 0,8% 0,8% 0,8%
Sumber: International Civil Aviation Organization, Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004)
3. Ketentuan geometrik pada lebar runway
Menurut ICAO dalam Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004), kemiringan
memanjang (longitudinal slope) pada runway dibedakan menjadi dua, yaitu kemiringan 1%
untuk bandar udara dengan kode angka 3 atau 4 dan kemiringan 2% untuk bandar udara
dengan kode angka 1 atau 2. Apabila perubahan kemiringan tidak dapat dihindari, maka
perubahan kemiringan antara dua kemiringan yang berurutan atau sejajar tidak boleh melebihi
1,5% untuk bandar udara dengan kode angka 3 atau 4 dan 2% untuk bandar udara dengan
kode angka 1 atau 2.
Kemiringan melintang (transverse slope) pada runway diperlukan untuk mengatasi
pengaliran genangan air yang berada di permukaan runway. Kemiringan 1,5% untuk bandar
udara dengan kode huruf C, D, E, atau F. Sedangkan kemiringan 2% untuk bandar udara
dengan kode huruf A atau B.
4. Bahu runway
Kemiringan melintang bahu runway maksimal 2,5%. Posisi bahu runway terletak
secara simetris di kedua sisi runway, sehingga lebar total runway beserta bahunya tidak lebih
kecil dari 60 m untuk bandar udara dengan kode huruf D dan E, dan 75 m untuk bandar udara
dengan kode huruf F.
2.7.2 Konfigurasi Runway
Terdapat beberapa konfigurasi runway yang sering digunakan dalam perencanaan bandar
udara. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
22
a. Perbedaan kapasitas maksimum
Jika dilihat dari segi kapasitas, konfigurasi satu arah merupakan konfigurasi yang paling baik.
Konfigurasi ini akan menghasilkan kapasitas tertinggi dibandingkan konfigurasi yang lainnya.
b. Perbedaan arah dan kecepatan angin
Perbedaan arah dan kecepatan angin pada saat angin bertiup relatif kuat dan lebih dari satu
arah, maka hanya salah satu runway dari konfigurasi V terbuka atau berpotongan yang dapat
digunakan.
c. Kompleksitas pengendalian lalu lintas udara.
Untuk pengendalian lalu lintas udara, pengaturan pesawat dalam arah tunggal lebih sederhana
daripada pengaturan pesawat pada banyak arah.
d. Kelengkapan alat bantu navigasi.
Alat bantu navigasi memiliki fungsi dalam membantu pengendalian lalu lintas udara. Semakin
baik alat bantu navigasi, maka semakin baik pula pengendalian terhadap penggunaan
konfigurasi runway unuk berbagai arah.
Ada berbagai macam konfigurasi yang diterapkan pada masing-masing bandar udara. Akan
tetapi, pada umumnya konfigurasi runway yang digunakan mengacu pada beberapa bentuk
dasar yaitu:
a. Landasan pacu tunggal (single runway)
Gambar 2.4 Single runway di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali
Sumber: Bali Tourism Board (2017)
23
Konfigurasi ini merupakan konfigurasi yang paling sederhana. Kapasitas runway jenis ini
dalam kondisi Visual Flight Rule (VFR) berkisar diantara 45 sampai 100 operasi per jam,
sedangkan dalam kondisi Instrument Flight Rule (IFR) kapasitasnya berkurang menjadi 40
sampai 50 operasi per jam, tergantung pada komposisi campuran pesawat terbang dan alat-alat
bantu navigasi yang tersedia. Satu pergerakan adalah satu kali take off atau satu kali landing.
b. Landasan pacu dua jalur (parallel runway)
Gambar 2.5 Parallel runway di Bandar Udara Internasional Taoyuan, Taiwan
Sumber: William Stefanov (2017)
Kapasitas sistem ini sangat tergantung pada jumlah runway dan jarak diantaranya. Menurut
ICAO dalam Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004), jarak antara parallel non-instrument
runway dapat dibagi menjadi tiga, yaitu berdekatan (close), menengah (intermediet), dan jauh
(far). Runway berdekatan (close) memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu sejauh 120 m
(394 ft). Runway menengah (intermediet) memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu
sejauh 150 m (492 ft). Runway jauh (far) memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu
sejauh 210 m (689 ft).
Sedangkan, jarak antara parallel instrument runway dapat dibedakan menjadi empat, yaitu
1.035 m (3.396 ft) untuk independent parallel approaches, 915 m (3.002 ft) untuk dependent
parallel approaches, 760 m (2.493 ft) untuk independent parallel departures, dan 760 m (2.493
ft) untuk segregated parallel operations.
Untuk runway sejajar berjarak dekat, menengah dan renggang kapasitasnya per jam dapat
bervariasi di antara 100 sampai 200 operasi dalam kondisi-kondisi VFR, tergantung pada
komposisi campuran pesawat terbang. Sedangkan dalam kondisi IFR kapasitas per jam untuk
24
yang berjarak dekat berkisar di antara 50 sampai 60 operasi, tergantung pada komposisi pesawat
terbang. Untuk runway sejajar yang berjarak menengah, kapasitas per jam berkisar antara 60
sampai 75 operasi dan untuk yang berjarak renggang antara 100 sampai 125 operasi per jam.
c.Landasan pacu bersilang (cross runway)
Kapasitas runway yang bersilangan sangat bergantung pada letak persilangannya dan pada
cara pengoperasian runway yang disebut strategi lepas landas atau mendarat. Semakin jauh letak
titik silang dari ujung runway dan ambang pendaratan, maka kapasitasnya makin rendah.
Kapasitas tertinggi dicapai apabila titik silang terletak dekat dengan ujung lepas landas dan
ambang pendaratan.
Gambar 2.6 Cross runway di Bandar Udara Eppley Omaha, Amerika Serikat
Sumber: Omaha Airport Authority (2017)
d. Landasan pacu v-terbuka (v-shaped runway)
Landasan pacu v-terbuka merupakan runway yang arahnya memencar tetapi tidak
berpotongan. Strategi yang menghasilkan kapasitas tertinggi adalah apabila operasi penerbangan
dilakukan menjauhi v-shaped runway.
25
Gambar 2.7 V-shaped runway di Bandar Udara Internasional Vancouver, Canada
Sumber: Christopher Richards (2017)
3 Kapasitas Runway
Kapasitas runway bandar udara dapat didefinisikan dalam dua cara yaitu kapasitas praktis
dan kapasitas jenuh (ultimate capacity). Kapasitas praktis adalah jumlah operasi pesawat selama
jangka waktu tertentu yang sesuai dengan tingkat penundaan rata-rata. Sedangkan kapasitas
jenuh (ultimate capacity) adalah jumlah operasi pesawat maksimum yang dapat dilakukan dalam
suatu bandar udara selama jangka waktu tertentu ketika adanya permintaan akan pelayanan yang
berkesinambungan, dimana selalu ada operasi penerbangan yang terjadi, baik itu untuk take off
atau landing.
Secara umum, kapasitas suatu bandar udara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Konfigurasi, jumlah, jarak, dan orientasi dari sistem runway.
2. Konfigurasi, jumlah dan letak taxiway dan jalan keluar runway.
3. Susunan, ukuran, dan jumlah gerbang di daerah apron.
4. Waktu pemakaian runway bagi pesawat yang datang dan berangkat.
5. Ukuran dan campuran pesawat terbang yang menggunakan fasilitas tersebut.
6. Cuaca, terutama jarak pandang dan tinggi awan, karena aturan lalu lintas udara untuk cuaca
yang baik berbeda dengan aturan lalu lintas udara untuk cuaca yang buruk.
7. Kondisi angin yang menghalangi penggunaan seluruh runway yang tersedia oleh semua
pesawat terbang.
8. Prosedur pengurangan kebisingan yang dapat membatasi jenis dan waktu operasi pada
runway yang ada.
9. Strategi yang dipilih para pengendali untuk mengoperasikan sistem runway.
26
10. Jumlah kedatangan relatif terhadap jumlah keberangkatan.
11. Jumlah dan frekuensi operasi keadaan tak menentu dari pesawat penerbangan umum.
12. Keberadaan dan sifat alat-alat bantu navigasi.
13. Sifat dan keadaan fasilitas-fasilitas pengendali lalu lintas udara.
14. Ketersediaan dan struktur ruang angkasa untuk menetapkan rute-rute kedatangan dan
keberangkatan.
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi kapasitas runway adalah jarak antara
pesawat yang melakukan landing dan takeoff secara berurutan. Jarak ini tergantung pada aturan-
aturan lalu lintas udara yang sesuai, yang merupakan fungsi kondisi cuaca dan ukuran pesawat
terbang.
Kapasitas per jam sistem runway didefinisikan sebagai jumlah operasi pesawat
maksimum yang dapat dilakukan pada runway dalam satu jam. Jumlah operasi pesawat
maksimum tergantung pada sejumlah kondisi, yaitu:
1. Kondisi tinggi awan dan jarak penglihatan
2. Konfigurasi sistem runway.
3. Strategi pemakaian runway.
4. Campuran pesawat yang memakai sistem runway.
5. Rasio kedatangan terhadap keberangkatan.
6. Jumlah operasi tak menentu oleh pesawat penerbangan umum.
7. Jumlah dan letak jalan keluar sistem runway.
Untuk menentukan kapasitas runway per jam harus memperhatikan beberapa parameter.
Persentase operasi kedatangan yang terjadi di runway harus diketahui, karena aturan pemisahan
jarak untuk kedatangan dan keberangkatan sangat berbeda. Letak jalur keluar dari runway untuk
pesawat yang datang juga harus diketahui, karena akan mempengaruhi waktu pemakaian
runway.
2.8 Teori Antrian
Antrian merupakan bagian dalam suatu proses pelayanan. Antrian adalah suatu garis
tunggu dari konsumen yang memerlukan satu atau beberapa sarana pelayanan. Antrian terjadi
apabila permintaan lebih besar dari pelayanan. Proses antrian sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya di bandar udara, jalan tol, pelabuhan dan lain sebagainya.
27
Antrian dapat ditangani dengan cara memperbanyak sarana pelayanan dalam sistem, sehingga
dapat mengurangi waktu tunggu atau waktu antrian.
2.8.1 Faktor-Faktor Dalam Teori Antrian
Menurut Kakiay (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi teori antrian adalah sebagai
berikut.
1. Distribusi kedatangan
Distribusi kedatangan adalah faktor penting dalam sistem antrian, yang mempengaruhi
kelancaran pelayanan. Kedatangan konsumen mengikuti suatu distribusi probabilitas tertentu.
Distribusi probabilitas yang sering digunakan adalah distribusi poisson. Distribusi poisson
diasumsikan dengan sifat bebas, dimana tidak terpengaruh oleh kedatangan sebelum atau
sesudahnya. Distribusi poisson juga diasumsikan bersifat acak dengan rata-rata tingkat
kedatangan yang berbeda. Berdasarkan asumsi tersebut, maka rumus probabilitas untuk distribusi
poisson adalah sebagai berikut (Kakiay, 2004).
Dimana:
P(n) = probabilitas dari n kedatangan untuk periode waktu (t)
λ = tingkat kedatangan rata-rata
t = periode waktu
n = jumlah kejadian (1,2,3…,n)
e = bilangan dasar dari logaritma natural (2,718283)
n! = n (n-1).(n-2)…(2)(1), dan 0! = 1
Dalam perhitungannya, distribusi kedatangan dapat dibagi menjadi 2 cara, yaitu:
a. Kedatangan secara individu (single arrivals)
Dalam kedatangan jenis ini, konsumen datang satu per satu, dimana terdapat selisih
waktu antar kedatangan konsumen yang satu dengan konsumen lainnya.
b. Kedatangan secara kelompok (bulk arrivals)
Dalam kedatangan jenis ini, konsumen datang secara bersamaan dengan jumlah yang
banyak.
28
2. Distribusi waktu pelayanan
Distribusi waktu pelayanan sangat dipengaruhi oleh sarana pelayanan yang dapat disediakan.
Distribusi waktu pelayanan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Pelayanan secara individual (single service)
b. Pelayanan secara kelompok (bulk service)
Distribusi yang digunakan untuk menyederhanakan waktu pelayanan adalah distribusi
eksponensial negatif. Bentuk matematis distribusi waktu pelayanan menggunakan distribusi
eksponensial negatif menggambarkan jarak kosong atau headway waktu. Distribusi waktu
pelayanan ini menggambarkan probabilitas jika tidak ada kedatangan konsumen pada interval
waktu tertentu (t detik). Pada saat ini, harus ada headway ≥ t. Rumus probabilitas yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut (Kakiay, 2004).
Dimana:
P = probabilitas dari n kedatangan untuk periode waktu (t)
λ = tingkat kedatangan rata-rata
t = periode waktu
e = bilangan dasar dari logaritma natural (2,718283)
3. Fasilitas pelayanan
Fasilitas pelayanan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Series
Series digambarkan dengan garis lurus atau garis melingkar.
b. Parallel
Parallel digambarkan dengan beberapa garis lurus antara parallel yang satu dengan yang
lainnya.
c. Network Station
Network station digambarkan secara series dengan pelayanan lebih dari satu pada setiap
sarana. Network station juga dapat digambarkan secara parallel dengan sarana yang
berbeda-beda.
29
4. Disiplin pelayanan
Disiplin pelayanan didasarkan pada urutan pelayanan bagi konsumen yang memiliki fasilitas
pelayanan. Disiplin pelayanan dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Pertama datang pertama keluar (First in first out)
First in first out (FIFO) adalah peraturan dimana yang datang lebih awal akan dilayani
lebih dahulu. FIFO juga disebut dengan FCFS (First come first served). Contohnya
adalah antrian yang terjadi di loket penjualan tiket.
b. Terakhir datang pertama keluar (Last in first out)
Last in first out (LIFO) adalah peraturan dimana yang datang lebih akhir akan dilayani
lebih dahulu. LIFO juga disebut dengan LCFS (Last come first served). Contohnya
adalah pada sistem bongkar muat bagasi pesawat, dimana barang yang masuk
belakangan akan keluar lebih dahulu.
c. Pelayanan dengan urutan acak (Service in random order)
Service in random order (SIRO) adalah pelayanan yang dilakukan secara acak. SIRO
juga disebut dengan RSS (Random selection for service). Contohnya adalah pada
kegiatan arisan, pelayanan dilakukan berdasarkan undian.
d. Pelayanan berdasarkan prioritas (Priority Service)
Pelayanan ini dilakukan berdasarkan prioritas. Konsumen utama (VIP customer) akan
dilayani secara khusus. Contohnya adalah pada saat pelayanan inflight dining.
Penumpang first class atau business class akan mendapat inflight dining lebih awal
dibandingkan dengan penumpang economy class.
5. Ukuran dalam antrian
Besarnya antrian dapat ditentukan berdasarkan dua hal, yaitu ukuran kedatangan secara tidak
terbatas (infinite queue) dan ukuran kedatangan secara terbatas (finite queue)
30
Tabel 2.19 Hubungan antrian pada pelayanan tunggal dengan distribusi poisson dan pelayanan
eksponensial
1.
P(n) = =(ρ)n
(1 ρ)
P(n) = probabilitas jumlah pesawat di dalam system
2.
n = =
n = jumlah rata-rata pesawat dalam system
3.
q = =
q = panjang antrian rata-rata
4.
d =
d = waktu rata-rata yang digunakan dalam system
5.
w = =
w = waktu menunggu rata-rata di dalam antrian
6.
var(n) = =
var(n) = varian dari jumlah n
7.
f(d) = (µ-λ)e(λ˗µ)d
f(d) = probabilitas untuk pemakaian waktu di dalam system
8.
p(d ≤ t) = 1 e˗(1˗ρ)µt
p(d ≤ t) = kemungkinan pemakaian waktu t atau kurang di dalam system
9.
p(w ≤ t) = 1 pe˗(1˗ρ)µt
p(w ≤ t) = kemungkinan pemakaian waktu t atau kurang di dalam antrian
Sumber: Hasan (2001)
31
2.8.2 Sistem Antrian
Menurut Kakiay (2004), ada beberapa struktur antrian dasar yang umumnya terjadi dalam
sistem antrian, yaitu:
1. Antrian tunggal pelayanan tunggal (single channel single phase)
Datang Keluar
Gambar 2.24 Antrian tunggal pelayanan tunggal
2. Antrian tunggal satu pelayanan paralel (single channel multiple phase)
Datang Keluar
Gambar 2.25 Antrian tunggal pelayanan paralel
3. Antrian tunggal beberapa pelayanan seri (single channel multiple phase)
Datang Keluar
Gambar 2.26 Antrian tunggal beberapa pelayanan seri
4. Beberapa antrian beberapa pelayanan paralel (multiple channel multiple phase)
Datang Keluar
Gambar 2.27 Beberapa antrian beberapa pelayanan paralel
2.9 Faktor Muat Penumpang (Passenger Load Factor)
Faktor muat penumpang (passenger load factor) adalah perhitungan nilai kegunaan
kapasitas muatan yang tersedia dari suatu moda transportasi. Ini berguna untuk mengetahui rata-
P1
P1 P2 P3
P1 P2 P3
P4 P5 P6
P7 P8 P9
P2
P3
P1
32
rata occupancy pada berbagai macam rute perjalanan dari pesawat terbang, kereta api atau bus.
Dengan menggunakan informasi dari hasil perhitungan ini, dapat diketahui tingkat keuntungan
(profitability) dan potensial pendapatan dari berbagai macam rute perjalanan moda transportasi.
Dalam istilah teknik, PLF didefinisikan sebagai persentase dari seat-kilometer. Misalnya,
pada penerbangan pesawat Boeing 767-300ER yang memiliki kapasitas 285 penumpang dengan
rute penerbangan New York (JFK)-Chicago (ORD). Apabila jumlah penumpang sebanyak 203
orang dengan jarak tempuh 1.200 km, maka passenger load factor dari penerbangan tersebut
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Ashwin Jadhav, 2016).
Maka, passenger load factor dari penerbangan pesawat Boeing 767-300ER dengan rute
penerbangan New York (JFK)-Chicago (ORD) adalah 71,23%.
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Distribusi Antar Kedatangan Pesawat
Tingkat antarkedatangan pesawat (λ) adalah banyaknya pesawat yang keluar atau
memasuki area runway per satuan waktu. Dalam penelitian ini, kedatangan dan keberangkatan
pesawat dicatat setiap 5 menit sesuai dengan jadwal penerbangan yang telah direncanakan. Data
jumlah penerbangan pesawat dapat dilihat pada Lampiran C.3 dan Lampiran C.5. Frekuensi
tingkat penerbangan pesawat dapat dilihat pada Lampiran C.4 dan Lampiran C.6 untuk
menganalisis pola distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari.
Distribusi antarkedatangan pesawat diuji dengan metode Chi-square yang dapat dihitung
menggunakan rumus berikut (Hasan, 2001):
(3.1)
Selanjutnya, untuk mencari probabilitas dan frekuensi, untuk (t) = 1 menit dapat dihitung
dengan menggunakan Rumus 2.20 sebagai berikut.
(3.2)
= 0,7788 × 288
= 224,29
Kemudian didapat nilai dengan menggunakan Rumus 2.16:
= 1,066
34
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dengan periode 24 jam (Pukul
06:00 – 06:00 Wita) berdasarkan hasil survei seperti pada Lampiran C.3, Lampiran C.4,
Lampiran C.5 dan Lampiran C.6.
Tabel 3.1 Distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode
24 jam (Senin, 22 Mei 2017)
Pesawat/ menit
(ni)
Frekuensi
(Oi)
ni x Oi
(pes)
P(n) Frekuensi yang
diharapkan (Ei)
(Oi Ei)2
0 222 0 0,7788007831 224,295 5,265306 0,02347
1 60 60 0,1947001958 56,074 15,416174 0,27493
2 6 12 0,0243375245 7,009 1,018499 0,14531
3 0 0 0,0020281270 0,584 0,341173 0,58410
4 0 0 0,0001267579 0,037 0,001333 0,03651
5 0 0 0,0000063379 0,002 0,000003 0,00183
Jumlah (∑) = 288 72 0,9999997262 288 22 1,06614
λ = 0.25
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Didapat X2
hasil perhitungan = 1,066 tabel = 69,957 (dengan tingkat kepercayaan 99% atau
α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 46 1 = 45, sesuai pada Lampiran C). Data tersebut
mengikuti pola distribusi poisson.
Untuk distribusi antarkedatangan pesawat selama periode 24 jam pada hari Selasa, 23 Mei
2017 (Pukul 06:00 - 06:00 Wita) dalam Tabel 3.2, didapat X2
hasil perhitungan = 3,585 < X2
Tabel = 69,957. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi poisson.
Tabel 3.2 Distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari
periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017)
Pesawat/
menit (ni)
Frekuensi
(Oi)
ni x Oi
(pes)
P(n) Frekuensi yang
diharapkan (Ei)
(Oi Ei)2
0 227 0 0,7788007831 224,295 7,319051 0,03263
1 50 50 0,1947001958 56,074 36,889302 0,65787
2 11 22 0,0243375245 7,009 15,926428 2,27222
3 0 0 0,0020281270 0,584 0,341173 0,58410
4 0 0 0,0001267579 0,037 0,001333 0,03651
5 0 0 0,0000063379 0,002 0,000003 0,00183
Jumlah (∑)
=
288 72 0,9999997262 288 60 3,58515
λ = 0.25
Sumber: Hasil Analisis (2017)
35
Pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.4 menunjukkan distribusi antarkedatangan pesawat selama
periode 24 jam berdasarkan survei yang dilakukan pada hari Senin, 22 Mei 2017 sampai dengan
hari Selasa, 23 Mei 2017 dimulai dari Pukul 06:00-06:00 Wita.
Tabel 3.3 Persentase distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari
periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017)
Pesawat/menit
(ni)
Frekuensi
(Oi)
Persentase frekuensi
(%)
0 222 77,08
1 60 20,83
2 6 2,08
3 0 0,00
4 0 0,00
5 0 0,00
Jumlah (∑) 288 100
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Gambar 3.1 Frekuensi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode
24 jam (Senin, 22 Mei 2017)
Sumber: Hasil Analisis (2017)
36
Gambar 3.2 Distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari
periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017)
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Tabel 3.4 Persentase distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari
periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017)
Pesawat/menit
(ni)
Frekuensi
(Oi)
Persentase frekuensi
(%)
0 227 78,82
1 50 17,36
2 11 3,82
3 0 0,00
4 0 0,00
5 0 0,00
Jumlah (∑) 288 100
Sumber: Hasil Analisis (2017)
37
Gambar 3.3 Frekuensi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode
24 jam (Selasa, 23 Mei 2017)
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Gambar 3.4 Distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode
24 jam (Selasa, 23 Mei 2017)
Sumber: Hasil Analisis (2017)
3.2 Distribusi Waktu Pelayanan Kedatangan Pesawat
Waktu pelayanan kedatangan pesawat adalah waktu yang dibutuhkan pesawat dari saat
touchdown sampai saat block on dalam area parking stand. Proses ini sangat dipengaruhi oleh
jenis pesawat, kapasitas pesawat, waktu antarkedatangan dan cuaca di sekitar area bandar udara.
Waktu pelayanan dibagi dalam rentang waktu 3 menit.
38
Dalam menentukan pola distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat, dapat dilihat
pada Tabel 3.5 untuk simulasi distribusi pelayanan pada hari Senin, 22 Mei 2017 dan Tabel 3.7
untuk simulasi distribusi pelayanan pada hari Selasa, 23 Mei 2017.
Tabel 3.5 Simulasi distribusi pelayanan kedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El
Tari periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017)
No. Callsign Aircraft Regno
Actual
time
Block Taxi
Waktu
tunggu
(mnt)
Waktu
pelayanan
(mnt)
Waktu
antrian
(mnt)
1. BTK6540 B738 PKLBK 6:50 6:54 0:04 14 4 0
2. NAM524 ATR72 PKTNF 8:20 8:25 0:05 18 3 0
3. WON1922 ATR72 PKWGY 8:32 8:35 0:03 3 3 0
4. GIA456 CRJX PKGRN 8:57 9:01 0:04 25 4 0
5. CTV9701 A320 PKGTC 9:22 9:26 0:04 16 4 0
6. WON1920 ATR72 PKWGI 9:29 9:31 0:02 7 2 0
7. SUS251 C208 PKBVO 9:32 9:34 0:02 3 2 0
8. NAM552 ATR42 PKTNG 9:41 9:43 0:02 9 2 0
9. LNI690 B739 PKLFT 9:50 9:54 0:04 6 4 0
10. WON1932 ATR72 PKWHU 10:18 10:22 0:04 8 4 0
11. LNI924 B738 PKLKT 10:32 10:37 0:05 11 5 0
12. WON1942 ATR72 PKWGY 10:55 10:57 0:02 23 2 0
13. N712EA EMB550 N712EA 11:11 11:14 0:03 3 3 0
14. NAM512 ATR72 PKTNF 11:16 11:18 0:02 13 2 0
15. GIA7026 ATR72 PKGAM 11:47 11:49 0:02 13 2 0
16. NAM526 ATR42 PKTNG 12:10 12:12 0:02 15 2 0
17. GIA438 B738 PKGFP 12:24 12:29 0:05 3 5 0
18. NAM660 B735 PKNAS 12:51 12:56 0:05 8 5 0
19. WON1944 ATR72 PKWHU 13:17 13:19 0:02 5 2 0
20. SUS257 C208 PKBVN 13:28 13:30 0:02 14 2 0
21. SUS6161 C208 PKBVO 13:46 13:49 0:03 7 3 1
22. WON1926 ATR72 PKWGI 13:53 13:56 0:03 1 3 0
23. SJY254 B738 PKCLQ 14:13 14:17 0:04 11 4 0
24. WON1930 ATR72 PKWGY 14:18 14:21 0:03 9 3 0
25. NAM649 ATR42 PKTNG 14:46 14:48 0:02 16 2 0
39
Tabel 3.5 (lanjutan)
No. Callsign Aircraft Regno
Actual
time
Block Taxi
Waktu
tunggu
(mnt)
Waktu
pelayanan
(mnt)
Waktu
antrian
(mnt)
26. NAM772 ATR72 PKTNF 14:51 14:53 0:02 5 2 0
27. LNI692 B739 PKLGW 14:55 14:59 0:04 4 4 0
28. WON1820 ATR72 PKWHV 15:12 15:14 0:02 17 2 0
29. GIA460 CRJX PKGRN 15:41 15:47 0:06 9 6 0
30. WON1928 ATR72 PKWGI 16:27 16:29 0:02 4 2 0
31. WON1936 ATR72 PKWHV 16:50 16:52 0:02 13 2 0
32. WON1830 ATR72 PKWFM 17:06 17:08 0:02 12 2 0
33. NAM518 ATR72 PKTNF 17:40 17:42 0:02 34 2 0
34. GIA448 B738 PKGNG 21:10 21:16 0:06 210 6 0
35. BTK7349 A320 PKLAW 21:50 21:54 0:04 40 4 0
36. LNI696 B739 PKLJL 22:01 22:06 0:05 11 5 0
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Waktu pelayanan pesawat rata-rata dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hasan,
2001).
(3.3)
Dengan tingkat pelayanan (μ) = 1/T = 1/2,833 = 0,353 kemudian dihitung menggunakan
Rumus 2.21:
P(h > t) = e-μt
= e-0,353×1
= 0,703
Lalu didapat frekuensi yang diharapkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Hasan, 2001).
Ei = P(h>t) × ∑Oi = 0,703 × 36 = 25,294 (3.4)
Hasil perhitungan distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat dapat dilihat pada
Tabel 3.6 berikut ini.
40
Tabel 3.6 Distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017)
No.
Rentang
waktu
pelayanan
(mnt)
Nilai tengah
waktu
pelayanan (ti)
(mnt)
Frekuensi
( ) (pes)
ti ×
(mnt/pes)
P(h>t)
Frekuensi
yang
diharapkan
( )
( )2
1. 0-2 1 16 16 0,703 25,294 86,383 3,415
2. 3-5 4 18 72 0,244 8,774 85,125 9,702
3. 6-8 7 2 14 0,085 3,043 1,088 0,358
4. 9-11 10 0 0 0,029 1,056 1,114 1,056
5. 12-14 13 0 0 0,010 0,366 0,134 0,366
Jumlah (∑) 36 102 1,070 38,533 173,845 14,897
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15:
S
= 12,689
(t = 2,919 dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 3-
1 = 2, pada Lampiran C). Jadi, X2
hasil perhitungan rata-rata dalam interval adalah 2,833 6,175.
Dari perhitungan pada Tabel 4.6, didapat bahwa X2
hasil perhitungan = 14,897 > Tabel = 9,210
(dengan derajat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 3 1= 2 sesuai
Lampiran C). Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi eksponensial negatif.
41
Tabel 3.7 Simulasi distribusi pelayanan kedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El
Tari periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017)
No. Callsign Aircraft Regno
Actual
time
Block Taxi
Waktu
tunggu
(mnt)
Waktu
pelayanan
(mnt)
Waktu
antrian
(mnt)
1. BTK6540 B738 PKLBY 6:43 6:47 0:04 5 4 0
2. NAM524 ATR72 PKTNF 8:26 8:28 0:02 33 2 0
3. WON1922 ATR72 PKWGY 8:39 8:41 0:02 9 2 0
4. GIA456 CRJX PKGRS 8:46 8:51 0:05 7 5 0
5. WON1920 ATR72 PKWHU 9:11 9:13 0:02 17 2 0
6. CTV9701 A320 PKGQO 9:19 9:23 0:04 6 4 0
7. SUS251 C208 PKBVN 9:38 9:40 0:02 2 2 1
8. LNI690 B739 PKLFU 9:52 9:56 0:04 14 4 0
9. NAM552 ATR42 PKTNG 10:01 10:03 0:02 5 2 0
10. WON1932 ATR72 PKWGI 10:05 10:07 0:02 4 2 0
11.NAM512 ATR72 PKTNF 10:57 10:59 0:02 17 2 0
12.WON1942 ATR72 PKWGY 11:10 11:12 0:02 13 2 0
13.SUS257 C208 PKBVO 11:40 11:43 0:03 27 3 0
14.GIA7026 ATR72 PKGAM 11:50 11:52 0:02 6 2 0
15.SUS259 C208 PKBVN 12:09 12:11 0:02 17 2 0
16.GIA438 B738 PKGFU 12:27 12:32 0:05 7 5 0
17.NAM526 ATR42 PKTNG 12:37 12:39 0:02 10 2 0
18.NAM662 B735 PKNAS 12:51 12:56 0:05 14 5 0
19.WON1944 ATR72 PKWGI 13:16 13:19 0:03 13 3 0
20.NAM770 ATR72 PKTNF 13:49 13:51 0:02 11 2 0
21.SJY254 B738 PKCMH 13:57 14:02 0:05 5 5 0
22.WON1926 ATR72 PKWHU 14:10 14:12 0:02 8 2 0
23.WON1930 ATR72 PKWGY 14:14 14:16 0:02 4 2 0
24.LNI692 B739 PKLGW 15:05 15:10 0:05 21 5 0
25.SUS255 C208 PKBVO 15:16 15:18 0:02 1 2 1
26.NAM649 ATR42 PKTNG 15:26 15:39 0:13 4 13 0
27.GIA460 CRJX PKGRS 15:39 15:43 0:04 13 4 0
28.WON1936 ATR72 PKWGY 16:19 16:22 0:03 5 3 0
29.WON1830 ATR72 PKWGG 16:35 16:37 0:02 16 2 0
30.NAM518 ATR72 PKTNF 16:40 16:42 0:02 5 2 0
31.WON1928 ATR72 PKWHU 16:59 17:02 0:03 4 3 0
32.WON1820 ATR72 PKWHV 17:35 17:37 0:02 36 2 0
33.NAM516 ATR42 PKTNG 17:56 17:58 0:02 21 2 0
34.GIA448 B738 PKGNA 21:18 21:24 0:06 22 6 0
35.BTK7349 A320 PKLUK 21:43 21:46 0:03 25 3 0
36.LNI696 B739 PKLHL 22:57 23:01 0:04 14 4 0
Sumber: Hasil Analisis (2017)
42
Waktu pelayanan pesawat rata-rata dapat dihitung dengan Rumus 3.3 sebagai berikut.
Dengan tingkat pelayanan (μ) = 1/T = 1/2,75 = 0,364 dan kemudian dihitung
menggunakan Rumus 2.21:
P(h > t) = e-μt
= e-0,364×1
= 0,695
Lalu didapat frekuensi yang diharapkan dengan menggunakan Rumus 4.4 sebagai berikut.
Ei = P(h>t) × ∑Oi = 0,695 × 36 = 25,025
Hasil perhitungan distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat dapat dilihat pada
Tabel 3.8 sebagai berikut.
Tabel 3.8 Distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat periode 24 jam (Selasa,23 Mei 2017)
No.
Rentang
waktu
pelayanan
(mnt)
Nilai tengah
waktu
pelayanan
(ti) (mnt)
Frekuensi
( ) (pes)
ti ×
(mnt/pes)
P(h>t)
Frekuensi
yang
diharapkan
( )
( )2
1. 0-2 1 19 19 0,695 25,025 36,303 1,451
2. 3-5 4 15 60 0,234 8,406 43,478 5,172
3. 6-8 7 1 7 0,078 2,824 3,326 1,178
4. 9-11 10 0 0 0,026 0,949 0,900 0,949
5. 12-14 13 1 13 0,009 0,319 0,464 1,457
Jumlah (∑) 36 99 1,042 37,522 84,471 10,206
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15:
S =
= = 10,927
43
(t = 2,919 dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) =
3 1 = 2, pada Lampiran C). Jadi, X2
hasil perhitungan rata-rata dalam interval adalah
2,750 5,316. Dari perhitungan pada Tabel 4.8, didapat bahwa X2
hasil perhitungan = 10,206 >
Tabel = 9,210 (dengan derajat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 3 1
= 2 sesuai Lampiran C). Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi eksponensial negatif.
Distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat pada Bandar Udara Internasional El Tari
antara hasil survei dengan model dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 di bawah ini:
Gambar 3.5 Distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El
Tari (Senin, 22 Mei 2017)
Sumber: Hasil Analisis (2017)
44
Gambar 3.6 Distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El
Tari (Selasa, 23 Mei 2017)
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Pada Gambar 3.5 menjelaskan distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat pada hari
Senin, 22 Mei 2017, dimana rentang waktu pelayanan kedatangan pesawat selama 3 menit
dengan nilai tengah waktu pelayanan kedatangan pesawat selama 1 menit. Frekuensi waktu
pelayanan kedatangan pesawat terbanyak pada hari Senin, 22 Mei 2017 adalah 18 pesawat.
Pada Gambar 3.6 menjelaskan distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat pada hari
Selasa, 23 Mei 2017, dimana rentang waktu pelayanan kedatangan pesawat selama 3 menit
dengan nilai tengah waktu pelayanan kedatangan pesawat selama 1 menit. Frekuensi waktu
pelayanan kedatangan pesawat terbanyak pada hari Selasa, 23 Mei 2017 adalah 19 pesawat.
Pada Gambar 3.5 dan Gambar 3.6 menjelaskan tentang distribusi waktu pelayanan
kedatangan pesawat yang memiliki jumlah berbeda di setiap harinya. Hal ini dipengaruhi oleh
jenis pesawat, kapasitas pesawat, waktu antarkedatangan dan cuaca di sekitar area bandar udara.
3.3.Distribusi Waktu Pelayanan Keberangkatan Pesawat
Waktu pelayanan keberangkatan pesawat adalah waktu yang dibutuhkan pesawat dari
saat ujung taxiway sampai saat take off. Proses ini sangat dipengaruhi oleh ketepatan waktu
sesuai dengan jadwal keberangkatan, kapasitas pesawat dan cuaca di sekitar area bandar udara.
Waktu pelayanan dibagi dalam rentang waktu 3 menit.
45
Dalam menentukan pola distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat, dapat dilihat
pada Tabel 4.9 untuk simulasi distribusi pelayanan pada hari Senin, 22 Mei 2017 dan Tabel 4.11
untuk simulasi distribusi pelayanan pada hari Selasa, 23 Mei 2017.
Tabel 4.9 Simulasi distribusi pelayanan keberangkatan pesawat di Bandar Udara Internasional
El Tari periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017)
No. Callsign Aircraft Regno
Actual
time
Block Taxi
Waktu
tunggu
(mnt)
Waktu
pelayanan
(mnt)
Waktu
antrian
(mnt)
1. WON1923 ATR72 PKWGY 6:12 6:05 0:07 - 5 0
2. NAM553 ATR42 PKTNG 6:16 6:10 0:06 4 4 0
3. WON1831 ATR72 PKWHR 6:22 6:15 0:07 6 5 0
4. LNI691 B739 PKLHQ 6:28 6:20 0:08 6 6 0
5. NAM523 ATR72 PKTNF 6:32 6:24 0:08 4 6 2
6. GIA449 B738 PKGNS 6:36 6:29 0:07 4 5 1
7. SUS256 C208 PKBVN 7:15 7:07 0:08 25 5 0
8. WON1821 ATR72 PKWHV 7:19 7:11 0:08 4 6 2
9. SUS250 C208 PKBVO 7:32 7:26 0:06 13 3 0
10. BTK6541 B738 PKLBK 8:02 7:51 0:11 30 8 0
11. WON1933 ATR72 PKWHU 8:29 8:20 0:09 9 6 0
12. NAM511 ATR72 PKTNF 9:00 8:53 0:07 3 5 2
13. WON1943 ATR72 PKWGY 9:06 8:57 0:09 6 7 1
14. GIA461 CRJX PKGRN 9:44 9:33 0:11 3 8 5
15. SUS6160 C208 PKBVO 9:59 9:54 0:05 9 3 0
16. WON1927 ATR72 PKWGI 10:03 9:55 0:08 4 5 1
17. CTV9702 A320 PKGTC 10:10 9:58 0:12 7 9 2
18. NAM525 ATR42 PKTNG 10:21 10:12 0:09 3 6 3
19. LNI695 B739 PKLFT 10:58 10:49 0:09 3 6 3
20. WON1945 ATR72 PKWHU 11:29 11:24 0:05 6 3 0
21. N712EA EMB550 N712EA 12:02 11:56 0:06 18 3 0
22. WON1931 ATR72 PKWGY 12:13 12:03 0:10 8 7 4
23. NAM773 ATR72 PKTNF 12:16 12:08 0:08 3 5 2
24. NAM648 ATR42 PKTNG 12:58 12:49 0:09 27 7 0
25. GIA7027 ATR72 PKGAM 13:03 12:58 0:05 7 3 0
26. BTK7348 A320 PKLUK 13:33 13:22 0:11 11 8 3
27. NAM661 B735 PKNAS 13:38 13:30 0:08 5 5 0
28. GIA439 B738 PKGFP 13:45 13:35 0:10 5 7 0
29. WON1921 ATR72 PKWHV 14:04 13:56 0:08 7 6 0
30. WON1929 ATR72 PKWGI 14:34 14:28 0:06 5 4 0
31. SJY255 B738 PKCLQ 15:23 15:16 0:07 11 4 0
32. NAM517 ATR72 PKTNF 15:32 15:25 0:07 9 5 0
33. WON1935 ATR72 PKWHV 15:51 15:40 0:11 10 8 0
46
Tabel 4.9 Simulasi distribusi pelayanan keberangkatan pesawat di Bandar Udara Internasional
El Tari periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017) (Lanjutan)
No. Callsign Aircraft Regno
Actual
time
Block Taxi
Waktu
tunggu
(mnt)
Waktu
pelayanan
(mnt)
Waktu
antrian
(mnt)
34. LNI693 B739 PKLGW 16:23 16:16 0:07 32 4 0
35. LNI925 B738 PKLKT 16:37 16:30 0:07 10 4 0
36. GIA457 CRJX PKGRN 16:54 16:44 0:10 4 7 3
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Waktu pelayanan pesawat rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 4.3
sebagai berikut.
Dengan tingkat pelayanan (μ) = 1/T = 1/5,50 = 0,182 dan kemudian dihitung
menggunakan Rumus 2.21:
P(h > t) = e-μt
= e-0,182×1
= 0,834
Lalu didapat frekuensi yang diharapkan dengan menggunakan Rumus 4.4 sebagai berikut.
Ei = P(h>t) × ∑Oi
= 0,834 × 36 = 30,015
Hasil perhitungan distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat dapat dilihat pada
Tabel 3.10 sebagai berikut.
Tabel 3.10 Distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat periode 24 jam (Senin, 22 Mei
2017)
No.
Rentang
waktu
pelayanan
(mnt)
Nilai tengah
waktu
pelayanan
(ti) (mnt)
Frekuensi
( ) (pes)
ti ×
(mnt/pes)
P(h>t)
Frekuensi
yang
diharapkan
( )
( )2
1. 0-2 1 0 0 0,834 30,015 900,907 30,015
2. 3-5 4 19 76 0,483 17,396 2,572 0,148
3. 6-8 7 16 112 0,280 10,082 35,018 3,473
4. 9-11 10 1 10 0,162 5,844 23,460 4,015
5. 12-14 13 0 0 0,094 3,387 11,470 3,387
Jumlah (∑) 36 198 1,853 66,724 973,427 41,038
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15:
47
S =
= = 22,940
(t = 4,541 dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) =
4 1 = 3, pada Lampiran C). Jadi, X2
hasil perhitungan rata-rata dalam interval adalah
5,50 17,362. Dari perhitungan pada Tabel 4.10, didapat bahwa X2
hasil perhitungan= 41,038 >
Tabel = 11,345 (dengan derajat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) =
4 1 = 3 sesuai Lampiran C). Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi eksponensial
negatif.
Waktu pelayanan pesawat rata-rata dapat dihitung dengan Rumus 4.3 sebagai berikut.
Dengan tingkat pelayanan (μ) = 1/T = 1/2,75 = 0,169 dan kemudian dihitung
menggunakan Rumus 2.21:
P(h > t) = e-μt
= e-0,169×1
= 0,844
Lalu didapat frekuensi yang diharapkan dengan menggunakan Rumus 4.4 sebagai berikut.
Ei = P(h>t) × ∑Oi
= 0,844 × 36 = 30,402
Hasil perhitungan distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat dapat dilihat pada
Tabel 3.12.
48
Tabel 3.11 Simulasi distribusi pelayanan keberangkatan pesawat di Bandar Udara Internasional
El Tari periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017)
No. Callsign Aircraft Regno
Actual
time
Block Taxi
Waktu
tunggu
(mnt)
Waktu
pelayanan
(mnt)
Waktu
antrian
(mnt)
1. LNI691 B739 PKLJL 6:20 6:10 0:10 - 6 0
2. WON1923 ATR72 PKWGY 6:24 6:14 0:10 4 5 3
3. GIA449 B738 PKGNG 6:29 6:19 0:10 5 6 2
4. WON1831 ATR72 PKWFM 6:32 6:20 0:12 3 9 6
5. NAM553 ATR42 PKTNG 6:36 6:25 0:11 4 8 4
6. NAM523 ATR72 PKTNF 6:38 6:30 0:08 2 5 3
7. SUS256 C208 PKBVO 7:12 7:07 0:05 9 2 0
8. WON1821 ATR72 PKWHV 7:22 7:13 0:09 10 6 0
9. SUS250 C208 PKBVN 7:41 7:33 0:08 19 5 0
10. BTK6541 B738 PKLBY 7:53 7:45 0:08 12 5 0
11. WON1933 ATR72 PKWGI 8:30 8:23 0:07 4 4 1
12. NAM511 ATR72 PKTNF 8:54 8:47 0:07 8 4 0
13. WON1943 ATR72 PKWGY 9:13 9:07 0:09 2 4 2
14. GIA461 CRJX PKGRS 9:36 9:27 0:09 17 6 1
15. WON1927 ATR72 PKWHU 9:56 9:47 0:09 4 4 3
16. CTV9702 A320 PKGQO 10:09 9:56 0:13 4 10 6
17. SUS258 C208 PKBVN 10:12 10:04 0:08 3 6 2
18. NAM525 ATR42 PKTNG 10:40 10:33 0:07 28 5 1
19. LNI695 B739 PKLFU 11:13 11:03 0:10 3 6 4
20. WON1945 ATR72 PKWGI 11:44 11:38 0:06 4 3 0
21. NAM771 ATR72 PKTNF 11:52 11:42 0:10 2 7 5
22. SUS254 C208 PKBVO 12:12 12:05 0:07 3 5 2
23. WON1931 ATR72 PKWGY 12:20 12:14 0:06 8 4 0
24. GIA7027 ATR72 PKGAM 13:03 12:56 0:07 12 5 0
25. BTK7348 A320 PKLAW 13:22 13:12 0:10 6 6 1
26. NAM648 ATR42 PKTNG 13:28 13:20 0:08 6 5 0
27. NAM663 B735 PKNAS 13:38 13:30 0:08 10 6 0
28. GIA439 B738 PKGFU 13:52 13:41 0:11 3 8 5
29. WON1921 ATR72 PKWGI 14:02 13:46 0:16 5 13 8
30. NAM517 ATR72 PKTNF 14:44 14:40 0:04 30 2 0
31. WON1929 ATR72 PKWHU 15:10 14:58 0:12 5 10 5
32. WON1935 ATR72 PKWGY 15:15 15:03 0:12 5 10 5
33. SJY255 B738 PKCMH 15:20 15:11 0:09 4 7 3
34. NAM515 ATR42 PKTNG 16:03 15:58 0:05 24 3 0
35. LNI693 B739 PKLGW 16:14 16:05 0:09 11 6 0
36. GIA457 CRJX PKGRS 16:55 16:47 0:08 5 6 0
Sumber: Hasil Analisis (2017)
49
Tabel 3.12 Distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat periode 24 jam (Selasa, 23 Mei
2017)
No.
Rentang
waktu
pelayanan
(mnt)
Nilai tengah
waktu
pelayanan
(ti) (mnt)
Frekuensi
( ) (pes)
ti ×
(mnt/pes)
P(h>t)
Frekuensi
yang
diharapkan
( )
( )2
1. 0-2 1 2 2 0,844 30,402 806,667 26,533
2. 3-5 4 15 60 0,509 18,310 10,958 0,598
3. 6-8 7 14 98 0,306 11,028 8,834 0,801
4. 9-11 10 4 40 0,184 6,642 6,979 1,051
5. 12-14 13 1 13 0,111 4,000 9,001 2,250
Jumlah (∑) 36 213 1,955 70,382 842,439 31,234
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15:
S = = = 20,685
(t = 4,541, dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) =
4 1 = 3, pada Lampiran C). Jadi, X2
hasil perhitungan rata-rata dalam interval adalah
5,917 15,655. Dari perhitungan pada Tabel 4.12 didapat bahwa X2
hasil perhitungan= 31,234 >
Tabel = 11,345 (dengan derajat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) =
4 1 = 3 sesuai Lampiran C). Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi eksponensial
negatif.
Distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat pada Bandar Udara Internasional El
Tari antara hasil survei dengan model dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan Gambar 3.8
50
Gambar 3.7 Distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat di Bandar Udara Internasional
El Tari (Senin, 22 Mei 2017)
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Gambar 3.8 Distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat di Bandar Udara Internasional
El Tari (Selasa, 23 Mei 2017)
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Pada Gambar 3.7 menjelaskan distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat pada
hari Senin, 22 Mei 2017, dimana rentang waktu pelayanan keberangkatan pesawat selama 3
menit dengan nilai tengah waktu pelayanan keberangkatan pesawat selama 1 menit. Frekuensi
waktu pelayanan keberangkatan pesawat terbanyak pada hari Senin, 22 Mei 2017 adalah 19
pesawat.
Pada Gambar 3.8 menjelaskan distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat pada
hari Selasa, 23 Mei 2017, dimana rentang waktu pelayanan keberangkatan pesawat selama 3
menit dengan nilai tengah waktu pelayanan keberangkatan pesawat selama 1 menit. Frekuensi
51
waktu pelayanan keberangkatan pesawat terbanyak pada hari Selasa, 23 Mei 2017 adalah 15
pesawat.
Pada Gambar 3.7 dan Gambar 3.8 dijelaskan tentang distribusi waktu pelayanan
keberangkatan pesawat yang memiliki jumlah berbeda di setiap harinya. Hal ini dipengaruhi oleh
ketepatan waktu sesuai dengan jadwal keberangkatan, kapasitas pesawat dan cuaca di sekitar
area bandar udara.
3.4.Waktu Rata-Rata Pelayanan Kedatangan Pesawat
Waktu rata-rata pelayanan kedatangan pesawat adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan
pesawat dari saat touchdown sampai saat block on dalam area parking stand. Waktu rata-rata
pelayanan kedatangan pesawat pada hari Senin, 22 Mei 2017-Selasa, 23 Mei 2017 dapat dilihat
pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13 Waktu rata-rata pelayanan kedatangan pesawat
No. Aircraft
Waktu pelayanan (Xi)
(menit/pesawat)
(Xi)2
1. ATR42 3 11
2. ATR72 2 5
3. C208 2 5
4. CRJX 5 23
5. B735 5 25
6. B738 5 24
7. B739 4 19
8. A320 4 14
Jumlah (∑) 31 126
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15:
S = = = 1,108
52
(t = 3,552 dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) =
21 1 = 20, pada Lampiran C). Interval estimasi dari nilai rata-rata adalah sebagai berikut.
u < 3,835+1,392=5,227
u > 3,835 1,392=2,443
Jadi, waktu rata-rata dalam interval untuk pelayanan kedatangan pesawat adalah
2,443 5,227 menit.
3.5.Waktu Rata-Rata Pelayanan Keberangkatan Pesawat
Waktu rata-rata pelayanan keberangkatan pesawat adalah waktu rata-rata yang
dibutuhkan pesawat dari saat ujung taxiway sampai saat take off. Waktu rata-rata pelayanan
keberangkatan pesawat pada hari Senin, 22 Mei 2017-Selasa, 23 Mei 2017 dapat dilihat pada
Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Waktu rata-rata pelayanan keberangkatan pesawat
No. Aircraft
Waktu pelayanan (Xi)
(menit/pesawat)
(Xi)2
1. ATR42 5 30
2. ATR72 6 32
3. C208 4 17
4. CRJX 7 46
5. B735 6 30
6. B738 6 37
7. B739 6 32
8. A320 8 68
Jumlah (∑) 47 291
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15:
53
S = = 1,197
(t = 3,408, dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) =
28-1 = 27, pada Lampiran C). Interval estimasi dari nilai rata-rata adalah sebagai berikut.
u < 5,927 + 1,443 = 7,370
u > 5,927 1,443 = 4,484
Jadi, waktu rata-rata dalam interval yang dibutuhkan pesawat dari saat ujung taxiway
sampai saat take off adalah 4,484 7,370 menit.
3.6 Antrian Antarkedatangan Pesawat
Antrian antarkedatangan pesawat dipengaruhi oleh tingkat kedatangan pesawat, tingkat
keberangkatan, dan sistem pelayanan yang diterapkan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada
Tabel 3.15.
Tabel 3..15 Antrian antarkedatangan pesawat periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017 - Selasa, 23
Mei 2017)
Tanggal
Tingkat
kedatangan
pesawat rata-
rata (λ)
(pes/mnt)
Tingkat
pelayanan
pesawat rata-
rata (μ)
(pes/mnt)
(pes)
p(n) =
×
(pes)
q =
(pes) (mnt)
w =
(mnt)
22/5/17 0.250 2.830 0.097 0.721 0.009 0.388 0.024
23/5/17 0.250 2.750 0.100 0.715 0.009 0.400 0.025
Sumber: Hasil Analisis (2017)
Dimana:
n = Jumlah rata-rata pesawat di dalam sistem (pesawat)
P(n) = Probabilitas terdapat n pesawat dalam sistem (pesawat)
q = Panjang rata-rata antrian (pesawat)
d = waktu rata-rata di dalam sistem antrian (menit)
w = waktu rata-rata menunggu di dalam antrian (menit)
54
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Dari analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Bandar
Udara Internasional El Tari memiliki 1 buah runway. Dari analisis yang dilakukan, waktu
pemakaian runway untuk kedatangan pesawat adalah sekitar 2-5 menit per pesawat dan untuk
keberangkatan pesawat sekitar 4-7 menit per pesawat. Waktu rata-rata menunggu dalam antrian
adalah selama 0,025 menit dan waktu rata-rata dalam sistem antrian adalah selama 0,400 menit.
Maka, untuk saat ini runway Bandar Udara Internasional El Tari masih dapat beroperasi dengan
baik.
4.2 Saran
Dari analisis yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Apabila runway tidak dapat diperpanjang lagi, maka jumlah bahan bakar pesawat (aviation
turbine) dpat dikurangi untuk mengurangi beban pesawat pada saat lepas landas.
2. Perlu adanya evaluasi lebih lanjut mengenai kapasitas runway di masa mendatang agar
operasi penerbangan pesawat dapat berjalan dengan maksimal dan jumlah pesawat yang
mengantri sesuai dengan panjang Taxiway yang tersedia
55
DAFTAR PUSTAKA
Balitourismboard. 2012. Ngurah Rai International Airport
http://www.balitourismboard.org/wp-content/uploads/2012/08/bali airport.jpg
Accessed on 23/08/2012
Basuki, Heru. 2014. Merancang, Merencana Lapangan Terbang. P.T. Alumni, Bandung.
Chaniago, J. 2010. Tabel Chi-square dan Tabel T
https://junaidichaniago.wordpress.com/2010/04/28/download-tabel-chi-square-lengkap/
Accessed on 28/04/2010
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas
Teknik Bandar udara. SKEP/77/VI/2005.
Federal Aviation Administration. 2014. Airport Design.
Hasan, M. Iqbal. 2001. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Bumi Aksara,
Jakarta.
Horonjeff, R. dan McKelvey, F. X. 1993. Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara
(Terjemahan). Erlangga, Jakarta.
International Civil Aviation Organization. 1999. Aerodrome Standards.
International Civil Aviation Organization. 2004. Annex 14-Aerodromes Volume 1.
International Civil Aviation Organization. 2005. Aerodrome Design Manual Part 2-Taxiways,
Aprons, and Holding Bays.
International Civil Aviation Organization. 2006. Aerodrome Design Manual Part 1-Runways.
Kakiay, J. Thomas. 2004. Dasar teori antrian untuk kehidupan nyata. Andi, Yogyakarta.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo,
Bogor.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Omaha Airport Authority. 2005. Eppley Airfield
https://www.flyoma.com/images/map/map2-2017.pdf
Accessed on 08/01/2005
Pignataro, J. Louis dan Cantilli, J. Edmund. 1973. Traffic Engineering: Theory and Practice.
Richards, C. 2017. Vancouver International Airport
http://www.yvr.ca/en/blog/2017/new-routes-and-services-roundup
Accessed on 20/02/2017
56
Sartono, W., Dewanti, dan Rahman, T. 2016. Bandar Udara: Pengenalan dan Perancangan
Geometrik Runway, Taxiway, dan Apron. Gadjah mada University Press, Yogyakarta.
Soni, S. K. 2007. Framework for an Airside Driver Training Programme. Airport Authority of
India, India.
Stefanov, W. 2002. Taoyuan International Airport
https://eol.jsc.nasa.gov/SearchPhotos/photo.pl?mission=ISS005&roll=E&frfra=6167
Accessed on 23/06/2002

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton Arnas Aidil
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan PPGHybrid1
 
Sni 7973 2013 spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
Sni 7973 2013  spesifikasi desain untuk konstruksi kayuSni 7973 2013  spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
Sni 7973 2013 spesifikasi desain untuk konstruksi kayuIrbah Mahdiah Ulfa
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10noussevarenna
 
243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasiWSKT
 
Metode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasMetode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasAlen Pepa
 
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesPerkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesrakesword
 
Jurnal jembatan
Jurnal jembatan Jurnal jembatan
Jurnal jembatan E Sanjani
 
Penelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan pptPenelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan pptAyu Fatimah Zahra
 
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4MOSES HADUN
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurherewith sofian
 
Desain balok kantilever
Desain balok kantileverDesain balok kantilever
Desain balok kantileverCow Sepur
 
Proposal lomba beton
Proposal lomba betonProposal lomba beton
Proposal lomba betonUmiKholifatun
 

Mais procurados (20)

Metode pengujian kuat lentur beton
Metode pengujian kuat  lentur beton Metode pengujian kuat  lentur beton
Metode pengujian kuat lentur beton
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
 
analisa-struktur
analisa-strukturanalisa-struktur
analisa-struktur
 
Perencanaan Kolom
Perencanaan KolomPerencanaan Kolom
Perencanaan Kolom
 
Sni 7973 2013 spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
Sni 7973 2013  spesifikasi desain untuk konstruksi kayuSni 7973 2013  spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
Sni 7973 2013 spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi243176098 3-superelevasi
243176098 3-superelevasi
 
Metode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintasMetode surveylalu lintas
Metode surveylalu lintas
 
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesPerkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
 
Teknik Perkerasan Jalan
Teknik Perkerasan JalanTeknik Perkerasan Jalan
Teknik Perkerasan Jalan
 
Jurnal jembatan
Jurnal jembatan Jurnal jembatan
Jurnal jembatan
 
3
33
3
 
Penelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan pptPenelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan ppt
 
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Aliran Kritis
Aliran KritisAliran Kritis
Aliran Kritis
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapur
 
Desain balok kantilever
Desain balok kantileverDesain balok kantilever
Desain balok kantilever
 
Proposal lomba beton
Proposal lomba betonProposal lomba beton
Proposal lomba beton
 
Pelaksanaan jalan raya
Pelaksanaan jalan rayaPelaksanaan jalan raya
Pelaksanaan jalan raya
 

Semelhante a Analisis Runway El Tari

Analisis Kelayakan Geometri Fasilitas Sisi Udara Studi Kasus Bandara Pondok Cabe
Analisis Kelayakan Geometri Fasilitas Sisi Udara Studi Kasus Bandara Pondok CabeAnalisis Kelayakan Geometri Fasilitas Sisi Udara Studi Kasus Bandara Pondok Cabe
Analisis Kelayakan Geometri Fasilitas Sisi Udara Studi Kasus Bandara Pondok CabeHudanLinas
 
Laporan bandara hang nadim batam ergi
Laporan bandara hang nadim batam ergiLaporan bandara hang nadim batam ergi
Laporan bandara hang nadim batam ergiergi bari
 
Prasarana sisi darat2
Prasarana sisi darat2Prasarana sisi darat2
Prasarana sisi darat2Mas Goen
 
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATIONMAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATIONSelfiya_
 
Lapangan-Terbang-LapTer.pdf
Lapangan-Terbang-LapTer.pdfLapangan-Terbang-LapTer.pdf
Lapangan-Terbang-LapTer.pdfZamzamNurFauzi
 
1834 chapter iiAnalisa dan Perencanaan Landside Bandar Udara Wirasaba Purbali...
1834 chapter iiAnalisa dan Perencanaan Landside Bandar Udara Wirasaba Purbali...1834 chapter iiAnalisa dan Perencanaan Landside Bandar Udara Wirasaba Purbali...
1834 chapter iiAnalisa dan Perencanaan Landside Bandar Udara Wirasaba Purbali...chysar
 
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005Yusrizal Mahendra
 
Bahan presentasi rekayasa terminal
Bahan presentasi rekayasa terminalBahan presentasi rekayasa terminal
Bahan presentasi rekayasa terminalElangga Sofwan
 
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)IB Ilham Malik
 
Bandara internasional soekarno
Bandara internasional soekarnoBandara internasional soekarno
Bandara internasional soekarnoSyafutri Asbintari
 
Manajemen Transportasi Materi 12
Manajemen Transportasi Materi 12Manajemen Transportasi Materi 12
Manajemen Transportasi Materi 12Arjuna Ahmadi
 
Resume atfm dan acdm by rizky aidila
Resume atfm dan acdm by rizky aidilaResume atfm dan acdm by rizky aidila
Resume atfm dan acdm by rizky aidilaRizky Aidila
 
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptx
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptxFEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptx
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptxRollynCivil1
 

Semelhante a Analisis Runway El Tari (20)

Makalah lapter
Makalah lapterMakalah lapter
Makalah lapter
 
Analisis Kelayakan Geometri Fasilitas Sisi Udara Studi Kasus Bandara Pondok Cabe
Analisis Kelayakan Geometri Fasilitas Sisi Udara Studi Kasus Bandara Pondok CabeAnalisis Kelayakan Geometri Fasilitas Sisi Udara Studi Kasus Bandara Pondok Cabe
Analisis Kelayakan Geometri Fasilitas Sisi Udara Studi Kasus Bandara Pondok Cabe
 
Laporan bandara hang nadim batam ergi
Laporan bandara hang nadim batam ergiLaporan bandara hang nadim batam ergi
Laporan bandara hang nadim batam ergi
 
Revisi bab 1
Revisi bab 1Revisi bab 1
Revisi bab 1
 
2007 1-00353-sp-bab 2
2007 1-00353-sp-bab 22007 1-00353-sp-bab 2
2007 1-00353-sp-bab 2
 
Prasarana sisi darat2
Prasarana sisi darat2Prasarana sisi darat2
Prasarana sisi darat2
 
Kinerja bandara di indonesia
Kinerja bandara di indonesiaKinerja bandara di indonesia
Kinerja bandara di indonesia
 
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATIONMAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATION
 
Lapangan-Terbang-LapTer.pdf
Lapangan-Terbang-LapTer.pdfLapangan-Terbang-LapTer.pdf
Lapangan-Terbang-LapTer.pdf
 
1834 chapter iiAnalisa dan Perencanaan Landside Bandar Udara Wirasaba Purbali...
1834 chapter iiAnalisa dan Perencanaan Landside Bandar Udara Wirasaba Purbali...1834 chapter iiAnalisa dan Perencanaan Landside Bandar Udara Wirasaba Purbali...
1834 chapter iiAnalisa dan Perencanaan Landside Bandar Udara Wirasaba Purbali...
 
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
 
Bahan presentasi rekayasa terminal
Bahan presentasi rekayasa terminalBahan presentasi rekayasa terminal
Bahan presentasi rekayasa terminal
 
Lapter nanda
Lapter nandaLapter nanda
Lapter nanda
 
Kualanamu berpotensi jadi bandara aerotropolis
Kualanamu berpotensi jadi bandara aerotropolisKualanamu berpotensi jadi bandara aerotropolis
Kualanamu berpotensi jadi bandara aerotropolis
 
Kualanamu Berpotensi Jadi Bandara Aerotropolis Pertama di Indonesia
Kualanamu Berpotensi Jadi Bandara Aerotropolis Pertama di IndonesiaKualanamu Berpotensi Jadi Bandara Aerotropolis Pertama di Indonesia
Kualanamu Berpotensi Jadi Bandara Aerotropolis Pertama di Indonesia
 
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)
Dasar dasar sistem transportasi (bagian 3)
 
Bandara internasional soekarno
Bandara internasional soekarnoBandara internasional soekarno
Bandara internasional soekarno
 
Manajemen Transportasi Materi 12
Manajemen Transportasi Materi 12Manajemen Transportasi Materi 12
Manajemen Transportasi Materi 12
 
Resume atfm dan acdm by rizky aidila
Resume atfm dan acdm by rizky aidilaResume atfm dan acdm by rizky aidila
Resume atfm dan acdm by rizky aidila
 
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptx
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptxFEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptx
FEASIBILTY STUDY PEMINDAHAN BANDARA - Copy.pptx
 

Analisis Runway El Tari

  • 1. 1 ANALISIS PENGGUNAAN LANDASAN PACU (RUNWAY) PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL EL TARI Oleh : Putu Preantjaya Winaya PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2017
  • 2. 2 ABSTRAK Bandar Udara Internasional El Tari adalah salah satu gerbang transportasi udara di NTT yang mengalami pertumbuhan lalu lintas dan peningkatan jumlah penumpang yang pesat. Peningkatan jumlah pergerakan pesawat diiringi dengan peningkatan jumlah penumpang di Bandar Udara Internasional El Tari yang akan berwisata di pulau Timor atau hanya transit untuk melakukan penerbangan selanjutnya ke daerah lain di NTT. Namun, peningkatan pergerakan pesawat belum diiringi dengan pengembangan infrastruktur bandar udara. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi terhadap fasilitas Bandar Udara Internasional El Tari agar dapat menunjang pertumbuhan lalu lintas penerbangan yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penggunaan landasan pacu (Run Way) pada Bandar Udara Internasional El Tari. Survei untuk mendapatkan data primer dilakukan secara langsung di Bandar Udara Internasional El Tari, serta pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari PT Angkasa Pura I (Persero) berupa layout Bandar Udara Internasional El Tari, konfigurasi runway, waktu pengoperasian runway, dan data pergerakan pesawat dan peningkatan jumlah penumpang pada tahun 2012-2017. Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa saat ini, Bandar Udara Internasional El Tari mempunyai satu landasan pacu (Run Way), dan waktu pemakaian runway untuk kedatangan pesawat adalah sekitar 2 sampai 5 menit per pesawat dan untuk keberangkatan pesawat sekitar 4- 7 menit per pesawat. Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai pertumbuhan lalu lintas penerbangan dari tahun 2017-2020, Saat ini, runway Bandar Udara Internasional El Tari masih dapat memenuhi operasional penerbangan. namun perlu untuk membenahi fasilitas bandar udara khususnya pada runway, taxiway, dan apron agar dapat menunjang kegiatan pariwisata dan perekonomian di Nusa Tenggara Timur. Kata kunci: Runway, Antrean,
  • 3. 3 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salahsatu bandar udara Intrnsionl di Nusa Tenggara Timur adalah Bandar Udara Internasional El Tari. Bandar udara ini pernah melayani penerbangan langsung dari dan ke luar negeri, ke Australia dan Timor Leste. Tetapi, karena adanya kendala dalam pengoperasian penerbangan di Bandar Udara Internasional El Tari, maka penerbangan luar negeri dari dan ke bandar udara ini tidak bisa terjadwal dengan pasti. Namun, berdasarkan rencana mengenai The Trilateral Working Group yang menghubungkan rute penerbangan KDD (Kupang-Dili-Darwin) melalui jalur udara, maka PT Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola bandar udara ini mulai mempersiapkan perencanaan untuk mengatasi masalah dalam pengoperasian penerbangan di Bandar Udara Internasional El Tari. Berdasarkan data PT Angkasa Pura I (Persero), tercatat sebanyak 1.035.664 penumpang yang datang ke kota Kupang melalui Bandar Udara Internasional El Tari dengan jumlah operasi penerbangan sebanyak 24.820 kali pada tahun 2016 dan jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya. Bandar Udara Internasional El Tari saat ini hanya memiliki satu runway yang berukuran 45 m x 2.500 m dengan pesawat terbesar yang beroperasi adalah pesawat jenis Boeing 737-900. Terminal penumpang Bandar Udara Internasional El Tari memiliki luas 7.642 m2 dengan kapasitas 1.310.734 penumpang per tahun. Saat ini, runway Bandar Udara Internasional El Tari masih memenuhi operasional penerbangan. Namun, apron Bandar Udara Internasional El Tari sudah tidak memenuhi kapasitas penerbangan pada tahun 2016. Dengan adanya peningkatan jumlah penerbangan yang terjadi setiap tahun, maka terjadi keterbatasan dari kapasitas runway dan apron. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan analisis penggunaan Landasan Pacu(Run Way) usampai dengan Tahun 2020 mendatang, 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas adalah: Bagaimana penggunaan Landasan Pacu (Runway) pada Bandar Udara Internasional El Tari saat ini ?
  • 4. 4 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Menganalisis penggunaan Landasan Pacu (Runway) pada Bandar Udara Internasional El Tari saat ini . 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menganalisis derajat kejenuhan penggunaan landasan pacu (Run Way) pada Bandar Udara Internasional El Tari pada jam puncak. 2. Dapat memprediksi kebutuhan penggunaan landasan pacu (Run Way) Bandar Udara Internasional El Tari pada tahun 2020. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Pembatasan pada penelitian ini, adalah: 1. Data pergerakan pesawat yang digunakan berdasarkan data dari rute domestik dan internasional dari tahun 2012-2016. 2. Analisis kapasitas landasan pacu (Run Way) dengan pengembangan model kedatangan, pengembangan model keberangkatan, dan pengembangan model campuran. 3. Hanya menganalisis Landasan Pacu (Runway) pada Bandar Udara Internasional El Tari.
  • 5. 5 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bandar Udara Menurut ICAO (International Civil Aviation Organization) dalam Annex 14 (1999), bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan pengoperasian bandar udara) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Bandar udara terbagi atas dua bagian yaitu bagian sisi darat (landside) dan bagian sisi udara (airside). Bagian sisi darat (landside) meliputi terminal bandar udara (concourse), area parkir kendaraan, curb, dan sistem akses masuk ke terminal. Sedangkan bagian sisi udara (airside) meliputi landasan pacu (runway), area parkir pesawat (apron), landasan penghubung (taxiway), tempat parkir pesawat (gate/parking stand), hanggar, air traffic controller, air rescue service, dan fuel. 2.2 Fasilitas Bandar Udara Fasilitas bandar udara dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik fungsi bandar udara yaitu originating-terminating station, transfer station, atau through station. Fasilitas originating-terminating station adalah proses terhadap penumpang yang memulai atau mengakhiri perjalanan udara mereka pada bandar udara tersebut. Transfer station atau connecting airport lebih banyak melayani penumpang yang akan melanjutkan penerbangan ke bandar udara berikutnya. Jarak antargate/parking stand harus sedekat mungkin satu sama lain untuk meminimalkan arus penumpang di dalam terminal dan mempersingkat waktu hubung. Through station mengombinasikan antara persentase jumlah penumpang tertinggi dengan persentase jumlah penumpang terendah. Fasilitas pokok bandar udara adalah fasilitas yang wajib ada di suatu bandar udara untuk kelancaran pengoperasian bandar udara tersebut. Fasilitas tersebut adalah sebagai berikut. 1. Fasilitas sisi udara (airside facilities), meliputi: a. Landasan pacu (runway) b. Landasan penghubung (taxiway) c. Area parkir pesawat atau apron d. Runway end safety area (RESA)
  • 6. 6 e. Marka dan rambu, dan f. Pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PKPPK). 2. Fasilitas sisi darat (landside facilities), meliputi: a. Bangunan terminal penumpang dan terminal kargo b. Bangunan VIP c. Bangunan administrasi dan perkantoran d. Menara pengawas lalu lintas udara (air traffic control tower) e. Bangunan meteorology f. Bangunan SAR g. Depo pengisian bahan bakar h. Akses masuk bandar udara, dan i. Marka dan rambu. 3. Fasilitas komunikasi penerbangan, meliputi: a. Komunikasi antara stasiun penerbangan b. Peralatan transmisi, dan c. Peralatan komunikasi lalu lintas penerbangan. 4. Fasilitas alat bantu pendaratan visual (airfield lighting system). 5. Fasilitas navigasi penerbangan. 2.3 Dasar Perencanaan Bandar Udara Perencanaan suatu bandar udara akan berbeda untuk setiap lokasinya. Ada beberapa unsur perencanaan bandar udara, yaitu: 1. Perencanaan sistem Perencanaan sistem mencangkup tiga aspek yaitu perencanaan sistem tingkat nasional, perencanaan sistem tingkat regional, dan perencanaan sistem tingkat provinsi. 2. Perencanaan induk Perencanaan induk dimaksudkan sebagai petunjuk pengembangan yang akan datang, agar dapat mengakomodasikan permintaan penerbangan sesuai dengan lingkungan, perkembangan masyarakat, moda angkutan, dan bandar udara lainnya. Menurut Federal Aviation Administration (FAA), penyusunan rencana induk terdiri dari:
  • 7. 7 a. Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan meliputi inventaris, perkiraan, permintaan kapasitas, kebutuhan akan fasilitas, dan studi lingkungan. b. Pemilihan lahan Pemilihan lahan meliputi analisis ruang udara, rintangan menuju ruang udara, dampak terhadap lingkungan, lokasi terkait dengan kebutuhan penerbangan, karakter fisik dari lokasi bandar udara, ketersediaan transportasi darat dan kebutuhan umum yang memadai, serta harga dan ketersediaan tanah. c. Rancangan bandar udara Rancangan bandar udara meliputi denah bandar udara, rencana penggunaan tanah, rencana area terminal, dan rencana jalan bandar udara. d. Rencana keuangan Rencana keuangan meliputi jadwal pembangunan atau pengembangan, perkiraan biaya pembangunan atau pengembangan, analisis kelayakan ekonomi, dan analisis kelayakan finansial. 3. Perencanaan proyek Perencanaan proyek merupakan perencanaan yang diwujudkan dari perencanaan induk dengan durasi waktu yang lebih singkat. 2.4 Metode Peramalan Lalu Lintas Udara Pengembangan bandar udara dilakukan berdasarkan proyeksi perkiraan dan permintaan (forecast and demand). Perkiraan kebutuhan harus meliputi operasi penerbangan pesawat, jumlah penumpang, volume barang, parkir kendaraan dan lalu lintas darat. Perkiraan bukan hanya berupa ramalan tahunan tetapi juga berupa ramalan pada jam puncak harian (peak hour), hari puncak dalam bulan tertentu (peak day), dan bulan puncak dalam tahun tertentu (peak month). Perkiraan atau ramalan dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Ramalan jangka pendek, yaitu sekitar 5 tahun b. Ramalan jangka menengah, yaitu sekitar 10 tahun c. Ramalan jangka panjang, yaitu sekitar 20 tahun Semakin lama jangka waktu perkiraan, maka ketepatan atau ketelitian dari hasil perkiraan tersebut semakin berkurang. Ramalan serta frekuensi penerbangan dibutuhkan terutama dalam
  • 8. 8 perencanaan bangunan terminal, tempat parkir kendaraan, serta akses masuk ke bandar udara tersebut. Perkiraan dapat dilakukan dengan memproyeksikan kecenderungan volume perjalanan masa lalu ke masa depan. Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), tujuan dari suatu peramalan bukan hanya untuk meramalkan kondisi yang akan terjadi di masa depan secara tepat, namun untuk mencari suatu informasi yang akan digunakan dalam perencanaan transportasi di masa mendatang. Pemilihan metode didasarkan pada fungsi penggunaan peramalan, ketersediaan data, ketersediaan dana, waktu peramalan, derajat kejenuhan yang diinginkan, serta kecanggihan teknik yang digunakan. Beberapa metode peramalan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut. 2.4.1 Metode Analisis Rata-Rata Geometrik Metode analisis rata-rata geometrik digunakan untuk menghitung rata-rata tingkat pertumbuhan kumulatif dari tahun ke tahun. Analisis terhadap data sekunder dilakukan untuk memperkirakan jumlah masing-masing data pada tahun x mendatang dengan menggunakan metode analisis rata-rata geometrik atau metode faktor pertumbuhan rata-rata jumlah penumpang dengan menggunakan rumus berikut ini (Hasan, 2001): Pn = P0 (1 + r)n (2.1) Dimana: Pn = data pada tahun ke-n dari tahun terakhir Po = data pada tahun terakhir yang diketahui n = tahun ke-n dari tahun terakhir r = tingkat pertumbuhan rata-rata 2.4.2 Peramalan Dengan Pertimbangan (Forecasting by Judgement) Metode yang banyak digunakan untuk membuat peramalan dengan pertimbangan dikenal sebagai metode Delphi. Menurut Marimin (2004), metode Delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan suatu survei. Metode Delphi dilakukan dengan cara mendapatkan informasi, membuat keputusan, menentukan indikator, menentukan parameter dan lain-lain yang dapat dipercaya dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari para ahli menggunakan kuisioner.
  • 9. 9 Kemudian, kuisioner ini akan ditinjau oleh pihak peneliti untuk dirangkum, dikelompokkan, diklasifikasikan, dan kemudian akan dikembalikan ke praktisi yang sama untuk ditinjau kembali, direvisi, kemudian berlanjut dalam beberapa tahap yang berulang, sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat. Kelebihan metode Delphi adalah: 1. Hasil didapatkan berdasarkan pendapat para ahli. 2. Pendapat para ahli memiliki arti yang luas. Kekurangan metode Delphi adalah: 1. Membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk mengundang para ahli. 2. Hasil yang didapatkan berdasarkan asumsi para ahli. 2.4.3 Peramalan Kecenderungan (Trend Extrapolation) Peramalan kecenderungan didasarkan pada suatu pengujian pola historis kegiatan yang menganggap bahwa faktor-faktor tersebut akan menentukan variasi lalu lintas pada masa lalu dan akan terus menunjukkan hubungan yang serupa di masa depan. Beberapa metode peramalan kecenderungan adalah: 1. Ekstrapolasi Linear (Linear Extrapolation) Teknik ini digunakan untuk pola permintaan yang menunjukkan suatu hubungan linear historis dengan variabel waktu. 2. Ekstrapolasi Eksponensial (Exponential Extrapolation) Ekstrapolasi eksponensial biasanya digunakan untuk keadaan dimana variabel yang tergantung pada hal lain memperlihatkan suatu laju pertumbuhan yang konstan terhadap waktu. 3. Kurva Logistik (Logistic Curves) Kurva logistik digunakan dalam menganalisis keadaan dimana laju pertumbuhan tahunan rata-rata secara bertahap mulai berkurang sesuai dengan waktu. 2.4.4 Analisis Pasar (Market Analysis) Dalam metode analisis pasar, faktor-faktor sosial ekonomi tidak akan dianalisis dan dimasukkan ke dalam perhitungan. Metode analisis pasar terbagi atas dua model, yaitu: 1. Metode definisi pasar (Market definition models)
  • 10. 10 Metode definisi pasar mempelajari karakteristik perilaku penumpang dan membedakan penumpang ke dalam golongan yang berbeda berdasarkan karakteristik tersebut. Pemilihan metode ini didasarkan pada kepercayaan bahwa karakteristik sosial ekonomi tertentu mempengaruhi keinginan untuk melakukan perjalanan. Kelebihan dari metode ini adalah memberikan perbedaan antara penumpang dengan tujuan bebas dan tujuan tidak bebas serta faktor-faktor perilaku perjalanan penumpang tersebut. Kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan sampel dalam jumlah yang besar untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang menjadi dasar dari perjalanan tersebut. 2. Metode bagian pasar (Market share models) Metode bagian pasar adalah metode perkiraan untuk membandingkan suatu kegiatan penerbangan berskala besar dengan suatu kegiatan penerbangan dengan skala yang lebih kecil. Metode ini berguna dalam penerapannya dimana memperlihatkan bahwa bagian pasar adalah tetap, stabil, dan dapat diramalkan. Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), manfaat dari metode bagian pasar adalah dapat menentukan bagian kegiatan lalu lintas penerbangan nasional yang akan beroperasi di suatu bandar udara. Kelebihan dari metode ini adalah sangat bergantung pada sumber data yang ada dimana akan mengurangi biaya perkiraan. Kelemahannya adalah ketergantungan pada kestabilan dan peramalan dari rasio-rasio serta ketidakpastian yang terdapat pada bagian pasar dalam penerapannya. 2.4.5 Pemodelan Ekonometrik (Econometric Modelling) Pemodelan ekonometrik merupakan peramalan teknik yang cukup rumit dalam peramalan bandar udara dan penerbangan. Model-model ekonometrik yang menghubungkan kegiatan penerbangan dengan faktor-faktor sosial ekonomi merupakan teknik yang sangat berguna dalam membuat peramalan di masa mendatang. Teknik yang sering digunakan pada variasi peramalan adalah teknik analisis regresi berganda. Teknik ini digunakan untuk memastikan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas seperti pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk, faktor-faktor pasar, faktor-faktor yang menghalangi perjalanan, dan persaingan antara alat transportasi yang berbeda.
  • 11. 11 2.4.6 Metode Regresi Linear Metode regresi linear dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan saat ini dan peramalan pertumbuhan lalu lintas udara di masa mendatang. Dalam metode ini, terdapat variabel tidak bebas yang mempunyai hubungan fungsional dengan satu variabel bebas atau lebih. Pada kasus sederhana, hubungan secara umum dapat dinyatakan dalam rumus berikut ini (Hasan, 2001): Y = a + bX (2.2) Dimana: Y = variabel terikat dengan menggunakan nilai proyeksi X = variabel bebas dengan menggunakan periode waktu a = intersep (nilai Y, bila X = 0) b = koefisien regresi Sedangkan nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut: a = Y bX (2.4) Setiap peramalan atau perencanaan memiliki nilai ketelitian tersendiri. Ketelitian tersebut dapat dinyatakan dengan kesalahan dalam peramalan. Besarnya kesalahan dapat dihitung dengan metode mean square error (MSE) dengan rumus sebagai berikut. Dimana: Yt = nilai aktual periode t = nilai peramalan periode t n = jumlah data MSE = besarnya kuadrat kesalahan rata-rata suatu prediksi atau peramalan Langkah selanjutnya adalah mencari nilai root mean square error (RMSE). Nilai RMSE dicari dengan mengakarkan nilai MSE yang telah didapatkan sebelumnya. Semakin kecil nilai
  • 12. 12 yang didapat, maka semakin baik hasil peramalan yang dilakukan. Nilai RMSE dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut: Dimana: Yt = nilai aktual periode t = nilai peramalan periode t n = jumlah data RMSE = nilai akar dari kuadrat kesalahan rata-rata suatu peramalan Metode regresi linear mengikuti garis lurus sesuai dengan gradien garis atau koefisien garis. Jika koefisien arah garisnya bernilai positif, maka regresi linearnya disebut regresi positif dan arah garisnya dari kiri bawah ke kanan atas. Jika koefisien arah garisnya bernilai negatif, maka regresi linearnya disebut regresi negatif dan arah garisnya dari kiri atas ke kanan bawah. 2.5 Metode Perhitungan Jam Puncak Perhitungan jam puncak perlu dilakukan sebagai dasar acuan kondisi paling maksimum dalam penggunaan runway dan apron. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk mengetahui tingkat pergerakan maksimum pada kondisi peak hour. Berdasarkan data yang ada, dapat diketahui jumlah pergerakan harian rata-rata di runway dalam 1 tahun dan jumlah pergerakan pesawat di runway pada bulan puncak dalam 1 tahun. Menurut Pignataro dan Cantilli (1973), rasio jumlah pergerakan pesawat pada bulan puncak dalam 1 tahun dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Dimana: Rmonth = Peak month ratio Nmonth = jumlah pergerakan total pesawat di runway saat bulan puncak Nyear = jumlah pergerakan total pesawat di runway dalam 1 tahun Rasio jumlah pergerakan pesawat pada hari puncak terhadap jumlah pergerakan pesawat dalam bulan puncak adalah:
  • 13. 13 Dimana: Rday = Peak day ratio Nday = jumlah pergerakan total pesawat di runway saat hari puncak Nmonth = jumlah pergerakan total pesawat di runway dalam bulan puncak Rasio jumlah pergerakan pesawat pada jam puncak terhadap jumlah pergerakan pesawat dalam hari puncak adalah: Dimana: Rhour = Peak hour ratio Nhour = jumlah pergerakan total pesawat di runway saat jam puncak Nday = jumlah pergerakan total pesawat di runway dalam hari puncak Untuk memperkirakan jumlah pergerakan pesawat pada tahun rencana dalam kondisi jam puncak dapat dilakukan dengan cara mengalihkan rasio serta peramalan jumlah pergerakan harian rata-rata pada bulan puncak dalam tahun rencana. 2.6 Klasifikasi Bandar Udara dan Jenis Pesawat Panjang runway pada Tabel 2.1 merupakan pendekatan panjang runway minimum yang diperlukan masing-masing pesawat melalui beberapa kali tes oleh pabrik pembuat pesawat tersebut.
  • 14. 14 Tabel 2.1 Klasifikasi bandar udara, desain grup pesawat, dan jenis pesawat Aeroplane type Ref code Aeroplane characteristic ARFL (m) WS (m) OMGWS (m) Length (m) MTOW (kg) TP (kPa) DHC2 Beaver Beechcraft: 58 (Baron) 100 Britten Norman Islander Cessna: 172 206 310 404 1A 1A 1A 1A 1A 1A 1A 1A 381 401 628 353 272 274 518 721 14,6 11,5 14,0 14,9 10,9 10,9 11,3 14,1 3,3 3,1 4,0 4,0 2,7 2,6 3,7 4,3 10,3 9,1 12,2 10,9 8,2 8,6 9,7 12,1 2.490 2.449 5.352 2.850 1.066 1.639 2.359 3.810 240 392 - 228 - - 414 490 Partenavia P68 Piper: PA 31 (Navajo) PA 34 1A 1A 1A 230 639 378 12,0 12,4 11,8 2,6 4,3 3,4 9,4 9,9 8,7 1.960 2.950 1.814 - 414 - Beechcraft 200 Cessna: 208A (Caravan) 402C 441 DHC 6 Twin Otter Dornier 228-200 1B 1B 1B 1B 1B 1B 592 296 669 544 695 525 16,6 15,9 13,5 15,1 19,8 17,0 5,6 3,7 5,6 4,6 4,1 3,6 13,3 11,5 11,1 11,9 15,8 16,6 5.670 3.310 3.107 4.468 5.670 5.700 735 - 490 665 220 - DHC-7 1C 689 28,4 7,8 24,6 19.505 620 DHC-5E 1D 290 29,3 10,2 24,1 22.316 - Lear Jet 28/29 2A 912 13,4 2,5 14,5 6.804 793 Beechcraft 1900 CASA C-212 Embraer EMB 110 Metro I Metro II 2B 2B 2B 2B 2B 1.098 866 1.199 800 991 16,6 20,3 15,3 14,1 17,4 5,8 3,5 4,9 5,4 5,4 17,6 16,2 15,1 18,1 18,1 7.530 7.700 5.670 5.670 6.577 - 392 586 740 740
  • 15. 15 Tabel 2.1 (lanjutan) Aeroplane type Ref code Aeroplane characteristic ARFL (m) WS (m) OMGWS (m) Length (m) MTOW (kg) TP (kPa) ATR 42-200 2C 1.010 24,6 4,9 22,7 16.150 728 Cessna 550 2C 912 15,8 6,0 14,4 6.033 700 DHC-8: 100 300 2C 2C 948 1.122 25,9 27,4 8,5 8,5 22,3 25,7 15.650 18.642 805 805 Lear Jet 55 IAI Westwind 2 3A 3A 1.292 1.495 13,4 13,7 2,5 3,7 16,8 15,9 9.298 10.660 - 1.000 Bae 125-400 3B 1.713 15,7 3,3 15,5 12.480 1.007 Canadair: CL600 CRJ-200 Cessna 650 Dassault-Breguet: Falcon 900 Embraer EMB 145 Fokker F28-2000 Metro 23 Shorts SD3-60 3B 3B 3B 3B 3B 3B 3B 3B 1.737 1.527 1.581 1.515 1.500 1.646 1.341 1.320 18,9 21,2 16,3 19,3 20 23,6 17,4 22,8 4,0 4,0 3,6 5,3 4,8 5,8 5,4 4,6 20,9 26,8 16,9 20,2 29,9 29,6 18,1 21,6 18.642 21.523 9.979 20.640 19.200 29.480 7.484 11.793 1.140 1.117 1.036 1.300 - 689 742 758 Bae: Jetstream 31 Jetstream 41 146-200 146-300 3C 3C 3C 3C 1.440 1.500 1.615 1.615 15,9 18,3 26,3 26,3 6,2 - 5,5 5,5 14,4 19,3 26,2 31,0 6.950 10.433 42.185 44.225 448 - 1.138 945 Bombadier Global Express Embraer: 3C 1.774 28,7 4,9 30,3 42.410 - EMB 120 EMB 170 3C 3C 1.420 1.600 19,8 26,0 7,3 5,8 20,0 29,9 11.500 37.200 828 940 Fokker: F27-500 F28-4000 F50 F100 3C 3C 3C 3C 1.670 1.640 1.760 1.695 29,0 25,1 29,0 28,1 7,9 5,8 8,0 5,0 25,1 29,6 25,2 35,5 20.412 32.205 20.820 44.450 540 779 552 920 SAAB SF-340 3C 1.220 21,4 7,5 19,7 12.371 655 Airbus A300 B2 Bombardier Dash 8 – Q400 3D 3D 1.676 1.354 44,8 28,4 10,9 9,6 53,6 32,8 142.000 29.000 1.241 1.020 Airbus A320-200 4C 2.058 33,9 8,7 37,6 72.000 1.360
  • 16. 16 Tabel 2.1 (lanjutan) Aeroplane type Ref code Aeroplane characteristic ARFL (m) WS (m) OMGWS (m) Length (m) MTOW (kg) TP (kPa) Boeing: B717-200 B737-200 B737-300 B737-400 B737-800 Embraer EMB 190 McDonnell Douglas: DC9-30 DC9-80/MD80 4C 4C 4C 4C 4C 4C 4C 4C 2.130 2.295 2.749 2.499 2.256 2.110 2.134 2.553 28,4 28,4 28,9 28,9 35,8 28,7 28,5 32,9 6,0 6,4 6,4 6,4 6,4 6,6 6,0 6,2 37,8 30,6 30,5 36,5 39,5 36,2 37,8 45,1 51.710 52.390 61.230 63.083 70.535 51.800 48.988 72.575 - 1.145 1.344 1.400 - 1.080 - 1.390 Airbus: A300-600 A310-200 Boeing: B707-300 B757-200 B767-200ER B767-300ER 4D 4D 4D 4D 4D 4D 2.332 1.845 3.088 2.057 2.499 2.743 44,8 43,9 44,4 38,0 47,6 47,6 10,9 10,9 7,9 8,7 10,8 10,8 54,1 46,7 46,6 47,3 48,5 54,9 165.000 132.000 151.315 108.860 156.500 172.365 1.260 1.080 1.240 1.172 1.310 1.310 McDonnell Douglas: DC8-63 DC10-30 Lockheed: L1011-100/200 McDonnell Douglas MD11 4D 4D 4D 4D 3.179 3.170 2.469 2.207 45,2 50,4 47,3 51,7 7,6 12,6 12,8 12,0 57,1 55,4 54,2 61,2 158.757 251.744 211.378 273.289 1.365 1.276 1.207 1.400 Airbus: A330-200 A330-300 A340-300 A340-500 A340-600 4E 4E 4E 4E 4E 2.713 2.560 2.200 3.275 3.185 60,3 60,3 60,3 63,7 63,7 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 59,0 63,6 63,7 67,8 75,3 230.000 230.000 253.500 368.000 365.000 1.400 1.400 1.400 1.400 1.400 Boeing: B747-SP B747-300 B747-400 B777-200 B777-300 4E 4E 4E 4E 4E 2.710 3.292 3.383 2.500 3.140 59,6 59,6 64,9 60,9 60,9 12,4 12,4 12,4 12,8 12,6 56,3 70,4 70,4 63,4 73,9 318.420 377.800 394.625 287.800 299.370 1.413 1.323 1.410 1.400 1.400 Airbus A380-800 4F 3.350 79,8 14,3 72,7 560.000 1.400 Sumber: International Civil Aviation Organization, Aerodrome Design Manual Part 1 (2006)
  • 17. 17 2.7 Landasan Pacu (Runway) Landasan pacu (runway) adalah bagian memanjang dari sisi darat aerodrome yang digunakan pesawat untuk melakukan lepas landas (take off) dan pendaratan (landing). Pada umumnya, runway memiliki lapisan aspal hotmix dengan identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis-garis yang mirip dengan zebra cross pada ujung-ujungnya yang akan semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah runway. Hal ini menunjukkan saat-saat pesawat harus touch down (roda-roda menyentuh runway saat mendarat) serta take off. Pada runway tertentu, ujung-ujung runway yang digunakan untuk touch down atau take off menggunakan lapisan beton bukan aspal, untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh, khususnya untuk pesawat tempur yang menggunakan mekanisme afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada saluran buang (nozzle) mesin pesawat. 2.7.1 Klasifikasi Runway Landasan pacu (runway) dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehingga permukaannya tetap kering, sekalipun pada musim hujan. Pada saat hujan, runway harus terhindar dari kondisi aquaplaning dimana hal ini dapat menyebabkan pemantulan pesawat ke atas dari permukaan runway karena pesawat mendarat pada kondisi landasan yang basah. Kondisi aquaplaning juga dapat menyebabkan sistem pengereman pesawat tidak bekerja dengan sempurna. Pada tepi kanan dan kiri serta ujung-ujung runway diberi lampu-lampu dan tiang-tiang navigasi yang digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih pada cuaca buruk dan penerbangan malam hari. Panjang runway bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin, serta tekanan udara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, runway yang digunakan lebih panjang daripada ukuran yang umum digunakan di bandar udara domestik maupun bandar udara internasional, karena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai contoh, runway di Qatar tepatnya di Kota Doha memiliki panjang sampai lebih dari 5.000 meter. Runway tertentu dilengkapi dengan kabel penahan pesawat untuk pendaratan (arrestor cable) bahkan pelontar pesawat (aircraft catapult).
  • 18. 18 Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), sistem yang terbentuk dari runway dan taxiway harus diatur sedemikian rupa sehingga: 1. Memberikan keterlambatan dan gangguan yang sangat minimal dalam operasi pendaratan dan lepas landas. 2. Memberikan jarak taxiway sependek mungkin dari daerah terminal menuju ujung runway. 3. Memberikan jumlah taxiway yang cukup sehingga pesawat yang mendarat dapat meninggalkan runway secepat mungkin. 4. Memberikan pemisahan secukupnya dalam pola lalu lintas udara. FAA (Federal Aviation Administration) dan ICAO (International Civil Aviation Organization) membagi klasifikasi bandar udara berdasarkan panjang runway yang tersedia pada suatu bandar udara dan jenis pesawat terbang yang beroperasi pada bandar udara tersebut. FAA mengelompokkan aktivitas bandar udara dalam dua kelompok besar yaitu bandar udara yang melayani angkutan udara (air carier) dan pesawat terbang umum (general aviation). Sedangkan ICAO mengklasifikasikan bandar udara berdasarkan Aeroplane Reference Field Length (ARFL) dan ukuran pesawat terbang (jarak sisi luar main gear dan lebar sayap) yang beroperasi di bandar udara tersebut. Standar geometrik lainnya seperti lebar perkerasan dan bahu, jarak pandang, kemiringan melintang dan memanjang runway ditentukan berdasarkan klasifikasi bandar udara tersebut. Tabel 2.2 Klasifikasi bandar udara menurut FAA berdasarkan kategori pelayanan Kategori bandar udara Aeroplane reference field length General Aviation 670 m – >1.542 m Air Carier 2.734 m – 3.657 m Sumber: Federal Aviation Administration, Airport Design (2014) Tabel 2.3 Klasifikasi bandar udara menurut FAA berdasarkan kategori pendekatan pesawat Kategori pendekatan Kepesatan mendekati runway (Knot) A Kurang dari 91 B 91 – 120 C 121 – 140 D 141 – 165 E 166 atau lebih besar Sumber: Federal Aviation Administration, Airport Design (2014)
  • 19. 19 Tabel 2.4 Klasifikasi bandar udara menurut ICAO Kode angka Aeroplane reference field length Kode huruf Jarak sisi luar main gear Lebar sayap 1 < 800 m A < 4,5 m < 15 m 2 800 – 1.199 m B 4,5 – 5,9 m 15 – 23,9 m 3 1.200 – 1.799 m C 6 – 8,9 m 24 – 35,9 m 4 > 1.800 m D 9 – 13,9 m 36 – 51,9 m E 9 – 13,9 m 52 – 64,9 m F 14 – 15,9 m 65 – 79,9 m Sumber: International Civil Aviation Organization, Aerodrome Design Manual Part 1 (2006) Klasifikasi bandar udara menurut ICAO selanjutnya dibuat berdasarkan kombinasi antara panjang dan lebar runway, panjang runway dinyatakan dengan kode angka dan lebar runway dinyatakan dengan kode huruf. Kombinasi yang sering dijumpai adalah 1A, 2B, 3C, 4D, dan dan 4F. Berikut adalah penjelasan bagian-bagian runway. Gambar 2.2 Bagian-bagian runway Sumber: Federal Aviation Administration, Airport Design (2014) 1. Perkerasan struktural (structural pavement) adalah perkerasan yang berfungsi sebagai tumpuan pesawat. 2. Bahu runway (runway shoulder) adalah bagian yang berbatasan dengan structural pavement untuk menahan erosi akibat air dan hembusan pesawat atau tempat peralatan dalam melakukan perbaikan.
  • 20. 20 3. Area keamanan runway (runway safety area). Yang termasuk dalam area ini adalah perkerasan struktural, bahu runway dan area bebas halangan. Daerah ini harus cukup rata dan pengaliran airnya terjamin, mampu dilalui peralatan-peralatan pemadam kebakaran, ambulans, truk penyapu runway (sweeper), dan bila dibutuhkan mampu dibebani pesawat yang keluar dari perkerasan struktural. 4. Blast pad adalah daerah yang dibuat untuk menahan erosi pada bagian permukaan yang terletak di ujung runway akibat hembusan pesawat. Daerah ini dapat diperkeras atau ditanami rerumputan. 5. Perluasan daerah keamanan runway (extended safety area) adalah bagian yang berbatasan dengan structural pavement yang berfungsi untuk menampung pesawat yang undershoot atau overrun. 6. Runway turn pads adalah area yang terletak di samping landasan pacu (runway) yang digunakan sebagai tempat pesawat untuk melakukan putaran 180°. Gambar 2.3 Runway turn pads Sumber: International Civil Aviation Organization, Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004) Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk penentuan geometris fasilitas airside dalam suatu bandar udara adalah: 1. Lebar perkerasan struktural runway Tabel 2.5 Ketentuan lebar perkerasan struktural runway Kode angka Kode huruf A B C D E F 1a 18 m 18 m 23 m - - - 2a 23 m 23 m 30 m - - - 3 30 m 30 m 30 m 45 m - - 4 - - 45 m 45 m 45 m 60 m Sumber: International Civil Aviation Organization, Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004) Keterangan: 1a dan 2a: runway presisi harus lebih dari 30 m. Runway Turn Pads
  • 21. 21 2. Geometrik panjang runway Tabel 2.6 Ketentuan geometrik panjang runway No. Persyaratan kelandaian Klasifikasi bandar udara A B C D E 4 3 2 1 1. Maximum effective slope (average longitudinal slope) 1% 1% 1,5% 2% 2% 2. Maximum longitudinal slope in any portion of runway 1,25% 1,25% 1,5% 2% 2% 3. Maximum longitudinal slope change Per 100 feet 1,5% 0,1% 1,5% 0,2% 1,5% 0,4% 2% 0,4% 2% 0,4% 4. Maximum slope for the first and the last quarter of the runway 0,8% 0,8% 0,8% 0,8% 0,8% Sumber: International Civil Aviation Organization, Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004) 3. Ketentuan geometrik pada lebar runway Menurut ICAO dalam Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004), kemiringan memanjang (longitudinal slope) pada runway dibedakan menjadi dua, yaitu kemiringan 1% untuk bandar udara dengan kode angka 3 atau 4 dan kemiringan 2% untuk bandar udara dengan kode angka 1 atau 2. Apabila perubahan kemiringan tidak dapat dihindari, maka perubahan kemiringan antara dua kemiringan yang berurutan atau sejajar tidak boleh melebihi 1,5% untuk bandar udara dengan kode angka 3 atau 4 dan 2% untuk bandar udara dengan kode angka 1 atau 2. Kemiringan melintang (transverse slope) pada runway diperlukan untuk mengatasi pengaliran genangan air yang berada di permukaan runway. Kemiringan 1,5% untuk bandar udara dengan kode huruf C, D, E, atau F. Sedangkan kemiringan 2% untuk bandar udara dengan kode huruf A atau B. 4. Bahu runway Kemiringan melintang bahu runway maksimal 2,5%. Posisi bahu runway terletak secara simetris di kedua sisi runway, sehingga lebar total runway beserta bahunya tidak lebih kecil dari 60 m untuk bandar udara dengan kode huruf D dan E, dan 75 m untuk bandar udara dengan kode huruf F. 2.7.2 Konfigurasi Runway Terdapat beberapa konfigurasi runway yang sering digunakan dalam perencanaan bandar udara. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
  • 22. 22 a. Perbedaan kapasitas maksimum Jika dilihat dari segi kapasitas, konfigurasi satu arah merupakan konfigurasi yang paling baik. Konfigurasi ini akan menghasilkan kapasitas tertinggi dibandingkan konfigurasi yang lainnya. b. Perbedaan arah dan kecepatan angin Perbedaan arah dan kecepatan angin pada saat angin bertiup relatif kuat dan lebih dari satu arah, maka hanya salah satu runway dari konfigurasi V terbuka atau berpotongan yang dapat digunakan. c. Kompleksitas pengendalian lalu lintas udara. Untuk pengendalian lalu lintas udara, pengaturan pesawat dalam arah tunggal lebih sederhana daripada pengaturan pesawat pada banyak arah. d. Kelengkapan alat bantu navigasi. Alat bantu navigasi memiliki fungsi dalam membantu pengendalian lalu lintas udara. Semakin baik alat bantu navigasi, maka semakin baik pula pengendalian terhadap penggunaan konfigurasi runway unuk berbagai arah. Ada berbagai macam konfigurasi yang diterapkan pada masing-masing bandar udara. Akan tetapi, pada umumnya konfigurasi runway yang digunakan mengacu pada beberapa bentuk dasar yaitu: a. Landasan pacu tunggal (single runway) Gambar 2.4 Single runway di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali Sumber: Bali Tourism Board (2017)
  • 23. 23 Konfigurasi ini merupakan konfigurasi yang paling sederhana. Kapasitas runway jenis ini dalam kondisi Visual Flight Rule (VFR) berkisar diantara 45 sampai 100 operasi per jam, sedangkan dalam kondisi Instrument Flight Rule (IFR) kapasitasnya berkurang menjadi 40 sampai 50 operasi per jam, tergantung pada komposisi campuran pesawat terbang dan alat-alat bantu navigasi yang tersedia. Satu pergerakan adalah satu kali take off atau satu kali landing. b. Landasan pacu dua jalur (parallel runway) Gambar 2.5 Parallel runway di Bandar Udara Internasional Taoyuan, Taiwan Sumber: William Stefanov (2017) Kapasitas sistem ini sangat tergantung pada jumlah runway dan jarak diantaranya. Menurut ICAO dalam Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004), jarak antara parallel non-instrument runway dapat dibagi menjadi tiga, yaitu berdekatan (close), menengah (intermediet), dan jauh (far). Runway berdekatan (close) memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu sejauh 120 m (394 ft). Runway menengah (intermediet) memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu sejauh 150 m (492 ft). Runway jauh (far) memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu sejauh 210 m (689 ft). Sedangkan, jarak antara parallel instrument runway dapat dibedakan menjadi empat, yaitu 1.035 m (3.396 ft) untuk independent parallel approaches, 915 m (3.002 ft) untuk dependent parallel approaches, 760 m (2.493 ft) untuk independent parallel departures, dan 760 m (2.493 ft) untuk segregated parallel operations. Untuk runway sejajar berjarak dekat, menengah dan renggang kapasitasnya per jam dapat bervariasi di antara 100 sampai 200 operasi dalam kondisi-kondisi VFR, tergantung pada komposisi campuran pesawat terbang. Sedangkan dalam kondisi IFR kapasitas per jam untuk
  • 24. 24 yang berjarak dekat berkisar di antara 50 sampai 60 operasi, tergantung pada komposisi pesawat terbang. Untuk runway sejajar yang berjarak menengah, kapasitas per jam berkisar antara 60 sampai 75 operasi dan untuk yang berjarak renggang antara 100 sampai 125 operasi per jam. c.Landasan pacu bersilang (cross runway) Kapasitas runway yang bersilangan sangat bergantung pada letak persilangannya dan pada cara pengoperasian runway yang disebut strategi lepas landas atau mendarat. Semakin jauh letak titik silang dari ujung runway dan ambang pendaratan, maka kapasitasnya makin rendah. Kapasitas tertinggi dicapai apabila titik silang terletak dekat dengan ujung lepas landas dan ambang pendaratan. Gambar 2.6 Cross runway di Bandar Udara Eppley Omaha, Amerika Serikat Sumber: Omaha Airport Authority (2017) d. Landasan pacu v-terbuka (v-shaped runway) Landasan pacu v-terbuka merupakan runway yang arahnya memencar tetapi tidak berpotongan. Strategi yang menghasilkan kapasitas tertinggi adalah apabila operasi penerbangan dilakukan menjauhi v-shaped runway.
  • 25. 25 Gambar 2.7 V-shaped runway di Bandar Udara Internasional Vancouver, Canada Sumber: Christopher Richards (2017) 3 Kapasitas Runway Kapasitas runway bandar udara dapat didefinisikan dalam dua cara yaitu kapasitas praktis dan kapasitas jenuh (ultimate capacity). Kapasitas praktis adalah jumlah operasi pesawat selama jangka waktu tertentu yang sesuai dengan tingkat penundaan rata-rata. Sedangkan kapasitas jenuh (ultimate capacity) adalah jumlah operasi pesawat maksimum yang dapat dilakukan dalam suatu bandar udara selama jangka waktu tertentu ketika adanya permintaan akan pelayanan yang berkesinambungan, dimana selalu ada operasi penerbangan yang terjadi, baik itu untuk take off atau landing. Secara umum, kapasitas suatu bandar udara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Konfigurasi, jumlah, jarak, dan orientasi dari sistem runway. 2. Konfigurasi, jumlah dan letak taxiway dan jalan keluar runway. 3. Susunan, ukuran, dan jumlah gerbang di daerah apron. 4. Waktu pemakaian runway bagi pesawat yang datang dan berangkat. 5. Ukuran dan campuran pesawat terbang yang menggunakan fasilitas tersebut. 6. Cuaca, terutama jarak pandang dan tinggi awan, karena aturan lalu lintas udara untuk cuaca yang baik berbeda dengan aturan lalu lintas udara untuk cuaca yang buruk. 7. Kondisi angin yang menghalangi penggunaan seluruh runway yang tersedia oleh semua pesawat terbang. 8. Prosedur pengurangan kebisingan yang dapat membatasi jenis dan waktu operasi pada runway yang ada. 9. Strategi yang dipilih para pengendali untuk mengoperasikan sistem runway.
  • 26. 26 10. Jumlah kedatangan relatif terhadap jumlah keberangkatan. 11. Jumlah dan frekuensi operasi keadaan tak menentu dari pesawat penerbangan umum. 12. Keberadaan dan sifat alat-alat bantu navigasi. 13. Sifat dan keadaan fasilitas-fasilitas pengendali lalu lintas udara. 14. Ketersediaan dan struktur ruang angkasa untuk menetapkan rute-rute kedatangan dan keberangkatan. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi kapasitas runway adalah jarak antara pesawat yang melakukan landing dan takeoff secara berurutan. Jarak ini tergantung pada aturan- aturan lalu lintas udara yang sesuai, yang merupakan fungsi kondisi cuaca dan ukuran pesawat terbang. Kapasitas per jam sistem runway didefinisikan sebagai jumlah operasi pesawat maksimum yang dapat dilakukan pada runway dalam satu jam. Jumlah operasi pesawat maksimum tergantung pada sejumlah kondisi, yaitu: 1. Kondisi tinggi awan dan jarak penglihatan 2. Konfigurasi sistem runway. 3. Strategi pemakaian runway. 4. Campuran pesawat yang memakai sistem runway. 5. Rasio kedatangan terhadap keberangkatan. 6. Jumlah operasi tak menentu oleh pesawat penerbangan umum. 7. Jumlah dan letak jalan keluar sistem runway. Untuk menentukan kapasitas runway per jam harus memperhatikan beberapa parameter. Persentase operasi kedatangan yang terjadi di runway harus diketahui, karena aturan pemisahan jarak untuk kedatangan dan keberangkatan sangat berbeda. Letak jalur keluar dari runway untuk pesawat yang datang juga harus diketahui, karena akan mempengaruhi waktu pemakaian runway. 2.8 Teori Antrian Antrian merupakan bagian dalam suatu proses pelayanan. Antrian adalah suatu garis tunggu dari konsumen yang memerlukan satu atau beberapa sarana pelayanan. Antrian terjadi apabila permintaan lebih besar dari pelayanan. Proses antrian sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya di bandar udara, jalan tol, pelabuhan dan lain sebagainya.
  • 27. 27 Antrian dapat ditangani dengan cara memperbanyak sarana pelayanan dalam sistem, sehingga dapat mengurangi waktu tunggu atau waktu antrian. 2.8.1 Faktor-Faktor Dalam Teori Antrian Menurut Kakiay (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi teori antrian adalah sebagai berikut. 1. Distribusi kedatangan Distribusi kedatangan adalah faktor penting dalam sistem antrian, yang mempengaruhi kelancaran pelayanan. Kedatangan konsumen mengikuti suatu distribusi probabilitas tertentu. Distribusi probabilitas yang sering digunakan adalah distribusi poisson. Distribusi poisson diasumsikan dengan sifat bebas, dimana tidak terpengaruh oleh kedatangan sebelum atau sesudahnya. Distribusi poisson juga diasumsikan bersifat acak dengan rata-rata tingkat kedatangan yang berbeda. Berdasarkan asumsi tersebut, maka rumus probabilitas untuk distribusi poisson adalah sebagai berikut (Kakiay, 2004). Dimana: P(n) = probabilitas dari n kedatangan untuk periode waktu (t) λ = tingkat kedatangan rata-rata t = periode waktu n = jumlah kejadian (1,2,3…,n) e = bilangan dasar dari logaritma natural (2,718283) n! = n (n-1).(n-2)…(2)(1), dan 0! = 1 Dalam perhitungannya, distribusi kedatangan dapat dibagi menjadi 2 cara, yaitu: a. Kedatangan secara individu (single arrivals) Dalam kedatangan jenis ini, konsumen datang satu per satu, dimana terdapat selisih waktu antar kedatangan konsumen yang satu dengan konsumen lainnya. b. Kedatangan secara kelompok (bulk arrivals) Dalam kedatangan jenis ini, konsumen datang secara bersamaan dengan jumlah yang banyak.
  • 28. 28 2. Distribusi waktu pelayanan Distribusi waktu pelayanan sangat dipengaruhi oleh sarana pelayanan yang dapat disediakan. Distribusi waktu pelayanan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: a. Pelayanan secara individual (single service) b. Pelayanan secara kelompok (bulk service) Distribusi yang digunakan untuk menyederhanakan waktu pelayanan adalah distribusi eksponensial negatif. Bentuk matematis distribusi waktu pelayanan menggunakan distribusi eksponensial negatif menggambarkan jarak kosong atau headway waktu. Distribusi waktu pelayanan ini menggambarkan probabilitas jika tidak ada kedatangan konsumen pada interval waktu tertentu (t detik). Pada saat ini, harus ada headway ≥ t. Rumus probabilitas yang dapat digunakan adalah sebagai berikut (Kakiay, 2004). Dimana: P = probabilitas dari n kedatangan untuk periode waktu (t) λ = tingkat kedatangan rata-rata t = periode waktu e = bilangan dasar dari logaritma natural (2,718283) 3. Fasilitas pelayanan Fasilitas pelayanan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Series Series digambarkan dengan garis lurus atau garis melingkar. b. Parallel Parallel digambarkan dengan beberapa garis lurus antara parallel yang satu dengan yang lainnya. c. Network Station Network station digambarkan secara series dengan pelayanan lebih dari satu pada setiap sarana. Network station juga dapat digambarkan secara parallel dengan sarana yang berbeda-beda.
  • 29. 29 4. Disiplin pelayanan Disiplin pelayanan didasarkan pada urutan pelayanan bagi konsumen yang memiliki fasilitas pelayanan. Disiplin pelayanan dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: a. Pertama datang pertama keluar (First in first out) First in first out (FIFO) adalah peraturan dimana yang datang lebih awal akan dilayani lebih dahulu. FIFO juga disebut dengan FCFS (First come first served). Contohnya adalah antrian yang terjadi di loket penjualan tiket. b. Terakhir datang pertama keluar (Last in first out) Last in first out (LIFO) adalah peraturan dimana yang datang lebih akhir akan dilayani lebih dahulu. LIFO juga disebut dengan LCFS (Last come first served). Contohnya adalah pada sistem bongkar muat bagasi pesawat, dimana barang yang masuk belakangan akan keluar lebih dahulu. c. Pelayanan dengan urutan acak (Service in random order) Service in random order (SIRO) adalah pelayanan yang dilakukan secara acak. SIRO juga disebut dengan RSS (Random selection for service). Contohnya adalah pada kegiatan arisan, pelayanan dilakukan berdasarkan undian. d. Pelayanan berdasarkan prioritas (Priority Service) Pelayanan ini dilakukan berdasarkan prioritas. Konsumen utama (VIP customer) akan dilayani secara khusus. Contohnya adalah pada saat pelayanan inflight dining. Penumpang first class atau business class akan mendapat inflight dining lebih awal dibandingkan dengan penumpang economy class. 5. Ukuran dalam antrian Besarnya antrian dapat ditentukan berdasarkan dua hal, yaitu ukuran kedatangan secara tidak terbatas (infinite queue) dan ukuran kedatangan secara terbatas (finite queue)
  • 30. 30 Tabel 2.19 Hubungan antrian pada pelayanan tunggal dengan distribusi poisson dan pelayanan eksponensial 1. P(n) = =(ρ)n (1 ρ) P(n) = probabilitas jumlah pesawat di dalam system 2. n = = n = jumlah rata-rata pesawat dalam system 3. q = = q = panjang antrian rata-rata 4. d = d = waktu rata-rata yang digunakan dalam system 5. w = = w = waktu menunggu rata-rata di dalam antrian 6. var(n) = = var(n) = varian dari jumlah n 7. f(d) = (µ-λ)e(λ˗µ)d f(d) = probabilitas untuk pemakaian waktu di dalam system 8. p(d ≤ t) = 1 e˗(1˗ρ)µt p(d ≤ t) = kemungkinan pemakaian waktu t atau kurang di dalam system 9. p(w ≤ t) = 1 pe˗(1˗ρ)µt p(w ≤ t) = kemungkinan pemakaian waktu t atau kurang di dalam antrian Sumber: Hasan (2001)
  • 31. 31 2.8.2 Sistem Antrian Menurut Kakiay (2004), ada beberapa struktur antrian dasar yang umumnya terjadi dalam sistem antrian, yaitu: 1. Antrian tunggal pelayanan tunggal (single channel single phase) Datang Keluar Gambar 2.24 Antrian tunggal pelayanan tunggal 2. Antrian tunggal satu pelayanan paralel (single channel multiple phase) Datang Keluar Gambar 2.25 Antrian tunggal pelayanan paralel 3. Antrian tunggal beberapa pelayanan seri (single channel multiple phase) Datang Keluar Gambar 2.26 Antrian tunggal beberapa pelayanan seri 4. Beberapa antrian beberapa pelayanan paralel (multiple channel multiple phase) Datang Keluar Gambar 2.27 Beberapa antrian beberapa pelayanan paralel 2.9 Faktor Muat Penumpang (Passenger Load Factor) Faktor muat penumpang (passenger load factor) adalah perhitungan nilai kegunaan kapasitas muatan yang tersedia dari suatu moda transportasi. Ini berguna untuk mengetahui rata- P1 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P2 P3 P1
  • 32. 32 rata occupancy pada berbagai macam rute perjalanan dari pesawat terbang, kereta api atau bus. Dengan menggunakan informasi dari hasil perhitungan ini, dapat diketahui tingkat keuntungan (profitability) dan potensial pendapatan dari berbagai macam rute perjalanan moda transportasi. Dalam istilah teknik, PLF didefinisikan sebagai persentase dari seat-kilometer. Misalnya, pada penerbangan pesawat Boeing 767-300ER yang memiliki kapasitas 285 penumpang dengan rute penerbangan New York (JFK)-Chicago (ORD). Apabila jumlah penumpang sebanyak 203 orang dengan jarak tempuh 1.200 km, maka passenger load factor dari penerbangan tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Ashwin Jadhav, 2016). Maka, passenger load factor dari penerbangan pesawat Boeing 767-300ER dengan rute penerbangan New York (JFK)-Chicago (ORD) adalah 71,23%.
  • 33. 33 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Distribusi Antar Kedatangan Pesawat Tingkat antarkedatangan pesawat (λ) adalah banyaknya pesawat yang keluar atau memasuki area runway per satuan waktu. Dalam penelitian ini, kedatangan dan keberangkatan pesawat dicatat setiap 5 menit sesuai dengan jadwal penerbangan yang telah direncanakan. Data jumlah penerbangan pesawat dapat dilihat pada Lampiran C.3 dan Lampiran C.5. Frekuensi tingkat penerbangan pesawat dapat dilihat pada Lampiran C.4 dan Lampiran C.6 untuk menganalisis pola distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari. Distribusi antarkedatangan pesawat diuji dengan metode Chi-square yang dapat dihitung menggunakan rumus berikut (Hasan, 2001): (3.1) Selanjutnya, untuk mencari probabilitas dan frekuensi, untuk (t) = 1 menit dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.20 sebagai berikut. (3.2) = 0,7788 × 288 = 224,29 Kemudian didapat nilai dengan menggunakan Rumus 2.16: = 1,066
  • 34. 34 Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dengan periode 24 jam (Pukul 06:00 – 06:00 Wita) berdasarkan hasil survei seperti pada Lampiran C.3, Lampiran C.4, Lampiran C.5 dan Lampiran C.6. Tabel 3.1 Distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017) Pesawat/ menit (ni) Frekuensi (Oi) ni x Oi (pes) P(n) Frekuensi yang diharapkan (Ei) (Oi Ei)2 0 222 0 0,7788007831 224,295 5,265306 0,02347 1 60 60 0,1947001958 56,074 15,416174 0,27493 2 6 12 0,0243375245 7,009 1,018499 0,14531 3 0 0 0,0020281270 0,584 0,341173 0,58410 4 0 0 0,0001267579 0,037 0,001333 0,03651 5 0 0 0,0000063379 0,002 0,000003 0,00183 Jumlah (∑) = 288 72 0,9999997262 288 22 1,06614 λ = 0.25 Sumber: Hasil Analisis (2017) Didapat X2 hasil perhitungan = 1,066 tabel = 69,957 (dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 46 1 = 45, sesuai pada Lampiran C). Data tersebut mengikuti pola distribusi poisson. Untuk distribusi antarkedatangan pesawat selama periode 24 jam pada hari Selasa, 23 Mei 2017 (Pukul 06:00 - 06:00 Wita) dalam Tabel 3.2, didapat X2 hasil perhitungan = 3,585 < X2 Tabel = 69,957. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi poisson. Tabel 3.2 Distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017) Pesawat/ menit (ni) Frekuensi (Oi) ni x Oi (pes) P(n) Frekuensi yang diharapkan (Ei) (Oi Ei)2 0 227 0 0,7788007831 224,295 7,319051 0,03263 1 50 50 0,1947001958 56,074 36,889302 0,65787 2 11 22 0,0243375245 7,009 15,926428 2,27222 3 0 0 0,0020281270 0,584 0,341173 0,58410 4 0 0 0,0001267579 0,037 0,001333 0,03651 5 0 0 0,0000063379 0,002 0,000003 0,00183 Jumlah (∑) = 288 72 0,9999997262 288 60 3,58515 λ = 0.25 Sumber: Hasil Analisis (2017)
  • 35. 35 Pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.4 menunjukkan distribusi antarkedatangan pesawat selama periode 24 jam berdasarkan survei yang dilakukan pada hari Senin, 22 Mei 2017 sampai dengan hari Selasa, 23 Mei 2017 dimulai dari Pukul 06:00-06:00 Wita. Tabel 3.3 Persentase distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017) Pesawat/menit (ni) Frekuensi (Oi) Persentase frekuensi (%) 0 222 77,08 1 60 20,83 2 6 2,08 3 0 0,00 4 0 0,00 5 0 0,00 Jumlah (∑) 288 100 Sumber: Hasil Analisis (2017) Gambar 3.1 Frekuensi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017) Sumber: Hasil Analisis (2017)
  • 36. 36 Gambar 3.2 Distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017) Sumber: Hasil Analisis (2017) Tabel 3.4 Persentase distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017) Pesawat/menit (ni) Frekuensi (Oi) Persentase frekuensi (%) 0 227 78,82 1 50 17,36 2 11 3,82 3 0 0,00 4 0 0,00 5 0 0,00 Jumlah (∑) 288 100 Sumber: Hasil Analisis (2017)
  • 37. 37 Gambar 3.3 Frekuensi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017) Sumber: Hasil Analisis (2017) Gambar 3.4 Distribusi antarkedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017) Sumber: Hasil Analisis (2017) 3.2 Distribusi Waktu Pelayanan Kedatangan Pesawat Waktu pelayanan kedatangan pesawat adalah waktu yang dibutuhkan pesawat dari saat touchdown sampai saat block on dalam area parking stand. Proses ini sangat dipengaruhi oleh jenis pesawat, kapasitas pesawat, waktu antarkedatangan dan cuaca di sekitar area bandar udara. Waktu pelayanan dibagi dalam rentang waktu 3 menit.
  • 38. 38 Dalam menentukan pola distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat, dapat dilihat pada Tabel 3.5 untuk simulasi distribusi pelayanan pada hari Senin, 22 Mei 2017 dan Tabel 3.7 untuk simulasi distribusi pelayanan pada hari Selasa, 23 Mei 2017. Tabel 3.5 Simulasi distribusi pelayanan kedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017) No. Callsign Aircraft Regno Actual time Block Taxi Waktu tunggu (mnt) Waktu pelayanan (mnt) Waktu antrian (mnt) 1. BTK6540 B738 PKLBK 6:50 6:54 0:04 14 4 0 2. NAM524 ATR72 PKTNF 8:20 8:25 0:05 18 3 0 3. WON1922 ATR72 PKWGY 8:32 8:35 0:03 3 3 0 4. GIA456 CRJX PKGRN 8:57 9:01 0:04 25 4 0 5. CTV9701 A320 PKGTC 9:22 9:26 0:04 16 4 0 6. WON1920 ATR72 PKWGI 9:29 9:31 0:02 7 2 0 7. SUS251 C208 PKBVO 9:32 9:34 0:02 3 2 0 8. NAM552 ATR42 PKTNG 9:41 9:43 0:02 9 2 0 9. LNI690 B739 PKLFT 9:50 9:54 0:04 6 4 0 10. WON1932 ATR72 PKWHU 10:18 10:22 0:04 8 4 0 11. LNI924 B738 PKLKT 10:32 10:37 0:05 11 5 0 12. WON1942 ATR72 PKWGY 10:55 10:57 0:02 23 2 0 13. N712EA EMB550 N712EA 11:11 11:14 0:03 3 3 0 14. NAM512 ATR72 PKTNF 11:16 11:18 0:02 13 2 0 15. GIA7026 ATR72 PKGAM 11:47 11:49 0:02 13 2 0 16. NAM526 ATR42 PKTNG 12:10 12:12 0:02 15 2 0 17. GIA438 B738 PKGFP 12:24 12:29 0:05 3 5 0 18. NAM660 B735 PKNAS 12:51 12:56 0:05 8 5 0 19. WON1944 ATR72 PKWHU 13:17 13:19 0:02 5 2 0 20. SUS257 C208 PKBVN 13:28 13:30 0:02 14 2 0 21. SUS6161 C208 PKBVO 13:46 13:49 0:03 7 3 1 22. WON1926 ATR72 PKWGI 13:53 13:56 0:03 1 3 0 23. SJY254 B738 PKCLQ 14:13 14:17 0:04 11 4 0 24. WON1930 ATR72 PKWGY 14:18 14:21 0:03 9 3 0 25. NAM649 ATR42 PKTNG 14:46 14:48 0:02 16 2 0
  • 39. 39 Tabel 3.5 (lanjutan) No. Callsign Aircraft Regno Actual time Block Taxi Waktu tunggu (mnt) Waktu pelayanan (mnt) Waktu antrian (mnt) 26. NAM772 ATR72 PKTNF 14:51 14:53 0:02 5 2 0 27. LNI692 B739 PKLGW 14:55 14:59 0:04 4 4 0 28. WON1820 ATR72 PKWHV 15:12 15:14 0:02 17 2 0 29. GIA460 CRJX PKGRN 15:41 15:47 0:06 9 6 0 30. WON1928 ATR72 PKWGI 16:27 16:29 0:02 4 2 0 31. WON1936 ATR72 PKWHV 16:50 16:52 0:02 13 2 0 32. WON1830 ATR72 PKWFM 17:06 17:08 0:02 12 2 0 33. NAM518 ATR72 PKTNF 17:40 17:42 0:02 34 2 0 34. GIA448 B738 PKGNG 21:10 21:16 0:06 210 6 0 35. BTK7349 A320 PKLAW 21:50 21:54 0:04 40 4 0 36. LNI696 B739 PKLJL 22:01 22:06 0:05 11 5 0 Sumber: Hasil Analisis (2017) Waktu pelayanan pesawat rata-rata dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hasan, 2001). (3.3) Dengan tingkat pelayanan (μ) = 1/T = 1/2,833 = 0,353 kemudian dihitung menggunakan Rumus 2.21: P(h > t) = e-μt = e-0,353×1 = 0,703 Lalu didapat frekuensi yang diharapkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hasan, 2001). Ei = P(h>t) × ∑Oi = 0,703 × 36 = 25,294 (3.4) Hasil perhitungan distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.
  • 40. 40 Tabel 3.6 Distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017) No. Rentang waktu pelayanan (mnt) Nilai tengah waktu pelayanan (ti) (mnt) Frekuensi ( ) (pes) ti × (mnt/pes) P(h>t) Frekuensi yang diharapkan ( ) ( )2 1. 0-2 1 16 16 0,703 25,294 86,383 3,415 2. 3-5 4 18 72 0,244 8,774 85,125 9,702 3. 6-8 7 2 14 0,085 3,043 1,088 0,358 4. 9-11 10 0 0 0,029 1,056 1,114 1,056 5. 12-14 13 0 0 0,010 0,366 0,134 0,366 Jumlah (∑) 36 102 1,070 38,533 173,845 14,897 Sumber: Hasil Analisis (2017) Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15: S = 12,689 (t = 2,919 dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 3- 1 = 2, pada Lampiran C). Jadi, X2 hasil perhitungan rata-rata dalam interval adalah 2,833 6,175. Dari perhitungan pada Tabel 4.6, didapat bahwa X2 hasil perhitungan = 14,897 > Tabel = 9,210 (dengan derajat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 3 1= 2 sesuai Lampiran C). Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi eksponensial negatif.
  • 41. 41 Tabel 3.7 Simulasi distribusi pelayanan kedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017) No. Callsign Aircraft Regno Actual time Block Taxi Waktu tunggu (mnt) Waktu pelayanan (mnt) Waktu antrian (mnt) 1. BTK6540 B738 PKLBY 6:43 6:47 0:04 5 4 0 2. NAM524 ATR72 PKTNF 8:26 8:28 0:02 33 2 0 3. WON1922 ATR72 PKWGY 8:39 8:41 0:02 9 2 0 4. GIA456 CRJX PKGRS 8:46 8:51 0:05 7 5 0 5. WON1920 ATR72 PKWHU 9:11 9:13 0:02 17 2 0 6. CTV9701 A320 PKGQO 9:19 9:23 0:04 6 4 0 7. SUS251 C208 PKBVN 9:38 9:40 0:02 2 2 1 8. LNI690 B739 PKLFU 9:52 9:56 0:04 14 4 0 9. NAM552 ATR42 PKTNG 10:01 10:03 0:02 5 2 0 10. WON1932 ATR72 PKWGI 10:05 10:07 0:02 4 2 0 11.NAM512 ATR72 PKTNF 10:57 10:59 0:02 17 2 0 12.WON1942 ATR72 PKWGY 11:10 11:12 0:02 13 2 0 13.SUS257 C208 PKBVO 11:40 11:43 0:03 27 3 0 14.GIA7026 ATR72 PKGAM 11:50 11:52 0:02 6 2 0 15.SUS259 C208 PKBVN 12:09 12:11 0:02 17 2 0 16.GIA438 B738 PKGFU 12:27 12:32 0:05 7 5 0 17.NAM526 ATR42 PKTNG 12:37 12:39 0:02 10 2 0 18.NAM662 B735 PKNAS 12:51 12:56 0:05 14 5 0 19.WON1944 ATR72 PKWGI 13:16 13:19 0:03 13 3 0 20.NAM770 ATR72 PKTNF 13:49 13:51 0:02 11 2 0 21.SJY254 B738 PKCMH 13:57 14:02 0:05 5 5 0 22.WON1926 ATR72 PKWHU 14:10 14:12 0:02 8 2 0 23.WON1930 ATR72 PKWGY 14:14 14:16 0:02 4 2 0 24.LNI692 B739 PKLGW 15:05 15:10 0:05 21 5 0 25.SUS255 C208 PKBVO 15:16 15:18 0:02 1 2 1 26.NAM649 ATR42 PKTNG 15:26 15:39 0:13 4 13 0 27.GIA460 CRJX PKGRS 15:39 15:43 0:04 13 4 0 28.WON1936 ATR72 PKWGY 16:19 16:22 0:03 5 3 0 29.WON1830 ATR72 PKWGG 16:35 16:37 0:02 16 2 0 30.NAM518 ATR72 PKTNF 16:40 16:42 0:02 5 2 0 31.WON1928 ATR72 PKWHU 16:59 17:02 0:03 4 3 0 32.WON1820 ATR72 PKWHV 17:35 17:37 0:02 36 2 0 33.NAM516 ATR42 PKTNG 17:56 17:58 0:02 21 2 0 34.GIA448 B738 PKGNA 21:18 21:24 0:06 22 6 0 35.BTK7349 A320 PKLUK 21:43 21:46 0:03 25 3 0 36.LNI696 B739 PKLHL 22:57 23:01 0:04 14 4 0 Sumber: Hasil Analisis (2017)
  • 42. 42 Waktu pelayanan pesawat rata-rata dapat dihitung dengan Rumus 3.3 sebagai berikut. Dengan tingkat pelayanan (μ) = 1/T = 1/2,75 = 0,364 dan kemudian dihitung menggunakan Rumus 2.21: P(h > t) = e-μt = e-0,364×1 = 0,695 Lalu didapat frekuensi yang diharapkan dengan menggunakan Rumus 4.4 sebagai berikut. Ei = P(h>t) × ∑Oi = 0,695 × 36 = 25,025 Hasil perhitungan distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat dapat dilihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut. Tabel 3.8 Distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat periode 24 jam (Selasa,23 Mei 2017) No. Rentang waktu pelayanan (mnt) Nilai tengah waktu pelayanan (ti) (mnt) Frekuensi ( ) (pes) ti × (mnt/pes) P(h>t) Frekuensi yang diharapkan ( ) ( )2 1. 0-2 1 19 19 0,695 25,025 36,303 1,451 2. 3-5 4 15 60 0,234 8,406 43,478 5,172 3. 6-8 7 1 7 0,078 2,824 3,326 1,178 4. 9-11 10 0 0 0,026 0,949 0,900 0,949 5. 12-14 13 1 13 0,009 0,319 0,464 1,457 Jumlah (∑) 36 99 1,042 37,522 84,471 10,206 Sumber: Hasil Analisis (2017) Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15: S = = = 10,927
  • 43. 43 (t = 2,919 dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 3 1 = 2, pada Lampiran C). Jadi, X2 hasil perhitungan rata-rata dalam interval adalah 2,750 5,316. Dari perhitungan pada Tabel 4.8, didapat bahwa X2 hasil perhitungan = 10,206 > Tabel = 9,210 (dengan derajat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 3 1 = 2 sesuai Lampiran C). Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi eksponensial negatif. Distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat pada Bandar Udara Internasional El Tari antara hasil survei dengan model dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 di bawah ini: Gambar 3.5 Distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari (Senin, 22 Mei 2017) Sumber: Hasil Analisis (2017)
  • 44. 44 Gambar 3.6 Distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari (Selasa, 23 Mei 2017) Sumber: Hasil Analisis (2017) Pada Gambar 3.5 menjelaskan distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat pada hari Senin, 22 Mei 2017, dimana rentang waktu pelayanan kedatangan pesawat selama 3 menit dengan nilai tengah waktu pelayanan kedatangan pesawat selama 1 menit. Frekuensi waktu pelayanan kedatangan pesawat terbanyak pada hari Senin, 22 Mei 2017 adalah 18 pesawat. Pada Gambar 3.6 menjelaskan distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat pada hari Selasa, 23 Mei 2017, dimana rentang waktu pelayanan kedatangan pesawat selama 3 menit dengan nilai tengah waktu pelayanan kedatangan pesawat selama 1 menit. Frekuensi waktu pelayanan kedatangan pesawat terbanyak pada hari Selasa, 23 Mei 2017 adalah 19 pesawat. Pada Gambar 3.5 dan Gambar 3.6 menjelaskan tentang distribusi waktu pelayanan kedatangan pesawat yang memiliki jumlah berbeda di setiap harinya. Hal ini dipengaruhi oleh jenis pesawat, kapasitas pesawat, waktu antarkedatangan dan cuaca di sekitar area bandar udara. 3.3.Distribusi Waktu Pelayanan Keberangkatan Pesawat Waktu pelayanan keberangkatan pesawat adalah waktu yang dibutuhkan pesawat dari saat ujung taxiway sampai saat take off. Proses ini sangat dipengaruhi oleh ketepatan waktu sesuai dengan jadwal keberangkatan, kapasitas pesawat dan cuaca di sekitar area bandar udara. Waktu pelayanan dibagi dalam rentang waktu 3 menit.
  • 45. 45 Dalam menentukan pola distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat, dapat dilihat pada Tabel 4.9 untuk simulasi distribusi pelayanan pada hari Senin, 22 Mei 2017 dan Tabel 4.11 untuk simulasi distribusi pelayanan pada hari Selasa, 23 Mei 2017. Tabel 4.9 Simulasi distribusi pelayanan keberangkatan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017) No. Callsign Aircraft Regno Actual time Block Taxi Waktu tunggu (mnt) Waktu pelayanan (mnt) Waktu antrian (mnt) 1. WON1923 ATR72 PKWGY 6:12 6:05 0:07 - 5 0 2. NAM553 ATR42 PKTNG 6:16 6:10 0:06 4 4 0 3. WON1831 ATR72 PKWHR 6:22 6:15 0:07 6 5 0 4. LNI691 B739 PKLHQ 6:28 6:20 0:08 6 6 0 5. NAM523 ATR72 PKTNF 6:32 6:24 0:08 4 6 2 6. GIA449 B738 PKGNS 6:36 6:29 0:07 4 5 1 7. SUS256 C208 PKBVN 7:15 7:07 0:08 25 5 0 8. WON1821 ATR72 PKWHV 7:19 7:11 0:08 4 6 2 9. SUS250 C208 PKBVO 7:32 7:26 0:06 13 3 0 10. BTK6541 B738 PKLBK 8:02 7:51 0:11 30 8 0 11. WON1933 ATR72 PKWHU 8:29 8:20 0:09 9 6 0 12. NAM511 ATR72 PKTNF 9:00 8:53 0:07 3 5 2 13. WON1943 ATR72 PKWGY 9:06 8:57 0:09 6 7 1 14. GIA461 CRJX PKGRN 9:44 9:33 0:11 3 8 5 15. SUS6160 C208 PKBVO 9:59 9:54 0:05 9 3 0 16. WON1927 ATR72 PKWGI 10:03 9:55 0:08 4 5 1 17. CTV9702 A320 PKGTC 10:10 9:58 0:12 7 9 2 18. NAM525 ATR42 PKTNG 10:21 10:12 0:09 3 6 3 19. LNI695 B739 PKLFT 10:58 10:49 0:09 3 6 3 20. WON1945 ATR72 PKWHU 11:29 11:24 0:05 6 3 0 21. N712EA EMB550 N712EA 12:02 11:56 0:06 18 3 0 22. WON1931 ATR72 PKWGY 12:13 12:03 0:10 8 7 4 23. NAM773 ATR72 PKTNF 12:16 12:08 0:08 3 5 2 24. NAM648 ATR42 PKTNG 12:58 12:49 0:09 27 7 0 25. GIA7027 ATR72 PKGAM 13:03 12:58 0:05 7 3 0 26. BTK7348 A320 PKLUK 13:33 13:22 0:11 11 8 3 27. NAM661 B735 PKNAS 13:38 13:30 0:08 5 5 0 28. GIA439 B738 PKGFP 13:45 13:35 0:10 5 7 0 29. WON1921 ATR72 PKWHV 14:04 13:56 0:08 7 6 0 30. WON1929 ATR72 PKWGI 14:34 14:28 0:06 5 4 0 31. SJY255 B738 PKCLQ 15:23 15:16 0:07 11 4 0 32. NAM517 ATR72 PKTNF 15:32 15:25 0:07 9 5 0 33. WON1935 ATR72 PKWHV 15:51 15:40 0:11 10 8 0
  • 46. 46 Tabel 4.9 Simulasi distribusi pelayanan keberangkatan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017) (Lanjutan) No. Callsign Aircraft Regno Actual time Block Taxi Waktu tunggu (mnt) Waktu pelayanan (mnt) Waktu antrian (mnt) 34. LNI693 B739 PKLGW 16:23 16:16 0:07 32 4 0 35. LNI925 B738 PKLKT 16:37 16:30 0:07 10 4 0 36. GIA457 CRJX PKGRN 16:54 16:44 0:10 4 7 3 Sumber: Hasil Analisis (2017) Waktu pelayanan pesawat rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 4.3 sebagai berikut. Dengan tingkat pelayanan (μ) = 1/T = 1/5,50 = 0,182 dan kemudian dihitung menggunakan Rumus 2.21: P(h > t) = e-μt = e-0,182×1 = 0,834 Lalu didapat frekuensi yang diharapkan dengan menggunakan Rumus 4.4 sebagai berikut. Ei = P(h>t) × ∑Oi = 0,834 × 36 = 30,015 Hasil perhitungan distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat dapat dilihat pada Tabel 3.10 sebagai berikut. Tabel 3.10 Distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017) No. Rentang waktu pelayanan (mnt) Nilai tengah waktu pelayanan (ti) (mnt) Frekuensi ( ) (pes) ti × (mnt/pes) P(h>t) Frekuensi yang diharapkan ( ) ( )2 1. 0-2 1 0 0 0,834 30,015 900,907 30,015 2. 3-5 4 19 76 0,483 17,396 2,572 0,148 3. 6-8 7 16 112 0,280 10,082 35,018 3,473 4. 9-11 10 1 10 0,162 5,844 23,460 4,015 5. 12-14 13 0 0 0,094 3,387 11,470 3,387 Jumlah (∑) 36 198 1,853 66,724 973,427 41,038 Sumber: Hasil Analisis (2017) Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15:
  • 47. 47 S = = = 22,940 (t = 4,541 dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 4 1 = 3, pada Lampiran C). Jadi, X2 hasil perhitungan rata-rata dalam interval adalah 5,50 17,362. Dari perhitungan pada Tabel 4.10, didapat bahwa X2 hasil perhitungan= 41,038 > Tabel = 11,345 (dengan derajat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 4 1 = 3 sesuai Lampiran C). Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi eksponensial negatif. Waktu pelayanan pesawat rata-rata dapat dihitung dengan Rumus 4.3 sebagai berikut. Dengan tingkat pelayanan (μ) = 1/T = 1/2,75 = 0,169 dan kemudian dihitung menggunakan Rumus 2.21: P(h > t) = e-μt = e-0,169×1 = 0,844 Lalu didapat frekuensi yang diharapkan dengan menggunakan Rumus 4.4 sebagai berikut. Ei = P(h>t) × ∑Oi = 0,844 × 36 = 30,402 Hasil perhitungan distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat dapat dilihat pada Tabel 3.12.
  • 48. 48 Tabel 3.11 Simulasi distribusi pelayanan keberangkatan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017) No. Callsign Aircraft Regno Actual time Block Taxi Waktu tunggu (mnt) Waktu pelayanan (mnt) Waktu antrian (mnt) 1. LNI691 B739 PKLJL 6:20 6:10 0:10 - 6 0 2. WON1923 ATR72 PKWGY 6:24 6:14 0:10 4 5 3 3. GIA449 B738 PKGNG 6:29 6:19 0:10 5 6 2 4. WON1831 ATR72 PKWFM 6:32 6:20 0:12 3 9 6 5. NAM553 ATR42 PKTNG 6:36 6:25 0:11 4 8 4 6. NAM523 ATR72 PKTNF 6:38 6:30 0:08 2 5 3 7. SUS256 C208 PKBVO 7:12 7:07 0:05 9 2 0 8. WON1821 ATR72 PKWHV 7:22 7:13 0:09 10 6 0 9. SUS250 C208 PKBVN 7:41 7:33 0:08 19 5 0 10. BTK6541 B738 PKLBY 7:53 7:45 0:08 12 5 0 11. WON1933 ATR72 PKWGI 8:30 8:23 0:07 4 4 1 12. NAM511 ATR72 PKTNF 8:54 8:47 0:07 8 4 0 13. WON1943 ATR72 PKWGY 9:13 9:07 0:09 2 4 2 14. GIA461 CRJX PKGRS 9:36 9:27 0:09 17 6 1 15. WON1927 ATR72 PKWHU 9:56 9:47 0:09 4 4 3 16. CTV9702 A320 PKGQO 10:09 9:56 0:13 4 10 6 17. SUS258 C208 PKBVN 10:12 10:04 0:08 3 6 2 18. NAM525 ATR42 PKTNG 10:40 10:33 0:07 28 5 1 19. LNI695 B739 PKLFU 11:13 11:03 0:10 3 6 4 20. WON1945 ATR72 PKWGI 11:44 11:38 0:06 4 3 0 21. NAM771 ATR72 PKTNF 11:52 11:42 0:10 2 7 5 22. SUS254 C208 PKBVO 12:12 12:05 0:07 3 5 2 23. WON1931 ATR72 PKWGY 12:20 12:14 0:06 8 4 0 24. GIA7027 ATR72 PKGAM 13:03 12:56 0:07 12 5 0 25. BTK7348 A320 PKLAW 13:22 13:12 0:10 6 6 1 26. NAM648 ATR42 PKTNG 13:28 13:20 0:08 6 5 0 27. NAM663 B735 PKNAS 13:38 13:30 0:08 10 6 0 28. GIA439 B738 PKGFU 13:52 13:41 0:11 3 8 5 29. WON1921 ATR72 PKWGI 14:02 13:46 0:16 5 13 8 30. NAM517 ATR72 PKTNF 14:44 14:40 0:04 30 2 0 31. WON1929 ATR72 PKWHU 15:10 14:58 0:12 5 10 5 32. WON1935 ATR72 PKWGY 15:15 15:03 0:12 5 10 5 33. SJY255 B738 PKCMH 15:20 15:11 0:09 4 7 3 34. NAM515 ATR42 PKTNG 16:03 15:58 0:05 24 3 0 35. LNI693 B739 PKLGW 16:14 16:05 0:09 11 6 0 36. GIA457 CRJX PKGRS 16:55 16:47 0:08 5 6 0 Sumber: Hasil Analisis (2017)
  • 49. 49 Tabel 3.12 Distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat periode 24 jam (Selasa, 23 Mei 2017) No. Rentang waktu pelayanan (mnt) Nilai tengah waktu pelayanan (ti) (mnt) Frekuensi ( ) (pes) ti × (mnt/pes) P(h>t) Frekuensi yang diharapkan ( ) ( )2 1. 0-2 1 2 2 0,844 30,402 806,667 26,533 2. 3-5 4 15 60 0,509 18,310 10,958 0,598 3. 6-8 7 14 98 0,306 11,028 8,834 0,801 4. 9-11 10 4 40 0,184 6,642 6,979 1,051 5. 12-14 13 1 13 0,111 4,000 9,001 2,250 Jumlah (∑) 36 213 1,955 70,382 842,439 31,234 Sumber: Hasil Analisis (2017) Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15: S = = = 20,685 (t = 4,541, dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 4 1 = 3, pada Lampiran C). Jadi, X2 hasil perhitungan rata-rata dalam interval adalah 5,917 15,655. Dari perhitungan pada Tabel 4.12 didapat bahwa X2 hasil perhitungan= 31,234 > Tabel = 11,345 (dengan derajat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 4 1 = 3 sesuai Lampiran C). Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi eksponensial negatif. Distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat pada Bandar Udara Internasional El Tari antara hasil survei dengan model dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan Gambar 3.8
  • 50. 50 Gambar 3.7 Distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari (Senin, 22 Mei 2017) Sumber: Hasil Analisis (2017) Gambar 3.8 Distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat di Bandar Udara Internasional El Tari (Selasa, 23 Mei 2017) Sumber: Hasil Analisis (2017) Pada Gambar 3.7 menjelaskan distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat pada hari Senin, 22 Mei 2017, dimana rentang waktu pelayanan keberangkatan pesawat selama 3 menit dengan nilai tengah waktu pelayanan keberangkatan pesawat selama 1 menit. Frekuensi waktu pelayanan keberangkatan pesawat terbanyak pada hari Senin, 22 Mei 2017 adalah 19 pesawat. Pada Gambar 3.8 menjelaskan distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat pada hari Selasa, 23 Mei 2017, dimana rentang waktu pelayanan keberangkatan pesawat selama 3 menit dengan nilai tengah waktu pelayanan keberangkatan pesawat selama 1 menit. Frekuensi
  • 51. 51 waktu pelayanan keberangkatan pesawat terbanyak pada hari Selasa, 23 Mei 2017 adalah 15 pesawat. Pada Gambar 3.7 dan Gambar 3.8 dijelaskan tentang distribusi waktu pelayanan keberangkatan pesawat yang memiliki jumlah berbeda di setiap harinya. Hal ini dipengaruhi oleh ketepatan waktu sesuai dengan jadwal keberangkatan, kapasitas pesawat dan cuaca di sekitar area bandar udara. 3.4.Waktu Rata-Rata Pelayanan Kedatangan Pesawat Waktu rata-rata pelayanan kedatangan pesawat adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan pesawat dari saat touchdown sampai saat block on dalam area parking stand. Waktu rata-rata pelayanan kedatangan pesawat pada hari Senin, 22 Mei 2017-Selasa, 23 Mei 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.13. Tabel 3.13 Waktu rata-rata pelayanan kedatangan pesawat No. Aircraft Waktu pelayanan (Xi) (menit/pesawat) (Xi)2 1. ATR42 3 11 2. ATR72 2 5 3. C208 2 5 4. CRJX 5 23 5. B735 5 25 6. B738 5 24 7. B739 4 19 8. A320 4 14 Jumlah (∑) 31 126 Sumber: Hasil Analisis (2017) Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15: S = = = 1,108
  • 52. 52 (t = 3,552 dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 21 1 = 20, pada Lampiran C). Interval estimasi dari nilai rata-rata adalah sebagai berikut. u < 3,835+1,392=5,227 u > 3,835 1,392=2,443 Jadi, waktu rata-rata dalam interval untuk pelayanan kedatangan pesawat adalah 2,443 5,227 menit. 3.5.Waktu Rata-Rata Pelayanan Keberangkatan Pesawat Waktu rata-rata pelayanan keberangkatan pesawat adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan pesawat dari saat ujung taxiway sampai saat take off. Waktu rata-rata pelayanan keberangkatan pesawat pada hari Senin, 22 Mei 2017-Selasa, 23 Mei 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.14. Tabel 3.14 Waktu rata-rata pelayanan keberangkatan pesawat No. Aircraft Waktu pelayanan (Xi) (menit/pesawat) (Xi)2 1. ATR42 5 30 2. ATR72 6 32 3. C208 4 17 4. CRJX 7 46 5. B735 6 30 6. B738 6 37 7. B739 6 32 8. A320 8 68 Jumlah (∑) 47 291 Sumber: Hasil Analisis (2017) Untuk parameter statistik dapat dihitung dengan menggunakan Rumus 2.11 sampai 2.15:
  • 53. 53 S = = 1,197 (t = 3,408, dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (df) = 28-1 = 27, pada Lampiran C). Interval estimasi dari nilai rata-rata adalah sebagai berikut. u < 5,927 + 1,443 = 7,370 u > 5,927 1,443 = 4,484 Jadi, waktu rata-rata dalam interval yang dibutuhkan pesawat dari saat ujung taxiway sampai saat take off adalah 4,484 7,370 menit. 3.6 Antrian Antarkedatangan Pesawat Antrian antarkedatangan pesawat dipengaruhi oleh tingkat kedatangan pesawat, tingkat keberangkatan, dan sistem pelayanan yang diterapkan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.15. Tabel 3..15 Antrian antarkedatangan pesawat periode 24 jam (Senin, 22 Mei 2017 - Selasa, 23 Mei 2017) Tanggal Tingkat kedatangan pesawat rata- rata (λ) (pes/mnt) Tingkat pelayanan pesawat rata- rata (μ) (pes/mnt) (pes) p(n) = × (pes) q = (pes) (mnt) w = (mnt) 22/5/17 0.250 2.830 0.097 0.721 0.009 0.388 0.024 23/5/17 0.250 2.750 0.100 0.715 0.009 0.400 0.025 Sumber: Hasil Analisis (2017) Dimana: n = Jumlah rata-rata pesawat di dalam sistem (pesawat) P(n) = Probabilitas terdapat n pesawat dalam sistem (pesawat) q = Panjang rata-rata antrian (pesawat) d = waktu rata-rata di dalam sistem antrian (menit) w = waktu rata-rata menunggu di dalam antrian (menit)
  • 54. 54 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Dari analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Bandar Udara Internasional El Tari memiliki 1 buah runway. Dari analisis yang dilakukan, waktu pemakaian runway untuk kedatangan pesawat adalah sekitar 2-5 menit per pesawat dan untuk keberangkatan pesawat sekitar 4-7 menit per pesawat. Waktu rata-rata menunggu dalam antrian adalah selama 0,025 menit dan waktu rata-rata dalam sistem antrian adalah selama 0,400 menit. Maka, untuk saat ini runway Bandar Udara Internasional El Tari masih dapat beroperasi dengan baik. 4.2 Saran Dari analisis yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Apabila runway tidak dapat diperpanjang lagi, maka jumlah bahan bakar pesawat (aviation turbine) dpat dikurangi untuk mengurangi beban pesawat pada saat lepas landas. 2. Perlu adanya evaluasi lebih lanjut mengenai kapasitas runway di masa mendatang agar operasi penerbangan pesawat dapat berjalan dengan maksimal dan jumlah pesawat yang mengantri sesuai dengan panjang Taxiway yang tersedia
  • 55. 55 DAFTAR PUSTAKA Balitourismboard. 2012. Ngurah Rai International Airport http://www.balitourismboard.org/wp-content/uploads/2012/08/bali airport.jpg Accessed on 23/08/2012 Basuki, Heru. 2014. Merancang, Merencana Lapangan Terbang. P.T. Alumni, Bandung. Chaniago, J. 2010. Tabel Chi-square dan Tabel T https://junaidichaniago.wordpress.com/2010/04/28/download-tabel-chi-square-lengkap/ Accessed on 28/04/2010 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar udara. SKEP/77/VI/2005. Federal Aviation Administration. 2014. Airport Design. Hasan, M. Iqbal. 2001. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Bumi Aksara, Jakarta. Horonjeff, R. dan McKelvey, F. X. 1993. Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. International Civil Aviation Organization. 1999. Aerodrome Standards. International Civil Aviation Organization. 2004. Annex 14-Aerodromes Volume 1. International Civil Aviation Organization. 2005. Aerodrome Design Manual Part 2-Taxiways, Aprons, and Holding Bays. International Civil Aviation Organization. 2006. Aerodrome Design Manual Part 1-Runways. Kakiay, J. Thomas. 2004. Dasar teori antrian untuk kehidupan nyata. Andi, Yogyakarta. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo, Bogor. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Omaha Airport Authority. 2005. Eppley Airfield https://www.flyoma.com/images/map/map2-2017.pdf Accessed on 08/01/2005 Pignataro, J. Louis dan Cantilli, J. Edmund. 1973. Traffic Engineering: Theory and Practice. Richards, C. 2017. Vancouver International Airport http://www.yvr.ca/en/blog/2017/new-routes-and-services-roundup Accessed on 20/02/2017
  • 56. 56 Sartono, W., Dewanti, dan Rahman, T. 2016. Bandar Udara: Pengenalan dan Perancangan Geometrik Runway, Taxiway, dan Apron. Gadjah mada University Press, Yogyakarta. Soni, S. K. 2007. Framework for an Airside Driver Training Programme. Airport Authority of India, India. Stefanov, W. 2002. Taoyuan International Airport https://eol.jsc.nasa.gov/SearchPhotos/photo.pl?mission=ISS005&roll=E&frfra=6167 Accessed on 23/06/2002