Dokumen tersebut membahas peranan kepustakawanan di sekolah dalam meningkatkan minat baca siswa. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa keberadaan perpustakaan dan pustakawan di sekolah sangat penting berdasarkan peraturan pemerintah. Dokumen juga mencontohkan program kerja wajib baca dan layanan yang diberikan pustakawan untuk meningkatkan minat baca siswa.
Kepustakawanan Dalam Usaha Meningkatkan Minat Baca
1. PERAN KEPUSTAKAWANAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA
I. Pendahuluan
Dewasa ini pentingnya peran perpustakaan dan pustakawan di lingkungan
sekolah sudah tidak dapat dibantah lagi. Keberadaan perpustakaan dan
pustakawan tidak lagi hanya sekedar pemanis bibir “lip service” oleh para
pemegang keputusan di lingkungan sekolah. Bahkan keberadaan perpustakaan
sekolah dan pustakawan dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman apakah
sekolah sudah benar-benar memainkan peranannya dalam memberi
kesempatan kepada peserta didik yang tidak mampu. Tetapi sudah menjadi
kewajiban untuk mengadakannya. Hal ini tidak lepas dari keberadaan :
1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),
2. UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan,
3. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP)
4. Peraturan Mendiknas RI No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana, dan
5. Peraturan Mendiknas No. 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah.
Dengan berdasarkan dan berpegangan kepada payung-payung hukum
yang telah disediakan maka semakin jelas betapa pentingnya keberadaan
perpustakaan dan pustakawan di lingkungan sekolah. Setelah kita mengetahui
apa landasan kita dalam mengatakan bahwa penting diselenggarakannya
perpustakaan dan pustakawan di sekolah, maka selanjutnya kita juga harus
memahami apa sebenarnya perpustakaan dan pustakawan itu. Dalam tulisan ini
akan coba dipaparkan pemahaman tentang apa itu pustakawan, dan
peranannya dalam meningkatkan minat baca siswa. Salah satu cara untuk
memahami apa itu pustakawan adalah dengan memahami tentang
kepustakawanan.
M. Harfano A, S. Sos 1
Pemilihan Pustakawan Teladan Sekolah
Tingkat Sumatera Utara Tahun 2012
2. Pemahaman apa yang dimaksud dengan kepustakawanan dapat kita lihat
mulai dari segi kata “kepustakawanan”, yang berawal dari kata “pustakawan”
dan ditambah dengan awalan “ke” dan akhiran “an”. Kepustakawanan dalam
Bahasa Indonesia merupakan adaptasi dari Bahasa Inggeris “Librarianship”.
Dalam Bahasa Inggeris “Librarianship” berawal dari kata “Librarian” dan
ditambah dengan akhiran “ship”. Berdasarkan UU No. 43 tahun 2007 tentang
Perpustakaan dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan pustakawan
adalah “seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk melaksakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”. Sedangkan
menurut SNI 7329:2009, kepustakawanan adalah “teori, praktik, dan teknologi
ilmu perpustakaan dan informasi guna melaksanakan fungsi perpustakaan”.
Berdasarkan pengertian apa yang dimaksud dengan pustakawan maka dapat
dibuat satu pemahaman bahwa yang dimaksud dengan kepustakawanan adalah
segala sesuatu yang menggambarkan tingkat kemampuan dari seorang
pustakawan dalam melakukan kegiatannya di lingkungan perpustakaan.
II.Peranan Kepustakawanan untuk Meningkatkan Minat Baca
Kepustakawanan di lingkungan sekolah dapat kita lihat dan kita contohkan
dari berbagai hal seperti tingkat pendidikan pustakawan, pemahaman
pustakawan tentang pekerjaannya, kemampuan pustakawan dalam menghadapi
pengguna, kemampuan pustakawan untuk membuat satu pembagian tugas,
keikutsertaan pustakawan dalam satu organisasi profesi, kemampuan
pustakawan dalam membuat satu program kerja, kemampuan pustakawan
dalam memahami dan menerapkan teknologi perpustakaan, dan lain
sebagainya. Dalam tulisan ini kepustakawanan akan dicontohkan dan dibahas
berdasarkan dari segi pembuatan program kerja, dari segi layanan kepada
pengguna perpustakaan sekolah, dan dari segi penerapan teknologi
perpustakaan.
Salah satu program kerja yang dapat dicontohkan adalah program kerja
wajib baca di lingkungan sekolah tingkat menengah atas (SMA). Sedangkan
layanan di satu perpustakaan merupakan ujung tombak terdepan untuk
M. Harfano A, S. Sos 2
Pemilihan Pustakawan Teladan Sekolah
Tingkat Sumatera Utara Tahun 2012
3. menghadapi pengguna. Sikap pustakawan yang berada dibagian layanan akan
menjadi pemicu apakah seorang pengguna akan bersedia untuk kembali
menggunakan perpustakaan atau si pengguna tidak akan kembali untuk
menggunakan jasa perpustakaan. Sehingga kita dapat membuat contoh
bagaimana layanan yang dapat diberikan seorang pustakawan dalam
menjalankan program kerjanya yaitu wajib baca.
Layanan yang diberikan dalam melaksanakan program wajib baca dari
satu sekolah dimulai dengan membuat alokasi waktu dalam setiap bulannya,
yaitu melakukan kerja sama dengan guru dari bidang studi tertentu seperti dari
bidang studi Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggeris. Jika alokasi waktu telah
dapat disepakati, kemudian kita tentukan jenis koleksi yang akan digunakan
siswa, subjek koleksinya, bagaimana cara mengetahui apakah siswa telah
menjalani wajib baca, dan menyepakati sistem penghargaan kepada siswa yang
telah menjalani wajib baca dengan bagus.
Kegiatan wajib baca dapat kita laksanakan sebanyak 2 kali dalam 1 bulan,
dan ini dapat lagi kita sesuaikan dengan jumlah rombongan belajar yang ada di
sekolah, jumlah tenaga perpustakaan/pustakawan, dan jumlah ketersediaan
koleksi yang dimiliki perpustakaan. Kita tidak dapat memaksakan program wajib
baca sebanyak 2 kali seminggu untuk tiap kelas jika ternyata kita tidak memiliki
pustakawan yang memadai, ataupun tidak memiliki jumlah koleksi yang cukup.
Dalam penerapannya dilapangan, program wajib baca dapat dilaksanakan oleh 1
orang pustakawan dan guru yang jam pelajarannya digunakan untuk
melaksanakan kegiatan waib baca. Dan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
wajib baca seorang pustakawan yang sedang bertugas juga tidak boleh
mengabaikan pengguna lainnya. Untuk mengatasi keterbatasan jumlah koleksi
dapat kita atasi yaitu dengan cara menghubungi perpustakaan
daerah/pemko/pemkab setempat, sehingga dapat diarahkan perpustakaan
keliling untuk mengunjungi sekolah atau siswa diajak berkunjung ke
perpustakaan daerah.
Dalam pelaksanaannya siswa tidak hanya sekedar diwajibkan membaca
tetapi juga diajarkan satu kemampuan literasi informasi, yaitu kemampuan
untuk menemukan informasi dengan benar dan dapat memanfaatkannya
M. Harfano A, S. Sos 3
Pemilihan Pustakawan Teladan Sekolah
Tingkat Sumatera Utara Tahun 2012
4. dengan tepat. Diajarkan juga bagaimana cara membaca dengan cepat,
membuat resume, dan melakukan review. Setelah siswa melakukan kegiatan
wajib baca maka selanjutnya kita wajibkan siswa untuk membuat resume atau
abstrak dari bahan bacaannya.
Dari hasil membuat resume/abstrak dapat kita ketahui apakah siswa
memang benar telah melakukan kegiatan baca atau tidak. Selaku pustakawan
kita berkewajiban untuk menilai resume/abstrak yang telah dibuat oleh siswa.
Kita dapat memberikan penilaian dengan melihat kesalahan redaksi yang
dilakukan, kemudahan membaca tulisan, dan kecocokan antara resume/abstrak
dengan bahan bacaan. Hasil dari penilaian akan menentukan peringkat, mana
resume/abstrak yang bagus dan mana yang tidak bagus.
Sebagai tidak lanjut dari kegiatan wajib baca dan pembuatan
resume/abstrak yaitu kita dapat memberi apresiasi kepada siswa yang telah
tampil sebagai pembuat resume/abstrak paling bagus. Pemberian apresiasi ini
dapat berupa pemberian hadiah berupa buku ataupun perangkat alat tulis. Hasil
karya siswa berupa resume/abstrak yang paling baik tiap bulannya dipajang di
majalah dinding sekolah ataupun di halaman situs sekolah ataupun situs
perpustakaan sekolah. Dengan dipublikasikannya resume/abstrak terbaik karya
siswa di majalah dinding sekolah atau di situs sekolah/perpustakaan akan
membuat siswa semakin terpacu memberikan hasil yang lebih baik
dikesempatan berikutnya, karena siswa akan merasa bahwa apa yang telah
mereka kerjakan mendapat perlakuan spesial dari sekolah khususnya
perpustakaan, dan akan menimbulkan efek keinginan dari siswa untuk
membaca. Publikasi karya siswa berupa resume/abstrak di situs sekolah
khususnya situs perpustakaan sekolah menuntut kemampuan pustakawan di
bidang teknologi perpustakaan.
Publikasi di situs perpustakaan sekolah juga merupakan bagian dari
layanan. Dengan adanya publikasi ini maka karya siswa dapat dibaca oleh
pengguna secara global, dimana saja dan kapan saja. Untuk dapat memberikan
layanan ini, seorang pustakawan harus mampu membuat satu situs
perpustakaan yang juga menyediakan satu program perpustakaan secara on-
M. Harfano A, S. Sos 4
Pemilihan Pustakawan Teladan Sekolah
Tingkat Sumatera Utara Tahun 2012
5. line. Untuk program perpustakaan yang berbasis web seorang pustakawan
dapat menggunakan program perpustakaan yang gratis tapi teruji.
Setelah memiliki, memahami, dan menggunakan program perpustakaan
berbasis web maka selanjutnya adalah
Bahkan apabila dalam pelaksanaannya telah melakukan peminjaman
koleksi perpustakaan keliling ataupun melakukan kunjungan ke perpustakaan
umum milik pemerintah berarti pustakawan sekolah tidak hanya sekedar
berhasil meningkatkan minat baca siswa juga tetapi telah mengenalkan sumber
belajar seumur hidup lainnya diluar lingkungan sekolah yaitu perpustakaan
daerah/pemko/pemkab setempat.
Setelah kegiatan wajib baca yang menghasilkan resume/abstrak selesai
dilaksanakan dalam satu tahun ajaran maka resume/abstrak yang telah dibuat
siswa dalam satu tahun ajaran alangkah baiknya dijilid menjadi satu
berdasarkan kelas. Dengan dijilidnya buah karya siswa ini dapat menjadi
penambah koleksi perpustakaan sekolah, yang merupakan koleksi spesial yang
tidak akan dimiliki oleh sekolah lain khususnya perpustakaan sekolah yang
lainnya.
III. Kesimpulan
Dari uraian dan contoh di atas, ada beberapa hal yang dapat kita ambil
sebagai kesimpulan, yaitu :
1. Penting untuk mengetahui apa landasan kita dalam memerankan peran
sebagai pustakawan sekolah, yaitu berdasarkan landasan hukum yang
berlaku di Indonesia.
2. Perlunya kemampuan pustakawan dalam membuat program kerja dan
memberikan layanan kepada penggunanya sehingga pengguna
menjadi betah dan bersedia kembali ke perpustakaan yang berdampak
pada akan naiknya tingkat minat baca.
3. Dapat dilihatnya apa yang dimaksud dengan kepustakawanan yaitu
pada saat seorang pustakawan mampu merancang program kerja,
melakukan kerja sama dengan guru-guru bidang studi, dan
memberikan layanan kepada pengguna perpustakaan.
M. Harfano A, S. Sos 5
Pemilihan Pustakawan Teladan Sekolah
Tingkat Sumatera Utara Tahun 2012
6. Demikianlah tulisan singkat Saya yang berisikan tentang peranan
kepustakawanan di lingkungan sekolah dalam meningkatkan minat baca yang
Saya contohkan dalam aplikasi berupa program kerja layanan wajib baca.
DAFTAR PUSTAKA
- Indonesia, Badan Standardisasi Nasional 7329:2009. Jakarta.2009.
- Indonesia, Peraturan Mendiknas No. 25 tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Perpustakaan Sekolah.
- Indonesia, Peraturan Mendiknas RI No. 24 tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana.
- Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
- Indonesia, UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas).
- Indonesia, UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.
- Sumber lainnya.
M. Harfano A, S. Sos 6
Pemilihan Pustakawan Teladan Sekolah
Tingkat Sumatera Utara Tahun 2012