Laporan ini membahas pembuatan unguentum asam salisilat dengan bahan asam salisilat dan vaselinum flavum. Dilakukan evaluasi homogenitas, daya lekat, daya sebar, dan kemampuan proteksi. Hasilnya menunjukkan tidak homogen, daya lekat 1,3 detik, daya sebar semakin besar dengan tambahan beban, dan kemampuan proteksi 42 detik.
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
Laporan resmi unguentum
1. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN
LIQUID DAN SEMI SOLID
“ MEMBUAT UNGUENTUM ASAM SALISILAT “
Disusun Oleh :
Nama : Hani Novita Santosa
Kelas / Semester : Pagi (B) / II
NIM : 13.0330
AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG
2013 / 2014
2. MEMBUAT UNGUENTUM ASAM SALISILAT
I. Tujuan
1 Mahasiswa mampu membuat sediaan unguentum asam salisilat
dengan baik dan benar.
2 Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan unguentum asam
salisilat (Uji Daya Sebar, Uji Daya Lekat, Uji Kemampuan
Proteksi, Homogenitas).
3 Mahasiswa mampu membuat kemasan unguentum asam salisilat
dengan benar
II. Dasar Teori
Unguentum adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok (Depkes RI, 1979)
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi menjadi 4
yaitu:
1. Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini juga disebut dasar salep berlemak, contohnya vaselin.
Tujuan penggunaan dasar salep ini untuk memperpanjang kontak bahan
obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Digunakan
terutama sebagai emolien dan sukar dicuci, tidak mengering dan tidak
tampak berubah dalam waktu lama.
2. Dasar salep serap
Terdiri dari 2 kelompok yaitu:
a. Dasar salep yang dapat ebrcampur dengan air, membentuk emulsi air
dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat).
b. Emulsi air dalam minyak (A/M) yang dapat bercampur dengan
sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Kegunaannya sebagai
emolien.
Contoh dasar salep serap adalah adeps lanae.
3. 3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Adalah emulsi minyak dalam air (M/A) antara lainsalep hidrofilik lebih
dapat diterima untuk dasar kosmetik karena mudah dilap basah.
Keuntungannya adalah dapat diencerkan dengan air. Contoh dasar salep
ini adalah vanishing cream, emulsifying ointment.
4. Dasar salep yang dapat larut dalam air
Dasar salep ini juga disebut dasar salep tidak berlemak. Dasar salep ini
mempunyai keuntungan seperti dasar salep yang daat dicuci dengan ai dan
tidak mengandung lemak, sering disebut dengan gel. Contoh dasar salep
ini adalah PEG, tragacanth, PGA (Anief, 2005).
Pemilihan dasar salep tergantung pada faktor – faktor sebagai
berikut:
1. Laju pelepasan (liberasi) yang diinginkan dari bahan obat oleh dasar salep.
2. Keinginan peningkatan absorbsi per kutan dari bahan obat oleh dasar
salep.
3. Dapat melindungi kelembaban kulit.
4. Obat stabil dalam dasar salep.
5. Pengaruh obat (bila ada) terhadap kekentalan.
6. Tujuan pemakaian dari sediaan salep (Ansel, 1989).
Aturan pembuatan salep:
1. Peraturan salep pertama
Zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan ke dalamnya, jika
perlu dengan pemanasan.
1. Peraturan salep kedua
Bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain dilarutkan
terlebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap
seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang digunakan dikurangi dari
basis.
2. Peraturan salep ketiga
4. Bahan yang sukar larut atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan
air harus diserbuk terlebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak
B40.
3. Peraturan salep keempat
Salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus
diaduk sampai dingin. Bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus
dilebihkan 10 – 20% untuk mencegah kekurangan bobotnya (Syamsuni,
2006)
III. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1 Objectglass
2 Alat Gelas
3 Cawan Porselen
4 Stamfer
5 Mortir
6 Roller Mill
7 Kaca Bundar
8 Kertas Saring
9 Anak Timbang
10 Stopwatch
1. Asam Salisilat
2. Vaselinum Flavum
3. Larutan PP
4. KOH 0,1 N
5. Paraffin Sodium
6. Spiritus Fortior / Etanol
96%
IV. Formula
R / Asam Salisilat 1 gram
Vaselinum Flavum ad 9 gram
V. Pemerian Bahan
1 Asam Salisilat
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarn atau serbuk berwarna
putih ; hampir tidak berbau ; rasa agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol (95%) P ; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P
; larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogen fosfat,
kalium sitrat P dan natrium sitrat P
5. Khasiat : Keratolitikum ; anti fungi (Depkes RI, 1979)
2 Vaselinum Flavum
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai
kuning ; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga
dingin tanpa diaduk. Berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan
tidak berbau ; hampir tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P; larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter
minyak tanah P, larutkan kadang – kadang beropalesensi lemah
Fungsi ; Basis krim (Depkes RI, 1979)
3 Etanol
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.
Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah
menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 780.
Mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik
Fungsi : Pelarut (Depkes RI, 1995)
VI. Perhitungan Jumlah Bahan
1. Asam Salisilat = 10% x 10 gram = 1 gram x 7 = 7 gram
2. Vaselin Flavum = 90% x 10 gram = 9 gram x 7 = 63 gram
3. Spiritus Fortior = (1 – 10) x 1 tetes = 1 – 10 tetes x 7 = 7 –
70 tetes
Diambil 70 tetes untuk melarutkan Asam Salisilat
VII. Cara Kerja
Dilelehkan Vaselin Flavum didalam cawan porselen dan didinginkan sampai kira
– kira suhu 500
6. Didalam mortir hangat dimasukkan asam salisilat, tambahkan spiritus fortior
beberapa tetes, kemudian tambahkan vaselin flavum yang telah dilelehkan. Aduk
homogen dan biarkan spiritus fortior menguap
Dilanjutkan penggilasan dengan menggunakan roller mill, diulangi 2 – 3 kali,
masukkan mortir
Lanjutkan dengan evaluasi
VIII. Prosedur Evaluasi
1) Uji Daya Sebar
Ditimbang 0,5 gram unguentum, letakkan ditengah alat
Ditutup dengan kaca yang sudah ditimbang, biarkan 1 menit kemudian ukur
diameter unguentum
Tambahkan beban 50 gram, biarkan 1 menit, ukur diameter
Lanjutkan sebanyak 3 kali, dengan menambahkan tiap kali beban tambahan 50
gram
Gambarkan dalam grafik hubungan antar beban dan luas salep yang menyebar
2) Uji Daya Lekat
Diletakkan salep secukupnya diatas objectglass yang telah ditentukan luasnya
7. Diletakkan objectglass yang lain diatas unguentum tersebut
Ditekan dengan bahan tambahan 50 gram selama 5 menit
Dipasang objectglass pada alat uji
Dicatat waktu yang diperlukan objectglass pada saat terlepas
Diulangi sebanyak 3 kali
3) Uji Kemampuan Proteksi
Diambil sepotong kertas saring (10x10 cm). Basahi dengan larutan PP untuk
indikator. Setelah itu kertas dikeringkan
Dioleskan unguentum pada kertas saring satu muka, seperti lazimnya orang
menggunakan unguentum
Disiapkan kertas saring yang lain berukuran (2,5x2,5 cm) dengan pembatas
paraffin padat yang dilelehkan
Ditempelkan kertas saring yang lebih kecil diatas kertas saring yang lebih besar
Diteteskan areal dengan KOH 0,1 N
8. 4) Uji Homogenitas
Diuji homogenitas diamati dengan menggunakan kaca pembesar
IX. Hasil
1. Uji pH = 5
2. Uji Homogenitas = Tidak Homogen
3. Uji Kemampuan Proteksi = 42 detik
4. Uji Daya Lekat =
1 detik
1 detik
2 detik
5. Uji Daya Sebar
Rata – rata
= 1,3 detik
Berat penutup kaca : 137,03 gram
- Tanpa beban : (3,5 cm + 3,5 cm) / 2= 3,5 cm
- Beban 50 gram : (3,8 cm + 3,7 cm) / 2 = 3,75 cm
- Beban 100 gram : (4 cm + 3,8 cm) / 2 = 3,9 cm
- Beban 150 gram : (4,1 cm + 4,1 cm) / 2 = 4,1 cm
Luas lingkaran: π x r2
- Tanpa beban : 22/7 x (1,75)2 = 9,63 cm2
- Beban 50 gram : 3,14 x (1,875)2 = 11,04 cm2
- Beban 100 gram : 3,14 x (1,95)2 = 11,94 cm2
- Beban 150 gram : 3,14 x (2,05)2 = 13,2 cm2
14
12
10
8
6
4
2
0
Kosong 50 gram 100 gram 150 gram
9. X. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan praktikum
pembuatan sediaan setengah padat unguentum asam salisilat. Dari
komponen yang tertera dalam formula diatas disebutkan bahwa hanya ada
2 komponen yaitu asam salisilat yang berfungsi sebagai zat aktif yang
berkhasiat sebagai keratolitikum ; antifungi dan vaselin flavum yang
berfungsi sebagai basis krim.
Selanjutnya setelah sediaan unguentum asam salisilat kami jadi,
kami melakukan pengujian diantaranya uji homogenitas, uji daya lekat, uji
daya sebar dan uji kemampuan proteksi. Uji homogenitas menghasilkan
tidka homogen, hal ini dikarenakan penggerusan asam salisilat dengan
spiritus fortior yang kurang halus walaupun sudah dibantu dengan spiritus
fortior agar membantu penggerusan asam salisilat, secara kasat mata
menurut kami sudah homogen namun setelah uji homogenitas dilakukan
ternyata tidak homogen. Selain itu dikarenakan sanitasi dan higiene dari
peralatan yang dipakai kurang diperhatikan secara benar. Seharusnya alat
yang digunakan adalah objectglass yang dibersihkan dengan alkohol dan
dibersihkan dengan tissue. Kedua kami melakukan uji pH yang
menghasilkan pH 5 dan hal ini sudah sesuai dengan pH kulit yaitu 4,2 –
6,5. Hal ini sudah benar dan dikarenakan oleh sanitasi dan higiene dari
personil dan peralatan yang sudah benar, kandungan bahan pendapar asam
dan basa yang sudah seimbang, Kesesuaian pH kulit dengan pH sediaan
topikal mempengaruhi penerimaan kulit terhadap sediaan. Sediaan topikal
yang ideal adalah tidak mengiritasi kulit. Kemungkinan iritasi kulit akan
sangat besar apabila sediaan terlalu asam atau terlalu basa. Ketiga yaitu uji
kemampuan proteksi yang menghasilkan 42 detik. Hasil pengujian
kemampuan proteksi menunjukkan noda merah pada salep unguentum
Asam Salisilat. Noda merah yang seharusnya terbentuk kurang dari 1
menit setelah penambahan larutan KOH. Basis salep yang baik dapat
melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam – basa, debu dan sinar
matahari pada waktu pengobatan, ditandai dengan tidak terbentuknya noda
10. merah setelah penambahan KOH, sedangkan terbentuknya noda merah
pada salep asam salisilat dikarenakan zat aktif dari salep yang bereaksi
dengan KOH, pengolesan unguentum yang kurang merata, pengeringan
kertas saring yang ditetesi larutan PP yang belum kering sempurna. Maka
solusinya harus dipert=hatikan lagi pengolesan unguentum secara benar
merata, pengeringan kertas saring yang harus lebih diperhatikan lagi. Uji
daya lekat kelompok kami menghasilkan rata – rata waktu 1,3 detik
padahal syarat agar memenuhi daya lekat kuat, tidak timbul warna sampai
5 menit. Kelompok kami menghasilkan 1,3 detik. Salep dikatakan baik
jika daya lekatnya itu besar pada tempat yang diobati karena obat tidak
mudah lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan. Dan
pengujian yang terakhir yang kelompok kami lakukan yaitu uji daya sebar
menghasilkan tanpa diberi beban 3,5 cm ; diberi penambahan beban 50
gram 3,75 cm ; ditambah kembali menjadi 100 gram menjadi 3,9 cm dan
terakhir diberi beban 150 gram menjadi 4,1 cm. Persyaratan daya sebar
untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5 – 7 cm, maka berdasarkan hasil uji
daya sebar pada sediaan dapat dikatakan bahwa sediaan sudah memenuhi
syarat daya sebar yang baik. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak
antara obat dengan kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit
berlangsung cepat. Viskositas suatu sediaan berpengaruh pada luas
penyebarannya. Semakin rendah viskositas suatu sediaan maka
penyebarannya akan semakin besar sehingga kontak antara obat dengan
kulit semakin luas dan absorbsi obat ke kulit akan semakin cepat.
Permasalahan yang kelompok kami hadapi yaitu melarutkan asam
salisilat yang dengan etanol 96%. Bentuk kristal yang berasal dari asam
salisilat mengharuskan kami untuk menggerusnya terlebih dahulu baru
setelah itu dilarutkan dengan etanol 96% sedikit demi sedikit dan diaduk
hingga asam salisilat terlarut secara sempurna. Selain itu sanitasi dan
higiene dari peralatan yang dipakai kurang diperhatikan oleh karena
kurang diperhatikan menyebabkan unguentum berwarna pink karena tidak
dicuci terlebih dahulu.
11. Oleh karena itu, menurut kelompok kami sediaan yang telah kami
produksi tidak akan dipasarkan karena dari 5 pengujian terdapat 4 yang
tidak memenuhi syarat dan jika hal ini tetap dipasarkan maka akan
menimbulkan efek yang sangat merugikan bagi pasien seperti ketika
mengoleskan krim kulit pasien iritasi, penyebaran yang kecil tidak dapat
menjangkau permukaan kulit yang sakit apabila permukaan tersebut sangat
luas.
XI. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan unguentum asam salisilat dengan
baik dan benar.
2. Mahasiswa mampu mengevaluasi sediaan unguentum asam salisilat (Uji
Daya Sebar, Uji Daya Lekat, Uji Kemampuan Proteksi, Homogenitas).
3. Mahasiswa mampu membuat kemasan unguentum asam salisilat dengan
benar
12. XII. Daftar Pustaka
Anief, M., 2005. Ilmu Meracik Obat . Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta
Ansel, H.C., 1989. Pengantar Sediaan Farmasi, edisi 4. Universitas
Indonesia. Jakarta
Raymond, dkk., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients sixth
Edition. Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association. Inggris
Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Penebit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Semarang, 3 April 2014
Dosen Pembimbing Praktikan
(Hani Novita)