SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 74
Baixar para ler offline
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 1




                                     BAB I

                                PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

     Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa

ini menuntut moralitas dan paham kebangsaan yang tinggi, sebab ilmu dan

pengetahuan yang tidak dibarengi dengan tingkat keimanan dan moralitas yang

tinggi   menyebabkan   pendidikan     kehilangan   esensinya   sebagai   wahana

memanusiakan manusia. Banyak orang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan

prestasi yang gemilang secara akademik namun tidak memberikan manfaat yang

berarti dalam lingkungan masyarakatnya, bahkan menjadi racun yang sangat

membahayakan bagi eksistensi budaya dan nilai-nilai kemanusiaan karena iman

dan moralitasnya rendah.

     Tidak sedikit kasus amoral terjadi yang dilakukan oleh anak-anak usia

sekolah maupun oleh para ilmuwan, baik melalui layar televisi maupun media

masa. Bagaimana seorang anak SMP memperkosa rekannya sendiri, membunuh,

kecanduan obat-obat terlarang, minum-minuman keras, bunuh diri dan lain

sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan yang dilakukan selama ini

belum menyentuh ranah kesadaran siswa.

     Pelajaran Agama dan PPKn serta pesan-pesan moral yang disampaikan oleh

guru di depan kelas, tidak mampu menjiwai setiap gerak langkah siswa dalam

kehidupan masyarakatnya. Hal ini tentunya, disebabkan oleh keringnya

pembelajaran yang dirasakan siswa, materi-materi pelajaran agama dan PPKn

dianggap sebagai pelajaran tambahan yang harus dihapal, kemudian ditagih disaat
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2



ujian. Setelah ujian selesai, materi itupun segera menghilang tanpa bekas. Yang

lebih parah lagi, sekolah kita selama ini terkesan sebagai lembaga pengekangan,

tidak ubahnya seperti penjara, dimana anak-anak didik dikekang dengan aturan

yang serba ketat dan materi pelajaran yang begitu padat. Hampir tidak ada

gagasan ataupun ide yang berasal dari siswa dapat berkembang dan menjadi

perhatian. Dampaknya, ketika anak-anak selesai ujian nasional, mereka ramai-

ramai mencoret baju, berteriak dijalanan dan ngebut-ngebutan. Seolah-olah

mereka mau mengatakan “hore… kita sudah bebas dan lepas dari semua

pengekangan”. Inilah sebenarnya cerminan pendidikan kita dewasa ini.

     Apabila situasi ini dibiarkan, maka bisa jadi masyarakat kita akan menjadi

masyarakat yang rusak, masyarakat yang tidak memiliki nilai-nilai budaya yang

harus dijunjung tinggi, masyarakat yang melupakan jati dirinya sendiri.

Masyarakat yang cerdas dari sisi keilmuan, namun tidak memiliki kemampuan

untuk mengerti dan memahami orang lain bahkan masyarakat yang tidak tahu dari

mana asalnya. Di sinilah kita akan melihat masyarakat kita pada kondisi yang

sangat memperihatinkan, karena jauh dari nilai-nilai agama dan budaya yang ada.

     Untuk itu, peranan guru sangat besar dalam menanamkan nilai-nilai Ilahiah

dan moralitas itu sedini mungkin, tentunya melalui pembelajaran yang

memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada siswa untuk mampu memahami

diri dan orang lain disekitarnya serta mampu memahami dan menjiwai ajaran-

ajaran agama yang sifatnya doktrinal secara baik dan benar.

     Guru hendaknya mampu berperan sebagai pembimbing untuk menuntun

siswa memulai proses belajar, memimpin siswa agar hasil proses belajar sesuai

dengan tujuan pengajaran, serta sebagai fasilitator dalam mempersiapkan kondisi
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 3



yang memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Hal ini dapat

dilakukan oleh para guru mulai dari pemilihan metode pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik materi pendidikan Agama dan PPKn serta karakteristik

pebelajar, dan pemilihan strategi yang tepat dalam menimplementasikan

pembelajaran Agama dan PPKn di Kelas.

     Terdapat semacam sinyalemen, bahwa harapan tumbuhnya sifat kreatif dan

antisipatif para guru Agama dan PPKn dalam praktek pembelajaran untuk

pemahaman siswa dewasa ini masih belum optimal. Hal ini, tampak terjadi mulai

dari bangku pendidikan formal yang paling rendah hingga perguruan tinggi.

Semua ini diduga sebagai salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas dan

kuantitas proses dan produk pembelajaran Agama dan PPKn. Kualitas proses

pembelajaran Agama dan PPKn dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran yang

tidak lebih dari kegiatan pembelajaran yang bersifat rutinitas, dimana materi

pembelajaran tidak sampai menyentuh kesadaran siswa, melainkan hanya sekadar

sebagai syarat kelulusan ujian sekolah yang materi ajarannya harus dihafal sesuai

dengan buku teks. Hasil pembelajaran ini, jelas tidak memberikan arti apa-apa

dalam pembangunan moral dan mental siswa sebagaimana yang diharapkan dalam

tujuan pembelajaran.

     Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, faktor proses

merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang di dalamnya terjadi

interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itu dapat

dikelompokkan dalam tiga kategori utama yaitu: guru, isi materi, dan siswa.

Interaksi antara ketiga komponen utama tersebut melibatkan sarana dan prasarana

seperti: model dan metode pembelajaran yang digunakan, media, dan penataan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 4



lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang

memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

     Rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang Agama dan PPKn yang

ditunjukkan oleh NUAS/NUAN siswa yang mengindikasikan bahwa pengelolaan

pembelajaran Agama dan PPKn belum optimal sehingga menyebabkan rendahnya

prestasi belajar pada bidang pelajaran dimaksud.

     Selama ini pengajaran Agama dan PPKn berdasarkan asumsi bahwa

pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.

Dengan asumsi itu para guru memfokuskan diri pada upaya mentransfer

pengetahuan ke dalam kepala para siswanya (Sadia, 1997:1). Berdasarkan hasil

survey dan wawancara dengan beberapa orang guru yang mengajar Agama dan

PPKn di sekolah mengengah pertama (SMP) kecamatan Suralaga kabupaten

Lombok Timur, diperoleh informasi bahwa pembelajaran Agama dan PPKn

selama ini pada umumnya lebih banyak dilakukan dengan metode ceramah. Ada

dua hipotesis yang dapat diutarakan sebagai penyebabnya. Pertama, fasilitas

pembelajaran Agama dan PPKn yang ada di sekolah sangat terbatas, dan kedua

pemahaman guru terhadap materi pendidikan Agama dan PPKn serta

pembelajarannya masih rendah.

     Guru memahami pendidikan Agama dan PPKn hanya sebagai bidang ilmu

yang dibukukan (body of knowledge), sehingga mereka mengajarkan pendidikan

Agama dan PPKn dengan bercerita tentang isi buku Agama dan PPKn.

Penggunaan metode ceramah pada pembelajaran Agama dan PPKn di SMP

menduduki rangking pertama dari delapan metode yang digunakan: ceramah,

tanya jawab, diskusi, eksperimen, karya wisata, bermain peran, demonstrasi, dan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 5



proyek (Subagia, 2001). Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Agama dan

PPKn sangat diperlukan penerapan berbagai metode pembelajaran untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

      Mengajar dalam prakteknya merupakan suatu proses penciptaan lingkungan,

baik dilakukan guru maupun siswa agar terjadi proses belajar mengajar yang

kondusif (Joyce & Weil, 1980). Agar penciptaan lingkungan ini mencapai hasil

yang optimal, guru harus memahami berbagai konsep dan teori yang bertalian

dengan proses belajar mengajar, dan selanjutnya pemahaman tentang hal ini dapat

dipraktekkan dalam kegiatan praktis yaitu mengajar (Ali, 2000). Setiap proses

belajar mengajar menuntut upaya pencapaian suatu tujuan tertentu. Setiap tujuan

menuntut pula suatu model bimbingan untuk terciptanya situasi belajar tertentu.

      Menurut Arends (1997) dalam suatu proses belajar mengajar, tidak ada

suatu model ataupun metode pembelajaran yang paling baik. Untuk itu, guru

hendaknya perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model dan metode

pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kemampuan ini

guru dapat memilih metode yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu.

      Pemberian tugas (resitasi) merupakan salah satu metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Dengan padatnya isi materi pelajaran akan sangat menyita waktu siswa untuk

melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi keadaan

tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Disebabkan,

bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk tiap mata

pelajaran, hal itu tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 6



diharuskan, seperti yang tercantum dalam kurikulum. Dengan demikian perlu

diberikan tugas-tugas, sebagai selingan untuk variasi teknik penyajian ataupun

dapat berupa pekerjaan rumah. (Roestiyah N.K., 2001: 132).

     Langkah-langkah dalam menyusun penugasan yaitu: 1) mengidentifikasi

pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a)

jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan

keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan

pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di

masyarakat; 2) merancang tugas-tugas untuk assesmen kinerja, dengan cara

menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b)

kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang diberikan

dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis

tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun

kriteria keberhasilan (Setiyono, 2006 dalam Tirta dan Gani, 2007; 96).

     Pembelajaran dengan metode ceramah bermedia merupakan cara belajar

yang paling tradisional, cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga

sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk

menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok

persoalan serta masalah secara lisan (Ahmadi dan Prasetya, 1997:137). Guru

biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran

tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar

manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga

guru ada yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti

tidak ada belajar (Sanjaya, 2006:148).
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 7



     Pembelajaran dengan metode ceramah dapat juga dikatakan pengajaran yang

sebenarnya bersifat teacher center, pengajaran ini menuntut guru untuk menjadi

model yang baik bagi siswanya (Kardi, 2000). Metode ceramah dirancang secara

khusus untuk mengembangkan cara belajar siswa tentang pengetahuan prosedural

dan deklaratif dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode ceramah

adalah: 1) Tahap persiapan, pada tahap ini guru merumuskan tujuan yang ingin

dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan, dan

mempersiapkan alat bantu; 2) Tahap pelaksanaan, pada tahap ini ada tiga langkah

yang dilakukan yaitu: langkah pembukaan, penyajian, dan mengakhiri/menutup

ceramah.

     Berdasarkan uraian di atas akan diungkapkan dampak penerapan metode

pemberian tugas dan metode ceramah bermedia terhadap prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran Agama dan PPKn di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1

Sukamulia kabupaten Lombok Timur.


B. Identifikasi Masalah

     Proses dan hasil pembelajaran Agama dan PPKn dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal. Faktor internal siswa meliputi kondisi fisiologis dan

kondisi psikologis. Faktor kondisi fisiologis meliputi kesehatan jasmani dan

kebugaran fisik, dan kondisi panca indera, sedangkan aspek psikologis meliputi

intelegensi, bakat, minat, sikap, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif.

Faktor eksternal siswa dapat berupa faktor keluarga, sekolah, masyarakat, dan

lingkungan sosial lainnya. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas

muncul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 8



 1. Kemampuan       guru   dalam    menggunakan     berbagai    macam    metode

     pembelajaran di kelas masih sangat terbatas.

 2. Pemahaman warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan siswa) mengenai

     perubahan kurikulum masih rendah.

 3. Sosialisasi dinas P dan K kabupaten mengenai kurikulum tingkat satuan

     pendidikan masih kurang.

 4. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn belum bisa

     dijadikan tolok ukur mengenai sikap dan perilaku siswa di luar

     sekolah/lingkungan masyarakatnya.

 5. Kesadaran masyarakat dan sekolah tentang pentingnya pelajaran Agama dan

     PPKn dalam menciptakan manusia yang bermoral dan cerdas secara

     akademik dan spiritual masih lemah.

 6. Kemampuan ekonomi masyarakat untuk mendukung proses pembelajaran

     yang bermutu/berkualitas dari segi fasilitas dan sumber daya sangat minim.



C. Batasan Masalah

     Mengingat faktor-faktor yang terkait dalam proses belajar mengajar sangat

kompleks, serta adanya kendala-kendala lain berupa: keterbatasan waktu, biaya

dan kemampuan peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar

Agama dan PPKn sebagai akibat penerapan metode pemberian tugas dan metode

ceramah bermedia.


D. Rumusan Masalah

     Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 9



   1. Apakah metode pembelajaran pemberian tugas dan ceramah bermedia

       berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada

       mata pelajaran PPKn dan Agama di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1

       Sukamulia?

   2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama

       dan PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan yang

       diajar dengan metode ceramah bermedia?


E. Tujuan Penelitian

     Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang perbedaan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn karena pengaruh metode

pembelajaran yang digunakan. Secara operasional tujuan penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut.

   1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran pemberian

       tugas dan ceramah bermedia terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada

       mata pelajaran PPKn dan Agama di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1

       Sukamulia

   2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

       Agama dan PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan

       yang diajar dengan metode ceramah bermedia.


F. Manfaat/Kegunaan Penelitian

     Secara umum ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini.

Pertama   manfaat   langsung    yang   memberikan     dampak    langsung    pada
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 10



pembelajaran. Kedua, adalah manfaat teoretik yang memiliki akses jangka

panjang dalam pengembangan teori pembelajaran.

F.1 Manfaat praktik

       Hasil pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dan metode

ceramah bermedia yang teruji secara empirik keunggulan dan kelayakannya akan

memberikan manfaat besar sebagai metode pembelajaran sains yang berorientasi

perubahan mental. Manfaat lain yang diharapkan secara praktik dalam penelitian

ini adalah memberikan ruang kepada siswa untuk melakukan perubahan sekaligus

menilai kebiasaan mereka belajar di sekolah. Selama ini, mereka belajar di

sekolah lebih mendominasi aktivitas mendengar dan mencatat akibat dari metode

yang diterapkan guru berupa “tutur dan kapur”. Namun belajar dengan fasilitas

metode penugasan akan melibatkan aktivitas-aktivitas membaca, diskusi,

pemecahan masalah secara kolaboratif, berpikir kritis dan kreatif, mengaitkan

konsep dengan fenomena dunia nyata dan mengintegrasikannya ke dalam

pengetahuan yang telah dimiliki. Dengan demikian terjadi perubahan tanggung

jawab belajar dari dominasi guru, menjadi sepenuhnya pada diri siswa.

F.2 Manfaat teoretik

       Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pijakan teoretik pemecahan

masalah belajar Agama dan PPKn yang dialami siswa SMP di sekolah. Masalah

tersebut berupa fakta empiris rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis

dan memahami situasi dan kondisi sosial lingkungan hidup mereka sehari-hari

sebagai akibat dari tidak tersentuhnya kesadaran pribadi dan kolektif siswa dalam

proses pembelajaran di sekolah. Hal ini juga berakibat pada kurangnya rasa
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 11



kebersamaan dalam ikatan persaudaraan/kebangsaan dan lemahnya nilai-nilai

agama dalam praktek kehidupan sehari-hari siswa.

     Penerapan metode penugasan diharapkan dapat memberikan ruang gerak

bagi siswa untuk dapat memahami lingkungan sosial mereka baik dalam lingkup

yang kecil (keluarga) dan pada lingkup yang lebih luas (masyarakat dan negara).

     Ternyata metode ceramah belum bisa menjawab secara optimal persoalan-

persoalan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan serangkaian metode yang

disimulasikan yang dapat diterapkan sebagai metode alternatif dalam pencapaian

pemahaman, dan hasil belajar yang optimal.

     Manfaat teoretis/kegunaan hasil penelitian ini secara teoretik diharapkan

dapat berguna bagi guru khususnya guru Agama dan PPKn di SMP dalam

mengelola proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada keterlibatan siswa

secara penuh dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam

kurikulum pembelajaran.


G. Asumsi Penelitian

     Dari beberapa teori (das sein) dan kenyataan yang terjadi di lapangan

(sekolah-das sollen) selama ini, menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam

menerapkan metode pembelajaran Agama dan PPKn dengan menggunakan media

elektronik dan non elektronik masih terbatas, sehingga pembelajaran cenderung

lebih monoton (satu arah) atau dapat dikatakan pembelajaran Agama dan PPKn

yang dilakukan oleh guru selama ini sifatnya masih teacher centered (berpusat
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 12



pada guru) siswa hanya duduk, diam, mencatat lalu mengulang-ulang kembali

pelajaran tersebut di saat ujian sekolah.

     Padahal bila dilihat dari sisi siswa sendiri, mereka (siswa) sebenarnya sudah

memiliki kemampuan awal sebagai dasar pijakan mereka dalam mengungkap

masalah-masalah pembelajaran yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Artinya, siswa dengan kehidupan sosial dan keagamaannya tinggal dikembangkan

oleh guru sesuai dengan materi/bahan ajar yang diberikan di kelas, dengan

demikian siswa lebih mudah/lebih cepat memahami materi pelajaran karena

dikaitkan dengan kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa.

     Tentunya, kemampuan awal dan hasil belajar siswa juga sangat beragam

tergantung pada konteks lingkungan sosial yang tempatinya, keberagaman ini juga

akan menentukan tingkat penguasaan bahan ajaran. Namun, bukan berarti siswa

yang memiliki kemampuan lebih akan memiliki kesempatan yang lebih besar

dalam proses belajar mengajar daripada siswa yang memiliki kemampuan rendah.

Semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri dan

memperoleh hasil belajar yang tinggi.


H. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

     Penelitian yang akan dilakukan ini mencakup proses dan hasil belajar

mengajar dengan penerapan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam

pembelajaran Agama dan PPKn di kelas. Penggunaan metode pembelajaran

dibatasi pada metode penugasan dan metode ceramah bermedia pada siswa kelas

VIII SMP Negeri 1 Suralaga dan SMP Negeri 1 Sukamulia. Penerapan kedua

metode inilah yang akan dilihat hasil/pengaruhnya dalam menunjang keberhasilan

belajar Agama dan PPKn siswa.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 13



I. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

     Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran terhadap variabel-

variabel penelitian yang terlibat dalam penelitian ini, maka berikut diuraikan

variabel penelitian dan definisi operasional variabel-variabel yang dimaksud.

I.1 Variabel Penelitian

Pada penelitian eksperimen ini melibatkan beberapa variabel yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut.

   1) Variabel Terikat

   Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata

   pelajaran Agama Islam (Y1) dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn

   (Y2)

   2) Variabel Bebas

   Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode penugasan yang dikenakan

   pada kelompok eksperimen I sedangkan pada kelompok eksperimen II

   menggunakan metode ceramah bermedia.

I.2 Definisi Operasional

Definisi operasional masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.

   1. Metode Penugasan

     Penugasan atau assignment sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum

berbasis kompetensi dan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah yang bersifat

divergent. Yaitu suatu tugas yang dapat dikerjakan dengan menggunakan berbagai

aletrnatif jawaban, atau tidak hanya mengandalkan pada satu jawaban benar saja.

          Langkah-langkah dalam menyusun penugasan yaitu: 1) mengidentifikasi

   pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a)
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 14



jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan

keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan

pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di

masyarakat; 2) merancang tugas-tugas untuk assesmen kinerja, dengan cara

menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas;

(b) kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang

diberikan dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai;

dan (d) jenis tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu;

dan 3) menyusun kriteria keberhasilan.

2. Metode Ceramah Bermedia

     Metode ceramah bermedia yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah metode pembelajaran yang lebih menitikberatkan kepada keberadaan

guru sebagai pentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa didik, namun dalam

hal ini dibarengi dengan penggunaan alat bantu (media) pembelajaran berupa

gambar atau slide yang telah disiapkan oleh guru sebelumnya.

     Tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran dengan metode ceramah

bermedia adalah: 1) menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan

siswa, 2) mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, 3) membimbing

pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, 4)

memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapannya.




3. Hasil Belajar Agama Islam
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 15



     Hasil belajar agama Islam adalah hasil/prestasi belajar yang ditunjukkan

dengan satuan nilai yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran Agama

Islam sekaligus merupakan performance kerja siswa dalam kurun waktu

tertentu. Hasil belajar ini akan diukur dengan menggunakan tes awal dan tes

akhir yang dibuat sendiri oleh peneliti.

4. Hasil Belajar PPKn

     Hasil belajar PPKn adalah tingkat penguasaan kognitif siswa terhadap

materi pelajaran PPKn yang dinyatakan oleh skor yang diperoleh siswa dalam

tes akhir (post test) yang diukur dengan tes prestasi belajar sains, dan data

yang diperoleh berupa data interval.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 16




                                   BAB II

                          LANDASAN TEORETIK



A. Hakikat Belajar Mengajar

       Sumantri dan Permana (1999) menyatakan mengajar adalah kegiatan

penyampaian pesan berupa pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap-

sikap tertentu dari guru kepada peserta didik. Raka Joni (1986: 3) merumuskan

pengertian   mengajar   sebagai   pencipta   suatu   sistem   lingkungan   yang

memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan dalam proses belajar

akan saling mempengaruhi antar komponen seperti tujuan instruksional yang

ingin dicapai, guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam

hubungan sosial tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang

dilaksanakan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.

Sementara itu, Davis (dalam Sumantri dan Permana, 1999) mengungkapkan

bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas profesional yang memerlukan

keterampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Jadi mengajar

adalah suatu aktivitas profesional yang melibatkan berbagai komponen dalam

menyampaikan pesan tertentu dari guru kepada peserta didik. Dalam

menyampaikan pesan tertentu kepada peserta didik, seorang guru dapat

mengembangkan belajar anak dengan menyediakan lingkungan belajar untuk

memfasilitasi temuan si anak.

       Menurut filsafat konstruktivisme, siswa memahami dunianya dengan cara

menghubungkan antara pengetahuan dan pengalamannya dengan apa yang sedang

dipelajarinya. Mereka membangun makna ketika guru memberikan permasalahan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 17



yang relevan, mendorong inkuiri, menyusun kegiatan pembelajaran dari konsep-

konsep utama, menghargai sudut pandang siswa, dan menilai hasil belajar siswa,

(McLaughin dan Vogt, dalam Dantes, 2004). Selanjutnya, Von Glaserfield (1989)

menyatakan bahwa konstruksi makna adalah proses adaptasi dimana tidak

melibatkan penemuan dari realitas ontologi. Oleh karena itu, kerangka belajar

kontruktivisme adalah suatu kegiatan aktif yang berlangsung secara kontinyu

dimana pebelajar menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya untuk

mengkonstruksi     interpretasi   pribadinya   dan   makna-makna     berdasarkan

pengetahuan awal dan pengalamannya, Driver & Bell (dalam Kariasa dan Suastra,

2005).

         Salah satu sasaran pembelajaran agama dan PPKn adalah membangun

gagasan moralitas dan kebangsaan setelah peserta didik berinteraksi dengan

lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya. Pandangan konstruktivisme

sebagai filosofi pendidikan mutakhir menganggap semua peserta didik mulai dari

usia TK sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan

sendiri tentang lingkungan dan peristiwa atau gejala alam di sekitarnya, meskipun

gagasan atau pengetahuan ini naif atau kadang-kadang salah. Mereka

mempertahankan gagasan atau pengetahuan naif ini secara kokoh sebagai

kebenaran. Hal ini terkait dengan pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam

wujud “schemata” (struktur kognitif) dalam benak siswa (Depdiknas, 2002).

         Para ahli pendidikan berpendapat bahwa inti kegiatan pendidikan adalah

memulai pelajaran dari “apa yang diketahui siswa”. Guru tidak dapat

mendoktrinasi gagasan yang ada di dalam pikirannya supaya peserta didik mau

mengganti dan memodifikasi gagasan mereka sesuai dengan keinginan sang guru.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 18



Dengan demikian, arsitek peubah gagasan peserta didik adalah peserta didik itu

sendiri. Sejalan dengan itu (Nurahdi, 2003) dalam pandangan kontruktivisme,

strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa

memperoleh dan mengingat pengetahuan. Tugas guru adalah memfasilitasi proses

tersebut dengan (1) membuat informasi bermakna dan relevan bagi siswa, (2)

memberi kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,

(3) menyadarkan agar siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

         Selanjutnya Zahorik (dalam Nurahdi, 2003) menekankan bahwa dalam

praktek pembelajaran kontruktivisme ada 5 unsur pokok yang harus diperhatikan,

yaitu: (1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, (2) pemerolehan pengetahuan

dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, baru kemudian memperhatikan

detailnya, (3) pemahaman pengetahuan dengan cara menyusun konsep sementara

(hipotesis), melakukan sharing     kepada orang lain agar mendapat tanggapan

(validasi) dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan

dikembangkan, (4) mempraktekkan pengalaman tersebut, dan (5) melakukan

refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Sementara itu,

kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi kontruktivisme antara lain; (1) diskusi

yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan

gagasan, (2) pengujian, dan penelitian sederhana, (3) demonstrasi, dan peragaan

prosedur ilmiah, (4) kegiatan praktis lain yang memberi peluang, peserta didik

untuk mempertanyakan, memodifikasi dan mempertajam gagasannya (Depdiknas,

2002).
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 19



      Menurut Suparno (1997: 66), agar peran dan tugas guru dapat berjalan

optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa

pemikiran yang perlu disadari oleh guru, antara lain:

       1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa
          yang sudah mereka ketahui dan pikirkan
       2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan
          bersama sehingga siswa sungguh terlibat
       3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai
          dengan kebutuhan siswa
       4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan
          kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar
       5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti
          dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir
          berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.

      Karena murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka, seorang guru

harus melihat mereka bukan sebagai lembaran kertas putih kosong atau tabula

rasa. Bahkan anak SD kelas 1 pun telah hidup beberapa tahun dan menemukan

suatu cara yang berlaku dalam berhadapan dengan lingkungan hidup mereka.

Mereka sudah membawa “pengetahuan awal”. Pengetahuan yang mereka punya

adalah dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya.

       Guru kontruktivisme tidak pernah akan membenarkan ajarannya dengan

mengklaim bahwa” ini satu-satunya yang benar”. Di dalam kehidupan sosial

mereka tidak dapat berkata lebih daripada “ ini adalah jalan terbaik untuk situasi

ini, ini adalah jalan terefektif untuk soal ini sekarang” Von Glasersfeld (dalam

Suparno, 1997).

       Ciri mengajar konstruktivisme adalah sebagai berikut: Driver dan oldham

dalam Matthew yang dipaparkan oleh Suparno (1997)

      1) Orientasi. Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi
         dalam mempelajari suatu topik.Murid diberi kesempatan untuk
         mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 20



       2) Elicitasi. Murid dibantu untuk mengungkapakan idenya secara jelas
           dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Murid
           diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan,
           dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster.
       3) Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal
          a) Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau
             teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan
             denga ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi
             gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin
             bila gagasannya cocok.
          b) Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya
             bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab
             pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman.
          c) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan,
             ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu
             percoban atau persoalan yang baru.
       4) Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah
           dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi
           yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan murid lebih
           lengkap bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.
       5) Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam
           aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari,
           seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan
           suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi
           lebih lengkap.

       Terkait dengan hakikat belajar mengajar, pada dasarnya semua peserta

didik memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam

wujud skemata. Dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada peserta didik

menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka

mengkonstruksi interpretasi pribadinya serta makna-makna. Makna ini dibangun

ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan

pengalaman yang sudah ada sebelumnya, mendorong inkuiri untuk memberi

kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk

membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 21



B. Metode Penugasan dalam Pembelajaran

     Terdapat beberapa definisi mengenai metode pembelajaran. Joyce dan Weil

(1986:1) mendefinisikan metode pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau

suatu pola yang digunakan sebagai pedoman melaksanakan pembelajaran di kelas.

Sedangkan Udin (1997: 78) menyatakan, metode pembelajaran merupakan

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu. Lebih

lanjut, Mulyana dan Permana (1999: 42) mendefinisikan metode pembelajaran

sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan membentuk kurikulum,

merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Dari

ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,

dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

     Penugasan atau assignment sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum

berbasis kompetensi dan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah yang bersifat

divergent. Yaitu suatu tugas yang dapat dikerjakan dengan menggunakan berbagai

aletrnatif jawaban, atau tidak hanya mengandalkan pada satu jawaban benar saja.

     Langkah-langkah dalam menyusun penugasan yaitu: 1) mengidentifikasi

pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a)

jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan

keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan

pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 22



masyarakat; 2) merancang tugas-tugas untuk assesmen kinerja, dengan cara

menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b)

kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang diberikan

dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis

tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun

kriteria keberhasilan (Setiyono, 2006 dalam Tirta dan Gani, 2007; 96).

     Metode penugasan ini dapat berbentuk tugas di kelas (lembar kerja), tugas

proyek, tugas portofolio, tugas rumah dan lain-lain. Penugasan yang bersifat

divergent ini akan mendorong peserta didik untuk berpikir kreatif. Hanya

sayangnya penugasan seperti ini belum banyak dirancang oleh para guru. Sebagai

akibatnya para lulusan kurang luwes dalam menyikapi berbagai persoalan, karena

seolah-olah segala persoalan yang ada hanya bisa didekati dengan satu

penyelesaian saja.

   1. Tugas Kelas

         Tugas kelas dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya dalam

   bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS), quiz dan tugas-tugas lainnya. Melalui

   tugas ini diharapkan guru bisa mengetahui sejauh mana para siswa telah

   menguasai suatu kompetensi tertentu. Tugas kelas sekaligus dapat dijadikan

   sebagai feedback bagi para siswa, sebab dengan mengerjakan tugas, mereka

   bisa menunjukkan kemampuan maupun ketidakmampuan terhadap persoalan

   yang dihadapi. Pada saat inilah sebenarnya peran guru sebagai motivator dan

   direktor akan nampak.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 23



2. Tugas Proyek

     Tugas proyek adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan dalam

waktu tertentu. Tugas ini harus diselesaikan di luar kelas, dan bila

memungkinkan bisa diselesaikan di dalam kelas (bila hal-hal yang pokok telah

disiapkan di rumah sebelumnya). Tugas proyek ini bisa dilakukan dalam

berbagai bentuk bisa membuat makalah, melakukan penelitian sederhana,

membuat metode dan lain-lain.

3. Tugas Rumah

     Tugas rumah atau dikenal sebagai pekerjaan rumah (PR). Tugas rumah

ini biasanya merupakan pengayaan dari pelajaran yang telah diajarkan pada

satu kali tatap muka, yang berupa beberapa soal sebagai latihan. Tugas rumah

biasanya membahas tentang materi-materi yang secara umum telah dibahas

pada pertemuan sebelumnya, untuk dikumpulkan dan dibahas pada pertemuan

yang akan datang.

4. Tugas Portofolio

     Tugas portofolio merupakan salah satu bentuk metode penugasan

nonformal yang dapat digunakan untuk kegiatan assesmen. Kegiatannya yaitu

berupa pengumpulan berkas atau dokumen dari masing-masing karya peserta

didik, baik dalam bentuk CD, cassette, print-out, file, metode, foto dan lain-

lain yang disimpan dalam file atau folder. Karena kemampuan tugas portofolio

ini dalam mendokumentasikan proses maupun produk peserta didik, maka

teknik portofolio dipandang sebagai assesmen yang bersifat othentik penilaian

yang paling sesuai.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 24



Jenis-jenis Portofolio

       Setidaknya dalam metode penugasan portofolio menurut O’Malley &

Pierce yang dapat dikembangkan yaitu: a) portofolio pameran, b) portofolio

koleksi, dan c) portofolio penilaian (Setiyono, 2004 dalam Tirta dan Gani,

2007; 101). Harapannya dengan mengenal metode-mode ini para guru bisa

memilih dan mengembangkan metode portofolio yang sesuai dengan

kompetensi yang telah ditetapkan.


Portofolio Pameran

     Portofolio jenis ini berupa sekumpulan hasil karya peserta didik yang

dianggap paling baik terbagus untuk dipamerkan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan dengan kemajuan belajar peserta didik, seperti kepala seolah,

orang tua, masyarakat atau komite pendidikan, dewan pendidikan atau

pemerhati pendidikan. Fungsi portofolio pameran layaknya sebagai barang

pajangan untuk dipamerkan kepada publik. Di negara maju seperti Inggris dan

Amerika kegiatan pameran seperti ini biasanya secara rutin diselenggarakan

diakhir waktu tertentu (akhir semester). Pada saat pameran para siswa diberi

kepercayaan untuk menampilkan karya terbaik mereka, baik dalam bentuk

karya seni dan sastra, maupun dalam bentuk karya-karya ilmiah lainnya. Para

tamu biasanya dipandu oleh anak-anak untuk mendapatkan keterangan tentang

karya terbaik yang telah berhasil mereka buat.

     Portofolio   pameran    biasanya   cenderung   berupa   produk   akhir.

Diadakannya pameran karya para siswa tersebut sekaligus juga berfungsi

sebagai reinforcement yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan self-

esteem para peserta didik.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 25




Portofolio Koleksi

     Portofolio koleksi berisi kumpulan hasil karya siswa yang terkait dengan

tugas-tugas harian. Untuk itu, portofolio jenis ini lebih bersifat formatif.

Sekaligus portofolio koleksi dapat difungsikan sebagai fungsi diagnostik.

Mengingat fungsi dan sifatnya yang spesifik tersebut, maka guru dapat

menggunakan portofolio ini untuk mengamati proses kemajuan pembelajaran

anak. Agar portofolio ini benar-benar memberikan hasil yang otentik, guru

harus memonitor perkembangan tugas-tugas siswa melalui konferensi dan

observasi. Portofolio koleksi disebut juga dengan working folders karena

isinya menunjukkan proses perkembangan draft awal dari suatu karya, outline,

karya belum jadi, dan produk akhir.


Portofolio Penilaian

     Berbeda dengan dua jenis portofolio sebelumnya, portofolio penilaian

merupakan seleksi dari sekumpulan karya siswa terbaik untuk diases.

Portofolio jenis ini tidak saja memfokuskan pada refleksi proses tetapi juga

produk pembelajaran. Agar diperoleh gambaran tentang kemajuan suatu

siswa, maka portofolio ini harus berisi produk akhir yang dilengkapi dengan

sekumpulan bukti proses, penilaian sendiri oleh siswa, penilaian guru, dan

kesimpulan tentang proses dan hasil karya siswa. Dengan demikian portofolio

penilaian dapat digunakan oleh guru sebagai alat penilaian (sebagai fungsi

sumatif) dan sekaligus juga dapat digunakan untuk membantu siswa dalam

merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 26



     Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa metode penugasan akan memberikan

dampak instruksional berupa strategi di dalam melakukan penalaran aktif.

Sedangkan dampak pengiring yang didapat dari metode ini berupa keterampilan

proses keilmuan, memunculkan semangat kreatif, adanya kemandirian atau

otonomi dalam belajar, serta toleransi terhadap ketidaktentuan.

     Dengan demikian metode penugasan tidak hanya mengembangkan

kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan

emosional dan keterampilan.



C. Metode Ceramah Bermedia

       Metode ceramah merupakan salah satu metode yang umumnya digunakan

oleh guru dalam pembelajaran, metode ini juga termasuk dalam lingkup

pembelajaran langsung yang menitikberatkan diri pada teori pembelajaran

behavioristik.

       Pembelajaran langsung dalam hal ini metode ceramah merupakan

pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher center). Dalam pembelajaran ini

peran guru sangat dominan. Guru dituntut agar dapat menjelaskan materi ajar

dengan baik dan memberi petunjuk mengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh

siswa dalam proses pembelajaran.

       Metode pembelajaran langsung didasarkan atas teori belajar behavioristik.

Paradigma behaviorisme memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku

yang didasarkan kepada unsur stimulus–respon (S-R). Aspek yang mendorong

S-R adalah kebutuhan dan stimulus kemudian muncul respon. Unsur yang paling

penting adalah reinforcement atau penguatan. Penguatan berfungsi untuk
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 27



memotivasi siswa agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk melakukan tugas

pelajaran melalui respons yang diberikan dalam tugas itu. Proses S-R dapat

bertahap-tahap hingga perilaku itu terjadi.




                        S                          R
                         Hubungan langsung (koneksi)

 (Dantes, 1999)

       Proses stimulus-stimulus ini terdiri dari beberapa unsur. Pertama, unsur

dorongan, siswa merasakan adanya kebutuhan sesuatu dan dorongan untuk

memenuhi kebutuhan ini. Kedua, unsur stimulus, siswa diberikan stimulus yang

selanjutnya akan dapat menyebabkan siswa memberikan respons. Ketiga, unsur

respon, siswa memberikan suatu reaksi (respons) terhadap stimulus yang

diterimanya dengan jalan melakukan suatu tindakan yang dapat dilihat. Keempat,

unsur penguatan (reinforcement), unsur ini diberikan kepada siswa agar siswa

merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons lagi. Demikian

selanjutnya sehingga siswa dirangsang terhadap setimulus tertentu untuk

menimbulkan respons.

       Beberapa prinsip yang melandasi teori prilaku adalah (1) Konsekuensi-

konsekuensi; bahwa prilaku berubah menurut konsekuensi-konsekuensi langsung.

Prilaku menyenangkan akan memperkuat, sedangkan konsekuensi yang tidak

menyenangkan akan melemahkan. Konsekuensi yang menyenangkan biasanya

disebut reinforser, sedangkan yang melemahkan disebut hukuman (Punishers). (2)

Kesegeraan (immediacy); bahwa konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti

perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku dari pada konsekuensi-konsekuensi
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 28



yang lambat datangnya. (3) Pembentukan (shaping); bahwa dalam mengajarkan

keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-perilaku dengan memberikan

reinforsemen pada para siswa dalam mendekati perilaku akhir yang diinginkan

(Dahar, 1988: 30-32).

       Dalam pendidikan, prinsip-prinsip teori behaviorisme sebagaimana

dinyatakan Hartley dan Davies (dalam Soekamto, 1997: 19) banyak dipakai, di

antaranya: (1) materi pelajaran dibentuk dalam unit-unit kecil dan diatur

berdasarkan urutan yang logis sehingga siswa mudah mempelajarinya, (2) dalam

proses belajar siswa ikut berpartisipasi aktif di dalamnya, (3) tiap-tiap respons

perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat segera mengetahui

apakah respons yang diberikan telah benar atau belum, (4) setiap kali siswa

memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan.

       Dalam metode ceramah tugas guru adalah membantu siswa memperoleh

pengetahuan secara deklaratif. Pengetahuan deklaratif menyatakan pengetahuan

tentang sesuatu, misalnya dalam mengkaji masalah-masalah sosial. Metode

pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar

siswa tentang pengetahuan deklaratif. Fase pembelajaran pada metode

pembelajaran langsung antara lain, guru mengawali pelajaran dengan tujuan dan

latar belakang pembelajaran serta memotivasi siswa untuk menerima penjelasan

yang diberikan oleh guru secara langsung. Fase persiapan dan motivasi yang

diikuti dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi tentang keterampilan

tertentu yang diberikan oleh guru. Pelajaran ini termasuk juga pemberian

kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik

(feed back) terhadap keberhasilan yang telah dilakukan. Guru memberikan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 29



kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang

telah dipelajari (Arends, 1997: 67).

       Ada beberapa alasan mengapa metode ceramah sering digunakan oleh para

guru maupun instruktur diantaranya.

       1) Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk
          dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak
          memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode
          yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah,
          memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian
          tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
       2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi
          pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-
          pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
       3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu
          ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang
          mana perlu ditekankan sesuai kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
       4) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena
          sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan
          ceramah.
       5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi
          lebih sederhana.
                                                         (Sanjaya, 2001:148)


       Kaitannya dengan hal tersebut di atas, metode pembelajan ceramah

bermedia dapat diterjemahkan sebagai metode pembelajaran yang menuntut guru

untuk menjelaskan materi ajar dengan baik dan memberi petunjuk mengenai hal-

hal yang akan dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan alat bantu (media) sebagai penunjang pembelajaran.

       Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses

komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim

pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri

yang   biasanya    berupa   materi     pelajaran.   Kadang-kadang   dalam   proses

pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 30



yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya

tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa; lebih para

lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan.

Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran

dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

       Rossi dan Breidle (1966 dalam Sanjaya, 2001:163) mengemukakan bahwa

media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk

mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan

sebagainya. Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja,

akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh

pengetahuan. Gerlach dan Ely (1980, dalam Sanjaya, 2001:163) menyatakan: ”A

medium conceived is any person, material or event that establishs condition wich

enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude”.

       Jadi menurut Gerlach dan Ely, secara umum media itu meliputi orang,

bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan

siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan demikian, media

dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide,

bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau

juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain

sebagainya, yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan,

mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan.

       Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman

belajar bagi siswa, Edgar dan Dale melukiskannya dalam sebuah krucut yang
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 31



kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience) sebagaimana

digambarkan berikut ini.


            Abstrak                        Verbal

                                       Lambang Visual

                                           Visual

                                           Radio

                                            Film

                                           Televisi

                                          Televisi

            Konkrit                     Karyawisata

                                        Demonstrasi

                                 Pengalaman melalui Drama

                               Pengalaman melalui Benda Tiruan

                                   Pengalaman langsung



       Bagan 1: Kerucut pengalaman Edgar Dale (Sanjaya, 2001:166)

       Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan

gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses

perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan

mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.

Semakin konkrit siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui

pengalaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh

siswa. Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya

hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan

diperoleh siswa.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 32



       Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan komponen media pengajaran

dalam sistem proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat penting,

sebab tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam

keadaan ini ceramah bermedia dapat digunakan agar lebih memberikan

pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami.

       Kekuatan yang paling penting dalam pengajaran menggunakan metode

ceramah bermedia adalah reinforcement yang berfungsi memotivasi siswa agar

dapat merasakan adanya kebutuhan untuk melakukan tugas pelajaran melalui

respon yang diberikan dalam tugas itu.


D. Prestasi Belajar

       Salah satu tugas dari seorang guru adalah mengadakan evaluasi. Evaluasi

bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, salah satunya adalah prestasi

belajar siswa. Informasi ini sangat berguna untuk memperjelas sasaran dalam

pembelajaran

       Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara

langsung dengan tes. Raka Joni (1977:26) mengemukakan bahwa prestasi belajar

adalah kegiatan belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,

sikap serta nilai-nilai. Sedangkan menurut Bloom (1971:7), prestasi belajar

merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognitif,

afektifm dan psikomotor. Pendapat lain mengemukakan bahwa prestasi belajar

mencerminkan sejauhmana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan pada setiap bidang studi. Gambaran prestasi belajar siswa dapat

dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10 (Suharsimi Arikunto, 1988:62).

Prestasi belajar merupakan hasi dari suatu usaha, kemampuan, dan sikap siswa
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 33



dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan (Zainal Arifin, 1989:40). Di

samping itu prestasi belajar dapat dioperasionalisasikan dalam bentuk indikator-

indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, dan predikat

keberhasilan (Saifuddin Azwar, 1996:44).

       Dari definisi tersebut di atas, tidak ada kontradiksi makna, bahkan

pengertiannya satu dengan yang lain saling melengkapi. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur

dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai

yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah.

       Dalam penelitian ini, prestasi belajar diartikan sebagai tes prestasi terbatas

pada ranah kognitif saja. Menurut Benjamin S.Bloom, ranah kognitif terdiri dari:

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Hasil belajar

yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta nilai-nilai dapat diukur

tinggi rendahnya dengan jalan memberi tugas-tugas kepada siswa yang relevan

dengan sasaran yang diinginkan. Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam suatu

mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut prestasi belajar.


E. Kerangka Berpikir

     Sebagaimana telah diuraikan dalam deskripsi teoretis, prestasi belajar siswa

pada pelajaran Agama dan PPKn merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap

materi yang diajarkan dalam pembelajaran Agama dan PPKn. Prestasi belajar

siswa merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Prestasi

belajar juga merupakan indikator tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan. Itu sebabnya prestasi belajar menjadi bagian tidak terpisahkan

dari proses pembelajaran.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 34



     Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Agama Islam dan PPKn

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: interaksi yang terjadi di dalam kelas,

model dan metode pembelajaran serta media yang digunakan guru, sarana dan

prasarana yang tersedia, kemampuan siswa, dan sebagainya. Ini berarti bahwa

model dan metode pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran Agama Islam dan PPKn. Model dan metode pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik materi ajar dan situasi kelas memungkinkan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan itu seorang guru selalu

berusaha agar prestasi belajar siswanya meningkat, sehingga guru mencoba

menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran dalam mengajar.

     Metode pemberian tugas merupakan salah satu bentuk intensifikasi dari

pendekatan keterampilan proses dengan mengetengahkan gejala sosial yang

terjadi dilingkungan masyarakat siswa sebagai bahan atau materi ajar yang

disesuaikan dengan materi ajar yang ada dalam buku teks. Metode pemberian

tugas memberikan kondisi kepada siswa sebagai pebelajar untuk mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri sehingga menemukan suatu konsep yang harus mereka

pelajari melalui suatu proses tahap-tahap baik yang dilakukan secara individual

maupun secara berkelompok.

     Proses atau tahapan-tahapan yang dilalui dalam pembelajaran dengan

metode pemberian tugas adalah: 1) mengidentifikasi pengetahuan & keterampilan

yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a) jenis pengetahuan dan

keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan keterampilan bernilai tinggi

yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan

yang dipelajari dalam kehidupan nyata di masyarakat; 2) merancang tugas-tugas
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 35



untuk assesmen kinerja, dengan cara menentukan: (a) jumlah waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b) kompleksitas tugas yang diberikan; (c)

kesesuaian tugas-tugas yang diberikan dengan kemampuan kognitif, sosial dan

afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis tugas yang berkaitan langsung dengan

upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun kriteria keberhasilan.

     Metode pembelajaran ini memberikan dua kelebihan pokok. Pertama,

pembelajaran Agama dan PPKn dikaitkan langsung dengan pengalaman anak

sehari-hari. Hal tersebut dapat membuat materi pelajaran menjadi lebih bermakna

karena anak menemukan hubungan antara pengetahuan yang dipelajari di sekolah

dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, pembelajaran

Agama dan PPKn yang dilakukan sesuai dengan mengkaji gejala dan masalah-

masalah sosial sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu menjadikan manusia

pebelajar yang memiliki tingkat intelegensi dan moralitas yang tinggi.

     Dalam metode pembelajaran ceramah bermedia guru lebih menekankan

bagaimana seorang guru agar dapat menjelaskan materi ajar dengan baik dan

dapat memberi petunjuk mengenai hal yang harus dilakukan oleh siswanya. Pada

metode pembelajaran ini kurang memperhatikan gagasan-gagasan yang dimiliki

siswa sebelumnya. Dalam hal ini guru hanya berusaha menyajikan atau

mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya langkah demi langkah agar

dapat dipahami oleh siswa. Hal ini mengakibatkan gagasan-gagasan yang dimiliki

siswa tidak berkembang. Pembelajaran yang hanya berorientasi pada menirukan

petunjuk dari seorang guru cenderung mematikan kreatifitas siswa sehingga

banyak ide-ide cemerlang dari siswa yang tidak tersalurkan.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 36



     Dari kedua metode pembelajaran tersebut, tentunya akan mendapatkan hasil

belajar yang berbeda karena prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah

laku dari apa yang diajarkan. Berdasarkan uraian di atas, diduga prestasi belajar

siswa yang mengikuti metode pembelajaran pemberian tugas lebih tinggi daripada

siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah bermedia.


F. Hipotesis

     Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang didasari deskripsi

teori serta didukung oleh kajian empirik yang relevan, hipotesis penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut.

   1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan

       PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan yang diajar

       dengan metode ceramah bermedia

   2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar dengan metode

       pemberian tugas lebih baik dibandingkan dengan siswa diajar dengan

       metode ceramah bermedia.

   3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama yang diajar dengan metode

       pemberian tugas lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan

       metode ceramah bermedia.

     Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, hipotesis statistiknya dirumuskan

sebagai berikut.

          H 0 : µM1 = µM 2
     1.
          H1 : µ M 1 ≠ µ M 2

          H 0 : µ PPKn 1 ≤ µ PPKn 2
     2.
          H 1 : µ PPkn1 φ µ PPKn 2
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 37



            H 0 : µ Agama1 ≤ µ Agama 2
       3.
            H 1 : µ Agama1 φ µ Agama 2

Keterangan:

µM1     = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn yang

            diajar dengan metode pemberian tugas.

µM 2    = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn yang

            diajar dengan metode ceramah bermedia

µ PPKn1 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar

            dengan metode pemberian tugas

µ PPKn 2 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar

            dengan metode ceramah bermedia

µ Agama1 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar

            dengan metode pemberian tugas

µ Agama2 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar

            dengan metode ceramah bermedia
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 38




                                   BAB III

                          METODE PENELITIAN



A. Desain Penelitian

     Penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasi), dengan rancangan

eksperimen tes awal tes akhir kelompok kontrol tanpa acak. Rancangan ini

dilakukan pada subyek kelompok tidak dilakukan acak (Sudjana dan Ibrahim,

2001: 44). Rancangan ini dipilih karena eksperimen dilakukan di kelas tertentu

dengan kelas yang telah ada. Dalam menentukan subyek untuk kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak memungkinkan mengubah kelas

yang telah ada. Dengan demikian randomisasi tidak bisa dilakukan. Dalam

menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak

terhadap kelas yang ada. Rancangan eksperimen ditunjukkan seperti Gambar 3.1

    Kelompok              Pretes          Ubahan Bebas            Postes

   Eksperimen              T1                   X                  T2

     Kontrol               T1                   _                  T2

Rancangan Tes awal Tes akhir Kelompok kontrol tanpa acak

       Dimana T1 = Tes awal, T2 = Tes akhir, dan X = Perlakuan.

     Pretes digunakan untuk melihat apakah kedua kelompok yang dijadikan

sampel penelitian sebelum perlakuan setara atau tidak. Untuk menguji hal ini

digunakan uji-t.

     Sementara itu, penggunaan metode pembelajaran yang dibedakan atas

penggunaan metode penugasan untuk kelompok eksperimen dan metode ceramah
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 39



bermedia untuk kelompok kontrol. Kegiatan guru dan siswa untuk kedua metode

pembelajaran yang digunakan diiktisarkan dalam Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.1 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Perlakuan Metode
          Pemberian Tugas
No       Tahap      Kegiatan Guru                      Kegiatan Siswa
1    Mengidentifika  1. Menentukan jenis pengetahuan         1. Menuliskan      jenis
     si pengetahuan     dan keterampilan yang                   pengetahuan      dan
     & keterampilan     diharapkan                              keterampilan yang
     yang harus      2. Menentukan dan                          akan dipelajari
     dimiliki           menyampaikan pengetahuan             2. Menuliskan prosedur
                        dan keterampilan bernilai tinggi        yang diberikan guru
                        yang harus dipelajari                3. Menjawab
                     3. Menjelaskan cara menerapkan             pertanyaan guru
                        pengetahuan dan keterampilan            sesuai dengan
                        yang dipelajari dalam                   pengetahuan awal
                        kehidupan nyata di masyarakat           yang mereka miliki
                     4. Menyajikan situasi yang saling
                        bertentangan.
                     5. Mengemukakan pertanyaan/
                        masalah yang dapat memotivasi
                        siswa untuk mengemukakan
                        pendapatnya
2    Merancang      1. Menentukan jumlah waktu yang          1. Bertanya kepada
     tugas-tugas        dibutuhkan                 untuk        guru untuk
     untuk assesmen     menyelesaikan tugas                     menggali informasi
     kinerja        2. Menyampaikan         kompleksitas     2. Melakukan diskusi
                        tugas yang diberikan                    untuk merumuskan
                    3. Menyampaikan           kesesuaian        langkah-langkah
                        tugas-tugas yang diberikan              penyelesaian
                        dengan kemampuan kognitif,              masalah berkenaan
                        sosial dan afektif yang hendak          dengan tugas yang
                        dicapai                                 diberikan guru
                    4. Meminta siswa berusaha untuk          3. Menyampaikan
                        mengumpulkan data informasi             langkah-langkah
                        sebanyak-sebanyaknya tentang            penyelesaian
                        masalah yang mereka hadapi              berkenaan dengan
                    5. Menyiapkan informasi yang                tugas yang diberikan
                        dibutuhkan siswa                        guru.
                    6. Memeriksa tampilnya masalah
                    7. Menjawab pertanyaan siswa
                    8. Menetapkan langkah-langkah
                        penyelesaian     masalah     dari
                        jawaban siswa untuk dikaji
                        lebih lanjut
3    Menyusun        1. Membimbing dan mengarahkan           1. Siswa
     kriteria           siswa dalam menyusun kriteria           mendiskusikan     apa
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 40



     keberhasilan         keberhasilan yang akan dicapai         yang     disampaikan
                          melalui proses pembelajaran            guru     berdasarkan
                       2. Meminta        siswa      untuk        pengalaman        awal
                          menyiapkan alat/bahan untuk            yang dimiliki.
                          mengerjakan       tugas    yang   2.   Menulis      kriteria-
                          diberikan       sesuai dengan          kriteria keberhasilan
                          masalah sosial dan agama yang          yang akan dicapai
                          diberikan      dalam       buku        dalam tugas yang
                          panduan/praktikum.                     diberikan
                       3. Menyampaikan kriteria             3.   Menyiapkan alat dan
                          keberhasilan yang telah                bahan           secara
                          disepakati bersama siswa.              berkelompok
                                                            4.   Secara berkelompok
                                                                 melakukan langkah-
                                                                 langkah
                                                                 penyelesaian
                                                                 masalah          yang
                                                                 diberikan       dalam
                                                                 tugas
                                                            5.   Bertanya       seputar
                                                                 masalah dan proses
                                                                 penyelesaian
                                                                 masalah sosial dan
                                                                 keagamaan        yang
                                                                 dilakukan.
                                                            6.   Menganalisis
                                                                 kesesuaian langkah
                                                                 penyelesaian
                                                                 masalah        dengan
                                                                 kriteria yang telah
                                                                 ditetapkan.

       Tabel 3.2 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Perlakuan
                Metode Ceramah Bermedia
No       Tahap                Kegiatan Guru                 Kegiatan Siswa
1    Penyampaian      Mempersiapkan siswa untuk Mendengarkan penjelasan guru
     Tujuan           belajar dan memotivasi siswa. tentang   materi     pelajaran.
     Pembelajaran     Hal ini dilakukan dengan Dilanjutkan dengan mencatat
                      memberi penjelasan tentang tujuan pembelajaran
                      materi pelajaran




2.   Demontrasi       Mendemonstrasikan      bahan Memperhatikan Demonstrasi
     Pengetahuan      pelajaran  sesuai     dengan yang dilakukan guru dan
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 41



     atau              petunjuk dalam buku teks           mempelajari buku teks
     keterampilan
3.   Membimbing      Membimbing pelatihan kepada          Masing-masing      kelompok
     latihan     dan masing-masing kelompok dan           berdiskusi dan menanyakan
     pemberian       mengulang       penyampaian          kepada guru apabila ada
     umpan balik     mengenai materi pelajaran            langkah-langkah yang belum
                     apabila ada kelompok yang            dipahami
                     belum paham
4.   Memberikan      Menyuruh masing-masing               Masing-masing         kelompok
     kesempatan      kelompok untuk mengerjakan           mengerjakan tugas yang sudah
     kepada siswa tugas latihan.                          disiapkan oleh guru/yang
     untuk mencoba                                        sudah ada di buku teks.
     latihan   tugas                                      Kemudian         mendengarkan
     sesuai     buku                                      penjelasan      guru      yang
     teks,     untuk                                      dilanjutkan dengan membuat
     melihat tingkat                                      tugas secara individu.
     pemahaman
     siswa


     Sebelum menerapkan metode penugasan dan metode ceramah bermedia,

guru yang mengajar di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol diberikan

pelatihan tentang pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dan

metode ceramah bermedia. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan jadwal

pelajaran yang ada di sekolah tempat pelaksanaan perlakuan.

     Untuk meyakinkan bahwa rancangan penelitian layak untuk pengujian

hipotesis dilakukan pengontrolan validitas internal. Pengontrolan validitas internal

ini dilaksanakan agar hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan hasil belajar

PPKn siswa dapat dinyatakan sebagai hasil perlakuan eksperiman dan hasil

eksperimen dapat digeneralisasikan pada kondisi yang sama di luar perlakuan.

Pengontrolan validitas internal meliputi: (1) karakteristik subyek, (2) mortalitas

(3) lokasi, (4) instrumen, (5) pengukuran, (6) sejarah, (7) kematangan, (8) sikap,

(9) regresi, dan implementasi (Fraenkel and Wallen, 1993: 222-230).
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 42



1. Karakteristik Subjek

     Kelompok yang dijadikan subjek penelitian merupakan kelompok yang

setara dalam hal penyebaran siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan

rendah secara merata.

2. Mortalitas

     Mortalitas atau kehilangan anggota sampel yang menjadi peserta eksperimen

akibat alasan tertentu. Mortalitas dikontrol dengan absen yang ketat selama

perlakuan berlangsung.

3. Lokasi

     Lokasi tempat        eksperimen dan fasilitas penunjang     lainnya   dapat

mempengaruhi hasil penelitian. Lokasi ini terkontrol karena jumlah siswa untuk

kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, demikian juga fasilitas

pembelajaran yang ada di kelas relatif sama.

4. Instrumentasi

     Pengaruh instrumentasi dikontrol dengan menggunakan alat pengumpul data

yang valid dan reliabel

5. Pengukuran

     Perbedaan prilaku yang ditunjukkan oleh tes awal dan tes akhir dapat

diakibatkan oleh kejadian di luar perlakuan. Tes awal dapat membuat siswa sadar

tentang apa yang akan dipelajari, membuat siswa lebih sensitif dan responsif

terhadap materi yang dipelajari. Pengaruh perbedaan prilaku ini dikontrol dengan

hanya membandingkan tes akhir dari masing-masing kelompok. Tes awal

dilaksanakan untuk melihat kesetaraan kedua kelompok sebelum perlakuan dan

menggunakan tes yang berbeda dengan tes akhir.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 43



6. Sejarah

        Sejarah adalah kejadian-kejadian khusus yang bukan disebabkan oleh

perlakuan eksperimen tetapi dapat mempengaruhi respon subjek, dalam hal ini

hasil belajar pendidikan agama Islam dan hasil belajar PPKn siswa. Faktor sejarah

dikontrol dengan pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara

acak.

7. Kematangan

        Kematangan terjadi karena perubahan subjek penelitian sesuai dengan

perjalanan waktu. Faktor kematangan dikontrol dengan pemberian perlakuan

dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama tetapi masih memenuhi persyaratan

penelitian. Dengan demikian, subjek penelitian tidak sampai mengalami

perubahan fisik maupun mental yang dapat mempengaruhi hasil belajar

pendidikan agama Islam dan PPKn siswa.

8. Regresi

        Regresi statistik muncul karena adanya skor-skor yang ekstrem dalam

penelitian. Pengaruh regresi statistik dikontrol dengan menguji kesetaraan secara

statistik terhadap kedua kelompok sebelum perlakuan dimulai melalui tes

kesetaraan kelompok.

9. Implementasi

        Pengaruh implementasi adalah kejadian tidak terduga yang dapat

menguntungkan salah satu kelompok. Pengaruh implementasi dikontrol dengan

menggunakan pengajar yang setara untuk kedua kelompok baik dari segi

pendidikan maupun pengalamannya. Untuk meminimalisasi bias yang terjadi
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 44



akibat perlakuan guru dikontrol dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai

dengan skenario pembelajaran yang telah disusun.


B. Populasi dan Sampel

     Penelitian ini dilaksanakan di SMPN I Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia

Kabupaten Lombok Timur. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII

yang ada di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia Kabupaten Lombok

Timur, tahun ajaran 2007/2008.

       Pengambilan sampelnya menggunakan teknik random sampling. Langkah-

langkah penentuan sampel adalah sebagai berikut: pertama, dari ...... kelas VIII

yang ada di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia, dipilih dua kelas secara

random sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Kedua, dari dua kelas tersebut

dirandom lagi untuk mendapatkan mana kelompok yang akan dijadikan sebagai

kelompok eksperimen (kelas yang diajar dengan menggunakan metode

penugasan) dan mana kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok kontrol

(kelas yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah bermedia). Dari

hasil undian yang menjadi kelompok eksperimen adalah Kelas .....dan yang

menjadi kontrol adalah kelas ......
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 45



     Untuk mengetahui kesetaraan kedua kelompok yang terpilih digunakan

instrumen tes kesetaraan kelompok. Selanjutnya untuk menguji ada tidaknya

perbedaan rata-rata skor hasil tes kesetaraan kelompok digunakan uji-t (Sudjana,

2002) dengan rumus:

                   −               −


        t=
                   x1 − x 2
                       1               1
               S            +
                       n n
                       1                   2

                                           2             2
               (n1 − 1). s1 + (n2 − 1). s 2
       S2 =
                                   n +n1        2
                                                    −2

Keterangan:
                           _
                           X 1 = rata-rata skor hasil tes pada kelompok eksperimen

                               _
                           X 2 = rata-rata skor hasil tes pada kelompok kontrol

                            S = simpangan baku gabungan skor hasil tes kedua kelompok

                            S1= simpangan baku skor hasil tes kelompok eksperimen

                           S2 = simpangan baku skor hasil tes kelompok kontrol

                            n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen

                            n2 = jumlah siswa kelompok kontrol

Kriteria pengujian: jika t-hitung < t-tabel pada derajat kebebasan n1 + n2 -2 dan

taraf signifikansi 5%, maka kelompok dinyatakan setara (tidak berbeda secara

signifikan).


C. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen

       Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan

yang telah diajukan, maka dilakukan pengumpulan data dengan instrumen.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 46



Metode pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.


C.1 Metode Pengumpulan Data

       Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: (1) hasil belajar

pendidikan agama Islam dan (2) hasil belajar PPKn yang dikumpulkan dengan

metode tes.


C.2 Instrumen Penelitian

       Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data sebelumnya dilakukan

uji coba instrumen untuk menguji validitas item dan menghitung reliabilitas alat

ukur. Uji coba dilakukan dengan melibatkan siswa kelas VIII sebanyak 160 siswa

di SMPN 1 Selong.

1) Validitas Butir Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan PPKn

      Untuk mengetahui validitas butir tes hasil belajar digunakan korelasi point

biserial ( rpbis ) dengan rumus sebagai berikut.

                                 ( Xp − Xt )   p
                       rpbis =
                                    SDt        q

Keterangan :

Xp    = rata-rata testee yang menjawab butir soal dengan benar
Xt    = rata-rata skor total untuk semua testee
SDt   = simpangan baku total semua testee
 p    = proporsi testee yang dapat menjawab benar butir soal yang bersangkutan
 q    = 1-p
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 47



     Kriteria butir soal dalam kategori valid jika r pbis hitung > r pbis tabel pada

taraf signifikansi 5%. Tes hasil belajar diujicobakan terhadap 160 siswa kelas

VIII di SMPN 1 Selong. Setelah itu dianalisis dengan program Microsoft Excel

2) Reliabilitas Tes Hasil Belajar

     Reliabilitas tes hasil belajar dihitung dengan rumus Kuder- Richardson 20

(K-20), dengan rumus sebagai berikut.

                     k   SDt − ∑ ( pq ) 
                               2

          KR – 20 =                     
                     k − 1 
                                     2
                                SDt       
                                           

 Keterangan:     k = banyaknya butir soal

                 P = proporsi peserta tes yang menjawab benar

                 q = 1-p

       Semua butir tes hasil belajar pendidikan agama Islam dan PPKn siswa

yang valid selanjutnya dihitung Reliabilitasnya dengan menggunakan rumus

Kuder-Richardson 20 (KR-20) melalui program Microsoft Excel.


D. Metode Analisis Data

     Data hasil pengukuran dianalisis secara bertahap sesuai dengan variabel

masing-masing untuk menjawab permasalahan penelitian.

D.1 Deskripsi Data

     Untuk mendeskripsikan kualitas hasil belajar siswa, maka digunakan analisis

univariat. Kualifikasi dideskripsikan atas dasar skor rerata ideal (Mi) dan

simpangan baku ideal (SDi). Dengan menggunakan lima jenjang kualifikasi, maka

kriterianya dapat disusun seperti Tabel 3.1 di bawah ini.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 48



Tabel 3.3 Pedoman Konversi Kecendrungan Data Hasil Belajar siswa                 pada
              Pelajaran Agama dan PPKn

 No                                Kriteria                           Kualifikasi

 1                             > (Mi + 1,5 Sdi)                      Sangat Tinggi

 2                     (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi)                Tinggi

 3                     (Mi – 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi)                Sedang

 4                     (Mi – 1,5 SDi) s/d (Mi – 0,5 SDi)                Rendah

 5                             < (Mi – 1,5 Sdi)                      Sangat Rendah
       Keterangan :

       Mi = rata-rata ideal

          =   1
                  2   ( skor maksimum ideal + skor minimum ideal )

      SDi = simpangan baku ideal

          =   1
                  6   ( skor maksimum ideal – skor minimum ideal )


D.2 Uji Persyaratan Analisis

       Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa hasil belajar Agama (Y1) dan hasil

belajar PPKn (Y2) tidak berkorelasi secara signifikan. Selanjutnya dilakukan

pengujian asumsi untuk mengetahui apakah data yang tersedia dapat dianalisis

dengan statisitik parametrik atau tidak. Berkaitan dengan statistik yang digunakan

untuk analisis data dalam penelitian ini maka uji asumsi yang dilakukan meliputi

uji normalitas, uji linieritas, uji homogenitas dan uji korelasi antar variabel

tergantung (Nurosis, 1990:72).

1) Pengujian Normalitas
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 49



     Pengujian normalitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa sampel berasal

dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga uji hipotesis dengan statistik

dapat dilakukan. Uji normalitas sebaran data menggunakan bantuan SPSS-10 for

Windows melalui Steam and leaf plot (Nurosis, 1990:74-75) dan uji Kolmogorov-

Smirnov.

     Kriteria pengujian data berdistribusi normal jika angka signifikansi yang

diperoleh dalam Kolmogorov-Smirnov lebih dari 0,05 dan dalam hal lain sebaran

data tidak berdistribusi normal.

2) Pengujian Homogenitas

     Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih

kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama.

Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji kesamaan varian-kovarian

menggunakan SPSS-10 for windows melalui uji Box’s M untuk uji homogenitas

secara bersama-sama dan dengan uji Levene’s untuk uji homogenitas secara

terpisah (Hair, at.all, 1998: 375). Keriteria pengujian: data memiliki matriks

varians-kovarian yang sama (homogen) jika signifikansi yang dihasilkan dalam uji

Box’s M dan uji Levene’s lebih dari 0,05 dan data tidak berasal dari populasi yang

homogen jika signifikansi yang dihasilkan dalam uji Box’ M dan uji Levene’s

kurang dari 0,05.

3) Pengujian Linieritas dan Korelasi

     Sebelum dilakukan uji korelasi terlebih dahulu dilakukan uji linieritas dan

uji regresi linier. Pengujian linieritas adalah untuk mengetahui bentuk hubungan

antara variabel dependent (terikat) dan idependent (bebas). Linieritas diuji melalui

uji F, dengan menggunakan lajur Deviation from Linierity, sedangkan untuk
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 50



melihat keberartian arah regresinya melalui lajur Linierity. Kriteria pengujian

adalah: (a) uji linieritas pada lajur Deviation from Linierity, jika angka

signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan bentuk

regresinya linier, (b) uji keberartian arah regresi pada lajur Linierity, jika

signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 maka dinyatakan arah regresi

berarti. Analisisnya dilakukan dengan bantuan program SPSS10 for Windows.

     Uji regresi dilakukan melalui uji regresi linier sederhana melalui uji F.

                           ∧
Persamaan regresi adalah Y = a + bX dengan:

     a = konstanta
      ∧
     Y = prestasi belajar siswa pada pelajaran Agama Islam dan PPKn
     b = arah regresi
     X = metode pembelajaran

     Kriteria pengujian: metode regresi bisa dipakai untuk menguji prestasi

belajar siswa pada pelajaran Agama Islam dan PPKn jika angka signifikansi yang

dihasilkan lebih kecil dari 0,05. Analisisnya dilakukan dengan bantuan program

SPSS10 for Windows.

     Pengujian korelasi metode pembelajaran dengan hasil belajar siswa pada

pelajaran agama Islam dan PPKn dilakukan menggunakan bantuan SPSS10 for

Windows melalui uji korelasi Pearson. Kriteria pengujian: data berkorelasi jika

angka signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05.

4) Uji Hipotesis

     Uji hipotesis dilakukan dengan uji analisis varian (ANAVA) 2 x 2 faktorial

(satu jalur). Desain uji hipotesis yang akan dilakukan mengikuti tabel berikut.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 51



    Tabel 3.4: Rancangan ANAVA 1 Jalur (Faktorial 2 x 2)
                 Mata Pelajaran (A)
                                                                              A1                             A2
                                                                         (AGAMA ISLAM)                     (PPKn)
        Metode Belajar (B)
             Pemberian Tugas                                                   A1B1                        A2B1
                    (B1)
            Ceramah Bermedia                                                   A1B2                        A2B2
                    (B2)

Keterangan:
A = Mata Pelajaran (A1 = Agama Islam; A2 = PPKn)
B = Metode Belajar (B1 = Pemberian Tugas; B2 = Ceramah Bermedia)
Y = Hasil Belajar

        Data yang dihasilkan dalam penelitian tersebut kemudian dihitung

menggunakan program SPSS10 for Windows.

Tabel Ringkasan Anava 1 Jalur (2x2 faktorial)
   SV                                              JK                                    Db    MK    Fh         Ftab
                                                                                                             5%    1%
Antar A
               (∑ X ) − (∑ X )  2                                2                       …..   …..   …..     …… …..
             ∑      nA
                            A

                                                   N
                                                       tot




              ( X ) − (∑ X )
             ∑∑
Antar B                          2                               2                       …..   …..   …..     ……     …..
                            B                          tot

                    nB                             N
              ( X ) − (∑ X )
             ∑∑
Inter AB                             2                               2                   …..   …..   …..     ……     …..
                            AB                           tot
                                                                         − JK A − JK B
                    n AB                            N
Dalam
                               (∑ X )                        2                           …..   …..   …..     ……     …..
             ∑ X tot        −∑
                        2                          AB

                                             n AB
Total
                              (∑ X )               2                                     …..   …..   …..     ……     …..
             ∑X             −
                        2                    tot
                  tot
                                         N

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika F hitung > F tabel, dengan derajat kebebasan (dk = a-1, N-a) dan taraf

signifikansi 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika hasil uji ANAVA signifikan, artinya hipotesis pertama sudah terjawab bahwa

terdapat perbedaan, selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji t-Scheffe untuk

menguji hipotesis kedua dan ketiga, rumus yang digunakan adalah:
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 52


                 −    −
                 Xi− X j
       ti− j =             , dimana db t = db dalam
                 2 xMK d
                    n

Kriteria pengambilan keputusan:

Tolak H0 jika t hitung > t tabel dengan taraf kebebasan (dk = db dalam) dan taraf

signifikansi 5%. Sebaliknya terima H0 jika t hitung < t tabel dengan taraf

kebebasan (dk = db dalam) dan taraf signifikansi 5%.

Hasil perhitungan dengan cara manual ini akan disandingkan dengan hasil

pengujian menggunakan bantuan program SPSS10 for windows.
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 53



                                    BAB IV
                 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. DESKRIPSI DATA

       Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa

pada pelajaran PPKn sebagai hasil perlakuan antara penerapan metode ceramah

bermedia dan metode pemberian tugas. Penelitian ini menggunakan rancangan

eksperimen pre-test post-test kelompok kontrol tanpa acak dengan menggunakan

Anova satu jalur (2x2 faktorial) sebagai alat analisis datanya. Oleh karena itu,

data penelitian ini dideskripsikan berdasarkan kelompok data sebagai berikut.

1 Deskripsi Data hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn dan Agama di

   SMPN 1 Suralaga

       Tabel 4.1: Data Penelitian di SMPN 1 Suralaga

                 Kelompok A1           Kelompok A2
       No
                 Y1       Y2           Y1       Y2
             1      18         18         17         16
             2      21         19         18         17
             3      24         23         23         19
             4      20         21         19         20
             5      21         23         19         19
             6      20         23         18         22
             7      21         22         20         24
             8      17         21         17         20
             9      21         20         18         19
            10      23         22         20         18
            11      17         19         16         17
            12      20         18         20         18
            13      18         21         17         20
            14      15         18         14         17
            15      23         24         20         20
            16      20         22         18         21
            17      20         21         20         20
            18      19         21         18         18
            19      18         15         16         14
            20      21         21         20         18
            21      20         21         18         22
            22      19         21         17         19
            23      21         17         18         17
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 54



         24            19          23         18         21
         25            21          18         20         16
         26            18          17         15         18
         27            20          21         17         20
         28            25          26         24         24
         29            20          21         18         19
         30            18          22         21         21
         31            20          21         18         19
         32            18          20         19         18
         33            21          21         20         19
         34            18          16         19         16
    N                  34          34         34         34
    Rata-
    rata          19.85294       20.5    18.52941         19
    SD            2.061661    2.36451     2.01863   2.201928
    Varian        4.250446   5.590909    4.074866   4.848485



Keterangan:

A1 : Metode Pemberian Tugas

A2 : Metode Ceramah Bermedia

Y1 : Hasil Belajar PPKn

Y2 : Hasil Belajar Agama



2. Data Hasil Penelitian di SMPN 1 Sukamulia

                      Kelompok A1            Kelompok A2
        No
                      Y1       Y2            Y1       Y2
              1          17         20          16         19
              2          20         20          18         17
              3          21         24          20         20
              4          23         23          21         21
              5          19         23          16         20
              6          15         23          15         19
              7          16         25          15         23
              8          23         22          19         20
              9          20         20          16         19
             10          16         22          15         20
             11          17         19          15         17
             12          20         18          20         18
             13          18         21          15         20
             14          15         18          14         17
             15          22         24          20         20
             16          20         22          18         21
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 55



            17          20        21         20         20
            18          15        21         14         18
            19          16        15         14         14
            20          16        21         15         18
            21          23        21         18         22
            22          21        21         17         19
            23          20        17         18         17
            24          16        23         18         21
            25          19        18         16         16
            26          17        17         15         18
            27          16        21         15         20
            28          18        26         15         24
            29          20        21         19         19
            30          16        22         15         21
            31          20        21         20         19
            32          19        20         18         18
            33          23        21         20         19
            34          24        16         20         16
      N                 34        34         34         34
      Rata-
      rata        18.85294   20.79412   17.05882   19.11765
      SD          2.687032   2.495808   2.228482    2.04146
      Varian      7.220143   6.229055   4.966132   4.167558




B. Analisis Data

1. Analisis Data SMPN 1 Suralaga

    Variabel hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn diukur dengan tes dengan

jumlah pertanyaan 26 butir soal, dengan skor minimum ideal = 0 dan skor

maksimum ideal = 26, sehingga diperoleh rata-rata ideal = 13, dan standar deviasi

ideal = 4.33. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar deviasi ideal tersebut, skor

hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn dapat diklasifikasikan sebagai tertera

dalam Tabel 4.2


    Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn
No Kriteria                                Interval           Kualifikasi
1    > (Mi + 1,5 SDi)                          >19.49             Sangat Tinggi
2    (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi )        15,16 – 19,49      Tinggi
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 56



3    (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi )           10,83 –15,16         Sedang
4    (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi )           6,51 – 10,83         Rendah
5    < (Mi - 1,5 SDi)                             <6,51                Sangat Rendah



Hasil pengukuran terhadap variabel hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn

memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor hasil belajar Siswa pada
    Pelajaran PPKn
           Statistik                             Metode Pembelajaran
                                 Pemberian Tugas                 Ceramah Bermedia
              N                           34                            34

              X                        19.85                           18.53
             SD                           2.06                         2.02
             SD2                          4.25                         4.07



          Pengukuran hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn, untuk kelompok

siswa yang mengikuti metode pemberian tugas mempunyai rata–rata 19,85,

sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti metode ceramah bermedia

mempunyai rata-rata 18,53. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar siswa pada

pelajaran PPKn yang mengikuti metode pemberian tugas sangat tinggi dan rata-

rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah bermedia tergolong

tinggi.

          Hasil Pengukuran variabel hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn untuk

setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut.

1) Data hasil belajar pada Pelajaran PPKn Siswa yang mengikuti Metode

    Pemberian Tugas dan Ceramah bermedia
Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 57



       Pengukuran hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn, untuk kelompok

siswa yang mengikuti metode pemberian tugas mempunyai rata-rata 19,85 dan

simpangan baku 2,06. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran

PPKn yang mengikuti metode pemberian tugas tergolong sangat tinggi, dengan

variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,25.

2. Analisis Data SMPN 1 Sukamulia

       Pengukuran hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn, untuk kelompok

siswa yang mengikuti metode pemberian tugas adalah 18,75 dengan simpangan

baku 2.68 sedangkan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah

bermedia mempunyai rata rata 17,05 dan simpangan baku 2,23. Hal ini berarti

rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn yang mengikuti metode

pemberian tugas dan metode ceramah bermedia tergolong tinggi, dengan variasi

perolehan skor pada kelompoknya sebesar 7,22 dan 4,96.

       Sedangkan hasil belajar siswa pada pelajaran Agama, untuk kelompok

siswa yang mengikuti metode pemberian tugas adalah 20,79 dengan simpangan

baku 2.49 sedangkan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah

bermedia mempunyai rata rata 19,11 dan simpangan baku 2,04. Hal ini berarti

rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran Agama yang mengikuti metode

pemberian tugas dan metode ceramah bermedia tergolong tinggi, dengan variasi

perolehan skor pada kelompoknya sebesar 6,23 dan 4,17.
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN
OPTIMALKAN PEMBELAJARAN

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

RPP Pendidikan Agama Kristen (PAK) SMP Kelas VIII
RPP Pendidikan Agama Kristen (PAK) SMP Kelas VIIIRPP Pendidikan Agama Kristen (PAK) SMP Kelas VIII
RPP Pendidikan Agama Kristen (PAK) SMP Kelas VIIIDiva Pendidikan
 
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "chusnaqumillaila
 
Diktat Pembinaan Warga Gereja
Diktat Pembinaan Warga GerejaDiktat Pembinaan Warga Gereja
Diktat Pembinaan Warga GerejaKirenius Wadu
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, Ptolomeus
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, PtolomeusTokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, Ptolomeus
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, PtolomeusHariyatunnisa Ahmad
 
Konsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & WahyuKonsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & WahyuGiovanni Promesso
 
Laporan hasil observasi bk
Laporan hasil observasi bkLaporan hasil observasi bk
Laporan hasil observasi bkbaiq wulan
 
Konsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKonsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKundas Tanma
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanUniversity of Jember
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisGoogle
 
INTEGRITAS KRISTEN
INTEGRITAS KRISTENINTEGRITAS KRISTEN
INTEGRITAS KRISTENSABDA
 
Materi Pembinaan Homiletika
Materi Pembinaan HomiletikaMateri Pembinaan Homiletika
Materi Pembinaan HomiletikaGerry Atje
 

Mais procurados (20)

HAKIKAT PESERTA DIDIK.pptx
HAKIKAT PESERTA DIDIK.pptxHAKIKAT PESERTA DIDIK.pptx
HAKIKAT PESERTA DIDIK.pptx
 
RPP Pendidikan Agama Kristen (PAK) SMP Kelas VIII
RPP Pendidikan Agama Kristen (PAK) SMP Kelas VIIIRPP Pendidikan Agama Kristen (PAK) SMP Kelas VIII
RPP Pendidikan Agama Kristen (PAK) SMP Kelas VIII
 
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "
 
Oikumenika GEREJA
Oikumenika GEREJAOikumenika GEREJA
Oikumenika GEREJA
 
Aliran kritisisme
Aliran kritisismeAliran kritisisme
Aliran kritisisme
 
Diktat Pembinaan Warga Gereja
Diktat Pembinaan Warga GerejaDiktat Pembinaan Warga Gereja
Diktat Pembinaan Warga Gereja
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, Ptolomeus
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, PtolomeusTokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, Ptolomeus
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, Ptolomeus
 
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELINGPETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
 
Ptt hidup beriman
Ptt hidup berimanPtt hidup beriman
Ptt hidup beriman
 
Profesi Keguruan
Profesi KeguruanProfesi Keguruan
Profesi Keguruan
 
Teori belajar humanisme
Teori belajar humanismeTeori belajar humanisme
Teori belajar humanisme
 
Konsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & WahyuKonsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
Konsili Vatikan II tentang Iman & Wahyu
 
Laporan hasil observasi bk
Laporan hasil observasi bkLaporan hasil observasi bk
Laporan hasil observasi bk
 
Konsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKonsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistik
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir Kritis
 
Idealisme
IdealismeIdealisme
Idealisme
 
INTEGRITAS KRISTEN
INTEGRITAS KRISTENINTEGRITAS KRISTEN
INTEGRITAS KRISTEN
 
Materi Pembinaan Homiletika
Materi Pembinaan HomiletikaMateri Pembinaan Homiletika
Materi Pembinaan Homiletika
 

Semelhante a OPTIMALKAN PEMBELAJARAN

Semelhante a OPTIMALKAN PEMBELAJARAN (20)

Kode
KodeKode
Kode
 
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.pptTEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
 
1 Buku Panduan Pendekatan Bertema (2).pptx
1 Buku Panduan Pendekatan Bertema (2).pptx1 Buku Panduan Pendekatan Bertema (2).pptx
1 Buku Panduan Pendekatan Bertema (2).pptx
 
Uas lpp
Uas lppUas lpp
Uas lpp
 
2. laporan ptk yunus
2. laporan ptk yunus2. laporan ptk yunus
2. laporan ptk yunus
 
Propopsal penelitianku
Propopsal penelitiankuPropopsal penelitianku
Propopsal penelitianku
 
PTK SOS-1.docx
PTK SOS-1.docxPTK SOS-1.docx
PTK SOS-1.docx
 
kajian tindakaku
kajian tindakakukajian tindakaku
kajian tindakaku
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Paikem 1
Paikem 1Paikem 1
Paikem 1
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
SISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGA
SISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGASISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGA
SISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGA
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beli
 
Proposal skripsi ii
Proposal skripsi iiProposal skripsi ii
Proposal skripsi ii
 
Makalah-Etika profesional keguruan
Makalah-Etika profesional keguruanMakalah-Etika profesional keguruan
Makalah-Etika profesional keguruan
 
Buku Panduan Pendekatan Bertema.pdf
Buku Panduan Pendekatan Bertema.pdfBuku Panduan Pendekatan Bertema.pdf
Buku Panduan Pendekatan Bertema.pdf
 
Funsi dan tugas guru agama
Funsi dan tugas guru agamaFunsi dan tugas guru agama
Funsi dan tugas guru agama
 
Proposal nonny
Proposal nonnyProposal nonny
Proposal nonny
 

Mais de guestf6b63af

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar BiologiProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologiguestf6b63af
 
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi MahasiswaHubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswaguestf6b63af
 
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar MatematikaProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematikaguestf6b63af
 
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya IlmiahBab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiahguestf6b63af
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learningguestf6b63af
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 

Mais de guestf6b63af (6)

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar BiologiProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi
 
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi MahasiswaHubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
Hubungan Konsep Diri Terhadap Alienasi Mahasiswa
 
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar MatematikaProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
 
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya IlmiahBab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
Bab Iv Penerapan Model Inquiri Thdp Penalaran Formal Dan Penulisan Karya Ilmiah
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learning
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 

Último

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 

Último (20)

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 

OPTIMALKAN PEMBELAJARAN

  • 1. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut moralitas dan paham kebangsaan yang tinggi, sebab ilmu dan pengetahuan yang tidak dibarengi dengan tingkat keimanan dan moralitas yang tinggi menyebabkan pendidikan kehilangan esensinya sebagai wahana memanusiakan manusia. Banyak orang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan prestasi yang gemilang secara akademik namun tidak memberikan manfaat yang berarti dalam lingkungan masyarakatnya, bahkan menjadi racun yang sangat membahayakan bagi eksistensi budaya dan nilai-nilai kemanusiaan karena iman dan moralitasnya rendah. Tidak sedikit kasus amoral terjadi yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah maupun oleh para ilmuwan, baik melalui layar televisi maupun media masa. Bagaimana seorang anak SMP memperkosa rekannya sendiri, membunuh, kecanduan obat-obat terlarang, minum-minuman keras, bunuh diri dan lain sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan yang dilakukan selama ini belum menyentuh ranah kesadaran siswa. Pelajaran Agama dan PPKn serta pesan-pesan moral yang disampaikan oleh guru di depan kelas, tidak mampu menjiwai setiap gerak langkah siswa dalam kehidupan masyarakatnya. Hal ini tentunya, disebabkan oleh keringnya pembelajaran yang dirasakan siswa, materi-materi pelajaran agama dan PPKn dianggap sebagai pelajaran tambahan yang harus dihapal, kemudian ditagih disaat
  • 2. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 2 ujian. Setelah ujian selesai, materi itupun segera menghilang tanpa bekas. Yang lebih parah lagi, sekolah kita selama ini terkesan sebagai lembaga pengekangan, tidak ubahnya seperti penjara, dimana anak-anak didik dikekang dengan aturan yang serba ketat dan materi pelajaran yang begitu padat. Hampir tidak ada gagasan ataupun ide yang berasal dari siswa dapat berkembang dan menjadi perhatian. Dampaknya, ketika anak-anak selesai ujian nasional, mereka ramai- ramai mencoret baju, berteriak dijalanan dan ngebut-ngebutan. Seolah-olah mereka mau mengatakan “hore… kita sudah bebas dan lepas dari semua pengekangan”. Inilah sebenarnya cerminan pendidikan kita dewasa ini. Apabila situasi ini dibiarkan, maka bisa jadi masyarakat kita akan menjadi masyarakat yang rusak, masyarakat yang tidak memiliki nilai-nilai budaya yang harus dijunjung tinggi, masyarakat yang melupakan jati dirinya sendiri. Masyarakat yang cerdas dari sisi keilmuan, namun tidak memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami orang lain bahkan masyarakat yang tidak tahu dari mana asalnya. Di sinilah kita akan melihat masyarakat kita pada kondisi yang sangat memperihatinkan, karena jauh dari nilai-nilai agama dan budaya yang ada. Untuk itu, peranan guru sangat besar dalam menanamkan nilai-nilai Ilahiah dan moralitas itu sedini mungkin, tentunya melalui pembelajaran yang memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada siswa untuk mampu memahami diri dan orang lain disekitarnya serta mampu memahami dan menjiwai ajaran- ajaran agama yang sifatnya doktrinal secara baik dan benar. Guru hendaknya mampu berperan sebagai pembimbing untuk menuntun siswa memulai proses belajar, memimpin siswa agar hasil proses belajar sesuai dengan tujuan pengajaran, serta sebagai fasilitator dalam mempersiapkan kondisi
  • 3. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 3 yang memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Hal ini dapat dilakukan oleh para guru mulai dari pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pendidikan Agama dan PPKn serta karakteristik pebelajar, dan pemilihan strategi yang tepat dalam menimplementasikan pembelajaran Agama dan PPKn di Kelas. Terdapat semacam sinyalemen, bahwa harapan tumbuhnya sifat kreatif dan antisipatif para guru Agama dan PPKn dalam praktek pembelajaran untuk pemahaman siswa dewasa ini masih belum optimal. Hal ini, tampak terjadi mulai dari bangku pendidikan formal yang paling rendah hingga perguruan tinggi. Semua ini diduga sebagai salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas dan kuantitas proses dan produk pembelajaran Agama dan PPKn. Kualitas proses pembelajaran Agama dan PPKn dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak lebih dari kegiatan pembelajaran yang bersifat rutinitas, dimana materi pembelajaran tidak sampai menyentuh kesadaran siswa, melainkan hanya sekadar sebagai syarat kelulusan ujian sekolah yang materi ajarannya harus dihafal sesuai dengan buku teks. Hasil pembelajaran ini, jelas tidak memberikan arti apa-apa dalam pembangunan moral dan mental siswa sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, faktor proses merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokkan dalam tiga kategori utama yaitu: guru, isi materi, dan siswa. Interaksi antara ketiga komponen utama tersebut melibatkan sarana dan prasarana seperti: model dan metode pembelajaran yang digunakan, media, dan penataan
  • 4. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 4 lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang Agama dan PPKn yang ditunjukkan oleh NUAS/NUAN siswa yang mengindikasikan bahwa pengelolaan pembelajaran Agama dan PPKn belum optimal sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar pada bidang pelajaran dimaksud. Selama ini pengajaran Agama dan PPKn berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi itu para guru memfokuskan diri pada upaya mentransfer pengetahuan ke dalam kepala para siswanya (Sadia, 1997:1). Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan beberapa orang guru yang mengajar Agama dan PPKn di sekolah mengengah pertama (SMP) kecamatan Suralaga kabupaten Lombok Timur, diperoleh informasi bahwa pembelajaran Agama dan PPKn selama ini pada umumnya lebih banyak dilakukan dengan metode ceramah. Ada dua hipotesis yang dapat diutarakan sebagai penyebabnya. Pertama, fasilitas pembelajaran Agama dan PPKn yang ada di sekolah sangat terbatas, dan kedua pemahaman guru terhadap materi pendidikan Agama dan PPKn serta pembelajarannya masih rendah. Guru memahami pendidikan Agama dan PPKn hanya sebagai bidang ilmu yang dibukukan (body of knowledge), sehingga mereka mengajarkan pendidikan Agama dan PPKn dengan bercerita tentang isi buku Agama dan PPKn. Penggunaan metode ceramah pada pembelajaran Agama dan PPKn di SMP menduduki rangking pertama dari delapan metode yang digunakan: ceramah, tanya jawab, diskusi, eksperimen, karya wisata, bermain peran, demonstrasi, dan
  • 5. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 5 proyek (Subagia, 2001). Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Agama dan PPKn sangat diperlukan penerapan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mengajar dalam prakteknya merupakan suatu proses penciptaan lingkungan, baik dilakukan guru maupun siswa agar terjadi proses belajar mengajar yang kondusif (Joyce & Weil, 1980). Agar penciptaan lingkungan ini mencapai hasil yang optimal, guru harus memahami berbagai konsep dan teori yang bertalian dengan proses belajar mengajar, dan selanjutnya pemahaman tentang hal ini dapat dipraktekkan dalam kegiatan praktis yaitu mengajar (Ali, 2000). Setiap proses belajar mengajar menuntut upaya pencapaian suatu tujuan tertentu. Setiap tujuan menuntut pula suatu model bimbingan untuk terciptanya situasi belajar tertentu. Menurut Arends (1997) dalam suatu proses belajar mengajar, tidak ada suatu model ataupun metode pembelajaran yang paling baik. Untuk itu, guru hendaknya perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kemampuan ini guru dapat memilih metode yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pemberian tugas (resitasi) merupakan salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Dengan padatnya isi materi pelajaran akan sangat menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Disebabkan, bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk tiap mata pelajaran, hal itu tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang
  • 6. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 6 diharuskan, seperti yang tercantum dalam kurikulum. Dengan demikian perlu diberikan tugas-tugas, sebagai selingan untuk variasi teknik penyajian ataupun dapat berupa pekerjaan rumah. (Roestiyah N.K., 2001: 132). Langkah-langkah dalam menyusun penugasan yaitu: 1) mengidentifikasi pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a) jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di masyarakat; 2) merancang tugas-tugas untuk assesmen kinerja, dengan cara menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b) kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang diberikan dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun kriteria keberhasilan (Setiyono, 2006 dalam Tirta dan Gani, 2007; 96). Pembelajaran dengan metode ceramah bermedia merupakan cara belajar yang paling tradisional, cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan (Ahmadi dan Prasetya, 1997:137). Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga guru ada yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar (Sanjaya, 2006:148).
  • 7. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 7 Pembelajaran dengan metode ceramah dapat juga dikatakan pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center, pengajaran ini menuntut guru untuk menjadi model yang baik bagi siswanya (Kardi, 2000). Metode ceramah dirancang secara khusus untuk mengembangkan cara belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan deklaratif dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode ceramah adalah: 1) Tahap persiapan, pada tahap ini guru merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan, dan mempersiapkan alat bantu; 2) Tahap pelaksanaan, pada tahap ini ada tiga langkah yang dilakukan yaitu: langkah pembukaan, penyajian, dan mengakhiri/menutup ceramah. Berdasarkan uraian di atas akan diungkapkan dampak penerapan metode pemberian tugas dan metode ceramah bermedia terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia kabupaten Lombok Timur. B. Identifikasi Masalah Proses dan hasil pembelajaran Agama dan PPKn dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal siswa meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Faktor kondisi fisiologis meliputi kesehatan jasmani dan kebugaran fisik, dan kondisi panca indera, sedangkan aspek psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, sikap, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif. Faktor eksternal siswa dapat berupa faktor keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sosial lainnya. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas muncul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi.
  • 8. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 8 1. Kemampuan guru dalam menggunakan berbagai macam metode pembelajaran di kelas masih sangat terbatas. 2. Pemahaman warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan siswa) mengenai perubahan kurikulum masih rendah. 3. Sosialisasi dinas P dan K kabupaten mengenai kurikulum tingkat satuan pendidikan masih kurang. 4. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn belum bisa dijadikan tolok ukur mengenai sikap dan perilaku siswa di luar sekolah/lingkungan masyarakatnya. 5. Kesadaran masyarakat dan sekolah tentang pentingnya pelajaran Agama dan PPKn dalam menciptakan manusia yang bermoral dan cerdas secara akademik dan spiritual masih lemah. 6. Kemampuan ekonomi masyarakat untuk mendukung proses pembelajaran yang bermutu/berkualitas dari segi fasilitas dan sumber daya sangat minim. C. Batasan Masalah Mengingat faktor-faktor yang terkait dalam proses belajar mengajar sangat kompleks, serta adanya kendala-kendala lain berupa: keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar Agama dan PPKn sebagai akibat penerapan metode pemberian tugas dan metode ceramah bermedia. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
  • 9. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 9 1. Apakah metode pembelajaran pemberian tugas dan ceramah bermedia berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran PPKn dan Agama di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan yang diajar dengan metode ceramah bermedia? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn karena pengaruh metode pembelajaran yang digunakan. Secara operasional tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran pemberian tugas dan ceramah bermedia terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran PPKn dan Agama di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia 2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan yang diajar dengan metode ceramah bermedia. F. Manfaat/Kegunaan Penelitian Secara umum ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini. Pertama manfaat langsung yang memberikan dampak langsung pada
  • 10. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 10 pembelajaran. Kedua, adalah manfaat teoretik yang memiliki akses jangka panjang dalam pengembangan teori pembelajaran. F.1 Manfaat praktik Hasil pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dan metode ceramah bermedia yang teruji secara empirik keunggulan dan kelayakannya akan memberikan manfaat besar sebagai metode pembelajaran sains yang berorientasi perubahan mental. Manfaat lain yang diharapkan secara praktik dalam penelitian ini adalah memberikan ruang kepada siswa untuk melakukan perubahan sekaligus menilai kebiasaan mereka belajar di sekolah. Selama ini, mereka belajar di sekolah lebih mendominasi aktivitas mendengar dan mencatat akibat dari metode yang diterapkan guru berupa “tutur dan kapur”. Namun belajar dengan fasilitas metode penugasan akan melibatkan aktivitas-aktivitas membaca, diskusi, pemecahan masalah secara kolaboratif, berpikir kritis dan kreatif, mengaitkan konsep dengan fenomena dunia nyata dan mengintegrasikannya ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki. Dengan demikian terjadi perubahan tanggung jawab belajar dari dominasi guru, menjadi sepenuhnya pada diri siswa. F.2 Manfaat teoretik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pijakan teoretik pemecahan masalah belajar Agama dan PPKn yang dialami siswa SMP di sekolah. Masalah tersebut berupa fakta empiris rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis dan memahami situasi dan kondisi sosial lingkungan hidup mereka sehari-hari sebagai akibat dari tidak tersentuhnya kesadaran pribadi dan kolektif siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Hal ini juga berakibat pada kurangnya rasa
  • 11. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 11 kebersamaan dalam ikatan persaudaraan/kebangsaan dan lemahnya nilai-nilai agama dalam praktek kehidupan sehari-hari siswa. Penerapan metode penugasan diharapkan dapat memberikan ruang gerak bagi siswa untuk dapat memahami lingkungan sosial mereka baik dalam lingkup yang kecil (keluarga) dan pada lingkup yang lebih luas (masyarakat dan negara). Ternyata metode ceramah belum bisa menjawab secara optimal persoalan- persoalan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan serangkaian metode yang disimulasikan yang dapat diterapkan sebagai metode alternatif dalam pencapaian pemahaman, dan hasil belajar yang optimal. Manfaat teoretis/kegunaan hasil penelitian ini secara teoretik diharapkan dapat berguna bagi guru khususnya guru Agama dan PPKn di SMP dalam mengelola proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam kurikulum pembelajaran. G. Asumsi Penelitian Dari beberapa teori (das sein) dan kenyataan yang terjadi di lapangan (sekolah-das sollen) selama ini, menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran Agama dan PPKn dengan menggunakan media elektronik dan non elektronik masih terbatas, sehingga pembelajaran cenderung lebih monoton (satu arah) atau dapat dikatakan pembelajaran Agama dan PPKn yang dilakukan oleh guru selama ini sifatnya masih teacher centered (berpusat
  • 12. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 12 pada guru) siswa hanya duduk, diam, mencatat lalu mengulang-ulang kembali pelajaran tersebut di saat ujian sekolah. Padahal bila dilihat dari sisi siswa sendiri, mereka (siswa) sebenarnya sudah memiliki kemampuan awal sebagai dasar pijakan mereka dalam mengungkap masalah-masalah pembelajaran yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari. Artinya, siswa dengan kehidupan sosial dan keagamaannya tinggal dikembangkan oleh guru sesuai dengan materi/bahan ajar yang diberikan di kelas, dengan demikian siswa lebih mudah/lebih cepat memahami materi pelajaran karena dikaitkan dengan kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa. Tentunya, kemampuan awal dan hasil belajar siswa juga sangat beragam tergantung pada konteks lingkungan sosial yang tempatinya, keberagaman ini juga akan menentukan tingkat penguasaan bahan ajaran. Namun, bukan berarti siswa yang memiliki kemampuan lebih akan memiliki kesempatan yang lebih besar dalam proses belajar mengajar daripada siswa yang memiliki kemampuan rendah. Semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri dan memperoleh hasil belajar yang tinggi. H. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini mencakup proses dan hasil belajar mengajar dengan penerapan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran Agama dan PPKn di kelas. Penggunaan metode pembelajaran dibatasi pada metode penugasan dan metode ceramah bermedia pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Suralaga dan SMP Negeri 1 Sukamulia. Penerapan kedua metode inilah yang akan dilihat hasil/pengaruhnya dalam menunjang keberhasilan belajar Agama dan PPKn siswa.
  • 13. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 13 I. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran terhadap variabel- variabel penelitian yang terlibat dalam penelitian ini, maka berikut diuraikan variabel penelitian dan definisi operasional variabel-variabel yang dimaksud. I.1 Variabel Penelitian Pada penelitian eksperimen ini melibatkan beberapa variabel yang dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1) Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama Islam (Y1) dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn (Y2) 2) Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode penugasan yang dikenakan pada kelompok eksperimen I sedangkan pada kelompok eksperimen II menggunakan metode ceramah bermedia. I.2 Definisi Operasional Definisi operasional masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Metode Penugasan Penugasan atau assignment sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah yang bersifat divergent. Yaitu suatu tugas yang dapat dikerjakan dengan menggunakan berbagai aletrnatif jawaban, atau tidak hanya mengandalkan pada satu jawaban benar saja. Langkah-langkah dalam menyusun penugasan yaitu: 1) mengidentifikasi pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a)
  • 14. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 14 jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di masyarakat; 2) merancang tugas-tugas untuk assesmen kinerja, dengan cara menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b) kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang diberikan dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun kriteria keberhasilan. 2. Metode Ceramah Bermedia Metode ceramah bermedia yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang lebih menitikberatkan kepada keberadaan guru sebagai pentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa didik, namun dalam hal ini dibarengi dengan penggunaan alat bantu (media) pembelajaran berupa gambar atau slide yang telah disiapkan oleh guru sebelumnya. Tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran dengan metode ceramah bermedia adalah: 1) menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, 2) mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, 3) membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, 4) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapannya. 3. Hasil Belajar Agama Islam
  • 15. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 15 Hasil belajar agama Islam adalah hasil/prestasi belajar yang ditunjukkan dengan satuan nilai yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran Agama Islam sekaligus merupakan performance kerja siswa dalam kurun waktu tertentu. Hasil belajar ini akan diukur dengan menggunakan tes awal dan tes akhir yang dibuat sendiri oleh peneliti. 4. Hasil Belajar PPKn Hasil belajar PPKn adalah tingkat penguasaan kognitif siswa terhadap materi pelajaran PPKn yang dinyatakan oleh skor yang diperoleh siswa dalam tes akhir (post test) yang diukur dengan tes prestasi belajar sains, dan data yang diperoleh berupa data interval.
  • 16. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 16 BAB II LANDASAN TEORETIK A. Hakikat Belajar Mengajar Sumantri dan Permana (1999) menyatakan mengajar adalah kegiatan penyampaian pesan berupa pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap- sikap tertentu dari guru kepada peserta didik. Raka Joni (1986: 3) merumuskan pengertian mengajar sebagai pencipta suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan dalam proses belajar akan saling mempengaruhi antar komponen seperti tujuan instruksional yang ingin dicapai, guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam hubungan sosial tertentu, materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang dilaksanakan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Sementara itu, Davis (dalam Sumantri dan Permana, 1999) mengungkapkan bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Jadi mengajar adalah suatu aktivitas profesional yang melibatkan berbagai komponen dalam menyampaikan pesan tertentu dari guru kepada peserta didik. Dalam menyampaikan pesan tertentu kepada peserta didik, seorang guru dapat mengembangkan belajar anak dengan menyediakan lingkungan belajar untuk memfasilitasi temuan si anak. Menurut filsafat konstruktivisme, siswa memahami dunianya dengan cara menghubungkan antara pengetahuan dan pengalamannya dengan apa yang sedang dipelajarinya. Mereka membangun makna ketika guru memberikan permasalahan
  • 17. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 17 yang relevan, mendorong inkuiri, menyusun kegiatan pembelajaran dari konsep- konsep utama, menghargai sudut pandang siswa, dan menilai hasil belajar siswa, (McLaughin dan Vogt, dalam Dantes, 2004). Selanjutnya, Von Glaserfield (1989) menyatakan bahwa konstruksi makna adalah proses adaptasi dimana tidak melibatkan penemuan dari realitas ontologi. Oleh karena itu, kerangka belajar kontruktivisme adalah suatu kegiatan aktif yang berlangsung secara kontinyu dimana pebelajar menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya untuk mengkonstruksi interpretasi pribadinya dan makna-makna berdasarkan pengetahuan awal dan pengalamannya, Driver & Bell (dalam Kariasa dan Suastra, 2005). Salah satu sasaran pembelajaran agama dan PPKn adalah membangun gagasan moralitas dan kebangsaan setelah peserta didik berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya. Pandangan konstruktivisme sebagai filosofi pendidikan mutakhir menganggap semua peserta didik mulai dari usia TK sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan sendiri tentang lingkungan dan peristiwa atau gejala alam di sekitarnya, meskipun gagasan atau pengetahuan ini naif atau kadang-kadang salah. Mereka mempertahankan gagasan atau pengetahuan naif ini secara kokoh sebagai kebenaran. Hal ini terkait dengan pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam wujud “schemata” (struktur kognitif) dalam benak siswa (Depdiknas, 2002). Para ahli pendidikan berpendapat bahwa inti kegiatan pendidikan adalah memulai pelajaran dari “apa yang diketahui siswa”. Guru tidak dapat mendoktrinasi gagasan yang ada di dalam pikirannya supaya peserta didik mau mengganti dan memodifikasi gagasan mereka sesuai dengan keinginan sang guru.
  • 18. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 18 Dengan demikian, arsitek peubah gagasan peserta didik adalah peserta didik itu sendiri. Sejalan dengan itu (Nurahdi, 2003) dalam pandangan kontruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan (1) membuat informasi bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, (3) menyadarkan agar siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Selanjutnya Zahorik (dalam Nurahdi, 2003) menekankan bahwa dalam praktek pembelajaran kontruktivisme ada 5 unsur pokok yang harus diperhatikan, yaitu: (1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, (2) pemerolehan pengetahuan dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, baru kemudian memperhatikan detailnya, (3) pemahaman pengetahuan dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan, (4) mempraktekkan pengalaman tersebut, dan (5) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Sementara itu, kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi kontruktivisme antara lain; (1) diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan, (2) pengujian, dan penelitian sederhana, (3) demonstrasi, dan peragaan prosedur ilmiah, (4) kegiatan praktis lain yang memberi peluang, peserta didik untuk mempertanyakan, memodifikasi dan mempertajam gagasannya (Depdiknas, 2002).
  • 19. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 19 Menurut Suparno (1997: 66), agar peran dan tugas guru dapat berjalan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh guru, antara lain: 1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan 2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat 3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa 4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar 5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru. Karena murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka, seorang guru harus melihat mereka bukan sebagai lembaran kertas putih kosong atau tabula rasa. Bahkan anak SD kelas 1 pun telah hidup beberapa tahun dan menemukan suatu cara yang berlaku dalam berhadapan dengan lingkungan hidup mereka. Mereka sudah membawa “pengetahuan awal”. Pengetahuan yang mereka punya adalah dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya. Guru kontruktivisme tidak pernah akan membenarkan ajarannya dengan mengklaim bahwa” ini satu-satunya yang benar”. Di dalam kehidupan sosial mereka tidak dapat berkata lebih daripada “ ini adalah jalan terbaik untuk situasi ini, ini adalah jalan terefektif untuk soal ini sekarang” Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997). Ciri mengajar konstruktivisme adalah sebagai berikut: Driver dan oldham dalam Matthew yang dipaparkan oleh Suparno (1997) 1) Orientasi. Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik.Murid diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
  • 20. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 20 2) Elicitasi. Murid dibantu untuk mengungkapakan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Murid diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster. 3) Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal a) Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan denga ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok atau sebaliknya, menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok. b) Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman. c) Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percoban atau persoalan yang baru. 4) Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan murid lebih lengkap bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya. 5) Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap. Terkait dengan hakikat belajar mengajar, pada dasarnya semua peserta didik memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam wujud skemata. Dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada peserta didik menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka mengkonstruksi interpretasi pribadinya serta makna-makna. Makna ini dibangun ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya, mendorong inkuiri untuk memberi kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa.
  • 21. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 21 B. Metode Penugasan dalam Pembelajaran Terdapat beberapa definisi mengenai metode pembelajaran. Joyce dan Weil (1986:1) mendefinisikan metode pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman melaksanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan Udin (1997: 78) menyatakan, metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu. Lebih lanjut, Mulyana dan Permana (1999: 42) mendefinisikan metode pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Penugasan atau assignment sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah yang bersifat divergent. Yaitu suatu tugas yang dapat dikerjakan dengan menggunakan berbagai aletrnatif jawaban, atau tidak hanya mengandalkan pada satu jawaban benar saja. Langkah-langkah dalam menyusun penugasan yaitu: 1) mengidentifikasi pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a) jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di
  • 22. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 22 masyarakat; 2) merancang tugas-tugas untuk assesmen kinerja, dengan cara menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b) kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang diberikan dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun kriteria keberhasilan (Setiyono, 2006 dalam Tirta dan Gani, 2007; 96). Metode penugasan ini dapat berbentuk tugas di kelas (lembar kerja), tugas proyek, tugas portofolio, tugas rumah dan lain-lain. Penugasan yang bersifat divergent ini akan mendorong peserta didik untuk berpikir kreatif. Hanya sayangnya penugasan seperti ini belum banyak dirancang oleh para guru. Sebagai akibatnya para lulusan kurang luwes dalam menyikapi berbagai persoalan, karena seolah-olah segala persoalan yang ada hanya bisa didekati dengan satu penyelesaian saja. 1. Tugas Kelas Tugas kelas dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS), quiz dan tugas-tugas lainnya. Melalui tugas ini diharapkan guru bisa mengetahui sejauh mana para siswa telah menguasai suatu kompetensi tertentu. Tugas kelas sekaligus dapat dijadikan sebagai feedback bagi para siswa, sebab dengan mengerjakan tugas, mereka bisa menunjukkan kemampuan maupun ketidakmampuan terhadap persoalan yang dihadapi. Pada saat inilah sebenarnya peran guru sebagai motivator dan direktor akan nampak.
  • 23. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 23 2. Tugas Proyek Tugas proyek adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Tugas ini harus diselesaikan di luar kelas, dan bila memungkinkan bisa diselesaikan di dalam kelas (bila hal-hal yang pokok telah disiapkan di rumah sebelumnya). Tugas proyek ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk bisa membuat makalah, melakukan penelitian sederhana, membuat metode dan lain-lain. 3. Tugas Rumah Tugas rumah atau dikenal sebagai pekerjaan rumah (PR). Tugas rumah ini biasanya merupakan pengayaan dari pelajaran yang telah diajarkan pada satu kali tatap muka, yang berupa beberapa soal sebagai latihan. Tugas rumah biasanya membahas tentang materi-materi yang secara umum telah dibahas pada pertemuan sebelumnya, untuk dikumpulkan dan dibahas pada pertemuan yang akan datang. 4. Tugas Portofolio Tugas portofolio merupakan salah satu bentuk metode penugasan nonformal yang dapat digunakan untuk kegiatan assesmen. Kegiatannya yaitu berupa pengumpulan berkas atau dokumen dari masing-masing karya peserta didik, baik dalam bentuk CD, cassette, print-out, file, metode, foto dan lain- lain yang disimpan dalam file atau folder. Karena kemampuan tugas portofolio ini dalam mendokumentasikan proses maupun produk peserta didik, maka teknik portofolio dipandang sebagai assesmen yang bersifat othentik penilaian yang paling sesuai.
  • 24. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 24 Jenis-jenis Portofolio Setidaknya dalam metode penugasan portofolio menurut O’Malley & Pierce yang dapat dikembangkan yaitu: a) portofolio pameran, b) portofolio koleksi, dan c) portofolio penilaian (Setiyono, 2004 dalam Tirta dan Gani, 2007; 101). Harapannya dengan mengenal metode-mode ini para guru bisa memilih dan mengembangkan metode portofolio yang sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Portofolio Pameran Portofolio jenis ini berupa sekumpulan hasil karya peserta didik yang dianggap paling baik terbagus untuk dipamerkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan kemajuan belajar peserta didik, seperti kepala seolah, orang tua, masyarakat atau komite pendidikan, dewan pendidikan atau pemerhati pendidikan. Fungsi portofolio pameran layaknya sebagai barang pajangan untuk dipamerkan kepada publik. Di negara maju seperti Inggris dan Amerika kegiatan pameran seperti ini biasanya secara rutin diselenggarakan diakhir waktu tertentu (akhir semester). Pada saat pameran para siswa diberi kepercayaan untuk menampilkan karya terbaik mereka, baik dalam bentuk karya seni dan sastra, maupun dalam bentuk karya-karya ilmiah lainnya. Para tamu biasanya dipandu oleh anak-anak untuk mendapatkan keterangan tentang karya terbaik yang telah berhasil mereka buat. Portofolio pameran biasanya cenderung berupa produk akhir. Diadakannya pameran karya para siswa tersebut sekaligus juga berfungsi sebagai reinforcement yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan self- esteem para peserta didik.
  • 25. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 25 Portofolio Koleksi Portofolio koleksi berisi kumpulan hasil karya siswa yang terkait dengan tugas-tugas harian. Untuk itu, portofolio jenis ini lebih bersifat formatif. Sekaligus portofolio koleksi dapat difungsikan sebagai fungsi diagnostik. Mengingat fungsi dan sifatnya yang spesifik tersebut, maka guru dapat menggunakan portofolio ini untuk mengamati proses kemajuan pembelajaran anak. Agar portofolio ini benar-benar memberikan hasil yang otentik, guru harus memonitor perkembangan tugas-tugas siswa melalui konferensi dan observasi. Portofolio koleksi disebut juga dengan working folders karena isinya menunjukkan proses perkembangan draft awal dari suatu karya, outline, karya belum jadi, dan produk akhir. Portofolio Penilaian Berbeda dengan dua jenis portofolio sebelumnya, portofolio penilaian merupakan seleksi dari sekumpulan karya siswa terbaik untuk diases. Portofolio jenis ini tidak saja memfokuskan pada refleksi proses tetapi juga produk pembelajaran. Agar diperoleh gambaran tentang kemajuan suatu siswa, maka portofolio ini harus berisi produk akhir yang dilengkapi dengan sekumpulan bukti proses, penilaian sendiri oleh siswa, penilaian guru, dan kesimpulan tentang proses dan hasil karya siswa. Dengan demikian portofolio penilaian dapat digunakan oleh guru sebagai alat penilaian (sebagai fungsi sumatif) dan sekaligus juga dapat digunakan untuk membantu siswa dalam merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.
  • 26. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 26 Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa metode penugasan akan memberikan dampak instruksional berupa strategi di dalam melakukan penalaran aktif. Sedangkan dampak pengiring yang didapat dari metode ini berupa keterampilan proses keilmuan, memunculkan semangat kreatif, adanya kemandirian atau otonomi dalam belajar, serta toleransi terhadap ketidaktentuan. Dengan demikian metode penugasan tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan. C. Metode Ceramah Bermedia Metode ceramah merupakan salah satu metode yang umumnya digunakan oleh guru dalam pembelajaran, metode ini juga termasuk dalam lingkup pembelajaran langsung yang menitikberatkan diri pada teori pembelajaran behavioristik. Pembelajaran langsung dalam hal ini metode ceramah merupakan pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher center). Dalam pembelajaran ini peran guru sangat dominan. Guru dituntut agar dapat menjelaskan materi ajar dengan baik dan memberi petunjuk mengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran langsung didasarkan atas teori belajar behavioristik. Paradigma behaviorisme memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku yang didasarkan kepada unsur stimulus–respon (S-R). Aspek yang mendorong S-R adalah kebutuhan dan stimulus kemudian muncul respon. Unsur yang paling penting adalah reinforcement atau penguatan. Penguatan berfungsi untuk
  • 27. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 27 memotivasi siswa agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk melakukan tugas pelajaran melalui respons yang diberikan dalam tugas itu. Proses S-R dapat bertahap-tahap hingga perilaku itu terjadi. S R Hubungan langsung (koneksi) (Dantes, 1999) Proses stimulus-stimulus ini terdiri dari beberapa unsur. Pertama, unsur dorongan, siswa merasakan adanya kebutuhan sesuatu dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan ini. Kedua, unsur stimulus, siswa diberikan stimulus yang selanjutnya akan dapat menyebabkan siswa memberikan respons. Ketiga, unsur respon, siswa memberikan suatu reaksi (respons) terhadap stimulus yang diterimanya dengan jalan melakukan suatu tindakan yang dapat dilihat. Keempat, unsur penguatan (reinforcement), unsur ini diberikan kepada siswa agar siswa merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons lagi. Demikian selanjutnya sehingga siswa dirangsang terhadap setimulus tertentu untuk menimbulkan respons. Beberapa prinsip yang melandasi teori prilaku adalah (1) Konsekuensi- konsekuensi; bahwa prilaku berubah menurut konsekuensi-konsekuensi langsung. Prilaku menyenangkan akan memperkuat, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan melemahkan. Konsekuensi yang menyenangkan biasanya disebut reinforser, sedangkan yang melemahkan disebut hukuman (Punishers). (2) Kesegeraan (immediacy); bahwa konsekuensi-konsekuensi yang mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku dari pada konsekuensi-konsekuensi
  • 28. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 28 yang lambat datangnya. (3) Pembentukan (shaping); bahwa dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan baru atau perilaku-perilaku dengan memberikan reinforsemen pada para siswa dalam mendekati perilaku akhir yang diinginkan (Dahar, 1988: 30-32). Dalam pendidikan, prinsip-prinsip teori behaviorisme sebagaimana dinyatakan Hartley dan Davies (dalam Soekamto, 1997: 19) banyak dipakai, di antaranya: (1) materi pelajaran dibentuk dalam unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga siswa mudah mempelajarinya, (2) dalam proses belajar siswa ikut berpartisipasi aktif di dalamnya, (3) tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat segera mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum, (4) setiap kali siswa memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Dalam metode ceramah tugas guru adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan secara deklaratif. Pengetahuan deklaratif menyatakan pengetahuan tentang sesuatu, misalnya dalam mengkaji masalah-masalah sosial. Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif. Fase pembelajaran pada metode pembelajaran langsung antara lain, guru mengawali pelajaran dengan tujuan dan latar belakang pembelajaran serta memotivasi siswa untuk menerima penjelasan yang diberikan oleh guru secara langsung. Fase persiapan dan motivasi yang diikuti dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu yang diberikan oleh guru. Pelajaran ini termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik (feed back) terhadap keberhasilan yang telah dilakukan. Guru memberikan
  • 29. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 29 kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari (Arends, 1997: 67). Ada beberapa alasan mengapa metode ceramah sering digunakan oleh para guru maupun instruktur diantaranya. 1) Ceramah merupakan metode yang ’murah’ dan ’mudah’ untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit. 2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok- pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat. 3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana perlu ditekankan sesuai kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. 4) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah. 5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. (Sanjaya, 2001:148) Kaitannya dengan hal tersebut di atas, metode pembelajan ceramah bermedia dapat diterjemahkan sebagai metode pembelajaran yang menuntut guru untuk menjelaskan materi ajar dengan baik dan memberi petunjuk mengenai hal- hal yang akan dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan alat bantu (media) sebagai penunjang pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan
  • 30. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 30 yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa; lebih para lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar. Rossi dan Breidle (1966 dalam Sanjaya, 2001:163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Ely (1980, dalam Sanjaya, 2001:163) menyatakan: ”A medium conceived is any person, material or event that establishs condition wich enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude”. Jadi menurut Gerlach dan Ely, secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan demikian, media dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain sebagainya, yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan. Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar dan Dale melukiskannya dalam sebuah krucut yang
  • 31. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 31 kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience) sebagaimana digambarkan berikut ini. Abstrak Verbal Lambang Visual Visual Radio Film Televisi Televisi Konkrit Karyawisata Demonstrasi Pengalaman melalui Drama Pengalaman melalui Benda Tiruan Pengalaman langsung Bagan 1: Kerucut pengalaman Edgar Dale (Sanjaya, 2001:166) Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkrit siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa. Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa.
  • 32. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 32 Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan komponen media pengajaran dalam sistem proses belajar mengajar mempunyai fungsi yang sangat penting, sebab tidak semua pengalaman belajar dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini ceramah bermedia dapat digunakan agar lebih memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami. Kekuatan yang paling penting dalam pengajaran menggunakan metode ceramah bermedia adalah reinforcement yang berfungsi memotivasi siswa agar dapat merasakan adanya kebutuhan untuk melakukan tugas pelajaran melalui respon yang diberikan dalam tugas itu. D. Prestasi Belajar Salah satu tugas dari seorang guru adalah mengadakan evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, salah satunya adalah prestasi belajar siswa. Informasi ini sangat berguna untuk memperjelas sasaran dalam pembelajaran Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Raka Joni (1977:26) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah kegiatan belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai-nilai. Sedangkan menurut Bloom (1971:7), prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektifm dan psikomotor. Pendapat lain mengemukakan bahwa prestasi belajar mencerminkan sejauhmana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada setiap bidang studi. Gambaran prestasi belajar siswa dapat dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10 (Suharsimi Arikunto, 1988:62). Prestasi belajar merupakan hasi dari suatu usaha, kemampuan, dan sikap siswa
  • 33. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 33 dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan (Zainal Arifin, 1989:40). Di samping itu prestasi belajar dapat dioperasionalisasikan dalam bentuk indikator- indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, dan predikat keberhasilan (Saifuddin Azwar, 1996:44). Dari definisi tersebut di atas, tidak ada kontradiksi makna, bahkan pengertiannya satu dengan yang lain saling melengkapi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah. Dalam penelitian ini, prestasi belajar diartikan sebagai tes prestasi terbatas pada ranah kognitif saja. Menurut Benjamin S.Bloom, ranah kognitif terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Hasil belajar yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta nilai-nilai dapat diukur tinggi rendahnya dengan jalan memberi tugas-tugas kepada siswa yang relevan dengan sasaran yang diinginkan. Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam suatu mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut prestasi belajar. E. Kerangka Berpikir Sebagaimana telah diuraikan dalam deskripsi teoretis, prestasi belajar siswa pada pelajaran Agama dan PPKn merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dalam pembelajaran Agama dan PPKn. Prestasi belajar siswa merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Prestasi belajar juga merupakan indikator tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Itu sebabnya prestasi belajar menjadi bagian tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
  • 34. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 34 Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Agama Islam dan PPKn dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: interaksi yang terjadi di dalam kelas, model dan metode pembelajaran serta media yang digunakan guru, sarana dan prasarana yang tersedia, kemampuan siswa, dan sebagainya. Ini berarti bahwa model dan metode pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Agama Islam dan PPKn. Model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan situasi kelas memungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan itu seorang guru selalu berusaha agar prestasi belajar siswanya meningkat, sehingga guru mencoba menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran dalam mengajar. Metode pemberian tugas merupakan salah satu bentuk intensifikasi dari pendekatan keterampilan proses dengan mengetengahkan gejala sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat siswa sebagai bahan atau materi ajar yang disesuaikan dengan materi ajar yang ada dalam buku teks. Metode pemberian tugas memberikan kondisi kepada siswa sebagai pebelajar untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga menemukan suatu konsep yang harus mereka pelajari melalui suatu proses tahap-tahap baik yang dilakukan secara individual maupun secara berkelompok. Proses atau tahapan-tahapan yang dilalui dalam pembelajaran dengan metode pemberian tugas adalah: 1) mengidentifikasi pengetahuan & keterampilan yang harus dimiliki, dengan cara menentukan (a) jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan; (b) pengetahuan dan keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari; dan (c) cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di masyarakat; 2) merancang tugas-tugas
  • 35. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 35 untuk assesmen kinerja, dengan cara menentukan: (a) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas; (b) kompleksitas tugas yang diberikan; (c) kesesuaian tugas-tugas yang diberikan dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai; dan (d) jenis tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu; dan 3) menyusun kriteria keberhasilan. Metode pembelajaran ini memberikan dua kelebihan pokok. Pertama, pembelajaran Agama dan PPKn dikaitkan langsung dengan pengalaman anak sehari-hari. Hal tersebut dapat membuat materi pelajaran menjadi lebih bermakna karena anak menemukan hubungan antara pengetahuan yang dipelajari di sekolah dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, pembelajaran Agama dan PPKn yang dilakukan sesuai dengan mengkaji gejala dan masalah- masalah sosial sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu menjadikan manusia pebelajar yang memiliki tingkat intelegensi dan moralitas yang tinggi. Dalam metode pembelajaran ceramah bermedia guru lebih menekankan bagaimana seorang guru agar dapat menjelaskan materi ajar dengan baik dan dapat memberi petunjuk mengenai hal yang harus dilakukan oleh siswanya. Pada metode pembelajaran ini kurang memperhatikan gagasan-gagasan yang dimiliki siswa sebelumnya. Dalam hal ini guru hanya berusaha menyajikan atau mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilannya langkah demi langkah agar dapat dipahami oleh siswa. Hal ini mengakibatkan gagasan-gagasan yang dimiliki siswa tidak berkembang. Pembelajaran yang hanya berorientasi pada menirukan petunjuk dari seorang guru cenderung mematikan kreatifitas siswa sehingga banyak ide-ide cemerlang dari siswa yang tidak tersalurkan.
  • 36. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 36 Dari kedua metode pembelajaran tersebut, tentunya akan mendapatkan hasil belajar yang berbeda karena prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku dari apa yang diajarkan. Berdasarkan uraian di atas, diduga prestasi belajar siswa yang mengikuti metode pembelajaran pemberian tugas lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah bermedia. F. Hipotesis Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang didasari deskripsi teori serta didukung oleh kajian empirik yang relevan, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn antara yang diajar dengan metode pemberian tugas dan yang diajar dengan metode ceramah bermedia 2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar dengan metode pemberian tugas lebih baik dibandingkan dengan siswa diajar dengan metode ceramah bermedia. 3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama yang diajar dengan metode pemberian tugas lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah bermedia. Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, hipotesis statistiknya dirumuskan sebagai berikut. H 0 : µM1 = µM 2 1. H1 : µ M 1 ≠ µ M 2 H 0 : µ PPKn 1 ≤ µ PPKn 2 2. H 1 : µ PPkn1 φ µ PPKn 2
  • 37. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 37 H 0 : µ Agama1 ≤ µ Agama 2 3. H 1 : µ Agama1 φ µ Agama 2 Keterangan: µM1 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn yang diajar dengan metode pemberian tugas. µM 2 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Agama dan PPKn yang diajar dengan metode ceramah bermedia µ PPKn1 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar dengan metode pemberian tugas µ PPKn 2 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar dengan metode ceramah bermedia µ Agama1 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar dengan metode pemberian tugas µ Agama2 = Rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn yang diajar dengan metode ceramah bermedia
  • 38. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasi), dengan rancangan eksperimen tes awal tes akhir kelompok kontrol tanpa acak. Rancangan ini dilakukan pada subyek kelompok tidak dilakukan acak (Sudjana dan Ibrahim, 2001: 44). Rancangan ini dipilih karena eksperimen dilakukan di kelas tertentu dengan kelas yang telah ada. Dalam menentukan subyek untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak memungkinkan mengubah kelas yang telah ada. Dengan demikian randomisasi tidak bisa dilakukan. Dalam menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak terhadap kelas yang ada. Rancangan eksperimen ditunjukkan seperti Gambar 3.1 Kelompok Pretes Ubahan Bebas Postes Eksperimen T1 X T2 Kontrol T1 _ T2 Rancangan Tes awal Tes akhir Kelompok kontrol tanpa acak Dimana T1 = Tes awal, T2 = Tes akhir, dan X = Perlakuan. Pretes digunakan untuk melihat apakah kedua kelompok yang dijadikan sampel penelitian sebelum perlakuan setara atau tidak. Untuk menguji hal ini digunakan uji-t. Sementara itu, penggunaan metode pembelajaran yang dibedakan atas penggunaan metode penugasan untuk kelompok eksperimen dan metode ceramah
  • 39. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 39 bermedia untuk kelompok kontrol. Kegiatan guru dan siswa untuk kedua metode pembelajaran yang digunakan diiktisarkan dalam Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut. Tabel 3.1 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Perlakuan Metode Pemberian Tugas No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Mengidentifika 1. Menentukan jenis pengetahuan 1. Menuliskan jenis si pengetahuan dan keterampilan yang pengetahuan dan & keterampilan diharapkan keterampilan yang yang harus 2. Menentukan dan akan dipelajari dimiliki menyampaikan pengetahuan 2. Menuliskan prosedur dan keterampilan bernilai tinggi yang diberikan guru yang harus dipelajari 3. Menjawab 3. Menjelaskan cara menerapkan pertanyaan guru pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan yang dipelajari dalam pengetahuan awal kehidupan nyata di masyarakat yang mereka miliki 4. Menyajikan situasi yang saling bertentangan. 5. Mengemukakan pertanyaan/ masalah yang dapat memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapatnya 2 Merancang 1. Menentukan jumlah waktu yang 1. Bertanya kepada tugas-tugas dibutuhkan untuk guru untuk untuk assesmen menyelesaikan tugas menggali informasi kinerja 2. Menyampaikan kompleksitas 2. Melakukan diskusi tugas yang diberikan untuk merumuskan 3. Menyampaikan kesesuaian langkah-langkah tugas-tugas yang diberikan penyelesaian dengan kemampuan kognitif, masalah berkenaan sosial dan afektif yang hendak dengan tugas yang dicapai diberikan guru 4. Meminta siswa berusaha untuk 3. Menyampaikan mengumpulkan data informasi langkah-langkah sebanyak-sebanyaknya tentang penyelesaian masalah yang mereka hadapi berkenaan dengan 5. Menyiapkan informasi yang tugas yang diberikan dibutuhkan siswa guru. 6. Memeriksa tampilnya masalah 7. Menjawab pertanyaan siswa 8. Menetapkan langkah-langkah penyelesaian masalah dari jawaban siswa untuk dikaji lebih lanjut 3 Menyusun 1. Membimbing dan mengarahkan 1. Siswa kriteria siswa dalam menyusun kriteria mendiskusikan apa
  • 40. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 40 keberhasilan keberhasilan yang akan dicapai yang disampaikan melalui proses pembelajaran guru berdasarkan 2. Meminta siswa untuk pengalaman awal menyiapkan alat/bahan untuk yang dimiliki. mengerjakan tugas yang 2. Menulis kriteria- diberikan sesuai dengan kriteria keberhasilan masalah sosial dan agama yang yang akan dicapai diberikan dalam buku dalam tugas yang panduan/praktikum. diberikan 3. Menyampaikan kriteria 3. Menyiapkan alat dan keberhasilan yang telah bahan secara disepakati bersama siswa. berkelompok 4. Secara berkelompok melakukan langkah- langkah penyelesaian masalah yang diberikan dalam tugas 5. Bertanya seputar masalah dan proses penyelesaian masalah sosial dan keagamaan yang dilakukan. 6. Menganalisis kesesuaian langkah penyelesaian masalah dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tabel 3.2 Kegiatan Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Perlakuan Metode Ceramah Bermedia No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Penyampaian Mempersiapkan siswa untuk Mendengarkan penjelasan guru Tujuan belajar dan memotivasi siswa. tentang materi pelajaran. Pembelajaran Hal ini dilakukan dengan Dilanjutkan dengan mencatat memberi penjelasan tentang tujuan pembelajaran materi pelajaran 2. Demontrasi Mendemonstrasikan bahan Memperhatikan Demonstrasi Pengetahuan pelajaran sesuai dengan yang dilakukan guru dan
  • 41. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 41 atau petunjuk dalam buku teks mempelajari buku teks keterampilan 3. Membimbing Membimbing pelatihan kepada Masing-masing kelompok latihan dan masing-masing kelompok dan berdiskusi dan menanyakan pemberian mengulang penyampaian kepada guru apabila ada umpan balik mengenai materi pelajaran langkah-langkah yang belum apabila ada kelompok yang dipahami belum paham 4. Memberikan Menyuruh masing-masing Masing-masing kelompok kesempatan kelompok untuk mengerjakan mengerjakan tugas yang sudah kepada siswa tugas latihan. disiapkan oleh guru/yang untuk mencoba sudah ada di buku teks. latihan tugas Kemudian mendengarkan sesuai buku penjelasan guru yang teks, untuk dilanjutkan dengan membuat melihat tingkat tugas secara individu. pemahaman siswa Sebelum menerapkan metode penugasan dan metode ceramah bermedia, guru yang mengajar di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol diberikan pelatihan tentang pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dan metode ceramah bermedia. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang ada di sekolah tempat pelaksanaan perlakuan. Untuk meyakinkan bahwa rancangan penelitian layak untuk pengujian hipotesis dilakukan pengontrolan validitas internal. Pengontrolan validitas internal ini dilaksanakan agar hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan hasil belajar PPKn siswa dapat dinyatakan sebagai hasil perlakuan eksperiman dan hasil eksperimen dapat digeneralisasikan pada kondisi yang sama di luar perlakuan. Pengontrolan validitas internal meliputi: (1) karakteristik subyek, (2) mortalitas (3) lokasi, (4) instrumen, (5) pengukuran, (6) sejarah, (7) kematangan, (8) sikap, (9) regresi, dan implementasi (Fraenkel and Wallen, 1993: 222-230).
  • 42. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 42 1. Karakteristik Subjek Kelompok yang dijadikan subjek penelitian merupakan kelompok yang setara dalam hal penyebaran siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah secara merata. 2. Mortalitas Mortalitas atau kehilangan anggota sampel yang menjadi peserta eksperimen akibat alasan tertentu. Mortalitas dikontrol dengan absen yang ketat selama perlakuan berlangsung. 3. Lokasi Lokasi tempat eksperimen dan fasilitas penunjang lainnya dapat mempengaruhi hasil penelitian. Lokasi ini terkontrol karena jumlah siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, demikian juga fasilitas pembelajaran yang ada di kelas relatif sama. 4. Instrumentasi Pengaruh instrumentasi dikontrol dengan menggunakan alat pengumpul data yang valid dan reliabel 5. Pengukuran Perbedaan prilaku yang ditunjukkan oleh tes awal dan tes akhir dapat diakibatkan oleh kejadian di luar perlakuan. Tes awal dapat membuat siswa sadar tentang apa yang akan dipelajari, membuat siswa lebih sensitif dan responsif terhadap materi yang dipelajari. Pengaruh perbedaan prilaku ini dikontrol dengan hanya membandingkan tes akhir dari masing-masing kelompok. Tes awal dilaksanakan untuk melihat kesetaraan kedua kelompok sebelum perlakuan dan menggunakan tes yang berbeda dengan tes akhir.
  • 43. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 43 6. Sejarah Sejarah adalah kejadian-kejadian khusus yang bukan disebabkan oleh perlakuan eksperimen tetapi dapat mempengaruhi respon subjek, dalam hal ini hasil belajar pendidikan agama Islam dan hasil belajar PPKn siswa. Faktor sejarah dikontrol dengan pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak. 7. Kematangan Kematangan terjadi karena perubahan subjek penelitian sesuai dengan perjalanan waktu. Faktor kematangan dikontrol dengan pemberian perlakuan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama tetapi masih memenuhi persyaratan penelitian. Dengan demikian, subjek penelitian tidak sampai mengalami perubahan fisik maupun mental yang dapat mempengaruhi hasil belajar pendidikan agama Islam dan PPKn siswa. 8. Regresi Regresi statistik muncul karena adanya skor-skor yang ekstrem dalam penelitian. Pengaruh regresi statistik dikontrol dengan menguji kesetaraan secara statistik terhadap kedua kelompok sebelum perlakuan dimulai melalui tes kesetaraan kelompok. 9. Implementasi Pengaruh implementasi adalah kejadian tidak terduga yang dapat menguntungkan salah satu kelompok. Pengaruh implementasi dikontrol dengan menggunakan pengajar yang setara untuk kedua kelompok baik dari segi pendidikan maupun pengalamannya. Untuk meminimalisasi bias yang terjadi
  • 44. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 44 akibat perlakuan guru dikontrol dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun. B. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMPN I Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia Kabupaten Lombok Timur. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII yang ada di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia Kabupaten Lombok Timur, tahun ajaran 2007/2008. Pengambilan sampelnya menggunakan teknik random sampling. Langkah- langkah penentuan sampel adalah sebagai berikut: pertama, dari ...... kelas VIII yang ada di SMPN 1 Suralaga dan SMPN 1 Sukamulia, dipilih dua kelas secara random sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Kedua, dari dua kelas tersebut dirandom lagi untuk mendapatkan mana kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen (kelas yang diajar dengan menggunakan metode penugasan) dan mana kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok kontrol (kelas yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah bermedia). Dari hasil undian yang menjadi kelompok eksperimen adalah Kelas .....dan yang menjadi kontrol adalah kelas ......
  • 45. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 45 Untuk mengetahui kesetaraan kedua kelompok yang terpilih digunakan instrumen tes kesetaraan kelompok. Selanjutnya untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata skor hasil tes kesetaraan kelompok digunakan uji-t (Sudjana, 2002) dengan rumus: − − t= x1 − x 2 1 1 S + n n 1 2 2 2 (n1 − 1). s1 + (n2 − 1). s 2 S2 = n +n1 2 −2 Keterangan: _ X 1 = rata-rata skor hasil tes pada kelompok eksperimen _ X 2 = rata-rata skor hasil tes pada kelompok kontrol S = simpangan baku gabungan skor hasil tes kedua kelompok S1= simpangan baku skor hasil tes kelompok eksperimen S2 = simpangan baku skor hasil tes kelompok kontrol n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen n2 = jumlah siswa kelompok kontrol Kriteria pengujian: jika t-hitung < t-tabel pada derajat kebebasan n1 + n2 -2 dan taraf signifikansi 5%, maka kelompok dinyatakan setara (tidak berbeda secara signifikan). C. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan yang telah diajukan, maka dilakukan pengumpulan data dengan instrumen.
  • 46. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 46 Metode pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. C.1 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: (1) hasil belajar pendidikan agama Islam dan (2) hasil belajar PPKn yang dikumpulkan dengan metode tes. C.2 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data sebelumnya dilakukan uji coba instrumen untuk menguji validitas item dan menghitung reliabilitas alat ukur. Uji coba dilakukan dengan melibatkan siswa kelas VIII sebanyak 160 siswa di SMPN 1 Selong. 1) Validitas Butir Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dan PPKn Untuk mengetahui validitas butir tes hasil belajar digunakan korelasi point biserial ( rpbis ) dengan rumus sebagai berikut. ( Xp − Xt ) p rpbis = SDt q Keterangan : Xp = rata-rata testee yang menjawab butir soal dengan benar Xt = rata-rata skor total untuk semua testee SDt = simpangan baku total semua testee p = proporsi testee yang dapat menjawab benar butir soal yang bersangkutan q = 1-p
  • 47. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 47 Kriteria butir soal dalam kategori valid jika r pbis hitung > r pbis tabel pada taraf signifikansi 5%. Tes hasil belajar diujicobakan terhadap 160 siswa kelas VIII di SMPN 1 Selong. Setelah itu dianalisis dengan program Microsoft Excel 2) Reliabilitas Tes Hasil Belajar Reliabilitas tes hasil belajar dihitung dengan rumus Kuder- Richardson 20 (K-20), dengan rumus sebagai berikut.  k   SDt − ∑ ( pq )  2 KR – 20 =     k − 1  2  SDt   Keterangan: k = banyaknya butir soal P = proporsi peserta tes yang menjawab benar q = 1-p Semua butir tes hasil belajar pendidikan agama Islam dan PPKn siswa yang valid selanjutnya dihitung Reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson 20 (KR-20) melalui program Microsoft Excel. D. Metode Analisis Data Data hasil pengukuran dianalisis secara bertahap sesuai dengan variabel masing-masing untuk menjawab permasalahan penelitian. D.1 Deskripsi Data Untuk mendeskripsikan kualitas hasil belajar siswa, maka digunakan analisis univariat. Kualifikasi dideskripsikan atas dasar skor rerata ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (SDi). Dengan menggunakan lima jenjang kualifikasi, maka kriterianya dapat disusun seperti Tabel 3.1 di bawah ini.
  • 48. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 48 Tabel 3.3 Pedoman Konversi Kecendrungan Data Hasil Belajar siswa pada Pelajaran Agama dan PPKn No Kriteria Kualifikasi 1 > (Mi + 1,5 Sdi) Sangat Tinggi 2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi) Tinggi 3 (Mi – 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi) Sedang 4 (Mi – 1,5 SDi) s/d (Mi – 0,5 SDi) Rendah 5 < (Mi – 1,5 Sdi) Sangat Rendah Keterangan : Mi = rata-rata ideal = 1 2 ( skor maksimum ideal + skor minimum ideal ) SDi = simpangan baku ideal = 1 6 ( skor maksimum ideal – skor minimum ideal ) D.2 Uji Persyaratan Analisis Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa hasil belajar Agama (Y1) dan hasil belajar PPKn (Y2) tidak berkorelasi secara signifikan. Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi untuk mengetahui apakah data yang tersedia dapat dianalisis dengan statisitik parametrik atau tidak. Berkaitan dengan statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini maka uji asumsi yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji homogenitas dan uji korelasi antar variabel tergantung (Nurosis, 1990:72). 1) Pengujian Normalitas
  • 49. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 49 Pengujian normalitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga uji hipotesis dengan statistik dapat dilakukan. Uji normalitas sebaran data menggunakan bantuan SPSS-10 for Windows melalui Steam and leaf plot (Nurosis, 1990:74-75) dan uji Kolmogorov- Smirnov. Kriteria pengujian data berdistribusi normal jika angka signifikansi yang diperoleh dalam Kolmogorov-Smirnov lebih dari 0,05 dan dalam hal lain sebaran data tidak berdistribusi normal. 2) Pengujian Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji kesamaan varian-kovarian menggunakan SPSS-10 for windows melalui uji Box’s M untuk uji homogenitas secara bersama-sama dan dengan uji Levene’s untuk uji homogenitas secara terpisah (Hair, at.all, 1998: 375). Keriteria pengujian: data memiliki matriks varians-kovarian yang sama (homogen) jika signifikansi yang dihasilkan dalam uji Box’s M dan uji Levene’s lebih dari 0,05 dan data tidak berasal dari populasi yang homogen jika signifikansi yang dihasilkan dalam uji Box’ M dan uji Levene’s kurang dari 0,05. 3) Pengujian Linieritas dan Korelasi Sebelum dilakukan uji korelasi terlebih dahulu dilakukan uji linieritas dan uji regresi linier. Pengujian linieritas adalah untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel dependent (terikat) dan idependent (bebas). Linieritas diuji melalui uji F, dengan menggunakan lajur Deviation from Linierity, sedangkan untuk
  • 50. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 50 melihat keberartian arah regresinya melalui lajur Linierity. Kriteria pengujian adalah: (a) uji linieritas pada lajur Deviation from Linierity, jika angka signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan bentuk regresinya linier, (b) uji keberartian arah regresi pada lajur Linierity, jika signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 maka dinyatakan arah regresi berarti. Analisisnya dilakukan dengan bantuan program SPSS10 for Windows. Uji regresi dilakukan melalui uji regresi linier sederhana melalui uji F. ∧ Persamaan regresi adalah Y = a + bX dengan: a = konstanta ∧ Y = prestasi belajar siswa pada pelajaran Agama Islam dan PPKn b = arah regresi X = metode pembelajaran Kriteria pengujian: metode regresi bisa dipakai untuk menguji prestasi belajar siswa pada pelajaran Agama Islam dan PPKn jika angka signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05. Analisisnya dilakukan dengan bantuan program SPSS10 for Windows. Pengujian korelasi metode pembelajaran dengan hasil belajar siswa pada pelajaran agama Islam dan PPKn dilakukan menggunakan bantuan SPSS10 for Windows melalui uji korelasi Pearson. Kriteria pengujian: data berkorelasi jika angka signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05. 4) Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan uji analisis varian (ANAVA) 2 x 2 faktorial (satu jalur). Desain uji hipotesis yang akan dilakukan mengikuti tabel berikut.
  • 51. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 51 Tabel 3.4: Rancangan ANAVA 1 Jalur (Faktorial 2 x 2) Mata Pelajaran (A) A1 A2 (AGAMA ISLAM) (PPKn) Metode Belajar (B) Pemberian Tugas A1B1 A2B1 (B1) Ceramah Bermedia A1B2 A2B2 (B2) Keterangan: A = Mata Pelajaran (A1 = Agama Islam; A2 = PPKn) B = Metode Belajar (B1 = Pemberian Tugas; B2 = Ceramah Bermedia) Y = Hasil Belajar Data yang dihasilkan dalam penelitian tersebut kemudian dihitung menggunakan program SPSS10 for Windows. Tabel Ringkasan Anava 1 Jalur (2x2 faktorial) SV JK Db MK Fh Ftab 5% 1% Antar A (∑ X ) − (∑ X ) 2 2 ….. ….. ….. …… ….. ∑ nA A N tot ( X ) − (∑ X ) ∑∑ Antar B 2 2 ….. ….. ….. …… ….. B tot nB N ( X ) − (∑ X ) ∑∑ Inter AB 2 2 ….. ….. ….. …… ….. AB tot − JK A − JK B n AB N Dalam (∑ X ) 2 ….. ….. ….. …… ….. ∑ X tot −∑ 2 AB n AB Total (∑ X ) 2 ….. ….. ….. …… ….. ∑X − 2 tot tot N Kriteria pengambilan keputusan: Jika F hitung > F tabel, dengan derajat kebebasan (dk = a-1, N-a) dan taraf signifikansi 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika hasil uji ANAVA signifikan, artinya hipotesis pertama sudah terjawab bahwa terdapat perbedaan, selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji t-Scheffe untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga, rumus yang digunakan adalah:
  • 52. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 52 − − Xi− X j ti− j = , dimana db t = db dalam 2 xMK d n Kriteria pengambilan keputusan: Tolak H0 jika t hitung > t tabel dengan taraf kebebasan (dk = db dalam) dan taraf signifikansi 5%. Sebaliknya terima H0 jika t hitung < t tabel dengan taraf kebebasan (dk = db dalam) dan taraf signifikansi 5%. Hasil perhitungan dengan cara manual ini akan disandingkan dengan hasil pengujian menggunakan bantuan program SPSS10 for windows.
  • 53. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI DATA Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn sebagai hasil perlakuan antara penerapan metode ceramah bermedia dan metode pemberian tugas. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen pre-test post-test kelompok kontrol tanpa acak dengan menggunakan Anova satu jalur (2x2 faktorial) sebagai alat analisis datanya. Oleh karena itu, data penelitian ini dideskripsikan berdasarkan kelompok data sebagai berikut. 1 Deskripsi Data hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn dan Agama di SMPN 1 Suralaga Tabel 4.1: Data Penelitian di SMPN 1 Suralaga Kelompok A1 Kelompok A2 No Y1 Y2 Y1 Y2 1 18 18 17 16 2 21 19 18 17 3 24 23 23 19 4 20 21 19 20 5 21 23 19 19 6 20 23 18 22 7 21 22 20 24 8 17 21 17 20 9 21 20 18 19 10 23 22 20 18 11 17 19 16 17 12 20 18 20 18 13 18 21 17 20 14 15 18 14 17 15 23 24 20 20 16 20 22 18 21 17 20 21 20 20 18 19 21 18 18 19 18 15 16 14 20 21 21 20 18 21 20 21 18 22 22 19 21 17 19 23 21 17 18 17
  • 54. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 54 24 19 23 18 21 25 21 18 20 16 26 18 17 15 18 27 20 21 17 20 28 25 26 24 24 29 20 21 18 19 30 18 22 21 21 31 20 21 18 19 32 18 20 19 18 33 21 21 20 19 34 18 16 19 16 N 34 34 34 34 Rata- rata 19.85294 20.5 18.52941 19 SD 2.061661 2.36451 2.01863 2.201928 Varian 4.250446 5.590909 4.074866 4.848485 Keterangan: A1 : Metode Pemberian Tugas A2 : Metode Ceramah Bermedia Y1 : Hasil Belajar PPKn Y2 : Hasil Belajar Agama 2. Data Hasil Penelitian di SMPN 1 Sukamulia Kelompok A1 Kelompok A2 No Y1 Y2 Y1 Y2 1 17 20 16 19 2 20 20 18 17 3 21 24 20 20 4 23 23 21 21 5 19 23 16 20 6 15 23 15 19 7 16 25 15 23 8 23 22 19 20 9 20 20 16 19 10 16 22 15 20 11 17 19 15 17 12 20 18 20 18 13 18 21 15 20 14 15 18 14 17 15 22 24 20 20 16 20 22 18 21
  • 55. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 55 17 20 21 20 20 18 15 21 14 18 19 16 15 14 14 20 16 21 15 18 21 23 21 18 22 22 21 21 17 19 23 20 17 18 17 24 16 23 18 21 25 19 18 16 16 26 17 17 15 18 27 16 21 15 20 28 18 26 15 24 29 20 21 19 19 30 16 22 15 21 31 20 21 20 19 32 19 20 18 18 33 23 21 20 19 34 24 16 20 16 N 34 34 34 34 Rata- rata 18.85294 20.79412 17.05882 19.11765 SD 2.687032 2.495808 2.228482 2.04146 Varian 7.220143 6.229055 4.966132 4.167558 B. Analisis Data 1. Analisis Data SMPN 1 Suralaga Variabel hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn diukur dengan tes dengan jumlah pertanyaan 26 butir soal, dengan skor minimum ideal = 0 dan skor maksimum ideal = 26, sehingga diperoleh rata-rata ideal = 13, dan standar deviasi ideal = 4.33. Berdasarkan rata-rata ideal dan standar deviasi ideal tersebut, skor hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn dapat diklasifikasikan sebagai tertera dalam Tabel 4.2 Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn No Kriteria Interval Kualifikasi 1 > (Mi + 1,5 SDi) >19.49 Sangat Tinggi 2 (Mi + 0,5 SDi) s/d (Mi + 1,5 SDi ) 15,16 – 19,49 Tinggi
  • 56. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 56 3 (Mi - 0,5 SDi) s/d (Mi + 0,5 SDi ) 10,83 –15,16 Sedang 4 (Mi - 1,5 SDi) s/d (Mi - 0,5 SDi ) 6,51 – 10,83 Rendah 5 < (Mi - 1,5 SDi) <6,51 Sangat Rendah Hasil pengukuran terhadap variabel hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn memberikan hasil seperti dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor hasil belajar Siswa pada Pelajaran PPKn Statistik Metode Pembelajaran Pemberian Tugas Ceramah Bermedia N 34 34 X 19.85 18.53 SD 2.06 2.02 SD2 4.25 4.07 Pengukuran hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn, untuk kelompok siswa yang mengikuti metode pemberian tugas mempunyai rata–rata 19,85, sedangkan untuk kelompok siswa yang mengikuti metode ceramah bermedia mempunyai rata-rata 18,53. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn yang mengikuti metode pemberian tugas sangat tinggi dan rata- rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah bermedia tergolong tinggi. Hasil Pengukuran variabel hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn untuk setiap kelompok data dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1) Data hasil belajar pada Pelajaran PPKn Siswa yang mengikuti Metode Pemberian Tugas dan Ceramah bermedia
  • 57. Authorized by: www.forumpenelitian.blogspot.com 57 Pengukuran hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn, untuk kelompok siswa yang mengikuti metode pemberian tugas mempunyai rata-rata 19,85 dan simpangan baku 2,06. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn yang mengikuti metode pemberian tugas tergolong sangat tinggi, dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 4,25. 2. Analisis Data SMPN 1 Sukamulia Pengukuran hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn, untuk kelompok siswa yang mengikuti metode pemberian tugas adalah 18,75 dengan simpangan baku 2.68 sedangkan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah bermedia mempunyai rata rata 17,05 dan simpangan baku 2,23. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran PPKn yang mengikuti metode pemberian tugas dan metode ceramah bermedia tergolong tinggi, dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 7,22 dan 4,96. Sedangkan hasil belajar siswa pada pelajaran Agama, untuk kelompok siswa yang mengikuti metode pemberian tugas adalah 20,79 dengan simpangan baku 2.49 sedangkan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah bermedia mempunyai rata rata 19,11 dan simpangan baku 2,04. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar siswa pada pelajaran Agama yang mengikuti metode pemberian tugas dan metode ceramah bermedia tergolong tinggi, dengan variasi perolehan skor pada kelompoknya sebesar 6,23 dan 4,17.