SlideShare a Scribd company logo
1 of 70
gereja
&

KEKERASAN
ATAS NAMA AGAMA
[JB. Heru Prakosa, SJ]
BEBERAPA
ILUSTRASI
Perspektif
Teologi
Kristiani
Perspektif
Religious
Studies

Perspektif
Spiritualitas
Kristiani

SKEMA
DASAR
Perspektif
Ilmu SosialBudaya

Kebijakan
Pastoral

DataPengalaman
Data
Pengalaman
Indonesia Tuai Kritik Keras di Dewan HAM PBB
JAKARTA--MICOM: Indonesia tampaknya tidak bisa mengelak dari perhatian tajam negaranegara anggota Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) dalam
sidang Universal Periodic Review (UPR) yang dilaksanakan di Jenewa, Swiss, 23 Mei 2012.
Kondisi tersebut dipaparkan oleh Ketua Human Right Working Group (HRWG) Rafendi Djamin
yang hadir untuk memantau langsung sidang tersebut. Disampaikan lewat sambungan video
langsung dari Jenewa, di kantor HRWG Jakarta, Kamis (24/5), pembahasan laporan Indonesia
diwarnai berbagai catatan kritis kondisi HAM tanah air, mulai dari kebebasan beragama,
kondisi HAM di Papua, penyiksaan, kekerasan terhadap perempuan dan anak.
"Namun dari semua pembahasan yang ada, yang mendapatkan sorotan adalah masalah
religius freedom dan Papua. Dan Indonesia tidak bisa mengelak akan itu," ujar Rafendi Djamin.
Delegasi Indonesia yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan beberapa
perwakilan dari Kepolisian, Kemenag, dan Dirjen Kemenkumham dikritik cukup keras oleh
beberapa negara. Kasus Ahmadiyah, GKI Yasmin, pengrusakan gereja, Syiah dan Bahai,
membuat Indonesia harus menerima kenyataan akan fakta yang ada di lapangan, di hadapan
75 negara yang 47 diataranya adalah anggota Dewan HAM PBB.
Kritikan yang dilayangkan pun tidak didominasi oleh negara Barat, melainkan berbagai negara
dari Asia, dan Timur Tengah. Negara-negara tersebut menekankan adanya komitmen Indonesia
untuk bisa memberikan kebebasan beragama sebagai hak paling hakiki manusia.
"Mereka secara jelas menyebut nama, seperti Ahmadiyah, pengrusakan gereja dan pelarangan
ibadah yang pasti berafiliasi kepada GKI Yasmin dan Filadelfia. Bahkan negara seperti Pakistan,
Bangladesh, dan Libanon pun memaparkan penting bagi Indonesia agar menghormati
kebebasan beragama," pungkas Rafendi Djamin. (HZ/OL-2)
Penulis : Hafizd Mukti (Kamis, 24 Mei 2012 20:35 WIB)

http://www.mediaindonesia.com/read/2012/05/05/321885/284/1/Indonesia_Tuai_Kritik_Keras_di_Dewan_HAM_PBB
President Susilo Bambang Yudhoyono received the World Stateman Award
from The Appeal of Conscience Foundation (ACF) because of his merits
regarding religious tolerance
The Caveat of PROF. DR. FRANZ MAGNIS-SUSENO SJ

A Catholic Priest & professor of philosophy in Jakarta

“Ladies and Gentlemen of the Appeal of
Conscience Foundation (ACF) …
This is a shame, a shame for you. It discredits any
claim you might make as a an institution with
moral intentions.
How can you take such a decision without asking
concerned people in Indonesia? Hopefully you
have not made this decision in response to
prodding by people of our Government or of the
entourage of the President.”
“Do you not know about the growing difficulties of
Christians to get permits for opening places of
prayer, about the growing number of forced
closures of churches, about the growth of
regulations that make worshipping for minorities
more difficult, thus about growing intolerance on
the grassroot level? And particularly, have you
never heard about the shameful and quite
dangerous attitudes of hardline religious groups
towards so called deviant teachings, meaning
members of the Achmadiyah and the Shia
communities, and the government of Susilo
Bambang Yudhoyono just doing nothing and saying
nothing to protect them?”
“Hundreds of their people have under Susilo Bambang
Yudhoyono's presidentship been driven out of their
houses, they still live miserably in places like sports
halls, there have already Achmadis and Shia people
been killed (so that the question arises whether
Indonesia will deteriorate to conditions like Pakistan
and Iran [favor of President G. W. Bush] where every
months hundreds of Shia people are being killed
because of religious motivations)?
”Do you not know that President Susilo Bambang
Yudhoyono during his up to now 8 1/2 years in office
has not a single time said something to the Indonesian
people, that they should respect their minorities? That
he has shamefully avoided responsibility regarding
growing violence towards Achmadiyah and Shia
people?”
Again, whom did you ask for information before
making you award choice? What could be your
motivation to bestow upon this President a
reward for religious tolerance who so obviously
lacks any courage to do his duty protecting
minorities?
“I have to add that I am not a radical, not even a
‘human right extremist’ (if such exist). I am just
appaled about so much hypocrisy. You are playing
in the hands of those - still few - radicals that
want to purify Indonesia of all what they regard
as heresies and heathen.”
A number of human rights activist minds that SBY
is not qualified for that award, because during his
presidency the cases of intolerance has been
increasing.
Muhammad Choirul Anam, Executive Vice
Director of Human Rights Working Group gives
example of the attack to Achmadiyah community.
After “Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri”
the number of cases of intolerance have been
increasing until 300 %. Other examples are
discrimination against Syiah and a number of
churches have been closed.
(Tempo, “Protes Penghargaan Yudhoyono Meluas”, Tempo
2 Juni 2013: 29) Opini Tempo (Tempo 2 Juni 2013) also mentions
about the protes of Syafii Maarif, Ex President of Muhammadiyah)
Another mosque in Gorua
was bombed
HATI KUDUS YESUS YANG HANCUR
• Indonesia: “Christianisation” and Into-lerance [Policy
Briefing, Asia Briefing N°114, Jakarta/Brussels, 24
November 2010]
• The incidents in Bekasi exemplify some of the
dynamics: ON THE ISLAM SIDE: the Indonesian Islamic
Propagation Council (Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia, DDII), Islamic Student Movement (Gerakan
Pemuda Islam, GPI) Islamic Defenders Front (Front
Pembela Islam, FPI) Jemaah Ansharut Tauhid (JAT)
• ON THE CHRISTIAN SIDE: Yayasan Mahanaim with its
programs targeting the Muslim poor.
Yayasan
Bethmidrash Talmiddin, run by a Muslim convert to
Christianity, uses Arabic calligraphy and requires every
student to convert five people.
* TETAPI Kita dapat belajar dari kenyataan bahwa
dalam peristiwa Maluku, di satu pihak ada konflik
yang bernuansa agama, dan di lain pihak beberapa
pihak saling memberi bantuan
* Juga dalam peristiwa Situbondo, ketika gerejagereja dibakar, tidak sedikit pula kaum Muslim
yang ikut membantu untuk merenovasi gereja
* Kita pun tidak akan pernah lupa dengan
peristiwa Mojokerto, ketika seorang santri NU,
bernama Riyanto, tewas terkena ledakan bom saat
menjaga sebuah gereja di malam Natal. Di
Spanyol, Riyanto dikenang sebagai Martir Muslim
Nama Riyanto muncul dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik di salah satu
keuskupan di Spanyol, tanggal 10 Desember 2002. Tertulis di sana: ‘MÁRTIR
MUSULMÁN: El gesto heroico de Riyanto, un joven musulmán Indonesia, que
dio su vida por salvar la de otros conciudadanos católicos, sucedió en la
pequeña aldea de Mojokerto, en la parte oriental de la isla de Java’.
Perspektif
Ilmu SosialBudaya dan
Filsafat serta
Religious
Studies
Mengapa kekerasan
masih terlihat serta
terjadi di dalam
masyarakat [Indonesia]?
Dan bahkan beberapa
kasus terjadi atas nama
agama?
• The phenomenon of religious fundamentalism
which is found in all religions, including
Christianity, poses serious difficulties.
• A passionate concern to return to the
foundations of each religion combined with a
reaction to the onslaught of modern secular
culture have given great impetus to the growth
of revivalist movements.
• The history of oppression of one religion by
another dominant one has produced animosities
and prejudices which add fuel to such
movements .….
• YAHUDI
Gush Emunim (Block of the Faithful) merupakan
gerakan yang bernuansa zionisme dan berjuang
supaya
pemukiman
Yahudi
terwujud
sebagaimana yang tertulis dalam Alkitab (jadi
termasuk Yudea dan Samaria) karena ini berperan
sebagai pemenuhan kedatangan Sang Mesias
• BUDHA
Gerakan Sinhala-Budha merasa mendapat
mandat untuk membela Budha; dan sebagai
dhammadipa (pulau kebenaran Budha),
Srilanka harus diperintah dengan hukum serba
Budha
• HINDU
Rashtriya Swayamsevak Sangh mau menjaga
kemurnian Hindu Dharma; dan Dharma harus
menjadi satu-satunya prinsip identitas politik
bangsa India
• KRISTIANI
• Istilah ‘fundamentalisme’ berasal dari ranah Kristiani, sebagai gerakan untuk
melawan Teologi modernisme dan humanisme sekular, termasuk juga
pembelaan terhadap Alkitab dari analisa historis-kritis.
• John Paul II says, “I humbly repeat here my own conviction: peace bears the
name of Jesus Christ. But, at the same time and in the same breath, I am
ready to acknowledge that Catholics have not always been faithful to this
affirmation of faith. We have not been always ‘peacemakers’.
• See, “The Address of John Paul II to the Representatives of the Christian
Churches and Ecclesial Communities and of the World Religions”, in the
Basilica of Saint Francis, October 27, 1986.
• http://www.vatican.va/holy_father/_john_paul_ii/speeches/1986/october/
documents/hf_jp-ii_spe_19861027_ prayer-peace-assisi-final_en.html
ISLAM
• Ada keyakinan bahwa, sebagai agama terakhir,
Islam diturunkan untuk menggantikan agamaagama sebelumnya.
• Itu juga terbukti dari fakta bahwa Islam
berkembang dari kejayaan. Kalau sekarang
menjadi terpuruk, itu diakibatkan oleh kekuatan
non-Islam.
• Beberapa pihak merasa yakin bahwa kejayaan
Islam akan diperoleh lagi kalau Islam kembali ke
prinsip asali dan menolak segala hal yang bersifat
non-Islami.
ANALISA: GLOBALISASI
• Kita hidup dalam dunia global yang ciri dasarnya adalah
pemadatan – the compression of the World – di bidang
komunikasi, ekonomi, politik, sosial. Munculnya gejala
kekerasan pun terkait dengan aneka bidang kehidupan.
• Di sini, relativization ‘is a central – perhaps the central
– sociological and anthropological phenomenon of the
globalization process’. Apa yang dahulu diterima
sebagai ‘innate belief or truth’ sekarang hanya
dipandang sebagai salah satu dari sekian cara pandang!
• Orang ditantang untuk mengambil sikap atas
keyakinannya di tengah kultur yang lain – bahkan
kadang-kadang yang bersifat antagonistik – dan diajak
untuk mau merefleksikannya sendiri.
• Relativisasi memunculkan semacam ‘cultural shock’.
Berhadapan dengan kultur yang berbeda, nilai-nilai
pribadi dan publik, yang sebelumnya diterima
sebagai yang bersifat otoritatif, kini menjadi
dipertanyakan!
• Akibat selanjutnya adalah munculnya perasaanperasaan tak aman: kehilangan orientasi, kekacauan,
kemarahan, frustasi, ketakutan, ketidakpastian,
kebingungan.
• Relativization has been largely responsible for
what has come to be called ‘fundamentalism’.
Fundamentalisme agama lalu menjadi semacam
mekanisme pembelaan diri untuk menyelamatkan/
mempertahankan identitas dan prinsip agama.
• Logika ‘kekerasan atas nama agama’
dalam kerangka gerakan ‘puritanisme’ ,
atau ‘radikalisme’, atau ‘revivalisme’,
atau juga ‘fundamentalisme’, bersifat
apokaliptik; artinya sejarah dipandang
telah berbelok arah dan karena itu
harus diluruskan!
• Jatuhnya
korban
sekarang
ini
dipandang wajar, karena semua itu
merupakan bagian dari upaya untuk
melakukan pembersihan demi lahirnya
bangsa yang baru dan benar!
• Upaya untuk melakukan pelurusan
sejarah membutuhkan mobilisasi
secara sistematis serta metodis; dan
cara yang paling ekstrem adalah
kekerasan melalui gerakan paramiliter.
• Dalam hal ini, skripturalisme ikut
berpe-ngaruh, terlebih di dalam
penggunaan ‘kata-kata’ yang diyakini
sebagai Sabda Allah untuk melakukan
‘pengadilan’ pada pihak lain.
• Bahaya yang muncul dari sikap kesewenangwenangan atas nama Allah adalah auto-theisme.
• Sikap ini cenderung mau mengadili atas nama
Allah; dan ini sebenarnya tak lebih berarti
kecenderungan mau bersembunyi di balik
sabdaNya, mau cuci tangan dan menghindar untuk
bertanggungjawab atas tindakannya! Ke depan ia
tidak mau disalahkan, karena ia hanya melakukan
apa yang dikatakan Allah; tanggung jawab tetap
ada pada Allah, padahal Allah sendiri selalu benar,
tak dapat disalahkan!
• Sikap puritan sendiri akan semakin ‘subur’ dalam
mentalitas gheto!
CATATAN KHUSUS
Mencoba Memahami
Apa yang Terjadi di Dalam ISLAM
Di Dunia Global

Dua Peristiwa yang Dahsyat pada Tahun 1991

1. Aljazair, kegagalan demokrasi.
• Negara-negara Barat selalu mengatakan bahwa negaranegara Islam harus mempunyai demokrasi yang berfungsi.
• Di Aljazair, FIS (Front Islamique du Salut) masuk proses
demokrasi dan menang, tetapi sebelum mendirikan
pemerintah, kudeta militer mengambil kekuasaan.
• Pemerintah militer, didukung oleh Barat, meyakinkan
banyak orang Islam bahwa dunia Barat munafik dalam hal
demokrasi.
2. Perang Teluk

• Irak sudah lama menganggap
Kuwait adalah bagian Irak.
• Para Saudi bersalah mengundang
tentara AS berada di Tanah Suci
Arab.
• Pengeboman atas kota-kota Irak
memperlihatkan bahwa dunia Barat
(khususnya AS) menjadi musuh.
• Berita di televisi: “Amerika adalah
musuh Islam”.
Serangan WORLD TRADE CENTER
• Pada 11 September 2001, empat kapal terbang dibajak.
– Dua menyerang WTC, simbol kekuatan ekonomi AS.
– Satu menyerang Pentagon, simbol kekuatan militer AS.
– Yang gagal mau menyerang White House, simbol
kekuatan politik AS.
• 19 orang Arab terlibat: (15 orang Saudi, 2 dari Emirat, 1
orang Mesir, dan 1 orang Libanon)
– Tidak ada orang Palestina
– Tidak ada orang Irak
– Tidak ada orang Islam dari Asia (termasuk Afganistan)
PEMBENTUKAN GERAKAN TEROR
• Gerakan teror muncul sesudah Perang Teluk.
Al-Qa’ida sudah giat pada tahun 1992.
• Gerakan jihad ditafsirkan sebagai perjuangan
melawan:
– Amerika (Barat/liberal/sekuler/moderenis)
– penguasa muslim tradisional, sekuler
– ketidakadilan, penindasan, rejim autokrat,
korup
– ateisme, mempertahankan hak-hak Allah.
• Karena “musuh” mengontrol pusat-pusat
kekuatan, jalan satu-satunya adalah teror.
ISLAM DI INDONESIA
• Dalam sejarah Indonesia, gerakan Puritanisme, tampil
dalam apa yang disebut sebagai Kaum Paderi.
• Gerakan itu sendiri berkembang sejak 1803, sebagai hasil
dari kontak kaum Muslim Indonesia dengan kaum Ulama
dari Saudi Arabia, secara khusus para pengikut
Wahabisme.
• Gerakan Kaum Padri mencoba untuk menjaga dan
mempertahankan Islam di Indonesia dari segala bahaya
kontaminasi dan pengaruh budaya serta adat setempat.
Gerakan ini selanjutnya diikuti oleh Muhammadiyah (1912)
dan PERSIS (1936). Pada gilirannya gerakan tersebut
‘dilawan’ dengan Nahdatul Ulama (lahir 1926).
Kategorisasi Kaum Muslim Indonesia
• Clifford Gertz mengelompokkan menjadi: [1] santri,
[2] priyayi, dan [3] abangan
• Ada pemikir lain yang mengelompokkannya menjadi:
[1] kaum ulama (yakni mereka yang memiliki
pengetahuan Islam klasik, seperti Hamka);
[2] kaum revivalis (yakni mereka yang memiliki
pengetahuan Islam modern dalam nuansa politik,
seperti: Natsir, Rasjidi);
[3] kaum akademisi (yakni mereka yang memiliki
pengetahuan umum ilmiah, seperti Harun Nasution);
[4] kaum intelektual kemasyarakatan (yakni mereka
yang memiliki pengetahuan non-agama dalam
orientasi politik)
• Ada yang mengelompokkannya menjadi:
[1] kaum rasionalis (yaitu pendukung Ashariah
kritis seperti Harun Nasution)
[2] kaum neo-modernis: (yaitu mereka yang mau
ijtihad atau pembaharuan dengan mendasarkan
moralitas Qur’an dalam praksis etis, seperti
Nurcholish Majid)
[3] kaum transformatif (yaitu para penggerak
sosial-ekonomi demi perubahan masyarakat)
• Ada yang mengelompokkannya menjadi:
[1] kaum universalis, [2] indigenis, [3] reformis;
atau juga [1] kaum neo-modernis, [2] pendukung
ide sosial demokrat, [3] universalis, [4] modernis.
• Kategorisasi lain menunjukkan bahwa para tokoh
Muslim Indonesia dapat dikategorikan menjadi:
[1] kaum formalis (yaitu pendukung Wahabbi
yang berorientasi pada Islam-Arab murni);
[2] kaum substantivis (yaitu para pendukung
nilai Islam dalam politik tanpa institusi);
[3] kaum indigenis (yaitu pendukung Islam yang
memberi ruang pada nilai-nilai kultural lokal);
[4] kaum revivalis/radikalis/fundamentalis (yaitu mereka yang mengupayakan pemurnian nilai
Islam secara formal).
Teroris
Fundamentalis

Radikalis
Gagasan Al-Chaidar * tentang Ciri-ciri
Islam Radikal dan Fundamentalis
•
•
•
•
•
•
•
•

Islam Radikal
Tidak mementingkan simbol
Quasi Ritual
Memiliki Kesadaran Politik
Pragmatis (Manajerial)
Sivilisasional
Kontekstual (Situasional)
Orientasi Negara
(Kekuasaan)
Jihad-Khilafah-ImamahBai’at

•
•
•
•
•
•
•
•

Islam Fundamentalis
Sangat simbolik
Ritual
A-politis
Idealis (Non-Manajerial)
Bersifat Kekerasan
Tekstual (Skriptural)
Orientasi Agama
(Kesalehan)
Dakwah-Imamah-Bai’atKeluarga

* Disampaikan dalam Lokakarya di Bandung, 10-15/7/2011
Gagasan Al-Chaidar tentang Ciri-ciri
Islam Teroris
•
•
•
•
•
•
•

Agak bersifat simbolik
Ritualisme dan Aktivisme
Kesadaran Politik yang Kuat
Berwawasan Sosial dan Teknikal
Menggunakan Kekerasan
Kon(tekstual) dan Interpretatif
Negara + Agama (Antara Otokrasi dan
Nomokrasi)
• Jihad-Khilafah-Imamah-Bai’at
• Upaya untuk berlindung di bawah sabda dan hukum Allah
tampak jelas pada kecenderungan untuk menerapkan shariah
di kalangan kaum Muslim. Perda atas dasar shariah sendiri,
secara umum disusun untuk mengatur 3 aspek hidup publik: 1)
kejahatan sosial, terlebih prostitusi dan judi, 2) terjaminnya
pelaksanaan ritual Islam seperti pembacaan Qur’an, sholat di
hari Jumat, dan puasa selama masa Ramadan; serta 3) aturan
tentang cara berpakaian Islam, seperti jilbab.
• Pihak yang setuju berpendapat bahwa hukum-hukum tersebut
bersifat ‘sah’ karena memberi jaminan moral sosial kepada
warga negara mengingat pemerintah gagal menciptakannya.
• Pihak yang tak setuju mengingatkan bahwa meski mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam, namun tentu saja nonMuslim tak dapat dikorbankan begitu saja. Indonesia sendiri
bukan negara Islam, jadi penerapan Perda Sharia mengkhianati
konsensus awal yang dibangun para founding fathers.
REFLEKSI
• Bagaimanakah potret Muslim di Indonesia? Sifatnya
tidak monolitik, dan sebaliknya sangat warna-warni.
• Mirza Tirta Kusuma menulis, “This monolithic categorization
promoted by many Western observers has led to a
misunderstanding of Islam that could be attributed to their
limited knowledge of the religion. While it may be true that a
secular bias has contributed to the failure of many non-Muslim
scholars to understand Islam, the major pitfall was in their
ignorance of Islam as a religion that could be interpreted in
many ways. Although Islam may appear to be monolithic, its
form and expression vary from one Muslim to another and
from group to group.” (Mirza Tirta Kusuma, “Islam is a Mosaic,
Not Monolith”, in The Jakarta Post, Jakarta, Tuesday, October
12, 2010).
KRISTIANI
dan KOLONIALISME
* Peran Kristiani sendiri sering dipandang kurang
positif, mengingat kaitannya, entah langsung
atau tidak langsung, dengan kolonialisme Barat.
* Seperti telah kita lihat, kolonialisme dan
imperialisme meninggalkan luka yang mendalam
bagi Islam
* Keterpurukan Islam terkait dengan kekuatan
Non-Islam (Barat)
UPAYA DERADIKALISASI
• Tidak dapat tidak semangat keterbukaan – dalam
hal pemahaman dan interpretasi – dapat menjadi
sarana untuk meng-counter gejala puritanisme.
• Pada dirinya, keterbukaan dan penghargaan pada
pihak yang berbeda bukan sekedar taktik atau
strategi untuk ‘pertahanan diri’ (bdk. RM), tetapi
tuntutan dan konsekuensi dari kedewasaan iman.
• Dalam tahap perkembangan yang tinggi, iman
dihayati sebagai upaya untuk menginkarnasikan dan
mengaktualisasikan semangat yang berlandaskan
pada inklusivitas dan universalitas. Di sini, perhatian
dan kepentingan tidak lagi terkungkung pada batasbatas jemaat atau kelompoknya sendiri.
• Semangat keterbukaan dalam budaya damai dan harapan untuk
mengembangkan perhargaan atas dasar nilai kemanusiaan
universal adalah bagian dari upaya pendewasaan iman dan
konsekuensi logis dari tingkat kedewasaan iman.
• Jadi harapan untuk membangun keterbukaan dalam semangat
persaudaraan yang mencakup sesama dari aneka latar belakang –
termasuk latar belakang iman – tidak cukup dipahami sekedar
dalam tataran politik dan sosial budaya. Anggapan bahwa dialog
menjadi penting karena situasi dan kondisi masyarakat yang
heterogen belumlah memadai. Demikian pula dengan pandangan
yang mengatakan bahwa dialog diperlukan sebagai upaya untuk
menghindari konflik horizontal.
• Alasan tidak cukup didasarkan pada unsur-unsur eksternal saja,
tetapi harus juga dibangun pada unsur-unsur internal, yang
menyangkut iman. Arahnya jelas, semakin seseorang memiliki
kedewasaan iman, tentunya ia akan semakin bersikap terbuka
pada pihak lain yang berbeda darinya.
• CATATAN: Karakteristik dan pendekatan yang
ditempuh oleh kaum Muslim di Indonesia
amatlah beragam; itu sesuai dengan karakter
dasar dari masing-masing kelompok!
• Upaya untuk merangkul kelompok ‘rasionalis’
atau ‘indigenis’, misalnya, tentu akan mendapat
tantangan keras dari kelompok ‘revivalis’ atau
‘radikalis’ atau ‘fundamentalis’; demikian pula
sebaliknya.
• Dalam semangat keterbukaan dan penghargaan,
kita perlu senantiasa (1) tahu akan batas-batas
niat-upaya kita, (2) berani membuat pilihan yang
konkret, (3) sadar sepenuhnya akan konsekuensi
yang terkait dengan pilihan tersebut.
Perspektif
Teologi
Kristiani:
KS-Tradisi
AUTO-THEISME
• Mengapa orang mau mengingkari domain
kemanusiawi-annya dan justru cenderung mau
masuk ke domain ilahi serta membuat judgment
atas nama Allah dalam semangat auto-theisme?
Apakah kecenderungan ini sebenarnya sudah dapat
diantisipasi sejak awal kisah penciptaan
sebagaimana terlukis dalam Kitab Kejadian (Bab 1 11)?
• Perpecahan dalam diri manusia, yang bersifat
pribadi dan sosial, telah mencederai nilai dan
martabat pribadi manusia itu sendiri, dan
meninggalkan sebuah luka yang mendalam. Itulah
rahasia dari luka ganda manusia, yaitu dengan
dirinya sendiri (dosa pribadi) dan dan dalam relasi
dengan sesamanya (dosa sosial).
• Before God who is so ultimate and great, one cannot
make claim that he or she will be able to truly know about
His Divine Reality.
• “God is in heaven, and thou art on earth. The gulf
between God and human being is very wide for God is
the Wholly Other!” says Karl Barth. If humanity is itself
God, the appearance of the idol is inevitable; and
whenever the idol is honored, it is inevitable that
human beings, feeling themselves to be the true God,
should also feel that they have themselves to be the
true God. [Cf. Hartwell, H., The Theology of Karl Barth: an
Introduction, London, Gerald Duckworth, 1964, p. 13.
Green, C. (ed.), Karl Barth: Theologian of Freedom,
London, Collins, 1989, p. 118.]

• KRISTUS - SANG JEMBATAN [bdk.
‘Peristiwa Inkarnasi’]
BEBERAPA PERTANYAAN
• Bagaimana dapat dijelaskan tentang
‘sikap supersessionisme’ bangsa
Yahudi sebagai Bangsa Pilihan dalam
PL?
• Bagaimana mau memahami sikap
Jesus yang dalam satu atau dua kisah
dilukiskan beraroma ‘supersessionistsektarian’?
YESUS DAN ORANG-ORANG NON-YAHUDI
• Kisah tentang Yesus dan orang Siro-Fenesia/Kanaan (Mk. 7: 34;
bdk. Mt. 15: 21-28)
“Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir
setan itu dari anaknya.”

• Kisah tentang Yesus dan orang Samaria (Lk. 9: 51-56; 10: 25-37;
Lk. 17: 11-19; Yoh. 4: 1: 42)
51 “Ketika

hampir genap waktunya Yesus diangkat ke surga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk
pergi ke Yerusalem, 52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu
masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. 53 Tetapi orangorang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. 54 Ketika dua
murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau
mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” 55 Akan tetapi Ia
berpaling dan menegor mereka. 56 Lalu mereka pergi ke desa yang lain.

•

•

Samaria ditaklukkan Asyur dan sejak thn. 722 SM sebagian penduduknya dibuang ke Asyur
(2 Raj 17:24). Untuk mengisi kekosongan daerah itu para tentara Asyur memasukkan orangorang asing jajahan Asyur. Lama-kelamaan mereka lewat perkawinan, terbentuklah bangsa
campuran yang disebut “orang-orang Samaria”.
Orang-orang Samaria menolak kedatangan Yesus, sehingga Yakobus dan Yohanes mohon
agar Yesus mengizinkan mereka membinasakan orang-orang Samaria. Penghancuran dengan
“api dari langit” merujuk pada kisah nabi Elia yang mendatangkan api dari langit untuk
meyakinkan Ahazia, raja Samaria (2 Raj 1:9-12). Yesus menegur mereka, sebab diri-Nya tidak
mau disamakan dengan nabi Elia yang keras. Ia juga tidak mau menobatkan orang dengan
hukuman. Ia membiarkan orang yang menolak-Nya tetap menikmati kehidupan, sehingga
ajaran-Nya tentang mencintai musuh menjadi nyata. Ia sadar bahwa kedatangan-Nya bukan
untuk menghukum, tetapi membawa orang pada pertobatan, sebab penghukuman adalah
hak Allah. Tak jarang kita mau menghancurkan orang-orang yang memusuhi kita! Mengapa?
NOTA PASTORAL K.W.I
KEADABAN PUBLIK: MENUJU HABITUS BARU BANGSA

12 November 2004
• Gereja Indonesia dengan rendah hati dan tulus mengakui bahwa dia telah
ikut mengambil bagian dan tidak bisa melepaskan tanggungjawab dalam
rusaknya keadaban publik ini. Dengan kesadaran itu Gereja bertekad mau
mengambil bagian, bersama semua orang yang berkehendak baik, dalam
mengobati luka-luka dan membangun keadaban yang baru. Gereja perlu
terus-menerus bertobat dan juga mengajak semua orang untuk terusmenerus bertobat.
• Dengan pengertian seperti ini Gereja dapat membawa reformasi rohani
yang amat diperlukan untuk berhasilnya reformasi nilai dan selanjutnya
reformasi politik. Dalam situasi ideal, Gereja dapat memelopori reformasi
rohani sedangkan budaya mendorong reformasi nilai. Sementara itu warganegara membangun reformasi politik. Gereja yang terus-menerus bertobat
dapat menjiwai, mengarahkan dan mendorong manusia dari dalam. Dalam
hal ini orang yang memerankan sama, dengan identitas yang berbedabeda, yaitu orang beriman, orang yang berbudaya, dan warga negara.
Perspektif
Spiritualitas
Kristiani
The Kenosis of Jesus Christ
• In Christian theology, the presence of God in a human
history manifests in the life of Jesus Christ; and His
entire life was a kenosis. Some documents of FABC say:
• “In close dialogue with the religious cultures of Asia, the
Church would be able to rediscover its pristine dynamism
which demands a radical emptying (kenosis) in its thought
patterns, ritual forms and community structures….!” FEISA I
(Pattaya): 7.5.1.
• “Dialogue finally, demands a total Christ-like self-emptying so
that, led by the Spirit, we may be more effective instruments
in building up God’s Kingdom.” BIRA IV/7 (Tagaytay): 16. “[As
such], kenosis implies death and resurrection.” FAPA I, 331.
• “Only an ego-emptying, and consequently powerless, Christian
community has the credibility to proclaim the folly of the
message of the cross. Such a process of evangelization fosters
a culture of dialogue in Asia!” FEISA I (Pattaya): 7.4.1-2.
• Gagasan tentang Jesus – Kenosis – dalam
gerakan non-violence tampak misalnya dalam
kisah di Injil Mateus 25: 31-46.
• Atau, juga dalam kisah mengenai pengadilan,
sengsara dan wafat Kristus.
• Sekedar Catatan: Kisah dalam Injil Mateus Injil Mateus 25:
31-46 juga menampakkan kesejajarannya dalam, Sahih
Muslim, Hadith 2001: No. 4661 dan 1172, tertulis, “Dari
Abu Hurairah, katanya, ‘Rasulullah s.a.w. bersabda:
Sesungguhnya Allah S.W.T. berfirman pada hari kiamat,
‘Wahai anak Adam! Aku sakit mengapa engkau tidak
mengunjungiku’. Maka berkatalah seorang hamba, ‘Wahai
Tuhan bagaimana aku dapat mengunjungimu sedangkan
Engkau merupakan Tuhan Penguasa seluruh alam. Lalu
Allah S.W.T. berfirman, ‘Sesungguhnya hambaku yang
bernama fulan sakit dan engkau tidak mengunjunginya,
ketahuilah sekiranya engkau mengunjunginya niscaya
engkau akan mendapati-Ku di sisinya.......”!
DISPOSISI BATIN
• Spiritualitas Kristiani bukanlah spiritualitas bisnis yang
memperhitungkan untung rugi!
• Belajar dari sikap Gamaliel (Kis. 5: 39)
“Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika
maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi
kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini;
mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah”

• ‘To be religious today is to be interreligious in the sense
that a positive relationship with believers of other
faiths is a requirement in a world of religious pluralism’.
• Sikapnya jelas tak eksklusif, tetapi juga tak cukup kalau
hanya inklusif atau paralelis. Sikap yang perlu dipegang
adalah open-integral: 100 % commited, 100 % terbuka!
Kebijakan
Pastoral
CARA BERTINDAK
• Pendekatannya tak mungkin dari teologi
(dogmatik) tetapi dari moral sosial lewat
keterlibatan dalam suka duka yang dihadapi
bersama!
• Pilihan bidang sebagai pintu masuk:
Ekonomi – Sosial – Budaya (Local Wisdom)
• Cara bertindaknya adalah dengan menjadi
insan sebangsa dalam semangat win-win
solution, senasib-sepenanggungan, tanpa
double standard. Kuncinya: Indonesia dulu!
THINK GLOBALLY, ACT LOCALLY
• Dalam kaitannya dengan persoalan ini, kiranya
kita dapat belajar dari gagasan Herry Priyono.
• Ia bertanya, “Semakin hari suasana kultural

kita ditandai kecenderungan ganjil, yaitu
dominasi suasana rasa-merasa ‘Aku pertamatama adalah orang beragama’ ..... Suasana
yang pertama dibentuk oleh keganasan
fundamentalisme agama .....
[Herry-Priyono, “Insight: Citizenship education is key to religious deradicalization”, in
Jakarta Post, Tuesday, October 05, 2011. http://www.thejakartapost.com/news/
2011/05/10/insight-citizenship-education-key-religious-deradicalization.html]

• Gagasannya dibangun dengan mengaitkan pada
‘demokrasi’.
• Apa masalahnya dengan cuaca kultural itu? Soalnya
adalah suasana “Aku pertama-tama sebagai warga
negara” sedang diremuk oleh suasana rasa-merasa
“Aku pertama-tama insan beragama”.
• Implikasinya sangat jauh. Kalau dalam hidup bersama
dan ruang-ruang publik, suasana rasa-merasa “Aku
pertama-tama seorang warga negara” digusur oleh
prioritas afiliasi agama, maka cuaca hidup bersama
sebagai bangsa juga dengan cepat akan digerakkan
terutama oleh prinsip keyakinan/afiliasi agama
• Kiranya itulah yang menjelaskan mengapa cuaca
hidup bersama di Indonesia dewasa ini ganas
diracuni keserentakan gelombang fundamentalisme
agama.
• Silakan simak layar televisi kita, bising dengan acaraacara keagamaan atau para calo agama yang
berjualan apa saja.
Dialog dengan Kelompok Garis Keras?
• Kita tidak perlu memiliki pretensi yang
berlebihan! Kita memiliki keterbatasan, tak
mungkin dapat menyelesaikan segala-galanya!
Negara juga perlu bertanggungjawab!
• Relasi yang baik dengan kelompok garis keras
bukanlah kunci segala-galanya, tidak jarang
malah bisa membuat kita kehilangan ‘teman’
yang berharga!
• Upaya kita dapat dimaknai sebagai agere
contra lewat alternatif lain, jalan damai.
• Lagi pula, semuanya selalu bertahap dari yang
tingkat dasar!
• “No peace among nations without
peace among religions; no peace
among the religions without dialogue
among the religions!”
[Pidato Hans Kung di Konferensi UNESCO,
Februari 1989]

• Mungkin kata-kata itu dapat ditambah:
‘no dialogue among the religions
without communication among the
religious leaders’?!
PRAKSIS KESEHARIAN
• Pastoral berbasis data
• Silaturahmi di dalam kegiatan
kemasyarakatan
• Penyediaan ruang-ruang publik
• Re-Interpretasi teks-teks sakral

More Related Content

What's hot (8)

Selasar03
Selasar03Selasar03
Selasar03
 
Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)
Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)
Bulletin arh library news edisi 16 (14 juni 2013)
 
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5 done
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5   donePendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5   done
Pendidikan agama Kristen Kuliah Smt.1 bab 5 done
 
Agama di malaysia
Agama di malaysiaAgama di malaysia
Agama di malaysia
 
Kekerasan atas nama agama
Kekerasan atas nama agamaKekerasan atas nama agama
Kekerasan atas nama agama
 
Bulletin arh library news edisi 12 (17 mei 2013)
Bulletin arh library news edisi 12 (17 mei 2013)Bulletin arh library news edisi 12 (17 mei 2013)
Bulletin arh library news edisi 12 (17 mei 2013)
 
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGANAGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
AGAMA, KETERBUKAAN DAN DEMOKRASI : HARAPAN DAN TANTANGAN
 
KONFLIK AGAMA
KONFLIK AGAMAKONFLIK AGAMA
KONFLIK AGAMA
 

Viewers also liked

Spiritualitas yang menggugah hati allah
Spiritualitas yang menggugah hati allahSpiritualitas yang menggugah hati allah
Spiritualitas yang menggugah hati allah
Adi Netto Kristanto
 
What you see is what you get
What you see is what you getWhat you see is what you get
What you see is what you get
Togar Sianturi
 
Kepemimpinan musa lembut tetapi tidak lemah
Kepemimpinan musa lembut tetapi tidak lemahKepemimpinan musa lembut tetapi tidak lemah
Kepemimpinan musa lembut tetapi tidak lemah
Adi Netto Kristanto
 

Viewers also liked (17)

Spiritualitas yang menggugah hati allah
Spiritualitas yang menggugah hati allahSpiritualitas yang menggugah hati allah
Spiritualitas yang menggugah hati allah
 
What you see is what you get
What you see is what you getWhat you see is what you get
What you see is what you get
 
You can do it
You can do itYou can do it
You can do it
 
Kepemimpinan musa lembut tetapi tidak lemah
Kepemimpinan musa lembut tetapi tidak lemahKepemimpinan musa lembut tetapi tidak lemah
Kepemimpinan musa lembut tetapi tidak lemah
 
Doa keliling dalam perspektif peperangan rohani (2)
Doa keliling dalam perspektif peperangan rohani (2)Doa keliling dalam perspektif peperangan rohani (2)
Doa keliling dalam perspektif peperangan rohani (2)
 
Apa arti hidup berkelimpahan
Apa arti hidup berkelimpahanApa arti hidup berkelimpahan
Apa arti hidup berkelimpahan
 
Bmf 50 berjalan bersama tuhan
Bmf 50 berjalan bersama tuhanBmf 50 berjalan bersama tuhan
Bmf 50 berjalan bersama tuhan
 
Mengatasi permasalahan hidup dengan berdoa
Mengatasi permasalahan hidup dengan berdoaMengatasi permasalahan hidup dengan berdoa
Mengatasi permasalahan hidup dengan berdoa
 
3 Pelajaran Dari Petrus, Sang Batu Karang
3 Pelajaran Dari Petrus, Sang Batu Karang3 Pelajaran Dari Petrus, Sang Batu Karang
3 Pelajaran Dari Petrus, Sang Batu Karang
 
Khotbah 10 feb 13
Khotbah 10 feb 13Khotbah 10 feb 13
Khotbah 10 feb 13
 
Bahan khotbah kristen
Bahan khotbah kristenBahan khotbah kristen
Bahan khotbah kristen
 
Nehemiah 4 Bertahan Melewati Kesukaran (enduring hardships)
Nehemiah 4  Bertahan Melewati Kesukaran (enduring hardships)Nehemiah 4  Bertahan Melewati Kesukaran (enduring hardships)
Nehemiah 4 Bertahan Melewati Kesukaran (enduring hardships)
 
Bahan khotbah kristen
Bahan khotbah kristenBahan khotbah kristen
Bahan khotbah kristen
 
Berjumpa Dengan Allah Dalam Keluarga
Berjumpa Dengan Allah Dalam KeluargaBerjumpa Dengan Allah Dalam Keluarga
Berjumpa Dengan Allah Dalam Keluarga
 
YESUSLAH PENYELAMATKU
YESUSLAH PENYELAMATKUYESUSLAH PENYELAMATKU
YESUSLAH PENYELAMATKU
 
Tujuan Hidup Orang Percaya
Tujuan Hidup Orang PercayaTujuan Hidup Orang Percaya
Tujuan Hidup Orang Percaya
 
Bahan Khotbah Kristen
Bahan Khotbah KristenBahan Khotbah Kristen
Bahan Khotbah Kristen
 

Similar to Gereja & Kekerasan atas Nama Agama

Makalah m. zainuddin
Makalah m. zainuddinMakalah m. zainuddin
Makalah m. zainuddin
Felix Juanto
 
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
BahRum Subagia
 
Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan SosialMisi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
Idrus Abidin
 

Similar to Gereja & Kekerasan atas Nama Agama (20)

Islam dan Dialog Antaragama
Islam dan Dialog Antaragama   Islam dan Dialog Antaragama
Islam dan Dialog Antaragama
 
Agamaketerbukaandandemokrasi 170901055359
Agamaketerbukaandandemokrasi 170901055359Agamaketerbukaandandemokrasi 170901055359
Agamaketerbukaandandemokrasi 170901055359
 
Evangelii Nuntiandi 12 Ajaran Sosial Gereja
Evangelii Nuntiandi 12 Ajaran Sosial GerejaEvangelii Nuntiandi 12 Ajaran Sosial Gereja
Evangelii Nuntiandi 12 Ajaran Sosial Gereja
 
Pidato "Hidup Berdampingan Itu Luar Biasa"
Pidato "Hidup Berdampingan Itu Luar Biasa"Pidato "Hidup Berdampingan Itu Luar Biasa"
Pidato "Hidup Berdampingan Itu Luar Biasa"
 
Makalah m. zainuddin
Makalah m. zainuddinMakalah m. zainuddin
Makalah m. zainuddin
 
Makalah agama dan ekonomi
Makalah agama dan ekonomiMakalah agama dan ekonomi
Makalah agama dan ekonomi
 
Sejarah GMKI : Sebuah Pengantar
Sejarah GMKI : Sebuah PengantarSejarah GMKI : Sebuah Pengantar
Sejarah GMKI : Sebuah Pengantar
 
CONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMACONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMA
 
Tugas pkn
Tugas pknTugas pkn
Tugas pkn
 
Membuka Kedok Tokoh Liberal NU www.kabarmakkah.com
Membuka Kedok Tokoh Liberal NU www.kabarmakkah.comMembuka Kedok Tokoh Liberal NU www.kabarmakkah.com
Membuka Kedok Tokoh Liberal NU www.kabarmakkah.com
 
Doktrin zionisme dan ideologi pancasila
Doktrin  zionisme dan ideologi pancasilaDoktrin  zionisme dan ideologi pancasila
Doktrin zionisme dan ideologi pancasila
 
Caknur.ppt
Caknur.pptCaknur.ppt
Caknur.ppt
 
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
 
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
Liberalisasi pemikiran final (ust mujahid)
 
MAKALAH agamaaa.docx
MAKALAH agamaaa.docxMAKALAH agamaaa.docx
MAKALAH agamaaa.docx
 
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
Islam indonesia (tugas mata kuliah dakwah multikultural)
 
Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan SosialMisi Da'wah dan Perubahan Sosial
Misi Da'wah dan Perubahan Sosial
 
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era GlobalStrategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global
 
Bahaya_liberal.pptx
Bahaya_liberal.pptxBahaya_liberal.pptx
Bahaya_liberal.pptx
 
Analisis kewargenegaraan kelompok 7
Analisis kewargenegaraan kelompok 7Analisis kewargenegaraan kelompok 7
Analisis kewargenegaraan kelompok 7
 

More from Giovanni Promesso

Gereja, Bisnis dan Pasar Bebas
Gereja, Bisnis dan Pasar BebasGereja, Bisnis dan Pasar Bebas
Gereja, Bisnis dan Pasar Bebas
Giovanni Promesso
 
Moral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
Moral Katolik tentang Hidup dan KesehatanMoral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
Moral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
Giovanni Promesso
 
Gereja dan Pemberantasan Korupsi
Gereja dan Pemberantasan KorupsiGereja dan Pemberantasan Korupsi
Gereja dan Pemberantasan Korupsi
Giovanni Promesso
 
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam GerejaRevitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
Giovanni Promesso
 
Sejarah Doktrin Gereja (Pengantar)
Sejarah Doktrin Gereja (Pengantar)Sejarah Doktrin Gereja (Pengantar)
Sejarah Doktrin Gereja (Pengantar)
Giovanni Promesso
 
Gereja dan Ketuhanan Yang Mahaesa
Gereja dan Ketuhanan Yang Mahaesa Gereja dan Ketuhanan Yang Mahaesa
Gereja dan Ketuhanan Yang Mahaesa
Giovanni Promesso
 
Gereja dan Persatuan Indonesia
Gereja dan Persatuan IndonesiaGereja dan Persatuan Indonesia
Gereja dan Persatuan Indonesia
Giovanni Promesso
 
Serial Seminar Nasional FT USD 2013-2014
Serial Seminar Nasional FT USD 2013-2014Serial Seminar Nasional FT USD 2013-2014
Serial Seminar Nasional FT USD 2013-2014
Giovanni Promesso
 
YB Mangunwijaya dan Gereja (di) Indonesia
YB Mangunwijaya dan Gereja (di) IndonesiaYB Mangunwijaya dan Gereja (di) Indonesia
YB Mangunwijaya dan Gereja (di) Indonesia
Giovanni Promesso
 
Gereja dan Politik: Belajar dari I.J. Kasimo
Gereja dan Politik: Belajar dari I.J. KasimoGereja dan Politik: Belajar dari I.J. Kasimo
Gereja dan Politik: Belajar dari I.J. Kasimo
Giovanni Promesso
 
Kristologi dalam Refleksi Teologi Modern
Kristologi dalam Refleksi Teologi ModernKristologi dalam Refleksi Teologi Modern
Kristologi dalam Refleksi Teologi Modern
Giovanni Promesso
 
Pemikiran Driyarkara tentang Pancasila
Pemikiran Driyarkara tentang PancasilaPemikiran Driyarkara tentang Pancasila
Pemikiran Driyarkara tentang Pancasila
Giovanni Promesso
 
Soegijapranata: 100 % Katolik 100% Indonesia
Soegijapranata: 100 % Katolik 100% IndonesiaSoegijapranata: 100 % Katolik 100% Indonesia
Soegijapranata: 100 % Katolik 100% Indonesia
Giovanni Promesso
 
Pemikiran St. Thomas Aquinas tentang Politik
Pemikiran St. Thomas Aquinas tentang PolitikPemikiran St. Thomas Aquinas tentang Politik
Pemikiran St. Thomas Aquinas tentang Politik
Giovanni Promesso
 

More from Giovanni Promesso (20)

Pandangan gereja tentang hidup setelah kematian
Pandangan gereja tentang hidup setelah kematianPandangan gereja tentang hidup setelah kematian
Pandangan gereja tentang hidup setelah kematian
 
Eskatologi modern
Eskatologi modernEskatologi modern
Eskatologi modern
 
Sakramen Inisiasi Menurut KHK
Sakramen Inisiasi Menurut KHKSakramen Inisiasi Menurut KHK
Sakramen Inisiasi Menurut KHK
 
Menjadi Imam gereja Papa Miskin
Menjadi Imam gereja Papa MiskinMenjadi Imam gereja Papa Miskin
Menjadi Imam gereja Papa Miskin
 
Gereja Berpolitik
Gereja BerpolitikGereja Berpolitik
Gereja Berpolitik
 
Gereja, Bisnis dan Pasar Bebas
Gereja, Bisnis dan Pasar BebasGereja, Bisnis dan Pasar Bebas
Gereja, Bisnis dan Pasar Bebas
 
Gereja dan Wahyu Baru
Gereja dan Wahyu BaruGereja dan Wahyu Baru
Gereja dan Wahyu Baru
 
Moral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
Moral Katolik tentang Hidup dan KesehatanMoral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
Moral Katolik tentang Hidup dan Kesehatan
 
Gereja dan Pemberantasan Korupsi
Gereja dan Pemberantasan KorupsiGereja dan Pemberantasan Korupsi
Gereja dan Pemberantasan Korupsi
 
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam GerejaRevitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
Revitalisasi Peran Kaum Awam dalam Gereja
 
Sejarah Doktrin Gereja (Pengantar)
Sejarah Doktrin Gereja (Pengantar)Sejarah Doktrin Gereja (Pengantar)
Sejarah Doktrin Gereja (Pengantar)
 
Gereja dan Ketuhanan Yang Mahaesa
Gereja dan Ketuhanan Yang Mahaesa Gereja dan Ketuhanan Yang Mahaesa
Gereja dan Ketuhanan Yang Mahaesa
 
Gereja dan Persatuan Indonesia
Gereja dan Persatuan IndonesiaGereja dan Persatuan Indonesia
Gereja dan Persatuan Indonesia
 
Serial Seminar Nasional FT USD 2013-2014
Serial Seminar Nasional FT USD 2013-2014Serial Seminar Nasional FT USD 2013-2014
Serial Seminar Nasional FT USD 2013-2014
 
YB Mangunwijaya dan Gereja (di) Indonesia
YB Mangunwijaya dan Gereja (di) IndonesiaYB Mangunwijaya dan Gereja (di) Indonesia
YB Mangunwijaya dan Gereja (di) Indonesia
 
Gereja dan Politik: Belajar dari I.J. Kasimo
Gereja dan Politik: Belajar dari I.J. KasimoGereja dan Politik: Belajar dari I.J. Kasimo
Gereja dan Politik: Belajar dari I.J. Kasimo
 
Kristologi dalam Refleksi Teologi Modern
Kristologi dalam Refleksi Teologi ModernKristologi dalam Refleksi Teologi Modern
Kristologi dalam Refleksi Teologi Modern
 
Pemikiran Driyarkara tentang Pancasila
Pemikiran Driyarkara tentang PancasilaPemikiran Driyarkara tentang Pancasila
Pemikiran Driyarkara tentang Pancasila
 
Soegijapranata: 100 % Katolik 100% Indonesia
Soegijapranata: 100 % Katolik 100% IndonesiaSoegijapranata: 100 % Katolik 100% Indonesia
Soegijapranata: 100 % Katolik 100% Indonesia
 
Pemikiran St. Thomas Aquinas tentang Politik
Pemikiran St. Thomas Aquinas tentang PolitikPemikiran St. Thomas Aquinas tentang Politik
Pemikiran St. Thomas Aquinas tentang Politik
 

Recently uploaded

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Adam Hiola
 
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
MeidarLamskingBoangm
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
puji239858
 

Recently uploaded (7)

Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
KUASA DARAH YESUS.PPT menyelamatkan manusia dari kuasa dosa.
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
 

Gereja & Kekerasan atas Nama Agama

  • 5. Indonesia Tuai Kritik Keras di Dewan HAM PBB JAKARTA--MICOM: Indonesia tampaknya tidak bisa mengelak dari perhatian tajam negaranegara anggota Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) dalam sidang Universal Periodic Review (UPR) yang dilaksanakan di Jenewa, Swiss, 23 Mei 2012. Kondisi tersebut dipaparkan oleh Ketua Human Right Working Group (HRWG) Rafendi Djamin yang hadir untuk memantau langsung sidang tersebut. Disampaikan lewat sambungan video langsung dari Jenewa, di kantor HRWG Jakarta, Kamis (24/5), pembahasan laporan Indonesia diwarnai berbagai catatan kritis kondisi HAM tanah air, mulai dari kebebasan beragama, kondisi HAM di Papua, penyiksaan, kekerasan terhadap perempuan dan anak. "Namun dari semua pembahasan yang ada, yang mendapatkan sorotan adalah masalah religius freedom dan Papua. Dan Indonesia tidak bisa mengelak akan itu," ujar Rafendi Djamin. Delegasi Indonesia yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan beberapa perwakilan dari Kepolisian, Kemenag, dan Dirjen Kemenkumham dikritik cukup keras oleh beberapa negara. Kasus Ahmadiyah, GKI Yasmin, pengrusakan gereja, Syiah dan Bahai, membuat Indonesia harus menerima kenyataan akan fakta yang ada di lapangan, di hadapan 75 negara yang 47 diataranya adalah anggota Dewan HAM PBB. Kritikan yang dilayangkan pun tidak didominasi oleh negara Barat, melainkan berbagai negara dari Asia, dan Timur Tengah. Negara-negara tersebut menekankan adanya komitmen Indonesia untuk bisa memberikan kebebasan beragama sebagai hak paling hakiki manusia. "Mereka secara jelas menyebut nama, seperti Ahmadiyah, pengrusakan gereja dan pelarangan ibadah yang pasti berafiliasi kepada GKI Yasmin dan Filadelfia. Bahkan negara seperti Pakistan, Bangladesh, dan Libanon pun memaparkan penting bagi Indonesia agar menghormati kebebasan beragama," pungkas Rafendi Djamin. (HZ/OL-2) Penulis : Hafizd Mukti (Kamis, 24 Mei 2012 20:35 WIB) http://www.mediaindonesia.com/read/2012/05/05/321885/284/1/Indonesia_Tuai_Kritik_Keras_di_Dewan_HAM_PBB
  • 6. President Susilo Bambang Yudhoyono received the World Stateman Award from The Appeal of Conscience Foundation (ACF) because of his merits regarding religious tolerance
  • 7. The Caveat of PROF. DR. FRANZ MAGNIS-SUSENO SJ A Catholic Priest & professor of philosophy in Jakarta “Ladies and Gentlemen of the Appeal of Conscience Foundation (ACF) … This is a shame, a shame for you. It discredits any claim you might make as a an institution with moral intentions. How can you take such a decision without asking concerned people in Indonesia? Hopefully you have not made this decision in response to prodding by people of our Government or of the entourage of the President.”
  • 8. “Do you not know about the growing difficulties of Christians to get permits for opening places of prayer, about the growing number of forced closures of churches, about the growth of regulations that make worshipping for minorities more difficult, thus about growing intolerance on the grassroot level? And particularly, have you never heard about the shameful and quite dangerous attitudes of hardline religious groups towards so called deviant teachings, meaning members of the Achmadiyah and the Shia communities, and the government of Susilo Bambang Yudhoyono just doing nothing and saying nothing to protect them?”
  • 9. “Hundreds of their people have under Susilo Bambang Yudhoyono's presidentship been driven out of their houses, they still live miserably in places like sports halls, there have already Achmadis and Shia people been killed (so that the question arises whether Indonesia will deteriorate to conditions like Pakistan and Iran [favor of President G. W. Bush] where every months hundreds of Shia people are being killed because of religious motivations)? ”Do you not know that President Susilo Bambang Yudhoyono during his up to now 8 1/2 years in office has not a single time said something to the Indonesian people, that they should respect their minorities? That he has shamefully avoided responsibility regarding growing violence towards Achmadiyah and Shia people?”
  • 10. Again, whom did you ask for information before making you award choice? What could be your motivation to bestow upon this President a reward for religious tolerance who so obviously lacks any courage to do his duty protecting minorities? “I have to add that I am not a radical, not even a ‘human right extremist’ (if such exist). I am just appaled about so much hypocrisy. You are playing in the hands of those - still few - radicals that want to purify Indonesia of all what they regard as heresies and heathen.”
  • 11. A number of human rights activist minds that SBY is not qualified for that award, because during his presidency the cases of intolerance has been increasing. Muhammad Choirul Anam, Executive Vice Director of Human Rights Working Group gives example of the attack to Achmadiyah community. After “Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri” the number of cases of intolerance have been increasing until 300 %. Other examples are discrimination against Syiah and a number of churches have been closed. (Tempo, “Protes Penghargaan Yudhoyono Meluas”, Tempo 2 Juni 2013: 29) Opini Tempo (Tempo 2 Juni 2013) also mentions about the protes of Syafii Maarif, Ex President of Muhammadiyah)
  • 12.
  • 13.
  • 14.
  • 15. Another mosque in Gorua was bombed
  • 16. HATI KUDUS YESUS YANG HANCUR
  • 17.
  • 18. • Indonesia: “Christianisation” and Into-lerance [Policy Briefing, Asia Briefing N°114, Jakarta/Brussels, 24 November 2010] • The incidents in Bekasi exemplify some of the dynamics: ON THE ISLAM SIDE: the Indonesian Islamic Propagation Council (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, DDII), Islamic Student Movement (Gerakan Pemuda Islam, GPI) Islamic Defenders Front (Front Pembela Islam, FPI) Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) • ON THE CHRISTIAN SIDE: Yayasan Mahanaim with its programs targeting the Muslim poor. Yayasan Bethmidrash Talmiddin, run by a Muslim convert to Christianity, uses Arabic calligraphy and requires every student to convert five people.
  • 19. * TETAPI Kita dapat belajar dari kenyataan bahwa dalam peristiwa Maluku, di satu pihak ada konflik yang bernuansa agama, dan di lain pihak beberapa pihak saling memberi bantuan * Juga dalam peristiwa Situbondo, ketika gerejagereja dibakar, tidak sedikit pula kaum Muslim yang ikut membantu untuk merenovasi gereja * Kita pun tidak akan pernah lupa dengan peristiwa Mojokerto, ketika seorang santri NU, bernama Riyanto, tewas terkena ledakan bom saat menjaga sebuah gereja di malam Natal. Di Spanyol, Riyanto dikenang sebagai Martir Muslim
  • 20. Nama Riyanto muncul dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik di salah satu keuskupan di Spanyol, tanggal 10 Desember 2002. Tertulis di sana: ‘MÁRTIR MUSULMÁN: El gesto heroico de Riyanto, un joven musulmán Indonesia, que dio su vida por salvar la de otros conciudadanos católicos, sucedió en la pequeña aldea de Mojokerto, en la parte oriental de la isla de Java’.
  • 21. Perspektif Ilmu SosialBudaya dan Filsafat serta Religious Studies
  • 22. Mengapa kekerasan masih terlihat serta terjadi di dalam masyarakat [Indonesia]? Dan bahkan beberapa kasus terjadi atas nama agama?
  • 23. • The phenomenon of religious fundamentalism which is found in all religions, including Christianity, poses serious difficulties. • A passionate concern to return to the foundations of each religion combined with a reaction to the onslaught of modern secular culture have given great impetus to the growth of revivalist movements. • The history of oppression of one religion by another dominant one has produced animosities and prejudices which add fuel to such movements .….
  • 24. • YAHUDI Gush Emunim (Block of the Faithful) merupakan gerakan yang bernuansa zionisme dan berjuang supaya pemukiman Yahudi terwujud sebagaimana yang tertulis dalam Alkitab (jadi termasuk Yudea dan Samaria) karena ini berperan sebagai pemenuhan kedatangan Sang Mesias
  • 25. • BUDHA Gerakan Sinhala-Budha merasa mendapat mandat untuk membela Budha; dan sebagai dhammadipa (pulau kebenaran Budha), Srilanka harus diperintah dengan hukum serba Budha
  • 26. • HINDU Rashtriya Swayamsevak Sangh mau menjaga kemurnian Hindu Dharma; dan Dharma harus menjadi satu-satunya prinsip identitas politik bangsa India
  • 27. • KRISTIANI • Istilah ‘fundamentalisme’ berasal dari ranah Kristiani, sebagai gerakan untuk melawan Teologi modernisme dan humanisme sekular, termasuk juga pembelaan terhadap Alkitab dari analisa historis-kritis. • John Paul II says, “I humbly repeat here my own conviction: peace bears the name of Jesus Christ. But, at the same time and in the same breath, I am ready to acknowledge that Catholics have not always been faithful to this affirmation of faith. We have not been always ‘peacemakers’. • See, “The Address of John Paul II to the Representatives of the Christian Churches and Ecclesial Communities and of the World Religions”, in the Basilica of Saint Francis, October 27, 1986. • http://www.vatican.va/holy_father/_john_paul_ii/speeches/1986/october/ documents/hf_jp-ii_spe_19861027_ prayer-peace-assisi-final_en.html
  • 28. ISLAM • Ada keyakinan bahwa, sebagai agama terakhir, Islam diturunkan untuk menggantikan agamaagama sebelumnya. • Itu juga terbukti dari fakta bahwa Islam berkembang dari kejayaan. Kalau sekarang menjadi terpuruk, itu diakibatkan oleh kekuatan non-Islam. • Beberapa pihak merasa yakin bahwa kejayaan Islam akan diperoleh lagi kalau Islam kembali ke prinsip asali dan menolak segala hal yang bersifat non-Islami.
  • 29. ANALISA: GLOBALISASI • Kita hidup dalam dunia global yang ciri dasarnya adalah pemadatan – the compression of the World – di bidang komunikasi, ekonomi, politik, sosial. Munculnya gejala kekerasan pun terkait dengan aneka bidang kehidupan. • Di sini, relativization ‘is a central – perhaps the central – sociological and anthropological phenomenon of the globalization process’. Apa yang dahulu diterima sebagai ‘innate belief or truth’ sekarang hanya dipandang sebagai salah satu dari sekian cara pandang! • Orang ditantang untuk mengambil sikap atas keyakinannya di tengah kultur yang lain – bahkan kadang-kadang yang bersifat antagonistik – dan diajak untuk mau merefleksikannya sendiri.
  • 30. • Relativisasi memunculkan semacam ‘cultural shock’. Berhadapan dengan kultur yang berbeda, nilai-nilai pribadi dan publik, yang sebelumnya diterima sebagai yang bersifat otoritatif, kini menjadi dipertanyakan! • Akibat selanjutnya adalah munculnya perasaanperasaan tak aman: kehilangan orientasi, kekacauan, kemarahan, frustasi, ketakutan, ketidakpastian, kebingungan. • Relativization has been largely responsible for what has come to be called ‘fundamentalism’. Fundamentalisme agama lalu menjadi semacam mekanisme pembelaan diri untuk menyelamatkan/ mempertahankan identitas dan prinsip agama.
  • 31. • Logika ‘kekerasan atas nama agama’ dalam kerangka gerakan ‘puritanisme’ , atau ‘radikalisme’, atau ‘revivalisme’, atau juga ‘fundamentalisme’, bersifat apokaliptik; artinya sejarah dipandang telah berbelok arah dan karena itu harus diluruskan! • Jatuhnya korban sekarang ini dipandang wajar, karena semua itu merupakan bagian dari upaya untuk melakukan pembersihan demi lahirnya bangsa yang baru dan benar!
  • 32. • Upaya untuk melakukan pelurusan sejarah membutuhkan mobilisasi secara sistematis serta metodis; dan cara yang paling ekstrem adalah kekerasan melalui gerakan paramiliter. • Dalam hal ini, skripturalisme ikut berpe-ngaruh, terlebih di dalam penggunaan ‘kata-kata’ yang diyakini sebagai Sabda Allah untuk melakukan ‘pengadilan’ pada pihak lain.
  • 33. • Bahaya yang muncul dari sikap kesewenangwenangan atas nama Allah adalah auto-theisme. • Sikap ini cenderung mau mengadili atas nama Allah; dan ini sebenarnya tak lebih berarti kecenderungan mau bersembunyi di balik sabdaNya, mau cuci tangan dan menghindar untuk bertanggungjawab atas tindakannya! Ke depan ia tidak mau disalahkan, karena ia hanya melakukan apa yang dikatakan Allah; tanggung jawab tetap ada pada Allah, padahal Allah sendiri selalu benar, tak dapat disalahkan! • Sikap puritan sendiri akan semakin ‘subur’ dalam mentalitas gheto!
  • 34. CATATAN KHUSUS Mencoba Memahami Apa yang Terjadi di Dalam ISLAM Di Dunia Global Dua Peristiwa yang Dahsyat pada Tahun 1991 1. Aljazair, kegagalan demokrasi. • Negara-negara Barat selalu mengatakan bahwa negaranegara Islam harus mempunyai demokrasi yang berfungsi. • Di Aljazair, FIS (Front Islamique du Salut) masuk proses demokrasi dan menang, tetapi sebelum mendirikan pemerintah, kudeta militer mengambil kekuasaan. • Pemerintah militer, didukung oleh Barat, meyakinkan banyak orang Islam bahwa dunia Barat munafik dalam hal demokrasi.
  • 35. 2. Perang Teluk • Irak sudah lama menganggap Kuwait adalah bagian Irak. • Para Saudi bersalah mengundang tentara AS berada di Tanah Suci Arab. • Pengeboman atas kota-kota Irak memperlihatkan bahwa dunia Barat (khususnya AS) menjadi musuh. • Berita di televisi: “Amerika adalah musuh Islam”.
  • 36. Serangan WORLD TRADE CENTER • Pada 11 September 2001, empat kapal terbang dibajak. – Dua menyerang WTC, simbol kekuatan ekonomi AS. – Satu menyerang Pentagon, simbol kekuatan militer AS. – Yang gagal mau menyerang White House, simbol kekuatan politik AS. • 19 orang Arab terlibat: (15 orang Saudi, 2 dari Emirat, 1 orang Mesir, dan 1 orang Libanon) – Tidak ada orang Palestina – Tidak ada orang Irak – Tidak ada orang Islam dari Asia (termasuk Afganistan)
  • 37. PEMBENTUKAN GERAKAN TEROR • Gerakan teror muncul sesudah Perang Teluk. Al-Qa’ida sudah giat pada tahun 1992. • Gerakan jihad ditafsirkan sebagai perjuangan melawan: – Amerika (Barat/liberal/sekuler/moderenis) – penguasa muslim tradisional, sekuler – ketidakadilan, penindasan, rejim autokrat, korup – ateisme, mempertahankan hak-hak Allah. • Karena “musuh” mengontrol pusat-pusat kekuatan, jalan satu-satunya adalah teror.
  • 38. ISLAM DI INDONESIA • Dalam sejarah Indonesia, gerakan Puritanisme, tampil dalam apa yang disebut sebagai Kaum Paderi. • Gerakan itu sendiri berkembang sejak 1803, sebagai hasil dari kontak kaum Muslim Indonesia dengan kaum Ulama dari Saudi Arabia, secara khusus para pengikut Wahabisme. • Gerakan Kaum Padri mencoba untuk menjaga dan mempertahankan Islam di Indonesia dari segala bahaya kontaminasi dan pengaruh budaya serta adat setempat. Gerakan ini selanjutnya diikuti oleh Muhammadiyah (1912) dan PERSIS (1936). Pada gilirannya gerakan tersebut ‘dilawan’ dengan Nahdatul Ulama (lahir 1926).
  • 39. Kategorisasi Kaum Muslim Indonesia • Clifford Gertz mengelompokkan menjadi: [1] santri, [2] priyayi, dan [3] abangan • Ada pemikir lain yang mengelompokkannya menjadi: [1] kaum ulama (yakni mereka yang memiliki pengetahuan Islam klasik, seperti Hamka); [2] kaum revivalis (yakni mereka yang memiliki pengetahuan Islam modern dalam nuansa politik, seperti: Natsir, Rasjidi); [3] kaum akademisi (yakni mereka yang memiliki pengetahuan umum ilmiah, seperti Harun Nasution); [4] kaum intelektual kemasyarakatan (yakni mereka yang memiliki pengetahuan non-agama dalam orientasi politik)
  • 40. • Ada yang mengelompokkannya menjadi: [1] kaum rasionalis (yaitu pendukung Ashariah kritis seperti Harun Nasution) [2] kaum neo-modernis: (yaitu mereka yang mau ijtihad atau pembaharuan dengan mendasarkan moralitas Qur’an dalam praksis etis, seperti Nurcholish Majid) [3] kaum transformatif (yaitu para penggerak sosial-ekonomi demi perubahan masyarakat) • Ada yang mengelompokkannya menjadi: [1] kaum universalis, [2] indigenis, [3] reformis; atau juga [1] kaum neo-modernis, [2] pendukung ide sosial demokrat, [3] universalis, [4] modernis.
  • 41. • Kategorisasi lain menunjukkan bahwa para tokoh Muslim Indonesia dapat dikategorikan menjadi: [1] kaum formalis (yaitu pendukung Wahabbi yang berorientasi pada Islam-Arab murni); [2] kaum substantivis (yaitu para pendukung nilai Islam dalam politik tanpa institusi); [3] kaum indigenis (yaitu pendukung Islam yang memberi ruang pada nilai-nilai kultural lokal); [4] kaum revivalis/radikalis/fundamentalis (yaitu mereka yang mengupayakan pemurnian nilai Islam secara formal). Teroris Fundamentalis Radikalis
  • 42. Gagasan Al-Chaidar * tentang Ciri-ciri Islam Radikal dan Fundamentalis • • • • • • • • Islam Radikal Tidak mementingkan simbol Quasi Ritual Memiliki Kesadaran Politik Pragmatis (Manajerial) Sivilisasional Kontekstual (Situasional) Orientasi Negara (Kekuasaan) Jihad-Khilafah-ImamahBai’at • • • • • • • • Islam Fundamentalis Sangat simbolik Ritual A-politis Idealis (Non-Manajerial) Bersifat Kekerasan Tekstual (Skriptural) Orientasi Agama (Kesalehan) Dakwah-Imamah-Bai’atKeluarga * Disampaikan dalam Lokakarya di Bandung, 10-15/7/2011
  • 43. Gagasan Al-Chaidar tentang Ciri-ciri Islam Teroris • • • • • • • Agak bersifat simbolik Ritualisme dan Aktivisme Kesadaran Politik yang Kuat Berwawasan Sosial dan Teknikal Menggunakan Kekerasan Kon(tekstual) dan Interpretatif Negara + Agama (Antara Otokrasi dan Nomokrasi) • Jihad-Khilafah-Imamah-Bai’at
  • 44. • Upaya untuk berlindung di bawah sabda dan hukum Allah tampak jelas pada kecenderungan untuk menerapkan shariah di kalangan kaum Muslim. Perda atas dasar shariah sendiri, secara umum disusun untuk mengatur 3 aspek hidup publik: 1) kejahatan sosial, terlebih prostitusi dan judi, 2) terjaminnya pelaksanaan ritual Islam seperti pembacaan Qur’an, sholat di hari Jumat, dan puasa selama masa Ramadan; serta 3) aturan tentang cara berpakaian Islam, seperti jilbab. • Pihak yang setuju berpendapat bahwa hukum-hukum tersebut bersifat ‘sah’ karena memberi jaminan moral sosial kepada warga negara mengingat pemerintah gagal menciptakannya. • Pihak yang tak setuju mengingatkan bahwa meski mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun tentu saja nonMuslim tak dapat dikorbankan begitu saja. Indonesia sendiri bukan negara Islam, jadi penerapan Perda Sharia mengkhianati konsensus awal yang dibangun para founding fathers.
  • 45. REFLEKSI • Bagaimanakah potret Muslim di Indonesia? Sifatnya tidak monolitik, dan sebaliknya sangat warna-warni. • Mirza Tirta Kusuma menulis, “This monolithic categorization promoted by many Western observers has led to a misunderstanding of Islam that could be attributed to their limited knowledge of the religion. While it may be true that a secular bias has contributed to the failure of many non-Muslim scholars to understand Islam, the major pitfall was in their ignorance of Islam as a religion that could be interpreted in many ways. Although Islam may appear to be monolithic, its form and expression vary from one Muslim to another and from group to group.” (Mirza Tirta Kusuma, “Islam is a Mosaic, Not Monolith”, in The Jakarta Post, Jakarta, Tuesday, October 12, 2010).
  • 46. KRISTIANI dan KOLONIALISME * Peran Kristiani sendiri sering dipandang kurang positif, mengingat kaitannya, entah langsung atau tidak langsung, dengan kolonialisme Barat. * Seperti telah kita lihat, kolonialisme dan imperialisme meninggalkan luka yang mendalam bagi Islam * Keterpurukan Islam terkait dengan kekuatan Non-Islam (Barat)
  • 47. UPAYA DERADIKALISASI • Tidak dapat tidak semangat keterbukaan – dalam hal pemahaman dan interpretasi – dapat menjadi sarana untuk meng-counter gejala puritanisme. • Pada dirinya, keterbukaan dan penghargaan pada pihak yang berbeda bukan sekedar taktik atau strategi untuk ‘pertahanan diri’ (bdk. RM), tetapi tuntutan dan konsekuensi dari kedewasaan iman. • Dalam tahap perkembangan yang tinggi, iman dihayati sebagai upaya untuk menginkarnasikan dan mengaktualisasikan semangat yang berlandaskan pada inklusivitas dan universalitas. Di sini, perhatian dan kepentingan tidak lagi terkungkung pada batasbatas jemaat atau kelompoknya sendiri.
  • 48. • Semangat keterbukaan dalam budaya damai dan harapan untuk mengembangkan perhargaan atas dasar nilai kemanusiaan universal adalah bagian dari upaya pendewasaan iman dan konsekuensi logis dari tingkat kedewasaan iman. • Jadi harapan untuk membangun keterbukaan dalam semangat persaudaraan yang mencakup sesama dari aneka latar belakang – termasuk latar belakang iman – tidak cukup dipahami sekedar dalam tataran politik dan sosial budaya. Anggapan bahwa dialog menjadi penting karena situasi dan kondisi masyarakat yang heterogen belumlah memadai. Demikian pula dengan pandangan yang mengatakan bahwa dialog diperlukan sebagai upaya untuk menghindari konflik horizontal. • Alasan tidak cukup didasarkan pada unsur-unsur eksternal saja, tetapi harus juga dibangun pada unsur-unsur internal, yang menyangkut iman. Arahnya jelas, semakin seseorang memiliki kedewasaan iman, tentunya ia akan semakin bersikap terbuka pada pihak lain yang berbeda darinya.
  • 49. • CATATAN: Karakteristik dan pendekatan yang ditempuh oleh kaum Muslim di Indonesia amatlah beragam; itu sesuai dengan karakter dasar dari masing-masing kelompok! • Upaya untuk merangkul kelompok ‘rasionalis’ atau ‘indigenis’, misalnya, tentu akan mendapat tantangan keras dari kelompok ‘revivalis’ atau ‘radikalis’ atau ‘fundamentalis’; demikian pula sebaliknya. • Dalam semangat keterbukaan dan penghargaan, kita perlu senantiasa (1) tahu akan batas-batas niat-upaya kita, (2) berani membuat pilihan yang konkret, (3) sadar sepenuhnya akan konsekuensi yang terkait dengan pilihan tersebut.
  • 51.
  • 52. AUTO-THEISME • Mengapa orang mau mengingkari domain kemanusiawi-annya dan justru cenderung mau masuk ke domain ilahi serta membuat judgment atas nama Allah dalam semangat auto-theisme? Apakah kecenderungan ini sebenarnya sudah dapat diantisipasi sejak awal kisah penciptaan sebagaimana terlukis dalam Kitab Kejadian (Bab 1 11)? • Perpecahan dalam diri manusia, yang bersifat pribadi dan sosial, telah mencederai nilai dan martabat pribadi manusia itu sendiri, dan meninggalkan sebuah luka yang mendalam. Itulah rahasia dari luka ganda manusia, yaitu dengan dirinya sendiri (dosa pribadi) dan dan dalam relasi dengan sesamanya (dosa sosial).
  • 53. • Before God who is so ultimate and great, one cannot make claim that he or she will be able to truly know about His Divine Reality. • “God is in heaven, and thou art on earth. The gulf between God and human being is very wide for God is the Wholly Other!” says Karl Barth. If humanity is itself God, the appearance of the idol is inevitable; and whenever the idol is honored, it is inevitable that human beings, feeling themselves to be the true God, should also feel that they have themselves to be the true God. [Cf. Hartwell, H., The Theology of Karl Barth: an Introduction, London, Gerald Duckworth, 1964, p. 13. Green, C. (ed.), Karl Barth: Theologian of Freedom, London, Collins, 1989, p. 118.] • KRISTUS - SANG JEMBATAN [bdk. ‘Peristiwa Inkarnasi’]
  • 54. BEBERAPA PERTANYAAN • Bagaimana dapat dijelaskan tentang ‘sikap supersessionisme’ bangsa Yahudi sebagai Bangsa Pilihan dalam PL? • Bagaimana mau memahami sikap Jesus yang dalam satu atau dua kisah dilukiskan beraroma ‘supersessionistsektarian’?
  • 55. YESUS DAN ORANG-ORANG NON-YAHUDI • Kisah tentang Yesus dan orang Siro-Fenesia/Kanaan (Mk. 7: 34; bdk. Mt. 15: 21-28) “Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya.” • Kisah tentang Yesus dan orang Samaria (Lk. 9: 51-56; 10: 25-37; Lk. 17: 11-19; Yoh. 4: 1: 42) 51 “Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke surga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, 52 dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. 53 Tetapi orangorang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. 54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” 55 Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. 56 Lalu mereka pergi ke desa yang lain. • • Samaria ditaklukkan Asyur dan sejak thn. 722 SM sebagian penduduknya dibuang ke Asyur (2 Raj 17:24). Untuk mengisi kekosongan daerah itu para tentara Asyur memasukkan orangorang asing jajahan Asyur. Lama-kelamaan mereka lewat perkawinan, terbentuklah bangsa campuran yang disebut “orang-orang Samaria”. Orang-orang Samaria menolak kedatangan Yesus, sehingga Yakobus dan Yohanes mohon agar Yesus mengizinkan mereka membinasakan orang-orang Samaria. Penghancuran dengan “api dari langit” merujuk pada kisah nabi Elia yang mendatangkan api dari langit untuk meyakinkan Ahazia, raja Samaria (2 Raj 1:9-12). Yesus menegur mereka, sebab diri-Nya tidak mau disamakan dengan nabi Elia yang keras. Ia juga tidak mau menobatkan orang dengan hukuman. Ia membiarkan orang yang menolak-Nya tetap menikmati kehidupan, sehingga ajaran-Nya tentang mencintai musuh menjadi nyata. Ia sadar bahwa kedatangan-Nya bukan untuk menghukum, tetapi membawa orang pada pertobatan, sebab penghukuman adalah hak Allah. Tak jarang kita mau menghancurkan orang-orang yang memusuhi kita! Mengapa?
  • 56. NOTA PASTORAL K.W.I KEADABAN PUBLIK: MENUJU HABITUS BARU BANGSA 12 November 2004 • Gereja Indonesia dengan rendah hati dan tulus mengakui bahwa dia telah ikut mengambil bagian dan tidak bisa melepaskan tanggungjawab dalam rusaknya keadaban publik ini. Dengan kesadaran itu Gereja bertekad mau mengambil bagian, bersama semua orang yang berkehendak baik, dalam mengobati luka-luka dan membangun keadaban yang baru. Gereja perlu terus-menerus bertobat dan juga mengajak semua orang untuk terusmenerus bertobat. • Dengan pengertian seperti ini Gereja dapat membawa reformasi rohani yang amat diperlukan untuk berhasilnya reformasi nilai dan selanjutnya reformasi politik. Dalam situasi ideal, Gereja dapat memelopori reformasi rohani sedangkan budaya mendorong reformasi nilai. Sementara itu warganegara membangun reformasi politik. Gereja yang terus-menerus bertobat dapat menjiwai, mengarahkan dan mendorong manusia dari dalam. Dalam hal ini orang yang memerankan sama, dengan identitas yang berbedabeda, yaitu orang beriman, orang yang berbudaya, dan warga negara.
  • 58. The Kenosis of Jesus Christ • In Christian theology, the presence of God in a human history manifests in the life of Jesus Christ; and His entire life was a kenosis. Some documents of FABC say: • “In close dialogue with the religious cultures of Asia, the Church would be able to rediscover its pristine dynamism which demands a radical emptying (kenosis) in its thought patterns, ritual forms and community structures….!” FEISA I (Pattaya): 7.5.1. • “Dialogue finally, demands a total Christ-like self-emptying so that, led by the Spirit, we may be more effective instruments in building up God’s Kingdom.” BIRA IV/7 (Tagaytay): 16. “[As such], kenosis implies death and resurrection.” FAPA I, 331. • “Only an ego-emptying, and consequently powerless, Christian community has the credibility to proclaim the folly of the message of the cross. Such a process of evangelization fosters a culture of dialogue in Asia!” FEISA I (Pattaya): 7.4.1-2.
  • 59. • Gagasan tentang Jesus – Kenosis – dalam gerakan non-violence tampak misalnya dalam kisah di Injil Mateus 25: 31-46. • Atau, juga dalam kisah mengenai pengadilan, sengsara dan wafat Kristus. • Sekedar Catatan: Kisah dalam Injil Mateus Injil Mateus 25: 31-46 juga menampakkan kesejajarannya dalam, Sahih Muslim, Hadith 2001: No. 4661 dan 1172, tertulis, “Dari Abu Hurairah, katanya, ‘Rasulullah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya Allah S.W.T. berfirman pada hari kiamat, ‘Wahai anak Adam! Aku sakit mengapa engkau tidak mengunjungiku’. Maka berkatalah seorang hamba, ‘Wahai Tuhan bagaimana aku dapat mengunjungimu sedangkan Engkau merupakan Tuhan Penguasa seluruh alam. Lalu Allah S.W.T. berfirman, ‘Sesungguhnya hambaku yang bernama fulan sakit dan engkau tidak mengunjunginya, ketahuilah sekiranya engkau mengunjunginya niscaya engkau akan mendapati-Ku di sisinya.......”!
  • 60.
  • 61. DISPOSISI BATIN • Spiritualitas Kristiani bukanlah spiritualitas bisnis yang memperhitungkan untung rugi! • Belajar dari sikap Gamaliel (Kis. 5: 39) “Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah” • ‘To be religious today is to be interreligious in the sense that a positive relationship with believers of other faiths is a requirement in a world of religious pluralism’. • Sikapnya jelas tak eksklusif, tetapi juga tak cukup kalau hanya inklusif atau paralelis. Sikap yang perlu dipegang adalah open-integral: 100 % commited, 100 % terbuka!
  • 63. CARA BERTINDAK • Pendekatannya tak mungkin dari teologi (dogmatik) tetapi dari moral sosial lewat keterlibatan dalam suka duka yang dihadapi bersama! • Pilihan bidang sebagai pintu masuk: Ekonomi – Sosial – Budaya (Local Wisdom) • Cara bertindaknya adalah dengan menjadi insan sebangsa dalam semangat win-win solution, senasib-sepenanggungan, tanpa double standard. Kuncinya: Indonesia dulu!
  • 64. THINK GLOBALLY, ACT LOCALLY • Dalam kaitannya dengan persoalan ini, kiranya kita dapat belajar dari gagasan Herry Priyono. • Ia bertanya, “Semakin hari suasana kultural kita ditandai kecenderungan ganjil, yaitu dominasi suasana rasa-merasa ‘Aku pertamatama adalah orang beragama’ ..... Suasana yang pertama dibentuk oleh keganasan fundamentalisme agama ..... [Herry-Priyono, “Insight: Citizenship education is key to religious deradicalization”, in Jakarta Post, Tuesday, October 05, 2011. http://www.thejakartapost.com/news/ 2011/05/10/insight-citizenship-education-key-religious-deradicalization.html] • Gagasannya dibangun dengan mengaitkan pada ‘demokrasi’.
  • 65. • Apa masalahnya dengan cuaca kultural itu? Soalnya adalah suasana “Aku pertama-tama sebagai warga negara” sedang diremuk oleh suasana rasa-merasa “Aku pertama-tama insan beragama”. • Implikasinya sangat jauh. Kalau dalam hidup bersama dan ruang-ruang publik, suasana rasa-merasa “Aku pertama-tama seorang warga negara” digusur oleh prioritas afiliasi agama, maka cuaca hidup bersama sebagai bangsa juga dengan cepat akan digerakkan terutama oleh prinsip keyakinan/afiliasi agama • Kiranya itulah yang menjelaskan mengapa cuaca hidup bersama di Indonesia dewasa ini ganas diracuni keserentakan gelombang fundamentalisme agama. • Silakan simak layar televisi kita, bising dengan acaraacara keagamaan atau para calo agama yang berjualan apa saja.
  • 66. Dialog dengan Kelompok Garis Keras? • Kita tidak perlu memiliki pretensi yang berlebihan! Kita memiliki keterbatasan, tak mungkin dapat menyelesaikan segala-galanya! Negara juga perlu bertanggungjawab! • Relasi yang baik dengan kelompok garis keras bukanlah kunci segala-galanya, tidak jarang malah bisa membuat kita kehilangan ‘teman’ yang berharga! • Upaya kita dapat dimaknai sebagai agere contra lewat alternatif lain, jalan damai. • Lagi pula, semuanya selalu bertahap dari yang tingkat dasar!
  • 67. • “No peace among nations without peace among religions; no peace among the religions without dialogue among the religions!” [Pidato Hans Kung di Konferensi UNESCO, Februari 1989] • Mungkin kata-kata itu dapat ditambah: ‘no dialogue among the religions without communication among the religious leaders’?!
  • 68.
  • 69.
  • 70. PRAKSIS KESEHARIAN • Pastoral berbasis data • Silaturahmi di dalam kegiatan kemasyarakatan • Penyediaan ruang-ruang publik • Re-Interpretasi teks-teks sakral