SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 48
ANALISIS REAL 
PENDAHULUAN 
Pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang system bilangan real R beserta sifat-sifatnya, 
akan menentukan pemahaman orang itu dalam membahas konsep-konsep analisis, 
karena system bilangan real merupakan salah satu konsep yang mendasari pembahasan 
analisis. 
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengenali system bilangan real ini,yaitu 
secara konstruksi dan secara aksiomatik. Akan tetapi dalam buku ini system bilangan real akan 
dikenali secara aksiomatik, yaitu dengan menganggap system bilangan real memenuhi sifat-sifat 
tertentu yang dirumuskan dalam tiga gugusan aksioma, aksioma tersebut adalah : 
Aksioma Lapangan, Aksioma Urutan dan Aksioma Kelengkapan. 
Topik-topik terkait lainnya dalam system bilangan real yang dibahas adalah : Nilai 
Mutlak, selang, Titik Kumpul atau titik limit, himpunan terbuka dan himpunan tertutup pada 
R. 
1 Sifat-sifat Aljabar Bilangan Real 
Aksioma 1. 1(Aksioma Lapangan) 
Misalkan R menyatakan bilangan real, penjumlahan (+) dan perkalian(.) merupakan operasi 
biner yang didefinisikan pada R, maka 
(A1) a + b = b + a untuk setiap a, b R 
(A2) (a + b + c) = a + ( b + c) 
untuk setiap a, b, c R 
(A3) ada unsur 0 R sedemikian sehingga 0 + a = a dan a + 0 = a untuk setiap a R 
Analisis Real_________________________________________ 1
(A4) untuk setiap a R, ada -aR sedemikian sehingga a +(-a) = (-a)+ a = 0. 
(M1) a . b = b . a untuk setiap a, b R 
(M2) (a . b) c = a . ( b . c) untuk setiap a, b, c R 
(M3) ada unsur 1 R sedemikian sehingga 1. a = a dan a .1 = a untuk setiap a R 
(M4) untuk setiap a 0R, ada 1/aR sedemikian sehingga a .(1/a) = (1/a). a = 1. 
(D) a.(b +c) = a.b + a.c dan (b +c).a = b.a + c.a untuk semua a,b,c R 
Unsur 0 pada A3 dan unsur 1 pada M3, unsure negatif pada A4 dan unsure balikan 
pada M4 adalah tunggal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan cara sebagai berikut: 
Akan ditunjukkan bahwa unsur 0 dan unsur 1 tunggal. 
Misalkan terdapat dua unsure nol, yaitu z1 dan z2, maka z1 + a = a dan z2 + a = a untuk semua a 
di R. akan dibuktikan bahwa z1= z2. 
Karena z1 , z2 di R dan memenuhi z1 + a = a = z2 + a atau z1 + a = z2 + a, selanjutnya dengan 
menambahkan pada kedua ruas dengan –a, akan kita dapatkan z1 + a +(-a)= z2 + a + (-a). 
berdasarkan sifat A4 dan A3, maka z1= z2. Dengan cara yang sama akan kita dapatkan bahwa 
unsure satuan itu tunggal. 
Teorema 1.1 
(ijika z, a di R sedemikian sehingga z + a = a, maka z = 0 
(ii jika u. b di R dan b 0 sedemikian sehingga u. b = b, maka b = 1 
Bukti 
(ikarena a di R, maka berdasarkan A4, ada –a di R sedemikian sehingga a + (-a) = 0. 
Jadi, (z +a) +(-a) = a +(-a) = 0 dan berdasarkan sifat A2, A4 dan A3 kita peroleh 
z + (a +(-a)) = z + 0 = 0. jadi z = 0. 
(ii Karena b di R dan b 0, maka berdasarkan sifat M4 ada unsur 1/b di R sedemikian 
sehingga b.(1/b) = 1. Jadi (u.b).1/b = b.(1/b) = 1 dan berdasarkan sifat M2, M4 dan M3 kita 
peroleh (u.b).1/b = u.( b.1/b) = u.1 = 1. Jadi u = 1. 
Teorema 1.2 
(ijika b, a di R sedemikian sehingga b + a = 0, maka b = -a 
(ii jika a, b di R dan a 0 sedemikian sehingga a. b = 1, maka b = 1/a 
Bukti 
(i karena a di R, maka berdasarkan A4, ada –a di R sedemikian sehingga a + (-a) = 0. 
Analisis Real_________________________________________ 2
Jadi, (b +a) +(-a) = 0 +(-a) = -a dan berdasarkan sifat A2, A4 dan A3 kita peroleh 
b + (a +(-a)) = b + 0 = -a. jadi b = -a. 
(ii Karena a di R dan a 0, maka berdasarkan sifat M4 ada unsure 1/a di R sedemikian 
sehingga a.(1/a) = 1. Jadi (b.a).1/a = 1.(1/a) = 1/a dan berdasarkan sifat M2, M4 dan M3 
kita peroleh (b.a).1/a = b.( a.1/a) = b.1 = 1/a. 
Jadi b = 1/a. 
Berikut ini akan diberikan teorema yang berkaitan dengan penyelesaian suatu persaman 
dan ketunggalan dari sebuah solusi. 
Teorema 1.3 
Misalkan a, b R, maka 
(i Persamaan a + x = b mempunyai penyelesaian tunggal yaitu x = (-a) + b 
(ii Jika a 0 dan persamaan a.x = b mempunyai penyelesaian tunggal x = (1/a).b 
Bukti 
(i pertama akan ditunjukkan bahwa a + x = b mempunyai penyelesaian. Dengan 
menambahkan –a pada kedua ruasnya dan dengan menggunakan aksioma lapangan R 
akan kita dapatkan (-a) + a + x = (-a) + b atau (-a) + a + x = 0 + x = x = (-a) + b. 
kedua akan ditunjukkan bahwa solusinya tunggal. Misalkan ada penyelesaian yang lain 
yaitu x1. Misalkan x1 x, karena x1 solusi, maka a + x1 = b, akan tetapi a + x1 a + x atau a + 
x1 b. hal ini kontradiksi bahwa x1 adalah solusi. Jadi haruslah x = x1. 
(ii Buktikan sebagai latihan anda. 
Analisis Real_________________________________________ 3
BILANGAN NEGATIF DAN 
BILANGAN RASIONAL 
Pada bagian ini, kita akan mempelajari beberapa teorema yang berkaitan dengan 
perkalian bilangan negatif dan bilangan rasional. Dibahas pula tentang sifat bilangan yang 
dikalikan dengan nol, bilangan yang dikalikan dengan negatif, dan hasil kali bilangan negatif 
dikalikan dengan bilangan negatif lainnya. Demikian pula akan dikaji tentang sifat bilangan 
rasional dan bilangan irasional. 
Untuk itu, perhatikan dengan baik dan pahami beberapa teorema berikut, 
Teorema 2.1 
Misalkan a R, maka 
(i a. 0 = 0 
(ii (-1). a = -a 
(iii – (-a) = a 
(iv (-1).(-1) = 1 
Bukti 
(i Berdasarkan M3, kita ketahui bahwa a.1 = a. Disini 
a + a . 0 = a . 1 + a . 0 = a . (1 + 0) 
= a . 1 = a 
Berdasarkan teorema 1.1, kita simpulkan bahwa a . 0 = 0 
(ii Hal ini dapat dilihat bahwa 
a + (-1) . a = 1 . a + (-1) . a = (1 +(-1)) . a = 0 . a = 0 
Berdasarkan teorema 1.2, dapat kita simpulkan (-1) . a = -a 
Analisis Real_________________________________________ 4
(iii Berdasarkan A4 kita punyai bahwa –a + a = 0, dan berdasarkan teorema 1.2 kita peroleh 
bahwa a = -(-a) 
(iv Pada bagian (ii), substitusikan a = -1 sehingga kita peroleh –(-1) = (-1).(-1). Kemudian 
berdasarkan bagian (iii) dengan mengambil a = 1. 
Teorema 2.2 
(a Jika a R dan a0, maka 1/a 0 dan 1/(1/a) = a 
(b Jika a, b R dan a . b = 0, maka a = 0 atau b = 0 
(c Jika a, b R, maka (-a).(-b) = a . b 
(d Jika a R dan a 0, maka 1/(-a) = -(1/a) 
Bukti 
(a jika a 0, maka 1/a 0. 
andaikan 1/a = 0, maka 1 = a. (1/a) = a.0 = 0. 
hal ini bertentangan dengan M4. 
karena a. (1/a) = 1, berdasarkan teorema 1.2, maka a = 1/(1/a) 
(b Misalkan bahwa a.b = 0 dan a 0. 
jika kita kalikan dengan 1/a pada kedua ruasnya, maka akan didapatkan 
b = 1.b = ((1/a).a).b = (1/a). (a.b) = (1/a). 0 = 0. 
dengan alasan yang sama dapat digunakan untuk menunjukkan 
jika b 0, maka diperoleh a = 0. 
(c Berdasarkan teorema 1.4, kita punyai –a = (-1).a dan –b =(-1).b, sehingga 
(-a) . (-b) = ((-1).a).((-1).b) = (a.(-1)).((-1).b) 
= a. ((-1).(-1)) . b = a . 1 . b = a.b 
(d Jika a 0, maka 1/a 0 dan –a 0. 
Karena a .(1/a) = 1. hal ini menunjukkan berdasarkan bagian (c) bahwa (-a) . (-(1/a)) = 1. 
jika kita gunakan teorema 1.2, kita dapat memperoleh bahwa 1/(-a) = -(1/a). 
Bilangan Rasional 
Sekarang kita akan memperumum notasi perkalian (.) dan dituliskan ab untuk a.b. Sama 
halnya dengan a2 untuk aa, a3 untuk aaa = (a2)a, dan jika n N, kita definisikan bahwa an + 1= (an) 
Analisis Real_________________________________________ 5
a. Berdasarkan prinsip induksi matematika dapat ditunjukkan bahwa jika m,n N, maka am + n = 
am. an, untuk sembarang a R. sama halnya dengan kita menuliskan 2 = 1 + 1, 3 = 2 + 1, dan 
seterusnya. Selanjutnya, kita menuliskan secara umum bahwa b – a = (-a) + b = b + (-a), dan 
juga generalisasi dari b/a = (1/a).b = b.(1/a). kita juga mendefinisikan bahwa a-1 = 1/a dan a-n = 
1/an. 
Elemen dari R yang berbentuk b/a atau –b/a untuk a,b N dengan a 0 dikatakan sebagai 
Bilangan Rasional, dan semua himpunan bilangan rasional dalam R dinotasikan dengan Q. 
Semua elemen dari R yang bukan bilangan rasional disebut Bilangan Irasional. 
Teorema 2.3 
Tidak ada bilangan rasional r sedemikian sehingga r2 = 2 
Bukti 
Andaikan r Q, maka r = p/q, q0 dengan p,q anggota bilangan bulat. Tanpa mengurangi 
keumuman, misalkan p dan q tidak mempunyai factor persekutuan selain 1. karena 2 = p2/q2 
atau p2 = 2 q2, maka p haruslah bilangan genap(jika p ganjil, misal p = 2k + 1, maka p2 = 4k2 + 4k 
+ 1 = 2(2k2 + 2k) + 1 adalah ganjil). Selanjutnya misalkan p = 2m untuk sembarang bilangan 
bulat m dan berlaku 4m2 = 2q2. hal ini menunjukkan bahwa q2 = 2m2, dimana q bilangan genap. 
Hal ini kontradiksi dengan pemisalan bahwa p dan q tidak mempunyai factor persekutuan 
selain 1( karena p dan q bilangan genap). Jadi tidak bilangan rasional r sedemikian sehingga r2 
= 2. 
Soal Latihan 
1 Jika a R dan memenuhi a.a = a. Buktikan bahwa salah satu a = 0 atau a = 1 
2 Jika a 0 dan b 0, tunjukkan bahwa 1/ab = 1/a . 1/b 
3 Misalkan a,b,cR, buktikan 
a Jika a + b = 0 dan a + c = 0, maka b = c = -a 
b Jika a 0, ab = 1 dan ac = 1, maka b = c = 1/a 
4 Buktikan bahwa tidak ada r sedemikian sehingga r2 = 6 dan r2 = 3 
Analisis Real_________________________________________ 6
URUTAN BILANGAN REAL 
Pada pembahasan sebelumnya, kita belum menentukan bilangan real yang lebih besar 
atau yang lebih kecil. Hal ini dilandaskan karena belum adanya alsioma atau teorema yang 
mengatakan tentang bilangan positif. Untuk itu, pada kajian ini, kita akan membahas tentang 
sifat urutan yang ada pada bilangan real. 
Sebelumnya tentu baik bagi kita untuk mempelajari tentang sebuah aksioma mengenai 
urutan. Aksioma ini sangat bermanfaat untuk menentukan apakah sebuah bilangan termasuk 
bilangan positif, termasuk bilangan negatif, atau lainnya. Aksioma inilah yang akan menjadi 
landasan hadirnya tanda ketaksamaan, seperti, , , , dan . 
Sifat-sifat Urutan dari R 
Pada bagian berikut ini akan dibahas sifat-sifat urutan dari R yang sangat penting 
peranannya dalam subbarisan. 
Aksioma 3.1(Aksioma Urutan) 
Subhimpunan tak-kosong P dari R dinamakan himpunan bilangan real positif, jika memenuhi 
sifat-sifat berikut; 
(i Jika a,b P, maka a + bP 
(ii Jika a,b P, maka a . bP 
(iii Jika a R, maka salah satu dari ketiga sifat berikut dipenuhi a P, a = 0 atau –a P (sifat 
trikothomi) 
Definisi 3.2 
(i Jika a P, maka a bilangan positif yang dituliskan dengan a  0 
Analisis Real_________________________________________ 7
(ii Jika a P atau a = 0, maka a dikatakan bukan bilangan negatif yang dituliskan dengan 
a 0 
(iii Jika –a P, maka dikatakan a bilangan negatif yang dituliskan dengan a  0 
(iv Jika –a P atau a = 0, maka a dikatakan bukan bilangan positif yang dituliskan dengan 
a 0 
Definisi 3.3 
Misalkan a,b R 
(i Jika a – b P, maka a  b 
(ii Jika –(a – b) P, maka a  b 
(iii Jika a – b P {0}, maka a b 
(iv Jika –(a – b) P {0}, maka a b 
Teorema 3.4 
Misalkan a, b, c R 
(a Jika a  b dan b  c, maka a  c 
(b Satu dan hanya satu dari hubungan berikut berlaku : a  b, a = b, a  b 
(c Jika a b dan b a, maka a = b 
Bukti 
(a karena a  b dan b  c, maka a – b P dan b – c P. 
Berdasarkan aksioma urutan (i), maka 
(a – b) + (b – c) = a + ((-b) + b) – c = a + 0 – c = a – c P. 
Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan definisi 3.3, kita peroleh a  c. 
(b Berdasarkan sifat trikotomi dan definisi 5.3, maka a – b P, a – b = 0 atau –(a–b) P. 
(c Andaikan a b, maka berdasarkan bagian (b) kita peroleh bahwa a – b P atau b – a P, di 
mana a  b atau b  a. hal ini kontradiksi dengan yang diketahui. Jadi haruslah a = b. 
Teorema 3.5 
(a Jika a 0 R, maka a2  0 
(b 1  0 
(c Jika n N, maka n  0 
Bukti 
Analisis Real_________________________________________ 8
(a Karena a 0, maka a atau –a di P. Jika a di P, maka berdasarkan aksioma a2 = aa di P. Jika 
–a di P, maka berdasarkan teorema 1.5 a2 = (-a).(-a) di P. jadi, dalam tiap kasus a2 P. 
(b Ambil a = 1 pada bagian (a) sehingga 1 = 12 di P 
(c Buktikan sendiri dengan menggunakan induksi matematika. 
Teorema 3.6 
Misalkan a, b, c R 
(a Jika a  b, maka a + c  b + c 
(b Jika a  b dan c  d, maka a + c  b + d 
(c Jika a  b dan c  0, maka ac  bc 
(d Jika a  b dan c  0, maka ac  bc 
(e Jika a  0, maka 1/a  0 
(f Jika a  0, maka 1/a  0 
Bukti 
(a Karena a  b, maka a – b di P. Sedangkan a – b = a – b + 0 = a – b + c + (-c) = a + c – (b + 
c) di P. Jadi, berdasarkan definisi dapat kita simpulkan bahwa a + c  b + c. 
(b Karena a  b dan c  d, maka a – b dan c – d di P. Berdasarkan aksioma urutan dapat 
diperoleh (a – b) + (c – d) = (a + c) – (b + d) di P. Hal ini menunjukkan bahwa a + c  b + d. 
(c a  b dan c  0, berdasarkan definisi 3.1 dan 3.2 kita peroleh (a – b).c di P. berdasarkan 
sifat distributive, maka (a – b).c = ac – bc di P. Jadi ac  bc. 
(d a  b dan c  0, berdasarkan definisi 3.1 dan 3.2 kita peroleh (a – b).(-c) di P. berdasarkan 
sifat distributive, maka (a – b).(-c) = -ac + bc di P. Jadi ac  bc. 
(e Jika a  0, maka berdasarkan sifat trikotomi a 0 sedemikian sehingga 1/a ada. Jika 1/a 
= 0, maka 1 = a.(1/a) = 0, kontradiksi. Jika 1/a  0, maka berdasarkan bagan (d) dengan c = 
1/a berakibat 1 = a (1/a)  0, kontradiksi. Jadi, haruslah 1/a  0. 
(fGunakan alasan yang sama dengan (e) 
Teorema 3.7 
Jika a  b, maka a  ½(a + b)  b 
Bukti 
Karena a  b, maka berdasarkan teorema 3.6 kita dapatkan a + a = 2a  a + b. Demikian juga a + 
b  2b. Karena 2  0, maka berdasarkan teorema 3.6 (e) ½  0. Selanjutnya gunakan c = ½ pada 
Analisis Real_________________________________________ 9
teorema 3.6 (c) sedemikian sehingga a  ½(a + b) dan ½(a + b)  b. Jadi, berdasarkan teorema 
3.4 a  ½(a + b)  b 
Teorema 3.8 
Jika ab  0, maka a  0 dan b  0 atau a  0 dan b  0. 
Bukti 
Jika ab  0, maka a 0 dan b 0. Jika a  0, maka (1/a(  0. Dengan demikian b = ((1/a)a)b = 
(1/a).(ab)  0. Dengan kata lain, jika a  0, maka 1/a  0, hal ini menunjukkan bahwa b = 
((1/a)a)b = (1/a).(ab)  0. 
Akibat 3. 9 
Jika ab  0, maka a  0 dan b  0 atau a  0 dan b  0. 
Soal Latihan 
Misalkan a, b , c dan d R 
1 Jika 0  a  b dan 0  c  d, maka buktikan 0  ac  bd 
2 Jika 0 a  b buktikan bahwa a2 ab  b2 
3 Jika a, b R dan a2 + b2 = 0. tunjukkan bahwa a = b = 0. 
4 Jika n N, tunjukkan bahwa n2 n dan 1/n2 1/n. 
5 Jika a  -1, a R, tunjukkan bahwa (1 + a)n 1 + na untuk setiap n N. 
6 Jika c  1, c R, tunjukkan bahwa cn c untuk setiap n N. 
7 Jika c  1, c R, tunjukkan bahwa cm cn untuk setiap m n dengan m,n N. 
Analisis Real_________________________________________ 10
Nilai Mutlak 
Sebuah konsep yang sangat penting dalam bilangan real adalah tentang harga mutlak. 
Ini merupakan sebuah konsep yang bermanfaat untuk menentukan besaran jarak, panjang 
vektor, akr sebuah bilangan dan lain sebagainya. 
Hal yang mendasar dari konsep harga mutlak adalah tentang definisi atau pengertian 
dan sebuah ketaksamaan, yaitu ketaksamaan segitiga. Dalam matematika sekolah, harga 
mutlak biasanya digunakan dalam bahasan tentang pertidaksamaan, panjang vektor. 
Definisi 4.1 
Jika a R, nilai mutlak dari a dinotasikan dengan | a | dan didefinsikan dengan 
| a | = a jika a 0 
= -a jika a  0 
Jadi domain dari nilai mutlak adalah semua bilangan real dengan range P {0}, dan peta dari a 
dan –a adalah sebuah elemen yang sama. 
Teorema 4.2 
(a | a | = 0 jika dan hanya jika a = 0 
(b | -a | = | a | untuk setiap a anggota R 
(c | ab | = | a | | b | untuk setiap a,b anggota R 
(d Jika c 0, maka | a | c jika dan hanya jika –c a c 
(e -| a | a | a | untuk setiap a anggota R 
Analisis Real_________________________________________ 11
Bukti 
(a Jika a = 0, maka berdasarkan definisi | 0 | = 0. Jika a 0, maka –a 0 sedemikian 
sehingga | a | 0. 
(b Jika a = 0, maka | 0 | = 0 = | -0 |. Jika a  0, maka | a | = a = | -a |. Jika a  0, 
maka | a | = -a = | -a |. 
(c Jika a  0 dan b  0, maka ab  0 sedemikian sehingga | ab | = ab = | a |. | b |. 
Jika a  0 dan b  0, maka ab  0 sedemikian sehingga | ab | = -(ab) = a. (-b) = | a |. | b 
| Jika a  0 dan b  0, maka ab  0 sedemikian sehingga | ab | = -(ab) = (-a).b = | a |. | 
b |. Jika a  0 dan b  0, maka ab  0 sedemikian sehingga | ab | = a.b = (-a). (-b) = | a 
|. | b | 
(d Andaikan a 0, maka | a | = a sedemikian sehingga | a | = a c. Bila a  0, maka 
| a | = -a c atau –c a. Jadi, berdasarkan sifat urutan kita peroleh –c a c. bukti 
konversnya sebagai latihan sendiri. 
(e Gunakan bukti bagian (d) dengan mengambil c = | a |. 
Teorema 4.3 (Ketaksamaan Segitiga) 
Jika a, b sembarang bilangan real, maka ||a| - |b|| | a b | | a | + | b | 
Bukti 
Berdasarkan teorema 4.1, kita punya -| a | a | a | dan -| b | b | b | berdasarkan teorema 
4.2 kita simpulkan bahwa –(|a| + |b|) = -|a| - |b| a b | a | + | b |. Berdasarkan teorema 
3.11 kita dapatkan | a b | | a | + | b |. 
Karena |a| = |(a –b) + b| | a –b | + | b |, hal ini menunjukkan bahwa |a| - |b| | a - b |. 
Dengan cara yang sama akan kita dapatkan juga bahwa |b| - |a| | a - b |. Dari kedua 
ketaksamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa ||a| - |b|| | a - b |. 
Akibat 4.4 
Jika a1, a2, a3, . . ., an adalah sembarang bilangan real, maka 
| a1+ a2 + a3 + . . . + an | | a1| + | a2| + | a3| + . . . + | an| 
Bukti 
Analisis Real_________________________________________ 12
Jika n = 2 telah dibuktikan di atas, sedangkan untuk n  2 kita gunakan induksi dan sifat 
ketaksamaan segitiga di atas bahwa, 
| a1+ a2 + a3 + . . . + ak+ ak+1 | = | (a1+ a2+ a3+ . . . + ak) + ak+1| 
|(a1+ a2+ a3+ . . . + ak)| +| ak+1| 
Soal Latihan 
1 Misalkan 0, aR. Tunjukkan bahwa a -  x  a+ jika dan hanya jika |x –a| . 
2 Jika a,b R dan b 0. Tunjukkan bahwa | a/b | = |a|/|b|. 
3 Sketsalah titik (x, y) pada daerah R x R (cartesius) yang memenuhi |x| + |y| = 1 
4 Jika x, y, z R, maka x y z jika dan hanya jika |x-y| + |y-z| = |x-z| 
5 Jika 0  a  1, maka 0  a2  a  1, tetapi jika 1  a, maka 1  a  a2. 
Analisis Real_________________________________________ 13
SIFAT KELENGKAPAN BILANGAN 
REAL 
Selain memiliki urutan, bilangan real juga memiliki sifat yang dikenal dengan nama 
sifat kelengkapan. Sifat ini mengkaji tentang bilangan real dalam sebuah himpunan tertentu. 
Dalam hal ini, apakah himpunan tersebut memiliki batas, memiliki nilai maksimum dan 
minimum, atau memiliki suprimum dan infrimum. 
Sifat ini akan membawa kita pada konsep himpunan terbuka dan himpunan tertutup. 
Beberapa definisi dan teorema akan digunakan untuk mengkaji tentang sifat kelengkapan 
bilangan real tersebut. 
Sifat-sifat Kelengkapan dari R 
Dalam bagian ini kita akan membahas satu lagi sifat dari system bilangan real yang 
seringkali dinamakan dengan “Aksioma Kelengkapan”. 
Suprimum dan Infimum 
Definisi 5.1 
Misalkan s adalah subhimpunan dari R 
(a sebuah elemen u R dikatakan batas atas dari S jika s u, untuk setiap s S 
(b sebuah elemen w R dikatakan batas bawah dari S jika s w, untuk setiap s S 
Analisis Real_________________________________________ 14
Sebagai catatan bahwa subhimpunan S R mungkin saja tidak memiliki batas atas 
(sebagai contoh S = R). Selanjutnya, jika memiliki satu batas atas, maka subhimpunan tersebut 
memiliki takhingga banyak batas atas ( untuk sebuah batas atas u dari S, maka u + n juga 
merupakan batas atas dari S dengan n N). Misalkan S1={x R : 0  x  1} memiliki batas atas 1, 
kenyataanya, setiap bilangan u 1 adalah sebuah batas atas dari S1. Sama halnya juga dengan S2 
= { xR | 0 x 1}yang memiliki batas atas 1. 
Untuk menunjukkan bahwa sebuah bilangan u R bukan sebuah batas atas dari S R, kita 
harus menunjukkan ada sebuah elemen so R sedemikian sehingga u  so. 
Sebuah himpunan yang memiliki batas atas dikatakan sebagai himpunan yang terbatas 
di atas, dan himpunan yang memiliki batas bawah disebut sebagai himpunan yang terbatas di 
bawah. Jika himpunan memiliki batas atas dan batas bawah, maka himpunan tersebut disebut 
himpunan yang terbatas. Jika himpunan tidak memiliki kedua batasnya, maka dikatakan 
himpunan tersebut tidak terbatas. Jadi, himpunan S1 dan S2 adalah himpunan yang terbatas, 
sedangkan himpunan P = { x R : x  0} adalah himpunan yang tidak terbatas karena tidak 
mempunyai batas atas. 
Apabila u batas atas dari S dan u S, maka u adalah maksimum dari S atau u = maks S. 
Sedangkan jika w batas bawah dari S dan w S, maka w adalah minimum dari S atau w = Min S. 
Definisi 5.2 
Misalkan S subhimpunan dari R 
(aJika S terbatas di atas, maka batas atas dari S dikatakan Suprimum (batas atas terkecil) 
apabila batas atas tersebut lebih kecil dari batas atas lainnya. 
(b Jika S terbatas di bawah, maka batas bawah dari S dikatakan Infrimum (batas 
bawah terbesar) apabila batas bawah tersebut lebih besar dari batas bawah lainnya. 
Definisi di atas mempunyai pengertian bahwa sebuah bilangan u R adalah suprimum 
dari subhimpunan S dari R jika memenuhi dua kondisi berikut: 
(i s u untuk setiap s S 
(ii Jika v adalah sebuah bilangan sedemikian sehingga s v untuk setiap s S, maka u 
v. 
Lemma 5.3 
Sebuah bilangan u R adalah suprimum dari subhimpunan takkosong S R jika dan hanya jika 
memenuhi sifat-sifat 
Analisis Real_________________________________________ 15
(i Tidak ada elemen s S dengan u  s 
(ii Jika v  u, maka ada elemen so S sedemikian sehingga v  so. 
Bukti 
() misalkan u memenuhi (i) dan (ii). Hal ini menunjukkan bahwa u batas atas dari S. Jika v 
adalah bilangan dengan v  u, maka sifat (ii) menunjukkan bahwa v bukan batas atas dari S. 
dengan demikian u adalah suprimum dari S. 
() misalkan u adalah suprimum dari S. karena u adalah batas atas dari S, kondisi (i) terpenuhi. 
Jika v  u, maka v bukan batas atas dari S. selanjutnya terdapat sebuah elemen so S sedemikian 
sehingga v  so. 
Lemma 5.4 
Misalkan S , S R dan u batas atas dari S, u = Sup S jika dan hanya jika untuk setiap  0 ada x S 
sedemikian sehingga u -  x. 
Sifat Suprimum 5.5 
Setiap himpunan tak-kosong dari bilangan real yang mempunyai batas atas mempunyai 
suprimum. 
Sifat Suprimum 5.6 
Setiap himpunan tak-kosong dari bilangan real yang mempunyai batas bawah mempunyai 
infrimum. 
Contoh 1 
Misalkan S = { x R : 0  x  1 }, maka Sup S = 1 
Bukti 
Karena 1R dan x  1 untuk semua x S, maka menurut definisi 1 adalah batas atas dari S. 
Misalkan  0 sembarang. 
Jika 1, maka 1 -  x untuk setiap x di S. Jadi untuk semua x di S berlaku 1 -  x. 
Jika 0   1, maka pilih x = 1- /2 di S, maka 1 -  x =1- /2 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk setiap  0 ada x S sedemikian sehingga 1 - 
 x, hal ini menunjukkan bahwa Sup S = 1. 
Lemma 5.8 
Misalkan S , S R dan w batas bawah dari S, w = Inf S jika dan hanya jika untuk setiap  0 ada x 
S sedemikian sehingga x  w + . 
Contoh 2 
0 = Inf(0,1) 
Analisis Real_________________________________________ 16
Bukti 
Karena 0R dan x  0 untuk semua x (0, 1), maka menurut definisi 0 adalah batas bawah dari (0, 
1). Misalkan  0 sembarang. 
Jika 1, maka x  0 + untuk setiap x di S. Jadi untuk semua x di S berlaku x  0 + . 
Jika 0   1, maka pilih x = /2 di S, maka x = /2  0 + 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk setiap  0 ada x S sedemikian sehingga x  
0 + , hal ini menunjukkan bahwa Inf S = 0. 
Soal Latihan 
1 Perlihatkan bahwa 3 = Sup [2, 3] dan 2 = Inf [2, 3] 
1 Buktikan bahwa 2 = Inf (2,5) dan 5 = Sup(2,5) 
2 Tunjukkan bahwa 4 = Inf [4,8] dan 8 = Sup [4,8] 
3 Misalkan A = { 1 –( (-1)n/n )}. Tentukan Sup A dan Inf A 
4 Apakah A = { x R : x 2 } mempunyai batas bawah dan batas atas? Jelaskan jawaban 
Saudara! 
5 Misalkan P R dan P , tunjukkan u = Sup P jika dan hanya jika untuk setiap n N bilangan u 
–1/n bukan batas atas P tetapi u + 1/n batas atas dari P. 
6 Jika Sup A = a dan Sup B = b, buktikan Sup (A + B) = a + b 
7 Jika Inf A = a dan Inf B = b, buktikan Inf (A + B) = a + b 
8 Buktikan Inf A = Sup(-A) 
9 Jika S subhimpunan R yang memuat batas atas, maka tunjukkan bahwa batas tersebut 
adalah supremum dari S 
10 Buktikan bahwa gabungan dari dua himpunan terbatas adalah terbatas 
11 Jika S terbatas di R dan jika S0 subhimpunan takkosong dari S, maka tunjukkan bahwa 
inf S inf S0 sup S0 sup S 
12 Misalkan B subhimpunan terbatas dari R dan A ={-x|xB}, tunjukkan bahwa 
a. inf A = sup B b. sup A = inf B 
Analisis Real_________________________________________ 17
Sifat Archimedian 
Salah satu konsekuensi dari sifat suprimum adalah subhimpunan bilangan asli N dari R 
tidak terbatas di atas. Khususnya adalah jika diberikan sembarang bilangan real x, maka ada 
bilangan asli n sedemikian sehingga n lebih besar dari x. 
Aksioma 6.1 (aksioma archimides) 
Jika x R, terdapat bilangan asli nxR sedemikian sehingga x  nx 
Bukti 
Andaikan x  nx, maka x batas atas dari N. Selanjutnya berdasarkan sifat suprimum, N 
memiliki suprimum u. karena x batas atas dari N, ini menunjukkan bahwa u x. Karena u –1  
u, berdasarkan lemma 5.3 ada bilangan asli n1 sedemikian sehingga u – 1  n1 atau u  1 + n1, 
tetapi n1+1 adalah bilangan asli. Hal ini kontradiksi dengan pengandaian bahwa u batas atas 
dari N. 
Akibat 6.2 
Misalkan x dan y bilangan real positif 
(b Ada bilangan asli n sedemikian sehingga ny  x 
(c Ada bilangan asli n sedemikian sehingga 0  1/n  y 
(d Ada bilangan asli n sedemikian sehingga n –1 y  n 
Bukti 
(a karena x dan y positif, maka z = x/y juga positif. Misalkan n bilangan asli 
sedemikian sehingga x/y = z  n, maka x  ny atau ny  x. 
(b Pilih x = 1 sehingga bagian (a) menunjukkan 0  1  ny. Hal ini menunjukkan 
bahwa 0  1/n  y. 
Analisis Real_________________________________________ 18
(c Berdasarkan aksioma archimides, terdapat bilangan asli m sedemikian sehingga 
y  m. Misalkan n bilangan asli terkecil sedemikian sehingga n – 1 y  n. 
Teorema 6.3(eksistensi 2) 
Ada bilangan positif x R sedemikian sehingga x2 = 2 
Bukti 
Misalkan S = { y R: 0 y, y2 2}. Himpunan S terbatas di atas oleh 2, Jika tidak, maka ada elemen s 
di S sehingga 2  s di mana 4  s2 2, sebuah kontradiksi. Berdasarkan sifat suprimum dan 
misalkan x = Sup S. Jadi, x  0. 
Andaikan x2 2, ini berarti x2  2 atau x2  2. 
Jika x2  2, misalkan n bilangan asli yang dipilih sedemikian sehingga 1/n  (2 –x 2)/(2x + 1). 
Dalam kasus ini, 
x + 1/n )2 = x2 + 2x/n + 1/n2 x2 + (2x +1)/n  x2 + (2 –x2) = 2 yang berarti x + 1/n S, kontradiksi 
bahwa x adalah batas atas dari S. 
Jka x2  2, kita pilih m bilangan asli sedemikian sehingga 1/m  (x2 –2)/2x. Karena x = Sup S, 
ada bilangan so di S dengan x – 1/m  so. Tetapi implikasinya adalah 
2  x2 –2x/m  x2 –2x/m +1/m2 = (x –1/m)2  so 
2. 
Disini so 
22, kontradiksi dengan so di S. 
Dari dua kasus di atas, x2  2 dan x2  2, terlihat bahwa akan diperoleh kontradiksi. Jadi 
haruslah x2 = 2. 
Teorema 6.4 
Jika x, y R, 0  x  y, maka ada r Q sedemikian sehingga x  r  y 
Bukti 
Karena x, y di R dan 0  x  y, maka y – x  0 dan y – x R. Sedangkan diketahui bahwa 1  0, 
maka berdasarkan aksioma arcimides ada n N sedemikian sehingga 1  n(y – x) atau nx + 1  
ny. Karena x  0 dan nx  0, ada m N sedemikian sehingga m –1 nx  m. hal ini mengakibatkan 
m nx + 1  ny atau m  ny. Berdasarkan teorema tentang urutan maka nx  m  ny atau x  
m/n  y. pilih r = m/n, m,n N yang berarti r Q. 
Analisis Real_________________________________________ 19
Soal Latihan 
1 Jika x  0 tunjukkan bahwa ada bilangan asli n sedemikian sehingga 1/2n  x. 
2 Tunjukkan ada x R, x  0 sedemikian sehingga x2 = 3 
INTERVAL DAN TITIK KUMPUL 
Daerah yang dibatasi oleh dua buah bilangan real yang berbeda seringkali dinyatakan 
sebagai himpunan. Bahasa lain dari himpunan, untuk bilangan real, dapat pula dinyatakan 
dengan interval. Himpunan dan interval memiliki berbagai kesamaan diantaranya ,“terbuka” 
dan “tertutup”. 
Bahasan lain dalam kegiatan ini adalah titik kumpul. Titik kumpul merupakan titik di 
mana disekitarnya banyak titik lain yang dekat dengan dirinya. Dalam kajian lain titik kumpul 
biasa dinamakan dengan titik limit. Mungkin senada dengan istilah mean, modus, dan median 
dalam statistika. 
Interval 
Jika a R, maka himpunan {x R : x  a }= (-, a) dan { x R : x  a}= (a, ) disebut sinar 
terbuka, sedangkan himpunan {x R : x a }= (-, a ]dan { x R : x a}= [a, ) disebut sinar tertutup. 
Jika a, b x R, maka himpunan {x R : a  x  b } = (a, b) disebut interval buka, himpunan { x R : a 
x b} = [a, b] disebut interval tutup, sedangkan himpunan { x R : a  x b}= (a, b] dan { x R : a x  
b}= [a, b) disebut interval setengah buka atau interval setengah tertutup. 
Definisi 8.1 
Suatu barisan interval In, n N dikatakan interval bersarag apabila I1 I2 I3 In In+1 
Dengan kata lain, interval bersarang adalah koleksi interval yang makin mengecil. Perhatikan 
gambar berikut ini, 
____________________ I1_______________________________ 
[----------[----------[---------[-------------------]----------]-----------]-------------] 
___I4______ 
____________I3____________ 
Analisis Real_________________________________________ 20
__________________I2____________________ 
Contoh 1 
Misalkan In = [ 0, 1/n ] dengan n bilangan asli, maka 
I1= [0,1], I2= [0, ½ ], I3= [0, 1/3], . . . , In=[0, 1/n], In+1= [0, 1/( n+1)]. 
Hal ini menunjukkan bahwa I1 I2 I3 In In+1 dengan kata lain InIn+1 untuk setiap nN. Jadi In adalah 
interval bersarang. 
Contoh 2 
Misalkan In = ( 0, 1/n ) dengan n bilangan asli, maka InIn+1 untuk setiap nN. Jadi In adalah 
interval bersarang. 
Teorema 8.2 
Jika In=[an, bn] dengan n bilangan asli adalah interval bersarang yang merupakan interval 
tertutup terbatas, maka ada bilangan R sedemikian sehingga In untuk setiap n N. Bila jarak bn-an 
dari In memenuhi Inf {bn-an : n N }=0, maka In = tunggal. 
Bukti 
Karena In interval bersarang, maka InIn+1 untuk semua n bilangan asli. Sehingga diperoleh [an, 
bn] [a1, b1] untuk semua n. Jadi anb1 untuk semua n. Oleh karena itu, himpunan A = {an : n 
bilangan asli} , maka himpunan A terbatas di atas 
Karena A terbatas di atas maka berdasarkan sifat suprimum A mempunyai Supremum, 
misalkan = Sup A dan karena an A, maka an untuk semua nN……….(1). 
Klaim bn untuk semua nN, hal ini dijamin bila bn batas atas dari Bk ={ ak : k N}. 
Andaikan n k maka Ik In atau [ak , bk] [an , bn] sehingga ak bk bn ……(2) 
Andaikan n  k maka In Ik atau [an , bn] [ak , bk] sehingga ak an bn ……(3) 
Dari (2) dan (3) diperoleh bahwa ak bn untuk setiap k N. Jadi, bn batas atas dari Bk. oleh karena 
itu bn untuk semua nN……………….(4) 
Dari (1) dan (4) diperoleh ak bn untuk semua nN, hal ini berarti In untuk setiap n N. 
Karena In suatu interval bersarang maka In I1 untuk semua n N atau [an, bn] [a1, b1] sehingga a1 
bn untuk setiap n N. Hal ini berdasarkan definisi menunjukkan bahwa C = {bn : n N}himpunan 
terbatas dibawah. Karena himpunan C terbatas di bawah, maka C mempunyai Infrimum, 
Analisis Real_________________________________________ 21
misalkan = Inf C dan karena bn di C untuk semua n, maka bn untuk semua n bilangan asli……. 
(5) 
Klaim bahwa an untuk setiap n N, hal ini dapat dijamin apabila an batas bawah dari D ={ bk : k 
N}. 
Andaikan n k, maka Ik In atau [ak, bk] [an, bn] sehingga an ak bk……….(6) 
Andaikan n  k, maka In Ik atau [an, bn] [ak, bk] sehingga an bn bk……….(7) 
Dari (6) dan (7) diperoleh an bk untuk semua k N. Jadi, an merupakan batas bawah dari C. 
Karena itu an untuk semua n N……….(8) 
Dari (5) dan (8) diperoleh an bn untuk semua n N yang berarti In untuk semua n N. 
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa (tunggal). 
Karena an untuk semua n N, maka batas atas dari A. Jadi, . 
Misalkan Inf{bn – an : n N} = 0, maka untuk setiap ada n N sehingga 0 an – bn  . Karena hal 
tersebut dipenuhi untuk setiap 0 ,maka memnuhi bahwa . Jadi, In = tunggal. 
Titik Kumpul 
Definisi 8.3 
Misalkan xR, S R, x dikatakan titik kumpul (sering disebut sebagai titik limit) dari S, jika setiap 
lingkungan buka ; V= ( x - , x + ) dari x memuat paling sedikit satu unsure dari S yang lain dari 
x. 
Atau 
X dikatakan titik limit dari S, jika untuk setiap S V {x} – {x} . 
S1 = { xR : x titik kumpul dari S } 
Lemma 8.4 
Jika S =(a, b), maka S1=[a, b] 
Bukti 
Ambil sembarang , dan x (a, b) tetap dan sembarang, maka S V {x} – {x} = (a, b) (x-, x+) – {x} 
x- x+ 
-----------(--------------(------------------)-------------)--------------- 
a x b 
Analisis Real_________________________________________ 22
Ini menunjukkan bahwa x S1 dan karena x sembarang, maka (a, b) S1…………………(1) 
Untuk x = a, 
S V {a} – {a} = (a, b) (a, a+) – {a}= (a, a+) 
(-----)----------------------------------------------) 
a a+ b 
Ini menunjukkan bahwa a S1………………………………………………………………(2) 
Untuk x = b, 
S V {b} – {b} = (a, b) (b-, b) – {b}= (b-, b) 
(---------------------------------------------(------) 
a b- b 
Ini menunjukkan bahwa bS1………………………………………………………………(3) 
Dari (1), (2) dan (3) maka diperoleh [a, b] S1……………………………………………..(4) 
Ambil x  a, maka ada o 0 sehingga S Vo{x} = 
a b 
--(--------)----(--------------------------------------) 
x- x x+ 
berarti x S1…………………………………………………………….(5) 
Ambil x  b, maka ada o 0 sehingga S Vo{x} = 
a b 
----(--------------------------------------)--(--------) 
x- x x+ 
berarti x S1…………………………………………………………….(6) 
Berdasarkan (4), (5) dan (6), maka dapat disimpulkan bahwa S1=[a, b] 
Contoh 3 
Jika S himpunan berhingga, maka S1= 
Analisis Real_________________________________________ 23
Bukti 
Misalkan S ={s1, s2, s3, …, sn} bersingga dan andaikan S1 , sebut x S1. Pilih = ½ min {|x-si| : i 
=1,2,…,n}, maka S V {x} – {x} = yang kontradiksi dengan x S1. hal ini berarti pengandaian kita 
salah, jadi haruslah S1= . 
þ ý ü 
î í ì 
1 , 
nÎN 
n 
Contoh 4 
Misalkan S = buktikan 
þ ý ü 
î í ì 
nÎ N 
1 , 
n 
a 0 S1 
b Bila xS, maka x S1 
Bukti Misalkan  0 diberikan sembarang, maka 
Ç - = ,..., 1 ( , ) {0} 
(0) {0} 1, 1 e e e n 
Ç - - ¹ 
þ ý ü 
î í ì 
, 1 
2 
3 
S V 
pilih = ½ (1/n – 1/n+1)  0, maka S V(xn) – {xn} = untuk semua xn S. jadi x S1. 
Teorema 8.5 (Bolzano-Weierstrass) 
S R dan S himpunan tak berhingga dan terbatas selalu mempunyai titik kumpul 
Bukti 
Karena S himpunan terbatas maka ada [a1, b1] R sedemikian sehingga S [a1, b1]. Bila interval [a1, 
b1] dipotong menjadi dua buah sub interval yang sama panjang, yaitu [a1, ½ (a1+ b1) ] dan [½ 
(a1+ b1), b1], maka salah satu sub interval tertutup itu pasti mengandung tak berhingga unsure 
S. Hal ini dijamin bila kedua sub interval tertutup itu hanya memuat berhingga unsure S, maka 
S himpunan berhingga, sedangkan S himpunan tak berhingga. 
Andaikan [a1, ½ (a1+ b1) ]=[a2, b2] sub interval tertutup yang memuat tak berhingga banyaknya 
unsure S. sub interval [a1, b2] ini dapat dibagi pula menjadi dua sub interval yang sama panjang, 
yaitu [a2, ½ (a2+ b2)] dan[ ½ (a2+ b2), b2]. Dengan mengulangi proses tersebut akan didapatkan 
untuk setiap nN 
1 [an+1, bn+1] [an, bn] 
2 bn – an = (b1- a1)/(2n-1) dan 
3 [an, bn] S himpunan tak berhingga 
Analisis Real_________________________________________ 
24
dengan menggunakan teorema di atas diperoleh ada x 
¥ 
[ a ,b 
] 
n 1 
n n = Ç 
Î 
. Selanjutnya akan 
ditunjukkan xS1. Misalkan  0 diberikan sebarang dan V(x) = (x-, x+) adalah lingkungan dan x, 
maka dengan memilih n N dan n cukup besar, bn- an  . 
Karena x [an, bn] dan [an, bn]  , maka [an, bn] V(x). Karena [an, bn] S himpunan tak berhingga 
atau [an, bn] memuat tak berhingga unsure S dan [an, bn] V(x), maka V(x) S himpunan tak 
berhingga. Karena itu x S1. 
Soal Latihan 
1 Jika I1=[a1, b1] dan I2=[a2, b2] adalah interval-interval tertutup di R. Tunjukkan bahwa I1 I2 
jika dan hanya jika a2a1 dan b1b2. 
2 Jika SR , tunjukkan S himpunan terbatas jika dan hanya jika ada interval IR sedemikian 
sehingga SI. 
3 Jika SR , S himpunan terbatas dan I1=[Inf S, Sup S], tunjukkan S I1. Begitu pula bila I2 interval 
tertutup dan terbatas pada R sedemikian sehingga SI2, tunjukkan bahwa I1I2. 
4 Tunjukkan jika I1I2…In… adalah barisan interval-interval bersarang yang tertutup pada R 
dan Jika In=[an, bn], maka a1a2…an…dan b1b2…bn… 
5 Buktikan 2 S1 bila S =(1, 3) 
6 Buktikan setiap titik pada [-2, 0] adalah titik kumpul dari (-2, 0) 
7 Apakah N mempunyai titik kumpul, buktikan jawaban Saudara? 
Analisis Real_________________________________________ 25
Himpunan Terbuka dan 
Himpunan Tertutup 
Himpunan merupakan istilah yang seringkali kita dengar dalam matematika. Dari 
tingkat Sekolah dasar sampai Pendidikan Tinggipun kita masih mempelajari tentang 
himpunan. Himpunan buka(selang buka) dan himpunan tertutup(selang tertutup) adalah dua 
bagian himpunan yang sudah kita dengar. Akan tetapi, terkadang kita belum mengenalnya 
secara dalam apa itu himpunan terbuka dan apa itu himpunan tertutup. 
Pada kajian kali ini, marilah kita mengenal lebih jauh tentang himpuanan terbuka dan 
tertutup. Bagaimana sebuah himpunan dikatakan terbuka? Atau bagaimana himpunan 
dikatakan tertutup? Lalu bagaimana menunjukkan sebuah himpunan dikatakan terbuka atau 
tertutup? Untuk menjawab itu, kita mulai dengan definisi berikut ini, 
Definisi 9.1 
(i G R dikatakan himpunan terbuka di R jika untuk setiap xG terdapat lingkungan v dari x 
sedemikian sehingga vG 
(ii FR dikatakan tertutup di R jika Fc = R – F terbuka 
Definisi di atas setara dengan 
GR dikatakan himpunan terbuka jika untuk setiap xG ada x0 sedemikian sehingga (x-x, x+x)G 
dan FR dikatakan tertutup jika untuk setiap yF ada y0 sehingga F(y-y, y+y) = . 
Contoh 1 
Misalkan G ={xR : 0x1}, selidiki apakah G himpunan terbuka atau himpunan tertutup. 
Penyelesaian 
x 0 x 
Misalkan x G sembarang, x(0, 1). Pilih x= min þ ý ü 
î í ì 
- - 
2 
,1 
2 
Jika x = x/2, maka x -x= x – x/2 = x/2  0……….(1) 
Analisis Real_________________________________________ 26
x  1 
- x 
Dan karena 2 
2 
atau 0  x  ½ , maka x + x = x + x/2 = 
1 
11 x  = 3 
 
4 
. 1 
2 
2 
11 
2 
…….(2) 
Dari (1) dan (2) diperoleh (x -x, x+x) = (x/2, 3x/2) (0, 1)……….(3) 
e = 1 
- x 
x 
Bila 2 
, 
------(----------------------(---------)------)-------- 
0 x- x x+ 1 
maka 
1, 
1 
2 
atau 
2 2 
1 
   
- 
x 
x x 
karena itu 
0 
x - e 
= x - 1- x = x -  - = 1 
 x 4 
1 
2 
. 1 
2 
2 
3 
1 
2 
3 
2 
2 
…..(4) 
dan 
1 
x + = x + 1- x = x +  + = x e 
.1 1 
2 
2 
1 
1 
2 
2 2 
………………..(5) 
dari (4) dan (5) diperoleh (x - x , x + x) (0, 1)………………………….(6) 
Jadi dari (3) dan (6) diperoleh (x - x , x + x) (0, 1) untuk setiap x (0, 1), artinya ada x = min {x/2, 
(1-x)/2} sedemikian sehingga (x - x , x + x) (0, 1) untuk setiap x (0, 1). Jadi menurut definisi G = 
{xR, 0 x1} adalah himpunan buka. 
Contoh 2 
Misalkan F = { xR : 0 x 1 }, selidiki apakah F himpunan buka atau tutup 
Penyelesaian 
Misalkan y F sebarang, berarti y  0 atau y  1. 
Bila y  0, pilih y = |y|  0 
y- y+ 
-------------(----.----)-(---------------------------------)--------- 
y 0 1 
maka [0, 1] (y-x, y+x) …………………………(1) 
Jika y  1, pilih y = y-1  0 
y- y+ 
------------[---------------------------------]-(--------------) 
0 1 y 
maka [0, 1] (y-x, y+x) [0, 1] (1, 2y-1) = …………………………(1) 
Dari (1) dan (2) diperoleh untuk setiap y [0, 1] ada y  0 sedemikian sehingga [0, 1] (y-y, y+y) = . 
Jadi menurut definisi, F = {xR : 0 x 1} adalah himpunan tertutup. 
Analisis Real_________________________________________ 27
Teorema 9.2 
(i Gabungan sembarang himpunan-himpunan terbuka adalah himpunan himpunan terbuka 
(ii Irisan dari berhingga himpunan-himpunan terbuka adalah himpunan terbuka 
Teorema 9.2 dapat dinyatakan dengan : 
A 
I Î È 
(i Jika A himpunan terbuka untuk semua I, maka a a 
himpunan terbuka 
n 
i 
A 
1 = Ç 
(ii Jika Ai himpunan terbuka dengan i = 1, 2,…,n, maka i 
himpunan terbuka 
Akibat 9.3 
(i Irisan sembarang himpunan-himpunan tertutup adalah himpunan tertutup 
(ii Gabungan berhingga himpunan-himpunan tertutup adalah himpunan tertutup 
Soal Latihan 
1 Tentukan jenis himpunan berikut , apabila 
a. A = {x|2  x  3, xR} b. B = {x|2  x 3, xR} 
c. C = {x|2 x  3, xR} d. D = {x|2 x 3, xR} 
2 Tunjukkan bahwa himpunan berikut adalah himpunan terbuka 
a. A = (1, 3) b. B = {x|-1  x  2, xR} 
c. C = (a, b) d. D = { xR: |x|  3, } 
3 Tunjukkan bahwa himpunan berikut adalah himpunan tertutup 
a. A = [1, 3] b. B = {x|-1 x 2, xR} 
c. C = [a, b] d. D = { xR: |x| 3, } 
4 Selidikilah himpunan-himpunan berikut 
a. A = (1, 3] b. B = {x|-1  x 2, xR} 
c. C = (a, b) d. D = { xR: |x| 3, } 
Analisis Real_________________________________________ 28
Titik Dalam dan Titik Batas 
Konsep lain yang sangat penting adalah tentang titik dalam. Titik dalam diartikan 
sebagai titik yang terletak dalam sebuah himpunan tertentu. Sebuah titik selain di dalam 
sebuah himpunan, mungkin juga terletak di luar dari himpunan, atau terletak pada batas 
himpunannya 
Definisi 10.1 
x R dikatakan titik dalam (Interior) dari A R, jika ada  0 sedemikian sehingga v(x) A. 
Himpunan semua titik dalam dari A yaitu A0 = { x R : x titik dalam dari A } 
Contoh 1 
Tunjukkan bahwa jika A = (0, 1), maka A0 = (0, 1) dan jika B = [0, 1] maka B0 = (0, 1) 
Jawab 
Ambil x A sembarang ( ini berarti x diantara 0 dan 1 ) 
Akan ditunjukkan bahwa x A0 
Pilih = min { | x/2 | , |(1-x)/2| }, lihat gambar berikut 
(---------------x--------------------------) atau (---------------------------x-------------) 
0 1 0 1 
x 1-x x 1-x 
sehingga bisa kita buat v(x) 
(--------(-------x---------)---------------) atau (--------------------(-------x-------)----) 
0 1 0 1 
v(x) v(x) 
Analisis Real_________________________________________ 29
maka v(x) A. 
kadi x titik dalam dari A atau x A0 
Karena x diambil sembarang. Maka x adalah interior A untuk setiap x(0, 1). 
Selanjutnya bila x 0 atau x 1, maka untuk setiap  0, v(x) A, lihat gambar berikut, 
x------(--------------------------------) atau (------------------------------------)-------x 
0 1 0 1 
v(x) v(x) 
Jadi untuk x 0 atau x 1 bukan interior dari A sehingga A0 = (0, 1). 
Definisi 10.2 
X R dikatakan titik batas dari A R 
Jika untuk setiap  0, V(x) A dan V(x) Ac . 
Himpunan semua titik batas dari A yaitu A ={ x R : x titik batas A } dikatakan batas dari A. 
Contoh 2 
Misalkan A = (a, b) R. Tentukan semua titik batas dari A 
Penyelesaian 
Ambil x R, x  a sembarang, akan diselidiki apakah x titik batas dari A. 
e = a - x 
Karena x  a, pilih 2 
, maka 
--------------(-----x-----)-----(---------------------)-------- 
x- x+ a b 
a - x 
X - = x - 2 
= 
a 
2x - a + x = -  3a - a 
= 
2 
3x a 
2 
2 
a 
x + e = x + a - x = + - = +  a + a 
= 
2 
x a 
2 
2x a x 
2 
2 
sehingga V(x) A = (x - , x + ) (a, b) = . 
Jadi, untuk semua x  a, x bukan titik batas dari A. 
Ambil x R, x  b sembarang, akan diselidiki apakah x titik batas dari A. 
Analisis Real_________________________________________ 30
e = x - b 
Karena x  b, pilih 2 
, maka 
-------------------(---------------------)-----(-----x-----)----- 
a b x- x+ 
x - b 
X - = x - 2 
= 
b 
2x - x + b = +  b + b 
= 
2 
x b 
2 
2 
b 
x + e = x + x - b = + - = -  3b - b 
= 
2 
3x b 
2 
2x x b 
2 
2 
sehingga V(x) A = (x - , x + ) (a, b) = . 
Jadi, untuk semua x  b, x bukan titik batas dari A. 
Ambil x R, a  x  b sembarang, akan diselidiki apakah x titik batas dari A. 
, b x 
x a 
Pilih = min þ ý ü 
î í ì 
- - 
2 
2 
. 
e = x - a 
Andaikan 2 
, maka 
-------------------(-----(-----x-----)---------------)--- 
a x- x+ b 
x - a 
x - = x - 2 
= 
a 
2x - x + a = +  a + a 
= 
2 
x a 
2 
2 
b 
x + e = x + x - a  + - = + - = +  b + b 
= 
2 
x b 
2 
2x b x 
2 
x b x 
2 
2 
Sehingga V(x) = (x - , x + ) (a, b) atau V(x) Ac = . 
e = b - x 
Andaikan 2 
, maka 
-------------------(---------------(-----x-----)-----)--- 
a x- x+ b 
b - x 
x - = x - 2 
 
a 
x - x - a = - + = +  a + a 
= 
2 
x a 
2 
2x x a 
2 
2 
b 
x + e = x + b - x = + - = +  b + b 
= 
2 
x b 
2 
2x b x 
2 
2 
Analisis Real_________________________________________ 31
Sehingga V(x) = (x - , x + ) (a, b) atau V(x) Ac = . 
Jadi, untuk semua a  x  b, x bukan titik batas dari A. 
Untuk setiap  0 sembarang, maka 
(i untuk x = a, V(a) A = (a - , a + ) (a, b) = (a, a + ) . 
V(a) Ac = (a - , a + ) {(-, a] [b, ) = (a - , a) . 
--------------(-------(-------)------------------------)--- 
x- a x+ b 
V(a) A V(a) Ac 
(ii Untuk x = b, V(b) A = (b - , b + ) (a, b) = (b - , b) . 
V(b) Ac = (b - , b + ) {(-, a] [b, ) = (b, a + ) . 
-----------------(--------------(-------)-------)-------------- 
a x- b x+ 
V(b) A V(b) Ac 
Jadi, untuk x = a dan x = b merupakan titik batas dari A. 
Dengan demikian A ={a, b} 
Definisi 10.3 
Misalkan A R, himpunan A dikatakan penutup dari A bila A = A A’ 
Contoh 3 
(i Misalkan A = (0,2), maka A’ = [0, 2] dan A = A A’ = [0, 2] 
(ii Misalkan B =[1,3], maka B = [1,3] 
Soal Latihan 
1 Selidikilah apakah himpunan berikut terbuka atau tertutup 
a. A = (0, 4) b. B = [-1,1] c. C = (-1, 2] 
2 Perlihatkan bahwa himpunan E ={xR: x  3} dan F = {xR: x  0} adalah himpuanan-himpunan 
terbuka? 
3 Tentukan titik-titik dalam dari soal nomor 1? 
4 Perlihatkan AR adalah himp. terbuka jika dan hanya jika xoA untuk semua x? 
5 Perlihatkan A R adalah himpunan terbuka jika dan hanya jika A tidak memuat semua titik 
batasnya! 
Analisis Real_________________________________________ 32
6 Perlihatkan A R adalah himpunan tertutup jika dan hanya jika A memuat semua titik 
batasnya! 
7 Buktikan pernyataan-pernyataan berikut ini 
a. (A B)o = Ao Bo b. (A B)’ = A’ B’ c.A ÈB = A ÈB 
BARISAN 
Kata barisan memiliki makna yang sangat bergantung dari siapa yang menafsirkannya. 
Akan tetapi, menurut hemat penulis, ada kesamaan makna tentang barisan, yaitu adanya “pola 
tertentu”. Bukan makna yang akan kita kaji, tetapi pengertiannya dalam sudut pandang 
matematika. 
Definisi 11.1 
Jika S sebuah himpunan, Sebuah barisan di S adalah sebuah fungsi dengan domain N bilangan 
asli dan range xn, xnS, di mana X : N S atau X(n) = xn. 
Untuk mempermudah pemahaman kita, sebuah barisan cukup dinyatakan dengan {xn: n N}. 
Perhatikan barisan bilangan genap berikut, 
2, 4, 6, 8, … 
Barisan bilangan genap di atas dapat dinyatakan dengan xn = 2n dengan n bilangan asli. 
Dengan demikian barisan dapat dinyatakan secara sederhana melalui sebuah rumus. 
Selain itu, barisan juga dapat ditentukan apabila diketahui nilai dari x1 dan rumus dari 
xn+1, n 1 diketahui. Sebagai contoh perhatikan formula berikut, 
x1 = 2, xn+1 = xn + 2, n 1 
atau secara lebih kompleks, dinyatakan dengan 
x1 = 2, xn+1 = xn + x1, n 1 
Rumusan di atas dinamakan definisi induktif dari sebuah barisan. Cobalah Anda tentukan 
barisan yang dimaksud! 
Definisi 11.2(Sifat Barisan) 
Jika X = xn dan Y = yn adalah barisan di R dan c di R, maka 
Analisis Real_________________________________________ 33
a X + Y = (xn + yn) adalah barisan di R 
b X - Y = (xn - yn) adalah barisan di R 
c X . Y = (xn . yn) adalah barisan di R 
d c Y = (cxn) adalah barisan di R 
e X/Y = (xn / yn) adalah barisan di R, asalkan yn 0 
Untuk lebih memahami sifat di atas, misalkan diberikan barisan 
X = (2, 4, 6, 8,…,2n,…) dan Y =(1, 
,..., 1 
3 
,...) 
n 
1 
, 1 
2 
Maka 
X + Y = 
ö 
÷ ÷ø 
æ + ,... 
ç çè 
,..., 2n 1 
3 
n 
3, 9 
,19 
2 
2 
X – Y = 
ö 
÷ ÷ø 
æ - ,... 
ç çè 
,..., 2n 1 
3 
n 
2, 7 
,17 
2 
2 
XY = ( 2,2,2,….,2,….) 
3X = ( 6, 12, 18, 24,….,6n,…) 
X 
Y 
= ( 2, 8, 18, … ,2n2, …) 
Akan tetapi, apabila barisan Z di R didefinisikan dengan 
Z = 
ö 
÷ ÷ø 
æ - - ,... 
ç çè 
1,0,1,0,...,1 ( 1) 
2 
n 
Maka X/Z tidak terdefinisi, karena beberapa nilai dari barisan Z = 0. 
Limit Barisan 
Salah satu konsep yang penting dalam barisan adalah limit barisan. Limit barisan berarti 
nilai yang dituju oleh sebuah barisan apabila n semakin membesar. Untuk lebih memahami 
marilah kita lihat definisi limit barisan berikut, 
Definisi 11.3 
Misalkan xn adalah sebuah barisan di R. Sebuah elemen x di R dikatakan limit barisan apabila 
untuk setiap lingkungan V dari x, ada bilangan asli Kv sedemikian sehingga untuk setiap n Kv 
maka xn di V. Jika x adalah nilai limit dari xn maka dikatakan xn konvergen ke-x. Jika barisan 
Analisis Real_________________________________________ 34
mempunyai limit maka dikatakan barisan konvergen. Jika barisan tidak mempunyai limit maka 
barisan divergen. 
Sebagai langkah dalam membuktikan atau menunjukkan kekonvergenan barisan, kita 
memerlukan sebuah teorema. Teorema yang dimaksud adalah 
Teorema 11.4 
Misalkan xn sebuah barisan di R. Sebuah elemen x di R adalah sebuah limit dari xn jika dan 
hanya jika untuk setiap  0 terdapat bilangan asli K() sedemikian sehingga untuk setiap n K(), 
maka |xn – x|  . 
Teorema di atas dapat dituliskan dalam notasi simbol berikut, 
Misalkan xn sebuah barisan di R, 
lim xn = x Jika dan hanya jika 0, K() sdm shg n K()|xn – x|  
Bukti teorema 
Vx() 
Misalkan x adalah limit barisan xn, berdasarkan definisi 7.1, misalkan  0 dan anggap sebuah 
lingkungan Vx(), maka ada bilangan asli KV() sedemikian sehingga jika n KV() , maka xn di Vx(). 
Hal ini menunjukkan bahwa |xn – x|  . Untuk lebih jelas perhatikan ilustrasi gambar berikut 
ini, 
.x 
|xn – x| 
xn 
Lemma 11.5 
Barisan yang konvergen adalah terbatas 
Bukti 
Misalkan x = lim xn dan ambil = 1 berdasarkan teorem 7.2, maka terdapat bilangan asli K(1) 
sedemikian sehingga jika n K(1), maka |xn – x|  1. Dengan menggunakan sifat ketaksamaan 
Analisis Real_________________________________________ 35
segitiga, khusunya untuk n K(1), maka xn  x + 1. Selanjutnya kita buat sebuah himpunan 
dengan M = sup{|x1|, |x2|, |x3|, …,|xK-1|,|x| + 1}, maka |xn| M untuk semua nN. 
Beberapa contoh barisan berikut akan mempermudah Anda dalam memahami barisan 
konvergen. 
Contoh 1 
Misalkan xn = 1/n adalah barisan di R. Tunjukkan bahwa lim xn = 0. 
Bukti 
Ambil sembarang  0. Berdasarkan sifat Archimedian maka ada bilangan asli K() sedemikian 
sehingga 1/ K()  . Selanjutnya jika n K() kita peroleh 
1 
 e 
e 
0 x 1 n 
 = £ 
K( ) 
n 
Hal ini menunjukkan bahwa |xn – 0|  untuk n K(). Karena dipilih sembarang maka 
membuktikan bahwa lim(1/n) = 0. 
Contoh 2 
Misalkan a  0 dan xn = 1/(1+ na) di R. Buktikan bahwa lim xn = 0 
Bukti 
Pertama, karena a  0, maka kita peroleh 
1 
na 
0 1  
+ 
1 na 
 
. 
Selanjutnya ambil Ambil sembarang  0. Berdasarkan sifat Archimedian maka ada bilangan 
asli K() sedemikian sehingga 1/ K()  a. Selanjutnya jika n K() kita peroleh 
 e 
1 
e 
1 
 £ 
0 1 
+ 
 
K( )a 
na 
1 na 
Hal ini menunjukkan bahwa |1/(1+ na) – 0|  untuk n K(). Karena sembarang, maka 
membuktikan bahwa lim xn = 0 
Contoh 3 
Misalkan bR dimana 0  b  1, Apabila xn = bn, tunjukkan bahwa lim xn = 0 
Bukti 
Untuk membuktikan limit tersebut, kita dapat menuliskan b dalam bentuk 
b 1 
+ 
1 a 
= 
dengan a  0. Berdasarkan sifat ketaksamaan Bernoulli dimana (1 + a)n 1 + na, untuk 
setiap nN, maka kita peroleh 
Analisis Real_________________________________________ 36
1 
na 
1 
n  
1 na 
0 b 1 n 
(1 a) 
+ 
£ 
+ 
 = 
. 
Selanjutnya seperti yang dilakukan pada contoh sebelumnya, jika diambil 0 sembarang, maka 
terdapat bilangan asli K() sedemikian sehingga jika n K(), maka |bn – 0|  . Hal ini 
menunjukkan bahwa lim xn = lim bn = 0. 
Contoh-contoh yang telah diuraikan di atas merupakan strategi-strategi yang dapat 
dilakukan untuk menunjukkan sebuah barisan konvergen atau tidak. Untuk lebih memahami 
barisan dan kekonvergenaannya silahkan Anda kerjakan latihan berikut ini, 
Soal Latihan 
5	 Susunlah sebuah barisan apabila diketahui an = n2 – 2n + 1 
6	 Susunlah sebuah barisan apabila diketahui a1 = 1 dan an+1 = 1 + 2a1 
7	 Buatlah rumus untuk barisan bilangan berikut 
a	 (3, 5, 9, 17, 33,…..) 
b	 (½, 2/3, ¾, 4/5, 5/6, ….) 
8	 Diketahui sebuah barisan X = (1, 3, 5, 7,…, 2n-1,……) dan Y = ( 1, 4, 9,…,n2,…), tentukanlah 
barisan dari 
a	 X + Y 
b	 2X – Y 
c	 X.Y 
d	 X/Y 
9	 Tunjukkan bahwa 
a	 Misalkan bR, maka lim(b/n) = 0 
b	 Lim(1/n – 1/(n+1)) = 0 
c	 Apabila bn barisan yang konvergen ke-b dan cR, tunjukkan bahwa lim c.bn = c.b 
10	 Selidikilah apakah barisan berikut konvergen 
a = 1 
a. n 2 n 
b. 
bn = 2rn, apabila 0  r  1 
Analisis Real_________________________________________ 37
1 
+ 
c. cn = n(n 1) 
(-1)n 
d. dn = n 
e. yn = (-1)n 
Subbarisan dan Kombinasi Barisan 
Pada bagian ini, kita akan melihat pengertian tentang subbarisan dan juga kombinasi 
atau operasi dari beberapa barisan konvergen. Seperti dalam himpunan, kita mengenal 
subhimpunan, begitupula dalam barisan dikenal subbarisan. 
Cobalah Anda perhatikan barisan 
X : 1, -2, 3, -4, 5, -6, 7, -8,…………. 
Barisan di atas dapat kita bagi dua bagian yaitu, 
X1 : 1, ,3, ,5, ,7,………..(barisan suku ke-1, suku ke-3, suku ke-5,…….) 
X2 : -2, ,-4, ,-6, ,-8,…….. (barisan suku ke-2, suku ke-4, suku ke-6,…….) 
Barisan X1 dan X2 merupakan barisan bagian dari X, dengan X1 merupakan barisan suku ganjil 
dari barisan X dan X2 merupakan barisan suku genap dari X. 
Secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut, 
Definisi 12.1 
Jika X = xn dan jika r1r2r3…rn…… adalah barisan bilangan asli yang meningkat, maka 
barisan X’ yang didefinisikan dengan 
(xr1, xr2, xr3,……,xrn,…….) 
dinamakan dengan Subbarisan dari X. 
Lemma 12.2 
Jika barisan X konvergen ke-x, maka sembarang subbarisan dari X yang konvergen ke-x. 
Analisis Real_________________________________________ 38
Bukti 
Misalkan V adalah lingkungan dari nilai limit x, berdasarkan definisi, ada bilangan asli Kv 
sedemikian sehingga untuk semua n Kv, maka xn termasuk dalam V. Sekarang misalkan X’ 
adalah subbarisan dari X, di mana 
(xr1, xr2, xr3,……,xrn,…….) 
Karena rnn, maka rn Kv, dan xn termasuk dalam V, ini menunjukkan bahwa X’ juga konvergen 
ke-x. 
Berikutnya marilah kita lihat kombinasi dari dua barisan yang konvergen. Kombinasi 
yang dimaksud dalam hal ini adalah berkaitan dengan sifat barisan yang telah diuraikan di 
atas. 
Kombinasi dari barisan yang konvergen dapat dilihat pada teorema berikut ini, 
Teorema 12.3 
a	 Jika X dan Y adalah barisan yang konvergen ke-x dan ke-y, maka barisan 
a.1 X + Y konvergen ke- (x+y) 
a.2 X – Y konvergen ke-(x-y) 
a.3 X.Y konvergen ke-x.y 
b	 Misalkan X = xn adalah barisan yang konvergen ke-x dan misalkan A = an barisan yang 
konvergen ke-a, maka barisan anxn akan konvergen ke-ax 
c	 Misalkan X = xn adalah barisan yang konvergen ke-x dan misalkan B = bn barisan taknol 
yang konvergen ke-b dan taknol, maka barisan bn 
-1 
xn akan 
konvergen ke-(b-1 x). 
Bukti 
a. 1. untuk membuktikan (xn+yn)x+y, kita perlu memanipulasi |(xn+yn)-(x+y)| dengan cara 
sebagai berikut, 
|(xn+yn)-(x+y)|= |(xn-x) + (yn-y)| |(xn-x)| + |(yn-y)| 
Berdasarkan hipotesis, jika 0, kita pilih K1 sedemikian sehingga jika n K1, maka |(xn-x)| 
 /2 dan pilih K2 sedemikian sehingga jika n K2, maka |(yn-y)|  /2. Selanjutnya pilih 
K0=sup{K1,K2} dan n K0, maka kita dapat simpulkan bahwa, 
|(xn-x)| + |(yn-y)| /2 + /2 = 
Karena dipilih sembarang, maka X + Y konvergen ke-(x+y). 
Analisis Real_________________________________________ 39
a.2 Alasan yang sama dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa X – Y akan konvergen ke- 
(x-y). 
a.3 untuk membuktikan X.Y konvergen ke-(x.y), kita dapat menduga bahwa 
|xn.yn –x.y| = |(xn.yn – xn.y) + (xn.y – x.y)| |xn(yn – y)| + |(xn – x).y| 
Berdasarkan lemma, barisan konvergen terbatas, maka ada bilangan asli Mo yang 
merupakan batas atas dari {|xn|,|yn|}. Selanjutnya, dari barisan X dan Y yang konvergen, kita 
simpulkan bahwa jika 0 diberikan, maka ada bilangan asli K1, K2 sedemikian sehingga jika 
nK1, maka |(xn-x)|  /2M dan ika nK2 maka |(yn-y)| /2. Selanjutnya pilih K0=sup{K1,K2} dan 
n K0, maka kita dapat simpulkan bahwa, 
|xn.yn –x.y| M|(yn – y)| + M|(xn – x)| M(/2M + /2M) = 
Ini membuktikanbahwa X.Y konvergen ke-(x.y). 
b. Bukti ini sama dengan a.3 hanya mengganti y dengan a 
c	 Kita coba merubah 
x 1 
b 
ö 
x 1 
b 
ö çè 
æ 
£ - + - 
x 1 
x 1 
b 
x x 
b 
1 
b b 
b.b 
x x 
b 
1 
b 
x 
b 
x 1 
b 
x 1 
b 
x 1 
b 
1 
n n 
n 
n 
n n 
n 
n n n 
n 
n 
n 
= - + - 
÷ø 
+ æ - ÷ ÷ø 
ç çè 
- = - 
Sekarang misalkan M  0 sedemikian sehingga 
1/M  |b| dan |x|  M 
Ini menunjukkan bahwa ada bilangan asli K0 sedemikian sehingga jika nK0, maka 
1/M  |bn| dan |xn|  M 
Disini jika nK0, kita punyai 
x 1 
b 
x M b b Mx x 
b 
1 
n n 
3 
n 
n 
- £ - + - 
Selanjutnya, jika 0 diberikan, maka ada bilangan asli K1, K2 sedemikian sehingga jika nK1, 
maka |bn - b|  /3 2M 
dan ika nK2 maka |xn-x| /2M. Selanjutnya pilih K0=sup{K1,K2} dan n K0, 
maka kita dapat simpulkan bahwa, 
-  e + e = e 
2M 
M 
2M 
x 1 
b 
x M 
b 
1 
3 
3 
n 
n 
Analisis Real_________________________________________ 40
Ini membuktikan bahwa (xn/bn) konvergen ke-(x/b) 
Untuk lebih memahami kombinasi barisan konvergen di atas, ada baiknya Anda 
perhatikan contoh-contoh berikut ini, 
Contoh 1 
Misalkan X = xn adalah sebuah barisan yang didefinisikan dengan 
= + 
x 2n 1 n + 
n 5 
, dengan n bilangan asli 
Jawab 
Kita dapat menuliskan kembali xn sehingga menjadi 
= + 
x 2 1/ n n + 
1 5/ n 
, 
jadi X merupakan pecahan dari dua barisan Y = 2 + 1/n dan Z = 1 + 5/n. Karena barisan 
penyebut Z tidak nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa 
2 
= = + 
limX limY = 2 
= 
1 
lim(2 1/ n) 
lim(1 5 / n) 
limZ 
+ 
Jadi, barisan X konvergen ke-2 
Contoh 2 
Misalkan barisan Y = yn didefinisikan dengan 
= - 
y 2n 1 n 2 + 
n 1 
Jawab 
Dengan cara yang sama, kita bisa tentukan bahwa 
= - 
y 2 1/ n n + 
n 1/ n 
sehingga 
0 
= - 
limy lim(2 1/ n) = 2 
= 
n limn 
+ 
lim(n 1/ n) 
jadi, barisan Y konvergen ke-0. 
Analisis Real_________________________________________ 41
Soal Latihan 
1	 Buatlah sebuah barisan divergen, akan tetapi memiliki subbarisan yang konvergen? 
2	 Tentukan subbarisan yang konvergen dari barisan berikut, 
a	 1, ½, ¼, 1/8, 1/16,…………………… 
b	 2, -1, ½, -1/4,………………. 
c	 1, 1, 1, 1, 1,………….. 
3	 Tentukan apakah barisan berikut konvergen atau divergen, 
a. xn= n/(n+1) b. xn = (-1)n .n/(n+1) 
c. xn = 2n/(3n2 + 1) d. xn = (2n2 + 3)/(3n2 + 1) 
e. xn = n2 – n f. xn = 2n2/(2n+1) 
4	 Jika X dan Y adalah sebuah barisan dan X + Y konvergen, apakah X dan Y konvergen 
dengan lim(X +Y) = lim X + lim Y? 
5	 Jika X dan Y adalah sebuah barisan dan X.Y konvergen, apakah X dan Y konvergen dengan 
lim(X.Y) = lim X . lim Y? 
Analisis Real_________________________________________ 42
Kriteria Kekonvergenan 
Pada pertemuan sebelumnya, Anda telah mempelajari bagaimana menentukan 
kekonvergenan barisan melalui konsep limit. Selain itu, kekonvergenan barisan juga dapat 
ditentukan dengan melihat sifat dari barisan tersebut. Untuk itu, kita akan mengkaji 
kekonvergenan barisan berdasarkan kriteria kekonvergenan barisan. Kriteria kekonvergenan 
yang akan dibahas adalah Kriteria kemonotonan barisan dan kriteria Chaucy. 
Kriterian Barisan Monoton 
Pada bahasan kalkulus I, kita mengenal ada fungsi monoton naik dan fungsi monoton 
turun. Sedangkan barisan adalah sebuah fungsi. Jadi, kita bisa menarik benang merah antara 
barisan dan fungsi. Dalam hal ini, barisan juga mengenal barisan monoton naik dan barisan 
monoton turun. Cobalah Anda lihat beberapa contoh barisan berikut dan tentukan manakah 
yang termasuk barisan monotono naik dan manakah yang termasuk barisan monoton turun. 
Contoh 
i	 2, 3, 4, 5,……… 
ii	 3, 3, 3, 3,………. 
iii	 ½, 2/3, ¾. 4/5,……… 
iv	 –1, 1, -1, 1, -1, …….. 
v	 4, 2, 1, ½, ¼, …….. 
vi	 4, 2, 0, -2, -4, ……….. 
Anda tentu bisa menentukan dengan cepat bukan! Sekarang perluas wawasan Anda 
dengan melihat teorema berikut. 
Analisis Real_________________________________________ 43
Teorema 13.1( Teorema Kekonvergenan Barisan Monoton) 
Misalkan X =(xn) adalah barisan di real yang monoton naik, yaitu 
x1 x2 x3 x4 x5….. xn xn+1 ………. 
Maka barisan X konvergen jika dan hanya jika barisannya terbatas, dalam hal ini 
Lim(xn) = sup{xn} 
Bukti (dari kiri kekanan) 
Berdasarkan pada lemma sebelumnya, bahwa barisan konvergen adalah terbatas. Jika lim xn = x 
dan  0, maka ada bilangan asli K() sedemikian sehingga jika n K(), maka x - xn x + , lihat 
gambar berikut 
. . . . . . . . . . . ….|…….| 
x1 x2 x3 x* 
x*- x*+ 
Karena xn monoton, maka kita peroleh, 
x - sup{xn} x + 
dan berdasarkan sifat harga mutlak kita peroleh |x - sup{xn}| . Karena benar untuk setiap nilai , 
maka dapat disimpulkan bahwa lim xn = x = sup{xn}. 
(dari kanan kekiri) 
Misalkan bahwa xn adalah barisan monoton naik yang terbatas dari bilangan real. Menurut 
prisnsip Supremum terdapat x* = sup{xn}. Kita harus menunjukkan bahwa x* adalah nilai limit 
dari barisan tersebut. Karena x* adalah batas atas dari semua elemen xn, maka xn x*, untuk 
semua nN. dan juga dikarenakan x* adalah supremumnya, maka jika  0 bilangan x*- 
bukanlah batas atas dari xn dan terdapat bilangan asli K() sedemikian sehingga 
x*-  x K() 
karena barisan adalah monoton naik, untuk n K() kita peroleh 
x*-  xn x* 
dan menunjukkan bahwa | xn - x*| . Ingat bahwa x* adalah suprimum dari xn sehingga bila  
0 diberikan ada bilangan asli K() sedemikian sehingga | xn - x*| dimanapun n K(). Jadi, lim xn 
= x* 
Akibat 13.2 
Misalkan X =(xn) adalah barisan di real yang monoton turun, yaitu 
Analisis Real_________________________________________ 44
x1 x2 x3 x4 x5….. xn xn+1 ………. 
Maka barisan X konvergen jika dan hanya jika barisannya terbatas, dalam hal ini 
Lim(xn) = inf{xn} 
Bukti 
Misalkan barisan yn = -xn, untuk nN. maka barisan yn adalah barisan monoton naik. Lihat 
kembali bukti teorema di atas. 
Kriteria barisan monoton berdasarkan teorema di atas agaknya membantu kita untuk 
melihat apakah sebuah barisan konvergen atau tidak. Cobalah perhatikan dua contoh berikut 
ini, 
Contoh 1 
Selidikilah kekonvergenan dari barisan X = 1/n 
Jawab 
Kalau kita uraikan barisannya adalah 1, ½, 1/3, ¼, 1/5, 1/6,…… 
Dengan mudah dapat ditentukan bahwa barisan tersebut adalah barisan monoton turun, dan 
juga semakin besar n maka barisannya akan menuju ke-0. hal ini menunjukkan bahwa, 
x1 x2 x3 x4 x5….. xn xn+1 ……….0 
sehingga berdasarkan akibat 8.2 dapat disimpulkan bahwa barisan X = 1/n adalah konvergen. 
Kita bisa menentukan nilai dari lim X apabila bisa menentukan nilai inf(1/n). Karena inf(1/n) = 
inf{1, ½, 1/3, ¼, 1/5,…1/n,…} = 0, maka lim X = inf(1/n) = 0. Jadi, X konvergen ke-0. 
Contoh 2 
Selidikilah kekonvergenan dari Y = n/(n+1) 
Jawab 
Dengan menguraikan barisannya kita akan peroleh 
½, 2/3, ¾, 4/5, 5/6,…… 
Hal ini menunjukkan bahwa ½  2/3  ¾  4/5  5/6 ……. 1 atau 
y1 y2 y3 y4 ….. yn yn+1 ………. 1 
adalah sebuah barisan monoton naik dan terbatas pada 1. Sehingga berdasarkan teorema 8.1, 
dapat disimpulkan bahwa barisan Y adalah konvergen. Kita juga bisa melihat dengan mudah 
bahwa sup{n/n+1} = 1. sehingga lim Y = sup{n/n+1} = 1. Jadi, barisan Y = n/n+1 konvergen ke- 
1. 
Analisis Real_________________________________________ 45
Teorema kemonotonan barisan sangat berguna dan bermanfaat dalam menentukan 
kekonvergenan barisan, akan tetapi hanya tepat digunakan untuk barisan yang monoton. 
Kriteria lain yang dapat digunakan untuk menentukan kekonvergenan barisan adalah kriteria 
Chaucy. Kriteria ini akan kita kaji berikut, akan tetapi sebelumnya kita lihat sebuah teorema 
yang dikenal dengan nama Teorema Bolzano-Weierstrass. 
Teorema 13.3(Teorema Bolzano-Weierstrass) 
Sebuah barisan terbatas di R mempunyai subbarisan yang konvergen. 
Kita tidak akan melihat bukti dari teorema ini, tapi kita lihat salah satu contoh dari 
barisan yang mempunyai sifat seperti yang ada pada teorema tersebut. Perhatikan barisan 1, -1, 
1, -1, 1, -1, ………. Apabila kita lihat barisan tersebut, maka barisan tersebut mempunyai batas 
bawah = -1 dan batas atas = 1. Dengan demikian barisan tersebut adalah barisan yang terbatas. 
Menurut teorema di atas, barisan tersebut memiliki subbarisan yang konvergen. Ini dengan 
mudah ditemukan, pilihlah sub barisan suku ganjilnya di mana barisannya adalah 1, 1, 1, 1,…… 
sehingga konvergen ke-1, demikian pula barisan suku genapnya, yaitu, -1, -1, -1, -1,…… yang 
konvergen ke-(-1). 
Sebelum melihat teorema chaucy, tentunya lebih baik kita mengetahui barisan yang 
termasuk dalam barisan Cauchy terlebih dahulu. Sebuah barisan Chaucy ditentukan 
berdasarkan definis berikut, 
Definisi 13.4 
Sebuah barisan X = xn di R dinamakan Barisan Chaucy apabila untuk setiap  0, ada bilangan 
asli M() sedemikian sehingga untuk semua m, n M(), maka |xm – xn| . 
Lemma 13.5 
Jika X = xn adalah barisan konvergen, maka X adalah barisan Chaucy 
Bukti 
Jika x = lim X, maka setiap  0, ada bilangan asli K(/2) sedemikian sehingga untuk semua n 
K(/2), maka |xn – x| /2. Jadi, jika M()=K(/2) dan j m, n M(), maka |xm – xn||xm – x|+|x – xn| 
 /2 + /2 = . Hal ini menunjukkan bahwa barisan konvergen X adalah barisan Chaucy. 
Bila kita kaitkan dengan teorema Bolzano_Weierstrass kita akan memperoleh lemma berikut, 
Analisis Real_________________________________________ 46
Lemma 13.6 
Barisan Chaucy adalah barisan terbatas 
Bukti 
Karena X = xn adalah barisan Chaucy dan misalkan = 1. Jika m =M(1) dan n M(1), maka |xm – 
xn| 1. Berdasarkan sifat ketaksamaan segitiga kita peroleh |xn||xm|+1 untuk n M(1). 
Selanjutnya, jika B = sup{|x1|,|x2|,|x3|,…|xn|,…,|xm|+1}, maka kita punya |xn| B untuk 
semua nN. Jadi, barisan Chaucy adalah terbatas. 
Lemma 13.7 
Jika subbarisan X’ dari barisan Chaucy konvergen ke-x, maka elemen barisan X konvergen juga 
ke-x. 
Sekarang kita akan melihat sebuah kriteria kekonvergenan yang sangat penting untuk 
sebuah barisan. Kriteria tersebut dinamakan dengan Kriteria Chaucy. Kriteria ini dimuat dalam 
sebuah teorema berikut, 
Teorema 13.8(Kriteria Kekonvergenan Chaucy) 
Sebuah barisan konvergen jika dan hanya jika barisan tersebut adalah barisan Chaucy 
Bukti 
(kiri kekanan) 
Berdasarkan lemma 13.5 diperoleh bahwa jika barisan konvergen, maka barisan tersebut adalah 
barisan Chaucy. 
Sebaliknya, dari kanan kekiri 
Misalkan X adalah barisan Chaucy, maka berdasarkan lemma 13.6 didapat barisan X terbatas. 
Menurut Teorema Bolzano-Weierstass, barisan terbatas memiliki subbarisan X’ yang 
konvergen. Berdasarkan lemma 13.7 elemen dari barisan X konvergen ke nilai lim dari X’. 
Untuk lebih memahami penggunaan kriteria Cauchy marilah kita lihat contoh barisan X 
= 1/n. Untuk menentukan kekonvergenan barisan X, kita hanya perlu menentukan apakah X 
adalah barisan cauchy atau bukan. Sedangkan barisan Chaucy dapat ditentukan berdasarkan 
definisi 13.1. 
Sekarang, ambil  0 sembarang, 
untuk n = m, maka berapapun bilangan asli M() akan memenuhi 
Analisis Real_________________________________________ 47
|xm-xn| =|1/m - 1/n| = 0  . 
Untuk n  m, pilihlah bilangan asli k sehingga n = m + k, dengan demikian 
|xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/m - 1/m+k|=|k/m(m+k)| k/m2 
dengan demikian pilih M() = m = k / e sedemikian sehingga 
|xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/m - 1/m+k|=|k/m(m+k)| k/m2 = 
Untuk n  m, pilihlah bilangan asli k sehingga m = n + k, dengan demikian 
|xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/n+k - 1/n|=|-k/n(n+k)| k/n2 
dengan demikian pilih M() = n = k / e sedemikian sehingga 
|xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/n+k - 1/n|=|-k/n(n+k)| k/n2 = 
Jadi, untuk setiap  0 sembarang, ada bilangan asli M() sedemikian sehingga jika m,n M() 
maka |xm-xn| . Jadi, X = 1/n adalah konvergen. 
Soal Latihan 
1. Buatlah sebuah barisan yang monoton naik dan konvergen, kemudian tentukan rumusnya ? 
2	 Buatlah sebuah barisan yang monoton turun dan divergen, kemudian tentukan rumusnya? 
3	 Buatlah sebuah barisan yang tidak monoton naik atau tidak monoton turun? 
4	 Selidikilah apakah barisan X = rn konvergen? Tunjukkan! 
5	 Gunakan Kriteria Kemonotonan untuk menentukan kekonvergenan barisan berikut, 
2 
2 
a. X = n 
n 1 
+ 
- 
2n -1 
b. Y = 3n 
c. X = 
1 
1 - 
n 
1- 1 
d. Y = n 
6	 Gunakan Kriteria Chaucy untuk menentukan kekonvergenan barisan berikut, 
2 
2 
a. X = n 
n 1 
+ 
- 
2n -1 
b. Y = 3n 
c. X = 
1 
1 - 
n 
1- 1 
d. Y = n 
Analisis Real_________________________________________ 48

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
 
Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahNia Matus
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriNia Matus
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IFerry Angriawan
 
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanRelasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanLutfi Nursyifa
 
Makalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoidaMakalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoidaDIANTO IRAWAN
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiNia Matus
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Nia Matus
 
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMerentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 
kunci jawaban grup
kunci jawaban grupkunci jawaban grup
kunci jawaban grupchikarahayu
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fixNia Matus
 
PPT MATEMATIKA KELAS X BAB FUNGSI KUADRAT
PPT MATEMATIKA KELAS X BAB FUNGSI KUADRATPPT MATEMATIKA KELAS X BAB FUNGSI KUADRAT
PPT MATEMATIKA KELAS X BAB FUNGSI KUADRATRini Ayu Agustin
 
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...Agung Wee-Idya
 

Mais procurados (20)

Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarah
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi Isometri
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstanRelasi rekursif linier homogen koefisien konstan
Relasi rekursif linier homogen koefisien konstan
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Makalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoidaMakalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoida
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)
 
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar LinearMerentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
Merentang (Spanning) Tugas Matrikulasi Aljabar Linear
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
Geometri netral (Neutral Geometry)
Geometri netral (Neutral Geometry)Geometri netral (Neutral Geometry)
Geometri netral (Neutral Geometry)
 
kunci jawaban grup
kunci jawaban grupkunci jawaban grup
kunci jawaban grup
 
Ring
RingRing
Ring
 
Analisis real
Analisis realAnalisis real
Analisis real
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
 
PPT MATEMATIKA KELAS X BAB FUNGSI KUADRAT
PPT MATEMATIKA KELAS X BAB FUNGSI KUADRATPPT MATEMATIKA KELAS X BAB FUNGSI KUADRAT
PPT MATEMATIKA KELAS X BAB FUNGSI KUADRAT
 
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
 
Ring Polonomial
Ring PolonomialRing Polonomial
Ring Polonomial
 

Semelhante a Handout analisis real

Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtkSistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtkRestuAdji5
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfHamzaHamid27
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatAbdul Rais P
 
Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilanganMas Becak
 
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkapKumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkapKha Kim
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilNailul Hasibuan
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Ajir Aja
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
 
BARISAN ARITMATIKA-1.docx
BARISAN ARITMATIKA-1.docxBARISAN ARITMATIKA-1.docx
BARISAN ARITMATIKA-1.docxdhiratamahatta
 

Semelhante a Handout analisis real (20)

Analisis Real
Analisis RealAnalisis Real
Analisis Real
 
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtkSistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
 
Analisis Riel 1
Analisis Riel 1Analisis Riel 1
Analisis Riel 1
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Struktur Aljabar Doc
Struktur Aljabar DocStruktur Aljabar Doc
Struktur Aljabar Doc
 
Analisis Real
Analisis RealAnalisis Real
Analisis Real
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
Kel 1 bilangan
Kel 1 bilanganKel 1 bilangan
Kel 1 bilangan
 
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkapKumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
 
Ring
RingRing
Ring
 
Grup Siklik
Grup SiklikGrup Siklik
Grup Siklik
 
Pendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilanganPendahulan teori bilangan
Pendahulan teori bilangan
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
 
Analisis real alternatif
Analisis real   alternatifAnalisis real   alternatif
Analisis real alternatif
 
vektor.pptx
vektor.pptxvektor.pptx
vektor.pptx
 
BARISAN ARITMATIKA-1.docx
BARISAN ARITMATIKA-1.docxBARISAN ARITMATIKA-1.docx
BARISAN ARITMATIKA-1.docx
 

Mais de Sugiatno Sakidin

Mais de Sugiatno Sakidin (9)

Openended math scoring_manual_g34_2
Openended math scoring_manual_g34_2Openended math scoring_manual_g34_2
Openended math scoring_manual_g34_2
 
Apakah teori itu
Apakah teori ituApakah teori itu
Apakah teori itu
 
Bahan inovasi pembelajaran mat
Bahan inovasi pembelajaran matBahan inovasi pembelajaran mat
Bahan inovasi pembelajaran mat
 
Artikel pm pmp 2012
Artikel pm pmp 2012Artikel pm pmp 2012
Artikel pm pmp 2012
 
Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012
 
Ed practices 19
Ed practices 19Ed practices 19
Ed practices 19
 
Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1
 
Contoh kajian kritis kkg
Contoh kajian kritis kkgContoh kajian kritis kkg
Contoh kajian kritis kkg
 
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
 

Handout analisis real

  • 1. ANALISIS REAL PENDAHULUAN Pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang system bilangan real R beserta sifat-sifatnya, akan menentukan pemahaman orang itu dalam membahas konsep-konsep analisis, karena system bilangan real merupakan salah satu konsep yang mendasari pembahasan analisis. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengenali system bilangan real ini,yaitu secara konstruksi dan secara aksiomatik. Akan tetapi dalam buku ini system bilangan real akan dikenali secara aksiomatik, yaitu dengan menganggap system bilangan real memenuhi sifat-sifat tertentu yang dirumuskan dalam tiga gugusan aksioma, aksioma tersebut adalah : Aksioma Lapangan, Aksioma Urutan dan Aksioma Kelengkapan. Topik-topik terkait lainnya dalam system bilangan real yang dibahas adalah : Nilai Mutlak, selang, Titik Kumpul atau titik limit, himpunan terbuka dan himpunan tertutup pada R. 1 Sifat-sifat Aljabar Bilangan Real Aksioma 1. 1(Aksioma Lapangan) Misalkan R menyatakan bilangan real, penjumlahan (+) dan perkalian(.) merupakan operasi biner yang didefinisikan pada R, maka (A1) a + b = b + a untuk setiap a, b R (A2) (a + b + c) = a + ( b + c) untuk setiap a, b, c R (A3) ada unsur 0 R sedemikian sehingga 0 + a = a dan a + 0 = a untuk setiap a R Analisis Real_________________________________________ 1
  • 2. (A4) untuk setiap a R, ada -aR sedemikian sehingga a +(-a) = (-a)+ a = 0. (M1) a . b = b . a untuk setiap a, b R (M2) (a . b) c = a . ( b . c) untuk setiap a, b, c R (M3) ada unsur 1 R sedemikian sehingga 1. a = a dan a .1 = a untuk setiap a R (M4) untuk setiap a 0R, ada 1/aR sedemikian sehingga a .(1/a) = (1/a). a = 1. (D) a.(b +c) = a.b + a.c dan (b +c).a = b.a + c.a untuk semua a,b,c R Unsur 0 pada A3 dan unsur 1 pada M3, unsure negatif pada A4 dan unsure balikan pada M4 adalah tunggal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan cara sebagai berikut: Akan ditunjukkan bahwa unsur 0 dan unsur 1 tunggal. Misalkan terdapat dua unsure nol, yaitu z1 dan z2, maka z1 + a = a dan z2 + a = a untuk semua a di R. akan dibuktikan bahwa z1= z2. Karena z1 , z2 di R dan memenuhi z1 + a = a = z2 + a atau z1 + a = z2 + a, selanjutnya dengan menambahkan pada kedua ruas dengan –a, akan kita dapatkan z1 + a +(-a)= z2 + a + (-a). berdasarkan sifat A4 dan A3, maka z1= z2. Dengan cara yang sama akan kita dapatkan bahwa unsure satuan itu tunggal. Teorema 1.1 (ijika z, a di R sedemikian sehingga z + a = a, maka z = 0 (ii jika u. b di R dan b 0 sedemikian sehingga u. b = b, maka b = 1 Bukti (ikarena a di R, maka berdasarkan A4, ada –a di R sedemikian sehingga a + (-a) = 0. Jadi, (z +a) +(-a) = a +(-a) = 0 dan berdasarkan sifat A2, A4 dan A3 kita peroleh z + (a +(-a)) = z + 0 = 0. jadi z = 0. (ii Karena b di R dan b 0, maka berdasarkan sifat M4 ada unsur 1/b di R sedemikian sehingga b.(1/b) = 1. Jadi (u.b).1/b = b.(1/b) = 1 dan berdasarkan sifat M2, M4 dan M3 kita peroleh (u.b).1/b = u.( b.1/b) = u.1 = 1. Jadi u = 1. Teorema 1.2 (ijika b, a di R sedemikian sehingga b + a = 0, maka b = -a (ii jika a, b di R dan a 0 sedemikian sehingga a. b = 1, maka b = 1/a Bukti (i karena a di R, maka berdasarkan A4, ada –a di R sedemikian sehingga a + (-a) = 0. Analisis Real_________________________________________ 2
  • 3. Jadi, (b +a) +(-a) = 0 +(-a) = -a dan berdasarkan sifat A2, A4 dan A3 kita peroleh b + (a +(-a)) = b + 0 = -a. jadi b = -a. (ii Karena a di R dan a 0, maka berdasarkan sifat M4 ada unsure 1/a di R sedemikian sehingga a.(1/a) = 1. Jadi (b.a).1/a = 1.(1/a) = 1/a dan berdasarkan sifat M2, M4 dan M3 kita peroleh (b.a).1/a = b.( a.1/a) = b.1 = 1/a. Jadi b = 1/a. Berikut ini akan diberikan teorema yang berkaitan dengan penyelesaian suatu persaman dan ketunggalan dari sebuah solusi. Teorema 1.3 Misalkan a, b R, maka (i Persamaan a + x = b mempunyai penyelesaian tunggal yaitu x = (-a) + b (ii Jika a 0 dan persamaan a.x = b mempunyai penyelesaian tunggal x = (1/a).b Bukti (i pertama akan ditunjukkan bahwa a + x = b mempunyai penyelesaian. Dengan menambahkan –a pada kedua ruasnya dan dengan menggunakan aksioma lapangan R akan kita dapatkan (-a) + a + x = (-a) + b atau (-a) + a + x = 0 + x = x = (-a) + b. kedua akan ditunjukkan bahwa solusinya tunggal. Misalkan ada penyelesaian yang lain yaitu x1. Misalkan x1 x, karena x1 solusi, maka a + x1 = b, akan tetapi a + x1 a + x atau a + x1 b. hal ini kontradiksi bahwa x1 adalah solusi. Jadi haruslah x = x1. (ii Buktikan sebagai latihan anda. Analisis Real_________________________________________ 3
  • 4. BILANGAN NEGATIF DAN BILANGAN RASIONAL Pada bagian ini, kita akan mempelajari beberapa teorema yang berkaitan dengan perkalian bilangan negatif dan bilangan rasional. Dibahas pula tentang sifat bilangan yang dikalikan dengan nol, bilangan yang dikalikan dengan negatif, dan hasil kali bilangan negatif dikalikan dengan bilangan negatif lainnya. Demikian pula akan dikaji tentang sifat bilangan rasional dan bilangan irasional. Untuk itu, perhatikan dengan baik dan pahami beberapa teorema berikut, Teorema 2.1 Misalkan a R, maka (i a. 0 = 0 (ii (-1). a = -a (iii – (-a) = a (iv (-1).(-1) = 1 Bukti (i Berdasarkan M3, kita ketahui bahwa a.1 = a. Disini a + a . 0 = a . 1 + a . 0 = a . (1 + 0) = a . 1 = a Berdasarkan teorema 1.1, kita simpulkan bahwa a . 0 = 0 (ii Hal ini dapat dilihat bahwa a + (-1) . a = 1 . a + (-1) . a = (1 +(-1)) . a = 0 . a = 0 Berdasarkan teorema 1.2, dapat kita simpulkan (-1) . a = -a Analisis Real_________________________________________ 4
  • 5. (iii Berdasarkan A4 kita punyai bahwa –a + a = 0, dan berdasarkan teorema 1.2 kita peroleh bahwa a = -(-a) (iv Pada bagian (ii), substitusikan a = -1 sehingga kita peroleh –(-1) = (-1).(-1). Kemudian berdasarkan bagian (iii) dengan mengambil a = 1. Teorema 2.2 (a Jika a R dan a0, maka 1/a 0 dan 1/(1/a) = a (b Jika a, b R dan a . b = 0, maka a = 0 atau b = 0 (c Jika a, b R, maka (-a).(-b) = a . b (d Jika a R dan a 0, maka 1/(-a) = -(1/a) Bukti (a jika a 0, maka 1/a 0. andaikan 1/a = 0, maka 1 = a. (1/a) = a.0 = 0. hal ini bertentangan dengan M4. karena a. (1/a) = 1, berdasarkan teorema 1.2, maka a = 1/(1/a) (b Misalkan bahwa a.b = 0 dan a 0. jika kita kalikan dengan 1/a pada kedua ruasnya, maka akan didapatkan b = 1.b = ((1/a).a).b = (1/a). (a.b) = (1/a). 0 = 0. dengan alasan yang sama dapat digunakan untuk menunjukkan jika b 0, maka diperoleh a = 0. (c Berdasarkan teorema 1.4, kita punyai –a = (-1).a dan –b =(-1).b, sehingga (-a) . (-b) = ((-1).a).((-1).b) = (a.(-1)).((-1).b) = a. ((-1).(-1)) . b = a . 1 . b = a.b (d Jika a 0, maka 1/a 0 dan –a 0. Karena a .(1/a) = 1. hal ini menunjukkan berdasarkan bagian (c) bahwa (-a) . (-(1/a)) = 1. jika kita gunakan teorema 1.2, kita dapat memperoleh bahwa 1/(-a) = -(1/a). Bilangan Rasional Sekarang kita akan memperumum notasi perkalian (.) dan dituliskan ab untuk a.b. Sama halnya dengan a2 untuk aa, a3 untuk aaa = (a2)a, dan jika n N, kita definisikan bahwa an + 1= (an) Analisis Real_________________________________________ 5
  • 6. a. Berdasarkan prinsip induksi matematika dapat ditunjukkan bahwa jika m,n N, maka am + n = am. an, untuk sembarang a R. sama halnya dengan kita menuliskan 2 = 1 + 1, 3 = 2 + 1, dan seterusnya. Selanjutnya, kita menuliskan secara umum bahwa b – a = (-a) + b = b + (-a), dan juga generalisasi dari b/a = (1/a).b = b.(1/a). kita juga mendefinisikan bahwa a-1 = 1/a dan a-n = 1/an. Elemen dari R yang berbentuk b/a atau –b/a untuk a,b N dengan a 0 dikatakan sebagai Bilangan Rasional, dan semua himpunan bilangan rasional dalam R dinotasikan dengan Q. Semua elemen dari R yang bukan bilangan rasional disebut Bilangan Irasional. Teorema 2.3 Tidak ada bilangan rasional r sedemikian sehingga r2 = 2 Bukti Andaikan r Q, maka r = p/q, q0 dengan p,q anggota bilangan bulat. Tanpa mengurangi keumuman, misalkan p dan q tidak mempunyai factor persekutuan selain 1. karena 2 = p2/q2 atau p2 = 2 q2, maka p haruslah bilangan genap(jika p ganjil, misal p = 2k + 1, maka p2 = 4k2 + 4k + 1 = 2(2k2 + 2k) + 1 adalah ganjil). Selanjutnya misalkan p = 2m untuk sembarang bilangan bulat m dan berlaku 4m2 = 2q2. hal ini menunjukkan bahwa q2 = 2m2, dimana q bilangan genap. Hal ini kontradiksi dengan pemisalan bahwa p dan q tidak mempunyai factor persekutuan selain 1( karena p dan q bilangan genap). Jadi tidak bilangan rasional r sedemikian sehingga r2 = 2. Soal Latihan 1 Jika a R dan memenuhi a.a = a. Buktikan bahwa salah satu a = 0 atau a = 1 2 Jika a 0 dan b 0, tunjukkan bahwa 1/ab = 1/a . 1/b 3 Misalkan a,b,cR, buktikan a Jika a + b = 0 dan a + c = 0, maka b = c = -a b Jika a 0, ab = 1 dan ac = 1, maka b = c = 1/a 4 Buktikan bahwa tidak ada r sedemikian sehingga r2 = 6 dan r2 = 3 Analisis Real_________________________________________ 6
  • 7. URUTAN BILANGAN REAL Pada pembahasan sebelumnya, kita belum menentukan bilangan real yang lebih besar atau yang lebih kecil. Hal ini dilandaskan karena belum adanya alsioma atau teorema yang mengatakan tentang bilangan positif. Untuk itu, pada kajian ini, kita akan membahas tentang sifat urutan yang ada pada bilangan real. Sebelumnya tentu baik bagi kita untuk mempelajari tentang sebuah aksioma mengenai urutan. Aksioma ini sangat bermanfaat untuk menentukan apakah sebuah bilangan termasuk bilangan positif, termasuk bilangan negatif, atau lainnya. Aksioma inilah yang akan menjadi landasan hadirnya tanda ketaksamaan, seperti, , , , dan . Sifat-sifat Urutan dari R Pada bagian berikut ini akan dibahas sifat-sifat urutan dari R yang sangat penting peranannya dalam subbarisan. Aksioma 3.1(Aksioma Urutan) Subhimpunan tak-kosong P dari R dinamakan himpunan bilangan real positif, jika memenuhi sifat-sifat berikut; (i Jika a,b P, maka a + bP (ii Jika a,b P, maka a . bP (iii Jika a R, maka salah satu dari ketiga sifat berikut dipenuhi a P, a = 0 atau –a P (sifat trikothomi) Definisi 3.2 (i Jika a P, maka a bilangan positif yang dituliskan dengan a 0 Analisis Real_________________________________________ 7
  • 8. (ii Jika a P atau a = 0, maka a dikatakan bukan bilangan negatif yang dituliskan dengan a 0 (iii Jika –a P, maka dikatakan a bilangan negatif yang dituliskan dengan a 0 (iv Jika –a P atau a = 0, maka a dikatakan bukan bilangan positif yang dituliskan dengan a 0 Definisi 3.3 Misalkan a,b R (i Jika a – b P, maka a b (ii Jika –(a – b) P, maka a b (iii Jika a – b P {0}, maka a b (iv Jika –(a – b) P {0}, maka a b Teorema 3.4 Misalkan a, b, c R (a Jika a b dan b c, maka a c (b Satu dan hanya satu dari hubungan berikut berlaku : a b, a = b, a b (c Jika a b dan b a, maka a = b Bukti (a karena a b dan b c, maka a – b P dan b – c P. Berdasarkan aksioma urutan (i), maka (a – b) + (b – c) = a + ((-b) + b) – c = a + 0 – c = a – c P. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan definisi 3.3, kita peroleh a c. (b Berdasarkan sifat trikotomi dan definisi 5.3, maka a – b P, a – b = 0 atau –(a–b) P. (c Andaikan a b, maka berdasarkan bagian (b) kita peroleh bahwa a – b P atau b – a P, di mana a b atau b a. hal ini kontradiksi dengan yang diketahui. Jadi haruslah a = b. Teorema 3.5 (a Jika a 0 R, maka a2 0 (b 1 0 (c Jika n N, maka n 0 Bukti Analisis Real_________________________________________ 8
  • 9. (a Karena a 0, maka a atau –a di P. Jika a di P, maka berdasarkan aksioma a2 = aa di P. Jika –a di P, maka berdasarkan teorema 1.5 a2 = (-a).(-a) di P. jadi, dalam tiap kasus a2 P. (b Ambil a = 1 pada bagian (a) sehingga 1 = 12 di P (c Buktikan sendiri dengan menggunakan induksi matematika. Teorema 3.6 Misalkan a, b, c R (a Jika a b, maka a + c b + c (b Jika a b dan c d, maka a + c b + d (c Jika a b dan c 0, maka ac bc (d Jika a b dan c 0, maka ac bc (e Jika a 0, maka 1/a 0 (f Jika a 0, maka 1/a 0 Bukti (a Karena a b, maka a – b di P. Sedangkan a – b = a – b + 0 = a – b + c + (-c) = a + c – (b + c) di P. Jadi, berdasarkan definisi dapat kita simpulkan bahwa a + c b + c. (b Karena a b dan c d, maka a – b dan c – d di P. Berdasarkan aksioma urutan dapat diperoleh (a – b) + (c – d) = (a + c) – (b + d) di P. Hal ini menunjukkan bahwa a + c b + d. (c a b dan c 0, berdasarkan definisi 3.1 dan 3.2 kita peroleh (a – b).c di P. berdasarkan sifat distributive, maka (a – b).c = ac – bc di P. Jadi ac bc. (d a b dan c 0, berdasarkan definisi 3.1 dan 3.2 kita peroleh (a – b).(-c) di P. berdasarkan sifat distributive, maka (a – b).(-c) = -ac + bc di P. Jadi ac bc. (e Jika a 0, maka berdasarkan sifat trikotomi a 0 sedemikian sehingga 1/a ada. Jika 1/a = 0, maka 1 = a.(1/a) = 0, kontradiksi. Jika 1/a 0, maka berdasarkan bagan (d) dengan c = 1/a berakibat 1 = a (1/a) 0, kontradiksi. Jadi, haruslah 1/a 0. (fGunakan alasan yang sama dengan (e) Teorema 3.7 Jika a b, maka a ½(a + b) b Bukti Karena a b, maka berdasarkan teorema 3.6 kita dapatkan a + a = 2a a + b. Demikian juga a + b 2b. Karena 2 0, maka berdasarkan teorema 3.6 (e) ½ 0. Selanjutnya gunakan c = ½ pada Analisis Real_________________________________________ 9
  • 10. teorema 3.6 (c) sedemikian sehingga a ½(a + b) dan ½(a + b) b. Jadi, berdasarkan teorema 3.4 a ½(a + b) b Teorema 3.8 Jika ab 0, maka a 0 dan b 0 atau a 0 dan b 0. Bukti Jika ab 0, maka a 0 dan b 0. Jika a 0, maka (1/a( 0. Dengan demikian b = ((1/a)a)b = (1/a).(ab) 0. Dengan kata lain, jika a 0, maka 1/a 0, hal ini menunjukkan bahwa b = ((1/a)a)b = (1/a).(ab) 0. Akibat 3. 9 Jika ab 0, maka a 0 dan b 0 atau a 0 dan b 0. Soal Latihan Misalkan a, b , c dan d R 1 Jika 0 a b dan 0 c d, maka buktikan 0 ac bd 2 Jika 0 a b buktikan bahwa a2 ab b2 3 Jika a, b R dan a2 + b2 = 0. tunjukkan bahwa a = b = 0. 4 Jika n N, tunjukkan bahwa n2 n dan 1/n2 1/n. 5 Jika a -1, a R, tunjukkan bahwa (1 + a)n 1 + na untuk setiap n N. 6 Jika c 1, c R, tunjukkan bahwa cn c untuk setiap n N. 7 Jika c 1, c R, tunjukkan bahwa cm cn untuk setiap m n dengan m,n N. Analisis Real_________________________________________ 10
  • 11. Nilai Mutlak Sebuah konsep yang sangat penting dalam bilangan real adalah tentang harga mutlak. Ini merupakan sebuah konsep yang bermanfaat untuk menentukan besaran jarak, panjang vektor, akr sebuah bilangan dan lain sebagainya. Hal yang mendasar dari konsep harga mutlak adalah tentang definisi atau pengertian dan sebuah ketaksamaan, yaitu ketaksamaan segitiga. Dalam matematika sekolah, harga mutlak biasanya digunakan dalam bahasan tentang pertidaksamaan, panjang vektor. Definisi 4.1 Jika a R, nilai mutlak dari a dinotasikan dengan | a | dan didefinsikan dengan | a | = a jika a 0 = -a jika a 0 Jadi domain dari nilai mutlak adalah semua bilangan real dengan range P {0}, dan peta dari a dan –a adalah sebuah elemen yang sama. Teorema 4.2 (a | a | = 0 jika dan hanya jika a = 0 (b | -a | = | a | untuk setiap a anggota R (c | ab | = | a | | b | untuk setiap a,b anggota R (d Jika c 0, maka | a | c jika dan hanya jika –c a c (e -| a | a | a | untuk setiap a anggota R Analisis Real_________________________________________ 11
  • 12. Bukti (a Jika a = 0, maka berdasarkan definisi | 0 | = 0. Jika a 0, maka –a 0 sedemikian sehingga | a | 0. (b Jika a = 0, maka | 0 | = 0 = | -0 |. Jika a 0, maka | a | = a = | -a |. Jika a 0, maka | a | = -a = | -a |. (c Jika a 0 dan b 0, maka ab 0 sedemikian sehingga | ab | = ab = | a |. | b |. Jika a 0 dan b 0, maka ab 0 sedemikian sehingga | ab | = -(ab) = a. (-b) = | a |. | b | Jika a 0 dan b 0, maka ab 0 sedemikian sehingga | ab | = -(ab) = (-a).b = | a |. | b |. Jika a 0 dan b 0, maka ab 0 sedemikian sehingga | ab | = a.b = (-a). (-b) = | a |. | b | (d Andaikan a 0, maka | a | = a sedemikian sehingga | a | = a c. Bila a 0, maka | a | = -a c atau –c a. Jadi, berdasarkan sifat urutan kita peroleh –c a c. bukti konversnya sebagai latihan sendiri. (e Gunakan bukti bagian (d) dengan mengambil c = | a |. Teorema 4.3 (Ketaksamaan Segitiga) Jika a, b sembarang bilangan real, maka ||a| - |b|| | a b | | a | + | b | Bukti Berdasarkan teorema 4.1, kita punya -| a | a | a | dan -| b | b | b | berdasarkan teorema 4.2 kita simpulkan bahwa –(|a| + |b|) = -|a| - |b| a b | a | + | b |. Berdasarkan teorema 3.11 kita dapatkan | a b | | a | + | b |. Karena |a| = |(a –b) + b| | a –b | + | b |, hal ini menunjukkan bahwa |a| - |b| | a - b |. Dengan cara yang sama akan kita dapatkan juga bahwa |b| - |a| | a - b |. Dari kedua ketaksamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa ||a| - |b|| | a - b |. Akibat 4.4 Jika a1, a2, a3, . . ., an adalah sembarang bilangan real, maka | a1+ a2 + a3 + . . . + an | | a1| + | a2| + | a3| + . . . + | an| Bukti Analisis Real_________________________________________ 12
  • 13. Jika n = 2 telah dibuktikan di atas, sedangkan untuk n 2 kita gunakan induksi dan sifat ketaksamaan segitiga di atas bahwa, | a1+ a2 + a3 + . . . + ak+ ak+1 | = | (a1+ a2+ a3+ . . . + ak) + ak+1| |(a1+ a2+ a3+ . . . + ak)| +| ak+1| Soal Latihan 1 Misalkan 0, aR. Tunjukkan bahwa a - x a+ jika dan hanya jika |x –a| . 2 Jika a,b R dan b 0. Tunjukkan bahwa | a/b | = |a|/|b|. 3 Sketsalah titik (x, y) pada daerah R x R (cartesius) yang memenuhi |x| + |y| = 1 4 Jika x, y, z R, maka x y z jika dan hanya jika |x-y| + |y-z| = |x-z| 5 Jika 0 a 1, maka 0 a2 a 1, tetapi jika 1 a, maka 1 a a2. Analisis Real_________________________________________ 13
  • 14. SIFAT KELENGKAPAN BILANGAN REAL Selain memiliki urutan, bilangan real juga memiliki sifat yang dikenal dengan nama sifat kelengkapan. Sifat ini mengkaji tentang bilangan real dalam sebuah himpunan tertentu. Dalam hal ini, apakah himpunan tersebut memiliki batas, memiliki nilai maksimum dan minimum, atau memiliki suprimum dan infrimum. Sifat ini akan membawa kita pada konsep himpunan terbuka dan himpunan tertutup. Beberapa definisi dan teorema akan digunakan untuk mengkaji tentang sifat kelengkapan bilangan real tersebut. Sifat-sifat Kelengkapan dari R Dalam bagian ini kita akan membahas satu lagi sifat dari system bilangan real yang seringkali dinamakan dengan “Aksioma Kelengkapan”. Suprimum dan Infimum Definisi 5.1 Misalkan s adalah subhimpunan dari R (a sebuah elemen u R dikatakan batas atas dari S jika s u, untuk setiap s S (b sebuah elemen w R dikatakan batas bawah dari S jika s w, untuk setiap s S Analisis Real_________________________________________ 14
  • 15. Sebagai catatan bahwa subhimpunan S R mungkin saja tidak memiliki batas atas (sebagai contoh S = R). Selanjutnya, jika memiliki satu batas atas, maka subhimpunan tersebut memiliki takhingga banyak batas atas ( untuk sebuah batas atas u dari S, maka u + n juga merupakan batas atas dari S dengan n N). Misalkan S1={x R : 0 x 1} memiliki batas atas 1, kenyataanya, setiap bilangan u 1 adalah sebuah batas atas dari S1. Sama halnya juga dengan S2 = { xR | 0 x 1}yang memiliki batas atas 1. Untuk menunjukkan bahwa sebuah bilangan u R bukan sebuah batas atas dari S R, kita harus menunjukkan ada sebuah elemen so R sedemikian sehingga u so. Sebuah himpunan yang memiliki batas atas dikatakan sebagai himpunan yang terbatas di atas, dan himpunan yang memiliki batas bawah disebut sebagai himpunan yang terbatas di bawah. Jika himpunan memiliki batas atas dan batas bawah, maka himpunan tersebut disebut himpunan yang terbatas. Jika himpunan tidak memiliki kedua batasnya, maka dikatakan himpunan tersebut tidak terbatas. Jadi, himpunan S1 dan S2 adalah himpunan yang terbatas, sedangkan himpunan P = { x R : x 0} adalah himpunan yang tidak terbatas karena tidak mempunyai batas atas. Apabila u batas atas dari S dan u S, maka u adalah maksimum dari S atau u = maks S. Sedangkan jika w batas bawah dari S dan w S, maka w adalah minimum dari S atau w = Min S. Definisi 5.2 Misalkan S subhimpunan dari R (aJika S terbatas di atas, maka batas atas dari S dikatakan Suprimum (batas atas terkecil) apabila batas atas tersebut lebih kecil dari batas atas lainnya. (b Jika S terbatas di bawah, maka batas bawah dari S dikatakan Infrimum (batas bawah terbesar) apabila batas bawah tersebut lebih besar dari batas bawah lainnya. Definisi di atas mempunyai pengertian bahwa sebuah bilangan u R adalah suprimum dari subhimpunan S dari R jika memenuhi dua kondisi berikut: (i s u untuk setiap s S (ii Jika v adalah sebuah bilangan sedemikian sehingga s v untuk setiap s S, maka u v. Lemma 5.3 Sebuah bilangan u R adalah suprimum dari subhimpunan takkosong S R jika dan hanya jika memenuhi sifat-sifat Analisis Real_________________________________________ 15
  • 16. (i Tidak ada elemen s S dengan u s (ii Jika v u, maka ada elemen so S sedemikian sehingga v so. Bukti () misalkan u memenuhi (i) dan (ii). Hal ini menunjukkan bahwa u batas atas dari S. Jika v adalah bilangan dengan v u, maka sifat (ii) menunjukkan bahwa v bukan batas atas dari S. dengan demikian u adalah suprimum dari S. () misalkan u adalah suprimum dari S. karena u adalah batas atas dari S, kondisi (i) terpenuhi. Jika v u, maka v bukan batas atas dari S. selanjutnya terdapat sebuah elemen so S sedemikian sehingga v so. Lemma 5.4 Misalkan S , S R dan u batas atas dari S, u = Sup S jika dan hanya jika untuk setiap 0 ada x S sedemikian sehingga u - x. Sifat Suprimum 5.5 Setiap himpunan tak-kosong dari bilangan real yang mempunyai batas atas mempunyai suprimum. Sifat Suprimum 5.6 Setiap himpunan tak-kosong dari bilangan real yang mempunyai batas bawah mempunyai infrimum. Contoh 1 Misalkan S = { x R : 0 x 1 }, maka Sup S = 1 Bukti Karena 1R dan x 1 untuk semua x S, maka menurut definisi 1 adalah batas atas dari S. Misalkan 0 sembarang. Jika 1, maka 1 - x untuk setiap x di S. Jadi untuk semua x di S berlaku 1 - x. Jika 0 1, maka pilih x = 1- /2 di S, maka 1 - x =1- /2 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk setiap 0 ada x S sedemikian sehingga 1 - x, hal ini menunjukkan bahwa Sup S = 1. Lemma 5.8 Misalkan S , S R dan w batas bawah dari S, w = Inf S jika dan hanya jika untuk setiap 0 ada x S sedemikian sehingga x w + . Contoh 2 0 = Inf(0,1) Analisis Real_________________________________________ 16
  • 17. Bukti Karena 0R dan x 0 untuk semua x (0, 1), maka menurut definisi 0 adalah batas bawah dari (0, 1). Misalkan 0 sembarang. Jika 1, maka x 0 + untuk setiap x di S. Jadi untuk semua x di S berlaku x 0 + . Jika 0 1, maka pilih x = /2 di S, maka x = /2 0 + Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk setiap 0 ada x S sedemikian sehingga x 0 + , hal ini menunjukkan bahwa Inf S = 0. Soal Latihan 1 Perlihatkan bahwa 3 = Sup [2, 3] dan 2 = Inf [2, 3] 1 Buktikan bahwa 2 = Inf (2,5) dan 5 = Sup(2,5) 2 Tunjukkan bahwa 4 = Inf [4,8] dan 8 = Sup [4,8] 3 Misalkan A = { 1 –( (-1)n/n )}. Tentukan Sup A dan Inf A 4 Apakah A = { x R : x 2 } mempunyai batas bawah dan batas atas? Jelaskan jawaban Saudara! 5 Misalkan P R dan P , tunjukkan u = Sup P jika dan hanya jika untuk setiap n N bilangan u –1/n bukan batas atas P tetapi u + 1/n batas atas dari P. 6 Jika Sup A = a dan Sup B = b, buktikan Sup (A + B) = a + b 7 Jika Inf A = a dan Inf B = b, buktikan Inf (A + B) = a + b 8 Buktikan Inf A = Sup(-A) 9 Jika S subhimpunan R yang memuat batas atas, maka tunjukkan bahwa batas tersebut adalah supremum dari S 10 Buktikan bahwa gabungan dari dua himpunan terbatas adalah terbatas 11 Jika S terbatas di R dan jika S0 subhimpunan takkosong dari S, maka tunjukkan bahwa inf S inf S0 sup S0 sup S 12 Misalkan B subhimpunan terbatas dari R dan A ={-x|xB}, tunjukkan bahwa a. inf A = sup B b. sup A = inf B Analisis Real_________________________________________ 17
  • 18. Sifat Archimedian Salah satu konsekuensi dari sifat suprimum adalah subhimpunan bilangan asli N dari R tidak terbatas di atas. Khususnya adalah jika diberikan sembarang bilangan real x, maka ada bilangan asli n sedemikian sehingga n lebih besar dari x. Aksioma 6.1 (aksioma archimides) Jika x R, terdapat bilangan asli nxR sedemikian sehingga x nx Bukti Andaikan x nx, maka x batas atas dari N. Selanjutnya berdasarkan sifat suprimum, N memiliki suprimum u. karena x batas atas dari N, ini menunjukkan bahwa u x. Karena u –1 u, berdasarkan lemma 5.3 ada bilangan asli n1 sedemikian sehingga u – 1 n1 atau u 1 + n1, tetapi n1+1 adalah bilangan asli. Hal ini kontradiksi dengan pengandaian bahwa u batas atas dari N. Akibat 6.2 Misalkan x dan y bilangan real positif (b Ada bilangan asli n sedemikian sehingga ny x (c Ada bilangan asli n sedemikian sehingga 0 1/n y (d Ada bilangan asli n sedemikian sehingga n –1 y n Bukti (a karena x dan y positif, maka z = x/y juga positif. Misalkan n bilangan asli sedemikian sehingga x/y = z n, maka x ny atau ny x. (b Pilih x = 1 sehingga bagian (a) menunjukkan 0 1 ny. Hal ini menunjukkan bahwa 0 1/n y. Analisis Real_________________________________________ 18
  • 19. (c Berdasarkan aksioma archimides, terdapat bilangan asli m sedemikian sehingga y m. Misalkan n bilangan asli terkecil sedemikian sehingga n – 1 y n. Teorema 6.3(eksistensi 2) Ada bilangan positif x R sedemikian sehingga x2 = 2 Bukti Misalkan S = { y R: 0 y, y2 2}. Himpunan S terbatas di atas oleh 2, Jika tidak, maka ada elemen s di S sehingga 2 s di mana 4 s2 2, sebuah kontradiksi. Berdasarkan sifat suprimum dan misalkan x = Sup S. Jadi, x 0. Andaikan x2 2, ini berarti x2 2 atau x2 2. Jika x2 2, misalkan n bilangan asli yang dipilih sedemikian sehingga 1/n (2 –x 2)/(2x + 1). Dalam kasus ini, x + 1/n )2 = x2 + 2x/n + 1/n2 x2 + (2x +1)/n x2 + (2 –x2) = 2 yang berarti x + 1/n S, kontradiksi bahwa x adalah batas atas dari S. Jka x2 2, kita pilih m bilangan asli sedemikian sehingga 1/m (x2 –2)/2x. Karena x = Sup S, ada bilangan so di S dengan x – 1/m so. Tetapi implikasinya adalah 2 x2 –2x/m x2 –2x/m +1/m2 = (x –1/m)2 so 2. Disini so 22, kontradiksi dengan so di S. Dari dua kasus di atas, x2 2 dan x2 2, terlihat bahwa akan diperoleh kontradiksi. Jadi haruslah x2 = 2. Teorema 6.4 Jika x, y R, 0 x y, maka ada r Q sedemikian sehingga x r y Bukti Karena x, y di R dan 0 x y, maka y – x 0 dan y – x R. Sedangkan diketahui bahwa 1 0, maka berdasarkan aksioma arcimides ada n N sedemikian sehingga 1 n(y – x) atau nx + 1 ny. Karena x 0 dan nx 0, ada m N sedemikian sehingga m –1 nx m. hal ini mengakibatkan m nx + 1 ny atau m ny. Berdasarkan teorema tentang urutan maka nx m ny atau x m/n y. pilih r = m/n, m,n N yang berarti r Q. Analisis Real_________________________________________ 19
  • 20. Soal Latihan 1 Jika x 0 tunjukkan bahwa ada bilangan asli n sedemikian sehingga 1/2n x. 2 Tunjukkan ada x R, x 0 sedemikian sehingga x2 = 3 INTERVAL DAN TITIK KUMPUL Daerah yang dibatasi oleh dua buah bilangan real yang berbeda seringkali dinyatakan sebagai himpunan. Bahasa lain dari himpunan, untuk bilangan real, dapat pula dinyatakan dengan interval. Himpunan dan interval memiliki berbagai kesamaan diantaranya ,“terbuka” dan “tertutup”. Bahasan lain dalam kegiatan ini adalah titik kumpul. Titik kumpul merupakan titik di mana disekitarnya banyak titik lain yang dekat dengan dirinya. Dalam kajian lain titik kumpul biasa dinamakan dengan titik limit. Mungkin senada dengan istilah mean, modus, dan median dalam statistika. Interval Jika a R, maka himpunan {x R : x a }= (-, a) dan { x R : x a}= (a, ) disebut sinar terbuka, sedangkan himpunan {x R : x a }= (-, a ]dan { x R : x a}= [a, ) disebut sinar tertutup. Jika a, b x R, maka himpunan {x R : a x b } = (a, b) disebut interval buka, himpunan { x R : a x b} = [a, b] disebut interval tutup, sedangkan himpunan { x R : a x b}= (a, b] dan { x R : a x b}= [a, b) disebut interval setengah buka atau interval setengah tertutup. Definisi 8.1 Suatu barisan interval In, n N dikatakan interval bersarag apabila I1 I2 I3 In In+1 Dengan kata lain, interval bersarang adalah koleksi interval yang makin mengecil. Perhatikan gambar berikut ini, ____________________ I1_______________________________ [----------[----------[---------[-------------------]----------]-----------]-------------] ___I4______ ____________I3____________ Analisis Real_________________________________________ 20
  • 21. __________________I2____________________ Contoh 1 Misalkan In = [ 0, 1/n ] dengan n bilangan asli, maka I1= [0,1], I2= [0, ½ ], I3= [0, 1/3], . . . , In=[0, 1/n], In+1= [0, 1/( n+1)]. Hal ini menunjukkan bahwa I1 I2 I3 In In+1 dengan kata lain InIn+1 untuk setiap nN. Jadi In adalah interval bersarang. Contoh 2 Misalkan In = ( 0, 1/n ) dengan n bilangan asli, maka InIn+1 untuk setiap nN. Jadi In adalah interval bersarang. Teorema 8.2 Jika In=[an, bn] dengan n bilangan asli adalah interval bersarang yang merupakan interval tertutup terbatas, maka ada bilangan R sedemikian sehingga In untuk setiap n N. Bila jarak bn-an dari In memenuhi Inf {bn-an : n N }=0, maka In = tunggal. Bukti Karena In interval bersarang, maka InIn+1 untuk semua n bilangan asli. Sehingga diperoleh [an, bn] [a1, b1] untuk semua n. Jadi anb1 untuk semua n. Oleh karena itu, himpunan A = {an : n bilangan asli} , maka himpunan A terbatas di atas Karena A terbatas di atas maka berdasarkan sifat suprimum A mempunyai Supremum, misalkan = Sup A dan karena an A, maka an untuk semua nN……….(1). Klaim bn untuk semua nN, hal ini dijamin bila bn batas atas dari Bk ={ ak : k N}. Andaikan n k maka Ik In atau [ak , bk] [an , bn] sehingga ak bk bn ……(2) Andaikan n k maka In Ik atau [an , bn] [ak , bk] sehingga ak an bn ……(3) Dari (2) dan (3) diperoleh bahwa ak bn untuk setiap k N. Jadi, bn batas atas dari Bk. oleh karena itu bn untuk semua nN……………….(4) Dari (1) dan (4) diperoleh ak bn untuk semua nN, hal ini berarti In untuk setiap n N. Karena In suatu interval bersarang maka In I1 untuk semua n N atau [an, bn] [a1, b1] sehingga a1 bn untuk setiap n N. Hal ini berdasarkan definisi menunjukkan bahwa C = {bn : n N}himpunan terbatas dibawah. Karena himpunan C terbatas di bawah, maka C mempunyai Infrimum, Analisis Real_________________________________________ 21
  • 22. misalkan = Inf C dan karena bn di C untuk semua n, maka bn untuk semua n bilangan asli……. (5) Klaim bahwa an untuk setiap n N, hal ini dapat dijamin apabila an batas bawah dari D ={ bk : k N}. Andaikan n k, maka Ik In atau [ak, bk] [an, bn] sehingga an ak bk……….(6) Andaikan n k, maka In Ik atau [an, bn] [ak, bk] sehingga an bn bk……….(7) Dari (6) dan (7) diperoleh an bk untuk semua k N. Jadi, an merupakan batas bawah dari C. Karena itu an untuk semua n N……….(8) Dari (5) dan (8) diperoleh an bn untuk semua n N yang berarti In untuk semua n N. Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa (tunggal). Karena an untuk semua n N, maka batas atas dari A. Jadi, . Misalkan Inf{bn – an : n N} = 0, maka untuk setiap ada n N sehingga 0 an – bn . Karena hal tersebut dipenuhi untuk setiap 0 ,maka memnuhi bahwa . Jadi, In = tunggal. Titik Kumpul Definisi 8.3 Misalkan xR, S R, x dikatakan titik kumpul (sering disebut sebagai titik limit) dari S, jika setiap lingkungan buka ; V= ( x - , x + ) dari x memuat paling sedikit satu unsure dari S yang lain dari x. Atau X dikatakan titik limit dari S, jika untuk setiap S V {x} – {x} . S1 = { xR : x titik kumpul dari S } Lemma 8.4 Jika S =(a, b), maka S1=[a, b] Bukti Ambil sembarang , dan x (a, b) tetap dan sembarang, maka S V {x} – {x} = (a, b) (x-, x+) – {x} x- x+ -----------(--------------(------------------)-------------)--------------- a x b Analisis Real_________________________________________ 22
  • 23. Ini menunjukkan bahwa x S1 dan karena x sembarang, maka (a, b) S1…………………(1) Untuk x = a, S V {a} – {a} = (a, b) (a, a+) – {a}= (a, a+) (-----)----------------------------------------------) a a+ b Ini menunjukkan bahwa a S1………………………………………………………………(2) Untuk x = b, S V {b} – {b} = (a, b) (b-, b) – {b}= (b-, b) (---------------------------------------------(------) a b- b Ini menunjukkan bahwa bS1………………………………………………………………(3) Dari (1), (2) dan (3) maka diperoleh [a, b] S1……………………………………………..(4) Ambil x a, maka ada o 0 sehingga S Vo{x} = a b --(--------)----(--------------------------------------) x- x x+ berarti x S1…………………………………………………………….(5) Ambil x b, maka ada o 0 sehingga S Vo{x} = a b ----(--------------------------------------)--(--------) x- x x+ berarti x S1…………………………………………………………….(6) Berdasarkan (4), (5) dan (6), maka dapat disimpulkan bahwa S1=[a, b] Contoh 3 Jika S himpunan berhingga, maka S1= Analisis Real_________________________________________ 23
  • 24. Bukti Misalkan S ={s1, s2, s3, …, sn} bersingga dan andaikan S1 , sebut x S1. Pilih = ½ min {|x-si| : i =1,2,…,n}, maka S V {x} – {x} = yang kontradiksi dengan x S1. hal ini berarti pengandaian kita salah, jadi haruslah S1= . þ ý ü î í ì 1 , nÎN n Contoh 4 Misalkan S = buktikan þ ý ü î í ì nÎ N 1 , n a 0 S1 b Bila xS, maka x S1 Bukti Misalkan 0 diberikan sembarang, maka Ç - = ,..., 1 ( , ) {0} (0) {0} 1, 1 e e e n Ç - - ¹ þ ý ü î í ì , 1 2 3 S V pilih = ½ (1/n – 1/n+1) 0, maka S V(xn) – {xn} = untuk semua xn S. jadi x S1. Teorema 8.5 (Bolzano-Weierstrass) S R dan S himpunan tak berhingga dan terbatas selalu mempunyai titik kumpul Bukti Karena S himpunan terbatas maka ada [a1, b1] R sedemikian sehingga S [a1, b1]. Bila interval [a1, b1] dipotong menjadi dua buah sub interval yang sama panjang, yaitu [a1, ½ (a1+ b1) ] dan [½ (a1+ b1), b1], maka salah satu sub interval tertutup itu pasti mengandung tak berhingga unsure S. Hal ini dijamin bila kedua sub interval tertutup itu hanya memuat berhingga unsure S, maka S himpunan berhingga, sedangkan S himpunan tak berhingga. Andaikan [a1, ½ (a1+ b1) ]=[a2, b2] sub interval tertutup yang memuat tak berhingga banyaknya unsure S. sub interval [a1, b2] ini dapat dibagi pula menjadi dua sub interval yang sama panjang, yaitu [a2, ½ (a2+ b2)] dan[ ½ (a2+ b2), b2]. Dengan mengulangi proses tersebut akan didapatkan untuk setiap nN 1 [an+1, bn+1] [an, bn] 2 bn – an = (b1- a1)/(2n-1) dan 3 [an, bn] S himpunan tak berhingga Analisis Real_________________________________________ 24
  • 25. dengan menggunakan teorema di atas diperoleh ada x ¥ [ a ,b ] n 1 n n = Ç Î . Selanjutnya akan ditunjukkan xS1. Misalkan 0 diberikan sebarang dan V(x) = (x-, x+) adalah lingkungan dan x, maka dengan memilih n N dan n cukup besar, bn- an . Karena x [an, bn] dan [an, bn] , maka [an, bn] V(x). Karena [an, bn] S himpunan tak berhingga atau [an, bn] memuat tak berhingga unsure S dan [an, bn] V(x), maka V(x) S himpunan tak berhingga. Karena itu x S1. Soal Latihan 1 Jika I1=[a1, b1] dan I2=[a2, b2] adalah interval-interval tertutup di R. Tunjukkan bahwa I1 I2 jika dan hanya jika a2a1 dan b1b2. 2 Jika SR , tunjukkan S himpunan terbatas jika dan hanya jika ada interval IR sedemikian sehingga SI. 3 Jika SR , S himpunan terbatas dan I1=[Inf S, Sup S], tunjukkan S I1. Begitu pula bila I2 interval tertutup dan terbatas pada R sedemikian sehingga SI2, tunjukkan bahwa I1I2. 4 Tunjukkan jika I1I2…In… adalah barisan interval-interval bersarang yang tertutup pada R dan Jika In=[an, bn], maka a1a2…an…dan b1b2…bn… 5 Buktikan 2 S1 bila S =(1, 3) 6 Buktikan setiap titik pada [-2, 0] adalah titik kumpul dari (-2, 0) 7 Apakah N mempunyai titik kumpul, buktikan jawaban Saudara? Analisis Real_________________________________________ 25
  • 26. Himpunan Terbuka dan Himpunan Tertutup Himpunan merupakan istilah yang seringkali kita dengar dalam matematika. Dari tingkat Sekolah dasar sampai Pendidikan Tinggipun kita masih mempelajari tentang himpunan. Himpunan buka(selang buka) dan himpunan tertutup(selang tertutup) adalah dua bagian himpunan yang sudah kita dengar. Akan tetapi, terkadang kita belum mengenalnya secara dalam apa itu himpunan terbuka dan apa itu himpunan tertutup. Pada kajian kali ini, marilah kita mengenal lebih jauh tentang himpuanan terbuka dan tertutup. Bagaimana sebuah himpunan dikatakan terbuka? Atau bagaimana himpunan dikatakan tertutup? Lalu bagaimana menunjukkan sebuah himpunan dikatakan terbuka atau tertutup? Untuk menjawab itu, kita mulai dengan definisi berikut ini, Definisi 9.1 (i G R dikatakan himpunan terbuka di R jika untuk setiap xG terdapat lingkungan v dari x sedemikian sehingga vG (ii FR dikatakan tertutup di R jika Fc = R – F terbuka Definisi di atas setara dengan GR dikatakan himpunan terbuka jika untuk setiap xG ada x0 sedemikian sehingga (x-x, x+x)G dan FR dikatakan tertutup jika untuk setiap yF ada y0 sehingga F(y-y, y+y) = . Contoh 1 Misalkan G ={xR : 0x1}, selidiki apakah G himpunan terbuka atau himpunan tertutup. Penyelesaian x 0 x Misalkan x G sembarang, x(0, 1). Pilih x= min þ ý ü î í ì - - 2 ,1 2 Jika x = x/2, maka x -x= x – x/2 = x/2 0……….(1) Analisis Real_________________________________________ 26
  • 27. x 1 - x Dan karena 2 2 atau 0 x ½ , maka x + x = x + x/2 = 1 11 x = 3 4 . 1 2 2 11 2 …….(2) Dari (1) dan (2) diperoleh (x -x, x+x) = (x/2, 3x/2) (0, 1)……….(3) e = 1 - x x Bila 2 , ------(----------------------(---------)------)-------- 0 x- x x+ 1 maka 1, 1 2 atau 2 2 1 - x x x karena itu 0 x - e = x - 1- x = x - - = 1 x 4 1 2 . 1 2 2 3 1 2 3 2 2 …..(4) dan 1 x + = x + 1- x = x + + = x e .1 1 2 2 1 1 2 2 2 ………………..(5) dari (4) dan (5) diperoleh (x - x , x + x) (0, 1)………………………….(6) Jadi dari (3) dan (6) diperoleh (x - x , x + x) (0, 1) untuk setiap x (0, 1), artinya ada x = min {x/2, (1-x)/2} sedemikian sehingga (x - x , x + x) (0, 1) untuk setiap x (0, 1). Jadi menurut definisi G = {xR, 0 x1} adalah himpunan buka. Contoh 2 Misalkan F = { xR : 0 x 1 }, selidiki apakah F himpunan buka atau tutup Penyelesaian Misalkan y F sebarang, berarti y 0 atau y 1. Bila y 0, pilih y = |y| 0 y- y+ -------------(----.----)-(---------------------------------)--------- y 0 1 maka [0, 1] (y-x, y+x) …………………………(1) Jika y 1, pilih y = y-1 0 y- y+ ------------[---------------------------------]-(--------------) 0 1 y maka [0, 1] (y-x, y+x) [0, 1] (1, 2y-1) = …………………………(1) Dari (1) dan (2) diperoleh untuk setiap y [0, 1] ada y 0 sedemikian sehingga [0, 1] (y-y, y+y) = . Jadi menurut definisi, F = {xR : 0 x 1} adalah himpunan tertutup. Analisis Real_________________________________________ 27
  • 28. Teorema 9.2 (i Gabungan sembarang himpunan-himpunan terbuka adalah himpunan himpunan terbuka (ii Irisan dari berhingga himpunan-himpunan terbuka adalah himpunan terbuka Teorema 9.2 dapat dinyatakan dengan : A I Î È (i Jika A himpunan terbuka untuk semua I, maka a a himpunan terbuka n i A 1 = Ç (ii Jika Ai himpunan terbuka dengan i = 1, 2,…,n, maka i himpunan terbuka Akibat 9.3 (i Irisan sembarang himpunan-himpunan tertutup adalah himpunan tertutup (ii Gabungan berhingga himpunan-himpunan tertutup adalah himpunan tertutup Soal Latihan 1 Tentukan jenis himpunan berikut , apabila a. A = {x|2 x 3, xR} b. B = {x|2 x 3, xR} c. C = {x|2 x 3, xR} d. D = {x|2 x 3, xR} 2 Tunjukkan bahwa himpunan berikut adalah himpunan terbuka a. A = (1, 3) b. B = {x|-1 x 2, xR} c. C = (a, b) d. D = { xR: |x| 3, } 3 Tunjukkan bahwa himpunan berikut adalah himpunan tertutup a. A = [1, 3] b. B = {x|-1 x 2, xR} c. C = [a, b] d. D = { xR: |x| 3, } 4 Selidikilah himpunan-himpunan berikut a. A = (1, 3] b. B = {x|-1 x 2, xR} c. C = (a, b) d. D = { xR: |x| 3, } Analisis Real_________________________________________ 28
  • 29. Titik Dalam dan Titik Batas Konsep lain yang sangat penting adalah tentang titik dalam. Titik dalam diartikan sebagai titik yang terletak dalam sebuah himpunan tertentu. Sebuah titik selain di dalam sebuah himpunan, mungkin juga terletak di luar dari himpunan, atau terletak pada batas himpunannya Definisi 10.1 x R dikatakan titik dalam (Interior) dari A R, jika ada 0 sedemikian sehingga v(x) A. Himpunan semua titik dalam dari A yaitu A0 = { x R : x titik dalam dari A } Contoh 1 Tunjukkan bahwa jika A = (0, 1), maka A0 = (0, 1) dan jika B = [0, 1] maka B0 = (0, 1) Jawab Ambil x A sembarang ( ini berarti x diantara 0 dan 1 ) Akan ditunjukkan bahwa x A0 Pilih = min { | x/2 | , |(1-x)/2| }, lihat gambar berikut (---------------x--------------------------) atau (---------------------------x-------------) 0 1 0 1 x 1-x x 1-x sehingga bisa kita buat v(x) (--------(-------x---------)---------------) atau (--------------------(-------x-------)----) 0 1 0 1 v(x) v(x) Analisis Real_________________________________________ 29
  • 30. maka v(x) A. kadi x titik dalam dari A atau x A0 Karena x diambil sembarang. Maka x adalah interior A untuk setiap x(0, 1). Selanjutnya bila x 0 atau x 1, maka untuk setiap 0, v(x) A, lihat gambar berikut, x------(--------------------------------) atau (------------------------------------)-------x 0 1 0 1 v(x) v(x) Jadi untuk x 0 atau x 1 bukan interior dari A sehingga A0 = (0, 1). Definisi 10.2 X R dikatakan titik batas dari A R Jika untuk setiap 0, V(x) A dan V(x) Ac . Himpunan semua titik batas dari A yaitu A ={ x R : x titik batas A } dikatakan batas dari A. Contoh 2 Misalkan A = (a, b) R. Tentukan semua titik batas dari A Penyelesaian Ambil x R, x a sembarang, akan diselidiki apakah x titik batas dari A. e = a - x Karena x a, pilih 2 , maka --------------(-----x-----)-----(---------------------)-------- x- x+ a b a - x X - = x - 2 = a 2x - a + x = - 3a - a = 2 3x a 2 2 a x + e = x + a - x = + - = + a + a = 2 x a 2 2x a x 2 2 sehingga V(x) A = (x - , x + ) (a, b) = . Jadi, untuk semua x a, x bukan titik batas dari A. Ambil x R, x b sembarang, akan diselidiki apakah x titik batas dari A. Analisis Real_________________________________________ 30
  • 31. e = x - b Karena x b, pilih 2 , maka -------------------(---------------------)-----(-----x-----)----- a b x- x+ x - b X - = x - 2 = b 2x - x + b = + b + b = 2 x b 2 2 b x + e = x + x - b = + - = - 3b - b = 2 3x b 2 2x x b 2 2 sehingga V(x) A = (x - , x + ) (a, b) = . Jadi, untuk semua x b, x bukan titik batas dari A. Ambil x R, a x b sembarang, akan diselidiki apakah x titik batas dari A. , b x x a Pilih = min þ ý ü î í ì - - 2 2 . e = x - a Andaikan 2 , maka -------------------(-----(-----x-----)---------------)--- a x- x+ b x - a x - = x - 2 = a 2x - x + a = + a + a = 2 x a 2 2 b x + e = x + x - a + - = + - = + b + b = 2 x b 2 2x b x 2 x b x 2 2 Sehingga V(x) = (x - , x + ) (a, b) atau V(x) Ac = . e = b - x Andaikan 2 , maka -------------------(---------------(-----x-----)-----)--- a x- x+ b b - x x - = x - 2 a x - x - a = - + = + a + a = 2 x a 2 2x x a 2 2 b x + e = x + b - x = + - = + b + b = 2 x b 2 2x b x 2 2 Analisis Real_________________________________________ 31
  • 32. Sehingga V(x) = (x - , x + ) (a, b) atau V(x) Ac = . Jadi, untuk semua a x b, x bukan titik batas dari A. Untuk setiap 0 sembarang, maka (i untuk x = a, V(a) A = (a - , a + ) (a, b) = (a, a + ) . V(a) Ac = (a - , a + ) {(-, a] [b, ) = (a - , a) . --------------(-------(-------)------------------------)--- x- a x+ b V(a) A V(a) Ac (ii Untuk x = b, V(b) A = (b - , b + ) (a, b) = (b - , b) . V(b) Ac = (b - , b + ) {(-, a] [b, ) = (b, a + ) . -----------------(--------------(-------)-------)-------------- a x- b x+ V(b) A V(b) Ac Jadi, untuk x = a dan x = b merupakan titik batas dari A. Dengan demikian A ={a, b} Definisi 10.3 Misalkan A R, himpunan A dikatakan penutup dari A bila A = A A’ Contoh 3 (i Misalkan A = (0,2), maka A’ = [0, 2] dan A = A A’ = [0, 2] (ii Misalkan B =[1,3], maka B = [1,3] Soal Latihan 1 Selidikilah apakah himpunan berikut terbuka atau tertutup a. A = (0, 4) b. B = [-1,1] c. C = (-1, 2] 2 Perlihatkan bahwa himpunan E ={xR: x 3} dan F = {xR: x 0} adalah himpuanan-himpunan terbuka? 3 Tentukan titik-titik dalam dari soal nomor 1? 4 Perlihatkan AR adalah himp. terbuka jika dan hanya jika xoA untuk semua x? 5 Perlihatkan A R adalah himpunan terbuka jika dan hanya jika A tidak memuat semua titik batasnya! Analisis Real_________________________________________ 32
  • 33. 6 Perlihatkan A R adalah himpunan tertutup jika dan hanya jika A memuat semua titik batasnya! 7 Buktikan pernyataan-pernyataan berikut ini a. (A B)o = Ao Bo b. (A B)’ = A’ B’ c.A ÈB = A ÈB BARISAN Kata barisan memiliki makna yang sangat bergantung dari siapa yang menafsirkannya. Akan tetapi, menurut hemat penulis, ada kesamaan makna tentang barisan, yaitu adanya “pola tertentu”. Bukan makna yang akan kita kaji, tetapi pengertiannya dalam sudut pandang matematika. Definisi 11.1 Jika S sebuah himpunan, Sebuah barisan di S adalah sebuah fungsi dengan domain N bilangan asli dan range xn, xnS, di mana X : N S atau X(n) = xn. Untuk mempermudah pemahaman kita, sebuah barisan cukup dinyatakan dengan {xn: n N}. Perhatikan barisan bilangan genap berikut, 2, 4, 6, 8, … Barisan bilangan genap di atas dapat dinyatakan dengan xn = 2n dengan n bilangan asli. Dengan demikian barisan dapat dinyatakan secara sederhana melalui sebuah rumus. Selain itu, barisan juga dapat ditentukan apabila diketahui nilai dari x1 dan rumus dari xn+1, n 1 diketahui. Sebagai contoh perhatikan formula berikut, x1 = 2, xn+1 = xn + 2, n 1 atau secara lebih kompleks, dinyatakan dengan x1 = 2, xn+1 = xn + x1, n 1 Rumusan di atas dinamakan definisi induktif dari sebuah barisan. Cobalah Anda tentukan barisan yang dimaksud! Definisi 11.2(Sifat Barisan) Jika X = xn dan Y = yn adalah barisan di R dan c di R, maka Analisis Real_________________________________________ 33
  • 34. a X + Y = (xn + yn) adalah barisan di R b X - Y = (xn - yn) adalah barisan di R c X . Y = (xn . yn) adalah barisan di R d c Y = (cxn) adalah barisan di R e X/Y = (xn / yn) adalah barisan di R, asalkan yn 0 Untuk lebih memahami sifat di atas, misalkan diberikan barisan X = (2, 4, 6, 8,…,2n,…) dan Y =(1, ,..., 1 3 ,...) n 1 , 1 2 Maka X + Y = ö ÷ ÷ø æ + ,... ç çè ,..., 2n 1 3 n 3, 9 ,19 2 2 X – Y = ö ÷ ÷ø æ - ,... ç çè ,..., 2n 1 3 n 2, 7 ,17 2 2 XY = ( 2,2,2,….,2,….) 3X = ( 6, 12, 18, 24,….,6n,…) X Y = ( 2, 8, 18, … ,2n2, …) Akan tetapi, apabila barisan Z di R didefinisikan dengan Z = ö ÷ ÷ø æ - - ,... ç çè 1,0,1,0,...,1 ( 1) 2 n Maka X/Z tidak terdefinisi, karena beberapa nilai dari barisan Z = 0. Limit Barisan Salah satu konsep yang penting dalam barisan adalah limit barisan. Limit barisan berarti nilai yang dituju oleh sebuah barisan apabila n semakin membesar. Untuk lebih memahami marilah kita lihat definisi limit barisan berikut, Definisi 11.3 Misalkan xn adalah sebuah barisan di R. Sebuah elemen x di R dikatakan limit barisan apabila untuk setiap lingkungan V dari x, ada bilangan asli Kv sedemikian sehingga untuk setiap n Kv maka xn di V. Jika x adalah nilai limit dari xn maka dikatakan xn konvergen ke-x. Jika barisan Analisis Real_________________________________________ 34
  • 35. mempunyai limit maka dikatakan barisan konvergen. Jika barisan tidak mempunyai limit maka barisan divergen. Sebagai langkah dalam membuktikan atau menunjukkan kekonvergenan barisan, kita memerlukan sebuah teorema. Teorema yang dimaksud adalah Teorema 11.4 Misalkan xn sebuah barisan di R. Sebuah elemen x di R adalah sebuah limit dari xn jika dan hanya jika untuk setiap 0 terdapat bilangan asli K() sedemikian sehingga untuk setiap n K(), maka |xn – x| . Teorema di atas dapat dituliskan dalam notasi simbol berikut, Misalkan xn sebuah barisan di R, lim xn = x Jika dan hanya jika 0, K() sdm shg n K()|xn – x| Bukti teorema Vx() Misalkan x adalah limit barisan xn, berdasarkan definisi 7.1, misalkan 0 dan anggap sebuah lingkungan Vx(), maka ada bilangan asli KV() sedemikian sehingga jika n KV() , maka xn di Vx(). Hal ini menunjukkan bahwa |xn – x| . Untuk lebih jelas perhatikan ilustrasi gambar berikut ini, .x |xn – x| xn Lemma 11.5 Barisan yang konvergen adalah terbatas Bukti Misalkan x = lim xn dan ambil = 1 berdasarkan teorem 7.2, maka terdapat bilangan asli K(1) sedemikian sehingga jika n K(1), maka |xn – x| 1. Dengan menggunakan sifat ketaksamaan Analisis Real_________________________________________ 35
  • 36. segitiga, khusunya untuk n K(1), maka xn x + 1. Selanjutnya kita buat sebuah himpunan dengan M = sup{|x1|, |x2|, |x3|, …,|xK-1|,|x| + 1}, maka |xn| M untuk semua nN. Beberapa contoh barisan berikut akan mempermudah Anda dalam memahami barisan konvergen. Contoh 1 Misalkan xn = 1/n adalah barisan di R. Tunjukkan bahwa lim xn = 0. Bukti Ambil sembarang 0. Berdasarkan sifat Archimedian maka ada bilangan asli K() sedemikian sehingga 1/ K() . Selanjutnya jika n K() kita peroleh 1 e e 0 x 1 n = £ K( ) n Hal ini menunjukkan bahwa |xn – 0| untuk n K(). Karena dipilih sembarang maka membuktikan bahwa lim(1/n) = 0. Contoh 2 Misalkan a 0 dan xn = 1/(1+ na) di R. Buktikan bahwa lim xn = 0 Bukti Pertama, karena a 0, maka kita peroleh 1 na 0 1 + 1 na . Selanjutnya ambil Ambil sembarang 0. Berdasarkan sifat Archimedian maka ada bilangan asli K() sedemikian sehingga 1/ K() a. Selanjutnya jika n K() kita peroleh e 1 e 1 £ 0 1 + K( )a na 1 na Hal ini menunjukkan bahwa |1/(1+ na) – 0| untuk n K(). Karena sembarang, maka membuktikan bahwa lim xn = 0 Contoh 3 Misalkan bR dimana 0 b 1, Apabila xn = bn, tunjukkan bahwa lim xn = 0 Bukti Untuk membuktikan limit tersebut, kita dapat menuliskan b dalam bentuk b 1 + 1 a = dengan a 0. Berdasarkan sifat ketaksamaan Bernoulli dimana (1 + a)n 1 + na, untuk setiap nN, maka kita peroleh Analisis Real_________________________________________ 36
  • 37. 1 na 1 n 1 na 0 b 1 n (1 a) + £ + = . Selanjutnya seperti yang dilakukan pada contoh sebelumnya, jika diambil 0 sembarang, maka terdapat bilangan asli K() sedemikian sehingga jika n K(), maka |bn – 0| . Hal ini menunjukkan bahwa lim xn = lim bn = 0. Contoh-contoh yang telah diuraikan di atas merupakan strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk menunjukkan sebuah barisan konvergen atau tidak. Untuk lebih memahami barisan dan kekonvergenaannya silahkan Anda kerjakan latihan berikut ini, Soal Latihan 5 Susunlah sebuah barisan apabila diketahui an = n2 – 2n + 1 6 Susunlah sebuah barisan apabila diketahui a1 = 1 dan an+1 = 1 + 2a1 7 Buatlah rumus untuk barisan bilangan berikut a (3, 5, 9, 17, 33,…..) b (½, 2/3, ¾, 4/5, 5/6, ….) 8 Diketahui sebuah barisan X = (1, 3, 5, 7,…, 2n-1,……) dan Y = ( 1, 4, 9,…,n2,…), tentukanlah barisan dari a X + Y b 2X – Y c X.Y d X/Y 9 Tunjukkan bahwa a Misalkan bR, maka lim(b/n) = 0 b Lim(1/n – 1/(n+1)) = 0 c Apabila bn barisan yang konvergen ke-b dan cR, tunjukkan bahwa lim c.bn = c.b 10 Selidikilah apakah barisan berikut konvergen a = 1 a. n 2 n b. bn = 2rn, apabila 0 r 1 Analisis Real_________________________________________ 37
  • 38. 1 + c. cn = n(n 1) (-1)n d. dn = n e. yn = (-1)n Subbarisan dan Kombinasi Barisan Pada bagian ini, kita akan melihat pengertian tentang subbarisan dan juga kombinasi atau operasi dari beberapa barisan konvergen. Seperti dalam himpunan, kita mengenal subhimpunan, begitupula dalam barisan dikenal subbarisan. Cobalah Anda perhatikan barisan X : 1, -2, 3, -4, 5, -6, 7, -8,…………. Barisan di atas dapat kita bagi dua bagian yaitu, X1 : 1, ,3, ,5, ,7,………..(barisan suku ke-1, suku ke-3, suku ke-5,…….) X2 : -2, ,-4, ,-6, ,-8,…….. (barisan suku ke-2, suku ke-4, suku ke-6,…….) Barisan X1 dan X2 merupakan barisan bagian dari X, dengan X1 merupakan barisan suku ganjil dari barisan X dan X2 merupakan barisan suku genap dari X. Secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut, Definisi 12.1 Jika X = xn dan jika r1r2r3…rn…… adalah barisan bilangan asli yang meningkat, maka barisan X’ yang didefinisikan dengan (xr1, xr2, xr3,……,xrn,…….) dinamakan dengan Subbarisan dari X. Lemma 12.2 Jika barisan X konvergen ke-x, maka sembarang subbarisan dari X yang konvergen ke-x. Analisis Real_________________________________________ 38
  • 39. Bukti Misalkan V adalah lingkungan dari nilai limit x, berdasarkan definisi, ada bilangan asli Kv sedemikian sehingga untuk semua n Kv, maka xn termasuk dalam V. Sekarang misalkan X’ adalah subbarisan dari X, di mana (xr1, xr2, xr3,……,xrn,…….) Karena rnn, maka rn Kv, dan xn termasuk dalam V, ini menunjukkan bahwa X’ juga konvergen ke-x. Berikutnya marilah kita lihat kombinasi dari dua barisan yang konvergen. Kombinasi yang dimaksud dalam hal ini adalah berkaitan dengan sifat barisan yang telah diuraikan di atas. Kombinasi dari barisan yang konvergen dapat dilihat pada teorema berikut ini, Teorema 12.3 a Jika X dan Y adalah barisan yang konvergen ke-x dan ke-y, maka barisan a.1 X + Y konvergen ke- (x+y) a.2 X – Y konvergen ke-(x-y) a.3 X.Y konvergen ke-x.y b Misalkan X = xn adalah barisan yang konvergen ke-x dan misalkan A = an barisan yang konvergen ke-a, maka barisan anxn akan konvergen ke-ax c Misalkan X = xn adalah barisan yang konvergen ke-x dan misalkan B = bn barisan taknol yang konvergen ke-b dan taknol, maka barisan bn -1 xn akan konvergen ke-(b-1 x). Bukti a. 1. untuk membuktikan (xn+yn)x+y, kita perlu memanipulasi |(xn+yn)-(x+y)| dengan cara sebagai berikut, |(xn+yn)-(x+y)|= |(xn-x) + (yn-y)| |(xn-x)| + |(yn-y)| Berdasarkan hipotesis, jika 0, kita pilih K1 sedemikian sehingga jika n K1, maka |(xn-x)| /2 dan pilih K2 sedemikian sehingga jika n K2, maka |(yn-y)| /2. Selanjutnya pilih K0=sup{K1,K2} dan n K0, maka kita dapat simpulkan bahwa, |(xn-x)| + |(yn-y)| /2 + /2 = Karena dipilih sembarang, maka X + Y konvergen ke-(x+y). Analisis Real_________________________________________ 39
  • 40. a.2 Alasan yang sama dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa X – Y akan konvergen ke- (x-y). a.3 untuk membuktikan X.Y konvergen ke-(x.y), kita dapat menduga bahwa |xn.yn –x.y| = |(xn.yn – xn.y) + (xn.y – x.y)| |xn(yn – y)| + |(xn – x).y| Berdasarkan lemma, barisan konvergen terbatas, maka ada bilangan asli Mo yang merupakan batas atas dari {|xn|,|yn|}. Selanjutnya, dari barisan X dan Y yang konvergen, kita simpulkan bahwa jika 0 diberikan, maka ada bilangan asli K1, K2 sedemikian sehingga jika nK1, maka |(xn-x)| /2M dan ika nK2 maka |(yn-y)| /2. Selanjutnya pilih K0=sup{K1,K2} dan n K0, maka kita dapat simpulkan bahwa, |xn.yn –x.y| M|(yn – y)| + M|(xn – x)| M(/2M + /2M) = Ini membuktikanbahwa X.Y konvergen ke-(x.y). b. Bukti ini sama dengan a.3 hanya mengganti y dengan a c Kita coba merubah x 1 b ö x 1 b ö çè æ £ - + - x 1 x 1 b x x b 1 b b b.b x x b 1 b x b x 1 b x 1 b x 1 b 1 n n n n n n n n n n n n n = - + - ÷ø + æ - ÷ ÷ø ç çè - = - Sekarang misalkan M 0 sedemikian sehingga 1/M |b| dan |x| M Ini menunjukkan bahwa ada bilangan asli K0 sedemikian sehingga jika nK0, maka 1/M |bn| dan |xn| M Disini jika nK0, kita punyai x 1 b x M b b Mx x b 1 n n 3 n n - £ - + - Selanjutnya, jika 0 diberikan, maka ada bilangan asli K1, K2 sedemikian sehingga jika nK1, maka |bn - b| /3 2M dan ika nK2 maka |xn-x| /2M. Selanjutnya pilih K0=sup{K1,K2} dan n K0, maka kita dapat simpulkan bahwa, - e + e = e 2M M 2M x 1 b x M b 1 3 3 n n Analisis Real_________________________________________ 40
  • 41. Ini membuktikan bahwa (xn/bn) konvergen ke-(x/b) Untuk lebih memahami kombinasi barisan konvergen di atas, ada baiknya Anda perhatikan contoh-contoh berikut ini, Contoh 1 Misalkan X = xn adalah sebuah barisan yang didefinisikan dengan = + x 2n 1 n + n 5 , dengan n bilangan asli Jawab Kita dapat menuliskan kembali xn sehingga menjadi = + x 2 1/ n n + 1 5/ n , jadi X merupakan pecahan dari dua barisan Y = 2 + 1/n dan Z = 1 + 5/n. Karena barisan penyebut Z tidak nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa 2 = = + limX limY = 2 = 1 lim(2 1/ n) lim(1 5 / n) limZ + Jadi, barisan X konvergen ke-2 Contoh 2 Misalkan barisan Y = yn didefinisikan dengan = - y 2n 1 n 2 + n 1 Jawab Dengan cara yang sama, kita bisa tentukan bahwa = - y 2 1/ n n + n 1/ n sehingga 0 = - limy lim(2 1/ n) = 2 = n limn + lim(n 1/ n) jadi, barisan Y konvergen ke-0. Analisis Real_________________________________________ 41
  • 42. Soal Latihan 1 Buatlah sebuah barisan divergen, akan tetapi memiliki subbarisan yang konvergen? 2 Tentukan subbarisan yang konvergen dari barisan berikut, a 1, ½, ¼, 1/8, 1/16,…………………… b 2, -1, ½, -1/4,………………. c 1, 1, 1, 1, 1,………….. 3 Tentukan apakah barisan berikut konvergen atau divergen, a. xn= n/(n+1) b. xn = (-1)n .n/(n+1) c. xn = 2n/(3n2 + 1) d. xn = (2n2 + 3)/(3n2 + 1) e. xn = n2 – n f. xn = 2n2/(2n+1) 4 Jika X dan Y adalah sebuah barisan dan X + Y konvergen, apakah X dan Y konvergen dengan lim(X +Y) = lim X + lim Y? 5 Jika X dan Y adalah sebuah barisan dan X.Y konvergen, apakah X dan Y konvergen dengan lim(X.Y) = lim X . lim Y? Analisis Real_________________________________________ 42
  • 43. Kriteria Kekonvergenan Pada pertemuan sebelumnya, Anda telah mempelajari bagaimana menentukan kekonvergenan barisan melalui konsep limit. Selain itu, kekonvergenan barisan juga dapat ditentukan dengan melihat sifat dari barisan tersebut. Untuk itu, kita akan mengkaji kekonvergenan barisan berdasarkan kriteria kekonvergenan barisan. Kriteria kekonvergenan yang akan dibahas adalah Kriteria kemonotonan barisan dan kriteria Chaucy. Kriterian Barisan Monoton Pada bahasan kalkulus I, kita mengenal ada fungsi monoton naik dan fungsi monoton turun. Sedangkan barisan adalah sebuah fungsi. Jadi, kita bisa menarik benang merah antara barisan dan fungsi. Dalam hal ini, barisan juga mengenal barisan monoton naik dan barisan monoton turun. Cobalah Anda lihat beberapa contoh barisan berikut dan tentukan manakah yang termasuk barisan monotono naik dan manakah yang termasuk barisan monoton turun. Contoh i 2, 3, 4, 5,……… ii 3, 3, 3, 3,………. iii ½, 2/3, ¾. 4/5,……… iv –1, 1, -1, 1, -1, …….. v 4, 2, 1, ½, ¼, …….. vi 4, 2, 0, -2, -4, ……….. Anda tentu bisa menentukan dengan cepat bukan! Sekarang perluas wawasan Anda dengan melihat teorema berikut. Analisis Real_________________________________________ 43
  • 44. Teorema 13.1( Teorema Kekonvergenan Barisan Monoton) Misalkan X =(xn) adalah barisan di real yang monoton naik, yaitu x1 x2 x3 x4 x5….. xn xn+1 ………. Maka barisan X konvergen jika dan hanya jika barisannya terbatas, dalam hal ini Lim(xn) = sup{xn} Bukti (dari kiri kekanan) Berdasarkan pada lemma sebelumnya, bahwa barisan konvergen adalah terbatas. Jika lim xn = x dan 0, maka ada bilangan asli K() sedemikian sehingga jika n K(), maka x - xn x + , lihat gambar berikut . . . . . . . . . . . ….|…….| x1 x2 x3 x* x*- x*+ Karena xn monoton, maka kita peroleh, x - sup{xn} x + dan berdasarkan sifat harga mutlak kita peroleh |x - sup{xn}| . Karena benar untuk setiap nilai , maka dapat disimpulkan bahwa lim xn = x = sup{xn}. (dari kanan kekiri) Misalkan bahwa xn adalah barisan monoton naik yang terbatas dari bilangan real. Menurut prisnsip Supremum terdapat x* = sup{xn}. Kita harus menunjukkan bahwa x* adalah nilai limit dari barisan tersebut. Karena x* adalah batas atas dari semua elemen xn, maka xn x*, untuk semua nN. dan juga dikarenakan x* adalah supremumnya, maka jika 0 bilangan x*- bukanlah batas atas dari xn dan terdapat bilangan asli K() sedemikian sehingga x*- x K() karena barisan adalah monoton naik, untuk n K() kita peroleh x*- xn x* dan menunjukkan bahwa | xn - x*| . Ingat bahwa x* adalah suprimum dari xn sehingga bila 0 diberikan ada bilangan asli K() sedemikian sehingga | xn - x*| dimanapun n K(). Jadi, lim xn = x* Akibat 13.2 Misalkan X =(xn) adalah barisan di real yang monoton turun, yaitu Analisis Real_________________________________________ 44
  • 45. x1 x2 x3 x4 x5….. xn xn+1 ………. Maka barisan X konvergen jika dan hanya jika barisannya terbatas, dalam hal ini Lim(xn) = inf{xn} Bukti Misalkan barisan yn = -xn, untuk nN. maka barisan yn adalah barisan monoton naik. Lihat kembali bukti teorema di atas. Kriteria barisan monoton berdasarkan teorema di atas agaknya membantu kita untuk melihat apakah sebuah barisan konvergen atau tidak. Cobalah perhatikan dua contoh berikut ini, Contoh 1 Selidikilah kekonvergenan dari barisan X = 1/n Jawab Kalau kita uraikan barisannya adalah 1, ½, 1/3, ¼, 1/5, 1/6,…… Dengan mudah dapat ditentukan bahwa barisan tersebut adalah barisan monoton turun, dan juga semakin besar n maka barisannya akan menuju ke-0. hal ini menunjukkan bahwa, x1 x2 x3 x4 x5….. xn xn+1 ……….0 sehingga berdasarkan akibat 8.2 dapat disimpulkan bahwa barisan X = 1/n adalah konvergen. Kita bisa menentukan nilai dari lim X apabila bisa menentukan nilai inf(1/n). Karena inf(1/n) = inf{1, ½, 1/3, ¼, 1/5,…1/n,…} = 0, maka lim X = inf(1/n) = 0. Jadi, X konvergen ke-0. Contoh 2 Selidikilah kekonvergenan dari Y = n/(n+1) Jawab Dengan menguraikan barisannya kita akan peroleh ½, 2/3, ¾, 4/5, 5/6,…… Hal ini menunjukkan bahwa ½ 2/3 ¾ 4/5 5/6 ……. 1 atau y1 y2 y3 y4 ….. yn yn+1 ………. 1 adalah sebuah barisan monoton naik dan terbatas pada 1. Sehingga berdasarkan teorema 8.1, dapat disimpulkan bahwa barisan Y adalah konvergen. Kita juga bisa melihat dengan mudah bahwa sup{n/n+1} = 1. sehingga lim Y = sup{n/n+1} = 1. Jadi, barisan Y = n/n+1 konvergen ke- 1. Analisis Real_________________________________________ 45
  • 46. Teorema kemonotonan barisan sangat berguna dan bermanfaat dalam menentukan kekonvergenan barisan, akan tetapi hanya tepat digunakan untuk barisan yang monoton. Kriteria lain yang dapat digunakan untuk menentukan kekonvergenan barisan adalah kriteria Chaucy. Kriteria ini akan kita kaji berikut, akan tetapi sebelumnya kita lihat sebuah teorema yang dikenal dengan nama Teorema Bolzano-Weierstrass. Teorema 13.3(Teorema Bolzano-Weierstrass) Sebuah barisan terbatas di R mempunyai subbarisan yang konvergen. Kita tidak akan melihat bukti dari teorema ini, tapi kita lihat salah satu contoh dari barisan yang mempunyai sifat seperti yang ada pada teorema tersebut. Perhatikan barisan 1, -1, 1, -1, 1, -1, ………. Apabila kita lihat barisan tersebut, maka barisan tersebut mempunyai batas bawah = -1 dan batas atas = 1. Dengan demikian barisan tersebut adalah barisan yang terbatas. Menurut teorema di atas, barisan tersebut memiliki subbarisan yang konvergen. Ini dengan mudah ditemukan, pilihlah sub barisan suku ganjilnya di mana barisannya adalah 1, 1, 1, 1,…… sehingga konvergen ke-1, demikian pula barisan suku genapnya, yaitu, -1, -1, -1, -1,…… yang konvergen ke-(-1). Sebelum melihat teorema chaucy, tentunya lebih baik kita mengetahui barisan yang termasuk dalam barisan Cauchy terlebih dahulu. Sebuah barisan Chaucy ditentukan berdasarkan definis berikut, Definisi 13.4 Sebuah barisan X = xn di R dinamakan Barisan Chaucy apabila untuk setiap 0, ada bilangan asli M() sedemikian sehingga untuk semua m, n M(), maka |xm – xn| . Lemma 13.5 Jika X = xn adalah barisan konvergen, maka X adalah barisan Chaucy Bukti Jika x = lim X, maka setiap 0, ada bilangan asli K(/2) sedemikian sehingga untuk semua n K(/2), maka |xn – x| /2. Jadi, jika M()=K(/2) dan j m, n M(), maka |xm – xn||xm – x|+|x – xn| /2 + /2 = . Hal ini menunjukkan bahwa barisan konvergen X adalah barisan Chaucy. Bila kita kaitkan dengan teorema Bolzano_Weierstrass kita akan memperoleh lemma berikut, Analisis Real_________________________________________ 46
  • 47. Lemma 13.6 Barisan Chaucy adalah barisan terbatas Bukti Karena X = xn adalah barisan Chaucy dan misalkan = 1. Jika m =M(1) dan n M(1), maka |xm – xn| 1. Berdasarkan sifat ketaksamaan segitiga kita peroleh |xn||xm|+1 untuk n M(1). Selanjutnya, jika B = sup{|x1|,|x2|,|x3|,…|xn|,…,|xm|+1}, maka kita punya |xn| B untuk semua nN. Jadi, barisan Chaucy adalah terbatas. Lemma 13.7 Jika subbarisan X’ dari barisan Chaucy konvergen ke-x, maka elemen barisan X konvergen juga ke-x. Sekarang kita akan melihat sebuah kriteria kekonvergenan yang sangat penting untuk sebuah barisan. Kriteria tersebut dinamakan dengan Kriteria Chaucy. Kriteria ini dimuat dalam sebuah teorema berikut, Teorema 13.8(Kriteria Kekonvergenan Chaucy) Sebuah barisan konvergen jika dan hanya jika barisan tersebut adalah barisan Chaucy Bukti (kiri kekanan) Berdasarkan lemma 13.5 diperoleh bahwa jika barisan konvergen, maka barisan tersebut adalah barisan Chaucy. Sebaliknya, dari kanan kekiri Misalkan X adalah barisan Chaucy, maka berdasarkan lemma 13.6 didapat barisan X terbatas. Menurut Teorema Bolzano-Weierstass, barisan terbatas memiliki subbarisan X’ yang konvergen. Berdasarkan lemma 13.7 elemen dari barisan X konvergen ke nilai lim dari X’. Untuk lebih memahami penggunaan kriteria Cauchy marilah kita lihat contoh barisan X = 1/n. Untuk menentukan kekonvergenan barisan X, kita hanya perlu menentukan apakah X adalah barisan cauchy atau bukan. Sedangkan barisan Chaucy dapat ditentukan berdasarkan definisi 13.1. Sekarang, ambil 0 sembarang, untuk n = m, maka berapapun bilangan asli M() akan memenuhi Analisis Real_________________________________________ 47
  • 48. |xm-xn| =|1/m - 1/n| = 0 . Untuk n m, pilihlah bilangan asli k sehingga n = m + k, dengan demikian |xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/m - 1/m+k|=|k/m(m+k)| k/m2 dengan demikian pilih M() = m = k / e sedemikian sehingga |xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/m - 1/m+k|=|k/m(m+k)| k/m2 = Untuk n m, pilihlah bilangan asli k sehingga m = n + k, dengan demikian |xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/n+k - 1/n|=|-k/n(n+k)| k/n2 dengan demikian pilih M() = n = k / e sedemikian sehingga |xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/n+k - 1/n|=|-k/n(n+k)| k/n2 = Jadi, untuk setiap 0 sembarang, ada bilangan asli M() sedemikian sehingga jika m,n M() maka |xm-xn| . Jadi, X = 1/n adalah konvergen. Soal Latihan 1. Buatlah sebuah barisan yang monoton naik dan konvergen, kemudian tentukan rumusnya ? 2 Buatlah sebuah barisan yang monoton turun dan divergen, kemudian tentukan rumusnya? 3 Buatlah sebuah barisan yang tidak monoton naik atau tidak monoton turun? 4 Selidikilah apakah barisan X = rn konvergen? Tunjukkan! 5 Gunakan Kriteria Kemonotonan untuk menentukan kekonvergenan barisan berikut, 2 2 a. X = n n 1 + - 2n -1 b. Y = 3n c. X = 1 1 - n 1- 1 d. Y = n 6 Gunakan Kriteria Chaucy untuk menentukan kekonvergenan barisan berikut, 2 2 a. X = n n 1 + - 2n -1 b. Y = 3n c. X = 1 1 - n 1- 1 d. Y = n Analisis Real_________________________________________ 48