Tari berpasangan dan kelompok daerah Sulawesi Selatan membutuhkan kerja sama dan komunikasi antar penari. Tari berpasangan dapat dilakukan oleh pasangan laki-laki dan perempuan atau sesama jenis, sedangkan tari kelompok lebih menekankan kekompakan tiga orang penari atau lebih. Gerak, musik, dan pola lantai yang bervariasi membuat tari-tari tersebut dinamis dan menarik.
1. Tari Berpasangan/Kelompok Daerah Setempat - Sulawesi Selatan
1. Jenis Karya Tari Berpasangan Daerah Setempat
Tari berpasangan secara konsep koreografi di peruntukkan bagi dua penari yang saling
merespon satu sama lain. Penari dituntut kerja sama, komunikasi
dan keserasian dari penarinya. Setiap penari mempunyai hubungan interaktif antara penari
yang satu dengan penari yang lain, Hal ini menandakan bahwa dalam tari berpasangan
dibutuhkan kerja sama, agar satu penari dengan penari lain atau pasangannya bisa saling
mengisi atau saling mendukung. Karya tari berpasangan dimaknai sebagai tari yang
dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan, bisa juga berpasangan keduanya laki-laki, atau
berpasangan keduanya perempuan. Secara tematik tari berpasangan menggambarkan
pertemanan (keceriaan secara berpasangan), pertentangan (adu ketangkasan atau bela diri)
dan percintaan.
Tarian kelompok yang berpasangan dapat kita lihat dalam tarian yang sifatnya bela diri, adu
ketangkasan atau peperangan. Dalam tarian ini dapat dipastikan bahwa penari dalam posisi
berhadap-hadapan dengan pasangannya. Apabila penari sendiri (tunggal) atau tidak punya
pasangan akan tampak tidak menarik, hal ini disebabkan gerak-gerak tarinya mengharuskan
saling merespon satu sama lain atau saling terkait. Penari harus saling memperhatikan gerak
masing-masing supaya sesuai dengan gerak pasangannya yang menjadi lawan mainnya.
Karya tari berpasangan yang ada di beberapa daerah di Sulawesi Selatan sangat banyak dan
beragam, misalnya :
Tari Sere Jaga Nigandang, Tari Pakkarena (Makassar), Tari Pajoge (Bugis), dan Tari
Ma'Badong (Toraja), Tari Sere Jaga Nigandang adalah tari berpasangan yang dilakukaan oleh
penari perempuan yang menggambarkan ketekunan seorang perempuan dalam bertutur,
berbuat dan menjalani kesehariannya. Tari Pajoge adalah tari kelompok yang ditarikan oleh
penari perempuan, tari ini menggambarkan keceriaan seorang perempuan. Di waktu lalu tari
ini ditampilkan untuk menghibur raja.
2. Jenis Karya Tari Kelompok Daerah Setempat
Dalam tari kelompok (group) biasanya dibawakan lebih dari tiga orang penari. Tari kelompok
bisa tercipta dari kelompok kecil atau besar, Kelompok kecil bisa terdiri dari empat sampai
dua puluh orang, dan kelompok besar terdiri dari dua puluh sampai dengan ratusan orang atau
massal. Hal ini tergantung pada tempat atau ruang yangh digunakan, Jenis tari kelompok
biasanya menyajikan gerakgerak yang sangat sederhana sebab yang diutamakan dalam tarian
ini adalah kebersamaan atau kekompakan, sehingga kalau geraknya sulit atau rumit akan
menyulitkan kekompakan kelompok. Setiap kelompok mempunyai hubungan interaktif
antara kelompok yang satu dengan kelompok penari yang lain.
Tari kelompok lebih mengutamakan kekompakan dan kebersamaaan diantara penarinya
sehingga penonjolan pribadi atau individu tidak dipentingkan. Penggarapan elemen desain
kelompoknya harus diutamakan entah itu derempak (unison), berimbang (unison), berimbang
(balanced), terpecah (broken), selang-seling (alternate), dan bergantian (canon), semuanya
saling terkait untuk mewujudkan suatu kekompakan atau kebersamaan. Beberapa contoh
tarikelompok yaitu :
Tari Ma'badong, adalah tari kelompok yang dilakukan oleh laki-laki parubaya, Ma'badong
ditampilkan dalam pelaksanaan upacara rambu solo, yang paling menonjol dalam kelompok
ini adalah syair-syair (musik) yang dilantungkan oleh penarinya.
2. Tari Bosara, tari ini menggambarkan sekelompok gadis-gadis dalam menjamu tamu-tamu
kehormatan, kue yang disuguhkan adalah kue-kue tradisional Sulawesi Selatan, seperti :
Barongko, bolu peca, biji nangka, cucuru bayao dll. yang disajikan diatas bosara ( Tari ini
adalah karya A.Sitti Nurhani Sapada).
Tari Padduppa, tari ini menggambarkan sekelompok gadis-gadis dalam menyambut tamu-
tamu kehormatan, tari ini sering pula ditarikan dalam jumlah massal (tari ini adalah karya
A.Sitti Nurhani Sapada)
Tari Mallatu Kopi, tari ini menggambarkan sekelompok gadis-gadis dalam memetik kopi di
kebun ( tari ini karya A.W. Tenri Sau A.Sapada)
Tari Ganrang Bulo, tari ini menggambarkan sekelompok anak-anak laki-laki dalam bermain
dibawah sinar bulan purnama, yang menarik karena mereka memakai properti sendok dan
bambu yang dibunyikan secara bergantian. Tari ini sifatnya lebih ke atraksi antara satu
penari dengan penari yang l;ainnya saling bergantian dalam menampilkan personalnya. Tari
ini juga sering dipakai untuk tari massal.
Tari Pattennung, tari ini menggambarkan sekelompok gadis-gadis yang sedang tekun
menenun sarung sutra. tari ini sering pula ditampilkan dalam kelompok massal.
Tari Batara, tari ini menggambarkan sekelompok gadis-gadis yang selalu bersyukur atas
berkah yang diterima dari maha pencipta.
3. Keunikan Tari Berpasangan/Kelompok
Gerak Tari
Apabila gerak tari dilakukan secara serempak atau rampak, berurutan, selang-seling dan lain
sebagainya akan membuat sajian tari lebih dinamis. Hal ini dapat dilihat dalam gerak tari
ganrang bulo. Gerakan torso, kepala, lengan, dan permainan desain kelompok, gerakan-
gerakan menirukan gerakan orang cacat yang bervariasi serta pergantian level yang sangat
cepat dengan pasangannya, sehingga setiap penari harus mengontrol gerakannya supaya bisa
saling mengisi atau tidak berbenturan dengan penari lain atau pasangannya.
Musik Iringan Tari
Irama dan dinamika musik yang cocok pasti akan mendukung atau mempertegas gerakannya
sehingga gerak-gerak tersebut nampak lebih hidup dan ekspresif. Musik inringan tari bisa
dimunculkan oleh orang/pemusik (musik eksternal), bisa pula dimunculkan melalui penarinya
sendiri (musik internal). Hal ini dapat dilihat pada langkah atau hentakan kaki di l;antai,
tepukan-tepukan yang dilakukan pada berbagai bagian tubuh, termasuk bunyi yang dihasilkan
oleh properti seperti bambu dan sendok yang saling isi mengisi, hal ini dapat dilihat dalam
tari ganrang bulo, tarian ini menuntut setiap penari dan pasangannyaharus mengontrol gerak
dan staminanya, karena ketika menari dituntut pula untuk bernyanyi dengan tempo yang
sangat cepat pula.
Pola Lantai
Pola Garis Lurus
Sebagian besar pengolahan desain lantainya bisa diolah dengan berbagai variasi mulai
berderet satu melintang dari kiri kekanan kemudian berganti menuju dua deret, Hal ini sangat
3. menarik apabila pergantiannya dilakukan dengan cepatsehingga membuat dinamika
tersendiri, Pola lantai tersebut bisa tercipta dua baris ke belakang atau dua baris dalam posisi
diagoanl, dlsb.
Pol;a Garis Lengkung
Tari Mallatu Kopi dan Tari Bosara, umumnya menggunakan desain atau pola melengkung
atau setengah lingkaran dan desain lingkaran. Di samping itu sering pula mempergunakan
pola lantai campuran (lurus dan lengkung) atau tidak beraturan seperti pola angka delapan
atau huruf S.
Dra. Nurlina Syahrir, M.Hum - Berkah Utami
(Diangkat untuk memenuhi materi pembelajaran siswa SMP Kelas VII-Genap)