Dokumen tersebut membahas tentang Sistem Informasi Desa (SID) yang dikembangkan oleh organisasi COMBINE untuk memfasilitasi pengelolaan data dan informasi di tingkat desa secara partisipatif dan transparan. SID telah diterapkan di beberapa desa sejak 2009, seperti Desa Balerante, Terong, dan Gilangharjo, dan membantu penanganan bencana, pelayanan masyarakat, serta pelestarian budaya lokal. Dokumen ini juga menjel
2. Prolog
SISTEM INFORMASI DESA
Sistem Informasi Desa yang pada awalnya disebut SIDESA hingga akh-irnya
menjadi SID memiliki dua pengertian, dalam arti sempit dan luas.
Dalam arti sempit SID dimaksudkan sebagai sebuah aplikasi yang mem-bantu
pemerintahan desa dalam mendokumentasikan data-data milik
desa guna memudahkan proses pencariannya. Sedangkan dalam arti
luas, SID diartikan sebagai suatu rangkaian/sistem (baik mekanisme,
prosedur hingga pemanfaatan) yang bertujuan untuk mengelola sumber
daya yang ada di komunitas.
Pada bidang pengertian yang luas ini terkandung misi organisasi
COMBINE yang bercita-cita memfasilitasi partisipan Jaringan COMBINE
untuk mewujudkan komunitas-komunitas otonom, agar mampu menye-lenggarakan
proses pengambilan keputusan kolektif secara demokratis
dan melakukan kontrol publik secara efektif, melalui pengembangan
sistem informasi komunitas yang mampu menghasilkan informasi yang
strategis dan cerdas untuk kepentingan komunitas dan pihak-pihak yang
menjadi mitra komunitas.
Gagasan Awal Sistem Informasi Desa (SIDESA) tercetus tahun 2008.
Tahapan yang dilakukan adalah membentuk tim kerja, entry data
kependudukan, pemanfaatan layanan publik, pemanfaatan analisis
asset dan konvergensi media dilakukan pada tahun 2010.
Beberapa alasan yang mewarnai lahirnya SID, antara lain:
1. Ada kebutuhan untuk memanggil/menemukan data secara cepat
dan akurat
2. Banyaknya permintaan dari pemerintahan supra desa yang mem-inta
data ke desa, namun tidak bisa dipenuhi dalam waktu yang cepat.
3. Dokumen-dokumen desa banyak yang tidak terselamatkan pada
saat gempa, sehingga ada kebutuhan untuk mengubah bentuk arsip dari
hardcopy menjadi softfile;
1
3. Peta Sebaran Desa Pengguna SID
sumber : http://lumbungkomunitas.net/program/wilayah/
Pengembangan dan Pemanfaatan
Pengembangan dan pemanfaatan Sistem Informasi Desa adalah untuk mem-berikan
informasi yang faktual terkait dengan tematik tertentu dalam suatu wilayah
administrasi dan atau kawasan sekaligus mengajak partisipasi parapihak yang me-miliki
data untuk berbagi, inisiasi disebut Sistem Informasi Supra Desa.
Selama berjalannya penerapan SID, SID telah termanfaatkan ntuk berbagai
macam kebutuhan desa, diantaranya :
1. Pemanfaatan oleh pemdes untuk peningkatan layanan administrasi adalah
pernah mendapatkan sosialisasi dan mengunakan aplikasi SID.
2. Pemanfaatan oleh warga untuk perencanaan pembangunan (AKP) adalah
digunakan oleh warga sebagai Instrumen utama untuk melakukan kajian sosial
warga setempat.
3. Pemanfaatan oleh warga untuk informasi kebencanaan adalah modeling
desa bersaudara
4. Pemanfaatan untuk konvergensi media adalah telah melakukan onlinenisai
web desa dan atau bersinergi dengan radio komunitas.
5. Pemanfaatan untuk pusat belajar adalah daerahnya kerap digunakan untuk
pembelajaran dan atau studi banding. Desa desanya adalah, Terong (Bantul),
Nglegi (Gunungkidul) dan Balerante (klaten)
6. Pemanfaatan untuk networking supra desa adalah tahapan inisiasi untuk
agregasi data yang dapat bersifat wilayah geografis dan atau wilayah adminis-trasi.
Selain itu juga, SID dapat juga diterapkan untuk membangun jaringan komuni-kasi
dan data antara desa dan supra desa. Hal ini sudah diinisiasi sejak tahun 2010,
diantaranya untuk pemanfaatan berbagai macam kebutuhan desa, diantaranya :
1. Mitigasi kebencanaan (Kawasan Merapi)
2. Analisis Tematik Lokal (AKP Gunungkidul berbasis KK)
3. Modeling Kecamatan (Kawasan Temanggung)
4. Modeling Kabupaten (Kawasan Kebumen – Opendata)
2
4. 3
300
250
200
150
100
50
0
Grak Pemanfaatan SID
2009 - 2014
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Peningkatan Layanan Administrasi Perencanaan Pembangunan (AKP)
Networking Supra-desa
Konvergensi Media Informasi Kebencanaan Pusat Belajar
Pustaka :
Rangoani Jahja, Haryana, Dina Mariana dan Meldi Rendra. 2012. “Sistem Informasi Desa, Sistem Informasi
dan data untuk Pembaruan Desa” Combine.
M. Kholirurohman, A.Nur Ajiyati, Irman Ariadi, Dewi Amsari, 2013. “Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem
Informasi dan Administrasi Desa/Kelurahan (SAID/K)”, Combine.
www.combine.or.id ;
www.lumbungkomunitas.net
5. DESA BALERANTE
DESA BALERANTE
Desa Balerante Kecamatan Kemalang
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
Alamat : Jalan Samas – Gilangharjo Dlingo Km 6.5, Dusun Terong II, Terong, Dlingo, Bantul, D.I. Yogyakarta
Website : http://balerante-klaten.info/
Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, adalah salah
satu desa yang paling awal memiliki sistim informasi desa (SID). Jainu dari Desa
Balerate menuturkan, keinginan memiliki SID itu muncul karena desanya belum
memiliki database. “Saya mikir bagaimana desa bisa punya data yang tersimpan
di komputer, yang bisa dicari dengan cepat. Karena saya kenal orang dari Com-bine,
saya minta dibuatkan data sederhana itu, dan ternyata bisa,” tuturnya
dalam Acara Workshop Nasional Pengelolaan dan pemanfaatan database par-tisipatif
sebagai pendukung reformasi perencanaan dan penganggaran Desa
pasca pengesahan UU Desa Jakarta 28 Februari 2014.
Menurut Jainu, data yang tersimpan
di SID memperlancar upaya penanga-nan
bencana. Ketika Merapi meletus,
warga Balerante harus mengungsi.
Selama tiga minggu pertama di pen-gungsian,
kondisi kacau karena tidak
ada akurat soal jumlah pengungsi dan
kebutuhan mereka. “Lalu kami memu-tuskan
pulang ke desa untuk melihat
apakah kantor desa tidak terkena awan
panas, dan untungnya kantor desa
masih utuh. Komputer di kantor desa lalu
kami bawa ke pengungsian, data-data
di dalamnya masih aman. Maka kantor desa untuk sementara pindah di pen-gungsian,”
terangnya.
Sistem Informasi Desa mulai dikenalkan kepada desa pada pertengahan Juni
2009 di Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Jawa Tengah
dan pada awal 2010 di Desa Terong Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul DIY.
Faktanya, kantor desa darurat yang didukung dengan data penduduk dalam
SID dapat membantu Pak Jainu dalam memberikan layanan publik dasar kepada
warganya selama di pengungsian. Selain itu, data desa bisa dengan mudah dise-diakan
kepada pihak/organisasi kemanusiaan yang datang mencari data untuk
urusan bantuan kemanusiaan. Manfaat SID dalam situasi darurat itu berlanjut
ketika ada proses ganti rugi sapi warga korban Merapi. Ada beberapa dusun di
Desa Balerante yang terdampak luncuran awan panas. Sebagian rumah dan
ternak musnah.
4
6. Ganti rugi ternak dari pemerintah pusat saat itu antara lain mensyaratkan adanya
bukti dokumen kependudukan setempat. Dengan adanya data di SID, Pak Jainu
bisa menyediakan data bukti kependudukan yang disyaratkan, sehingga proses
ganti rugi sapi untuk warga Desa Balerante dapat terselesaikan lebih cepat dari-pada
desa yang lain.
Batik Merapi balerante berawal dari erupsi merapi 2010, kala itu warga baler-ante
harus mengungsi di Dodiklatpur Klaten, kurang lebih dua bulan lamanya dan
di saat di pengungsian ada satu hal yang menarik untuk di pelajari yaitu adalah
belajar mbatik, yang waktu itu diajari dari mahasiswa Universitas Muhamadiyah
Surakarta ( UMS ) juga untuk mengisi hari-hari yang sangat menjenuhkan di barak
pengungsian.
Pengembangan Batik Merapi Balerante tetap ditekuni oleh sebagian warga
balerante, batik merapi balerante sudah banyak terjual baik melalui beberapa
pameran,pesanan,dan ada pula pembeli yang langsung datang ke balerante.
Keunikan motifnya adalah berceritera tentang pengurangan resiko bencana.
Kerjasama untuk optimalisasi pemanfaatan Sistem Informasi Desa di Desa
Balerante yang melibatkan semua elemen warga, selain aparat dan lembaga
lembaga desa untuk berperan aktif secara bersama-sama membangun data
yang tersimpan didalam SID tersebut, tidak hanya Pemerintah Desa saja yang
akan merasakan teapi seluruh masyarakat nantinya juga akan ikut merasakan
adanya SID di Desa Balerante.
Satu langkah yang dilakukan oleh Kepala Desa Balerante ( Sukono ) adalah
membuat JURNALIS DESA dengan harapan semua kegiatan Desa akan terdoku-mentasikan
sehingga dapat dipuplikasikan kepada masyarakat secara cepat
dan akurat.
Pustaka :
http://balerante-klaten.info
http://lumbungkomunitas.net
http://combine.or.id
DESA GIL ANGHARJO
Desa Gilangharjo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul
Alamat : Jalan Samas – Gilangharjo, Pandak, D.I. Yogyakarta
Inisasi gagasan penggunaan SID berawal pada tahun 2010, bersama Desa
Terong dan Desa Mulyodadi. Pada saat itu pemerintah desa mulai mendapatkan
visi pengelola data dan informasi yang komprehensif. Pergantian pengurus desa
dan tim pengelola SID membuat implementasi mengalami pasang surut. Tahun
2014 bertemu kembali dengan Combine pada saat Bimbingan Teknis SID Tahap I
di KPDTE Kabupaten Bantul.
7. Pemerintah Desa Gilangharjo membuka kesempatan yang luas kepada ber-bagai
pihak untuk mengadakan riset dan kajian didaerahnya. Perencanaan desa
yang terarah dan pendekatan partisipatif menyebabkan desa ini memiliki data
data digital yang terarah dan diwujudkan dalam bentuk multimedia presentasi.
Pengalaman baik dengan melibatkan pihak, masyarakat, akademisi, lembaga
swadaya masyarakat dan praktisi pemerhati sosial menghasilkan beberapa doku-men
strategis, kemandirian penduduk dan infrastruktur yang bermanfaat, mis-alnya
Multi media presentasi Desa Gilangharjo, kegiatan kepariwisatan, produk
kerajinan, inovasi seni budaya dan Sanggar Giri Gino Guno.
Pelestarian budaya, penciptaan anemitas dan memaksimalkan potensi setem-pat
membuat desa menjadi destinasi wisata dengan keunikan tersendiri. “March-ing
blek” dan wayang kertas merupakan karya dan kriya nyata yang masih bisa
disaksikan hingga saat ini.
Sebagai wujud dari pemanfaatan potensi wilayah desa, lahirlah beberapa
paket wisata edukasi yang dikelola oleh warga. Desa Gilangharjo menjadi bagian
penting dalam sejarah cikal bakal pendirian Kraton Mataram yang kemudian
menjadi Kraton Ngayojakarta.
DESA SIDOREJO
Desa Sidorejo Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten
Alamat : Jalan Deles Km 24
Sidorejo, Klaten, Jawa Tengah
Website : http://sidorejo-klaten.info
Posisi Desa Sidorejo yang terletak di
Kawasan Gunung Merapi secara lang-sung
berdampak saat terjadi erupsi
Merapi. Dua pengalaman erupsi Merapi
terakhir memberikan pengalaman yang
mengugah warga untuk menguatkan
desa bersaudara. Penerapan Sistem
Informasi Desa dimulai semenjak tahun
2010 dan pada tahun 2013 bisa diakses
oleh masyarakat luas.
Pengalaman Tahun 2010, desa ini
sebenarnya juga diarahkan pemerintah
daerah untuk mengamankan diri ke
Depo Militer di Wedi, Klaten. Namun, sebagian warga dari desa ini memilih untuk
tidak mengungsi ke barak pengungsian yang disediakan pemerintah. Warga dua
RT teratas di desa ini memilih untuk mencari desa yang bersedia untuk menerima
mereka. Hal ini diputuskan untuk dilakukan karena mereka tidak ingin pengala-man
mengungsi pada peristiwa erupsi 2006 terulang lagi.
5
8. Pengalaman Tahun 2006, warga desa-desa di
lereng Merapi di wilayah Klaten dipaksa men-gungsi
oleh pemerintah daerah setempat ketika
situasi belum dirasa penting untuk mengungsi.
Selain itu, kondisi pengungsian yang dikelola oleh
pemerintah sangat jauh dari layak. Sebagian
warga Desa Sidorejo ini kemudian diterima oleh
Pemerintah Desa Manjung di Kecamatan
Ngawen, Klaten. Di sana, warga Desa Sidorejo
dapat mengamankan diri dengan lebih layak
karena bisa mengelola diri mereka sendiri secara
mandiri.
Selama mengungsi, warga Sidorejo bisa tetap
melakukan banyak kegiatan yang biasanya rutin
mereka lakukan sehari-hari. Anak-anak pun bisa
tetap bersekolah di desa setempat. Bahkan, oleh
karena selama mengungsi mereka bisa sangat
dekat dengan warga, acara perpisahan harus
diadakan ketika warga Sidorejo ini akan pulang kembali ke desanya ketika status
Merapi telah dinyatakan aman.
DESA TERONG
Desa Terong Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul
Alamat : Jalan raya Patuk - Dlingo Km 6.5 di Dusun Terong II
Terong, Dlingo, Bantul, D.I. Yogyakarta
Website : http://terong-bantul.info/
Gagasan Awal SID dan Pengalaman Pemanfaatan Profil Desa untuk SID
“Diberbagai forum ketika bicara tentang desa, muncul stigma bahwa desa
identik dengan daerah terbelakang, kapasitas Pemerintah Desanya yang lemah,
SDM rendah, dan ini dianggap sebagai sebuah masalah besar. Banyak kebijakan
dan regulasi yang dibuat untuk menyelesaikan masalah tersebut, namun itu tidak
cukup membantu” (Sudirman Alfian, Kepala Desa Terong) . 2010
Inisator Desa Terong dan penggiat CRI, berdikusi lebih lanjut mengenai kebutu-han
desa terkait dengan Informasi Teknologi, stelah melalui tahapan ujicoba dan
konsultasi maka disepakati untuk menggunakan SID Versi 2. http://www.terong-bantul.
info/ saat ini menggunakan SID Vesri 3.04
http://terong.bantulkab.go.id/index.php/first
“Kalau dulu untuk mencari data penduduk menurut kelompok umur saja kesuli-tan
karena tidak mempunyai database nya. Dengan adanya SID menjadi lebih
mudah”. (Nuryanto, Kabag Pelayanan Pemdes Terong) Tahun 2010.
6
9. Baik untuk penanganan di tingkat lokal,
maupun untuk melayani permintaan dari
pihak pemerintahan supra desa maupun dari
institusi penyedia bantuan yang membutuh-kan
data penduduk desa. Berangkat dari pen-galaman
tersebut, perangkat desa dari
wilayah selatan Yogyakarta yang mengalami
dampak terbesar ini menyadari pentingnya
memindahkan data arsip yang semula dalam
bentuk hard copy menjadi soft copy. Namun
demikian, baru pada tahun 2008 kebutuhan
tersebut mendapatkan kesempatan untuk
dibicarakan secara intens dengan COMBINE
dan dijawab dengan pengembangan Sistem
Informasi Desa (SID).
“Berawal dari keinginan agar kantor pemerintahan desa bisa seperti swa-layan,
bisa menyediakan berbagai macam barang kebutuhan masyarakat,
mau cari barang bisa gampang, sudah ada harga
yang tertera dan tersusun dengan rapi, serta pembeli bisa memilih sendiri
barang apa yang mereka butuhkan”
(Joko S, Staff Pelayanan Pemdes
Terong) 2011.
Profil Desa yang diharapkan men-jadi
jawaban atas permasalahan pen-dataan
desa hingga kini masih belum
menjanjikan banyak manfaat, bahkan
untuk tingkat perangkat desa. Keter-batasan
Profil Desa tersebut, terutama
pada kapasitasnya untuk dapat
dimanfaatkan secara maksimal dan
tidak adanya keterhubungan antar
data. Dengan perkataan lain, data masih dalam bentuk tunggal, belum men-galami
agregasi dan tidak terolah dalam bentuk data sekunder sehingga tidak
dapat dilihat deskripsi datanya dalam bentuk tren maupun komposisi. Laporan
penelitian COMBINE terhadap pemanfaatan.
Profil Desa sendiri mengarah pada kesimpulan adanya tingkat kesulitan tert-entu
yang harus dihadapi oleh pemerintah desa dalam membangun data
dasar Profil Desa tersebut. Berbagai masalah yang terungkap, diantaranya:
1. Banyaknya data yang harus digali dan diinput ke dalam profil desa, dan
untuk ini membutuhkan sumber daya yang cukup termasuk keuangan desa;
2. Data tidak bisa dimanfaatkan secara optimal serta software yang ada
tidak mendukung untuk memanggil data secara cepat;
3. Profil Desa tidak bisa digunakan untuk pelayanan publik di tingkat desa;
4. Data dalam Profil Desa tidak saling terhubung satu sama lain;
5. Tidak ada pendampingan dari pemerintah desa dalam pembuatan Profil
Desa.
7
10. Radio Komunitas Menara Siar Perdesaan
Radio Menara Siar Pedesaan per-tama
kali mengudara 24 Nopember
2002 di frequensi FM 89,15. Sejak Juni
2003, MSP bergabung dengan Jaringan
Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) ,
gempa bumi yang melanda jogja dan
sekitarnya pada tahun 2006 menyebab-kan
kerusakan pada pemancar radio ini
dan kembali mengudara mulai Rabu, 12
Juli 2006 di FM 107,9. Pembangunan
kembali radio yang berlokasi di Kabu-paten
Bantul ini merupakan hasil ker-jasama
Radio Menara Siar Pedesaan dengan Kantor Berita Radio, KBR 68H
Tujuan awal pendirian Rakom MSP adalah untuk menyosialisasikan dan mengkam-payenkan
penggunaan Pupuk Organik oleh sejumlah Petani di Desa Terong, Dlingo,
Bantul. Radio ini dikelola warga Terong, Bantul. Sejak mengudara, Radio MSP mengu-payakan
kontribusi informasi dan komunikasi untuk pemberdayaan masyarakatnya.
Sebelum gempa, tujuan ini direalisasikan dengan mengadakan siaran langsung untuk
bidang pemerintahan desa dan musyawarah masyarakat, penyuluhan, serta berita.
Saat ini siaran Rakom MSP bersifat analog dan streaming sehingga bisa menjangkau
daerah yang lebih jauh.
Sudirman Alfian, pimpinan Radio MSP mengharapkan radio ini kembali menemui
pendengar untuk menjadi media informasi dan komunikasi masyarakat Bantul. Saat ini
dibutuhkan sarana informasi dan komunikasi bagi masyarakat terutama untuk proses
empowering masyarakatnya serta untuk penanganan pasca gempa bumi ucapnya.
Rabu, 12 Juli 2006
''Kami siaran seminggu dua kali, Jumat sebagai siaran utama pukul 19.00-21.00 dan
Rabu pukul 07.00-09.00. Konsepnya, kami arahkan agar warga menggunakan cara-cara
alami dalam mengolah lahan agar terjaga kondisi kesehatan tanah,'' Sudirman
Alfian, pimpinan Radio MSP 25 Agustus 2007.
Antusiasme perangkat Desa Terong dalam menggunakan Sistem Informasi Desa
merupakan pengalaman baik yang bisa terapkan ditempat lainnya. Beberapa desa
dan organisasi sosial masyarakat baik lokal dan internasional datang untuk belajar
Sistem Informasi Desa.
Pustaka :
(http://www.suaramerdeka.com/harian/0708/25/ked05.htm)
https://www.mail-archive.com/mediacare@yahoogroups.com/msg02332.html
Dokumentasi CRI
8