SlideShare a Scribd company logo
1 of 100
Download to read offline
1
TUGAS KUMPULAN MATERI MEMBUAT MAKALAH
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh kelompok:
Muhammad Farikh Aziz 1211700275
Ronaldo Ega Hariyanto 1211700266
Aditya Prastyo 1211700041
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya, makalah mengenai “ Kumpulan Materi Tugas membuat Makalah Pengantar Filsafat
Ilmu “ ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan di dalamnya.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini, bisa memberikan manfaat dan edukasi
. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga
yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran
dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.
Surabaya, 10 Juli 2019
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Judul Halaman
Manfaat Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa 3
Perkembangan Filsafat 8
Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan 20
Logika Berpikir 30
Teori – Teori Kebenaran 43
Filsafat Etika Dan Moral 53
Tataran Ilmu Pengetahuan Ontologis Epistemologis Dan Aksiologis 65
Filsafat Pancasila 78
Filsafat Metedologi ilmiah 93
Kumpulan Soal Dan Jawaban 108
4
BAB I
MANFAAT BELAJAR FILSAFAT BAGI MAHASISWA
1.1. Pengertian Filsafat
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan filsafat maka
pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani Kuno. Pada masa itu semua
ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunanilah kata “filsafat” ini berasal, yaitu dari kata “philos” dan
“sophia”. “Philos” artinya cinta yang sangat mendalam dan “sophia” artinya kebijakan atau
kearifan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik
secara sadar maupun tidak sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat dapatdiartikan sebagai suatu
pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat. Mungkin anda
pernah bertemu dengan seseorang dan mengatakan: “filsafat hidup saya adalah hidup seperti
oksigen, menghidupi orang lain dan diri saya sendiri”. Orang lain lagi mengatakan: “Hidup harus
bermanfaat bagi orang lain dan dunia”. Hal ini adalah contoh sederhana tentang filsafat seseorang.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia yang memiliki peran penting dalam
menentukan dan menemukan eksistensinya. Dalam kegiatan ini manusia akan berusaha untuk
mencapai kearifan dan kebajikan. Kearifan merupakan hasil dari filsafat dari usaha mencapai
hubungan-hubungan antara berbagai pengetahuan dan menentukan implikasinya, baik yang
tersurat maupun yang tersirat dalam kehidupan.
1.2. Manfaat Filsafat dalam kehidupan
Cara berpikir filsafati telah mendokrak pintu serta tembok-tembok tradisi dan kebiasaan,
bahkan telah menguak mitos dan mite serta meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu pada saat yang
sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas dan mendalam, teratur dan
terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis, kritis, dan analitis. Karena itu, ilmu
pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian,
berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu mulai
mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya,
filsafat disebut sebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta
yang tidak dapat diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah
menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu
pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan manusia.
5
1.3. Manfaat Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa
Banyak mahasiswa yang masuk perguruan tinggi tidak mengenal ilmu filsafat. Bahkan
meskipun anak-anak Sekolah Menengah Umum (SMU) memiliki kemampuan yang memadai
untuk mempelajari filsafat, kesempatan jarang sekali diberikan pada mereka. Jadi, mudah
dipahami jika kesan mahasiswa pada umumnya tentang filsafat, sebuah kesan yang juga tertanam
luas dalam masyarakat umum, adalah bahwa mereka tidak mengerti. Belajar filsafat bagi
mahasiswa sangat penting, karena banyak manfaat yang dapat dirasakan, antara lain :
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi, ilmu ini akan
membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari permukaannya
saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih
luas.
2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia. Manfaat
belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar.
3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang, hal
ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu
mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima.
4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran, penalaran ini akan
membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis, melihat segala
sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda.
5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka, kita akan semakin tahu betapa
besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain.
6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru, Ide-ide yang lebih kreatif dalam
memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan pemikiran yang
koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis.
7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional, Membangun cara berpikir
yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan sistematis, metodis, kritis,
analitis, dan logis.
8. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal, membuat kita berpikir hingga
mendasar, sehingga kita akan lebih sadar terhadap keberadaan diri kita.
6
9. Filsafat membawa keterlibatan dalam memecahkan berbagai macam persoalan – Persoalan
baik yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain, akan membuat kehidupan kita tidak
dangkal, namun kaya akan warna.
10. Memiliki pandangan yang luas – Manfaat belajar filsafat dalam hal ini, akan mengurangi
kecenderungan sifat egoisme dan egosentrisme.
11. filsafat membantu menjadi diri sendiri, lewat cara berpikir yang sistematis, holistik dan radikal
yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh pendapat dan pandangan umum.
12. Filsafat akan membangun landasan berpikir – Komponen utama baik bagi kehidupan pribadi
terutama dalam hal etika, maupun bagi berbagai macam ilmu pengetahuan yang kita pelajari.
13. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas. Manfaat belajar filsafat akan mendobrak pola pikir
yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma yang menjadi penjara bagi pikiran manusia.
14. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan , terutama berbagai persoalan ilmiah
dengan persoalan yang tidak ilmiah.
15. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis. Dalam hal ini, berasal dari berbagai macam
kajian disiplin ilmu yang kita tekuni.
16. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu, filsafat memberikan
petunjuk lewat penelitian penalaran serta metode pemikiran reflektif, sehingga kita dapat
menyelaraskan antara pengalaman, rasio, agama serta logika.
17. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran , memberikan pandangan serta
pengertian mengenai hidup
18. Filsafat dapat dijadikan sebagai pedoman, berguna sebagai sumber inspirasi bagi kehidupan.
19. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral, pembelajaran moral dan etika
ini, dapat diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan.
20. Filsafat dapat membangun semangat toleransi, menjaga keharmonisan hidup di tengah
perbedaan pandangan atau pluralitas.
1.4. Cabang – cabang Ilmu Filsafat
Di dalam perkembangannya, ilmu filsafat tidak lagi merupakan satu kesatuan utuh. Dalam hal ini,
karena dirasa perlu untuk membaginya menjadi beberapa cabang. Tujuannya agar lebih mudah
untuk dipelajari serta diimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Cabang – cabang dari ilmu filsafat tersebut terdiri atas :
1. Ontologi, yang mempelajari khusus tentang eksistensi atau keberadaan.
7
2. Theologi, yang mempelajari tentang ketuhanan dan proses penciptaan.
3. Sains Universal, yang mempelajari tentang prinsisp – prinsip seperti jati diri.
Secara harfiah arti dari metafisika adalah “ melampaui ilmu pengetahuan “, karena dalam
bahasa Yunani arti dari “ meta “ adalah melampaui, sedang “ physika ” memiliki arti Fisika.
Cabang ilmu filsafat ini memepelajari tentang jati diri manusia, termasuk alam semesta,
makhluk spiritual, kehidupan pasca kematian, dan lain – lain
1.5. Kesimpulan
Ilmu filsafat memang kalah populer dibanding disiplin ilmu yang lain, apalagi di era yang serba
hedonis seperti sekarang ini, filsafat semakin ditinggalkan. Semakin sedikitnya mereka yang
mempelajari ilmu filsafat inilah yang membuat batin dan piukiran mereka semakin keropos.
Kekeroposan yang bukan hanya akan merusak diri mereka sendiri, tapi juga merusak kehidupan
di sekitarnya atau menyalahpahami ilmu filsafat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Rachman, Maman. 2009. Filsafat Ilmu. Semarang : UPT UNNES PRESS
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
https ://manfaat.co.id<pendidikan.
9
BAB II
PERKEMBANGAN FILSAFAT
2.1.Latar Belakang Masalah
Dalam kontek sejarah perlu kiranya mengetahui sejarah perkembanganilmu dan falsafahnya.
Sinergi dengan pernyataan tentang kesatuan sejarah,yang artinya bahwa pengetahuan harus
mengabdi pada umat dan manusia.Disinilah perlunya kita tinjau filsafat ilmu dan sejarah
perkembangannyasecara integral. Dalam mempelajari sejarah perkembangan ilmu tentu saja
kitatidak bisa berpaling dari asal filsafat itu sendiri yaitu Yunani, denganpembagian klasifikasi
secara periodik.Filsafat ilmu berkembang dari masa ke masa sejalan denganperkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta realitas sosial. Dimulai dengan aliran rasionalisme-empirisme,
kemudian kritisisme dan positivisme. Karena setiap periode mempunyai ciri khas tertentu
dalamperkembangan ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan demi penemuan yangdiakukan oleh
manusia hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat di satutempat atau wilayah tertentu.
2.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Modern ?
2. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Kontemporer ?
2.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari perkembangan filsafat ilmu.
2. Untuk mengetahui dan memahami ilmuwan pada sejarah perkembangan filsafat ilmu.
2.4.0 Sejarah perkembangan Filsafat ilmu
Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Secara periodisasi filsafat
ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodisasi
filsafat ilmu Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman
modern dan dikenal dengan sebutan periode weda, biracarita, sutra – sutra dan skolastik. Yang
terpenting dalam filsafat ilmu India adalah bagaimana manusia berteman dengan dunia bukan
untuk menguasai dunia. Sedangkan filsafat ilmu Islam dikenal dengan periode mutakalimin dan
filsafat ilmu Islam. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara bertahap dan berkembang
berdampingan dengan agama.
2.4.1. Zaman Pra Yunani Kuno
10
Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman
pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000
tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk
berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali
di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok. Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat.
Timbulnya filsafat di tempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa
faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. Pada
bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya
serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite
sudah merupakan percobaan untuk mengerti.
Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari
mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu terbenam lagi?
Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang
kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan
tentang asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis
kedua yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut
mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa usaha untuk
menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis.
Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu
keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-
mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.
Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai
kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali
digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama
Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun
sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai
edukatif.
Pengaruh Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang
Yunani tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu
pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir dan
Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun,
11
andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-
lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-
sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat
corak yang sungguh-sungguh ilmiah.
Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali
berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem yang
diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat
dilahirkan. Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know
how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan
cara one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan
masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai
memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam.
2.4.2. Zaman Yunani Kuno
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu
dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi
mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan
sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap
belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis
inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa
filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM), Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469-
399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles (384-322 SM).
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal
dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap
asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu “yang
tak terbatas” (to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos
arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes
mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
2.4.3. Zaman Keemasan Yunani Kuno
12
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang
dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis.
Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek
penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras,
Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan
bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi
oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati. Hasil pemikiran Socrates
dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya
terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi
rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah
manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah
filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan
yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni
aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga
macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis. Abstraksi yang ingin
menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah
abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan
menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang
menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi
metafisis. Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini
merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi adal.ah prinsip yaug tidak ditentukan, sedangkan
bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme.
2.4.4. Masa Helintis Dan Romawi
Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia
dengan kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir, Hingga Syria. Pada masa itu
berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena
kekuasaan Romawi dengan ekspansi yang luas membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi
pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander
Agung. Bidang filsafat, di Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang
pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi meluas
13
sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena
kekaisaran Romawi pun pintu di buka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang
sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut:
1. Sinisme
Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena
itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme
merupakan pengembangan dari aliran Stoik.
2. Stoik
Menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan
Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya.
3. Epikurime
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika
mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus
dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus
sebagai obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul.
4. Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh
filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan
ingin kembali kepadanya.
2.4.5. Zaman Abad Pertengahan
Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait
dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla
theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam
bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad
sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen
yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar
terhadap kepercayaan keagamaan.
14
Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan peradaban yang
didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan logika keagamaan. Agama
Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang
merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang
mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal
adanya wahyu. Pada zaman itu akademia Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran
Aristoteles tetap dapat dikenal. Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama Kristen
adalah benar.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang menolak sama sekali
pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak
mengakui wahyu. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan
Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin
akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu: Periode Patristik,
berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada
abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua tahap:
1)Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat
Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam
menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang
terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode
Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap: 1) Periode
skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena
hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan
tentang Universalia. 2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh
keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi.
Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai
dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang
berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang
umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-
nilai kebenaran yang objekti.
2.4.6. Zaman Renaissance
15
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari
dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan
mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang
merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri,
tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai
dirintis pada Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah
bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes
Keppler, Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut yaitu Roger Bacon,
Copernicus, Johannes Keppler (awal 1600-an), dan Galileo Galilei.
2.4.7. Zaman Modern
Filsafat barat modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut dengan
“renaissans” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung diabad ke-18 itu, didalamnya
mengandung dua hal yang sangat penting. Pengaruh dari gerakan renaissans dan aufklaerung itu
telah menyebabkan peradaban dan kebudayaan barat modern berkembang dengan pesat, dan
semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma gereja. Sejak itu kebenaran filsafat dan ilmu
pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang
kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode, perkiraan dan pemikiran yang dapat diuji.
Filsafat barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan periode filsafat abad
pertengahan. Pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak kemampuan akal manusia itu
sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan serta raja dengan kekuasaan
politiknya yang bersifat absolut.
Para filosof modern pertama-tama menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab
suci atau dogma-dogma gereja, juga tidak berasal dari kekuasaan feudal. Semua filsuf apad zaman
ini menyelidiki segi-segi subjek manusiawi ; “Aku” sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan,
pusat kebebasan, pusat tindakan, pusat kehendak, dan pusat perasaan. Wacana filsafat yang
menjadi topic utama pada zaman modern, khususnya dalam abad ke-17, adalah persoalan
epistemologi. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bercorak epistemologis ini, maka
dalam filsafat abad ke-17 muncullah dua aliran filsafat yang memberikan jawaban berbeda, bahkan
saling bertentangan.
2.4.8. Zaman Kontemporer
16
Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke-20 ini adalah pemikiran tentang
bahasa. Sebagian besar pemikir abad ke-20 pernah menulis tentang bahasa. Menurut Wittgenstein,
apa yang dihasilkan oleh sebuah karya filsafat melulu sederetan ungkapan filsafati, melainkan
upaya membuat ungkapan-ungkapan menjadi jelas. Para filsuf analitik ini tidak lain sebagai reaksi
atau respons terhadap aktivitas filsafat yang dilakukan oleh para penganut aliran filsafat idealisme.
sebab aliran filsafat idealisme lebih menekankan pada upaya mengintrodusir ungkapan-ungkapan
filsafati. Ungkapan-ungkapan filsafati yang di introdusir oleh penganut idealisme itu menurut
filsuf analitik kebanyakan bermakna ganda kubur dan tidak terpahami oleh akal sehat. Hal-hal
semacam itulah yang perlu diatasi dengan analisis bahasa. Perkembangan filsafat abad ke-20 juga
ditandai oleh munculnya berbagai aliran filsafat kebanyakan aliran itu merupakan kelanjutan dari
aliran-aliran filsafat yang telah berkembang pada abad modern.
Beberapa aliran dan tokoh yang paling berpengaruh pada abad ke-20 adalah Edmund
Husserl (1859-1938), selaku pendiri aliran Fenomenologi, ia telah mempengaruhi pemikiran
filsafat abad ke-20 ini secara amat mendalam. Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua
gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan tambahan terhadap metode-metode
dan pandangan-pandangan barat. Terdapat perbedaan-perbedaan yang besar antara para pengikut
aliran ini namun terdapat tema-tema yang sama sebagai cirri khas aliran ini yang tampak pada para
penganutnya. Mengidentifikasi ciri aliran eksistensialisme sebagai berikut :
1. Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat
modern, khususnya terhadap idealism Hegel.
2. Eksistensialisme adalah suatu protes atas nama individualis terhadap konsep-konsep, filsafat
akademis yang jauh dari kehidupan konkret.
3. Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal (tanpa
kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi, serta gerakan masa. Masyarakat
industry cenderung untuk menundukkan orang seorang kepada mesin.
4. Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter baik gerakan pasis,
komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan didalam kolektif
atau masa.
5. Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek manusia didunia.
6. Eksistensialisme menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman
kesadaran yang dalam dan langsung.
17
Salah seorang tokoh eksistensialisme yang popular adalah Jean Paul Sartre (1905-1980) ia
membedakan dialektis dengan rasio analitis. Aliran filsafat eksistensialisme yang menjadi mode
berfilsafat pada pertangahan abad ke-20 mendapat reaksi aliran strukturalisme. Jika
eksistensialisme menekankan pada peranan pada individu, maka strukturalisme justru melihat
manusia “terkukung” dalam berbagai struktur dalam kehidupannya. Secara garis besar ada dua
pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat.
Pertama : strukturalisme adalah metode atau metodelogi yang digunakan untuk
mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip
linguistic yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure,
Kedua : strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah
yang muncul dalam sejarah filsafat. Disini metodelogi struktural dipakai untuk
membahas tentang manusia, sejarah kebudayaan, serta hubungan antara
kebudayaan dan alam.
Para strukturalis filosofis yang menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme linguistic dalam
berfilsafat bereaksi terhadap aliran filsafat fenomenologi dan eksistensialisme yang melihat
manusia dari sudut pandang yang subjektif. Para penganut aliran filsafat strukturalisme ini
memiliki kesamaan. Tokoh berpengaruh dalam aliran filsafat struktulisme adalah Michel Foucault
(1926-1984) Kesudahan ‘manusia’ sudah dekat itulah pendirian Foucalt yang sudah terkenal
tentang ‘kematian’ manusia. Maksud Foucault bukanya bahwa nanti tidak ada manusia lagi,
melainkan bahwa akan hilang konsep ‘manusia’ sebagai suatu kategori istimewa dalam pemikiran
kita.
Pada abad ke-20 ada aliran filsafat yang pengaruhnya dalam dunia praktis cukup besar,
yaitu aliran filsafat pragmatisme. Aliran filsafat ini merupakan suatu sikap metode dan filsafat
yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk
menetapkan nilai kebenaran. Salah seorang tokoh pragmatisme adalah Willam Jasme (1842-1910),
ia memandang pemikirannya sendiri sebagai kelanjutan empirisme Inggris, namun empirismenya
bukan merupakan upaya untuk menyusun kenyataan berdasar atas fakta-fakta lepas sebagai hasil
pengamatan. James membedakan dua macam bentuk pengetahuan :
1) Pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan.
2) Merupakan pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian.
18
Suatu ide dapat menjadi benar apabila didukung oleh peristiwa-peristiwa sebagai akibat atau buah
dari ide itu. Pada awalnya postmodernisme lahir sebagai reaksi terhadap kegagalan modernism.
Dalam modernisme, filsafat memang berpusat pada Epistemologi yang bersandar pada gagasan
tentang subjektivitas dan objektivitas murni yang satu sama lain terpisah tak saling berkaitan.
Tugas pokok filsafat adalah mencari fondasi segala pengetahuan dan tugas pokok subjek adalah
mempresentasikan kenyataan objektif.
Wacana postmodern menjadi popular setelah Francois Lyotard (1924) menerbitkan
bukunya The Postmodern Condition : A Report on Knowledge (1979). Modernitas menurut
Lyotard ditandai oleh kisah-kisah besar yang mempunyai fungsi mengarahkan serta menjiwai
masyarakat modern, mirip dengan mitos-mitos yang mendasari masyarakat masyarakat primitif
dulu.
Bagi Marx masalah filsafat bukan hanya maslah pengetahuan dan masalah kehendak murni
yang utama, melainkan masalah tindakan. Para filosof menurut Marx selama ini hanya sekedar
menafsirkan dunia berbagai cara, namun menurut yang terpenting adalah mengubahnya. Menurut
Marx kaum, proletar harus merebut peranan kaum Borjuis dan Kapitalis itu melalui revolusi.
Berkembangnya aliran-aliran epistemologi, filsafat modern juga mengantarkan lahirnya revolusi
industri di abad ke-18 dan Negara-negara kebangsaan. Serta ideologi-ideologi dunia seperti
Liberalisme/Kapitalisme dan Sosialisme/Komunisme.
2.5. Kesimpulan
Sejarah perkembangan ilmu terbagi secara periode, yakni; Zman Pra Yunani Kuno, Zaman
Yunani kuno, Masa Helintis Romawi, Zaman Abad pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman
Modern, Zaman Kontemporer ( Abad XX dan Seterusnya).
Adapun aliran – aliran filsafat ilmu terbagi menjadi beberapa aliran yaitu sebagai berikut :
rasonalisme, empirisme, realisme, idealisme, positivisme, dan pragmatisme. Dari berbagai aliran
filsafat ilmu, sampai sekarang banyak mewarnai perkembangan ilmu di Indonesia, terutama dalam
bidang penelitian. Implikasi dari berbagai aliran itu memiliki sudut pandang metodologis yang
berbeda. Bahkan masing – masing aliran akan melahirkan aneka ragam metode penelitian. Namun
dalam wawasan filsafat ilmu, aliran tetap menjadi akar dari perkembangan ilmu pengetahuan.
Aliran akan menentukan metode dan seluruh teori yang digunakan dalam penelitian apapun.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://suarakritingfree.blogspot.com/2012/09/sejarah-perkembangan-filsafat.html Mark
b. Woodhouse. 1984. Berfilsafat sebuah langkah awal. Yogyakarta: penerbit kanisiusAnshari,
Endang S. Ilmu, filsafat, dan Agama. Bina Ilmu: Surabaya, 1985 Sabri, Muhammad
Dkk. Filsafat Ilmu. Makassar: Alauddin Press 2009
http://sukman21.blogspot.com/2013/10/periodesasi-perkembangan-sejarah.html
20
BAB III
FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
3.1. Latar Belakang Masalah
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia”
meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno
yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah. Dengan munculnya
Ilmu Pengetahuan Alam pada abad ke 17, mulai terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu
pengetahuan adalah identik dengan filsafat.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri
telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu
pengetahuan” telah tumbuh mekar- bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan
diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya
sendiri-sendiri.
Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru
bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh
karena itu sangat tepat bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin
menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat
ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan,
sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat
mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual
maupun sosial menjadi sangat menentukan.
Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu
yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis
batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.Untuk mengatasi gap
antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat
menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul.
21
Oleh karenanya, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini
senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan
bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup
pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999)
menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau
ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya: Ilmu (Pengetahuan).
3.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu ?
2. Bagaimana hubungan diantara keduanya dan perbedaannya ?
3. Mengapa manusia lebih mementingkan ilmu dibandingkan dengan filsafat ?
3.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu itu sendiri.
2. Mengetahui dan memahami hubungan diantara keduannya.
3. Memahami arti ilmu dan filsafat bagi manusia.
4. Mengetahui dan memahami alasan filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki
hubungan dekat.
5. Mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang lebih dari makalah ini.
3.4. Definisi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Ilmu
Untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang ilmu pengetahuan dan tidak melebar
pada pembahasan yang tidak relevan, maka pemakalah akan membahas secara detail dengan
mengacu pada kompetensi dasar dan indikator kompetensi pada silabi yang telah ditetapkan dosen
pengampu pada bahasan sebagai berikut :
3.4.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui,
memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin
22
yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa
Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu.
Ilmu merupakan sistem dari dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai
suatu pengalaman tertentu yang disusun melalui sistem tertentu, sehingga menjadi suatu kesatuan,
atau merupakan suatu sistem dari pengetahuan yang masing-masing diperoleh sebagai hasil
pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memahami metode-metode tertentu yaitu induksi
(kesimpulan yang dimulai dari kasus perkasus) dan deduksi (kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan umum).
Adapun pendapat-pendapat dari tokoh-tokoh tentang ilmu, diantaranya yaitu:
1. Encyclopedia Americana
Dalam Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif dans
istematis.
2. Paul Freed man
Dalam The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk aktifitas
manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan
senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan kemudian
hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah
lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
3. S. Ornby
Mengartikan ilmu sebagai susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui
penelitian dan percobaan dari fakta-fakta.
4. Poincare
Menyebutkan bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti definisi yang tersembunyi. Tidak
dapat di pungkiri bahwa dalam proses untuk memperoleh suatu ilmu adalah dengan melalui
pedekatan filsafat. Menurut Dr.Slamet Ibrahim.Pada zaman Plato sampai pada masa Al-
Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada. Seorang
filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu pengetahuan. Perkembangan daya
berfikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh
perkembangan ilmu yang didukung oleh teknologi. Wilayah kajian filsafat menjadi lebih
23
sempit dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Sehingga ada anggapan filsafat tidak
dibutuhkan lagi. Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat dan lebih
praktis. Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang luas, umum,
dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Sehingga filsafat dapat
ditempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak mungkin dapat dijangkau oleh
ilmu.
3.4.2. Pengertian Filsafat Ilmu
Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Dari segi semantik
perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia,
yang berarti philos=cinta, suka (loving) dan Sophia=pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi
philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap
orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berfikir. Namun
tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan
sungguh-sungguh.
Filsafat juga disebut sebagai way of life, Weltanschauung, Wereldbeschouwing, Wereld-
en levenbeschouwing, yaitu sebagai petunjuk arah kegiatan (aktivitas) manusia dalam segala
bidang kehidupannya. Syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan yang metodis,
sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan yang bersifat menyeluruh dan universal, dan
sebagai petunjuk arah kegiatan manusia dalam seluruh bidang kehidupannya. Telaah secara
mendalam pada filsafat akan membuat filsafat memiliki tiga sifat yang pokok, yaitu: menyeluruh,
mendasar dan spekulatif.
3.5. Hubungan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu dari berbagai pengertian tentang filsafat dan ilmu
sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka berikutnya akan tergambar pula pola hubungan antara
ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk persamaan antara ilmu dan filsafat, terdapat juga
perbedaan diantara keduanya. Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat
dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi
perkembangan pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis, berujung pada
loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam
24
daya perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan
teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih
sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian
ilmu.
Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini,
filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan oleh manusia. Sebab manusia
hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang
sulit “dibumikan”. Tetapi masalahnya betulkah demikian? Ilmu telah menjadi sekelompok
pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni
bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen.
Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh
keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam
bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai
keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat
kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi.
Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan
filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang
universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.Lalu jika demikian, dimana saat
ini filsafat harus ditempatkan?
Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal pemikiran
manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat,
sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia
yang memiliki sifat untuk terus maju.
Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori. Kesimpulannya ditarik
setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan
menuntut untuk diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya.
Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian.
Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat
bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu.
Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, tetapi hanya dapat
dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh
25
justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama
seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof. Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas
dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir
seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan. Hasil kerja
filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui
bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa
Spencer, dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis.
Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan filsafat serta cara kerja ilmuwan dan
filosofis, memang mengandung sejumlah persamaan, yakni sama-sama mencari kebenaran. Ilmu
memiliki tugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan.
Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta.
Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari
mana awalnya dan akan kemana akhirnya.
Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa filsafat di satu sisi dapat menjadi
pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang lainnya ia juga dapat berfungsi
sebagai cara kerja akhir ilmuwan.
Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat
menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh
ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan
filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu.
Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat
atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan
ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang
disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu
cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu.
3.6. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat
laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan
ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan
26
sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan
formal. Yang membedakan diantara keduanya adalah:
1. Filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari
satu realitas atau bidang tertentu.
2. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai
induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu
pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang.
3. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam
mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggung jawaban secara rasional di sini berarti
bahwa setiap langkah-langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan
dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang
obyektif (dapat dimengerti secara intersubyektif).
3.7. Kesimpulan
Bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.
Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah
mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama.
Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada
dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah
sesuatu yang selalu berubah. Dan juga filsafat ilmu dapat dijadikan landasan pengembangan
pengetahuan karena filsafat ilmu adalah induk dari segala ilmu.
27
DAFTAR PUSTAKA
https://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/
28
BAB IV
LOGIKA BERPIKIR
4.1. Latar Belakang Masalah
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya tidak logis,
argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk
akal dan tidak logis adalah sebaliknya.Ilmu kita pelajari karena bermanfaat yang hendak
kita ambil, lalu apakah manfaat yang didapat dengan mempelajari logika? Bahwa
keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu
science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika. Sebagai suatu ilmu
yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah, logika lahir dari pemikir-pemikir Yunani
yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam perkembangannya, logika telah
menarik minat dan dipelajari secara luas oleh para filosof. Logika juga menarik minat
filosof-filosof muslim sehingga menjadi pembahasan yang menarik dalam masalah agama.
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam
bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai
pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran,
terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat
berpikir benar. Banyak permasalah dihadapan kita yang dapat kita cari solusinya dengan
cara menggunakan logika. Tetapi tidak semua masalah dapat kita selesaikan dengan
menggunakan logika. Dengan demikian kami menggangkat logika sebagai bahan bahasan
dalam makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang menarik dan
mengandung daya positif.
4.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Logika ?
2. Apa saja macam-macam Logika ?
3. Apa manfaat dari logika?
29
4.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Logika.
2. Untuk Mengetahui Macam-macam Logika.
3. Untuk mengetahui manfaat logika.
4.4 Pengertian Logika
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti
ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus.[1] Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika
Epiteme (Latin:logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan
rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus,
tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan
kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam
tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.[2] Oleh
karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan,
silogisme.
Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya
penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau
dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada
pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui
(Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan.
Pengertian logika menurut beberapa ahli, antara lain :
- Irving M.Copi, Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hokum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
- Ali Maksum (2008:36-37), Logika adalah studi tentang metode berpikir dan metode
penelitian ideal yang terdiri dari observasi, intropeksi, deduksi, dan induksi, hipotesis
dan eksperimen, analisis dan sintesis.
30
- Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Logika adalah salah satu cabang filsafat yang telah
dikembangkan oleh Aristoteles yang membicarakan norma-norma berpikir benar agar
diperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar.
4.5 Macam-Macam Logika
Dalam filsafat logika terdapat didalamnya banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah
satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri terdapat juga macam-macamnya yaitu :
1. Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan
lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini
ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini
sifatnya masih murni.
2. Logika Ilmiah
Logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-
azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan logika
ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan
lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau
setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus
dan mempertajam pikiran dan akal budi.
4.6 Manfaat Logika
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia
mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari
berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap
obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.
Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah
mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali pemakaiannya
dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu.
31
Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai pengertian yang
cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran
yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu
bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan
program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen.
Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir
benar. Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan berpikir
benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi, yang selanjutnya dikembangkan
dalam bentuk silogisme.
4.7 Kesimpulan
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika sebagai ilmu
pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses
penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi
ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan
baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang
nanti akan diturunkan kesimpulan.
Dalam filsafat logika terdapat juga didalamnya terdapat banyak sekali materi yang
disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan
menjadi dua yaitu : logika Alamiah dan logika ilmiah. Dan Di Dalam berpikir logika ada juga
hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya tiga hal yakni: Aturan Cara Berpikir yang Benar,
Klasifikasi, Aturan Defenisi.
Dan Logika mepunyai beberapa kegunaan diantaranya yaitu membantu manusia berpikir
lurus, efisie4n, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan,
Dan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-
perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu dan juga mempunyai penerapan.
32
DAFTAR PUSTAKA
https://syafrudinmtop.blogspot.co.id/2015/03/filsafat-ilmu-logika-ilmu-dan.html.
https://nurwiddy.wordpress.com/2017/10/29/makalah-logika-ilmu-dan-berpikir-ilmiah.
https://palontaraq.id/2018/05/17/pemahaman-dasar-logika-dan-cara-berpikir/amp.
33
BAB V
TEORI TEORI KEBENARAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk
memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan
melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia
membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang
berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena
alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang
menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi
atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut.Struktur pengetahuan
manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat
pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda.
Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih
rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya
kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan
ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan
rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan
jelas.Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu
pengetahuan, filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu
pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang
bersifat materi dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang materialistik-
sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan berari bahwa aspek-aspek alam yang
bersifat kualitatif menjadi diabaikan. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu
34
pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan
adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme dan empirisme. Aksiologi
menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan aspek
pragmatis-materialistis.Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang
aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan
dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin.
misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filsafat, juga kenyataan yang
dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada taraf
kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebenaran ?
2. Apa sajakah teori – teori dari kebenaran filsafat ?
3. Apa sajakah macam macam dari kebenaran
4. Apa sajakah tingkat kebenaran ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kebenaran.
2. Untuk mengetahui teori – teori dari kebenaran.
3. Untuk mengetahui macam – macam dari kebenaran.
4. Untuk mengetahui tingkat kebenaran.
1.4. Pengertian Kebenaran
Kebenaran adalah kenyataan adanya (being) yang menampakkan diri sampai masuk akal.
Pengalaman tentang kebenaran itu dialami akal si pengenal dalam kesamaannya dengan kenyataan
adanya yang menampakkan diri padanya. Karena kesamaaan itu memang dicari dan dikejar namun
belum tercapai, maka menurut pengalaman manusia si pengenal, kebenaran itu tanpa hentinya
mewujudkan diri sambil ditentukan dari luar, tanpa pernah mencapai kesamaan sempurna .
“Benar” menyatakan kualitas, keadaan atau sifat benarnya sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa
pengetahuan (pemikiran) atau pengalaman (perbuatan). Jadi benar adalah suatu pengertian abstrak
: suatu pengertian yang pada dasarnya tak dapat ditangkap oleh indra insani, meskipun seandainya
35
indra ini diberi kekuatan tak terbatas. Sebagai lazimnya setiap sifat, “benar” baru dipahami dengan
baik bila dihubungkan dengan sesuatu yang disifatinya.
Akan tetapi “benar” bisa juga berarti : sesuatu yang benar itu sendiri. Jadi bukan sifatnya,
tetapi barangnya. Mengenai pengertian “benar” ini, dalam Encyclopedia Americana, yang ditulis
bersama oleh Bernard S. Cayne dengan beberapa orang ahli, dikemukakan dua pengertian benar
sebagai berikut : “Truth is the quality of being true, and anything that is true is a truth.” Jadi
menurut buku ini, benar mempunyai dua pengertian seperti yang tersebut diatas.
Adapun “kebenaran mutlak” pada pembahasan disini dimaksudkan sebagai “sesuatu yang
benar itu sendiri” (pengertian kedua), sebagai pengertian konkrit. Jika kebenaran mutlak dimaksud
sebagai pengertian abstrak, maka selamanya kebenaran ini tak akan dapat dicapai, karena ia hanya
ada dalam pengrtian kata (formal) bukan dalam pengertian zat (material). Karena itu sebutan
“kebenaran mutlak” dimaksud sebagai keadaan sebenarnya dari sesuatu : zat yang sebenarnya dari
objek (ding an sich).
Bila orang mendengar kata “benar,” secepat kilat dalam pikiranya akan “salah” sebagai
lawannya. Itu adalah hal yang wajar. Akan tetapi tidak selamanya lawan “benar” itu “salah”. Benar
bisa berarti lain, yaitu ; lempang (lawan sesat) – baik (lawan jahat) – bagus (lawan jelek) – tepat
(lawan keliru) dan seterusnya. Peralihan pengertian benar kepada hal yang lain ini, bergantung
kepada jenis nilai mana yang diberikan kepada sesuatu yang berpredikat “benar” .
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat
asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan
pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami
pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan
harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan
bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
5.5. Teori –Teori Kebenaran.
1. Teori Corespondence
Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi,
fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau
kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu
benar.
36
Teori korespodensi (corespondence theory of truth) menerangkan bahwa kebenaran atau
sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat
tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas
yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
1. Statemaent (pernyataan)
2. Persesuaian (agreemant)
3. Situasi (situation)
4. Kenyataan (realitas)
5. Putusan (judgements)
Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini
dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh
Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori
kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral
bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan
kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi
tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral
itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan
dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran
berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang ada di dalam
subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek
(realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar.
2. Teori Consistency
Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan
eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat
konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat
yang lain.
37
Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenaran bukanlah didasarkan atas
hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide,
kesannya dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu
pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa
yang ada di dalam pemahaman subyek lain.
Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di
dalam penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan.
Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini lebih
bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang teliti dan teori
korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran. Sedah teori
konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti kebenaran tadi.
Teori koherensi (the coherence theory of trut) menganggap suatu pernyataan benar bila di
dalamnya tidak ada perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya
yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu
dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima
kebenarannya.
Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan trut is consistency. Jika A
= B dan B = C maka A = C Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi
ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan
juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan idealis.
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza
dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan
uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama yang benar,
maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
3. Teori Pragmatisme
Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai
metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya
jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika
mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan
kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam
38
keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan
lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi
lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah. Jika teori
itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat secara
efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori
atau dalil itu memliki kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan
(workobility) dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada
kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya.
Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalha Charles
S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859).
Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi,
pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu
sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey
bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung melalui
kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek
di dalam program solving.
4. Kebenaran Religius
Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan
dengan realita objek. Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar. Kebenaran tak
cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective,
universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis
bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
39
Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat
superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah
kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah, kebenaran
filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebenaran ini seperti Agama sebagai teori kebenaran
Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan
sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber dari
Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran
melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran
agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya
dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
5.6. Macam-Macam Kebenaran
Kebenaran bermacam-macam, tergantung dari sudut mana orang berpijak untuk
membaginya. Dipandang dari segi “perantara” untuk mendapatkannya, kebenaran dibagi dalam :
a. Kebenaran indrawi (empiris), yang ditemui dalam pengamatan pengalaman.
b. Kebenaran ilmiah ( rational), yang lewat konsepsi akal.
c. Kebenaran filosofis (reflective thinking), yang dicapai dengan perenungan (murni)
d. Kiebenaran religius ( supernatural), yang diterima melalui wahyu Ilahi.
• DilIhat dari segi “kekuasaan” untuk menekan orang menerimanya, kebenaran dibagi
dua :
a. Kebenaran Subyektif, yang hanya diterima oleh subyek pengamat sendiri.
b. Kebenaran obyektif, yang diakui tidak hanya oleh subyek pengamat, tatpi juga oleh
subyek-subyek yang lain.
• Dari segi “luas berlakunya” kebenaran dibagi menjadi:
a. Kebenaran individual, yang berlaku bagi perorangan.
b. Kebenaran universal, yang berlaku bagi semua orang.
• Dari segi “kualitasnya”, kebenaran dibagi dalam :
a. Kebenaran dasar, yaitu kebenaran yang paling rendah (= minim).
b. Kebenaran nisbi, yaitu kebenaran yang satu atau beberapa tingkat diatas kebenaran dasar,
namun belum sempurna (= relatif).
c. Kebenaran mutlak, yaitu kebenaran yang sempurna, yang sejati, yang hakiki (=absolut) .
5.7. Tingkat Kebenaran
40
Ada beberapa wujud kebenaran, dan wujud ini berbeda – beda tingkatannya. Perbedaan
tingkat ini terutama ditentukan oleh potensi subjek yang menyadari atau menangkap kebenaran
itu. Baik panca indra, maupun rasio, bahkan juga budinurani manusia adalah potensi subjek yang
menangkap dan menghayati kebenaran itu. Berdasarkan scope potensi subjek itu tadi, maka
susunan tingkatan kebenaran itu menjadi:
1) Tingkat kebenaran indra adalah tingkat yang paling sederhana dan pertama yang dialami
manusia. Indra adalah gerbang kesadaran manusia.
2) Tingakat ilmiah, pengalaman – pengalaman yang didasarkan disamping melalui indera, diolah
pula dengan rasio.
3) Tingkat filosofis, kedua tingkat di atas telah dilalui sebagai tahap pendahuluan. Rasio dan pikir
murni, renungan yang mendalam, mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya.
4) Tingkat religius , kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, dan dihayati
dengan seluruh kepribadian, dengan integritas kepribadian, dengan iman dan kepercayaan.
Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud sifat dan kualitasnya. Bahkan juga proses dan
cara terjadinya, di samping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud di
sini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu. Misalnya pada tingkat kebenaran
indra. Demikian seterusnya, yaitu rasio, kebijaksanaan, dan budinurani atau consciencia yang
super rasional.
Dari uraian tentang tingkat-tingkat kebenaran diatas tadi kita dapat simpulkan batasan
kebenaran itu sebagai berikut :
• Bahwa kebenaran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek. Demikian pula tingkatan
validitas kebenaran ditentukan oleh potensi subyek yang berperan didalam penghayatan atas
sesuatu itu.
• Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subyek tentang
sesuatu. Terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek, yaitu realita, peristiwa,
nilai-nilai (norma, hukum) yang bersifat umum. Ada pula yang bersumber dari dalam berupa
ide-ide, konsepsi-konsepsi, kreasi tertentu.
• Bahwa kebenaran itu ada yang relatif, terbatas ; ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang
mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah
(jasmaniah, indra). Ada yang berupa ide-ide yang merupakan pemahaman potensi suyek
(mental, rasio, intelektual).
41
• Ada pula kebenaran yang berwujud transcendetal, rohaniah, spritual yang di jangkau oleh
potensi subyek(budinurani, consciencia, super rasional).
5.8. Kesimpulan
Kebenaran pertama-tama berkedudukan dalam diri si pengenal. Kebenaran di beri batasan-
batasan sebagai penyamaan akal dengan kenyataan, yang terjadi pada taraf inderawi maupun akal
budi tanpa pernah sampai kesamaan sempurna yang dituju kebenaran dalam pengalaman manusia.
Ilmu-ikmu empiris memegang peranannya dalam usaha memegang kesamaannya itu. Dalm bidang
ilmu-ilmu itu sendiri pun kebenaran sel alu bersifat sementara . Ilmu-ilmu pasti tidak langsung
berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran, tepatnya perjalanan ilmu-ilmu itu
merupakan suati sumbangan agar pengetahuan diluar ilmu-ilmu itu makin lancar mendekati
kebenaran.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Hamami, Kebenaran Ilmiah dalam: Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, Yogyakarta : Intan Pariwara, 1997.
https : //van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
43
BAB VI
FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
1.1. Latar Belakang Masalah
Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin beraneka ragam.
Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, mereka bahkan lupa dengan
adanya etika dan moral yang tidak terlalu dihiraukannya dan dijadikan pedoman dalam hidup.
Karena pada kenyataanya manusia sekarang kurang pengetahuan tentang etika dan moral
Selama ini pelajaran etika dan moral sudah diperkenalkan sejak kita berada di sekolah
dasar, yaitu pada dan kewarnegaraan Namun ternyata pelajaran etika dan moral itu hanya
dibiarkan saja tanpa diaplikasikan ke dalam perilaku kehidupan sehari – hari, sehingga pelajaran
yang telah disampaikan menjadi sia – sia.
Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi penerus
tidak memiliki etika dan moral Oleh karena itu penyusun menyusun makalah ini agar menjadi
acuan dalam menambah pengetahuan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika ?
2. Apa yang dimaksud dengan dengan moral ?
3. Bagaimana Perbedaan dan persamaan etika dengan moral dalam filsafat ?
4. Bagaimana hubungan etika dengan moral dalam filsafat ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari etika.
2. Mengetahui dan memahami pengertian dari moral.
3. Menegtahui dan memehami perbedaan dan persamaan dari etika dengan moral.
4. Mengetahui dan memahami hubungan etika dengan moral.
1.4. Etika
1.4.1. Makna Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Secara istilah etika memunyai tiga arti: pertama,
44
nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa disebut sistem nilai. Misalnya etika Protestan, etika
Islam, etika suku Indoan. Kedua, etika berarti kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Misalnya
kode etik kedokteran, kode etik peneliti, dll. Ketiga, etika berati ilmu tentang yang baik atau buruk.
Etika menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan refleksi bagi suau
penelitian sistematis dan metodis. Di sini sama artinya dengan filsafat moral.
Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang
dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika
mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk
mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk .
1.4.2. Macam-Macam Etika :
1. Etika deskriptif
Hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan suatu
kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif memelajari moralitas yang terdapat
pada kebudayaan tertentu, dalam periode tertentu. Etika ini dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial:
antropologi, sosiologi, psikologi, dll, jadi termasuk ilmu empiris, bukan filsafat.
2. Etika normatif
Etika yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian (preskriptif:
memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan mengapa sesuatu
dianggap baik atau buruk. Etika normatif dibagi menjadi dua, etika umum yang
memermasalahkan tema-tema umum, dan etika khusus yang menerapkan prinsip-prinsip etis
45
ke dalam wilayah manusia yang khusus, misalnya masalah kedokteran, penelitian. Etika
khusus disebut juga etika terapan.
3. Meta etika
Meta berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung,
melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika bergerak pada tataran bahasa,
atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Metaetika dapat ditempatkan dalam
wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya antara lain filsuf Inggris George Moore (1873-
1958). Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai bagian terpenting, bahkan satu-
satunya, tugas filsafat.
Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question, yaitu
apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual. Kalau sesuatu merupakan
kenyataan (is), apakah dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan
(ought).
Dalam dunia modern terdapat terutama tiga situasi etis yang menonjol. Pertama, pluralisme
moral, yang timbul berkat globalisasi dan teknologi komunikasi. Bagaimana seseorang dari
suatu kebudayaan harus berperilaku dalam kebudayaan lain. ini menyangkut lingkup pribadi.
Kedua, masalah etis baru yang dulu tidak terduga, terutama yang dibangkitkan oleh adanya
temuan-temuan dalam teknologi, misalnya dalam biomedis. Ketiga, adanya kepedulian etis
yang universal, misalnya dengan dideklarasikannya HAM oleh PBB pada 10 Desember 1948.
1.4.3. Jenis-Jenis Etika
1. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan
berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah
bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
2. Etika Teologis
Terdapat dua hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya
milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing
masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak
unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah
memahami etika secara umum.
46
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika
filosofis dan etika teologis.
Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan
menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yang
lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya.
1.4.4. Sifat Etika
a. Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang
didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha
melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret.
Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara
faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.
b. Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat
hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan
bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat
bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan manusia. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif, dimana etika hanya
menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil
melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya.
Inti dari makna Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan
dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang
memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika
ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan
buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia,
melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga merupakan
filsafat praxis manusia. Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang
menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral. Tujuan etika
dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu
dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena
47
pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria)
yang berlainan.
1.4.5. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika
Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang mengatakan bagaimana
seharusnya hidup, tetapi itu adalah ajaran moral. Ilmu Pengetahuan dan etika sebagai suatu
pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku penyimpangan
dan kejahatan di kalangan masyarakat. Ilmu pengetahuan dan etika diharapkan mampu
mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masayarakat sekitar agar dapat menjadi ilmuwan
yang memiliki moral dan akhlak yang baik dan mulia.
Sebagai suatu obyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu maupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dilakukan itu salah atau benar, baik
atau buruk. Dengan begitu dalam proses penilaiannya ilmu pengetahuan sangat berguna dalam
memberikan arah atau pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu secara moral harus
ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa merendahkan martabat seseorang.
Etika memberikan batasan maupun standar yang mengatur pergaulan manusia di dalam
kelompok sosialnya yang kemudian dirupakan ke dalam aturan tertulis yang secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat diperlukan dapat di
fungsikan sebagai pedoman untuk melakukan tindakan tertentu terhadap segala macam tindakan
yang secara umum dinilai menyimpang dari kode etik yang telah ditentukan dan disepakati
bersama. Ilmu sebagai asas moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan
universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya.
Masalah moral tidak dapat dilepaskan dengan tekad nanusia untuk menemukan kebenaran.
Sebab untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran diperlukan keberanian. Sejarah
kemanusiaan telah mencatat semangat para ilmuwan yang rela mengorbankan nyawanya untuk
mempertahankan apa yang mereka anggap benar. Kemanusiaan tak pernah urung dihalangi untuk
menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral maka ilmuwan akan mudah melakukan pemaksaan
intelektual. Penalaran secara rasional yang telah membawa manusia mencapai harkat
kemanusiaannya berganti dengan proses rasionalisasi yang mendustakan kebenaran.
Maka inilah pentingnya etika dan moral dalam ilmu pengetahuan yang menyangkut
tanggung jawab manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi
sebesar-besarnya kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya ilmu
48
pengetahuan juga mempunyai akibat positif dan negatif bahkan destruktif maka diperlukan nilai
atau norma untuk mengendalikannya. Di sinilah etika menjadi ketentuan mutlak yang akan
menjadi pengendali bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk meningkatkan
derajat hidup serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.
1.4.6. Pentingnya Etika dalam kehidupan sehari – hari dan kehidupan ilmiah.
Beberapa alasan mengapa perlunya etika saat ini:
1. Pandangan moral yang beraneka ragam yang berasal dari berbagai suku, kelompok, daerah dan
agama yang berbeda dan yang hidup berdamp8ingan dalam suatu masyarakat dan negara.
2. Modernisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan besar dalam struktur masyarakat
yang akibatnya dapat bertentangan dengan pandangan-pandangan moral tradisional.
3. Munculnya berbagai ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan manusia
dengan masing-masing ajarannya tentang kehidupan manusia.
Etika dapat membangkitkan kembali semangat hidup agar manusia dapat menjadi manusia yang
baik dan bijaksana melalui eksistensi dan profesinya.
Dalam bidang keilmuan, etika sangat penting karena pokok perhatiannya pada problem dan
proses kerja keilmuan, sehingga memunculkan studi etika keilmuan. Etika keilmuan menyoroti
aspek bagaimana peran seorang mahasiswa, ilmuwan dalam kegiatannya. Tanggung jawab mereka
dipertaruhkan dalam proses kegiatan ilmiahnya. Pokok perhatian lain dalam etika keilmuan adalah
masalah bebas nilai. Bebas nilai adalah suatu posisi atau keadaan dimana seseorang ilmuwan
memiliki hak berupa kebebasannya untuk melakukan penelitian ilmiahnya. Mereka bebas meneliti
apa saja sesuai dengan keinginan atau tujuan penelitiannya. Kebalikan bebas nilai adalah tidak
bebas nilai, yakni adanya hambatan dari luar seperti norma agama, norma hukum, norma budaya
yang muncul dalam proses penelitiannya. Norma-norma tersebut semacam “pagar” yang
merintangi kebebasan seorang peneliti atas dasar tujuan dan kepentingan norma tersebut.
Misalnya, pada kasus penelitian kloning untuk manusia.
1.5. Moral
1.5.1. Makna Moral
Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan
menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan
mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak cabul. Jadi, moral adalah
49
aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata
susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip-
prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih
baik. Dan istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang
mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak
bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu
tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam
kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi
dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka
orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari
budaya dan Agama. Inti maknanya moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti
manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan
(akhlak).
Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal, menjadi ciri yang
membedakan manusia dari binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk,
yang boleh dan yang dilarang, tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan. Keharusan
memunyai dua macam arti: keharusan alamiah (terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam) dan
keharusan moral (hukum yang mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu).
Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik.
Demoralisasi, berarti kerusakan moral.
1.5.2. Macam – Macam Moral
1. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan
dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
2. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran berbagai ajaran filosofis, agama, adat,
yang menguasai pemutaran manusia.
1.5.3. Landasan Utama Terbentuknya Moral
50
1. Sumber moral dan pembuat sumber. Dalam kehidupan bermasyarakat sumber moral dapat
berasal dari adat kebiasaan. Pembuatnya bisa seorang raja, sultan, kepala suku, dan tokoh
agama. Bahkan mayoritas adat dilahirkan oleh kebudayaan masarakat yang penciptaannya
sendiri tidak pernah diketahui, seperti mitos-mitos yang sudah menjadi norma sosial. Dalam
moralitas islam sumber moral adalah wahyu Al-Quran dan As-Sunah.
2. Orang yang menjadi objek sekaligus subjek dari sumber moral dan penciptanya. Moralitas
sosial yang berasal dari adat, sedangkan objek dan subjeknya adalah individu dan masyarakat
yang bersifat lokal karena adat hanya berlaku untuk wilayah tertentu. Artinya tidak bersifat
universal melainkan teritorial. Dalam moralitas islam, subjek da objeknya adalah orang yang
telah balig dan berakal yang disebut mukallaf.
3. Tujuan moral, yaitu tindakan yang diarahkan pada target tertentu, misalnya ketertiban sosial,
keamanan, kesejahteraan, dan sebagainya. Dalam moralitas islam tujuan moralnya adalah
mencapai kemaslahatan duniawi dan ukhrawi
1.5.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai, Moral Dan Sikap
1. Lingkungan keluarga.
Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap
seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-orang
yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan
besar mereka tidak mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa menjadi orang
yang sering melakukan pelanggaran norma.
2. Lingkungan Sekolah.
Disekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku dimasyarakat sehingga mereka
juga dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan
bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam bertingkah laku,
oleh karena itu seorang guru harus memiliki moral yang baik.
3. Lingkungan Pergaulan.
Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan juga turut mempengaruhi nilai,
moral dan sikap seseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal
yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan terkadang
seorang teman juga bisa dijadikan panutan baginya.
4. Lingkungan Masyarakat.
51
Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral. Tingkah
lakuyang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai
sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.
1.5.5. Upaya Pengembangan Nilai, Moral Dan Sikap Remaja
Perwujudan nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Dan tidak semua
individu tidak mencapai tingkat perkembangan moral s eperti apa yang diharapkan. Adapun upaya-
upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangka nilai, moral dan sikap, antara lain :
1. Penciptaan Komunikasi
Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Anak
tidak hanya harus mendengarkan tetapi juga harus dirangsang agar lebih aktif. Misalnya
mengikutsertakan ia dalam pengambilan keputusan dikeluarga dan pemberian tanggung jawab
dalam kelompok sebayanya. Karena nilai-nilai kehidupan yang dipelajari barulah betul-betul
berkembang apabila telah dikaitkan dalam konteks kehidupan besama. Selain itu,
pengembangan juga bisa dilakukan melalui proses pendidikan, pengasuhan, perintah, larangan,
pemberian hadiah, pemberian hukuman dan interfensi edukatif dengan dibantu oleh para guru
dan para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur, moral dan sikapyang baik bagi anak-
anaknya agar dapat berkembang menjadi generasi penerus yang diharapkan.
2. Penciptaan Iklim Lingkungan Yang Serasi
Seseorang yang sikapnya berhasil seperti apa yang diharapkan, umumnya adalah seseorang
yang hidup dalam lingkungan yang positif, jujur dan konsekuen senantiasa mendukung bentuk
tingkah laku yang merupakan pencerminan dari nilai-nilai hidup. Ini berarti bahwa
pengembangan tidak hanya dilakukan melalui pendekatan intelektual tetapi juga
mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif, dimana faktor-faktor lingkungan itusendiri
merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai hidup.Para remaja sering kali menentang
nilai-nilai dan dasar-dasar hidup orangtua dan orang dewasa lainnya. Ini tidak berarti
mengurangi kebutuhan mereka akansuatu system nilaiyang tetap. Mereka tetap menginginkan
suatu system nilai yang akan menjadi pegangan dan petunjukbagi perilaku mereka. Karena
itu,orang tua,guru dan orang dewasa lainnya patut memberikan contoh perilaku yang
merupakan perwujudan nilai-nilai yang diperjuangkan.
1.6. Perbedaan dan Persamaan Antara Etika dan Moral Serta Hubungannya Dengan
Filsafat
52
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, dan moral, sama, yaitu
menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik
buruknya. Ke semua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat
yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya. Objek
dari etika, dan moral, yaitu perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk .
Sedangkan perbedaan etika dan moral, dapat kita lihat pada sifat dan kawasan
pembahasannya, di mana etika lebih bersifat teoritis dan memandang tingkah laku manusia secara
umum, sedangkan moral lebih bersifat praktis, yang ukurannya adalah bentuk perbuatan. Serta
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk pun berbeda, di mana etika
berdasarkan akal pikiran, sedangkan moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat.
Selain itu jika dilihat dari segi sifatnya, dimana Etika besifat lokal, temporal dan relatif sedangkan
Moral bersifat lokal, temporal dan relatif etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian
sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Adapun hubungan antara etika dengan moral ini bisa kita lihat dari segi fungsi dan
perannya, yakni sama-sama menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
oleh manusia untuk ditentukan baik dan buruknya, benar dan salahnya sehingga dengan ini akan
tercipta masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram serta sejahtera lahir dan batin.
1.7. Kesimpulan
Perbedaaan antara moral dengan etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan
untuk menentukan baik dan buruk. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal
pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk
pengkajian system nilai yang ada.
Adapun hubungan antara etika dengan moral ini bisa kita lihat dari segi fungsi dan
perannya, yakni sama-sama menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
oleh manusia untuk ditentukan baik dan buruknya, benar dan salahnya sehingga dengan ini akan
tercipta masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram serta sejahtera lahir dan batin.
53
DAFTAR PUSTAKA
http://wizanies.blogspot.com/2007/08/akhlak-etika-moral.html
http://grms.multiply.com/journal/item/26
https://ahmadwahyumaruto.blogspot.com/2017/10/makalah-akhlak-etika-dan-moral.html
http://punyahari.blogspot.com/2009/12/filsafat-moral-etika-etika-filsafat.html
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat
Kelompok filsafat

More Related Content

What's hot

KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYKELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYDINAFRENTI17
 
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyKelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyM Fatkhur Rohman
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Anita
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok AnitaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Anita
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok AnitaAnitaAnita60
 
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, msTugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, msBeautyPuji
 
TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUSeptiTirta
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiNabilahMaharani1
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatjotimustika
 
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas sRangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas sElenAnggraini
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaYolandaday1
 
Tugas prof. hapzi hubungan filsafat dengan ilmu lainnya
Tugas prof. hapzi hubungan filsafat dengan ilmu lainnyaTugas prof. hapzi hubungan filsafat dengan ilmu lainnya
Tugas prof. hapzi hubungan filsafat dengan ilmu lainnyaJoko Supono
 
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSMakalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSdindadwi4587
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaRisa Octaviani
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuAbidaAnggun
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Sbaguspw12
 
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuKumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuTiaAgustina2
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Septian Muna Barakati
 
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,msKumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,msNur Rochmatus
 

What's hot (20)

KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYKELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
 
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyKelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Anita
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok AnitaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Anita
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Anita
 
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, msTugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
 
TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMU
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
 
Contoh soal filsafat ilmu
Contoh soal filsafat ilmuContoh soal filsafat ilmu
Contoh soal filsafat ilmu
 
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas sRangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YolandaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yolanda
 
Tugas prof. hapzi hubungan filsafat dengan ilmu lainnya
Tugas prof. hapzi hubungan filsafat dengan ilmu lainnyaTugas prof. hapzi hubungan filsafat dengan ilmu lainnya
Tugas prof. hapzi hubungan filsafat dengan ilmu lainnya
 
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSMakalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
 
Ringkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmuRingkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmu
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
 
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuKumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,msKumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
 

Similar to Kelompok filsafat

PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxPPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxnianur10
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Warnet Raha
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Warnet Raha
 
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13CalvinAlaydrus
 
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 7 UNTAG Surabaya Dosen Pengampu ...
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 7 UNTAG Surabaya Dosen Pengampu ...Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 7 UNTAG Surabaya Dosen Pengampu ...
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 7 UNTAG Surabaya Dosen Pengampu ...Mukhamad Sholikudin
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Warnet Raha
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Warnet Raha
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxLisdaPuspaawaliaj1
 
Kumpulan Slide PPT Pengantar Filsafat Kelompok 5.pptx
Kumpulan Slide PPT Pengantar Filsafat Kelompok 5.pptxKumpulan Slide PPT Pengantar Filsafat Kelompok 5.pptx
Kumpulan Slide PPT Pengantar Filsafat Kelompok 5.pptxnandaaa7
 
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxZahraFebta
 

Similar to Kelompok filsafat (20)

PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxPPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah filsafat 3 (2)
Makalah filsafat 3 (2)Makalah filsafat 3 (2)
Makalah filsafat 3 (2)
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 7 UNTAG Surabaya Dosen Pengampu ...
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 7 UNTAG Surabaya Dosen Pengampu ...Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 7 UNTAG Surabaya Dosen Pengampu ...
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 7 UNTAG Surabaya Dosen Pengampu ...
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
Kumpulan Slide PPT Pengantar Filsafat Kelompok 5.pptx
Kumpulan Slide PPT Pengantar Filsafat Kelompok 5.pptxKumpulan Slide PPT Pengantar Filsafat Kelompok 5.pptx
Kumpulan Slide PPT Pengantar Filsafat Kelompok 5.pptx
 
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptxTUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
 
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptxTUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
TUGAS KUMPULAN SLIDE.pptx
 
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 

Kelompok filsafat

  • 1. 1 TUGAS KUMPULAN MATERI MEMBUAT MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh kelompok: Muhammad Farikh Aziz 1211700275 Ronaldo Ega Hariyanto 1211700266 Aditya Prastyo 1211700041 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2019
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “ Kumpulan Materi Tugas membuat Makalah Pengantar Filsafat Ilmu “ ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan di dalamnya. Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini, bisa memberikan manfaat dan edukasi . Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya. Surabaya, 10 Juli 2019 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI Judul Halaman Manfaat Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa 3 Perkembangan Filsafat 8 Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan 20 Logika Berpikir 30 Teori – Teori Kebenaran 43 Filsafat Etika Dan Moral 53 Tataran Ilmu Pengetahuan Ontologis Epistemologis Dan Aksiologis 65 Filsafat Pancasila 78 Filsafat Metedologi ilmiah 93 Kumpulan Soal Dan Jawaban 108
  • 4. 4 BAB I MANFAAT BELAJAR FILSAFAT BAGI MAHASISWA 1.1. Pengertian Filsafat Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan filsafat maka pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani Kuno. Pada masa itu semua ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunanilah kata “filsafat” ini berasal, yaitu dari kata “philos” dan “sophia”. “Philos” artinya cinta yang sangat mendalam dan “sophia” artinya kebijakan atau kearifan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat dapatdiartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat. Mungkin anda pernah bertemu dengan seseorang dan mengatakan: “filsafat hidup saya adalah hidup seperti oksigen, menghidupi orang lain dan diri saya sendiri”. Orang lain lagi mengatakan: “Hidup harus bermanfaat bagi orang lain dan dunia”. Hal ini adalah contoh sederhana tentang filsafat seseorang. Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia yang memiliki peran penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Dalam kegiatan ini manusia akan berusaha untuk mencapai kearifan dan kebajikan. Kearifan merupakan hasil dari filsafat dari usaha mencapai hubungan-hubungan antara berbagai pengetahuan dan menentukan implikasinya, baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam kehidupan. 1.2. Manfaat Filsafat dalam kehidupan Cara berpikir filsafati telah mendokrak pintu serta tembok-tembok tradisi dan kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan mite serta meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu pada saat yang sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas dan mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis, kritis, dan analitis. Karena itu, ilmu pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu mulai mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya, filsafat disebut sebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta yang tidak dapat diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan manusia.
  • 5. 5 1.3. Manfaat Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa Banyak mahasiswa yang masuk perguruan tinggi tidak mengenal ilmu filsafat. Bahkan meskipun anak-anak Sekolah Menengah Umum (SMU) memiliki kemampuan yang memadai untuk mempelajari filsafat, kesempatan jarang sekali diberikan pada mereka. Jadi, mudah dipahami jika kesan mahasiswa pada umumnya tentang filsafat, sebuah kesan yang juga tertanam luas dalam masyarakat umum, adalah bahwa mereka tidak mengerti. Belajar filsafat bagi mahasiswa sangat penting, karena banyak manfaat yang dapat dirasakan, antara lain : 1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi, ilmu ini akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih luas. 2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia. Manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar. 3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang, hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima. 4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran, penalaran ini akan membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis, melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda. 5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka, kita akan semakin tahu betapa besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain. 6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru, Ide-ide yang lebih kreatif dalam memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan pemikiran yang koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis. 7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional, Membangun cara berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan sistematis, metodis, kritis, analitis, dan logis. 8. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal, membuat kita berpikir hingga mendasar, sehingga kita akan lebih sadar terhadap keberadaan diri kita.
  • 6. 6 9. Filsafat membawa keterlibatan dalam memecahkan berbagai macam persoalan – Persoalan baik yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain, akan membuat kehidupan kita tidak dangkal, namun kaya akan warna. 10. Memiliki pandangan yang luas – Manfaat belajar filsafat dalam hal ini, akan mengurangi kecenderungan sifat egoisme dan egosentrisme. 11. filsafat membantu menjadi diri sendiri, lewat cara berpikir yang sistematis, holistik dan radikal yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh pendapat dan pandangan umum. 12. Filsafat akan membangun landasan berpikir – Komponen utama baik bagi kehidupan pribadi terutama dalam hal etika, maupun bagi berbagai macam ilmu pengetahuan yang kita pelajari. 13. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas. Manfaat belajar filsafat akan mendobrak pola pikir yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma yang menjadi penjara bagi pikiran manusia. 14. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan , terutama berbagai persoalan ilmiah dengan persoalan yang tidak ilmiah. 15. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis. Dalam hal ini, berasal dari berbagai macam kajian disiplin ilmu yang kita tekuni. 16. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu, filsafat memberikan petunjuk lewat penelitian penalaran serta metode pemikiran reflektif, sehingga kita dapat menyelaraskan antara pengalaman, rasio, agama serta logika. 17. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran , memberikan pandangan serta pengertian mengenai hidup 18. Filsafat dapat dijadikan sebagai pedoman, berguna sebagai sumber inspirasi bagi kehidupan. 19. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral, pembelajaran moral dan etika ini, dapat diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan. 20. Filsafat dapat membangun semangat toleransi, menjaga keharmonisan hidup di tengah perbedaan pandangan atau pluralitas. 1.4. Cabang – cabang Ilmu Filsafat Di dalam perkembangannya, ilmu filsafat tidak lagi merupakan satu kesatuan utuh. Dalam hal ini, karena dirasa perlu untuk membaginya menjadi beberapa cabang. Tujuannya agar lebih mudah untuk dipelajari serta diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Cabang – cabang dari ilmu filsafat tersebut terdiri atas : 1. Ontologi, yang mempelajari khusus tentang eksistensi atau keberadaan.
  • 7. 7 2. Theologi, yang mempelajari tentang ketuhanan dan proses penciptaan. 3. Sains Universal, yang mempelajari tentang prinsisp – prinsip seperti jati diri. Secara harfiah arti dari metafisika adalah “ melampaui ilmu pengetahuan “, karena dalam bahasa Yunani arti dari “ meta “ adalah melampaui, sedang “ physika ” memiliki arti Fisika. Cabang ilmu filsafat ini memepelajari tentang jati diri manusia, termasuk alam semesta, makhluk spiritual, kehidupan pasca kematian, dan lain – lain 1.5. Kesimpulan Ilmu filsafat memang kalah populer dibanding disiplin ilmu yang lain, apalagi di era yang serba hedonis seperti sekarang ini, filsafat semakin ditinggalkan. Semakin sedikitnya mereka yang mempelajari ilmu filsafat inilah yang membuat batin dan piukiran mereka semakin keropos. Kekeroposan yang bukan hanya akan merusak diri mereka sendiri, tapi juga merusak kehidupan di sekitarnya atau menyalahpahami ilmu filsafat.
  • 8. 8 DAFTAR PUSTAKA Rachman, Maman. 2009. Filsafat Ilmu. Semarang : UPT UNNES PRESS Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di indonesia. Jakarta : Bumi Aksara. https ://manfaat.co.id<pendidikan.
  • 9. 9 BAB II PERKEMBANGAN FILSAFAT 2.1.Latar Belakang Masalah Dalam kontek sejarah perlu kiranya mengetahui sejarah perkembanganilmu dan falsafahnya. Sinergi dengan pernyataan tentang kesatuan sejarah,yang artinya bahwa pengetahuan harus mengabdi pada umat dan manusia.Disinilah perlunya kita tinjau filsafat ilmu dan sejarah perkembangannyasecara integral. Dalam mempelajari sejarah perkembangan ilmu tentu saja kitatidak bisa berpaling dari asal filsafat itu sendiri yaitu Yunani, denganpembagian klasifikasi secara periodik.Filsafat ilmu berkembang dari masa ke masa sejalan denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta realitas sosial. Dimulai dengan aliran rasionalisme-empirisme, kemudian kritisisme dan positivisme. Karena setiap periode mempunyai ciri khas tertentu dalamperkembangan ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan demi penemuan yangdiakukan oleh manusia hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat di satutempat atau wilayah tertentu. 2.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Modern ? 2. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Kontemporer ? 2.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui sejarah dari perkembangan filsafat ilmu. 2. Untuk mengetahui dan memahami ilmuwan pada sejarah perkembangan filsafat ilmu. 2.4.0 Sejarah perkembangan Filsafat ilmu Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Secara periodisasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodisasi filsafat ilmu Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern dan dikenal dengan sebutan periode weda, biracarita, sutra – sutra dan skolastik. Yang terpenting dalam filsafat ilmu India adalah bagaimana manusia berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Sedangkan filsafat ilmu Islam dikenal dengan periode mutakalimin dan filsafat ilmu Islam. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara bertahap dan berkembang berdampingan dengan agama. 2.4.1. Zaman Pra Yunani Kuno
  • 10. 10 Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok. Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. Pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan tentang asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite- mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain. Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif. Pengaruh Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun,
  • 11. 11 andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih- lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka- sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah. Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan. Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam. 2.4.2. Zaman Yunani Kuno Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM), Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469- 399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles (384-322 SM). Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu “yang tak terbatas” (to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak. 2.4.3. Zaman Keemasan Yunani Kuno
  • 12. 12 Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati. Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide. Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis. Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis. Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi adal.ah prinsip yaug tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme. 2.4.4. Masa Helintis Dan Romawi Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia dengan kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir, Hingga Syria. Pada masa itu berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan Romawi dengan ekspansi yang luas membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Bidang filsafat, di Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi meluas
  • 13. 13 sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di buka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani. Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut: 1. Sinisme Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik. 2. Stoik Menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya. 3. Epikurime Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul. 4. Neo Platonisme Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya. 2.4.5. Zaman Abad Pertengahan Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini. Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
  • 14. 14 Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan peradaban yang didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan logika keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Pada zaman itu akademia Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran Aristoteles tetap dapat dikenal. Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama Kristen adalah benar. Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu. Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu: Periode Patristik, berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua tahap: 1)Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap: 1) Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia. 2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai- nilai kebenaran yang objekti. 2.4.6. Zaman Renaissance
  • 15. 15 Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut yaitu Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler (awal 1600-an), dan Galileo Galilei. 2.4.7. Zaman Modern Filsafat barat modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut dengan “renaissans” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung diabad ke-18 itu, didalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Pengaruh dari gerakan renaissans dan aufklaerung itu telah menyebabkan peradaban dan kebudayaan barat modern berkembang dengan pesat, dan semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma gereja. Sejak itu kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode, perkiraan dan pemikiran yang dapat diuji. Filsafat barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan periode filsafat abad pertengahan. Pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan serta raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Para filosof modern pertama-tama menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau dogma-dogma gereja, juga tidak berasal dari kekuasaan feudal. Semua filsuf apad zaman ini menyelidiki segi-segi subjek manusiawi ; “Aku” sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan, pusat kebebasan, pusat tindakan, pusat kehendak, dan pusat perasaan. Wacana filsafat yang menjadi topic utama pada zaman modern, khususnya dalam abad ke-17, adalah persoalan epistemologi. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bercorak epistemologis ini, maka dalam filsafat abad ke-17 muncullah dua aliran filsafat yang memberikan jawaban berbeda, bahkan saling bertentangan. 2.4.8. Zaman Kontemporer
  • 16. 16 Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke-20 ini adalah pemikiran tentang bahasa. Sebagian besar pemikir abad ke-20 pernah menulis tentang bahasa. Menurut Wittgenstein, apa yang dihasilkan oleh sebuah karya filsafat melulu sederetan ungkapan filsafati, melainkan upaya membuat ungkapan-ungkapan menjadi jelas. Para filsuf analitik ini tidak lain sebagai reaksi atau respons terhadap aktivitas filsafat yang dilakukan oleh para penganut aliran filsafat idealisme. sebab aliran filsafat idealisme lebih menekankan pada upaya mengintrodusir ungkapan-ungkapan filsafati. Ungkapan-ungkapan filsafati yang di introdusir oleh penganut idealisme itu menurut filsuf analitik kebanyakan bermakna ganda kubur dan tidak terpahami oleh akal sehat. Hal-hal semacam itulah yang perlu diatasi dengan analisis bahasa. Perkembangan filsafat abad ke-20 juga ditandai oleh munculnya berbagai aliran filsafat kebanyakan aliran itu merupakan kelanjutan dari aliran-aliran filsafat yang telah berkembang pada abad modern. Beberapa aliran dan tokoh yang paling berpengaruh pada abad ke-20 adalah Edmund Husserl (1859-1938), selaku pendiri aliran Fenomenologi, ia telah mempengaruhi pemikiran filsafat abad ke-20 ini secara amat mendalam. Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan tambahan terhadap metode-metode dan pandangan-pandangan barat. Terdapat perbedaan-perbedaan yang besar antara para pengikut aliran ini namun terdapat tema-tema yang sama sebagai cirri khas aliran ini yang tampak pada para penganutnya. Mengidentifikasi ciri aliran eksistensialisme sebagai berikut : 1. Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat modern, khususnya terhadap idealism Hegel. 2. Eksistensialisme adalah suatu protes atas nama individualis terhadap konsep-konsep, filsafat akademis yang jauh dari kehidupan konkret. 3. Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal (tanpa kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi, serta gerakan masa. Masyarakat industry cenderung untuk menundukkan orang seorang kepada mesin. 4. Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter baik gerakan pasis, komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan didalam kolektif atau masa. 5. Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek manusia didunia. 6. Eksistensialisme menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman kesadaran yang dalam dan langsung.
  • 17. 17 Salah seorang tokoh eksistensialisme yang popular adalah Jean Paul Sartre (1905-1980) ia membedakan dialektis dengan rasio analitis. Aliran filsafat eksistensialisme yang menjadi mode berfilsafat pada pertangahan abad ke-20 mendapat reaksi aliran strukturalisme. Jika eksistensialisme menekankan pada peranan pada individu, maka strukturalisme justru melihat manusia “terkukung” dalam berbagai struktur dalam kehidupannya. Secara garis besar ada dua pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat. Pertama : strukturalisme adalah metode atau metodelogi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistic yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure, Kedua : strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Disini metodelogi struktural dipakai untuk membahas tentang manusia, sejarah kebudayaan, serta hubungan antara kebudayaan dan alam. Para strukturalis filosofis yang menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme linguistic dalam berfilsafat bereaksi terhadap aliran filsafat fenomenologi dan eksistensialisme yang melihat manusia dari sudut pandang yang subjektif. Para penganut aliran filsafat strukturalisme ini memiliki kesamaan. Tokoh berpengaruh dalam aliran filsafat struktulisme adalah Michel Foucault (1926-1984) Kesudahan ‘manusia’ sudah dekat itulah pendirian Foucalt yang sudah terkenal tentang ‘kematian’ manusia. Maksud Foucault bukanya bahwa nanti tidak ada manusia lagi, melainkan bahwa akan hilang konsep ‘manusia’ sebagai suatu kategori istimewa dalam pemikiran kita. Pada abad ke-20 ada aliran filsafat yang pengaruhnya dalam dunia praktis cukup besar, yaitu aliran filsafat pragmatisme. Aliran filsafat ini merupakan suatu sikap metode dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai kebenaran. Salah seorang tokoh pragmatisme adalah Willam Jasme (1842-1910), ia memandang pemikirannya sendiri sebagai kelanjutan empirisme Inggris, namun empirismenya bukan merupakan upaya untuk menyusun kenyataan berdasar atas fakta-fakta lepas sebagai hasil pengamatan. James membedakan dua macam bentuk pengetahuan : 1) Pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan. 2) Merupakan pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian.
  • 18. 18 Suatu ide dapat menjadi benar apabila didukung oleh peristiwa-peristiwa sebagai akibat atau buah dari ide itu. Pada awalnya postmodernisme lahir sebagai reaksi terhadap kegagalan modernism. Dalam modernisme, filsafat memang berpusat pada Epistemologi yang bersandar pada gagasan tentang subjektivitas dan objektivitas murni yang satu sama lain terpisah tak saling berkaitan. Tugas pokok filsafat adalah mencari fondasi segala pengetahuan dan tugas pokok subjek adalah mempresentasikan kenyataan objektif. Wacana postmodern menjadi popular setelah Francois Lyotard (1924) menerbitkan bukunya The Postmodern Condition : A Report on Knowledge (1979). Modernitas menurut Lyotard ditandai oleh kisah-kisah besar yang mempunyai fungsi mengarahkan serta menjiwai masyarakat modern, mirip dengan mitos-mitos yang mendasari masyarakat masyarakat primitif dulu. Bagi Marx masalah filsafat bukan hanya maslah pengetahuan dan masalah kehendak murni yang utama, melainkan masalah tindakan. Para filosof menurut Marx selama ini hanya sekedar menafsirkan dunia berbagai cara, namun menurut yang terpenting adalah mengubahnya. Menurut Marx kaum, proletar harus merebut peranan kaum Borjuis dan Kapitalis itu melalui revolusi. Berkembangnya aliran-aliran epistemologi, filsafat modern juga mengantarkan lahirnya revolusi industri di abad ke-18 dan Negara-negara kebangsaan. Serta ideologi-ideologi dunia seperti Liberalisme/Kapitalisme dan Sosialisme/Komunisme. 2.5. Kesimpulan Sejarah perkembangan ilmu terbagi secara periode, yakni; Zman Pra Yunani Kuno, Zaman Yunani kuno, Masa Helintis Romawi, Zaman Abad pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, Zaman Kontemporer ( Abad XX dan Seterusnya). Adapun aliran – aliran filsafat ilmu terbagi menjadi beberapa aliran yaitu sebagai berikut : rasonalisme, empirisme, realisme, idealisme, positivisme, dan pragmatisme. Dari berbagai aliran filsafat ilmu, sampai sekarang banyak mewarnai perkembangan ilmu di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian. Implikasi dari berbagai aliran itu memiliki sudut pandang metodologis yang berbeda. Bahkan masing – masing aliran akan melahirkan aneka ragam metode penelitian. Namun dalam wawasan filsafat ilmu, aliran tetap menjadi akar dari perkembangan ilmu pengetahuan. Aliran akan menentukan metode dan seluruh teori yang digunakan dalam penelitian apapun.
  • 19. 19 DAFTAR PUSTAKA http://suarakritingfree.blogspot.com/2012/09/sejarah-perkembangan-filsafat.html Mark b. Woodhouse. 1984. Berfilsafat sebuah langkah awal. Yogyakarta: penerbit kanisiusAnshari, Endang S. Ilmu, filsafat, dan Agama. Bina Ilmu: Surabaya, 1985 Sabri, Muhammad Dkk. Filsafat Ilmu. Makassar: Alauddin Press 2009 http://sukman21.blogspot.com/2013/10/periodesasi-perkembangan-sejarah.html
  • 20. 20 BAB III FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN 3.1. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah. Dengan munculnya Ilmu Pengetahuan Alam pada abad ke 17, mulai terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar- bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu sangat tepat bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul.
  • 21. 21 Oleh karenanya, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences). Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). 3.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana definisi ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu ? 2. Bagaimana hubungan diantara keduanya dan perbedaannya ? 3. Mengapa manusia lebih mementingkan ilmu dibandingkan dengan filsafat ? 3.3. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu itu sendiri. 2. Mengetahui dan memahami hubungan diantara keduannya. 3. Memahami arti ilmu dan filsafat bagi manusia. 4. Mengetahui dan memahami alasan filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. 5. Mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang lebih dari makalah ini. 3.4. Definisi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Ilmu Untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang ilmu pengetahuan dan tidak melebar pada pembahasan yang tidak relevan, maka pemakalah akan membahas secara detail dengan mengacu pada kompetensi dasar dan indikator kompetensi pada silabi yang telah ditetapkan dosen pengampu pada bahasan sebagai berikut : 3.4.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui, memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin
  • 22. 22 yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu. Ilmu merupakan sistem dari dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu pengalaman tertentu yang disusun melalui sistem tertentu, sehingga menjadi suatu kesatuan, atau merupakan suatu sistem dari pengetahuan yang masing-masing diperoleh sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memahami metode-metode tertentu yaitu induksi (kesimpulan yang dimulai dari kasus perkasus) dan deduksi (kesimpulan yang dimulai dari pernyataan umum). Adapun pendapat-pendapat dari tokoh-tokoh tentang ilmu, diantaranya yaitu: 1. Encyclopedia Americana Dalam Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif dans istematis. 2. Paul Freed man Dalam The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk aktifitas manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri. 3. S. Ornby Mengartikan ilmu sebagai susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan percobaan dari fakta-fakta. 4. Poincare Menyebutkan bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti definisi yang tersembunyi. Tidak dapat di pungkiri bahwa dalam proses untuk memperoleh suatu ilmu adalah dengan melalui pedekatan filsafat. Menurut Dr.Slamet Ibrahim.Pada zaman Plato sampai pada masa Al- Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada. Seorang filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu pengetahuan. Perkembangan daya berfikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh perkembangan ilmu yang didukung oleh teknologi. Wilayah kajian filsafat menjadi lebih
  • 23. 23 sempit dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Sehingga ada anggapan filsafat tidak dibutuhkan lagi. Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat dan lebih praktis. Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang luas, umum, dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Sehingga filsafat dapat ditempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak mungkin dapat dijangkau oleh ilmu. 3.4.2. Pengertian Filsafat Ilmu Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Dari segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang berarti philos=cinta, suka (loving) dan Sophia=pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Filsafat juga disebut sebagai way of life, Weltanschauung, Wereldbeschouwing, Wereld- en levenbeschouwing, yaitu sebagai petunjuk arah kegiatan (aktivitas) manusia dalam segala bidang kehidupannya. Syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan yang bersifat menyeluruh dan universal, dan sebagai petunjuk arah kegiatan manusia dalam seluruh bidang kehidupannya. Telaah secara mendalam pada filsafat akan membuat filsafat memiliki tiga sifat yang pokok, yaitu: menyeluruh, mendasar dan spekulatif. 3.5. Hubungan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu dari berbagai pengertian tentang filsafat dan ilmu sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka berikutnya akan tergambar pula pola hubungan antara ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk persamaan antara ilmu dan filsafat, terdapat juga perbedaan diantara keduanya. Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam
  • 24. 24 daya perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan oleh manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Tetapi masalahnya betulkah demikian? Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen. Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi. Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.Lalu jika demikian, dimana saat ini filsafat harus ditempatkan? Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal pemikiran manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia yang memiliki sifat untuk terus maju. Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori. Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu. Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh
  • 25. 25 justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof. Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan. Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa Spencer, dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis. Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan filsafat serta cara kerja ilmuwan dan filosofis, memang mengandung sejumlah persamaan, yakni sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan. Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan kemana akhirnya. Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa filsafat di satu sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang lainnya ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan. Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu. Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu. 3.6. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan
  • 26. 26 sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal. Yang membedakan diantara keduanya adalah: 1. Filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. 2. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. 3. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggung jawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah-langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersubyektif). 3.7. Kesimpulan Bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah. Dan juga filsafat ilmu dapat dijadikan landasan pengembangan pengetahuan karena filsafat ilmu adalah induk dari segala ilmu.
  • 28. 28 BAB IV LOGIKA BERPIKIR 4.1. Latar Belakang Masalah Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal dan tidak logis adalah sebaliknya.Ilmu kita pelajari karena bermanfaat yang hendak kita ambil, lalu apakah manfaat yang didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika. Sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah, logika lahir dari pemikir-pemikir Yunani yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam perkembangannya, logika telah menarik minat dan dipelajari secara luas oleh para filosof. Logika juga menarik minat filosof-filosof muslim sehingga menjadi pembahasan yang menarik dalam masalah agama. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar. Banyak permasalah dihadapan kita yang dapat kita cari solusinya dengan cara menggunakan logika. Tetapi tidak semua masalah dapat kita selesaikan dengan menggunakan logika. Dengan demikian kami menggangkat logika sebagai bahan bahasan dalam makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang menarik dan mengandung daya positif. 4.2 Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Logika ? 2. Apa saja macam-macam Logika ? 3. Apa manfaat dari logika?
  • 29. 29 4.3 Tujuan 1. Untuk Mengetahui Pengertian Logika. 2. Untuk Mengetahui Macam-macam Logika. 3. Untuk mengetahui manfaat logika. 4.4 Pengertian Logika Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus.[1] Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin:logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.[2] Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan. Pengertian logika menurut beberapa ahli, antara lain : - Irving M.Copi, Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hokum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. - Ali Maksum (2008:36-37), Logika adalah studi tentang metode berpikir dan metode penelitian ideal yang terdiri dari observasi, intropeksi, deduksi, dan induksi, hipotesis dan eksperimen, analisis dan sintesis.
  • 30. 30 - Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Logika adalah salah satu cabang filsafat yang telah dikembangkan oleh Aristoteles yang membicarakan norma-norma berpikir benar agar diperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. 4.5 Macam-Macam Logika Dalam filsafat logika terdapat didalamnya banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri terdapat juga macam-macamnya yaitu : 1. Logika Alamiah Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni. 2. Logika Ilmiah Logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas- azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi. 4.6 Manfaat Logika Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat. Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu.
  • 31. 31 Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen. Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir benar. Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan berpikir benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi, yang selanjutnya dikembangkan dalam bentuk silogisme. 4.7 Kesimpulan Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan. Dalam filsafat logika terdapat juga didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu : logika Alamiah dan logika ilmiah. Dan Di Dalam berpikir logika ada juga hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya tiga hal yakni: Aturan Cara Berpikir yang Benar, Klasifikasi, Aturan Defenisi. Dan Logika mepunyai beberapa kegunaan diantaranya yaitu membantu manusia berpikir lurus, efisie4n, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan, Dan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan- perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu dan juga mempunyai penerapan.
  • 33. 33 BAB V TEORI TEORI KEBENARAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut.Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang materialistik- sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan berari bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif menjadi diabaikan. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu
  • 34. 34 pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme dan empirisme. Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan aspek pragmatis-materialistis.Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filsafat, juga kenyataan yang dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal. 1.2. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kebenaran ? 2. Apa sajakah teori – teori dari kebenaran filsafat ? 3. Apa sajakah macam macam dari kebenaran 4. Apa sajakah tingkat kebenaran ? 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari kebenaran. 2. Untuk mengetahui teori – teori dari kebenaran. 3. Untuk mengetahui macam – macam dari kebenaran. 4. Untuk mengetahui tingkat kebenaran. 1.4. Pengertian Kebenaran Kebenaran adalah kenyataan adanya (being) yang menampakkan diri sampai masuk akal. Pengalaman tentang kebenaran itu dialami akal si pengenal dalam kesamaannya dengan kenyataan adanya yang menampakkan diri padanya. Karena kesamaaan itu memang dicari dan dikejar namun belum tercapai, maka menurut pengalaman manusia si pengenal, kebenaran itu tanpa hentinya mewujudkan diri sambil ditentukan dari luar, tanpa pernah mencapai kesamaan sempurna . “Benar” menyatakan kualitas, keadaan atau sifat benarnya sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa pengetahuan (pemikiran) atau pengalaman (perbuatan). Jadi benar adalah suatu pengertian abstrak : suatu pengertian yang pada dasarnya tak dapat ditangkap oleh indra insani, meskipun seandainya
  • 35. 35 indra ini diberi kekuatan tak terbatas. Sebagai lazimnya setiap sifat, “benar” baru dipahami dengan baik bila dihubungkan dengan sesuatu yang disifatinya. Akan tetapi “benar” bisa juga berarti : sesuatu yang benar itu sendiri. Jadi bukan sifatnya, tetapi barangnya. Mengenai pengertian “benar” ini, dalam Encyclopedia Americana, yang ditulis bersama oleh Bernard S. Cayne dengan beberapa orang ahli, dikemukakan dua pengertian benar sebagai berikut : “Truth is the quality of being true, and anything that is true is a truth.” Jadi menurut buku ini, benar mempunyai dua pengertian seperti yang tersebut diatas. Adapun “kebenaran mutlak” pada pembahasan disini dimaksudkan sebagai “sesuatu yang benar itu sendiri” (pengertian kedua), sebagai pengertian konkrit. Jika kebenaran mutlak dimaksud sebagai pengertian abstrak, maka selamanya kebenaran ini tak akan dapat dicapai, karena ia hanya ada dalam pengrtian kata (formal) bukan dalam pengertian zat (material). Karena itu sebutan “kebenaran mutlak” dimaksud sebagai keadaan sebenarnya dari sesuatu : zat yang sebenarnya dari objek (ding an sich). Bila orang mendengar kata “benar,” secepat kilat dalam pikiranya akan “salah” sebagai lawannya. Itu adalah hal yang wajar. Akan tetapi tidak selamanya lawan “benar” itu “salah”. Benar bisa berarti lain, yaitu ; lempang (lawan sesat) – baik (lawan jahat) – bagus (lawan jelek) – tepat (lawan keliru) dan seterusnya. Peralihan pengertian benar kepada hal yang lain ini, bergantung kepada jenis nilai mana yang diberikan kepada sesuatu yang berpredikat “benar” . Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran. 5.5. Teori –Teori Kebenaran. 1. Teori Corespondence Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.
  • 36. 36 Teori korespodensi (corespondence theory of truth) menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu : 1. Statemaent (pernyataan) 2. Persesuaian (agreemant) 3. Situasi (situation) 4. Kenyataan (realitas) 5. Putusan (judgements) Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen. Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya. Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar. 2. Teori Consistency Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
  • 37. 37 Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenaran bukanlah didasarkan atas hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide, kesannya dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek lain. Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan. Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini lebih bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang teliti dan teori korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran. Sedah teori konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti kebenaran tadi. Teori koherensi (the coherence theory of trut) menganggap suatu pernyataan benar bila di dalamnya tidak ada perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya. Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan trut is consistency. Jika A = B dan B = C maka A = C Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan idealis. Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya. 3. Teori Pragmatisme Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam
  • 38. 38 keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah. Jika teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran). Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memliki kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility) dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya. Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah : 1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan 2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen 3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada) Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalha Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859). Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi, pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung melalui kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek di dalam program solving. 4. Kebenaran Religius Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan dengan realita objek. Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar. Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
  • 39. 39 Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebenaran ini seperti Agama sebagai teori kebenaran Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran. 5.6. Macam-Macam Kebenaran Kebenaran bermacam-macam, tergantung dari sudut mana orang berpijak untuk membaginya. Dipandang dari segi “perantara” untuk mendapatkannya, kebenaran dibagi dalam : a. Kebenaran indrawi (empiris), yang ditemui dalam pengamatan pengalaman. b. Kebenaran ilmiah ( rational), yang lewat konsepsi akal. c. Kebenaran filosofis (reflective thinking), yang dicapai dengan perenungan (murni) d. Kiebenaran religius ( supernatural), yang diterima melalui wahyu Ilahi. • DilIhat dari segi “kekuasaan” untuk menekan orang menerimanya, kebenaran dibagi dua : a. Kebenaran Subyektif, yang hanya diterima oleh subyek pengamat sendiri. b. Kebenaran obyektif, yang diakui tidak hanya oleh subyek pengamat, tatpi juga oleh subyek-subyek yang lain. • Dari segi “luas berlakunya” kebenaran dibagi menjadi: a. Kebenaran individual, yang berlaku bagi perorangan. b. Kebenaran universal, yang berlaku bagi semua orang. • Dari segi “kualitasnya”, kebenaran dibagi dalam : a. Kebenaran dasar, yaitu kebenaran yang paling rendah (= minim). b. Kebenaran nisbi, yaitu kebenaran yang satu atau beberapa tingkat diatas kebenaran dasar, namun belum sempurna (= relatif). c. Kebenaran mutlak, yaitu kebenaran yang sempurna, yang sejati, yang hakiki (=absolut) . 5.7. Tingkat Kebenaran
  • 40. 40 Ada beberapa wujud kebenaran, dan wujud ini berbeda – beda tingkatannya. Perbedaan tingkat ini terutama ditentukan oleh potensi subjek yang menyadari atau menangkap kebenaran itu. Baik panca indra, maupun rasio, bahkan juga budinurani manusia adalah potensi subjek yang menangkap dan menghayati kebenaran itu. Berdasarkan scope potensi subjek itu tadi, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi: 1) Tingkat kebenaran indra adalah tingkat yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia. Indra adalah gerbang kesadaran manusia. 2) Tingakat ilmiah, pengalaman – pengalaman yang didasarkan disamping melalui indera, diolah pula dengan rasio. 3) Tingkat filosofis, kedua tingkat di atas telah dilalui sebagai tahap pendahuluan. Rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam, mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya. 4) Tingkat religius , kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, dan dihayati dengan seluruh kepribadian, dengan integritas kepribadian, dengan iman dan kepercayaan. Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud sifat dan kualitasnya. Bahkan juga proses dan cara terjadinya, di samping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud di sini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indra. Demikian seterusnya, yaitu rasio, kebijaksanaan, dan budinurani atau consciencia yang super rasional. Dari uraian tentang tingkat-tingkat kebenaran diatas tadi kita dapat simpulkan batasan kebenaran itu sebagai berikut : • Bahwa kebenaran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek. Demikian pula tingkatan validitas kebenaran ditentukan oleh potensi subyek yang berperan didalam penghayatan atas sesuatu itu. • Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subyek tentang sesuatu. Terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek, yaitu realita, peristiwa, nilai-nilai (norma, hukum) yang bersifat umum. Ada pula yang bersumber dari dalam berupa ide-ide, konsepsi-konsepsi, kreasi tertentu. • Bahwa kebenaran itu ada yang relatif, terbatas ; ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah (jasmaniah, indra). Ada yang berupa ide-ide yang merupakan pemahaman potensi suyek (mental, rasio, intelektual).
  • 41. 41 • Ada pula kebenaran yang berwujud transcendetal, rohaniah, spritual yang di jangkau oleh potensi subyek(budinurani, consciencia, super rasional). 5.8. Kesimpulan Kebenaran pertama-tama berkedudukan dalam diri si pengenal. Kebenaran di beri batasan- batasan sebagai penyamaan akal dengan kenyataan, yang terjadi pada taraf inderawi maupun akal budi tanpa pernah sampai kesamaan sempurna yang dituju kebenaran dalam pengalaman manusia. Ilmu-ikmu empiris memegang peranannya dalam usaha memegang kesamaannya itu. Dalm bidang ilmu-ilmu itu sendiri pun kebenaran sel alu bersifat sementara . Ilmu-ilmu pasti tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran, tepatnya perjalanan ilmu-ilmu itu merupakan suati sumbangan agar pengetahuan diluar ilmu-ilmu itu makin lancar mendekati kebenaran.
  • 42. 42 DAFTAR PUSTAKA Abbas, Hamami, Kebenaran Ilmiah dalam: Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta : Intan Pariwara, 1997. https : //van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
  • 43. 43 BAB VI FILSAFAT ETIKA DAN MORAL 1.1. Latar Belakang Masalah Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin beraneka ragam. Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, mereka bahkan lupa dengan adanya etika dan moral yang tidak terlalu dihiraukannya dan dijadikan pedoman dalam hidup. Karena pada kenyataanya manusia sekarang kurang pengetahuan tentang etika dan moral Selama ini pelajaran etika dan moral sudah diperkenalkan sejak kita berada di sekolah dasar, yaitu pada dan kewarnegaraan Namun ternyata pelajaran etika dan moral itu hanya dibiarkan saja tanpa diaplikasikan ke dalam perilaku kehidupan sehari – hari, sehingga pelajaran yang telah disampaikan menjadi sia – sia. Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi penerus tidak memiliki etika dan moral Oleh karena itu penyusun menyusun makalah ini agar menjadi acuan dalam menambah pengetahuan. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan etika ? 2. Apa yang dimaksud dengan dengan moral ? 3. Bagaimana Perbedaan dan persamaan etika dengan moral dalam filsafat ? 4. Bagaimana hubungan etika dengan moral dalam filsafat ? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengertian dari etika. 2. Mengetahui dan memahami pengertian dari moral. 3. Menegtahui dan memehami perbedaan dan persamaan dari etika dengan moral. 4. Mengetahui dan memahami hubungan etika dengan moral. 1.4. Etika 1.4.1. Makna Etika Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Secara istilah etika memunyai tiga arti: pertama,
  • 44. 44 nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa disebut sistem nilai. Misalnya etika Protestan, etika Islam, etika suku Indoan. Kedua, etika berarti kumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Misalnya kode etik kedokteran, kode etik peneliti, dll. Ketiga, etika berati ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan refleksi bagi suau penelitian sistematis dan metodis. Di sini sama artinya dengan filsafat moral. Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan. Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk . 1.4.2. Macam-Macam Etika : 1. Etika deskriptif Hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan suatu kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif memelajari moralitas yang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam periode tertentu. Etika ini dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi, sosiologi, psikologi, dll, jadi termasuk ilmu empiris, bukan filsafat. 2. Etika normatif Etika yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian (preskriptif: memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan mengapa sesuatu dianggap baik atau buruk. Etika normatif dibagi menjadi dua, etika umum yang memermasalahkan tema-tema umum, dan etika khusus yang menerapkan prinsip-prinsip etis
  • 45. 45 ke dalam wilayah manusia yang khusus, misalnya masalah kedokteran, penelitian. Etika khusus disebut juga etika terapan. 3. Meta etika Meta berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika bergerak pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Metaetika dapat ditempatkan dalam wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya antara lain filsuf Inggris George Moore (1873- 1958). Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai bagian terpenting, bahkan satu- satunya, tugas filsafat. Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question, yaitu apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual. Kalau sesuatu merupakan kenyataan (is), apakah dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus atau boleh dilakukan (ought). Dalam dunia modern terdapat terutama tiga situasi etis yang menonjol. Pertama, pluralisme moral, yang timbul berkat globalisasi dan teknologi komunikasi. Bagaimana seseorang dari suatu kebudayaan harus berperilaku dalam kebudayaan lain. ini menyangkut lingkup pribadi. Kedua, masalah etis baru yang dulu tidak terduga, terutama yang dibangkitkan oleh adanya temuan-temuan dalam teknologi, misalnya dalam biomedis. Ketiga, adanya kepedulian etis yang universal, misalnya dengan dideklarasikannya HAM oleh PBB pada 10 Desember 1948. 1.4.3. Jenis-Jenis Etika 1. Etika Filosofis Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat. 2. Etika Teologis Terdapat dua hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
  • 46. 46 Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan etika teologis. Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya. 1.4.4. Sifat Etika a. Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan. b. Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif, dimana etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Inti dari makna Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena
  • 47. 47 pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan. 1.4.5. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang mengatakan bagaimana seharusnya hidup, tetapi itu adalah ajaran moral. Ilmu Pengetahuan dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku penyimpangan dan kejahatan di kalangan masyarakat. Ilmu pengetahuan dan etika diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masayarakat sekitar agar dapat menjadi ilmuwan yang memiliki moral dan akhlak yang baik dan mulia. Sebagai suatu obyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu maupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dilakukan itu salah atau benar, baik atau buruk. Dengan begitu dalam proses penilaiannya ilmu pengetahuan sangat berguna dalam memberikan arah atau pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa merendahkan martabat seseorang. Etika memberikan batasan maupun standar yang mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya yang kemudian dirupakan ke dalam aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat diperlukan dapat di fungsikan sebagai pedoman untuk melakukan tindakan tertentu terhadap segala macam tindakan yang secara umum dinilai menyimpang dari kode etik yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Ilmu sebagai asas moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya. Masalah moral tidak dapat dilepaskan dengan tekad nanusia untuk menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran diperlukan keberanian. Sejarah kemanusiaan telah mencatat semangat para ilmuwan yang rela mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan apa yang mereka anggap benar. Kemanusiaan tak pernah urung dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral maka ilmuwan akan mudah melakukan pemaksaan intelektual. Penalaran secara rasional yang telah membawa manusia mencapai harkat kemanusiaannya berganti dengan proses rasionalisasi yang mendustakan kebenaran. Maka inilah pentingnya etika dan moral dalam ilmu pengetahuan yang menyangkut tanggung jawab manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya ilmu
  • 48. 48 pengetahuan juga mempunyai akibat positif dan negatif bahkan destruktif maka diperlukan nilai atau norma untuk mengendalikannya. Di sinilah etika menjadi ketentuan mutlak yang akan menjadi pengendali bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. 1.4.6. Pentingnya Etika dalam kehidupan sehari – hari dan kehidupan ilmiah. Beberapa alasan mengapa perlunya etika saat ini: 1. Pandangan moral yang beraneka ragam yang berasal dari berbagai suku, kelompok, daerah dan agama yang berbeda dan yang hidup berdamp8ingan dalam suatu masyarakat dan negara. 2. Modernisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan besar dalam struktur masyarakat yang akibatnya dapat bertentangan dengan pandangan-pandangan moral tradisional. 3. Munculnya berbagai ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan manusia dengan masing-masing ajarannya tentang kehidupan manusia. Etika dapat membangkitkan kembali semangat hidup agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan bijaksana melalui eksistensi dan profesinya. Dalam bidang keilmuan, etika sangat penting karena pokok perhatiannya pada problem dan proses kerja keilmuan, sehingga memunculkan studi etika keilmuan. Etika keilmuan menyoroti aspek bagaimana peran seorang mahasiswa, ilmuwan dalam kegiatannya. Tanggung jawab mereka dipertaruhkan dalam proses kegiatan ilmiahnya. Pokok perhatian lain dalam etika keilmuan adalah masalah bebas nilai. Bebas nilai adalah suatu posisi atau keadaan dimana seseorang ilmuwan memiliki hak berupa kebebasannya untuk melakukan penelitian ilmiahnya. Mereka bebas meneliti apa saja sesuai dengan keinginan atau tujuan penelitiannya. Kebalikan bebas nilai adalah tidak bebas nilai, yakni adanya hambatan dari luar seperti norma agama, norma hukum, norma budaya yang muncul dalam proses penelitiannya. Norma-norma tersebut semacam “pagar” yang merintangi kebebasan seorang peneliti atas dasar tujuan dan kepentingan norma tersebut. Misalnya, pada kasus penelitian kloning untuk manusia. 1.5. Moral 1.5.1. Makna Moral Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak cabul. Jadi, moral adalah
  • 49. 49 aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip- prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik. Dan istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Inti maknanya moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang boleh dan yang dilarang, tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan. Keharusan memunyai dua macam arti: keharusan alamiah (terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam) dan keharusan moral (hukum yang mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral. 1.5.2. Macam – Macam Moral 1. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani. 2. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran berbagai ajaran filosofis, agama, adat, yang menguasai pemutaran manusia. 1.5.3. Landasan Utama Terbentuknya Moral
  • 50. 50 1. Sumber moral dan pembuat sumber. Dalam kehidupan bermasyarakat sumber moral dapat berasal dari adat kebiasaan. Pembuatnya bisa seorang raja, sultan, kepala suku, dan tokoh agama. Bahkan mayoritas adat dilahirkan oleh kebudayaan masarakat yang penciptaannya sendiri tidak pernah diketahui, seperti mitos-mitos yang sudah menjadi norma sosial. Dalam moralitas islam sumber moral adalah wahyu Al-Quran dan As-Sunah. 2. Orang yang menjadi objek sekaligus subjek dari sumber moral dan penciptanya. Moralitas sosial yang berasal dari adat, sedangkan objek dan subjeknya adalah individu dan masyarakat yang bersifat lokal karena adat hanya berlaku untuk wilayah tertentu. Artinya tidak bersifat universal melainkan teritorial. Dalam moralitas islam, subjek da objeknya adalah orang yang telah balig dan berakal yang disebut mukallaf. 3. Tujuan moral, yaitu tindakan yang diarahkan pada target tertentu, misalnya ketertiban sosial, keamanan, kesejahteraan, dan sebagainya. Dalam moralitas islam tujuan moralnya adalah mencapai kemaslahatan duniawi dan ukhrawi 1.5.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai, Moral Dan Sikap 1. Lingkungan keluarga. Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma. 2. Lingkungan Sekolah. Disekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku dimasyarakat sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena itu seorang guru harus memiliki moral yang baik. 3. Lingkungan Pergaulan. Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan juga turut mempengaruhi nilai, moral dan sikap seseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman juga bisa dijadikan panutan baginya. 4. Lingkungan Masyarakat.
  • 51. 51 Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral. Tingkah lakuyang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya. 1.5.5. Upaya Pengembangan Nilai, Moral Dan Sikap Remaja Perwujudan nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Dan tidak semua individu tidak mencapai tingkat perkembangan moral s eperti apa yang diharapkan. Adapun upaya- upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangka nilai, moral dan sikap, antara lain : 1. Penciptaan Komunikasi Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Anak tidak hanya harus mendengarkan tetapi juga harus dirangsang agar lebih aktif. Misalnya mengikutsertakan ia dalam pengambilan keputusan dikeluarga dan pemberian tanggung jawab dalam kelompok sebayanya. Karena nilai-nilai kehidupan yang dipelajari barulah betul-betul berkembang apabila telah dikaitkan dalam konteks kehidupan besama. Selain itu, pengembangan juga bisa dilakukan melalui proses pendidikan, pengasuhan, perintah, larangan, pemberian hadiah, pemberian hukuman dan interfensi edukatif dengan dibantu oleh para guru dan para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur, moral dan sikapyang baik bagi anak- anaknya agar dapat berkembang menjadi generasi penerus yang diharapkan. 2. Penciptaan Iklim Lingkungan Yang Serasi Seseorang yang sikapnya berhasil seperti apa yang diharapkan, umumnya adalah seseorang yang hidup dalam lingkungan yang positif, jujur dan konsekuen senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan dari nilai-nilai hidup. Ini berarti bahwa pengembangan tidak hanya dilakukan melalui pendekatan intelektual tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif, dimana faktor-faktor lingkungan itusendiri merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai hidup.Para remaja sering kali menentang nilai-nilai dan dasar-dasar hidup orangtua dan orang dewasa lainnya. Ini tidak berarti mengurangi kebutuhan mereka akansuatu system nilaiyang tetap. Mereka tetap menginginkan suatu system nilai yang akan menjadi pegangan dan petunjukbagi perilaku mereka. Karena itu,orang tua,guru dan orang dewasa lainnya patut memberikan contoh perilaku yang merupakan perwujudan nilai-nilai yang diperjuangkan. 1.6. Perbedaan dan Persamaan Antara Etika dan Moral Serta Hubungannya Dengan Filsafat
  • 52. 52 Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, dan moral, sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Ke semua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya. Objek dari etika, dan moral, yaitu perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk . Sedangkan perbedaan etika dan moral, dapat kita lihat pada sifat dan kawasan pembahasannya, di mana etika lebih bersifat teoritis dan memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral lebih bersifat praktis, yang ukurannya adalah bentuk perbuatan. Serta sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk pun berbeda, di mana etika berdasarkan akal pikiran, sedangkan moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat. Selain itu jika dilihat dari segi sifatnya, dimana Etika besifat lokal, temporal dan relatif sedangkan Moral bersifat lokal, temporal dan relatif etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada. Adapun hubungan antara etika dengan moral ini bisa kita lihat dari segi fungsi dan perannya, yakni sama-sama menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk ditentukan baik dan buruknya, benar dan salahnya sehingga dengan ini akan tercipta masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram serta sejahtera lahir dan batin. 1.7. Kesimpulan Perbedaaan antara moral dengan etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada. Adapun hubungan antara etika dengan moral ini bisa kita lihat dari segi fungsi dan perannya, yakni sama-sama menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk ditentukan baik dan buruknya, benar dan salahnya sehingga dengan ini akan tercipta masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram serta sejahtera lahir dan batin.