Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND

EKPD
EKPDEKPD

Laporan Akhir EKPD 2009 Provinsi Sumatera Utara oleh Universitas Andalas

Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
 




                                     KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, S.W.T. atas terlaksananya penyusunan
Laporan Akhir dari Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Sumatera
Barat tahun 2009.


Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah tahun 2009, dilaksanakan untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan dari program dan kegiatan berdasarkan indikator dan sasaran
yang telah disepakati. Evaluasi ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan apakah
perencanaan pembangunan telah berjalan pada jalur yang benar berdasarkan sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan.


Dari hasil kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Tahun 2009 di Provinsi
Sumatera Barat ini, terungkap capaian indikator pembangunan daerah yang dibandingkan
dengan capaian pembangunan nasional untuk mengukur relevansi dan efektifitas
pembangunan. Diharapkan laporan evaluasi ini akan menghasilkan bahan masukan
penyusunan RPJMN Tahun 2010-2014.


Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas
segala bantuan dan partisipasinya dalam penyusunan Draft Laporan Akhir ini, terutama
sekali kepada Bappenas melalui Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan atas
kepercayaan dan kerjasamanya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada jajaran
Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Sumatera Barat yang telah
memberikan dukungan penuh dalam penyelesaian laporan.




Padang, Desember 2009




Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, MS
  Rektor Universitas Andalas


                                                                                       i
 




                                                           DAFTAR ISI

                                                                                                                                 Halaman

    Kata Pengantar ..............................................................................................                      i

    Daftar Isi .........................................................................................................              ii

    Daftar Gambar ................................................................................................                   iii

    Daftar Grafik ...................................................................................................                iv

    Daftar Tabel ...................................................................................................                 v

    BAB I        PENDAHULUAN                                                                                                         1

          1.1. Latar Belakang dan Tujuan                         ...........................................................         1
          1.2. Keluaran              ........................................................................................        2
          1.3. Metodologi               .....................................................................................        2
          1.4. Sistematika Penulisan Laporan                             .....................................................      10

    BAB II HASIL EVALUASI                                                                                                           11

          2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI                                                     ...................       19
                   2.1.1. Capaian Indikator                   .............................................................         19
                   2.1.2. Rekomendasi Kebijakan                            ...................................................      24
          2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA                                                   .......................       25
                   2.2.1. Capaian Indikator ...............................................................                         25
                   2.2.2. Rekomendasi Kebijakan                            ...................................................      28
          2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI                                            .......................................       32
                   2.3.1. Capaian Indikator                   ..............................................................        32
                   2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol                                        ...........       35
                   2.3.3. Rekomendasi Kebijakan                            ...................................................      36
          2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM                                                      ...................       37
                   2.4.1. Capaian Indikator                   ..............................................................        37
                   2.4.2. Rekomendasi Kebijakan                            ...................................................      40
          2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL                                           ........................................      42
                   2.5.1. Capaian Indikator                   ..............................................................        42
                   2.5.2. Rekomendasi Kebijakan                            ...................................................      45

    BAB III KESIMPULAN                                                                                                              47

    LAMPIRAN

                                                                                                                                           ii

 
DAFTAR TABEL


                                                                         Halaman
Tabel :


Tabel 1.3.1. Tingkat Capaian Hasil Pembangunan Provinsi, % ………………............. 6

Tabel 3.1.   Ringkasan Hasil Evaluasi Capaian Pembangunan
             Provinsi Sumatera Barat. …………………………………………………… 49

Tabel 3.2.   Capaian Hasil Pembangunan Provinsi Sumatera Barat
             Terhadap Nasional (%) …………………………………………………….. 49




                                                                                   v
DAFTAR GRAFIK



                                                                                                            Halaman
Grafik

Grafik 1.3.1.   Tingkat Kesejahteraan Sosial Nasional dan Provinsi
                Sumatera Barat ...................................................................................   9

Grafik 2.1.A.   Tingkat Pelayanan Publik Nasional dan Provinsi Sumatera Barat ........ 20

Grafik 2.1.B.   Tingkat Kualitas Pembangunan Demokrasi Nasional dan Provinsi
                Sumatera Barat .................................................................................. 22

Grafik 2.2.     Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia Nasional dan
                Provinsi Sumatera Barat ..................................................................... 25

Grafik 2.3.     Tingkat Pembangunan Ekonomi Nasional dan Provinsi
                Sumatera Barat ..................................................................................... 33

Grafik 2.4.     Tingkat Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
                Lingkungan Hidup Nasional dan Provinsi
                Sumatera Barat ................................................................. ................... 38

Grafik 2.5.     Tingkat Kesejahteraan Sosial Nasional dan Provinsi
                Sumatera Barat ..................................................................................... 43




                                                                                                                      iv
BAB I


                                   PENDAHULUAN




1.1. Latar Belakang dan Tujuan

Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional. Pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk
meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih baik
dan kesejahteraan bagi semua masyarakat.


Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa
Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan
program pembangunan di daerah masing-masing.


Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai relevansi
dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008. Evaluasi ini
juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan /
sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari
pembangunan daerah tersebut.


Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna sebagai
alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan pembangunan
dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya.


Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal guna
mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan daerah periode
berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana
Dekonsentrasi (DEKON).




                                                                                     1
1.2. Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi:

•       Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Sumatera
        Barat.

•       Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Sumatera Barat.



1.3. Metodologi

Dalam penyusunan EKPD 2009 ini disusun dalam bentuk kerangka kerja yang melalui
beberapa tahapan kegiatan utama yaitu:

        (1)   Penentuan indikator hasil (outcomes) yang memiliki pengaruh besar terhadap
              pencapaian tujuan pembangunan daerah;

        (2)   Pemilihan pendekatan dalam melakukan evaluasi; dan

        (3)   Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan, sebagaimana
              terlihat pada Gambar 1.3.1. Ketiga tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:


(1) Penentuan Indikator Hasil (outcomes)


Indikator kinerja dari tujuan / sasaran pembangunan daerah merupakan indikator dampak
(impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil (outcomes) terpilih.
Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator pendukungnya, dilakukan
dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:


    •     Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas;

    •     Relevant, mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target output
          dalam rangka mencapai target outcomes yang ditetapkan; serta antara target
          outcomes dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan;

    •     Measurable, jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati,
          dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas dan biaya;

    •     Reliable, indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan tingkatan
          kinerja;

    •     Verifiable, memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk
          menghasilkan indikator;
                                                                                               2
•   Cost-effective, kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan data.



Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan tujuan /
sasaran pembangunan daerah meliputi:

1. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi.
2. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia.
3. Tingkat Pembangunan Ekonomi
4. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
5. Tingkat Kesejahteraan Sosial.


                    Gambar 1.3.1. : Kerangka Kerja EKPD 2009




        5 FOKUS                    RELEVANSI
      PEMBAHASAN                   dan                       REKOMENDASI
                                   EFEKTIVITAS
                                                                                   3
(2) Pemilihan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi


Hubungan antara tingkat indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja dapat dilihat
dalam Gambar 1.3.2 yaitu:

•   Relevansi untuk menilai sejauhmana pembangunan yang dijalankan relevan terhadap
    sasaran atau kebutuhan daerah dalam menjawab permasalahannya.
•   Efektivitas untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi terhadap
    pencapaian, baik tujuan spesifik maupun umum pembangunan daerah.
•   Efisiensi untuk mengetahui bagaimana masukan (inputs) dirubah menjadi keluaran
    (outputs).
•   Efektivitas biaya untuk menggambarkan hubungan antara input dengan outcomes
    pembangunan.
•   Kualitas yaitu pengukuran derajat kesesuaian antara hasil-hasil pembangunan dengan
    kebutuhan dan harapan masyarakat.
•   Waktu yaitu ketepatan waktu / periode pencapaian kinerja yang ditetapkan.
•   Produktivitas untuk melihat nilai tambah dari setiap tahapan proses pembangunan
    dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan.


    Gambar 1.3.2 . Hubungan antara Indikator dan Pendekatan Dalam Melakukan
                                 Evaluasi




                                                                                    4
Mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya dalam pelaksanaan EKPD 2009, maka
untuk menilai kinerja pembangunan daerah dengan pendekatan evaluasi hanya meliputi:

           a) Relevansi dan
           b) Efektivitas pencapaian.



a) Analisis Relevansi

Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauhmana tujuan / sasaran pembangunan
yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama / tantangan. Dalam hal ini,
relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah sejalan
atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional.


Variabel yang digunakan untuk menentukan relevansi capaian hasil (outcomes)
pembangunan adalah:

  (1) Beberapa Indikator Pendukung atau indikator outputs (keluaran) yang secara
     bersamaan akan menggambarkan capaian hasil (outcomes) pembangunan bidang
     tertentu. Misalnya Kesejahteraan Sosial terdiri dari 5 buah indikator pendukung.
  (2) Indikator hasil (outcomes) adalah rata-rata dari capaian indikator pendukung per
     tahun.
  (3) Tren atau laju pertumbuhan dari capaian indikator outcomes per tahun (tahun 2005
     sampai 2008). Tren tidak dapat dihitung dengan analisa regresi. Kelemahan analisa
     regresi dalam kasus ini adalah: terbatasnya jumlah observasi (5 observasi) dan
     sebahagian besar observasi berfluktuasi atau deviasinya cukup besar akibat faktor
     eksternal sehingga hasilnya cenderung tidak significant. Jika dalam analisis regresi
     tersebut dilakukan penambahan jumlah observasi dengan data diluar periode EKPD
     2009 atau data sebelum periode RPJMN 2004-2009, maka analisis tidak sesuai
     dengan tujuan EKPD 2009.


Capaian hasil pembangunan dapat dikatakan RELEVAN jika memenuhi dua syarat
berikut:

   (1) Tren capaian indikator outcomes pembangunan daerah sejalan dengan nasional.
       Artinya jika tren nasional menurun, maka daerah juga menunjukkan hasil yang
       menurun demikian pula sebaliknya jika menaik.



                                                                                        5
(2) Tren capaian indikator outcomes pembangunan daerah lebih baik dari capaian
       pembangunan nasional. Artinya laju pertumbuhan indikator outcomes daerah lebih
       besar dari nasional.

Kesimpulan dari analisis relevansi adalah: RELEVAN atau TIDAK RELEVAN. Diperlukan
penjelasan lebih mendalam kenapa hasil analisis tersebut Relevan atau Tidak Relevan.
Kalau ada kesimpulan dengan kategori KURANG atau SANGAT RELEVAN, maka
diperlukan metoda penentuan kategori tersebut secara kuantitatif.


Analisis Tingkat Capaian Hasil (Outcomes)

Tingkat capaian hasil (outcomes) pembangunan Provinsi dapat dikelompokkan dalam
beberapa kategori (lihat Tabel 1.3.1). Tingkat capaian hasil pembangunan dihitung
dengan membandingkan rata-rata capaian daerah dengan rata-rata capaian nasional atau
rata-rata capaian daerah dibagi dengan rata-rata capaian nasional (dalam %). Intervalnya
dapat dilihat pada Tabel 1.3.1.


            Tabel 1.3.1. : Tingkat Capaian Hasil Pembangunan Provinsi, %


 No                       Kategori                            Interval (%)

  1.    Sangat Tinggi                                               > 110

  2.    Tinggi                                                  100 -110

  3.    Sedang                                                  70 – 99

  4.    Rendah                                                  30 – 69

  5.    Sangat Rendah                                               < 30



b) Analisis Efektivitas

Efektivitas untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi terhadap
pencapaian, baik tujuan spesifik maupun umum dari pembangunan daerah.

Dengan demikian Efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara
hasil (outcomes) dan dampak (impact) pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan.
Efektivitas pembangunan dapat dilihat dari sejauhmana capaian pembangunan daerah
membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
                                                                                      6
(3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan


Pelaksanaan evaluasi melalui 6 tahap yaitu :

1)    Tahap pertama evaluasi dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan dan
      tantangan utama pembangunan daerah serta mengidentifikasi tujuan pembangunan
      daerah.

2)    Tahap kedua adalah melengkapi dan mengoreksi Tabel Capaian.

3)    Tahap ketiga yaitu melakukan penilaian berkaitan dengan relevansi dan efektivitas
      pencapaian.

4)    Tahap keempat adalah melakukan identifikasi berbagai alasan atau isu yang
      menyebabkan capaian pembangunan daerah (tidak) relevan dan (tidak) efektif. Tim
      Evaluasi Provinsi menjelaskan “How and Why” berkaitan dengan capaian
      pembangunan daerah. Data yang digunakan sebagai dasar analisis adalah data
      indikator outputs dalam persentase yang dipakai juga data lain yang terkait dengan
      indikator hasil. Dalam hal ini juga dapat dimanfaatkan hasil penelitian yang tersedia.

5)    Tahap kelima adalah menyusun rekomendasi untuk mempertajam perencanaan dan
      penganggaran pembangunan periode berikutnya.

6)    Tahap keenam, Bappenas melakukan perbandingan kinerja terkait hasil evaluasi di
      atas berupa review dan pemetaan berdasarkan capaian tertinggi sampai terendah.


Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil adalah
sebagai berikut:

(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator keluaran (outputs) terpilih
     yang memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).

(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator outputs
     dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase.

(3) Indikator outputs yang satuannya bukan berupa persentase, maka tidak dimasukkan
     dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.

     Indikator keluaran (outputs)   Indikator hasil (outcomes)

(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna negatif,
     maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan terlebih dahulu
     menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).

                                                                                           7
(5) Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin
   tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah.

(6) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari pendukung indikator hasil dibagi
   jumlah dari pendukung indikator hasil dibagi dengan jumlah dari pendukung indikator
   hasil.



Pengolahan Data

Hasil pengolahan Data dalam bentuk grafik (lihat Grafik 1.3.1). yang menunjukkan tingkat
capaian indikator hasil (outcomes) pembangunan bidang tertentu dan tingkat tren (laju
pertumbuhan) per tahun dari capaian indikator hasil (outcomes) tersebut, lihat contoh.
Contoh: Tingkat Kesejahteraan Sosial.

Indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial didukung oleh:

   1)   Persentase penduduk miskin
   2)   Tingkat pengangguran terbuka
   3)   Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak
   4)   Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia
   5)   Persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial

Semua pendukung komponen indikator hasil ini bermakna negatif, sehingga cara
menghitung Indikator Outcomes Kesejahteraan Sosial adalah sebagai berikut:

Indikator Hasil (outcomes) Kesejahteraan Sosial = {(100% - persentase penduduk miskin)
+ (100% - tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan
sosial bagi anak) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia) +
(100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial} / 5

Cara Menghitung tren: Tren atau Pertumbuhan (%) = (rata-rata tahun berjalan – rata-rata
tahun sebelumnya) / rata-rata tahun sebelumnya.




                                                                                       8
Grafik 1.3.1. : Tingkat Kesejahteraan
                                   Sosial Nasional dan Provinsi
                                           Sumatera Barat
                               95.50                                              0.80

                               95.00                                              0.60




                                                                                          Tren Capaian Indikator Outcome
   Capaian Indikator Outcome




                                                                                  0.40
                               94.50
                                                                                  0.20
                               94.00
                                                                                  0.00                                     Hasil Analisis:
                               93.50
                                                                                  -0.20                                    Tidak relevan : Tren daerah
                               93.00
                                                                                  -0.40                                    lebih rendah dari nasional.
                               92.50
                                                                                  -0.60                                    Tidak efektif: Terdapat tren
                               92.00                                              -0.80                                    atau pertumbuhan negatif
                               91.50                                              -1.00                                    pada tahun 2005 dan 2006..
                                       2004    2005    2006    2007     2008

                               Tingkat Kesejahteraan Sosial Prov Sumatera Barat (outcomes)                                 Perlu penjelasan How dan
                               Tingkat Kesejahteraan Sosial Nasional (outcomes)                                            Why tentang Hasil Analisis
                               Tren Provinsi                                                                               tersebut.
                               Tren Nasional




Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui:

1. Pengumpulan Data Primer dan Pengamatan langsung
         Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan di
         daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, lingkungan
         hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi terkait. Data primer
         diperoleh melalui Focuss Group Discussion (FGD) dengan pemangku kepentingan
         pembangunan daerah. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat / diskusi dalam
         menggali masukan dan tanggapan peserta diskusi.

2. Pengumpulan Data Sekunder
         Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS daerah,
         Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.




                                                                                                                                                          9
1.4. Sistematika Penulisan Laporan


Bab I PENDAHULUAN
Bab II HASIL EVALUASI
      2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
            2.1.1. Capaian Indikator
            2.1.2. Rekomendasi Kebijakan
      2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
            2.2.1. Capaian Indikator
            2.2.2. Rekomendasi Kebijakan
      2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI
            2.3.1. Capaian Indikator
            2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol
            2.3.3. Rekomendasi Kebijakan
      2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
            2.4.1. Capaian Indikator
            2.4.2. Rekomendasi Kebijakan
      2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL
            2.5.1. Capaian Indikator
            2.5.2. Rekomendasi Kebijakan
 Bab III KESIMPULAN
 Lampiran




                                                                      10
BAB II


                                 HASIL EVALUASI




Berdasarkan permasalahan, tantangan serta keterbatasan yang dihadapi Provinsi
Sumatera Barat, maka ditetapkan Visi Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2006-2010 yaitu mewujudkan Sumatera Barat yang Tangguh, Bersih dalam
Semangat Kebersamaan. Visi Sumatera Barat 2010 dijabarkan dalam tiga aspek
pembangunan sebagai berikut :

1) Terwujudnya masyarakat religius yang maju dan berbudaya

2) Terwujudnya pemerintahan yang menjunjung tinggi hukum, adil dan demokratis.

3) Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan
   kehidupan yang layak secara berkelanjutan.


Berdasarkan visi pembangunan daerah, maka ditetapkan Misi Pembangunan Daerah
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010 yaitu :

1) Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mempunyai tanggung jawab
   bernegara dan berbangsa.

2) Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih.

3) Mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan.


Dalam upaya mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan daerah tahun 2006-
2010, maka ditetapkan Strategi Pokok Pembangunan Daerah 2006-2010 sebagai berikut :

1. Pengembangan SDM yang mampu bersaing diera globalisasi. Strategi ini diarahkan
   untuk menciptakan masyarakat berkualitas yang mentaati perundangan dan peraturan
   serta mampu bersaing ditingkat regional dan internasional. Ketauladan, kebersamaan,
   kejujuran dan penguasaan ilmu pengetahuan serta sehat jasmani dan rohani
   merupakan prasyarat penting untuk dapat tercapainya tujuan pembangunan terutama
   dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bersih serta peningkatan
   hubungan sosial-budaya dan ekonomi dengan dunia luar.

2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi pembangunan yang berkeadilan. Strategi ini
   diarahkan untuk mewujudkan stabilitas sosial-ekonomi, kemandirian, pertumbuhan

                                                                                   11
ekonomi yang cepat, pemerataan hasil dan kesempatan dalam pembangunan,
   jaminan dan kepastian hukum yang dapat mempercepat pelaksanaan pembangunan.
   Keterbatasan potensi SDA dan kurang menguntungkannya letak Provinsi Sumatera
   Barat secara geografis memerlukan iklim yang dapat mendukung masuknya arus
   modal, barang dan orang / wisatawan ke Provinsi ini.

3. Pemenuhan hak dasar rakyat. Strategi ini diarahkan untuk pemenuhan hak dasar
   rakyat dalam bentuk bebas dari kemiskinan atau terpenuhinya kebutuhan hidup
   (sandang, pangan dan papan), bebas dari pengangguran atau tersedianya pekerjaan
   yang layak, bebas dari keterbelakangan atau terpenuhinya layanan pendidikan dan
   kesehatan, bebas dari ketidakadilan, penindasan, rasa takut, dan kebebasan
   mengemukakan pemikiran dan pendapat. Tanpa terpenuhinya hak dasar rakyat
   secara proporsional akan sulit diharapkan partisipasi masyarakat dan kebersamaan
   didalam pelaksanaan pembangunan. Strategi ini juga ditujukan untuk mempersiapkan
   landasan pembangunan yang kokoh yang diperlukan bagi pembangunan yang
   berkelanjutan dan kehidupan generasi mendatang yang lebih baik.


Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sumatera Barat tahun 2006-
2010 adalah untuk dapat menjawab kebutuhan daerah serta dapat meminimalkan
permasalahan yang ada terutama berkaitan dengan agenda pembangunan daerah yaitu :
(1) Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama dan Sosial Budaya; (2) Membangun
Sumberdaya Manusia Berkualitas; (3) Menyelenggarakan Pemerintahan yang Baik dan
Bersih; (4) Membangun Ekonomi yang Tangguh dan Berkeadilan; (5) Mengembangkan
Infrastruktur yang Mendorong Percepatan Pembangunan; (6) Mempercepat Penurunan
Tingkat Kemiskinan dan (7) Memberdayakan Nagari sebagai Basis Pembangunan.


Dalam uraian berikut akan dijelaskan permasalahan dan tantangan utama pembangunan
daerah untuk masing-masing indikator outcomes.

   A. Pelayanan Publik dan Demokrasi

Permasalahan dan tantangan utama dalam pelayanan publik di Provinsi Sumatera Barat
adalah :

1. Hambatan yuridis Pasal 36 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
   Pemerintahan Daerah dirasa sangat menghambat penyidikan tindak pidana yang
   dilakukan oleh Kepala Daerah karena baru boleh dilakukan setelah adanya
   persetujuan tertulis dari Presiden atas permintaan penyidik. Apalagi proses tersebut

                                                                                    12
membutuhkan waktu 60 hari sejak diterimanya permohonan kemudian baru proses
   penyelidikan dan penyidikan dapat dilakukan. Dengan kata lain hambatan struktural
   berupa perizinan untuk memproses pejabat yang diduga melakukan tindak pidana
   korupsi prosesnya sangat lama.

2. Tidak terdapat Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) maupun Lembaga-Lembaga Non
   Pemerintah (NGO) yang intens memperhatikan, memantau dan mengawal korupsi
   sekaliber Indonesian Corruption Watch (ICW) karena itu kasus yang ditangani hanya
   semata-mata berdasarkan temuan Kejaksaan saja.

3. Penggantian Pejabat penegak hukum terlalu cepat, sehingga program penanganan
   korupsi yang sudah dicanangkannya belum jalan / tuntas, akibatnya penanganan
   kasus kurang terlihat kontinuitasnya.

4. Penanganan korupsi nampaknya masih setengah hati dan terkenal dengan konsep
   tebang pilih. Selain itu penegakkan hukum terutama pemberantasan korupsi masih
   sarat dengan kepentingan politik.

5. Komitmen Kepala Daerah untuk memberantas korupsi hanya sebatas wacana karena
   setelah diadakan MoU, penanganan berhenti sampai disana dan tidak ada follow up-
   nya

6. Manajemen pengelolaan keuangan daerah belum transparan dan akuntabel sehingga
   beban keuangan ke kas daerah cenderung diatur dengan Peraturan Gubernur saja,
   sehingga terjadi penyelundupan norma.

7. Belum adanya Program Legislasi Daerah (Prolegda) yang akurat terukur sesuai
   dengan kebutuhan rakyat.

8. Terdapatnya egoisme sektoral dinas maupun kantor dalam menyatukan pemberian
   pelayanan pada satu kantor Pelayanan Satu Pintu (Penataan Organisasi Pemda).

9. Belum mempunyai birokrasi yang mengartikulasikan keinginan rakyat.

10. Peningkatan kualitas aparatur mempunyai predikat S-1 belum terprogram secara baik
   dan juga belum didukung alokasi budget yang membuka kesempatan lebih luas /
   banyak bagi aparatur untuk mengikuti pendidikan tambahan.

11. Upaya peningkatan strata pendidikan aparatur lebih mengutamakan peningkatan pada
   aparatur yang lebih senior sehingga untuk jangka panjang tidak relevan dengan
   peningkatan strata pendidikan.




                                                                                  13
12. Kebijakan pengangkatan pegawai honorer akan menurunkan persentase aparatur
   yang sudah mencapai S-1. (Perlu kebijakan penerimaan pegawai dengan standar
   yang jelas).


   B. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia

Persoalan pemerataan pendidikan selalu menjadi tantangan bagi pembangunan
sumberdaya manusia berkualitas. Ketimpangan terhadap akses pendidikan di Sumatera
Barat terjadi pada berbagai level baik pada level region antar daerah maupun intra daerah
kabupaten / kota, kelompok umur, pendapatan dan gender serta berbagai karakteristik
sosial-ekonomi lainnya. Rasio guru bidang studi tidak merata pada setiap sekolah
terutama yang berada di pedesaan. Kualitas dan jumlah fasilitator pendidikan non-formal
masih belum memenuhi harapan mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan
kesetaraan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan pemberdayaan perempuan sampai
pada pendidikan keagamaan.


Sumatera Barat menghadapi tantangan untuk menyediakan tenaga kesehatan secara
merata untuk setiap daerah agar masyarakat mendapatkan layanan kesehatan dasar.
Disparitas umumnya terjadi antara daerah kota dan desa. Peningkatan derajat kesehatan
masyarakat erat kaitannya dengan ketersediaan akses masyarakat terhadap layanan
kesehatan berkualitas. Kemiskinan dan buruknya derajat kesehatan berjalan seiring,
kemiskinan menyebabkan status kesehatan seseorang rendah dan tidak mampu
membayar biaya kesehatan serta rentan terhadap serangan penyakit.


Tujuan utama program keluarga berencana adalah menurunkan tingkat kelahiran dan
mewujudkan keluarga kecil keluarga berkualitas. Pada umumnya masyarakat sudah
mempunyai persepsi yang positif terhadap pelaksanaan program KB namun kalangan
masyarakat   miskin   dan   pedesaan     masih   mengalami    banyak    kendala   dalam
mensukseskan program KB baik di tingkat Nasional maupun di daerah.


   C. Tingkat Pembangunan Ekonomi

Permasalahan dan tantangan utama dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera
Barat secara umum adalah:

1. Kesempatan kerja masih terbatas. Selain disebabkan oleh rendahnya kegiatan
   perekonomian daerah, terbatasnya kesempatan kerja juga disebabkan oleh
   pertumbuhan jumlah penduduk atau angkatan kerja yang kurang diimbangi oleh
                                                                                      14
tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang cukup tinggi sehingga kesejahteraan
   rakyat belum dapat meningkat seperti yang diharapkan. Akibatnya masalah
   kemiskinan dan pengangguran masih merupakan tantangan dimasa depan kecuali
   pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat dapat dipacu lebih cepat sehingga
   kesempatan kerja semakin luas.

2. Struktur ekonomi belum seimbang. Perekonomian Sumatera Barat masih didominasi
   oleh sektor pertanian dan perekonomian akan semakin sulit berkembang karena
   keterbatasan   lahan    dan   rendahnya    pemanfaatan     teknologi.   Disamping     itu
   pertumbuhan sektor pertanian dan industri masih relatif rendah dimana sebagian
   besar tenaga kerja diserap oleh kedua sektor tersebut. Dengan demikian peningkatan
   produktivitas sektor pertanian dan perluasan sektor industri merupakan tantangan
   utama di masa depan.

3. Komposisi Ekspor didominasi produk pertanian. Akibat belum berkembangnya sektor
   industri karena rendahnya investasi, terbatasnya sumberdaya alam dan sumberdaya
   manusia yang mendukung pembangunan sektor industri maka produksi dan ekspor
   Sumatera Barat masih didominasi oleh produk primer atau bahan setengah jadi
   dengan nilai tambah relatif rendah. Keadaan ini juga mengakibatkan rendahnya
   penciptaan lapangan pekerjaan baru.

4. Pemanfaatan     IPTEK    masih   rendah.   Rendahnya     penggunaan      IPTEK      maju
   mengakibatkan rendahnya produktivitas dan daya saing (harga dan kualitas) produk
   yang dihasilkan sehingga pemasaran produk selalu merupakan masalah utama.
   Rendahnya produktivitas sektor pertanian disebabkan belum optimalnya penggunaan
   bibit unggul, pembangunan sarana-prasarana pendukung, peningkatan keterampilan
   tenaga kerja dan permodalan. Akses terhadap teknologi baru dan pengembangan
   kelembagaan penelitian perlu ditingkatkan di masa depan.

5. Investasi DN dan LN masih terbatas. Khusus di Sumatera Barat keterbatasan lahan,
   sumberdaya alam dan tenaga kerja terampil non pertanian merupakan hambatan
   utama dalam kegiatan penanaman modal, terutama disektor industri. Investasi yang
   dapat dikembangkan di Sumatera Barat adalah investasi dibidang jasa dan industri
   yang memanfaatkan tenaga terampil. Tantangan bagi Sumatera Barat kedepan
   adalah mengembangkan bidang pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga terampil
   untuk industri jasa dan manufaktur. Dengan kata lain insentif untuk investor yang perlu
   dikembangkan adalah insentif non fiskal yaitu penyediaan tenaga kerja yang terampil
   dan berpendidikan tinggi.


                                                                                        15
6. Infrastruktur yang terbatas. Infrastruktur yang mendudukung sektor utama (pertanian)
   relatif masih kurang sehingga sulit untuk memacu pertumbuhan yang tinggi. Demikian
   pula infrastruktur yang mendukung sektor jasa dan industri seperti tenaga listrik,
   transportasi, dan pelabuhan darat dan laut masih rendah kualitas dan kuantitasnya.
   Permasalahan masa datang adalah ketersediaan dana pembangunan daerah untuk
   menyediakan infrastruktur dalam jangka pendek untuk menarik investasi potensial
   dimasa depan. Pusat-pusat pertumbuhan di Sumatera Barat harus dapat terhubungi
   dengan transportasi jalan raya standar Asean sehingga dapat mengurangi dampak
   dari bencana alam yang sering terjadi.



   D. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Permasalahan dan tantangan utama dalam kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat secara umum adalah :

1. Hutan sebagai bagian sumberdaya alam yang memiliki arti dan peran dalam berbagai
   aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup harus dikelola dan
   dilindungi dari berbagai tindakan yang berakibat rusaknya ekosistem hutan. Sebagai
   suatu sumberdaya alam, hutan kedudukannya agak berbeda dengan sumberdaya
   alam lainnya karena kualitas sumberdaya hutan sangat berpengaruh pada keadaan
   sumberdaya    alam   lainnya   seperti   sumberdaya   air,   lahan,   lingkungan   dan
   keanekaragaman hayati (biodiversity).

2. Secara ekonomi nilai ekspor hasil hutan Provinsi Sumatera Barat cenderung menurun
   karena sumberdaya kayu yang dapat diperdagangkan dari hutan produksi menurun
   seiring semakin menurunnya produksi hutannya. Pengambilan kayu saat ini diduga
   sudah masuk kedalam kawasan lindung bahkan kawasan cagar alam. Data dari citra
   satelit yang dikeluarkan oleh Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT)
   / BPDAS Agam Kuantan melaporkan dari 200.000 Ha kawasan hutan yang difoto
   melalui citra satelit yang terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi terbatas
   memperlihatkan bahwa 22% dari hutan lindung telah ditebang selama satu dekade
   belakang, sedangkan hutan produksi telah terbagi habis kepada sejumlah pemegang
   HPH.

3. Penurunan hasil hutan akibat eksploitasi besar-besaran tersebut tampak jelas dari
   penurunan volume hasil hutan utama (kayu bulat dan kayu olahan). Sebaliknya hasil
   hutan non kayu (rotan, damar, tabu-tabu, getah pinus dan sarang burung walet)
   cenderung meningkat. Berakhirnya masa eksploitasi hasil kayu juga dirasakan oleh

                                                                                       16
perusahaan HPH karena eksploitasi kayu dalam skala besar saat ini dinilai sudah
   tidak menguntungkan dibandingkan dengan investasi yang dibutuhkan. Dengan
   demikian   pengelolaan    sumberdaya     kehutanan    mencakup     aspek-aspek:     (i)
   Menurunnya produksi kayu, (ii) Menurunnya kualitas hutan, (iii) Menurunnya kapasitas
   hutan sebagai penyangga tata air regional; (iv) Bermukimnya masyarakat miskin
   disekitar hutan dan (v) Lemahnya pengamanan hutan.

4. Sumberdaya perikanan belum dikelola secara baik dan cenderung berlebihan
   sehingga menimbulkan kerusakan fisik habitat ekosistem pesisir dan perairan karang.
   Sumberdaya kelautan Provinsi Sumatera Barat merupakan potensi yang cukup besar
   untuk menggerakkan pembangunan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Luas
   potensi perairan lepas pantai menurut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) serta pulau-
   pulau di Kepulauan Mentawai sekitar 186.580 km2 dengan panjang garis pantai 375
   km mulai dari Kabupaten Pasaman Barat sampai Pesisir Selatan.

5. Adanya konflik penggunaan ruang baik antar pengguna didalam provinsi maupun
   diluar.

6. Terumbu karang sudah mengalami kerusakkan yang relatif berat dimana 60%
   dikategorikan sebagai sangat rusak.

7. Lemahnya penegakan hukum sehingga sering muncul tindakan yang cenderung
   merusak sumberdaya perikanan dan kelautan.

8. Kemiskinan masyarakat nelayan pesisir yang umumnya bermata pencaharian dari
   penangkapan ikan sehingga sering melakukan kegiatan penangkapan tanpa
   memperhatikan kelestarian lingkungan.

9. Ketidakpastian dan ketidakstabilan harga ikan yang menyebabkan kurang terjaminnya
   penerimaan dan tingkat pendapatan.

10. Lemahnya akses sumberdaya modal dan pasar yang berakibat pada kurangnya
   perkembangan usaha penangkapan dan budi daya perikanan.

11. Lemahnya kemampuan nelayan sehingga hasil tangkapan relatif rendah.

12. Teknologi penangkapan ikan yang dimiliki oleh nelayan relatif rendah sehingga
   kapasitas nelayan dalam penangkapan ikan sangat terbatas sekali. Sementara itu
   dengan beroperasinya kapal-kapal nelayan yang berasal dari provinsi lain atau negara
   lain dengan alat tangkap yang super canggih akan merugikan petani nelayan yang
   kecil. Malahan sering terjadi konflik antara nelayan lokal dengan nelayan yang berasal
   di luar kawasan.

                                                                                      17
13. Belum memadainya sarana pasca panen berupa pengawetan ikan, sehingga akan
   berpengaruh pada harga ikan apabila terjadi over produksi ikan, maka harga akan
   turun.

14. Rendahnya daya saing poduk perikanan Provinsi Sumatera Barat.

15. Sumberdaya alam bersifat tidak dapat diperbaharui (non-renewable) lokasinya di
   daerah pesisir dan laut.

16. Peraturan perundangan yang mengatur interaksi diantara pengguna, nilai dan harga
   sumberdaya alam belum jelas.


   E. Kesejahteraan Sosial

Permasalahan dan tantangan utama dalam peningkatan kesejahteraan sosial di Provinsi
Sumatera Barat secara umum adalah :

1. Struktur ekonomi Provinsi Sumatera Barat masih lemah sehingga jumlah kemiskinan
   masih tinggi. Penduduk miskin yang sebagian besar termasuk kedalam kategori
   kemiskinan kronis (chronic poverty) yaitu kemiskinan yang terjadi terus menerus
   sehingga membutuhkan penanganan serius, terpadu secara lintas sektor dan
   berkelanjutan. Selain itu, penduduk miskin yang tergolong kedalam kemiskinan
   sementara (transient poverty) yang diindikasikan dengan menurunnya pendapatan
   dan kesejahteraan masyarakat secara sementara. Hal ini disebabkan oleh perubahan
   kondisi perekonomian, bencana alam yang kejadiannya sulit diperkirakan secara
   cepat dan tepat, dan bencana sosial.

2. Masih tingginya jumlah pengangguran karena sedikitnya ketersediaan lapangan kerja.

3. Masih    adanya    masalah-masalah      sosial   seperti   keterlantaran,   kecacatan,
   ketunasosialan, kerawanan sosial ekonomi, penyimpangan perilaku, keterpencilan,
   eksploitasi dan diskriminasi serta kerentanan sosial warga masyarakat yang semua ini
   berpotensi menimbulkan meningkatnya penyandang masalah kesejahteraan sosial
   (PMKS)

4. Meningkatnya jumlah anak terlantar, anak jalanan, balita terlantar dan anak nakal. Hal
   ini bisa disebabkan meningkatnya populasi anak yang menghadapi perlakuan salah
   yaitu anak-anak yang menjadi korban kekerasan atau dieksploitasi dan terpaksa
   bekerja ditempat-tempat yang memiliki resiko tinggi.

5. Masalah kecacatan dirasakan semakin berat jika terkait dengan masalah sosial
   lainnya seperti kemiskinan. Kondisi seperti ini menyebabkan hak penyandang cacat

                                                                                      18
untuk tumbuh kembang dan berkreasi tidak dapat terpenuhi. Belum cukupnya sarana
   dan prasarana pelayanan sosial dan kesehatan terutama aksesibilitas terhadap
   pelayanan umum yang dapat mempermudah kehidupan penyandang cacat dan
   penyediaan lapangan kerja bagi mereka.

6. Meningkatnya jumlah tuna sosial seperti gelandangan, pengemis, tuna susila, bekas
   narapidana.

7. Masih kurangnya jumlah tenaga lapangan dibidang kesejahteraan sosial yang terdidik,
   terlatih dan berkemampuan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jangkauan dan
   kemampuan pelaku pembangunan kesejahteraan sosial dari unsur masyarakat
   sebagai sumber dan potensi kesejahteraan sosial, serta penataan sistem pendataan,
   pelaporan dan jalur koordinasi ditingkat Nasional dan daerah. Permasalahan serius
   yang harus ditangani adalah masih lemahnya koordinasi kerja antar instansi di tingkat
   Nasional dan daerah, dan belum tertatanya sistem dan standar pelayanan minimal
   dibidang kesejahteraan sosial.

8. Perlindungan sosial yang ada saat ini seperti sistem jaminan sosial, masih belum
   banyak memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat. Penyelenggaraan jaminan
   sosial telah banyak dilaksanakan baik oleh lembaga pemerintah maupun swasta.
   Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional belum
   dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan.

9. Bantuan sosial yang diperuntukkan bagi penduduk miskin juga masih terbatas yaitu
   antara lain pada bidang pendidikan dan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh
   pembiayaan untuk perlindungan sosial yang saat ini masih terbatas pada pembiayaan
   bantuan sosial yang bersumber dari APBN dan APBD.




2.1.   TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI

2.1.1. Capaian Indikator

Indikator output yang digunakan untuk melihat perkembangan indikator hasil (outcomes)
dari Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi dibagi atas dua kelompok indikator
pendukung yaitu: a) Pelayanan Publik dan b) Demokrasi.


   A. Pelayanan Publik

Indikator pendukung dalam menentukan keberhasilan pelayanan publik yang digunakan
adalah :
                                                                                     19
1) Persentase jumlah kasus korupsi yang ditangani dibanding dengan kasus korupsi
                  yang dilaporkan.

2) Persentase aparatur yang berijazah sarjana satu (S-1).

3) Persentase Kabupaten / Kota yang memiliki Peraturan Daerah Pelayanan 1 (satu)
                  atap.




                              Grafik 2.1.A : Tingkat Pelayanan Publik
                              Nasional dan Provinsi Sumatera Barat
                              70                                                  45

                                                                                  40
                              60




                                                                                       Tren Capaian Indikator Outcome
  Capaian Indikator Outcome




                                                                                  35
                              50
                                                                                  30

                              40                                                  25

                              30                                                  20

                                                                                  15
                              20
                                                                                  10
                              10                                                                                            INDIKATOR PENDUKUNG
                                                                                  5
                                                                                                                        1. Persentase jumlah kasus
                              0                                                   0                                        korupsi yang ditangani
                                   2004        2005   2006      2007     2008                                              dibanding dengan kasus
                                                                                                                           korupasi yang dilaporkan.
                               Tingkat Pelayanan Publik Provinsi Sumatera Barat (outcomes)
                                                                                                                        2. Persentase aparatur yang
                               Tingkat Pelayanan Publik Nasional (outcomes)                                                berijazah sarjana satu (S-1).

                               Tren Provinsi                                                                            3. Persentase Kabupaten / Kota
                                                                                                                           yang memiliki Peraturan
                               Tren Nasional                                                                               Daerah Pelayanan 1 (satu) atap




Analisis Relevansi

Berdasarkan Grafik 2.1.A. terlihat bahwa tren capaian pembangunan pelayanan publik
Provinsi Sumatera Barat searah dan relatif lebih baik (kecuali pada tahun 2006) dari
capaian pembangunan Nasional sehingga dapat dikatakan relevan.


Faktor penyebab lebih baiknya peningkatan pelayanan publik di Provinsi Sumatera Barat
adalah :




                                                                                                                                                            20
1.   Dengan adanya agenda pemberantasan korupsi dan dibentuknya KPK secara
     bertahap telah membawa pengaruh pada penanganan korupsi di daerah sehingga
     implementasinya pada tahun 2007 membawa peningkatan penanganan korupsi.

2.   Jumlah Kabupaten / Kota yang memiliki Peraturan Daerah Pelayanan satu atap
     setiap tahun meningkat yang sebelumnya telah dirintis oleh Kabupaten Solok dan
     Kabupaten Tanah Datar. Dengan dibentuknya Organisasi Tata Kerja Pemerintahan
     Daerah berdasarkan PP 41 tahun 2008 maka daerah semakin terpicu membuat
     aturan dan membentuk kantor pelayanan satu atap (baca satu pintu, untuk
     membedakan dengan SAMSAT).



Analisis Efektivitas

Capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat menunjukkan peningkatan setiap
tahunnya, sehingga dapat dikatakan efektif. Keberhasilan ini disebabkan oleh:

1. Keberhasilan pembangunan dalam bidang Pelayanan Publik sangat ditentukan oleh
     kualitas SDM terutama dalam bidang pendidikan. Jika dibandingkan persentase
     pegawai yang telah mencapai pendidikan S-1 di Provinsi Sumatera Barat dengan
     pegawai secara Nasional, kondisi pegawai yang telah berpendidikan S-1 di Provinsi
     Sumatera Barat jauh lebih banyak dan marjinnya mencapai 5%.

2. Upaya pembangunan pelayanan publik diprioritaskan pada beberapa jenis pelayanan
     publik dan telah menggunakan teknologi informasi / elektronik, seperti tender
     pengadaan barang publik yang dikenal dengan service excellence. Partisipasi publik
     dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan karena telah diberi kesempatan
     melakukan kontrol terhadap pemerintah. Masyarakat dapat mempertanyakan segala
     persoalan tentang pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah melalui media massa
     dan pemerintah menjawab atau memberikan penjelasan.

3. Salah satu indikator keberhasilan dalam bidang pelayanan publik adalah terciptanya
     pelayanan yang cepat, mudah dan tidak berbelit. Hal itu dapat diwujudkan melalui
     pemberian Pelayanan 1 (satu) Pintu. Pada tahun 2004 terdapat 7 kabupaten dan kota
     yang memiliki sistem pelayanan 1 (satu) pintu meskipun belum diatur dalam Peraturan
     Daerah. Untuk tahun selanjutnya tidak ada data yang di up date. Namun beberapa
     kabupaten telah mengikuti pemberian pelayanan 1 (satu) pintu seperti Kabupaten
     Agam, Kota Solok, Kota Payakumbuh, Kota Padang, Kota Padang Panjang.




                                                                                     21
B. Demokrasi

Indikator pendukung dalam menentukan keberhasilan pelayanan demokrasi yang
digunakan adalah :

1) Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi.

2) Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Legislatif.

3) Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Presiden.




                                 Grafik 2.1.B : Tingkat Pembangunan
                                  Demokrasi Nasional dan Provinsi
                                            Sumatera Barat

                                 78.00                                      0.00
                                 76.00
                                                                            -2.00
     Capaian Indikator Outcome




                                 74.00
                                                                                     Tren Capaian Indikator


                                 72.00                                      -4.00
                                 70.00
                                                                                           Outcome




                                 68.00                                      -6.00

                                 66.00                                      -8.00
                                 64.00
                                 62.00                                      -10.00
                                 60.00
                                                                            -12.00
                                 58.00                                                                          INDIKATOR PENDUKUNG
                                 56.00                                      -14.00
                                          2004      2005       2008                                           1. Tingkat partisipasi politik
                                                                                                                 masyarakat dalam Pemilihan
                                                                                                                 Kepala Daerah Provinsi.
                                    Tingkat Demokrasi Prov Sumatera Barat (outcomes)
                                                                                                              2. Tingkat partisipasi politik
                                    Tingkat Demokrasi Nasional (outcomes)                                        masyarakat dalam Pemilihan
                                                                                                                 Legislatif.
                                    Tren Provinsi                                                             3. Tingkat partisipasi politik
                                                                                                                 masyarakat dalam Pemilihan
                                    Tren Nasional                                                                Presiden.




Analisis Relevansi

Sehubungan dengan tidak dilakukannya pemilihan legislatif dan Kepala Daerah /
Gubernur pada tahun 2006 dan 2007 maka data tidak lengkap. Berdasarkan Grafik 2.1.B
terlihat bahwa tren capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat dan Nasional
menunjukkan kecendrungan menurun dimana capaian pembangunan Provinsi Sumatera
Barat tidak lebih baik dari capaian Nasional karena penurunan capaian di Sumatera Barat



                                                                                                                                               22
lebih cepat. Dengan demikian capaian pembangunan demokrasi di Provinsi Sumatera
Barat tidak relevan. Keadaan ini disebabkan oleh:

(1)    Timbulnya sikap apatis disebagian warga negara karena mereka beranggapan
       keikutsertaan mereka memilih tidak akan memberi manfaat secara individu maupun
       secara kolektif bagi mereka.

(2)    Pemilihan yang dilakukan mengingkari ikrar bersama Partai Politik dan Calon
       Legislatif untuk melaksanakan pemilihan yang dikenal dengan konsep ”Pemilu
       Badunsanak”, artinya hubungan antara parpol peserta pemilu dan Calon Legislatif
       ibarat hubungan adik kakak, hubungan saudara, bukan hubungan kompetitif yang
       memacu permusuhan. Hal ini disebabkan karena karakteristik mayoritas pemilih di
       Provinsi Sumatera Barat warga Minang yang dianggap lebih egaliter dan
       demokratis.

(3)    Selain itu faktor pendidikan masyarakat yang semakin meningkat, sehingga
       mempunyai korelasi signifikan dengan kesadaran politik warga.

(4)    Faktor lain adalah kelemahan data kependudukan / daftar calon pemilih tetap
       walaupun      dapat   teratasi   dengan   Keputusan   Mahkamah   Konstitusi   yang
       membolehkan warga memberikan hak suaranya dengan menggunakan Kartu
       Penduduk (KTP).



Analisis Efektivitas

Capaian pembangunan bidang demokrasi Provinsi Sumatera Barat tidak efektif karena
tingkat partisipasi masyarakat menurun. Faktor penyebab kurang efektifnya capaian
pembangunan demokrasi adalah :

1. Timbulnya sikap apatis disebagian warga negara karena mereka beranggapan
      keikutsertaan mereka memilih dirasakan akan memberi manfaat secara pribadi bagi
      mereka.

2. Seringnya pelaksanaan pemilihan dalam waktu hampir bersamaan (terutama
      Pemilihan Kepala Daerah) akhirnya berujung keributan suasana kacau, sehingga
      pemilihan tidak menarik untuk mereka ikuti.

3. Seringkalinya agenda pemilihan yang diikuti warga, sehingga membuat warga bosan
      dengan agenda pemilihan. Dalam 5 tahun dapat berlangsung sebanyak 5 kali
      (Pemilihan Bupati / Walikota, Pemilihan Gubernur, Pemilihan Legislatif, Pemilihan
      Presiden).

                                                                                      23
4. Buruknya pengelolaan data kependudukan, sehingga banyak warga yang tidak
   terdaftar, sehingga tidak dapat menyampaikan partisipasi politiknya dalam pemilihan.



2.1.2. Rekomendasi Kebijakan

   A. Pelayanan Publik

1. Mencabut mekanisme prosedural perizinan pemeriksaan bagi pejabat politik yang
   diduga / sangka melakukan tindak pidana korupsi (peraturan yang lebih demokratis)
   dengan menerapkan asas equlity before the law.

2. Menghindari mutasi pejabat penegak hukum yang terkesan mendadak dan harus ada
   kesinambungan kinerja.

3. Membentuk Perwakilan KPK di Tingkat Provinsi.

4. Meningkatkan pengelolaan keuangan daerah agar lebih transparan dan akuntabel,
   dimana selama ini beban keuangan ke kas daerah cenderung diatur dengan
   Peraturan Gubernur saja sehingga terjadi penyelundupan norma.

5. Meningkatkan partisipasi publik dan kontrol publik dalam setiap tahapan dari siklus
   pengelolaan keuangan daerah.

6. Membentuk Program Legislasi Daerah (Prolegda) yang akurat terukur sesuai dengan
   kebutuhan dan aspirasi rakyat.

7. Menghilangkan egoisme sektoral antar dinas dan kantor untuk menyatukan pemberian
   pelayanan pada satu kantor (Penataan Organisasi Pemda).



   B. Demokrasi

1. Melaksanakan pemilihan Kepala Daerah yang serentak dalam jangka pendek untuk
   mengurangi kejenuhan pemilih serta dapat melakukan efisiensi biaya.

2. Memberi interval waktu Pemilihan Legislatif dengan Pemilihan Presiden supaya
   pelaksanaannya jangan dalam 1 (satu) tahun anggaran. Selain mengakibatkan
   pemilih / warga dapat bosan, seringnya pemilihan akan berakibat kinerja pemerintah
   akan terganggu.

3. Membenahi / meningkatkan pengelolaan data kependudukan sehingga akurasi data
   kependudukan dapat dipercaya, dengan data tersebut akan disusun / menjadi dasar
   penyusunan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap.


                                                                                      24
2.2.                           TINGKAT KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

2.2.1. Capaian Indikator

Untuk mengukur capaian pembangunan sumberdaya manusia digunakan 11 indikator
outputs yang mencakup bidang pendidikan (Angka Partisipasi Murni SD/MI, Angka Putus
Sekolah SD, Angka Putus Sekolah SMP/MTs, Angka Putus Sekolah Menengah, Angka
Melek Huruf 15 Tahun Ke Atas, Persentase Guru Yang Layak Mengajar SMP/MTs,
Persentase Guru Yang Layak Mengajar Sekolah Menengah), bidang kesehatan
(Prevalensi gizi kurang, Persentase tenaga kesehatan per penduduk) dan bidang
Keluarga Berencana (Persentase penduduk ber-KB, Persentase laju pertumbuhan
penduduk). Semua indikator diatas akan digunakan untuk menilai keberhasilan program
peningkatan kualitas SDM di daerah Sumatera Barat selama periode 2004-2008.



                                Grafik 2.2. : Tingkat Kualitas Sumber
                                Daya Manusia Nasional dan Provinsi
                                            Sumatera Barat

                               85.00                                           1.6
                               84.00                                           1.4
                                                                                      Tren Capaian Indikator Outcome




                                                                                                                                Indikator Pendukung
                               83.00                                           1.2
   Capaian Indikator Outcome




                                                                                                                       1.   Angka Partisipasi Murni SD/MI.
                               82.00                                           1
                                                                                                                       2.   Angka Putus Sekolah SD.
                               81.00                                           0.8
                                                                                                                       3.   Angka Putus Sekolah SMP/MTs.
                               80.00                                           0.6                                     4.   Angka Putus Sekolah Menengah
                               79.00                                           0.4                                     5.   Angka Melek Aksara 15 tahun
                                                                                                                            Keatas
                               78.00                                           0.2
                                                                                                                       6.   Persentase Jumlah Guru Yang
                               77.00                                           0                                            Layak Mengajar SMP/MTs
                               76.00                                           -0.2                                    7.   Persentase Jumlah Guru Yang
                                                                                                                            Layak Mengajar Sekolah Menengah
                               75.00                                           -0.4
                                       2004       2005   2006   2007    2008                                           8.   Prevalensi Gizi kurang (%)
                                                                                                                       9.   Persentase tenaga kesehatan per
                                  Tingkat Kualitas SDM Prov Sumatera Barat (outcomes)                                       penduduk

                                  Tingkat Kualitas SDM Nasional (outcomes)                                             10. Persentase penduduk ber-KB

                                  Tren Provinsi                                                                        11. Persentase laju pertumbuhan
                                                                                                                           penduduk
                                  Tren Nasional




Analisis Relevansi

Grafik diatas menunjukkan bahwa tren capaian indikator hasil (outcomes) pembangunan
SDM Provinsi Sumatera Barat menunjukkan kecenderungan penurunan untuk periode

                                                                                                                                                              25
2004-2008. Walaupun tren capaian hasil pembangunan SDM cenderung menurun, grafik
diatas menunjukkan bahwa capaian indikator hasil pembangunan SDM Sumbar selalu
jauh lebih tinggi dari capaian pembangunan Nasional untuk tahun 2005, 2006 dan 2008,
kecuali pada tahun 2007 terlihat bahwa capaian pembangunan SDM Nasional sedikit
lebih tinggi dari capaian pembangunan SDM Sumatera Barat. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa capaian pembangunan SDM di Provinsi Sumatera Barat dapat
dikatakan sudah relevan karena berada jauh diatas tren Nasional. Faktor-faktor yang bisa
menjelaskan bahwa tren indikator hasil pembangunan SDM Sumbar sudah relevan
dengan target pembangunan Nasional, jika dianalisis berdasarkan masing-masing
indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan APM berkontribusi terhadap pencapaian indikator hasil pembangunan
   SDM. Beberapa terobosan kebijakan sudah dilakukan untuk meningkatkan akses dan
   perluasan kesempatan belajar bagi semua anak usia pendidikan dasar dengan target
   utama daerah dan masyarakat miskin, terpencil dan terisolasi. Program Nasional
   Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) cukup membantu dalam peningkatan akses
   terhadap pendidikan dasar.

2. Rata-rata nilai akhir SMP/MTs sebagai salah satu indikator peningkatan kualitas
   pendidikan menunjukkan perkembangan berarti. Rata-rata nilai akhir SMP/MTs pada
   tahun 2004 adalah 5,42 sementara tahun 2008 menjadi 6,56. Rata-rata nilai akhir
   SMA/SMK/MA memperlihatkan peningkatan dari 4,25 tahun 2004 menjadi 6,69 pada
   tahun 2008.

3. Presentase angka putus sekolah SD terlihat cukup tinggi pada tahun 2005, yaitu
   7,58%, dan ini mengalami penurunan drastis pada tahun 2007 menjadi 2,59, dan 1,81
   tahun 2008. Sementara angka putus sekolah SMP/MTs sebaliknya mencatat
   peningkatan cukup signifikan dari 1,55% (2004) menjadi 3,48% (2007). Pada tingkat
   SMU, angka putus sekolah terlihat stagnan sekitar 3,5%, walapun terlihat bahwa
   angka ini pernah mencatat nilai paling kecil pada tahun 2005 (2,64%). Tapi
   kecenderungan angka putus sekolah SD dan Menengah mengalami penurunan. Ini
   memerlukan terobosan kebijakan untuk menyelesaikan agenda pendidikan dasar 9
   tahun.

4. Presentase guru yang layak mengajar pada tingkat pendidikan SMP/MTs sebesar
   79,03% tahun 2004, menjadi 86,14% tahun 2007. Sementara itu pada tingkat SMU,
   presentase guru yang layak mengajar lebih tinggi secara rata-rata, yaitu sekitar 86%
   pada tahun 2008.


                                                                                     26
5. Kualitas pembangunan manusia diukur oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
   IPM Sumatera Barat menunjukkan peningkatan dari 62,34 tahun 2004 menjadi 67,00
   pada tahun 2008. Walaupun angka ini masih berada dibawah IPM Nasional (70,5),
   laju pertumbuhan IPM Sumatera Barat menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi
   dari laju pertumbuhan IPM Nasional. Ini menggambarkan upaya serius yang sudah
   dilakukan Sumbar untuk meningkatkan IPM dalam 4 tahun terakhir. Peningkatan IPM
   sebagian kecil bisa menjelaskan tingkat relevansi pembangunan SDM Sumatera Barat
   yang jauh lebih tinggi dari capaian Nasional.



Analisis Efektivitas

Grafik diatas menunjukkan perkembangan capaian indikator pembangunan kualitas SDM
Provinsi Sumatera Barat. Capaian indikator pembangunan SDM Sumatera Barat
menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun sama halnya dengan perbaikan yang dialami
secara Nasional. Indikator ini menunjukkan bahwa pembangunan pendidikan Sumatera
Barat sudah efektif mencapai tujuan yang ditetapkan dalam strategi pembangunan yang
tercantum dalam RPJM. Pada sektor pendidikan misalnya, efektifitas pembangunan
sektor pendidikan diperlihatkan pula perbaikan disemua indikator pendukung seperti
Angka Partisipasi Murni SD/MI, Angka Putus Sekolah SD, Angka Putus Sekolah
Menengah, Angka melek aksara 15 tahun keatas, Persentase jumlah guru yang layak
mengajar SMP/MTs. Secara lebih spesifik, efektifnya pembangunan sektor pendidikan
Sumatera Barat dapat didukung oleh fakta berikut:

1. Umur harapan hidup di Provinsi Sumatera Barat sudah menunjukkan perbaikan dari
   tahun ke tahun. Umur harapan hidup mengalami peningkatan dari 68,2 pada tahun
   2005 menjadi 68,80 pada tahun 2007. Meningkatnya angka harapan hidup merupakan
   refleksi keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dan kemajuan derajat
   kesehatan masyarakat.

2. Angka kematian bayi di Sumatera Barat telah mengalami perbaikan dari tahun 2004
   ke 2008. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup menunjukkan pengurangan
   secara konsisten: 42,25 per 1.000 kelahiran tahun 2004; dan 36,5 tahun 2005. Hasil
   riset menunjukkan tiga faktor utama penyebab kematian bayi diantaranya adalah
   penyakit ISPA, diare dan kekurangan gizi. Jenis penyakit lainnya yang juga relevan
   berkontribusi adalah berat bayi rendah, tetanus dan kekurangan zat gizi mikro. Faktor-
   faktor ini semakin dominan terlihat pada kelompok rumah tangga miskin serta
   kelompok penduduk yang jauh dari layanan kesehatan dasar. Jadi, persoalan
   penurunan    angka    kematian    bayi   bervariasi   sesuai   dengan   faktor   yang
                                                                                      27
menyebabkannya. Faktor lingkungan juga dominan menyebabkan masih tingginya
   angka kematian bayi. Juga, pendidikan yang rendah disertai dengan kekurangan
   akses terhadap pelayanan yang diperoleh khususnya ibu, baik semasa hamil, maupun
   setelah melahirkan juga bisa menimbulkan tingginya angka kematian bayi.

3. Sumatera Barat cukup konsisten dalam mengurangi angka kematian ibu. Angka
   kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup menunjukkan penurunan dari 240 tahun
   2005 menjadi 229 pada tahun 2007. Penurunan angka kematian ibu menunjukkan
   membaiknya pelayanan pre- dan post-natal untuk ibu hamil dan melahirkan. Salah
   satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi AKI adalah dengan meningkatkan
   pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang saat ini baru mencapai 82 persen
   (Susenas 2007). Mengingat outcomes pembangunan adalah fungsi dari berbagai
   faktor, upaya penurunan AKI juga perlu didukung dengan perbaikan keadaan gizi ibu
   hamil, pendidikan ibu, peran perempuan, penanggulangan kemiskinan, serta
   peningkatan sarana prasarana pelayanan kesehatan, diantaranya ketersediaan
   kendaraan dan mutu sarana transportasi.

4. Perkembangan perbaikan status gizi balita di Sumatera Barat bila diukur dari berat
   badan menurut umur untuk kelompok usia 0-59 bulan memperlihatkan perkembangan
   yang fluktuatif. Pada tahun 2007, prevalensi gizi kurang menurun signifikan menjadi
   13,50.

5. Hasil pembangunan keluarga berencana di Sumatera Barat terlihat sangat relevan
   selama periode 2004-2008. Tren tingkat kualitas pembangunan KB di Sumatera Barat
   selalu lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat kualitas pembangunan KB
   Nasional. Jika pada tahun 2004, cakupan KB adalah sekitar 78%, maka pada tahun
   2008 angka ini meningkat tajam hampir mencapai 90%. Keberhasilan Sumatera Barat
   dalam meningkatkan persentase cakupan penduduk ber-KB mempunyai asosiasi
   dengan   tingkat   penyuluhan   dan   peningkatan   kesadaran   masyarakat   untuk
   merencanakan kelahiran.



2.2.2. Rekomendasi Kebijakan

1. Meningkatkan capaian pemerataan pendidikan. Peningkatan pemerataan pendidikan
   diprioritaskan pada tiga daerah yang memiliki resiko pencapaian pemerataan
   pendidikan rendah. Daerah-daerah yang dianggap penting didisain pelayanan dan
   pemodelan penyelenggaraan pendidikan adalah (i) Daerah terpencil yang hanya
   akses pada fasilitas pendidikan dasar dan sekolah satu atap, (ii) Daerah kawasan

                                                                                   28
perkebunan, (iii) Daerah kawasan tepi pantai. Selain dari ketiga daerah juga disertai
   dengan anak anak yang berasal dari keluarga miskin. Oleh karenanya dalam
   kerangka pencapaian pendidikan untuk semua, maka prioritas pendidikan adalah
   untuk mencapai pemerataan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, sekaligus
   untuk menurunkan tingkat kebodohan dan keterampilan kelompok masyarakat, yang
   relatif miskin.

2. Memantapkan ketersediaan alat pembelajaran, mutu guru, dan aksesibilitas anak didik
   terhadap pendidikan umum dan agama. Sekolah yang menjadi prioritas adalah
   dimana sekolah tersebut memiliki mutu yang rendah, lebih khusus sekolah yang jauh
   dari fasilitas publik, dan sekolah yang diselenggarakan oleh swasta, baik sekolah
   umum maupun sekolah yang bernaung dibawah yayasan keagamaan.

3. Melanjutkan program beasiswa untuk keluarga miskin. Seluruh keluarga miskin mesti
   dibantu melalui program pemberian beasiswa baik yang diberikan melalui dana APBD
   maupun yang dikembangkan melalui partisipasi masyarakat.

4. Mengembangkan bahan bacaan minimal. Di seluruh sekolah dasar dan sekolah
   menengah pertama, buku ajar tersedia lengkap untuk mata ajar Sains, Bahasa
   Indonesia dan Matematika. Oleh karena jumlah kelas berada semenjak pendidikan
   dasar sampai kelas SMP, maka diperlukan 3 jenis buku pada masing masing jenjang
   kelas untuk seluruh jenjang pendidikan, setidaknya Matematika, Sains dan Bahasa
   Indonesia.

5. Mengatasi buta aksara dan kebodohan. Tahun 2012 sekitar 2% saja dari kelompok
   usia penduduk berusia 15 tahun keatas yang tidak dapat baca tulis. Program strategis
   untuk mengatasi hal ini ada dua. Pertama adalah melanjutkan Program Paket A dan
   Paket B. Kedua adalah menyelenggarakan keterampilan kerja sekitar 25% dari
   mereka yang buta huruf.

6. Mengalokasikan jumlah anggaran yang lebih besar untuk pendidikan sekolah
   menengah pertama dengan syarat efisiensi pengeluaran pemerintah yang lebih pro-
   poor seperti penajaman bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari kelompok
   keluarga kurang beruntung. Rekomendasi ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka
   lulusan SD yang tidak melanjutkan (transisi) pendidikan ke level SMP/SMA
   merupakan fenomena yang meruyak pasca krisis ekonomi. Jumlah siswa SMP yang
   tidak melanjutkan ke SMA lebih tinggi pada saat ini, dibanding pada masa lampau.
   Problem akses pendidikan memang lebih signifikan untuk tingkat pendidikan SMP.
   Pada jenjang ini masih terdapat perbedaan jumlah partisipasi yang sangat besar

                                                                                     29
diantara kelompok masyarakat dengan jumlah pendapatan yang berbeda, sesuatu
   yang tidak menjadi masalah pada level SD. Seorang anak yang berasal dari keluarga
   miskin mempunyai kemungkinan 20 persen lebih rendah untuk melanjutkan ke tingkat
   pendidikan SMP dibandingkan anak yang tidak berasal dari keluarga miskin. Dalam
   hal ini kebijakan pendidikan pemerintah pada level pendidikan menengah dan tinggi
   memang cenderung pro-rich (World Bank, 2006).

7. Mengkaitkan pembangunan pendidikan kedepan dengan kerusakan infrastruktur
   pendidikan trauma yang dialami oleh guru sekolah dan murid akibat gempa bumi 30
   September 2009. Pembangunan kembali infrastruktur dan fasilitas sekolah mesti
   diikuti dengan trauma healing guru dan murid sekolah. Bangunan sekolah yang masih
   dipakai untuk proses belajar mengajar, padahal secara fisik kelihatan mengalami
   kerusakan berat, menengah dan ringan perlu dilakukan pengujian struktur bangunan
   secara teknis untuk memastikan bahwa sekolah yang rusak tersebut masih aman
   untuk digunakan.

8. Mengikutsertakan partisipasi masyarakat dalam proses rehabilitasi sekolah sangat
   diperlukan. Banyak studi yang menunjukkan bahwa infrastruktur yang dibangun atas
   partisipasi   masyarakat   lebih   kecil   biayanya   pada   kualitas   yang   memadai,
   dibandingkan infrastruktur yang diperoleh melalui proses tender pengadaan barang
   dan jasa.

9. Merevitalisasi pelayanan kesehatan dasar seperti penyegaran kembali pelaksanaan
   program di Puskesmas dan Posyandu. Kegiatan Posyandu selama ini seperti sudah
   tidak ada, padahal cukup efektif dalam mengurangi gizi buruk, angka kematian bayi
   dan ibu.

10. Meningkatkan kampanye tentang hidup sehat, perilaku nutrisi dan perilaku kebersihan
   serta sanitasi lingkungan dengan meningkatkan koordinasi lintas sektoral, LSM, dan
   organisasi masyarakat.

11. Memperbaiki akses terhadap air bersih penduduk tepi sungai, pantai dan kelompok
   miskin.

12. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh kelompok masyarakat miskin
   dan terisolir dengan terobosan program dan skim pembiayaan kesehatan pada
   kelompok miskin.

13. Penyediaan asuransi kesehatan terutama micro insurance juga sangat diperlukan bagi
   masyarakat untuk jangka menengah dan panjang untuk mengurangi dampak yang
   diakibatkan oleh shock. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan bagi penduduk
                                                                                       30
miskin dan kurang mampu melalui inovasi program jaminan pelayanan kesehatan bagi
   masyarakat miskin. Askeskin perlu dilanjutkan dan efektivitasnya perlu ditingkatkan.
   Anggaran daerah agar lebih pro miskin (pro-poor budgeting).

14. Rekonstruksi bangunan rumah sakit dan fasilitas kesehatan (sebagaimana lainnya)
   harus mengikuti standar bangunan yang tahan gempa. Rumah sakit harusnya menjadi
   bangunan yang tetap bertahan dari goncangan gempa karena akan menjadi tempat
   penyelamatan korban bencana.

15. Kondisi Pasca Gempa Bumi 30 September 2009 diperkirakan akan menganggu
   kinerja bidang kesehatan selama beberapa tahun kedepan. Total kerusakan dan
   kerugian dibidang kesehatan sebagai akibat gempa bumi 30 September 2009
   mencapai angka Rp. 611 miliar. Kerusakan pada infrastruktur kesehatan akan
   mempengaruhi penyediaan layanan dasar kesehatan kepada sekitar 25% penduduk
   Sumatera Barat. Dalam jangka menengah dan panjang intervensi pemerintah sangat
   diperlukan disamping untuk emergency relief. Kerusakan bangunan dan peralatan
   medis terjadi pada 8 daerah kabupaten dan kota sehingga dapat menurunkan kualitas
   dan kapasitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang memerlukannya. Upaya
   pemulihan pelayanan kesehatan masyarakat dan meningkatkan kembali kinerja
   pembangunan bidang kesehatan ini akan memerlukan dana dalam jumlah besar dan
   waktu yang relatif panjang.

16. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi bagi
   keluarga miskin. Menurunkan tingkat kelahiran dengan cara meningkatkan pelayanan
   KB kepada keluarga miskin. Untuk itu perlu dilakukan revitalisasi organisasi dan
   kelembagaan KB dengan mengikutsertakan masyarakat seperti halnya telah dilakukan
   dengan baik di zaman Orde Baru.

17. Meningkatkan advokasi, komunikasi dan pendidikan masyarakat dalam rangka
   meningkatkan partisipasi dalam program KB. Kegiatan ini perlu didukung dengan
   penyediaan alat, obat dan pelayanan KB terutama bagi target akseptor pada keluarga
   miskin dan masyarakat pedesaan.

18. Memberdayakan petugas lapangan dengan cara meningkatkan pemahaman tentang
   program KB, memberikan keterampilan teknis KB dan menggunakan komunikasi yang
   efektif dan disesuaikan dengan target akseptor.




                                                                                    31
2.3.   TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI

2.3.1. Capaian Indikator

Indikator output yang digunakan untuk melihat perkembangan indikator hasil (outcomes)
dari tingkat pembangunan ekonomi adalah:

1) Laju pertumbuhan ekonomi (%)
2) Persentase ekspor terhadap PDRB
3) Persentase output manufaktur terhadap PDRB
4) Persentase output UMKM terhadap PDRB
5) Laju inflasi (%)
6) Persentase pertumbuhan realisasi PMA (Penanaman Modal Asing)
7) Persentase pertumbuhan realisasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri).

Dari 7 indikator ini hanya tingkat inflasi yang dikonversikan atau dikurangi dari 100
sebelum dihitung rata-rata dari indikator tersebut. Hasil analisis data indikator pendukung
selama periode 2004-2008 dapat dilihat pada Grafik 2.3.



Analisis Relevansi

Dari Grafik 2.3. terlihat bahwa capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat dapat
dikatakan tidak relevan karena tren capaian pembangunan Sumatera Barat tidak sejalan
dan jauh lebih rendah dari capaian pembangunan Nasional walaupun pada tahun 2006
capaian Provinsi Sumatera Barat lebih baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:

   1. Struktur ekonomi Sumatera Barat yang didominasi oleh sektor pertanian demikian
       pula komoditi ekspornya yang didominasi komoditi primer sehingga persentase
       output manufaktur terhadap PDRB sangat rendah dibandingkan dengan Nasional.

   2. Struktur ekonomi demikian juga dapat dilihat dari output UKM. Peningkatan
       persentase output UKM terhadap PDRB yaitu dari 25,43% pada tahun 2004
       menjadi 32,47% (2007) dan diperkirakan 31% pada tahun 2008. Sedangkan
       peranan output UMKM tingkat Nasional cenderung menurun selama periode yang
       sama yaitu dari 55,40% (2004) menjadi 52,70% (2008). Kondisi ini menunjukkan
       perekonomian Provinsi Sumatera Barat masih didominasi UKM dan belum terkait
       dengan permintaan luar negeri sehingga pengembangan ekonomi belum bisa
       dipacu lebih cepat.




                                                                                        32
Grafik 2.3. : Tingkat Pembangunan
                                Ekonomi Nasional dan Provinsi
                                         Sumatera Barat

                            60.00                                        200.00




                                                                                   Tren Capaian Indikator Outcome
                            50.00                                        150.00
Capaian Indikator Outcome




                            40.00                                        100.00


                            30.00                                        50.00                                         INDIKATOR PENDUKUNG
                                                                                                                    1. Laju Pertumbuhan Ekonomi
                            20.00                                        0.00
                                                                                                                    2. Persentase Ekspor terhadap
                                                                                                                       PDRB
                            10.00                                        -50.00                                     3. Persentase Output Manufaktur
                                                                                                                       terhadap PDRB

                             0.00                                        -100.00                                    4. Persentase Output UMKM
                                                                                                                       terhadap PDRB
                                    2004    2005   2006   2007   2008
                                                                                                                    5. Laju Inflasi
                            Tingkat Pembangunan Ekonomi Prov Sumatera Barat (outcomes)                              6. Persentase Pertumbuhan
                            Tingkat Pembangunan Ekonomi Nasional (outcomes)                                            Realisasi Investasi PMA

                            Tren Provinsi                                                                           7. Persentase Pertumbuhan
                                                                                                                      Realisasi Investasi PMDN
                            Tren Nasional




      3. Struktur ekonomi juga mempengaruhi arus perdagangan Sumatera Barat
                             sehingga persentase ekspor terhadap PDRB lebih rendah dari Nasional. Dengan
                             kata lain Sumbar belum dapat meningkatkan nilai tambah yang dapat dinikmati
                             oleh rakyat Sumbar sehingga pendapatan per kapita Provinsi Sumbar lebih rendah
                             dari Nasional.

      4. Dalam kurun waktu 2004 sampai 2008 rata-rata pertumbuhan realisasi PMA di
                             tingkat Nasional menunjukkan angka jauh lebih tinggi dari Sumatera Barat
                             demikian juga PMDN. Perbedaan tingkat pertumbuhan disebabkan adanya
                             perbedaan yang cukup signifikan dibidang potensi sumber daya alam, dukungan
                             infrastruktur dan potensi pasar.

      5. Kondisi keamanan dalam negeri kurang kondusif, gejolak politik membawa
                             pengaruh kepada stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Dalam periode 2004-
                             2008 telah dilaksanakan beberapa kali pemilihan umum tingkat nasional, provinsi
                             dan kabupaten/kota. Meningkatnya dinamika politik disekitar waktu pemilihan
                             umum tersebut berpengaruh negatif terhadap perkembangan realisasi investasi di
                             daerah Sumatera Barat.
                                                                                                                                                      33
6. Potensi sumber alam dan ekonomi daerah relatif rendah sehingga tidak bisa
       menarik investor skala besar dari luar daerah dan luar negeri untuk menanam
       modalnya di daerah Sumatera Barat.



Analisis Efektivitas

Capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat dapat dikatakan tidak efektif karena
capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat tidak menunjukkan keadaan yang lebih
baik dari tahun ke tahun.

   1. Pada awalnya memperlihatkan kecenderungan yang membaik dibandingkan
       dengan tahun-tahun sebelumnya tetapi pada tahun 2008 terjadi penurunan.
       Walaupun negatif tetapi tingkat pertumbuhan (tren) pada tahun 2006 dan 2008
       lebih baik dari Nasional.

   2. Struktur ekonomi yang menghasilkan produk berbasis sumberdaya lokal atau
       rendah kandungan impornya dengan pasar utamanya provinsi tetangga
       mengakibatkan rendahnya ekspor terhadap PDRB demikian juga output
       manufaktur. Produk utama Provinsi Sumatera Barat merupakan pasokan bagi
       provinsi tetangga seperti Provinsi Riau, Kepri dan Jambi. Kondisi demikian
       merupakan tantangan masa depan untuk meningkatkan hasil pembangunan
       Provinsi Sumbar.

   3. Arus investasi yang rendah di Provinsi Sumatera Barat disebabkan oleh beberapa
       faktor sebagai berikut:

       a) Infrastruktur kurang memadai sehingga mengakibatkan tingginya biaya
           operasional ditambah lagi dengan masalah kekurangan suplai tenaga listrik
           yang membuat daya saing investasi daerah menjadi sangat rendah.

       b) Sulitnya mendapatkan info dan data potensi ekonomi yang akurat sehingga
           calon investor merasa sulit dan lambat dalam pengambilan keputusan
           investasinya

       c) Permasalahan rendahnya pertumbuhan realisasi investasi di Sumatera Barat
           disebabkan antara lain; potensi sumber alam dan ekonomi daerah relatif
           rendah, infrastruktur kurang memadai dan pelayanan publik yang masih
           banyak dikeluhkan oleh calon investor. Peningkatan investasi PMA dan PMDN
           di Sumatera Barat juga masih terkendala karena keterbatasan lahan, sumber
           daya alam dan tenaga kerja terampil non pertanian.

                                                                                 34
d) Prosedur pengurusan izin-izin investasi belum tersosialisasi dengan baik,
            masyarakat masih harus banyak bertanya tentang prosedur investasi dan
            harus berurusan dengan beberapa instansi pemberi izin secara terpisah.

       e) Adanya kebijakan pemerintah (peraturan daerah) yang saling bertentangan di
            bidang pelayanan investasi misalnya soal wewenang perizinan dan retribusi
            daerah

       f)   Adanya konflik beberapa perusahaan perkebunan besar dengan petani plasma
            dalam pola kemitraan (PIR) yang disebabkan sebagian oleh perjanjian
            kemitraan yang tidak tegas dan lemahnya penegakan hukum dalam hal terjadi
            konflik antara inti dan plasma

       g) Adanya premanisme dibeberapa daerah yang sangat menganggu kelancaran
            kegiatan bisnis dan menyita waktu serta pemikiran para eksekutif pengambil
            keputusan dalam investasi



2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol

1. Indikator yang lebih menonjol di Provinsi Sumatera Barat adalah tingkat pertumbuhan
   ekonomi rata-rata dimana mencapai angka yang relatif lebih tinggi dari pertumbuhan
   ekonomi Nasional selama periode 2004-2008. Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi
   Sumatera Barat yang tinggi tidak terlepas dari struktur ekonomi dan komposisi ekspor.
   produk utama Provinsi Sumatera Barat adalah produk pertanian dan produk agro-
   industry yang berbasis sumberdaya lokal dimana komponen impornya relatif sangat
   kecil. Kondisi demikian membuat perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat
   relatif kurang terpengaruh oleh krisis financial global.

2. Indikator lain yang menonjol tetapi menunjukkan kinerja kurang memuaskan adalah
   investasi baik PMA maupun PMDN di Provinsi Sumatera Barat. Rendahnya
   pertumbuhan realisasi investasi di Provinsi Sumatera Barat sangat erat hubungannya
   dengan terbatasnya potensi sumberdaya alam, infrastruktur dan lokasi yang relatif
   terisolir dari pusat pertumbuhan di Pulau Sumatera. Upaya untuk memacu arus
   investasi ke Provinsi Sumatera Barat berdasarkan kondisi daerah saat ini adalah
   meningkatkan kualitas SDM sehingga di Provinsi Sumatera Barat tersedia tenaga
   intelektual dan tenaga berketerampilan tinggi yang dapat menarik investor untuk
   mengembangkan industri berteknologi tinggi seperti industri manufaktur yang
   menghasilkan komponen dari produk elektronik, computer, dll.


                                                                                     35
2.3.3. Rekomendasi Kebijakan

   1. Di    Provinsi      Sumatera   Barat   sebaiknya   dikembangkan   industri   berbasis
      sumberdaya lokal dengan menggunakan teknologi tinggi atau knowledge based
      industries sehingga terjadi peningkatan nilai tambah.

   2. Insentif yang perlu dikembangkan adalah insentif non-fiskal yaitu tersedianya SDM
      terampil berkualitas tinggi. Oleh karena itu perlu dikembangkan pendidikan
      keterampilan dengan standar internasional pada setiap tingkatan pendidikan
      keterampilan.

   3. Perlu segera dibangun infrastruktur seperti irigasi, tenaga listrik, transportasi
      standard ASEAN dan air bersih yang mendukung pengembangan agro-industri
      berteknologi tinggi. Transportasi standard ASEAN artinya kualitas fisik dan
      kenyamanan transportasi yang dapat mengantisipasi terjadinya bencana alam
      seperti gempa dan longsor. Pembangunan infrastruktur semakin mendesak
      terutama sekali karena terjadinya kerusakan infrastruktur dan bangunan akibat dari
      gempa 30 September 2009 yang lalu.

   4. Untuk membuka lapangan kerja disektor pertanian maka teknologi modern harus
      dimanfaatkan pada setiap level usaha (dari sekala kecil hingga besar). Kegiatan
      Litbang (Penelitian dan Pengembangan) harus ditingkatkan sehingga dapat
      menghasilkan teknologi modern yang dibutuhkan. Teknologi baru juga dapat
      berasal dari lembaga penelitian diluar Sumatera Barat atau luar negeri. Di Provinsi
      Sumatera Barat terdapat beberapa lembaga mandat nasional yang potensial untuk
      dikembangkan seperti Balai Penelitian Buah (Balibu), Balai Penelitian Pertanian
      (Balitan), Stasiun Pengembangan Ternak Besar. Lembaga penelitian ini sebaiknya
      dipacu pengembangannya untuk dapat melayani kebutuhan IPTEK modern di
      Pulau Sumatera.

   5. Provinsi Sumatera Barat harus tetap dipertahankan sebagai sumber bahan
      pangan bernilai tambah tinggi yang berasal dari peternakan, perikanan, sayur-
      sayuran, buah-buahan untuk wilayah Sumatera.

   6. Upaya peningkatan investasi di Sumatera Barat antara lain adalah:

      a) Memberikan kemudahan perizinan, misalnya pelayanan cepat dan transparan
           serta memberi kemudahan akses kepada instansi pemberi izin melalui internet,
           pos atau kontak langsung dengan petugas pelayanan yang terampil dan
           profesional.


                                                                                        36
b) Memberikan keringanan beban PBB dan retribusi daerah sesuai dengan
          kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah.

       c) Menyediakan info dan data dasar ekonomi dan potensi investasi yang akurat
          dan lengkap melalui web-site dan media cetak yang mudah diakses oleh
          masyarakat.

       d) Menyediakan data profil pengusaha lokal yang siap bermitra dan menyediakan
          media untuk mempertemukan calon investor dari luar daerah dengan
          pengusaha lokal yang akan menjadi mitra bisnisnya.

       e) Memberikan pelayanan prima kepada investor dan pengusaha umumnya baik
          pada     tahap   persiapan   maupun   setelah   memasuki    tahap   operasional
          perusahaannya.

       f) Menjalankan program promosi investasi yang efektif melalui kegiatan expo,
          business meeting, seminar dan menyebarkan leaflet dan booklet panduan
          investasi di daerah Sumatera Barat

       g) Melaksanakan program pengawasan dan pengendalian investasi dalam rangka
          ikut mengatasi lebih dini permasalahan investasi di lapangan

       h) Mendorong tumbuhnya forum komunikasi investor dan pengusaha dalam
          rangka meingkatkan efektivitas kerjasama bisnis.




2.4.   KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

2.4.1. Capaian Indikator

Indikator output yang digunakan untuk melihat perkembangan indikator hasil (outcomes)
dari kualitas pengelolaan sumber daya alam adalah : (i) Persentase luas lahan rehabilitasi
dalam hutan terhadap lahan kritis dan (ii) Persentase terumbu karang dalam keadaan
baik. Hasil analisis data indikator pendukung selama periode 2004-2008 dapat dilihat
pada Grafik 2.4.


Analisis Relevansi

Dari Grafik 2.4 terlihat bahwa capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat dapat
dikatakan tidak relevan karena tren capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat tidak
sejalan dan lebih rendah dari capaian pembangunan Nasional. Tren ini tidak sesuai
dengan harapan pembangunan dibidang sumberdaya alam karena seharusnya capaian
                                                                           37
Grafik 2.4. : Kualitas Pengelolaan
                                Sumber Daya Alam dan Lingkungan
                                   Hidup Nasional dan Provinsi
                                          Sumatera Barat
                               18.00                                      160.00

                               16.00                                      140.00
                                                                          120.00
   Capaian Indikator Outcome




                               14.00




                                                                                   Tren Capaian Indikator
                                                                          100.00
                               12.00
                                                                          80.00




                                                                                         Outcome
                               10.00                                      60.00

                                8.00                                      40.00
                                                                          20.00
                                6.00
                                                                          0.00
                                4.00
                                                                          -20.00
                                2.00                                      -40.00
                                0.00                                      -60.00
                                       2004     2005   2006 2007   2008                                      INDIKATOR PENDUKUNG

                                                                                                            1. Persentase luas lahan
                                Kualitas Pengelolaan SDA Prov Sumatera Barat (outcomes)                        rehabilitasi dalam hutan
                                Kualitas Pengelolaan SDA Nasional (outcomes)                                   terhadap lahan kritis

                                Tren Provinsi                                                               2. Persentase terumbu karang
                                                                                                               dalam keadaan baik
                                Tren Nasional



pembangunan semakin besar atau meningkat. Rendahnya hasil pembangunan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat antara lain
disebabkan :

1. Rendahnya upaya peningkatan rehabilitasi hutan dibandingkan dengan percepatan
         luas lahan kritis. Artinya luas lahan kritis meningkat lebih cepat daripada luas hutan
         yang dapat direhabilitasi. Meningkatnya luas lahan kritis disebabkan oleh (a)
         Rendahnya disiplin aparatur dan penegakan hukum, sehingga sering terjadinya
         perusakan hutan dan pencurian kayu hampir pada setiap kawasan; (b) Infrastruktur
         untuk mendukung sektor kehutanan relatif masih kurang dan sangat terbatas, seperti
         menara pengawasan, perangkat untuk polisi hutan dan aksesibilitas patroli hutan; (c)
         Rendahnya daya dukung kawasan konservasi sebagai akibat alih fungsi lahan
         sehingga merubah karakter hidrologis kawasan dimana kawasan yang sebelumnya
         basah menjadi kering.

2. Terbatasnya program dan dana untuk meningkatkan kegiatan rehabilitasi hutan.
         Diperlukan kerjasama pembiayaan program rehabilitasi antar Pemerintah Provinsi
         untuk peningkatan rehabilitasi hutan walaupun kawasan hutan tidak pada wilayah


                                                                                                                                           38
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND

Recomendados

Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG por
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGLaporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGEKPD
963 visualizações41 slides
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA por
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2009 Lampung - UNILAEKPD
139 visualizações102 slides
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG por
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGLaporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGEKPD
190 visualizações66 slides
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN por
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENEKPD
1.5K visualizações75 slides
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012 por
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012
RKPD Kota Palangka Raya Tahun 2012Mellianae Merkusi
3.4K visualizações92 slides
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN por
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNIDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULN
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KASIHAN KAB. BANTULNDede Saputra
6.9K visualizações64 slides

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam... por
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...National Cheng Kung University
19.7K visualizações41 slides
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana por
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - UndanaLaporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - UndanaEKPD
162 visualizações80 slides
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR por
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPARLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAREKPD
247 visualizações184 slides
Daftar isi rkpd 2012 por
 Daftar isi rkpd 2012 Daftar isi rkpd 2012
Daftar isi rkpd 2012BAPPEDA - PEMKAB. JOMBANG
327 visualizações5 slides
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD por
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDEKPD
771 visualizações119 slides
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM por
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMEKPD
158 visualizações47 slides

Mais procurados(20)

Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam... por National Cheng Kung University
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
Laporan hasil survey perencanaan wilayah kawasan peruntukan industri di kecam...
National Cheng Kung University19.7K visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - UndanaLaporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana
Laporan Akhir EKPD 2010 - NTT - Undana
EKPD162 visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPARLaporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kalteng - UNPAR
EKPD247 visualizações
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2009 Bali - UNUD
EKPD771 visualizações
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAMLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Selatan - UNLAM
EKPD158 visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
EKPD1K visualizações
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007 por Ar Tinambunan
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Peta Dasar Pakpak Bharat 2007
Ar Tinambunan3.2K visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNMLaporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sulbar - UNM
EKPD586 visualizações
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)... por Mellianae Merkusi
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Mellianae Merkusi26.2K visualizações
1. rdtr canduang por anginlembah
1. rdtr canduang1. rdtr canduang
1. rdtr canduang
anginlembah719 visualizações
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final por Suhardi Bae
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_finalKata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
Kata pengantar daftar isi & istilah 31 agust 2012-revisi 4_final
Suhardi Bae1.2K visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - UnpattiLaporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
EKPD1.7K visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - UnhalLaporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sultra - Unhal
EKPD186 visualizações
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNMLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Barat - UNM
EKPD1.9K visualizações
Mangunharjo Mangrove Resort por Dwitantri Rezkiandini
Mangunharjo Mangrove ResortMangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove Resort
Dwitantri Rezkiandini1.9K visualizações
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota por Penataan Ruang
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Penataan Ruang81K visualizações
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia. por Oswar Mungkasa
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Oswar Mungkasa12.2K visualizações
Pengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki Jakarta por janstenly
Pengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki JakartaPengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki Jakarta
Pengaruh R Egormasi Pajak Thd Penerimaan Daerah Dki Jakarta
janstenly3.6K visualizações
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha... por Oswar Mungkasa
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...
Buku Saku. Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Kementerian Perumaha...
Oswar Mungkasa2.9K visualizações

Destaque

Permen no.54 2010 (lampiran v) por
Permen no.54 2010 (lampiran v)Permen no.54 2010 (lampiran v)
Permen no.54 2010 (lampiran v)Deki Zulkarnain
738 visualizações114 slides
Rpjm desa bakung 2014 2015 por
Rpjm desa bakung 2014   2015Rpjm desa bakung 2014   2015
Rpjm desa bakung 2014 2015Fadhil Bashor
2.7K visualizações79 slides
Evaluasi capaian kinerja 2012 por
Evaluasi capaian kinerja 2012Evaluasi capaian kinerja 2012
Evaluasi capaian kinerja 2012asholahuddin
913 visualizações25 slides
Paparan forum skpd por
Paparan forum skpdPaparan forum skpd
Paparan forum skpdasholahuddin
2.8K visualizações7 slides
MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN por
MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHANMONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHANDadang Solihin
13.8K visualizações55 slides
Panduan Penyusunan RPJM Desa 6 ( rev 3) por
Panduan Penyusunan RPJM Desa 6 ( rev 3)Panduan Penyusunan RPJM Desa 6 ( rev 3)
Panduan Penyusunan RPJM Desa 6 ( rev 3)Mustika Aji
74.8K visualizações125 slides

Destaque(7)

Permen no.54 2010 (lampiran v) por Deki Zulkarnain
Permen no.54 2010 (lampiran v)Permen no.54 2010 (lampiran v)
Permen no.54 2010 (lampiran v)
Deki Zulkarnain738 visualizações
Rpjm desa bakung 2014 2015 por Fadhil Bashor
Rpjm desa bakung 2014   2015Rpjm desa bakung 2014   2015
Rpjm desa bakung 2014 2015
Fadhil Bashor2.7K visualizações
Evaluasi capaian kinerja 2012 por asholahuddin
Evaluasi capaian kinerja 2012Evaluasi capaian kinerja 2012
Evaluasi capaian kinerja 2012
asholahuddin913 visualizações
Paparan forum skpd por asholahuddin
Paparan forum skpdPaparan forum skpd
Paparan forum skpd
asholahuddin2.8K visualizações
MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN por Dadang Solihin
MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHANMONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN
Dadang Solihin13.8K visualizações
Panduan Penyusunan RPJM Desa 6 ( rev 3) por Mustika Aji
Panduan Penyusunan RPJM Desa 6 ( rev 3)Panduan Penyusunan RPJM Desa 6 ( rev 3)
Panduan Penyusunan RPJM Desa 6 ( rev 3)
Mustika Aji74.8K visualizações
Peraturan Desa Nomor 8 Tahun 2015 tentang RKP Desa Wlahar Wetan Tahun 2016 por Pemdes Wlahar Wetan
Peraturan Desa Nomor 8 Tahun 2015 tentang RKP Desa Wlahar Wetan Tahun 2016Peraturan Desa Nomor 8 Tahun 2015 tentang RKP Desa Wlahar Wetan Tahun 2016
Peraturan Desa Nomor 8 Tahun 2015 tentang RKP Desa Wlahar Wetan Tahun 2016
Pemdes Wlahar Wetan19.4K visualizações

Similar a Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND

Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR por
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAREKPD
2.1K visualizações107 slides
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI por
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UILaporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UIEKPD
1.9K visualizações110 slides
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta... por
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Oswar Mungkasa
4.9K visualizações70 slides
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL por
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULEKPD
2.4K visualizações109 slides
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD por
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDEKPD
256 visualizações145 slides
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USU por
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USULaporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USU
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USUEKPD
146 visualizações114 slides

Similar a Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND(20)

Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR por EKPD
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPARLaporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
Laporan AKhir EKPD 2009 Kalimantan Tengah - UNPAR
EKPD2.1K visualizações
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI por EKPD
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UILaporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
Laporan Akhir EKPD 09 DKI Jakarta - UI
EKPD1.9K visualizações
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta... por Oswar Mungkasa
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Oswar Mungkasa4.9K visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMULLaporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
Laporan Akhir EKPD 2010 - Kaltim - UNMUL
EKPD2.4K visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUDLaporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Bali - UNUD
EKPD256 visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USU por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USULaporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USU
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumut - USU
EKPD146 visualizações
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRATLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Utara - UNSRAT
EKPD1.6K visualizações
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI por EKPD
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTILaporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
Laporan AKhir EKPD 2009 Maluku - UNPATTI
EKPD710 visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNPLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua Barat - UNP
EKPD290 visualizações
Laporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMUL por EKPD
Laporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMULLaporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMUL
Laporan EKPD 2009 Kalimantan Timur - UNMUL
EKPD810 visualizações
Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas... por Oswar Mungkasa
Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...
Penyusunan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan Kemiskinan. Panduan Operas...
Oswar Mungkasa1.8K visualizações
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
EKPD2K visualizações
Buku iii rpjmn tahun 2010-2014 por PA Rianto
Buku iii rpjmn tahun 2010-2014Buku iii rpjmn tahun 2010-2014
Buku iii rpjmn tahun 2010-2014
PA Rianto2.7K visualizações
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015 por Bagus ardian
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015
Draf NA raperda Kumuh Kota Surakarta 13102015
Bagus ardian3.4K visualizações
Narasi Rencana jangka panjang menengah Presiden RI 2020 2024 (27 jan 2020) pdf por Basuki Suhardiman
Narasi Rencana jangka panjang menengah Presiden RI  2020 2024 (27 jan 2020) pdfNarasi Rencana jangka panjang menengah Presiden RI  2020 2024 (27 jan 2020) pdf
Narasi Rencana jangka panjang menengah Presiden RI 2020 2024 (27 jan 2020) pdf
Basuki Suhardiman62 visualizações
1. narasi rpjmn 2020 2024 (27 jan 2020) pdf por Shinta Winarsih
1. narasi rpjmn 2020 2024 (27 jan 2020) pdf1. narasi rpjmn 2020 2024 (27 jan 2020) pdf
1. narasi rpjmn 2020 2024 (27 jan 2020) pdf
Shinta Winarsih118 visualizações
Pdrb kota kediri 2012 por fionarazqa
Pdrb kota kediri 2012 Pdrb kota kediri 2012
Pdrb kota kediri 2012
fionarazqa343 visualizações
Laporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBB por EKPD
Laporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBBLaporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBB
Laporan Akhir EKPD 2010 - Babel - UBB
EKPD1K visualizações

Mais de EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau por
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauEKPD
756 visualizações12 slides
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara por
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraEKPD
663 visualizações27 slides
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan por
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanEKPD
1.1K visualizações24 slides
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan por
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanEKPD
635 visualizações13 slides
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat por
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratEKPD
395 visualizações9 slides
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua por
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaEKPD
626 visualizações13 slides

Mais de EKPD(20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Riau
EKPD756 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
EKPD663 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
EKPD1.1K visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
EKPD635 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
EKPD395 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
EKPD626 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
EKPD574 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
EKPD386 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
EKPD454 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
EKPD299 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
EKPD994 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
EKPD382 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
EKPD753 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
EKPD435 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
EKPD533 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
EKPD436 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
EKPD401 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
EKPD618 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
EKPD900 visualizações
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah por EKPD
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
EKPD744 visualizações

Último

Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen... por
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...pmgdscunsri
9 visualizações24 slides
KESETIMBANGAN KIMIA por
KESETIMBANGAN KIMIAKESETIMBANGAN KIMIA
KESETIMBANGAN KIMIAlyricsong1117
9 visualizações24 slides
1. Adab Terhadap Tetangga por
1. Adab Terhadap Tetangga1. Adab Terhadap Tetangga
1. Adab Terhadap Tetanggaagreenlife5
23 visualizações2 slides
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf por
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdfCapacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdfIrawan Setyabudi
38 visualizações35 slides
PPT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH.pptx por
PPT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH.pptxPPT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH.pptx
PPT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH.pptxWartoyoWartoyo3
11 visualizações36 slides
TugasPPT6_NormanAdjiPangestu _E1G022079.pptx por
TugasPPT6_NormanAdjiPangestu _E1G022079.pptxTugasPPT6_NormanAdjiPangestu _E1G022079.pptx
TugasPPT6_NormanAdjiPangestu _E1G022079.pptxNormanAdji
20 visualizações9 slides

Último(20)

Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen... por pmgdscunsri
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...
Info Session Bangkit Academy "Empowering Through Bangkit: Unveiling the Essen...
pmgdscunsri9 visualizações
KESETIMBANGAN KIMIA por lyricsong1117
KESETIMBANGAN KIMIAKESETIMBANGAN KIMIA
KESETIMBANGAN KIMIA
lyricsong11179 visualizações
1. Adab Terhadap Tetangga por agreenlife5
1. Adab Terhadap Tetangga1. Adab Terhadap Tetangga
1. Adab Terhadap Tetangga
agreenlife523 visualizações
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf por Irawan Setyabudi
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdfCapacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
Irawan Setyabudi38 visualizações
PPT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH.pptx por WartoyoWartoyo3
PPT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH.pptxPPT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH.pptx
PPT PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH.pptx
WartoyoWartoyo311 visualizações
TugasPPT6_NormanAdjiPangestu _E1G022079.pptx por NormanAdji
TugasPPT6_NormanAdjiPangestu _E1G022079.pptxTugasPPT6_NormanAdjiPangestu _E1G022079.pptx
TugasPPT6_NormanAdjiPangestu _E1G022079.pptx
NormanAdji20 visualizações
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdf por Irawan Setyabudi
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdfPermendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdf
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdf
Irawan Setyabudi41 visualizações
TUGAS PPT 6_NATALIA APRICA ANWAR_E1G022075.pptx por NataliaApricaAnwar
TUGAS PPT 6_NATALIA APRICA ANWAR_E1G022075.pptxTUGAS PPT 6_NATALIA APRICA ANWAR_E1G022075.pptx
TUGAS PPT 6_NATALIA APRICA ANWAR_E1G022075.pptx
NataliaApricaAnwar45 visualizações
MEDIA PEMBELAJARAN HIDROKARBON.pptx por lyricsong1117
MEDIA PEMBELAJARAN HIDROKARBON.pptxMEDIA PEMBELAJARAN HIDROKARBON.pptx
MEDIA PEMBELAJARAN HIDROKARBON.pptx
lyricsong111715 visualizações
Senyawa Turunan Alkana.ppt por lyricsong1117
Senyawa Turunan Alkana.pptSenyawa Turunan Alkana.ppt
Senyawa Turunan Alkana.ppt
lyricsong111712 visualizações
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ... por Kanaidi ken
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...
Link2 MATERI & RENCANA Training _"Effective LEADERSHIP"di OMAZAKI BSD City - ...
Kanaidi ken28 visualizações
SEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptx por irpandialbantani1
SEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptxSEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptx
SEJARAH HIJRAH NABI KE MADINAH.pptx
irpandialbantani111 visualizações
Latihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptx por rdsnfgzhgj
Latihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptxLatihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptx
Latihan 6 PPT_Dwi Maulidini _E1G022094.pptx
rdsnfgzhgj11 visualizações
(Fase A ) - Kewirausahaan - Sayurku Bentuk Tanggung Jawab ku.pdf por delimajie08
(Fase A ) - Kewirausahaan - Sayurku Bentuk Tanggung Jawab ku.pdf(Fase A ) - Kewirausahaan - Sayurku Bentuk Tanggung Jawab ku.pdf
(Fase A ) - Kewirausahaan - Sayurku Bentuk Tanggung Jawab ku.pdf
delimajie0810 visualizações
ppt biologi katabolisme lemak dan protein pptx por raraksm12
ppt biologi katabolisme  lemak dan protein pptxppt biologi katabolisme  lemak dan protein pptx
ppt biologi katabolisme lemak dan protein pptx
raraksm1280 visualizações
Bimtek Paralegal.pdf por Irawan Setyabudi
Bimtek Paralegal.pdfBimtek Paralegal.pdf
Bimtek Paralegal.pdf
Irawan Setyabudi38 visualizações
Kel.10- PBA Presentation.pdf por IBNUFAIZMUBAROK
Kel.10- PBA Presentation.pdfKel.10- PBA Presentation.pdf
Kel.10- PBA Presentation.pdf
IBNUFAIZMUBAROK27 visualizações
Kepemimpinan Pramuka por Kafe Buku Pak Aw
Kepemimpinan Pramuka Kepemimpinan Pramuka
Kepemimpinan Pramuka
Kafe Buku Pak Aw14 visualizações
RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit. por Kanaidi ken
RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit.RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit.
RENCANA & Link2 MATERI Training _"SERVICE EXCELLENCE" _di Rumah Sakit.
Kanaidi ken53 visualizações

Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Barat - UNAND

  • 2.   KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, S.W.T. atas terlaksananya penyusunan Laporan Akhir dari Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Provinsi Sumatera Barat tahun 2009. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah tahun 2009, dilaksanakan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan dari program dan kegiatan berdasarkan indikator dan sasaran yang telah disepakati. Evaluasi ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan apakah perencanaan pembangunan telah berjalan pada jalur yang benar berdasarkan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Dari hasil kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Tahun 2009 di Provinsi Sumatera Barat ini, terungkap capaian indikator pembangunan daerah yang dibandingkan dengan capaian pembangunan nasional untuk mengukur relevansi dan efektifitas pembangunan. Diharapkan laporan evaluasi ini akan menghasilkan bahan masukan penyusunan RPJMN Tahun 2010-2014. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuan dan partisipasinya dalam penyusunan Draft Laporan Akhir ini, terutama sekali kepada Bappenas melalui Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan atas kepercayaan dan kerjasamanya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada jajaran Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Sumatera Barat yang telah memberikan dukungan penuh dalam penyelesaian laporan. Padang, Desember 2009 Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, MS Rektor Universitas Andalas   i
  • 3.   DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar .............................................................................................. i Daftar Isi ......................................................................................................... ii Daftar Gambar ................................................................................................ iii Daftar Grafik ................................................................................................... iv Daftar Tabel ................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang dan Tujuan ........................................................... 1 1.2. Keluaran ........................................................................................ 2 1.3. Metodologi ..................................................................................... 2 1.4. Sistematika Penulisan Laporan ..................................................... 10 BAB II HASIL EVALUASI 11 2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI ................... 19 2.1.1. Capaian Indikator ............................................................. 19 2.1.2. Rekomendasi Kebijakan ................................................... 24 2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA ....................... 25 2.2.1. Capaian Indikator ............................................................... 25 2.2.2. Rekomendasi Kebijakan ................................................... 28 2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI ....................................... 32 2.3.1. Capaian Indikator .............................................................. 32 2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol ........... 35 2.3.3. Rekomendasi Kebijakan ................................................... 36 2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM ................... 37 2.4.1. Capaian Indikator .............................................................. 37 2.4.2. Rekomendasi Kebijakan ................................................... 40 2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL ........................................ 42 2.5.1. Capaian Indikator .............................................................. 42 2.5.2. Rekomendasi Kebijakan ................................................... 45 BAB III KESIMPULAN 47 LAMPIRAN ii  
  • 4. DAFTAR TABEL Halaman Tabel : Tabel 1.3.1. Tingkat Capaian Hasil Pembangunan Provinsi, % ………………............. 6 Tabel 3.1. Ringkasan Hasil Evaluasi Capaian Pembangunan Provinsi Sumatera Barat. …………………………………………………… 49 Tabel 3.2. Capaian Hasil Pembangunan Provinsi Sumatera Barat Terhadap Nasional (%) …………………………………………………….. 49 v
  • 5. DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik Grafik 1.3.1. Tingkat Kesejahteraan Sosial Nasional dan Provinsi Sumatera Barat ................................................................................... 9 Grafik 2.1.A. Tingkat Pelayanan Publik Nasional dan Provinsi Sumatera Barat ........ 20 Grafik 2.1.B. Tingkat Kualitas Pembangunan Demokrasi Nasional dan Provinsi Sumatera Barat .................................................................................. 22 Grafik 2.2. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia Nasional dan Provinsi Sumatera Barat ..................................................................... 25 Grafik 2.3. Tingkat Pembangunan Ekonomi Nasional dan Provinsi Sumatera Barat ..................................................................................... 33 Grafik 2.4. Tingkat Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Nasional dan Provinsi Sumatera Barat ................................................................. ................... 38 Grafik 2.5. Tingkat Kesejahteraan Sosial Nasional dan Provinsi Sumatera Barat ..................................................................................... 43 iv
  • 6. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Tujuan Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan program pembangunan di daerah masing-masing. Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-2008. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah mencapai tujuan / sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut. Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal guna mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan daerah periode berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi (DEKON). 1
  • 7. 1.2. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi: • Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Sumatera Barat. • Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di Provinsi Sumatera Barat. 1.3. Metodologi Dalam penyusunan EKPD 2009 ini disusun dalam bentuk kerangka kerja yang melalui beberapa tahapan kegiatan utama yaitu: (1) Penentuan indikator hasil (outcomes) yang memiliki pengaruh besar terhadap pencapaian tujuan pembangunan daerah; (2) Pemilihan pendekatan dalam melakukan evaluasi; dan (3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan, sebagaimana terlihat pada Gambar 1.3.1. Ketiga tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut: (1) Penentuan Indikator Hasil (outcomes) Indikator kinerja dari tujuan / sasaran pembangunan daerah merupakan indikator dampak (impacts) yang didukung melalui pencapaian 5 kategori indikator hasil (outcomes) terpilih. Pengelompokan indikator hasil serta pemilihan indikator pendukungnya, dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut: • Specific, atau indikator dapat diidentifikasi dengan jelas; • Relevant, mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis antara target output dalam rangka mencapai target outcomes yang ditetapkan; serta antara target outcomes dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; • Measurable, jelas dan dapat diukur dengan skala penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas, kualitas dan biaya; • Reliable, indikator yang digunakan akurat dan dapat mengikuti perubahan tingkatan kinerja; • Verifiable, memungkinkan proses validasi dalam sistem yang digunakan untuk menghasilkan indikator; 2
  • 8. Cost-effective, kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan data. Pengelompokan 5 kategori indikator hasil (outcomes) yang mencerminkan tujuan / sasaran pembangunan daerah meliputi: 1. Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi. 2. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia. 3. Tingkat Pembangunan Ekonomi 4. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. 5. Tingkat Kesejahteraan Sosial. Gambar 1.3.1. : Kerangka Kerja EKPD 2009 5 FOKUS RELEVANSI PEMBAHASAN dan REKOMENDASI EFEKTIVITAS 3
  • 9. (2) Pemilihan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi Hubungan antara tingkat indikator dengan pendekatan pengukuran kinerja dapat dilihat dalam Gambar 1.3.2 yaitu: • Relevansi untuk menilai sejauhmana pembangunan yang dijalankan relevan terhadap sasaran atau kebutuhan daerah dalam menjawab permasalahannya. • Efektivitas untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi terhadap pencapaian, baik tujuan spesifik maupun umum pembangunan daerah. • Efisiensi untuk mengetahui bagaimana masukan (inputs) dirubah menjadi keluaran (outputs). • Efektivitas biaya untuk menggambarkan hubungan antara input dengan outcomes pembangunan. • Kualitas yaitu pengukuran derajat kesesuaian antara hasil-hasil pembangunan dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. • Waktu yaitu ketepatan waktu / periode pencapaian kinerja yang ditetapkan. • Produktivitas untuk melihat nilai tambah dari setiap tahapan proses pembangunan dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan. Gambar 1.3.2 . Hubungan antara Indikator dan Pendekatan Dalam Melakukan Evaluasi 4
  • 10. Mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya dalam pelaksanaan EKPD 2009, maka untuk menilai kinerja pembangunan daerah dengan pendekatan evaluasi hanya meliputi: a) Relevansi dan b) Efektivitas pencapaian. a) Analisis Relevansi Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauhmana tujuan / sasaran pembangunan yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama / tantangan. Dalam hal ini, relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Variabel yang digunakan untuk menentukan relevansi capaian hasil (outcomes) pembangunan adalah: (1) Beberapa Indikator Pendukung atau indikator outputs (keluaran) yang secara bersamaan akan menggambarkan capaian hasil (outcomes) pembangunan bidang tertentu. Misalnya Kesejahteraan Sosial terdiri dari 5 buah indikator pendukung. (2) Indikator hasil (outcomes) adalah rata-rata dari capaian indikator pendukung per tahun. (3) Tren atau laju pertumbuhan dari capaian indikator outcomes per tahun (tahun 2005 sampai 2008). Tren tidak dapat dihitung dengan analisa regresi. Kelemahan analisa regresi dalam kasus ini adalah: terbatasnya jumlah observasi (5 observasi) dan sebahagian besar observasi berfluktuasi atau deviasinya cukup besar akibat faktor eksternal sehingga hasilnya cenderung tidak significant. Jika dalam analisis regresi tersebut dilakukan penambahan jumlah observasi dengan data diluar periode EKPD 2009 atau data sebelum periode RPJMN 2004-2009, maka analisis tidak sesuai dengan tujuan EKPD 2009. Capaian hasil pembangunan dapat dikatakan RELEVAN jika memenuhi dua syarat berikut: (1) Tren capaian indikator outcomes pembangunan daerah sejalan dengan nasional. Artinya jika tren nasional menurun, maka daerah juga menunjukkan hasil yang menurun demikian pula sebaliknya jika menaik. 5
  • 11. (2) Tren capaian indikator outcomes pembangunan daerah lebih baik dari capaian pembangunan nasional. Artinya laju pertumbuhan indikator outcomes daerah lebih besar dari nasional. Kesimpulan dari analisis relevansi adalah: RELEVAN atau TIDAK RELEVAN. Diperlukan penjelasan lebih mendalam kenapa hasil analisis tersebut Relevan atau Tidak Relevan. Kalau ada kesimpulan dengan kategori KURANG atau SANGAT RELEVAN, maka diperlukan metoda penentuan kategori tersebut secara kuantitatif. Analisis Tingkat Capaian Hasil (Outcomes) Tingkat capaian hasil (outcomes) pembangunan Provinsi dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori (lihat Tabel 1.3.1). Tingkat capaian hasil pembangunan dihitung dengan membandingkan rata-rata capaian daerah dengan rata-rata capaian nasional atau rata-rata capaian daerah dibagi dengan rata-rata capaian nasional (dalam %). Intervalnya dapat dilihat pada Tabel 1.3.1. Tabel 1.3.1. : Tingkat Capaian Hasil Pembangunan Provinsi, % No Kategori Interval (%) 1. Sangat Tinggi > 110 2. Tinggi 100 -110 3. Sedang 70 – 99 4. Rendah 30 – 69 5. Sangat Rendah < 30 b) Analisis Efektivitas Efektivitas untuk melihat apakah pembangunan yang dilakukan berkontribusi terhadap pencapaian, baik tujuan spesifik maupun umum dari pembangunan daerah. Dengan demikian Efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil (outcomes) dan dampak (impact) pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat dari sejauhmana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 6
  • 12. (3) Pelaksanaan evaluasi serta penyusunan rekomendasi kebijakan Pelaksanaan evaluasi melalui 6 tahap yaitu : 1) Tahap pertama evaluasi dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah serta mengidentifikasi tujuan pembangunan daerah. 2) Tahap kedua adalah melengkapi dan mengoreksi Tabel Capaian. 3) Tahap ketiga yaitu melakukan penilaian berkaitan dengan relevansi dan efektivitas pencapaian. 4) Tahap keempat adalah melakukan identifikasi berbagai alasan atau isu yang menyebabkan capaian pembangunan daerah (tidak) relevan dan (tidak) efektif. Tim Evaluasi Provinsi menjelaskan “How and Why” berkaitan dengan capaian pembangunan daerah. Data yang digunakan sebagai dasar analisis adalah data indikator outputs dalam persentase yang dipakai juga data lain yang terkait dengan indikator hasil. Dalam hal ini juga dapat dimanfaatkan hasil penelitian yang tersedia. 5) Tahap kelima adalah menyusun rekomendasi untuk mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan periode berikutnya. 6) Tahap keenam, Bappenas melakukan perbandingan kinerja terkait hasil evaluasi di atas berupa review dan pemetaan berdasarkan capaian tertinggi sampai terendah. Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil adalah sebagai berikut: (1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator keluaran (outputs) terpilih yang memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes). (2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator outputs dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase. (3) Indikator outputs yang satuannya bukan berupa persentase, maka tidak dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri. Indikator keluaran (outputs) Indikator hasil (outcomes) (4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif). 7
  • 13. (5) Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah. (6) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari pendukung indikator hasil dibagi jumlah dari pendukung indikator hasil dibagi dengan jumlah dari pendukung indikator hasil. Pengolahan Data Hasil pengolahan Data dalam bentuk grafik (lihat Grafik 1.3.1). yang menunjukkan tingkat capaian indikator hasil (outcomes) pembangunan bidang tertentu dan tingkat tren (laju pertumbuhan) per tahun dari capaian indikator hasil (outcomes) tersebut, lihat contoh. Contoh: Tingkat Kesejahteraan Sosial. Indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial didukung oleh: 1) Persentase penduduk miskin 2) Tingkat pengangguran terbuka 3) Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak 4) Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia 5) Persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial Semua pendukung komponen indikator hasil ini bermakna negatif, sehingga cara menghitung Indikator Outcomes Kesejahteraan Sosial adalah sebagai berikut: Indikator Hasil (outcomes) Kesejahteraan Sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100% - tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial} / 5 Cara Menghitung tren: Tren atau Pertumbuhan (%) = (rata-rata tahun berjalan – rata-rata tahun sebelumnya) / rata-rata tahun sebelumnya. 8
  • 14. Grafik 1.3.1. : Tingkat Kesejahteraan Sosial Nasional dan Provinsi Sumatera Barat 95.50 0.80 95.00 0.60 Tren Capaian Indikator Outcome Capaian Indikator Outcome 0.40 94.50 0.20 94.00 0.00 Hasil Analisis: 93.50 -0.20 Tidak relevan : Tren daerah 93.00 -0.40 lebih rendah dari nasional. 92.50 -0.60 Tidak efektif: Terdapat tren 92.00 -0.80 atau pertumbuhan negatif 91.50 -1.00 pada tahun 2005 dan 2006.. 2004 2005 2006 2007 2008 Tingkat Kesejahteraan Sosial Prov Sumatera Barat (outcomes) Perlu penjelasan How dan Tingkat Kesejahteraan Sosial Nasional (outcomes) Why tentang Hasil Analisis Tren Provinsi tersebut. Tren Nasional Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui: 1. Pengumpulan Data Primer dan Pengamatan langsung Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan di daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi terkait. Data primer diperoleh melalui Focuss Group Discussion (FGD) dengan pemangku kepentingan pembangunan daerah. Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat / diskusi dalam menggali masukan dan tanggapan peserta diskusi. 2. Pengumpulan Data Sekunder Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS daerah, Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait. 9
  • 15. 1.4. Sistematika Penulisan Laporan Bab I PENDAHULUAN Bab II HASIL EVALUASI 2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 2.1.1. Capaian Indikator 2.1.2. Rekomendasi Kebijakan 2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 2.2.1. Capaian Indikator 2.2.2. Rekomendasi Kebijakan 2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI 2.3.1. Capaian Indikator 2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.3.3. Rekomendasi Kebijakan 2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 2.4.1. Capaian Indikator 2.4.2. Rekomendasi Kebijakan 2.5. TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL 2.5.1. Capaian Indikator 2.5.2. Rekomendasi Kebijakan Bab III KESIMPULAN Lampiran 10
  • 16. BAB II HASIL EVALUASI Berdasarkan permasalahan, tantangan serta keterbatasan yang dihadapi Provinsi Sumatera Barat, maka ditetapkan Visi Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010 yaitu mewujudkan Sumatera Barat yang Tangguh, Bersih dalam Semangat Kebersamaan. Visi Sumatera Barat 2010 dijabarkan dalam tiga aspek pembangunan sebagai berikut : 1) Terwujudnya masyarakat religius yang maju dan berbudaya 2) Terwujudnya pemerintahan yang menjunjung tinggi hukum, adil dan demokratis. 3) Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan kehidupan yang layak secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan daerah, maka ditetapkan Misi Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010 yaitu : 1) Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mempunyai tanggung jawab bernegara dan berbangsa. 2) Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih. 3) Mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Dalam upaya mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan daerah tahun 2006- 2010, maka ditetapkan Strategi Pokok Pembangunan Daerah 2006-2010 sebagai berikut : 1. Pengembangan SDM yang mampu bersaing diera globalisasi. Strategi ini diarahkan untuk menciptakan masyarakat berkualitas yang mentaati perundangan dan peraturan serta mampu bersaing ditingkat regional dan internasional. Ketauladan, kebersamaan, kejujuran dan penguasaan ilmu pengetahuan serta sehat jasmani dan rohani merupakan prasyarat penting untuk dapat tercapainya tujuan pembangunan terutama dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bersih serta peningkatan hubungan sosial-budaya dan ekonomi dengan dunia luar. 2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi pembangunan yang berkeadilan. Strategi ini diarahkan untuk mewujudkan stabilitas sosial-ekonomi, kemandirian, pertumbuhan 11
  • 17. ekonomi yang cepat, pemerataan hasil dan kesempatan dalam pembangunan, jaminan dan kepastian hukum yang dapat mempercepat pelaksanaan pembangunan. Keterbatasan potensi SDA dan kurang menguntungkannya letak Provinsi Sumatera Barat secara geografis memerlukan iklim yang dapat mendukung masuknya arus modal, barang dan orang / wisatawan ke Provinsi ini. 3. Pemenuhan hak dasar rakyat. Strategi ini diarahkan untuk pemenuhan hak dasar rakyat dalam bentuk bebas dari kemiskinan atau terpenuhinya kebutuhan hidup (sandang, pangan dan papan), bebas dari pengangguran atau tersedianya pekerjaan yang layak, bebas dari keterbelakangan atau terpenuhinya layanan pendidikan dan kesehatan, bebas dari ketidakadilan, penindasan, rasa takut, dan kebebasan mengemukakan pemikiran dan pendapat. Tanpa terpenuhinya hak dasar rakyat secara proporsional akan sulit diharapkan partisipasi masyarakat dan kebersamaan didalam pelaksanaan pembangunan. Strategi ini juga ditujukan untuk mempersiapkan landasan pembangunan yang kokoh yang diperlukan bagi pembangunan yang berkelanjutan dan kehidupan generasi mendatang yang lebih baik. Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sumatera Barat tahun 2006- 2010 adalah untuk dapat menjawab kebutuhan daerah serta dapat meminimalkan permasalahan yang ada terutama berkaitan dengan agenda pembangunan daerah yaitu : (1) Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama dan Sosial Budaya; (2) Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas; (3) Menyelenggarakan Pemerintahan yang Baik dan Bersih; (4) Membangun Ekonomi yang Tangguh dan Berkeadilan; (5) Mengembangkan Infrastruktur yang Mendorong Percepatan Pembangunan; (6) Mempercepat Penurunan Tingkat Kemiskinan dan (7) Memberdayakan Nagari sebagai Basis Pembangunan. Dalam uraian berikut akan dijelaskan permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah untuk masing-masing indikator outcomes. A. Pelayanan Publik dan Demokrasi Permasalahan dan tantangan utama dalam pelayanan publik di Provinsi Sumatera Barat adalah : 1. Hambatan yuridis Pasal 36 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dirasa sangat menghambat penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh Kepala Daerah karena baru boleh dilakukan setelah adanya persetujuan tertulis dari Presiden atas permintaan penyidik. Apalagi proses tersebut 12
  • 18. membutuhkan waktu 60 hari sejak diterimanya permohonan kemudian baru proses penyelidikan dan penyidikan dapat dilakukan. Dengan kata lain hambatan struktural berupa perizinan untuk memproses pejabat yang diduga melakukan tindak pidana korupsi prosesnya sangat lama. 2. Tidak terdapat Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) maupun Lembaga-Lembaga Non Pemerintah (NGO) yang intens memperhatikan, memantau dan mengawal korupsi sekaliber Indonesian Corruption Watch (ICW) karena itu kasus yang ditangani hanya semata-mata berdasarkan temuan Kejaksaan saja. 3. Penggantian Pejabat penegak hukum terlalu cepat, sehingga program penanganan korupsi yang sudah dicanangkannya belum jalan / tuntas, akibatnya penanganan kasus kurang terlihat kontinuitasnya. 4. Penanganan korupsi nampaknya masih setengah hati dan terkenal dengan konsep tebang pilih. Selain itu penegakkan hukum terutama pemberantasan korupsi masih sarat dengan kepentingan politik. 5. Komitmen Kepala Daerah untuk memberantas korupsi hanya sebatas wacana karena setelah diadakan MoU, penanganan berhenti sampai disana dan tidak ada follow up- nya 6. Manajemen pengelolaan keuangan daerah belum transparan dan akuntabel sehingga beban keuangan ke kas daerah cenderung diatur dengan Peraturan Gubernur saja, sehingga terjadi penyelundupan norma. 7. Belum adanya Program Legislasi Daerah (Prolegda) yang akurat terukur sesuai dengan kebutuhan rakyat. 8. Terdapatnya egoisme sektoral dinas maupun kantor dalam menyatukan pemberian pelayanan pada satu kantor Pelayanan Satu Pintu (Penataan Organisasi Pemda). 9. Belum mempunyai birokrasi yang mengartikulasikan keinginan rakyat. 10. Peningkatan kualitas aparatur mempunyai predikat S-1 belum terprogram secara baik dan juga belum didukung alokasi budget yang membuka kesempatan lebih luas / banyak bagi aparatur untuk mengikuti pendidikan tambahan. 11. Upaya peningkatan strata pendidikan aparatur lebih mengutamakan peningkatan pada aparatur yang lebih senior sehingga untuk jangka panjang tidak relevan dengan peningkatan strata pendidikan. 13
  • 19. 12. Kebijakan pengangkatan pegawai honorer akan menurunkan persentase aparatur yang sudah mencapai S-1. (Perlu kebijakan penerimaan pegawai dengan standar yang jelas). B. Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia Persoalan pemerataan pendidikan selalu menjadi tantangan bagi pembangunan sumberdaya manusia berkualitas. Ketimpangan terhadap akses pendidikan di Sumatera Barat terjadi pada berbagai level baik pada level region antar daerah maupun intra daerah kabupaten / kota, kelompok umur, pendapatan dan gender serta berbagai karakteristik sosial-ekonomi lainnya. Rasio guru bidang studi tidak merata pada setiap sekolah terutama yang berada di pedesaan. Kualitas dan jumlah fasilitator pendidikan non-formal masih belum memenuhi harapan mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan kesetaraan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan pemberdayaan perempuan sampai pada pendidikan keagamaan. Sumatera Barat menghadapi tantangan untuk menyediakan tenaga kesehatan secara merata untuk setiap daerah agar masyarakat mendapatkan layanan kesehatan dasar. Disparitas umumnya terjadi antara daerah kota dan desa. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat erat kaitannya dengan ketersediaan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan berkualitas. Kemiskinan dan buruknya derajat kesehatan berjalan seiring, kemiskinan menyebabkan status kesehatan seseorang rendah dan tidak mampu membayar biaya kesehatan serta rentan terhadap serangan penyakit. Tujuan utama program keluarga berencana adalah menurunkan tingkat kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil keluarga berkualitas. Pada umumnya masyarakat sudah mempunyai persepsi yang positif terhadap pelaksanaan program KB namun kalangan masyarakat miskin dan pedesaan masih mengalami banyak kendala dalam mensukseskan program KB baik di tingkat Nasional maupun di daerah. C. Tingkat Pembangunan Ekonomi Permasalahan dan tantangan utama dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat secara umum adalah: 1. Kesempatan kerja masih terbatas. Selain disebabkan oleh rendahnya kegiatan perekonomian daerah, terbatasnya kesempatan kerja juga disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk atau angkatan kerja yang kurang diimbangi oleh 14
  • 20. tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang cukup tinggi sehingga kesejahteraan rakyat belum dapat meningkat seperti yang diharapkan. Akibatnya masalah kemiskinan dan pengangguran masih merupakan tantangan dimasa depan kecuali pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat dapat dipacu lebih cepat sehingga kesempatan kerja semakin luas. 2. Struktur ekonomi belum seimbang. Perekonomian Sumatera Barat masih didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian akan semakin sulit berkembang karena keterbatasan lahan dan rendahnya pemanfaatan teknologi. Disamping itu pertumbuhan sektor pertanian dan industri masih relatif rendah dimana sebagian besar tenaga kerja diserap oleh kedua sektor tersebut. Dengan demikian peningkatan produktivitas sektor pertanian dan perluasan sektor industri merupakan tantangan utama di masa depan. 3. Komposisi Ekspor didominasi produk pertanian. Akibat belum berkembangnya sektor industri karena rendahnya investasi, terbatasnya sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang mendukung pembangunan sektor industri maka produksi dan ekspor Sumatera Barat masih didominasi oleh produk primer atau bahan setengah jadi dengan nilai tambah relatif rendah. Keadaan ini juga mengakibatkan rendahnya penciptaan lapangan pekerjaan baru. 4. Pemanfaatan IPTEK masih rendah. Rendahnya penggunaan IPTEK maju mengakibatkan rendahnya produktivitas dan daya saing (harga dan kualitas) produk yang dihasilkan sehingga pemasaran produk selalu merupakan masalah utama. Rendahnya produktivitas sektor pertanian disebabkan belum optimalnya penggunaan bibit unggul, pembangunan sarana-prasarana pendukung, peningkatan keterampilan tenaga kerja dan permodalan. Akses terhadap teknologi baru dan pengembangan kelembagaan penelitian perlu ditingkatkan di masa depan. 5. Investasi DN dan LN masih terbatas. Khusus di Sumatera Barat keterbatasan lahan, sumberdaya alam dan tenaga kerja terampil non pertanian merupakan hambatan utama dalam kegiatan penanaman modal, terutama disektor industri. Investasi yang dapat dikembangkan di Sumatera Barat adalah investasi dibidang jasa dan industri yang memanfaatkan tenaga terampil. Tantangan bagi Sumatera Barat kedepan adalah mengembangkan bidang pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga terampil untuk industri jasa dan manufaktur. Dengan kata lain insentif untuk investor yang perlu dikembangkan adalah insentif non fiskal yaitu penyediaan tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan tinggi. 15
  • 21. 6. Infrastruktur yang terbatas. Infrastruktur yang mendudukung sektor utama (pertanian) relatif masih kurang sehingga sulit untuk memacu pertumbuhan yang tinggi. Demikian pula infrastruktur yang mendukung sektor jasa dan industri seperti tenaga listrik, transportasi, dan pelabuhan darat dan laut masih rendah kualitas dan kuantitasnya. Permasalahan masa datang adalah ketersediaan dana pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur dalam jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa depan. Pusat-pusat pertumbuhan di Sumatera Barat harus dapat terhubungi dengan transportasi jalan raya standar Asean sehingga dapat mengurangi dampak dari bencana alam yang sering terjadi. D. Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Permasalahan dan tantangan utama dalam kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat secara umum adalah : 1. Hutan sebagai bagian sumberdaya alam yang memiliki arti dan peran dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup harus dikelola dan dilindungi dari berbagai tindakan yang berakibat rusaknya ekosistem hutan. Sebagai suatu sumberdaya alam, hutan kedudukannya agak berbeda dengan sumberdaya alam lainnya karena kualitas sumberdaya hutan sangat berpengaruh pada keadaan sumberdaya alam lainnya seperti sumberdaya air, lahan, lingkungan dan keanekaragaman hayati (biodiversity). 2. Secara ekonomi nilai ekspor hasil hutan Provinsi Sumatera Barat cenderung menurun karena sumberdaya kayu yang dapat diperdagangkan dari hutan produksi menurun seiring semakin menurunnya produksi hutannya. Pengambilan kayu saat ini diduga sudah masuk kedalam kawasan lindung bahkan kawasan cagar alam. Data dari citra satelit yang dikeluarkan oleh Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT) / BPDAS Agam Kuantan melaporkan dari 200.000 Ha kawasan hutan yang difoto melalui citra satelit yang terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi terbatas memperlihatkan bahwa 22% dari hutan lindung telah ditebang selama satu dekade belakang, sedangkan hutan produksi telah terbagi habis kepada sejumlah pemegang HPH. 3. Penurunan hasil hutan akibat eksploitasi besar-besaran tersebut tampak jelas dari penurunan volume hasil hutan utama (kayu bulat dan kayu olahan). Sebaliknya hasil hutan non kayu (rotan, damar, tabu-tabu, getah pinus dan sarang burung walet) cenderung meningkat. Berakhirnya masa eksploitasi hasil kayu juga dirasakan oleh 16
  • 22. perusahaan HPH karena eksploitasi kayu dalam skala besar saat ini dinilai sudah tidak menguntungkan dibandingkan dengan investasi yang dibutuhkan. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya kehutanan mencakup aspek-aspek: (i) Menurunnya produksi kayu, (ii) Menurunnya kualitas hutan, (iii) Menurunnya kapasitas hutan sebagai penyangga tata air regional; (iv) Bermukimnya masyarakat miskin disekitar hutan dan (v) Lemahnya pengamanan hutan. 4. Sumberdaya perikanan belum dikelola secara baik dan cenderung berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan fisik habitat ekosistem pesisir dan perairan karang. Sumberdaya kelautan Provinsi Sumatera Barat merupakan potensi yang cukup besar untuk menggerakkan pembangunan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Luas potensi perairan lepas pantai menurut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) serta pulau- pulau di Kepulauan Mentawai sekitar 186.580 km2 dengan panjang garis pantai 375 km mulai dari Kabupaten Pasaman Barat sampai Pesisir Selatan. 5. Adanya konflik penggunaan ruang baik antar pengguna didalam provinsi maupun diluar. 6. Terumbu karang sudah mengalami kerusakkan yang relatif berat dimana 60% dikategorikan sebagai sangat rusak. 7. Lemahnya penegakan hukum sehingga sering muncul tindakan yang cenderung merusak sumberdaya perikanan dan kelautan. 8. Kemiskinan masyarakat nelayan pesisir yang umumnya bermata pencaharian dari penangkapan ikan sehingga sering melakukan kegiatan penangkapan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. 9. Ketidakpastian dan ketidakstabilan harga ikan yang menyebabkan kurang terjaminnya penerimaan dan tingkat pendapatan. 10. Lemahnya akses sumberdaya modal dan pasar yang berakibat pada kurangnya perkembangan usaha penangkapan dan budi daya perikanan. 11. Lemahnya kemampuan nelayan sehingga hasil tangkapan relatif rendah. 12. Teknologi penangkapan ikan yang dimiliki oleh nelayan relatif rendah sehingga kapasitas nelayan dalam penangkapan ikan sangat terbatas sekali. Sementara itu dengan beroperasinya kapal-kapal nelayan yang berasal dari provinsi lain atau negara lain dengan alat tangkap yang super canggih akan merugikan petani nelayan yang kecil. Malahan sering terjadi konflik antara nelayan lokal dengan nelayan yang berasal di luar kawasan. 17
  • 23. 13. Belum memadainya sarana pasca panen berupa pengawetan ikan, sehingga akan berpengaruh pada harga ikan apabila terjadi over produksi ikan, maka harga akan turun. 14. Rendahnya daya saing poduk perikanan Provinsi Sumatera Barat. 15. Sumberdaya alam bersifat tidak dapat diperbaharui (non-renewable) lokasinya di daerah pesisir dan laut. 16. Peraturan perundangan yang mengatur interaksi diantara pengguna, nilai dan harga sumberdaya alam belum jelas. E. Kesejahteraan Sosial Permasalahan dan tantangan utama dalam peningkatan kesejahteraan sosial di Provinsi Sumatera Barat secara umum adalah : 1. Struktur ekonomi Provinsi Sumatera Barat masih lemah sehingga jumlah kemiskinan masih tinggi. Penduduk miskin yang sebagian besar termasuk kedalam kategori kemiskinan kronis (chronic poverty) yaitu kemiskinan yang terjadi terus menerus sehingga membutuhkan penanganan serius, terpadu secara lintas sektor dan berkelanjutan. Selain itu, penduduk miskin yang tergolong kedalam kemiskinan sementara (transient poverty) yang diindikasikan dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara sementara. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi perekonomian, bencana alam yang kejadiannya sulit diperkirakan secara cepat dan tepat, dan bencana sosial. 2. Masih tingginya jumlah pengangguran karena sedikitnya ketersediaan lapangan kerja. 3. Masih adanya masalah-masalah sosial seperti keterlantaran, kecacatan, ketunasosialan, kerawanan sosial ekonomi, penyimpangan perilaku, keterpencilan, eksploitasi dan diskriminasi serta kerentanan sosial warga masyarakat yang semua ini berpotensi menimbulkan meningkatnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) 4. Meningkatnya jumlah anak terlantar, anak jalanan, balita terlantar dan anak nakal. Hal ini bisa disebabkan meningkatnya populasi anak yang menghadapi perlakuan salah yaitu anak-anak yang menjadi korban kekerasan atau dieksploitasi dan terpaksa bekerja ditempat-tempat yang memiliki resiko tinggi. 5. Masalah kecacatan dirasakan semakin berat jika terkait dengan masalah sosial lainnya seperti kemiskinan. Kondisi seperti ini menyebabkan hak penyandang cacat 18
  • 24. untuk tumbuh kembang dan berkreasi tidak dapat terpenuhi. Belum cukupnya sarana dan prasarana pelayanan sosial dan kesehatan terutama aksesibilitas terhadap pelayanan umum yang dapat mempermudah kehidupan penyandang cacat dan penyediaan lapangan kerja bagi mereka. 6. Meningkatnya jumlah tuna sosial seperti gelandangan, pengemis, tuna susila, bekas narapidana. 7. Masih kurangnya jumlah tenaga lapangan dibidang kesejahteraan sosial yang terdidik, terlatih dan berkemampuan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jangkauan dan kemampuan pelaku pembangunan kesejahteraan sosial dari unsur masyarakat sebagai sumber dan potensi kesejahteraan sosial, serta penataan sistem pendataan, pelaporan dan jalur koordinasi ditingkat Nasional dan daerah. Permasalahan serius yang harus ditangani adalah masih lemahnya koordinasi kerja antar instansi di tingkat Nasional dan daerah, dan belum tertatanya sistem dan standar pelayanan minimal dibidang kesejahteraan sosial. 8. Perlindungan sosial yang ada saat ini seperti sistem jaminan sosial, masih belum banyak memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat. Penyelenggaraan jaminan sosial telah banyak dilaksanakan baik oleh lembaga pemerintah maupun swasta. Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional belum dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan. 9. Bantuan sosial yang diperuntukkan bagi penduduk miskin juga masih terbatas yaitu antara lain pada bidang pendidikan dan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh pembiayaan untuk perlindungan sosial yang saat ini masih terbatas pada pembiayaan bantuan sosial yang bersumber dari APBN dan APBD. 2.1. TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 2.1.1. Capaian Indikator Indikator output yang digunakan untuk melihat perkembangan indikator hasil (outcomes) dari Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi dibagi atas dua kelompok indikator pendukung yaitu: a) Pelayanan Publik dan b) Demokrasi. A. Pelayanan Publik Indikator pendukung dalam menentukan keberhasilan pelayanan publik yang digunakan adalah : 19
  • 25. 1) Persentase jumlah kasus korupsi yang ditangani dibanding dengan kasus korupsi yang dilaporkan. 2) Persentase aparatur yang berijazah sarjana satu (S-1). 3) Persentase Kabupaten / Kota yang memiliki Peraturan Daerah Pelayanan 1 (satu) atap. Grafik 2.1.A : Tingkat Pelayanan Publik Nasional dan Provinsi Sumatera Barat 70 45 40 60 Tren Capaian Indikator Outcome Capaian Indikator Outcome 35 50 30 40 25 30 20 15 20 10 10 INDIKATOR PENDUKUNG 5 1. Persentase jumlah kasus 0 0 korupsi yang ditangani 2004 2005 2006 2007 2008 dibanding dengan kasus korupasi yang dilaporkan. Tingkat Pelayanan Publik Provinsi Sumatera Barat (outcomes) 2. Persentase aparatur yang Tingkat Pelayanan Publik Nasional (outcomes) berijazah sarjana satu (S-1). Tren Provinsi 3. Persentase Kabupaten / Kota yang memiliki Peraturan Tren Nasional Daerah Pelayanan 1 (satu) atap Analisis Relevansi Berdasarkan Grafik 2.1.A. terlihat bahwa tren capaian pembangunan pelayanan publik Provinsi Sumatera Barat searah dan relatif lebih baik (kecuali pada tahun 2006) dari capaian pembangunan Nasional sehingga dapat dikatakan relevan. Faktor penyebab lebih baiknya peningkatan pelayanan publik di Provinsi Sumatera Barat adalah : 20
  • 26. 1. Dengan adanya agenda pemberantasan korupsi dan dibentuknya KPK secara bertahap telah membawa pengaruh pada penanganan korupsi di daerah sehingga implementasinya pada tahun 2007 membawa peningkatan penanganan korupsi. 2. Jumlah Kabupaten / Kota yang memiliki Peraturan Daerah Pelayanan satu atap setiap tahun meningkat yang sebelumnya telah dirintis oleh Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Dengan dibentuknya Organisasi Tata Kerja Pemerintahan Daerah berdasarkan PP 41 tahun 2008 maka daerah semakin terpicu membuat aturan dan membentuk kantor pelayanan satu atap (baca satu pintu, untuk membedakan dengan SAMSAT). Analisis Efektivitas Capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, sehingga dapat dikatakan efektif. Keberhasilan ini disebabkan oleh: 1. Keberhasilan pembangunan dalam bidang Pelayanan Publik sangat ditentukan oleh kualitas SDM terutama dalam bidang pendidikan. Jika dibandingkan persentase pegawai yang telah mencapai pendidikan S-1 di Provinsi Sumatera Barat dengan pegawai secara Nasional, kondisi pegawai yang telah berpendidikan S-1 di Provinsi Sumatera Barat jauh lebih banyak dan marjinnya mencapai 5%. 2. Upaya pembangunan pelayanan publik diprioritaskan pada beberapa jenis pelayanan publik dan telah menggunakan teknologi informasi / elektronik, seperti tender pengadaan barang publik yang dikenal dengan service excellence. Partisipasi publik dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan karena telah diberi kesempatan melakukan kontrol terhadap pemerintah. Masyarakat dapat mempertanyakan segala persoalan tentang pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah melalui media massa dan pemerintah menjawab atau memberikan penjelasan. 3. Salah satu indikator keberhasilan dalam bidang pelayanan publik adalah terciptanya pelayanan yang cepat, mudah dan tidak berbelit. Hal itu dapat diwujudkan melalui pemberian Pelayanan 1 (satu) Pintu. Pada tahun 2004 terdapat 7 kabupaten dan kota yang memiliki sistem pelayanan 1 (satu) pintu meskipun belum diatur dalam Peraturan Daerah. Untuk tahun selanjutnya tidak ada data yang di up date. Namun beberapa kabupaten telah mengikuti pemberian pelayanan 1 (satu) pintu seperti Kabupaten Agam, Kota Solok, Kota Payakumbuh, Kota Padang, Kota Padang Panjang. 21
  • 27. B. Demokrasi Indikator pendukung dalam menentukan keberhasilan pelayanan demokrasi yang digunakan adalah : 1) Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi. 2) Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Legislatif. 3) Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Presiden. Grafik 2.1.B : Tingkat Pembangunan Demokrasi Nasional dan Provinsi Sumatera Barat 78.00 0.00 76.00 -2.00 Capaian Indikator Outcome 74.00 Tren Capaian Indikator 72.00 -4.00 70.00 Outcome 68.00 -6.00 66.00 -8.00 64.00 62.00 -10.00 60.00 -12.00 58.00 INDIKATOR PENDUKUNG 56.00 -14.00 2004 2005 2008 1. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi. Tingkat Demokrasi Prov Sumatera Barat (outcomes) 2. Tingkat partisipasi politik Tingkat Demokrasi Nasional (outcomes) masyarakat dalam Pemilihan Legislatif. Tren Provinsi 3. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Tren Nasional Presiden. Analisis Relevansi Sehubungan dengan tidak dilakukannya pemilihan legislatif dan Kepala Daerah / Gubernur pada tahun 2006 dan 2007 maka data tidak lengkap. Berdasarkan Grafik 2.1.B terlihat bahwa tren capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat dan Nasional menunjukkan kecendrungan menurun dimana capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat tidak lebih baik dari capaian Nasional karena penurunan capaian di Sumatera Barat 22
  • 28. lebih cepat. Dengan demikian capaian pembangunan demokrasi di Provinsi Sumatera Barat tidak relevan. Keadaan ini disebabkan oleh: (1) Timbulnya sikap apatis disebagian warga negara karena mereka beranggapan keikutsertaan mereka memilih tidak akan memberi manfaat secara individu maupun secara kolektif bagi mereka. (2) Pemilihan yang dilakukan mengingkari ikrar bersama Partai Politik dan Calon Legislatif untuk melaksanakan pemilihan yang dikenal dengan konsep ”Pemilu Badunsanak”, artinya hubungan antara parpol peserta pemilu dan Calon Legislatif ibarat hubungan adik kakak, hubungan saudara, bukan hubungan kompetitif yang memacu permusuhan. Hal ini disebabkan karena karakteristik mayoritas pemilih di Provinsi Sumatera Barat warga Minang yang dianggap lebih egaliter dan demokratis. (3) Selain itu faktor pendidikan masyarakat yang semakin meningkat, sehingga mempunyai korelasi signifikan dengan kesadaran politik warga. (4) Faktor lain adalah kelemahan data kependudukan / daftar calon pemilih tetap walaupun dapat teratasi dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi yang membolehkan warga memberikan hak suaranya dengan menggunakan Kartu Penduduk (KTP). Analisis Efektivitas Capaian pembangunan bidang demokrasi Provinsi Sumatera Barat tidak efektif karena tingkat partisipasi masyarakat menurun. Faktor penyebab kurang efektifnya capaian pembangunan demokrasi adalah : 1. Timbulnya sikap apatis disebagian warga negara karena mereka beranggapan keikutsertaan mereka memilih dirasakan akan memberi manfaat secara pribadi bagi mereka. 2. Seringnya pelaksanaan pemilihan dalam waktu hampir bersamaan (terutama Pemilihan Kepala Daerah) akhirnya berujung keributan suasana kacau, sehingga pemilihan tidak menarik untuk mereka ikuti. 3. Seringkalinya agenda pemilihan yang diikuti warga, sehingga membuat warga bosan dengan agenda pemilihan. Dalam 5 tahun dapat berlangsung sebanyak 5 kali (Pemilihan Bupati / Walikota, Pemilihan Gubernur, Pemilihan Legislatif, Pemilihan Presiden). 23
  • 29. 4. Buruknya pengelolaan data kependudukan, sehingga banyak warga yang tidak terdaftar, sehingga tidak dapat menyampaikan partisipasi politiknya dalam pemilihan. 2.1.2. Rekomendasi Kebijakan A. Pelayanan Publik 1. Mencabut mekanisme prosedural perizinan pemeriksaan bagi pejabat politik yang diduga / sangka melakukan tindak pidana korupsi (peraturan yang lebih demokratis) dengan menerapkan asas equlity before the law. 2. Menghindari mutasi pejabat penegak hukum yang terkesan mendadak dan harus ada kesinambungan kinerja. 3. Membentuk Perwakilan KPK di Tingkat Provinsi. 4. Meningkatkan pengelolaan keuangan daerah agar lebih transparan dan akuntabel, dimana selama ini beban keuangan ke kas daerah cenderung diatur dengan Peraturan Gubernur saja sehingga terjadi penyelundupan norma. 5. Meningkatkan partisipasi publik dan kontrol publik dalam setiap tahapan dari siklus pengelolaan keuangan daerah. 6. Membentuk Program Legislasi Daerah (Prolegda) yang akurat terukur sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi rakyat. 7. Menghilangkan egoisme sektoral antar dinas dan kantor untuk menyatukan pemberian pelayanan pada satu kantor (Penataan Organisasi Pemda). B. Demokrasi 1. Melaksanakan pemilihan Kepala Daerah yang serentak dalam jangka pendek untuk mengurangi kejenuhan pemilih serta dapat melakukan efisiensi biaya. 2. Memberi interval waktu Pemilihan Legislatif dengan Pemilihan Presiden supaya pelaksanaannya jangan dalam 1 (satu) tahun anggaran. Selain mengakibatkan pemilih / warga dapat bosan, seringnya pemilihan akan berakibat kinerja pemerintah akan terganggu. 3. Membenahi / meningkatkan pengelolaan data kependudukan sehingga akurasi data kependudukan dapat dipercaya, dengan data tersebut akan disusun / menjadi dasar penyusunan daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tetap. 24
  • 30. 2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA 2.2.1. Capaian Indikator Untuk mengukur capaian pembangunan sumberdaya manusia digunakan 11 indikator outputs yang mencakup bidang pendidikan (Angka Partisipasi Murni SD/MI, Angka Putus Sekolah SD, Angka Putus Sekolah SMP/MTs, Angka Putus Sekolah Menengah, Angka Melek Huruf 15 Tahun Ke Atas, Persentase Guru Yang Layak Mengajar SMP/MTs, Persentase Guru Yang Layak Mengajar Sekolah Menengah), bidang kesehatan (Prevalensi gizi kurang, Persentase tenaga kesehatan per penduduk) dan bidang Keluarga Berencana (Persentase penduduk ber-KB, Persentase laju pertumbuhan penduduk). Semua indikator diatas akan digunakan untuk menilai keberhasilan program peningkatan kualitas SDM di daerah Sumatera Barat selama periode 2004-2008. Grafik 2.2. : Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia Nasional dan Provinsi Sumatera Barat 85.00 1.6 84.00 1.4 Tren Capaian Indikator Outcome Indikator Pendukung 83.00 1.2 Capaian Indikator Outcome 1. Angka Partisipasi Murni SD/MI. 82.00 1 2. Angka Putus Sekolah SD. 81.00 0.8 3. Angka Putus Sekolah SMP/MTs. 80.00 0.6 4. Angka Putus Sekolah Menengah 79.00 0.4 5. Angka Melek Aksara 15 tahun Keatas 78.00 0.2 6. Persentase Jumlah Guru Yang 77.00 0 Layak Mengajar SMP/MTs 76.00 -0.2 7. Persentase Jumlah Guru Yang Layak Mengajar Sekolah Menengah 75.00 -0.4 2004 2005 2006 2007 2008 8. Prevalensi Gizi kurang (%) 9. Persentase tenaga kesehatan per Tingkat Kualitas SDM Prov Sumatera Barat (outcomes) penduduk Tingkat Kualitas SDM Nasional (outcomes) 10. Persentase penduduk ber-KB Tren Provinsi 11. Persentase laju pertumbuhan penduduk Tren Nasional Analisis Relevansi Grafik diatas menunjukkan bahwa tren capaian indikator hasil (outcomes) pembangunan SDM Provinsi Sumatera Barat menunjukkan kecenderungan penurunan untuk periode 25
  • 31. 2004-2008. Walaupun tren capaian hasil pembangunan SDM cenderung menurun, grafik diatas menunjukkan bahwa capaian indikator hasil pembangunan SDM Sumbar selalu jauh lebih tinggi dari capaian pembangunan Nasional untuk tahun 2005, 2006 dan 2008, kecuali pada tahun 2007 terlihat bahwa capaian pembangunan SDM Nasional sedikit lebih tinggi dari capaian pembangunan SDM Sumatera Barat. Secara umum dapat disimpulkan bahwa capaian pembangunan SDM di Provinsi Sumatera Barat dapat dikatakan sudah relevan karena berada jauh diatas tren Nasional. Faktor-faktor yang bisa menjelaskan bahwa tren indikator hasil pembangunan SDM Sumbar sudah relevan dengan target pembangunan Nasional, jika dianalisis berdasarkan masing-masing indikator yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan APM berkontribusi terhadap pencapaian indikator hasil pembangunan SDM. Beberapa terobosan kebijakan sudah dilakukan untuk meningkatkan akses dan perluasan kesempatan belajar bagi semua anak usia pendidikan dasar dengan target utama daerah dan masyarakat miskin, terpencil dan terisolasi. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) cukup membantu dalam peningkatan akses terhadap pendidikan dasar. 2. Rata-rata nilai akhir SMP/MTs sebagai salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan menunjukkan perkembangan berarti. Rata-rata nilai akhir SMP/MTs pada tahun 2004 adalah 5,42 sementara tahun 2008 menjadi 6,56. Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA memperlihatkan peningkatan dari 4,25 tahun 2004 menjadi 6,69 pada tahun 2008. 3. Presentase angka putus sekolah SD terlihat cukup tinggi pada tahun 2005, yaitu 7,58%, dan ini mengalami penurunan drastis pada tahun 2007 menjadi 2,59, dan 1,81 tahun 2008. Sementara angka putus sekolah SMP/MTs sebaliknya mencatat peningkatan cukup signifikan dari 1,55% (2004) menjadi 3,48% (2007). Pada tingkat SMU, angka putus sekolah terlihat stagnan sekitar 3,5%, walapun terlihat bahwa angka ini pernah mencatat nilai paling kecil pada tahun 2005 (2,64%). Tapi kecenderungan angka putus sekolah SD dan Menengah mengalami penurunan. Ini memerlukan terobosan kebijakan untuk menyelesaikan agenda pendidikan dasar 9 tahun. 4. Presentase guru yang layak mengajar pada tingkat pendidikan SMP/MTs sebesar 79,03% tahun 2004, menjadi 86,14% tahun 2007. Sementara itu pada tingkat SMU, presentase guru yang layak mengajar lebih tinggi secara rata-rata, yaitu sekitar 86% pada tahun 2008. 26
  • 32. 5. Kualitas pembangunan manusia diukur oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Sumatera Barat menunjukkan peningkatan dari 62,34 tahun 2004 menjadi 67,00 pada tahun 2008. Walaupun angka ini masih berada dibawah IPM Nasional (70,5), laju pertumbuhan IPM Sumatera Barat menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan IPM Nasional. Ini menggambarkan upaya serius yang sudah dilakukan Sumbar untuk meningkatkan IPM dalam 4 tahun terakhir. Peningkatan IPM sebagian kecil bisa menjelaskan tingkat relevansi pembangunan SDM Sumatera Barat yang jauh lebih tinggi dari capaian Nasional. Analisis Efektivitas Grafik diatas menunjukkan perkembangan capaian indikator pembangunan kualitas SDM Provinsi Sumatera Barat. Capaian indikator pembangunan SDM Sumatera Barat menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun sama halnya dengan perbaikan yang dialami secara Nasional. Indikator ini menunjukkan bahwa pembangunan pendidikan Sumatera Barat sudah efektif mencapai tujuan yang ditetapkan dalam strategi pembangunan yang tercantum dalam RPJM. Pada sektor pendidikan misalnya, efektifitas pembangunan sektor pendidikan diperlihatkan pula perbaikan disemua indikator pendukung seperti Angka Partisipasi Murni SD/MI, Angka Putus Sekolah SD, Angka Putus Sekolah Menengah, Angka melek aksara 15 tahun keatas, Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs. Secara lebih spesifik, efektifnya pembangunan sektor pendidikan Sumatera Barat dapat didukung oleh fakta berikut: 1. Umur harapan hidup di Provinsi Sumatera Barat sudah menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun. Umur harapan hidup mengalami peningkatan dari 68,2 pada tahun 2005 menjadi 68,80 pada tahun 2007. Meningkatnya angka harapan hidup merupakan refleksi keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dan kemajuan derajat kesehatan masyarakat. 2. Angka kematian bayi di Sumatera Barat telah mengalami perbaikan dari tahun 2004 ke 2008. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup menunjukkan pengurangan secara konsisten: 42,25 per 1.000 kelahiran tahun 2004; dan 36,5 tahun 2005. Hasil riset menunjukkan tiga faktor utama penyebab kematian bayi diantaranya adalah penyakit ISPA, diare dan kekurangan gizi. Jenis penyakit lainnya yang juga relevan berkontribusi adalah berat bayi rendah, tetanus dan kekurangan zat gizi mikro. Faktor- faktor ini semakin dominan terlihat pada kelompok rumah tangga miskin serta kelompok penduduk yang jauh dari layanan kesehatan dasar. Jadi, persoalan penurunan angka kematian bayi bervariasi sesuai dengan faktor yang 27
  • 33. menyebabkannya. Faktor lingkungan juga dominan menyebabkan masih tingginya angka kematian bayi. Juga, pendidikan yang rendah disertai dengan kekurangan akses terhadap pelayanan yang diperoleh khususnya ibu, baik semasa hamil, maupun setelah melahirkan juga bisa menimbulkan tingginya angka kematian bayi. 3. Sumatera Barat cukup konsisten dalam mengurangi angka kematian ibu. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup menunjukkan penurunan dari 240 tahun 2005 menjadi 229 pada tahun 2007. Penurunan angka kematian ibu menunjukkan membaiknya pelayanan pre- dan post-natal untuk ibu hamil dan melahirkan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi AKI adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang saat ini baru mencapai 82 persen (Susenas 2007). Mengingat outcomes pembangunan adalah fungsi dari berbagai faktor, upaya penurunan AKI juga perlu didukung dengan perbaikan keadaan gizi ibu hamil, pendidikan ibu, peran perempuan, penanggulangan kemiskinan, serta peningkatan sarana prasarana pelayanan kesehatan, diantaranya ketersediaan kendaraan dan mutu sarana transportasi. 4. Perkembangan perbaikan status gizi balita di Sumatera Barat bila diukur dari berat badan menurut umur untuk kelompok usia 0-59 bulan memperlihatkan perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2007, prevalensi gizi kurang menurun signifikan menjadi 13,50. 5. Hasil pembangunan keluarga berencana di Sumatera Barat terlihat sangat relevan selama periode 2004-2008. Tren tingkat kualitas pembangunan KB di Sumatera Barat selalu lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat kualitas pembangunan KB Nasional. Jika pada tahun 2004, cakupan KB adalah sekitar 78%, maka pada tahun 2008 angka ini meningkat tajam hampir mencapai 90%. Keberhasilan Sumatera Barat dalam meningkatkan persentase cakupan penduduk ber-KB mempunyai asosiasi dengan tingkat penyuluhan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk merencanakan kelahiran. 2.2.2. Rekomendasi Kebijakan 1. Meningkatkan capaian pemerataan pendidikan. Peningkatan pemerataan pendidikan diprioritaskan pada tiga daerah yang memiliki resiko pencapaian pemerataan pendidikan rendah. Daerah-daerah yang dianggap penting didisain pelayanan dan pemodelan penyelenggaraan pendidikan adalah (i) Daerah terpencil yang hanya akses pada fasilitas pendidikan dasar dan sekolah satu atap, (ii) Daerah kawasan 28
  • 34. perkebunan, (iii) Daerah kawasan tepi pantai. Selain dari ketiga daerah juga disertai dengan anak anak yang berasal dari keluarga miskin. Oleh karenanya dalam kerangka pencapaian pendidikan untuk semua, maka prioritas pendidikan adalah untuk mencapai pemerataan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, sekaligus untuk menurunkan tingkat kebodohan dan keterampilan kelompok masyarakat, yang relatif miskin. 2. Memantapkan ketersediaan alat pembelajaran, mutu guru, dan aksesibilitas anak didik terhadap pendidikan umum dan agama. Sekolah yang menjadi prioritas adalah dimana sekolah tersebut memiliki mutu yang rendah, lebih khusus sekolah yang jauh dari fasilitas publik, dan sekolah yang diselenggarakan oleh swasta, baik sekolah umum maupun sekolah yang bernaung dibawah yayasan keagamaan. 3. Melanjutkan program beasiswa untuk keluarga miskin. Seluruh keluarga miskin mesti dibantu melalui program pemberian beasiswa baik yang diberikan melalui dana APBD maupun yang dikembangkan melalui partisipasi masyarakat. 4. Mengembangkan bahan bacaan minimal. Di seluruh sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, buku ajar tersedia lengkap untuk mata ajar Sains, Bahasa Indonesia dan Matematika. Oleh karena jumlah kelas berada semenjak pendidikan dasar sampai kelas SMP, maka diperlukan 3 jenis buku pada masing masing jenjang kelas untuk seluruh jenjang pendidikan, setidaknya Matematika, Sains dan Bahasa Indonesia. 5. Mengatasi buta aksara dan kebodohan. Tahun 2012 sekitar 2% saja dari kelompok usia penduduk berusia 15 tahun keatas yang tidak dapat baca tulis. Program strategis untuk mengatasi hal ini ada dua. Pertama adalah melanjutkan Program Paket A dan Paket B. Kedua adalah menyelenggarakan keterampilan kerja sekitar 25% dari mereka yang buta huruf. 6. Mengalokasikan jumlah anggaran yang lebih besar untuk pendidikan sekolah menengah pertama dengan syarat efisiensi pengeluaran pemerintah yang lebih pro- poor seperti penajaman bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari kelompok keluarga kurang beruntung. Rekomendasi ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka lulusan SD yang tidak melanjutkan (transisi) pendidikan ke level SMP/SMA merupakan fenomena yang meruyak pasca krisis ekonomi. Jumlah siswa SMP yang tidak melanjutkan ke SMA lebih tinggi pada saat ini, dibanding pada masa lampau. Problem akses pendidikan memang lebih signifikan untuk tingkat pendidikan SMP. Pada jenjang ini masih terdapat perbedaan jumlah partisipasi yang sangat besar 29
  • 35. diantara kelompok masyarakat dengan jumlah pendapatan yang berbeda, sesuatu yang tidak menjadi masalah pada level SD. Seorang anak yang berasal dari keluarga miskin mempunyai kemungkinan 20 persen lebih rendah untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan SMP dibandingkan anak yang tidak berasal dari keluarga miskin. Dalam hal ini kebijakan pendidikan pemerintah pada level pendidikan menengah dan tinggi memang cenderung pro-rich (World Bank, 2006). 7. Mengkaitkan pembangunan pendidikan kedepan dengan kerusakan infrastruktur pendidikan trauma yang dialami oleh guru sekolah dan murid akibat gempa bumi 30 September 2009. Pembangunan kembali infrastruktur dan fasilitas sekolah mesti diikuti dengan trauma healing guru dan murid sekolah. Bangunan sekolah yang masih dipakai untuk proses belajar mengajar, padahal secara fisik kelihatan mengalami kerusakan berat, menengah dan ringan perlu dilakukan pengujian struktur bangunan secara teknis untuk memastikan bahwa sekolah yang rusak tersebut masih aman untuk digunakan. 8. Mengikutsertakan partisipasi masyarakat dalam proses rehabilitasi sekolah sangat diperlukan. Banyak studi yang menunjukkan bahwa infrastruktur yang dibangun atas partisipasi masyarakat lebih kecil biayanya pada kualitas yang memadai, dibandingkan infrastruktur yang diperoleh melalui proses tender pengadaan barang dan jasa. 9. Merevitalisasi pelayanan kesehatan dasar seperti penyegaran kembali pelaksanaan program di Puskesmas dan Posyandu. Kegiatan Posyandu selama ini seperti sudah tidak ada, padahal cukup efektif dalam mengurangi gizi buruk, angka kematian bayi dan ibu. 10. Meningkatkan kampanye tentang hidup sehat, perilaku nutrisi dan perilaku kebersihan serta sanitasi lingkungan dengan meningkatkan koordinasi lintas sektoral, LSM, dan organisasi masyarakat. 11. Memperbaiki akses terhadap air bersih penduduk tepi sungai, pantai dan kelompok miskin. 12. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh kelompok masyarakat miskin dan terisolir dengan terobosan program dan skim pembiayaan kesehatan pada kelompok miskin. 13. Penyediaan asuransi kesehatan terutama micro insurance juga sangat diperlukan bagi masyarakat untuk jangka menengah dan panjang untuk mengurangi dampak yang diakibatkan oleh shock. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan bagi penduduk 30
  • 36. miskin dan kurang mampu melalui inovasi program jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Askeskin perlu dilanjutkan dan efektivitasnya perlu ditingkatkan. Anggaran daerah agar lebih pro miskin (pro-poor budgeting). 14. Rekonstruksi bangunan rumah sakit dan fasilitas kesehatan (sebagaimana lainnya) harus mengikuti standar bangunan yang tahan gempa. Rumah sakit harusnya menjadi bangunan yang tetap bertahan dari goncangan gempa karena akan menjadi tempat penyelamatan korban bencana. 15. Kondisi Pasca Gempa Bumi 30 September 2009 diperkirakan akan menganggu kinerja bidang kesehatan selama beberapa tahun kedepan. Total kerusakan dan kerugian dibidang kesehatan sebagai akibat gempa bumi 30 September 2009 mencapai angka Rp. 611 miliar. Kerusakan pada infrastruktur kesehatan akan mempengaruhi penyediaan layanan dasar kesehatan kepada sekitar 25% penduduk Sumatera Barat. Dalam jangka menengah dan panjang intervensi pemerintah sangat diperlukan disamping untuk emergency relief. Kerusakan bangunan dan peralatan medis terjadi pada 8 daerah kabupaten dan kota sehingga dapat menurunkan kualitas dan kapasitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang memerlukannya. Upaya pemulihan pelayanan kesehatan masyarakat dan meningkatkan kembali kinerja pembangunan bidang kesehatan ini akan memerlukan dana dalam jumlah besar dan waktu yang relatif panjang. 16. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi bagi keluarga miskin. Menurunkan tingkat kelahiran dengan cara meningkatkan pelayanan KB kepada keluarga miskin. Untuk itu perlu dilakukan revitalisasi organisasi dan kelembagaan KB dengan mengikutsertakan masyarakat seperti halnya telah dilakukan dengan baik di zaman Orde Baru. 17. Meningkatkan advokasi, komunikasi dan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi dalam program KB. Kegiatan ini perlu didukung dengan penyediaan alat, obat dan pelayanan KB terutama bagi target akseptor pada keluarga miskin dan masyarakat pedesaan. 18. Memberdayakan petugas lapangan dengan cara meningkatkan pemahaman tentang program KB, memberikan keterampilan teknis KB dan menggunakan komunikasi yang efektif dan disesuaikan dengan target akseptor. 31
  • 37. 2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI 2.3.1. Capaian Indikator Indikator output yang digunakan untuk melihat perkembangan indikator hasil (outcomes) dari tingkat pembangunan ekonomi adalah: 1) Laju pertumbuhan ekonomi (%) 2) Persentase ekspor terhadap PDRB 3) Persentase output manufaktur terhadap PDRB 4) Persentase output UMKM terhadap PDRB 5) Laju inflasi (%) 6) Persentase pertumbuhan realisasi PMA (Penanaman Modal Asing) 7) Persentase pertumbuhan realisasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Dari 7 indikator ini hanya tingkat inflasi yang dikonversikan atau dikurangi dari 100 sebelum dihitung rata-rata dari indikator tersebut. Hasil analisis data indikator pendukung selama periode 2004-2008 dapat dilihat pada Grafik 2.3. Analisis Relevansi Dari Grafik 2.3. terlihat bahwa capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat dapat dikatakan tidak relevan karena tren capaian pembangunan Sumatera Barat tidak sejalan dan jauh lebih rendah dari capaian pembangunan Nasional walaupun pada tahun 2006 capaian Provinsi Sumatera Barat lebih baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: 1. Struktur ekonomi Sumatera Barat yang didominasi oleh sektor pertanian demikian pula komoditi ekspornya yang didominasi komoditi primer sehingga persentase output manufaktur terhadap PDRB sangat rendah dibandingkan dengan Nasional. 2. Struktur ekonomi demikian juga dapat dilihat dari output UKM. Peningkatan persentase output UKM terhadap PDRB yaitu dari 25,43% pada tahun 2004 menjadi 32,47% (2007) dan diperkirakan 31% pada tahun 2008. Sedangkan peranan output UMKM tingkat Nasional cenderung menurun selama periode yang sama yaitu dari 55,40% (2004) menjadi 52,70% (2008). Kondisi ini menunjukkan perekonomian Provinsi Sumatera Barat masih didominasi UKM dan belum terkait dengan permintaan luar negeri sehingga pengembangan ekonomi belum bisa dipacu lebih cepat. 32
  • 38. Grafik 2.3. : Tingkat Pembangunan Ekonomi Nasional dan Provinsi Sumatera Barat 60.00 200.00 Tren Capaian Indikator Outcome 50.00 150.00 Capaian Indikator Outcome 40.00 100.00 30.00 50.00 INDIKATOR PENDUKUNG 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi 20.00 0.00 2. Persentase Ekspor terhadap PDRB 10.00 -50.00 3. Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB 0.00 -100.00 4. Persentase Output UMKM terhadap PDRB 2004 2005 2006 2007 2008 5. Laju Inflasi Tingkat Pembangunan Ekonomi Prov Sumatera Barat (outcomes) 6. Persentase Pertumbuhan Tingkat Pembangunan Ekonomi Nasional (outcomes) Realisasi Investasi PMA Tren Provinsi 7. Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN Tren Nasional 3. Struktur ekonomi juga mempengaruhi arus perdagangan Sumatera Barat sehingga persentase ekspor terhadap PDRB lebih rendah dari Nasional. Dengan kata lain Sumbar belum dapat meningkatkan nilai tambah yang dapat dinikmati oleh rakyat Sumbar sehingga pendapatan per kapita Provinsi Sumbar lebih rendah dari Nasional. 4. Dalam kurun waktu 2004 sampai 2008 rata-rata pertumbuhan realisasi PMA di tingkat Nasional menunjukkan angka jauh lebih tinggi dari Sumatera Barat demikian juga PMDN. Perbedaan tingkat pertumbuhan disebabkan adanya perbedaan yang cukup signifikan dibidang potensi sumber daya alam, dukungan infrastruktur dan potensi pasar. 5. Kondisi keamanan dalam negeri kurang kondusif, gejolak politik membawa pengaruh kepada stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Dalam periode 2004- 2008 telah dilaksanakan beberapa kali pemilihan umum tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Meningkatnya dinamika politik disekitar waktu pemilihan umum tersebut berpengaruh negatif terhadap perkembangan realisasi investasi di daerah Sumatera Barat. 33
  • 39. 6. Potensi sumber alam dan ekonomi daerah relatif rendah sehingga tidak bisa menarik investor skala besar dari luar daerah dan luar negeri untuk menanam modalnya di daerah Sumatera Barat. Analisis Efektivitas Capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat dapat dikatakan tidak efektif karena capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat tidak menunjukkan keadaan yang lebih baik dari tahun ke tahun. 1. Pada awalnya memperlihatkan kecenderungan yang membaik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya tetapi pada tahun 2008 terjadi penurunan. Walaupun negatif tetapi tingkat pertumbuhan (tren) pada tahun 2006 dan 2008 lebih baik dari Nasional. 2. Struktur ekonomi yang menghasilkan produk berbasis sumberdaya lokal atau rendah kandungan impornya dengan pasar utamanya provinsi tetangga mengakibatkan rendahnya ekspor terhadap PDRB demikian juga output manufaktur. Produk utama Provinsi Sumatera Barat merupakan pasokan bagi provinsi tetangga seperti Provinsi Riau, Kepri dan Jambi. Kondisi demikian merupakan tantangan masa depan untuk meningkatkan hasil pembangunan Provinsi Sumbar. 3. Arus investasi yang rendah di Provinsi Sumatera Barat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: a) Infrastruktur kurang memadai sehingga mengakibatkan tingginya biaya operasional ditambah lagi dengan masalah kekurangan suplai tenaga listrik yang membuat daya saing investasi daerah menjadi sangat rendah. b) Sulitnya mendapatkan info dan data potensi ekonomi yang akurat sehingga calon investor merasa sulit dan lambat dalam pengambilan keputusan investasinya c) Permasalahan rendahnya pertumbuhan realisasi investasi di Sumatera Barat disebabkan antara lain; potensi sumber alam dan ekonomi daerah relatif rendah, infrastruktur kurang memadai dan pelayanan publik yang masih banyak dikeluhkan oleh calon investor. Peningkatan investasi PMA dan PMDN di Sumatera Barat juga masih terkendala karena keterbatasan lahan, sumber daya alam dan tenaga kerja terampil non pertanian. 34
  • 40. d) Prosedur pengurusan izin-izin investasi belum tersosialisasi dengan baik, masyarakat masih harus banyak bertanya tentang prosedur investasi dan harus berurusan dengan beberapa instansi pemberi izin secara terpisah. e) Adanya kebijakan pemerintah (peraturan daerah) yang saling bertentangan di bidang pelayanan investasi misalnya soal wewenang perizinan dan retribusi daerah f) Adanya konflik beberapa perusahaan perkebunan besar dengan petani plasma dalam pola kemitraan (PIR) yang disebabkan sebagian oleh perjanjian kemitraan yang tidak tegas dan lemahnya penegakan hukum dalam hal terjadi konflik antara inti dan plasma g) Adanya premanisme dibeberapa daerah yang sangat menganggu kelancaran kegiatan bisnis dan menyita waktu serta pemikiran para eksekutif pengambil keputusan dalam investasi 2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 1. Indikator yang lebih menonjol di Provinsi Sumatera Barat adalah tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata dimana mencapai angka yang relatif lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Nasional selama periode 2004-2008. Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat yang tinggi tidak terlepas dari struktur ekonomi dan komposisi ekspor. produk utama Provinsi Sumatera Barat adalah produk pertanian dan produk agro- industry yang berbasis sumberdaya lokal dimana komponen impornya relatif sangat kecil. Kondisi demikian membuat perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat relatif kurang terpengaruh oleh krisis financial global. 2. Indikator lain yang menonjol tetapi menunjukkan kinerja kurang memuaskan adalah investasi baik PMA maupun PMDN di Provinsi Sumatera Barat. Rendahnya pertumbuhan realisasi investasi di Provinsi Sumatera Barat sangat erat hubungannya dengan terbatasnya potensi sumberdaya alam, infrastruktur dan lokasi yang relatif terisolir dari pusat pertumbuhan di Pulau Sumatera. Upaya untuk memacu arus investasi ke Provinsi Sumatera Barat berdasarkan kondisi daerah saat ini adalah meningkatkan kualitas SDM sehingga di Provinsi Sumatera Barat tersedia tenaga intelektual dan tenaga berketerampilan tinggi yang dapat menarik investor untuk mengembangkan industri berteknologi tinggi seperti industri manufaktur yang menghasilkan komponen dari produk elektronik, computer, dll. 35
  • 41. 2.3.3. Rekomendasi Kebijakan 1. Di Provinsi Sumatera Barat sebaiknya dikembangkan industri berbasis sumberdaya lokal dengan menggunakan teknologi tinggi atau knowledge based industries sehingga terjadi peningkatan nilai tambah. 2. Insentif yang perlu dikembangkan adalah insentif non-fiskal yaitu tersedianya SDM terampil berkualitas tinggi. Oleh karena itu perlu dikembangkan pendidikan keterampilan dengan standar internasional pada setiap tingkatan pendidikan keterampilan. 3. Perlu segera dibangun infrastruktur seperti irigasi, tenaga listrik, transportasi standard ASEAN dan air bersih yang mendukung pengembangan agro-industri berteknologi tinggi. Transportasi standard ASEAN artinya kualitas fisik dan kenyamanan transportasi yang dapat mengantisipasi terjadinya bencana alam seperti gempa dan longsor. Pembangunan infrastruktur semakin mendesak terutama sekali karena terjadinya kerusakan infrastruktur dan bangunan akibat dari gempa 30 September 2009 yang lalu. 4. Untuk membuka lapangan kerja disektor pertanian maka teknologi modern harus dimanfaatkan pada setiap level usaha (dari sekala kecil hingga besar). Kegiatan Litbang (Penelitian dan Pengembangan) harus ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan teknologi modern yang dibutuhkan. Teknologi baru juga dapat berasal dari lembaga penelitian diluar Sumatera Barat atau luar negeri. Di Provinsi Sumatera Barat terdapat beberapa lembaga mandat nasional yang potensial untuk dikembangkan seperti Balai Penelitian Buah (Balibu), Balai Penelitian Pertanian (Balitan), Stasiun Pengembangan Ternak Besar. Lembaga penelitian ini sebaiknya dipacu pengembangannya untuk dapat melayani kebutuhan IPTEK modern di Pulau Sumatera. 5. Provinsi Sumatera Barat harus tetap dipertahankan sebagai sumber bahan pangan bernilai tambah tinggi yang berasal dari peternakan, perikanan, sayur- sayuran, buah-buahan untuk wilayah Sumatera. 6. Upaya peningkatan investasi di Sumatera Barat antara lain adalah: a) Memberikan kemudahan perizinan, misalnya pelayanan cepat dan transparan serta memberi kemudahan akses kepada instansi pemberi izin melalui internet, pos atau kontak langsung dengan petugas pelayanan yang terampil dan profesional. 36
  • 42. b) Memberikan keringanan beban PBB dan retribusi daerah sesuai dengan kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah. c) Menyediakan info dan data dasar ekonomi dan potensi investasi yang akurat dan lengkap melalui web-site dan media cetak yang mudah diakses oleh masyarakat. d) Menyediakan data profil pengusaha lokal yang siap bermitra dan menyediakan media untuk mempertemukan calon investor dari luar daerah dengan pengusaha lokal yang akan menjadi mitra bisnisnya. e) Memberikan pelayanan prima kepada investor dan pengusaha umumnya baik pada tahap persiapan maupun setelah memasuki tahap operasional perusahaannya. f) Menjalankan program promosi investasi yang efektif melalui kegiatan expo, business meeting, seminar dan menyebarkan leaflet dan booklet panduan investasi di daerah Sumatera Barat g) Melaksanakan program pengawasan dan pengendalian investasi dalam rangka ikut mengatasi lebih dini permasalahan investasi di lapangan h) Mendorong tumbuhnya forum komunikasi investor dan pengusaha dalam rangka meingkatkan efektivitas kerjasama bisnis. 2.4. KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 2.4.1. Capaian Indikator Indikator output yang digunakan untuk melihat perkembangan indikator hasil (outcomes) dari kualitas pengelolaan sumber daya alam adalah : (i) Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis dan (ii) Persentase terumbu karang dalam keadaan baik. Hasil analisis data indikator pendukung selama periode 2004-2008 dapat dilihat pada Grafik 2.4. Analisis Relevansi Dari Grafik 2.4 terlihat bahwa capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat dapat dikatakan tidak relevan karena tren capaian pembangunan Provinsi Sumatera Barat tidak sejalan dan lebih rendah dari capaian pembangunan Nasional. Tren ini tidak sesuai dengan harapan pembangunan dibidang sumberdaya alam karena seharusnya capaian 37
  • 43. Grafik 2.4. : Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Nasional dan Provinsi Sumatera Barat 18.00 160.00 16.00 140.00 120.00 Capaian Indikator Outcome 14.00 Tren Capaian Indikator 100.00 12.00 80.00 Outcome 10.00 60.00 8.00 40.00 20.00 6.00 0.00 4.00 -20.00 2.00 -40.00 0.00 -60.00 2004 2005 2006 2007 2008 INDIKATOR PENDUKUNG 1. Persentase luas lahan Kualitas Pengelolaan SDA Prov Sumatera Barat (outcomes) rehabilitasi dalam hutan Kualitas Pengelolaan SDA Nasional (outcomes) terhadap lahan kritis Tren Provinsi 2. Persentase terumbu karang dalam keadaan baik Tren Nasional pembangunan semakin besar atau meningkat. Rendahnya hasil pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Barat antara lain disebabkan : 1. Rendahnya upaya peningkatan rehabilitasi hutan dibandingkan dengan percepatan luas lahan kritis. Artinya luas lahan kritis meningkat lebih cepat daripada luas hutan yang dapat direhabilitasi. Meningkatnya luas lahan kritis disebabkan oleh (a) Rendahnya disiplin aparatur dan penegakan hukum, sehingga sering terjadinya perusakan hutan dan pencurian kayu hampir pada setiap kawasan; (b) Infrastruktur untuk mendukung sektor kehutanan relatif masih kurang dan sangat terbatas, seperti menara pengawasan, perangkat untuk polisi hutan dan aksesibilitas patroli hutan; (c) Rendahnya daya dukung kawasan konservasi sebagai akibat alih fungsi lahan sehingga merubah karakter hidrologis kawasan dimana kawasan yang sebelumnya basah menjadi kering. 2. Terbatasnya program dan dana untuk meningkatkan kegiatan rehabilitasi hutan. Diperlukan kerjasama pembiayaan program rehabilitasi antar Pemerintah Provinsi untuk peningkatan rehabilitasi hutan walaupun kawasan hutan tidak pada wilayah 38