SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 118
Baixar para ler offline
i
KATA SAMBUTAN
Yohana S. Yembise
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang keberadaannya senatiasa
harus diasih, diasuh, dijaga serta dilindungi dari perlakuan salah, kekerasan dan
diskriminasi. Dari sisi kehidupan bernegara, anak merupakan penerus cita-cita bangsa,
penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi pilar utama pembangunan
nasional. Pembangunan anak sebagai bagian dari pembangunan sumber daya manusia
yang berkualitas telah ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28b yang
mengamanatkan bahwa setiap anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam Pemerintahan yang dipimpin
Presiden RI, Bapak Joko Widodo, mempertegas kembali bahwa perlindungan anak Indonesia menjadi
prioritas utama di setiap bidang pembangunan seperti yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Kekerasan dan eksploitasi pada anak, masuk dalam dua kelompok besar yaitu kekerasan dan
eksploitasi anak dalam konteks ekonomi serta dalam konteks seksual. Dua bentuk kekerasan dan eksploitasi
anak ini telah memberikan dampak negatif dan luas tidak hanya terhadap korban, tetapi juga berpengaruh
terhadap proses tumbuh kembang anak dalam kehidupan satu keluarga. Praktek-praktek kekerasan dan
eksploitasi ini yang sering terjadi dan ditemukan dalam kehidupan nyata di sekitar kita berupa : anak-anak
dipaksa bekerja, anak-anak dijadikan pelacur, dijadikan objek pornografi, anak-anak diperdagangkan untuk
berbagai kebutuhan, dan dalam beberapa kasus terjadinya kekerasan dan eksploitasi pada perkawinan anak-
anak. Jumlah anak-anak yang mengalami kekerasan dan eksploitasi mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Berdasarkan hasil Susenas BPS pada tahun 2014 jumlah anak-anak yang mengalami kekerasan dan
eksploitasi mencapai 247.610 jiwa, dari jumlah tersebut diperkirakan 74.283 adalah anak-anak yang menjadi
korban kekerasan seksual. Masalah ini telah membuat anak-anak kehilangan hak-hak dasar mereka untuk
menempuh pendidikan, untuk tumbuh dan berkembang dan untuk tidak mengalami kekerasan. Oleh karena
itu, Pemerintah bertekad untuk menghapus bentuk dan praktek-praktek kekerasan dan eksploitasi seksual
anak ini. Upaya ini sejalan dengan salah satu 100 program prioritas Presiden Joko Widodo yaitu
“Memberantas kejahatan perdagangan manusia, terutama menyangkut perempuan dan anak dan
memprioritaskan penanganan kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak”
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka tidaklah mungkin Pemerintah dapat
melakukan sendiri. Kemitraan dan kolaborasi dengan stakeholder kunci termasuk organisasi masyarakat sipil
merupakan salah satu strategi untuk menangani dan membuat teratasinya masalah ini. Berdasarkan data-
data yang dihimpun dari berbagai sumber terpercaya, eksploitasi seksual anak banyak terjadi di destinasi
wisata. Pariwisata dijadikan kendaraan dan dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan seksual anak untuk
melakukan eksploitasi seksual anak, belum banyak pihak termasuk kementerian yang menangani masalah
ini. Oleh karena itu Kementerian PP dan PA bersama dengan ECPAT Indonesia membangun sinergitas
dalam rangka “Menanggulangi Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Anak di Destinasi Wisata”. Program ini
ii
dimulai dari pemetaan (assessment) terhadap 4 desa wisata, kemudian menyelenggarakan seminar atas hasil
dari assessment tersebut untuk menampung dan menerima berbagai masukan, membuat modul yang akan
digunakan dalam pelatihan ditujukan stakeholder pariwisata, perangkat desa, tokoh masyarakat, instansi
pemerintah, pendidik, tenaga kesehatan di empat desa wisata.
Modul Penanganan Eksploitasi dan Kekerasan Seksual Anak di Destinasi Pariwisata
menjadi sangat penting dan strategis sebagai acuan dalam mencegah dan menangani masalah eksploitasi
dan kekerasan terhadap anak di destinasi wisata. Modul ini juga bisa dipergunakan oleh kelompok
Perlindungan Anak terpadu Berbasis Masyarakat (PABTM) sebagai acuan dalam mengembangkan
pelatihan-pelatihan di destinasi wisata untuk mencegah terjadinya kekerasan dan eksploitasi seksual anak.
Modul ini juga bisa digunakan oleh kelompok-kelompok perlindungan anak di tingkat kelurahan. Oleh
karena itu, saya menyambut gembira dengan lahirnya modul ini, dan oleh karena itu saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu atas terbitnya modul ini.
Modul ini disusun ECPAT Indonesia dengan dukungan dari Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) dengan mengacu pada analisis situasi terkini anak di
Indonesia yang dikomparasikan dengan berbagai kebijakan dan program terkait penanggulangan kekerasan
dan eksploitasi seksual anak.
Jakarta, 18 Agustus 2017
iii
TENTANG MODUL PELATIHAN
PERLINDUNGAN ANAK DARI KEKERASAN & EKSPLOITASI SEKSUAL
DI DAERAH TUJUAN WISATA
SIAPA YANG DAPAT MEMANFAATKAN MODUL INI?
Modul ditulis untuk fasilitator pelatihan, dimana peserta pelatihan terdiri dari Perangkat Desa (diantaranya
terdiri dari Bendahara/Sekretaris, Kepala Desa dan Perwakilan dari Badan Perwakilan Desa(BPD)),
Pemerintah Daerah (diantaranya perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perijinan/PTSP dan Tenaga
Kesehatan), Polisi, Stakeholder Pariwisata (diantaranya berasal dari perwakilan, Travel, SPA, Karaoke, Guide,
Driver Trevel, Hotel, Pengusaha Warnet), Tenaga Pendidik, PKK, PHRI, Kelompok Sadar Wisata, Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, NGO, Karang Taruna, Forum Anak. Dimana keberadaan dan profesinya
selama ini terkait erat dengan upaya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual di daerah
tujuan wisata. Modul ini sebagai alat bantu bagi fasilitator untuk menyampaikan informasi dan melatih
peserta pelatihan dari daerah tujuan wisata untuk menyiapkan diri dalam membuat strategi perlindungan
anak dalam menghadapi ancaman kekerasan dan eksploitasi seksual.
BAGAIMANA MENGGUNAKAN MODUL INI?
Modul ini dapat digunakan dengan bahan-bahan penunjang dan alat peraga yang di sediakan. Sehingga
fasilitator mampu mengadaptasi materi dengan membaca bahan bacaan yang ada dalam modul ini dan alat
peraga dalam konteks para (calon) peserta pelatihan. Fungsi fasilitator dimulai sebelum pelatihan, dengan
terlibat dalam proses rekrutmen peserta pelatihan dan pretest (need assesment). Sehingga fasilitator mengetahui
secara rinci kapasitas pengetahuan masing-masing peserta terkait dengan upaya “Perlindungan Anak dari
Kekerasan dan Eksploitasi Seksual di Daerah Tujuan Wisata”. Hal penting lainnya yang harus dilakukan
fasilitator adalah Pertama, mempunyai waktu yang cukup membaca dan memahami modul ini, sehingga
dapat mengukur tujuan yang ingin di capai. Kedua, memastikan dirinya menguasai seluruh materi yang akan
diberikan dengan memastikan checklist kebutuhan fasilitator sudah terisi (terpenuhi). Ketiga, membuat
ringkasan materi (pointer) untuk disampaikan kepada peserta.
UNTUK PANITIA
Melakukan persiapan teknis, mengundang dan memastikan kehadiran peserta pelatihan. Berkonsultasi
dengan fasilitator terkait materi dan penyediaan kebutuhan pendukung yang diperlukan fasilitator. Memilih
dan mengundang narasumber dari berbagai organisasi/insititusi. Memastikan narasumber telah menguasai
materi, panitia melakukan checklist pointer materi yang harus disampaikan pada peserta. Panitia juga
memegang peranan penting dalam pendokumentasian seluruh proses pendidikan, termasuk merekam
reaksi, perasaan, umpan balik maupun komentar dari peserta selama proses pelatihan. Pendokumentasian
ini akan menjadi salah satu materi yang penting, guna perbaikan modul, dan tehnik fasilitasi pelatihan.
BERAPA LAMA PELATIHAN INI?
Desain dasar pelatihan ini adalah 2 (dua) hari, dengan 5 (lima) kali sesi, masing-masing sesi tidak lebih dari
tiga jam. Namun, fasilitator dapat memperpanjang masing-masing materi tergantung kedalaman materi yang
akan di capai. Karena goal dari pelatihan ini adalah penyadaran dan pemahaman kritis atas upaya
perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual di daerah tujuan wisata.
iv
DISKRIPSI MODUL
Modul ini didesain berdasarkan sesi-sesi dalam pelatihan, yang dilengkapi dengan bahan penunjang untuk
fasilitator, antara lain; bahan bacaan, contoh kasus, menguraikan tips-tips permainan dan tehnik fasilitasi,
dan berbagai informasi yang terkait dengan topik pelatihan yang diperuntukkan bagi fasilitator.
PRINSIP FASILITASI PELATIHAN
Modul pelatihan ini disusun berdasarkan empat prinsip utama yaitu1
1. Experiential Learning, metode yang bertumpu pada pengalaman peserta. Proses belajar yang
menggunakan metode ini tidak hanya mengandalkan nara sumber tapi berangkat dari refleksi dan
pengalaman peserta.
2. Berfikir secara kritis dan kreatif (critico-creative thingking). Modul pelatihan ini tidak disusun secara
dogmatis dan satu arah, sebaliknya modul ini diolah dengan memasukkan metode-metode yang
memungkinkan para peserta mengembangkan pemikiran kritis yang bersifat konstruktif, kreatif dan
sebanyak mungkin berangkat dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peserta.
3. Belajar bersama (collective learning). Pelatihan ini dimaksudkan sebagai proses belajar bersama antara
sesama peserta, peserta dan fasilitator dan narasumber.
4. Dapat diterapkan (applicable) atau bersifat praktis sesuai kebutuhan peserta pelatihan.
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN ORANG DEWASA2
- Partisipatif. Berpartisipasi secara aktif dalam belajar, bukan pasif.
- Dialami. Pembelajaran yang paling efektif adalah melalui berbagi pengalaman, pembelajar saling
belajar dari satu sama lain, dan seringkali pelatih pun belajar dari pembelajar.
- Reflektif. Pembelajaran yang maksimal dari pengalaman tertentu terjadi ketika seseorang
menyediakan waktu untuk melakukan refleksi, menarik kesimpulan, dan membentuk prinsip-
prinsip yang akan digunakan dalam pengalaman-pengalaman serupa di masa mendatang.
- Memenuhi kebutuhan langsung. Motivasi untuk belajar paling tinggi jika memenuhi kebutuhan
langsung si pembelajar.
- Untuk diri sendiri. Orang dewasa bisa ikut bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri
karena mengenal kebutuhannya sendiri.
- Menghargai mereka yang belajar. Saling menghargai dan percaya antara pelatih dan pembelajar akan
mendukung proses pembelajaran.
- Memberikan umpan balik. Pembelajaran yang efektif membutuhkan umpan balik yang sifatnya
memperbaiki sambil mendukung.
- Menciptakan suasana aman. Seorang yang bahagia dan tenang akan lebih mudah belajar dari pada
orang yang takut, malu, gelisah, atau marah.
- Terjadi dalam lingkungan yang nyaman. Orang yang kelaparan, lelah, dingin, sakit atau secara fisik
tidak nyaman tidak bisa efektif belajar secara maksimal.
Dalam memfasilitasi pelatihan, fasilitator harus memegang prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pemberdayaan
b. Empati dan menumbuhkan solidaritas
c. Obyektif, imparsial dan Demokratis
d. Inklusif/anti diskriminasi/Anti kekerasan
e. Bekerja sama
1 Panduan pelatihan untuk pelatih HAM bagi Penegak Hukum, ICJR, WCSC, Elsam, Jakarta 2011. Hal. 4
2 Menyiapkan kegiatan/pelatihan partisipatif, referensi fasilitator, lokal governance support program, lokal government
management sistems, Jakara 2006. Hal. 17
v
DAFTAR ISI
Kata Sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI...........................i
Tentang Modul .................................................................................................................................iii
Daftar Isi...........................................................................................................................................v
KERANGKA MODUL PELATIHAN.............................................................................................1
MODUL 1 ORIENTASI PELATIHAN........................................................................................5
Modul 1.1. Perkenalan.............................................................................................................................................6
Modul 1.2. Kontrak Belajar ....................................................................................................................................7
Modul 1.3 Harapan dan Kekhawatiran................................................................................................................8
Modul 1.4 Pre-test.....................................................................................................................................................9
MODUL 2 HAK ANAK..................................................................................................................9
Modul 2.1 Mengenal Definisi Hak Anak Dalam Hukum Internasional.........................................................10
Modul 2.2 Checklist untk Narasumber Hak Anak...............................................................................................11
Modul 2.3 Checklist untuk Fasilitator Sesi Anak .................................................................................................11
Modul 2.4 Bahan Bacaan .......................................................................................................................................12
Modul 2.5 Contoh Kasus.......................................................................................................................................15
Modul 2.6 Materi Hak Anak..................................................................................................................................19
Modul 2.7 Materi Pengaturan Hak Anak dalam Hukum Nasional.................................................................23
MODUL 3 PERLINDUNGAN ANAK DI DAERAH TUJUAN WISATA DI INDONESIA.....31
Modul 3.1 Gambaran Umum Situasi Perlindungan Anak di Indonesia.........................................................32
Modul 3.2 Checklist untk Narasumber Perlindungan Anak di Daerah Tujuan Wisata di Indonesia..........33
Modul 3.3 Checklist untuk Fasilitator Perlindungan Anak di Daerah Tujuan Wisata di Indonesia............33
Modul 3.4 Bahan Bacaan .......................................................................................................................................34
Modul 3.5 Contoh Kasus.......................................................................................................................................41
Modul 3.6 Materi Dampak Internet Bagi Anak dan Langkah-langkah Mengenali Anak Terpapar
Pronografi Melalui Internet................................................................................................................45
Modul 3.7 Materi Eksploitasi Seksual Komersil Anak (ESKA) ......................................................................49
MODUL 4 MENGENALI KEKUATAN DAN TANTANGAN ..................................................57
Modul 4.1 Mengenali Kekuatan dan Potensi Internal dan Eksternal Daerah Tujuan Wisata...................58
Modul 4.2 Checklist untk Narasumber Mengenali Kekuatan dan Tantangan ................................................59
Modul 4.3 Checklist untuk Fasilitator Mengenali Kekuatan dan Tantangan...................................................59
Modul 4.4 Bahan Bacaan .......................................................................................................................................60
Modul 4.5 Metode Pemetaan Masalah.................................................................................................................66
Modul 4.6 Materi Mengenali Anak Sebagai Korban..........................................................................................71
Modul 4.7 Materi Mengenali Aktof atau Pelaku.................................................................................................73
Modul 4.8 Materi Mengenali Kekuatan dan Tantangan....................................................................................76
vi
MODUL 5 STRETEGI MENGHADAPI ANCAMAN DAN UPAYA PENCEGAHAN............79
Modul 5.1 Mencegah dan Merespon Ancaman Serta Menyiapkan Rencana dan Strategi Pencegahan ....80
Modul 5.2 Checklist untk Narasumber Pemberi Testioni/ Strategi Menghadapi Ancaman dan
Upaya Pencegahan...............................................................................................................................81
Modul 5.3 Checklist untuk Fasilitator Pemberi Testioni/ Strategi Menghadapi Ancaman dan Upaya
Pencegahan...........................................................................................................................................81
Modul 5.4 Bahan Bacaan .......................................................................................................................................82
Modul 5.5 Materi Strategi Menghadapi Ancaman dan Upaya Pencegahan...................................................88
MODUL 6 PENUTUP..................................................................................................................95
Modul 6.1 Post-test...................................................................................................................................................96
Modul 6.2 Evaluasi dan Refleksi..........................................................................................................................96
Modul 6.3 Rencana Tindak Lanjut......................................................................................................................98
LAMPIRAN......................................................................................................................................101
REFERENSI....................................................................................................................................108
1
2
RANCANGAN JADWAL PELATIHAN (Tentative)
HARI PERTAMA
Waktu Sesi Pelatihan PIC
09.00-09.30
(30 menit)
Pembukaan
- Sambutan-sambutan
1. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
2. Pemerintah Daerah
3. ECPAT Indonesia
Fasilitator/
Panitia
ECPAT Indonesia
09.30-10.00
(30 menit)
- Penjelasan Umum Pelatihan
- Tujuan Pelatihan
- Output yang diharapkan
- Alur Pelatihan
Fasilitator/Panitia
ECPAT Indonesia
10.00-10.15
(15 menit)
Coffee break dan ice breaking
Catatan: bentuk ice breaking dapat dilihat pada lampiran
kedua
Bersama
MODUL 1 ORIENTASI PELATIHAN
10.15-10.35
(20 menit)
Perkenalan Fasilitator dan Panitia
ECPAT Indonesia
10.35-10.50
(15 menit)
Kontrak Belajar Fasilitator
10.50-11.05
(15 menit)
Harapan dan Kekhawatiran Fasilitator
11.05-11.35
(30 menit)
Pre-test
Catatan: Jika perhitungan waktu tidak mencukupi, lembar
soal pre-test dapat dibagikan pada saat peserta melakukan
registrasi, namun pastikan bahwa seluruh peserta
mengumpulkan lembar jawaban pre-test
Fasilitator
MODUL 2 HAK ANAK
11.35-12.05
(30 menit)
- Mengenal Definisi Hak Anak Dalam Hukum
Internasional
- Mengenal Hak Anak Dalam Konstitusi Indonesia
- Pengaturan Hak Anak Dalam Perundang-Undangan di
Indonesia dan di Daerah Tujuan Wisata
Fasilitator
Narasumber:
ECPAT Indonesia
12.05-12.20
(15 menit)
Diskusi dan tanya jawab Fasilitator
12.20-13.20
(60 menit)
Ishoma (Makan siang) dan ice breaking
Catatan: bentuk ice breaking dapat dilihat pada lampiran
kedua
Bersama
13.20-13.40
(20 menit)
Kerja kelompok Fasilitator
3
13.40-14.35
(55 menit)
Presentasi hasil kerja kelompok fasilitator
14.35-14.50
(15 menit)
Coffee break Bersama
MODUL 3 PERLINDUNGAN ANAK DI DAERAH TUJUAN WISATA DI INDONESIA
14.50-15.45
(55 menit)
- Gambaran Umum Situasi Perlindungan Anak di
Indonesia
- Mengenal Keterkaitan Pariwisata dengan Eksploitasi
Seksual Komersial Anak
- Mengenal Keterkaitan Pariwisata dengan Pornografi
- Mengenal Dampak Internet Pada Anak dan Langkah-
langkah Mengenali Anak Terpapar Pornografi Melalui
Internet
Fasilitator
Narasumber:
ECPAT Indonesia
15.45-16.00
(15 menit)
Tanya jawab peserta Fasilitator
16.00-16.20
(20 menit)
Kerja kelompok Fasilitator
16.20-16.50
(30 menit)
Presentasi hasil kerja kelompok Fasilitator
16.50-17.00
(10 menit)
Pendelegasian (pembagian tugas) review materi
Catatan: Peserta dibagi menjadi 3 kelompok
Fasilitator
Ishoma dan tidur malam
HARI KEDUA
Waktu Sesi Pelatihan PIC
Review materi hari pertama dengan permainan
Catatan: Memilih satu kelompok untuk mempresentasi-
kan hasil review materi hari pertama
Fasilitator
MODUL 4 MENGENALI KEKUATAN DAN TANTANGAN
09.30-10.00
(30 menit)
- Mengenali Kekuatan dan Potensi Internal dan
Eksternal Daerah Tujuan Wisata
- Mengenali Aktor Pelaku
- Mengenali Anak Sebagai Korban
- Mengenali Pola-Pola Kekerasan dan Ekspoitasi
Seksual Terhadap Anak di Daerah Tujuan Wisata
Fasilitator
Narasumber:
Patner lokal dari ECPAT
Indonesia
10.00-10.15
(15 menit)
Tanya jawab peserta Fasilitator
Narasumber: Patner lokal
dari ECPAT Indonesia
10.15-10.30
(15 menit)
Coffee break dan ice breaking
Catatan: bentuk ice breaking dapat dilihat pada lampiran
kedua
Fasilitator
10.30-12.00 Kerja kelompok Fasilitator
4
(90 menit)
Narasumber:
Patner lokal dari ECPAT
Indonesia
12.00-12.45
(45 menit)
Presentasi hasil kerja kelompok Fasilitator
Narasumber:
Patner lokal dari ECPAT
Indonesia
12.45-14.00
(75 menit)
Ishoma (Makan siang) dan ice breaking
Catatan: bentuk ice breaking dapat dilihat pada lampiran
kedua
Bersama
MODUL 5 STRETEGI MENGHADAPI ANCAMAN DAN UPAYA PENCEGAHAN
14.00-14.30
(30 menit)
Testimoni Keberhasilan Pengelolaan Wisata dan
Perlindungan Anak (Cerita Kisah Baik)
Fasilitator
14.30-14.45
(15 menit)
Tanya jawab peserta Fasilitator
14.45-15.00
(15 menit)
Coffee break Bersama
15.00-15.45
(45 menit)
Sharing pengalaman peserta (curah pendapat) dalam:
- Mencegah dan Merespon Ancaman Serta Menyiapkan
Rencana dan Strategi Pencegahan
- Langkah-langkah Membuat Kebijakan yang
Memberikan Perlindungan Anak dari Ancaman
Kekerasan dan Eksploitasi Seksual di Daerah Tujuan
Wisata
- Langkah Penanganan (Implementasi Kebijakan) Jika
Terjadi Kasus Kekerasan dan Eksploitasi Seksual di
Daerah Tujuan Wisata
Fasilitator
Narasumber:
ECPAT Indonesia
MODUL 6 PENUTUP
15.45-16.15
(30 menit)
Post test Fasilitator
16.15-16.30
(15 menit)
Evaluasi dan Refleksi Fasilitator
16.30-16.50
(20 menit)
Rencana Tindak Lanjut Fasilitator
16.50-17.00
(10 menit)
Penutupan Fasilitator
ECPAT Indonesia
5
6
MODUL 1 ORIENTASI PELATIHAN
Modul 1.1. Perkenalan
Tujuan 1. Seluruh komponen pelatihan dapat saling mengenal satu sama lain
termasuk hal-hal yang harus ditoleransi antara satu peserta dengan peserta
lain
2. Terciptanya suasana keakraban, penuh persahabatan (toleransi) dan saling
percaya antara peserta, fasilitator, narasumber dan panitia
Metode Penyampaian Permainan perkenalan
Waktu 20 menit
Perlengkapan (1) Kertas plano, (2) kuda-kuda untuk flip-chart, (3) metaplan, (4) papan tulis dengan
perlengkapannya, (5) spidol, (6) selotip kertas (7) bingkisan hadiah untuk peserta
Prosedur 1. Membuka pertemuan dengan salam singkat
2. Mengajak peserta untuk memulai pelatihan dengan perkenalan.
3. Fasilitator memilih cara perkenalan yang akan digunakan.
4. Cara perkenalan yang dipilih harus disesuaikan dengan lay out ruangan pelatihan,
hal ini penting diperhatikan karena akan menjadi proses awal dalam membangun
dinamika kelas.
5. Jika perkenalan dilakukan dengan menggunakan permainan, maka segera siapkan
peralatan yang akan digunakan.
6. Seluruh peserta (pemandu kelas, wakil pemandu, panitia, dll) di dalam kelas ikut
serta dalam sesi perkenalan.
Metode Permainan 1. Membagi metaplan
2. Meminta peserta menuliskan nama dan latar belakang pekerjaan dalam bentuk
kalimat pendek dalam metaplan (Durasi 5 menit)
Misalnya: Nama saya Umi, dari saya seorang guru dari Desa Babakan Madang,
Sentul, Kabupaten Bogor.
3. Meminta peserta menempel metaplan data pribadinya di dinding dan
membacakannya. (Durasi 15 menit)
4. Meminta peserta berikutnya untuk mengulang perkenalan dari peserta sebelumnya
kemudian memperkenalkan dirinya sendiri.
Misalnya: teman saya Umi, seorang guru dari Desa Babakan Madang, Sentul,
Kabupaten Bogor, dan saya Zainul, RW dari Desa Mekarsari, Bantul.
Catatan: Referensi metode permainan “perkenalan” lainnya dapat dilihat dalam
lampiran 2
7
Modul 1.2. Kontrak Belajar
Tujuan 1. Membuat peraturan dan kesepakatan bersama agar pelatihan
berlangsung dengan baik.
2. Mengidentifikasi, mengatur dan merencanakan waktu pelatihan untuk
efesiensi capaian dari tujuan pelatihan
3. Sebagai salah satu alat ukur keberhasilan proses pelatihan
4. Peserta menyepakati jadwal dan tata tertib pelatihan
Metode 1. Curah pendapat
2. Pengisian daftar pertanyaan
Waktu 15 menit
Perlengkapan (1) metaplan, (2) spidol, (3) selotip, (4) kertas plano
Prosedur 1. Menyiapkan kertas plano dan menempelkannya di depan kelas
2. Bertanya kepada peserta apa saja yang harus diatur dalam pelatihan guna
ketertiban dan suksesnya pencapaian tujuan pelatihan.
3. Pengaturan itu dapat mengatur:
a. Kesepakatan waktu dimulainya makan pagi, masuk kelas, ishoma dan waktu
berakhirnya kelas.
b. Penunjukan time keeper
c. Kesepakatan lainnya, misalnya dilarang membunyikan handphone dan terima
telephon di kelas, larangan merokok dikelas.
4. Mencatat seluruh kesepakatan bersama pada plano
5. Membacakan seluruh kesepakatan Bersama
Kesimpulan Contoh Kontrak Belajar
a. Kelas dimulai pukul 09.00 pagi dan berakhir pukul 17.00 sore
b. Makan pagi dimulai sejak 07.00 pagi
c. Dilarang membunyikan handphone
d. Dilarang menerima telephon di kelas
e. Dilarang merokok dikelas.
f. Dilarang terlambat, bagi yang terlambat dikenakan sanksi menyanyi
Modul 1.3 Harapan dan Kekhawatiran
Tujuan 1. Memperjelas harapan-harapan dan kekhawatiran terhadap pelatihan
2. Membantu peserta untuk mengarahkan diri pada harapan-harapan
tersebut.
3. Mengidentifikasikan kebutuhan peserta untuk mencapai harapan dan
menghindari kekhawatiran
Waktu 15 menit
Perlengkapan (1) Daftar pertanyaan tentang “harapan dan kekhawatiran dalam pelatihan ini”, (2)
metaplan, (3) spidol, (4) selotip, (4) kertas plano
Methode Penyampaian 1. Permainan menggunakan metaplen dan plano
2. Partisipatif
Prosedur 1. Menyiapkan 2 lembar kertas plano, menempelkan di depan kelas
2. Menuliskan kata “Harapan” dan “Kekhawatiran”, pada masing-masing kertas
8
3. Melontarkan pertanyaan kunci untuk mengungkap harapan dan ke khawatiran
peserta.
4. Membagikan 2 kertas metaplan
5. Meminta peserta menuliskan satu harapan, satu kekhawatiran dan satu
rekomendasi pada masing-masing lembar kertas metaplan
6. Meminta peserta menempel hasil kerjanya pada kertas plano yang telah
disediakan
7. Membacakan harapan dan kekhawatiran peserta
Catatan: Permainan harapan dan kekhawatiran dalam dilihat pada lampiran 2
Pertanyaan-pertanyaan
kunci
 Apa harapan anda mengikuti pelatihan ini?
 Apa yang anda khawatirkan dari pelatihan ini?
Modul 1.4 Pre-test
Tujuan 1. Mengukur kedalaman pengetahuan peserta pelatihan terhadap
materi-materi pelatihan.
2. Mengidentifikasikan kebutuhan peserta
Waktu 30 menit
Perlengkapan Daftar pertanyaan pre-test (soal isian pre-test)
Methode Penyampaian Kuisioner
Prosedur 1. Membagikan soal isian pre-test kepada peserta.
2. Menyampaikan agar peserta menjawab apa yang diketahui dengan jujur
apa adanya
3. Melarang peserta bertanya pada peserta lain dalam menjawab daftar
pertanyaan
4. Melarang peserta mencari jawaban melalui internet
5. Membolehkan peserta untuk tidak menjawab setiap pertanyaan yang
tidak diketahuinya.
6. Meminta peserta untuk menjawab soal isian pre-test (durasi 15 menit)
7. Lembaran soal isian pre-test yang sudah dijawab dikumpulkan secara
kolektif kepada fasilitator.
8. Wajib membaca jawaban soal isian pre-test peserta
9. Membuat analisis dan pemetaan untuk membuat strategi penyampaian
materi yang mudah diterima peserta.
Pertanyaan-pertanyaan
kunci
 Apakah anda tahu apa siapa yang dimaksud anak? Apa yang anda ketahui
tentang hak anak?
 Apa pengaruh internet bagi masyarakat khususnya bagi anak-anak?
 Apakah anda tahu tentang eksploitasi seksual komersial anak? Apa yang
dimaksud dengan pornografi? Apakah ada praktek perkawinan anak
didaerah anda? Apa yang dimaksud dengan perkawinan anak?
 Tahukah anda Undang-Undang apa saja yang mengatur tentang
perlindungan anak di Indonesia? Adakah peraturan Desa didaerah anda
yang mengatur tentang perlindungan anak?
Catatan: Soal pre-test tersedia pada bagian lampiran modul ini.
9
10
MODUL 2 HAK ANAK
Modul 2.1 Mengenal Definisi Hak Anak Dalam Hukum Internasional
Tujuan: 1. Untuk memperoleh pengetahuan tentang Konvensi Hak Anak.
2. Untuk memperdalam pengetahuan tentang aturan hukum nasional yang
mengatur hak anak
3. Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai batasan atau
kriteria yang termasuk dalam kategori hak anak.
4. Untuk mengetahui pengaturan hak anak dalam hukum di level
Pemerintah Daerah (Perda, Perdes)
5. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi perlindungan hak anak di
Indonesia, dan juga didaerah?
Pengetahuan yang
di butuhkan
Pengetahuan dan pemahanan mengenai hak anak
Waktu Durasi 120 menit
- Seminar/paparan nara sumber = 30 menit
- Tanya jawab peserta = 15 menit
- Kerja kelompok = 20 menit
- Presentasi hasil kerja kelompok =55 menit
Perlengkapan (1) Contoh kasus, (2) Plano, (3) Metaplen, (4) Spidol, (5) selotip (6) In-fokus, (7) Laptop,
(8) Power point presentasi
Metode Penyampaian Seminar, analisis kasus (studi kasus), permainan
Prosedur: 1. Sebelum seminar dilakukan, melakukan checklist daftar kebutuhan sesi.
2. Membaca dan menyimpulkan hasil pretest terkait topik yang sedang dibahas
3. Membuat catatan dari bahan bacaan terkait hak anak untuk memberikan
pendalaman pengetahuan peserta.
4. Memandu presentasi narasumber
5. Membuka ruang diskusi tanya jawab
6. Setelah sesi seminar selesai, membagi kelompok menjadi 3 hingga 4 kelompok
7. Membagikan kertas plano kepada masing-masing kelompok.
8. Membagikan lembar kasus dan pertanyaan didalamnya kepada masing-masing
kelompok
9. Anggota kelompok diminta mendiskusikan kasus dan pertanyaan yang
dibagikan
10. Meminta kelompok untuk merumuskan jawaban dan menuliskannya dalam
kertas plano.
11. Meminta masing-masing kelompok menunjuk perwakilannya untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
12. Meminta pendapat kelompok lainnya (check dan recheck).
Pertanyaan kunci 1. Apa yang dimaksud anak?
2. Apa saja hak anak yang diatur dalam konvensi hak anak?
3. Di level nasional, Undang-Undang apa saya yang anda ketahui yang mengatur
hak anak?
4. Adakah Perda atau Perdes atau aturan lainnya di daerah yang mengatur tentang
hak anak?
5. Bagaimana implementasi hak anak di Indonesia?
6. Bagaimana implementasi hak anak didaerah anda? Apa saja faktor pendukung
dan penghambatnya?
Kesimpulan 1. Definisi anak dan hak yang melekat pada anak
2. Aturan internasional yang memberikan perlindungan hak anak
3. Aturan nasional yang memberikan perlindungan hak anak
4. Aturan lokal (daerah) yang memberikan perlindungan bagi hak anak
11
CHECKLIST UNTUK NARASUMBER “HAK ANAK”
Usia Anak
□ Definisi dan batas usia anak
□ Memberikan contoh-contoh aplikatif yang
menjelaskan definisi dan batas usia anak
Hak Anak Dalam Konvensi Hak Anak
□ Memberikan informasi detail seluruh hak anak
yang diatur dalam konvensi hak anak
□ Memberikan contoh-contoh aplikatif yang
menjelaskan hak anak
□ Menjelaskan keterkaitan dan posisi konvensi hak
anak dengan sistem hukum di Indonesia
Hak Anak Dalam Konstitusi
□ Memberikan informasi detail seluruh hak anak
yang diatur dalam UUD 1945
□ Memberikan contoh-contoh aplikatif yang
menjelaskan hak anak
□ Menjelaskan posisi konsitusi sebagai dasar
rujukan hukum bagi seluruh peraturan
perundang- undangan di Indonesia, sehingga
pengaturan hak anak dalam UUD 1945 menjadi
dasar bagi pembuatan Undang-Undang, PERDA,
PERGUB, PERBUP, PERWALI dan juga
PERDES perlindungan anak di Indonesia
Hak Anak Dalam Hukum Nasional (Undang-
Undang)
□ Memberikan informasi detail seluruh hak anak
yang diatur dalam Undang-Undang No 35 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas UU No.23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
□ Memberikan contoh-contoh aplikatif yang
menjelaskan hak anak
□ Menjelaskan posisi Undang-Undang No 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No.23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagai
dasar rujukan hukum bagi pembuatan PERDA,
PERGUB, PERBUP, PERWALI dan juga
PERDES perlindungan anak di Indonesia
Hak Anak Dalam Hukum Lokal (PERDA,
PERGUB, PERWALI, PERBUP, PERDES)
□ Mentabulasi dan memberikan contoh berbagai
PERDA, PERGUB, PERBUP, PERWALI dan
PERDES di Indonesia yang memberikan
perlindungan bagi hak anak
□ Memberikan contoh-contoh aplikatif yang
menjelaskan implementasi PERDA, PERGUB,
PERBUP, PERWALI dan PERDES yang
mengatur tentang perlindungan hak anak
CHECKLIST UNTUK FASILITATOR SESI “HAK ANAK”
Persiapan Sesi
□ Membaca dan menguasai bahan bacaan materi
hak anak
□ Membaca dan memahami tujuan sesi hak anak
□ Mengetahui durasi waktu sesi hak anak
□ Melakukan cross check pada nara sumber bahwa
materi yang akan disampaikan telah sesuai dengan
pointer-pointer kebutuhan peserta
□ Membaca dan menganalisis hasil pre-test peserta
khususnya terkait dengan pengetahuan hak anak
Seminar (Sesi Diskusi)
□ Memandu dan mengatur presentasi narasumber
□ Menyampaikan di forum tujuan dari sesi hak anak
□ Mengkontekskan hak anak dengan situasi dan
kondisi peserta
□ Memandu proses tanya jawab peserta dan
narasumber serta membantu melakukan
pendalaman materi
□ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di
alokasikan dalam sesi seminar
Diskusi Kelompok (StudI Kasus)
□ Memandu peserta untuk membentuk kelompok
diskusi
□ Membagikan contoh kasus “Hak Anak” pada
masing-masing kelompok
□ Menjelaskan mekanisme kerja kelompok,
misalkan hasil kerja kelompok akan
dipresentasikan, dan didebat oleh kelompok
lainnya.
□ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di
alokasikan dalam sesi diskusi kelompok
□ Memastikan peserta telah mengerti dan
memahami hak anak dengan meng-crosscheck
tujuan pelatihan, kebutuhan peserta (melalui hasil
pre-test), penambahan pengetahuan peserta melalui
sesi seminar dan hasil dikusi kelompok
11
BAHAN BACAAN
1. Konvensi PBB tentang Hak Anak
Hak Anak berlaku bagi seluruh anak-anak, tanpa
memandang suku, ras, agama, golongan, warna
kulit, jenis kelamin, dan latar belakang anak.
 Pasal 1: Setiap anak (orang yang berumur
dibawah 18 tahun) berhak memiliki semua
hak anak dalam konvensi PBB tentang hak
anak
 Pasal 2: Berhak untuk tidak didiskriminasi
dalam bentuk apapun
 Pasal 3: Berhak atas keputusan yang baik yang
diambil atas nama anak
 Pasal 4: Berhak agar hak anak dihormati dan
dipenuhi oleh pemerintah
 Pasal 5: Berhak untuk dibesarkan oleh
orangtua (jika anak masih memiliki orang tua)
 Pasal 6: Berhak untuk memiliki kehidupan
 Pasal 7: Berhak untuk diberi nama dan
kewarganegaraan
 Pasal 8: Berhak sebagai individu
 Pasal 9: Berhak untuk tinggal bersama orang
tua, kecuali jika hal ini tidak sesuai
 Pasal 10: Berhak untuk tinggal bersama orang
tua, dinegara tempat mereka tinggal
 Pasal 11: Berhak untuk tidak diculik dan
dipindahkan ke negara lain
 Pasal 12: Berhak untuk mengeluarkan
pendapat dan berhak untuk didengarkan
 Pasal 13: Berhak mendapat informasi dan
mengatakan apa yang dipikirkan
 Pasal 14: Berhak untuk menganut mengikuti
kepercayaan dan menganut agama sesuai
dengan keinginan anak
 Pasal 15: Berhak untuk bertemu dengan orang
lain dan membentuk perkumpulan pemuda
 Pasal 16: Berhak memiliki privasi dalam hidup
 Pasal 17: Berhak mendapatkan informasi dari
TV, radio, buku dan sebagainya
 Pasal 18: Berhak untuk tinggal bersama orang
tua jika mungkin
 Pasal 19: Berhak mendapat perlindungan jika
disakiti, dianiaya dan diabaikan
 Pasal 20: Berhak untuk diberi perlindungan
dan perhatian jika tidak bisa tinggal bersama
orang tua
 Pasal 21: Berhak untuk mendapat tempat di
rumah orang tua angkat jika tidak tinggal
dengan orang tua
 Pasal 22: Berhak mendapatkan perlindungan
dan bantuan (jika anak adalah seorang
pengungsi)
 Pasal 23: Anak yang menderita cacat, berhak
untuk mendapatkan perhatian dan pendidikan
khusus
 Pasal 24: Berhak untuk diberi perawatan
kesehatan yang baik
 Pasal 25: Berhak untuk mendapat
pemantauan jika tidak tinggal di rumah
 Pasal 26: Berhak untuk mendapat bantuan
pemerintah jika miskin atau membutuhkan
bantuan
 Pasal 27: Berhak untuk mendapatkan tempat
yang baik untuk tumbuh
 Pasal 28: Berhak mendapatkan pendidikan
yang baik
 Pasal 29: Berhak atas pendidikan yang dapat
meningkatkan pengetahuan tentang anak,
tentang orang lain dan hak-hak mereka
 Pasal 30: Berhak untuk berbicara dalam
bahasa ibu (bahasa asli anak) dan menjalankan
agama atau tradisi
 Pasal 31: Berhak untuk bermain
 Pasal 32: Berhak untuk tidak bekerja di tempat
yang mungkin tidak sehat untuk anak atau
mencegah anak mendapat kesempatan untuk
mendapat pendidikan
 Pasal 33: Berhak dilindungi dari pemakaian,
pembuatan atau penjualan obat-obatan
berbahaya
 Pasal 34: Berhak dilindungi dari kekerasan
dan gangguan seksual
 Pasal 35: Berhak untuk tidak di culik dan
dijual
 Pasal 36: Berhak untuk tidak di eksploitasi
 Pasal 37: Berhak untuk tidak dihukum secara
kejam atau disiksa dan tidak dipenjarakan
bersama tahanan dewasa
 Pasal 38: Jika dibawah 15 tahun, berhak untuk
tidak masuk tentara atau bertempur dalam
perang. Jika berada di zona perang, berhak
mendapat perlindungan.
 Pasal 39: Jika disakiti, diperlakukan secara
tidak baik atau diabaikan, berhak
12
11
mendapatkan bimbingan agar keadaan
menjadi baik kembali
 Pasal 40: Berhak menerima bantuan bila
membela diri dalam pengadilan. Jika
melanggar hukum, umurnya harus dijadikan
pertimbangan.
 Pasal 41: Apabila hak dinegara lain lebih baik
dari pada yang tertera disini, kamu berhak atas
hak tersebut, dan bukan yang tertulis disini.
 Pasal 42: Berhak untuk mengetahui haknya
sendiri dan Pemerintah harus memastikan hal
ini dilaksanakan.
Pasal yang lainnya tidak menyebutkan hak tetapi
membahas bagaimana pemerintah dan organisasi
lain bekerja sama agar semua anak bener-bener
menerima hak seperti yang tertulis disini
2. Pengaturan Hak Anak Dalam Hukum
Nasional:
Undang-undang Dasar 1945
Anak sebagai amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
didalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak
asasi yang harus dijunjung tinggi.
Hak asasi anak yang paling mendasar adalah: Hak
untuk hidup, kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak (Undang-undang Dasar 1945,
Amandemen II pasal 28B ayat (2)).
Bunyi Undang-undang Dasar 1945, Amandemen II
pasal 28B ayat (2): “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”
Anak adalah masa depan bangsa, pada diri anak
diharapkan kelak menjadi penerus bangsa yang
potensial, tangguh, memiliki jiwa nasionalisme yang
dijiwai akhlak mulia serta berkemauan keras untuk
menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Untuk
mewujudkan cita-cita tersebut, kewajiban orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara untuk
memberikan hak-hak anak secara optimal sejak dini.
Hak Anak Dalam Undang-undang No 35
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No.23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:
 Pasal 4: Hak anak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar
sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.
 Pasal 5: Setiap anak berhak atas suatu nama
sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan.
 Pasal 6: Setiap anak berhak untuk beribadah
menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya,
dalam bimbingan orang tua.
 Pasal 7: (1) Setiap anak berhak untuk
mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan
diasuh oleh orang tuanya sendiri. (2) Dalam
hal karena suatu sebab orang tuanya tidak
dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau
anak dalam keadaan terlantar maka anak
tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai
anak asuh atau anak angkat oleh orang lain
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Pasal 8: Setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan
sosial.
 Pasal 9: (1) Setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya. (2) Selain hak anak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak
yang menyandang cacat juga berhak
memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan
bagi anak yang memiliki keunggulan juga
berhak mendapatkan pendidikan khusus.
 Pasal 10: Setiap anak berhak menyatakan dan
didengar pendapatnya, menerima, mencari,
dan memberikan informasi sesuai dengan
tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-
nilai kesusilaan dan kepatutan.
 Pasal 11: Setiap anak berhak untuk
beristirahat dan memanfaatkan waktu luang,
bergaul dengan anak yang sebaya, bermain,
berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat,
bakat, dan tingkat kecerdasannya demi
pengembangan diri.
 Pasal 12: Setiap anak yang menyandang cacat
berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan
sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial.
 Pasal 13: (1) Setiap anak selama dalam
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain
mana pun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan, berhak mendapat perlindungan
dari perlakuan: (a). diskriminasi; (b).
eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
13
12
(c). penelantaran; (d). kekejaman, kekerasan,
dan penganiayaan; (e). ketidakadilan; dan (f).
perlakuan salah lainnya. (2) Dalam hal orang
tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala
bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan
pemberatan hukuman.
 Pasal 14: Setiap anak berhak untuk diasuh
oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada
alasan dan/atau aturan hukum yang sah
menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah
demi kepentingan terbaik bagi anak dan
merupakan pertimbangan terakhir.
 Pasal 15: Setiap anak berhak untuk
memperoleh perlindungan dari: (a).
penyalahgunaan dalam kegiatan politik; (b).
pelibatan dalam sengketa bersenjata; (c).
pelibatan dalam kerusuhan sosial; (d).
pelibatan dalam peristiwa yang mengandung
unsur kekerasan; dan (e). pelibatan dalam
peperangan.
 Pasal 16: (1) Setiap anak berhak memperoleh
perlindungan dari sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang
tidak manusiawi. (2) Setiap anak berhak
untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan
hukum. (3) Penangkapan, penahanan, atau
tindak pidana penjara anak hanya dilakukan
apabila sesuai dengan hukum yang berlaku
dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya
terakhir.
 Pasal 17: (1) Setiap anak yang dirampas
kebebasannya berhak untuk:
a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi
dan penempatannya dipisahkan dari orang
dewasa;
b. memperoleh bantuan hukum atau
bantuan lainnya secara efektif dalam setiap
tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
c. membela diri dan memperoleh keadilan di
depan pengadilan anak yang objektif dan
tidak memihak dalam sidang tertutup
untuk umum.
(2) Setiap anak yang menjadi korban atau
pelaku kekerasan seksual atau yang
berhadapan dengan hukum berhak
dirahasiakan.
 Pasal 18: Setiap anak yang menjadi korban
atau pelaku tindak pidana berhak
mendapatkan bantuan hukum dan bantuan
lainnya.
Summary Hak Anak Dalam Undang-undang
No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU
No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:
a. Berhak untuk mendapatkan kehidupan yang
layak dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal
dan perawatan kesehatan.
b. Berhak untuk tumbuh kembang secara wajar
tanpa halangan. Anak berhak untuk mengetahui
identitasnya, bermain, beristirahat, bebas
mengemukakan pendapat, memilih agama,
mempertahankan keyakinan, dan semua hak
yang memungkinkan mereka berkembang
secara maksimal sesuai potensinya.
c. Berhak untuk mendapat perlindungan dari
perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik
ekonomi, seksual, penelantaran, kekejaman,
kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan dan
perlakuan salah.
d. Berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat,
bebas untuk berekspresi, bebas untuk
berinteraksi dengan orang lain dan menjadi
anggota suatu perkumpulan.
e. Berhak memperoleh pendidikan minimal
tingkat dasar. Bagi anak yang terlahir dari
keluarga yang tidak mampu dan yang tinggal
didaerah terpencil, pemerintah berkewajiban
untuk bertanggung jawab untuk membiayai
pendidikan mereka.
Asas Perlindungan Anak Sebagai Berikut:
a. Non diskriminasi, maksudnya adalah
perlindungan kepada semua anak Indonesia
tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,
jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status
hukum anak dan kondisi fisik maupun mental
anak.
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak, maksudnya
adalah semua tindakan yang menyangkut anak
yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat,
badan legislatif dan yudikatif maka kepentingan
yang terbaik bagi anak harus menjadi
pertimbangan utama.
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan
perkembangan, maksudnya adalah hak asasi
anak yang paling mendasar yang harus
dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat,
keluarga dan orang tua.
d. Penghargaan terhadap pendapat anak,
maksudnya adalah penghargaan atas hak-hak
anak untuk berpartisipasi dan menyatakan
pendapatnya dalam pengambilan keputusan
terutama yang menyangkut kehidupan anak.
14
15
CONTOH KASUS 1
Kemudian Mirna pun mengaku kalau hari ini dia
dengan temen-temennya pergi ke Ancol untuk
melihat aquarium bawah laut. Sontak Juki semakin
marah, menurut Juki aquarium bawah laut itu
hiburan orang kaya, mahal, dan nggak sepatutnya
anaknya jalan-jalan kesana, kecuali keuangan
keluarga sudah cukup. Dalam kemarahan itu
kemudian Juki memukul Mirna berkali-kali, dengan
harapan Mirna akan jera dan takut serta tunduk
dengan perintah bapaknya.
Seminggu kemudian, Juki mendapatkan surat dari
sekolah, ternyata anaknya kena skorsing karena
sering bolos sekolah, dan Juki baru mengetahui
kalau Mirna dan temen-temen satu gengnya kadang
jalan-jalan tidak hanya selesai jam sekolah, namun
juga dengan melakukan bolos.
1. Tindakan mana saja kah yang termasuk
pelanggaran hak anak?
2. Benarkah sikap dan tindakan Juki sebagai orang
tua?
3. Apakah langkah-langkah yang dilakukan sekolah
dengan mengskorsing Mirna dan temen-
temennya tidak melanggar hak anak?
4. Apa yang akan anda lakukan sebagai bagian dari
masyarakat jika melihat kasus seperti ini?
Seorang Bapak bernama Juki yang tinggal di
Jakarta, terlihat kesal melihat Mirna anak
semata wayangnya suka pulang sekolah telat,
hampir tiap hari Mirna pulang sekolah jam 7
malam, padahal jam pulang sekolahnya
harusnya selesai jam 2 siang.
Mirna adalah siswi SMP yang masih berumur
13 tahun, Ia bergaul dengan temennya Putri,
Sisil dan Dita, mereka punya
geng/kelompok curhat yang hobby jalan-
jalan. Setiap hari, selepas pulang sekolah
mereka jalan ke tempat-tempat yang
menurut mereka menarik, kadang ke Monas,
kadang ke Banjir Kanal Timur, kadang ke
Taman Suropati, kadang ke Museum Kota
Tua, Ancol, dan lain-lain. Hobby itu mereka
lakukan tiap hari, sepulang sekolah mereka
mulai jalan bersama dan pulang kerumah jam
7 malam. Kegiatan mereka ini selain menyita
waktu juga menyita biaya, tiap hari masing-
masing dari mereka termasuk Mirna minta
uang saku berlebih ke orang tuanya.
Aktifitas Mirna membuat Juki kesal, hingga
suatu hari Juki marah besar karena saat
berangkat pagi Mirna merengek minta uang
saku berlebih, yaitu 30.000 rupiah, dengan
alasan buat membeli bahan-bahan buku
gambar. Saat itu Juki menurutinya, Juki
memberikan uang saku 30.000, namun
ternyata hari itu Mirna malah diketahui
pulang jam 7.30 malam.
Juki marah, begitu Mirna masuk pintu Juki
mencak-mencak, dan Mirna pun sangat
ketakutan dan menangis, Mirna duduk
dilantai, dan Juki terus memarahi Mirna,
“Dasar anak bandel” “anak kurang ajar”
“kurang apa bapakmu ini sudah turutin
semua yang kamu minta kamu malah
nglujak” “dasar anak bego” “goblok” “anak
nggak tau diri, nggak tahu diuntung”. Mirna
terus menangis ketakutan, tapi bapaknya
bukan semakin diem, “eh kamu jangan
mewek doank” “kemana kamu tadi
nglayap?” “nggak tahu bapak ini khawatir”
“bapak begini karena sayang sama kamu.”
16
CONTOH KASUS 2
Hingga diusia 15 tahun, Susi lulus SMP, Ia akan
melanjutkan sekolah SMA, Ibunya Susi tidak
memiliki uang untuk membayar uang pendaftaran
dan kebutuhan lainnya, begitu juga Anton
kakaknya. Dari sisa uang transportasinya yang ia
tabung, Susi hanya memiliki uang yang tidak
seberapa, sekitar Rp. 300.000.
Susi pun kebingungan harus mencari uang
kemana, hingga kemudian Susi mendapatkan 2
tawaran. Pertama tawaran dari sebuah pemilik
warung remang-remang, yang bersedia menggaji
Susi dengan harga Rp. 2.000.000 perbulan.
Karena masih sekolah Susi hanya diwajibkan
masuk 3 sampai 4 kali seminggu, dengan satu atau
dua hari weekend, sehingga tidak begitu
mengganggu waktu sekolahnya. Adapun job yang
diberikan pada Susi adalah sebagai pelayanan
minuman. Kedua, tawaran menikah dengan Pak
Warso, duda kaya beranak 5, meskipun ingin
menikahi Susi, tapi Pak Warso berjanji akan
menyekolahkan Susi hingga menjadi sarjana. Pak
Warso ingin membantu Susi untuk mencapai cita-
citanya.
1. Pada saat berusia 14 tahun Susi bekerja sebagai
pelayan warung makan, bagaimana menurut
anda, apakah pemilik warung makan boleh
mempekerjakan Susi saat itu?
2. Dengan jaminan dari pemilik warung, bahwa
pekerjaan yang diberikan pada Susi tidak akan
menganggu sekolah Susi, apakah Susi boleh
bekerja di warung remang-remang?
3. Jika Ibu dan Kakak Susi setuju untuk
menikahkan Susi dengan Pak Warso, kira-kira
apa yang akan dilakukan oleh anda sebagai
tetangga Susi? Atau anda sebagai tokoh
masyarakat? Sebagai tokoh agama? Sebagai
Guru? Sebagai aparat pemerintah Desa?
Saat Susi berusia 14 tahun, ketika Ia sedang
sekolah SMP, Ia memiliki cita-cita besar, dia
ingin menjadi seorang politisi, sehingga dia
belajar sangat rajin. Susi terlahir dari keluarga
yang pas-pasan, di sebuah Desa di daerah
Malang, Jawa Timur, dengan 3 bersaudara,
kakaknya Anton tamat SMP, sekarang
bekerja sebagai buruh tani, dan mencari
rumput untuk seekor sapi peninggalan
bapaknya, Susi adalah anak kedua, dan
adiknya Mila saat ini berusia 11 tahun, masih
duduk di Sekolah Dasar (SD).
Bapak Susi meninggal ketika Ia berusia 12
tahun, dan sejak saat itu Ia membantu ibunya
untuk mengelola kebun dan sepetak sawah
peninggalan bapaknya, terkadang untuk
membantu ibunya membayar kebutuhan
sekolah seperti transportasi dan membeli
buku. Ia bekerja sambilan disebuah warung
makan dipinggir jalan lereng gunung menuju
air terjun, sebagai pelayan warung makan.
Hasilnya lumayan, jam kerja setengah hari
dari sepulang sekolah Susi mengantongi uang
Rp. 20.000 dari pemilik warung. Uang itu
oleh Susi diberikan kepada ibunya 10.000
rupiah, yang 10.000 lagi ia gunakan untuk
membayar angkutan umum pulang balik dari
sekolahnya 6.000 rupiah, sisanyaRp. 4.000
oleh susi ditabung jika ada kebutuhan
mendadak beli buku. Susi menyadari, ia
berasal dari keluarga tidak mampu, sehingga
ia hampir tidak pernah menggunakan
uangnya untuk jajan (membeli makanan
kecil), kadang Susi membawa bekal makan
siang dari rumah, hal ini ia lakukan untuk
menghemat pengeluaran.
Ketika bekerja, tidak sedikit tamu warung
yang menggodanya dengan pertanyaan “Susi
usianya berapa?” “Susi sudah ngerti pacarana
belum?”, tapi karena tekad dan cita-citanya
Susi tidak pernah tergoda, dia selalu
mengatakan bahwa Ia harus bekerja dan
mendapatkan uang untuk melanjutkan
sekolahnya.
17
CONTOH KASUS 3
Rudi (6 tahun) adalah anak dari seorang perempuan bernama Sumarni, Sumarni melahirkan Rudi karena
terpaksa, dimana saat itu Sumarni bekerja sebagai PRT dirumah bapak Radja di Surabaya. Selama 2 tahun
Sumarni bekerja, Ia dipaksa oleh pak Radja untuk melayani kebutuhan seksualnya, saat itu Sumarni yang
masih berumur 17 tahun tidak berani menolak, Ia takut dengan ancaman pak Radja yang mengatakan akan
memecatnya, dan memulangkannya ke kampung tanpa gaji sepeser pun.
Hingga akhirnya Sumarni hamil, dan Ia bingung harus bagaimana, dan yang lebih menyakitkan Sumarni
diusir dari rumah pak Radja, disuruh pulang dan diberi sejumlah uang. Sumarni pun kemudian tinggal
dirumah tantenya di daerah Sidoarjo hingga anaknya lahir, tantenya Sumarni kemudian mencarikan keluarga
yang bersedia mengadopsi anak Sumarni yang telah diberi nama Rudi. Secara kebetulan tetangga tante
Sumarni ada yang tidak memiliki anak dan bersedia mengadopsi Rudi.
Tahun pun berlalu, Rudi mendapatkan pengasuhan dan kasih sayang yang baik, seluruh keluarga barunya
sangat menyayangi Rudi, dan Rudi tumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar. Hingga kemudian Rudi
berusia 6 tahun, dan Ia harus masuk SD. Keluarga baru Rudi bermaksud memasukkan Rudi di sekolah
favorit, dan untuk itu Rudi harus memiliki akte lahir.
Keluarga baru Rudi, kemudian mengurus akte lahir Rudi, dan karena alasan untuk menjaga perkembangan
psikologi Rudi, dimana Rudi akan sangat kecewa kalau mengetahui dirinya adalah anak korban perkosaan,
maka keluarga baru Rudi membuat asal usul Rudi bukan anak dari seorang ibu yang bernama Sumarni,
namun Rudi adalah anak dari seorang Bapak yang bernama Sigit dan Ibu yang bernama Rita.
1. Apakah langkah keluarga baru Rudi dapat dibenarkan?
2. Adakah hak anak yang dilanggar dalam kasus Rudi? Jika ada apa saja, mohon sebutkan?
3. Apakah yang harus dilakukan oleh masyarakat jika menemukan kasus seperti ini?
18
CONTOH KASUS 4
Susan (16 tahun) adalah seorang anak yang terlahir di keluarga kaya, Susan sangat dimanja oleh orang
tuanya, apapun yang diminta pasti diberikan (dituruti). Hingga suatu hari Susan minta kepada papa mamanya
untuk liburan dengan teman-temannya di Bali, Susan mengatakan Ia akan berlibur dengan 6 orang
temennya, 4 orang diantaranya adalah perempuan dan 2 orang lagi laki-laki.
Papa Mama Susan yang selama ini selalu memanjakan anaknya tidak melarang rencana liburan tersebut,
bahkan Papa Mamanya memberikan kunci villa keluarga kepada Susan, dan meminta Susan dan temen-
temennya untuk tinggal di Villa keluarga.
Singkat kata, liburan Susan seminggu di Bali Bersama temen-temennya berjalan sukses, Susan pulang
dengan sangat bahagia, terlihat Ia sangat menikmati liburannya. Hingga 3 bulan kemudian, orang Tua Susan
melihat Susan murung dan bersedih. Karena khawatir, berkali-kali orang tua Susan menanyakan kenapa
sikap anaknya berubah, namun Susan tetap tutup mulut. Kondisi Susan semakin murung, Ia tetap
bersekolah namun terlihat menjauhkan diri dari pergaulan temen-temennya. Hingga 6 bulan dari liburan di
Bali, orang tua Susan mendapatkan perut anaknya tumbuh semakin besar, seperti perempuan yang sedang
hamil. Kemudian mereka mengajak Susan berbicara dari hati ke hati, dan benar ternyata Susan hamil dengan
salah satu temannya yang bernama Rico.
Kemudian keluarga Susan dan Rico bertemu dan membicarakan solusi terbaik, kemudian disepakati Rico
dan Susan dinikahkan, dan untuk menghilangkan rasa malu keluarga, Susan berhenti bersekolah, Susan
untuk sementara dipindahkan dari Bandung untuk tinggal di keluarga jauhnya di Medan.
1. Hak apa saja yang dilanggar dalam kasus tersebut?
2. Bolehkah langkah yang dilakukan oleh orang tua Susan?
3. Apa yang harus dilakukan masyarakat jika menemukan kasus seperti ini?
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
MODUL 3 PERLINDUNGAN ANAK DI
DAERAH TUJUAN WISATA DI INDONESIA
Tujuan 1. Untuk mengetahui peta situasi perlindungan anak di Indonesia.
2. Untuk mengetahui peta situasi perlindungan anak di daerah
wisata
3. Untuk mengetahui keterkaitan pariwisata dengan kasus
eksploitasi seksual komersial anak (ESKA), diantaranya meliputi
pornografi, prostitusi anak, perkawinan anak, perdagangan seks
anak dan pariwisata seks anak.
4. Untuk mengenal dampak internet pada anak
Pengetahuan yang di butuhkan Pengetahuan dan pemahanan mengenai perlindungan anak di daerah tujuan
wisata di Indonesia
Waktu Durasi 120 menit
- Seminar/paparan nara sumber = 55 menit
- Tanya jawab peserta = 15 menit
- Kerja kelompok = 20 menit
- Presentasi hasil kerja kelompok =30 menit
Perlengkapan (1) Kertas Plano, (2) Spidol, (3) Selotip, (4) Contoh kasus, (5) In-focus, (6) Power
point presentasi, (7) Laptop
Metode Penyampaian Seminar dan partisipatif melalui belajar analisis kasus (studi kasus)
Prosedur 1. Sebelum seminar dilakukan, fasilitator melakukan checklist daftar
kebutuhan sesi.
2. Membaca dan menganalisis hasil pretest terkait dengan topik yang sedang
dibahas
3. Mempersiapkan presentasi dari bahan bacaan untuk memberikan
pendalaman pengetahuan peserta.
4. Memandu sesi seminar
5. Membuka ruang diskusi tanya jawab.
6. Mempersilahkan peserta untuk kembali ke masing-masing kelompok.
7. Membagikan kertas plano kepada masing-masing kelompok.
8. Membagikan lembar kasus dan pertanyaan didalamnya kepada masing-
masing kelompok
9. Meminta masing-masing kelompok agar mendiskusikan kasus dan
pertanyaan
10. Meminta masing-masing kelompok untuk merumuskan jawaban dan
menuliskannya dalam kertas plano.
11. Masing-masing kelompok menunjuk perwakilannya untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
12. Meminta pendapat kelompok lainnya (check dan recheck).
Pertanyaan kunci 1. Bagaimana peta situasi perlindungan anak di daerah wisata di Indonesia?
2. Bagaimana situasi perlindungan anak didaerah wisata yang ada di
kabupaten anda?
3. Apa yang dimaksud dengan ESKA?
4. Apa yang dimaksud wisata seks anak?
5. Apa yang dimaksud perkawinan anak? Bagaimana praktek perkawinan
anak didaerah anda?
33
6. Apa yang dimaksud dengan pornografi anak? Adakah kasus pornografi
yang pernah terjadi didaerah anda?
7. Apa yang dimaksud dengan prostitusi anak?
8. Apa keterkaitan pariwisata dengan kasus eksploitasi seksual komersial
anak (ESKA)?
9. Adakah dampak internet pada anak? Adakah perkembangan
penggunaan internet oleh anak-anak di daerah anda?
Kesimpulan 1. Peta situasi anak didaerah wisata di Indonesia
2. Definisi ESKA, Wisata Seks Anak, Pornografi, Perkawinan Anak,
Prostitusi Anak
3. Pentingnya internet sehat bagi anak
4. Pentingnya peran orang tua dan keluarga dalam melindungi anak dari
ESKA di daerah tujuan wisata
CHECKLIST UNTUK NARASUMBER
“PERLINDUNGAN ANAK DI DAERAH TUJUAN WISATA DI INDONESIA”
Gambaran Umum Situasi Perlindungan Anak di
Indonesia
□ Mengutip dan memaparkan data, kasus atau hasil
penelitian yang menggambarkan situasi
perlindungan anak di Indonesia
□ Menjelaskan dan memberikan contoh-contoh
aplikatif kenapa masih terjadi kekerasan dan
tindakan diskriminasi pada anak di Indonesia.
Keterkaitan Pariwisata dengan Eksploitasi
Seksual Komersial Anak (ESKA)
□ Mendetailkan definisi pariwisata dan ruang
lingkup serta manfaatnya bagi masyarakat
□ Mendetailkan definisi ESKA dan faktor-faktor
penyebabnya
□ Mendetailkan definisi prostitusi anak dan faktor-
faktor penyebabnya
□ Memdetailkan definisi pornografi anak dan
faktor-faktor penyebabnya
□ Memdetailkan definisi perkawinan anak dengan
ESKA dan faktor-faktor penyebabnya
□ Menjelaskan perlindungan hukum bagi anak
korban ESKA, prostitusi anak, pornografi anak,
perkawinan anak dalam sistem hukum dan
perundang-undangan di Indonesia Memberikan
contoh-contoh aplikatif yang menjelaskan
tentang kasus ESKA di daerah wisata
□ Menjelaskan keterkaitan dan posisi pariwisata
terhadap potensi terjadinya kasus ESKA
Dampak Internet bagi Anak
□ Menjelaskan dampak positif internet bagi anak
beserta dengan contoh-contohnya
□ Menjelaskan dampak negatif penggunaan
internet bagi anak beserta dengan contoh-
contohnya
□ Menjelaskan upaya yang bisa dilakukan orang tua
dalam mengawasi dampak negatif internet bagi
anak dan mendorong anak untuk mengakses
konten-konten yang memberikan dampak positif
bagi tumbuh kembang anak
CHECKLIST UNTUK FASILITATOR SESI
“PERLINDUNGAN ANAK DI DAERAH TUJUAN WISATA DI INDONESIA”
Persiapan Sesi
□ Membaca dan menguasai bahan bacaan materi
perlindungan anak didaerah tujuan wisata di
Indonesia
□ Membaca dan memahami tujuan sesi
perlindungan anak didaerah tujuan wisata di
Indonesia
□ Mengetahui durasi waktu sesi
□ Melakukan cross check pada nara sumber bahwa
materi yang akan disampaikan telah sesuai
dengan pointer-pointer kebutuhan peserta
□ Membaca dan menganalisis hasil pre-test peserta,
khususnya terkait dengan pengetahuan ESKA,
pornografi, prostitusi anak, perkawinan anak dan
dampak internet bagi anak di Indonesia
28
Seminar (Sesi Diskusi)
□ Memandu dan mengatur presentasi narasumber
□ Menyampaikan tujuan dari sesi perlindungan
anak didaerah tujuan wisata di Indonesia
□ Mengkontekskan situasi perlindungan anak di
Indonesia dengan situasi dan kondisi di daerah
wisata dimana peserta berasal
□ Memandu proses tanya jawab peserta dan
narasumber serta membantu melakukan
pendalaman materi
□ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di
alokasikan dalam sesi seminar
Diskusi Kelompok (Study Kasus)
□ Memandu peserta untuk membentuk kelompok
diskusi
□ Membagikan contoh kasus “Perlindungan anak
didaerah tujuan wisata di Indonesia” pada
masing-masing kelompok
□ Menjelaskan mekanisme kerja kelompok,
misalkan hasil kerja kelompok akan
dipresentasikan, dan didebat oleh kelompok
lainnya.
□ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di
alokasikan dalam sesi diskusi kelompok
□ Memastikan peserta telah mengerti dan
memahami tentang ESKA, pornografi,
perkawinan anak, prostitusi anak, dampak
internet bagi anak, dengan meng-crosscheck tujuan
pelatihan, kebutuhan peserta (melalui hasil pre-
test), penambahan pengetahuan peserta melalui
sesi seminar dan hasil dikusi kelompok
BAHAN BACAAN
1. Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA)
Eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) adalah suatu jenis kejahatan baru yang sedang berkembang
di dunia sekarang ini. Kejahatan ini terdiri dari Prostitusi anak, Pornografi anak, Perdagangan
anak untuk tujuan seksual, Pariwisata seks anak dan Perkawinan anak.
Tidak ada data yang pasti mengenai berapa jumlah korban ESKA saat ini, UNICEF Indonesia pernah
melakukan penelitian tentang anak yang menjadi korban ESKA dan ditemukan ada sekitar 40.000-70.000
anak yang menjadi korban ESKA. Masalahnya adalah hasil penelitian ini sudah tidak relevan lagi untuk
dijadikan bahan referensi karena data ini adalah hasil penelitian yang dilakukan pada pertengahan tahun
90’an dan kemungkinan besar jumlah tersebut sudah naik secara signifikan.
Modus kasus-kasus ESKA yang terjadi saat ini, diantaranya adalah Prostitusi online dan Pornografi
anak, banyak anak-anak terjebak dalam kecanggihan teknologi (internet). Indonesia masuk dalam
sepuluh besar pengguna internet terbesar didunia, dan hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa para
predator seks anak masuk juga kedalam dunia internet ini untuk mencari korban dan mengambil
keuntungan dari anak tersebut.
ECPAT Internasional mendefinisikan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) sebagai sebuah
pelanggaran mendasar terhadap hak-hak anak, diantaranya pelanggaran berupa: Kekerasan seksual
oleh orang dewasa dengan pemberian imbalan kepada anak, atau orang ketiga, atau orang-
orang lainnya. Sederhananya, anak yang diperlakukan sebagai objek seksual komersial adalah
perwujudan dari praktek kerja paksa dan perbudakan modern terhadap anak, sebab tak jarang anak-anak
dipaksa mengalami kekerasan fisik dan trauma.
Definisi Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) menurut ILO (2008: 12) mencakup hal-
hal berikut ini:
1) Pemakaian anak perempuan dan anak laki-laki dalam kegiatan seksual yang dibayar dengan uang
tunai atau dalam bentuk barang (umumnya dikenal sebagai prostitusi anak) di jalanan atau di dalam
gedung, di tempat-tempat seperti rumah pelacuran, diskotek, panti pijat, bar, hotel dan restoran.
Wisata seks anak.
34
25
2) Pembuatan, promosi dan distribusi pornografi yang melibatkan anak-anak. Termasuk Pemakaian
anak-anak dalam pertunjukan seks (publik/ swasta).
Definisi ESKA dari adaptasi dari Deklarasi Stocholm Konggres Dunia Anti ESKA, Juni 1996
adalah: Penggunaan anak untuk melakukan hubungan seksual dengan orang dewasa dengan imbalan
uang atau barang kepada anak tersebut atau kepada pihak ketiga, yang terjadi dalam berbagai bentuk
yaitu, prostitusi, pornografi dan perdagangan serta bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya.
Namun, ada pendapat lain yang membagi eksploitasi seksual menjadi tiga bentuk, yaitu: pelacuran anak,
pornografi anak dan perdagangan anak untuk tujuan seksual. Sementara itu, pernikahan dan pariwisata
seks anak hanya merupakan cara untuk dapat mengekploitasi anak-anak tersebut (Antarini Arna dan
Mattias Bryneson, 2004).
2. Pornografi Anak
Pornografi anak adalah pertunjukan apapun atau dengan cara apa saja yang melibatkan anak dalam
aktivitas seksual yang nyata atau yang menampilkan bagian tubuh anak demi tujuan-tujuan seksual.
Pornografi anak termasuk foto, pertunjukan visual dan audio dan tulisan dan dapat disebarkan melalui
majalah, buku, gambar, film, kaset video, handphone serta disket atau file komputer. Secara umum, ada
dua kategori pornografi, yaitu: pornografi yang tidak eksplisit secara seksual tetapi mengandung gambar
anak-anak yang telanjang dan menggairahkan, serta pornografi yang menyajikan gambar anak-anak yang
terlibat dalam kegiatan seksual.
Sedangkan menurut Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child definisi pornografi anak
sebagai berikut “Penggambaran anak, dengan cara apapun, yang sedang melakukan kegiatan
seksual yang eksplisit, baik yang nyata maupun dalam bentuk simulasi, atau penggambaran
alat-alat vital seorang anak yang tujuan utamanya bersifat seksual”.1
Optional Protocol KHA mengenai Penjualan, Prostitusi dan Pornografi Anak, ditandatangani
Pemerintah Indonesia 2001. Kepres RI No. 87/2002 mengenai Rencana Aksi Nasional Penghapusan
Eksploitasi Anak: “Setiap representasi, dengan sarana apapun, pelibatan secara eksplisit seorang
anak dalam kegiatan seksual baik secara nyata maupun disimulasikan, atau setiap representasi
dari organ-organ seksual anak untuk tujuan seksual”
Kasus pornografi anak, jumlahnya juga sangat memprihatinkan, tidak sedikit anak-anak di Indonesia
yang menjadi objek pornografi. Seperti yang pernah terjadi pada kasus di tahun 2006, seorang warga
negara Australia, Peter W Smith, mengaku telah mencabuli 50 (lima puluh) anak Indonesia dan
merekamnya dalam format film dan foto. Kasus lain adalah eksploitasi seksual di Surabaya oleh Juki
Chandra, ia melakukan pencabulan terhadap anak-anak dan merekam seluruh adegan kedalam film.
Kepolisian mencatat ada sekitar 100 (seratus) rekaman film didalam telepon selular tersangka yang dibuat
sejak maret 2006, parahnya hukum belum bisa berpihak pada anak yang menjadi korban sehingga
pelakunya dinyatakan bebas.2
1 Tindak Pidana Terkait Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) Dalam Rancangan KUHP, ECPAT Indonesia,
ICJR, Aliansi Nasional Revisi KUPH, 2016, hal.7
2 Ibid hal.10
35
26
Identifikasi Pornografi Anak3
Pertunjukan apapun atau dengan cara apa saja yang melibatkan anak didalam aktifitas seksual yang
nyata atau eksplisit atau yang menampilkan bagian tubuh anak demi tujuan seksual.
Contoh-contoh pertunjukan apapun antara lain:
- Iklan di media cetak atau elektronik
- Film
- Foto
- Live show (pertunjukan langsung)
- Audio/suara
- Komik
- Games
3. Wisata Seks Anak
Parawisata Seks Anak (PSA) adalah suatu eksploitasi seksual komersial anak yang dilakukan oleh orang-
orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, dan di tempat tersebut mereka
berhubungan seks dengan anak, yaitu siapa saja yang berumur dibawah 18 tahun. Parawisata seks anak,
sering melibatkan penggunaan berbagai layanan akomodasi, transportasi dan layanan-layanan pariwisata
terkait lainnya yang dapat memfasilitasi kontak dengan anak-anak dan memungkinkan pelaku untuk
tetap tidak terlihat di dalam masyarakat dan lingkungan sekitar.
Pariwisata seks anak melibatkan pemberian uang, pakaian, makanan atau bentuk kebaikan lain kepada
seorang anak atau pihak ketiga untuk melakukan hubungan seksual. PSA terjadi di berbagai tempat,
mulai dari lokalisasi-lokalisasi di daerah pelacuran sampai ke pantai-pantai atau hotel-hotel berbintang
lima dan di daerah-daerah perkotaan, pedesaan atau pesisir. Pariwisata seks anak dapat terjadi dalam
kurun waktu yang lama, khususnya jika ada proses 'grooming' atau persiapan yang panjang dimana
selama masa tersebut seorang pelaku kekerasan seks terhadap anak berteman dengan seorang anak yang
rentan dan berusaha untuk mendapatkan kepercayaan dari anak tersebut sebelum mengeksploitasi anak
tersebut secara seksual. Dalam beberapa kasus lain, wisatawan seks anak tersebut membeli layanan
seksual secara langsung dari pihak ketiga yang membuat anak tersebut berada dalam sebuah posisi
eksploitasi dan kemudian menyediakan anak tersebut untuk wisatawan itu.
Wisata seks anak masuk kategori pelanggaran hukum di Indonesia, diantaranya diatur dalam Undang-
Undang No 23 tahun 2003 tetang Perlindungan Anak, mengatur bahwa di Indonesia melakukan
hubungan seks dengan anak, baik itu dengan paksaan maupun dengan persetujuan masuk dalam kategori
kriminal/ pelanggaran hukum, dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Modusnya, anak diberi imbalan
berupa uang atau benda (makanan, permen, barang materiil, dukungan, kasih sayang, dan hadiah)
3
Paduan Investigasi, Monitoring dan Pelaporan Kasus-Kasus ESA, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak(PKPA),
2011. Hal. 58
36
26
Adapun faktor penyebab terjadinya wisata seks anak antara lain:
- Kemiskinan
- Korupsi
- Tuna wisma
- Pendidikan rendah
- Hutang keluarga
- Hancurnya keluarga
- Perceraian atau ketidakharmonisan rumah
tangga
- Konsumerisme
- Perpindahan dari pedesaan ke perkotaan
- Bencana alam
- Salah menempatkan kepercayaan pada
orang asing
- Permintaan akan seks
- Ketakutan akan HIV/AIDS dan penyakit
kelamin
- Kebutuhan akan kekuasaan dan control
- Meningkatkan jumlah wisatawan
- Kepercayaan yang salah tentang budaya
atau diskriminasi berdasarkan jenis kelamin
- Diskriminasi atau preferensi terhadap
kelompok etnis tertentu
- Makin ketatnya hukum dinegara lain
- Tidak menghormati hak-hak anak
- Keyakinan yang salah tentang kebudayaan
orang lain
- Meningkatnya kesempatan untuk berbagi
informasi melalui internet
- Keuntungan tinggi yang diperoleh para
germo, pedagang anak-anak, pemilik bordil
dan kadang-kadang orang tua atau anak-
anak sendiri
Dibawah ini adalah beberapa dampak dari berlangsungnya praktek wisata seks anak:
- Berisiko tinggi terhadap penularan penyakit
kelamin atau HIV/AIDS
- Sistem reproduksi masih dalam proses
pembentukan sehingga dapat mengalami
cidera pada saluran vagina
- Terjadi kehamilan, pengguguran
kandungan dan masalah kesuburan yang
bisa dihadapi kemudian hari
- Rentan masuk dalam sindikat narkoba, baik
pemakai maupun pengedar
- Beresiko untuk bermasalah dengan hukum
karena melakukan tindakan kriminal
- Rendah diri, tidak percaya diri
- Mendapatkan diskriminasi dari
lingkungannya (dikucilkan)
Dampaknya pada masyarakat
- Lunturnya nilai-nilai kemanusiaan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia
- Merusak citra negara, atau citra negatif pada daerah wisata
4. Perkawinan Anak
Perkawinan anak atau pernikahan dini adalah perkawinan yang melibatkan anak dan remaja usia dibawah
18 tahun, perkawinan anak dapat dianggap sebagai sebuah bentuk eksploitasi seksual komersial jika
seorang anak diterima dan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan seksual demi mendapatkan barang atau
bayaran dalam bentuk uang atau jasa. Pernikahan dengan anak, yakni dibawah umur 18 tahun yang
memungkinkan anak menjadi korban ESKA, sebab tujuan menikahi anak tersebut untuk menjadikan
anak sebagai objek seks untuk menghasilkan uang atau imbalan lainnya.
5. Prostitusi Anak
Prostitusi anak adalah tindakan menawarkan pelayanan atau pelayanan langsung seorang anak untuk
melakukan tindakan seksual demi mendapatkan uang atau imbalan lain. Prostitusi anak terjadi ketika
seseorang mengambil keuntungan dari sebuah transaksi komersial dimana seorang anak disediakan
untuk tujuan-tujuan seksual, anak tersebut mungkin dikendalikan oleh seorang perantara yang mengtur
atau mengawasi transaksi tersebut atau oleh seorang pelaku eksploitasi seksual yang bernegosiasi
37
26
langsung dengan anak tersebut. Menurut Protokol Prostitusi anak adalah pemanfaatan seorang anak
dalam aktifitas seks untuk suatu imbalan atau alasan lainnya.
Perdagangan anak untuk tujuan seksual adalah proses perekrutan, pemindahantanganan atau
penampungan dan penerimaan anak untuk tujuan eksploitasi seksual. Perdagangan anak bisa terjadi
tanpa atau dengan paksaan, kekerasaan atau pemalsuan, karena anak-anak tidak mampu memberikan
izin atas eksploitasi terhadap diri mereka. Anak-anak diperdagangkan untuk tujuan eksploitasi seksual,
perburuhan, transplantasi atau pemindahan organ-organ tubuh dan adopsi ilegal, tetapi semua anak
korban korban trafiking telah dibuat sangat rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual karena
mereka dipindahkan dari struktur-struktur pendukung yang sudah dikenal seperti keluarga dan
masyarakat mereka.
Menurut Protokol, penjualan anak adalah setiap aksi atau transaksi dimana anak
dipindahtangankan oleh seseorang atau kelompok orang kepihak lainnya untuk suatu imbalan
atau alasan lainnya.
Data KPAI Menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi korban ESKA dari tahun 2011 sampai dengan
Maret 2015 sebesar 1344 kasus dimana dengan kategori pada kejahatan seksual online korban pornografi
media online, korban trafficking, prostitusi online dan kasus prostitusi lainnya.4
Identifikasi Prostitusi Anak5
Menggunakan seorang anak untuk aktifitas seksual demi keuntungan atau dalam bentuk lain
Menggunakan anak diartikan sebagai:
1. Tanpa perantara/hubungan langsung
2. Tidak ada rekrutmen, tidak ada pemindahan ke pihak ketiga
3. Anak menawarkan diri secara langsung kepada pengguna (sesuai dengan perspektif anak)
Bentuk lain yang dimaksud:
1. Hubungan seksual untuk kesenangan anak
2. Imbalan selain uang (barang, jalan-jalan, makan)
3. Dijadikan agunan/pembayar hutang (jaminan) oleh orang tua atau orang yang diberi kekuasaan
(keluarga/orang lain)
Fakta Situasi Perlindungan Anak di Indonesia6
 Di Indonesia sekalipun banyak gadis yang memalsukan umurnya, diperkirakan 30 persen pekerja
seks komersil wanita berumur kurang dari 18 tahun. Bahkan ada beberapa yang masih berumur 10
tahun. Diperkirakan pula ada 40. 000- 70. 000 anak menjadi korban eksploitasi seks dan sekitar
100. 000 anak diperdagangkan tiap tahun.
 Sebagian besar dari mereka telah dipaksa masuk dalam perdagangan seks.
 Sebagai pelaku perdagangan ke luar negeri, lintas batas atau domestik dan negara asal
 Perdagangan anak baik di lingkup domestik maupun luar negeri meningkat
 Tujuan utama anak yang diperdagangkan ke luar negeri adalah Malaysia, Singapura, Brunei, Taiwan,
Jepang dan Arab Saudi
4 Data KPAI dari tahun 2011 sampai dengan Maret 2015
5Opcit. Hal. 57
6 Unicef, Lembar Fakta Tentang Eskploitasi Seks Komersil dan Perdagangan
38
27
 Pariwisata seks menjadi isu menarik di daerah tujuan wisata seperti di Bali dan Lombok
 Terdapat banyak pelacuran di lokalisasi pelacur, karaoke, panti pijat, mal, dan sebagainya
 Mayoritas pelanggan adalah orang local
6. Dampak Internet Bagi Anak dan Langkah-Langkah Mengenali Anak Terpapar Pornografi
Melalui Internet
Pengertian Internet
Internet merupakan hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem
operasi atau aplikasinya, dimanapun hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan media dan komunikasi
(telepon atau satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi.
Pengaruh Internet Bagi Remaja
Keberadaan internet memberi dampak positif bagi remaja, melalui Google atau dengan cara yang lain
mereka bisa mendapatkan dan mencari berbagai informasi dan data. Tetapi kebanyakan remaja
menggunakan internet untuk aktualisasi diri, seperti mencari teman chatting, kirim e-mail dan mencari
tugas-tugas kuliah atau tugas sekolah. Dikalangan remaja sedang marak penggunaan Facebook dll.
Mereka mencari teman melalui jejaring pertemanan dan bisa juga kirim-kirim foto atau lainnya. Bahkan
saat ini, siapapun bisa memiliki situs pribadi yang bisa berisi tentang informasi pribadi seseorang, apakah
itu tokoh, artis, selebritis dan sebagainya.
Internet juga memiliki dampak negatif bagi remaja, misalnya para remaja membuka situs-situs porno di
internet, tindakan ini merupakan salah satu prilaku menyimpang yang dilakukan remaja. Disana mereka
bisa melihat gambar-gambar porno, adegan-adegan yang dapat berpengaruh bagi perkembangan mental
dan psikologis remaja.
Pengaruh Internet Bagi Anak-Anak
Sangat penting bagi orang tua untuk memproteksi anak-anak mereka dari pengaruh buruk internet “tapi
juga bukan berarti mereka dilarang sama sekali untuk mengetahui dan menggunakanya”.
Hal penting yang harus dilakukan orang tua adalah:
1. Mengetahui cara memproteksi anak-anak dari konten yang belum pantas dikonsumsi.
2. Waspada saat anak menggunakan internet, tidak membiarkan anak meggunakan internet didalam
kamar atau diruangan terpisah dari keluarga. Apabila memang tidak dapat dihindari, pastikan terus
mengawasi dan mengamati apa yang telah dilakukannya.
3. Terapkan peraturan yang tegas dan konsisten tentang apa yang boleh dan tidak boleh diakses oleh
anak. Memberi pengertian pada anak terkait dengan situs-situs tersebut, bila perlu lakukan proteksi
agar mereka hanya bisa membuka situs-situs tertentu saja.
4. Rancang dan pilihlah fasilitas yang aman untuknya.
5. Berpartisipasilah saat anak sedang menelusuri internet.
6. Biarkan anak-anak memperlihatkan situs-situs kegemarannya atau membacakan e-mail dari teman-
temannya dan menjelaskan apa yang tengah mereka lakukan, hal ini bukan saja membuat anak
merasa diperhatikan tetapi juga berupaya mengetahui kegemaran anak saat bermain internet.
7. Unduhlah beberapa program penyaringan (filtering) yang mampu memblokir kemungkinan
penyadapan identitas anak oleh uknum-uknum yang tidak bertanggung jawab.
8. Tekankan pada anak arti penting menjaga kerahasiaan identitas.
9. Untuk balita, bisa memberikan situs khusus anak-anak.
10. Pastikan situs yang dipilih, mempunyai gambar dan permainan edukatif yang disukai anak-anak.
11. Anak-anak usia sekolah umumnya lebih kritis dibanding anak balita, misalnya tanpa pengetahuan
kita, anak bertemu dengan orang yang dikenalinya melalui “chat room” yang belum tentu berniat
39
26
baik, jadi tekankan pada anak untuk tidak bertemu dengan siapapun yang dikenal melalui internet,
kecuali bila didampingi orang tua.
12. Berilah pengertian pada anak, bahwa apa yang ada di dunia tidak seratus persen nyata. Berikan
penjelasan tentang apa yang nyata dengan apa yang hanya sekedar opini.
13. Ajarkan pada anak agar tidak “bermain api” dengan mengirimkan hal-hal yang tidak baik bagi orang
lain. Karena informasi yang disebarkan melalui internet akan dibaca oleh semua orang dan tidak
dapat ditarik kembali.
14. Ajarkan bahwa mengambil gambar, tulisan ataupun musik dari situs tertentu tanpa izin sama
dengan mencuri hasil kerja seseorang.
7
7https://lobikampus.blogspot.co.id/2016/06/pengaruh-internet-bagi-remaja-dan-anak.html
40
25
CONTOH KASUS 1
Siti seorang gadis berumur 16 tahun, dia putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu untuk membiayai
sekolahnya, Siti diminta orangtuanya untuk bekerja membantu biaya kehidupan keluarga. Jadilah Siti bekerja
di sebuah kafe sebagai pemandu karaoke dan juga pelayan minuman.
Suatu hari Siti berkenalan dengan Rudi, seorang pria berumur 37 tahun, sudah 3 bulan ini Rudi menjadi
pelanggan kafe tempat Siti bekerja, dan seminggu sekali Rudi mampir untuk berkaraoke dan minum bir
ditemanin Siti.
Dalam setiap pertemuan Rudi sangat baik kepada Siti, dia selain memberikan tip yang berlebih juga suka
memberi hadiah, berupa baju, sepatu, jam tangan dan juga cincin
Hingga suatu hari Rudi mengajak Siti untuk pergi berlibur ke Lembang -Bandung, Rudi menyampaikan ke
Siti kalau di Lembang mereka akan berlibur selama 4 hari.
Dan benar saja, di Lembang Rudi menyewa sebuah Villa, yang ditempati mereka berdua, dan di villa itu
Rudi banyak memanjakan Siti dengan hadiah baju, perhiasan dan makanan-makan enak, namun tiap malam
Rudi meminta Siti tidur dan berhubungan seks dengannya.
Siti tidak menolak, saat itu Siti merasa bahagia ada orang sebaik Rudi, yang menurut Siti sangat
menyayanginya, perhatian dengan dirinya dengan memberikan baju, perhiasan dan juga uang.
Pertanyaan:
1. Kasus diatas masuk kategori ESKA atau kasus suka sama suka?
2. Apa yang harus dilakukan masyarakat untuk memproses kasus tersebut?
3. Apa yang harus dilakukan Pemerintah?
4. Apa yang harus dilakukan Polisi?
41
26
CONTOH KASUS 2
Wati umur 17 tahun, Wati berprofesi sebagai pelayan atau pemandu karaoke disebuah kafe, selain sebagai
pemandu karaoke Wati juga melakukan kerja sampingan sebagai wanita malam. Dalam sehari Wati dapat
melayani 2-3 tamu dengan tarif 500 pertamu.
Suatu hari Wati, ingin beristirahat, jadi malam itu Wati sengaja menolak untuk menerima tamu kencannya.
Dia hanya memandu dan menyanyi karaoke saja. Malam itu Wati kedatangan pelanggannya yang berasal
dari Bandung, jauh-jauh dari Bandung sengaja datang hanya khusus berkencan dengan Wati, namun karena
Wati memang mau istirahat, jadi Wati sampaikan kalau malam itu Wati tidak bisa melayani. Tiba-tiba
pelanggan dari Bandung itu marah, Dia merasa kecewa, tangan Wati ditarik, Wati dipaksa keluar dari Kafe,
beberapa orang yang di Kafe sudah mencegah tindakan laki-laki itu, mendapatkan perlawanan, laki-laki itu
tidak kurang akal. Dia mendatangi mami pemilik kafe dan menyerahkan sejumlah uang, hingga kemudian
seluruh orang di kafe tersebut membiarkan Wati dibawa oleh laki-laki itu.
Wati dibawa disebuah hotel, kemudian malam Wati terpaksa melayani seks laki-laki itu, itu dia lakukan
karena takut. Bahkan Wati tidak bisa menolak saat laki-laki itu mengambil foto-foto Wati yang tidak
berbusana.
Tiga hari kemudian, ada dua orang laki-laki mendatangi kafe tempat Wati bekerja, mereka mengatakan ingin
berkencan dengan Wati, mereka tampak antusias ngobrol dengan Wati, diakhir pembicaraan mereka bilang
aku bela-belain datang kesini karena nggak kuat lihat foto-foto kamu. Kemudian mereka menunjukkan foto-
foto Wati tanpa busana melalui HP yang mereka miliki
Pertanyaan:
1. Apakah kasus Wati masuk kategori kasus ESKA?
2. Apakah ada kasus Pornografi dalam kasus Wati?
3. Apa yang akan anda lakukan jika menemukan kasus seperti ini?
42
27
CONTOH KASUS 3
Terry seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, Terry suka sekali bermain internet. Suatu hari ketika dia
sedang masuk sebuah room chat, Terry bertemu dengan seorang laki-laki dari Eropa, laki-laki itu bernama
Michael, Michael mengajak Terry berkenalan lebih dekat. Karena memang ingin belajar dan praktek bahasa
inggris perkenalan itu tidak ditolak oleh Terry, justru dia dengan senang hati memberikan nomor
telephonnya. Hingga kemudian hari demi hari mereka semakin dekat, Terry merasa seperti mempunyai
bapak angkat, hingga kemudian Michael datang ke Indonesia dan mengajak Terry untuk keliling Indonesia
ke tempet-tempet yang indah.
Terry merasa sangat berbahagia, hingga Michael mengajak Terry untuk tinggal bersamanya disebuah villa
mewah di Bali, karena sudah merasa sayang dan menganggap Michael sebagai bapak angkatnya Terry tidak
keberatan untuk pindah dan tinggal dengan Michael. Bahkan Terry tega berbohong kepada orangtuanya
tentang kedekatannya dengan Michael.
Hingga suatu hari Michael menawari Terry untuk di foto bugil, Michael menawarkan gaji yang sangat besar,
Terry awalnya ragu, namun karena Michael menapati janji dengan memberikan sejumlah uang yang
dijanjikan yaitu sebesar 10.000.000 (sepuluh juta) sekali shoot, maka Terry tidak keberatan. Sudah tak
terhitung lagi berapa Kali Terry menjadi model photo dan video bugil. Dari hasil kerja kerasnya, Terry
mengirimkan uang itu untuk membantu perekonomian keluarganya di kampung.
1. Jenis kasus apakah yang dialami Terry?
2. Menurut Anda, yang terjadi pada Terry masuk tindakan pidana atau bukan?
3. Apakah kesediaan Terry untuk di foto bugil dapat menjadikan Terry sebagai tersangka?
4. Jika ada kasus seperti ini apa yang harus anda lakukan sebagai bagian dari masyarakat?
43
28
CONTOH KASUS 4
Lina adalah gadis berusia 16 tahun, Lina tinggal disebuah Desa di Gunung Kidul di Yogyakarta, Ia saat ini
duduk dibangku SMA. Lina adalah gadis yang sangat terkenal pendiam dan patuh dengan orang tuanya.
Hingga suatu hari, sepulang dari sekolah, Lina mendapatkan bapak dan ibunya menangis, Lina pun
kebingungan, apa yang sedang terjadi pada keluarganya?
Bapaknya Lina, Suraji menjelaskan ke Lina bahwa keluarganya bangkrut, dan sejak 7 bulan lalu terjerat
rentenir, saat ini rentenir sedang berupaya menyita rumah satu-satunya yang mereka miliki. Lina memahami
7 bulan sebelumnya, bapaknya menjual beberapa asetnya untuk membayar hutang-hutang keluarga akibat
bangkrut dari bisnis, namun penjualan aset-aset itu belum cukup untuk membayar hutang.
Sang rentenir Pak Tukirin, datang ke rumah pak Suraji untuk menagih utang, dan meminta rumah. Saat itu
Lina mendengar percakapan yang menegangkan itu dengan berlinangan air mata. Lina nggak bisa
membayangkan jika rumahnya diambil, bagaimana nasib ke empat adik-adiknya. Kemudian Lina keluar dari
kamarnya dan menuju ruang tamu, Lina menangis dia meminta bapaknya untuk memberikan kesempatan
padanya untuk berbicara, Lina kemudian bicara dengan pak Tukirin. Lina menawarkan dirinya untuk
bekerja dirumah pak Tukirin sebagai permintaan maaf atas keterlambatan membayar hutang, dan agar
rumahnya tidak disita, hingga bapaknya bisa membayar semua hutang-hutangnya.
Pak Tukirin pun setuju, Lina kemudian tiap hari, sepulang sekolah langsung bekerja dirumah pak Tukirin,
kadang membersihkan rumah, kadang memasak untuk para pekerja (buruh) yang bekerja disawah. Maklum
pak Tukirin sangat kaya raya sehingga setiap harinya ia memperkerjakan sebanyak 20-30 orang.
Setelah dua bulan bekerja, rupanya Pak Tukirin menyukai Lina, kemudian dia datang ke rumah pak Suraji
untuk melamar Lina. Pak Suraji tentu sangat kaget, sebab Lina masih sekolah, bagaimana masa depannya
kelak? Memang saat ini pak Tukirin Duda ditinggal mati oleh isterinya dua tahun yang lalu.
Singkat kata Lina menerima pinangan pak Tukirin dengan catatan, Lina akan diberi kebebasan melanjutkan
sekolah hingga menjadi sarjana,
1. Apakah kasus Lina masuk kategori perkawinan anak?
2. Apakah perkawinan tersebut diperbolehkan? Mengingat pak Tukirin adalah duda dan Lina juga
bersedia menikah dengan pak Tukirin
3. Sebagai masyarakat, apa yang harus anda lakukan jika anda menemukan kasus seperti yang dialami
Lina?
44
2945
3046
3147
3248
3349
3450
3551
3652
3753
3854
3955
4056
57
58
MODUL 4 MENGENALI KEKUATAN & TANTANGAN
Tujuan 1. Untuk mengenali kekuatan dan potensi internal dan eksternal
daerah tujuan wisata
2. Untuk mengenali aktor pelaku
3. Untuk mengenali anak sebagai korban
4. Mengenali pola-pola kekerasan dan ekspoitasi seksual terhadap
anak di daerah tujuan wisata
Pengetahuan yang di butuhkan Ada 3 methode yang digunakan secara berurutan, yaitu:
- Self assasment berupa checklist persoalan yang terjadi di daerah tujuan
wisata
- Identifikasi dan pemetaan masalah melalui pohon masalah
- Analisis SWOT untuk mengenali kekuatan dan tantangan melalui
permainan caffee shop
-
Waktu Durasi 180 menit
- Seminar/paparan nara sumber = 30 menit
- Tanya jawab peserta = 15 menit
- Kerja kelompok dengan metode self assasment = 15 menit
- Kerja kelompok pemetaan masalah dengan metode pohon masalah dan
presentasi hasil kerja kelompok = 60 menit
- Kerja kelompok analisis SWOT dengan metode caffee shop dan presentasi
hasil kerja kelompok = 60 menit
Perlengkapan (1) In-focus, (2) laptop, (3) power point presentasi, (4) lembar checklist self assasment,
(5) kertas plano, (6) selotip, (7) spidol (8) 2 lembar kertas dengan gambar pohon
ESKA, (9) plano
Metode Penyampaian 1. Seminar
2. Self assasment berupa checklist persoalan yang terjadi di daerah tujuan
wisata
3. Identifikasi dan pemetaan masalah melalui pohon masalah
4. Analisis SWOT untuk mengenali kekuatan dan tantangan melalui
permainan caffee shop
Prosedur 1. Melakukan checklist daftar kebutuhan sesi
2. Membaca dan menganalisis hasil pretest terkait dengan materi yang
sedang dibahas
3. Mempersiapkan presentasi dari bahan bacaan untuk memberikan
pendalaman pengetahuan peserta.
4. Memandu presentasi narasumber
5. Membuka ruang diskusi tanya jawab
5. Memandu sesi Self assasment berupa checklist persoalan yang terjadi di
daerah tujuan wisata
6. Memandu peserta untuk mengidentifikasi dan memetakan masalah
melalui pohon masalah
7. Memandu peserta menggunakan Analisis SWOT untuk mengenali
kekuatan dan tantangan melalui permainan caffee shop
Pertanyaan kunci 1. Apa saja persoalan yang ada didaerah anda? Apa akar masalah penyebab
terjadinya persoalan tersebut?
2. Apakah kekuatan yang daerah anda miliki?
58
59
3. Apa saja hambatan atau tantangan yang dihadapi oleh daerah anda?
4. Tahukan anda seperti apa ciri-ciri pelaku ESKA?
5. Bagaimanakah tanda-tanda atau ciri-ciri anak yang menjadi korban
ESKA?
6. Seperti apa pola kekerasan dan eksploitasi terhadap anak yang terjadi
didaerah anda? Modus yang sering dilakukan apa?
Kesimpulan 1. Tantangan dan Peluang, Kekuatan dan Potensi Internal dan Eksternal
Daerah Tujuan Wisata
2. Pentingnya berjejaring antar stakeholder (antar SKPD, lintas sektor,
pemerintah dan masyarakat) dalam menghadapi ancaman kekerasan dan
ESKA
3. Ciri-ciri Aktor/Pelaku
4. Ciri-ciri Anak Sebagai Korban
5. Pola-Pola Kekerasan dan Ekspoitasi Seksual Terhadap Anak di Daerah
Tujuan Wisata
CHECKLIST UNTUK NARASUMBER
“MENGENALI KEKUATAN DAN TANTANGAN”
Mengenali Kekuatan dan Potensi Internal dan
Eksternal Daerah Tujuan Wisata
□ Menjelaskan dengan detail kekuatan internal dan
eksternal daerah, misalkan aturan hukum nasional
dan peraturan daerah, pemerintah daerah dan
pemerintah desa serta masyarakat yang peduli
terhadap perlindungan anak
□ Menjelaskan dengan detail kelemahan internal
dan eksternal daerah
□ Menjelaskan dengan detail kesempatan internal
dan eksternal daerah
□ Menjelaskan ancaman internal dan eksternal
□ Memberikan contoh-contoh aplikatif,
menjelaskan apa yang bisa dilakukan masyarakat
untuk memberikan perlindungan pada anak di
daerah tujuan wisata
Mengenali Aktor Pelaku
□ Menjelaskan ciri-ciri pelaku
□ Menjelaskan modus yang biasa dilakukan pelaku
Mengenali Anak Sebagai Korban
□ Menjelaskan ciri-ciri anak sebagai korban
□ Menjelaskan dampak kekerasan pada anak dengan
contoh-contohnya
Mengenali Pola-Pola Kekerasan dan Eksploiatsi
Seksual Terhadap Anak di Daerah Tujuan Wisata
□ Menjelaskan pola kekerasan dan eksploitasi
seksual terhadap anak didaerah tujuan wisata
□ Menjelaskan upaya yang bisa dilakukan
masyarakat dan contoh-contohnya.
CHECKLIST UNTUK FASILITATOR SESI
“MENGENALI KEKUATAN DAN TANTANGAN”
Persiapan Sesi
□ Membaca dan menguasai bahan bacaan materi
mengenali kekuatan dan tantangan
□ Membaca dan memahami tujuan sesi
□ Mengetahui durasi waktu sesi
□ Melakukan cross check pada nara sumber bahwa
materi yang akan disampaikan telah sesuai dengan
pointer-pointer kebutuhan peserta
□ Membaca dan menganalisis hasil pre-test peserta
khususnya terkait dengan materi mengenali
kekuatan dan tantangan.
Seminar (Sesi Diskusi)
□ Memandu dan mengatur presentasi narasumber
□ Menyampaikan tujuan dari sesi kekuatan dan
tantangan
□ Memandu proses tanya jawab peserta dan
narasumber serta membantu melakukan
pendalaman materi
□ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di
alokasikan dalam sesi seminar
41
Presentasi Metode Pemetaan Masalah di Daerah
Tujuan Wisata (Pilih Salah Satu Metode):
a. Checklist Persoalan
□ Cara membuat menggunakan checklist
persoalan, dan memberikan contoh-contoh
aplikatifnya
b. Pohon Masalah
□ Definisi metode pohon masalah dan
manfaatnya
□ Cara menggunakan metode pohon masalah,
dan contoh-contoh aplikatifnya
c. Analisis SWOT
□ Definisi Analisis SWOT dan manfaatnya
□ Cara menggunakan Analisis SWOT, dan
contoh-contoh aplikatifnya
d. Diskusi Kelompok (Study Kasus)
□ Memandu peserta untuk membentuk
kelompok diskusi
□ Membagikan contoh kasus pada masing-
masing kelompok
□ Menjelaskan mekanisme kerja kelompok,
misalkan hasil kerja kelompok akan
dipresentasikan, dan didebat oleh kelompok
lainnya.
□ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di
alokasikan dalam sesi diskusi kelompok
□ Memastikan peserta telah mengerti dan
memahami metode pemetaan masalah
didaerah tujuan wisata (di daerahnya), dengan
meng-crosscheck tujuan pelatihan, kebutuhan
peserta (melalui hasil pre-test), penambahan
pengetahuan peserta melalui sesi seminar dan
hasil dikusi kelompok
BAHAN BACAAN:
1. Mengenali Kekuatan dan Potensi Internal dan
Eksternal Daerah Tujuan Wisata
Kekuatan Nasional: Ada Beberapa Undang-
Undangan yang Menjamin Perlindungan Anak
dari ESKA, Diantaranya:
 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang perubahan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak dinyatakan, pelaku
ESKA diancam 15 tahun penjara atau denda
paling banyak Rp.100 juta.
 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
tentang Tindak Pidana Pemberantasan
Perdagangan Orang.
Pasal 6 menyebutkan ”Setiap orang yang
melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar
negeri dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak
tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp.600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah)”
Kelemahan Pasal 6, definisi perdagangan anak
yang tidak mencakup kekhususan terkait
eksploitasi seksual anak. Sehingga dapat
membingungkan aparat penegak hukum, para
pendamping hukum dan masyarakat.
 Konvensi Hak Anak (KHA)
 UU.No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
 UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Pasal 8 huruf (b) disebutan bahwa ”pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk
tujuan komersialdan/atau tujuan tertentu”
Pasal 8 (b) ESKA adanya kalimat “untuk tujuan
komersial” sebenarnya cukup menjelaskan
adanya unsur tindakan pidana eksploitasi
seksual komersial, tetapi dengan tidak adanya
penjelasan anak dan ruang lingkup rumah
tangga, menjadikan pasal ini menjadi umum dan
tidak khusus mengatur tentang ESKA. Pasal 47
tentang aturan pidananya mempertegas bahwa
Pasal 8 (b) adalah pasal umum karena tidak
mengatur secara khusus keterkaitan anak-anak
yang menjadi korban.
 UU No.11 Tahun 2008 tentang Transaksi
Elektronik dan Informasi
Pasal 27 ayat (1) di bab VII tentang perbuatan
yang dilarang menyebutkan bahwa “Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atauDokumen
Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan”.
60
41
Pasal ini hanya memberikan proteksi bagi
publik secara umum dan belum mewadahi
problem ESKA.
 UU No.44 Tahun 2008 tentang Pornografi
 UU No.1 Tahun 2000 tentang Ratifikasi
Konvensi ILO 182
 UU No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Saksi dan Korban
Pasal 7:
Ayat (1): Korban melalui LPSK berhak
mengajukan pengadilan berupa: (a) Hak atas
kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi
manusia yang berat. (b) hak atas restitusi atau
ganti kerugian yang menjadi tanggungjawab
pelaku tindak pidana
Ayat (2): Keputusan mengenai kompensasi dan
restitusi diberikan oleh pengadilan
Ayat (3): Ketentuan lebih lanjut mengenai
pemberian kompensasi dan restitusi diatur
dengan peraturan pemerintah
 PP No.9 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan
Mekanisme Pelayanan bagi Saksi atau Korban
Tindak Pidana Perdagangan Orang.
 Indonesia pun telah meratifikasi Protokol
Opsional Konvensi Hak Anak tentang
 Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan
Pornografi Anak (Protokol OPSC) yang
disahkan melalui Undang-undang No.10 Tahun
2012 tentang Pengesahan Protokol Opsional.
Protokol ini menyeru agar dilakukan reformasi
hukum sehingga melarang dan memidanakan
kegiatan perdagangan anak, prostitusi anak,
serta pornografi anak.
 KUHP
 Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata,
Nomor: PM.30/ HK.201/ MKP/ 2010 tentang
Pedoman Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak
di Lingkungan Pariwisata
 Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Nomor 25/Kep/
Menko/ Kesra/IX/09 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO)
dan Eksploitasi Seksual Anak (ESA) 2009-2014.
Kekuatan Daerah: Adanya Mekanisme
Perlindungan yang Melindungi Anak dari ESKA
 Adanya Peraturan Desa (baca: Awig-Awig dalam
adat Bali) yang memberikan perlindungan bagi
hak anak.
 Terbentuknya Forum Anak di beberapa daerah
Kabupaten.
 Adanya Perda tentang Perlindungan
Perempuan dan Anak dari Kekerasan
 Adanya Peraturan Gubernur
(Pergub)/Peraturan Bupati (Perbup)/Peraturan
Walikota (Perwali) tentang Perlindungan
Perempuan dan Anak dari Kekerasan
 Adanya Pergub tentang Pelarangan Perkawinan
Ana
2. Mengenali Aktor/Pelaku
Berdasarkan pengalaman ECPAT Indonesia melakukan penanganan dan pendampingan kasus ESKA, pornografi,
dan traffiking anak, ECPAT Indonesia menemukan beberapa ciri aktor/pelaku, dimana aktor/pelaku bisa berasal
dari semua lapisan masyarakat, negara, daerah, budaya dan agama yang berbeda-beda.
- Laki-laki atau perempuan
- Berpendidikan tinggi atau rendah
- Lajang atau sudah menikah
- Pelancong kaya atau pas-pasan
- Dari golongan professional termasuk dokter, guru, anggota militer
- Orang yang sudah tua atau masih muda
- Wisatawan, ekspatriat, pelaku bisnis, pekerja organisasi pemberi bantuan
- Berkebangsaan apa saja
3. Pelaku Kejahatan Seksual Anaki 8
Kejahatan seks terjadi ketika seseorang mempergunakan kekuatan, paksaan atau wewenang untuk melibatkan anak-
anak dalam aktifitas seksual.
8
Paduan Investigasi, Monitoring dan Pelaporan Kasus-Kasus ESA, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak(PKPA),
2011. Hal. 16
61
40
Kekerasan seksual anak melibatkan aktifitas seksual yang luas dan mencakup: Verbal/kata-kata seksual yang kotor
(cabul); Ekshibisionisme/voyeurism; Paksaan/Kekerasan fisik; Sentuhan alat kelamin anak dan/atau menyuruh
anak memegang alat kelamin pelaku; Masturbasi/onani; Oral seks; Penetrasi vagina atau dubur dengan
menggunakan penis, jari atau benda lain; Penunjukkan/keterlibatan dalam pornografi anak; Sifat kebinatangan.
Pelaku eksploitasi seksual anak pada umumnya dapat dibagi dalam dua kategori yaitu; preferensial dan situasional.
Para pelaku prefensial memiliki pilihan seksual yang jelas pada anak, mereka sudah punya niat dan keinginan untuk
melakukan kejahatan seksual pada anak. Sedangkan para pelaku situasional, tidak benar-benar memiliki pilihan
seksual khusus pada anak tetapi mereka melakukan hubungan seksual dengan anak karena ada kesempatan.
Pelaku Preferensial:
- Memiliki kebutuhan seksual tertentu pada anak-anak
- Telah memiliki rencana bagaimana menjalankan perbuatannya dan selalu berupaya
mendapat anak-anak tanpa tertangkap
- Sudah mengetahui di mana tempat-tempat mereka bisa melakukan perbuatan cabul
terhadap anak
- Jumlah mereka kecil dibandingkan dengan jumlah korban yang besar
Pelaku Situasional
- Tidak mempunyai kebutuhan tertentu dengan anak-anak
- Akibat situasi (lokasi, waktu, ketersediaan anak-anak, dan hukum yang lemah)
menyebabkan mereka mengabaikan etika dan hukum
- Para pelanggar merasa tidak melakukan kesalahan apapun
- Tidak memedulikan bahwa korban mereka masih anak-anak
- Menganggap kejahatan yang mereka lakukan sekali dalam seumur hidup
Karakteristik Pelaku Kejahatan Seksual
- Menciptakan kesempatan-kesempatan untuk bekerja dengan anak-anak dan komunitas
yang rentan
- Berusaha keras agar disukai dan diterima
- “Menyiapkan” atau “menjebak” para korban dengan menciptakan hubungan “khusus”
- Membuat anak-anak bungkam dengan hadiah, ancaman, dan pemerasan emosional atau
kekerasan
- Mengisolasi anak
62
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptmasriani mahmud
 
Ppt seks bebas
Ppt seks bebasPpt seks bebas
Ppt seks bebaszakariaye
 
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolahMateri sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolahYuanes Sriyono
 
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan Anak
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan AnakModul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan Anak
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan AnakECPAT Indonesia
 
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Afrizal Bob
 
Materi 3 - Bahaya Pornografi
Materi 3  - Bahaya PornografiMateri 3  - Bahaya Pornografi
Materi 3 - Bahaya PornografiECPAT Indonesia
 
Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...
Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...
Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...ECPAT Indonesia
 
Kenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya pptKenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya pptMughnibagus
 
Ppt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksualPpt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksualbkupstegal
 
Eksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak OnlineEksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak OnlineECPAT Indonesia
 
Materi pola asuh dalam pendidikan anak usia dini
Materi pola asuh dalam pendidikan anak usia diniMateri pola asuh dalam pendidikan anak usia dini
Materi pola asuh dalam pendidikan anak usia diniMasriqon Masriqon
 
Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016 - 2020
Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016 - 2020Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016 - 2020
Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016 - 2020ECPAT Indonesia
 
Pengasuhan anak di era digital
Pengasuhan anak di era digitalPengasuhan anak di era digital
Pengasuhan anak di era digitalRita Pranawati
 
Pendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanPendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanRita Pranawati
 

Mais procurados (20)

KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
 
Hak Anak
Hak AnakHak Anak
Hak Anak
 
Ppt seks bebas
Ppt seks bebasPpt seks bebas
Ppt seks bebas
 
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolahMateri sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
Materi sosialisasi pencegahan kekerasan thdp anak di sekolah
 
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan Anak
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan AnakModul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan Anak
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan Anak
 
Pernikahan dini
Pernikahan diniPernikahan dini
Pernikahan dini
 
Stop pronografi
Stop pronografiStop pronografi
Stop pronografi
 
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
 
Materi 3 - Bahaya Pornografi
Materi 3  - Bahaya PornografiMateri 3  - Bahaya Pornografi
Materi 3 - Bahaya Pornografi
 
Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...
Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...
Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...
 
Kesetaraan Gender
Kesetaraan GenderKesetaraan Gender
Kesetaraan Gender
 
Kenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya pptKenakalan remaja dan permasalahannya ppt
Kenakalan remaja dan permasalahannya ppt
 
Ppt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksualPpt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksual
 
Seks bebas
Seks bebasSeks bebas
Seks bebas
 
Eksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak OnlineEksploitasi Seksual Pada Anak Online
Eksploitasi Seksual Pada Anak Online
 
Kekerasan anak
Kekerasan anakKekerasan anak
Kekerasan anak
 
Materi pola asuh dalam pendidikan anak usia dini
Materi pola asuh dalam pendidikan anak usia diniMateri pola asuh dalam pendidikan anak usia dini
Materi pola asuh dalam pendidikan anak usia dini
 
Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016 - 2020
Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016 - 2020Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016 - 2020
Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016 - 2020
 
Pengasuhan anak di era digital
Pengasuhan anak di era digitalPengasuhan anak di era digital
Pengasuhan anak di era digital
 
Pendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanPendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinan
 

Semelhante a Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata

Materi SPA dan KLA.pdf
Materi SPA dan KLA.pdfMateri SPA dan KLA.pdf
Materi SPA dan KLA.pdfariecahyono2
 
PPKSP PENCEGEHAN PENANGANAN KEKERASAN DI SATUANPENDIDIKAN.pptx
PPKSP PENCEGEHAN PENANGANAN KEKERASAN DI SATUANPENDIDIKAN.pptxPPKSP PENCEGEHAN PENANGANAN KEKERASAN DI SATUANPENDIDIKAN.pptx
PPKSP PENCEGEHAN PENANGANAN KEKERASAN DI SATUANPENDIDIKAN.pptxRanggaDiputra
 
Strategi pendidikan kemandirian anak
Strategi pendidikan kemandirian anakStrategi pendidikan kemandirian anak
Strategi pendidikan kemandirian anakFAI Unmuh Ponorogo
 
Artikel Konseptual
Artikel Konseptual Artikel Konseptual
Artikel Konseptual Aziz Zindani
 
Kebijakan Pendidikan Anti Korupsi
Kebijakan Pendidikan Anti KorupsiKebijakan Pendidikan Anti Korupsi
Kebijakan Pendidikan Anti KorupsiFenti Anita Sari
 
Tugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterTugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterBoy Hilman
 
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdfMartinusSinungWikant
 
5. kesehatan remaja pmr madya
5. kesehatan remaja pmr madya5. kesehatan remaja pmr madya
5. kesehatan remaja pmr madyacheko dunk
 
Term of reference sosialisasi
Term of reference sosialisasiTerm of reference sosialisasi
Term of reference sosialisasiDelviEkaRahayu
 
Term of reference sosialisasi
Term of reference sosialisasiTerm of reference sosialisasi
Term of reference sosialisasiDelviEkaRahayu
 
Dokumen text (isi)
Dokumen text (isi)Dokumen text (isi)
Dokumen text (isi)Eidellweist
 
Pendidikan Remaja Sebaya
Pendidikan Remaja SebayaPendidikan Remaja Sebaya
Pendidikan Remaja SebayaSlamet Readi
 
Dokumen text (isi)
Dokumen text (isi)Dokumen text (isi)
Dokumen text (isi)Eidellweist
 
TOR Pemimpin muda indonesia 2011
TOR Pemimpin muda indonesia 2011TOR Pemimpin muda indonesia 2011
TOR Pemimpin muda indonesia 2011Muhamad Iman Usman
 
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...murugan muruga
 

Semelhante a Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata (20)

Materi SPA dan KLA.pdf
Materi SPA dan KLA.pdfMateri SPA dan KLA.pdf
Materi SPA dan KLA.pdf
 
PPKSP PENCEGEHAN PENANGANAN KEKERASAN DI SATUANPENDIDIKAN.pptx
PPKSP PENCEGEHAN PENANGANAN KEKERASAN DI SATUANPENDIDIKAN.pptxPPKSP PENCEGEHAN PENANGANAN KEKERASAN DI SATUANPENDIDIKAN.pptx
PPKSP PENCEGEHAN PENANGANAN KEKERASAN DI SATUANPENDIDIKAN.pptx
 
Strategi pendidikan kemandirian anak
Strategi pendidikan kemandirian anakStrategi pendidikan kemandirian anak
Strategi pendidikan kemandirian anak
 
Artikel Konseptual
Artikel Konseptual Artikel Konseptual
Artikel Konseptual
 
Panduan PRS .pdf
Panduan PRS .pdfPanduan PRS .pdf
Panduan PRS .pdf
 
Hhhh
HhhhHhhh
Hhhh
 
Lala
LalaLala
Lala
 
Kebijakan Pendidikan Anti Korupsi
Kebijakan Pendidikan Anti KorupsiKebijakan Pendidikan Anti Korupsi
Kebijakan Pendidikan Anti Korupsi
 
Tugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterTugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan Karakter
 
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
_Lampiran Merancang Modul Projek SD Fase C (Bangunlah Jiwa dan Raganya).pdf
 
5. kesehatan remaja pmr madya
5. kesehatan remaja pmr madya5. kesehatan remaja pmr madya
5. kesehatan remaja pmr madya
 
Term of reference sosialisasi
Term of reference sosialisasiTerm of reference sosialisasi
Term of reference sosialisasi
 
Term of reference sosialisasi
Term of reference sosialisasiTerm of reference sosialisasi
Term of reference sosialisasi
 
Dokumen text (isi)
Dokumen text (isi)Dokumen text (isi)
Dokumen text (isi)
 
Pendidikan Remaja Sebaya
Pendidikan Remaja SebayaPendidikan Remaja Sebaya
Pendidikan Remaja Sebaya
 
Dokumen text (isi)
Dokumen text (isi)Dokumen text (isi)
Dokumen text (isi)
 
TOR Pemimpin muda indonesia 2011
TOR Pemimpin muda indonesia 2011TOR Pemimpin muda indonesia 2011
TOR Pemimpin muda indonesia 2011
 
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
Peranan guru bimbingan dan kaunseling dalam menangani masalah disiplin pelaja...
 
MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi IV
MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi IV MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi IV
MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi IV
 
Modul pak sma
Modul pak smaModul pak sma
Modul pak sma
 

Mais de ECPAT Indonesia

Fact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJKFact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJKECPAT Indonesia
 
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfLaporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfECPAT Indonesia
 
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakLaporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakECPAT Indonesia
 
CATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdfCATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdfECPAT Indonesia
 
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdfSESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdfECPAT Indonesia
 
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdfSESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdfECPAT Indonesia
 
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdfSESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdfECPAT Indonesia
 
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfSESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfECPAT Indonesia
 
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdfSESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdfECPAT Indonesia
 
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdfModul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdfECPAT Indonesia
 
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdfProsiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdfECPAT Indonesia
 
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdfAdvokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdfECPAT Indonesia
 
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfHasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfECPAT Indonesia
 
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial ECPAT Indonesia
 
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakWaspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakECPAT Indonesia
 
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?ECPAT Indonesia
 
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdfTemuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdfECPAT Indonesia
 
C20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINEC20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINEECPAT Indonesia
 

Mais de ECPAT Indonesia (20)

Fact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJKFact Sheet - ESA dalam PJK
Fact Sheet - ESA dalam PJK
 
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfLaporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdf
 
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakLaporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual Anak
 
CATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdfCATATAN TAHUNAN 2022.pdf
CATATAN TAHUNAN 2022.pdf
 
Foto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptxFoto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptx
 
Foto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptxFoto-foto Cianjur.pptx
Foto-foto Cianjur.pptx
 
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdfSESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
SESI V PENYUSUNAN PROGRAM AKSI.pdf
 
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdfSESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
SESI IV PENGASUHAN ANAK DI ERA DIGITAL.pdf
 
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdfSESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
SESI III Internet Aman untuk Anak.pdf
 
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdfSESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
SESI II ATURAN INTERNASIONAL DAN NASIONAL TTG ESA ONLINE.pdf
 
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdfSESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
SESI I BENTUK EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI INTERNET.pdf
 
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdfModul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
Modul Internet Aman untuk Anak 2018.pdf
 
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdfProsiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
Prosiding Paper ECPAT Indonesia.pdf
 
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdfAdvokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
Advokasi dari Riset Disrupting Harm.pdf
 
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdfHasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
Hasil Riset Disrupting Harm Indonesia.pdf
 
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial
 
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakWaspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual Anak
 
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
Dunia Makin Maju, Apa Peranku?
 
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdfTemuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
Temuan Awal ECPAT Indonesia - Internet Anak Era Pandemi.pdf
 
C20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINEC20 - CHILD PROTECTION ONLINE
C20 - CHILD PROTECTION ONLINE
 

Último

Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 

Último (20)

Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 

Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Daerah Tujuan Wisata

  • 1.
  • 2.
  • 3. i KATA SAMBUTAN Yohana S. Yembise Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang keberadaannya senatiasa harus diasih, diasuh, dijaga serta dilindungi dari perlakuan salah, kekerasan dan diskriminasi. Dari sisi kehidupan bernegara, anak merupakan penerus cita-cita bangsa, penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi pilar utama pembangunan nasional. Pembangunan anak sebagai bagian dari pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas telah ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28b yang mengamanatkan bahwa setiap anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam Pemerintahan yang dipimpin Presiden RI, Bapak Joko Widodo, mempertegas kembali bahwa perlindungan anak Indonesia menjadi prioritas utama di setiap bidang pembangunan seperti yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Kekerasan dan eksploitasi pada anak, masuk dalam dua kelompok besar yaitu kekerasan dan eksploitasi anak dalam konteks ekonomi serta dalam konteks seksual. Dua bentuk kekerasan dan eksploitasi anak ini telah memberikan dampak negatif dan luas tidak hanya terhadap korban, tetapi juga berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak dalam kehidupan satu keluarga. Praktek-praktek kekerasan dan eksploitasi ini yang sering terjadi dan ditemukan dalam kehidupan nyata di sekitar kita berupa : anak-anak dipaksa bekerja, anak-anak dijadikan pelacur, dijadikan objek pornografi, anak-anak diperdagangkan untuk berbagai kebutuhan, dan dalam beberapa kasus terjadinya kekerasan dan eksploitasi pada perkawinan anak- anak. Jumlah anak-anak yang mengalami kekerasan dan eksploitasi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Susenas BPS pada tahun 2014 jumlah anak-anak yang mengalami kekerasan dan eksploitasi mencapai 247.610 jiwa, dari jumlah tersebut diperkirakan 74.283 adalah anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual. Masalah ini telah membuat anak-anak kehilangan hak-hak dasar mereka untuk menempuh pendidikan, untuk tumbuh dan berkembang dan untuk tidak mengalami kekerasan. Oleh karena itu, Pemerintah bertekad untuk menghapus bentuk dan praktek-praktek kekerasan dan eksploitasi seksual anak ini. Upaya ini sejalan dengan salah satu 100 program prioritas Presiden Joko Widodo yaitu “Memberantas kejahatan perdagangan manusia, terutama menyangkut perempuan dan anak dan memprioritaskan penanganan kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak” Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka tidaklah mungkin Pemerintah dapat melakukan sendiri. Kemitraan dan kolaborasi dengan stakeholder kunci termasuk organisasi masyarakat sipil merupakan salah satu strategi untuk menangani dan membuat teratasinya masalah ini. Berdasarkan data- data yang dihimpun dari berbagai sumber terpercaya, eksploitasi seksual anak banyak terjadi di destinasi wisata. Pariwisata dijadikan kendaraan dan dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan seksual anak untuk melakukan eksploitasi seksual anak, belum banyak pihak termasuk kementerian yang menangani masalah ini. Oleh karena itu Kementerian PP dan PA bersama dengan ECPAT Indonesia membangun sinergitas dalam rangka “Menanggulangi Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Anak di Destinasi Wisata”. Program ini
  • 4. ii dimulai dari pemetaan (assessment) terhadap 4 desa wisata, kemudian menyelenggarakan seminar atas hasil dari assessment tersebut untuk menampung dan menerima berbagai masukan, membuat modul yang akan digunakan dalam pelatihan ditujukan stakeholder pariwisata, perangkat desa, tokoh masyarakat, instansi pemerintah, pendidik, tenaga kesehatan di empat desa wisata. Modul Penanganan Eksploitasi dan Kekerasan Seksual Anak di Destinasi Pariwisata menjadi sangat penting dan strategis sebagai acuan dalam mencegah dan menangani masalah eksploitasi dan kekerasan terhadap anak di destinasi wisata. Modul ini juga bisa dipergunakan oleh kelompok Perlindungan Anak terpadu Berbasis Masyarakat (PABTM) sebagai acuan dalam mengembangkan pelatihan-pelatihan di destinasi wisata untuk mencegah terjadinya kekerasan dan eksploitasi seksual anak. Modul ini juga bisa digunakan oleh kelompok-kelompok perlindungan anak di tingkat kelurahan. Oleh karena itu, saya menyambut gembira dengan lahirnya modul ini, dan oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu atas terbitnya modul ini. Modul ini disusun ECPAT Indonesia dengan dukungan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) dengan mengacu pada analisis situasi terkini anak di Indonesia yang dikomparasikan dengan berbagai kebijakan dan program terkait penanggulangan kekerasan dan eksploitasi seksual anak. Jakarta, 18 Agustus 2017
  • 5. iii TENTANG MODUL PELATIHAN PERLINDUNGAN ANAK DARI KEKERASAN & EKSPLOITASI SEKSUAL DI DAERAH TUJUAN WISATA SIAPA YANG DAPAT MEMANFAATKAN MODUL INI? Modul ditulis untuk fasilitator pelatihan, dimana peserta pelatihan terdiri dari Perangkat Desa (diantaranya terdiri dari Bendahara/Sekretaris, Kepala Desa dan Perwakilan dari Badan Perwakilan Desa(BPD)), Pemerintah Daerah (diantaranya perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perijinan/PTSP dan Tenaga Kesehatan), Polisi, Stakeholder Pariwisata (diantaranya berasal dari perwakilan, Travel, SPA, Karaoke, Guide, Driver Trevel, Hotel, Pengusaha Warnet), Tenaga Pendidik, PKK, PHRI, Kelompok Sadar Wisata, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, NGO, Karang Taruna, Forum Anak. Dimana keberadaan dan profesinya selama ini terkait erat dengan upaya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual di daerah tujuan wisata. Modul ini sebagai alat bantu bagi fasilitator untuk menyampaikan informasi dan melatih peserta pelatihan dari daerah tujuan wisata untuk menyiapkan diri dalam membuat strategi perlindungan anak dalam menghadapi ancaman kekerasan dan eksploitasi seksual. BAGAIMANA MENGGUNAKAN MODUL INI? Modul ini dapat digunakan dengan bahan-bahan penunjang dan alat peraga yang di sediakan. Sehingga fasilitator mampu mengadaptasi materi dengan membaca bahan bacaan yang ada dalam modul ini dan alat peraga dalam konteks para (calon) peserta pelatihan. Fungsi fasilitator dimulai sebelum pelatihan, dengan terlibat dalam proses rekrutmen peserta pelatihan dan pretest (need assesment). Sehingga fasilitator mengetahui secara rinci kapasitas pengetahuan masing-masing peserta terkait dengan upaya “Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual di Daerah Tujuan Wisata”. Hal penting lainnya yang harus dilakukan fasilitator adalah Pertama, mempunyai waktu yang cukup membaca dan memahami modul ini, sehingga dapat mengukur tujuan yang ingin di capai. Kedua, memastikan dirinya menguasai seluruh materi yang akan diberikan dengan memastikan checklist kebutuhan fasilitator sudah terisi (terpenuhi). Ketiga, membuat ringkasan materi (pointer) untuk disampaikan kepada peserta. UNTUK PANITIA Melakukan persiapan teknis, mengundang dan memastikan kehadiran peserta pelatihan. Berkonsultasi dengan fasilitator terkait materi dan penyediaan kebutuhan pendukung yang diperlukan fasilitator. Memilih dan mengundang narasumber dari berbagai organisasi/insititusi. Memastikan narasumber telah menguasai materi, panitia melakukan checklist pointer materi yang harus disampaikan pada peserta. Panitia juga memegang peranan penting dalam pendokumentasian seluruh proses pendidikan, termasuk merekam reaksi, perasaan, umpan balik maupun komentar dari peserta selama proses pelatihan. Pendokumentasian ini akan menjadi salah satu materi yang penting, guna perbaikan modul, dan tehnik fasilitasi pelatihan. BERAPA LAMA PELATIHAN INI? Desain dasar pelatihan ini adalah 2 (dua) hari, dengan 5 (lima) kali sesi, masing-masing sesi tidak lebih dari tiga jam. Namun, fasilitator dapat memperpanjang masing-masing materi tergantung kedalaman materi yang akan di capai. Karena goal dari pelatihan ini adalah penyadaran dan pemahaman kritis atas upaya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual di daerah tujuan wisata.
  • 6. iv DISKRIPSI MODUL Modul ini didesain berdasarkan sesi-sesi dalam pelatihan, yang dilengkapi dengan bahan penunjang untuk fasilitator, antara lain; bahan bacaan, contoh kasus, menguraikan tips-tips permainan dan tehnik fasilitasi, dan berbagai informasi yang terkait dengan topik pelatihan yang diperuntukkan bagi fasilitator. PRINSIP FASILITASI PELATIHAN Modul pelatihan ini disusun berdasarkan empat prinsip utama yaitu1 1. Experiential Learning, metode yang bertumpu pada pengalaman peserta. Proses belajar yang menggunakan metode ini tidak hanya mengandalkan nara sumber tapi berangkat dari refleksi dan pengalaman peserta. 2. Berfikir secara kritis dan kreatif (critico-creative thingking). Modul pelatihan ini tidak disusun secara dogmatis dan satu arah, sebaliknya modul ini diolah dengan memasukkan metode-metode yang memungkinkan para peserta mengembangkan pemikiran kritis yang bersifat konstruktif, kreatif dan sebanyak mungkin berangkat dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peserta. 3. Belajar bersama (collective learning). Pelatihan ini dimaksudkan sebagai proses belajar bersama antara sesama peserta, peserta dan fasilitator dan narasumber. 4. Dapat diterapkan (applicable) atau bersifat praktis sesuai kebutuhan peserta pelatihan. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN ORANG DEWASA2 - Partisipatif. Berpartisipasi secara aktif dalam belajar, bukan pasif. - Dialami. Pembelajaran yang paling efektif adalah melalui berbagi pengalaman, pembelajar saling belajar dari satu sama lain, dan seringkali pelatih pun belajar dari pembelajar. - Reflektif. Pembelajaran yang maksimal dari pengalaman tertentu terjadi ketika seseorang menyediakan waktu untuk melakukan refleksi, menarik kesimpulan, dan membentuk prinsip- prinsip yang akan digunakan dalam pengalaman-pengalaman serupa di masa mendatang. - Memenuhi kebutuhan langsung. Motivasi untuk belajar paling tinggi jika memenuhi kebutuhan langsung si pembelajar. - Untuk diri sendiri. Orang dewasa bisa ikut bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri karena mengenal kebutuhannya sendiri. - Menghargai mereka yang belajar. Saling menghargai dan percaya antara pelatih dan pembelajar akan mendukung proses pembelajaran. - Memberikan umpan balik. Pembelajaran yang efektif membutuhkan umpan balik yang sifatnya memperbaiki sambil mendukung. - Menciptakan suasana aman. Seorang yang bahagia dan tenang akan lebih mudah belajar dari pada orang yang takut, malu, gelisah, atau marah. - Terjadi dalam lingkungan yang nyaman. Orang yang kelaparan, lelah, dingin, sakit atau secara fisik tidak nyaman tidak bisa efektif belajar secara maksimal. Dalam memfasilitasi pelatihan, fasilitator harus memegang prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Pemberdayaan b. Empati dan menumbuhkan solidaritas c. Obyektif, imparsial dan Demokratis d. Inklusif/anti diskriminasi/Anti kekerasan e. Bekerja sama 1 Panduan pelatihan untuk pelatih HAM bagi Penegak Hukum, ICJR, WCSC, Elsam, Jakarta 2011. Hal. 4 2 Menyiapkan kegiatan/pelatihan partisipatif, referensi fasilitator, lokal governance support program, lokal government management sistems, Jakara 2006. Hal. 17
  • 7. v DAFTAR ISI Kata Sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI...........................i Tentang Modul .................................................................................................................................iii Daftar Isi...........................................................................................................................................v KERANGKA MODUL PELATIHAN.............................................................................................1 MODUL 1 ORIENTASI PELATIHAN........................................................................................5 Modul 1.1. Perkenalan.............................................................................................................................................6 Modul 1.2. Kontrak Belajar ....................................................................................................................................7 Modul 1.3 Harapan dan Kekhawatiran................................................................................................................8 Modul 1.4 Pre-test.....................................................................................................................................................9 MODUL 2 HAK ANAK..................................................................................................................9 Modul 2.1 Mengenal Definisi Hak Anak Dalam Hukum Internasional.........................................................10 Modul 2.2 Checklist untk Narasumber Hak Anak...............................................................................................11 Modul 2.3 Checklist untuk Fasilitator Sesi Anak .................................................................................................11 Modul 2.4 Bahan Bacaan .......................................................................................................................................12 Modul 2.5 Contoh Kasus.......................................................................................................................................15 Modul 2.6 Materi Hak Anak..................................................................................................................................19 Modul 2.7 Materi Pengaturan Hak Anak dalam Hukum Nasional.................................................................23 MODUL 3 PERLINDUNGAN ANAK DI DAERAH TUJUAN WISATA DI INDONESIA.....31 Modul 3.1 Gambaran Umum Situasi Perlindungan Anak di Indonesia.........................................................32 Modul 3.2 Checklist untk Narasumber Perlindungan Anak di Daerah Tujuan Wisata di Indonesia..........33 Modul 3.3 Checklist untuk Fasilitator Perlindungan Anak di Daerah Tujuan Wisata di Indonesia............33 Modul 3.4 Bahan Bacaan .......................................................................................................................................34 Modul 3.5 Contoh Kasus.......................................................................................................................................41 Modul 3.6 Materi Dampak Internet Bagi Anak dan Langkah-langkah Mengenali Anak Terpapar Pronografi Melalui Internet................................................................................................................45 Modul 3.7 Materi Eksploitasi Seksual Komersil Anak (ESKA) ......................................................................49 MODUL 4 MENGENALI KEKUATAN DAN TANTANGAN ..................................................57 Modul 4.1 Mengenali Kekuatan dan Potensi Internal dan Eksternal Daerah Tujuan Wisata...................58 Modul 4.2 Checklist untk Narasumber Mengenali Kekuatan dan Tantangan ................................................59 Modul 4.3 Checklist untuk Fasilitator Mengenali Kekuatan dan Tantangan...................................................59 Modul 4.4 Bahan Bacaan .......................................................................................................................................60 Modul 4.5 Metode Pemetaan Masalah.................................................................................................................66 Modul 4.6 Materi Mengenali Anak Sebagai Korban..........................................................................................71 Modul 4.7 Materi Mengenali Aktof atau Pelaku.................................................................................................73 Modul 4.8 Materi Mengenali Kekuatan dan Tantangan....................................................................................76
  • 8. vi MODUL 5 STRETEGI MENGHADAPI ANCAMAN DAN UPAYA PENCEGAHAN............79 Modul 5.1 Mencegah dan Merespon Ancaman Serta Menyiapkan Rencana dan Strategi Pencegahan ....80 Modul 5.2 Checklist untk Narasumber Pemberi Testioni/ Strategi Menghadapi Ancaman dan Upaya Pencegahan...............................................................................................................................81 Modul 5.3 Checklist untuk Fasilitator Pemberi Testioni/ Strategi Menghadapi Ancaman dan Upaya Pencegahan...........................................................................................................................................81 Modul 5.4 Bahan Bacaan .......................................................................................................................................82 Modul 5.5 Materi Strategi Menghadapi Ancaman dan Upaya Pencegahan...................................................88 MODUL 6 PENUTUP..................................................................................................................95 Modul 6.1 Post-test...................................................................................................................................................96 Modul 6.2 Evaluasi dan Refleksi..........................................................................................................................96 Modul 6.3 Rencana Tindak Lanjut......................................................................................................................98 LAMPIRAN......................................................................................................................................101 REFERENSI....................................................................................................................................108
  • 9. 1
  • 10. 2 RANCANGAN JADWAL PELATIHAN (Tentative) HARI PERTAMA Waktu Sesi Pelatihan PIC 09.00-09.30 (30 menit) Pembukaan - Sambutan-sambutan 1. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2. Pemerintah Daerah 3. ECPAT Indonesia Fasilitator/ Panitia ECPAT Indonesia 09.30-10.00 (30 menit) - Penjelasan Umum Pelatihan - Tujuan Pelatihan - Output yang diharapkan - Alur Pelatihan Fasilitator/Panitia ECPAT Indonesia 10.00-10.15 (15 menit) Coffee break dan ice breaking Catatan: bentuk ice breaking dapat dilihat pada lampiran kedua Bersama MODUL 1 ORIENTASI PELATIHAN 10.15-10.35 (20 menit) Perkenalan Fasilitator dan Panitia ECPAT Indonesia 10.35-10.50 (15 menit) Kontrak Belajar Fasilitator 10.50-11.05 (15 menit) Harapan dan Kekhawatiran Fasilitator 11.05-11.35 (30 menit) Pre-test Catatan: Jika perhitungan waktu tidak mencukupi, lembar soal pre-test dapat dibagikan pada saat peserta melakukan registrasi, namun pastikan bahwa seluruh peserta mengumpulkan lembar jawaban pre-test Fasilitator MODUL 2 HAK ANAK 11.35-12.05 (30 menit) - Mengenal Definisi Hak Anak Dalam Hukum Internasional - Mengenal Hak Anak Dalam Konstitusi Indonesia - Pengaturan Hak Anak Dalam Perundang-Undangan di Indonesia dan di Daerah Tujuan Wisata Fasilitator Narasumber: ECPAT Indonesia 12.05-12.20 (15 menit) Diskusi dan tanya jawab Fasilitator 12.20-13.20 (60 menit) Ishoma (Makan siang) dan ice breaking Catatan: bentuk ice breaking dapat dilihat pada lampiran kedua Bersama 13.20-13.40 (20 menit) Kerja kelompok Fasilitator
  • 11. 3 13.40-14.35 (55 menit) Presentasi hasil kerja kelompok fasilitator 14.35-14.50 (15 menit) Coffee break Bersama MODUL 3 PERLINDUNGAN ANAK DI DAERAH TUJUAN WISATA DI INDONESIA 14.50-15.45 (55 menit) - Gambaran Umum Situasi Perlindungan Anak di Indonesia - Mengenal Keterkaitan Pariwisata dengan Eksploitasi Seksual Komersial Anak - Mengenal Keterkaitan Pariwisata dengan Pornografi - Mengenal Dampak Internet Pada Anak dan Langkah- langkah Mengenali Anak Terpapar Pornografi Melalui Internet Fasilitator Narasumber: ECPAT Indonesia 15.45-16.00 (15 menit) Tanya jawab peserta Fasilitator 16.00-16.20 (20 menit) Kerja kelompok Fasilitator 16.20-16.50 (30 menit) Presentasi hasil kerja kelompok Fasilitator 16.50-17.00 (10 menit) Pendelegasian (pembagian tugas) review materi Catatan: Peserta dibagi menjadi 3 kelompok Fasilitator Ishoma dan tidur malam HARI KEDUA Waktu Sesi Pelatihan PIC Review materi hari pertama dengan permainan Catatan: Memilih satu kelompok untuk mempresentasi- kan hasil review materi hari pertama Fasilitator MODUL 4 MENGENALI KEKUATAN DAN TANTANGAN 09.30-10.00 (30 menit) - Mengenali Kekuatan dan Potensi Internal dan Eksternal Daerah Tujuan Wisata - Mengenali Aktor Pelaku - Mengenali Anak Sebagai Korban - Mengenali Pola-Pola Kekerasan dan Ekspoitasi Seksual Terhadap Anak di Daerah Tujuan Wisata Fasilitator Narasumber: Patner lokal dari ECPAT Indonesia 10.00-10.15 (15 menit) Tanya jawab peserta Fasilitator Narasumber: Patner lokal dari ECPAT Indonesia 10.15-10.30 (15 menit) Coffee break dan ice breaking Catatan: bentuk ice breaking dapat dilihat pada lampiran kedua Fasilitator 10.30-12.00 Kerja kelompok Fasilitator
  • 12. 4 (90 menit) Narasumber: Patner lokal dari ECPAT Indonesia 12.00-12.45 (45 menit) Presentasi hasil kerja kelompok Fasilitator Narasumber: Patner lokal dari ECPAT Indonesia 12.45-14.00 (75 menit) Ishoma (Makan siang) dan ice breaking Catatan: bentuk ice breaking dapat dilihat pada lampiran kedua Bersama MODUL 5 STRETEGI MENGHADAPI ANCAMAN DAN UPAYA PENCEGAHAN 14.00-14.30 (30 menit) Testimoni Keberhasilan Pengelolaan Wisata dan Perlindungan Anak (Cerita Kisah Baik) Fasilitator 14.30-14.45 (15 menit) Tanya jawab peserta Fasilitator 14.45-15.00 (15 menit) Coffee break Bersama 15.00-15.45 (45 menit) Sharing pengalaman peserta (curah pendapat) dalam: - Mencegah dan Merespon Ancaman Serta Menyiapkan Rencana dan Strategi Pencegahan - Langkah-langkah Membuat Kebijakan yang Memberikan Perlindungan Anak dari Ancaman Kekerasan dan Eksploitasi Seksual di Daerah Tujuan Wisata - Langkah Penanganan (Implementasi Kebijakan) Jika Terjadi Kasus Kekerasan dan Eksploitasi Seksual di Daerah Tujuan Wisata Fasilitator Narasumber: ECPAT Indonesia MODUL 6 PENUTUP 15.45-16.15 (30 menit) Post test Fasilitator 16.15-16.30 (15 menit) Evaluasi dan Refleksi Fasilitator 16.30-16.50 (20 menit) Rencana Tindak Lanjut Fasilitator 16.50-17.00 (10 menit) Penutupan Fasilitator ECPAT Indonesia
  • 13. 5
  • 14. 6 MODUL 1 ORIENTASI PELATIHAN Modul 1.1. Perkenalan Tujuan 1. Seluruh komponen pelatihan dapat saling mengenal satu sama lain termasuk hal-hal yang harus ditoleransi antara satu peserta dengan peserta lain 2. Terciptanya suasana keakraban, penuh persahabatan (toleransi) dan saling percaya antara peserta, fasilitator, narasumber dan panitia Metode Penyampaian Permainan perkenalan Waktu 20 menit Perlengkapan (1) Kertas plano, (2) kuda-kuda untuk flip-chart, (3) metaplan, (4) papan tulis dengan perlengkapannya, (5) spidol, (6) selotip kertas (7) bingkisan hadiah untuk peserta Prosedur 1. Membuka pertemuan dengan salam singkat 2. Mengajak peserta untuk memulai pelatihan dengan perkenalan. 3. Fasilitator memilih cara perkenalan yang akan digunakan. 4. Cara perkenalan yang dipilih harus disesuaikan dengan lay out ruangan pelatihan, hal ini penting diperhatikan karena akan menjadi proses awal dalam membangun dinamika kelas. 5. Jika perkenalan dilakukan dengan menggunakan permainan, maka segera siapkan peralatan yang akan digunakan. 6. Seluruh peserta (pemandu kelas, wakil pemandu, panitia, dll) di dalam kelas ikut serta dalam sesi perkenalan. Metode Permainan 1. Membagi metaplan 2. Meminta peserta menuliskan nama dan latar belakang pekerjaan dalam bentuk kalimat pendek dalam metaplan (Durasi 5 menit) Misalnya: Nama saya Umi, dari saya seorang guru dari Desa Babakan Madang, Sentul, Kabupaten Bogor. 3. Meminta peserta menempel metaplan data pribadinya di dinding dan membacakannya. (Durasi 15 menit) 4. Meminta peserta berikutnya untuk mengulang perkenalan dari peserta sebelumnya kemudian memperkenalkan dirinya sendiri. Misalnya: teman saya Umi, seorang guru dari Desa Babakan Madang, Sentul, Kabupaten Bogor, dan saya Zainul, RW dari Desa Mekarsari, Bantul. Catatan: Referensi metode permainan “perkenalan” lainnya dapat dilihat dalam lampiran 2
  • 15. 7 Modul 1.2. Kontrak Belajar Tujuan 1. Membuat peraturan dan kesepakatan bersama agar pelatihan berlangsung dengan baik. 2. Mengidentifikasi, mengatur dan merencanakan waktu pelatihan untuk efesiensi capaian dari tujuan pelatihan 3. Sebagai salah satu alat ukur keberhasilan proses pelatihan 4. Peserta menyepakati jadwal dan tata tertib pelatihan Metode 1. Curah pendapat 2. Pengisian daftar pertanyaan Waktu 15 menit Perlengkapan (1) metaplan, (2) spidol, (3) selotip, (4) kertas plano Prosedur 1. Menyiapkan kertas plano dan menempelkannya di depan kelas 2. Bertanya kepada peserta apa saja yang harus diatur dalam pelatihan guna ketertiban dan suksesnya pencapaian tujuan pelatihan. 3. Pengaturan itu dapat mengatur: a. Kesepakatan waktu dimulainya makan pagi, masuk kelas, ishoma dan waktu berakhirnya kelas. b. Penunjukan time keeper c. Kesepakatan lainnya, misalnya dilarang membunyikan handphone dan terima telephon di kelas, larangan merokok dikelas. 4. Mencatat seluruh kesepakatan bersama pada plano 5. Membacakan seluruh kesepakatan Bersama Kesimpulan Contoh Kontrak Belajar a. Kelas dimulai pukul 09.00 pagi dan berakhir pukul 17.00 sore b. Makan pagi dimulai sejak 07.00 pagi c. Dilarang membunyikan handphone d. Dilarang menerima telephon di kelas e. Dilarang merokok dikelas. f. Dilarang terlambat, bagi yang terlambat dikenakan sanksi menyanyi Modul 1.3 Harapan dan Kekhawatiran Tujuan 1. Memperjelas harapan-harapan dan kekhawatiran terhadap pelatihan 2. Membantu peserta untuk mengarahkan diri pada harapan-harapan tersebut. 3. Mengidentifikasikan kebutuhan peserta untuk mencapai harapan dan menghindari kekhawatiran Waktu 15 menit Perlengkapan (1) Daftar pertanyaan tentang “harapan dan kekhawatiran dalam pelatihan ini”, (2) metaplan, (3) spidol, (4) selotip, (4) kertas plano Methode Penyampaian 1. Permainan menggunakan metaplen dan plano 2. Partisipatif Prosedur 1. Menyiapkan 2 lembar kertas plano, menempelkan di depan kelas 2. Menuliskan kata “Harapan” dan “Kekhawatiran”, pada masing-masing kertas
  • 16. 8 3. Melontarkan pertanyaan kunci untuk mengungkap harapan dan ke khawatiran peserta. 4. Membagikan 2 kertas metaplan 5. Meminta peserta menuliskan satu harapan, satu kekhawatiran dan satu rekomendasi pada masing-masing lembar kertas metaplan 6. Meminta peserta menempel hasil kerjanya pada kertas plano yang telah disediakan 7. Membacakan harapan dan kekhawatiran peserta Catatan: Permainan harapan dan kekhawatiran dalam dilihat pada lampiran 2 Pertanyaan-pertanyaan kunci  Apa harapan anda mengikuti pelatihan ini?  Apa yang anda khawatirkan dari pelatihan ini? Modul 1.4 Pre-test Tujuan 1. Mengukur kedalaman pengetahuan peserta pelatihan terhadap materi-materi pelatihan. 2. Mengidentifikasikan kebutuhan peserta Waktu 30 menit Perlengkapan Daftar pertanyaan pre-test (soal isian pre-test) Methode Penyampaian Kuisioner Prosedur 1. Membagikan soal isian pre-test kepada peserta. 2. Menyampaikan agar peserta menjawab apa yang diketahui dengan jujur apa adanya 3. Melarang peserta bertanya pada peserta lain dalam menjawab daftar pertanyaan 4. Melarang peserta mencari jawaban melalui internet 5. Membolehkan peserta untuk tidak menjawab setiap pertanyaan yang tidak diketahuinya. 6. Meminta peserta untuk menjawab soal isian pre-test (durasi 15 menit) 7. Lembaran soal isian pre-test yang sudah dijawab dikumpulkan secara kolektif kepada fasilitator. 8. Wajib membaca jawaban soal isian pre-test peserta 9. Membuat analisis dan pemetaan untuk membuat strategi penyampaian materi yang mudah diterima peserta. Pertanyaan-pertanyaan kunci  Apakah anda tahu apa siapa yang dimaksud anak? Apa yang anda ketahui tentang hak anak?  Apa pengaruh internet bagi masyarakat khususnya bagi anak-anak?  Apakah anda tahu tentang eksploitasi seksual komersial anak? Apa yang dimaksud dengan pornografi? Apakah ada praktek perkawinan anak didaerah anda? Apa yang dimaksud dengan perkawinan anak?  Tahukah anda Undang-Undang apa saja yang mengatur tentang perlindungan anak di Indonesia? Adakah peraturan Desa didaerah anda yang mengatur tentang perlindungan anak? Catatan: Soal pre-test tersedia pada bagian lampiran modul ini.
  • 17. 9
  • 18. 10 MODUL 2 HAK ANAK Modul 2.1 Mengenal Definisi Hak Anak Dalam Hukum Internasional Tujuan: 1. Untuk memperoleh pengetahuan tentang Konvensi Hak Anak. 2. Untuk memperdalam pengetahuan tentang aturan hukum nasional yang mengatur hak anak 3. Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai batasan atau kriteria yang termasuk dalam kategori hak anak. 4. Untuk mengetahui pengaturan hak anak dalam hukum di level Pemerintah Daerah (Perda, Perdes) 5. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi perlindungan hak anak di Indonesia, dan juga didaerah? Pengetahuan yang di butuhkan Pengetahuan dan pemahanan mengenai hak anak Waktu Durasi 120 menit - Seminar/paparan nara sumber = 30 menit - Tanya jawab peserta = 15 menit - Kerja kelompok = 20 menit - Presentasi hasil kerja kelompok =55 menit Perlengkapan (1) Contoh kasus, (2) Plano, (3) Metaplen, (4) Spidol, (5) selotip (6) In-fokus, (7) Laptop, (8) Power point presentasi Metode Penyampaian Seminar, analisis kasus (studi kasus), permainan Prosedur: 1. Sebelum seminar dilakukan, melakukan checklist daftar kebutuhan sesi. 2. Membaca dan menyimpulkan hasil pretest terkait topik yang sedang dibahas 3. Membuat catatan dari bahan bacaan terkait hak anak untuk memberikan pendalaman pengetahuan peserta. 4. Memandu presentasi narasumber 5. Membuka ruang diskusi tanya jawab 6. Setelah sesi seminar selesai, membagi kelompok menjadi 3 hingga 4 kelompok 7. Membagikan kertas plano kepada masing-masing kelompok. 8. Membagikan lembar kasus dan pertanyaan didalamnya kepada masing-masing kelompok 9. Anggota kelompok diminta mendiskusikan kasus dan pertanyaan yang dibagikan 10. Meminta kelompok untuk merumuskan jawaban dan menuliskannya dalam kertas plano. 11. Meminta masing-masing kelompok menunjuk perwakilannya untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. 12. Meminta pendapat kelompok lainnya (check dan recheck). Pertanyaan kunci 1. Apa yang dimaksud anak? 2. Apa saja hak anak yang diatur dalam konvensi hak anak? 3. Di level nasional, Undang-Undang apa saya yang anda ketahui yang mengatur hak anak? 4. Adakah Perda atau Perdes atau aturan lainnya di daerah yang mengatur tentang hak anak? 5. Bagaimana implementasi hak anak di Indonesia? 6. Bagaimana implementasi hak anak didaerah anda? Apa saja faktor pendukung dan penghambatnya? Kesimpulan 1. Definisi anak dan hak yang melekat pada anak 2. Aturan internasional yang memberikan perlindungan hak anak 3. Aturan nasional yang memberikan perlindungan hak anak 4. Aturan lokal (daerah) yang memberikan perlindungan bagi hak anak
  • 19. 11 CHECKLIST UNTUK NARASUMBER “HAK ANAK” Usia Anak □ Definisi dan batas usia anak □ Memberikan contoh-contoh aplikatif yang menjelaskan definisi dan batas usia anak Hak Anak Dalam Konvensi Hak Anak □ Memberikan informasi detail seluruh hak anak yang diatur dalam konvensi hak anak □ Memberikan contoh-contoh aplikatif yang menjelaskan hak anak □ Menjelaskan keterkaitan dan posisi konvensi hak anak dengan sistem hukum di Indonesia Hak Anak Dalam Konstitusi □ Memberikan informasi detail seluruh hak anak yang diatur dalam UUD 1945 □ Memberikan contoh-contoh aplikatif yang menjelaskan hak anak □ Menjelaskan posisi konsitusi sebagai dasar rujukan hukum bagi seluruh peraturan perundang- undangan di Indonesia, sehingga pengaturan hak anak dalam UUD 1945 menjadi dasar bagi pembuatan Undang-Undang, PERDA, PERGUB, PERBUP, PERWALI dan juga PERDES perlindungan anak di Indonesia Hak Anak Dalam Hukum Nasional (Undang- Undang) □ Memberikan informasi detail seluruh hak anak yang diatur dalam Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak □ Memberikan contoh-contoh aplikatif yang menjelaskan hak anak □ Menjelaskan posisi Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagai dasar rujukan hukum bagi pembuatan PERDA, PERGUB, PERBUP, PERWALI dan juga PERDES perlindungan anak di Indonesia Hak Anak Dalam Hukum Lokal (PERDA, PERGUB, PERWALI, PERBUP, PERDES) □ Mentabulasi dan memberikan contoh berbagai PERDA, PERGUB, PERBUP, PERWALI dan PERDES di Indonesia yang memberikan perlindungan bagi hak anak □ Memberikan contoh-contoh aplikatif yang menjelaskan implementasi PERDA, PERGUB, PERBUP, PERWALI dan PERDES yang mengatur tentang perlindungan hak anak CHECKLIST UNTUK FASILITATOR SESI “HAK ANAK” Persiapan Sesi □ Membaca dan menguasai bahan bacaan materi hak anak □ Membaca dan memahami tujuan sesi hak anak □ Mengetahui durasi waktu sesi hak anak □ Melakukan cross check pada nara sumber bahwa materi yang akan disampaikan telah sesuai dengan pointer-pointer kebutuhan peserta □ Membaca dan menganalisis hasil pre-test peserta khususnya terkait dengan pengetahuan hak anak Seminar (Sesi Diskusi) □ Memandu dan mengatur presentasi narasumber □ Menyampaikan di forum tujuan dari sesi hak anak □ Mengkontekskan hak anak dengan situasi dan kondisi peserta □ Memandu proses tanya jawab peserta dan narasumber serta membantu melakukan pendalaman materi □ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di alokasikan dalam sesi seminar Diskusi Kelompok (StudI Kasus) □ Memandu peserta untuk membentuk kelompok diskusi □ Membagikan contoh kasus “Hak Anak” pada masing-masing kelompok □ Menjelaskan mekanisme kerja kelompok, misalkan hasil kerja kelompok akan dipresentasikan, dan didebat oleh kelompok lainnya. □ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di alokasikan dalam sesi diskusi kelompok □ Memastikan peserta telah mengerti dan memahami hak anak dengan meng-crosscheck tujuan pelatihan, kebutuhan peserta (melalui hasil pre-test), penambahan pengetahuan peserta melalui sesi seminar dan hasil dikusi kelompok
  • 20. 11 BAHAN BACAAN 1. Konvensi PBB tentang Hak Anak Hak Anak berlaku bagi seluruh anak-anak, tanpa memandang suku, ras, agama, golongan, warna kulit, jenis kelamin, dan latar belakang anak.  Pasal 1: Setiap anak (orang yang berumur dibawah 18 tahun) berhak memiliki semua hak anak dalam konvensi PBB tentang hak anak  Pasal 2: Berhak untuk tidak didiskriminasi dalam bentuk apapun  Pasal 3: Berhak atas keputusan yang baik yang diambil atas nama anak  Pasal 4: Berhak agar hak anak dihormati dan dipenuhi oleh pemerintah  Pasal 5: Berhak untuk dibesarkan oleh orangtua (jika anak masih memiliki orang tua)  Pasal 6: Berhak untuk memiliki kehidupan  Pasal 7: Berhak untuk diberi nama dan kewarganegaraan  Pasal 8: Berhak sebagai individu  Pasal 9: Berhak untuk tinggal bersama orang tua, kecuali jika hal ini tidak sesuai  Pasal 10: Berhak untuk tinggal bersama orang tua, dinegara tempat mereka tinggal  Pasal 11: Berhak untuk tidak diculik dan dipindahkan ke negara lain  Pasal 12: Berhak untuk mengeluarkan pendapat dan berhak untuk didengarkan  Pasal 13: Berhak mendapat informasi dan mengatakan apa yang dipikirkan  Pasal 14: Berhak untuk menganut mengikuti kepercayaan dan menganut agama sesuai dengan keinginan anak  Pasal 15: Berhak untuk bertemu dengan orang lain dan membentuk perkumpulan pemuda  Pasal 16: Berhak memiliki privasi dalam hidup  Pasal 17: Berhak mendapatkan informasi dari TV, radio, buku dan sebagainya  Pasal 18: Berhak untuk tinggal bersama orang tua jika mungkin  Pasal 19: Berhak mendapat perlindungan jika disakiti, dianiaya dan diabaikan  Pasal 20: Berhak untuk diberi perlindungan dan perhatian jika tidak bisa tinggal bersama orang tua  Pasal 21: Berhak untuk mendapat tempat di rumah orang tua angkat jika tidak tinggal dengan orang tua  Pasal 22: Berhak mendapatkan perlindungan dan bantuan (jika anak adalah seorang pengungsi)  Pasal 23: Anak yang menderita cacat, berhak untuk mendapatkan perhatian dan pendidikan khusus  Pasal 24: Berhak untuk diberi perawatan kesehatan yang baik  Pasal 25: Berhak untuk mendapat pemantauan jika tidak tinggal di rumah  Pasal 26: Berhak untuk mendapat bantuan pemerintah jika miskin atau membutuhkan bantuan  Pasal 27: Berhak untuk mendapatkan tempat yang baik untuk tumbuh  Pasal 28: Berhak mendapatkan pendidikan yang baik  Pasal 29: Berhak atas pendidikan yang dapat meningkatkan pengetahuan tentang anak, tentang orang lain dan hak-hak mereka  Pasal 30: Berhak untuk berbicara dalam bahasa ibu (bahasa asli anak) dan menjalankan agama atau tradisi  Pasal 31: Berhak untuk bermain  Pasal 32: Berhak untuk tidak bekerja di tempat yang mungkin tidak sehat untuk anak atau mencegah anak mendapat kesempatan untuk mendapat pendidikan  Pasal 33: Berhak dilindungi dari pemakaian, pembuatan atau penjualan obat-obatan berbahaya  Pasal 34: Berhak dilindungi dari kekerasan dan gangguan seksual  Pasal 35: Berhak untuk tidak di culik dan dijual  Pasal 36: Berhak untuk tidak di eksploitasi  Pasal 37: Berhak untuk tidak dihukum secara kejam atau disiksa dan tidak dipenjarakan bersama tahanan dewasa  Pasal 38: Jika dibawah 15 tahun, berhak untuk tidak masuk tentara atau bertempur dalam perang. Jika berada di zona perang, berhak mendapat perlindungan.  Pasal 39: Jika disakiti, diperlakukan secara tidak baik atau diabaikan, berhak 12
  • 21. 11 mendapatkan bimbingan agar keadaan menjadi baik kembali  Pasal 40: Berhak menerima bantuan bila membela diri dalam pengadilan. Jika melanggar hukum, umurnya harus dijadikan pertimbangan.  Pasal 41: Apabila hak dinegara lain lebih baik dari pada yang tertera disini, kamu berhak atas hak tersebut, dan bukan yang tertulis disini.  Pasal 42: Berhak untuk mengetahui haknya sendiri dan Pemerintah harus memastikan hal ini dilaksanakan. Pasal yang lainnya tidak menyebutkan hak tetapi membahas bagaimana pemerintah dan organisasi lain bekerja sama agar semua anak bener-bener menerima hak seperti yang tertulis disini 2. Pengaturan Hak Anak Dalam Hukum Nasional: Undang-undang Dasar 1945 Anak sebagai amanah Tuhan Yang Maha Esa yang didalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak asasi yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak yang paling mendasar adalah: Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak (Undang-undang Dasar 1945, Amandemen II pasal 28B ayat (2)). Bunyi Undang-undang Dasar 1945, Amandemen II pasal 28B ayat (2): “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” Anak adalah masa depan bangsa, pada diri anak diharapkan kelak menjadi penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki jiwa nasionalisme yang dijiwai akhlak mulia serta berkemauan keras untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, kewajiban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara untuk memberikan hak-hak anak secara optimal sejak dini. Hak Anak Dalam Undang-undang No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:  Pasal 4: Hak anak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.  Pasal 5: Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.  Pasal 6: Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.  Pasal 7: (1) Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. (2) Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.  Pasal 8: Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.  Pasal 9: (1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. (2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.  Pasal 10: Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai- nilai kesusilaan dan kepatutan.  Pasal 11: Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.  Pasal 12: Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.  Pasal 13: (1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: (a). diskriminasi; (b). eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; 13
  • 22. 12 (c). penelantaran; (d). kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; (e). ketidakadilan; dan (f). perlakuan salah lainnya. (2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.  Pasal 14: Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.  Pasal 15: Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari: (a). penyalahgunaan dalam kegiatan politik; (b). pelibatan dalam sengketa bersenjata; (c). pelibatan dalam kerusuhan sosial; (d). pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan (e). pelibatan dalam peperangan.  Pasal 16: (1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. (2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. (3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.  Pasal 17: (1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk: a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa; b. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan c. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum. (2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.  Pasal 18: Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya. Summary Hak Anak Dalam Undang-undang No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak: a. Berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan. b. Berhak untuk tumbuh kembang secara wajar tanpa halangan. Anak berhak untuk mengetahui identitasnya, bermain, beristirahat, bebas mengemukakan pendapat, memilih agama, mempertahankan keyakinan, dan semua hak yang memungkinkan mereka berkembang secara maksimal sesuai potensinya. c. Berhak untuk mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi, seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah. d. Berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat, bebas untuk berekspresi, bebas untuk berinteraksi dengan orang lain dan menjadi anggota suatu perkumpulan. e. Berhak memperoleh pendidikan minimal tingkat dasar. Bagi anak yang terlahir dari keluarga yang tidak mampu dan yang tinggal didaerah terpencil, pemerintah berkewajiban untuk bertanggung jawab untuk membiayai pendidikan mereka. Asas Perlindungan Anak Sebagai Berikut: a. Non diskriminasi, maksudnya adalah perlindungan kepada semua anak Indonesia tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak dan kondisi fisik maupun mental anak. b. Kepentingan yang terbaik bagi anak, maksudnya adalah semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan yudikatif maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama. c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan, maksudnya adalah hak asasi anak yang paling mendasar yang harus dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua. d. Penghargaan terhadap pendapat anak, maksudnya adalah penghargaan atas hak-hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama yang menyangkut kehidupan anak. 14
  • 23. 15 CONTOH KASUS 1 Kemudian Mirna pun mengaku kalau hari ini dia dengan temen-temennya pergi ke Ancol untuk melihat aquarium bawah laut. Sontak Juki semakin marah, menurut Juki aquarium bawah laut itu hiburan orang kaya, mahal, dan nggak sepatutnya anaknya jalan-jalan kesana, kecuali keuangan keluarga sudah cukup. Dalam kemarahan itu kemudian Juki memukul Mirna berkali-kali, dengan harapan Mirna akan jera dan takut serta tunduk dengan perintah bapaknya. Seminggu kemudian, Juki mendapatkan surat dari sekolah, ternyata anaknya kena skorsing karena sering bolos sekolah, dan Juki baru mengetahui kalau Mirna dan temen-temen satu gengnya kadang jalan-jalan tidak hanya selesai jam sekolah, namun juga dengan melakukan bolos. 1. Tindakan mana saja kah yang termasuk pelanggaran hak anak? 2. Benarkah sikap dan tindakan Juki sebagai orang tua? 3. Apakah langkah-langkah yang dilakukan sekolah dengan mengskorsing Mirna dan temen- temennya tidak melanggar hak anak? 4. Apa yang akan anda lakukan sebagai bagian dari masyarakat jika melihat kasus seperti ini? Seorang Bapak bernama Juki yang tinggal di Jakarta, terlihat kesal melihat Mirna anak semata wayangnya suka pulang sekolah telat, hampir tiap hari Mirna pulang sekolah jam 7 malam, padahal jam pulang sekolahnya harusnya selesai jam 2 siang. Mirna adalah siswi SMP yang masih berumur 13 tahun, Ia bergaul dengan temennya Putri, Sisil dan Dita, mereka punya geng/kelompok curhat yang hobby jalan- jalan. Setiap hari, selepas pulang sekolah mereka jalan ke tempat-tempat yang menurut mereka menarik, kadang ke Monas, kadang ke Banjir Kanal Timur, kadang ke Taman Suropati, kadang ke Museum Kota Tua, Ancol, dan lain-lain. Hobby itu mereka lakukan tiap hari, sepulang sekolah mereka mulai jalan bersama dan pulang kerumah jam 7 malam. Kegiatan mereka ini selain menyita waktu juga menyita biaya, tiap hari masing- masing dari mereka termasuk Mirna minta uang saku berlebih ke orang tuanya. Aktifitas Mirna membuat Juki kesal, hingga suatu hari Juki marah besar karena saat berangkat pagi Mirna merengek minta uang saku berlebih, yaitu 30.000 rupiah, dengan alasan buat membeli bahan-bahan buku gambar. Saat itu Juki menurutinya, Juki memberikan uang saku 30.000, namun ternyata hari itu Mirna malah diketahui pulang jam 7.30 malam. Juki marah, begitu Mirna masuk pintu Juki mencak-mencak, dan Mirna pun sangat ketakutan dan menangis, Mirna duduk dilantai, dan Juki terus memarahi Mirna, “Dasar anak bandel” “anak kurang ajar” “kurang apa bapakmu ini sudah turutin semua yang kamu minta kamu malah nglujak” “dasar anak bego” “goblok” “anak nggak tau diri, nggak tahu diuntung”. Mirna terus menangis ketakutan, tapi bapaknya bukan semakin diem, “eh kamu jangan mewek doank” “kemana kamu tadi nglayap?” “nggak tahu bapak ini khawatir” “bapak begini karena sayang sama kamu.”
  • 24. 16 CONTOH KASUS 2 Hingga diusia 15 tahun, Susi lulus SMP, Ia akan melanjutkan sekolah SMA, Ibunya Susi tidak memiliki uang untuk membayar uang pendaftaran dan kebutuhan lainnya, begitu juga Anton kakaknya. Dari sisa uang transportasinya yang ia tabung, Susi hanya memiliki uang yang tidak seberapa, sekitar Rp. 300.000. Susi pun kebingungan harus mencari uang kemana, hingga kemudian Susi mendapatkan 2 tawaran. Pertama tawaran dari sebuah pemilik warung remang-remang, yang bersedia menggaji Susi dengan harga Rp. 2.000.000 perbulan. Karena masih sekolah Susi hanya diwajibkan masuk 3 sampai 4 kali seminggu, dengan satu atau dua hari weekend, sehingga tidak begitu mengganggu waktu sekolahnya. Adapun job yang diberikan pada Susi adalah sebagai pelayanan minuman. Kedua, tawaran menikah dengan Pak Warso, duda kaya beranak 5, meskipun ingin menikahi Susi, tapi Pak Warso berjanji akan menyekolahkan Susi hingga menjadi sarjana. Pak Warso ingin membantu Susi untuk mencapai cita- citanya. 1. Pada saat berusia 14 tahun Susi bekerja sebagai pelayan warung makan, bagaimana menurut anda, apakah pemilik warung makan boleh mempekerjakan Susi saat itu? 2. Dengan jaminan dari pemilik warung, bahwa pekerjaan yang diberikan pada Susi tidak akan menganggu sekolah Susi, apakah Susi boleh bekerja di warung remang-remang? 3. Jika Ibu dan Kakak Susi setuju untuk menikahkan Susi dengan Pak Warso, kira-kira apa yang akan dilakukan oleh anda sebagai tetangga Susi? Atau anda sebagai tokoh masyarakat? Sebagai tokoh agama? Sebagai Guru? Sebagai aparat pemerintah Desa? Saat Susi berusia 14 tahun, ketika Ia sedang sekolah SMP, Ia memiliki cita-cita besar, dia ingin menjadi seorang politisi, sehingga dia belajar sangat rajin. Susi terlahir dari keluarga yang pas-pasan, di sebuah Desa di daerah Malang, Jawa Timur, dengan 3 bersaudara, kakaknya Anton tamat SMP, sekarang bekerja sebagai buruh tani, dan mencari rumput untuk seekor sapi peninggalan bapaknya, Susi adalah anak kedua, dan adiknya Mila saat ini berusia 11 tahun, masih duduk di Sekolah Dasar (SD). Bapak Susi meninggal ketika Ia berusia 12 tahun, dan sejak saat itu Ia membantu ibunya untuk mengelola kebun dan sepetak sawah peninggalan bapaknya, terkadang untuk membantu ibunya membayar kebutuhan sekolah seperti transportasi dan membeli buku. Ia bekerja sambilan disebuah warung makan dipinggir jalan lereng gunung menuju air terjun, sebagai pelayan warung makan. Hasilnya lumayan, jam kerja setengah hari dari sepulang sekolah Susi mengantongi uang Rp. 20.000 dari pemilik warung. Uang itu oleh Susi diberikan kepada ibunya 10.000 rupiah, yang 10.000 lagi ia gunakan untuk membayar angkutan umum pulang balik dari sekolahnya 6.000 rupiah, sisanyaRp. 4.000 oleh susi ditabung jika ada kebutuhan mendadak beli buku. Susi menyadari, ia berasal dari keluarga tidak mampu, sehingga ia hampir tidak pernah menggunakan uangnya untuk jajan (membeli makanan kecil), kadang Susi membawa bekal makan siang dari rumah, hal ini ia lakukan untuk menghemat pengeluaran. Ketika bekerja, tidak sedikit tamu warung yang menggodanya dengan pertanyaan “Susi usianya berapa?” “Susi sudah ngerti pacarana belum?”, tapi karena tekad dan cita-citanya Susi tidak pernah tergoda, dia selalu mengatakan bahwa Ia harus bekerja dan mendapatkan uang untuk melanjutkan sekolahnya.
  • 25. 17 CONTOH KASUS 3 Rudi (6 tahun) adalah anak dari seorang perempuan bernama Sumarni, Sumarni melahirkan Rudi karena terpaksa, dimana saat itu Sumarni bekerja sebagai PRT dirumah bapak Radja di Surabaya. Selama 2 tahun Sumarni bekerja, Ia dipaksa oleh pak Radja untuk melayani kebutuhan seksualnya, saat itu Sumarni yang masih berumur 17 tahun tidak berani menolak, Ia takut dengan ancaman pak Radja yang mengatakan akan memecatnya, dan memulangkannya ke kampung tanpa gaji sepeser pun. Hingga akhirnya Sumarni hamil, dan Ia bingung harus bagaimana, dan yang lebih menyakitkan Sumarni diusir dari rumah pak Radja, disuruh pulang dan diberi sejumlah uang. Sumarni pun kemudian tinggal dirumah tantenya di daerah Sidoarjo hingga anaknya lahir, tantenya Sumarni kemudian mencarikan keluarga yang bersedia mengadopsi anak Sumarni yang telah diberi nama Rudi. Secara kebetulan tetangga tante Sumarni ada yang tidak memiliki anak dan bersedia mengadopsi Rudi. Tahun pun berlalu, Rudi mendapatkan pengasuhan dan kasih sayang yang baik, seluruh keluarga barunya sangat menyayangi Rudi, dan Rudi tumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar. Hingga kemudian Rudi berusia 6 tahun, dan Ia harus masuk SD. Keluarga baru Rudi bermaksud memasukkan Rudi di sekolah favorit, dan untuk itu Rudi harus memiliki akte lahir. Keluarga baru Rudi, kemudian mengurus akte lahir Rudi, dan karena alasan untuk menjaga perkembangan psikologi Rudi, dimana Rudi akan sangat kecewa kalau mengetahui dirinya adalah anak korban perkosaan, maka keluarga baru Rudi membuat asal usul Rudi bukan anak dari seorang ibu yang bernama Sumarni, namun Rudi adalah anak dari seorang Bapak yang bernama Sigit dan Ibu yang bernama Rita. 1. Apakah langkah keluarga baru Rudi dapat dibenarkan? 2. Adakah hak anak yang dilanggar dalam kasus Rudi? Jika ada apa saja, mohon sebutkan? 3. Apakah yang harus dilakukan oleh masyarakat jika menemukan kasus seperti ini?
  • 26. 18 CONTOH KASUS 4 Susan (16 tahun) adalah seorang anak yang terlahir di keluarga kaya, Susan sangat dimanja oleh orang tuanya, apapun yang diminta pasti diberikan (dituruti). Hingga suatu hari Susan minta kepada papa mamanya untuk liburan dengan teman-temannya di Bali, Susan mengatakan Ia akan berlibur dengan 6 orang temennya, 4 orang diantaranya adalah perempuan dan 2 orang lagi laki-laki. Papa Mama Susan yang selama ini selalu memanjakan anaknya tidak melarang rencana liburan tersebut, bahkan Papa Mamanya memberikan kunci villa keluarga kepada Susan, dan meminta Susan dan temen- temennya untuk tinggal di Villa keluarga. Singkat kata, liburan Susan seminggu di Bali Bersama temen-temennya berjalan sukses, Susan pulang dengan sangat bahagia, terlihat Ia sangat menikmati liburannya. Hingga 3 bulan kemudian, orang Tua Susan melihat Susan murung dan bersedih. Karena khawatir, berkali-kali orang tua Susan menanyakan kenapa sikap anaknya berubah, namun Susan tetap tutup mulut. Kondisi Susan semakin murung, Ia tetap bersekolah namun terlihat menjauhkan diri dari pergaulan temen-temennya. Hingga 6 bulan dari liburan di Bali, orang tua Susan mendapatkan perut anaknya tumbuh semakin besar, seperti perempuan yang sedang hamil. Kemudian mereka mengajak Susan berbicara dari hati ke hati, dan benar ternyata Susan hamil dengan salah satu temannya yang bernama Rico. Kemudian keluarga Susan dan Rico bertemu dan membicarakan solusi terbaik, kemudian disepakati Rico dan Susan dinikahkan, dan untuk menghilangkan rasa malu keluarga, Susan berhenti bersekolah, Susan untuk sementara dipindahkan dari Bandung untuk tinggal di keluarga jauhnya di Medan. 1. Hak apa saja yang dilanggar dalam kasus tersebut? 2. Bolehkah langkah yang dilakukan oleh orang tua Susan? 3. Apa yang harus dilakukan masyarakat jika menemukan kasus seperti ini?
  • 27. 19
  • 28. 20
  • 29. 21
  • 30. 22
  • 31. 23
  • 32. 24
  • 33. 25
  • 34. 26
  • 35. 27
  • 36. 28
  • 37. 29
  • 38. 30
  • 39. 31
  • 40. 32 MODUL 3 PERLINDUNGAN ANAK DI DAERAH TUJUAN WISATA DI INDONESIA Tujuan 1. Untuk mengetahui peta situasi perlindungan anak di Indonesia. 2. Untuk mengetahui peta situasi perlindungan anak di daerah wisata 3. Untuk mengetahui keterkaitan pariwisata dengan kasus eksploitasi seksual komersial anak (ESKA), diantaranya meliputi pornografi, prostitusi anak, perkawinan anak, perdagangan seks anak dan pariwisata seks anak. 4. Untuk mengenal dampak internet pada anak Pengetahuan yang di butuhkan Pengetahuan dan pemahanan mengenai perlindungan anak di daerah tujuan wisata di Indonesia Waktu Durasi 120 menit - Seminar/paparan nara sumber = 55 menit - Tanya jawab peserta = 15 menit - Kerja kelompok = 20 menit - Presentasi hasil kerja kelompok =30 menit Perlengkapan (1) Kertas Plano, (2) Spidol, (3) Selotip, (4) Contoh kasus, (5) In-focus, (6) Power point presentasi, (7) Laptop Metode Penyampaian Seminar dan partisipatif melalui belajar analisis kasus (studi kasus) Prosedur 1. Sebelum seminar dilakukan, fasilitator melakukan checklist daftar kebutuhan sesi. 2. Membaca dan menganalisis hasil pretest terkait dengan topik yang sedang dibahas 3. Mempersiapkan presentasi dari bahan bacaan untuk memberikan pendalaman pengetahuan peserta. 4. Memandu sesi seminar 5. Membuka ruang diskusi tanya jawab. 6. Mempersilahkan peserta untuk kembali ke masing-masing kelompok. 7. Membagikan kertas plano kepada masing-masing kelompok. 8. Membagikan lembar kasus dan pertanyaan didalamnya kepada masing- masing kelompok 9. Meminta masing-masing kelompok agar mendiskusikan kasus dan pertanyaan 10. Meminta masing-masing kelompok untuk merumuskan jawaban dan menuliskannya dalam kertas plano. 11. Masing-masing kelompok menunjuk perwakilannya untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. 12. Meminta pendapat kelompok lainnya (check dan recheck). Pertanyaan kunci 1. Bagaimana peta situasi perlindungan anak di daerah wisata di Indonesia? 2. Bagaimana situasi perlindungan anak didaerah wisata yang ada di kabupaten anda? 3. Apa yang dimaksud dengan ESKA? 4. Apa yang dimaksud wisata seks anak? 5. Apa yang dimaksud perkawinan anak? Bagaimana praktek perkawinan anak didaerah anda?
  • 41. 33 6. Apa yang dimaksud dengan pornografi anak? Adakah kasus pornografi yang pernah terjadi didaerah anda? 7. Apa yang dimaksud dengan prostitusi anak? 8. Apa keterkaitan pariwisata dengan kasus eksploitasi seksual komersial anak (ESKA)? 9. Adakah dampak internet pada anak? Adakah perkembangan penggunaan internet oleh anak-anak di daerah anda? Kesimpulan 1. Peta situasi anak didaerah wisata di Indonesia 2. Definisi ESKA, Wisata Seks Anak, Pornografi, Perkawinan Anak, Prostitusi Anak 3. Pentingnya internet sehat bagi anak 4. Pentingnya peran orang tua dan keluarga dalam melindungi anak dari ESKA di daerah tujuan wisata CHECKLIST UNTUK NARASUMBER “PERLINDUNGAN ANAK DI DAERAH TUJUAN WISATA DI INDONESIA” Gambaran Umum Situasi Perlindungan Anak di Indonesia □ Mengutip dan memaparkan data, kasus atau hasil penelitian yang menggambarkan situasi perlindungan anak di Indonesia □ Menjelaskan dan memberikan contoh-contoh aplikatif kenapa masih terjadi kekerasan dan tindakan diskriminasi pada anak di Indonesia. Keterkaitan Pariwisata dengan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) □ Mendetailkan definisi pariwisata dan ruang lingkup serta manfaatnya bagi masyarakat □ Mendetailkan definisi ESKA dan faktor-faktor penyebabnya □ Mendetailkan definisi prostitusi anak dan faktor- faktor penyebabnya □ Memdetailkan definisi pornografi anak dan faktor-faktor penyebabnya □ Memdetailkan definisi perkawinan anak dengan ESKA dan faktor-faktor penyebabnya □ Menjelaskan perlindungan hukum bagi anak korban ESKA, prostitusi anak, pornografi anak, perkawinan anak dalam sistem hukum dan perundang-undangan di Indonesia Memberikan contoh-contoh aplikatif yang menjelaskan tentang kasus ESKA di daerah wisata □ Menjelaskan keterkaitan dan posisi pariwisata terhadap potensi terjadinya kasus ESKA Dampak Internet bagi Anak □ Menjelaskan dampak positif internet bagi anak beserta dengan contoh-contohnya □ Menjelaskan dampak negatif penggunaan internet bagi anak beserta dengan contoh- contohnya □ Menjelaskan upaya yang bisa dilakukan orang tua dalam mengawasi dampak negatif internet bagi anak dan mendorong anak untuk mengakses konten-konten yang memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang anak CHECKLIST UNTUK FASILITATOR SESI “PERLINDUNGAN ANAK DI DAERAH TUJUAN WISATA DI INDONESIA” Persiapan Sesi □ Membaca dan menguasai bahan bacaan materi perlindungan anak didaerah tujuan wisata di Indonesia □ Membaca dan memahami tujuan sesi perlindungan anak didaerah tujuan wisata di Indonesia □ Mengetahui durasi waktu sesi □ Melakukan cross check pada nara sumber bahwa materi yang akan disampaikan telah sesuai dengan pointer-pointer kebutuhan peserta □ Membaca dan menganalisis hasil pre-test peserta, khususnya terkait dengan pengetahuan ESKA, pornografi, prostitusi anak, perkawinan anak dan dampak internet bagi anak di Indonesia
  • 42. 28 Seminar (Sesi Diskusi) □ Memandu dan mengatur presentasi narasumber □ Menyampaikan tujuan dari sesi perlindungan anak didaerah tujuan wisata di Indonesia □ Mengkontekskan situasi perlindungan anak di Indonesia dengan situasi dan kondisi di daerah wisata dimana peserta berasal □ Memandu proses tanya jawab peserta dan narasumber serta membantu melakukan pendalaman materi □ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di alokasikan dalam sesi seminar Diskusi Kelompok (Study Kasus) □ Memandu peserta untuk membentuk kelompok diskusi □ Membagikan contoh kasus “Perlindungan anak didaerah tujuan wisata di Indonesia” pada masing-masing kelompok □ Menjelaskan mekanisme kerja kelompok, misalkan hasil kerja kelompok akan dipresentasikan, dan didebat oleh kelompok lainnya. □ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di alokasikan dalam sesi diskusi kelompok □ Memastikan peserta telah mengerti dan memahami tentang ESKA, pornografi, perkawinan anak, prostitusi anak, dampak internet bagi anak, dengan meng-crosscheck tujuan pelatihan, kebutuhan peserta (melalui hasil pre- test), penambahan pengetahuan peserta melalui sesi seminar dan hasil dikusi kelompok BAHAN BACAAN 1. Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) Eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) adalah suatu jenis kejahatan baru yang sedang berkembang di dunia sekarang ini. Kejahatan ini terdiri dari Prostitusi anak, Pornografi anak, Perdagangan anak untuk tujuan seksual, Pariwisata seks anak dan Perkawinan anak. Tidak ada data yang pasti mengenai berapa jumlah korban ESKA saat ini, UNICEF Indonesia pernah melakukan penelitian tentang anak yang menjadi korban ESKA dan ditemukan ada sekitar 40.000-70.000 anak yang menjadi korban ESKA. Masalahnya adalah hasil penelitian ini sudah tidak relevan lagi untuk dijadikan bahan referensi karena data ini adalah hasil penelitian yang dilakukan pada pertengahan tahun 90’an dan kemungkinan besar jumlah tersebut sudah naik secara signifikan. Modus kasus-kasus ESKA yang terjadi saat ini, diantaranya adalah Prostitusi online dan Pornografi anak, banyak anak-anak terjebak dalam kecanggihan teknologi (internet). Indonesia masuk dalam sepuluh besar pengguna internet terbesar didunia, dan hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa para predator seks anak masuk juga kedalam dunia internet ini untuk mencari korban dan mengambil keuntungan dari anak tersebut. ECPAT Internasional mendefinisikan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) sebagai sebuah pelanggaran mendasar terhadap hak-hak anak, diantaranya pelanggaran berupa: Kekerasan seksual oleh orang dewasa dengan pemberian imbalan kepada anak, atau orang ketiga, atau orang- orang lainnya. Sederhananya, anak yang diperlakukan sebagai objek seksual komersial adalah perwujudan dari praktek kerja paksa dan perbudakan modern terhadap anak, sebab tak jarang anak-anak dipaksa mengalami kekerasan fisik dan trauma. Definisi Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) menurut ILO (2008: 12) mencakup hal- hal berikut ini: 1) Pemakaian anak perempuan dan anak laki-laki dalam kegiatan seksual yang dibayar dengan uang tunai atau dalam bentuk barang (umumnya dikenal sebagai prostitusi anak) di jalanan atau di dalam gedung, di tempat-tempat seperti rumah pelacuran, diskotek, panti pijat, bar, hotel dan restoran. Wisata seks anak. 34
  • 43. 25 2) Pembuatan, promosi dan distribusi pornografi yang melibatkan anak-anak. Termasuk Pemakaian anak-anak dalam pertunjukan seks (publik/ swasta). Definisi ESKA dari adaptasi dari Deklarasi Stocholm Konggres Dunia Anti ESKA, Juni 1996 adalah: Penggunaan anak untuk melakukan hubungan seksual dengan orang dewasa dengan imbalan uang atau barang kepada anak tersebut atau kepada pihak ketiga, yang terjadi dalam berbagai bentuk yaitu, prostitusi, pornografi dan perdagangan serta bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya. Namun, ada pendapat lain yang membagi eksploitasi seksual menjadi tiga bentuk, yaitu: pelacuran anak, pornografi anak dan perdagangan anak untuk tujuan seksual. Sementara itu, pernikahan dan pariwisata seks anak hanya merupakan cara untuk dapat mengekploitasi anak-anak tersebut (Antarini Arna dan Mattias Bryneson, 2004). 2. Pornografi Anak Pornografi anak adalah pertunjukan apapun atau dengan cara apa saja yang melibatkan anak dalam aktivitas seksual yang nyata atau yang menampilkan bagian tubuh anak demi tujuan-tujuan seksual. Pornografi anak termasuk foto, pertunjukan visual dan audio dan tulisan dan dapat disebarkan melalui majalah, buku, gambar, film, kaset video, handphone serta disket atau file komputer. Secara umum, ada dua kategori pornografi, yaitu: pornografi yang tidak eksplisit secara seksual tetapi mengandung gambar anak-anak yang telanjang dan menggairahkan, serta pornografi yang menyajikan gambar anak-anak yang terlibat dalam kegiatan seksual. Sedangkan menurut Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child definisi pornografi anak sebagai berikut “Penggambaran anak, dengan cara apapun, yang sedang melakukan kegiatan seksual yang eksplisit, baik yang nyata maupun dalam bentuk simulasi, atau penggambaran alat-alat vital seorang anak yang tujuan utamanya bersifat seksual”.1 Optional Protocol KHA mengenai Penjualan, Prostitusi dan Pornografi Anak, ditandatangani Pemerintah Indonesia 2001. Kepres RI No. 87/2002 mengenai Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Anak: “Setiap representasi, dengan sarana apapun, pelibatan secara eksplisit seorang anak dalam kegiatan seksual baik secara nyata maupun disimulasikan, atau setiap representasi dari organ-organ seksual anak untuk tujuan seksual” Kasus pornografi anak, jumlahnya juga sangat memprihatinkan, tidak sedikit anak-anak di Indonesia yang menjadi objek pornografi. Seperti yang pernah terjadi pada kasus di tahun 2006, seorang warga negara Australia, Peter W Smith, mengaku telah mencabuli 50 (lima puluh) anak Indonesia dan merekamnya dalam format film dan foto. Kasus lain adalah eksploitasi seksual di Surabaya oleh Juki Chandra, ia melakukan pencabulan terhadap anak-anak dan merekam seluruh adegan kedalam film. Kepolisian mencatat ada sekitar 100 (seratus) rekaman film didalam telepon selular tersangka yang dibuat sejak maret 2006, parahnya hukum belum bisa berpihak pada anak yang menjadi korban sehingga pelakunya dinyatakan bebas.2 1 Tindak Pidana Terkait Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) Dalam Rancangan KUHP, ECPAT Indonesia, ICJR, Aliansi Nasional Revisi KUPH, 2016, hal.7 2 Ibid hal.10 35
  • 44. 26 Identifikasi Pornografi Anak3 Pertunjukan apapun atau dengan cara apa saja yang melibatkan anak didalam aktifitas seksual yang nyata atau eksplisit atau yang menampilkan bagian tubuh anak demi tujuan seksual. Contoh-contoh pertunjukan apapun antara lain: - Iklan di media cetak atau elektronik - Film - Foto - Live show (pertunjukan langsung) - Audio/suara - Komik - Games 3. Wisata Seks Anak Parawisata Seks Anak (PSA) adalah suatu eksploitasi seksual komersial anak yang dilakukan oleh orang- orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, dan di tempat tersebut mereka berhubungan seks dengan anak, yaitu siapa saja yang berumur dibawah 18 tahun. Parawisata seks anak, sering melibatkan penggunaan berbagai layanan akomodasi, transportasi dan layanan-layanan pariwisata terkait lainnya yang dapat memfasilitasi kontak dengan anak-anak dan memungkinkan pelaku untuk tetap tidak terlihat di dalam masyarakat dan lingkungan sekitar. Pariwisata seks anak melibatkan pemberian uang, pakaian, makanan atau bentuk kebaikan lain kepada seorang anak atau pihak ketiga untuk melakukan hubungan seksual. PSA terjadi di berbagai tempat, mulai dari lokalisasi-lokalisasi di daerah pelacuran sampai ke pantai-pantai atau hotel-hotel berbintang lima dan di daerah-daerah perkotaan, pedesaan atau pesisir. Pariwisata seks anak dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama, khususnya jika ada proses 'grooming' atau persiapan yang panjang dimana selama masa tersebut seorang pelaku kekerasan seks terhadap anak berteman dengan seorang anak yang rentan dan berusaha untuk mendapatkan kepercayaan dari anak tersebut sebelum mengeksploitasi anak tersebut secara seksual. Dalam beberapa kasus lain, wisatawan seks anak tersebut membeli layanan seksual secara langsung dari pihak ketiga yang membuat anak tersebut berada dalam sebuah posisi eksploitasi dan kemudian menyediakan anak tersebut untuk wisatawan itu. Wisata seks anak masuk kategori pelanggaran hukum di Indonesia, diantaranya diatur dalam Undang- Undang No 23 tahun 2003 tetang Perlindungan Anak, mengatur bahwa di Indonesia melakukan hubungan seks dengan anak, baik itu dengan paksaan maupun dengan persetujuan masuk dalam kategori kriminal/ pelanggaran hukum, dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Modusnya, anak diberi imbalan berupa uang atau benda (makanan, permen, barang materiil, dukungan, kasih sayang, dan hadiah) 3 Paduan Investigasi, Monitoring dan Pelaporan Kasus-Kasus ESA, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak(PKPA), 2011. Hal. 58 36
  • 45. 26 Adapun faktor penyebab terjadinya wisata seks anak antara lain: - Kemiskinan - Korupsi - Tuna wisma - Pendidikan rendah - Hutang keluarga - Hancurnya keluarga - Perceraian atau ketidakharmonisan rumah tangga - Konsumerisme - Perpindahan dari pedesaan ke perkotaan - Bencana alam - Salah menempatkan kepercayaan pada orang asing - Permintaan akan seks - Ketakutan akan HIV/AIDS dan penyakit kelamin - Kebutuhan akan kekuasaan dan control - Meningkatkan jumlah wisatawan - Kepercayaan yang salah tentang budaya atau diskriminasi berdasarkan jenis kelamin - Diskriminasi atau preferensi terhadap kelompok etnis tertentu - Makin ketatnya hukum dinegara lain - Tidak menghormati hak-hak anak - Keyakinan yang salah tentang kebudayaan orang lain - Meningkatnya kesempatan untuk berbagi informasi melalui internet - Keuntungan tinggi yang diperoleh para germo, pedagang anak-anak, pemilik bordil dan kadang-kadang orang tua atau anak- anak sendiri Dibawah ini adalah beberapa dampak dari berlangsungnya praktek wisata seks anak: - Berisiko tinggi terhadap penularan penyakit kelamin atau HIV/AIDS - Sistem reproduksi masih dalam proses pembentukan sehingga dapat mengalami cidera pada saluran vagina - Terjadi kehamilan, pengguguran kandungan dan masalah kesuburan yang bisa dihadapi kemudian hari - Rentan masuk dalam sindikat narkoba, baik pemakai maupun pengedar - Beresiko untuk bermasalah dengan hukum karena melakukan tindakan kriminal - Rendah diri, tidak percaya diri - Mendapatkan diskriminasi dari lingkungannya (dikucilkan) Dampaknya pada masyarakat - Lunturnya nilai-nilai kemanusiaan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia - Merusak citra negara, atau citra negatif pada daerah wisata 4. Perkawinan Anak Perkawinan anak atau pernikahan dini adalah perkawinan yang melibatkan anak dan remaja usia dibawah 18 tahun, perkawinan anak dapat dianggap sebagai sebuah bentuk eksploitasi seksual komersial jika seorang anak diterima dan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan seksual demi mendapatkan barang atau bayaran dalam bentuk uang atau jasa. Pernikahan dengan anak, yakni dibawah umur 18 tahun yang memungkinkan anak menjadi korban ESKA, sebab tujuan menikahi anak tersebut untuk menjadikan anak sebagai objek seks untuk menghasilkan uang atau imbalan lainnya. 5. Prostitusi Anak Prostitusi anak adalah tindakan menawarkan pelayanan atau pelayanan langsung seorang anak untuk melakukan tindakan seksual demi mendapatkan uang atau imbalan lain. Prostitusi anak terjadi ketika seseorang mengambil keuntungan dari sebuah transaksi komersial dimana seorang anak disediakan untuk tujuan-tujuan seksual, anak tersebut mungkin dikendalikan oleh seorang perantara yang mengtur atau mengawasi transaksi tersebut atau oleh seorang pelaku eksploitasi seksual yang bernegosiasi 37
  • 46. 26 langsung dengan anak tersebut. Menurut Protokol Prostitusi anak adalah pemanfaatan seorang anak dalam aktifitas seks untuk suatu imbalan atau alasan lainnya. Perdagangan anak untuk tujuan seksual adalah proses perekrutan, pemindahantanganan atau penampungan dan penerimaan anak untuk tujuan eksploitasi seksual. Perdagangan anak bisa terjadi tanpa atau dengan paksaan, kekerasaan atau pemalsuan, karena anak-anak tidak mampu memberikan izin atas eksploitasi terhadap diri mereka. Anak-anak diperdagangkan untuk tujuan eksploitasi seksual, perburuhan, transplantasi atau pemindahan organ-organ tubuh dan adopsi ilegal, tetapi semua anak korban korban trafiking telah dibuat sangat rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual karena mereka dipindahkan dari struktur-struktur pendukung yang sudah dikenal seperti keluarga dan masyarakat mereka. Menurut Protokol, penjualan anak adalah setiap aksi atau transaksi dimana anak dipindahtangankan oleh seseorang atau kelompok orang kepihak lainnya untuk suatu imbalan atau alasan lainnya. Data KPAI Menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi korban ESKA dari tahun 2011 sampai dengan Maret 2015 sebesar 1344 kasus dimana dengan kategori pada kejahatan seksual online korban pornografi media online, korban trafficking, prostitusi online dan kasus prostitusi lainnya.4 Identifikasi Prostitusi Anak5 Menggunakan seorang anak untuk aktifitas seksual demi keuntungan atau dalam bentuk lain Menggunakan anak diartikan sebagai: 1. Tanpa perantara/hubungan langsung 2. Tidak ada rekrutmen, tidak ada pemindahan ke pihak ketiga 3. Anak menawarkan diri secara langsung kepada pengguna (sesuai dengan perspektif anak) Bentuk lain yang dimaksud: 1. Hubungan seksual untuk kesenangan anak 2. Imbalan selain uang (barang, jalan-jalan, makan) 3. Dijadikan agunan/pembayar hutang (jaminan) oleh orang tua atau orang yang diberi kekuasaan (keluarga/orang lain) Fakta Situasi Perlindungan Anak di Indonesia6  Di Indonesia sekalipun banyak gadis yang memalsukan umurnya, diperkirakan 30 persen pekerja seks komersil wanita berumur kurang dari 18 tahun. Bahkan ada beberapa yang masih berumur 10 tahun. Diperkirakan pula ada 40. 000- 70. 000 anak menjadi korban eksploitasi seks dan sekitar 100. 000 anak diperdagangkan tiap tahun.  Sebagian besar dari mereka telah dipaksa masuk dalam perdagangan seks.  Sebagai pelaku perdagangan ke luar negeri, lintas batas atau domestik dan negara asal  Perdagangan anak baik di lingkup domestik maupun luar negeri meningkat  Tujuan utama anak yang diperdagangkan ke luar negeri adalah Malaysia, Singapura, Brunei, Taiwan, Jepang dan Arab Saudi 4 Data KPAI dari tahun 2011 sampai dengan Maret 2015 5Opcit. Hal. 57 6 Unicef, Lembar Fakta Tentang Eskploitasi Seks Komersil dan Perdagangan 38
  • 47. 27  Pariwisata seks menjadi isu menarik di daerah tujuan wisata seperti di Bali dan Lombok  Terdapat banyak pelacuran di lokalisasi pelacur, karaoke, panti pijat, mal, dan sebagainya  Mayoritas pelanggan adalah orang local 6. Dampak Internet Bagi Anak dan Langkah-Langkah Mengenali Anak Terpapar Pornografi Melalui Internet Pengertian Internet Internet merupakan hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi atau aplikasinya, dimanapun hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan media dan komunikasi (telepon atau satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi. Pengaruh Internet Bagi Remaja Keberadaan internet memberi dampak positif bagi remaja, melalui Google atau dengan cara yang lain mereka bisa mendapatkan dan mencari berbagai informasi dan data. Tetapi kebanyakan remaja menggunakan internet untuk aktualisasi diri, seperti mencari teman chatting, kirim e-mail dan mencari tugas-tugas kuliah atau tugas sekolah. Dikalangan remaja sedang marak penggunaan Facebook dll. Mereka mencari teman melalui jejaring pertemanan dan bisa juga kirim-kirim foto atau lainnya. Bahkan saat ini, siapapun bisa memiliki situs pribadi yang bisa berisi tentang informasi pribadi seseorang, apakah itu tokoh, artis, selebritis dan sebagainya. Internet juga memiliki dampak negatif bagi remaja, misalnya para remaja membuka situs-situs porno di internet, tindakan ini merupakan salah satu prilaku menyimpang yang dilakukan remaja. Disana mereka bisa melihat gambar-gambar porno, adegan-adegan yang dapat berpengaruh bagi perkembangan mental dan psikologis remaja. Pengaruh Internet Bagi Anak-Anak Sangat penting bagi orang tua untuk memproteksi anak-anak mereka dari pengaruh buruk internet “tapi juga bukan berarti mereka dilarang sama sekali untuk mengetahui dan menggunakanya”. Hal penting yang harus dilakukan orang tua adalah: 1. Mengetahui cara memproteksi anak-anak dari konten yang belum pantas dikonsumsi. 2. Waspada saat anak menggunakan internet, tidak membiarkan anak meggunakan internet didalam kamar atau diruangan terpisah dari keluarga. Apabila memang tidak dapat dihindari, pastikan terus mengawasi dan mengamati apa yang telah dilakukannya. 3. Terapkan peraturan yang tegas dan konsisten tentang apa yang boleh dan tidak boleh diakses oleh anak. Memberi pengertian pada anak terkait dengan situs-situs tersebut, bila perlu lakukan proteksi agar mereka hanya bisa membuka situs-situs tertentu saja. 4. Rancang dan pilihlah fasilitas yang aman untuknya. 5. Berpartisipasilah saat anak sedang menelusuri internet. 6. Biarkan anak-anak memperlihatkan situs-situs kegemarannya atau membacakan e-mail dari teman- temannya dan menjelaskan apa yang tengah mereka lakukan, hal ini bukan saja membuat anak merasa diperhatikan tetapi juga berupaya mengetahui kegemaran anak saat bermain internet. 7. Unduhlah beberapa program penyaringan (filtering) yang mampu memblokir kemungkinan penyadapan identitas anak oleh uknum-uknum yang tidak bertanggung jawab. 8. Tekankan pada anak arti penting menjaga kerahasiaan identitas. 9. Untuk balita, bisa memberikan situs khusus anak-anak. 10. Pastikan situs yang dipilih, mempunyai gambar dan permainan edukatif yang disukai anak-anak. 11. Anak-anak usia sekolah umumnya lebih kritis dibanding anak balita, misalnya tanpa pengetahuan kita, anak bertemu dengan orang yang dikenalinya melalui “chat room” yang belum tentu berniat 39
  • 48. 26 baik, jadi tekankan pada anak untuk tidak bertemu dengan siapapun yang dikenal melalui internet, kecuali bila didampingi orang tua. 12. Berilah pengertian pada anak, bahwa apa yang ada di dunia tidak seratus persen nyata. Berikan penjelasan tentang apa yang nyata dengan apa yang hanya sekedar opini. 13. Ajarkan pada anak agar tidak “bermain api” dengan mengirimkan hal-hal yang tidak baik bagi orang lain. Karena informasi yang disebarkan melalui internet akan dibaca oleh semua orang dan tidak dapat ditarik kembali. 14. Ajarkan bahwa mengambil gambar, tulisan ataupun musik dari situs tertentu tanpa izin sama dengan mencuri hasil kerja seseorang. 7 7https://lobikampus.blogspot.co.id/2016/06/pengaruh-internet-bagi-remaja-dan-anak.html 40
  • 49. 25 CONTOH KASUS 1 Siti seorang gadis berumur 16 tahun, dia putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolahnya, Siti diminta orangtuanya untuk bekerja membantu biaya kehidupan keluarga. Jadilah Siti bekerja di sebuah kafe sebagai pemandu karaoke dan juga pelayan minuman. Suatu hari Siti berkenalan dengan Rudi, seorang pria berumur 37 tahun, sudah 3 bulan ini Rudi menjadi pelanggan kafe tempat Siti bekerja, dan seminggu sekali Rudi mampir untuk berkaraoke dan minum bir ditemanin Siti. Dalam setiap pertemuan Rudi sangat baik kepada Siti, dia selain memberikan tip yang berlebih juga suka memberi hadiah, berupa baju, sepatu, jam tangan dan juga cincin Hingga suatu hari Rudi mengajak Siti untuk pergi berlibur ke Lembang -Bandung, Rudi menyampaikan ke Siti kalau di Lembang mereka akan berlibur selama 4 hari. Dan benar saja, di Lembang Rudi menyewa sebuah Villa, yang ditempati mereka berdua, dan di villa itu Rudi banyak memanjakan Siti dengan hadiah baju, perhiasan dan makanan-makan enak, namun tiap malam Rudi meminta Siti tidur dan berhubungan seks dengannya. Siti tidak menolak, saat itu Siti merasa bahagia ada orang sebaik Rudi, yang menurut Siti sangat menyayanginya, perhatian dengan dirinya dengan memberikan baju, perhiasan dan juga uang. Pertanyaan: 1. Kasus diatas masuk kategori ESKA atau kasus suka sama suka? 2. Apa yang harus dilakukan masyarakat untuk memproses kasus tersebut? 3. Apa yang harus dilakukan Pemerintah? 4. Apa yang harus dilakukan Polisi? 41
  • 50. 26 CONTOH KASUS 2 Wati umur 17 tahun, Wati berprofesi sebagai pelayan atau pemandu karaoke disebuah kafe, selain sebagai pemandu karaoke Wati juga melakukan kerja sampingan sebagai wanita malam. Dalam sehari Wati dapat melayani 2-3 tamu dengan tarif 500 pertamu. Suatu hari Wati, ingin beristirahat, jadi malam itu Wati sengaja menolak untuk menerima tamu kencannya. Dia hanya memandu dan menyanyi karaoke saja. Malam itu Wati kedatangan pelanggannya yang berasal dari Bandung, jauh-jauh dari Bandung sengaja datang hanya khusus berkencan dengan Wati, namun karena Wati memang mau istirahat, jadi Wati sampaikan kalau malam itu Wati tidak bisa melayani. Tiba-tiba pelanggan dari Bandung itu marah, Dia merasa kecewa, tangan Wati ditarik, Wati dipaksa keluar dari Kafe, beberapa orang yang di Kafe sudah mencegah tindakan laki-laki itu, mendapatkan perlawanan, laki-laki itu tidak kurang akal. Dia mendatangi mami pemilik kafe dan menyerahkan sejumlah uang, hingga kemudian seluruh orang di kafe tersebut membiarkan Wati dibawa oleh laki-laki itu. Wati dibawa disebuah hotel, kemudian malam Wati terpaksa melayani seks laki-laki itu, itu dia lakukan karena takut. Bahkan Wati tidak bisa menolak saat laki-laki itu mengambil foto-foto Wati yang tidak berbusana. Tiga hari kemudian, ada dua orang laki-laki mendatangi kafe tempat Wati bekerja, mereka mengatakan ingin berkencan dengan Wati, mereka tampak antusias ngobrol dengan Wati, diakhir pembicaraan mereka bilang aku bela-belain datang kesini karena nggak kuat lihat foto-foto kamu. Kemudian mereka menunjukkan foto- foto Wati tanpa busana melalui HP yang mereka miliki Pertanyaan: 1. Apakah kasus Wati masuk kategori kasus ESKA? 2. Apakah ada kasus Pornografi dalam kasus Wati? 3. Apa yang akan anda lakukan jika menemukan kasus seperti ini? 42
  • 51. 27 CONTOH KASUS 3 Terry seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, Terry suka sekali bermain internet. Suatu hari ketika dia sedang masuk sebuah room chat, Terry bertemu dengan seorang laki-laki dari Eropa, laki-laki itu bernama Michael, Michael mengajak Terry berkenalan lebih dekat. Karena memang ingin belajar dan praktek bahasa inggris perkenalan itu tidak ditolak oleh Terry, justru dia dengan senang hati memberikan nomor telephonnya. Hingga kemudian hari demi hari mereka semakin dekat, Terry merasa seperti mempunyai bapak angkat, hingga kemudian Michael datang ke Indonesia dan mengajak Terry untuk keliling Indonesia ke tempet-tempet yang indah. Terry merasa sangat berbahagia, hingga Michael mengajak Terry untuk tinggal bersamanya disebuah villa mewah di Bali, karena sudah merasa sayang dan menganggap Michael sebagai bapak angkatnya Terry tidak keberatan untuk pindah dan tinggal dengan Michael. Bahkan Terry tega berbohong kepada orangtuanya tentang kedekatannya dengan Michael. Hingga suatu hari Michael menawari Terry untuk di foto bugil, Michael menawarkan gaji yang sangat besar, Terry awalnya ragu, namun karena Michael menapati janji dengan memberikan sejumlah uang yang dijanjikan yaitu sebesar 10.000.000 (sepuluh juta) sekali shoot, maka Terry tidak keberatan. Sudah tak terhitung lagi berapa Kali Terry menjadi model photo dan video bugil. Dari hasil kerja kerasnya, Terry mengirimkan uang itu untuk membantu perekonomian keluarganya di kampung. 1. Jenis kasus apakah yang dialami Terry? 2. Menurut Anda, yang terjadi pada Terry masuk tindakan pidana atau bukan? 3. Apakah kesediaan Terry untuk di foto bugil dapat menjadikan Terry sebagai tersangka? 4. Jika ada kasus seperti ini apa yang harus anda lakukan sebagai bagian dari masyarakat? 43
  • 52. 28 CONTOH KASUS 4 Lina adalah gadis berusia 16 tahun, Lina tinggal disebuah Desa di Gunung Kidul di Yogyakarta, Ia saat ini duduk dibangku SMA. Lina adalah gadis yang sangat terkenal pendiam dan patuh dengan orang tuanya. Hingga suatu hari, sepulang dari sekolah, Lina mendapatkan bapak dan ibunya menangis, Lina pun kebingungan, apa yang sedang terjadi pada keluarganya? Bapaknya Lina, Suraji menjelaskan ke Lina bahwa keluarganya bangkrut, dan sejak 7 bulan lalu terjerat rentenir, saat ini rentenir sedang berupaya menyita rumah satu-satunya yang mereka miliki. Lina memahami 7 bulan sebelumnya, bapaknya menjual beberapa asetnya untuk membayar hutang-hutang keluarga akibat bangkrut dari bisnis, namun penjualan aset-aset itu belum cukup untuk membayar hutang. Sang rentenir Pak Tukirin, datang ke rumah pak Suraji untuk menagih utang, dan meminta rumah. Saat itu Lina mendengar percakapan yang menegangkan itu dengan berlinangan air mata. Lina nggak bisa membayangkan jika rumahnya diambil, bagaimana nasib ke empat adik-adiknya. Kemudian Lina keluar dari kamarnya dan menuju ruang tamu, Lina menangis dia meminta bapaknya untuk memberikan kesempatan padanya untuk berbicara, Lina kemudian bicara dengan pak Tukirin. Lina menawarkan dirinya untuk bekerja dirumah pak Tukirin sebagai permintaan maaf atas keterlambatan membayar hutang, dan agar rumahnya tidak disita, hingga bapaknya bisa membayar semua hutang-hutangnya. Pak Tukirin pun setuju, Lina kemudian tiap hari, sepulang sekolah langsung bekerja dirumah pak Tukirin, kadang membersihkan rumah, kadang memasak untuk para pekerja (buruh) yang bekerja disawah. Maklum pak Tukirin sangat kaya raya sehingga setiap harinya ia memperkerjakan sebanyak 20-30 orang. Setelah dua bulan bekerja, rupanya Pak Tukirin menyukai Lina, kemudian dia datang ke rumah pak Suraji untuk melamar Lina. Pak Suraji tentu sangat kaget, sebab Lina masih sekolah, bagaimana masa depannya kelak? Memang saat ini pak Tukirin Duda ditinggal mati oleh isterinya dua tahun yang lalu. Singkat kata Lina menerima pinangan pak Tukirin dengan catatan, Lina akan diberi kebebasan melanjutkan sekolah hingga menjadi sarjana, 1. Apakah kasus Lina masuk kategori perkawinan anak? 2. Apakah perkawinan tersebut diperbolehkan? Mengingat pak Tukirin adalah duda dan Lina juga bersedia menikah dengan pak Tukirin 3. Sebagai masyarakat, apa yang harus anda lakukan jika anda menemukan kasus seperti yang dialami Lina? 44
  • 53. 2945
  • 54. 3046
  • 55. 3147
  • 56. 3248
  • 57. 3349
  • 58. 3450
  • 59. 3551
  • 60. 3652
  • 61. 3753
  • 62. 3854
  • 63. 3955
  • 64. 4056
  • 65. 57
  • 66. 58 MODUL 4 MENGENALI KEKUATAN & TANTANGAN Tujuan 1. Untuk mengenali kekuatan dan potensi internal dan eksternal daerah tujuan wisata 2. Untuk mengenali aktor pelaku 3. Untuk mengenali anak sebagai korban 4. Mengenali pola-pola kekerasan dan ekspoitasi seksual terhadap anak di daerah tujuan wisata Pengetahuan yang di butuhkan Ada 3 methode yang digunakan secara berurutan, yaitu: - Self assasment berupa checklist persoalan yang terjadi di daerah tujuan wisata - Identifikasi dan pemetaan masalah melalui pohon masalah - Analisis SWOT untuk mengenali kekuatan dan tantangan melalui permainan caffee shop - Waktu Durasi 180 menit - Seminar/paparan nara sumber = 30 menit - Tanya jawab peserta = 15 menit - Kerja kelompok dengan metode self assasment = 15 menit - Kerja kelompok pemetaan masalah dengan metode pohon masalah dan presentasi hasil kerja kelompok = 60 menit - Kerja kelompok analisis SWOT dengan metode caffee shop dan presentasi hasil kerja kelompok = 60 menit Perlengkapan (1) In-focus, (2) laptop, (3) power point presentasi, (4) lembar checklist self assasment, (5) kertas plano, (6) selotip, (7) spidol (8) 2 lembar kertas dengan gambar pohon ESKA, (9) plano Metode Penyampaian 1. Seminar 2. Self assasment berupa checklist persoalan yang terjadi di daerah tujuan wisata 3. Identifikasi dan pemetaan masalah melalui pohon masalah 4. Analisis SWOT untuk mengenali kekuatan dan tantangan melalui permainan caffee shop Prosedur 1. Melakukan checklist daftar kebutuhan sesi 2. Membaca dan menganalisis hasil pretest terkait dengan materi yang sedang dibahas 3. Mempersiapkan presentasi dari bahan bacaan untuk memberikan pendalaman pengetahuan peserta. 4. Memandu presentasi narasumber 5. Membuka ruang diskusi tanya jawab 5. Memandu sesi Self assasment berupa checklist persoalan yang terjadi di daerah tujuan wisata 6. Memandu peserta untuk mengidentifikasi dan memetakan masalah melalui pohon masalah 7. Memandu peserta menggunakan Analisis SWOT untuk mengenali kekuatan dan tantangan melalui permainan caffee shop Pertanyaan kunci 1. Apa saja persoalan yang ada didaerah anda? Apa akar masalah penyebab terjadinya persoalan tersebut? 2. Apakah kekuatan yang daerah anda miliki? 58
  • 67. 59 3. Apa saja hambatan atau tantangan yang dihadapi oleh daerah anda? 4. Tahukan anda seperti apa ciri-ciri pelaku ESKA? 5. Bagaimanakah tanda-tanda atau ciri-ciri anak yang menjadi korban ESKA? 6. Seperti apa pola kekerasan dan eksploitasi terhadap anak yang terjadi didaerah anda? Modus yang sering dilakukan apa? Kesimpulan 1. Tantangan dan Peluang, Kekuatan dan Potensi Internal dan Eksternal Daerah Tujuan Wisata 2. Pentingnya berjejaring antar stakeholder (antar SKPD, lintas sektor, pemerintah dan masyarakat) dalam menghadapi ancaman kekerasan dan ESKA 3. Ciri-ciri Aktor/Pelaku 4. Ciri-ciri Anak Sebagai Korban 5. Pola-Pola Kekerasan dan Ekspoitasi Seksual Terhadap Anak di Daerah Tujuan Wisata CHECKLIST UNTUK NARASUMBER “MENGENALI KEKUATAN DAN TANTANGAN” Mengenali Kekuatan dan Potensi Internal dan Eksternal Daerah Tujuan Wisata □ Menjelaskan dengan detail kekuatan internal dan eksternal daerah, misalkan aturan hukum nasional dan peraturan daerah, pemerintah daerah dan pemerintah desa serta masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak □ Menjelaskan dengan detail kelemahan internal dan eksternal daerah □ Menjelaskan dengan detail kesempatan internal dan eksternal daerah □ Menjelaskan ancaman internal dan eksternal □ Memberikan contoh-contoh aplikatif, menjelaskan apa yang bisa dilakukan masyarakat untuk memberikan perlindungan pada anak di daerah tujuan wisata Mengenali Aktor Pelaku □ Menjelaskan ciri-ciri pelaku □ Menjelaskan modus yang biasa dilakukan pelaku Mengenali Anak Sebagai Korban □ Menjelaskan ciri-ciri anak sebagai korban □ Menjelaskan dampak kekerasan pada anak dengan contoh-contohnya Mengenali Pola-Pola Kekerasan dan Eksploiatsi Seksual Terhadap Anak di Daerah Tujuan Wisata □ Menjelaskan pola kekerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak didaerah tujuan wisata □ Menjelaskan upaya yang bisa dilakukan masyarakat dan contoh-contohnya. CHECKLIST UNTUK FASILITATOR SESI “MENGENALI KEKUATAN DAN TANTANGAN” Persiapan Sesi □ Membaca dan menguasai bahan bacaan materi mengenali kekuatan dan tantangan □ Membaca dan memahami tujuan sesi □ Mengetahui durasi waktu sesi □ Melakukan cross check pada nara sumber bahwa materi yang akan disampaikan telah sesuai dengan pointer-pointer kebutuhan peserta □ Membaca dan menganalisis hasil pre-test peserta khususnya terkait dengan materi mengenali kekuatan dan tantangan. Seminar (Sesi Diskusi) □ Memandu dan mengatur presentasi narasumber □ Menyampaikan tujuan dari sesi kekuatan dan tantangan □ Memandu proses tanya jawab peserta dan narasumber serta membantu melakukan pendalaman materi □ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di alokasikan dalam sesi seminar
  • 68. 41 Presentasi Metode Pemetaan Masalah di Daerah Tujuan Wisata (Pilih Salah Satu Metode): a. Checklist Persoalan □ Cara membuat menggunakan checklist persoalan, dan memberikan contoh-contoh aplikatifnya b. Pohon Masalah □ Definisi metode pohon masalah dan manfaatnya □ Cara menggunakan metode pohon masalah, dan contoh-contoh aplikatifnya c. Analisis SWOT □ Definisi Analisis SWOT dan manfaatnya □ Cara menggunakan Analisis SWOT, dan contoh-contoh aplikatifnya d. Diskusi Kelompok (Study Kasus) □ Memandu peserta untuk membentuk kelompok diskusi □ Membagikan contoh kasus pada masing- masing kelompok □ Menjelaskan mekanisme kerja kelompok, misalkan hasil kerja kelompok akan dipresentasikan, dan didebat oleh kelompok lainnya. □ Mendisiplinkan durasi waktu yang telah di alokasikan dalam sesi diskusi kelompok □ Memastikan peserta telah mengerti dan memahami metode pemetaan masalah didaerah tujuan wisata (di daerahnya), dengan meng-crosscheck tujuan pelatihan, kebutuhan peserta (melalui hasil pre-test), penambahan pengetahuan peserta melalui sesi seminar dan hasil dikusi kelompok BAHAN BACAAN: 1. Mengenali Kekuatan dan Potensi Internal dan Eksternal Daerah Tujuan Wisata Kekuatan Nasional: Ada Beberapa Undang- Undangan yang Menjamin Perlindungan Anak dari ESKA, Diantaranya:  Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dinyatakan, pelaku ESKA diancam 15 tahun penjara atau denda paling banyak Rp.100 juta.  Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Perdagangan Orang. Pasal 6 menyebutkan ”Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)” Kelemahan Pasal 6, definisi perdagangan anak yang tidak mencakup kekhususan terkait eksploitasi seksual anak. Sehingga dapat membingungkan aparat penegak hukum, para pendamping hukum dan masyarakat.  Konvensi Hak Anak (KHA)  UU.No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia  UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Pasal 8 huruf (b) disebutan bahwa ”pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersialdan/atau tujuan tertentu” Pasal 8 (b) ESKA adanya kalimat “untuk tujuan komersial” sebenarnya cukup menjelaskan adanya unsur tindakan pidana eksploitasi seksual komersial, tetapi dengan tidak adanya penjelasan anak dan ruang lingkup rumah tangga, menjadikan pasal ini menjadi umum dan tidak khusus mengatur tentang ESKA. Pasal 47 tentang aturan pidananya mempertegas bahwa Pasal 8 (b) adalah pasal umum karena tidak mengatur secara khusus keterkaitan anak-anak yang menjadi korban.  UU No.11 Tahun 2008 tentang Transaksi Elektronik dan Informasi Pasal 27 ayat (1) di bab VII tentang perbuatan yang dilarang menyebutkan bahwa “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atauDokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan”. 60
  • 69. 41 Pasal ini hanya memberikan proteksi bagi publik secara umum dan belum mewadahi problem ESKA.  UU No.44 Tahun 2008 tentang Pornografi  UU No.1 Tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO 182  UU No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban Pasal 7: Ayat (1): Korban melalui LPSK berhak mengajukan pengadilan berupa: (a) Hak atas kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat. (b) hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggungjawab pelaku tindak pidana Ayat (2): Keputusan mengenai kompensasi dan restitusi diberikan oleh pengadilan Ayat (3): Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi dan restitusi diatur dengan peraturan pemerintah  PP No.9 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme Pelayanan bagi Saksi atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.  Indonesia pun telah meratifikasi Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang  Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak (Protokol OPSC) yang disahkan melalui Undang-undang No.10 Tahun 2012 tentang Pengesahan Protokol Opsional. Protokol ini menyeru agar dilakukan reformasi hukum sehingga melarang dan memidanakan kegiatan perdagangan anak, prostitusi anak, serta pornografi anak.  KUHP  Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Nomor: PM.30/ HK.201/ MKP/ 2010 tentang Pedoman Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak di Lingkungan Pariwisata  Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 25/Kep/ Menko/ Kesra/IX/09 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) dan Eksploitasi Seksual Anak (ESA) 2009-2014. Kekuatan Daerah: Adanya Mekanisme Perlindungan yang Melindungi Anak dari ESKA  Adanya Peraturan Desa (baca: Awig-Awig dalam adat Bali) yang memberikan perlindungan bagi hak anak.  Terbentuknya Forum Anak di beberapa daerah Kabupaten.  Adanya Perda tentang Perlindungan Perempuan dan Anak dari Kekerasan  Adanya Peraturan Gubernur (Pergub)/Peraturan Bupati (Perbup)/Peraturan Walikota (Perwali) tentang Perlindungan Perempuan dan Anak dari Kekerasan  Adanya Pergub tentang Pelarangan Perkawinan Ana 2. Mengenali Aktor/Pelaku Berdasarkan pengalaman ECPAT Indonesia melakukan penanganan dan pendampingan kasus ESKA, pornografi, dan traffiking anak, ECPAT Indonesia menemukan beberapa ciri aktor/pelaku, dimana aktor/pelaku bisa berasal dari semua lapisan masyarakat, negara, daerah, budaya dan agama yang berbeda-beda. - Laki-laki atau perempuan - Berpendidikan tinggi atau rendah - Lajang atau sudah menikah - Pelancong kaya atau pas-pasan - Dari golongan professional termasuk dokter, guru, anggota militer - Orang yang sudah tua atau masih muda - Wisatawan, ekspatriat, pelaku bisnis, pekerja organisasi pemberi bantuan - Berkebangsaan apa saja 3. Pelaku Kejahatan Seksual Anaki 8 Kejahatan seks terjadi ketika seseorang mempergunakan kekuatan, paksaan atau wewenang untuk melibatkan anak- anak dalam aktifitas seksual. 8 Paduan Investigasi, Monitoring dan Pelaporan Kasus-Kasus ESA, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak(PKPA), 2011. Hal. 16 61
  • 70. 40 Kekerasan seksual anak melibatkan aktifitas seksual yang luas dan mencakup: Verbal/kata-kata seksual yang kotor (cabul); Ekshibisionisme/voyeurism; Paksaan/Kekerasan fisik; Sentuhan alat kelamin anak dan/atau menyuruh anak memegang alat kelamin pelaku; Masturbasi/onani; Oral seks; Penetrasi vagina atau dubur dengan menggunakan penis, jari atau benda lain; Penunjukkan/keterlibatan dalam pornografi anak; Sifat kebinatangan. Pelaku eksploitasi seksual anak pada umumnya dapat dibagi dalam dua kategori yaitu; preferensial dan situasional. Para pelaku prefensial memiliki pilihan seksual yang jelas pada anak, mereka sudah punya niat dan keinginan untuk melakukan kejahatan seksual pada anak. Sedangkan para pelaku situasional, tidak benar-benar memiliki pilihan seksual khusus pada anak tetapi mereka melakukan hubungan seksual dengan anak karena ada kesempatan. Pelaku Preferensial: - Memiliki kebutuhan seksual tertentu pada anak-anak - Telah memiliki rencana bagaimana menjalankan perbuatannya dan selalu berupaya mendapat anak-anak tanpa tertangkap - Sudah mengetahui di mana tempat-tempat mereka bisa melakukan perbuatan cabul terhadap anak - Jumlah mereka kecil dibandingkan dengan jumlah korban yang besar Pelaku Situasional - Tidak mempunyai kebutuhan tertentu dengan anak-anak - Akibat situasi (lokasi, waktu, ketersediaan anak-anak, dan hukum yang lemah) menyebabkan mereka mengabaikan etika dan hukum - Para pelanggar merasa tidak melakukan kesalahan apapun - Tidak memedulikan bahwa korban mereka masih anak-anak - Menganggap kejahatan yang mereka lakukan sekali dalam seumur hidup Karakteristik Pelaku Kejahatan Seksual - Menciptakan kesempatan-kesempatan untuk bekerja dengan anak-anak dan komunitas yang rentan - Berusaha keras agar disukai dan diterima - “Menyiapkan” atau “menjebak” para korban dengan menciptakan hubungan “khusus” - Membuat anak-anak bungkam dengan hadiah, ancaman, dan pemerasan emosional atau kekerasan - Mengisolasi anak 62