Berdasarkan dokumen tersebut, ditemukan 14 spesies makroalga yang terdiri atas 10 ordo dan 11 famili di Pantai Teluk Lombok Sangatta. Spesies-spesies tersebut tergolong ke dalam 3 divisi yaitu Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta. Penelitian ini menunjukkan keragaman jenis makroalga di daerah tersebut serta memberikan kontribusi terhadap pengetahuan ekologi habitat makroalga di Pantai Teluk Lombok Sangatta.
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
Inventarisasi dan identifikasi makroalga di teluk lombok
1. INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MAKROALGA DI TELUK LOMBOK,
SANGATTA
Eci Oktaviani, Elis Seftia Arum, Harly Prasetia Kristanto, Nurfadilah A. Patang, Purwasih dan
Rahma Suci
Mahasiswa Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mulawarman, Samarinda
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi makroalga seperti jumlah
jenis-jenis makroalga pada ekosistem lamun dan terumbu karang di Pantai Teluk Lombok
Sangatta. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi bagi
mahasiswa dan yang lainnya. Penelitian ini dilaksanakan, pada tanggal 29 Desember 2013
bertempat di Pantai Teluk Lombok Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Dalam penelitian
ini metode yang digunakan adalah deskriptif serta teknik pengambilan sampel dengan
pembuatan transek. Dimana dalam 1 garis transek terdapat 4 plot berbentuk lingkaran dengan
diameter 10 meter dan jarak antar 1 plot ke plot lain adalah 20 meter. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di Pantai Teluk Lombok Sangatta ditemukan 14 spesies yang terdiri dari
10 ordo dan 11 famili. Terdapat 3 spesies dari divisi Chlorophyta yakni : Halimeda sp.,
Halimeda opuntia, dan Boergesenia forbesii. Terdapat 8 spesies dari divisi Rhodophyta yaitu :
Euchema sp., Farlowia compressa, Chondrus sp., Hypnea choroides, Laurencia sp., Galaxaura
sp., Gracilaria curtissae dan Euchema alvarezii. Terdapat 3 spesies dari divisi Phaeophyta yaitu
: Padina sp., Stypopodium sp. dan Turbinaria sp. Sebaran makroalga di Pantai Teluk Lombok
Sangatta tersebar dengan cara menancap pada substrat berpasir, menggulung pada makroalga
lain dan melekat di batu karang serta paparan terumbu. Kelompok habitat makroalga terdiri dari
habitat substrat pasir, gabungan berpasir dan karang mati, gabungan substrat karang mati dan
karang hidup, serta substrat karang hidup.
Kata Kunci : Teluk lombok, Inventarisasi, Identifikasi, Makroalga.
PENDAHULUAN
Kawasan pesisir dan laut di Indonesia
memegang peranan penting, dimana
kawasan ini memiliki nilai strategis berupa
potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan yang disebut sumberdaya
pesisir. Indonesia mempunyai perairan laut
yang lebih luas dari daratan, oleh karena itu
Indonesia dikenal sebagai negara maritim.
Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai
biota laut baik flora maupun fauna yang
memiliki nilai potensial dan memiliki
peranan penting secara ekologi dan
ekonomi. Makroalga termasuk bagian dari
flora yang terdiri atas banyak jenis dan
memiliki peranan penting pada lingkungan
laut.
Makroalga yang dikenal juga sebagai
rumput laut merupakan tumbuhan thallus
(Thallophyta) dimana organ-organ berupa
akar, batang dan daunnya belum
terdiferensiasi dengan jelas (belum sejati).
Sebagian besar makroalga di Indonesia
bernilai ekonomis tinggi yang dapat
digunakan sebagai makanan dan secara
tradisional digunakan sebagai obat-obatan
oleh masyarakat khususnya di wilayah
pesisir. Menurut Luning (1990), Indonesia
memiliki tidak kurang dari 628 jenis
makroalga dari 8000 jenis makroalga yang
ditemukan di seluruh dunia.
Keberadaan
makroalga
sebagai
organisme
produser
memberikan
sumbangan yang berarti bagi kehidupan
binatang akuatik terutama organismeorganisme herbivora di perairan laut. Dari
segi ekologi makroalga juga berfungsi
sebagai penyedia karbonat dan pengokoh
substrat dasar yang bermanfaat bagi
stabilitas dan kelanjutan keberadaan
terumbu karang. Selain itu juga dapat
menunjang kebutuhan hidup manusia.
Pantai Teluk Lombok Sangatta
merupakan salah satu pantai yang memiliki
keanekaragaman jenis makroalga yang
tersebar pada berbagai habitat dan belum
2. teridentifikasi jenis dan sebarannya, baik
pada ekosistem lamun maupun pada
terumbu karang. Belum adanya kajian
khusus mengenai makroalga di Pantai
Teluk Lombok Sangatta yang menjadi
alasan penelitian ini. Melihat hal tersebut,
maka perlunya dilakukan penelitian ini
untuk mengetahui sebaran makroalga pada
ekosistem lamun dan terumbu karang di
Pantai Teluk Lombok Sangatta.
Dari segi morfologinya, makroalga
tidak memperlihatkan adanya perbedaan
antara akar, batang dan daun. Secara
keseluruhan
tanaman
ini
memiliki
morfologi
yang
mirip,
walaupun
sebenarnya berbeda. Sumich, (1992),
menyatakan bahwa tubuh makroalga
umumnya
disebut
“tallus”.
Talus
merupakan tubuh vegetatif alga yang belum
mengenal diferensiasi akar, batang dan
daun sebagaimana yang ditemukan pada
tumbuhan tingkat tinggi. Talus makroalga
umumnya terdiri atas “blade” yang
memiliki bentuk seperti daun, “stipe”
(bagian yang menyerupai batang) dan
“holdfast” yang merupakan bagian talus
yang serupa dengan akar. Pada beberapa
jenis makroalga, “stipe” tidak dijumpai dan
“blade” melekat langsung pada “holdfast”.
Menurut Nontji (1993), secara
sepintas banyak alga memperlihatkan
bentuk luar seperti mempunyai akar,
batang, daun, dan bahkan buah. Alga pada
hakikatnya tidak mempunyai akar, batang
dan daun seperti terdapat pada tumbuhan
yang lazim telah dikenal. Seluruh wujud
alga itu terdiri dari seperti batang yang
disebut “talus”, hanya bentuknya yang
beraneka ragam. Makroalga memiliki
substansi yang beragam, ada yang lunak,
keras mengandung kapur, berserabut dan
lain- lain.
Bentuk talus makroalga bermacammacam, antara lain bulat seperti tabung,
pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan
rambut. Percabangan talus ada yang
dichotomous
(bercabang
dua
terus
menerus), pectinate (berderet searah pada
satu sisi talus utama), pinnate (bercabang
dua-dua pada sepanjang talus utama secara
berselang-seling), ferticillate (cabangnya
berpusat melingkari aksis atau sumbu
utama dan adapula yang sederhana dan
tidak
bercabang
(Aslan,
1998).
Perbedaan bentuk holdfast terjadi
akibat proses adaptasi terhadap keadaan
substrat dan pengaruh lingkungan seperti
gelombang dan arus yang kuat yang dapat
mencabut holdfast tersebut. Holdfast
berbentuk cakram pada substrat yang keras
dan berbentuk stolon merambat pada
substrat berpasir (Sumich, 1992).
Lamun adalah tumbuhan yang
berbunga yang mampu bertahan hidup
secara permanen di bawah permukaan air
laut. Lamun merupakan sumber utama
produktivitas primer yang penting bagi
organisme laut di perairan dangkal.
Ekosistem padang lamun di daerah tropis
dapat menempati berbagai habitat. Dalam
hal ini yang menentukan adalah status
nutrien dari habitat tersebut. Lamun adalah
tanaman berakar, berpembuluh, tergantung
terutama pada sumber nutrien dari sedimen
untuk pertumbuhannya. Ekosistem padang
lamun umumnya membentuk hamparan
yang cukup luas mulai dari zona intertidal
bagian bawah sampai sekitar kedalaman 10
meter atau lebih (Nybakken, 1992).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
tanggal 29 Desember 2013 di pantai Teluk
Lombok
Sangatta,
Kutai
Timur,
Kalimantan Timur. Yang dilaksanakan pada
pukul 06.30 WITA pada saat surut terendah
pantai. Dilanjutkan identifikasi jenis-jenis
makroalga di Laboratorium Fisiologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Mulawarman Samarinda,
Kalimantan Timur.
Pada lokasi penelitian dibuat 1 garis
transek dengan jarak antara satu transek
dengan transek berikutnya adalah 20 m.
Dari 1 garis transek dibuat 4 plot berbentuk
lingkaran dengan diameter 20 m. Garis
transek ditarik dari surut laut terendah yang
diambil ±10 m dari bibir pantai.
Pada setiap plot dihitung jumlah
spesies
alga
yang
ditemukan.
Identifikasi
jenis
dilakukan
di
laboratorium dengan menggunakan
buku-buku identifikasi alga pada
tanggal 31 Desember 2013.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 15 jenis Makroalga yang tercatat dari
kegiatan penelitian yang dilakukan di daerah pantai Teluk Lombok Sangatta, Kalimantan Timur
yang dikelompokkan ke dalam 11 famili dan 10 ordo. Jumlah seluruh individu yang didapatkan
adalah 121 yang terdiri dari divisi Rhodophyta, Phaeophyta dan Clorophyta. Berikut ini adalah
tabel 1 berupa klasifikasi spesies makroalga (Clorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta).
Tabel 1. Klasifikasi Spesies Makroalga (Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Divisi
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Phaeophyta
Phaeophyta
Phaeophyta
Chlorophyta
Chlorophyta
Chlorophyta
Kelas
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Rhodophyceae
Phaeophyceae
Phaeophyceae
Phaeophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Chlorophyceae
Ordo
Gigartinales
Florideophycidae
Gigartinales
Hypnales
Ceramiales
Nemaliales
Gracilariales
Gigartinales
Fucales
Dictyotales
Dictyotales
Caolerpales
Caolerpales
Sigphonocladales
Famili
Solariaceae
Domunticeae
Gigartinaceae
Hypneaceae
Laurencieae
Chaetangiaceae
Gracilariaceae
Solariaceae
Sargassaceae
Dictyotaceae
Dictyotaceae
Udoteceae
Udoteceae
Sigphonocladaceae
Genus
Euchema
Farlowia
Chondrus
Hypnea
Laurencia
Galaxaura
Glacilaria
Euchema
Turbinaria
Stypopodium
Padina
Halimeda
Halimeda
Boergesenia
Spesies
Euchema isiformes
Farlowia compressa
Chondrus sp.
Hypnea choroides
Laurencia sp.
Galaxaura sp.
Gracilaria curtissae
Euchema alvarezii
Turbinaria sp.
Stypopodium sp.
Padina sp.
Halimeda sp.
Halimeda opuntia
Boergesenia forbesii
Jenis Makroalga (Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta di Pantai Teluk Lombok
selengkapnya disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Makroalga di Pantai Teluk Lombok
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Famili
Solariaceae
Domunticeae
Gigartinaceae
Hypneaceae
Laurenciaea
Chaetangiaceae
Gracilariaceae
Domunticeae
Dictyotaceae
Dictyotaceae
Sargassaceae
Udoteceae
Udoteceae
Sigphonocladaceae
Total Spesies
Spesies
Euchema isiforme
Farlowia compressa
Chondrus sp.
Hypnea choroides
Laurencia sp.
Galaxaura sp.
Gracilaria sp.
Euchema alvarezii
Padina sp.
Stypopodium sp.
Turbinaria sp.
Halimeda sp.
Halimeda opuntia
Boergesenia forbesii
Spesies yang terdapat sebanyak 14
diantaranya adalah : Halimeda sp.,
Halimeda opuntia, Boergesenia forbesii,
Euchema sp., Farlowia compressa,
Chondrus
sp.,
Hypnea
choroides,
Laurencia sp., Galaxaura sp., Gracilaria
curtissae, Euchema alvarezii, Padina sp.,
Stypopodium sp.,dan Turbinaria sp. Setiap
spesies memiliki ciri-ciri yang membedakan
antar satu spesies dengan spesies yang lain.
Plot 1
1
1
Jumlah Spesies
Plot 2
Plot 3
1
1
6
3
2
5
10
2
2
27
Plot 4
1
2
3
1
1
1
1
1
1
50
27
9
83
Pada Euchema sp. dan Euchema
alvarezii terdapat thallus dan percabangan
dikotom. Percabangan dikotom merupakan
bentuk percabangan yang selalu menjadi
dua cabang, juga terdapat gelembung udara.
Ganggang ini memiliki ciri-ciri berupa
banyak mengandung cabang bulat yang
meruncing ke ujungnya. Biasanya padat,
tertutup dengan spina dengan anak-anak
cabang tertentu yang tersusun dalam
lingkaran membentuk buku atau ruas
4. terutama pada bagian ujung cabang.
Mempunyai thallus silindris, permukaan
licin, keadaan warna tidak tetap kadang
berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau
merah.
Bentuk tubuh seperti rumput sehingga
disebut rumput laut. terdapat duri cabang
yang pendek menyerupai taji atau tanduk.
(Gambar 3. Hypnea choroides)
(Gambar 1. Euchema isiforme)
Pada Farlowia compressa memiliki
percabangan
dikotom.
Tetapi
yang
membedakan
ganggang
ini
dengan
ganggang yang lain yaitu, ganggang ini
memiliki bentuk tubuh yang tipis.
Ganggang ini memiliki ciri-ciri seperti
plastik, berwarna merah kecoklatan
memiliki spina atau silia dan tubuhnya
berbentuk tipis.
Kemudian pada ganggang jenis
Chondrus sp. ini memiliki percabangan
yang dikotom. Thallusnya berumpun seperti
tulang berwarna kehijau-hijauan serta
menyerupai karang kecil. Habitatnya berada
di tepi atau garis pantai dan helaian rata di
akhir dan pangkalnya menyempit dan
tangkainya bertulang.
Laurencia sp. mempunyai warna
thallus hijau tua sampai merah kecoklatan
karena adanya pigmen fikoeritrin. Ujung
bagian atas pada spesies ini terkesan rebah
dan memiliki holdfast untuk melekatkan
diri pada substrat. Di percabangan axis
terdapat primary branch yang pada
ujungnya terdapat spical pit. Pertumbuhan
di spical pit lebih cepat daripada bagian
thallus lainnya. Alga ini termasuk alga
tetrasporofik yang sel auxilary-nya akan
terbentuk setelah melakukan fertilisasi dan
tumbuh
di
atas
sel
pendukung
karpogonium.
Pada ganggang jenis Galaxaura sp.,
bagian-bagiannya terdiri dari segmen dan
memiliki thallus serta percabangan yang
dikotom. Ciri-ciri dari ganggang ini antara
lain memiliki bentuk yang menyerupai
pohon, memiliki warna yang merah
keunguan serta segmennya mudah patah,
licin dan dapat mengadakan percabangan
dikotom secara teratur.
(Gambar 2 Farlowia compressa)
Lalu pada Hypnea choroides bagianbagian tubuhnya terdiri dari thallus. Ciriciri dari ganggang ini adalah bentuknya
yang seperti akar dan memiliki percabangan
yang dikotom, berwarna kuning serta
habitatnya yang banyak terdapat di laut.
(Gambar 4 Galaxaura sp.)
Ciri umum dari Gracilaria curtissae
adalah mempunyai bentuk thallus silindris
atau gepeng dengan percabangan mulai dari
5. yang sederhana sampai pada yang rumit dan
rimbun, di atas percabangan umumnya
bentuk thalli (kerangka tubuh tanaman)
agak mengecil, permukaannya halus atau
berbintil-bintil, diameter thallus berkisar
antara 0,5 – 2 mm. Panjang dapat mencapai
30 cm atau lebih dan Glacilaria tumbuh di
rataan terumbu karang dengan air jernih dan
arus cukup dengan salinitas ideal berkisar
20-28 per mil.
(Gambar 6. Padina sp. )
(Gambar 5 Gracilaria curtissae)
Ganggang ini ditemukan di Pantai
Teluk Lombok Sangatta pada plot 3 dengan
jumlah 1 spesies Padina sp. Ganggang
Pirang (Padina sp.) merupakan ganggang
pirang. Dalam kromatofornya terkandung
klorofil –a, karotin, dan xanofisil, tetapi
terutama fikosanin yang menutupi warna
lain yang menyebabkan ganggang ini
berwarna pirang. Talus berbentuk pita
bercabang-cabang menggarpu. Mempunyai
alat perekat yang disebut rhizoid.
Habitatnya dilaut dan pada talusnya
terdapat garis-garis konsentris. Terdiri dari
sel yang berbentuk menyerupai kipas
dengan bagian tepi menggulung, terdapat
rambut halus yang tersusun konsentris
sebagai tempat gametangia dan sporangia.
Habitat dari spesies ini adalah di laut
khususnya di perairan pantai dan hidup
menempel pada batu karang. Termasuk
dalam ordo Dictyotales karena sporofit dan
gametofit bergiliiran dan beraturan, dan
keduanya
mempunyai
thallus
yang
berbentuk pita yang bercabang-cabang
menggarpu.
Ganggang ini memiliki tinggi sekitar
3,6 sampai dengan 4,5 dm, berwarna coklat
kehitaman tetapi ganggang ini terlihat
berwarna-warni apabila didalam air. Rizoid
berbentuk kipas tipis, panjang lebarannya 1
samapi 5 cm dengan margin tidak teratur,
tali berbentuk segmen dengan luas 1 sampai
5 cm. Thalus pada interval yang tidak
teratur dengan panjang sekitar 3 sampai 15
mm dan sporangia tidak teratur.
Habitat dari spesies ini adalah di laut
khususnya di perairan pantai dan hidup
menempel pada batu karang. Termasuk
dalam ordo Dictyotales karena sporofit dan
gametofit bergiliiran dan beraturan.
(Gambar 7. Stypopodium sp. (Ganggang
Coklat Kehitaman))
Ganggang ini ditemukan di Pantai
Teluk Lombok Sangatta pada plot 1 dengan
jumlah 5 dan pada plot 3 dengan jumlah 1.
Ganggang Pirang (Turbinaria sp.) termasuk
ke dalam classis Phaeophyceae karena
berwarna
pirang
karena
dalam
kromatoforanya terkandung klorofil a,
karoten, dan santofil, tetapi terutama
fikosantin yang menutupi warna lainnya
dan yang menyeabkan ganggang itu
berwarna pirang. Turbinaria sp. termasuk
dalam Ordo Fucales karena talusnya
6. berbentuk pita, kaku seperti kulit,
bercabang-cabang menggarpu dan melekat
dengan alat pelekat yang berbentuk cakram.
Ujung-ujung talus agak membesar dan
mempunyai lekukan-lekukan yang disebut
konseptakel. Tubunhya seperti pohon atau
semak yang seolah mempunyai akar batang
dan daun. Bentuk talus seperti terompet.
Habitat dari Turbinaria sp. (ganggang
pirang)
yaitu
di
laut.
Daunnya
menggangsing melebar hingga distal akhir
membentuk batas helaian mahkota melalui
barisan gigi. Vesikula berada di tengah
mahkota. Gametangia berongga pada
permukaan reseptakel, talus bercabang
mempunyai filoid seperti piramida atau
corong yang melekat pada sumbu utama.
Gelembung udara terletak pada filoid. Pada
umumnya spesies ini ditemukan pada
karang dengan pasang surut rendah dan area
subtidal sampai ke daerah ke ombak sedang
hingga ombak tinggi atau zona tenang.
Termasuk dalam ordo Fucales karena
mempunyai talus berbentuk pita yang di
tengah-tengahnya diperkuat oleh suatu
rusuk tengah, kaku seperti kulit, bercabangcabang menggarpu dan melekat pada batu
dengan alat pelekat yang berbentuk cakram.
(Gambar 8. Turbinaria sp. (Ganggang
Pirang))
Spesies Boergesenia forbesii ini
thallus membentuk kantong silindris berisi
cairan, permukaan halus, licin warna hijau
tua atau hijau muda kekuning-kuningan.
Ukuran panjang thallus mencapai sekitar 5
cm dengan diameter mencapai sekitar 0,5
cm. Thallus tersebut membentuk rumpun
dengan percabangan soliter berpusat ke
bagian pangkal utama dekat holdfast. Alga
jenis ini bersifat mudah menempel (epifit)
pada substrat-substrat lainnya di laut
termasuk menempel pada tumbuhan laut
lainnya.
(Gambar 9. Boergesenia forbesii )
Spesies Halimeda sp., dan Halimeda
opuntia, pertumbuhan thalli mengandung
zat kapur, pertumbuhan mencapai tinggi 23
cm. Segment tebal bentuk kipas dengan
lebar mencapai 21 mm dan panjang
mencapai 15 mm serta bagian pinggir
bergelombang. Basal segment mencapai
lebar 20 mm dan panjang mencapai 15 mm.
Diantara basal segment dan segment
terdapat bantalan segment yang merupakan
tempat pertumbuhan segment. Percabangan
utama dichotomous atau trichotomous
kelompok dalam satu rumpun. Holdfast
berbentuk ubi diameter mencapai 10 mm
dan panjang mencapai 20 mm serta tulat
atau bongkol sebagai alat pengikat partikelpartikel pasir atau lumpur.
Makroalga jenis ini tumbuh subur
pada substrat pasir dan pasir lumpuran.
Holdfast berbentuk ubi merupakan alat
pengikat terhadap partikel-partikel pasir.
Pertumbuhan di alam dapat berasosiasi
bersama pertumbuhan lamun.
Keberadaannya banyak dijumpai di
paparan terumbu karang dengan kedalaman
kurang 2 m, pertumbuhan tahan terhadap
kekeringan yang bersifat sementara waktu.
(Gambar 10. Halimeda sp. )
7. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
di Pantai Teluk Lombok Sangatta
ditemukan 14 spesies yang terdiri dari 10
ordo dan 11 famili. Terdapat 3 spesies dari
divisi Chlorophyta yakni : Halimeda sp.,
Halimeda opuntia, dan Boergesenia
forbesii. Terdapat 8 spesies dari divisi
Rhodophyta yaitu : Euchema sp., Farlowia
compressa,
Chondrus
sp.,
Hypnea
choroides, Laurencia sp., Galaxaura sp.,
Gracilaria
curtissae
dan
Euchema
alvarezii. Terdapat 3 spesies dari divisi
Phaeophyta yaitu : Padina sp., Stypopodium
sp. dan Turbinaria sp.
DAFTAR PUSTAKA
Ambalika, 2010. Terumbu Karang.
http://www.ubb.ac.id/terumbukaran
g.php. (Diakses: 30 Desember
2013).
Aslan,L.M., 1992, 1998. Budi Daya
Rumput
Laut.
Kanissius.
Yogyakarta.
Asmawi, 1998. Komunitas Alga Bentik Di
PulaU
Kerayan
Kabupaten
Kotabaru Kalimantan Selatan.
Dalam Seminar Kelautan LIPIUNHAS, Ke II. Fakultas Perikanan
Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarmasin
Atmajaya, W.S., 1999. Sebaran dan
Beberapa Aspek Vegetasi Rumput
Laut (Makro Alga) Di Perairan
Terumbu
Karang
Indonesia.
Puslitbang
Oseanologi
–LIPI.
Jakarta.
Chapman, A.R.O., 1997. Biology Of
Seawead. Park University Press.
London.
Haruna, F. S., 1994. Pengaruh Sedimen
Dasar Terhadap Penyebaran,
Kepadatan,
Keanekaragaman,
Keseragaman dan Pertumbuhan
Padang Lamun Di Laut Sekitar
Barang Lompo. Tesis Program
Pasca Sarjana Unhas. Ujung
Pandang.
Hutabarat, S. dan S. M. Evans., 1985.
Pengantar Oseanografi. UI Press.
Jakarta.
Jha B., Reddy C.R.K., Thakur M.C., and
Rao M.U. 2009. Seaweeds of India.
The Diversity and Distribution of
Seawed of Gujarat Coast. New
York.
Kadi, & Atmajaya, W. S., 1988. Rumput
Laut (Alga), Jenis, Reproduksi,
Produksi, Budidaya dan Pasca
Panen. LIPI. Jakarta.
Kadi, A., 1999. Beberapa Catatan Tentang
Gelidium (Rhodophyta). Puslitbang
Oseanologi-LIPI. Jakarta
Koesobiono, 1979. Ekologi Perairan .
Sekolah Pasca Sarjana Jurusan
Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Luning.,
1990.
Seaweeds,
Their
Environment, Biogeography And
Ecophysiology. John Wiley and
Sons. New York.
Nontji, A., 2002. Laut Nusantara.
Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu
Pendekatan
Ekologis
PT.
Gramedia. Jakarta.
Oktaviani, D. 2002. Distribusi Sapsial
Makro Alga di Perairan Kepulauan
Spermonde. Jurusan Ilmu Kelautan,
Universitas Hasanuddin. Makassar
Romimohtarto, K dan Sri Juwana. 1999.
Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan
Tentang Biota Laut. Penerbit
Djambatan. Jakarta.
Suharsono, 1996. Jenis-Jenis Karang Yang
Umum Dijumpai di Perairan
Indonesia.
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi Proyek Penelitian dan
Pengembangan daerah Pantai.
Jakarta.
Sumich. L., 1992. An Introduction To The
Biology Of Marine Life. Wmc
Brown. Dubuque. Lowa.
Verhejj. E., 1993. Marine Plants on the
Reefs
of
the
Spermonde
Archipelago,
SW
Sulawesi,
Indonesia : Aspects of Taxonomy,
Floristics, and Ecology. Blumea,
volume 37 no.2 tahun 1993.