O slideshow foi denunciado.
Seu SlideShare está sendo baixado. ×

PPT PPABK KELOMPOK 1.pptx

Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Próximos SlideShares
MODUL 3 ABK.pptx
MODUL 3 ABK.pptx
Carregando em…3
×

Confira estes a seguir

1 de 16 Anúncio

Mais Conteúdo rRelacionado

Semelhante a PPT PPABK KELOMPOK 1.pptx (20)

Mais recentes (20)

Anúncio

PPT PPABK KELOMPOK 1.pptx

  1. 1. HAKIKAT PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Kelompok 1: Intan Suparni M. Nazir Junaidi Intan Permata Sari Minah Yuliani Marlitha Purnama Sari
  2. 2. KB 1 Kegiatan Belajar 1 Pengertian Pelayanan Pendidikan dan Sejarah Perkembangan Pendidikan Khusus di Indonesia
  3. 3. Pengertian Pelayanan Pendidikan dan Sejarah Perkembangan Pendidikan Khusus di Indonesia 1. Makna Pelayanan Pendidikan Pelayanan merupakan suatu jasa yang diberikan oleh seseorang atau suatu lembaga untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dalam KBBI (1997:571), pelayanan diartikan sebagai: ▫ Perihal atau cara melayani ▫ Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang) ▫ Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Pelayanan pendidikan atau layanan pendidikan mengacu kepada penyediaan jenis layanan yang sesuai dengan kebutuhan yang dilayani sehingga memungkinkan seseorang mengembangkan potensi dirinya. Bagi penyandang kelainan, layanan pendidikan mempunyai makna yang cukup besar karena memang mereka memerlukan pelayanan ekstra yang berbeda dari layanan yang diberikan kepada orang-orang yang tidak menyandang kelainan. 3
  4. 4. 2. Jenis Pelayanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ▫ Layanan pendidikan yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan fisik, melibatkan tenaga professional seperti ahli terapi fisik (physical therapist occupational therapist, dan berbagai dokter ahli). ▫ Layanan pendidikan yang berkaitan dengan kebutuhan emosional sosial, seperti kebutuhan yang berkaitan dengan konsep diri, penyesuaian diri dengan lingkungan/masyarakat sekitar, menghadapi peristiwa penting dalam hidup, dan kebutuhan bersosialisasi, melibatkan para psikolog dan pekerja sosial. ▫ Layanan pendidikan yang berkaitan langsung dengan kebutuhan pendidikan (penyandang kelainan), melibatkan ahli pendidikan dari berbagai bidang dan psikolog. 4
  5. 5. “ 5 B. Sejarah Perkembangan Layanan Pendidikan Khusus Di Indonesia dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia (1596-1942), dimana dengan memperkenalkan sistem persekolahan dengan orientasi barat, untuk pendidikan bagi anak penyandang cacat dibuka lembaga-lembaga khusus. Lembaga pertama untuk anak tunanetra, tunagrahita tahun 1927 dan untuk tunarungu tahun 1930 yang ketiganya terletak di Kota Bandung. Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, Pemerintah RI mengundangundangkan tentang pendidikan.Undang-undang tersebut menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan (pasal 6 ayat 2) dan untuk itu anak-anak tersebut berhak dan diwajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun (pasal 8). Dengan ini dapat dinyatakan berlakunya undang-undang tersebut maka sekolahsekolah baru yang khusus bagi anak-anak penyandang cacat, termasuk untuk anak tunadaksa dan tunalaras yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).
  6. 6. Berdasarkan urutan berdirinya SLB pertama untuk masing-masing kategori kecacatan SLB dikelompokkan menjadi : ▫ SLB A untuk anak tunanetra, ▫ SLB B untuk anak tunarungu, ▫ SLB C untuk anak tunagrahita, ▫ SLB D untuk anak tunadaksa, ▫ SLB E untuk anak tunalaras, ▫ SLB F untuk anak tunaganda. 6
  7. 7. KB 2 Kegiatan Belajar 2 Berbagai Bentuk dan Jenis Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
  8. 8. 1. Layanan Pendidikan Segregasi Bentuk layanan pendidikan segregasi memisahkan ABK dari anak normal. Dengan demikian ABK mempunyai sekolah sendiri, alasan para pendukung pelayanan pendidikan terpisah ini antara lain sebagai berikut: ▫ Dalam layanan segregasi (terpisah) ABK akan mendapat perlakuan/perhatian yang lebuh intensif karena para guru memang disiapkan khusus ntuk melayani mereka. ▫ Dalam layanan segregasi, para ABK merasa senasib sehingga dapat bergaul lebih akrab. ▫ Keinginan untuk bersaing lebih tinggi karena para ABK merasa mempunyai kemampuan setara sehingga kesempatan untuk unggul akan semakin terbuka. 8
  9. 9. 2. Layanan Pendidikan Integrasi Layanan pendidikan dalam bentuk terpadu atau integrasi menyediakan pendidikan bagi ABK di sekolah yang sama dengan anak normal. Melalui pendidikan terintegrasi, para ABK dapat menghayati dunia yang sama dengan anak normal, demikian pula bagi anak normal akan mendapat kesempatan untuk menghayati keanekaragaman pada ABK. Disamping itu, pendidikan integrasi akan membuat ABK dan anak normal saling belajar sehingga tidak ada jurang pemisah antara anak normal dan ABK. Sebaliknya, adapula penentang layanan pendidikan integrasi bahwa pendidikan integrasi akan membawa dampak buruk bagi ABK, kemungkinan ABK akan menjadi bahan ejekan bagi anak normal terbuka luas; dan jika ini terjadi ABK akan semakin terpuruk. 9
  10. 10. 3. Layanan Pendidikan Inklusi Inclusion yang berarti inklusi, yaitu setiap anak diakui sebagai bagian dari anak-anak lain yang ada dalam satu sekolah.Pada praktiknya ABK disekolahkan di sekolah yang terdekat dengan tempat tinggalnya, terlepas dari tingkat kelainan yang disandang. Terlepas dari silang pertentangan antara layanan segregasi atau integrasi, kita tentu harus mencari jalan yang terbaik bagi ABK.Hal ini dapat kita kaji dari jenis sekolah yang tersedia untuk jenis ABK, dari SLB-A hingga SLB-G.Meskipun kemudian pemisahan jenis sekolah ini tidak tercantum lagi dalam PP No. 17/2010. 10
  11. 11. Oleh karena itu, ada baiknya kita kaji model integrasi atau mainstreaming yang digagas oleh Reynolds & Birch (1988).Model Integrasi terdiri dari 3 jenis yaitu: 1. Integrasi Fisik, Sosial dan pembelajaran. Integrasi fisik terjadi dalam bentuk kebersamaan antara anak normal dan ABK. Misalnya saat mereka bermain bersama dalam satu ruangan yang sama. 2. Integrasi Sosial Integrasi Sosial terjadi jika anka normal dan ABK terjadi komunikasi misalnya saling menyapa, bersenda-gurau, atau bermain. 3. Integrasi pembelajaran Integrasi pembelajaran terjadi jika anak normal dan ABK belajar bersama- sama. 11
  12. 12. B. Jenis Pelayanan Pendididkan Khusus Menurut Mc Laughlin and Lewis (1985) jenis - jenis layanan pendidikan khusus dapat dibedakan dan dideskripsiskan sebagai berikut : 1. Layanan di sekolah biasa Anak–anak berkebutuhan khusus yang memenuhi syarat bersekolah bersama–sama dengan anak-anak lain disekolah biasa. 2. Sekolah biasa dengan guru konsultan. Dalam model layanan ini ABK bersekolah disekolah biasa namun sekolah tersebut dibantu oleh guru pendidikan khusus sebagai konsultan bagi para guru, kepala sekolah dan orang tua ABK yang ada disekolah tersebut. 3. Sekolah biasa dengan guru kunjung ABK bersekolah di sekolah biasa dengan para guru yang mengajar di sekolah tersebut dibantu oleh guru kunjung. Guru kunjung adalah guru pendididkan khusus yang bertugas dilebih dari satu sekolah. Oleh karena itu ia tidak setiap hari berada disekolah yang sama, melainkana mempunyai jadwal kunjungan tetap disekolha- sekolah tempatnya bertugas. 12
  13. 13. 4. Model Ruang Sumber Dalam model ini ABK belajar dikelas/ sekolah biasa yang dilengkapi dengan ruang khusus yang disebut ruang sumber (resource room) atau dapat pula disebut sebagai bimbingan khusus.ABK belajar bersama-sama dengan siswa normal namun pada waktu tertentu ABK meninggalakan kelas biasa dan pergi keruang sumber untuk mendapat bimbingan dari guru pembimbing khusus (GPK). 5. Model Kelas khusus Dalam model ini layanan untuk ABK diberikan di kelas-kelas khusus terpisah dari anak normal. 6. Model Sekolah khusus siang hari Model ini menyediakan layanan bagi ABK dalam satu sekolah khusus pada siang hari (hari sekolah), sedangkan pada waktu-waktu di luar hari/jam sekolah, para ABK berada dirumah bersama keluarga dan dilingkungan masyarakat dan sekitarnya. 7. Model Sekolah dalam Panti Asuhan atau Rumah Sakit Dalam model ini layanan pendidikan bagi ABK diberikan di panti-panti asuhan atau rumah sakit tempat ABK dirawat. 13
  14. 14. C. PENDEKATAN KOLABORATIF DALAM PELAYANAN PENDIDIKAN ABK Pelayanan Pendidikan untuk ABK merupakan proses yang sangat kompleks dan memerlukan kerjasama dari berbagai pakar yang professional dan tidak dapat dilakukan seorang diri. Anggota yang terlibat dalam pelayanan Pendidikan bagi ABK harus dari berbagai bidang yang relavan dengan kebutuhan ABK seperti : ▫ Guru sekolah biasa ▫ Guru Pendidikan khusus ▫ Pengawas sekolah ▫ Kepala sekolah ▫ Orang tua ABK ▫ Psikolog sekolah ▫ Guru binawicara dan perssepsi bunyi ▫ Dokter spesialis ▫ Perawat sekolah ▫ Guu Pendidikan jasmani yang mendapatkan keahlian khusus dalam menangani ABK ▫ Ahli terapi fisik ▫ Pekerja sosial 14
  15. 15. Menurut Reynold & Birch (1988) kolaborasi tersebut dapat dilakukan dengan teman sejawat serta orang tua ABK meliputi : 1. Guru memberikan supervise kepada orang tua ABK yang ingin membantu dalam Pendidikan anaknya 2. Guru menilai kemajuan siswa ABK serta melaporkannya kepada orang tua siswa 3. Guru bekerjasama dengan orang tua ABK dalam membuat perencanaan mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan dan penyelenggaraan sekolah 4. Guru bekonsultasi dengan orang tua ABK tentang situasi sekolah dan situasi rumah yang mungkin mempengaruhi anak Jika dianggap perlu, guru bertindak sebagai orang tua ABK Jadi pendekatan kolaboratif dalam pelayanan Pendidikan ABK akan menjadi lebih efektif jika dilakukan oleh TIM professional yang berasal dari berbagai bidang keahlian untuk memenuhi kebutuhan ABK tersebut. 15
  16. 16. Terima kasih 16

×