Anúncio
Sosiologi tawuran pelajar
Sosiologi tawuran pelajar
Sosiologi tawuran pelajar
Sosiologi tawuran pelajar
Anúncio
Sosiologi tawuran pelajar
Sosiologi tawuran pelajar
Próximos SlideShares
Karya Ilmiah Ilmu KomunikasiKarya Ilmiah Ilmu Komunikasi
Carregando em ... 3
1 de 6
Anúncio

Mais conteúdo relacionado

Anúncio
Anúncio

Sosiologi tawuran pelajar

  1. SOSIOLOGI TAWURAN PELAJAR KELAS X-5 KELOMPOK 6 : 1. DWI SANJAYA A. Y (14) 2. LUSIANA D. J (18) 3. NITA DEWI M. (23) 4. GALIH GALANG (36)
  2. 1.PENYEBAB TERJADINYA TAWURAN PELAJAR a. Faktor Subjektif, faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir). Seseorang yang dalam dirinya telah memiliki sifat pembawaan seperti itu akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang – orang sekitar. Dia akan merasa bahwa jalan satu – satunya untuk menyelesaikan sebuah permasalahan adalah dengan cara kekerasan seperti apa yang telah ia lakukan sebelum – sebelumnya. b. Faktor Objektif, faktor yang berasal dari luar. Ada beberapa alasan seorang pelajar memilih untuk menyelesaikan masalah dengan cara – caranya sendiri seperti tawuran remaja:  Ketidaksanggupan menyerap norma – norma kebudayaan Para pelajar yang tidak sanggup menyerap norma – norma kebudayaan dalam kepribadiannya, mereka tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna, jika kita mau melihat lebih dalam lagi, salah satu akar permasalahannya adalah tingkat kestressan siswa yang tinggi dan pemahaman agama yang masih rendah. Sebagaimana kita tahu bahwa materi pendidikan sekolah di Indonesia itu cukup berat . Akhirnya stress yang memuncak itu mereka tumpahkan dalam bentuk yang tidak terkendali yaitu tawuran  Proses belajar yang menyimpang Pelajar yang melakukan tawuran karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang tawuran. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang.  Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial Hal ini terjadi jika dalam mencapai suatu tujuan pelajar tidak memperoleh peluang, sehingga pelajar mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya dendam. Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut.
  3.  Ikatan sosial yang berlainan Para pelajar umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola – pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan pelajar juga akan mencontoh pola – pola perilaku menyimpang. Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng atau kelompoknya.  Akibat proses sosialisasi nilai – nilai subkebudayaan yang menyimpang Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tawuran menyebabkan pelajar secara tidak sengaja menganggap bahwa tawuran itu adalah hal yang wajar, terlebih bagi para pelajar itu sendiri. Membatasi pelajar melihat kekerasan yang ditayangkan televise merupakan salah satu cara yang dapat mencegah agar tawuran pelajar tidak terjadi.. Media ini memang paling jitu dalam proses pendidikan. Orang tua harus pandai-pandai memilih tontonan yang positif sehingga bisa menjadi tuntunan bagi anak. Membatasi tontonan untuk usia remaja memang lumayan sulit bagi orang tua. Karena internetpun dapat diakses secara bebas dan orang tua tidak bisa membendung perkembangan sebuah teknologi Filter yang bagi anak adalah agama, dengan agama si anak bisa membentengi dirinya sendiri dari pengaruh buruk apapun dan dari manapun. Dan pendidikan anak tidak seharusnya diserahkan seratus persen pada sekolah.
  4. 2.BENTUK – BENTUK PENYIMPANGAN SOSIAL a. Berdasarkan sifatnya, termasuk penyimpangan negative yang bersifat sekunder. Pelajar bertindak kea rah nilai – nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal – hal yang buruk. Penyimpangan tersebut nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta mengganggu orang lain. Dari aspek fisik, tawuran dapat menyababkan kematian dan luka berat bagi para siswa, kerusakan yang parah pada kendaraan dan kaca gedung atau rumah yang terkena lemparan batu, mengganggu ketenangan masyarakat, dan biasanya sekolah tersebut mendapatkan cap negative dari masyarakat luar. Sedangkan aspek mentalnya , tawuran dapat menyebabkan trauma pada para siswa yang menjadi korban, merusak mental para generasi muda, dan menurunkan kualitas pendidikan di Indonesia. b. Berdasarkan jumlah pelaku, termasuk penyimpangan secara kelompok Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Tindakan sekelompok pelajar yang beraksi secara kolektif dengan cara yang bertentangan dengan norma – norma masyarakat. 3.TEORI PERILAKU MENYIMPANG Ada 3 teori yang sesuai dengan penyimpangan sosial tawuran pelajar, yaitu teori labeling, teori konflik, dan teori pergaulan berbeda. Namun teori yang paling mendominan adalah teori pergaulan berbeda. a. Teori Labelling, pelajar menjadi menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepada dirinya. Dari hal tersebut pelajar akan tetap melakukan penyimpangan karena terlanjur di cap oleh masyarakat. b. Teori Konflik, perilaku menyimpang di ciptakan oleh kelompok – kelompok berkuasa dalam lingkungan sekolah untuk melindungi kepentingan sendiri. Akibatnya akan terjadi konflik dan saling beradu fisik dalam sekolah itu sendiri maupun dengan kelompok sekolah lain. c. Teori Pergaulan Berbeda, tawuran pelajar bersumber dari pergaulan dengan kelompok yang telah menyimpang yang diperoleh melalui proses alih budaya, dimana seorang pelajar mempelajari penyimpangan, maka lama – kelamaan ia pun akan tertarik dan mengikuti pola perilaku yang menyimpang tersebut.
  5. 4.SIFAT – SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL a. Preventif, sebelum terjadi penyimpangan tawuran remaja hendaknya dilakukan tindakan pencegahan, yang harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat yaitu, orang tua , guru atau sekolah dan pemerintah. Pendidikan yang paling dasar dimulai dari rumah. Orang tua sendiri harus aktif menjaga emosi anak. Pola mendidik juga barangkali perlu dirubah.Orang tua seharusnya tidak mendikte anak, tetapi memberi keteladanan. Tidak mengekang anak dalam beraktifitas yang positif. Menghindari kekerasan dalam rumah tangga sehingga tercipta suasana rumah yang aman dan nyaman bagi tumbuh kembang si anak Menanamkan dasar-dasar agama pada proses pendidikan. Peranan sekolah juga sangat penting dalam penyelesaian masalah ini. Untuk meminimalkan tawuran antar pelajar, sekolah harus menerapkan aturan tata tertib yang lebih ketat, agar siswa/i tidak seenaknya keluyuran pada jam – jam pelajaran di luar sekolah. b. Kuratif, pada saat terjadi penyimpangan tawuran remaja hendaknya masyarakat sekitar meminta bantuan kepada sekolah tempat mereka belajar atau melaporkan kepada pihak yang berwajib agar tawuran tersebut segera di atasi dan tidak menimbulkan korban. c. Represif, setelah para remaja melakukan tawuran, sekolah haruslah member sanksi yang berat terhadap para pelaku. Pemerintah juga harus tegas dalam menerapkan sanksi hukum. Berilah efek jerah pada siswa yang melakukan tawuran sehingga mereka akan berpikir seratus kali jika akan melakukan tawuran lagi. Karena bagaimanapun mereka adalah aset bangsa yang berharga dan harus terus dijaga untuk membangun bangsa ini.
  6. 5.JENIS PENGENDALIAN SOSIAL a. Gosip atau desas-desus, dari adanya gosip atau desas – desus tersebut pelaku merasa bahwa dia melakukan suatu pelanggaran norma – norma sosial karena tawuran. b. Teguran, kritik yang dilontarkan secara terbuka oleh masyarakat dapat berperan sebagai pengendalian sosial, agar pelajar bisa memperbaiki sikap dan tindakannya. c. Pendidikan, pengaruh pendidikan sangat meentukan proses pembentukan kepribadian pelajar. Pelajar yang berpendidikan baik cenderung berperilaku baik daripada pelajar yang kurang berpendidikan. d. Agama, apabila pelajar berperilaku menyimpang tentu akan merasa bersalah atau berdosa. e. Hukuman, pelajar akan jera apabila mendapatkan hukuman yang berat terhadap apa yang telah ia lakukan, maka diharapkan pelajar tidak akan mengulangi perbuatannya yang merugikan tersebut. 6.CARA PENGENDALIAN SOSIAL a. Persuasive, dengan cara membimbing dan membina para pelajar yang telah melakukan tawuran, dengan harapan agar pelajar sadar bahwa tawuran tidak hanya merugikan diri sendiri melainkan juga merugikan orang lain, dan tidak melakukan tawuran lagi. b. Koersif, apabila cara persuasive di anggap tidak mampu mengatasi penyimpangan tersebut, maka jalan satu –satunya adalah dengan cara kekerasan.  Kompulsif, pihak sekolah atau yang berwajib menghukum para pelaku agar jera dan tidak melakukannya lagi.  Pervasi, penanaman norma seperti bimbingan dari pihak sekolah secara terus – menerus agar pelajar mengubah sikapnya sesuai yang diinginkan. 7.LEMBAGA PENGENDALIAN SOSIAL a. Polisi, lembaga pengendalian sosial yang tepat untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum. b. Adat, pelajar yang melanggar adat akan dicemooh dan digunjingkan oleh masyarakat di sekitarnya, atau sanksi yang lainnya. c. Tokoh masyarakat, apa yang dikatakan tokoh masyarakat akan didengar oleh anggota masyarakat.
Anúncio