1.PENYEBAB TERJADINYA TAWURAN PELAJAR
a. Faktor Subjektif, faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan
yang dibawa sejak lahir).
Seseorang yang dalam dirinya telah memiliki sifat pembawaan seperti itu akan
mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang – orang sekitar. Dia akan
merasa bahwa jalan satu – satunya untuk menyelesaikan sebuah permasalahan adalah
dengan cara kekerasan seperti apa yang telah ia lakukan sebelum – sebelumnya.
b. Faktor Objektif, faktor yang berasal dari luar.
Ada beberapa alasan seorang pelajar memilih untuk menyelesaikan masalah dengan
cara – caranya sendiri seperti tawuran remaja:
Ketidaksanggupan menyerap norma – norma kebudayaan
Para pelajar yang tidak sanggup menyerap norma – norma kebudayaan dalam
kepribadiannya, mereka tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak
pantas. Keadaan itu terjadi akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna, jika kita
mau melihat lebih dalam lagi, salah satu akar permasalahannya adalah tingkat
kestressan siswa yang tinggi dan pemahaman agama yang masih rendah.
Sebagaimana kita tahu bahwa materi pendidikan sekolah di Indonesia itu cukup
berat . Akhirnya stress yang memuncak itu mereka tumpahkan dalam bentuk yang
tidak terkendali yaitu tawuran
Proses belajar yang menyimpang
Pelajar yang melakukan tawuran karena seringnya membaca atau melihat
tayangan tentang tawuran. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang
disebabkan karena proses belajar yang menyimpang.
Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial
Hal ini terjadi jika dalam mencapai suatu tujuan pelajar tidak memperoleh
peluang, sehingga pelajar mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah
perilaku menyimpang. Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah
yang sangat sepele. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru
menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya dendam. Dengan
rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan
yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang siswa atau
mencemarkan nama baik sekolah tersebut.
Ikatan sosial yang berlainan
Para pelajar umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan
itu mempunyai pola – pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan
pelajar juga akan mencontoh pola – pola perilaku menyimpang. Tawuran antar
pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya
geng-geng. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat.
Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa
mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika
masyarakat itu takut dengan geng atau kelompoknya.
Akibat proses sosialisasi nilai – nilai subkebudayaan yang menyimpang
Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tawuran
menyebabkan pelajar secara tidak sengaja menganggap bahwa tawuran itu adalah
hal yang wajar, terlebih bagi para pelajar itu sendiri. Membatasi pelajar melihat
kekerasan yang ditayangkan televise merupakan salah satu cara yang dapat
mencegah agar tawuran pelajar tidak terjadi.. Media ini memang paling jitu dalam
proses pendidikan. Orang tua harus pandai-pandai memilih tontonan yang positif
sehingga bisa menjadi tuntunan bagi anak. Membatasi tontonan untuk usia remaja
memang lumayan sulit bagi orang tua. Karena internetpun dapat diakses secara
bebas dan orang tua tidak bisa membendung perkembangan sebuah teknologi
Filter yang bagi anak adalah agama, dengan agama si anak bisa membentengi
dirinya sendiri dari pengaruh buruk apapun dan dari manapun. Dan pendidikan
anak tidak seharusnya diserahkan seratus persen pada sekolah.
2.BENTUK – BENTUK PENYIMPANGAN SOSIAL
a. Berdasarkan sifatnya, termasuk penyimpangan negative yang bersifat sekunder.
Pelajar bertindak kea rah nilai – nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu
mengakibatkan hal – hal yang buruk. Penyimpangan tersebut nyata dan seringkali
terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta mengganggu orang lain.
Dari aspek fisik, tawuran dapat menyababkan kematian dan luka berat bagi para
siswa, kerusakan yang parah pada kendaraan dan kaca gedung atau rumah yang
terkena lemparan batu, mengganggu ketenangan masyarakat, dan biasanya sekolah
tersebut mendapatkan cap negative dari masyarakat luar.
Sedangkan aspek mentalnya , tawuran dapat menyebabkan trauma pada para siswa
yang menjadi korban, merusak mental para generasi muda, dan menurunkan kualitas
pendidikan di Indonesia.
b. Berdasarkan jumlah pelaku, termasuk penyimpangan secara kelompok
Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak
terciptanya geng-geng. Tindakan sekelompok pelajar yang beraksi secara kolektif
dengan cara yang bertentangan dengan norma – norma masyarakat.
3.TEORI PERILAKU MENYIMPANG
Ada 3 teori yang sesuai dengan penyimpangan sosial tawuran pelajar, yaitu teori labeling,
teori konflik, dan teori pergaulan berbeda. Namun teori yang paling mendominan adalah teori
pergaulan berbeda.
a. Teori Labelling, pelajar menjadi menyimpang karena proses labeling yang diberikan
masyarakat kepada dirinya. Dari hal tersebut pelajar akan tetap melakukan
penyimpangan karena terlanjur di cap oleh masyarakat.
b. Teori Konflik, perilaku menyimpang di ciptakan oleh kelompok – kelompok
berkuasa dalam lingkungan sekolah untuk melindungi kepentingan sendiri. Akibatnya
akan terjadi konflik dan saling beradu fisik dalam sekolah itu sendiri maupun dengan
kelompok sekolah lain.
c. Teori Pergaulan Berbeda, tawuran pelajar bersumber dari pergaulan dengan
kelompok yang telah menyimpang yang diperoleh melalui proses alih budaya, dimana
seorang pelajar mempelajari penyimpangan, maka lama – kelamaan ia pun akan
tertarik dan mengikuti pola perilaku yang menyimpang tersebut.
4.SIFAT – SIFAT PENGENDALIAN SOSIAL
a. Preventif, sebelum terjadi penyimpangan tawuran remaja hendaknya dilakukan tindakan
pencegahan, yang harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat yaitu, orang tua , guru
atau sekolah dan pemerintah.
Pendidikan yang paling dasar dimulai dari rumah. Orang tua sendiri harus aktif menjaga
emosi anak. Pola mendidik juga barangkali perlu dirubah.Orang tua seharusnya tidak
mendikte anak, tetapi memberi keteladanan. Tidak mengekang anak dalam beraktifitas
yang positif. Menghindari kekerasan dalam rumah tangga sehingga tercipta suasana rumah
yang aman dan nyaman bagi tumbuh kembang si anak Menanamkan dasar-dasar agama
pada proses pendidikan.
Peranan sekolah juga sangat penting dalam penyelesaian masalah ini. Untuk
meminimalkan tawuran antar pelajar, sekolah harus menerapkan aturan tata tertib yang
lebih ketat, agar siswa/i tidak seenaknya keluyuran pada jam – jam pelajaran di luar
sekolah.
b. Kuratif, pada saat terjadi penyimpangan tawuran remaja hendaknya masyarakat sekitar
meminta bantuan kepada sekolah tempat mereka belajar atau melaporkan kepada pihak
yang berwajib agar tawuran tersebut segera di atasi dan tidak menimbulkan korban.
c. Represif, setelah para remaja melakukan tawuran, sekolah haruslah member sanksi yang
berat terhadap para pelaku. Pemerintah juga harus tegas dalam menerapkan sanksi hukum.
Berilah efek jerah pada siswa yang melakukan tawuran sehingga mereka akan berpikir
seratus kali jika akan melakukan tawuran lagi. Karena bagaimanapun mereka adalah aset
bangsa yang berharga dan harus terus dijaga untuk membangun bangsa ini.
5.JENIS PENGENDALIAN SOSIAL
a. Gosip atau desas-desus, dari adanya gosip atau desas – desus tersebut pelaku merasa
bahwa dia melakukan suatu pelanggaran norma – norma sosial karena tawuran.
b. Teguran, kritik yang dilontarkan secara terbuka oleh masyarakat dapat berperan
sebagai pengendalian sosial, agar pelajar bisa memperbaiki sikap dan tindakannya.
c. Pendidikan, pengaruh pendidikan sangat meentukan proses pembentukan
kepribadian pelajar. Pelajar yang berpendidikan baik cenderung berperilaku baik
daripada pelajar yang kurang berpendidikan.
d. Agama, apabila pelajar berperilaku menyimpang tentu akan merasa bersalah atau
berdosa.
e. Hukuman, pelajar akan jera apabila mendapatkan hukuman yang berat terhadap apa
yang telah ia lakukan, maka diharapkan pelajar tidak akan mengulangi perbuatannya
yang merugikan tersebut.
6.CARA PENGENDALIAN SOSIAL
a. Persuasive, dengan cara membimbing dan membina para pelajar yang telah
melakukan tawuran, dengan harapan agar pelajar sadar bahwa tawuran tidak hanya
merugikan diri sendiri melainkan juga merugikan orang lain, dan tidak melakukan
tawuran lagi.
b. Koersif, apabila cara persuasive di anggap tidak mampu mengatasi penyimpangan
tersebut, maka jalan satu –satunya adalah dengan cara kekerasan.
Kompulsif, pihak sekolah atau yang berwajib menghukum para pelaku agar jera
dan tidak melakukannya lagi.
Pervasi, penanaman norma seperti bimbingan dari pihak sekolah secara terus –
menerus agar pelajar mengubah sikapnya sesuai yang diinginkan.
7.LEMBAGA PENGENDALIAN SOSIAL
a. Polisi, lembaga pengendalian sosial yang tepat untuk memelihara keamanan dan
ketertiban umum.
b. Adat, pelajar yang melanggar adat akan dicemooh dan digunjingkan oleh masyarakat
di sekitarnya, atau sanksi yang lainnya.
c. Tokoh masyarakat, apa yang dikatakan tokoh masyarakat akan didengar oleh
anggota masyarakat.