4. Pengantar
Alasan dibalik buku ini sederhana; saya percaya agama
seharusnya mampu menyesuaikan diri dengan manusia—bukan
manusia yang harus menempatkan dirinya sesuai dengan apa-apa
yang tidak mencerminkan gagasan dan kepercayaan pribadinya
tentang kehidupan. Salah satu ciri yang memisahkan manusia dari
binatang adalah kemampuan kita akan cipta, karya, dan karsa.
Jadi bagaimana sebuah agama dengan seperangkat aturannya
yang tidak dapat dibuktikan ataupun disanggah mengijinkan Anda
untuk berpikir secara bebas? Tiap manusia masing-masing
berbeda, unik dan istimewa—tidakkah seharusnya kepercayaan
mereka juga demikian?
Lembaga agama memiliki beberapa nilai kebaikan, setidaknya,
mereka menyediakan lingkungan bagi orang-orang yang berminat
untuk mempelajari kepercayaannya, mereka juga mempersatukan
orang-orang yang memiliki kepercayaan yang serupa, namun di
balik nilai-nilai kebaikan tersebut tersembunyi kekurangan-
kekurangan. Terlalu sering, lingkungan yang sedianya merupakan
tempat pembelajaran, tidak lagi menjadi tempat untuk belajar
namun tempat untuk menghafal.
Anda belajar dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan
merumuskan gagasan-gagasan Anda sendiri, melakukan
pekerjaan rumah, dan penelitian, akan tetapi banyak diantara
institusi tersebut tidak memberikan keleluasaan bagi siapapun
yang ingin memahami—sebagai gantinya Anda menerima
pernyataan-pernyataan yang serupa namun tak sama seperti:
"karena itu sudah dari sananya", "jangan mempertanyakan yang
di atas", dan yang paling umum, "karena Tuhan berkata
demikian."
Mempersatukan umat secara religius seyogianya karena saling
percaya, bukan karena orang-orang berbagi kepercayaan yang
sama. Karena tiap orang berbeda, masing-masing memiliki
pandangan dunianya sendiri. Jadi, cukup jelas bahwa agama
seharusnya bersifat pribadi/personal.
5. Dalam menyusun buku ini, saya tidak berkeinginan memaksa
orang ke dalam agama tertentu, tapi saya ingin melihat lebih
banyak lagi orang berpikir di luar pengkotakan (outside the box).
Jika sebuah set agama lengkap dengan seluruh aturannya dapat
membawa kelengkapan pada gagasan dan perasaan Anda, maka
tetaplah dengan agama itu—tapi jika tidak tetaplah mencari.
Bagi orang tua, saya tahu banyak yang takut akan berbagai
teknologi dan gagasan baru (walaupun mungkin banyak yang
akan menyangkal), tapi mungkin Anda dan generasi-generasi
mendatang perlu mengambil dulu selangkah ke belakang dan
temukan bagaimana perasaan ANDA sendiri, bukan pastur Anda,
bukan teman-teman atau bahkan keluarga Anda.
Agama adalah pribadi.
Di dalam halaman-halaman buku ini dapat ditemukan serangkaian
langkah-langkah untuk membantu Anda menemukan dan
memahami diri Anda. Dengan memahami diri sendiri Anda
memperoleh pemahaman yang mendalam akan orang lain—dan
percayalah, sudah waktunya kita semua mengambil satu langkah
ke belakang, memahami, dan menghargai tindakan-tindakan
orang lain sepanjang mereka tidak melukai siapapun atau apapun.
Pemikiran bebas adalah kunci masa depan—bagaimana aspirasi,
imajinasi, dan penemuan bisa ada jika hal-hal itu dipandang
dengan dahi berkerut? Bagaimana umat manusia dapat maju jika
mereka tidak diperbolehkan berpikir untuk diri mereka sendiri?
6. Langkah Pertama
Ketahui Apa yang Anda Percayai
Tuliskan dalam bentuk daftar apa-apa kepercayaan dan perasaan
Anda mengenai dunia. Daftar ini bisa sederhana, tapi semakin
detil dapat menjadi persiapan yang lebih baik untuk Anda
selanjutnya. Anda dapat memulai dan mengembangkannya dari
beberapa hal di bawah ini:
1.Bagaimana menurut kepercayaan Anda bumi diciptakan?
2.Apakah Anda percaya ada kehidupan di tempat lain di alam
semesta?
3.Apakah Anda percaya pada Tuhan yang satu, yang banyak,
atau tidak ada?
4.Apakah Anda percaya evolusi, atau penciptaan?
5.Apakah Anda percaya teori Big Bang atau penciptaan?
6.Apakah Anda percaya ada kehidupan setelah kematian?
7.Apakah Anda percaya pada surga dan neraka, atau dimensi
keberadaan yang lain, atau ketika Anda mati, selesai sampai
di situ?
Pastikan Anda memberi penjelasan mengapa Anda percaya hal-
hal ini. Penjelasan Anda bisa mendetil ataupun sederhana – sekali
lagi apapun ini Anda yang memutuskan. Ketika Anda selesai,
simpanlah daftar gagasan-gagasan itu dalam tempat yang aman
dan mohon untuk tidak melihatnya lagi sampai Anda
menyelesaikan langkah kedua.
7. Langkah Kedua
Riset
Ini mungkin merupakan tahapan terpenting dari keseluruhan
proses. Pergilah ke Internet, kunjungi perpustakaan, toko-toko
buku, dan lakukan riset terhadap berbagai agama yang berbeda-
beda. Ketika Anda online pastikan memeriksa keabsahannya –
jika agama yang Anda teliti tidak memiliki data-data yang
lengkap maka carilah pada berbagai situs dan nilailah seluk-
beluknya secara keseluruhan, dan tidak menurut kepada satu atau
dua situs saja. Banyak agama, yang mana tidak memiliki
kredensial yang spesifik, memberi ruang pada kebebasan.
Kebanyakan situs ini biasanya dikelola oleh individu-individu
yang hanya ingin memberikan sudut pandang pemikirannya
daripada mencoba memaksakan kepercayaan mereka ke dalam
kerongkongan Anda.
Berikut ini daftar poin-poin penting untuk diingat sewaktu
melakukan riset:
1.Jangan pernah menghakimi agama apapun; jika Anda
menghakimi suatu agama kemungkinan Anda terlalu sibuk
membandingkannya dengan pemikiran Anda daripada
mencoba memahami mengapa demikian. Bahkan jika Anda
tidak sependapat, setidaknya coba menghargai dan mengerti.
2.Pastikan untuk menelusuri berbagai jenis media. Walaupun
agama mainstream mungkin baik untuk Anda, coba periksa
agama-agama lain. Anda mungkin mendapatkan wawasan
yang tidak Anda pikirkan sebelumnya.
3.Lakukan penelitian sejarah pada orang-orang yang
menciptakan agama. Ya, orang-orang. Banyak agama yang
percaya bahwa kitab sucinya diturunkan oleh mahluk yang
lebih tinggi, tapi walaupun demikian, orang-orang tetap
menterjemahkan berbagai gagasan yang ada, yang artinya
bahwa perspektif pribadi mungkin ada. Coba untuk menelaah
8. yang mana fakta dan yang mana opini/pandangan pribadi.
4.Jangan menggunakan nama sebuah agama sebagai alasan
untuk mengabaikannya. Nama-nama, penampilan, dan
simbol-simbol seringkali diinterpretasi dan dipertunjukkan
secara keliru.
5.Carilah esai-esai pribadi mengenai agama, dan kemudian
pisahkan esai ke dalam dua kategori, pro dan kontra.
6.Tandai hal-hal yang Anda anggap penting. Disini daftar
pertanyaan Anda yang dari langkah pertama dapat menjadi
acuan.
7.Setelah Anda merasa riset sudah cukup maka ambil catatan
Anda dan bandingkan secara objektif dengan berbagai agama
lain.
Penelitian dalam hal ini merupakan sesuatu yang tidak akan
pernah berakhir karena dunia selalu berubah. Lanjutkan selalu
untuk berpikir, bertanya dan riset.
9. Langkah Ketiga
Membuat Buku Religius Anda Sendiri
Kedengarannya agak rumit, ya? Sebenarnya tidak, tapi saya akan
menuntun Anda melalui langkah ini, sekedar berjaga-jaga.
1.Pertama-tama, buku religius Anda dapat berbentuk apa saja
yang Anda inginkan. Bisa berbentuk binder tiga cincin dengan
kertas buku catatan, atau Anda bisa membuatnya menarik
seperti buku dengan jahitan berlapis kulit dengan kertas
perkamen. Tampilan tidak menjadi soal tetapi informasi yang
terkandung di dalamnya yang penting. Jangan pernah menilai
buku dari kulitnya.
2.Jika Anda tipe pribadi cyber maka gunakanlah komputer
Anda untuk mengetikkan pikiran-pikiran Anda. Ini sangat
bermanfaat karena Anda dapat dengan mudah mengubah dan
mengupdate. Pastikan selain softcopy, Anda menyimpan
dalam bentuk cetaknya juga.
3.Beri tanggal seluruh yang Anda tulis, hampir mirip dengan
yang Anda mungkin lakukan dalam menulis buku harian. Ini
akan membantu Anda melihat mana yang lama dan yang baru.
4.Jangan pernah takut untuk berubah pikiran—setiap saat
Anda seharusnya bebas menulis gagasan-gagasan baru
menggantikan yang lama. Jika suatu gagasan berasal langsung
dari sumber religius, catat teks yang Anda ambil jika sewaktu-
waktu Anda ingin membacanya lagi di kemudian hari. Tapi
jangan buang gagasan lama, ini bisa menjadi semacam papan
pegas untuk Anda melihat dari arah mana Anda datang dan
kemana Anda menuju.
5.Kertas pemisah juga bagus—ini akan dapat membantu
menjadikan pemikiran Anda terorganisir dan lengkap.
Masing-masing dapat diberi label atau cukup lembaran kertas
10. berlubang atau kertas tebal warna.
6.Masukkan rangkuman singkat dari penemuan-penemuan
dimana Anda merasa perlu. Contoh: jika sebuah agama tidak
cocok bagi Anda, tuliskan secara singkat mengapa tidak
cocok—masukkan alasan apapun yang Anda rasa mewakili,
apakah itu perasaan, rasio ilmiah, atau pada kenyataannya
Anda tidak dapat mengikuti ajaran-ajaran sucinya.
11. Catatan Akhir
Ketika Anda menjumpai orang lain dengan pencarian religius
seperti Anda, jangan takut untuk berbagi dengan mereka apa yang
telah Anda pelajari dan mengapa Anda percaya apa yang Anda
percayai. Yang spesifik. Mungkin umat manusia dapat
menemukan kebenaran-kebenaran teologis yang telah kita
perjuangkan dan pertahankan, yang selama itu tidak pernah
satupun yang kita ketahui atau pahami.
Tidak ada siapapun yang berhak memerintahkan kepada Anda apa
yang harus Anda percayai. Mereka hanya dapat memberitakan
kepada Anda apa yang mereka percaya.
Yakinlah pada penemuan-penemuan, kepercayaan-kepercayaan
Anda, dan kepada diri Anda sendiri bersikaplah jujur selalu.
Saya harap perjalanan religius Anda mencerahkan, menghibur
dan seindah sebagaimana perjalanan yang telah saya lalui.
***