Aqiqah adalah penyembelihan hewan pada hari ketujuh kelahiran bayi sebagai ungkapan syukur. Hukumnya sunnah muakkadah menurut hadis Nabi. Tujuannya antara lain melepas kekangan jin, menebus hutang anak, dan menyebarkan rasa kasih sayang. Syarat utamanya menyembelih kambing jantan atau betina untuk laki-laki dan kambing betina untuk perempuan pada hari ketujuh, meskipun bo
Modul Pengantar Tata Kelola Internet (disusun oleh ICT Watch)
Aqiqah Sunnah
1. Aqiqah
solehaqiqah.blogspot.co.id/2015/06/aqiqah.html
Definisi akikah
Akikah (bahasa Arab: ﻋﻘﯿﻘﺔ , transliterasi: Aqiqah) adalah pengurbanan hewan dalam syariat Islam,
sebagai penggadaian (penebus) seorang bayi yang dilahirkan. Hukum akikah menurut pendapat yang
paling kuat adalah sunah muakkadah, dan ini adalah pendapat jumhur ulama menurut hadits.
Kemudian ada ulama yang menjelaskan bahwa akikah sebagai penebus adalah artinya akikah itu akan
menjadikan terlepasnya kekangan jin yang mengiringi semua bayi sejak lahir.
Syariat 'akikah
Imam Ahmad dan Tirmidzi
meriwayatkan dari Ummu Karaz Al
Ka’biyah bahwa ia bertanya kepada
rasulullah tentang akikah. Dia bersabda,
“Bagi anak laki-laki disembelihkan dua
ekor kambing dan bagi anak perempuan
disembelihkan satu ekor, dan tidak akan
membahayakan kamu sekalian, apakah
(sembelihan itu) jantan atau betina.”
Bisa disimpulkan bahwa jika seseorang berkemampuan untuk menyembelih 2 ekor kambing bagi
'Aqأqah anak laki-lakinya, maka sebaiknya ia melakukannya, namun jika tidak mampu maka 1 ekor
kambing untuk 'Aqأqah anak laki-lakinya juga diperbolehkan dan mendapat pahala.
Kata akikah berasal dari bahasa arab. Secara etimologi, ia berarti 'memutus'. Dalam istilah, akikah
berarti "menyembelih kambing pada hari ketujuh (dari kelahiran seorang bayi) sebagai ungkapan rasa
syukur atas rahmat Allah swt berupa kelahiran seorang anak". Akikah merupakan salah satu hal yang
disyariatkan dalam agama islam.
Dalil-dalil yang menyatakan hal ini, di antaranya, adalah hadits Rasulullah saw, "Setiap anak tertuntut
dengan akikahnya'? Ada hadits lain yang menyatakan, "Anak laki-laki (akikahnya dengan 2 kambing)
sedang anak perempuan (akikahnya) dengan 1 ekor kambing'? Status hukum akikah adalah sunnah.
Hal tersebut sesuai dengan pandangan mayoritas ulama, seperti Imam Syafi'i, Imam Ahmad dan Imam
Malik, dengan berdasarkan dalil di atas.
Para ulama itu tidak sependapat dengan yang mengatakan wajib, dengan menyatakan bahwa
seandainya akikah wajib, maka kewajiban tersebut menjadi suatu hal yang sangat diketahui oleh
agama, dan seandainya akikah wajib, maka rasulullah S.A.W juga pasti telah menerangkan akan
kewajiban tersebut.
BANTAHAN TERHADAP ORANG YANG MENGINGKARI DAN MEMBID'AHKAN AQIQAH.
Ibnul Mundzir rahimahullah membantah mereka dengan mengatakan bahwa : “Orang-orang
‘Aqlaniyyun (orang-orang yang mengukur kebenaran dengan akalnya, saat ini seperti sekelompok
orang yang menamakan sebagai kaum Islam Liberal, pen) mengingkari sunnahnya aqiqah, pendapat
mereka ini jelas menyimpang jauh dari hadist-hadist yang tsabit (shahih) dari Rasulullah karena
berdalih dengan hujjah yang lebih lemah dari sarang laba-laba.” [Sebagaimana dinukil oleh Ibnu
Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya “Tuhfatul Maudud” hal.20, dan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam
“Fathul Bari” (9/588)].
2. Beberapa ulama seperti Imam Hasan Al-Bashri, juga Imam Laits, berpendapat bahwa hukum akikah
adalah wajib. Pendapat ini berdasarkan atas salah satu hadits di atas, "Kullu ghuli¢min murtahanun bi
'aqiqatihi'? (setiap anak tertuntut dengan akikahnya), mereka berpendapat bahwa hadits ini
menunjukkan dalil wajibnya akikah dan menafsirkan hadits ini bahwa seorang anak tertahan
syafaatnya bagi orang tuanya hingga ia diakikahi. Ada juga sebagian ulama yang mengingkari
disyariatkannya (masyri»'iyyat) akikah, tetapi pendapat ini tidak berdasar sama sekali.
Dengan demikian, pendapat mayoritas ulama lebih utama untuk diterima karena dalil-dalilnya, bahwa
akikah adalah sunnah. Bagi seorang ayah yang mampu hendaknya menghidupkan sunnah ini hingga
ia mendapat pahala.
Dengan syariat ini, ia dapat berpartisipasi dalam menyebarkan rasa cinta di masyarakat dengan
mengundang para tetangga dalam walimah akikah tersebut. Mengenai kapan akikah dilaksanakan,
rasulullah S.A.W bersabda, "Seorang anak tertahan hingga ia diakikahi, (yaitu) yang disembelih pada
hari ketujuh dari kelahirannya dan diberi nama pada waktu itu'?. Hadits ini menerangkan bahwa akikah
mendapatkan kesunnahan jika disembelih pada hari ketujuh.
Sayyidah Aisyah ra dan Imam Ahmad berpendapat bahwa akikah bisa disembelih pada hari ketujuh,
atau hari keempat belas ataupun hari keduapuluh satu. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa
sembelihan akikah pada hari ketujuh hanya sekedar sunnah, jika akikah disembelih pada hari
keempat, atau kedelapan ataupun kesepuluh ataupun sesudahnya maka hal itu dibolehkan.
Menurut hemat penulis, jika seorang ayah mampu untuk menyembelih akikah pada hari ketujuh, maka
sebaiknya ia menyembelihnya pada hari tersebut. Namun, jika ia tidak mampu pada hari tersebut,
maka boleh baginya untuk menyembelihnya pada waktu kapan saja. 'Akikah anak laki-laki berbeda
dengan akikah anak perempuan. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama, sesuai hadits yang telah
kami sampaikan di atas. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa akikah anak laki-laki sama
dengan akikah anak perempuan, yaitu sama-sama 1 ekor kambing. Pendapat ini berdasarkan riwayat
bahwa rasulullah S.A.W mengaqikahi Hasan dengan 1 ekor kambing, dan Husein (keduanya adalah
cucu) dengan 1 ekor kambing.
Bisa disimpulkan bahwa jika seseorang berkemampuan untuk menyembelih 2 ekor kambing bagi
akikah anak laki-lakinya, maka sebaiknya ia melakukannya, namun jika tidak mampu maka 1 ekor
kambing untuk akikah anak laki-lakinya juga diperbolehkan dan mendapat pahala.
Mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa agama Islam membedakan antara akikah anak laki-laki
dan anak perempuan, maka jawabannya adalah bahwa seorang muslim, ia berserah diri sepenuhnya
pada perintah Allah swt, meskipun ia tidak tahu hikmah akan perintah tersebut, karena akal manusia
terbatas. Barangkali juga bisa diambil hikmahnya yaitu untuk memperlihatkan kelebihan seorang laki-
laki dari segi kekuatan jasmani, juga dari segi kepemimpinannya (qawwamah) dalam suatu rumah
tangga. Ada perbedaan lain antara akikah dengan Qurban, kalau daging Qurban dibagi-bagikan dalam
keadaan mentah, sedangkan akikah dibagi-bagikan dalam keadaan matang.
Hikmah syariat akikah yakni dengan akikah, timbullah rasa kasih sayang di masyarakat karena mereka
berkumpul dalam satu walimah sebagai tanda rasa syukur kepada Allah swt. bahwasanya akikah
adalah menjalankan syiar Islam.
Hikmah Akikah
Akikah Menurut Syaikh Abdullah nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam sebagaimana
dilansir di sebuah situs memiliki beberapa hikmah di antaranya:
1.Menghidupkan sunah Nabi Muhammad S.A.W dalam meneladani Nabiyyullah Ibrahim alaihissalam
tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail alaihissalam.
2.Dalam akikah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat mengganggu anak yang
3. terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadis, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan
akikahnya.” . Sehingga Anak yang telah ditunaikan akikahnya insya Allah lebih terlindung dari
gangguan syaithan yang sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang dimaksud oleh Al-Imam Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah "bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai oleh akikahnya".
3.Akikah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya kelak
pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad mengatakan: "Dia tergadai dari memberikan
Syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan akikahnya)".
4.Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus sebagai
wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan lahirnya sang
anak.
5.Akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syari'at Islam &
bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.
6.Akikah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) di antara masyarakat.
Menurut Drs. Zaki Ahmad dalam bukunya "Kiat Membina Anak Sholeh" disebutkan manfaat-manfaat
yang akan didapat dengan berakikah, di antaranya:
1.Membebaskan anak dari ketergadaian
2.Pembelaan orang tua di hari kemudian
3.Menghindarkan anak dari musibah dan kehancuran, sebagaimana pengorbanan Nabi Ismail dan
Ibrahim 4.Pengungkapan rasa gembira demi tegaknya Islam dan keluarnya keturunan yang di
kemudian hari akan memperbanyak umat Nabi Muhammad SAW
5.Memperkuat tali silahturahmi di antara anggota masyarakat dalam menyambut kedatangan anak
yang baru lahir
6.Sumber jaminan sosial dan menghapus kemiskinan di masyarakat
7.Melepaskan bayi dari godaan setan dalam urusan dunia dan akhirat.
Syarat Akikah
AQIQAH DENGAN KAMBING TIDAK SAH AQIQAH KECUALI DENGAN KAMBING
Telah lewat beberapa hadist yang menerangkan keharusan menyembelih dua ekor kambing untuk laki-
laki dan satu ekor kambing untuk perempuan. Ini menandakan keharusan untuk aqiqah dengan
kambing. Dalam “Fathul Bari” (9/593) al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan : “Para ulama
mengambil dalil dari penyebutan syaatun dan kabsyun (kibas, anak domba yang telah muncul gigi
gerahamnya) untuk menentukan kambing buat aqiqah.” Menurut beliau : “Tidak sah aqiqah seseorang
yang menyembelih selain kambing”. Sebagian ulama berpendapat dibolehkannya aqiqah dengan unta,
sapi, dan lain-lain.
Tetapi pendapat ini lemah karena :
1. Hadist-hadist shahih yang menunjukkan keharusan aqiqah dengan kambing semuanya shahih,
sebagaimana pembahasan sebelumnya.
2. Hadist-hadist yang mendukung pendapat dibolehkannya aqiqah dengan selain kambing adalah
hadist yang talif saqith alias dha’if.
PERSYARATAN KAMBING AQIQAH TIDAK SAMA DENGAN KAMBING KURBAN [IDUL ADHA]
Penulis mengambil hujjah ini berdasarkan pendapat dari Imam As-Shan’ani, Imam Syaukani, dan Iman
Ibnu Hazm bahwa kambing aqiqah tidak disyaratkan harus mencapai umur tertentu atau harus tidak
cacat sebagaimana kambing Idul Adha, meskipun yang lebih utama adalah yang tidak cacat.
Imam As-Shan’ani dalam kitabnya “Subulus Salam” (4/1428) berkata : "Pada lafadz syaatun (dalam
hadist sebelumnya) menunjukkan persyaratan kambing untuk aqiqah tidak sama dengan hewan
kurban.
4. Adapun orang yang menyamakan persyaratannya, mereka hanya berdalil dengan qiyas.” Imam
Syaukhani dalam kitabnya “Nailul Authar” (6/220) berkata : “Sudah jelas bahwa konsekuensi qiyas
semacam ini akan menimbulkan suatu hukum bahwa semua penyembelihan hukumnya sunnah,
sedang sunnah adalah salah satu bentuk ibadah.
Dan saya tidak pernah mendengar seorangpun mengatakan samanya persyaratan antara hewan
kurban (Idul Adha) dengan pesta-pesta (sembelihan) lainnya. Oleh karena itu, jelaslah bagi kita bahwa
tidak ada satupun ulama yang berpendapat dengan qiyas ini sehingga ini merupakan qiyas yang
bathil.” Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya “Al-Muhalla” (7/523) berkata : “Orang yang melaksanakan
aqiqah dengan kambing yang cacat, tetap sah aqiqahnya sekalipun cacatnya termasuk kategori yang
dibolehkan dalam kurban Idul Adha ataupun yang tidak dibolehkan. Namun lebih baik (afdhol) kalau
kambing itu bebas dari catat.”
BACAAN KETIKA MENYEMBELIH KAMBING
Firman Allah Ta'ala : “Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu dan sebutlah nama
Allah…” [Al-Maidah : 4] Firman Allah Ta'ala : “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang
tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya, sesungguhnya perbuatan semacam itu adalah suatu
kefasikan.” [Al-An’am : 121]
BOLEH MENGHANCURKAN TULANGNYA [DAGING SEMBELIHAN AQIQAH] SEBAGAIMANA
SEMBELIHAN LAINNYA.
Inilah kesepekatan para ulama, yakni boleh menghancurkan tulangnya, seperti ditegaskan Imam Malik
dalam “Al-Muwaththa” (2/502), karena tidak adanya dalil yang melarang maupun yang menunjukkan
makruhnya. Sedang menghancurkan tulang sembelihan sudah menjadi kebiasan disamping ada
kebaikannya juga, yaitu bisa diambil manfaat dari sumsum tersebut untuk dimakan. Adapun pendapat
yang menyelisihinya berdalil dengan hadist yang dhaif, diantaranya adalah:
1. Bahwasannya Rasulullah bersabda : “Janganlah kalian menghancurkan tulang sembelihannya.”
[Hadist Dhaif, karena mursal terputus sanadnya, Hadits Riwayat Baihaqi (9/304)]
2. Dari Aisyah dia berkata : “….termasuk sunnah aqiqah yaitu tidak menghancurkan tulang
sembelihannya….” [Hadist Dhaif, mungkar dan mudraj, Hadits Riwayat. Hakim (4/283] Kedua hadist
diatas tidak boleh dijadikan dalil karena keduanya tidak shahih. [lihat kitab “Al-Muhalla” oleh Ibnu Hazm
(7/528-529)].
Kadar jumlah hewan aqiqah.
Kadar akikah yang mencukupi adalah satu ekor baik untuk laki-laki atau pun untuk perempuan,
sebagaimana perkataan Ibnu Abbas rahimahulloh: “Sesungguh-nya nabi S.A.W mengakikahi Hasan
dan Husain satu domba satu domba.” (Hadis shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Al Jarud) Ini adalah
kadar cukup dan boleh, namun yang lebih utama adalah mengakikahi anak laki-laki dengan dua ekor,
ini berdasarkan hadis-hadis berikut ini: Ummu Kurz Al Ka’biyyah berkata, yang artinya: “Nabi S.A.W
memerintahkan agar dsembelihkan akikah dari anak laki-laki dua ekor domba dan dari anak
perempuan satu ekor.” (Hadis sanadnya shahih riwayat Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan)
Dari Aisyah Radhiallaahu anha berkata, yang artinya: “Nabi S.A.W memerintahkan mereka agar
disembelihkan akikah dari anak laki-laki dua ekor domba yang sepadan dan dari anak perempuan satu
ekor.” (Shahih riwayat At Tirmidzi) dan karena kebahagian dengan mendapatkan anak laki-laki adalah
berlipat dari dilahirkannya anak perempuan, dan dikarenakan laki-laki adalah dua kali lipat wanita
dalam banyak hal.
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan akikah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini berdasarkan sabda Nabi
'S.A.W, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan hewan akikahnya, disembelih darinya pada hari
ke tujuh, dan dia dicukur, dan diberi nama.” (Hadits riwayat Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan
5. dishahihkan oleh At Tirmidzi) dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa
dilaksanakan pada hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu, ini
berdasarkan hadis Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi S.A.W', dia berkata yang artinya:
“Hewan akikah itu disembelih pada hari ketujuh, keempatbelas, dan keduapuluhsatu.” (Hadis hasan
riwayat Al Baihaqiy)
Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja pelaksanaannya di kala sudah
mampu, karena pelaksanaan pada hari-hari ke tujuh, ke empat belas dan ke dua puluh satu adalah
sifatnya sunah dan paling utama bukan wajib, dan boleh juga melaksanakannya sebelum hari ke
tujuh[7].
Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga untuk disembelihkan akikahnya,
bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan syarat sudah berusia empat bulan di dalam
kandungan ibunya. Akikah adalah syari’at yang ditekan kepada ayah si bayi. Namun bila seseorang
yang belum di sembelihkan hewan akikah oleh orang tuanya hingga ia besar, maka dia bisa
menyembelih akikah dari dirinya sendiri, Syaikh Shalih Al Fauzan berkata: "...dan bila tidak diakikahi
oleh ayahnya kemudian dia mengakikahi dirinya sendiri maka hal itu tidak apa-apa."
Pembagian daging akikah
Adapun dagingnya maka dia (orang tua anak) bisa memakannya, menghadiahkan sebagian
dagingnya, dan mensedekahkan sebagian lagi. Syaikh Utsaimin berkata: "...dan tidak apa-apa dia
mensedekahkan darinya dan mengumpulkan kerabat dan tetangga untuk menyantap makanan dari
kambing akikah yang sudah matang. Syaikh Jibrin berkata: Sunahnya dia memakan sepertiganya,
menghadiahkan sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan mensedekahkan sepertiga lagi
kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman dan kerabat untuk menyantapnya, atau
boleh juga dia mensedekahkan semuanya. Syaikh Ibnu Bazz berkata: "...dan engkau bebas memilih
antara mensedekahkan seluruhnya atau sebagiannya dan memasaknya kemudian mengundang orang
yang engkau lihat pantas diundang dari kalangan kerabat, tetangga, teman-teman seiman dan
sebagian orang faqir untuk menyantapnya, dan hal serupa dikatakan oleh Ulama-ulama yang
terhimpun di dalam Al lajnah Ad Daimah.".
aqiqah di sragen aqiqah di
sukoharjo aqiqah di solo aqiqah di
semarang aqiqah di wonogiri
aqiqah di karanganyar aqiqah di
salatiga aqiqah di magetan aqiqah
di purwodadi aqiqah di boyolali
aqiqah di kendal aqiqah di jogja
aqiqah di klaten aqiqah di
delanggu aqiqah di sleman aqiqah
di bantul