SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 12
HAKIKAT DAN FUNGSI PENDIDIKAN KELAS KHUSUS
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Mata Kuliah Pembelajaran Kelas Khusus
Dosen Pengampu: Drs. Suripto, M.Si.
Disusun oleh:
DEDY WIRANTO
11024150010
ROMBEL 2
KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu,
untuk mendorong kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan
lingkungan belajar yang kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem
penilaian, sarana dan prasarana serta yang tidak kalah pentingnya adalah
tersedianya media pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
Seiring dengan perjalanan kehidupan sosial bermasyarakat, ada
pandangan bahwa mereka anak-anak penyandang dissabilitas dianggap
sebagai sosok individu yang tidak berguna, bahkan perlu diasingkan.
Namun, seiring dengan perkembangan peradaban manusia, pandangan
tersebut mulai berbeda. Keberadaannya mulai dihargai dan memiliki hak
yang sama seperti anak normal lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang
diharapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 dan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dapat disimpulkan bahwa Negara memberikan jaminan
sebenarnya kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh
layanan pendidikan yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa anak-
anak berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan yang sama dengan
anak-anak normal lainnya dalam pendidikan. Hanya saja, jika ditinjau dari
sudut pandang pendidikan, karena karakteristiknya yang berbeda dengan
anak normal pada umumnya menyebabkan dalam proses pendidikannya
mereka membutuhkan layanan pendekatan dan metode yang berbeda
dengan pendekatan khusus.
Pemerintah sebagai faktor utama dalam membuat kebijaksanaan
pendidikan mengupayakan program pemerataan pendidikan dengan
penyelenggaraan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif adalah suatu
kebijaksanaan pemerintah dalam mengupayakan pendidikan yang bisa
dinikmati oleh setiap warga negara agar memperoleh pendidikan tanpa
memandang anak berkebutuhan khusus dan anak normal agar bisa
bersekolah dan memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas untuk
masa depan hidupnya.
1
Ruang lingkup media pendidikan inklusif sebaiknya mencakup
semua jenis media pendidikan untuk semua peserta didik termasuk
didalamnya anak berkebutuhan khusus, seperti: Tunanetra, Tunarungu,
Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras, Tuna Wicara, Tunaganda, HIV/AIDS,
Gifeted, Talented, Kesulitan Belajar, Lamban Belajar, Autis, Korban
Penyalahgunaan Narkoba, Indigo, dan lain sebagainya.
Dengan dilatarbelakangi hal tersebut maka dirasa perlu untuk
mempelajari lebih mendalam tentang kajian pendidikan khusus dengan
mengetahui hakikat dan fungsi pendidikan khusus untuk anak
berkebutuhan khusus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendidikan kelas khusus?
2. Bagaimana hakikat anak berkebutuhan khusus bagi anak berkebutuhan
khusus?
3. Apa prinsip-prinsip dalam upaya mendidik anak berkebutuhan khusus?
4. Apa fungsi pendidikan kelas khusus?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sbagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pendidikan kelas khusus
2. Memahami hakikat anak berkebutuhan khusus bagi anak berkebutuhan
khusus
3. Mengetahui prinsip-prinsip dalam upaya mendidik anak berkebutuhan
khusus
4. Memahami fungsi pendidikan kelas khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Kelas Khusus
Pendidikan berkebutuhan khusus merupakan konsep atau pendekatan
pendidikan yang berusaha menjangkau semua individu tanpa terkecuali
(Herawati, 2016). Dalam Permendiknas No 70 Tahun 2009 menyebutkan
bahwa pendidikan berkebutuhan khusus merupakan sistem
penyelenggarakan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya.
B. Hakikat Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental, maupun karakteristik
perilaku sosialnya, tidak sama dengan mendidik anak normal, sebab selain
memerlukan pendekatan yang khusus juga memerlukan strategi khusus
(Herawati, 2016). Melalui pendendekatan dan strategi khusus diharapkan
anak berebutuhan khusus :
a. Menerima kondisinya
b. Dapat melakukan sosialisasi dengan baik
c. Mampu berjuang sesuai dengan kemampuannya
d. Memiliki kemampuan yang sangat dibutuhkan
e. Menyadari sebagai warga Negara dan anggota masyarakat
C. Prinsip-Prinsip Dalam Upaya Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus
Dalam Utina (2014: 75) menyebutkan bahwa anak-anak yang
berkebutuhan khusus, memerlukan suatu metode pembelajaran yang
sifatnya khusus. Suatu pola gerak yang bervariasi, diyakini dapat
meningkatkan potensi peserta didik dengan kebutuhan khusus dalam
kegiatan pembelajaran (berkaitan dengan pembentukan fisik, emosi,
sosialisasi, dan daya nalar). Esensi dari pola gerak yang mampu
meningkatkan potensi diri anak berkebutuhan khusus adalah kreativitas.
3
Selain itu, pengembangan prinsip-prinsip pendekatan secara khusus, yang
dapat dijadikan dasar dalam upaya mendidik anak berkelainan, antara lain
sebagai berikut:
1. Prinsip Kasih Sayang.
Prinsip kasih Sayang pada dasarnya adalah menerima mereka
sebagaimana adanya, dan mengupayakan agar mereka dapat menjalani
hidup dan kehidupan dengan wajar, seperti layaknya anak normal
lainnya. Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan untuk mereka: (a)
tidak bersikap memanjakan, (b) tidak bersikap acuh tak acuh terhadap
kebutuhannya, dan (c) memberikan tugas yang sesuai dengan
kemampuan anak.
2. Prinsip Layanan Individual
Pelayanan individual dalam rangka mendidik anak berkelainan perlu
mendapatkan porsi yang besar, sebab setiap anak berkelainan dalam
jenis dan derajat yang sama seringkali memiliki keunikan masalah yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, upaya
yang perlu dilakukan untuk mereka selama pendidikannya: (a) jumlah
siswa yang dilayani guru tidak lebih dari 4-6 orang dalam setiap
kelasnya, (b) pengaturan kurikulum dan jadwal pelajaran dapat bersifat
fleksibel, (c) penataan kelas harus dirancang sedemikian rupa sehingga
guru dapat menjangkau semua siswanya dengan mudah, dan (d)
modifikasi alat bantu pengajaran.
3. Prinsip Kesiapan
Untuk menerima suatu pelajaran tertentu diperlukan kesiapan.
Khususnya kesiapan anak untuk mendapatkan pelajaran yang akan
diajarkan, terutama pengetahuan prasyarat, baik prasyarat pengetahuan,
mental dan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelajaran
berikutnya. Contoh, anak tunagrahita sebelum diajarkan pelajaran
menjahit perlu terlebih dahulu diajarkan bagaimana cara menusukkan
jarum. Contoh lain anak berkelainan secara umum mempunyai
kecenderungan cepat bosan dan cepat lelah apabila menerima pelajaran.
Oleh karena itu guru, dalam kondisi ini tidak perlu member pelajaran
baru, melainkan mereka diberikan kegiatan yang menyenangkan dan
rileks, setelah segar kembali guru baru dapat melanjutkan memberikan
pelajaran.
4
4. Prinsip Keperagaan
Kelancaran pembelajaran pada anak berkelainan sangat didukung oleh
penggunaan alat peraga sebagai medianya. Selain mempermudah guru
dalam mengajar, fungsi lain dari penggunaan alat peraga sebagai media
pembelajaran pada anak berkelainan, yakni mempermudah pemahaman
siswa terhadap materi yang disajikan guru. Alat peraga yang digunakan
untuk media sebaiknya diupayakan menggunakan benda tiruan atau
minimal gambarnya. Misalnya mengenalkan macam binatang pada anak
tunarungu dengan cara anak disuruh menempelkan gambar-gambarnya
di papan flannel lebih baik daripada guru bercerita di depan kelas. Anak
tunanetra yang diperkenalkan sosok buah belimbing, maka akan lebih
baik jika dibawakan benda aslinya daripada tiruannya, sebab selain
anak dapat mengenal bentuk dan ukuran, juga dapat mengenal rasanya.
5. Prinsip Motivasi
Prinsip motivasi ini lebih menitikberatkan pada cara mengajar dan
pemberian evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi anak yang
berkelainan. Contoh, bagi anak tunanetra, mempelajari orientasi dan
mobilitas yang ditekankan pada pengenalan suara binatang akan lebih
menarik dan mengesankan jika mereka diajak ke kebun binatang. Bagi
anak unagrahita, untuk menerangkan makanan empat sehat lima
sempurna, barangkali akan lebih menarik jika diperagakan bahan
aslinya kemudian diberikan kepada anak untuk dimakan, daripada
hanya berupa gambargambar saja.
6. Prinsip Belajar dan Bekerja Kelompok
Arah penekanan prinsip belajar dan bekerja kelompok sebagai salah
satu dasar mendidik anak berkelainan, agar mereka sebagai anggota
masyarakat dapat bergaul dengan masyarakat lingkungannya, tanpa
harus merasa rendah diri atau minder dengan orang normal. Oleh
karena itu, sifat egosentris atau egoistis pada anak tunarungu karena
tidak menghayati perasaan, agresif, dan destruktif pada anak tunalaras
perlu diminimalkan atau dihilangkan melalui belajar dan bekerja
kelompok. Melalui kegiatan tersebut diharapkan mereka dapat
memahami bagaimana cara bergaul dengan orang lain secara baik dan
wajar.
7. Prinsip Ketrampilan
Pendidikan ketrampilan yang diberikan kepada anak berkelainan, selain
berfungsi selektif, edukatif, rekreatif dan terapi, juga dapat dijadikan
sebagai bekal dalam kehidupannya kelak. Selektif berarti untuk
5
mengarahkan minat, bakat, ketrampilan dan perasaan anak berkelainan
secara tepat guna. Edukatif berarti membimbing anak berkelainan untuk
berpikir logis, berperasaan halus dan kemampuan untuk bekerja.
Rekreatif berarti unsure kegiatan yang diperagakan sangat
menyenangkan bagi anak berkelainan. Terapi berarti aktivitas
ketrampilan yang diberikan dapat menjadi salah satu sarana habilitasi
akibat kelainan atau ketunaan yang disandangnya.
8. Prinsip Penanaman dan Penyempurnaan Sikap
Secara fisik dan psikis sikap anak berkelainan memang kurang baik
sehingga perlu diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik
serta tidak selalu menjadi perhatian orang lain. Misalnya blindism pada
tunanetra, yaitu kebiasaan menggoyang-goyangkan kepala ke kiri-
kanan, atau menggoyang-goyangkan badan secara tidak sadar, atau
anak tunarungu memiliki kecenderungan rasa curiga pada orang lain
akibat ketidakmampuannya menangkap percakapan orang lain, dan
lain-lain.
D. Fungsi Pendidikan Kelas Khusus
Dalam Alimin (2010) dijelaskan bahwa pendidikan kebutuhan khusus
sebagai disiplin ilmu mempunyai tiga fungsi yaitu: (1) Fungsi preventif,
(2) Fungsi kompensasai, (3) Fungsi intervensi. Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
1. Fungsi Preventif
Fungsi preventif adalah upaya pencegahan agar tidak muncul
hambatan belajar dan hambatan perkembangan akibat dari kebutuhan
khusus tertentu. Hambatan belajar pada anak dapat disebabkan oleh
tiga faktor yaitu: (a) akibat faktor lingkungan. Seorang anak dapat
mengalami hambatan belajar karena bisa disebabkan oleh kurikulum
yang terlalu padat, kesalahan guru dalam mengajar, anak yang
terpaksa harus bekerja mencari nafkah, trauma karena bencana
alam/perang, anak yang diperlakukan kasar di rumah dsb. Fungsi
preventif pendidikan kebutuhan khusus adalah mencegah agar faktor-
faktor lingkungan tidak menyebabkan munculnya hambatan belajar,
(b) akibat faktor dari dalam diri anak itu sendiri. Misalnya seorang
anak yang kehilangan fungsi penglihatan atau kehilangan fungsi
pendengaran yang dibawa sejak lahir, kondisi seperti itu dipandang
sebagai hambatan belajar yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri.
Fungsi preventif pendidikan kebutuhan khusus dalam hubungannya
dengan kondisi seperti ini adalah mencegah agar kehilangan fungsi
6
penglihatan atau pendengaran itu tidak berdampak buruk dan lebih
luas kepada aspek-aspek perkembangan dan kepribadian anak, (c)
interaksi antara faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri anak.
Misalnya seorang anak yang kehilangan fungsi pendengaran dan
secara bersamaan anak ini hidup dalam lingkungan keluarga yang
tidak memberikan kasih sayang yang cukup, sehingga anak ini
mengalami hambatan belajar yang disebabkan oleh faktor dirinya
sendiri (kehilangan fungsi pendengaran) dan akibat faktor eksternal
lingkungan.
Fungsi preventif pendidikan kebutuhan khusus dalam konteks seperti
ini adalah melokalisir dampak dari kehilangan fungsi pendengaran dan
secara bersamaan menciptakan lingkungnan yang dapat memenuhi
kebutuhan anak akan kasih sayang yang mungkin tidak diperoleh di
lingkungan keluarganya.
2. Fungsi Intervensi
Kata intervensi dapat diartikan sebagai upaya menangani hambatan
belajar dan hambatan perkembangan yang sudah terjadi pada diri
anak. Misalnya seorang anak mengalami gangguan dalam
perkembangan kecerdasan/kognitif sehingga ia mengalami kesulitan
dalam belajar secara akademik. Fungsi intervensi pendidikan
kebutuhan khusus adalah upaya menangani anak agar dapat mencapai
perkembangan optimum sejalan dengan potensi yang dimilikinya.
Contoh lain, seorang anak yang mengalami gangguan dalam
perkembangan motorik (misalnya: cerebral palsy). Akibat dari
gangguan motorik ini anak dapat mengalami kesulitan dalam bergerak
dan mobilitas, sehingga akitivitasnya sangat terbatas. Fungsi
intervensi pendidikan kebutuhan khusus dalam konteks ini adalah
menciptakan lingkungan yang memungkin anak dapat belajar secara
efektif, sehingga dapat mencapai perkembangan optimum sejalan
dengan potensi yang dimilikinya.
Dengan kata lain fungsi intervensi tidak dimaksudkan supaya anak
yang mengalami kehilangan fungsi pendengaran agar dapat
mendengar, tetapi dalam keadaan tidak dapat mendengar mereka tetap
dapat belajar, bekerja dan hidup secara wajar bersama dengan orang
lain dalam lingkungannya. Inilah yang disebut dengan coping, artinya
anak dapat berkembang optimum dengan kondisi yang dimilikinya.
3. Fungsi Kompensasi
7
Pengertian kompensasi dalam kontek pendididikan kebutuhan khusus
diartikan sebagai upaya pendidikan untuk menggantikan fungsi yang
hilang atau mengalami hambatan dengan fungsi yang lain. Seorang
anak yang kehilangan fungsi penglihatan akan sangat kesulitan untuk
belajar atau bekerja jika berhubungan dengan penggunaan fungsi
penglihatan. Oleh karena itu kehilangan fungsi penglihatan dapat
dialihkan/dikompensasikan kepada fungsi lain misalnya perabaan dan
pendengaran. Salah satu bentuk kompensasi pada orang yang
kehilangan penglihatan adalah pengunaan tulisan braille. Seorang
tunanetra akan dapat membaca dan menulis dengan menggunakan
fungsi perabaan.
Seorang yang kehilangan fungsi pendengaran akan mengalami
kesulitan dalam perkembangan keteramilan berbahasa, dan oleh sebab
itu akan terjadi hambatan dalam interaksi dan komunikasi. Bentuk
kompensasi dari adanya hambatan dalam interaksi dan komunikasi
pada orang yang kehilangan fungsi pendengaran adalah pengunaan
bahasa isyarat. Dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
isyarat fungsi penglihatan sangat berperan sebagai kompensasi dari
fungsi pendengaran.
Contoh lain jika di sekolah ada seorang anak yang mengalami
hambatan dalam penggunaan fungsi motorik, ia akan sangat
mengalami kesulitan dalam hal menulis. Ketika misalnya anak
tersebut akan mengikuti ujian maka dapat dilakukan tindakan
kompensasi dengan tidak mengikuti ujian secara tertulis melainkan
dengan ujian lisan. Dalam hal aktivitas belajar, anak itu tidak dituntut
untuk mencatat apa yang mereka pelajari tetapi dapat menggunakan
cara lain misalnya menggunakan tape recorder atau apa yang akan
dijelaskan oleh guru diberikan dalam bentuk teks.
Melalui upaya kompensasi, anak akan tetap dapat mengikuti akitivtas
belajar seperti yang dilakukan oleh anak lainya dengan cara-cara yang
dimodifikasi dan diseuiakan dengan mengganti fungsi yang hilang/
tidak berkembang dengan fungsi lainnya yang masih utuh.
BAB III
8
PENUTUP
A. Simpulan
Anak Berkebutuhan Khusus adalah individu yang seharusnya
mendapatkan hak belajar yang sama dengan anak-anak normal lainnya.
Hal ini ditegaskan dalam UU RI yang menyatakan bahwa: Setiap warga
Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu (ayat1); Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental dan/atau social berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 2);
Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 3).
Dengan demikian anak-anak yang memiliki keterbatasan, bisa
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dan tentunya hal ini
tidak lepas dari keterlibatan yang harmonis antara pemerintah, guru,
masyarakat dan orangtua. Anak-anak yang memiliki keterbatasan ini
bukanlah anak-anak “aneh” yang hanya dijadikan tontonan atau anak-anak
yang di “nomor duakan” dalam mengenyam pendidikan, yang sebenarnya
sudah menjadi haknya sebagai manusia.
Dengan memberikan kesempatan bagi anak-anak yang berkebutuhan
khusus untuk bergaul dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya,
baik itu di lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat akan
menumbuhkan harga diri dan motivasi untuk terus menggali bakat dan
mengembangkan kemampuannya seperti halnya anak-anak yang normal.
Mereka membutuhkan pendampingan dari orang dewasa untuk menuntun
mereka kearah kehidupan yang lebih baik.
B. Saran
Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan sekolah inklusif sehingga
anak yang berkebutuhan khusus yang berbakat dapat menyakurkan bakat
mereka. Pemerintah juga harus mensosialisasikan adanya sekolah inklusif
agar sekolah inklusif diketahui keberadaanya, dan masyarakat tidak lagi
meremehkan sekolah inklusif bahwa anak-anak inklusif juga bisa
berprestasi layaknya anak normal.
DAFTAR PUSTAKA
9
Alimin, Z. 2010. Reorientasi Pendidikan Khusus/Plb (Special Education)
Ke Pendidikan Kebutuhan Khusus (Special Needs Eucation) Usaha
Mencapai Pendidikan Untuk Semua. Jurnal Asesmen dan Intervensi
Anak Berkebutuhan Khusus, 3 (1), 52-63.
Herawati, N. 2016. Pendidikan Inklusif. Received from
http://ejournal.upi.edu/index.php/eduhumaniora/article/viewFile/27
55/1795. Diunduh pada 9 Maret 2017 pukul 07.48 WIB.
Utina, S. 2014. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam. 2(1), 72-78.
10

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)elissugiharti1
 
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanPengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanRizal Fahmi
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerDimas Dwi Senggono S
 
Kemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikKemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikFitri Yusmaniah
 
ppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integretedppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integretedrizka_pratiwi
 
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docx
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docxCONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docx
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docxFriscaDwiSeptianaPut
 
PPT MODUL 1 DAN 2 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
PPT MODUL 1 DAN 2 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxPPT MODUL 1 DAN 2 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
PPT MODUL 1 DAN 2 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxArman Ahmad
 
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) Terbaru
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) TerbaruFormat APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) Terbaru
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) TerbaruAkang Juve
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Arif Winahyu
 
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifContoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifStevany Sinaga
 
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDContoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDUwes Chaeruman
 
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifModul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifNaita Novia Sari
 
Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanIndra Arrohman
 
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar Biasa
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaInstrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar Biasa
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaRoHim MohaMad
 
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianModul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianNaita Novia Sari
 
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...Rahma Siska Utari
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasaraudiasls
 
Konsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpaduKonsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpaduIsmail Fizh
 

Mais procurados (20)

Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
 
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanPengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
 
Kemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikKemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta Didik
 
ppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integretedppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integreted
 
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docx
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docxCONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docx
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docx
 
PPT MODUL 1 DAN 2 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
PPT MODUL 1 DAN 2 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptxPPT MODUL 1 DAN 2 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
PPT MODUL 1 DAN 2 PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.pptx
 
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) Terbaru
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) TerbaruFormat APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) Terbaru
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) Terbaru
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
 
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifContoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
 
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbDContoh RPP menggunakan Framework UbD
Contoh RPP menggunakan Framework UbD
 
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifModul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
 
Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikan
 
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar Biasa
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaInstrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar Biasa
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar Biasa
 
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianModul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
 
Tahap perkembangan moral kohlberg
Tahap perkembangan moral kohlbergTahap perkembangan moral kohlberg
Tahap perkembangan moral kohlberg
 
Hakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi KurikulumHakikat dan Substansi Kurikulum
Hakikat dan Substansi Kurikulum
 
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasion...
Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasion...
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasar
 
Konsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpaduKonsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpadu
 

Semelhante a Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemTjoetnyak Izzatie
 
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemTjoetnyak Izzatie
 
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdfTT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdfAyu Imtyas Rusdiansyah
 
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docx
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docxTT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docx
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docxAyu Imtyas Rusdiansyah
 
Refleksi dan Kesimpulan
Refleksi dan KesimpulanRefleksi dan Kesimpulan
Refleksi dan KesimpulanSriAstutik31
 
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1Rery Novio
 
Pendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolahPendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolahHon Shan Shan
 
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia diniPerencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia diniSuraya Atika
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanAndriani Widi Astuti
 
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan InklusifRisa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusifrisa zakiatul
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Zufa Fauzia
 
Pendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptxPendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptxgumgumgumelar1
 
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..ppt
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..pptPendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..ppt
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..pptAmiraWidi
 
Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill).pptx
Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill).pptxPendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill).pptx
Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill).pptxAdam Superman
 
Belajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjasBelajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjasikka sukana
 
materi modul 5.ppt
materi modul 5.pptmateri modul 5.ppt
materi modul 5.ppttino911946
 

Semelhante a Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (20)

Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
 
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malemStrategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
Strategi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di mis mon malem
 
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdfTT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.pdf
 
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docx
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docxTT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docx
TT2 ABK_Ayu Imtyas Rusdiansyah_2b_858745338.docx
 
Refleksi dan Kesimpulan
Refleksi dan KesimpulanRefleksi dan Kesimpulan
Refleksi dan Kesimpulan
 
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
 
Pendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolahPendidikan khas kanak kanak prasekolah
Pendidikan khas kanak kanak prasekolah
 
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia diniPerencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan InklusifRisa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif
 
Pemulihan dan pengayaan
Pemulihan dan pengayaanPemulihan dan pengayaan
Pemulihan dan pengayaan
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Pendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptxPendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptx
 
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..ppt
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..pptPendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..ppt
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Orang..ppt
 
Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill).pptx
Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill).pptxPendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill).pptx
Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill).pptx
 
Belajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjasBelajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjas
 
Pemulihan dan pengayaan
Pemulihan dan pengayaanPemulihan dan pengayaan
Pemulihan dan pengayaan
 
materi modul 5.ppt
materi modul 5.pptmateri modul 5.ppt
materi modul 5.ppt
 

Mais de Dedy Wiranto

Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...Dedy Wiranto
 
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...Dedy Wiranto
 
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Dedy Wiranto
 
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis KompetensiMakalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis KompetensiDedy Wiranto
 
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Dedy Wiranto
 
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain Intruksional
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain IntruksionalMakalah Terminologi dan Implementasi Desain Intruksional
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain IntruksionalDedy Wiranto
 
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Dedy Wiranto
 
Karakteristik Media Pembelajaran
Karakteristik Media PembelajaranKarakteristik Media Pembelajaran
Karakteristik Media PembelajaranDedy Wiranto
 
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaMakalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
 
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieMakalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieDedy Wiranto
 
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Dedy Wiranto
 
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanMakalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
 
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDedy Wiranto
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususDedy Wiranto
 
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxMakalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxDedy Wiranto
 
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas KhususMakalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas KhususDedy Wiranto
 
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen Kurikulum
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen KurikulumMakalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen Kurikulum
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen KurikulumDedy Wiranto
 
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan KhususMakalah Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
 
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiMakalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiDedy Wiranto
 
Makalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan Nasional
Makalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan NasionalMakalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan Nasional
Makalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan NasionalDedy Wiranto
 

Mais de Dedy Wiranto (20)

Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...
 
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...
 
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
 
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis KompetensiMakalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
 
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...
 
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain Intruksional
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain IntruksionalMakalah Terminologi dan Implementasi Desain Intruksional
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain Intruksional
 
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
 
Karakteristik Media Pembelajaran
Karakteristik Media PembelajaranKarakteristik Media Pembelajaran
Karakteristik Media Pembelajaran
 
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaMakalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
 
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieMakalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
 
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”
 
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanMakalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
 
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian Moral
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
 
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxMakalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
 
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas KhususMakalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
 
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen Kurikulum
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen KurikulumMakalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen Kurikulum
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen Kurikulum
 
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan KhususMakalah Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
 
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiMakalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
 
Makalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan Nasional
Makalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan NasionalMakalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan Nasional
Makalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan Nasional
 

Último

PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdfMateri Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdfKamboja16
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxMata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxoperatorsttmamasa
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsHakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsBismaAdinata
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
1.3.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf
1.3.a.8  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf1.3.a.8  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf
1.3.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdfHeriyantoHeriyanto44
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 

Último (20)

PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdfMateri Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxMata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran HaditsHakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
Hakikat Penciptaan Manusia - Al-Quran Hadits
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
1.3.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf
1.3.a.8  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf1.3.a.8  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf
1.3.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 (Heriyanto).pdf
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 

Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

  • 1. HAKIKAT DAN FUNGSI PENDIDIKAN KELAS KHUSUS BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Mata Kuliah Pembelajaran Kelas Khusus Dosen Pengampu: Drs. Suripto, M.Si. Disusun oleh: DEDY WIRANTO 11024150010 ROMBEL 2 KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu, untuk mendorong kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem penilaian, sarana dan prasarana serta yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya media pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Seiring dengan perjalanan kehidupan sosial bermasyarakat, ada pandangan bahwa mereka anak-anak penyandang dissabilitas dianggap sebagai sosok individu yang tidak berguna, bahkan perlu diasingkan. Namun, seiring dengan perkembangan peradaban manusia, pandangan tersebut mulai berbeda. Keberadaannya mulai dihargai dan memiliki hak yang sama seperti anak normal lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa Negara memberikan jaminan sebenarnya kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa anak- anak berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak-anak normal lainnya dalam pendidikan. Hanya saja, jika ditinjau dari sudut pandang pendidikan, karena karakteristiknya yang berbeda dengan anak normal pada umumnya menyebabkan dalam proses pendidikannya mereka membutuhkan layanan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pendekatan khusus. Pemerintah sebagai faktor utama dalam membuat kebijaksanaan pendidikan mengupayakan program pemerataan pendidikan dengan penyelenggaraan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif adalah suatu kebijaksanaan pemerintah dalam mengupayakan pendidikan yang bisa dinikmati oleh setiap warga negara agar memperoleh pendidikan tanpa memandang anak berkebutuhan khusus dan anak normal agar bisa bersekolah dan memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas untuk masa depan hidupnya. 1
  • 4. Ruang lingkup media pendidikan inklusif sebaiknya mencakup semua jenis media pendidikan untuk semua peserta didik termasuk didalamnya anak berkebutuhan khusus, seperti: Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, Tunalaras, Tuna Wicara, Tunaganda, HIV/AIDS, Gifeted, Talented, Kesulitan Belajar, Lamban Belajar, Autis, Korban Penyalahgunaan Narkoba, Indigo, dan lain sebagainya. Dengan dilatarbelakangi hal tersebut maka dirasa perlu untuk mempelajari lebih mendalam tentang kajian pendidikan khusus dengan mengetahui hakikat dan fungsi pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apa pengertian pendidikan kelas khusus? 2. Bagaimana hakikat anak berkebutuhan khusus bagi anak berkebutuhan khusus? 3. Apa prinsip-prinsip dalam upaya mendidik anak berkebutuhan khusus? 4. Apa fungsi pendidikan kelas khusus? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah sbagai berikut: 1. Mengetahui pengertian pendidikan kelas khusus 2. Memahami hakikat anak berkebutuhan khusus bagi anak berkebutuhan khusus 3. Mengetahui prinsip-prinsip dalam upaya mendidik anak berkebutuhan khusus 4. Memahami fungsi pendidikan kelas khusus 2
  • 5. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pendidikan Kelas Khusus Pendidikan berkebutuhan khusus merupakan konsep atau pendekatan pendidikan yang berusaha menjangkau semua individu tanpa terkecuali (Herawati, 2016). Dalam Permendiknas No 70 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pendidikan berkebutuhan khusus merupakan sistem penyelenggarakan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. B. Hakikat Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya, tidak sama dengan mendidik anak normal, sebab selain memerlukan pendekatan yang khusus juga memerlukan strategi khusus (Herawati, 2016). Melalui pendendekatan dan strategi khusus diharapkan anak berebutuhan khusus : a. Menerima kondisinya b. Dapat melakukan sosialisasi dengan baik c. Mampu berjuang sesuai dengan kemampuannya d. Memiliki kemampuan yang sangat dibutuhkan e. Menyadari sebagai warga Negara dan anggota masyarakat C. Prinsip-Prinsip Dalam Upaya Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Utina (2014: 75) menyebutkan bahwa anak-anak yang berkebutuhan khusus, memerlukan suatu metode pembelajaran yang sifatnya khusus. Suatu pola gerak yang bervariasi, diyakini dapat meningkatkan potensi peserta didik dengan kebutuhan khusus dalam kegiatan pembelajaran (berkaitan dengan pembentukan fisik, emosi, sosialisasi, dan daya nalar). Esensi dari pola gerak yang mampu meningkatkan potensi diri anak berkebutuhan khusus adalah kreativitas. 3
  • 6. Selain itu, pengembangan prinsip-prinsip pendekatan secara khusus, yang dapat dijadikan dasar dalam upaya mendidik anak berkelainan, antara lain sebagai berikut: 1. Prinsip Kasih Sayang. Prinsip kasih Sayang pada dasarnya adalah menerima mereka sebagaimana adanya, dan mengupayakan agar mereka dapat menjalani hidup dan kehidupan dengan wajar, seperti layaknya anak normal lainnya. Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan untuk mereka: (a) tidak bersikap memanjakan, (b) tidak bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhannya, dan (c) memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan anak. 2. Prinsip Layanan Individual Pelayanan individual dalam rangka mendidik anak berkelainan perlu mendapatkan porsi yang besar, sebab setiap anak berkelainan dalam jenis dan derajat yang sama seringkali memiliki keunikan masalah yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan untuk mereka selama pendidikannya: (a) jumlah siswa yang dilayani guru tidak lebih dari 4-6 orang dalam setiap kelasnya, (b) pengaturan kurikulum dan jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel, (c) penataan kelas harus dirancang sedemikian rupa sehingga guru dapat menjangkau semua siswanya dengan mudah, dan (d) modifikasi alat bantu pengajaran. 3. Prinsip Kesiapan Untuk menerima suatu pelajaran tertentu diperlukan kesiapan. Khususnya kesiapan anak untuk mendapatkan pelajaran yang akan diajarkan, terutama pengetahuan prasyarat, baik prasyarat pengetahuan, mental dan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelajaran berikutnya. Contoh, anak tunagrahita sebelum diajarkan pelajaran menjahit perlu terlebih dahulu diajarkan bagaimana cara menusukkan jarum. Contoh lain anak berkelainan secara umum mempunyai kecenderungan cepat bosan dan cepat lelah apabila menerima pelajaran. Oleh karena itu guru, dalam kondisi ini tidak perlu member pelajaran baru, melainkan mereka diberikan kegiatan yang menyenangkan dan rileks, setelah segar kembali guru baru dapat melanjutkan memberikan pelajaran. 4
  • 7. 4. Prinsip Keperagaan Kelancaran pembelajaran pada anak berkelainan sangat didukung oleh penggunaan alat peraga sebagai medianya. Selain mempermudah guru dalam mengajar, fungsi lain dari penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran pada anak berkelainan, yakni mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan guru. Alat peraga yang digunakan untuk media sebaiknya diupayakan menggunakan benda tiruan atau minimal gambarnya. Misalnya mengenalkan macam binatang pada anak tunarungu dengan cara anak disuruh menempelkan gambar-gambarnya di papan flannel lebih baik daripada guru bercerita di depan kelas. Anak tunanetra yang diperkenalkan sosok buah belimbing, maka akan lebih baik jika dibawakan benda aslinya daripada tiruannya, sebab selain anak dapat mengenal bentuk dan ukuran, juga dapat mengenal rasanya. 5. Prinsip Motivasi Prinsip motivasi ini lebih menitikberatkan pada cara mengajar dan pemberian evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi anak yang berkelainan. Contoh, bagi anak tunanetra, mempelajari orientasi dan mobilitas yang ditekankan pada pengenalan suara binatang akan lebih menarik dan mengesankan jika mereka diajak ke kebun binatang. Bagi anak unagrahita, untuk menerangkan makanan empat sehat lima sempurna, barangkali akan lebih menarik jika diperagakan bahan aslinya kemudian diberikan kepada anak untuk dimakan, daripada hanya berupa gambargambar saja. 6. Prinsip Belajar dan Bekerja Kelompok Arah penekanan prinsip belajar dan bekerja kelompok sebagai salah satu dasar mendidik anak berkelainan, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat bergaul dengan masyarakat lingkungannya, tanpa harus merasa rendah diri atau minder dengan orang normal. Oleh karena itu, sifat egosentris atau egoistis pada anak tunarungu karena tidak menghayati perasaan, agresif, dan destruktif pada anak tunalaras perlu diminimalkan atau dihilangkan melalui belajar dan bekerja kelompok. Melalui kegiatan tersebut diharapkan mereka dapat memahami bagaimana cara bergaul dengan orang lain secara baik dan wajar. 7. Prinsip Ketrampilan Pendidikan ketrampilan yang diberikan kepada anak berkelainan, selain berfungsi selektif, edukatif, rekreatif dan terapi, juga dapat dijadikan sebagai bekal dalam kehidupannya kelak. Selektif berarti untuk 5
  • 8. mengarahkan minat, bakat, ketrampilan dan perasaan anak berkelainan secara tepat guna. Edukatif berarti membimbing anak berkelainan untuk berpikir logis, berperasaan halus dan kemampuan untuk bekerja. Rekreatif berarti unsure kegiatan yang diperagakan sangat menyenangkan bagi anak berkelainan. Terapi berarti aktivitas ketrampilan yang diberikan dapat menjadi salah satu sarana habilitasi akibat kelainan atau ketunaan yang disandangnya. 8. Prinsip Penanaman dan Penyempurnaan Sikap Secara fisik dan psikis sikap anak berkelainan memang kurang baik sehingga perlu diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik serta tidak selalu menjadi perhatian orang lain. Misalnya blindism pada tunanetra, yaitu kebiasaan menggoyang-goyangkan kepala ke kiri- kanan, atau menggoyang-goyangkan badan secara tidak sadar, atau anak tunarungu memiliki kecenderungan rasa curiga pada orang lain akibat ketidakmampuannya menangkap percakapan orang lain, dan lain-lain. D. Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Dalam Alimin (2010) dijelaskan bahwa pendidikan kebutuhan khusus sebagai disiplin ilmu mempunyai tiga fungsi yaitu: (1) Fungsi preventif, (2) Fungsi kompensasai, (3) Fungsi intervensi. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Fungsi Preventif Fungsi preventif adalah upaya pencegahan agar tidak muncul hambatan belajar dan hambatan perkembangan akibat dari kebutuhan khusus tertentu. Hambatan belajar pada anak dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu: (a) akibat faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengalami hambatan belajar karena bisa disebabkan oleh kurikulum yang terlalu padat, kesalahan guru dalam mengajar, anak yang terpaksa harus bekerja mencari nafkah, trauma karena bencana alam/perang, anak yang diperlakukan kasar di rumah dsb. Fungsi preventif pendidikan kebutuhan khusus adalah mencegah agar faktor- faktor lingkungan tidak menyebabkan munculnya hambatan belajar, (b) akibat faktor dari dalam diri anak itu sendiri. Misalnya seorang anak yang kehilangan fungsi penglihatan atau kehilangan fungsi pendengaran yang dibawa sejak lahir, kondisi seperti itu dipandang sebagai hambatan belajar yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Fungsi preventif pendidikan kebutuhan khusus dalam hubungannya dengan kondisi seperti ini adalah mencegah agar kehilangan fungsi 6
  • 9. penglihatan atau pendengaran itu tidak berdampak buruk dan lebih luas kepada aspek-aspek perkembangan dan kepribadian anak, (c) interaksi antara faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri anak. Misalnya seorang anak yang kehilangan fungsi pendengaran dan secara bersamaan anak ini hidup dalam lingkungan keluarga yang tidak memberikan kasih sayang yang cukup, sehingga anak ini mengalami hambatan belajar yang disebabkan oleh faktor dirinya sendiri (kehilangan fungsi pendengaran) dan akibat faktor eksternal lingkungan. Fungsi preventif pendidikan kebutuhan khusus dalam konteks seperti ini adalah melokalisir dampak dari kehilangan fungsi pendengaran dan secara bersamaan menciptakan lingkungnan yang dapat memenuhi kebutuhan anak akan kasih sayang yang mungkin tidak diperoleh di lingkungan keluarganya. 2. Fungsi Intervensi Kata intervensi dapat diartikan sebagai upaya menangani hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang sudah terjadi pada diri anak. Misalnya seorang anak mengalami gangguan dalam perkembangan kecerdasan/kognitif sehingga ia mengalami kesulitan dalam belajar secara akademik. Fungsi intervensi pendidikan kebutuhan khusus adalah upaya menangani anak agar dapat mencapai perkembangan optimum sejalan dengan potensi yang dimilikinya. Contoh lain, seorang anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan motorik (misalnya: cerebral palsy). Akibat dari gangguan motorik ini anak dapat mengalami kesulitan dalam bergerak dan mobilitas, sehingga akitivitasnya sangat terbatas. Fungsi intervensi pendidikan kebutuhan khusus dalam konteks ini adalah menciptakan lingkungan yang memungkin anak dapat belajar secara efektif, sehingga dapat mencapai perkembangan optimum sejalan dengan potensi yang dimilikinya. Dengan kata lain fungsi intervensi tidak dimaksudkan supaya anak yang mengalami kehilangan fungsi pendengaran agar dapat mendengar, tetapi dalam keadaan tidak dapat mendengar mereka tetap dapat belajar, bekerja dan hidup secara wajar bersama dengan orang lain dalam lingkungannya. Inilah yang disebut dengan coping, artinya anak dapat berkembang optimum dengan kondisi yang dimilikinya. 3. Fungsi Kompensasi 7
  • 10. Pengertian kompensasi dalam kontek pendididikan kebutuhan khusus diartikan sebagai upaya pendidikan untuk menggantikan fungsi yang hilang atau mengalami hambatan dengan fungsi yang lain. Seorang anak yang kehilangan fungsi penglihatan akan sangat kesulitan untuk belajar atau bekerja jika berhubungan dengan penggunaan fungsi penglihatan. Oleh karena itu kehilangan fungsi penglihatan dapat dialihkan/dikompensasikan kepada fungsi lain misalnya perabaan dan pendengaran. Salah satu bentuk kompensasi pada orang yang kehilangan penglihatan adalah pengunaan tulisan braille. Seorang tunanetra akan dapat membaca dan menulis dengan menggunakan fungsi perabaan. Seorang yang kehilangan fungsi pendengaran akan mengalami kesulitan dalam perkembangan keteramilan berbahasa, dan oleh sebab itu akan terjadi hambatan dalam interaksi dan komunikasi. Bentuk kompensasi dari adanya hambatan dalam interaksi dan komunikasi pada orang yang kehilangan fungsi pendengaran adalah pengunaan bahasa isyarat. Dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat fungsi penglihatan sangat berperan sebagai kompensasi dari fungsi pendengaran. Contoh lain jika di sekolah ada seorang anak yang mengalami hambatan dalam penggunaan fungsi motorik, ia akan sangat mengalami kesulitan dalam hal menulis. Ketika misalnya anak tersebut akan mengikuti ujian maka dapat dilakukan tindakan kompensasi dengan tidak mengikuti ujian secara tertulis melainkan dengan ujian lisan. Dalam hal aktivitas belajar, anak itu tidak dituntut untuk mencatat apa yang mereka pelajari tetapi dapat menggunakan cara lain misalnya menggunakan tape recorder atau apa yang akan dijelaskan oleh guru diberikan dalam bentuk teks. Melalui upaya kompensasi, anak akan tetap dapat mengikuti akitivtas belajar seperti yang dilakukan oleh anak lainya dengan cara-cara yang dimodifikasi dan diseuiakan dengan mengganti fungsi yang hilang/ tidak berkembang dengan fungsi lainnya yang masih utuh. BAB III 8
  • 11. PENUTUP A. Simpulan Anak Berkebutuhan Khusus adalah individu yang seharusnya mendapatkan hak belajar yang sama dengan anak-anak normal lainnya. Hal ini ditegaskan dalam UU RI yang menyatakan bahwa: Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat1); Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan/atau social berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 2); Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 3). Dengan demikian anak-anak yang memiliki keterbatasan, bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dan tentunya hal ini tidak lepas dari keterlibatan yang harmonis antara pemerintah, guru, masyarakat dan orangtua. Anak-anak yang memiliki keterbatasan ini bukanlah anak-anak “aneh” yang hanya dijadikan tontonan atau anak-anak yang di “nomor duakan” dalam mengenyam pendidikan, yang sebenarnya sudah menjadi haknya sebagai manusia. Dengan memberikan kesempatan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus untuk bergaul dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, baik itu di lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat akan menumbuhkan harga diri dan motivasi untuk terus menggali bakat dan mengembangkan kemampuannya seperti halnya anak-anak yang normal. Mereka membutuhkan pendampingan dari orang dewasa untuk menuntun mereka kearah kehidupan yang lebih baik. B. Saran Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan sekolah inklusif sehingga anak yang berkebutuhan khusus yang berbakat dapat menyakurkan bakat mereka. Pemerintah juga harus mensosialisasikan adanya sekolah inklusif agar sekolah inklusif diketahui keberadaanya, dan masyarakat tidak lagi meremehkan sekolah inklusif bahwa anak-anak inklusif juga bisa berprestasi layaknya anak normal. DAFTAR PUSTAKA 9
  • 12. Alimin, Z. 2010. Reorientasi Pendidikan Khusus/Plb (Special Education) Ke Pendidikan Kebutuhan Khusus (Special Needs Eucation) Usaha Mencapai Pendidikan Untuk Semua. Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus, 3 (1), 52-63. Herawati, N. 2016. Pendidikan Inklusif. Received from http://ejournal.upi.edu/index.php/eduhumaniora/article/viewFile/27 55/1795. Diunduh pada 9 Maret 2017 pukul 07.48 WIB. Utina, S. 2014. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. 2(1), 72-78. 10