SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
BAB I

                                   PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
        Salah satu proses penting dalam radiografi adalah prosedur pengolahan yang
   mengubah gambaran laten yang diciptakan oleh x-ray menjadi gambar radiografi.
   Prosedur ini memerlukan bantuan dari cairan kimia fotografi. Bidang teknologi
   radiologi    terus    berkembang      menjadi     lebih   otomatis    dan    mekanis
   untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan tingkat beban kerja yang terus meningkat
   diklinik atau instalasi radiologi . Selama jumlah hasil rontgen yang diproduksi setiap
   hari meningkat, metode pengolahan film-film ini lebih cepat menjadi sebuah kebutuhan.
   Akibatnya, prosesor otomatis telah berkembang dari prose smanual dan sekarang
   digunakan banyak rumah sakit. Proses pengolahan otomatis menyediakan sarana
   pengolahan kualitas film secara lebih tepat waktu. Peralatan tersebut sangat kompleks
   dan proses ini jauh lebih bersih.


B. Rumusan Masalah
   1.   Apa sajakah jenis Processing film rontgen?
   2.   Apa sajakah tahap-tahap dari pengolahan film?
   3.   Bagaimanakah cara kerja prosessing otomatis?


C. Tujuan
   1.   Mengetahui jenis processing film rontgen.
   2.   Mengetahui tahap-tahap pengolahan film x-ray.
   3.   Mengetahui cara kerja dari processing otomatis.




                                                                                       1
BAB II

                                   PEMBAHASAN



A. Jenis-jenis Prosessing
    1. Automatic processing
       Dalam processing automatic hampir sama dengan processing manual hanya
       perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses rinsing ( pembilasan ),
       menggunakan tenaga mesin.


    2. Manual processing
       Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa proses yaitu :
       Developer ( pembangkitan ) ; Rinsing ( pembilasan ) ; Fixing ( penetapan ) ;
       Washing ( pencucian ) ; dan Drying ( pengeringan ).


B. Tahap Pengolahan Film
        Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya adalah film
    tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar diperoleh gambaran
    radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari
    pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian
    (washing), dan pengeringan (drying).
    1. Developing
       a. Sifat dasar
              Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap
        ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan
        adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat
        penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
        bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran
        tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam
        penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas
        cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan
        tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan
        laten pada film.


                                                                                        2
b. Bayangan laten (latent image)
      Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative
(AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film
mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide
yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan
cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck)
sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak
positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak
positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan
laten yang gambarannya bersifat tidak tampak. Kejadian ini tergambar melalui
reaksi kimia sebagai berikut:
      AgBr Ag + + Br -
      Br - + radiasi Br - + e –
      SS + e - SS -
      SS - + Ag + Ag


Larutan developer terdiri dari:
   Developing Agent ( Reducing Agent )
   Bahan yang digunakan sodium hidrosulfit, hidrogen peroksida,formal dehid dan
   vit.C.Berfungsi sebagai reducing agent,memroduksi perak bromida menjadi
   perak metalik.Bersifat basa lemah dan ph 11,5.Zat yang digunakan pada
   developer yaitu methol dan hidroquinon.
   Accelarator
   Berfungsi     untuk    mempercepat     proses    pembangkitan.     Cara     kerja
   mengembangkan emulsi film sehingga mudah ditembus oleh developing agent.
   Restreiner
   Berfungsi untuk menahan reduksi yang berlebihan terutama pada kristal AgBr
   pada film yang tidak tereksposi.
   Presorvatif
   Untuk menangkal pengaruh oksigen.
   Solvent
   Berfungsi sebagai pelarut.



                                                                                  3
Faktor-faktor penting dalam penggunaan developer:
      a. Suhu / temperature.
      b. Agitasi yaitu proses / gerakan menggoyangkan film selam proses
         pembangkitan.
      c. Keadaan developer.


2. Rinsing ( pembilasan )
      Pada tahap rinsing / pembilasan digunakan air dengan ph netral yaitu ph 7 untuk
   menghilangkan cairan developer yang masih menempel pada film yang bersifat basa
   dan masuk pada tahap selanjutnya pada ph asam.


3. Fixing ( penetapan )
      Mempunyai tujuan :
          Menghentikan proses pembamgkitan sehingga tidak ada lagi perubahan
          bayangan pada film
          Untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena eksposi sehingga pada
          bagian yang tidak terkena eksposi akan tampak bening
          Menyamak emulsi AgBr agar tidak menjadi rusak


      Komposisi dari fixer :
          Fixing agent yaitu untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena
          eksposi.Bahan dari fixer sodium theosuphate dan amonium theosulphat
          Asam ( acid ) Yaitu untuk menghentikan aksi dari developer secara cepat /
          merata     Stabiliser ( presorvatif )
          Buffer
          Hardener


4. Washing (pencucian)
      Bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan yang diperoleh selama penetapan
   dengan suhu 250C.Waktu standar proses washing 10 menit.


5. Drying (pengeringan)
      Temperatur yang digunakan 400C - 500C dengan kelembapan yang rendah.

                                                                                   4
C. Automatic Processing
       Pengolahan film secara otomatis dengan menggunakan mesin pengolahan film
   untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang tadinya dikerjakan oleh manusia.
       Alasan digunakan automatic processing:
       1. Pengolahan film bisa dilakukan dengan cepat , paling lama 120 detik dan paling
           cepat 90 detik
       2. Pekerjaan dilakukan lebih praktis dan bersih
       3. Pengolahan film mempunyai waktu yang standar
       4. Kamar gelap yang digunakan relatif kecil
       5. Serta biaya yang digunakan lebih terjangkau


       Tahapan pengolahan film melalui automatic processing hampir sama dengan
   pengolahan film secara manual, pada automatic processing tidak ada tahapan rinsing
   seperti pada processing manual karena telah digantikan oleh roller. Tahapan pengolahan
   film secara automatic : Developer,fixer,washing,drying.


    1. Sistem Transportasi Roler
          Sistem roler transportasi terdiri dari, penggerak utama, dan sejumlah roler
       penggerak film pada tangki cairan.




                                                                                       5
a. Ketika film ini ditempatkan di baki dua roler menarik film tersebut ke dalam
     mesin. Sebuah tombol mikro biasanya digunakan sebagai alat pengaman
     untuk memperingatkan operator ketika lebih dari satu film ditempatkan dalam
     mesin pada saat yang sama. Juga, saklar mikro akan aktif ketika sistem sedang
     beroperasi.
  b. Film ini bergerak sirkuler melalui jalurnya dan vertikal ke bawah masuk
     kedalam cairan developer melalui serangkaian roler menyusun mengitari
     susunan roler lalu bergerak vertikal ke atas, melewati rol yang lain.
     Bergerak dengan cara yang sama melalui bahan kimia.
  c. Roler bergerak melewati rangkaian roler melalui poros penggerak utama
     dijalankan oleh motor penggerak. Melalui serangkaian roda gigi, gir,
     gerak mekanik yang diberikan kepada rol dari penggerak utama.


2. Pengoperasian Prosesing Otomatis
     a. Awal Pengoperasian:
     -   Buka kran air pembilas dan katup tangki pengisian.
     -   Hidupkan semua saklar.
     -   Biarkan 15 menit untuk pemanasan cairan.
     -   Buka penutup prosesing. Putar roda gigi dan bersihkan rol dengan spons
         basah atau kain. Lap rol stainless steel dan pelat developer. Hal ini harus
         dilakukan setiap kali telah mesin dioperasikan cukup lama untuk bahan kimia
         yang mengering pada roller.
     -   Periksa permukaan dalam tangki prosesing dan tangki pengisian.Periksa
         aliran air pembersih.
     -   Periksa filer air.
     -   Masukkan film kedalam prosesing dan sesuaikan ukuran aliran untuk tingkat
         pengisian yang benar.
     -   Pasang kembali penutup prosesing lalu periksa rangkaian rol pengering.
     -   Pastikan semua penutup dan panel di tempatnya.
     -   Jalankan film pembersih untuk membersihkan roler, yang terendam cairan.
         Jangan menggunakan kain pembersih.
     -   Pastikan developer dan air pembersih telah stabil pada suhu yang tepat.




                                                                                   6
b. Feeding Film:
-   Tempat film di tray input prosesing dan dorong sampai rolermenariknya.
    (Lihat rekomendasi pabrik untuk petunjuk lengkapnya).
-   Ketika indikator bunyi berbunyi, tandanya prosesing siap diisi dengan film
    lain.


c. Selama Operasi:
-   Lihat pengisian dan aliran air sesekali.
-   Lihat air pembersih dan termometer developer sesekali.


d. Menghentikan:
-   Matikan semua switch.
-   Buka cover dan bersihkan dengan spons basah atau kain. Gunakanalas bukan
    logam untuk kotoran membandel dan bahan kimia.
-   Bersihkan rol stainless stell dan periksa bahwa putaran roller bebasdari noda
    dan kemudian pasang penutupnya.
-   Bersihkan roller pengering.
-   Siram bak di bawah tangki cairan.
-   Lap zat kimia yang menempel pada processing.
-   Matikan air pembersih.
-   Untuk mencegah berkarat, biarkan tutup pengering dan prosesingterbuka
    sedikit ketika mesin tidak berjalan.


e. Posisi diam:
-   Untuk mengatasi pekerjaan darurat pada malam hari atau selamamasa-masa
    sepi lainnya, biarkan hanya tombol pemanas dan pengering tetap menyala..
    Kemudian, ketika switch lain diaktifkan,mesin siap untuk memproses.
-   Juga biarkan katup terbuka pada saat air pembilas dingin mengisiuntuk
    penggantian air yang panasnva.
-   Untuk menghemat waktu, putar switch lainnya sebelum memprosesfilm.




                                                                               7
f. Melepaskan Film Tersumbat
-   Lembar film:
    o Biarkan prosesing tetap menyala
    o Buka penutup prosesing di depan tumpukan film
    o Lepaskan film pada titik itu untuk menghindari lagi film yangmenumpuk.
        Masukan film ke dalam tangki berisi air untuk mencegah film saling
        menempel.
    o Atasi      film    tersumbat.    Matikan   sirkulasi,   jika   susunan   roler
        telahdipindahkan.
    o Lepaskan film di dalam susunan roler yang dekat dengan titik sumbatan.
    o Menentukan penyebab sumbatan dan memperbaiki sumbatan.


-   Roll film
    o Matikan prosesing
    o Potong film
    o Bersihkan film dari rangkaian rolerg


-   Ukuran waktu pemrosesan
    o Jumlah waktu yang dibutuhkan fil melewati proses pencucian
        denganrentang waktu antara45-210second
    o Jenis     film,    temperature   dan   ukuran    replenishmen    menentukan
        waktupemrosesan. Table ukuran waktu pemrosesan pada tiap cairan dan
        pengering: Waktu PemrosesanDeveloper 20-25secsFixer 20 secsWash 20
        secsdryer 25-30 secs.




                                                                                  8
BAB III

                                    KESIMPULAN



1. Jenis prosessing yaitu:
     a. Automatic processing: Dalam processing automatic hampir sama dengan
        processing manual hanya perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses
        rinsing (pembilasan) , menggunakan tenaga mesin.
     b. Manual processing: Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa
        proses yaitu : Developer, Rinsing, Fixing, Washing, dan Drying.
2. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing),
    pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan
    (drying).
3. Tahapan pengolahan film melalui automatic processing hampir sama dengan
    pengolahan film secara manual, pada automatic processing tidak ada tahapan rinsing
    seperti pada processing manual karena telah digantikan oleh roller. Tahapan pengolahan
    film secara automatic : Developer,fixer,washing,drying.




                                                                                        9
DAFTAR PUSTAKA

http://google.com

http://id.wikipedia.org/wiki/processing-film-rontgen




                                                       10

More Related Content

What's hot

Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricNona Zesifa
 
Radiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiRadiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiNona Zesifa
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)Nona Zesifa
 
Uji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiUji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiAmalia Annisa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenumppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag DuodenumNona Zesifa
 
PPT Digital Radiography
PPT Digital RadiographyPPT Digital Radiography
PPT Digital RadiographyIvan Kurnia
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Nona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalNona Zesifa
 
Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiWira Kusuma
 
Teknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 TomografiTeknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 TomografiNona Zesifa
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografiNona Zesifa
 
Angiografi.
Angiografi.Angiografi.
Angiografi.jaaaw9
 
Penggunaan media kontras
Penggunaan media  kontrasPenggunaan media  kontras
Penggunaan media kontrasIch Bin Fandy
 
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Putri Nugraheni
 
Makalah Digital Radiography
Makalah Digital RadiographyMakalah Digital Radiography
Makalah Digital RadiographyIvan Kurnia
 

What's hot (20)

Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 Pediatric
 
Faktor Geometrik
Faktor GeometrikFaktor Geometrik
Faktor Geometrik
 
Radiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 SubstraksiRadiofotografi 2 Substraksi
Radiofotografi 2 Substraksi
 
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
ppt Aplikasi pengolahan citra digital pada modalitas digital radiography (DR)
 
Uji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografiUji kebocoran kaset radiografi
Uji kebocoran kaset radiografi
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenumppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Oesofagus Maag Duodenum
 
PPT Digital Radiography
PPT Digital RadiographyPPT Digital Radiography
PPT Digital Radiography
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracalppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
ppt kritisi dan evaluasi radiograf Cervical dan thoracal
 
Bahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografiBahan kontras radiografi
Bahan kontras radiografi
 
Appendicografi
AppendicografiAppendicografi
Appendicografi
 
Teknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 TomografiTeknik Radiografi 2 Tomografi
Teknik Radiografi 2 Tomografi
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
 
Angiografi.
Angiografi.Angiografi.
Angiografi.
 
Penggunaan media kontras
Penggunaan media  kontrasPenggunaan media  kontras
Penggunaan media kontras
 
Training Radiasi
Training RadiasiTraining Radiasi
Training Radiasi
 
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
 
Makalah Digital Radiography
Makalah Digital RadiographyMakalah Digital Radiography
Makalah Digital Radiography
 
Ivp
Ivp Ivp
Ivp
 
Proteksi radiasi
Proteksi radiasiProteksi radiasi
Proteksi radiasi
 

More from Amalia Annisa

Problem behavior theory
Problem behavior theoryProblem behavior theory
Problem behavior theoryAmalia Annisa
 
Standar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologiStandar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologiAmalia Annisa
 
Patofisiologi sistem gerak
Patofisiologi sistem gerakPatofisiologi sistem gerak
Patofisiologi sistem gerakAmalia Annisa
 
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatPengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatAmalia Annisa
 
temporo mandibular joint
temporo mandibular jointtemporo mandibular joint
temporo mandibular jointAmalia Annisa
 

More from Amalia Annisa (8)

Problem behavior theory
Problem behavior theoryProblem behavior theory
Problem behavior theory
 
Standar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologiStandar pelayanan radiologi
Standar pelayanan radiologi
 
Patofisiologi sistem gerak
Patofisiologi sistem gerakPatofisiologi sistem gerak
Patofisiologi sistem gerak
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakatPengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
Pengantar ilmu perilaku kesehatan masyarakat
 
Sterilisator
SterilisatorSterilisator
Sterilisator
 
Sterilisator
SterilisatorSterilisator
Sterilisator
 
temporo mandibular joint
temporo mandibular jointtemporo mandibular joint
temporo mandibular joint
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 

Prosessing otomatis radiografi

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu proses penting dalam radiografi adalah prosedur pengolahan yang mengubah gambaran laten yang diciptakan oleh x-ray menjadi gambar radiografi. Prosedur ini memerlukan bantuan dari cairan kimia fotografi. Bidang teknologi radiologi terus berkembang menjadi lebih otomatis dan mekanis untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan tingkat beban kerja yang terus meningkat diklinik atau instalasi radiologi . Selama jumlah hasil rontgen yang diproduksi setiap hari meningkat, metode pengolahan film-film ini lebih cepat menjadi sebuah kebutuhan. Akibatnya, prosesor otomatis telah berkembang dari prose smanual dan sekarang digunakan banyak rumah sakit. Proses pengolahan otomatis menyediakan sarana pengolahan kualitas film secara lebih tepat waktu. Peralatan tersebut sangat kompleks dan proses ini jauh lebih bersih. B. Rumusan Masalah 1. Apa sajakah jenis Processing film rontgen? 2. Apa sajakah tahap-tahap dari pengolahan film? 3. Bagaimanakah cara kerja prosessing otomatis? C. Tujuan 1. Mengetahui jenis processing film rontgen. 2. Mengetahui tahap-tahap pengolahan film x-ray. 3. Mengetahui cara kerja dari processing otomatis. 1
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Jenis-jenis Prosessing 1. Automatic processing Dalam processing automatic hampir sama dengan processing manual hanya perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses rinsing ( pembilasan ), menggunakan tenaga mesin. 2. Manual processing Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa proses yaitu : Developer ( pembangkitan ) ; Rinsing ( pembilasan ) ; Fixing ( penetapan ) ; Washing ( pencucian ) ; dan Drying ( pengeringan ). B. Tahap Pengolahan Film Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya adalah film tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar diperoleh gambaran radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying). 1. Developing a. Sifat dasar Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film. 2
  • 3. b. Bayangan laten (latent image) Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak. Kejadian ini tergambar melalui reaksi kimia sebagai berikut: AgBr Ag + + Br - Br - + radiasi Br - + e – SS + e - SS - SS - + Ag + Ag Larutan developer terdiri dari: Developing Agent ( Reducing Agent ) Bahan yang digunakan sodium hidrosulfit, hidrogen peroksida,formal dehid dan vit.C.Berfungsi sebagai reducing agent,memroduksi perak bromida menjadi perak metalik.Bersifat basa lemah dan ph 11,5.Zat yang digunakan pada developer yaitu methol dan hidroquinon. Accelarator Berfungsi untuk mempercepat proses pembangkitan. Cara kerja mengembangkan emulsi film sehingga mudah ditembus oleh developing agent. Restreiner Berfungsi untuk menahan reduksi yang berlebihan terutama pada kristal AgBr pada film yang tidak tereksposi. Presorvatif Untuk menangkal pengaruh oksigen. Solvent Berfungsi sebagai pelarut. 3
  • 4. Faktor-faktor penting dalam penggunaan developer: a. Suhu / temperature. b. Agitasi yaitu proses / gerakan menggoyangkan film selam proses pembangkitan. c. Keadaan developer. 2. Rinsing ( pembilasan ) Pada tahap rinsing / pembilasan digunakan air dengan ph netral yaitu ph 7 untuk menghilangkan cairan developer yang masih menempel pada film yang bersifat basa dan masuk pada tahap selanjutnya pada ph asam. 3. Fixing ( penetapan ) Mempunyai tujuan : Menghentikan proses pembamgkitan sehingga tidak ada lagi perubahan bayangan pada film Untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena eksposi sehingga pada bagian yang tidak terkena eksposi akan tampak bening Menyamak emulsi AgBr agar tidak menjadi rusak Komposisi dari fixer : Fixing agent yaitu untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena eksposi.Bahan dari fixer sodium theosuphate dan amonium theosulphat Asam ( acid ) Yaitu untuk menghentikan aksi dari developer secara cepat / merata Stabiliser ( presorvatif ) Buffer Hardener 4. Washing (pencucian) Bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan yang diperoleh selama penetapan dengan suhu 250C.Waktu standar proses washing 10 menit. 5. Drying (pengeringan) Temperatur yang digunakan 400C - 500C dengan kelembapan yang rendah. 4
  • 5. C. Automatic Processing Pengolahan film secara otomatis dengan menggunakan mesin pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang tadinya dikerjakan oleh manusia. Alasan digunakan automatic processing: 1. Pengolahan film bisa dilakukan dengan cepat , paling lama 120 detik dan paling cepat 90 detik 2. Pekerjaan dilakukan lebih praktis dan bersih 3. Pengolahan film mempunyai waktu yang standar 4. Kamar gelap yang digunakan relatif kecil 5. Serta biaya yang digunakan lebih terjangkau Tahapan pengolahan film melalui automatic processing hampir sama dengan pengolahan film secara manual, pada automatic processing tidak ada tahapan rinsing seperti pada processing manual karena telah digantikan oleh roller. Tahapan pengolahan film secara automatic : Developer,fixer,washing,drying. 1. Sistem Transportasi Roler Sistem roler transportasi terdiri dari, penggerak utama, dan sejumlah roler penggerak film pada tangki cairan. 5
  • 6. a. Ketika film ini ditempatkan di baki dua roler menarik film tersebut ke dalam mesin. Sebuah tombol mikro biasanya digunakan sebagai alat pengaman untuk memperingatkan operator ketika lebih dari satu film ditempatkan dalam mesin pada saat yang sama. Juga, saklar mikro akan aktif ketika sistem sedang beroperasi. b. Film ini bergerak sirkuler melalui jalurnya dan vertikal ke bawah masuk kedalam cairan developer melalui serangkaian roler menyusun mengitari susunan roler lalu bergerak vertikal ke atas, melewati rol yang lain. Bergerak dengan cara yang sama melalui bahan kimia. c. Roler bergerak melewati rangkaian roler melalui poros penggerak utama dijalankan oleh motor penggerak. Melalui serangkaian roda gigi, gir, gerak mekanik yang diberikan kepada rol dari penggerak utama. 2. Pengoperasian Prosesing Otomatis a. Awal Pengoperasian: - Buka kran air pembilas dan katup tangki pengisian. - Hidupkan semua saklar. - Biarkan 15 menit untuk pemanasan cairan. - Buka penutup prosesing. Putar roda gigi dan bersihkan rol dengan spons basah atau kain. Lap rol stainless steel dan pelat developer. Hal ini harus dilakukan setiap kali telah mesin dioperasikan cukup lama untuk bahan kimia yang mengering pada roller. - Periksa permukaan dalam tangki prosesing dan tangki pengisian.Periksa aliran air pembersih. - Periksa filer air. - Masukkan film kedalam prosesing dan sesuaikan ukuran aliran untuk tingkat pengisian yang benar. - Pasang kembali penutup prosesing lalu periksa rangkaian rol pengering. - Pastikan semua penutup dan panel di tempatnya. - Jalankan film pembersih untuk membersihkan roler, yang terendam cairan. Jangan menggunakan kain pembersih. - Pastikan developer dan air pembersih telah stabil pada suhu yang tepat. 6
  • 7. b. Feeding Film: - Tempat film di tray input prosesing dan dorong sampai rolermenariknya. (Lihat rekomendasi pabrik untuk petunjuk lengkapnya). - Ketika indikator bunyi berbunyi, tandanya prosesing siap diisi dengan film lain. c. Selama Operasi: - Lihat pengisian dan aliran air sesekali. - Lihat air pembersih dan termometer developer sesekali. d. Menghentikan: - Matikan semua switch. - Buka cover dan bersihkan dengan spons basah atau kain. Gunakanalas bukan logam untuk kotoran membandel dan bahan kimia. - Bersihkan rol stainless stell dan periksa bahwa putaran roller bebasdari noda dan kemudian pasang penutupnya. - Bersihkan roller pengering. - Siram bak di bawah tangki cairan. - Lap zat kimia yang menempel pada processing. - Matikan air pembersih. - Untuk mencegah berkarat, biarkan tutup pengering dan prosesingterbuka sedikit ketika mesin tidak berjalan. e. Posisi diam: - Untuk mengatasi pekerjaan darurat pada malam hari atau selamamasa-masa sepi lainnya, biarkan hanya tombol pemanas dan pengering tetap menyala.. Kemudian, ketika switch lain diaktifkan,mesin siap untuk memproses. - Juga biarkan katup terbuka pada saat air pembilas dingin mengisiuntuk penggantian air yang panasnva. - Untuk menghemat waktu, putar switch lainnya sebelum memprosesfilm. 7
  • 8. f. Melepaskan Film Tersumbat - Lembar film: o Biarkan prosesing tetap menyala o Buka penutup prosesing di depan tumpukan film o Lepaskan film pada titik itu untuk menghindari lagi film yangmenumpuk. Masukan film ke dalam tangki berisi air untuk mencegah film saling menempel. o Atasi film tersumbat. Matikan sirkulasi, jika susunan roler telahdipindahkan. o Lepaskan film di dalam susunan roler yang dekat dengan titik sumbatan. o Menentukan penyebab sumbatan dan memperbaiki sumbatan. - Roll film o Matikan prosesing o Potong film o Bersihkan film dari rangkaian rolerg - Ukuran waktu pemrosesan o Jumlah waktu yang dibutuhkan fil melewati proses pencucian denganrentang waktu antara45-210second o Jenis film, temperature dan ukuran replenishmen menentukan waktupemrosesan. Table ukuran waktu pemrosesan pada tiap cairan dan pengering: Waktu PemrosesanDeveloper 20-25secsFixer 20 secsWash 20 secsdryer 25-30 secs. 8
  • 9. BAB III KESIMPULAN 1. Jenis prosessing yaitu: a. Automatic processing: Dalam processing automatic hampir sama dengan processing manual hanya perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses rinsing (pembilasan) , menggunakan tenaga mesin. b. Manual processing: Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa proses yaitu : Developer, Rinsing, Fixing, Washing, dan Drying. 2. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying). 3. Tahapan pengolahan film melalui automatic processing hampir sama dengan pengolahan film secara manual, pada automatic processing tidak ada tahapan rinsing seperti pada processing manual karena telah digantikan oleh roller. Tahapan pengolahan film secara automatic : Developer,fixer,washing,drying. 9