Bab I membahas latar belakang proses pengolahan film rontgen, rumusan masalah, dan tujuan penelitian. Bab II membahas jenis proses pengolahan film, tahapan pengolahan, dan cara kerja proses otomatis. Bab III menyimpulkan bahwa terdapat dua jenis proses pengolahan film yaitu manual dan otomatis, tahapan pengolahan meliputi pembangkitan, penetapan, pencucian, dan pengeringan, serta proses otomatis menggunak
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
Prosessing otomatis radiografi
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu proses penting dalam radiografi adalah prosedur pengolahan yang
mengubah gambaran laten yang diciptakan oleh x-ray menjadi gambar radiografi.
Prosedur ini memerlukan bantuan dari cairan kimia fotografi. Bidang teknologi
radiologi terus berkembang menjadi lebih otomatis dan mekanis
untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan tingkat beban kerja yang terus meningkat
diklinik atau instalasi radiologi . Selama jumlah hasil rontgen yang diproduksi setiap
hari meningkat, metode pengolahan film-film ini lebih cepat menjadi sebuah kebutuhan.
Akibatnya, prosesor otomatis telah berkembang dari prose smanual dan sekarang
digunakan banyak rumah sakit. Proses pengolahan otomatis menyediakan sarana
pengolahan kualitas film secara lebih tepat waktu. Peralatan tersebut sangat kompleks
dan proses ini jauh lebih bersih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah jenis Processing film rontgen?
2. Apa sajakah tahap-tahap dari pengolahan film?
3. Bagaimanakah cara kerja prosessing otomatis?
C. Tujuan
1. Mengetahui jenis processing film rontgen.
2. Mengetahui tahap-tahap pengolahan film x-ray.
3. Mengetahui cara kerja dari processing otomatis.
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Prosessing
1. Automatic processing
Dalam processing automatic hampir sama dengan processing manual hanya
perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses rinsing ( pembilasan ),
menggunakan tenaga mesin.
2. Manual processing
Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa proses yaitu :
Developer ( pembangkitan ) ; Rinsing ( pembilasan ) ; Fixing ( penetapan ) ;
Washing ( pencucian ) ; dan Drying ( pengeringan ).
B. Tahap Pengolahan Film
Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya adalah film
tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar diperoleh gambaran
radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari
pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian
(washing), dan pengeringan (drying).
1. Developing
a. Sifat dasar
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap
ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan
adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat
penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi
bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran
tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam
penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas
cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan
tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan
laten pada film.
2
3. b. Bayangan laten (latent image)
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative
(AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film
mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide
yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan
cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck)
sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak
positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak
positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan
laten yang gambarannya bersifat tidak tampak. Kejadian ini tergambar melalui
reaksi kimia sebagai berikut:
AgBr Ag + + Br -
Br - + radiasi Br - + e –
SS + e - SS -
SS - + Ag + Ag
Larutan developer terdiri dari:
Developing Agent ( Reducing Agent )
Bahan yang digunakan sodium hidrosulfit, hidrogen peroksida,formal dehid dan
vit.C.Berfungsi sebagai reducing agent,memroduksi perak bromida menjadi
perak metalik.Bersifat basa lemah dan ph 11,5.Zat yang digunakan pada
developer yaitu methol dan hidroquinon.
Accelarator
Berfungsi untuk mempercepat proses pembangkitan. Cara kerja
mengembangkan emulsi film sehingga mudah ditembus oleh developing agent.
Restreiner
Berfungsi untuk menahan reduksi yang berlebihan terutama pada kristal AgBr
pada film yang tidak tereksposi.
Presorvatif
Untuk menangkal pengaruh oksigen.
Solvent
Berfungsi sebagai pelarut.
3
4. Faktor-faktor penting dalam penggunaan developer:
a. Suhu / temperature.
b. Agitasi yaitu proses / gerakan menggoyangkan film selam proses
pembangkitan.
c. Keadaan developer.
2. Rinsing ( pembilasan )
Pada tahap rinsing / pembilasan digunakan air dengan ph netral yaitu ph 7 untuk
menghilangkan cairan developer yang masih menempel pada film yang bersifat basa
dan masuk pada tahap selanjutnya pada ph asam.
3. Fixing ( penetapan )
Mempunyai tujuan :
Menghentikan proses pembamgkitan sehingga tidak ada lagi perubahan
bayangan pada film
Untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena eksposi sehingga pada
bagian yang tidak terkena eksposi akan tampak bening
Menyamak emulsi AgBr agar tidak menjadi rusak
Komposisi dari fixer :
Fixing agent yaitu untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena
eksposi.Bahan dari fixer sodium theosuphate dan amonium theosulphat
Asam ( acid ) Yaitu untuk menghentikan aksi dari developer secara cepat /
merata Stabiliser ( presorvatif )
Buffer
Hardener
4. Washing (pencucian)
Bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan yang diperoleh selama penetapan
dengan suhu 250C.Waktu standar proses washing 10 menit.
5. Drying (pengeringan)
Temperatur yang digunakan 400C - 500C dengan kelembapan yang rendah.
4
5. C. Automatic Processing
Pengolahan film secara otomatis dengan menggunakan mesin pengolahan film
untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang tadinya dikerjakan oleh manusia.
Alasan digunakan automatic processing:
1. Pengolahan film bisa dilakukan dengan cepat , paling lama 120 detik dan paling
cepat 90 detik
2. Pekerjaan dilakukan lebih praktis dan bersih
3. Pengolahan film mempunyai waktu yang standar
4. Kamar gelap yang digunakan relatif kecil
5. Serta biaya yang digunakan lebih terjangkau
Tahapan pengolahan film melalui automatic processing hampir sama dengan
pengolahan film secara manual, pada automatic processing tidak ada tahapan rinsing
seperti pada processing manual karena telah digantikan oleh roller. Tahapan pengolahan
film secara automatic : Developer,fixer,washing,drying.
1. Sistem Transportasi Roler
Sistem roler transportasi terdiri dari, penggerak utama, dan sejumlah roler
penggerak film pada tangki cairan.
5
6. a. Ketika film ini ditempatkan di baki dua roler menarik film tersebut ke dalam
mesin. Sebuah tombol mikro biasanya digunakan sebagai alat pengaman
untuk memperingatkan operator ketika lebih dari satu film ditempatkan dalam
mesin pada saat yang sama. Juga, saklar mikro akan aktif ketika sistem sedang
beroperasi.
b. Film ini bergerak sirkuler melalui jalurnya dan vertikal ke bawah masuk
kedalam cairan developer melalui serangkaian roler menyusun mengitari
susunan roler lalu bergerak vertikal ke atas, melewati rol yang lain.
Bergerak dengan cara yang sama melalui bahan kimia.
c. Roler bergerak melewati rangkaian roler melalui poros penggerak utama
dijalankan oleh motor penggerak. Melalui serangkaian roda gigi, gir,
gerak mekanik yang diberikan kepada rol dari penggerak utama.
2. Pengoperasian Prosesing Otomatis
a. Awal Pengoperasian:
- Buka kran air pembilas dan katup tangki pengisian.
- Hidupkan semua saklar.
- Biarkan 15 menit untuk pemanasan cairan.
- Buka penutup prosesing. Putar roda gigi dan bersihkan rol dengan spons
basah atau kain. Lap rol stainless steel dan pelat developer. Hal ini harus
dilakukan setiap kali telah mesin dioperasikan cukup lama untuk bahan kimia
yang mengering pada roller.
- Periksa permukaan dalam tangki prosesing dan tangki pengisian.Periksa
aliran air pembersih.
- Periksa filer air.
- Masukkan film kedalam prosesing dan sesuaikan ukuran aliran untuk tingkat
pengisian yang benar.
- Pasang kembali penutup prosesing lalu periksa rangkaian rol pengering.
- Pastikan semua penutup dan panel di tempatnya.
- Jalankan film pembersih untuk membersihkan roler, yang terendam cairan.
Jangan menggunakan kain pembersih.
- Pastikan developer dan air pembersih telah stabil pada suhu yang tepat.
6
7. b. Feeding Film:
- Tempat film di tray input prosesing dan dorong sampai rolermenariknya.
(Lihat rekomendasi pabrik untuk petunjuk lengkapnya).
- Ketika indikator bunyi berbunyi, tandanya prosesing siap diisi dengan film
lain.
c. Selama Operasi:
- Lihat pengisian dan aliran air sesekali.
- Lihat air pembersih dan termometer developer sesekali.
d. Menghentikan:
- Matikan semua switch.
- Buka cover dan bersihkan dengan spons basah atau kain. Gunakanalas bukan
logam untuk kotoran membandel dan bahan kimia.
- Bersihkan rol stainless stell dan periksa bahwa putaran roller bebasdari noda
dan kemudian pasang penutupnya.
- Bersihkan roller pengering.
- Siram bak di bawah tangki cairan.
- Lap zat kimia yang menempel pada processing.
- Matikan air pembersih.
- Untuk mencegah berkarat, biarkan tutup pengering dan prosesingterbuka
sedikit ketika mesin tidak berjalan.
e. Posisi diam:
- Untuk mengatasi pekerjaan darurat pada malam hari atau selamamasa-masa
sepi lainnya, biarkan hanya tombol pemanas dan pengering tetap menyala..
Kemudian, ketika switch lain diaktifkan,mesin siap untuk memproses.
- Juga biarkan katup terbuka pada saat air pembilas dingin mengisiuntuk
penggantian air yang panasnva.
- Untuk menghemat waktu, putar switch lainnya sebelum memprosesfilm.
7
8. f. Melepaskan Film Tersumbat
- Lembar film:
o Biarkan prosesing tetap menyala
o Buka penutup prosesing di depan tumpukan film
o Lepaskan film pada titik itu untuk menghindari lagi film yangmenumpuk.
Masukan film ke dalam tangki berisi air untuk mencegah film saling
menempel.
o Atasi film tersumbat. Matikan sirkulasi, jika susunan roler
telahdipindahkan.
o Lepaskan film di dalam susunan roler yang dekat dengan titik sumbatan.
o Menentukan penyebab sumbatan dan memperbaiki sumbatan.
- Roll film
o Matikan prosesing
o Potong film
o Bersihkan film dari rangkaian rolerg
- Ukuran waktu pemrosesan
o Jumlah waktu yang dibutuhkan fil melewati proses pencucian
denganrentang waktu antara45-210second
o Jenis film, temperature dan ukuran replenishmen menentukan
waktupemrosesan. Table ukuran waktu pemrosesan pada tiap cairan dan
pengering: Waktu PemrosesanDeveloper 20-25secsFixer 20 secsWash 20
secsdryer 25-30 secs.
8
9. BAB III
KESIMPULAN
1. Jenis prosessing yaitu:
a. Automatic processing: Dalam processing automatic hampir sama dengan
processing manual hanya perbedaannya pada prosesnya tidak mengalami proses
rinsing (pembilasan) , menggunakan tenaga mesin.
b. Manual processing: Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa
proses yaitu : Developer, Rinsing, Fixing, Washing, dan Drying.
2. Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing),
pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan
(drying).
3. Tahapan pengolahan film melalui automatic processing hampir sama dengan
pengolahan film secara manual, pada automatic processing tidak ada tahapan rinsing
seperti pada processing manual karena telah digantikan oleh roller. Tahapan pengolahan
film secara automatic : Developer,fixer,washing,drying.
9