Dokumen ini membahas identifikasi masalah dan pembahasan terkait asuhan kehamilan dan nifas pada Ny. L. Masalah yang diidentifikasi adalah riwayat hiperemesis gravidarum selama kehamilan dan ketidaktahuan teknik menyusui serta tanda bahaya nifas yang benar. Pembahasan meliputi penjelasan mengenai hiperemesis gravidarum, penatalaksanaan selama kehamilan, teknik menyusui yang benar, serta tanda-t
1. BAB IV
IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMBAHASAN
A.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
hasil pengamatan pada asuhan Ny.
L ditemukan
permasalahan, di antaranya:
1.
Pada Asuhan Kehamilandenganriwayathiperemesisgravidarum
2.
Ibu memiliki riwayat hiperemesis gravidarum
a.
b.
B.
Ibutidaktahutekhnikmenyusui yang benar
Ibutidaktahutandabahayanifas
Pembahasan
1.
Kehamilan
a.
Riwayathiperemesisgravidarum
Asuhan antenatal pada Ny. L diberikan ketika usia kehamilannya
menginjak 38 minggu pada pemeriksaan kehamilannya secara teratur yaitu
sebanyak 6 kali di Pelly Yulia. Ny. L selalu melaksanakan apa yang telah
dianjurkan. Hal ini sesuai dengan stándar pemeriksaan kehamilan minimal
empat kali (Prawiroharjo, 2002). Namun, dalam pelayanan yang diberikan
1
2. 2
kepada ibu belum memenuhi standar “7T” disini yang diberikan hanya
timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus, imunisasi TT,
tablet zat besi, dan temuwicara.
Pada saat pemeriksaan kehamilan Ny. L terdapat masalah, dari
hasil anamnesa ibu dengan riwayat hiperemesis gravidarum karena
mengeluh mual dan muntah pada trimester I sampai awal trimester II yang
di tandai dengan gejala mual muntah yang berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umumnya menjadi buruk
(marmi 2011). Ini menunjukkan ibu mengalami hiperemesis gravidarum.
fisiologis pada kehamilan trimester I (Marmi, 2011).
Seringmualdanmuntah yang terjadipadaNy. L dapat terjadi
karena terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada
wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesterone dan
dikeluarkannya human chorionic gonadothropine plasenta. Hormonhormon inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum. (Manuaba,
1998).
Hal ini dapat mengakibatkan berbagai masalah baik selama
masa kehamilan, persalinan, nifas dan dampak negatif bagi bayi
setelah lahir. Banyak hal yang bisa terjadi yang bisa disebabkan
karena
hiperemesis
premature,
BBLR,
gravidarum,
IUFD,
IUGR,
diantaranya
keadaan
adalah
akibat
abortus,
kegagalan
metabolism glikogen dalam hati, akibat tidak adanya supan
karbohidrat
juga peningkatan kadar hormonal pada kehamilan,
3. 3
faktor psikis juga bisa mempengaruhi terjadinya hiperemesis
gravidarum (Winkjosastro, 2007, Cunningham, 2005). Pengaruh
terhadap ibu meliputi abortus, penurunan berat badan, dehidrasi,
nafsu makan menurun, aktivitas terganggu (Bobak, 2005).
Selama kehamilannya, Ny. L mau pun janin tidak pernah
mengalami komplikasi yang disebabkan oleh hiperemesis gravidarum,
adapun penatalaksanaan yang dilakukan pada kunjungan antenatal adalah
memberitahukan tanda-tanda bahaya pada kehamilan, memberikan
motivasi
pada
ibu
dan
dukungan
emosional
pada
ibu
hamil,
memberitahukan perawatan payudara pada saat hamil yaitu dengan cara
membersihkannya dengan baby oil, memberikan penyuluhan tentang gizi
yang seimbang pada ibu hamil, kemudian menginformasikan tentang
ketidaknyamanan pada TM III. Selain itu penatalaksanaan lain yaitu
memberikan tablet Fe 1x sehari. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
pemberian vitamin zat besi dimulai dengan memberikan satu tablet sehari
sesegera mungkin minimal masing-masing 90 tablet.
Pada AsuhanNifas
a. Ibu tidak tahu tekhnik menyusui yang benar
b. Ibu tidak tahu tanda bahaya nifas
2.
NIFAS
a.
Ibu tidak tahu tekhnik menyusui yang benar
4. 4
Pada masa post partum dilakukan dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu. (Saifuddin, 2006).
Penatalaksanaan
yang
dilakukan
yaitu
mengobservasi
keadaan umum, TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan
perdarahan untuk memastikan ibu dalam keadaan baik dan tidak terjadi
perdarahan. Hal ini sesuai dengan Prawiharjo (2002) bahwa tujuan
kunjungan pertama 6-8 jam setelah persalinan adalah mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan.
Penatalaksanaan lain yang dilakukan yaitu menganjurkan ibu
untuk melakukan mobilisasi dini, sesuai yang dikemukakan oleh
Syaifudin (2003) bahwa perawatan nifas sekarang hal ini akan berguna
supaya ibu tidak merasa kaku dengan keadaannya yang sekarang, dan
bisa segera mengembalikan stamina.
Pada asuhan pertama (6 jam postpartum), ditemukan
pemeriksaan bahwa secara umum kondisi Ny. L baik, hanya saja Ny. L
mengeluh tidak tahu tekhnik menyusui yg benar,dan mengajarkan
teknik menyusui yang baik dan benar yaitu: keluarkan ASI sedikit
oleskan pada putting susu untuk melembabkan putting agar tidak lecet,
kemudian tempelkan putting susu pada pipi bayi, biarkan bayi mencari
5. 5
putting dan masukkan seluruh putting sampai di daerah hitam/aerola di
sekitar putting. Kalau sudah kenyang bayi akan melepaskannya sendiri.
b.
Tandabahayapost partum
Selain asuhan mengenai tekhnik menyusui yang benar pada
Ny. L, penulis juga memberikan asuhan mengenai tekhnik menyusui,
dan tanda bahaya pada masa nifas.
Memberitahukan dan menjelaskan tanda-tanda bahaya post
partum seperti demam tinggi, perdarahan yang banyak, sakit kepala
yang hebat, bendungan pada ASI bengkak pada payudara, bila ibu
menemukan salah satu tanda dan gejala yang sudah disebutkan, ibu
atau suami harus segera memberitahu atau menghubungi petugas
kesehatan, menganjurkan ibu untuk istirahat.
6. 5
putting dan masukkan seluruh putting sampai di daerah hitam/aerola di
sekitar putting. Kalau sudah kenyang bayi akan melepaskannya sendiri.
b.
Tandabahayapost partum
Selain asuhan mengenai tekhnik menyusui yang benar pada
Ny. L, penulis juga memberikan asuhan mengenai tekhnik menyusui,
dan tanda bahaya pada masa nifas.
Memberitahukan dan menjelaskan tanda-tanda bahaya post
partum seperti demam tinggi, perdarahan yang banyak, sakit kepala
yang hebat, bendungan pada ASI bengkak pada payudara, bila ibu
menemukan salah satu tanda dan gejala yang sudah disebutkan, ibu
atau suami harus segera memberitahu atau menghubungi petugas
kesehatan, menganjurkan ibu untuk istirahat.