1. i
BUKU PETUNJUK TEKNIS
BUDIDAYA JAMUR MERANG PADA TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT
SRI HARNANIK
JONI KARMAN
ATEKAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN
BADAN LITBANG PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
2. ii
Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
BUKU PETUNJUK TEKNIS
BUDIDAYA JAMUR MERANG PADA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT
Penyusun :
Sri Harnanik
Joni Karman
Atekan
ISBN : 978-979-1279-50-5
Editor : Suparwoto
Yanter Hutapea
Waluyo
Yustisia
Penerbit :
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
Alamat :
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
Jl.. Kol. H. Barlian No. 83 Palembang 30153
Email: bptp-sumsel@litbang.pertanian.go.id
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
3. iii
KATA PENGANTAR
Jamur merang merupakan produk pangan bergizi tinggi, rasa disukai dan dapat
dihasilkan dari media tumbuh biomasa hasil samping pertanian, peternakan maupun
biomasa tanaman air yang belum banyak dimanfaatkan. Ada sekitar 30 macam substrat
yang telah diteliti namun aplikasi dilapangan umumnya menggunakan media jerami
padi, kapas, kardus, dan bagas tebu.
Pada keadaan alami sering ditemukan aneka macam jamur makro tumbuh ditumpukan
tandan kosong kelapa sawit. Isro’i (2011) mengidentifikasi belasan jenis jamur makro
tumbuh alami pada tandan kosong kelapa sawit di sekitar pabrik pengolahan minyak
sawit di Palembang. Jamur tersebut diantaranya jamur merang, jamur tiram, jamur
kuping, jamur coprinus,jamur oncom dan lain-lain.
Kandungan tankos sawit berupa selulosa 45%, hemiselulosa 22.84%, lignin 14.5%,
kandungan C 42,8% dan 0.8% N merupakan media yang sesuai dengan kebutuhan jamur
merang. Pemanfaatan tankos sebagai media pertumbuhan jamur merang akan memberi
manfaat lebih yakni mengurangi limbah di pabrik pengolahan sawit, memberikan
pendapatan bagi petani jamur dan meningkatkan ketersediaan bahan pangan berkualitas
bagi masyarakat.
Pada buku ini disajikan tahap-tahap budidaya jamur merang dengan media tankos sawit.
Buku ini disusun berdasarkan pengalaman selama melakukan kajian jamur merang di KP
kayuagung pada tahun 2017 sampai 2019, dari hasil survey di beberapa petani jamur
serta literatur dari beberapa sumber.
Palembang, Desember 2019
Kepala Balai
Dr. Atekan, M.Si.
NIP. 19721006 199303 1001
4. iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................... iv
I. PENDAHULUAN .................................................... 1
II. SIKULUS HIDUP JAMUR MERANG ................................................... 3
III. PERSYARATAN TUMBUH .................................................. 3
Suhu .................................................. 3
Kelembaban .................................................... 4
Cahaya ................................................... 4
Nutrisi/kondisi media tanam ................................................... 5
Tandan Kosong Sawit ................................................... 5
IV. SARANA PRASARANA BUDIDAYA ................................................... 6
1. Rumah atau kumbung jamur ................................................... 7
2. Sarana pasteurisasi ................................................... 10
3. Bak kolam perendaman ................................................... 11
4. Terpal atau plastik hitam ................................................... 12
5. Spayer atau steam motor ................................................... 13
V. BAHAN-BAHAN YANG DIPERLUKAN ................................................... 13
VI. TAHAP BUDIDAYA DENGAN TANKOS ................................................... 16
VII. PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN .................................................... 25
VIII. ANEKA OLAHAN JAMUR MERANG ................................................... 28
IX. KESIMPULAN ................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 31
5. 1
I. PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman unggulan Sumatera Selatan
dengan luas 1.020.328 hektar dengan total produksi kelapa sawit di Sumsel tahun
2017 mencapai 3.268.548 ton (BPS, 2017). Kelapa sawit selain menghasilkan
limbah cair, dalam kegiatan produksi dan pengolahan TBS dihasilkan juga limbah
padat berupa tandan kosong, serat dan cangkang. Dari total berat TBS, sekitar
20-30% adalah tandan kosong. Dengan demikian dalam setahun setidaknya di
Sumsel terdapat sekitar 600 ribu ton pertahun.
Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu jamur pangan
yang secara liar atau alami ditemukan pada jerami, ampas sagu, ampas tebu, dan
tandan kosong kelapa sawit. Masyarakat sekitar pabrik pengolahan sawit sering
berburu jamur dimusim penghujan. Namun tidak jarang dikabarkan ada kasus
keracunan berupa mual dan pusing. Berburu jamur liar pada tankos sawit tanpa
bisa mengenali atau membedakan jamur beracun mengandung resiko, karena
secara liar tankos dapat ditumbuhi aneka macam jamur, selain itu jamur pada
tankos sawit hanya dapat ditemui pada musim penghujan saja. Oleh karena itu
membudidayakan jamur merang pada tankos sawit selain tidak ditentukan musim
juga dipastikan aman dikonsumsi. Permintaan pasar akan jamur merang juga
masih terbuka luas. Oleh karena itu budidaya jamur merang pada media tankos
sawit dapat menjadi alternatif usaha bagi mayarakat didaerah perkebunan atau
yang bedekatan dengan pabrik pengolah buah sawit seperti beberapa kabupaten
6. 2
di Sumatera Selatan seperti OKI. MUBA, Banyuasin, Musirawas maupun Muara
enim.
Jamur merang selama ini umumya banyak dibudidayakan pada media jerami
padi (Chang, 1965), selain itu pada media enceng gondok, daun pisang, bagas
tebu, limbah pericarp, limbah kapas, kardus, dan onggok aren, dan kini mulai
berkembang penggunaan tandan kosong sawit . Tandan kosong sawit sebagai
media pertumbuhan jamur merang pernah dilaporkan oleh Naidu (1971).
Onuoha (2009) melaporkan serat sawit juga sebagai media tumbuh jamur merang
yang baik. Thiribuvanamala (2012) melaporkan media tankos sawit memberikan
yield jamur merang tertinggi berturut-turut dibanding dari kapas, jerami kardus,
daun pisang dan bagas tebu.
Jamur merang mulai dikenal di negara- negara Asia Tenggara seperti
Filiphina, Malaysia dan Indonesia sejak tahun 1935-an. Jamur merang di Indonesia
terutama di Jawa dibudidayakan intensif pada kumbung jamur dengan media
jerami padi. Sekitar tahun 2006 di Aceh sudah ada yang mulai mengembangkan
jamur merang pada media tankos sawit, sedangkan di Lampung diperkirakan
sejak 2010.
Jamur merang memiliki nilai gizi yang baik dengan komposisi utama jamur
segar adalah air 93%, karbohidrat, protein, lemak asam amino esensial dan aneka
mineral. Jamur merang banyak disukai orang karena rasanya yang lezat dan
dapat diolah menjadi aneka olahan seperti bakso, sate nuget, keripik, kerupuk,
dan berbagai olahan masakan seperti digoreng, dipepes, ditumis maupun dibuat
7. 3
sup. Pasta jamur, bumbu penyedap dan jamur kaleng merupakan olahan jamur
merang yang tahan lama.
II. SIKLUS HIDUP JAMUR MERANG
Siklus hidup jamur merang dapat dimulai dari spora yang tumbuh
membentuk kumpulan hifa atau miselium atau benang halus. Selanjutnya
kumpulan hifa membentuk chlamidospora dan pinhead lalu membentuk stadia
kancing, mengalami elongasi atau perpanjangan, mekar, dan menghasilkan
spora. Spora berkecambah menjadi miselium kembali.
III. PERSYARATAN TUMBUH JAMUR MERANG
Jamur merang dikenal sebagai jamur hangat (warm mushroom) karena
dapat tumbuh pada suhu yang relatif tinggi 32-34oC. Jamur merang tergolong
tumbuh cepat yakni dapat dipanen dalam waktu 8-10 hari setelah penanaman
bibit.
Hasil produksi jamur merang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
kualitas dan jenis media, kualitas bibit, pH, keberadaan hama dan penyakit, dan
pengaruh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, cahaya serta cara
pengelolaan/ manajemen pemeliharaan.
Suhu
Kisaran optimal suhu pertumbuhan jamur merang untuk pertumbuhan
miselium adalah 30-35oC dan paling optimal adalah suhu 32oC,
8. 4
sedangkan suhu optimal untuk perkembangan tubuh buah adalah 28-
30oC (Reyes, 2000). Pada suhu diatas 38oC yang dominan tumbuh
adalah jamur kontaminan seperti coprinus. Miselium tidak akan tumbuh
pada suhu diatas 45oC dan akan drop pada suhu dibawah 15oC.
Kelembaban
RH atau kelembaban untuk pembentukan miselium adalah 60%
sedangkan untuk pembentukan tubuh buah diperlukan RH yang tinggi
adalah sekitar 85% (Sinaga, 2000), sedangkan menurut Thiribuvanamala
(2012) RH untuk pertumbuhan jamur optimal adalah 80-95%.
Pengaturan kelembaban dapat dilakukan melalui buka tutup jendela
dan penyiraman.
Cahaya
Pencahayaan diperlukan untuk merangsang pertumbuhan jamur
merang namun tidak dibutuhkan penuh. Seberapa persis kebutuhan
cahaya belum ada penelitian detil tentang hal ini. Pengaturan buka
tutup jendela penting dilakukan untuk mengatur kebutuhan cahaya jika
pencahayaan mengandalkan cahaya alami. Namun menurut
pengamatan penulis pada bagian media yang kurang cahaya jamur
kurang optimal pertumbuhan buahnya. Namun jika cahaya terlalu intens
warna buah jamur akan menghitam. Di India penelitian jamur dilakukan
pada blue polihouse/kumbung biru (Thiribuvanamala 2012). Plastik
berwarna biru lebih sedikit meneruskan cahaya dibanding plastik putih
dan lebih banyak dibanding plastik hitam. Beberapa petani yang
9. 5
mendesain kumbungnya menggunakan plastik hitam dan buka jendela
dilakukan pagi hari sebelum matahari terbit menunjukkan produksi total
yang rendah meskipun ukuran jamur relatif lebih besar dan warna lebih
putih. Petani di transad OKI yang mendesain kumbungnya 2 lapis yakni
menggunakan plastik putih dibagian dalam dan bagian luar dengan
terpal kuning atau biru menujukkan hasil jamur yang lebih tinggi.
Nutrisi/kondisi media Tanam
Jamur merang tergolong selulolitik, yakni dapat menggunakan bahan
bahan yang mengandung selulosa sebagai substrat utamanya. Beberapa
substrat yang umum digunakan sebagai media tumbuh jamur merang
adalah jerami padi, bagas tebu, kapas, dan daun pisang. Substrat rasio
C/N yang optimal untuk jamur merang adalah 40-60 (Ahlavat dan
Tewari, 2007).
Tandan kosong sawit
Tandan kosong sawit mengandung bahan selulosa 36-42%,
hemiselulosa 25-27% lignin 15-17%, dan abu 0,7-6%. Kandungan
selulosa yang cukup tinggi memungkinkan tandan kosong dijadikan
media tanam atau substrat jamur merang. Dalam keadaan alami jamur
yang tumbuh pada tandan kosong sawit nampak bergantian sesuai
tingkat pelapukan tandan kosong sawit.
Untuk media berupa tandan kosong sawit sebaiknya dipilih yang masih
baru, karena nutrisi kemungkinan masih tersedia dan tingkat pelapukan
10. 6
masih sangat rendah. Beberapa petani ada yang langsung memproses
tandan sawit dari pabrik untuk dikomposkan, tetapi ada pula yang
membiarkan sawit beberapa hari agar jamur oncom/oranye tumbuh
untuk mengurai sisa minyak.Untuk tandan sawit yang sudah disimpan
lama menurut hasil kajian penulis kurang optimal hasilnya karena
selama penyimpanan ditumbuhi aneka jamur yang juga akan menyerap
nutrisi dan jika semakin lapuk kurang sesuai dengan kebutuhan nutrisi
jamur merang. Menurut petani jamur di OKI, tandan kosong sawit
yang sudah disimpan lewat 20 hari tidak optimal lagi untuk
pertumbuhan jamur merang. Sedangkan Menurut Triyono et al. (2019)
pengomposan sebaiknya tidak lebih dari 8 hari karena dapat
mengurangi hasil. Fadhilah dan Budiyono (2018) menyebutkan tankos
yang baik untuk pertumbuhan jamur merang adalah 6 minggu. Tandan
kosong sawit segar memiliki rasio C/N 47, setelah fermentasi 6 hari
menjadi 33 dan setelah dipakai sebagai media jamur turun menjadi 17
(Purnomo, 2019). Dengan demikian dengan rasio C/N optimal untuk
jamur merang adalah 40-60 maka tandan kosong sawit yang optimal
untuk substrat adalah yang baru dengan fermentasi beberapa hari saja.
IV. SARANA PRASARANA BUDIDAYA JAMUR MERANG
Untuk memulai usaha jamur merang secara indoor skala kumbung berikut
ini sarana dan prasarana yang perlu disiapkan:
11. 7
1. Rumah jamur atau kumbung jamur
Menurut Sinaga (2000) rumah atau kumbung jamur memiliki manfaat
diantaranya melindungi dari angin kencang, memudahkan pengelolaan iklim
mikro, menghemat lahan karena sistem rak dan tidak tergantung pada musim
dan menghindarkan jamur dari kontaminasi.
Ukuran kumbung untuk skala rumah tangga biasanya luasnya 6 x4 atau 6x5
meter persegi, tinggi kumbung 3-5 meter bahkan ada yang 9 meter. Rangka
kumbung dapat dibuat dari bambu, kayu, atau baja ringan. Atap kumbung
umumnya menggunakan rumbia bisa juga genteng, atau asbes. Dinding
umumnya 2 lapis yakni bagian dalam berupa plastik bening/ hitam diluarnya
dapat berupa gedeg/bilik bambu, stryrofoam, plastik hitam, tembok, atau terpal
biasa maupun terpal tambak. Terpal tambak memiliki kelebihan yakni tidak
mudah sobek dibanding plastik dan tahan lama. Pada kumbung 4x7 dibutuhkan
plastik sekitar 12 kg ketebalan plastik 0.15. Dinding styrofoam di daerah
Karawangdilaporkan memberikan kondisi suhu yang lebih stabil dibanding
gedeg/bilik bambu (Oktaviana, 2013) . Rumah jamur dengan dinding styrofoam
banyak dijumpai di daerah Karawang.
Prinsip dalam mendesain kumbung adalah dapat menahan uap ketika
pasteurisasi dan mempertahankan suhu dan kelembaban dalam kumbung pada
suhu optimal pertumbuhan jamur merang. Selain itu menjamin cukup
aerasi/sirkulasi udara dan pencahayaan. Di India penelitian budidaya jamur
dilakukan dalm blue polihouse atau rumah biru yakni dindingnya mngunakan
plastik berwarna biru dimana memungkinkan sebagian cahaya masuk tetapi tidak
12. 8
intens (Thiribuvanamala et al. 2012). Pencahayaan juga dapat diakali dengan
membuat pintu/jendela jika menggunakan plastik hitam. Jika menggunakan
plastik putih di bagian dalam, dibagian luar dapat digunakan terpal berwarna
selain putih seperti biru atau oranye.
Untuk membuat kumbung dari bambu berukuran 6 mx 4 m dengan jumlah
rak 5 berjarak 75 cm diperlukan bambu hampir 1 truk kecil (lintang jamur, 2010).
Umur kumbung seperti ini sekitar 3 tahun. Sedangkan petani OKI menerapkan
pada ukuran 4x 7 m 4 rak diperlukan bambu sekitar 100 buah dan plastik putih
ketebalan 0.15 sebanyak 12 kg. Plastik putih dipasang setelah rangka dinding
terbentuk namun sebelum pemasangan atap.
Dalam desain kumbung diperlukan jendela untuk mengatur suhu dan
memberikan aerasi. Fungsi jendela dapat digantikan blower listrik sedangkan
cahaya dapat diganti dengan lampu 50 foodcandle untuk penerangan dan lampu
TL neon 60 watt sebanyak 2 buah (BPTP Jogya, 2013).
Rak dapat dibuat 3 sampai 5 tingkat. Jarak antar rak sekitar 70 -90 centi
meter. Rangka rak dapat dibuat dari kayu, bambu, besi, atau baja ringan. Untuk
membuat uap pasteurisasi tidak dapat keluar selama pasteurisasi biasanya dibuat
dinding dan plafon plastik 2 lapis.
Berikut beberapa gambar kumbung yang dapat dijadikan referensi :
13. 9
Gb 1a. kumbung rangka baja ringan Gb 1b. kumbung baja ringan dinding
terpal tambak
Gb 2a. kumbung jamur rangka bambu
tampak luar (dok:lintang jamur)
Gb 2b. Rangka kumbung bambu bagian
dalam
Gb 3a. Rangka baja ringan dinding
Plastic
Gb 3b. Rak bagian dalam dengan
dinding dalam plastik transparan
14. 10
Gb 4a. Rangka bambu dinding 1 lapis
plastik hitam
Gb 4b. Bagian dalam kumbung rak bambu
tanpa dinding dalam
Penggunaan dinding kumbung dari plastik biru seperti Gb 3 yang dipasang
memanjang tidak bertahan lama karena mudah sobek oleh tiupan angin dan pada umur
satu tahun plastik sudah mulai rapuh. Kelebihannya adalah harganya cukup murah
dibanding dinding lainnya. Bagian atap yang berwarna hitam dan kubah yang tinggi
menghasilkan suhu dalam kumbung yang tinggi. Kumbung demikian ideal digunakan
pada musim penghujan, namun pada musim kemarau suhunya akan terlalu tinggi. Oleh
karena itu jika akan membuat kumbung seperti Gb 3 diatas sebaiknya dilakukan
penggantian atap menggunakan jerami agar suhu di musim kemarau tidak terlalu tinggi.
2. Sarana pasteurisasi
Untuk pasteurisasi/penguapan kumbung berukuran 6 x 4 m dapat
digunakan drum sebanyak 2-3 buah. Ketiga drum disatukan dengan penghubung
pipa dan diletakkan mendatar. Sambungan pipa besi atau bambu dipasang
untuk menyalurkan uap panas. Satu buah drum bekas oli dijual sekitar 125 ribu.
Untuk mempertahankan nyala api dapat pula diberi blower kipas seperti yang
biasa dipakai di tukang sate. Pembuatan instalasi pasteurisasi ini dapat dibuatkan
15. 11
oleh tukang las (Gb 6). Saat ini ada pula yang menggunakan boiler penghasil uap
kemudian menyalurkannya ke dalam ruang kumbung.
Gb.5 Pengelasan drum Gb 6. Saluran uap
3. Bak Kolam Perendaman Atau Kolam Terpal
Dalam proses budidaya jamur pada tandan sawit diperlukan tahap
perendaman atau pencucian. Untuk usaha jamur yang cukup besar sebaiknya
memiliki kolam permanen. Kolam dapat dibuat dari bata dilapisi semen (Gb 2a)
atau kolam sementara yang dapat dibuat dari terpal yang disangga papan (Gb
2b). Kolam sebaiknya dibuat dapat memuat setidaknya untuk volume tankos
untuk satu kumbung. Agar memudahkan pemindahan tankos keluar masuk kolam
sebaiknya kolam tidak dibuat terlalu tinggi, namun dibutuhkan lahan yang lebih
luas. Namun jika lahan yang tersedia terbatas sebaiknya kolam dibuat dibawah
permukaan tanah/lubang. Kolam bawah permukaan akan efisien dalam
pemindahan tankos terutama tankos dari truk dapat segera diturunkan dalam
kolam sehingga menghemat biaya dan tenaga pemindahan tankos. Setelah airnya
16. 12
dibuang, kolam terpal ini dapat langsung ditaburi dedak kapur dan ditutup untuk
proses pengomposan.
Gb 8a. Kolam perendaman dari semen diatas permukaan tanah
Gb 8b. kolam dibawah permukaan
4. Terpal atau Plastik Hitam
Terpal dibutuhkan untuk membuat kolam dan fermentasi atau
pengomposan. Untuk pengomposan dapat pula digunakan plastik hitam. Untuk
satu kali produksi saat pengomposan, setidaknya diperlukan satu terpal ukuran
4x6 disambung plastic hitam 4x6 m atau 2 buah terpal.
17. 13
5. Sprayer atau Steam motor
Selama pemeliharaan diperlukan penyiraman ruang maupun media dengan
penyiraman kabut. Untuk manual digunakan sprayer manual dengan harga sekitar
370 ribu atau menggunakan stim motor menggunakan listrik dengan harga
sekitar 900 ribu. Dapat juga menggunakan sprayer elektrik dengan kisaran harga
600-700 ribu. Sprayer motor sangat dianjurkan karena sangat mudah
pengoperasiannya. Hanya saja diperlukan sumber listrik untuk pengoperasiannya.
Jika tidak ada sprayer manual 2 latau 5 literan juga memadai. Penyemprotan
yang diperlukan adalah penyemprotan kabut.
V. BAHAN -BAHAN YANG DIPERLUKAN
Selain sarana dan prasarana, berikut ini bahan-bahan yang perlu disiapkan
untuk budidaya jamur merang pada tandan kosong sawit:
1. Tankos sawit
Untuk budidaya jamur pada 1 kumbung berukuran 4x6 x3 meter diperlukan
tankos sawit sekitar 3 ton atau sekitar 1 truk kecil. Dalam satu truk berukuran
besar diperkirakan terdapat 6 ton tankos. Berat tankos sawit sesudah
perendaman per buah bervariasi dari 1,5 kg sampai 8 kg, rata-rata sekitar 2-4 kg.
Satu rak dengan luas 1,5 meter persegi cukup memuat sekitar 40-50 tankos.
Gunakan tankos sawit baru yakni baru keluar proses dari pabrik. Kualitas tankos
sawit sebagai media dipengaruhi oleh cara budidaya, kesuburan lahan, iklim dan
18. 14
cuaca serta varietas. Tandan sawit kehitaman lebih baik dibanding tandan sawit
kecoklatan. Tandan sawit yang diperoleh di musim kemarau lebih rendah
kualitasnya dibanding musim hujan.
2. Dedak 25-60 kg,
Dedak berfungsi meningkatkan nutrisi pada media sehingga proses
pengomposan dapat berlangsung lebih cepat. Dedak yang digunakan sebaiknya
dedak yang masih baru, tidak tengik dan jamuran.
3. Kapur 25-50 kg
Kapur digunakan sebagai bahan yang menaikkan pH karena umumnya bahan
organic bersifat asam juga berfungsi sebagai suplemen kalsium. Penggunaan
kapur selama fermentasi dapat menaikkan suhu bahan sehingga proses
pengomposan berlangsung lebih cepat. Jenis kapur dapat berupa kapur gamping,
dolomit, kapur bangunan atau gypsum.
4. Air
Air diperlukan untuk melakukan pencucian atau perendaman. Sebaiknya
digunakan air bersih. Selain itu air diperlukan untuk penyiraman selama
pemeliharaan.
5. Bibit jamur
Dipasaran ada dua macam bibit jamur merang yakni jamur merang putih dan
merang hitam (ada pula yang menyebut merang semiputih). Kedua jenis jamur
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Jamur merang putih
produktivitas lebih tinggi, warnanya putih sehingga lebih disukai konsumen,
19. 15
namun merang jenis ini lebih cepat mekar dan melekat kuat pada media tanam
sehingga agak sulit dicabut dan perlu dibersihkan. Selain itu variasi ukuran cukup
tinggi. Merang hitam berwarna kehitaman, ukuran lebih seragam, mudah dipanen
dan relatif tidak cepat mekar. Bibit jamur dapat dibeli dari produsen bibit
maupun membuat bibit sendiri. Satu kumbung kira-kira memerlukan 40-50 log
ukuran 600 g atau 4-6 log berukuran 1,5 kg. Harga bibit sekitar 9000 rupiah uk
600 g dan 35.000-50.000 rupiah per 1,5 kg . Beberapa produsen bibit jamur
merang diantaranya CV merdeka (Malang), CV Volva (Sleman), YK di karawang,
CV Muson dan penyedia bibit online juga mulai ada.
Gb.10. Contoh bibit jamur merang komersil
Bibit yang baik memiliki ciri pertumbuhan miselium rata, cukup tebal dan tidak
terkontaminasi, Sebaiknya gunakan bibit yang berumur sekitar 15-20 hari setelah
inokulasi. Menurut Thiribuvanamala et al. (2012) umur bibit 15 dan 20 hari
menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibanding pada umur 12, 25, 30 dan
40 hari. Bibit jamur merang umumnya kadaluarsa setelah 4 minggu. Biasanya
perusahaan bibit akan mencantumkan tanggal inokulasi dan tanggal kadaluarsa.
20. 16
6. Kayu bakar
Uap panas yang disalurkan kekumbung dapat diperoleh dari pemanasan air
dengan kayu bakar atau kompor semawar atau menggunakan boiler. Kayu yang
cukup baik sebagai bahan bakar adalah kayu rambutan karena bara api bagus,
sedikit asap dan agak tahan lama. Ada pula petani yang menggunakan kayu
karet. Untuk memanaskan 1 kumbung diperlukan setidaknya 1 kubik kayubakar.
Selain kayu bakar dapat pula menggunakan kompor gas semawar sebanyak 3
buah, gas melon sebanyak 9 buah per kumbung (Saputra, 2017)
7. Pupuk
Penggunaan pupuk tidak mutlak. Namun menurut Purnomo (2019) dan Saputra
(2017) penggunaan pupuk signifikan meningkatkan hasil. Pupuk berfungsi
meningkatkan nutrisi media. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk
anorganik seperti NPK, urea, maupun pupuk organik cair. Dosis pupuk sekitar 50
g NPK per m2 media atau 500 ml pupuk organik cair per satu kumbung. Pupuk
dapat ditambahkan sebelum proses pasteurisasi, pada masa inkubasi maupun
pemanenan.
VI. TAHAP BUDIDAYA JAMUR MERANG MENGGUNAKAN TANKOS SAWIT
Tahap I. Persiapan media dan fermentasi/pengomposan
1. Siapkan tankos sawit dari pabrik sekitar 2,5-3,2 ton atau 1 truk kecil. Dua truk
besar cukup untuk 3 kumbung
21. 17
Gb 11. Volume 1 truk besar tankos sawit (sekitar 4 ton)
2. Setelah tankos datang dari pengiriman langsung dibiarkan sekitar 5-7 hari
hingga ditumbuhi jamur oncom.
Gb 12. Tankos sawit setelah dibiarkan 5 hari dipenuhi jamur berwarna oranye
(Monilia sithophila) dan tankos sawit yang diselimuti jamur oranye
3. Lakukan perendaman selama beberapa hari (1-5 hari) dalam kolam permanen
atau kolam terpal berisi air bersih. Setelah perendaman buang air rendaman
atau diangkat dari kolam perendaman lalu disusun untuk tahap fermentasi.
Tujuan perendaman adalah membasahi media sehingga sesuai untuk
pertumbuhan jamur.
22. 18
Gb 13, Tankos sawit yang direndam dalam kolam terpal
6. Susun tankos beberapa lapis pada terpal lainnya Setiap lapisan ditaburi
campuran dedak-kapur. Jumlah kapur sekitar 25-50 kg dan dedak 50-70 kg.
Gb.14. Pencampuran dedak kapur sebelum pengomposan
7.Tutup rapat tankos dan biarkan selama 4 hari (Gb 15)
Gb.15 proses pengomposan/fermentasi
Gb.Proses Pengomposan
23. 19
8. Lakukan pembalikan pada hari ke-5. Tambahkan air,dedak dan kapur lalu tutup
rapat lagi. Pembalikan bertujuan menyeragamkan proses pengomposan dan
mengurangi kandungan amoniak Pada saat pembalikan sebagian amoniak akan
menguap keudara. Menurut Reyes kandungan amoniak yang tinggi dapat
memicu pertumbuhan jamur kontaminan seperti Coprinus atau jamur tinta.
Fermentasi lagi hingga hari ke-8 sampai 15 hari. Buka tutup dan biarkan
beberapa saat agar amoniak menguap. Media siap digunakan untuk proses
selanjutnya. Pada saat pengomposan suhu media dapat mencapai 65oC -70oC
dan pada akhir pengomposan suhu akan berangsur-angsur turun.
9. Tahap II. Penyusunan media dalam kumbung
Gb. 16. Contoh penyusunan sawit diatas media
Susun media tankos sawit pada rak-rak kumbung. Sebagai gambaran 1 rak
berukuran 1x 1,5 m dengan ketebalan media sekitar 20-30 cm atau 2 lapis dapat
diisi sekitar 40-55 buah tandan sawit atau sekitar 120-150 kg (tergantung ukuran
rak dan besar kecilnya tandan). Untuk jenis merang putih lapisan tumpukan dibuat
24. 20
sedikit lebih tebal dibanding jenis merang hitam. Setelah disusun, penambahan
pupuk pada media dapat dilakukan.
Tahap III. Pasteurisasi
Setelah kumbung terisi media tanam. biarkan sekitar 1 hari. Tujuannya agar jika ada
kutu yang bersembunyi di bagian dalam tandan sawit akan keluar ke permukaan.
Tutup rapat pintu, jendela dan lubang-lubang. Panaskan air dalam drum yang diisi
sekitar 2/3nya. Setelah mendidih uap yang dihasilkan akan dialirkan kedalam
kumbung dengan bantuan pipa. Semakin lama suhu dalam kumbung semakin
tinggi, dan sebagian uap akan berubah menjadi air. Setelah sekitar 4 jam air dalam
drum perlu diisi air lagi supaya tidak terjadi kekosongan air dalam drum selama
pemanasan. Nyala api dijaga supaya konstan. Nyala api yang konstan dapat
diperoleh antara lain dengan memasang blower/kipas.
Gb17. Proses menghasilkan uap sederhana
Pasteurisasi dilakukan sampai suhu kumbung mencapai 65oC minimal 2 jam, proses
ini dapat dicapai setelah sekitar 6 -8 jam pemanasan. Jika suhu ini sulit dicapai
dapat dilakukan perpanjangan waktu misalnya sampai 12 jam pada suhu 50oC.
25. 21
Usahakan tidak terdapat celah atau dinding yang bocor yang menyebabkan uap
keluar sehingga suhu ideal tidak tercapai. Pasteurisasi yang tidak cukup dapat
menyebabkan nematoda dan jamur kontaminan muncul setelah masa inkubasi dan
berkembang biak. Jamur kontaminan seperti coprinus akan tumbuh lebih awal
sehingga dapat mengurangi hasil.
Tahap IV. Penanaman bibit
Penanaman bibit dilakukan setelah suhu kumbung atau media maksimal 35oC.
Biasanya suhu ini dicapai setelah media dibiarkan selama 12 jam setelah
pasteurisasi. Penanaman dilakukan dengan cara :
a) Siapkan tempat yang bersih, semprot dengan alcohol ruang sekitarnya,
begitu
b) juga cuci tangan dan semprot alcohol
c) Buka dengan cepat plastik bibit dengan menyobek menggunakan cuter
secara memanjang. Urai bila bibit memadat. Ini perlu untuk bibit dari jerami.
Jika bibit berbahan kapas dan bijinya lebih mudah diurai.
d) Masukkan ke wadah bersih yang telah disemprot alcohol
e) Segera tebar bibit diatas permukaan media secara merata. Untuk ukuran luas
1 x1,5 meter diperlukan bibit sekitar satu log berukuran 600 g
f) Jika perlu media dapat ditutup plastik bening transparan dan dibiarkan
sekitar 4 hari . Jika hari ke-4 media telah diselimuti miselium yakni benang-
benang putih seperti kapas maka penanaman sampai tahap ini berhasil.
26. 22
Tahap V. Masa Inkubasi dan Pemeliharaan
Setelah ditanam maka ruang kumbung ditutup rapat selama 3-5 hari. Pada hari
keenam dan ketujuh miselium mulai membentuk primordia (atau bintik butiran
calon jamur). Pada saat ini diperlukan sedikit O2 dan cahaya untuk mempercepat
perkembangan dan pembentukan tubuh buah jamur. Pemberian cahaya dan
aerasi dilakukan dengan cara membuka pintu dan jendela sekitar ½ jam. Jika
pencahayaan menggunakan plastik biru pemberian cahaya sudah mencukupi, jika
pencahayaan menggunakan lampu fluoresen maka hidupkan lampu sekitar 30
menit pada pagi dan sore hari. Perhatikan suhu dan kelembaban setiap saat. Jika
suhu terlalu tinggi buka jendela, jika terlalu rendah, tutup pintu jendela rapat-
rapat. Jika kelembaban menurun atau kurang dari 70% lakukan penyiraman
dengan penyiraman kabut. Penyiraman juga dilakukan sehabis panen sekitar 2
hari sekali, tergantung kelembaban lingkungan. Volume air yang ditambahkan
jangan terlalu banyak misalnya 1 ember atau 20 liter cukup untuk 1 kumbung
Saat penyiraman dapat ditambahkan nutrisi tambahan berupa air cucian beras
atau larutan NPK maupun larutan gula.
Gb 18. Contoh penyiraman dengan steam motor.
27. 23
Tahap VI. Pemanenan
Pinhead jamur akan muncul pada hari ke-4 setelah penanaman. Lima hari setelah
pinhead terbentuk akan berkembang menjadi tubuh buah jamur. Pada hari ke 8
atau ke 10 jamur sudah ada yang mulai dapat dipanen. Umumnya akan ada 2-3 x
masa puncak. Setelah panen puncak media disiram dengan larutan kapur 0.5 %
dan ditutup plastik. Pada saat pemetikan usahakan tidak menyisakan tubuh buah
menempel karena dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Untuk jamur
merang putih panen sebaiknya dilakukan 2x pagi dan sore untuk menghindari
banyak jamur yang mekar. Jamur yang sudah mekar masih laku namun harga
jualnya lebih rendah dan lebih cepat rusak. Masa panen jamur merang pada
media sawit dapat berlangsung dari hari ke-8 sampai hari ke-40, namun ada juga
yang melaporkan masa panen hanya 14 hari. Umumnya petani memanen rata-
rata selama 30 hari. Pada kondisi optimal panen dalam satu masa tanam per
kumbung dapat mencapai 230-an kg, petani di Palembang memperoleh hasil
sekitar 170 kg per kumbung, ada pula yang melaporkan 90 kg per ton media
(Purnomo, 2019). Jika pasteurisasi tidak mencukupi seringkali selama pemanenan
ada banyak kutu yang mengganggu pemanen yakni menyebabkan gatal-gatal.
28. 24
Primordia jamur merang Fase kancing (pin head)
Jamur merang ukuran optimal di panen Fase kuncup (merang putih)
Jamur merang semi hitam Jamur merang putih fase mekar
29. 25
Contoh hasil jamur merang hitam yang
dipanen
Contoh hasil panen jamur merang putih
Jamur kontaminan coprinus (jamur tinta)
VII. PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN JAMUR MERANG
Umur simpan jamur merang segar cukup singkat hanya dari beberapa jam hingga
dua hari pada suhu ruang. Beberapa hal penyebabnya adalah kandungan air
pada jamur tinggi 76-90%, kandungan gizi yang tinggi dan proses respirasi yang
cepat dan proses metabolisme ini terus berlanjut meskipun jamur sudah dipetik.
Selain itu juga dipercepat oleh aktifitas mikroba yang berkembang. Kerusakan
atau penurunan mutu jamur merang ditandai dengan membukanya tudung,
tekstur menjadi lunak, kehilangan berat/layu, berlendir, bau kurang sedap, dan
warna kecoklatan.
30. 26
Jamur merang tidak dapat disimpan pada suhu refri di bawah 12oC, sebaiknya
disimpan pada suhu sekitar 15oC dan dikombinasikan dengan kemasan. Penyim-
panan jamur merang stadia kancing pada kemasan kotak plastik kedap udara pa-
da suhu beku -20oC selama 36 jam tidak menunjukkan perubahan bau dan
tekstur, maupun pembukaan tudung (Thiribuvanamala et al. 2012). Pada
penyimpanan jamur merang stadia kancing suhu ruang setelah 12 jam tudung
akan mekar 90% dan muncul bau. Penurunan suhu hanya sedikit mengurangi
tudung yang membuka. Menurut Dalmasamant et al. (2015) jamur merang dapat
diperpanjang umur simpannya hingga 6 hari dengan cara mencelup dengan
CaCl2 2%, meletakkan dalam wadah plastic LDPE yang diberi lubang 40% lalu
disimpan pada suhu 12oC. Pada teknik ini persentase jamur yang membuka seki-
tar 40%, tekstur dan, perubahan warna sedikit dan masih diterima cukup baik
oleh panelis.
Pengawetan Jamur Merang Dalam Larutan Garam
Cara 1.
Jamur merang dibersihkan, diblansing 5 menit dalam larutan asam sitrun 0.1%,
dicuci beberapa kali lalu ditiriskan. Masukkan ke larutan garam dapur 15% yang
ditambah asam sitrat 0.5%.
Cara 2.
1. Jamur merang yang akan diproses hanya yang berbentuk bulat saja
2. Setelah jamur merang dipetik harus segera dilakukan proses blanching, karena
kalau dibiarkan lama, jamur akan mengalami proses mekar.
31. 27
3. Siapkan jamur merang yang berbentuk bulat dan bersihkan dari kotoran.
4. Timbanglah jamur tersebut yang akan diproses perebusan, untuk menentukan
perbandingan campuran garam .
5. Masaklah air hingga mendidih dulu, baru kemudian masukkan jamur merang
yang sudah dibersihkan,
6. Setelah jamur dimasukkan kedalam air mendidih, suhu air akan turun dan
tunggu hingga air mendidih kembali , setelah 20 menit perebusan ( waktu di-
hitung dari mulai mendidihnya air yang sudah diisi jamur merang tsb ), jamur
merang diangkat dan dibuang airnya yang berwarna kuning kecoklatan hing-
ga airnya habis .
7. Dinginkan jamur merang kedalam air bersih ( direndam beberapa menit ) cuci
dan bilas jamur merang hingga airnya bening dan jamur merangnnya dingin.
8. Setelah suhu jamur sudah betul – betul dingin, angkat dan tiriskan sampai
airnya hilang dan kering.
9. Jamur merang yang sudah ditiriskan dan bebas air tsb kemudian dicampur
dengan garam krosok hingga rata dengan perbandingan 15 % dari berat total
jamur merang sebelum proses perebusan No. 2) .
10. Masukkan jamur merang yang sudah diberi garam tersebut kedalam drum
plastik , tiap drum plastik berisi 25 kg jamur merang (ukuran drum plastik ku-
rang lebih, Tinggi = 60 cm , diameter lubang atas 30 cm ) kemudian ditutup
rapat.
32. 28
11. Jika proses blanching tersebut diatas dilakukan dengan benar, Jamur merang
yang sudah diberi garam (diblanching) akan bertahan tidak membusuk dan
mekar selama 15 hari.
VIII. ANEKA OLAHAN JAMUR MERANG
Karena umur simpan jamur merang segar sangat singkat, maka jika tidak terserap
pasar, pembuatan olahan dapat memperpanjang umur simpan dan berpeluang
menghasilkan nilai tambah. Berikut ini disajikan beberapa olahan jamur merang.
Bakso jamur
Bakso jamur dibuat menggunakan jamur merang periode kuncup atau mekar.
Jamur dicuci bersih, ditiriskan lalu direbus diair mendidih sekitar 3 menit. Saring
dan tiriskan. Blender hingga lembut, campurkan bumbu bawang putih dan garam.
Tambahkan adonan daging sapi /ayam/ikan giling untuk mempertegas rasa.
Tambahkan tapioca hingga adonan dapat dibentuk. Bentuk bulat-bulat rebus
hingga mengapung.
Nuget jamur
Nuget jamur dibuat dari jamur yang sudah mekar maupun kuncup, caranya cuci
jamur lalu potong-. Blender jamur bersama garam, bawang Bombay, daging
ikan/ayam giling hingga halus, Tambahkan tepung tapioca atau maizena. Aduk
rata. Masukkan kedalam Loyang, kukus hingga matang. Potong-potong lalu
balurkan ke putih telur. Baluri dengan tepung roti. Masukkan ke dalam freezer.
Goreng hingga berwarna kuning keemasan.
33. 29
Krispi jamur
Bahan: Jamur merang bulat atau mekar, tepung terigu cair yang diberi bumbu,
tepung kering, minyak goreng.
Cara membuat:
Cuci bersih lalu potong-potong. Rebus diair panas sekitar 3 menit. Tiriskan. Celup
ke tepung cair, celup ke tepung kering. Goreng dalam minyak panas. Untuk
memperoleh keripik yang renyah penggorengan dapat dilakukan 2x
(penggorengan awal tidak sampai kering, didinginkan beberapa waktu lalu
digoreng kembali dengan minyak panas). Setelah digoreng tiriskan minyak
dengan menggunakan spiner atau kertas. Kemas dalam wadah tertutup rapat.
Oseng jamur-jantung pisang
Bahan : bawang putih 3 siung, bawang Bombay 1 biji uk sedang, 3 siung bawang
merah, 4 biji cabe rawit putih, teri 2 sdm, gula, garam.
Iris-iris bawang putih, cabe, bawang merah dan bawang Bombay. Tumis teri,
masukkan bumbu yang sudah diiris, tumis hingga harum. Potong-potong jamur
yang sudah dicuci. Masukkan potongan jamur ke tumisan bumbu. Tunggu sampai
tumisan agak mengering. Masukkan potongan jantung pisang yang sudah
direbus ke tumisan. Aduk-aduk hingga bumbu merata. Terakhir matikan kompor
lalu masukkan gula dan garam secukupnya. Aduk rata. Tumis siap dihidangkan
34. 30
Sate jamur
Ambil jamur merang yang masih bulat. Belah dua atau utuh. Rebus selama 3
menit. Celupkan kedalam bumbu. Tusukkan ketusukan sate, lalu bakar diatas
bara api sesekali dilumuri kecap.
Asinan/pikel jamur
Jamur merang dicuci dengan air bersih lalu tiriskan. Masukkan diair mendidih 5
menit, celup ke air dingin masukkan ke stoples tambahkan garam dapur 2%, cuka
masak sedikit, vitamin C atau asam sitrat 0.5%. Toples ditutup tidak rapat, dikukus
1 jam lalu didinginkan dan tutup dikencangkan.
Bentuk pasta
Jamur merang direndam dalam larutan garam dapur 40-50% selama 10-15 menit.
Selanjutnya diblender hingga lumat lalu buang sebagian cairan (dapat digunakan
sebagai bahan saus). Masukkan dalam botol lalu kukus selama 1 jam.
IX. KESIMPULAN
Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai media tumbuh jamur
merang dengan potensi hasil sekitar 240 kg per kumbung berukuran 6x4x3meter.
Produktivitas jamur merang pada media tandan kosong sawit dipengaruhi
kombinasi dari berbagai faktor seperti faktor kandungan nutrisi tandan kosong,
kualitas bibit jamur, kecukupan pasteurisasi, keberadaan hama penyakit dan
kontaminan serta faktor lingkungan seperti desain kumbung, suhu, kelembaban
dan manajemen pemeliharaan.
35. 31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Lintang jamur.lintangoyster.blogspot.com/2015/06
Ahlawat, Tewari. 2007.Cultivation Technology Straw Paddy Mushroom Volavariella
volvacea .Buletin teknik. India.
Chang dan Miles. 2004. Volvarialla- A High Temperature Cultivated Mushroom
dalam: Mushroom. Cultivation, nutrtitional value, Medicinal effect and
enviromental Iimpact CRC Press.
Fadhilah. Budiyanto.2018. Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Media
Tumbuh Jamur. Jurnal agroindustri. ejournalunib.ac.id.univ Bengkulu
Dhalsamant, , K, Sanjaya K.Dash, Lalit M.Bal,Manoj K. Panda. Effect of perforation
mediated MAP on shelf life of mushroom (Volvariella volvacea). Scientia
Horticulturae.Vol 189.2015.41-50.
Muslihudin, M.2018. Upaya Peningkatan Kualitas Jamur Merang (Volvariela
Volvaceae) Media Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Oktaviana,T. 2013. Analisis Pendapatan Dan Usaha Tani Dan Tataniaga Jamur
Merang di Desa Gempol Kolot kecamatan Banyusari Kab Karawang. Skripsi.
IPB.
Purnomo,A. 2019..Pengembangan Sistem Terpadu Pengelolaan Limbah Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Disertasi. IPB.
Reyes,R.G. 2000. Indoor Cultivation Of Paddy Straw Mushroom (Volvariella
volvacea) in Crates. Mycologist. Vol 14:4
Sumiati,E., Djuariah. D 2007. Teknologi Budidaya Dan Penanganan Pascapanen
Jamur Merang. Monograf. Balitsa.
Supardi,D.2008. Penggunaan Sekam Padi Dicampur Kotoran Ayam Sebagai Media
Tumbuh Jamur merang. Skripsi.IPB
Sinaga,M. 2000. Budidaya Jamur merang.Penebar Swadaya.
36. 32
Saputra. 2017.Analisis Kelayakan Usaha Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit Untuk
Budidaya Jamur Merang. Skripsi.IPB.
Thiribuvanamala, G.Khrisnamoorthy, S.Manoranjithan, K.Praksasm, V.Khrisnan, S.
2012. Improved Technies To Enhance Yield Of Paddy Straw Mushroom
(Volvariella Volvacea) For Commercial Cultivation. African Journal of
Biotechology. Vol 11(64): 12740-12748
Triyono, Haryanto, Telaumbanua, Dermiyati, Lumbaraja. 2019. Cultivation Of Straw
Mushroom (Volvariella Volvaceae) On Oil Palm Empty Bunch Growth
Medium. Journal of Recycling of organic waste in agriculture