4. Dalam pelaksanaan
kegiatan BSPS dilakukan
beberapa tahap, antara lain
yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan. Saat
memasuki tahap
pelaksanaan konstruksi
Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL)
mendampingi penerima
bantuan dan tukang
bangunan dalam proses
pembangunan rumah BSPS.
Pada saat melaksanakan pendampingan TFL perlu dibekali pemahaman cara
membangun rumah sehat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, saat pelaksanaan
konstruksi mulai dari pondasi, sloff, kolom, dinding dan rangka atap. Agar Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL) dapat melakukan pendampingan yang benar maka perlu
disusun Buku Saku Petunjuk Konstruksi Bangunan Rumah BSPS 2021.
Pedoman bagi pemangku kepentingan
dan masyarakat yang akan
memanfaatkan program BSPS,
khususnya Tenaga Fasilitator
Lapangan dan KorKab.
Memudahkan pemangku kepentingan
dan masyarakat dalam memahami
prosedur program BSPS, khususnya
Tenaga Fasilitator Lapangan dan
KorKab.
Dasar-dasar Rumah Sehat, Rumah
Sederhana Tahan Gempa, Modul
Teknis Rumah Layak Huni
5. 01
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 07/PRT/M/2018
2018 Tentang Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya
02
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 05/PRT/M/2016
Tentang Izin Mendirikan Bangunan
Gedung
03
Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah Nomor
403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Rumah Sederhana
Sehat (Rs Sehat); atau batasan lebar
kaveling paling rendah 5 (lima) meter
untuk siteplan yang telah di setujui
pemerintah daerah paling lambat 1
Oktober 2019
04
Surat Edaran Nomor: 3/SE/Dr/2021
Tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Kegiatan Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya
6. DASAR-DASAR
RUMAH SEHAT
Sumber : Dasar-Dasar Rumah
Sehat, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman,
Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kementerian
Pekerjaan Umum, Oktober 2016,
Jakarta
7. PRASARANA
LINGKUNGAN
PERSAMPAHAN
Jalan-jalan dan
jembatan
AIR BERSIH
DRAINASE
JARINGAN AIR
KOTOR
TELEPON
LISTRIK
Kebutuhan akan rumah dapat dikategorikan sebagai salah satu kebutuhan
pokok atau sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi suatu
keluarga selain pangan dan sandang. Konsep rumah tidak sebatas bentuk
bangunan fisik saja. Fungsi rumah adalah sebagai tempat tinggal dalam
suatu lingkungan yang seharusnya dilengkapi dengan prasarana dan
sarana yang diperlukan manusia untuk memasyarakatkan dirinya.
Dalam pengertian diatas maka dapat dikatakan rumah sehat adalah rumah
yang memungkinkan para penghuninya dapat mengembangkan dan
membina fisik mental maupun sosial keluarga.
SARANA
LINGKUNGAN
Pelayanan sosial,
yang terdiri dari
sekolah,
puskesmas/rumah
sakit dan
pemerintahan
Fasilitas sosial, yang
terdiri dari tempat
peribadatan, tempat
pertemuan, lapangan
olahraga/ruang
terbuka/tempat
bermain, dan
perbelanjaan
9. Cukup memenuhi syarat
kesehatan, yaitu:
1) Lantai dan dinding harus
kering (tidak lembab) dan
mudah dibersihkan. Agar
tetap kering, maka lantai
harus:
a. Terbuat dari bahan bangunan
yang tidak menghantar air
tanah ke permukaan lantai
(kedap air).
b. Berada lebih tinggi dari
halaman luar dengan
ketinggian lantai minimal
sebagai berikut: - 10 cm dari
pekarangan - 25 cm dari
permukaan jalan
10. 2) Ventilasi/jendela yang cukup agar udara
dalam ruangan dapat selalu mengalir.
Luas bukaan jendela minima 1/9 luas
ruang lantai
Alur Udara
3) Lubang
bukaan/jendela
harus dapat
ditembus sinar
matahari.
4) Letak rumah
yang baik adalah
sesuai dengan
arah matahari
(timur-barat)
agar penyinaran
sinar matahari
dapat merata
dari jam 08.00 –
16.00.
Letak dan
Arah Rumah
11. b. Rumah harus memenuhi rasa nyaman
1) Pengaturan ruang-ruang:
a) Penyediaan macam ruangan dalam rumah harus mencukupi, sesuai dengan
b) kebutuhan. Sebuah rumah tinggal harus mempunyai ruangan sebagai berikut:
- Ruang tidur
- Ruang makan
- Ruang tamu
- Dapur
- Kamar mandi dan kakus
c) Ruang-ruang diatur sesuai dengan fungsinya. Ruang dengan fungsi yang
berhubungan erat diletakan berdekatan agar pencapaiannya lebih mudah dan
kegiatan dapat berjalan lancar
c) ika ruangan terbatas, suatu ruangan dapat dimanfaatkan untuk beberapa
fungsi. Misalnya ruang makan dapat juga dimanfaatkan sebagai ruang keluarga
dan ruang belajar.
12. Pengaturan Ruangan di Rumah
Pengaturan Ruangan Kamar Tidur
2) Penataan ruang
a) Kamar tidur
Sinar matahari pagi bisa
masuk, maka luas
jendela minimal 1/9
luas ruangan. Jangan
terlalu banyak perabot
dalam ruangan tidur,
agar udara dapat
mengalir dengan baik.
Cukup sebuah lemari,
tempat tidur, dan meja
bila diperlukan atau
mengefisiensikan
dinding menjadi bagian
elemen perabot rumah
tangga, seperti lemari
pakaian yang disatukan
fungsinya dengan meja
belajar dan lain-lain.
13. b) Ruang makan
Selain digunakan untuk kegiatan makan, biasanya juga berfungsi sebagai tempat dan
ruang keluarga. Harus mempunyai penerangan alami dan penerangan buatan yang
cukup dengan memberi bukaan jendela yang menghadap ke arah luar.
14. c) Dapur
Dapur berhubungan dengan api, maka harus:
Mempunyai lubang bukaan/jendeka yang cukup.
Dinding sekitar kompor/tungku dilapisi seng atau bahan tahan api, terutama untuk dinding kay atau
bambu.
Sediakan karung yang mudah dibasahi dan ember berisi air didekat kompor/tungku sebagai salah
satu upaya penanggulangan pertama bila kompor/tungku terbakar.
15. d) Kamar mandi, cuci dan kakus. -
Harus mempunyai lubang
angin dan penerangan yang
cukup, agar sinar matahari
dapat masuk dan peredaran
udara dapat terjadi dengan
baik. - Dinding kamar
mandi/kakus harus apat
kedap air agar percikan air
tidak merusak komponen
bangunan.
Letak sumur pengotor
(cubluk, sumur resapan
dan lain-lain) minimal
berjarak horisontal 11
meter dari sumber air
bersih
16. Ukuran Tangki Septic Tank
Contoh lubang untuk menampung dan
meresapkan limbah dari kakus adalah tangki
septic. Tangki septic adalah ruangan kedap air
yang berfungsi untuk menampung dan
mengolah air limbah dari kakus.
17. a. Pengaturan luas bangunan dan luas
lahan adalah 40% luas bangunan
berbanding minimal 60% luas lahan
b. Pengaturan Sanitasi
1) Air bersih
Harus tersedia sumber air bersih yang
menjadi sumber air minum bagi masyarakat
di lingkungan permukiman. Jika sumber air di
sekitar lingkungan permukiman tidak
memenuhi syarat untuk diminum, harus
dilakukan penjernihan air terlebih dahulu
18. Salah satu contoh penjernihan
air, yaitu penjernihan air
dengan menggunakan biji kelor
dengan tahapan sebagai
berikut:
Air baku dimasukan ke dalam
tong sebanyak 25 liter;
Biji kelor yang telah tua dan
kering di pohon sebanyak 10-
25 butir kemudian digerus
sampai halus seta dilarutkan
kedalam sedikit air dan
dikocok-kocok;
Masukan larutan tepung biji
kelor tadi ke dalam tong
pengaduk/pengendap, yang
telah diisi air baku, kemudian
diaduk dengan memutar
batang pengaduk selama 5-10
menit bertahap mulai cepat
kemudian perlahan-lahan;
Biarkan air tersebut selama 1-2
jam.
19. 2) Air Kotor
Saluran untuk air buangan dibedakan menjadi:
a) Saluran air hujan: terbuka, terletak dibawah saluran atap dan
harus dapat mengalirkan air hujan ke saluran air hujan lingkungan
dengan kemiringan minimal 2%
b) Saluran air bekas mandi dan cuci : Terbuka dan dialirkan menuju
ke saluran lingkungan
c) Saluran air kotor dari kakus Tertutup, disalurkan menuju cubluk
atau tangki septic untuk kemudian cairannya dialirkan ke sumur
peresapan atau penyaringan yang elanjutnya dapat dibuang ke
badan air yang ada (sungai dan lain-lain)
Saluran Air Hujan
20. Jika sampah kering dapat dibakar
Setelah lubang
hamper penuh,
timbun dengan tanah
Sampah dimasukkan ke dalam lubang
Komposter 1
Komposter 2
Komposter 3
c. Penanganan Sampah
Sampah harus dibuang pada tempatnya karena jika
dibuang sembarangan dapat merusak lingkungan,
menyumbat saluran air yang dapat menyebabkan banjir.
Contoh pengolahan sampah dapur adalah Komposter.
Komposter rumah tangga adalah alat yang digunakan
untuk pengomposan sampah dapur menjadi kompos.
Komposter rumah tangga ini merupakan teknologi
pengolahan sampah rumah tangga dengan sistem daur
ulang sampah dapur yang ditanam dalam tanah, dengan
dasar tabung diletakan minimal 30 cm dari muka air
tanah.
21. d. Manfaat pekarangan
Halaman rumah sebaiknya
ditanami tanaman yang
bermanfaat, seperti sayur
sayuran, tanaman untuk obat-
obatan (apotik hidup), pohon
rindang sebagai peneduh,
dan lain-lain
22. RUMAH
SEDERHANA
TAHAN GEMPA
Sumber : Lampiran II Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor
05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan
Bangunan Gedung Persyaratan Pokok
Tahan Gempa Dan Desain Prototipe
Bangunan Gedung Sederhana 1 (Satu)
Lantai
23. A. Persyarata pokok tahan
gempa
1. Kualitas bahan bangunan
yang baik;
2. Keberadaan dan dimensi
struktur yang sesuai;
3. Seluruh elemen struktur
utama tersambung
dengan baik; dan
4. Mutu pengerjaan yang
baik.
24. Bahan bangunan yang dipergunakan dalam
pembangunan bangunan tahan gempa harus
berkualitas baik dan proses pengerjaan yang benar.
a. beton
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
membuat campuran beton adalah:
Pencampuran Beton
Pengujian Sederhana Dengan Meletakkan
Campuran Beton di Tangan
Pengujian Sederhana Dengan Menggunakan Cetakan dan
Mengukur Selisih Ketinggian dengan Cetakan
Campuran beton terdiri dari 1 semen : 2 pasir :
3 kerikil : 0,5 air. Perlu diperhatikan
penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit
dan disesuaikan agar beton dalam keadaan
pulen (tidak terlalu encer dan tidak terlalu
kental).
25. Ukuran kerikil yang baik maksimum 20
mm dengan gradasi yang baik
Semen yang digunakan adalah semen tipe 1
yang berkualitas sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI).
26. Bahan Campuran Mortar
Proses Pencampuran Mortar Hasil Pencampuran Mortar yang Baik
Campuran volume mortar memiliki
perbandingan 1 semen : 4 pasir
bersih: air secukupnya. Pasir yang
dipergunakan sebaiknya tidak
mengandung lumpur kaena lumpur
dapat mengganggu ikatan dengan
semen.
27. Pondasi Dari Batu Kali/Gunung
Pondasi terbuat dari
batu kali atau batu
gunung yang keras dan
memiliki banyak sudut
agar ikatan dengan
mortar menjadi kuat.
Kualitas Batu Kali/Gunung yang Baik Digunakan Sebagai Pondasi
28. Pengujian Sederhana Kekuatan Batu Bata
Batu bata yang digunakan
harus memenuhi syarat:
1) bagian tepi lurus dan
tajam;
2) tidak banyak retakan;
3) tidak mudah patah;
dan
4) dimensi tidak terlalu
kecil dan seragam.
Selain itu, batu bata yang
baik akan bersuara lebih
denting ketika dipukulkan
satu sama lain.
Kualitas Batu Bata Yang Baik
30. Sebelum batu bata dipasang lakukan perendaman bata sekitar 510 menit hingga tercapai jenuh
permukaan kering pada bata, kemudian dikeringkan sebelum direkatkan dengan mortar. Hal ini
dilakukan agar tingkat penyerapan bata terhadap air campuran mortar tidak terlalu cepat,
karena pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan ikatan menjadi kurang kuat.
Batu bata yang baik pada saat direndam tidak mengeluarkan banyak gelembung dan tidak
hancur.
Perendaman Batu Bata Sebelum Dipasang
31. Kayu yang digunakan harus berkualitas baik dengan ciri-ciri:
1) keras;
2) kering;
3) berwarna gelap;
4) tidak ada retak; dan
5) lurus.
Kayu Yang Baik Digunakan Dalam Pembangunan
32. Struktur utama bangunan rumah tinggal tunggal terdiri dari:
a. pondasi;
b. balok pengikat/sloof;
c. kolom;
d. balok keliling/ring; dan
e. struktur atap.
Proses konstruksi struktur utama harus memperhatikan ketepatan dimensi dan melalui metode yang benar.
a. pondasi
Pada kondisi tanah yang cukup keras,
pondasi yang terbuat dari batu kali
dapat dibuat dengan ukuran sebagai
berikut:
33. Dimensi Tulangan Balok Pengikat/Sloof
Balok pengikat/sloof memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
1) ukuran balok pengikat/sloof 15 x
20 cm;
2) diameter tulangan utama 10 mm;
3) diameter tulangan begel 8 mm;
4) jarak antar tulangan begel 15 cm;
dan
5) tebal selimut beton dari sisi
terluar begel 15 mm
34. Kolom memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
1) ukuran kolom 15 x 15 cm;
2) diameter tulangan utama baja 10
mm;
3) diameter tulangan begel baja 8
mm;
4) jarak antar tulangan begel 15 cm;
dan
5) tebal selimut beton dari sisi
terluar begel 15 mm
Balok keliling/ring memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
1) ukuran balok keliling/ring
12 x 15 cm;
2) diameter tulangan utama
baja 10 mm;
3) diameter tulangan begel
baja 8 mm;
4) jarak antar tulangan begel
15 cm; dan
5) tebal selimut beton dari
sisi terluar begel 15 mm.
Dimensi Tulangan Balok Keliling/Ring
Dimensi Tulang Kolom
Balok Keliling/Ring
35. Struktur atap berfungsi untuk
menopang seluruh sistem penutup
atap yang ada di atasnya. Struktur
atap terdiri dari:
1) kuda-kuda kayu;
2) gunung-gunung/ampig; dan
3) ikatan angin.
Pemasangan bagian ujung
tulangan begel pada balok
pengikat/sloof, kolom, dan balok
keliling/ring harus ditekuk paling
sedikit 5 cm dengan sudut 135
untuk memperkuat ikatan
dengan tulangan utama.
Tekukan Ujung Tulangan Begel
Struktur Atap
36. Kuda-kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang
paling panjang sekitar 12 m. Konstruksi kuda-kuda kayu harus
merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh sehingga mampu
memikul beban tanpa mengalami perubahan. Kuda-kuda kayu
diletakkan di atas dua kolom berseberangan selaku tumpuan.
37. Ikatan antar batang pada kuda-kuda kayu
diperkuat dengan plat baja dengan
ketebalan 4 mm dan lebar 40 mm atau
papan dengan ketebalan 20 mm dan lebar
100 mm.
Kuda-kuda Kayu Dengan Pengikat Plat Baja
Pemasangan Plat Baja Pada Kuda-Kuda Kayu
Menggunakan Bor Listrik
Pemasangan Plat Baja Pada Kuda-kuda Kayu
Dimensi Plat Baja dan Baut Sebagai Pengikat Kuda-Kuda Kayu
38. Bingkai gunung-gunung/ampig terbuat
dari beton bertulang dengan spesifikasi
sebagai berikut:
ukuran bingkai 15 x 12 cm;
tulangan utama dengan diameter 10 mm;
tulangan begel dengan diameter 8 mm;
dan
tebal selimut beton 10 mm.
Gunung-gunung/ampig terbuat dari
susunan bata yang direkatkan dengan
campuran mortar (perbandingan 1 semen
: 4 pasir : air secukupnya) dan diplaster.
Penggunaan bahan yang ringan seperti
papan dan Glassfibre Reinforced Cement
(GRC) juga dianjurkan untuk
meminimalkan dampak apabila gunung-
gunung/ampig roboh pada saat terjadi
gempa Tulangan Pada Bingkai Gunung-
Gunung/Ampig
Gunung-Gunung/Ampig
39. Ikatan angin berfungsi
sebagai pengikat antar
kuda-kuda kayu, antar
gunung-gunung/ampig,
atau antara kuda-kuda
kayu dengan gunung-
gunung/ampig agar
berdiri tegak, kokoh, dan
sejajar
Ikatan Angin Sebagai Pengikat Antar Kuda-
Kuda Kayu
Tulangan Pada Bingkai Gunung-
Gunung/Ampig
Ikatan Angin Antara Kuda-Kuda Kayu dengan Gunung-Gunung/Ampig
Pertemuan Antara Ikatan dengan Gunung-Gunung/Ampig
40. Detail Pertemuan Antara Ikatan Angin dengan Gunung-
Gunung/Ampig
Detail
Pertemuan
Antara
Ikatan
Angin
dengan
Gunung-
Gunung/Ampig
41. Dinding berfungsi sebagai pembatas dan tidak menopang
beban. Dinding terbuat dari pasangan batu bata yang
direkatkan oleh spesi/siar dengan perbandingan
campuran 1 semen : 4 pasir : air secukupnya. Luas
dinding maksimal adalah 9 m2 sehingga jarak palling
jauh antar kolom adalah 3 m
Untuk menambah kekuatan, dinding diplaster
dengan campuran mortar (perbandingan
campuran 1 semen : 4 pasir : air secukupnya)
ketebalan 2 cm.
Proses Pemasangan Batu Bata Untuk Dinding
Detail Dinding
Luas Maksimum Dinding dan Jarak Maksimum Antar Kolom
42. Seluruh elemen struktur bangunan tahan gempa
harus menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat
ditanggung dan disalurkan secara proporsional.
Struktur bangunan juga harus bersifat
daktail/elastis sehingga dapat bertahan apabila
mengalami perubahan bentuk pada saat terjadi
bencana gempa.
Hubungan antar elemen struktur bangunan rumah
tinggal tunggal tahan gempa terdiri dari:
a. hubungan antara pondasi dengan balok
pengikat/sloof;
b. hubungan antara balok pengikat/sloof dengan
kolom;
c. hubungan antara kolom dengan dinding;
d. hubungan antara kolom dengan balok
keliling/ring;
e. hubungan antara balok keliling/ring dengan
kuda-kuda kayu; dan
f. angkur gunung-gunung.
a. Hubungan Antara Pondasi dengan
Balok Pengikat/Sloof
Untuk menghubungkan pondasi ke balok
pengikat/sloof ditanam angkur besi dengan jarak
paling jauh tiap angkur adalah 1 m.
43. Pada hubungan antara balok pengikat/sloof dengan
kolom, tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan
ke dalam balok pengikat/sloof dengan ‘panjang
lewatan’ paling pendek 40 x diameter tulangan atau
40 cm (40 dikali 10 mm).
Hubungan Antara Pondasi dengan Balok Pengikat/Sloof
Antara kolom dan dinding dihubungkan dengan
pemberian angkur setiap 6 lapis bata. Penggunaan
angkur dengan diameter 10 mm dan panjang
minimal 40 cm.
Pemasangan Angkur Besi Sebagai Pengikat
Antara Kolom dengan Dinding Pada Sudut Bangunan
44. Pada hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring,
tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam
balok keliling/ring dengan ‘panjang lewatan’ paling pendek
40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).
Tulangan Kolom Yang Akan Dibengkokkan
Ke Dalam Balok Keliling/Ring
Kayu Pengikatan kuda-kuda pada balok
keliling/ring dilakukan dengan menanam angkur
atau baut dengan diameter paling kecil 10 mm
Hubungan Antara Balok Keliling/Ring dengan Kuda-Kuda
Kayu
Hubungan Antar Kolom dengan Balok Keliling/Ring Angkur Menggunakan Besi diameter
10mm yang ditanam kedalam balok
keliling/ring
Angkur/Baut Tanam min Diameter 10mm
Menyambung Kuda-kuda dengan blok ring
45. Pengikatan kuda-kuda pada balok keliling/ring dapat juga
dapat dilakukan dengan cara menanam angkur besi ke dalam
balok keliling/ring kemudian angkur diputar menggunakan
pipa besi.
Pengikatan Kuda-Kuda Kayu Pada Balok Keliling/Ring Menggunakan Angkur
Hubungan Antara Tulangan Bingkai Gunung-Gunung/Ampig dengan
Tulangan Kolom dan Balok Keliling/Ring
Dalam pasangan bata pada gunung-gunung diberi angkur
setiap 6 lapis bata. Penggunaan angkur dengan diameter
paling kecil 10 mm dan panjang minimal 40 cm.
Hubungan Angkur Pada Gunung-Gunung/Ampig
46. Pengecoran beton baik pada kolom
maupun balok harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. pastikan cetakan/bekisting benar-
benar rapat dan kuat/kokoh;
b. pada pengecoran kolom dilakukan
secara bertahap setiap 1 m;
c. pada saat pengecoran harus dipastikan
adukan di dalam cetakan padat dan
tidak berongga untuk menghindari ada
bagian yang keropos;
d. pelepasan cetakan/bekisting paling
sedikit 3 hari setelah pengecoran.
Untuk mempermudah pelepasan
cetakan/bekisting dapat menggunakan
minyak yang dilumurkan ke permukaan
cetakan/bekisting.
Kualitas Cetakan/Bekisting
Pemasangan Cetakan/Bekisting Untuk Kolom
47. Pengecoran kolom dilakukan secara bertahap setiap 1 m
Proses Pengecoran Kolom
Pemadatan Beton Dengan Memukul-mukul Cetakan/Bekisting dan Campuran
Beton Dirojok Menggunakan Besi atau Bambu
Hasil Pengecoran
48. Penyangga Cetakan/Bekisting Menggunakan Bambu
Pelepasan Cetakan/Bekisting
Perangkaian Tulangan Balok Keliling/Ring Di
Atas Dinding
Pengecoran Balok Pengikat/Sloof
Pada pengecoran balok keliling/ring,
tulangan dirangkai di atas dinding.
Cetakan/bekisting pada balok yang
menggantung harus diberi penyangga di
bawahnya menggunakan kayu atau
bamboo yang kuat menahan beban
campuran beton
49.
50.
51.
52.
53.
54. MODUL TEKNIS
RUMAH LAYAK
HUNI
Sumber : MODUL TEKNIS RUMAH LAYAK
HUNI, Direktorat Rumah Swadaya,
Direktorat Jenderal Perumahan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan, Maret 2021
55. MODUL TEKNIS RUMAH LAYAK HUNI
Sumber : Keria Rumah Layak Huni – Akses Sanitasi Layak | NAWASIS – National Water and Sanitation
Information Services
56. INDIKATOR UTAMA
Ketahanan
konstruksi
Akses
Sanitasi
Akses
Air Minum
Luas Lantai
per Kapita
*) jika salah satu indikator komponen tidak
memenuhi standar, maka hunian
dianggap tidak layak
KRITERIA RUMAH LAYAK HUNI DALAM SDG’s
1. Ketahanan Bangunan
a. Keandalan Komponen Struktur (Pondasi; Sloof/balok
kayu bawah; kolom beton/kayu; ring balok beton/kayu;
rangka atap kayu/baja ringan/beton) dan
b. Peningkatan Kualitas Bahan Komponen Non Struktur
(Penutup Atap, Lantai dan Dinding)
2. Kecukupan Luas tempat tinggal
Luas lantai per kapita > 7,2 m2
3. Akses terhadap Air Minum
Akses terhadap akses air minum yang layak
4. Akses terhadap Sanitasi
Akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak
57. KRITERIA RUMAH LAYAK HUNI DALAM SDG’s
SYARAT POKOK RUMAH
SEDERHANA AMAN
Kualitas Bahan Bangunan
Yang Baik;
Keberadaaan Dan Dimensi
Struktur Yang Sesuai;
Seluruh Elemen Struktur
Utama Tersambung Dengan
Baik;
Mutu Pengerjaan Yang Baik.
58. Kriteria Definisi yang digunakan
Akses Aman Sumber air layak, lokasi sumber ada di dalam atau
di halaman rumah, tersedia setiap saat
dibutuhkan, dan memenuhi kualitas air minum
Akses Layak
Dasar
Sumber air minum layak dan waktu tempuh
mengumpulkan air ≤ 30 menit untuk pulang pergi
termasuk antri
Akses Layak
Terbatas
Sumber air minum layak, namun waktu tempuh
mengumpulkan air >30 menit untuk pulang pergi
termasuk antri
Akses Tidak
Layak
sumber air minum tidak layak berasal dari sumur
tidak terlindungi dan mata air tidak terlindungi
Tidak Ada Akses sumber air berasal dari air permukaan seperti;
sungai/waduk/kolam/ danau/irigasi
Kriteria Definisi yang digunakan
Akses Aman Akses Aman Sistem Terpusat:
a. Pengguna fasilitas sanitasi: rumah tangga
sendiri;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan
leher angsa;
c. Bangunan bawah: Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) / Sistem Pengelolaan Air
Limbah (SPAL).
Akses Aman Sistem Setempat:
a. Pengguna fasilitas sanitasi: rumah tangga
sendiri;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan
leher angsa;
c. Bangunan bawah: tangki septik yang
pernah disedot setidaknya sekali dalam 5
tahun terakhir*
59. Kriteria Definisi yang digunakan
Akses Layak Sendiri Perkotaan dan Perdesaan:
a. Pengguna fasilitas sanitasi: rumah tangga sendiri;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah: tangki septik tidak disedot/ disedot kurang dari 1x dalam 5 tahun.
Akses Layak Bersama Perkotaan dan Perdesaan:
a. Pengguna fasilitas sanitasi: rumah tangga bersama dengan rumah tangga lain tertentu;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah:
d. Tangki septik yang pernah disedot setidaknya sekali dalam 5 tahun terakhir*; atau
e. Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL/ SPAL).
Akses Belum Layak Fasilitas Sanitasi dengan Lubang Tanah di Perkotaan:
a. Pengguna fasilitas sanitasi: sendiri atau bersama dengan rumah tangga lain tertentu;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan leher angsa;
c. Bangunan bawah: tempat pembuangan akhir tinja mengggunakan lubang tanah.
Fasilitas Sanitasi Non Leher Angsa (Perkotaan dan Perdesaan):
a. Pengguna fasilitas sanitasi: sendiri atau digunakan bersama;
b. Bangunan atas: jenis kloset menggunakan plengsengan dengan dan tanpa tutup dan cubluk/cemplung;
c. Bangunan bawah: tempat pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik, IPAL/SPAL dan/atau lubang
tanah.
Fasilitas Umum:
Pengguna Fasilitas sanitasi: di MCK umum/siapapun menggunakan.
61. Kerikil
Semen
Batu Belah
Maksimal berukuran D 20 mm
Memiliki banyak sudut agar
dapat mengunci ketika beton
mengeras
Gunakan semen biasa atau tipe
1 ber SNI (tertera pada
bungkusnya)
Pastikan semen kering dan
kemasan tidak rusak
Keras dan tidak mudah pecah
Dapat diperoleh dari batu kali
atau batu gunung yang dipecah
Memiliki banyak sudut untuk
mengunci spesi pasangan
fondasi
Besi Tulangan
Gunakan jenis besi
tulangan yang tepat
sesuai kegunaan
Besi berstandar SNI
Tidak berkarat dan tidak
bengkok permanen
Kawat Beton
Gunakan kawat beton
baru tanpa karat yang
berlebihan
Kayu
Gunakan kayu dengan
kelas yang sesuai
Pilihlah kayu yang keras,
padat, kering, berwarna
gelap, tidak ada retak,
lurus
62. Pasir
Air
Seng
Gunakan pasir yang bersih dari
lumpur, potongan kayu,
maupun sampah
Gunakan air bersih yang bebas
dari lumpur dan tanah
Jangan gunakan air payau atau
air laut
Gunakan seng berstandar SNI
Pilihlah seng yang tidak mudah
berkarat
Saat menghitung RAB,
perhitungkan lebihan
(sambungan) antar lembar seng
Batako
Gunakan batako dengan
permukaan mulus dan
rata
Batako berusia minimal
1 bulan
Batako mempunyai kuat
tekan tinggi
Kawat Ayam
Untuk dinding simpai,
pilihlah kawat ayam
minimal D 2 mm dengan
rongga kawat berukuran
maksimal 5 cm
63. Bata
Berbentuk persegi, pinggiran
lurus dan tajam, ukuran relatif
sama
Tidak terlalu banyak retak,
tidak mudah patah
Bersuara denting apabila
dipukulkan satu sama lain
Fiber Cement
Gunakan fiber cement
berstandar SNI
Pilihlah fiber cement dengan
ketebalan yang sesuai
Perhatikan panjang yang
diperlukan
Spandek
Gunakan atap spandek
berstandar SNI
Pilihlah fiber cement
dengan ketebalan yang
sesuai
Perhatikan panjang yang
diperlukan
Genteng Tanah Liat
Pilih genteng yang
terbuat dari tanah liat
murni, kuat, dan kokoh
Ukuran seragam antar
genteng
Mengeluarkan suara
nyaring bila diketuk
Permukaan rata dan
halus (tidak banyak pori)
64. MODEL KONSTRUKSI RUMAH SEDERHANA
KONSTRUKSI RUMAH TEMBOK
KONSTRUKSI
RUMAH KAYU
PANGGUNG
KONSTRUKSI
RUMAH KAYU NON
PANGGUNG
KONSTRUKSI
RUMAH
SETENGAH
TEMBOK
65. NO
JENIS
KEGIATAN KLASIFIKASI KRITERIA
1
Peningkatan
Kualitas
(PKRS)
Tidak Layak
Huni
Peningkatan kualitas
beberapa komponen
Struktur seperti fondasi,
sloof, kolom, balok, kerangka
atap dan peningkatan
kualitas bahan beberapa
komponen Non-Struktur
meliputi pengisi/penutup
bagian ruang yang tidak
menahan beban agar rumah
menjadi layak fungsi seperti;
lantai, dinding, kusen,
penutup atap, langit-langit,
daun pintu, dan daun
jendela
No Indikator Daftar Larangan
1
Kepemilikan
Lahan/Lokasi
Rumah
Tidak punya legalitas tanah.
Dalam sengketa/ rawan sengketa.
Tidak sesuai tata ruang wilayah.
Tidak berada di area/ lokasi liquifikasi
Tanah sewa/kontrak.
Lahan milik negara
Berada di daerah potensi banjir
Berada pada daerah sepadan sungai
Berada pada jalur SUTT dan SUTET
Berada pada daerah potensi longsor
2 Bangunan
Objek tidak tepat (Bangunan Layak
Huni)
Bangunan komersil
Bukan tempat tinggal
3
Penerima
Bantuan
Tidak memenuhi kriteria dan
persyaratan BSPS.
4
Rencana
Penggunaan
Material
Bangunan
Dinding Luar : GRC interior
Atap : Daun Rumbia, Ijuk, Asbes, bahan
non SNI
Kayu : Kayu Kelas IV : Albasia, Terentang
untuk Kusen/Struktur
66. Kualitas bahan bangunan yang kurang baik
Kualitas beton tidak sesuai perbandingan 1:2:3 (kepadatan
beton kurang)
Dimensi besi kurang dari standar untuk Ø-10 Utama Ø-8 Begel
Tidak ada penyambungan pembesian antar komponen sebesar
40D
Dimensi Sloof, Kolom, dan Ring Balok tidak sesuai ketentuan
Keberadaaan dan dimensi komponen struktur yang tidak
sesuai
Seluruh elemen struktur utama tidak tersambung dengan baik
atau tidak ada
Mutu pengerjaan yang kurang baik
Pada dinding Sopi-sopi/ ampig tidak terdapat gewel/ beton
pada bidang miring
Tidak ada ikatan angin
Harga satuan RAB berbeda dengan hasil survei
Jarak sengkang > 15 cm
Tidak terbentuk Kekokohan sudut sambungan
Tidak tersedia kamar mandi
Tidak ada tanki septik yang kedap air (hanya cubluk)
Tidak tersedia akses air untuk minum
BUKAAN tidak memenuhi aspek kesehatan
PENGHAWAAN → 5 % dari luas lantai
Jumlah penghuni yang tinggal tidak sesuai dengan standar luas
minimal bangunan
Masyarakat terpaku pada luasan bangunan dahulu
dibandingkan aspek keselamatan bangunan
69. Penilaian Komponen Struktur Bangunan
02
KOLOM
RUSAK RINGAN
< 30 %
RUSAK SEDANG
31 – 45 %
RUSAK BERAT
46 – 65 %
RUSAK TOTAL
66 – 100 %
BALOK RING
RANGKA ATAP
70. Penilaian Komponen Non Struktur Bangunan
03
LANTAI
DINDING
RUSAK RINGAN
< 30 %
RUSAK SEDANG
31 – 45 %
RUSAK BERAT
46 – 65 %
RUSAK TOTAL
66 – 100 %
PENUTUP ATAP
KESIMPULAN
1❑ FONDASI
❑ SLOOF
❑ KOLOM
❑ RING BALOK
❑ RANGKA ATAP
2❑ PENUTUP ATAP
❑ DINDING
❑ LANTAI
Beri tanda pada
komponen dengan minimal
penilaian rusak berat
71. KESIMPULAN PENILAIAN
04
KESIMPULAN
1❑ PONDASI
❑ SLOOF
❑ KOLOM
❑ RING BALOK
❑ RANGKA ATAP
2 ❑ PENUTUP ATAP
❑ DINDING
❑ LANTAI
Rumah Layak Huni / Tingkat kerusakan yang tidak mendapat bantuan
1. Tidak ada komponen struktur yang rusak / hanya 1 komponen struktur yang rusak
Rumah Tidak Layak Huni (dapat diberikan bantuan)
1. Minimal 3 Komponen Struktur Rusak Berat
2. Minimal 2 Komponen Struktur Rusak Berat dan 3 Komponen Non Struktur tidak memenuhi
Rusak Total
1. 5 Komponen Struktur tidak ada / tidak memenuhi
Kesalahan yang sering terjadi dalam penilaian
rumah
✔ Kesalahan penilaian
✔ Menilai kayu bukan bahan bangunan
permanen
✔ Kesalahan pengisian format
72. KESIMPULAN PENILAIAN
04
RUSAK
TOTAL
❑ PONDASI
❑ SLOOF
❑ KOLOM
❑ RING BALOK
❑ RANGKA ATAP
KOMPONEN STRUKTUR
❑ PENUTUP ATAP
❑ DINDING
❑ LANTAI
Komponen Non Struktur
❑ PONDASI
❑ SLOOF
❑ KOLOM
❑ RING BALOK
❑ RANGKA ATAP
KOMPONEN STRUKTUR
❑ PENUTUP ATAP
❑ DINDING
❑ LANTAI
Komponen Non Struktur
❑ PONDASI
❑ SLOOF
❑ KOLOM
❑ RING BALOK
❑ RANGKA ATAP
KOMPONEN STRUKTUR
❑ PENUTUP ATAP
❑ DINDING
❑ LANTAI
Komponen Non Struktur
❑ PONDASI
❑ SLOOF
❑ KOLOM
❑ RING BALOK
❑ RANGKA ATAP
KOMPONEN STRUKTUR
❑ PENUTUP ATAP
❑ DINDING
❑ LANTAI
Komponen Non Struktur
Rumah Tidak Layak Huni
RUMAH LAYAK
HUNI
(tidak mendapat bantuan)
Kesalahan yang sering terjadi dalam penilaian rumah
✔ Kesalahan penilaian
✔ Menilai kayu bukan bahan bangunan permanen
✔ Kesalahan pengisian format
75. TANAH KERAS TANAH LEMBEK
Tanah turun
1 Kerusakan Struktur
Pondasi – Turun Sebagian
Pondasi turun
sebagian
76. 1 2 3
Cara Perbaikan
▪ Bagian pondasi yang
turun membuat
dinding terbelah
▪ Topang ring balok
dengan kayu
▪ Bongkar dinding
terlebih dahulu selebar
kerusakan pondasi
▪ Bongkar sloof dan
pondasi selebar
pondasi yang turun
▪ Isi dan padatkan tanah
setiap 15-20 cm
sampai benar-benar
padat dan lurus
77. 4
Cara Perbaikan
▪ Cor kembali sloof
beton menggunakan
campuran beton
1PC:2PP:3KR:Air
secukupnya
▪ Pasang kembali
dinding bata merah
▪ Plester dan aci
kembali pasangan
dinding bata
▪ Pasang kembali
pondasi batu belah
▪ Rakit dan pasang
tulangan untuk balik
sloof
5 6
79. 1 2
▪ Bongkar dinding tinggi 60 cm dan
lebar 1-1,5 m
▪ Pasang penopang kayu untuk
menyangga dinding
▪ Rakit tulangan utama dan begel
sepanjang yang dibutuhkan
▪ Cor beton kembali dengan
campuran beton 1PC : 2PP : 3
KR:Air secukupnya
▪ Setelah beton kering pasang
kembali dinding
Cara Perbaikan
80. 3 4
▪ Bongkar dinding selanjutnya tinggi
60 cm dan lebar 1-1,5 m
▪ Pasang penopang kayu untuk
menyangga dinding
▪ Rakit tulangan utama dan begel
sepanjang yang dibutuhkan
Cara Perbaikan
▪ Cor beton kembali dengan
campuran beton 1PC : 2PP : 3
KR:Air secukupnya
▪ Setelah beton kering pasang
kembali dinding
81. 5 6
Cara Perbaikan
▪ Bongkar dinding selanjutnya tinggi
60 cm dan lebar 1-1,5 m
▪ Pasang penopang kayu untuk
menyangga dinding
▪ Rakit tulangan utama dan begel
sepanjang yang dibutuhkan
▪ Cor beton kembali dengan
campuran beton 1PC : 2PP : 3
KR:Air secukupnya
▪ Setelah beton kering pasang
kembali dinding
83. 1 2 3
▪ Pasang penopang kayu
untuk menyangga ke
kuda-kuda atap
▪ Bongkar beton dan
tulangan yang keropos
▪ Bongkar dinding
sekitaran kolom
▪ Rakit dan pasang
tulangan kolom yang
rusak dengan yang
baru
▪ Pasang angkur
dinding Panjang 40
cm
▪ Pasang kembali
dinding bata
Cara Perbaikan
84. 4 5
▪ Cor kembali beton kolom
sesuai dengan campuran
1PC:2PP:3KR:Air
secukupnya
Cara Perbaikan
▪ Pasang kembali dinding
dengan pasangan bata
85. Kerusakan Struktur
Ring Balok – Keropos
4
1 2
▪ Keropos pada balok sampai
memperlihatkan tulangan
▪ Bersihkan dan cor kembali
beton dengan adukan 1PC:
2PP:3 KR:Air secukupnya
▪ Jika tulangan bengkok atau rusak
maka potong tulangan yang rusak
dan rakit dengan tulangan baru
▪ Bersihkan dan cor kembali beton
dengan adukan 1PC:2PP:3KR:Air
secukupnya
87. ▪ Buka penutup atap terlebih
dahulu
▪ Jika kondisi kaso tidak terlalu
rusak maka dapat diberikan
perkuatan sepanjang kayu
yang rusak
▪ Topang kayu gording lama
dengan menggunakan kayu
▪ Jika kondisi gording tidak terlalu
rusak maka dapat diberikan
perkuatan sepanjang kayu yang
rusak
Cara perbaikan/perkuatan
1
Perkuatan
Kaso Baru
2
Perkuatan
Gording baru
89. Kerusakan Non - Struktur
Dinding – Retak Rambut
1
▪ Gunakan acian untuk menutup
celah tersebut
▪ Tunggu tambalan kering selama
kurang lebih 14 hari
▪ Tutup kembali menggunakan cat
1 2
▪ Retak rambut terlihat
▪ Bobok retak rambut selebar 5 cm
▪ Siram terlebih dahulu bagian
dinding yang telah dibobok
dengan menggunakan selang
90. Kerusakan Non - Struktur
Dinding – Lembab Berlumut
2
▪ Buat adukan trasram dengan
campuran 1PC:3PP:Air
secukupnya dan tambal bobokan
tersebut
▪ Tunggu hingga kering dan
selesaikan tahap acian dan
finishing cat
2
▪ Dinding lembap akibat
meresapnya air dari tanah
(kapilaritas) dan kualitas acian
yang buruk
▪ Bobok plesteran dinding hingga
bata terlihat
1 Dinding
lembap
Bobok
plesteran
91. Kerusakan Non - Struktur
Lantai – Mengembul
3
▪ Lantai mengembul
karena kurang
padatnya lapisan
bawah keramik atau
karena lapisan nat
yang terlalu rapat
1
Lantai
mengembul 2
▪ Lepaskan lapisan
yang rusak dengan
memecahnya
secara diagonal
3
▪ Gali tanah
secukupnya
▪ Lakukan pemadatan
dengan menimbun
dengan tanah baru
kemudian lapisan
pasir
92. Kerusakan Non - Struktur
Lantai – Mengembul
3
▪ Bersihkan dari
kotoran dan
gunakan semen
instan perekat
untuk memasang
kembali lantainya
4
▪ Pasang dan
rekatkan
keramik baru
dengan
menggunakan
palu dan kayu
5 6
▪ Oleskan semen
pengisi nat
secara merata
96. Kolom
Tulangan utama
hanya
menggunakan 3
buah
Ukuran tulangan
utama kurang dari
10mm & Jarak begel
kolom lebih dari 15
cm
Kesalahan konstruksi
Tidak ada sambungan
40d pada
setiap pertemuan
kolom dengan sloof
dan balok
1 2 3
101. Perkuatan menggunakan kawat anyam
1. Kupas kedua plesteran pada dua
sisi yang akan diberikan
perkuatan (vertikal dan
horizontal) lebar 40 cm dan
sedalam plesteran
2. Buat kawat anyam 1mm – 5 x
5mm
Cara perbaikan
Kasus pada rumah tembok tanpa struktur beton bertulang
Bagian yang
dikupas
3. Kawat ayam dipasang horizontal
dan vertical pada sisi bidang
4. Kawat dipasang pada sisi luar
dan dalam bangunan
102. Perkuatan sambungan antar komponen
1. bobok selimut beton pada setiap
sambungan 40 d
2. Tambah tulangan lebih sepanjang
40 diameter tulangan utama pada
sisi tulangan utama
3. ikatkan dengan menggunakan
kawat beton
Cara perbaikan
Kasus pada struktur tulangan yang belum terdapat
sambungan 40d
4. Tutup kembali dengan cor beton
sesuai dengan syarat yang
ditentukan
5. Lakukan pada setiap sambungan
antar komponen