SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 48
Apatis, pragmatis, hedonis, dan berbagai kebiasaan buruk lainnya melekat pada diri mahasiswa
sekarang. Bagaimana tidak? Ada tanggung jawab besar yang harus ditanggung oleh mahasiswa.
Tanggung jawab pertama adalah kepada orang tua. Mereka harus bisa memberikan jawaban atas
susahnya para orang tua mereka untuk membiayai biaya kuliah yang semakin melambung.
Padahal, harga kebutuhan pokok pun semakin mencekik. Akan sangat tidak sopan jika para
mahasiswa pulang dengan nilai yang tidak membanggakan. Mengapa nilai? Karena nilai lah
yang biasanya menjadi indikator kepuasan orang tua. Memiliki IP bagus, lulus cum laude, dan
diterima di perusahaan minyak adalah dambaan banyak orang tua sekarang. Dengan tanggungan
demikian para mahasiswa pun cenderung untuk lebih mementingkan segi akademis mereka.
Apalagi sekarang kondisi pendidikan tinggi cukup sulit. Tugas yang menumpuk, seakan tugas itu
sudah menjadi kebutuhan pokok mahasiswa.

Alasan kedua adalah masalah yang ada dalam bangsa ini. Kita tahu bahwa bangsa ini sedang
dilanda sakit yang sangat kronis. Perampokan, pembunuhan, penipuan, korupsi, dan berita
kriminal lainnya menghiasi negeri ini tiap hari. Masyarakat mulai jenuh. Apalagi mahasiswa,
lebih baik mereka memilih untuk fokus pada kuliah, lulus, dan membahagiakan keluarga.

Namun, beberapa waktu mendatang, beberapa mahasiswa akan melupakan sisi gelap mereka
tersebut. KKN, bukan Korupsi Kolusi dan Nepotisme, akan memaksa mahasiswa untuk tidak
apatis dengan permasalahan bangsa ini. Kegiatan itu disebut Kuliah Kerja Nyata.

KKN adalah kegiatan akademik yang dilaksanakan di tengah kehidupan sosial masyarakat,
terutama di wilayah pedesaan. Mahasiswa peserta KKN diperkenalkan secara langsung dengan
masyarakat dan permasalahannya yang kompleks. Sambil belajar, para mahasiswa sekaligus
mengaplikasikan pengetahuannya sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat. Melalui KKN,
mahasiswa diharapkan selain menjadi calon sarjana yang mempunyai kompetensi sesuai
keilmuannya, juga menjadi calon sarjana yang populis, generalis, dan mempunyai kepedulian
terhadap problem-problem kemasyarakatan.

Dengan KKN inilah mahasiswa, yang hanya 5% dari total penduduk di Indonesia, menjadi
perintis perubahan dalam masyarakat pedesaan. Para mahasiswa yang biasa belajar di dalam
kelas, harus mampu menyelesaikan permasalahan di pedesaan sesuai kemampuan mereka. Jika
di kelas, para mahasiswa hanya terbiasa dengan teori-teori, dan mungkin praktek pun masih
berbasis pada teori saja, nah dalam KKN ini mahasiswa dihadapkan dalam sebuah problem
langsung. Bagaimana penyelesaiannya, bagaimana cara mahasiswa mampu mengajak
masyarakat desa agar lebih madani.

KKN bisa menjadi semacam Corporate Social Responsibility sebuah kampus terhadap
masyarakat sekitar. Seperti halnya sebuah perusahaan yang berada di suatu wilayah, perusahaan
tersebut harus membalas budi kepada masyarakat sekitar. Begitu pula dengan KKN. KKN
menjadi balas budi sebuah universitas terhadap daerah sekitarnya. Sangat tidak adil ketika dalam
suatu daerah, ada universitas besar yang di dalamnya terdapat orang-orang cerdas namun di
sekitar daerah tersebut masih banyak orang yang belum bisa baca tulis. Misal di Jogjakarta.
Meski berstatus sebagai kota pelajar, masih banyak masyarakat yang tertinggal di sekitar kota
tersebut. Sehingga UGM, yang berstatus sebagai universitas nomer dua di negeri ini memiliki
kewajiban untuk membantu masyarakat tertinggal tersebut. Di Jogja sendiri UGM tidak bekerja
sendiri. Beberapa universitas yang lain seperti UIN Sunan Kalijaga, dan Universitas Islam
Indonesia juga memiliki program KKN seperti halnya di UGM.

Di UGM sendiri KKN lebih berbasis kepada community empowerment (pemberdayaan
masyarakat) bukan community development (pembangunan masyarakat). Hal ini dimaksudkan
karena subjek dalam KKN bukan hanya mahasiswa, namun juga masyarakat. Dengan metode
pemberdayaan, masyarakat menjadi aktor utama, mahasiswa hanya sebagai inisiator saja. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat tetap berkembang secara mandiri meskipun proses KKN telah
selesai.

Program KKN sendiri cukup bervariasi. Mahasiswa lewat dosen pembimbing bebas memilih
tema dan mengajukan proposal program mereka. Rata-rata program pun tidak berbeda jauh
dengan bidang keilmuan. Bagi mahasiswa fakultas Teknik energi menjadi primadona utama,
seperti pemberdayaan listrik tenaga angin di Pandansimo, bantul, Yogyakarta. Ada pula
pemanfaatan potensi pariwisata di daerah lombok, pendirian UMKM di daerah Cepu, bahkan ada
pendidikan kemasyarakatan di Papua.

Sebagaimana disampaikan oleh bapak Wakil Presiden Indonesia dalam pelepasan mahasiwa
KKN di Grha Sabha Pramana, UGM Kamis lalu, beliau berpesan bahwa mahasiswa sebagai
generasi yang akan menggantikan pemimpin yang ada saat ini harus lebih peduli terhadap realita
masyarakat. Jadi ketika nanti menjadi pemimpin, harus jauh lebih baik daripada yang sekarang.

Pramudya Arif Dwijanarko

Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa UGM 2011
“Kamu Persis Mahasiswa”.

  Begitu ungkapan tukang becak kepada sesama tukang becak jika terjadi perkelahian sesama
                             tukang becak di Kota Makassar.

Saya klik Kompas.com. Ada tulisan: “Kampus UMI Bak Medan Perang”.

Saya kaget. Sewaktu saya melintasi jam 10-an tadi pagi, saya tidak melihat adanya gelagat
perkelahian di UMI (Universitas Muslim Indonesia) Makassar. Menurut Kompas.com
perkelahian itu terjadi sore tadi. Saya baru sadar ternyata saya pulang lewat Tol Reformasi
Makassar (yang tentu saya tidak melintasi Jln. Urip Sumoharjo Km 4 tempat kampus UMI
berdomisisli).

Perkelahian di Universitas Muslim Indonesia sudah tak terbilang lagi jumlah peristiwanya.
Setidaknya ada 3 universitas di Makassar yang hobi berkelahi: Universitas Hasanuddin,
Universitas Negeri Makassar dan Universitas Muslim Indonesia.

Jika Unhas memiliki pola interen. Waspadai pada bulan september, gejala ini telah berlangsung
sejak tahun 1992 yang dikenal dengan Black September di mana gedung Fakultas Teknik ludes
dibakar. Black September juga sering dikaitkan dengan G30S/PKI. Sampai saat ini belum bisa
dibuktikan secara ilmiah. Hanya pepesan kosong saja. Tetapi yang menjadi pertanyaan, mengapa
mahasiswa unhas puncak keributannya di setiap bulan september?.

Kemudian untuk mahasiswa Universitas Muslim Indonesia agenda tahunannya di bulan April
yang mereka peringati sebagai AMARAH (April Makassar Berdarah) dan telah dibuatkan Tugu
Amarah. AMARAH sendiri terjadi pada tanggal 24 April 1996 ketika militer orde baru
menggempur mahasiswa UMI dan menewaskan 3 mahasiswa.

Sebagai pendidik, saya merasa bahwa itu kegagalanku dan teman-temanku dalam mendidik
mahasiswa. Saya harus gentle mengakuinya dan meminta maaf kepada masyarakat Sulawesi
Selatan secara khusus dan Negara Republik Indonesia secara umum, bahkan kepada duniapun
saya meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Tetapi di balik itu saya juga ingin menyampaikan hal-hal yang urgen yang menjadi pemicu
perkelahian mahasiswa:

Tembok antar fakultas yang sangat tinggi

Interaksi emosional yang kerap memunculkan kosleting akibat arus pendek antar mahasiswa oleh
karena setiap fakultas sama-sama mengklaim jago dan terhebat di antara fakultas lainnya. Ada
kecenderungan fakultas eksakta merasa hebat dan pintar dari fakultas ilmu-ilmu sosial. Suatu ke-
idiot-an yang benar-benar idiot. Ketika ilmu pengetahuan saling ketergantungan masih ada saja
mahasiswa menganggap ilmunya yang paling hebat dan mengklaim bahwa ilmu pasti adalah
ilmu hebat dibanding ilmu sosial.
Apa mereka tidak tahu bahwa fisika, teknik, kedokteran adalah gabungan beberapa ilmu. Apa
ketika berhadapan dengan manusia bukan sosiologi yang digunakan. Apa ketika membangun
sebuah gedung, bukan ilmu humaniora yang dipakai. Apa memang ilmu fisika tak berbicara
tentang interaksi sosial.

Bubarkan Himpunan Mahasiswa Jurusan

Celakanya lagi dengan kehadiran himpunan mahasiswa jurusan yang telah melenceng jauh dari
budaya akademik. Yang mereka lakukan lebih banyak mengatasnamakan himpunan mahasiswa
jurusan tetapi juga melenceng dari karakter dan budaya akademik. Banyaknya himpunan-
himpunan mahasiswa jurusan semakin memperkental saja pemikiran egoisme jurusan (maaf,
bukan egoisme keilmuan).

Sejak saya mahasiswa telah melihat fenomena pembentukan himpunan mahasiswa jurusan atau
forum mahasiswa jurusan. Mahasiswa belum siap untuk membentuk himpunan mahasiswa
jurusan. Kenapa?. Jawabnya karena himpunan mahasiswa jurusan lebih banyak dipandang
sebagai fisikal semata. Silakan bentuk HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) tetapi konsisten
dengan tujuan keilmuan bukan untuk tujuan yang lain.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Tinjau Ulang Tupoksinya

Belum pernah saya menyaksikan ada seorang pejabat yang bernama Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan yang tak mendua, satu sisi takut sama rektor, sisi lain dia adalah pembela
mahasiswa. Perubahan nama dari Pembantu Rektor ke Wakil Rektor juga tak berpengaruh secara
signifikan. Wakil Rektor bidang kemahasiswaan idealnya berfungsi sebagai penyambung lidah
mahasiswa, corong mahasiswa jika terjadi turbulensi interen ataupun eksternal. Yang terjadi
malah wakil rektor urusan mahasiswa ini lebih banyak mendengar bosnya ketimbang
mahasiswanya.

Yang lebih mengherankan lagi buat saya, kenapa setiap perkelahian mahasiswa rektorat
menelpon polisi?. Apa memang mahasiswa itu penjahat?. Mengapa menggunakan pendekatan
kepolisian. Bukankah kita lebih tahu karakter dan jiwa mereka sebagai anak-anak kita?

Mahasiswa Frustrasi

Saya tak tahu persis mengapa mahasiwa sekarang sangat sensitif, soal-soal sepele saja sudah
cukup untuk dijadikan landasan pertumpahan darah antar sesama mereka. Gejala sosial apa ini?.
Jika mereka mengaku sebagai mahasiswa maka sangat mendzalimi status kemahasiswaannya
sebagai yang “Maha”. Tak melekat makna seorang mahasiswa di dirinya yang senantiasa
diwajibakan berpikir universe. Diwajibkan berpikir sebab-akibat, metodologis, sistematis dan
obyektif.

Apa yang membuat mereka frustrasi?. Apa karena sistem SKS yang tak lagi memberi peluang ke
mahasiswa untuk pengembangan diri secara eksternal?. Karena memang sistem SKS
mengharuskan mahasiswa kompetitif dan sedikit egois. Lantas kita mau ke sistem pendidikan
yang bagaimana lagi?. Apa kalian rela dijadikan kelinci percobaan?.
Entahlah apa mau kalian… yang pasti kutelah gagal mendidikmu.

Atau..

Kalianlah yang gagal mendidik dirimu sendiri…. Ingat “tulang belulang” berpeluh keringat ayah
ibu di sana….
Sebagai mahasiswa, sangat disayangkan apabila mengutarakan pendapatnya hanya dengan cara
berdemonstrasi. Oke, memang tidak ada larangan untuk mengutarakan pendapat dengan cara
berdemo, hal tersebut malah dilindungi oleh Undang-Undang. Tetapi pada kenyataannya, hal
itupun tidak menjamin keberhasilan bahwa pendapat akan di dengar oleh pihak yang
bersangkutan.

Sering saya lihat di berita, mahasiswa demo dikarenakan kekecewaan atau ketidaksetujuan
mereka terhadap kebijakan pemerintah. That’s good, mereka telah menyuarakan pendapatnya.
Tetapi perlu kita lihat juga sisi negatifnya. Macet dimana-mana, dan tidak jarang demo tersebut
berujung kisruh. Coba kita hitung, berapa banyak hasil demo yang didengar dan direalisasikan
oleh pemerintah? NOL!

Sebagai Agent of Change dalam sosial kemasyarakatan, mahasiswa seharusnya tidak hanya
memakai cara demo untuk mengutarakan pendapat di zaman sekarang ini. Sudah sepantasnya
kita menunjukkan tindakan nyata, bukan hanya bicara. Seharusnya kita sebagai mahasiswa malu,
ketika kita hanya bisa mengkritik tanpa berbuat apa – apa untuk perubahan yang lebih baik di
negara ini.

Pernahkah kita sebagai mahasiswa, sebagai akademisi, berpikir untuk mulai bertindak dari hal-
hal kecil yang ada pada diri kita sendiri? Setidaknya itu lebih berarti, daripada harus capek-capek
berdemo, panas – panasan di jalan, teriak- teriak, dan membuat macet lalu–lintas, yang akhirnya
berujung sia-sia.

Dengan perubahan kecil yang ada pada diri kita sendiri, kita bisa menjadi contoh bagi
masyarakat luas, bagaimana cara berubah ke arah yang lebih baik. Jadi bukan hanya omongan
semata, namun juga tindakan nyata. Mari bersama-sama kita rubah image di masyarakat tentang
mahasiswa, yang selama ini di cap hanya bisa ngomong dan demo melulu.

Kita mulai perubahan dengan tindakan nyata, dimulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang
terkecil, mulai dari saat ini. Tidak ada kata terlambat untuk perubahan ke arah yang lebih baik.
Bangkitlah Mahasiswa!

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Sayangnya hanya sedikit kritikus yang menyadari betapa banyak yang sudah diperbuat
mahasiswa sebagai kaum penggerak di negeri ini. Di kampus-kampus banyak diadakan seminar,
bedah buku, diskusi politik, dan berbagai acara akademis lain. Kalau tidak percaya, silahkan
jalan-jalan ke kampus-kampus besar. Di sana-sini banyak pamflet dan flyer acara sejenis.
Bahkan seringkali, mampu menghadirkan narasumber level nasional.

Seharusnya kita belajar dari sejarah. Kalau tidak ada demo, tidak bakal ada angkatan 66 yang
meruntuhkan Bung Karno. Tidak pula ada cerita mundurnya Pak Harto kalau tidak ada angkatan
98 yang terus menerus menggedor lewat aksi massa di gedung mpr dpr.

Terlepas dari hasil reformasi yang sudah diselewengkan keluar dari jalur yang diharapkan, aksi
mahasiswa kala itu jelas menjadi pintu segar untuk perubahan setelah rezim Orde Baru yang
otoriter. Bisa dibayangkan andai saat itu hanya ada mhs2 cupu yang cuma berani teriak dari
dalam kampus, tentu situasinya masih sama seperti dulu. Bahkan kompasiana pun mungkin tidak
eksis, karena baru sehari operasi, langsung dibreidel oleh pemerintah yang anti kritik.

Mesti diakui memang, banyak aksi demo yang malah berbalik menyusahkan rakyat. Macet,
potensi rusuh, dsb. Tapi apakah kita yang tidak ikut demo juga lebih baik dari mereka yang
berdemo? At least mereka masih memikirkan nasib rakyat dengan mengingatkan pemerintah
kalau ada kebijakan yang kurang baik. Sementara kita asyik dengan zona nyaman kita sendiri
tanpa sadar masih banyak rekan-rekan kita yang kurang beruntung. Bukan hanya miskin, tapi
juga dimiskinkan lewat program-program neo liberal.

Saya sangat respek terhadap mahasiswa yang berprestasi, baik di dunia akademik maupun di
lingkungan masyarakat. Atau jadi wirausahawan yang bisa menginspirasi kaum muda untuk
bangkit dan lebih kreatif. Tapi saya juga tidak kalah hormat dengan rekan-rekan aktivis demo,
selama yang mereka perjuangkan masih sejalan dengan kehendak dan kebutuhan rakyat.
Sayangnya di luar itu, masih banyak mhs yang hanya study oriented. Lulus dengan summa cum
laude hanya demi kerja di kantor elit, gaji melimpah, fasilitas mewah. Sibuk kerja pagi pulang
malam. Weekend pun diisi dengan acara liburan keluarga. Jadi tidak sempat lagi memikirkan
orang lain. Di otaknya hanya kerja, duit, dan urusan keluarganya sendiri.
Merindukan Dinamika Kehidupan Kaum
            “Intelektual” Kampus

                  (Pentingnya sebuah Restorasi –2005-2008–)
Saat tertidur memikirkan sesuatu yang menyakitkan sebuah keindahan yang tidak bisa dinikmati,
terarah pikiran ini menyentuh masa lalu masa dimana penuh dengan terpaan konsekuensi seorang
intelektual muda, terutama kampus dimana saat pikiranku tertuju tepatnya di fakultas MIPA saat
itu, disadari atau tidak ternyata banyak kenyataan yang tidak bisa kita pandang remeh terkait
kehidupan di fakultas yang notabene adalah kampus dengan orientasi ilmu pasti / tuntutan study
oriented bagi mahasiswanya namun ternyata kehidupan fakultas tersebut menyimpan banyak hal
menarik yang merupakan kehidupan kampus yang sebenarnya baik secara akademik maupun non
akademik, suasana yang penuh intrinsik dinamika politik kampus yang sangat terasa kental dan
bahkan mengalahkan suasana difakultas lain terutama FISIP dan ini secara explicit sangat diakui
oleh temen-temen dari fakultas lain……. G’ percaya…? (berarti Anda seorang yang Apatis…!)

Dalam kampus ini seorang mahasiswa tidak hanya dituntut untuk menyelami masalah akademik
saja namun juga peka terhadap masalah kehidupan sekitar kampus termasuk yang harus
diperhitungkan adalah kasus masyarakat terkait isu-isu yang berkembang saat itu, dari kampus
inilah saya rekomendasikan sebagai kampus yang penuh dengan pelajaran hidup (Kampus FST
UNAIR, red). Memulai merasakan menjadi mahasiswa yang paling menarik adalah optional
pada ranah politik kampus dan ini terpaksa saya lalui dengan menginjakkan kaki di BLM (Badan
Legeslatif Mahasiswa) selama 2 periode serta LPM FORMAT (Lembaga Pers Mahasiswa)
selama 3 periode mulai angkatan pertama menjadi mahasiswa “polos” tanpa noda, pada tahun
pertama saya putuskan untuk totalitas pada BLM karena saya ingin mengemban amanat karena
satu-satunya delegasi himatika yang bisa diandalkan…wkwkwkwkwk….sehingga di FORMAT
hanya numpang lewat saja maklum tidak bisa mbagi waktu (sori kawan2q di format, ini cm
sementara selama aktif di BLM aj sebelum aktif lagi di dunia pers koq hehe…), dari situlah aku
seakan-akan menemukan dunia “gelap” yang patut di Ilhami dari seorang dengan label AGENT
of CHANGE suatu bangsa (mosok seh, wah lebay iki…!) , ratusan tahun berkecimpung
mbanting tulang meras otak di dunia Legislatif ternyata banyak peristiwa menarik tidak hanya
seperti kejadian di televisi aj seperti halnya kontradiksi sebuah idiologi, trik politik praktis suatu
kaum, esensi sebuah garis perjuangan, regulasi kehidupan organisasi legal secara konstitusi
maupun legal secara pemikiran (Ilegal/Bawah Tanah,red) selain itu adanya fenomena yang unik
dan sangat principle yaitu phobia terhadap segala indikasi yang mengarah pada tindakan
spionase sehingga sampai-sampai mengorbankan sisi pertemanan antar mahasiswa itu sendiri
dan sebagainya (pokok e pertempuran tanpa batas demi satu kata KEADILAN, koyok hakim ae
semakin g jelas ngene….!). Inilah hidup bahkan uniknya kehidupan seperti ini sangat membuat
kita semakin dewasa menyikapi suatu permasalahan tanpa sikap yang reaksioner namun
dibutuhkan analisa yang logis n kritis tidak hanya dalam balutan retorika semata melainkan
aktualisasi nyata, selain itu kehidupan “Kupu-kupu malam” sebuah kolektifitas pun harus kita
tempuh untuk mendapatkan suatu kata “SEPAKAT” menentang bentuk ketidakadilan kehidupan
kampus dalam hal ini terkait isu maupun kebijakan institusi/birokrator kampus maupun luar
kampus yang bertentangan (koyok orang-orang senayan ae…..palsu!). pahitnya dunia persilatan
seperti itu membuat pikiran n perasaan ini semakin memainkan pola penetrasi untuk merangsek
membelah kata disparitasisasi dalam waktu saat ini (mantan mahasiswa,red) demi flashback ke
masa indahnya mengamati sekaligus tercebur => dinamika kehidupan seorang atau sekelompok
yang mengaku mahasiswa….. ! slogan yang selalu terkenang dan tak akan mati…HIDUP
MAHASISWA….HIDUP RAKYAT INDONESIA…..(klo g salah kayak gt, smoga aj bener!) ini
untuk mahasiswa diseluruh INA…camkan itu kisana eh anak muda!

NB: Enggak semua yang tertulis ini bener klo pengen selamat di dunia dan akherat,
percayalah bahwa yang kalian alami seiring melakukan sesuatu itu jauh lebih bermakna
dari pada hanya mendengar kabar burung……..dan ingat selalu berdoa semoga mendapat
petunjuk dalam melakukan sesuatu…..Amien ya Allah…..ohy jaganlah selalu
mendewakan DEMO karena setiap pendiskusian itu lebih mulia n tepat dalam
menemukan titik terang yang bernama SOLUSI, thx!
Budaya “Nitip Tandatangan” ala Mahasiswa


Warna warni kehidupan mahasiswa di kampus begitu beragam. Tidak hanya setumpuk tugas-
tugas kuliah, presentasi dan kegiatan organisasi saja yang padat tetapi perilaku mahasiswa pun
sangat beragam. Ada yang rajin, ada pula yang malas-malasan atau sibuk dengan urusan
organisasi. Perilaku jujur dan ketidakjujuran tak lepas dari mahasiswa sendiri. Sebagai
mahasiswa setidaknya kejujuran diterapkan baik dalam perkataan dan perbuatan, mahasiswa
bukankah berintelektual. Ketidakjujuran seperti nyontek, ngebet, sms dan seribu cara tidak jujur
lainnya kerap terjadi. Salah satu ketidakjujuran mahasiswa adalah ‘nitip tandatangan’.

Ketika mahasiswa tidak masuk kelas, mahasiswa yang bersangkutan berencana tidak hadir di
kelas itu mengatakan ‘gw nitip tandatangan yaaa pas kelasnya dosen A’ kepada teman cs-
annya. Tidak sekali dua kali, hal ini sering terjadi. Absensi yang ditandatangani mahasiswa
sering disalahgunakan. Tandatangan fiktif pun mewarnai absensi padahal dalam satu
pertemuan adakalanya jumlah kehadiran mahasiswa tidak sebanding dengan tandatangan yang
hadir. Mahasiswa yang hadir terlihat tidak banyak tapi tandatangan di absensi penuh dan
mahasiswa hadir semua. Mahasiswa yang tidak hadir seakan-akan hadir karena adanya
tandatangan palsu.

Beberapa alasan mahasiswa ‘nitip tandatangan’ :
1. Malas masuk kelas
2. Ada tugas yang belum selesai jadi mengerjakan tugas tersebut dan tidak ikut kuliah
3. Tugas belum selesai, takut ditagih dosen
4. Telat masuk kelas, malas dan tanggung tidak hadir saja
5. Dosennya tidak enak, membosankan, di kelas kantuk

Sederet alasan lain tentu ada. Alangkah baiknya jika tidak hadir baik sakit atau izin katakan
dengan sejujurnya, kalau sakit yaa ditulis sakit, kalau izin yaa ditulis izin. Presentasi kehadiran
mahasiswa dirasa sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dosen tidak hanya menilai
dari tugas-tugas atau ujian saja. Rajin atau tidaknya mahasiswa terlihat juga dari absensi.

Dosen yang cermat dan teliti

Mungkin tidak semua dosen cermat dan teliti menilai mahasiswa dari absensi meskipun setiap
dosen dalam mengajar memberikan bobot penilaian sendiri mengenai seberapa persen
presentase kehadiran mahasiswa misalnya dalam jumlah pertemuan hingga ujian akhir
semester kehadiran harus mencapai 20%, tidak masuk dalam 3x hingga beberapa kali tatap muka
akan dikenai sanksi. Hal ini sesuai kebijakan masing-masing dosen. Kenyataan terkadang tak
sesuai dengan apa yang direncanakan. Masalah ‘nitip tandatangan’ tidak bisa lepas dari warna
warni perilaku mahasiswa.

Dari sekian banyak dosen yang ada, pasti ada dosen yang cermat, teliti dan sensitif melihat
fenomena ini. Dosen tersebut mengatakan ‘aneh, mahasiswa yang hadir sedikit tapi absen kok
full semua yaa?? Tiap kali saya panggil nama mahasiswa untuk menjawab dan memberikan
tanggapan mengenai materi bahasan, mahasiswa yang dipanggil tidak ada tapi kenapa di
absen tandatangan hadir semua yaa??’ Begitulah tanggapan dosen yang sadar bahwa
tandatangan mahasiswa yang hadir fiktif alias tandatangan ada tapi mahasiswanya tidak hadir.

Sebagai tindak lanjut atas tandatangan yang fiktif itu, sang dosen sendiri langsung
mengabsen dan nyatanya mahasiswa yang dipanggil tidak hadir. Ada juga dosen yang
kembali mengecek kehadiran mahasiswa sebelum kelas berakhir jadi tandantangan palsu
dapat dihindari.

Budaya ‘nitip tandatangan’ ini ternyata sudah menjadi kebiasaan di kalangan mahasiswa,
hal yang sudah biasa terjadi dan tidak aneh lagi. Tapi hal ini tidak patut untuk dicontoh.
Mungkin bagi sebagian dosen, mahasiswa atau siapapun yang membaca tulisan ini, masalah
‘nitip tandantangan’ tidak penting dan itu hal yang kecil, tidak perlu dipermasalahkan. Sekecil-
kecilnya ketidakjujuran lama-lama menjadikan seorang individu tidak jujur.

Jika penilaian dosen diambil dari tugas-tugas dan ujian tapi mahasiswa itu jarang hadir di
kelas tentu ini merugikan bagi mahasiswa yang datang rajin di kelas. Apakah ini adil???
Tidak adil bukan. Dosen sebaiknya teliti dan cermat akan kehadiran mahasiswa di kelas.

Nb: ada juga mahasiswa yang tidak hadir di kelas tapi setelah kelas berakhir, dan sang
dosen sudah keluar kelas maka mahasiswa tersebut akan masuk ke kelas dan langsung
absen tandatangan bahwa ia hadir.
Problematika Mahasiswa dari masa ke masa
Mahasiswa sejak kelahirannya sebagai salah satu kelas manusia terdidik di negeri ini memiliki
peran yang signifikan dalam melaksanakan perubahan Indonesia dari masa ke masa. Dalam
catatan sejarah pergerakan Mahasiswa Indonesia memeliki prestasi yang gemilang, dapat
dikatakan Mahasiswa merupakan thing tank perjuangan Indonesia yang sudah terorganisasikan
secara modern, serta bermuatan intelektual. Sehingga dalam melakukan agenda-agenda
perjuangan dapat dilakukan secara efektif, dan konstruktif

Kegemilangan pemuda yang paling momumental salah satunya terjadi ketika pemuda Indonesia
melakukan tindakan pengamanan Soekarno ke Rengasdengklok yang selanjutnya agar Soekarno
menyegerakan pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia selain membentengi Soekarno
dari intervensi colonial maupun pengaruh komunis.

Paska kemerdekaan, organisasi Mahasiswa tumbuh subur. Pada masa itu organisasi mahasiswa
kebanyak memiliki afiliasi dengan partai politik, berdasarkan ideologi yang menjadi kredo
perjuangannya, sebut saja HMI (Himpunan Mahasiwa Islam) yang kala itu berafiliasi dengan
masyumi, PMKRI (Persatuan Mahasiswa Khatolik RI) dengan Partai Khatolik, Gerakan
Mahasiwa Nasional Indonesia dengan PNI, PMII (Pergerakan Mahsiswa Islam Indonesia)
dengan Partai N, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, dan yang
terakhir Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMNI) dengan PKI. Kedekatan-
kedekatan yang terbangun sebenarnya tidak tertulis dalam aturan main organisasi masing-
masing, tetapi antara organisasi tersebut dengan ideologi yang di usung partai memiliki
kedekatan. Sehingga antar anggotanya juga memiliki kedekatan emosional yang menyebabkan
banyak alumni dari organisasi tersebut menjadi kader partai yang berafiliasi dengannya

Ideologi komunis yang diusung oleh PKI dan CGMNI paska Pemilu 1955 melakukan
konfrontasi kepada partai dan organisasi Mahasiswa lain, terutama perseturuan sengit antara
HMI dengan CGMNI. Mahasiswa Indonesia memandang bahwa Komunis sebenarnya ingin
mengubah dasar negara yang sudah terpancang oleh pendiri bangsa ini menjadi sosialis.
Konfrontasi ini di respon oleh mahasiswa Indonesia dengan membentuk Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan gabungan dari
beberapa elemen mahasiswa yang ada untuk melakukan perlawanan terhadap PKI maupun
CGMNI. Kali ini pun mahasiswa Indonesia mendapatkan prestasi yang gemilang dalam
membersihkan ibu pertiwi dari pengaruh Partai komunis Indonesia.

Era selanjutnya babak dimana mahasiwa mampu menumbangkan Soeharto sebagai presiden
Indonesia yang telah membangun dinasti, serta terkenal menumbuhkan semangan KKN di
Indonesia. Klimaks perjuagannya pun terlihat dramatis, dimana mahasiswa berbondong-bondong
menduduki kedung kura-kura DPR RI. Dimulai dari situ, mahasiswa membuka lembar baru
bangsa ini menjadi bangsa yang demokratis akibat reformasi yang bergulir begitu derasnya.

Paska reformasi sampai saat ini, banyak sudah yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia,
tetapihanya berorientasi pada kepentingan organisasinya. Perjuangan-perjuangan ideologis
nampaknya sudah tidak diminati lagi oleh masyarakat kita. Hal ini berakibat pada lemahnya
dukungan masyarakat pada aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa, bahkan aksi-aksi
mahasiswa di jalan mendapat kecaman keras dari masyarakat karena menyebabkan macet, dsb.
Minat mahasiswa pada masalah-masalah kemasyarakatan mulai menurun, aksi-aksi demonstrasi
hanya melibatkan kalangan elit kampus yang berjumlah puluan orang.

Dari Ideologis ke Professional

Terlihat pada masa-masa sebelumnya mahasiswa memiliki apa yang disebut dengan “common
enemy”. Dimulai dari Kolonialisme fisik, Komunis, hingga rezim Soeharto, sehingga arah
pergerakannya menjadi jelas dan terarah. Sebenarnya dalam perjuangan masa itu simbol-simbol
organisasi mampu di lebur oleh keinginan luhur mahasiswa untuk membangun bangsanya,
semuanya memiliki misi yang sama dengan warna yang berbeda. Pada masa kini sebuah
pertanyaan besar bagi mahasiswa Indonesia? Siapa “musuh” kita? Mau di bawa kemana
reformasi ini?

Pada tiap-tiap organisasi tentu punya catatan sejarah manis tentang kegemilangan mahasiswa
kala itu yang membuatnya dipelajari dengan bangga pada tiap-tiap pelatihan-pelatihan
kepemimpinan, sehingga banyak yang menjadikannya sumber inspirasi dalam berjuang. Bahkan
tidak sedikit yang menghidupkan simbol-simbol perjuangan kala itu.

Globalisasi menghilangkan sekat-sekat ideologi di dunia ini, dunia yang baru adalah dunia
kompetensi yang membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang unggul. Karena persaingan
global sudah tidak menyentuh masalah ideology, China misalnya sebuah negara komunis tetapi
menggunakan sistem perekonomian kapitalis dan banyak contoh yang lain

Untuk mengisi reformasi ini, mahasiswa harus berkonsentrasi untuk melaksanakan riset, kajian
ilmiah, dan hal-hal lain yang dibutuhkan oleh masyarakat kita saat ini. Masyarakat saat ini
menantikan produk-produk mahasiswa yang mampu dirasakan langsung oleh mereka. Masalah
pengagguran, Transportasi, Pangan, Pengelolaan SDA, Tata Kota, Teknologi Informasi,
Pemerataan Pembangunan semua itu membutuhkan hasil karya mahasiswa Indonesia, karena
siapa lagi yang diharapkan, bukankah mahasiswa adalah manusia Indonesia yang beruntung
mampu melanjutkan hingga perguruan tinggi. Disinilah perjuangan mahasiswa saat ini,
perjuangan yang lebih rumit tetapi mulia.

Behenti Berpolitik Praktis

Banyak diantara kita yang menjadi “antek-antek” partai politik bahkan alat kekuasaan. Banyak
pergerakan organisasi mahasiswa berorientasi politik, sehingga sering ikut larut dalam pesta-
pesta politik. Bukan berarti politik itu di larang, Fungsi mahasiswa sebagai Sosial Control harus
tetap di jalankan tetapi Mahasiswa bukan Agent Politik. Mahasiswa adalah Insan akademis,
pencipta, pengabdi bagi masyarakat. Tugas mahasiswa mengamankan ideologi negara bisa lebih
di kendurkan, karena tidak seperti masa itu. Tentara Nasional Indonesia saat ini sudah berperan
dengan baik. Mahasiswa dibutuhkan jika terjadi kekacauan sistem nasional, atau terjadi sumbat-
sumbat kemajuan. Disitulah mahasiswa bertugas mendobrak sumbat-sumbat itu. Tetapi jika
keadaannya aman lancar, mahasiswa mesti kembali kepada tugas utama sebagai Mahasiswa
bukan sebagai kader politik.
Pascareformasi Mahasiswa harus Membangun
Mahasiswa merupakan entitas murni yang memiliki peran strategis dalam membangun bangsa.
Dikatakan murni karena pergerakan Mahasiswa tidak terdependensi oleh kelompok manapun,
Mahasiswa idealnya berpihak pada kebenaran saja. Mahasiswa memiliki pemaknaan perjuangan
yang belum terkontaminasi kepentingan. Karena itulah perlu memastikan bahwa pergerakan
mahasiswa tidak terdependensi baik oleh kepentingan partai politik, ikatan primordial, maupun
kepentingan materiil.

13 Tahun reformasi bergulir, Mahasiswa diakui sebagai aktor kunci suksesi terbesar dalam
sejarah pepolitikan di Indonesia ini. Momentum itu adalah akumulasi kekecewaan Mahasiswa
yang memuncak, Mahasiswa berhasil menyandang gelar “maha” karena berhasil
mengenyampingkan egosentrisme nya untuk mengibarkan bendera-bendera organisasi, ideologi,
maupun golongan. Mereka bergerak atas nama Mahasiswa yang berpihak pada kebenaran
memulai kehidupan Indonesia yang lebih baik dan demokratis. Walaupun belakangan banyak
yang melakukan “klaim” atas keberhasilan reformasi.

Kini Mahasiswa ada, tetapi dinilai belum terasa keberadaannya, baik sebagai “Maha” siswa
ataupun sebagai Agent of change. Mahasiswa yang semestinya menjadikan perjuangan
kebangsaan sebagai nafas perjuangan kini tengah terkooptasi ke dalam dunianya masing-masing.
Mahasiswa belajar untuk dirinya, bekerja untuknya, berjuang, demi masa depannya. Perilaku
egosentrisme ini membuat organisasi-organisasi kemahasiswaan sepi. Mahasiswa lebih mudah
ditemukan di mall, tempat nongkrong, bioskop, café, daripada acara sosial-kemasyarakatan.
Untuk itulah perlu bagi kita sebagai Mahasiswa memahami kembali tentang nilai-nilai
perjuangan Mahasiswa yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mahasiswa Sebagai Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi

Mahasiswa sebagai insan akademis adalah sebuah keniscayaan bahwa Mahasiswa dintuntut
memiliki kompetensia keilmuan yang mapan, mampu berpikir rasional, objektif, dan kritis. Insan
akademis juga artinya mahasiswa mampu memformulasikan kemampuan teoritis dalam aplikasi
kehidupan nyata agar keilmuannya bermanfaat bagi bangsa dan Negara

Insan Pencipta artinya mahasiswa dituntut memiliki kemampuan menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan, Mahasiswa semestinya tidak berpikir hanya pada yang ada, tetapi
harus berpikir bagaimana saya mencipta. Selain itu Mahasiswa dituntut memiliki gagasan-
gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaruan.

Insan Pengabdi bermakna bahwa Mahasiswa harus memiliki sikap ikhlas dan sanggup berkarya
untuk kepentingan orang banyak, Mahasiswa senantiasa berkarya untuk perubahan orang
banyak, serta mampu menghilangkan egosentrisme nya.

Selain itu Mahasiswa sebagai “maha” dituntut menerapkan “ethic” yang tinggi, nilai-nilai yang
merepresentasikan seorang “maha”. Mahasiswa juga sebagai insan beragama dituntut memiliki
tanggung jawab terhadap keberagamaannya, serta menjadikan nilai-nilai keagamaan sebagai
“unity of personality”.
Wahai Mahasiswa yang dirundukan…

Setiap momen keberhasilan mahasiswa kita senantiasa melakukan refleksi atas diri kita, begitu
juga hari ini. Hari dimana momen reformasi 13 tahun yang lalu membawa kita pada cita-cita
yang dulu dirindukan, cita-cita tentang kebebasan berpendapat, persamaan hak, kepastian
hukum, terbukanya lapangan pekerjaan , politik yang menyejahterakan. Saat kita melakukan
refleksi ini ternyata ekspektasi itu nampaknya masih jauh dari harapan, dan itu berarti tugas kita
belum selesai. Kita bisa membuat sejarah dengan cara kita sendiri. Mengisi reformasi ini dengan
cara membangun melalui penelitian, program kekaryaan, sosial-kemasyarakatan, melalui
kreativitas kita, juga tidak lupa dengan turun ke jalan..
Siapa butuh tepuk tangan meriah, panggil saja mahasiswa!
Bertahun-tahun, saya sering menyaksikan mahasiswa diundang di televisi untuk bertepuk tangan.
Menggunakan jaket almamaternya, kemudian tertawa terpingkal-pingkal di depan Tukul, Opera
Van Java, atau parodi politik. Di TVRI masih lumayan, mereka diundang juga untuk
memberikan gagasan-gagasanya bersama para pengamat atau praktisi. Meskipun belum beranjak
dari bangku penonton.

Apakah yang ada dalam benak para dosen, dekan dan rektor melihat warga civitas akademika
mereka “dihargai” semacam itu oleh para pengelola media. Atau, apa yang ada dalam benak
mahasiswa dan organisasi kampus saat mereka “hanya” dipandang dalam posisi demikian?

Tak ada maksud saya merendahkan para mahasiswa, apalagi sangat manusiawi kalau dibalik
keseriusan mereka dalam menimba ilmu, kadang juga harus menyeimbangkan jiwa dengan
menghibur diri bersama para pelawak di televisi. Tapi, tak adakah tawar menawar yang lebih
mencerminkan harga diri sebagai mahasiswa, sebuah kelompok masyarakat terdidik utama di
Indonesia. Apalagi, acara tersebut di depan publik Indonesia sendiri. Kalau tidak, sebaiknya
hadir saja sebagai penonton biasa, bukan sebagai mahasiswa berjaket almamater.

Dalam banyak pemberitaan sekarang, peran mahasiswa semakin diwakili oleh demonstrasi yang
bertabur kekerasan. Seolah-olah kekerasan dalam aksi demonstrasi adalah syarat dari para
pengelola media untuk menjamin aksi-aksi mereka diliput dan diberitakan televisi. Tuntutan aksi
tak penting lagi menjadi berita, lempar batu dan bakar ban adalah isi beritanya.

Dalam kerangka yang lebih besar, bisa jadi itulah cermin kita sebagai bangsa. Kita sering
meminta orang luar menghargai produk dan anak bangsa kita sendiri, tapi kita bisa jadi tengah
“merusaknya” dengan sadar. Kita juga kerap meminta orang lain untuk menghargai kita, tapi kita
sendiri malah mengobral diri menerima tawaran murah sekali dan langsung boleh-boleh saja.

Sebenarnya, banyak mahasiswa dan pelajar kita menjadi pahlawan dalam mewakili bangsa,
hanya sedikit media massa merasa perlu memberitakannya untuk menjadi inspirasi bagi seluruh
rakyat. Padahal, lebih seribu manusia sekaliber Habibie telah lahir dalam rahim universitas dan
sekolah di republik ini.

Untunglah, Obama datang dan mengajarkan kepada Republik ini bagaimana menghargai
mahasiswa. Ia datang untuk memberi kuliah umum dan berdialog dengan mahasiswa. Dahulu,
Bung Karno begitu menghargai mahasiswa dan pemuda. Ia sering mengundang mahasiswa
berdebat, memarahi dan memberi kuliah pada mahasiswa. Sebab, disana cahaya kemajuan
sebuah bangsa salahsatunya ditancapkan.

Sejak zaman saya kuliah di tahun 90-an sampai era sekarang, pandangan para mahasiswa
memang tidak didengar atau diminta dalam berbagai diskusi-diskusi arus utama pemerintah
pusat dan daerah, pelaku usaha, parlemen, dst. Mungkin pandangan mereka dianggap mentah,
sok tahu dan banyak cakap sehingga tak pernah diajak. Lalu, datanglah ide entah dari siapa
sebaiknya mahasiswa disuruh tepuk tangan saja di televisi. Sebab, kalau mereka yang tepuk
tangan berarti ilmiah.
Mahasiswa dan Orientasi Hatinya

Seorang pemuda yang berkuliah di sebuah kampus ternama di negeri ini, sebut saja Mahasiswa
(bukan nama sebenarnya), akhirnya tiba di saat-saat terakhir studinya. Dengan bekal disiplin
ilmu, softskill, dan pengalaman selama kuliah dan mengikuti sejumlah proyek dan asistensi
bersama dosennya, dia cukup optimis memandang masa depan. Dia yakin, bukan dia yang
menantikan masa depan, tapi masa depanlah yang menantikan kehadiran dan sentuhannya
sehingga dengan itu, dia berharap akan ada perbedaan di masa depan ketika dia memasuki dunia
pekerjaan nanti.

Tidak ada ketakutan dan keraguan dalam hatinya untuk melangkah ke dunia profesional, sampai
akhirnya dia pun mulai berhadapan dengan sebuah kenyataan yang cukup berat. Seperti
kebanyakan mahasiswa dan alumni yang berasal dari kampusnya ini, dia pun menemukan dilema
mendasar yang selalu dihadapi tiap kali seseorang akan melangkah sebagai alumni dari kampus
ini. Yah…dilema untuk mengabdikan diri.

 “Mau ke mana saya? Saya tahu pasti, bangsa ini sangat membutuhkan putra-putri terbaiknya
untuk membangunnya, dan tanpa bermaksud menyombongkan diri, saya yakin, saya punya
‘sesuatu’ untuk diberikan kepada bangsa ini dan seharusnya bisa memberi perbedaan. Saya
yakin…anak bangsa ini harus mengubah kebobrokan sistemik yang sudah terjadi bertahun-
tahun, dan walapun ini kedengaran mustahil – jika saya berhasil membuat jejaring orang-orang
idealis yang dulunya sepikiran dengan saya – mengubah sistem yang korup di pemerintahan dan
birokrasi bukanlah sesuatu yang mustahil lagi. Baik…saya siap berkarya di instansi
pemerintahan!”

Entah berapa orang mahasiswa di kampusnya ini berpikir seperti ini, benar-benar pemikiran yang
luhur dan berani. Akan tetapi, akhirnya mayoritas dari mereka akhirnya menyerah dan
mengatakan, “Hmm…benar memang saya punya ‘sesuatu’ untuk diberikan bagi bangsa. Tapi
seberapa yang dapat diberikan pada saya? Sangat mungkin saya harus seperti Gayus untuk
bisa mendapatkan apa yang pantas saya terima dari bangsa ini. Dan lagipula, harapan sudah
terlanjur tinggi. Keluarga saya, orang-orang di kampung (karena berita kemenangan saya
berkuliah di kampus ini diketahui orang-orang se-kecamatan, lebaaaaay, hehehe…), dan
beberapa teman saya sudah menduga-duga, suatu saat nanti saya pasti jadi orang mapan dalam
tempo yang singkat dan mengangkat nama orang tua lewat kekayaan saya. Karena itu,
sepertinya saya harus menyerahkan ijazah saya ini ke perusahaan-perusahaan energi (oil &
gas) multi-nasional, yang mampu ‘menghargai’ skill, pendidikan, dan kepintaran saya dengan
harga yang sepantasnya. Yah…ini hanya tentang Hukum Kekekalan Energi, kau akan menerima
yang besar ketika berinvestasi besar, itu sangat fair! Saya habis-habisan belajar di kampus ini,
sampai kurus-kering dan jarang tidur hanya demi nilai dan kepintaran yang baik, dan
memungkinkan untuk bersaing ke perusahaan-perusahaan besar yang mampu menghargai
semua yang saya miliki.”
Anda mungkin bisa komplain dan mengernyitkan dahi ketika membaca dua pemikiran yang
dilontarkan oleh pemuda di atas. Tapi, mari jujur kepada diri sendiri. Apa yang kita kejar di
dunia ini? Apa yang paling kita inginkan sebagai manusia, dan bagaimana Anda memandang diri
Anda sendiri? Saya pribadi tidak pernah mencoba untuk menganggap pilihan mengabdi kepada
perusahaan asing/swasta/beromset besar sebagai sesuatu yang “kurang baik”. Tidak…, saya
hanya ingin menyoroti masalah motivasi, yaitu orientasi hati kita, apa yang mendorong Anda
untuk memilih tempat pengabdian kecerdasan dan kemampuan Anda? Uang? Signifikansi? Atau
kepuasan tersendiri sebagai seorang manusia yang rindu selalu berkarya dengan penuh inovasi?

Bagi semua mahasiswa yang sudah berada di tingkat akhir, ini mungkin jadi pertimbangan kita
bersama. Mau ke mana kita? Apa yang akan kita lakukan bagi hidup kita yang cuma sekali dan
sebentar ini?

Sekali lagi ingin saya tekankan, tidak ada tendensi untuk menggugat pilihan kita, namun lebih
ingin mengantar ke sebuah diskusi, apa orientasi utama kita dalam memilih tempat untuk
mengabdikan diri dan hidup kita sebagai manusia berkarya, yang dianugerahi kesempatan
mengecap pendidikan di tempat yang menyediakan kesempatan besar untuk belajar dan
menjadi bermakna?



Semoga jadi bahan perenungan kita bersama…
Tulisan ini diambil dari berbagai lirik Band Jangan Asem dengan sedikit perubahan, yang
menurut saya sudah mewakilkan suara mahasiswa :

Seorang ibu tanya pada anaknya, sebenernya apasih cita-citanya ?

Oh jadi Presiden mama..

Oh impossible nak, tak mungkin ! Jika kau besar nanti dan kuliah, hancurkan saja kau punya
cita-cita.

Sebab kampus hanya mencetak seorang sarjana dan bukan mendidik disiplin kepala negara !

Kita berhak meraih mimpi-mimpi bahkan berhak merubah mimpi-mimpi. Tak ada yang dapat
merubah kecuali diri kita sendiri dan izin sang Gusti.

Sekian lama kita hidup dalam anarki, luka dalam karena di bohongi. Jangan membual kita tak
percaya lagi ! Semua harus diganti, harus diganti !

Sering kita terperangkap pertanyaan klise “sebenarnya milik siapa tanah bumi ini ?”

Duhai Orde Baru selamat tumbang ! Semoga tidak ada lagi penindasan.

Duhai Demokrasi selamat datang ! semoga jujur & adil.

Hujan peluru jangan untuk mahasiswa, aku bangga bila untuk koruptor saja.

Jangan menindas dan tak adil, di dadamu ada sumpah. Bila mengingkari rakyat yang
membuktikannya.

Pabrik milik siapa yang mencemari kali & sungai kita ?

HPH punya siapa yang tega membabat hutan-hutan kita ?

Siapa yang mencemari negara dengan kepalsuan ?

Hanya satu jawabnya, mereka yang memiliki jiwa kapitalis. Dan yang pasti bukan kita. Karena
kita sayang Indonesia..

Inilah bahasa bisnis Indonesia..

Saat ini tak kudengar suara Bung Karno muda !

Saat ini tak kudengar suara Bung Hatta !

Sekarang ini tak kudengar suara Syahrir muda !
Saat ini tak kudengar suara Ali Sadikin muda !

Dimana ? oh dimana ? hanya ada padamu mahasiswa ! hanya ada padamu pemuda !

Lihatlah kenyataan sehari-hari, tugu pahlawan - jembatan merah tak menyentuh hati..

Lihatlah kenyataan sehari-hari, ganti rugi penggusuran sering menyedihkan..

Lihatlah kenyataan sehari-hari, banyak isu, banyak spekulasi, Semua serba koneksi..

Kita hidup di jaman yang keras ini lakukan yang bisa kau tangani, yakin saja budaya kita tinggi.

Legislatif, Yudikatif, Eksekutif jangan cari kambing hitam mahasiswa yang disalahkan !

Mari kita lihat ternyata DPR kita masih belum lantang !

Desas-desus DPR kita suka dada, paha dan sekitarnya apakah ini bisa dimaklumi ?

Bagaimana jika pemburu syahwat bicara tentang kesejahteraan, apakah kita bisa menganggapnya
relevan ?

Kata orang 40% perempuan di jawa ini umur 17 sudah tidak perawan, mau apalagi ? ini suatu
kenyataan..

Urusan syahwat itu urusan akhirat, kalo salah dunia bisa gawat !

Sedang sakit apakah Indonesia ?!
Pergerakan Mahasiswa: Esensi dan Sikap Luhurnya

Saya baru saja membaca Bagian I dari buku Catatan Seorang Demonstran nya Soe Hok Gie.
penulis bagian I ini adalah Daniel Dhakidae. dia menuliskan sosok Gie yang dia kenal dari
tulisan-tulisannya di koran-koran dan catatan hariannya, walaupun tidak mengenal secara
pribadi. di bagian pertama tersebut, Daniel Dhakidae banyak mengisahkan kehidupan Gie
sebagai seorang Cendikiawan dan seorang Demonstran.

Sebagai seorang Demonstran, Gie adalah salah seorang yang menjadi motor pergerakan
mahasiswa anggatan 66 yang menggulingkan Soekarno. dia berjuang bersama teman-teman
angkatannya, dan dengan kepercayaan diri berujar, “Kita, generasi kita yang ditugaskan untuk
memberantas generasi tua yang mengacau…. Kitalah yang dijadikan generasi yang akan
memakmurkan Indonesia.” Sebuah cita-cita yang tinggi.

Gie selalu percaya bahwa apa yang diperjuangkan oleh pergerakan mahasiswa adalah perjuangan
moral dan keadilan untuk menggulingkan kekuasaan rezim Soekarno. perjuangan mahasiswa
adalah perjuangan moral, bukan perjuangan politik untuk mencari kekuasaan. Gie paham betul
akan hal ini. Daniel Dhakidae mengatakan bahwa Gie menyadari bahwa moral dan kekuasaan
tidak bisa disatukan.

Gie memandang bahwa pergerakan mahasiswa dan organisasi mahasiswa adalah dan tetap
menjadi kekuatan moral dan tidak pernah mendasarkan tindakan-tindakannya pada perhitungan
politik. Daniel mengatakan bahwa Gie menyebut seharusnya pergerakan mahasiswa dan
organisasi mahasiswa itu seperti perjuangan cowboy. seperti dalam tulisan Gie di KOMPAS, 25
Oktober 1967 dalam rangka dua tahun KAMI:

“Mahasiswa turun ke “kota” karena terdapat “bandit bandit PKI Soekarno-Soebandrio” yang
sedang menteror penduduk, merampok kekayaan rakyat dan mencemarkan wanita-wanita
terhormat. Mahasiswa ini menantangnya berduel dan menang. Setelah ia menang ia balik lagi ke
bangku-bangku kuliah, sebagai mahasiswa yang baik. Ia tidak ingin mengeksploitir untuk dapat
rezeki-rezeki.”

luar biasa. sebenarnya ini merupakan esensi yang luar biasa jika para aktivis pergerakan
mahasiswa itu mengerti betul esensi ini.
tapi jika kita lihat kenyataannya, para mantan aktivis-aktivis pergerakan mahasiswa itu yang
dulunya begitu keras mengecam penguasa dan wakil rakyat, ketika umur sudah bertambah dan
ada kesempatan, malah menjadi bagian dari kekuasaan dan wakil rakyat. artinya, malah menjadi
bagian dari politik praktis pemerintahan. sebenarnya hal ini bukanlah hal yang haram, bukan hal
yang tabu, tapi menurut saya adalah sebuah bentuk penghianatan atas semangat pergerakan
mahasiswa yang dulu dipegang. sekali lagi, kemunafikan manusia terlihat.

Gie menjelang akhir hidupnya sampai-sampai mengirimkan Bedak dan Pupur kepada para
kawan-kawan perjuangan pergerakan mahasiswa angkatan 66 yang selanjutnya duduk tenang
menjadi wakil-wakil rakyat. “Agar mereka bersolek didepan penguasa”.

ironis, namun itulah yang terjadi.
Gie dan Potret Mahasiswa Kekinian

Siapa yang tak kenal bujangan Cina yang lahir sebagai seorang demonstran dan intelektual yang
kritis juga humanis dan tentunya sangat moralis, Soe Hok Gie. Hidup di lingkungan keluarga
yang sederhana dan mencintai alam seperti mencintai dirinya sendiri, Gie menjadi inspirator
demonstran setelah masanya berlalu (angkatan ‘66). Orang seperti Gie, sangat diperlukan rakyat
Indonesia saat itu, ketika Soekarno berada di puncak titik nadir keperkasaannya memimpin
bangsa ini dan saat Soeharto, orang yang ia bawa melenggang ke tapuk pimpinan negeri ini,
walaupun akhirnya ia menentang habis-habisan Soeharto karena dianggap berkhianat atas
amanat yang diberikan rakyat dan mahasiswa pada saat itu.




Soe Hok Gie-gambar didapat dari berbagai sumber yang tak jelas sumber aslinya

Sayangnya atau mungkin sudah takdir orang hebat seperti beliau, harus mati muda. Gie,
meninggal di tanah tertinggi Jawa, puncak Gunung Semeru, 16 Desember 1969 sehari sebelum
hari jadinya yang ke-27 tahun, ia lahir pada 17 Desember 1942. Gie meninggal akibat gas
beracun yang dihirupnya bersama Idhan Lubis, yang juga menyusul Gie.

Kehidupan Gie yang sebagian banyak dihabiskan untuk berdemontrasi dalam arti sebenarnya dan
berdemontrasi melalui tulisan yang ia buat dan beberapa dimuat di media cetak ternama saat itu,
termasuk KOMPAS.

Sosok Gie yang terlihat serius dan intelektual tinggi, bukan berarti ia menjadi orang yang kaku.
Ia juga seperti mahasiswa dan orang kebanyakan yang masih suka pesta, bercinta bahkan Gie tak
jarang ngelantur ngomong jorok yang berbau seks-suka nonton film porno juga lho….

Gie berkontribusi atas bangsa ini melalui aksi-aksinya sebagai sang demonstran dan penulis yang
gemar mengkritik penguasa tanpa pandang bulu. Sering kali Gie mendapatkan ancaman dan
perlakuan yang kasar dan mengancam keselamatan jiwanya dari orang yang tak dikenal karena
begitu kerasnya ia mengkritik penguasa saat itu melalui tulisan, sehingga orang-orang yang
dikritiknya itu “panas” telinganya. Teman-teman dan keluarga Gie sempat khawatir dengan
keselamatannya yang sering mengkritik dan mencemooh pemimpin yang dinilainya bobrok dan
busuk.
Saat pertama masuk kuliah, Gie memilih fakultas sastra jurusan sejarah (sekarang Fakultas Ilmu
Budaya) Universitas Indonesia. Ia sangat mencintai sejarah, dan Gie pada saat menjadi
mahasiswa merupakan orang yang aktif mengikuti kegiatan pendakian gunung yang diwadahi
Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UI, ia juga sempat memimpin Mapala tersebut. Kecintaannya
terhadap alam merupakan kekecewaan terhadap “pengurus” negeri ini kala itu yang tak menjaga
bumi ibu pertiwi dengan baik dan amanah, di tengah keindahan dan kekayaan alam yang
melimpah. Pendakian gunung yang dilakukan Gie juga menjadi ajang untuk melepas kepenatan
situasi sosial politik di Jakarta.

Gie ketika diawal menjadi sang demonstran sangat mendukung Soekarno yang dinilai sangat
nasionalis dan berjasa karena berperan sangat penting pada kemerdekaan Indonesia. Namun,
belakangan ia melihat Soekarno tak peka dan peduli pada penderitaan rakyat miskin dan
tertindas, ia merasa Soekarno hanya mementingkan kemewahan dan wanita. Atas alasan itu,
Soekarno begitu ditentang Gie dan mahasiswa saat itu, yang juga menentang adanya Partai
Komunis Indonesia.

Ia melihat ada seorang sosok yang kiranya mampu melawan dan membawa Indonesia lebih baik
dibanding kepemimpinan Soekarno. Soeharto, sang Jenderal yang saat itu juga menjadi ujung
tombak pemberantasan Komunis, dalam hal ini PKI.

Ia dan mahasiswa lainnya berusaha agar Soeharto dapat melenggang ke Istana dan para
mahasiswa juga mendukung militer saat itu yang menjadi pelindung rakyat. Tak lama berselang
atas euforia lengsernya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai presiden, Gie merasa gelisah dan
tentunya mahasiswa lainya merasakan hal yang serupa. Soeharto dinilainya telah melakukan
korupsi dan nepotisme serta melakukan pembunuhan terhadap orang-orang PKI yang masih
tersisa, ia menilainya itu sangat kejam dan melanggar hak asasi manusia. Sikap ini menunjukkan
bahwa Gie sangat humanis karena membela PKI atas perlakuan semena-mena, padahal ia sangat
menentang eksisnya PKI. Demontrasi dan pergerakan bawah tanah saat itu dilakukan. Soeharto
dikenal sebagai diktator yang tak pandang usia dan pandang bulu, ia akan menindak setiap orang
yang berseberangan dengannya.

Ya… tapi apa boleh buat, belum cita-cita Gie untuk menurunkan Soeharto dan menjadikan
bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki keadilan yang hakiki, ia keburu dipanggil YME ke
pangkuan-Nya. Namun sisa-sisa dan perjuangannya saat itu tak ikut mati dan terkubur. Gie
menjadi inspirator dan teladan bagi mahasiswa dan aktivis saat itu bahkan sampai sekarang.

Potret Mahasiswa Kini

Gie, semasa hidupnya melakukan aksi demontrasi dan mengkritik pemimpin yang dinilainya
bobrok dan busuk dengan keras, tajam dan berani, tapi di balik sisi itu, Gie masih
mengedepankan sisi humanis dan moralis yang tak doyan dengan chaos dalam setiap aksinya.
Inilah nilai lebih dari seorang demonstran seperti Gie. Mengkritik dan menyuarakan aspirasi
rakyat tanpa harus menggunakan kekerasan, tapi Gie melakukannya dengan intelektualitas tinggi
dan rasa kemanusiaan serta moralitas yang sangat pula.
Demontrasi (Persda Network)

Kini, aksi-aksi Gie dan mahasiswa pada jamannya, tak terlihat lagi dan mungkin hampir musnah.
mahasiswa sekarang (setelah angkatan ‘98) mulai menunjukkan kebodohan almamater yang
dikenakannya. Chaos dan tanpa substansi, aksi-aksi demontrasi sering dilancarkan mahasiswa
sekarang. Bukan rahasia lagi, banyak diantara mahasiswa yang ikut melakukan aksi, tak
mengerti dan tak tahu apa yang akan mereka suarakan dan kritik.

Pergaulan di lingkungan kampus masing-masing, kini sanagt ironis. Mahasiswa sekarang
menjelma menjadi makhluk metropolis yang kadarnya sudah di luar toleransi. Memang, Gie dan
mahasiswa kala itu, juga senang pesta dan tak lupa soal cinta, tapi ini masih dalam kadar dan
batas normal dan wajar.

Sekarang, kita bisa rasakan sendiri, sudah jarang sekali mahasiswa yang gemar membaca dan
menulis. Tugas-tugas kuliah mereka pun hasil dari contekan dan membeli melalui jasa
pembuatan tugas, makalah dan skripsi.

Banyak kini, mahasiswa berdemontrasi karena mengharapkan imbalan materil (bayaran).
Semangat yang bergelora ketika melakukan aksi, tak diimbangi dengan pemahaman atas isu dan
intelektualitas yang sangat rendah.

Jangan heran, jika setiap aksi-aksi mahasiswa sering dan pasti berujung dengan chaos, bentrok
dengan aparat kepolisian dan tak jarang pula bentrok dengan kelompok yang bersebrangan
pendapat dan ideologi. Forum-forum diskusi yang ada di lorong-lorong kampus tak
diimplementasikan mahasiswa kini ke lapangan. Mereka berkutat dan terpaku dengan teori-teori
yang belum dimengerti secara implisit. Aksi mereka pun mudah ditebak, awalnya berkumpul di
suatu tempat mengumpulkan mahasiswa lainnya >> Menuju Lokasi >> Teriak-teriak beresensi
namun tak memahaminya >> Memulai provokasi >> bakar ban >> Bentrok dengan aparat
kepolisian dan yang terakhir CHAOS.

Hampir jarang kita menemukan seorang mahasiswa yang mengkritik melalui tulisan-tulisan yang
tajam, aktual, dan sangat berani. Dapat terlihat dari fenomena mahasiswa Indonesia kekinian
yang mengalami krisis identitas. Jangan berharap banyak akan masa depan bangsa ini kepada
mahasiswa sekarang. Mereka cinta dunianya sendiri, bukan cinta kepada bangsa dan rakyatnya.

Jika ada mahasiswa yang mengaku terinspirasi dengan Soe Hok Gie, berarti ia bohong dan tak
mengerti perjuangan Gie dan mahasiswa kala itu.

Berikut puisi karya Soe Hok Gie:

                                          PESAN

                                 Hari ini aku lihat kembali
                               Wajah-wajah halus yang keras
                            Yang berbicara tentang kemerdekaan
                                      Dan demokrasi
Dan bercita-cita
                                  Menggulingkan tiran

                                Aku mengenali mereka
                                  yang tanpa tentara
                            mau berperang melawan diktator
                                 dan yang tanpa uang
                              mau memberantas korupsi

                                     Kawan-kawan
                              Kuberikan padamu cintaku
                            Dan maukah kau berjabat tangan
                                Selalu dalam hidup ini?

Puisi Soe Hok-Gie di Harian Sinar Harapan 18 Agustus 1973.
Mahasiswa Aktif, Mahasiswa Prestatif

                                 …Untuk apa kita berdiri
                                   Jika hanya terdiam
                                 Tak ada yang berubah
                      Hanya sebuah status mahasiswa yang kita punya
                              Ilmu apa yang telah kita dapat
                                     Hanya terdiam
                                   Memandang sekitar
                                 Tanpa ada tindakan…

Sebait ungkapan hati ini merupakan bagian dari sebuah catatan yang pernah saya publikasikan
pada akun facebook saya dan cukup mengundang banyak komentar dari rekan-rekan
seperjuangan saya. Ini merupakan satu hal yang cukup menarik untuk dikritisi. Alasanya sangat
sederhana, apatisme mahasiswa. Saat ini, kebanyakan mahasiswa hanya terfokus dengan tujuan
serta kepentingan pribadi mereka seperti tamat dalam waktu singkat dan IPK yang tinggi. Hanya
ada beberapa saja di antara mereka yang mempunyai kemauan, kemampuan dan kesungguhan
dalam menggeluti organisasi-organisasi, khususnya organisasi mahasiswa. Mayoritas orang
berpendapat bahwa mereka (mahasiswa) yang bergelut dengan dunia organisasi kampus akan
terkena syndrome tamat dalam waktu lama dan dengan IPK yang tidak begitu memuaskan. Betul
tidak?

Sesungguhnya, berkecimpung di dunia organisasi akan memberikan kita manfaat yang luar
biasa. Berorganisasi merupakan langkah awal kita untuk belajar bekerja sama, membangun
networking (jaringan), mengerti dan memahami, belajar arti kesungguhan, ketulusan serta
pengabdian sebelum nantinya memasuki dunia kerja dan meniti karir lebih jauh. Ilmu-ilmu yang
dulu hanya kita dapatkan secara teoritis pada mata pelajaran Kewarganegaraan saat masih di
bangku sekolah. Nah, disinilah letak kedewasaan dan kearifan kita dalam menyikapi dan
memanajemen diri dengan sebaik mungkin antara aktif berorganisasi serta berprestasi baik di
bidang akademis maupun non akademis.

        Dari hari ke hari, mahasiswa dari belahan dunia lainya juga sedang melakukan
percepatan diri yang boleh dikatakan lebih cepat beberapa langkah dari kita. Sebagai seorang
mahasiswa, tentu hendaklah kita menggali potensi-potensi positif yang ada pada diri kita agar
tidak ketinggalan. Menjadi mahasiswa biasa atau mahasiswa luar biasa, jawabannya ada pada
diri anda. HIDUP MAHASISWA!!!
ketika harus memilih dan kemudian menentukan ini yang baik untuk dilakukan dan itu
                          adalah hal yang harus ditinggalkan.



Aku dan realita hidup. Sebuah catatan kegalauan ketika harus memilih dan kemudian
menentukan ini yang baik untuk dilakukan dan itu adalah hal yang harus ditinggalkan.

Gerakan mahasiswa sedang mengalami sebuah fase mengkhawatirkan. Pencitraan yang
berlebihan akan gerakan-gerakan mahasiswa yang belakangan marak terjadi, seakan menjadi
sebuah kegalauan tersendiri untuk para mahasiswa dan tentunya aktivis yang lantang bersuara
kencang. Bagaimana tidak, berita-berita memojokan tentang gerakan mahasiswa yang anarkis
dan selalu merusak sarana publik tentu menjadi sebuah pukulan telak. Berita-berita tersebut tentu
dilain pihak adalah sebuah hal yang menguntungkan. Mereka yang tidak senang dengan gerakan
mahasiswa ini kemudian seakan mendapatkan jalan untuk berusaha menjatuhkan mahasiswa dan
pada akhirnya membuat masyarakat antipati terhadap generasi perubahan ini.

Entahlah, aku tidak ingin berdebat terlalu panjang tentang aksi-aksi anarkis yang belakangan
terjadi, karena untukku cukup banyak faktor yang bisa menyebabkan semua itu terjadi yang
mungkin tidak bisa dijelaskan dengan mudah dan akhirnya dapat dimengerti dengan mudah pula
oleh sebagian masyarakat kita.

Banyaknya kasus-kasus dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita yang merupakan ulah
segelintir elit yang mengatasnamakan rakyat dengan memanfaatkan kebodohan dan keluguan
masyarakat kita adalah sebuah hal yang harus terus menerus mendapatkan kawalan mahasiswa.
Mahasiswa seharusnya bisa dipahami posisinya sebagai agen perubahan dan pengawal.
Bayangkan andai tidak ada kaum intelektual ini, maka akan semakin mudahnya mereka, kaum
elit bermasalah akan mengeruk dan merenggut semua hak-hak, semua kebahagiaan yang
seharusnya menjadi milik kita.

Tidak, aku tidak bermaksud membuat sebuah pembenaran dari semua aksi-aksi anarkis
mahasiswa yang sedang marak terjadi. Aku hanya berusaha agar kita semua bisa memposisikan
diri dan saling mengerti tentang posisi masing-masing. Benturan-benturan yang terjadi
seharusnya bisa benar-benar dipahami bahwa hal yang dilakukan adalah dalam rangka menguak
sebuah kebenaran yang sedang ditutup-tutupi, meskipun benar adanya bahwa sikap anarkis
adalah hal yang tidak bisa ditolerir.

Katakanlah gerakan mahasiswa belakangan tidak lebih hanya sebuah gerakan merusak fasilitas
publik, sebuah sikap narsisme demokrasi, tapi tolong jangan samaratakan semua itu dalam satu
nama suci, MAHASISWA. Lihatlah kawan-kawan mahasiswa yang dalam perjuangannya benar-
benar bersuara untuk kaum miskin papa, untuk segala ketertindasan, jangan nafikan mereka,
jangan nafikan kami.

Realitanya aku bangga pernah dicap sebagai pemberontak saat dulu menyandang gelar
mahasiswa. 4 tahun itu aku menghabiskannya dengan berkoar-koar tentang idealisme, sebuah jati
diri yang ingin tetap kugenggam erat, disini, diantara kepalan kedua tangan. Meskipun
belakangan terkesan ada yang ingin menggembosi fungsi-fungsi mahasiswa dengan mencitrakan
mahasiswa sebagai seorang manusia yang tak lebih hanya berbekal nafsu anarkis dalam bersuara,
namun tak mengapa. Setiap jaman punya ciri khasnya, terlebih soal peran-peran mahasiswa yang
akan selalu dibutuhkan karena mahasiswalah generasi perubahan, generasi pengawal.

Dan aku, seorang lelaki yang terdampar pada fase pertengahan. Keluar dari remaja dan beranjak
tua. “kamu sudah dewasa nak, sudah sarjana” begitu ibuku bilang. Sarjana? ada apa kiranya
dengan gelar itu? sepertinya semua orang bangga sekali. Menenteng sebuah anamah dengan
gelar yang disandangnya untukku adalah sebuah beban. semua ini menuntut aku untuk mencoba
menemukan fakta-fakta lain untuk kemudian menjadikannya sebagai data-data penguat jati diri.
Berharap menjadi seorang lelaki yang gagah, penuh pesona, penuh makna dan tentunya berguna
untuk semua. “akh…ini semua realita”
Mahasiswa di mana kau kini
Beginikah mahasiswa, ketika lifestyle lebih paham daripada mata kuliah.

Beginikah mahasiswa, ketika aktualisasi diri tidak didapat dari forum diskusi tetapi dari social
networking.

Inikah penerus bangsa yang menganggap keseriusan sebagai “lebay”

Inikah penerus bangsa yang malas mencari idealisme karena dianggap “berat”.

Atau saya yang terlalu berbeda, ketika saya hidup di kota “mahasiswa” sebagai pekerja, pernah
menjadi mahasiswa juga, dan melihat mungkin hanya 10% mahasiswa yang bisa saya sebut
sebagai mahasiswa di kota ini. Saya jadi malu ketika harus menuliskan gelar kesarjanaan saya
dibelakang nama lengkap, karena citra mahasiswa sekarang yang saya sendiri malu mengakui,
bahwa mereka, kebanyakan memang hanya pantas disebut “siswa” tanpa embel-embel “maha”.

Nongkrong di coffeeshop bagi mahasiswa itu keren, nongkrong di perpustakaan bagi mahasiswa
itu tidak “gaul”, nge-mall itu rutinitas bagi mahasiswa tapi toko buku? yah, kalo lagi ada buku
yang butuh banget buat dicari saja. ini bukan fenomena, tapi kelaziman. Yogyakarta adalah surga
untuk mahasiswa bersenang-senang, apalagi dengan kiriman uang rutin yang tabu jika telat.
bicara sarana, karaoke house, futsal stadium, coffee shop, mall, night clubb, hot spot area, yang
tidak pernah tidur telah menenggelamkan sarana pendukung belajar mereka. sarana belajar itu
apa? tanyaken pada pemerintah saja, saya sendiri tidak bisa melihatnya di sini, mungkin ada tapi
kalah megah dari sarana refreshingnya.

Kenapa mahasiswa Sipil sulit memahami Struktur, mahasiswa IT bingung coding, mahasiswa
Kimia bengong dengan kimia organik, atau mahasiswa Sosisal lebih pinter mengarang indah di
lembar ujian daripada memahami teori ahli. Karena semalam sibuk nge-game dengan spech
komputer yang muat buat NFS Underground, atau karena semalam mereka pulang pagi setelah
mabok di Hugos, atau mungkin bunyi “tuing” dari chat room lebih menarik dari buku tebal yang
pake bahasa inggris itu.

Pernah manager personalia di perusahaan saya curhat pada saya perihal sulitnya mencari fresh
graduate bermutu sekarang ini, dengan IPK 3,5 saja kualitas mereka masih tanda tanya, itu kata
manager personalia perusahaan saya lho. Itupun setelah diterima bekerja mereka hanya bertahan
sebulan dua bulan karena “malas” dengan preassure dan tanggung jawabnya.

Maaf, tulisan saya bukan sumpah serapah, tapi hanya opini saja dari saksi mata dan saksi hidup.
kalau mau bahas yang 10% sisanya, pasti mereka akan atau sudah menjadi orang-orang yang luar
biasa. Karena mereka dari semula tahu prioritas, menetapkan tujuan, dan berani bermimpi. tanya
saja pada mahasiswa di kanan-kiri anda, apa mereka bisa berandai-andai, 10 tahun mendatang
mereka akan berada di mana dan melakukan apa?
Setelah kita mempelajari Tools-Tools Photoshop, Membuka File Baru, Membuat File Baru, dan
Menyimpan dalam bentuk .JPG maka saat ini Saya akan memberikan tutorial Photoshop
bagaimana memberi warna yang kita inginkan pada objek tertentu.

Ikuti langkah-langkah di bawah ini :

1. Buka Photoshop

2. Buka file/foto yang ingin di Edit dengan cara Ctrl + O lalu pilih file/foto yang diinginkan.




                                 1.1 contoh Foto yang saya ambil

3. Duplicate File/foto yang diinginkan dengan cara klik kanan layer Background lalu pilih
Duplicate layer

4. Pada Toolbar pilih Image  adjustments  Hue/Saluration atau Ctrl + U

5. Atur Hue sesuai dengan keinginan tetpi pada gambar di atas saya menggunakan Hue +91,
Saluration +23 , Lightness 0. perhatikan gambar di bawah ini :




                                                1.2
6. Hapus bagian-bagian yang tidak ingin di beri warna, setelah di hapus hasilnya akan seperti ini




                     1.3 hasil gambar setelah bacground copy telah di hapus

Dalam gambar bacground copy yang saya hapus hanyalag gambar orangnya saja jadi hanya
orangnya aja yang tidak berubah warnanya

Sebenarnya ini dah jadi tapi warna yang diganti hanya satu macam, tetapi jika mau banyak
macam warnanya lanjutkan dengan cara:

7. pada layers ganti normal menjadi lighten maka hasilnya akan seperti ini




                          1.4 gambar pergantian dari normal ke lighten
1.5 Hasil gambar yang diperoleh

      Hanya ini yang dapat saya berikan kepada teman-teman semoga dapat bermanfaat.




BELAJAR MEMBUAT BINGKAI SEDERHANA DENGAN ADOBE PHOTOSHOP
A. pertama kita buka adobe potosop lalu kita buka file gambar dengan menekan ctrl+O
B. kemudian dengan menggunakan polygonal lasso tool (l) kita crop imagenya sesuai dengan
keinginan. kurang lebih kaya dibawah ini broo…!

A. Kemudian kita buat new layer buat background. B. Atur warnanya dengan mengunakan layer
style (gradient overlay) sesuaikan warna sesuai keinginan kamu brooo…!! Bisa juga
menggunakan cara lain bro dalam pewarnaan ini mah…heeeehee nie contohnya menggunakan
layer style (gradient overlay)


Lanjut broo… kita bikin bunga di backgroundnya bro dengan Brush Tool (B) dan pilih brush
yang kamu suka dengan mengklik kanan dan pilih bro yang kamu suka biar backgroundnya
tambah menarik…. Tengok di bawah ini bro…..!!!

–>

Ngopi dulu ah biar lebih nyantai bro…!!(hahahahaha..)
Lanjut bro..!!
–>

A. Duplikat backgroundnya kemudian dengan menggunakan Rectangular Marquee Tool (M)
kita potong tengah backgroundnya brooo dan ganti blending layernya dari normal jadi screen.
B. Untuk warna dan effecknya kita gunakan layer style lagi brooo kaya yang diatas sampe kita
nemukan warna dan effeck yang cocok dengan hati kita bro…!!!!!Jadilah bingkainya brooo.
C. Dibawah kiri gambar contoh jadinya bro. Di layernya Kita simpan diatas poto yang tadi kita
potong bro…!!




A. Duplikat lagi background yang udah ada gambar yang tadi di brush dengan bunga bro
kemudian simpan di bawah fotonya.Kita buat layer mask di gambar foto yang di potong tadi
broo..
B. Kemudian dengan mengunakan Brush Tool (B) dan memilih bentuk yang kita suka , kita
bikin gambar di mask agar si gambar background di bawahnya bisa kilihatan ke atas. Yang tanda
panah hitam bro hasilnya…!!




Lanjut broooo . untuk transporm nya kita exsport dulu seluruh gambarnya kecuali background
(atau kita aktifkan semua gambar kecuali backgroung trus di grup) kemudian ctrl+T bro buat
memulai mentransporm kemudian klik kanan buat bantuan yang kita ingin kan brooo. Nah kita
cari deh ukuran dan bentuknya yang sesuai keinginan brooo !!
Next brooo.. kita olah lagi backgroundnya dengan merubah warna dan gambar sesuai keinginan.
Ni aku pake background hitam dan dengan vasiasi dari Brush Tool brood an yang di bawah ini
hasil aku. Coba bro lebih creative lagi bikin backgrounya biar lebih hidup lagi..!!
heheheeeeee…….




Lanjut brooo… kita duplikat lagi yang barusan kita buat tapi kita simpan diatas poto dan
kemudian hapus gambar sebagian gambar yang menutupi poto yang tadi di eksport. Nah biar
gambar tadi tidak lebih dari gambar poto kita tekan Alt sambil mengarahkan tanda panah
diantara layer foto dan gambar yang baru kita hapus.hasilnya di sebelah kanan bawah gambar
poto.


Untuk bingkai yang paling atas kita ikuti langkah yang sebelumnya kita bikin bingkai dengan
mengganti warna dan effeck nya. Dan untuk hurupnya kita gunakan Horizontal Type Tool
(T)dan mulai dengan memilih jenis hurup dan ukuran yang pengen kita gunakan. Kemudian kita
kasih effek layer style lagi biar lebih menarik caranya sama yang sebelum nya.




9. Akhirnya kita bisa nikmati sisa kopi tadi sambil memandang hasil editan kita sendiri..
hahahaaa….!!
TERIMA KASIH



Sering kali kita menjumpai atau mendapatkan hasil jepretan gelap kurang cahaya, biasanya itu
terjadi karena saat pengambilan gambar posisinya membelakangi sumber cahaya.

Tutorial ini akan membantu anda yang mendapati masalah tersebut dengan memperbaiki bagian
bagian yang gelap menjadi hasil foto yang sesuai anda inginkan dengan cara yang mungkin anda
tahu sebelumnya.

Dibawah ini cara memperbaiki hasil foto yang gelap :

Langkah 1.

a) Buka foto yang akan diperbaiki.




note: Perhatikan intensitas warna gelap yang ada di foto, Semakin gelap foto maka kemungkinan
untuk bisa diperbaiki semakin kecil. Mungkin bisa diperbaiki, tapi warna dan cahaya yang
ditampilkan tidak natural. Dalam tutorial ini aku akan menjadikan foto yang gelap menjadi foto
dengan kontras cahaya dan warna yang natural. Sehingga foto yang telah diperbaiki terlihat
seperti tidak pernah diperbaiki

b) Disni saya menggunakan foto yang menurut saya bermasalah dan cocok buat contoh.
c) Duplikasi foto dengan menekan Ctrl + J atau dengan mengeklik Layer – Duplikat Layer
maka akan muncul seperti yang ada dibawah.




d) Ubah layer mode hasil duplikasi,
klik kiri pada anak panah tersebut

Pilih mode screen, maka akan terlihat perubahan pada gambar.

e) Gambar akan berubah menjadi seperti ini, menjadi lebih terang.
f) Kemudian klik image – Adjustments – Shadow/ Highlight.
g) Atur nilai Shadow 79 % dan 92 % untuk Highlight. ( sesuaikan nilai- nilai shadow dan
highlight sesuai dengan kebutuhan foto yang akan dirubah. Semakin besar nilai highlight
cahaya background akan redup tapi gambar semakin jelas, highlight berfungsi untuk
mengatur intensitas cahaya pada warna-warna terang. Shadows berfungsi untuk mengatur
intensitas cahaya pada warna-warna gelap, contohnya pada bayangan benda.sisi gelap yang
diperbaiki akan semakin terang).

h) Hasil.
Lihat perbedaan sebelum dan sesudah gambar diperbaiki.
Anda ingin menambah efek pelangi pada Photo seperti diatas, gampang ikuti tutorial berikut ini.
Untuk menambah efek pelangi pada photo atau image dengan aplikasi program Photoshop cukup
mudah. Berikut ini langkah-langkah yang bisa anda lakukan :

1. Buka Image/Photo anda dengan Photoshop, saya memberikan contoh dengan image
pemandangan laut yang ada pada Windows Background kemudian buat layer baru dan diberi
nama misal Pelangi.




2. Aktifkan Layer Pelangi kemudian Klik Tool Gradasi dan pilih tab Circular Rainbow biasanya
ada di panel atas, lihat gambar.
3. Kemudian dengan Tool Gradasi klik di area kerja pada layer Pelangi
4. Karena Posisi pelangi belum pas maka geser pelangi tersebut dengan dengan Move Tool
seperti pada gambar, dan hapus area yang ditandai line kotak dengan tool Eraser.
5. Langkah selanjutnya pelangi di beri efek Gaussian Blur di menu Filter dengan radius seperti di
gambar.
6. Pada Layer pelangi ubah opacity dan mode lighten seperti pada gambar, sehingga pelangi
nampak alami.
7. Untuk memberi kesan natural image pemandangan, pada layer gambar pemandangan diberi
sentuhan adjusment dengan Hue/Saturation dengan komposisi seperti pada gambar.
Demikian sedikit tutorial sederhana ini semoga bermanfaat bagi yang ingin belajar Program
Photoshop.

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a Tentang mahasiswa dan tutorial edit photoshop

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...Mohamad Khaidir
 
Mungkinkah kiamat atas karakter bangsa dan cinta tanah air datang tak lama la...
Mungkinkah kiamat atas karakter bangsa dan cinta tanah air datang tak lama la...Mungkinkah kiamat atas karakter bangsa dan cinta tanah air datang tak lama la...
Mungkinkah kiamat atas karakter bangsa dan cinta tanah air datang tak lama la...Ema Cenut
 
Agent of Change.pdf
Agent of Change.pdfAgent of Change.pdf
Agent of Change.pdfRuriAlca
 
Identifikasi potensi terjadinya tawuran di kampus unhas
Identifikasi potensi terjadinya tawuran di kampus unhasIdentifikasi potensi terjadinya tawuran di kampus unhas
Identifikasi potensi terjadinya tawuran di kampus unhasammarthakim
 
1. al manar post april edisi I
1. al manar post april edisi I1. al manar post april edisi I
1. al manar post april edisi IIjal ElSelatany
 
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa SMPN 1 Cikidang
 
POWER POIN MAKALAH TAWURAN.pptx
POWER POIN MAKALAH TAWURAN.pptxPOWER POIN MAKALAH TAWURAN.pptx
POWER POIN MAKALAH TAWURAN.pptxslamet704440
 
Laporan akhir kkn sherly wulan sahi yunita
Laporan akhir kkn sherly wulan sahi yunitaLaporan akhir kkn sherly wulan sahi yunita
Laporan akhir kkn sherly wulan sahi yunitaSherdyoAP
 
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasionalAlieska Waye
 
2015 pemuda bekhianat-indonesia bangga
2015 pemuda bekhianat-indonesia bangga2015 pemuda bekhianat-indonesia bangga
2015 pemuda bekhianat-indonesia banggaTutut Ariani
 
Esai balairung
Esai balairungEsai balairung
Esai balairungroif ahmad
 
132636171 makalah-bhs-indonesia
132636171 makalah-bhs-indonesia132636171 makalah-bhs-indonesia
132636171 makalah-bhs-indonesiaEka Lidia
 
LAPORAN AKHIR KKN UNUSIDA BERDAYA 2020
LAPORAN AKHIR KKN UNUSIDA BERDAYA 2020LAPORAN AKHIR KKN UNUSIDA BERDAYA 2020
LAPORAN AKHIR KKN UNUSIDA BERDAYA 2020NurLailatulHabibah
 

Semelhante a Tentang mahasiswa dan tutorial edit photoshop (20)

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Mungkinkah kiamat atas karakter bangsa dan cinta tanah air datang tak lama la...
Mungkinkah kiamat atas karakter bangsa dan cinta tanah air datang tak lama la...Mungkinkah kiamat atas karakter bangsa dan cinta tanah air datang tak lama la...
Mungkinkah kiamat atas karakter bangsa dan cinta tanah air datang tak lama la...
 
Agent of Change.pdf
Agent of Change.pdfAgent of Change.pdf
Agent of Change.pdf
 
Cegah budaya kekerasan.
Cegah budaya kekerasan.Cegah budaya kekerasan.
Cegah budaya kekerasan.
 
Identifikasi potensi terjadinya tawuran di kampus unhas
Identifikasi potensi terjadinya tawuran di kampus unhasIdentifikasi potensi terjadinya tawuran di kampus unhas
Identifikasi potensi terjadinya tawuran di kampus unhas
 
1. al manar post april edisi I
1. al manar post april edisi I1. al manar post april edisi I
1. al manar post april edisi I
 
Indonesian youth culture
Indonesian youth cultureIndonesian youth culture
Indonesian youth culture
 
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
 
POWER POIN MAKALAH TAWURAN.pptx
POWER POIN MAKALAH TAWURAN.pptxPOWER POIN MAKALAH TAWURAN.pptx
POWER POIN MAKALAH TAWURAN.pptx
 
Laporan akhir kkn sherly wulan sahi yunita
Laporan akhir kkn sherly wulan sahi yunitaLaporan akhir kkn sherly wulan sahi yunita
Laporan akhir kkn sherly wulan sahi yunita
 
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional
 
Siswa beringas 2012
Siswa beringas 2012Siswa beringas 2012
Siswa beringas 2012
 
2015 pemuda bekhianat-indonesia bangga
2015 pemuda bekhianat-indonesia bangga2015 pemuda bekhianat-indonesia bangga
2015 pemuda bekhianat-indonesia bangga
 
Artikel penyimpangan sosial
Artikel penyimpangan sosialArtikel penyimpangan sosial
Artikel penyimpangan sosial
 
Esai balairung
Esai balairungEsai balairung
Esai balairung
 
Laporan
LaporanLaporan
Laporan
 
Choirul mukoliq
Choirul mukoliqChoirul mukoliq
Choirul mukoliq
 
132636171 makalah-bhs-indonesia
132636171 makalah-bhs-indonesia132636171 makalah-bhs-indonesia
132636171 makalah-bhs-indonesia
 
LAPORAN AKHIR KKN UNUSIDA BERDAYA 2020
LAPORAN AKHIR KKN UNUSIDA BERDAYA 2020LAPORAN AKHIR KKN UNUSIDA BERDAYA 2020
LAPORAN AKHIR KKN UNUSIDA BERDAYA 2020
 

Último

Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfVenyHandayani2
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 

Último (20)

Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 

Tentang mahasiswa dan tutorial edit photoshop

  • 1. Apatis, pragmatis, hedonis, dan berbagai kebiasaan buruk lainnya melekat pada diri mahasiswa sekarang. Bagaimana tidak? Ada tanggung jawab besar yang harus ditanggung oleh mahasiswa. Tanggung jawab pertama adalah kepada orang tua. Mereka harus bisa memberikan jawaban atas susahnya para orang tua mereka untuk membiayai biaya kuliah yang semakin melambung. Padahal, harga kebutuhan pokok pun semakin mencekik. Akan sangat tidak sopan jika para mahasiswa pulang dengan nilai yang tidak membanggakan. Mengapa nilai? Karena nilai lah yang biasanya menjadi indikator kepuasan orang tua. Memiliki IP bagus, lulus cum laude, dan diterima di perusahaan minyak adalah dambaan banyak orang tua sekarang. Dengan tanggungan demikian para mahasiswa pun cenderung untuk lebih mementingkan segi akademis mereka. Apalagi sekarang kondisi pendidikan tinggi cukup sulit. Tugas yang menumpuk, seakan tugas itu sudah menjadi kebutuhan pokok mahasiswa. Alasan kedua adalah masalah yang ada dalam bangsa ini. Kita tahu bahwa bangsa ini sedang dilanda sakit yang sangat kronis. Perampokan, pembunuhan, penipuan, korupsi, dan berita kriminal lainnya menghiasi negeri ini tiap hari. Masyarakat mulai jenuh. Apalagi mahasiswa, lebih baik mereka memilih untuk fokus pada kuliah, lulus, dan membahagiakan keluarga. Namun, beberapa waktu mendatang, beberapa mahasiswa akan melupakan sisi gelap mereka tersebut. KKN, bukan Korupsi Kolusi dan Nepotisme, akan memaksa mahasiswa untuk tidak apatis dengan permasalahan bangsa ini. Kegiatan itu disebut Kuliah Kerja Nyata. KKN adalah kegiatan akademik yang dilaksanakan di tengah kehidupan sosial masyarakat, terutama di wilayah pedesaan. Mahasiswa peserta KKN diperkenalkan secara langsung dengan masyarakat dan permasalahannya yang kompleks. Sambil belajar, para mahasiswa sekaligus mengaplikasikan pengetahuannya sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat. Melalui KKN, mahasiswa diharapkan selain menjadi calon sarjana yang mempunyai kompetensi sesuai keilmuannya, juga menjadi calon sarjana yang populis, generalis, dan mempunyai kepedulian terhadap problem-problem kemasyarakatan. Dengan KKN inilah mahasiswa, yang hanya 5% dari total penduduk di Indonesia, menjadi perintis perubahan dalam masyarakat pedesaan. Para mahasiswa yang biasa belajar di dalam kelas, harus mampu menyelesaikan permasalahan di pedesaan sesuai kemampuan mereka. Jika di kelas, para mahasiswa hanya terbiasa dengan teori-teori, dan mungkin praktek pun masih berbasis pada teori saja, nah dalam KKN ini mahasiswa dihadapkan dalam sebuah problem langsung. Bagaimana penyelesaiannya, bagaimana cara mahasiswa mampu mengajak masyarakat desa agar lebih madani. KKN bisa menjadi semacam Corporate Social Responsibility sebuah kampus terhadap masyarakat sekitar. Seperti halnya sebuah perusahaan yang berada di suatu wilayah, perusahaan tersebut harus membalas budi kepada masyarakat sekitar. Begitu pula dengan KKN. KKN menjadi balas budi sebuah universitas terhadap daerah sekitarnya. Sangat tidak adil ketika dalam suatu daerah, ada universitas besar yang di dalamnya terdapat orang-orang cerdas namun di sekitar daerah tersebut masih banyak orang yang belum bisa baca tulis. Misal di Jogjakarta. Meski berstatus sebagai kota pelajar, masih banyak masyarakat yang tertinggal di sekitar kota tersebut. Sehingga UGM, yang berstatus sebagai universitas nomer dua di negeri ini memiliki
  • 2. kewajiban untuk membantu masyarakat tertinggal tersebut. Di Jogja sendiri UGM tidak bekerja sendiri. Beberapa universitas yang lain seperti UIN Sunan Kalijaga, dan Universitas Islam Indonesia juga memiliki program KKN seperti halnya di UGM. Di UGM sendiri KKN lebih berbasis kepada community empowerment (pemberdayaan masyarakat) bukan community development (pembangunan masyarakat). Hal ini dimaksudkan karena subjek dalam KKN bukan hanya mahasiswa, namun juga masyarakat. Dengan metode pemberdayaan, masyarakat menjadi aktor utama, mahasiswa hanya sebagai inisiator saja. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat tetap berkembang secara mandiri meskipun proses KKN telah selesai. Program KKN sendiri cukup bervariasi. Mahasiswa lewat dosen pembimbing bebas memilih tema dan mengajukan proposal program mereka. Rata-rata program pun tidak berbeda jauh dengan bidang keilmuan. Bagi mahasiswa fakultas Teknik energi menjadi primadona utama, seperti pemberdayaan listrik tenaga angin di Pandansimo, bantul, Yogyakarta. Ada pula pemanfaatan potensi pariwisata di daerah lombok, pendirian UMKM di daerah Cepu, bahkan ada pendidikan kemasyarakatan di Papua. Sebagaimana disampaikan oleh bapak Wakil Presiden Indonesia dalam pelepasan mahasiwa KKN di Grha Sabha Pramana, UGM Kamis lalu, beliau berpesan bahwa mahasiswa sebagai generasi yang akan menggantikan pemimpin yang ada saat ini harus lebih peduli terhadap realita masyarakat. Jadi ketika nanti menjadi pemimpin, harus jauh lebih baik daripada yang sekarang. Pramudya Arif Dwijanarko Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa UGM 2011
  • 3. “Kamu Persis Mahasiswa”. Begitu ungkapan tukang becak kepada sesama tukang becak jika terjadi perkelahian sesama tukang becak di Kota Makassar. Saya klik Kompas.com. Ada tulisan: “Kampus UMI Bak Medan Perang”. Saya kaget. Sewaktu saya melintasi jam 10-an tadi pagi, saya tidak melihat adanya gelagat perkelahian di UMI (Universitas Muslim Indonesia) Makassar. Menurut Kompas.com perkelahian itu terjadi sore tadi. Saya baru sadar ternyata saya pulang lewat Tol Reformasi Makassar (yang tentu saya tidak melintasi Jln. Urip Sumoharjo Km 4 tempat kampus UMI berdomisisli). Perkelahian di Universitas Muslim Indonesia sudah tak terbilang lagi jumlah peristiwanya. Setidaknya ada 3 universitas di Makassar yang hobi berkelahi: Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar dan Universitas Muslim Indonesia. Jika Unhas memiliki pola interen. Waspadai pada bulan september, gejala ini telah berlangsung sejak tahun 1992 yang dikenal dengan Black September di mana gedung Fakultas Teknik ludes dibakar. Black September juga sering dikaitkan dengan G30S/PKI. Sampai saat ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Hanya pepesan kosong saja. Tetapi yang menjadi pertanyaan, mengapa mahasiswa unhas puncak keributannya di setiap bulan september?. Kemudian untuk mahasiswa Universitas Muslim Indonesia agenda tahunannya di bulan April yang mereka peringati sebagai AMARAH (April Makassar Berdarah) dan telah dibuatkan Tugu Amarah. AMARAH sendiri terjadi pada tanggal 24 April 1996 ketika militer orde baru menggempur mahasiswa UMI dan menewaskan 3 mahasiswa. Sebagai pendidik, saya merasa bahwa itu kegagalanku dan teman-temanku dalam mendidik mahasiswa. Saya harus gentle mengakuinya dan meminta maaf kepada masyarakat Sulawesi Selatan secara khusus dan Negara Republik Indonesia secara umum, bahkan kepada duniapun saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Tetapi di balik itu saya juga ingin menyampaikan hal-hal yang urgen yang menjadi pemicu perkelahian mahasiswa: Tembok antar fakultas yang sangat tinggi Interaksi emosional yang kerap memunculkan kosleting akibat arus pendek antar mahasiswa oleh karena setiap fakultas sama-sama mengklaim jago dan terhebat di antara fakultas lainnya. Ada kecenderungan fakultas eksakta merasa hebat dan pintar dari fakultas ilmu-ilmu sosial. Suatu ke- idiot-an yang benar-benar idiot. Ketika ilmu pengetahuan saling ketergantungan masih ada saja mahasiswa menganggap ilmunya yang paling hebat dan mengklaim bahwa ilmu pasti adalah ilmu hebat dibanding ilmu sosial.
  • 4. Apa mereka tidak tahu bahwa fisika, teknik, kedokteran adalah gabungan beberapa ilmu. Apa ketika berhadapan dengan manusia bukan sosiologi yang digunakan. Apa ketika membangun sebuah gedung, bukan ilmu humaniora yang dipakai. Apa memang ilmu fisika tak berbicara tentang interaksi sosial. Bubarkan Himpunan Mahasiswa Jurusan Celakanya lagi dengan kehadiran himpunan mahasiswa jurusan yang telah melenceng jauh dari budaya akademik. Yang mereka lakukan lebih banyak mengatasnamakan himpunan mahasiswa jurusan tetapi juga melenceng dari karakter dan budaya akademik. Banyaknya himpunan- himpunan mahasiswa jurusan semakin memperkental saja pemikiran egoisme jurusan (maaf, bukan egoisme keilmuan). Sejak saya mahasiswa telah melihat fenomena pembentukan himpunan mahasiswa jurusan atau forum mahasiswa jurusan. Mahasiswa belum siap untuk membentuk himpunan mahasiswa jurusan. Kenapa?. Jawabnya karena himpunan mahasiswa jurusan lebih banyak dipandang sebagai fisikal semata. Silakan bentuk HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) tetapi konsisten dengan tujuan keilmuan bukan untuk tujuan yang lain. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Tinjau Ulang Tupoksinya Belum pernah saya menyaksikan ada seorang pejabat yang bernama Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan yang tak mendua, satu sisi takut sama rektor, sisi lain dia adalah pembela mahasiswa. Perubahan nama dari Pembantu Rektor ke Wakil Rektor juga tak berpengaruh secara signifikan. Wakil Rektor bidang kemahasiswaan idealnya berfungsi sebagai penyambung lidah mahasiswa, corong mahasiswa jika terjadi turbulensi interen ataupun eksternal. Yang terjadi malah wakil rektor urusan mahasiswa ini lebih banyak mendengar bosnya ketimbang mahasiswanya. Yang lebih mengherankan lagi buat saya, kenapa setiap perkelahian mahasiswa rektorat menelpon polisi?. Apa memang mahasiswa itu penjahat?. Mengapa menggunakan pendekatan kepolisian. Bukankah kita lebih tahu karakter dan jiwa mereka sebagai anak-anak kita? Mahasiswa Frustrasi Saya tak tahu persis mengapa mahasiwa sekarang sangat sensitif, soal-soal sepele saja sudah cukup untuk dijadikan landasan pertumpahan darah antar sesama mereka. Gejala sosial apa ini?. Jika mereka mengaku sebagai mahasiswa maka sangat mendzalimi status kemahasiswaannya sebagai yang “Maha”. Tak melekat makna seorang mahasiswa di dirinya yang senantiasa diwajibakan berpikir universe. Diwajibkan berpikir sebab-akibat, metodologis, sistematis dan obyektif. Apa yang membuat mereka frustrasi?. Apa karena sistem SKS yang tak lagi memberi peluang ke mahasiswa untuk pengembangan diri secara eksternal?. Karena memang sistem SKS mengharuskan mahasiswa kompetitif dan sedikit egois. Lantas kita mau ke sistem pendidikan yang bagaimana lagi?. Apa kalian rela dijadikan kelinci percobaan?.
  • 5. Entahlah apa mau kalian… yang pasti kutelah gagal mendidikmu. Atau.. Kalianlah yang gagal mendidik dirimu sendiri…. Ingat “tulang belulang” berpeluh keringat ayah ibu di sana….
  • 6. Sebagai mahasiswa, sangat disayangkan apabila mengutarakan pendapatnya hanya dengan cara berdemonstrasi. Oke, memang tidak ada larangan untuk mengutarakan pendapat dengan cara berdemo, hal tersebut malah dilindungi oleh Undang-Undang. Tetapi pada kenyataannya, hal itupun tidak menjamin keberhasilan bahwa pendapat akan di dengar oleh pihak yang bersangkutan. Sering saya lihat di berita, mahasiswa demo dikarenakan kekecewaan atau ketidaksetujuan mereka terhadap kebijakan pemerintah. That’s good, mereka telah menyuarakan pendapatnya. Tetapi perlu kita lihat juga sisi negatifnya. Macet dimana-mana, dan tidak jarang demo tersebut berujung kisruh. Coba kita hitung, berapa banyak hasil demo yang didengar dan direalisasikan oleh pemerintah? NOL! Sebagai Agent of Change dalam sosial kemasyarakatan, mahasiswa seharusnya tidak hanya memakai cara demo untuk mengutarakan pendapat di zaman sekarang ini. Sudah sepantasnya kita menunjukkan tindakan nyata, bukan hanya bicara. Seharusnya kita sebagai mahasiswa malu, ketika kita hanya bisa mengkritik tanpa berbuat apa – apa untuk perubahan yang lebih baik di negara ini. Pernahkah kita sebagai mahasiswa, sebagai akademisi, berpikir untuk mulai bertindak dari hal- hal kecil yang ada pada diri kita sendiri? Setidaknya itu lebih berarti, daripada harus capek-capek berdemo, panas – panasan di jalan, teriak- teriak, dan membuat macet lalu–lintas, yang akhirnya berujung sia-sia. Dengan perubahan kecil yang ada pada diri kita sendiri, kita bisa menjadi contoh bagi masyarakat luas, bagaimana cara berubah ke arah yang lebih baik. Jadi bukan hanya omongan semata, namun juga tindakan nyata. Mari bersama-sama kita rubah image di masyarakat tentang mahasiswa, yang selama ini di cap hanya bisa ngomong dan demo melulu. Kita mulai perubahan dengan tindakan nyata, dimulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang terkecil, mulai dari saat ini. Tidak ada kata terlambat untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Bangkitlah Mahasiswa! --------------------------------------------------------------------------------------------------- Sayangnya hanya sedikit kritikus yang menyadari betapa banyak yang sudah diperbuat mahasiswa sebagai kaum penggerak di negeri ini. Di kampus-kampus banyak diadakan seminar, bedah buku, diskusi politik, dan berbagai acara akademis lain. Kalau tidak percaya, silahkan jalan-jalan ke kampus-kampus besar. Di sana-sini banyak pamflet dan flyer acara sejenis. Bahkan seringkali, mampu menghadirkan narasumber level nasional. Seharusnya kita belajar dari sejarah. Kalau tidak ada demo, tidak bakal ada angkatan 66 yang meruntuhkan Bung Karno. Tidak pula ada cerita mundurnya Pak Harto kalau tidak ada angkatan 98 yang terus menerus menggedor lewat aksi massa di gedung mpr dpr. Terlepas dari hasil reformasi yang sudah diselewengkan keluar dari jalur yang diharapkan, aksi mahasiswa kala itu jelas menjadi pintu segar untuk perubahan setelah rezim Orde Baru yang
  • 7. otoriter. Bisa dibayangkan andai saat itu hanya ada mhs2 cupu yang cuma berani teriak dari dalam kampus, tentu situasinya masih sama seperti dulu. Bahkan kompasiana pun mungkin tidak eksis, karena baru sehari operasi, langsung dibreidel oleh pemerintah yang anti kritik. Mesti diakui memang, banyak aksi demo yang malah berbalik menyusahkan rakyat. Macet, potensi rusuh, dsb. Tapi apakah kita yang tidak ikut demo juga lebih baik dari mereka yang berdemo? At least mereka masih memikirkan nasib rakyat dengan mengingatkan pemerintah kalau ada kebijakan yang kurang baik. Sementara kita asyik dengan zona nyaman kita sendiri tanpa sadar masih banyak rekan-rekan kita yang kurang beruntung. Bukan hanya miskin, tapi juga dimiskinkan lewat program-program neo liberal. Saya sangat respek terhadap mahasiswa yang berprestasi, baik di dunia akademik maupun di lingkungan masyarakat. Atau jadi wirausahawan yang bisa menginspirasi kaum muda untuk bangkit dan lebih kreatif. Tapi saya juga tidak kalah hormat dengan rekan-rekan aktivis demo, selama yang mereka perjuangkan masih sejalan dengan kehendak dan kebutuhan rakyat. Sayangnya di luar itu, masih banyak mhs yang hanya study oriented. Lulus dengan summa cum laude hanya demi kerja di kantor elit, gaji melimpah, fasilitas mewah. Sibuk kerja pagi pulang malam. Weekend pun diisi dengan acara liburan keluarga. Jadi tidak sempat lagi memikirkan orang lain. Di otaknya hanya kerja, duit, dan urusan keluarganya sendiri.
  • 8. Merindukan Dinamika Kehidupan Kaum “Intelektual” Kampus (Pentingnya sebuah Restorasi –2005-2008–) Saat tertidur memikirkan sesuatu yang menyakitkan sebuah keindahan yang tidak bisa dinikmati, terarah pikiran ini menyentuh masa lalu masa dimana penuh dengan terpaan konsekuensi seorang intelektual muda, terutama kampus dimana saat pikiranku tertuju tepatnya di fakultas MIPA saat itu, disadari atau tidak ternyata banyak kenyataan yang tidak bisa kita pandang remeh terkait kehidupan di fakultas yang notabene adalah kampus dengan orientasi ilmu pasti / tuntutan study oriented bagi mahasiswanya namun ternyata kehidupan fakultas tersebut menyimpan banyak hal menarik yang merupakan kehidupan kampus yang sebenarnya baik secara akademik maupun non akademik, suasana yang penuh intrinsik dinamika politik kampus yang sangat terasa kental dan bahkan mengalahkan suasana difakultas lain terutama FISIP dan ini secara explicit sangat diakui oleh temen-temen dari fakultas lain……. G’ percaya…? (berarti Anda seorang yang Apatis…!) Dalam kampus ini seorang mahasiswa tidak hanya dituntut untuk menyelami masalah akademik saja namun juga peka terhadap masalah kehidupan sekitar kampus termasuk yang harus diperhitungkan adalah kasus masyarakat terkait isu-isu yang berkembang saat itu, dari kampus inilah saya rekomendasikan sebagai kampus yang penuh dengan pelajaran hidup (Kampus FST UNAIR, red). Memulai merasakan menjadi mahasiswa yang paling menarik adalah optional pada ranah politik kampus dan ini terpaksa saya lalui dengan menginjakkan kaki di BLM (Badan Legeslatif Mahasiswa) selama 2 periode serta LPM FORMAT (Lembaga Pers Mahasiswa) selama 3 periode mulai angkatan pertama menjadi mahasiswa “polos” tanpa noda, pada tahun pertama saya putuskan untuk totalitas pada BLM karena saya ingin mengemban amanat karena satu-satunya delegasi himatika yang bisa diandalkan…wkwkwkwkwk….sehingga di FORMAT hanya numpang lewat saja maklum tidak bisa mbagi waktu (sori kawan2q di format, ini cm sementara selama aktif di BLM aj sebelum aktif lagi di dunia pers koq hehe…), dari situlah aku seakan-akan menemukan dunia “gelap” yang patut di Ilhami dari seorang dengan label AGENT of CHANGE suatu bangsa (mosok seh, wah lebay iki…!) , ratusan tahun berkecimpung mbanting tulang meras otak di dunia Legislatif ternyata banyak peristiwa menarik tidak hanya seperti kejadian di televisi aj seperti halnya kontradiksi sebuah idiologi, trik politik praktis suatu kaum, esensi sebuah garis perjuangan, regulasi kehidupan organisasi legal secara konstitusi maupun legal secara pemikiran (Ilegal/Bawah Tanah,red) selain itu adanya fenomena yang unik dan sangat principle yaitu phobia terhadap segala indikasi yang mengarah pada tindakan spionase sehingga sampai-sampai mengorbankan sisi pertemanan antar mahasiswa itu sendiri dan sebagainya (pokok e pertempuran tanpa batas demi satu kata KEADILAN, koyok hakim ae semakin g jelas ngene….!). Inilah hidup bahkan uniknya kehidupan seperti ini sangat membuat kita semakin dewasa menyikapi suatu permasalahan tanpa sikap yang reaksioner namun dibutuhkan analisa yang logis n kritis tidak hanya dalam balutan retorika semata melainkan aktualisasi nyata, selain itu kehidupan “Kupu-kupu malam” sebuah kolektifitas pun harus kita tempuh untuk mendapatkan suatu kata “SEPAKAT” menentang bentuk ketidakadilan kehidupan
  • 9. kampus dalam hal ini terkait isu maupun kebijakan institusi/birokrator kampus maupun luar kampus yang bertentangan (koyok orang-orang senayan ae…..palsu!). pahitnya dunia persilatan seperti itu membuat pikiran n perasaan ini semakin memainkan pola penetrasi untuk merangsek membelah kata disparitasisasi dalam waktu saat ini (mantan mahasiswa,red) demi flashback ke masa indahnya mengamati sekaligus tercebur => dinamika kehidupan seorang atau sekelompok yang mengaku mahasiswa….. ! slogan yang selalu terkenang dan tak akan mati…HIDUP MAHASISWA….HIDUP RAKYAT INDONESIA…..(klo g salah kayak gt, smoga aj bener!) ini untuk mahasiswa diseluruh INA…camkan itu kisana eh anak muda! NB: Enggak semua yang tertulis ini bener klo pengen selamat di dunia dan akherat, percayalah bahwa yang kalian alami seiring melakukan sesuatu itu jauh lebih bermakna dari pada hanya mendengar kabar burung……..dan ingat selalu berdoa semoga mendapat petunjuk dalam melakukan sesuatu…..Amien ya Allah…..ohy jaganlah selalu mendewakan DEMO karena setiap pendiskusian itu lebih mulia n tepat dalam menemukan titik terang yang bernama SOLUSI, thx!
  • 10. Budaya “Nitip Tandatangan” ala Mahasiswa Warna warni kehidupan mahasiswa di kampus begitu beragam. Tidak hanya setumpuk tugas- tugas kuliah, presentasi dan kegiatan organisasi saja yang padat tetapi perilaku mahasiswa pun sangat beragam. Ada yang rajin, ada pula yang malas-malasan atau sibuk dengan urusan organisasi. Perilaku jujur dan ketidakjujuran tak lepas dari mahasiswa sendiri. Sebagai mahasiswa setidaknya kejujuran diterapkan baik dalam perkataan dan perbuatan, mahasiswa bukankah berintelektual. Ketidakjujuran seperti nyontek, ngebet, sms dan seribu cara tidak jujur lainnya kerap terjadi. Salah satu ketidakjujuran mahasiswa adalah ‘nitip tandatangan’. Ketika mahasiswa tidak masuk kelas, mahasiswa yang bersangkutan berencana tidak hadir di kelas itu mengatakan ‘gw nitip tandatangan yaaa pas kelasnya dosen A’ kepada teman cs- annya. Tidak sekali dua kali, hal ini sering terjadi. Absensi yang ditandatangani mahasiswa sering disalahgunakan. Tandatangan fiktif pun mewarnai absensi padahal dalam satu pertemuan adakalanya jumlah kehadiran mahasiswa tidak sebanding dengan tandatangan yang hadir. Mahasiswa yang hadir terlihat tidak banyak tapi tandatangan di absensi penuh dan mahasiswa hadir semua. Mahasiswa yang tidak hadir seakan-akan hadir karena adanya tandatangan palsu. Beberapa alasan mahasiswa ‘nitip tandatangan’ : 1. Malas masuk kelas 2. Ada tugas yang belum selesai jadi mengerjakan tugas tersebut dan tidak ikut kuliah 3. Tugas belum selesai, takut ditagih dosen 4. Telat masuk kelas, malas dan tanggung tidak hadir saja 5. Dosennya tidak enak, membosankan, di kelas kantuk Sederet alasan lain tentu ada. Alangkah baiknya jika tidak hadir baik sakit atau izin katakan dengan sejujurnya, kalau sakit yaa ditulis sakit, kalau izin yaa ditulis izin. Presentasi kehadiran mahasiswa dirasa sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dosen tidak hanya menilai dari tugas-tugas atau ujian saja. Rajin atau tidaknya mahasiswa terlihat juga dari absensi. Dosen yang cermat dan teliti Mungkin tidak semua dosen cermat dan teliti menilai mahasiswa dari absensi meskipun setiap dosen dalam mengajar memberikan bobot penilaian sendiri mengenai seberapa persen presentase kehadiran mahasiswa misalnya dalam jumlah pertemuan hingga ujian akhir semester kehadiran harus mencapai 20%, tidak masuk dalam 3x hingga beberapa kali tatap muka akan dikenai sanksi. Hal ini sesuai kebijakan masing-masing dosen. Kenyataan terkadang tak sesuai dengan apa yang direncanakan. Masalah ‘nitip tandatangan’ tidak bisa lepas dari warna warni perilaku mahasiswa. Dari sekian banyak dosen yang ada, pasti ada dosen yang cermat, teliti dan sensitif melihat fenomena ini. Dosen tersebut mengatakan ‘aneh, mahasiswa yang hadir sedikit tapi absen kok full semua yaa?? Tiap kali saya panggil nama mahasiswa untuk menjawab dan memberikan
  • 11. tanggapan mengenai materi bahasan, mahasiswa yang dipanggil tidak ada tapi kenapa di absen tandatangan hadir semua yaa??’ Begitulah tanggapan dosen yang sadar bahwa tandatangan mahasiswa yang hadir fiktif alias tandatangan ada tapi mahasiswanya tidak hadir. Sebagai tindak lanjut atas tandatangan yang fiktif itu, sang dosen sendiri langsung mengabsen dan nyatanya mahasiswa yang dipanggil tidak hadir. Ada juga dosen yang kembali mengecek kehadiran mahasiswa sebelum kelas berakhir jadi tandantangan palsu dapat dihindari. Budaya ‘nitip tandatangan’ ini ternyata sudah menjadi kebiasaan di kalangan mahasiswa, hal yang sudah biasa terjadi dan tidak aneh lagi. Tapi hal ini tidak patut untuk dicontoh. Mungkin bagi sebagian dosen, mahasiswa atau siapapun yang membaca tulisan ini, masalah ‘nitip tandantangan’ tidak penting dan itu hal yang kecil, tidak perlu dipermasalahkan. Sekecil- kecilnya ketidakjujuran lama-lama menjadikan seorang individu tidak jujur. Jika penilaian dosen diambil dari tugas-tugas dan ujian tapi mahasiswa itu jarang hadir di kelas tentu ini merugikan bagi mahasiswa yang datang rajin di kelas. Apakah ini adil??? Tidak adil bukan. Dosen sebaiknya teliti dan cermat akan kehadiran mahasiswa di kelas. Nb: ada juga mahasiswa yang tidak hadir di kelas tapi setelah kelas berakhir, dan sang dosen sudah keluar kelas maka mahasiswa tersebut akan masuk ke kelas dan langsung absen tandatangan bahwa ia hadir.
  • 12. Problematika Mahasiswa dari masa ke masa Mahasiswa sejak kelahirannya sebagai salah satu kelas manusia terdidik di negeri ini memiliki peran yang signifikan dalam melaksanakan perubahan Indonesia dari masa ke masa. Dalam catatan sejarah pergerakan Mahasiswa Indonesia memeliki prestasi yang gemilang, dapat dikatakan Mahasiswa merupakan thing tank perjuangan Indonesia yang sudah terorganisasikan secara modern, serta bermuatan intelektual. Sehingga dalam melakukan agenda-agenda perjuangan dapat dilakukan secara efektif, dan konstruktif Kegemilangan pemuda yang paling momumental salah satunya terjadi ketika pemuda Indonesia melakukan tindakan pengamanan Soekarno ke Rengasdengklok yang selanjutnya agar Soekarno menyegerakan pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia selain membentengi Soekarno dari intervensi colonial maupun pengaruh komunis. Paska kemerdekaan, organisasi Mahasiswa tumbuh subur. Pada masa itu organisasi mahasiswa kebanyak memiliki afiliasi dengan partai politik, berdasarkan ideologi yang menjadi kredo perjuangannya, sebut saja HMI (Himpunan Mahasiwa Islam) yang kala itu berafiliasi dengan masyumi, PMKRI (Persatuan Mahasiswa Khatolik RI) dengan Partai Khatolik, Gerakan Mahasiwa Nasional Indonesia dengan PNI, PMII (Pergerakan Mahsiswa Islam Indonesia) dengan Partai N, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, dan yang terakhir Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMNI) dengan PKI. Kedekatan- kedekatan yang terbangun sebenarnya tidak tertulis dalam aturan main organisasi masing- masing, tetapi antara organisasi tersebut dengan ideologi yang di usung partai memiliki kedekatan. Sehingga antar anggotanya juga memiliki kedekatan emosional yang menyebabkan banyak alumni dari organisasi tersebut menjadi kader partai yang berafiliasi dengannya Ideologi komunis yang diusung oleh PKI dan CGMNI paska Pemilu 1955 melakukan konfrontasi kepada partai dan organisasi Mahasiswa lain, terutama perseturuan sengit antara HMI dengan CGMNI. Mahasiswa Indonesia memandang bahwa Komunis sebenarnya ingin mengubah dasar negara yang sudah terpancang oleh pendiri bangsa ini menjadi sosialis. Konfrontasi ini di respon oleh mahasiswa Indonesia dengan membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan gabungan dari beberapa elemen mahasiswa yang ada untuk melakukan perlawanan terhadap PKI maupun CGMNI. Kali ini pun mahasiswa Indonesia mendapatkan prestasi yang gemilang dalam membersihkan ibu pertiwi dari pengaruh Partai komunis Indonesia. Era selanjutnya babak dimana mahasiwa mampu menumbangkan Soeharto sebagai presiden Indonesia yang telah membangun dinasti, serta terkenal menumbuhkan semangan KKN di Indonesia. Klimaks perjuagannya pun terlihat dramatis, dimana mahasiswa berbondong-bondong menduduki kedung kura-kura DPR RI. Dimulai dari situ, mahasiswa membuka lembar baru bangsa ini menjadi bangsa yang demokratis akibat reformasi yang bergulir begitu derasnya. Paska reformasi sampai saat ini, banyak sudah yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia, tetapihanya berorientasi pada kepentingan organisasinya. Perjuangan-perjuangan ideologis
  • 13. nampaknya sudah tidak diminati lagi oleh masyarakat kita. Hal ini berakibat pada lemahnya dukungan masyarakat pada aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa, bahkan aksi-aksi mahasiswa di jalan mendapat kecaman keras dari masyarakat karena menyebabkan macet, dsb. Minat mahasiswa pada masalah-masalah kemasyarakatan mulai menurun, aksi-aksi demonstrasi hanya melibatkan kalangan elit kampus yang berjumlah puluan orang. Dari Ideologis ke Professional Terlihat pada masa-masa sebelumnya mahasiswa memiliki apa yang disebut dengan “common enemy”. Dimulai dari Kolonialisme fisik, Komunis, hingga rezim Soeharto, sehingga arah pergerakannya menjadi jelas dan terarah. Sebenarnya dalam perjuangan masa itu simbol-simbol organisasi mampu di lebur oleh keinginan luhur mahasiswa untuk membangun bangsanya, semuanya memiliki misi yang sama dengan warna yang berbeda. Pada masa kini sebuah pertanyaan besar bagi mahasiswa Indonesia? Siapa “musuh” kita? Mau di bawa kemana reformasi ini? Pada tiap-tiap organisasi tentu punya catatan sejarah manis tentang kegemilangan mahasiswa kala itu yang membuatnya dipelajari dengan bangga pada tiap-tiap pelatihan-pelatihan kepemimpinan, sehingga banyak yang menjadikannya sumber inspirasi dalam berjuang. Bahkan tidak sedikit yang menghidupkan simbol-simbol perjuangan kala itu. Globalisasi menghilangkan sekat-sekat ideologi di dunia ini, dunia yang baru adalah dunia kompetensi yang membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang unggul. Karena persaingan global sudah tidak menyentuh masalah ideology, China misalnya sebuah negara komunis tetapi menggunakan sistem perekonomian kapitalis dan banyak contoh yang lain Untuk mengisi reformasi ini, mahasiswa harus berkonsentrasi untuk melaksanakan riset, kajian ilmiah, dan hal-hal lain yang dibutuhkan oleh masyarakat kita saat ini. Masyarakat saat ini menantikan produk-produk mahasiswa yang mampu dirasakan langsung oleh mereka. Masalah pengagguran, Transportasi, Pangan, Pengelolaan SDA, Tata Kota, Teknologi Informasi, Pemerataan Pembangunan semua itu membutuhkan hasil karya mahasiswa Indonesia, karena siapa lagi yang diharapkan, bukankah mahasiswa adalah manusia Indonesia yang beruntung mampu melanjutkan hingga perguruan tinggi. Disinilah perjuangan mahasiswa saat ini, perjuangan yang lebih rumit tetapi mulia. Behenti Berpolitik Praktis Banyak diantara kita yang menjadi “antek-antek” partai politik bahkan alat kekuasaan. Banyak pergerakan organisasi mahasiswa berorientasi politik, sehingga sering ikut larut dalam pesta- pesta politik. Bukan berarti politik itu di larang, Fungsi mahasiswa sebagai Sosial Control harus tetap di jalankan tetapi Mahasiswa bukan Agent Politik. Mahasiswa adalah Insan akademis, pencipta, pengabdi bagi masyarakat. Tugas mahasiswa mengamankan ideologi negara bisa lebih di kendurkan, karena tidak seperti masa itu. Tentara Nasional Indonesia saat ini sudah berperan dengan baik. Mahasiswa dibutuhkan jika terjadi kekacauan sistem nasional, atau terjadi sumbat- sumbat kemajuan. Disitulah mahasiswa bertugas mendobrak sumbat-sumbat itu. Tetapi jika
  • 14. keadaannya aman lancar, mahasiswa mesti kembali kepada tugas utama sebagai Mahasiswa bukan sebagai kader politik.
  • 15. Pascareformasi Mahasiswa harus Membangun Mahasiswa merupakan entitas murni yang memiliki peran strategis dalam membangun bangsa. Dikatakan murni karena pergerakan Mahasiswa tidak terdependensi oleh kelompok manapun, Mahasiswa idealnya berpihak pada kebenaran saja. Mahasiswa memiliki pemaknaan perjuangan yang belum terkontaminasi kepentingan. Karena itulah perlu memastikan bahwa pergerakan mahasiswa tidak terdependensi baik oleh kepentingan partai politik, ikatan primordial, maupun kepentingan materiil. 13 Tahun reformasi bergulir, Mahasiswa diakui sebagai aktor kunci suksesi terbesar dalam sejarah pepolitikan di Indonesia ini. Momentum itu adalah akumulasi kekecewaan Mahasiswa yang memuncak, Mahasiswa berhasil menyandang gelar “maha” karena berhasil mengenyampingkan egosentrisme nya untuk mengibarkan bendera-bendera organisasi, ideologi, maupun golongan. Mereka bergerak atas nama Mahasiswa yang berpihak pada kebenaran memulai kehidupan Indonesia yang lebih baik dan demokratis. Walaupun belakangan banyak yang melakukan “klaim” atas keberhasilan reformasi. Kini Mahasiswa ada, tetapi dinilai belum terasa keberadaannya, baik sebagai “Maha” siswa ataupun sebagai Agent of change. Mahasiswa yang semestinya menjadikan perjuangan kebangsaan sebagai nafas perjuangan kini tengah terkooptasi ke dalam dunianya masing-masing. Mahasiswa belajar untuk dirinya, bekerja untuknya, berjuang, demi masa depannya. Perilaku egosentrisme ini membuat organisasi-organisasi kemahasiswaan sepi. Mahasiswa lebih mudah ditemukan di mall, tempat nongkrong, bioskop, café, daripada acara sosial-kemasyarakatan. Untuk itulah perlu bagi kita sebagai Mahasiswa memahami kembali tentang nilai-nilai perjuangan Mahasiswa yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Mahasiswa Sebagai Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi Mahasiswa sebagai insan akademis adalah sebuah keniscayaan bahwa Mahasiswa dintuntut memiliki kompetensia keilmuan yang mapan, mampu berpikir rasional, objektif, dan kritis. Insan akademis juga artinya mahasiswa mampu memformulasikan kemampuan teoritis dalam aplikasi kehidupan nyata agar keilmuannya bermanfaat bagi bangsa dan Negara Insan Pencipta artinya mahasiswa dituntut memiliki kemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan, Mahasiswa semestinya tidak berpikir hanya pada yang ada, tetapi harus berpikir bagaimana saya mencipta. Selain itu Mahasiswa dituntut memiliki gagasan- gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaruan. Insan Pengabdi bermakna bahwa Mahasiswa harus memiliki sikap ikhlas dan sanggup berkarya untuk kepentingan orang banyak, Mahasiswa senantiasa berkarya untuk perubahan orang banyak, serta mampu menghilangkan egosentrisme nya. Selain itu Mahasiswa sebagai “maha” dituntut menerapkan “ethic” yang tinggi, nilai-nilai yang merepresentasikan seorang “maha”. Mahasiswa juga sebagai insan beragama dituntut memiliki tanggung jawab terhadap keberagamaannya, serta menjadikan nilai-nilai keagamaan sebagai “unity of personality”.
  • 16. Wahai Mahasiswa yang dirundukan… Setiap momen keberhasilan mahasiswa kita senantiasa melakukan refleksi atas diri kita, begitu juga hari ini. Hari dimana momen reformasi 13 tahun yang lalu membawa kita pada cita-cita yang dulu dirindukan, cita-cita tentang kebebasan berpendapat, persamaan hak, kepastian hukum, terbukanya lapangan pekerjaan , politik yang menyejahterakan. Saat kita melakukan refleksi ini ternyata ekspektasi itu nampaknya masih jauh dari harapan, dan itu berarti tugas kita belum selesai. Kita bisa membuat sejarah dengan cara kita sendiri. Mengisi reformasi ini dengan cara membangun melalui penelitian, program kekaryaan, sosial-kemasyarakatan, melalui kreativitas kita, juga tidak lupa dengan turun ke jalan..
  • 17. Siapa butuh tepuk tangan meriah, panggil saja mahasiswa! Bertahun-tahun, saya sering menyaksikan mahasiswa diundang di televisi untuk bertepuk tangan. Menggunakan jaket almamaternya, kemudian tertawa terpingkal-pingkal di depan Tukul, Opera Van Java, atau parodi politik. Di TVRI masih lumayan, mereka diundang juga untuk memberikan gagasan-gagasanya bersama para pengamat atau praktisi. Meskipun belum beranjak dari bangku penonton. Apakah yang ada dalam benak para dosen, dekan dan rektor melihat warga civitas akademika mereka “dihargai” semacam itu oleh para pengelola media. Atau, apa yang ada dalam benak mahasiswa dan organisasi kampus saat mereka “hanya” dipandang dalam posisi demikian? Tak ada maksud saya merendahkan para mahasiswa, apalagi sangat manusiawi kalau dibalik keseriusan mereka dalam menimba ilmu, kadang juga harus menyeimbangkan jiwa dengan menghibur diri bersama para pelawak di televisi. Tapi, tak adakah tawar menawar yang lebih mencerminkan harga diri sebagai mahasiswa, sebuah kelompok masyarakat terdidik utama di Indonesia. Apalagi, acara tersebut di depan publik Indonesia sendiri. Kalau tidak, sebaiknya hadir saja sebagai penonton biasa, bukan sebagai mahasiswa berjaket almamater. Dalam banyak pemberitaan sekarang, peran mahasiswa semakin diwakili oleh demonstrasi yang bertabur kekerasan. Seolah-olah kekerasan dalam aksi demonstrasi adalah syarat dari para pengelola media untuk menjamin aksi-aksi mereka diliput dan diberitakan televisi. Tuntutan aksi tak penting lagi menjadi berita, lempar batu dan bakar ban adalah isi beritanya. Dalam kerangka yang lebih besar, bisa jadi itulah cermin kita sebagai bangsa. Kita sering meminta orang luar menghargai produk dan anak bangsa kita sendiri, tapi kita bisa jadi tengah “merusaknya” dengan sadar. Kita juga kerap meminta orang lain untuk menghargai kita, tapi kita sendiri malah mengobral diri menerima tawaran murah sekali dan langsung boleh-boleh saja. Sebenarnya, banyak mahasiswa dan pelajar kita menjadi pahlawan dalam mewakili bangsa, hanya sedikit media massa merasa perlu memberitakannya untuk menjadi inspirasi bagi seluruh rakyat. Padahal, lebih seribu manusia sekaliber Habibie telah lahir dalam rahim universitas dan sekolah di republik ini. Untunglah, Obama datang dan mengajarkan kepada Republik ini bagaimana menghargai mahasiswa. Ia datang untuk memberi kuliah umum dan berdialog dengan mahasiswa. Dahulu, Bung Karno begitu menghargai mahasiswa dan pemuda. Ia sering mengundang mahasiswa berdebat, memarahi dan memberi kuliah pada mahasiswa. Sebab, disana cahaya kemajuan sebuah bangsa salahsatunya ditancapkan. Sejak zaman saya kuliah di tahun 90-an sampai era sekarang, pandangan para mahasiswa memang tidak didengar atau diminta dalam berbagai diskusi-diskusi arus utama pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha, parlemen, dst. Mungkin pandangan mereka dianggap mentah, sok tahu dan banyak cakap sehingga tak pernah diajak. Lalu, datanglah ide entah dari siapa sebaiknya mahasiswa disuruh tepuk tangan saja di televisi. Sebab, kalau mereka yang tepuk tangan berarti ilmiah.
  • 18. Mahasiswa dan Orientasi Hatinya Seorang pemuda yang berkuliah di sebuah kampus ternama di negeri ini, sebut saja Mahasiswa (bukan nama sebenarnya), akhirnya tiba di saat-saat terakhir studinya. Dengan bekal disiplin ilmu, softskill, dan pengalaman selama kuliah dan mengikuti sejumlah proyek dan asistensi bersama dosennya, dia cukup optimis memandang masa depan. Dia yakin, bukan dia yang menantikan masa depan, tapi masa depanlah yang menantikan kehadiran dan sentuhannya sehingga dengan itu, dia berharap akan ada perbedaan di masa depan ketika dia memasuki dunia pekerjaan nanti. Tidak ada ketakutan dan keraguan dalam hatinya untuk melangkah ke dunia profesional, sampai akhirnya dia pun mulai berhadapan dengan sebuah kenyataan yang cukup berat. Seperti kebanyakan mahasiswa dan alumni yang berasal dari kampusnya ini, dia pun menemukan dilema mendasar yang selalu dihadapi tiap kali seseorang akan melangkah sebagai alumni dari kampus ini. Yah…dilema untuk mengabdikan diri. “Mau ke mana saya? Saya tahu pasti, bangsa ini sangat membutuhkan putra-putri terbaiknya untuk membangunnya, dan tanpa bermaksud menyombongkan diri, saya yakin, saya punya ‘sesuatu’ untuk diberikan kepada bangsa ini dan seharusnya bisa memberi perbedaan. Saya yakin…anak bangsa ini harus mengubah kebobrokan sistemik yang sudah terjadi bertahun- tahun, dan walapun ini kedengaran mustahil – jika saya berhasil membuat jejaring orang-orang idealis yang dulunya sepikiran dengan saya – mengubah sistem yang korup di pemerintahan dan birokrasi bukanlah sesuatu yang mustahil lagi. Baik…saya siap berkarya di instansi pemerintahan!” Entah berapa orang mahasiswa di kampusnya ini berpikir seperti ini, benar-benar pemikiran yang luhur dan berani. Akan tetapi, akhirnya mayoritas dari mereka akhirnya menyerah dan mengatakan, “Hmm…benar memang saya punya ‘sesuatu’ untuk diberikan bagi bangsa. Tapi seberapa yang dapat diberikan pada saya? Sangat mungkin saya harus seperti Gayus untuk bisa mendapatkan apa yang pantas saya terima dari bangsa ini. Dan lagipula, harapan sudah terlanjur tinggi. Keluarga saya, orang-orang di kampung (karena berita kemenangan saya berkuliah di kampus ini diketahui orang-orang se-kecamatan, lebaaaaay, hehehe…), dan beberapa teman saya sudah menduga-duga, suatu saat nanti saya pasti jadi orang mapan dalam tempo yang singkat dan mengangkat nama orang tua lewat kekayaan saya. Karena itu, sepertinya saya harus menyerahkan ijazah saya ini ke perusahaan-perusahaan energi (oil & gas) multi-nasional, yang mampu ‘menghargai’ skill, pendidikan, dan kepintaran saya dengan harga yang sepantasnya. Yah…ini hanya tentang Hukum Kekekalan Energi, kau akan menerima yang besar ketika berinvestasi besar, itu sangat fair! Saya habis-habisan belajar di kampus ini, sampai kurus-kering dan jarang tidur hanya demi nilai dan kepintaran yang baik, dan memungkinkan untuk bersaing ke perusahaan-perusahaan besar yang mampu menghargai semua yang saya miliki.”
  • 19. Anda mungkin bisa komplain dan mengernyitkan dahi ketika membaca dua pemikiran yang dilontarkan oleh pemuda di atas. Tapi, mari jujur kepada diri sendiri. Apa yang kita kejar di dunia ini? Apa yang paling kita inginkan sebagai manusia, dan bagaimana Anda memandang diri Anda sendiri? Saya pribadi tidak pernah mencoba untuk menganggap pilihan mengabdi kepada perusahaan asing/swasta/beromset besar sebagai sesuatu yang “kurang baik”. Tidak…, saya hanya ingin menyoroti masalah motivasi, yaitu orientasi hati kita, apa yang mendorong Anda untuk memilih tempat pengabdian kecerdasan dan kemampuan Anda? Uang? Signifikansi? Atau kepuasan tersendiri sebagai seorang manusia yang rindu selalu berkarya dengan penuh inovasi? Bagi semua mahasiswa yang sudah berada di tingkat akhir, ini mungkin jadi pertimbangan kita bersama. Mau ke mana kita? Apa yang akan kita lakukan bagi hidup kita yang cuma sekali dan sebentar ini? Sekali lagi ingin saya tekankan, tidak ada tendensi untuk menggugat pilihan kita, namun lebih ingin mengantar ke sebuah diskusi, apa orientasi utama kita dalam memilih tempat untuk mengabdikan diri dan hidup kita sebagai manusia berkarya, yang dianugerahi kesempatan mengecap pendidikan di tempat yang menyediakan kesempatan besar untuk belajar dan menjadi bermakna? Semoga jadi bahan perenungan kita bersama…
  • 20. Tulisan ini diambil dari berbagai lirik Band Jangan Asem dengan sedikit perubahan, yang menurut saya sudah mewakilkan suara mahasiswa : Seorang ibu tanya pada anaknya, sebenernya apasih cita-citanya ? Oh jadi Presiden mama.. Oh impossible nak, tak mungkin ! Jika kau besar nanti dan kuliah, hancurkan saja kau punya cita-cita. Sebab kampus hanya mencetak seorang sarjana dan bukan mendidik disiplin kepala negara ! Kita berhak meraih mimpi-mimpi bahkan berhak merubah mimpi-mimpi. Tak ada yang dapat merubah kecuali diri kita sendiri dan izin sang Gusti. Sekian lama kita hidup dalam anarki, luka dalam karena di bohongi. Jangan membual kita tak percaya lagi ! Semua harus diganti, harus diganti ! Sering kita terperangkap pertanyaan klise “sebenarnya milik siapa tanah bumi ini ?” Duhai Orde Baru selamat tumbang ! Semoga tidak ada lagi penindasan. Duhai Demokrasi selamat datang ! semoga jujur & adil. Hujan peluru jangan untuk mahasiswa, aku bangga bila untuk koruptor saja. Jangan menindas dan tak adil, di dadamu ada sumpah. Bila mengingkari rakyat yang membuktikannya. Pabrik milik siapa yang mencemari kali & sungai kita ? HPH punya siapa yang tega membabat hutan-hutan kita ? Siapa yang mencemari negara dengan kepalsuan ? Hanya satu jawabnya, mereka yang memiliki jiwa kapitalis. Dan yang pasti bukan kita. Karena kita sayang Indonesia.. Inilah bahasa bisnis Indonesia.. Saat ini tak kudengar suara Bung Karno muda ! Saat ini tak kudengar suara Bung Hatta ! Sekarang ini tak kudengar suara Syahrir muda !
  • 21. Saat ini tak kudengar suara Ali Sadikin muda ! Dimana ? oh dimana ? hanya ada padamu mahasiswa ! hanya ada padamu pemuda ! Lihatlah kenyataan sehari-hari, tugu pahlawan - jembatan merah tak menyentuh hati.. Lihatlah kenyataan sehari-hari, ganti rugi penggusuran sering menyedihkan.. Lihatlah kenyataan sehari-hari, banyak isu, banyak spekulasi, Semua serba koneksi.. Kita hidup di jaman yang keras ini lakukan yang bisa kau tangani, yakin saja budaya kita tinggi. Legislatif, Yudikatif, Eksekutif jangan cari kambing hitam mahasiswa yang disalahkan ! Mari kita lihat ternyata DPR kita masih belum lantang ! Desas-desus DPR kita suka dada, paha dan sekitarnya apakah ini bisa dimaklumi ? Bagaimana jika pemburu syahwat bicara tentang kesejahteraan, apakah kita bisa menganggapnya relevan ? Kata orang 40% perempuan di jawa ini umur 17 sudah tidak perawan, mau apalagi ? ini suatu kenyataan.. Urusan syahwat itu urusan akhirat, kalo salah dunia bisa gawat ! Sedang sakit apakah Indonesia ?!
  • 22. Pergerakan Mahasiswa: Esensi dan Sikap Luhurnya Saya baru saja membaca Bagian I dari buku Catatan Seorang Demonstran nya Soe Hok Gie. penulis bagian I ini adalah Daniel Dhakidae. dia menuliskan sosok Gie yang dia kenal dari tulisan-tulisannya di koran-koran dan catatan hariannya, walaupun tidak mengenal secara pribadi. di bagian pertama tersebut, Daniel Dhakidae banyak mengisahkan kehidupan Gie sebagai seorang Cendikiawan dan seorang Demonstran. Sebagai seorang Demonstran, Gie adalah salah seorang yang menjadi motor pergerakan mahasiswa anggatan 66 yang menggulingkan Soekarno. dia berjuang bersama teman-teman angkatannya, dan dengan kepercayaan diri berujar, “Kita, generasi kita yang ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau…. Kitalah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia.” Sebuah cita-cita yang tinggi. Gie selalu percaya bahwa apa yang diperjuangkan oleh pergerakan mahasiswa adalah perjuangan moral dan keadilan untuk menggulingkan kekuasaan rezim Soekarno. perjuangan mahasiswa adalah perjuangan moral, bukan perjuangan politik untuk mencari kekuasaan. Gie paham betul akan hal ini. Daniel Dhakidae mengatakan bahwa Gie menyadari bahwa moral dan kekuasaan tidak bisa disatukan. Gie memandang bahwa pergerakan mahasiswa dan organisasi mahasiswa adalah dan tetap menjadi kekuatan moral dan tidak pernah mendasarkan tindakan-tindakannya pada perhitungan politik. Daniel mengatakan bahwa Gie menyebut seharusnya pergerakan mahasiswa dan organisasi mahasiswa itu seperti perjuangan cowboy. seperti dalam tulisan Gie di KOMPAS, 25 Oktober 1967 dalam rangka dua tahun KAMI: “Mahasiswa turun ke “kota” karena terdapat “bandit bandit PKI Soekarno-Soebandrio” yang sedang menteror penduduk, merampok kekayaan rakyat dan mencemarkan wanita-wanita terhormat. Mahasiswa ini menantangnya berduel dan menang. Setelah ia menang ia balik lagi ke bangku-bangku kuliah, sebagai mahasiswa yang baik. Ia tidak ingin mengeksploitir untuk dapat rezeki-rezeki.” luar biasa. sebenarnya ini merupakan esensi yang luar biasa jika para aktivis pergerakan mahasiswa itu mengerti betul esensi ini. tapi jika kita lihat kenyataannya, para mantan aktivis-aktivis pergerakan mahasiswa itu yang dulunya begitu keras mengecam penguasa dan wakil rakyat, ketika umur sudah bertambah dan ada kesempatan, malah menjadi bagian dari kekuasaan dan wakil rakyat. artinya, malah menjadi bagian dari politik praktis pemerintahan. sebenarnya hal ini bukanlah hal yang haram, bukan hal yang tabu, tapi menurut saya adalah sebuah bentuk penghianatan atas semangat pergerakan mahasiswa yang dulu dipegang. sekali lagi, kemunafikan manusia terlihat. Gie menjelang akhir hidupnya sampai-sampai mengirimkan Bedak dan Pupur kepada para kawan-kawan perjuangan pergerakan mahasiswa angkatan 66 yang selanjutnya duduk tenang menjadi wakil-wakil rakyat. “Agar mereka bersolek didepan penguasa”. ironis, namun itulah yang terjadi.
  • 23. Gie dan Potret Mahasiswa Kekinian Siapa yang tak kenal bujangan Cina yang lahir sebagai seorang demonstran dan intelektual yang kritis juga humanis dan tentunya sangat moralis, Soe Hok Gie. Hidup di lingkungan keluarga yang sederhana dan mencintai alam seperti mencintai dirinya sendiri, Gie menjadi inspirator demonstran setelah masanya berlalu (angkatan ‘66). Orang seperti Gie, sangat diperlukan rakyat Indonesia saat itu, ketika Soekarno berada di puncak titik nadir keperkasaannya memimpin bangsa ini dan saat Soeharto, orang yang ia bawa melenggang ke tapuk pimpinan negeri ini, walaupun akhirnya ia menentang habis-habisan Soeharto karena dianggap berkhianat atas amanat yang diberikan rakyat dan mahasiswa pada saat itu. Soe Hok Gie-gambar didapat dari berbagai sumber yang tak jelas sumber aslinya Sayangnya atau mungkin sudah takdir orang hebat seperti beliau, harus mati muda. Gie, meninggal di tanah tertinggi Jawa, puncak Gunung Semeru, 16 Desember 1969 sehari sebelum hari jadinya yang ke-27 tahun, ia lahir pada 17 Desember 1942. Gie meninggal akibat gas beracun yang dihirupnya bersama Idhan Lubis, yang juga menyusul Gie. Kehidupan Gie yang sebagian banyak dihabiskan untuk berdemontrasi dalam arti sebenarnya dan berdemontrasi melalui tulisan yang ia buat dan beberapa dimuat di media cetak ternama saat itu, termasuk KOMPAS. Sosok Gie yang terlihat serius dan intelektual tinggi, bukan berarti ia menjadi orang yang kaku. Ia juga seperti mahasiswa dan orang kebanyakan yang masih suka pesta, bercinta bahkan Gie tak jarang ngelantur ngomong jorok yang berbau seks-suka nonton film porno juga lho…. Gie berkontribusi atas bangsa ini melalui aksi-aksinya sebagai sang demonstran dan penulis yang gemar mengkritik penguasa tanpa pandang bulu. Sering kali Gie mendapatkan ancaman dan perlakuan yang kasar dan mengancam keselamatan jiwanya dari orang yang tak dikenal karena begitu kerasnya ia mengkritik penguasa saat itu melalui tulisan, sehingga orang-orang yang dikritiknya itu “panas” telinganya. Teman-teman dan keluarga Gie sempat khawatir dengan keselamatannya yang sering mengkritik dan mencemooh pemimpin yang dinilainya bobrok dan busuk.
  • 24. Saat pertama masuk kuliah, Gie memilih fakultas sastra jurusan sejarah (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia. Ia sangat mencintai sejarah, dan Gie pada saat menjadi mahasiswa merupakan orang yang aktif mengikuti kegiatan pendakian gunung yang diwadahi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UI, ia juga sempat memimpin Mapala tersebut. Kecintaannya terhadap alam merupakan kekecewaan terhadap “pengurus” negeri ini kala itu yang tak menjaga bumi ibu pertiwi dengan baik dan amanah, di tengah keindahan dan kekayaan alam yang melimpah. Pendakian gunung yang dilakukan Gie juga menjadi ajang untuk melepas kepenatan situasi sosial politik di Jakarta. Gie ketika diawal menjadi sang demonstran sangat mendukung Soekarno yang dinilai sangat nasionalis dan berjasa karena berperan sangat penting pada kemerdekaan Indonesia. Namun, belakangan ia melihat Soekarno tak peka dan peduli pada penderitaan rakyat miskin dan tertindas, ia merasa Soekarno hanya mementingkan kemewahan dan wanita. Atas alasan itu, Soekarno begitu ditentang Gie dan mahasiswa saat itu, yang juga menentang adanya Partai Komunis Indonesia. Ia melihat ada seorang sosok yang kiranya mampu melawan dan membawa Indonesia lebih baik dibanding kepemimpinan Soekarno. Soeharto, sang Jenderal yang saat itu juga menjadi ujung tombak pemberantasan Komunis, dalam hal ini PKI. Ia dan mahasiswa lainnya berusaha agar Soeharto dapat melenggang ke Istana dan para mahasiswa juga mendukung militer saat itu yang menjadi pelindung rakyat. Tak lama berselang atas euforia lengsernya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai presiden, Gie merasa gelisah dan tentunya mahasiswa lainya merasakan hal yang serupa. Soeharto dinilainya telah melakukan korupsi dan nepotisme serta melakukan pembunuhan terhadap orang-orang PKI yang masih tersisa, ia menilainya itu sangat kejam dan melanggar hak asasi manusia. Sikap ini menunjukkan bahwa Gie sangat humanis karena membela PKI atas perlakuan semena-mena, padahal ia sangat menentang eksisnya PKI. Demontrasi dan pergerakan bawah tanah saat itu dilakukan. Soeharto dikenal sebagai diktator yang tak pandang usia dan pandang bulu, ia akan menindak setiap orang yang berseberangan dengannya. Ya… tapi apa boleh buat, belum cita-cita Gie untuk menurunkan Soeharto dan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki keadilan yang hakiki, ia keburu dipanggil YME ke pangkuan-Nya. Namun sisa-sisa dan perjuangannya saat itu tak ikut mati dan terkubur. Gie menjadi inspirator dan teladan bagi mahasiswa dan aktivis saat itu bahkan sampai sekarang. Potret Mahasiswa Kini Gie, semasa hidupnya melakukan aksi demontrasi dan mengkritik pemimpin yang dinilainya bobrok dan busuk dengan keras, tajam dan berani, tapi di balik sisi itu, Gie masih mengedepankan sisi humanis dan moralis yang tak doyan dengan chaos dalam setiap aksinya. Inilah nilai lebih dari seorang demonstran seperti Gie. Mengkritik dan menyuarakan aspirasi rakyat tanpa harus menggunakan kekerasan, tapi Gie melakukannya dengan intelektualitas tinggi dan rasa kemanusiaan serta moralitas yang sangat pula.
  • 25. Demontrasi (Persda Network) Kini, aksi-aksi Gie dan mahasiswa pada jamannya, tak terlihat lagi dan mungkin hampir musnah. mahasiswa sekarang (setelah angkatan ‘98) mulai menunjukkan kebodohan almamater yang dikenakannya. Chaos dan tanpa substansi, aksi-aksi demontrasi sering dilancarkan mahasiswa sekarang. Bukan rahasia lagi, banyak diantara mahasiswa yang ikut melakukan aksi, tak mengerti dan tak tahu apa yang akan mereka suarakan dan kritik. Pergaulan di lingkungan kampus masing-masing, kini sanagt ironis. Mahasiswa sekarang menjelma menjadi makhluk metropolis yang kadarnya sudah di luar toleransi. Memang, Gie dan mahasiswa kala itu, juga senang pesta dan tak lupa soal cinta, tapi ini masih dalam kadar dan batas normal dan wajar. Sekarang, kita bisa rasakan sendiri, sudah jarang sekali mahasiswa yang gemar membaca dan menulis. Tugas-tugas kuliah mereka pun hasil dari contekan dan membeli melalui jasa pembuatan tugas, makalah dan skripsi. Banyak kini, mahasiswa berdemontrasi karena mengharapkan imbalan materil (bayaran). Semangat yang bergelora ketika melakukan aksi, tak diimbangi dengan pemahaman atas isu dan intelektualitas yang sangat rendah. Jangan heran, jika setiap aksi-aksi mahasiswa sering dan pasti berujung dengan chaos, bentrok dengan aparat kepolisian dan tak jarang pula bentrok dengan kelompok yang bersebrangan pendapat dan ideologi. Forum-forum diskusi yang ada di lorong-lorong kampus tak diimplementasikan mahasiswa kini ke lapangan. Mereka berkutat dan terpaku dengan teori-teori yang belum dimengerti secara implisit. Aksi mereka pun mudah ditebak, awalnya berkumpul di suatu tempat mengumpulkan mahasiswa lainnya >> Menuju Lokasi >> Teriak-teriak beresensi namun tak memahaminya >> Memulai provokasi >> bakar ban >> Bentrok dengan aparat kepolisian dan yang terakhir CHAOS. Hampir jarang kita menemukan seorang mahasiswa yang mengkritik melalui tulisan-tulisan yang tajam, aktual, dan sangat berani. Dapat terlihat dari fenomena mahasiswa Indonesia kekinian yang mengalami krisis identitas. Jangan berharap banyak akan masa depan bangsa ini kepada mahasiswa sekarang. Mereka cinta dunianya sendiri, bukan cinta kepada bangsa dan rakyatnya. Jika ada mahasiswa yang mengaku terinspirasi dengan Soe Hok Gie, berarti ia bohong dan tak mengerti perjuangan Gie dan mahasiswa kala itu. Berikut puisi karya Soe Hok Gie: PESAN Hari ini aku lihat kembali Wajah-wajah halus yang keras Yang berbicara tentang kemerdekaan Dan demokrasi
  • 26. Dan bercita-cita Menggulingkan tiran Aku mengenali mereka yang tanpa tentara mau berperang melawan diktator dan yang tanpa uang mau memberantas korupsi Kawan-kawan Kuberikan padamu cintaku Dan maukah kau berjabat tangan Selalu dalam hidup ini? Puisi Soe Hok-Gie di Harian Sinar Harapan 18 Agustus 1973.
  • 27. Mahasiswa Aktif, Mahasiswa Prestatif …Untuk apa kita berdiri Jika hanya terdiam Tak ada yang berubah Hanya sebuah status mahasiswa yang kita punya Ilmu apa yang telah kita dapat Hanya terdiam Memandang sekitar Tanpa ada tindakan… Sebait ungkapan hati ini merupakan bagian dari sebuah catatan yang pernah saya publikasikan pada akun facebook saya dan cukup mengundang banyak komentar dari rekan-rekan seperjuangan saya. Ini merupakan satu hal yang cukup menarik untuk dikritisi. Alasanya sangat sederhana, apatisme mahasiswa. Saat ini, kebanyakan mahasiswa hanya terfokus dengan tujuan serta kepentingan pribadi mereka seperti tamat dalam waktu singkat dan IPK yang tinggi. Hanya ada beberapa saja di antara mereka yang mempunyai kemauan, kemampuan dan kesungguhan dalam menggeluti organisasi-organisasi, khususnya organisasi mahasiswa. Mayoritas orang berpendapat bahwa mereka (mahasiswa) yang bergelut dengan dunia organisasi kampus akan terkena syndrome tamat dalam waktu lama dan dengan IPK yang tidak begitu memuaskan. Betul tidak? Sesungguhnya, berkecimpung di dunia organisasi akan memberikan kita manfaat yang luar biasa. Berorganisasi merupakan langkah awal kita untuk belajar bekerja sama, membangun networking (jaringan), mengerti dan memahami, belajar arti kesungguhan, ketulusan serta pengabdian sebelum nantinya memasuki dunia kerja dan meniti karir lebih jauh. Ilmu-ilmu yang dulu hanya kita dapatkan secara teoritis pada mata pelajaran Kewarganegaraan saat masih di bangku sekolah. Nah, disinilah letak kedewasaan dan kearifan kita dalam menyikapi dan memanajemen diri dengan sebaik mungkin antara aktif berorganisasi serta berprestasi baik di bidang akademis maupun non akademis. Dari hari ke hari, mahasiswa dari belahan dunia lainya juga sedang melakukan percepatan diri yang boleh dikatakan lebih cepat beberapa langkah dari kita. Sebagai seorang mahasiswa, tentu hendaklah kita menggali potensi-potensi positif yang ada pada diri kita agar tidak ketinggalan. Menjadi mahasiswa biasa atau mahasiswa luar biasa, jawabannya ada pada diri anda. HIDUP MAHASISWA!!!
  • 28. ketika harus memilih dan kemudian menentukan ini yang baik untuk dilakukan dan itu adalah hal yang harus ditinggalkan. Aku dan realita hidup. Sebuah catatan kegalauan ketika harus memilih dan kemudian menentukan ini yang baik untuk dilakukan dan itu adalah hal yang harus ditinggalkan. Gerakan mahasiswa sedang mengalami sebuah fase mengkhawatirkan. Pencitraan yang berlebihan akan gerakan-gerakan mahasiswa yang belakangan marak terjadi, seakan menjadi sebuah kegalauan tersendiri untuk para mahasiswa dan tentunya aktivis yang lantang bersuara kencang. Bagaimana tidak, berita-berita memojokan tentang gerakan mahasiswa yang anarkis dan selalu merusak sarana publik tentu menjadi sebuah pukulan telak. Berita-berita tersebut tentu dilain pihak adalah sebuah hal yang menguntungkan. Mereka yang tidak senang dengan gerakan mahasiswa ini kemudian seakan mendapatkan jalan untuk berusaha menjatuhkan mahasiswa dan pada akhirnya membuat masyarakat antipati terhadap generasi perubahan ini. Entahlah, aku tidak ingin berdebat terlalu panjang tentang aksi-aksi anarkis yang belakangan terjadi, karena untukku cukup banyak faktor yang bisa menyebabkan semua itu terjadi yang mungkin tidak bisa dijelaskan dengan mudah dan akhirnya dapat dimengerti dengan mudah pula oleh sebagian masyarakat kita. Banyaknya kasus-kasus dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita yang merupakan ulah segelintir elit yang mengatasnamakan rakyat dengan memanfaatkan kebodohan dan keluguan masyarakat kita adalah sebuah hal yang harus terus menerus mendapatkan kawalan mahasiswa. Mahasiswa seharusnya bisa dipahami posisinya sebagai agen perubahan dan pengawal. Bayangkan andai tidak ada kaum intelektual ini, maka akan semakin mudahnya mereka, kaum elit bermasalah akan mengeruk dan merenggut semua hak-hak, semua kebahagiaan yang seharusnya menjadi milik kita. Tidak, aku tidak bermaksud membuat sebuah pembenaran dari semua aksi-aksi anarkis mahasiswa yang sedang marak terjadi. Aku hanya berusaha agar kita semua bisa memposisikan diri dan saling mengerti tentang posisi masing-masing. Benturan-benturan yang terjadi seharusnya bisa benar-benar dipahami bahwa hal yang dilakukan adalah dalam rangka menguak sebuah kebenaran yang sedang ditutup-tutupi, meskipun benar adanya bahwa sikap anarkis adalah hal yang tidak bisa ditolerir. Katakanlah gerakan mahasiswa belakangan tidak lebih hanya sebuah gerakan merusak fasilitas publik, sebuah sikap narsisme demokrasi, tapi tolong jangan samaratakan semua itu dalam satu nama suci, MAHASISWA. Lihatlah kawan-kawan mahasiswa yang dalam perjuangannya benar- benar bersuara untuk kaum miskin papa, untuk segala ketertindasan, jangan nafikan mereka, jangan nafikan kami. Realitanya aku bangga pernah dicap sebagai pemberontak saat dulu menyandang gelar mahasiswa. 4 tahun itu aku menghabiskannya dengan berkoar-koar tentang idealisme, sebuah jati diri yang ingin tetap kugenggam erat, disini, diantara kepalan kedua tangan. Meskipun
  • 29. belakangan terkesan ada yang ingin menggembosi fungsi-fungsi mahasiswa dengan mencitrakan mahasiswa sebagai seorang manusia yang tak lebih hanya berbekal nafsu anarkis dalam bersuara, namun tak mengapa. Setiap jaman punya ciri khasnya, terlebih soal peran-peran mahasiswa yang akan selalu dibutuhkan karena mahasiswalah generasi perubahan, generasi pengawal. Dan aku, seorang lelaki yang terdampar pada fase pertengahan. Keluar dari remaja dan beranjak tua. “kamu sudah dewasa nak, sudah sarjana” begitu ibuku bilang. Sarjana? ada apa kiranya dengan gelar itu? sepertinya semua orang bangga sekali. Menenteng sebuah anamah dengan gelar yang disandangnya untukku adalah sebuah beban. semua ini menuntut aku untuk mencoba menemukan fakta-fakta lain untuk kemudian menjadikannya sebagai data-data penguat jati diri. Berharap menjadi seorang lelaki yang gagah, penuh pesona, penuh makna dan tentunya berguna untuk semua. “akh…ini semua realita”
  • 30. Mahasiswa di mana kau kini Beginikah mahasiswa, ketika lifestyle lebih paham daripada mata kuliah. Beginikah mahasiswa, ketika aktualisasi diri tidak didapat dari forum diskusi tetapi dari social networking. Inikah penerus bangsa yang menganggap keseriusan sebagai “lebay” Inikah penerus bangsa yang malas mencari idealisme karena dianggap “berat”. Atau saya yang terlalu berbeda, ketika saya hidup di kota “mahasiswa” sebagai pekerja, pernah menjadi mahasiswa juga, dan melihat mungkin hanya 10% mahasiswa yang bisa saya sebut sebagai mahasiswa di kota ini. Saya jadi malu ketika harus menuliskan gelar kesarjanaan saya dibelakang nama lengkap, karena citra mahasiswa sekarang yang saya sendiri malu mengakui, bahwa mereka, kebanyakan memang hanya pantas disebut “siswa” tanpa embel-embel “maha”. Nongkrong di coffeeshop bagi mahasiswa itu keren, nongkrong di perpustakaan bagi mahasiswa itu tidak “gaul”, nge-mall itu rutinitas bagi mahasiswa tapi toko buku? yah, kalo lagi ada buku yang butuh banget buat dicari saja. ini bukan fenomena, tapi kelaziman. Yogyakarta adalah surga untuk mahasiswa bersenang-senang, apalagi dengan kiriman uang rutin yang tabu jika telat. bicara sarana, karaoke house, futsal stadium, coffee shop, mall, night clubb, hot spot area, yang tidak pernah tidur telah menenggelamkan sarana pendukung belajar mereka. sarana belajar itu apa? tanyaken pada pemerintah saja, saya sendiri tidak bisa melihatnya di sini, mungkin ada tapi kalah megah dari sarana refreshingnya. Kenapa mahasiswa Sipil sulit memahami Struktur, mahasiswa IT bingung coding, mahasiswa Kimia bengong dengan kimia organik, atau mahasiswa Sosisal lebih pinter mengarang indah di lembar ujian daripada memahami teori ahli. Karena semalam sibuk nge-game dengan spech komputer yang muat buat NFS Underground, atau karena semalam mereka pulang pagi setelah mabok di Hugos, atau mungkin bunyi “tuing” dari chat room lebih menarik dari buku tebal yang pake bahasa inggris itu. Pernah manager personalia di perusahaan saya curhat pada saya perihal sulitnya mencari fresh graduate bermutu sekarang ini, dengan IPK 3,5 saja kualitas mereka masih tanda tanya, itu kata manager personalia perusahaan saya lho. Itupun setelah diterima bekerja mereka hanya bertahan sebulan dua bulan karena “malas” dengan preassure dan tanggung jawabnya. Maaf, tulisan saya bukan sumpah serapah, tapi hanya opini saja dari saksi mata dan saksi hidup. kalau mau bahas yang 10% sisanya, pasti mereka akan atau sudah menjadi orang-orang yang luar biasa. Karena mereka dari semula tahu prioritas, menetapkan tujuan, dan berani bermimpi. tanya saja pada mahasiswa di kanan-kiri anda, apa mereka bisa berandai-andai, 10 tahun mendatang mereka akan berada di mana dan melakukan apa?
  • 31. Setelah kita mempelajari Tools-Tools Photoshop, Membuka File Baru, Membuat File Baru, dan Menyimpan dalam bentuk .JPG maka saat ini Saya akan memberikan tutorial Photoshop bagaimana memberi warna yang kita inginkan pada objek tertentu. Ikuti langkah-langkah di bawah ini : 1. Buka Photoshop 2. Buka file/foto yang ingin di Edit dengan cara Ctrl + O lalu pilih file/foto yang diinginkan. 1.1 contoh Foto yang saya ambil 3. Duplicate File/foto yang diinginkan dengan cara klik kanan layer Background lalu pilih Duplicate layer 4. Pada Toolbar pilih Image  adjustments  Hue/Saluration atau Ctrl + U 5. Atur Hue sesuai dengan keinginan tetpi pada gambar di atas saya menggunakan Hue +91, Saluration +23 , Lightness 0. perhatikan gambar di bawah ini : 1.2
  • 32. 6. Hapus bagian-bagian yang tidak ingin di beri warna, setelah di hapus hasilnya akan seperti ini 1.3 hasil gambar setelah bacground copy telah di hapus Dalam gambar bacground copy yang saya hapus hanyalag gambar orangnya saja jadi hanya orangnya aja yang tidak berubah warnanya Sebenarnya ini dah jadi tapi warna yang diganti hanya satu macam, tetapi jika mau banyak macam warnanya lanjutkan dengan cara: 7. pada layers ganti normal menjadi lighten maka hasilnya akan seperti ini 1.4 gambar pergantian dari normal ke lighten
  • 33. 1.5 Hasil gambar yang diperoleh Hanya ini yang dapat saya berikan kepada teman-teman semoga dapat bermanfaat. BELAJAR MEMBUAT BINGKAI SEDERHANA DENGAN ADOBE PHOTOSHOP A. pertama kita buka adobe potosop lalu kita buka file gambar dengan menekan ctrl+O B. kemudian dengan menggunakan polygonal lasso tool (l) kita crop imagenya sesuai dengan keinginan. kurang lebih kaya dibawah ini broo…! A. Kemudian kita buat new layer buat background. B. Atur warnanya dengan mengunakan layer style (gradient overlay) sesuaikan warna sesuai keinginan kamu brooo…!! Bisa juga menggunakan cara lain bro dalam pewarnaan ini mah…heeeehee nie contohnya menggunakan layer style (gradient overlay) Lanjut broo… kita bikin bunga di backgroundnya bro dengan Brush Tool (B) dan pilih brush yang kamu suka dengan mengklik kanan dan pilih bro yang kamu suka biar backgroundnya tambah menarik…. Tengok di bawah ini bro…..!!! –> Ngopi dulu ah biar lebih nyantai bro…!!(hahahahaha..) Lanjut bro..!!
  • 34. –> A. Duplikat backgroundnya kemudian dengan menggunakan Rectangular Marquee Tool (M) kita potong tengah backgroundnya brooo dan ganti blending layernya dari normal jadi screen. B. Untuk warna dan effecknya kita gunakan layer style lagi brooo kaya yang diatas sampe kita nemukan warna dan effeck yang cocok dengan hati kita bro…!!!!!Jadilah bingkainya brooo. C. Dibawah kiri gambar contoh jadinya bro. Di layernya Kita simpan diatas poto yang tadi kita potong bro…!! A. Duplikat lagi background yang udah ada gambar yang tadi di brush dengan bunga bro kemudian simpan di bawah fotonya.Kita buat layer mask di gambar foto yang di potong tadi broo.. B. Kemudian dengan mengunakan Brush Tool (B) dan memilih bentuk yang kita suka , kita bikin gambar di mask agar si gambar background di bawahnya bisa kilihatan ke atas. Yang tanda panah hitam bro hasilnya…!! Lanjut broooo . untuk transporm nya kita exsport dulu seluruh gambarnya kecuali background (atau kita aktifkan semua gambar kecuali backgroung trus di grup) kemudian ctrl+T bro buat memulai mentransporm kemudian klik kanan buat bantuan yang kita ingin kan brooo. Nah kita cari deh ukuran dan bentuknya yang sesuai keinginan brooo !!
  • 35. Next brooo.. kita olah lagi backgroundnya dengan merubah warna dan gambar sesuai keinginan. Ni aku pake background hitam dan dengan vasiasi dari Brush Tool brood an yang di bawah ini hasil aku. Coba bro lebih creative lagi bikin backgrounya biar lebih hidup lagi..!! heheheeeeee……. Lanjut brooo… kita duplikat lagi yang barusan kita buat tapi kita simpan diatas poto dan kemudian hapus gambar sebagian gambar yang menutupi poto yang tadi di eksport. Nah biar gambar tadi tidak lebih dari gambar poto kita tekan Alt sambil mengarahkan tanda panah diantara layer foto dan gambar yang baru kita hapus.hasilnya di sebelah kanan bawah gambar poto. Untuk bingkai yang paling atas kita ikuti langkah yang sebelumnya kita bikin bingkai dengan mengganti warna dan effeck nya. Dan untuk hurupnya kita gunakan Horizontal Type Tool (T)dan mulai dengan memilih jenis hurup dan ukuran yang pengen kita gunakan. Kemudian kita kasih effek layer style lagi biar lebih menarik caranya sama yang sebelum nya. 9. Akhirnya kita bisa nikmati sisa kopi tadi sambil memandang hasil editan kita sendiri.. hahahaaa….!!
  • 36. TERIMA KASIH Sering kali kita menjumpai atau mendapatkan hasil jepretan gelap kurang cahaya, biasanya itu terjadi karena saat pengambilan gambar posisinya membelakangi sumber cahaya. Tutorial ini akan membantu anda yang mendapati masalah tersebut dengan memperbaiki bagian bagian yang gelap menjadi hasil foto yang sesuai anda inginkan dengan cara yang mungkin anda tahu sebelumnya. Dibawah ini cara memperbaiki hasil foto yang gelap : Langkah 1. a) Buka foto yang akan diperbaiki. note: Perhatikan intensitas warna gelap yang ada di foto, Semakin gelap foto maka kemungkinan untuk bisa diperbaiki semakin kecil. Mungkin bisa diperbaiki, tapi warna dan cahaya yang ditampilkan tidak natural. Dalam tutorial ini aku akan menjadikan foto yang gelap menjadi foto dengan kontras cahaya dan warna yang natural. Sehingga foto yang telah diperbaiki terlihat seperti tidak pernah diperbaiki b) Disni saya menggunakan foto yang menurut saya bermasalah dan cocok buat contoh.
  • 37. c) Duplikasi foto dengan menekan Ctrl + J atau dengan mengeklik Layer – Duplikat Layer maka akan muncul seperti yang ada dibawah. d) Ubah layer mode hasil duplikasi,
  • 38. klik kiri pada anak panah tersebut Pilih mode screen, maka akan terlihat perubahan pada gambar. e) Gambar akan berubah menjadi seperti ini, menjadi lebih terang.
  • 39. f) Kemudian klik image – Adjustments – Shadow/ Highlight.
  • 40. g) Atur nilai Shadow 79 % dan 92 % untuk Highlight. ( sesuaikan nilai- nilai shadow dan highlight sesuai dengan kebutuhan foto yang akan dirubah. Semakin besar nilai highlight cahaya background akan redup tapi gambar semakin jelas, highlight berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya pada warna-warna terang. Shadows berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya pada warna-warna gelap, contohnya pada bayangan benda.sisi gelap yang diperbaiki akan semakin terang). h) Hasil.
  • 41. Lihat perbedaan sebelum dan sesudah gambar diperbaiki.
  • 42. Anda ingin menambah efek pelangi pada Photo seperti diatas, gampang ikuti tutorial berikut ini. Untuk menambah efek pelangi pada photo atau image dengan aplikasi program Photoshop cukup mudah. Berikut ini langkah-langkah yang bisa anda lakukan : 1. Buka Image/Photo anda dengan Photoshop, saya memberikan contoh dengan image pemandangan laut yang ada pada Windows Background kemudian buat layer baru dan diberi nama misal Pelangi. 2. Aktifkan Layer Pelangi kemudian Klik Tool Gradasi dan pilih tab Circular Rainbow biasanya ada di panel atas, lihat gambar.
  • 43. 3. Kemudian dengan Tool Gradasi klik di area kerja pada layer Pelangi
  • 44. 4. Karena Posisi pelangi belum pas maka geser pelangi tersebut dengan dengan Move Tool seperti pada gambar, dan hapus area yang ditandai line kotak dengan tool Eraser.
  • 45. 5. Langkah selanjutnya pelangi di beri efek Gaussian Blur di menu Filter dengan radius seperti di gambar.
  • 46. 6. Pada Layer pelangi ubah opacity dan mode lighten seperti pada gambar, sehingga pelangi nampak alami.
  • 47. 7. Untuk memberi kesan natural image pemandangan, pada layer gambar pemandangan diberi sentuhan adjusment dengan Hue/Saturation dengan komposisi seperti pada gambar.
  • 48. Demikian sedikit tutorial sederhana ini semoga bermanfaat bagi yang ingin belajar Program Photoshop.