Dokumen tersebut membahas tentang motivasi dan pendidikan K3. Motivasi pekerja merupakan faktor penting dalam penerapan SMK3 untuk mencapai lingkungan kerja yang aman. Pendidikan K3 bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pekerja agar dapat bekerja dengan aman. Hubungan antara motivasi dan budaya kerja penting untuk terciptanya lingkungan kerja yang aman dan produktif.
2. Pendahuluan
Terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian
besar disebabkan oleh faktor manusia dan
sebagaian kecil disebabkan oleh faktor teknis ;dan
untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja maupun orang lain yang berada di tempat
kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan
lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu
penerapan Sistem Manajeman Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dapat
mengantisipasi hambatan teknis dalam era
globalisasi perdagangan (Permenaker No 5/1996).
3. SMK3 (Sistem Manajemen K3) adalah
bagian dari sistem manajemen organisasi
yang digunakan untuk mengembangkan dan
menerapkan kebijakan K3, mengelola risiko
K3 serta menumbuhkembangkan budaya
keselamatan kerja
Motivasi pekerja dan pendidikan K3
merupakan faktor faktor yang mempengaruhi
penerapan SMK3
4. MOTIVASI K3
Kerja merupakan kebutuhan sebagai pengabdian kepada
Tuhan; dan seseorang akan merasa bahagia apabila dapat
melakukan pekerjaannya dengan hasil baik.
Faktor pendorong seseorang bekerja bermacam-macam.
• Sebagai pemenuhan kebutuhan biologis seperti lapar dan
dahaga, yang merupakan motivasi kerja yang utama yang
mendorong seseorang bekerja.
• Faktor kedua ialah motivasi sosial yang mengharuskan
seseorang bekerja. Dalam hubungan sosial, bekerja dilakukan
secara bersama sama dengan orang lain untuk mencapai
prestasi.
• Faktor ketiga adalah achievement motivation. Motivasi ini
mendorong seseorang untuk bekerja keras.
• Penghargaan yang menjadi kebutuhan ego, mengingat
seseorang membutuhkan dihargai maka ia bekerja.(Argyle,
1983 dalam Setyawati L, 2010)
5. Beberapa faktor yang diperlukan untuk strategi motivasi antara
lain, seperti tujuan, cara kerja, teknologi, masyarakat dan
pelanggan, budaya SDM dan sumberdaya lainnya. Sehingga
dapat disusun suatu langkah bagaimana membuka peluang
keberhasilan melalui pintu internal (hati nurani SDM) untuk
merubah sikap dan perilaku baru yang kondusif khususnya
dalam pelaksanaan manajemen keselamatan & kesehatan kerja.
Perubahan sikap dan perilaku tersebut dapat menjadi kenyataan
bilamana pekerja telah mendapat nilai-nilai baru, kemudian
mereka mempunyai alat atau perangkat untuk melaksanakan,
sehingga nilai tadi menjadi kenyataan. Kenyataan yang lebih
baik itu terus dipelihara dan dikembangkan, makin lama makin
menjadi kebiasaan dan akhirnya akan menjadi budaya kerja
yang aman, selamat.
6. Ada berbagai bentuk motivasi yang diberikan
melalui pemberian penghargaan kepada
mereka yang berhasil baik dan memberikan
pinalti kepada mereka yang tidak memenuhi
target (insentif/disinsentif). Motivasi menjadi
lebih besar berperan apabila penempatan
pekerja pada suatu posisi kerja sesuai
dengan bakat dan kemampuannya, oleh
karena itu pengenalan bakat dan
kemampuan pekerja merupakan unsur
penting dalam upaya mencapai produktifitas
kerja yang lebih baik.
7. Teori Abraham Maslow
Kebutuhan sandang papan pangan, sex
Rasa aman
Rasa memiliki, sosial,
Penghargaan (harga diri)
Aktualisasi diri
8. Hubungan motivasi dengan budaya kerja pada
pekerja khususnya mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
Pemenuhan :
Prestasi
Pengakuan
Pekerjaan
Kemajuan
Tanggung jawab
Aktualisasi diri (nilai nilai)
Kelangsungan hidup
9. Lingkungan yang kondusif
Kondisi Kerja
Kebijakan & Kebijaksanaan
Birokrasi
Hubungan Kerja
Rekrutmen/penempatan/diklat
Nilai norma kelompok
Gaji/insentif
10. Terkait dengan Sistem Manajemen K3,
motivasi merupakan hal yang sangat penting
untuk diperhatikan oleh manajemen dan
seluruh anggota organisasi/perusahaan
dalam rangka terciptanya lingkungan kerja
yang aman , terkendali dan meningkatnya
produktifitas kerja
11. Pendidikan K3
Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan
adalah suatu proses atau kegiatan yang
diarahkan untuk merubah tabiat (behavior)
manusia. Yang dimaksud dengan behavior
adalah setiap tanggapan atau perbuatan
seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh
sesorang.
12. Menurut Notoatmodjo, 1989, Pelatihan
adalah salah satu bentuk proses pendidikan.
Dengan training, sasaran belajar atau
sasaran pendidikan akan memperoleh
pengalaman belajar yang pada akhirnya
menimbulkan perilaku manusia. Pelatihan
dipakai sebagai salah satu metode
pendidikan dalam upaya meningkatkan atau
menambah pengetahuan atau ketrampilan
13. Pendidikan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja
meliputi berbagai aspek terhadap pekerja untuk meningkatkan
ketrampilan dan kemampuan pekerja. Bentuk pendidikan kepada
pekerja adalah Pelatihan /training, yang diberikan oleh pihak
manajemen atau pihak luar (eksternal) yaitu lembaga training.
Beberapa bentuk Pelatihan Yaitu :
Memberikan pelatihan tanggap gawat darurat (emergency),
pelatihan kebakaran
Pelatihan PPPK (yang dilakukan oleh Dokter kepada pekerja).
Pelatihan Ahli K3 bagi petugas K3
Pelatihan Hiperkes ( teknisi, paramedis)
Pelatihan penanganan limbah B3.
Pelatihan alur proses produksi (Quality Assurance)
Training pemakaian APD yang benar
14. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996, Permenaker RI No 5/ 1996, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Arep, I dan Hendri Tanjung, 2003, Manajemen
Motivasi, Penerbit Grasindo, Jakarta
Notoatmodjo, S, 1989, Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta.
Setyawati. L, 2010, Selintas Tentang Kelelahan
Kerja, Penerbit Asmara Books, Yogyakarta
Tirtarahardja, Umar dan SL LA Sulo,2005.
Pengantar Pendidikan Jakarta, Rineka Cipta.
Triguno, 1996, Budaya Kerja, Penerbit Golden
Trayon Press.