SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
FILSAFAT ILMU

                         TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU



                                               BAB I

                                        PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang



        Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal.
Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek
material ilmu kedokteran.
Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan rasional juga memiliki objek material dan objek
formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan
ada yang tidak tampak.
Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan
yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh,
radikal, dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan
hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan
menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Maka
seiring dengan berkembangnya zaman, makin berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan yang ada.

        Kemajuan pesat ilmu pengetahuan yang dicapai manusia pada ujung pertengahan kedua abad ke-
20, memungkinkan arus informasi menjadi serba cepat: apa dan oleh siapa dari seluruh muka bumi
(bahkan sebagian jagat raya) - menembus ke seluruh lapisan masyarakat dengan bebas tanpa
membedakan siapa dia si penerima. Tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi,
ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. Pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan terhadap pola kemasyarakatan alienasi adalah suatu kondisi psikologis seorang individu
yang dinafasi oleh kesadaran semu (tentang misteri keabadian termasuk Tuhan), keberadaan, dan dirinya
sendiri sebagai individu serta komunitas.




                                                                                                      1
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung meniru budaya barat bisa
 jadi menciptakan sebuah alienasi budaya.Orang merasa asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda
 tidak lagi at home dengan kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya. Kemajuan-kemajuan
 memungkinkan banyaknya pilihan (multiple options) dan membuka kesempatan tumbuhnya
 materialisme dan rasionalisme dengan luar biasa. Tuntutan hidup begitu tinggi. Kemakmuran yang
 dicapai tidak terkendali, gaya hidup menjadi konsumtif dan hedonistik. Manusia pribadi yang menjadi
 begitu sibuk untuk mempertahankan hidup menyuburkan sosok individualistik. Kaya dan sukses dari
 segi materi jadi satu-satunya tujuan hidup. Persaingan demikian ketat, sehingga penghargaan manusia
 terhadap waktu mencapai titik tertinggi dibandingkan masa sebelumnya. Yang tersisa hanya wajah
 kehidupan tidak manusiawi dimana bahaya masa depan ialah manusia menjadi robot karena terjadi
 alienasi diri. Ini merupakan pengaruh negatif dari kemjuan ilmu jika tidak di dasari dengan akhlak,
 norma, moral dan landasan agama yang ada. Jangan sampai perkembangan ilmu menjadikan manusia
 sebagai objek, menyeret dan memaksanya pada model kehidupan yang menyimpang.


        Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang ada pada saat ini
merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia
dengan alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular
serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada masa
depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks. Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa
agama formal (organized religion) akan lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek
dan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses
artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi.
Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur
pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber,
hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat.



1.2     Maksud dan Tujuan

       Maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Yang juga
sekaligus sebagai bahan diskusi bersama dalam proses pembelajaran. Adapun judul yang diangkat dalam
makalah ini yaitu “Tantangan Dan Masa Depan Ilmu”.
       Tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk membantu para mahasiswa kedepan agar dapat
dijadikan sebagai pengetahuan dan masukan tentang bagaimana, apa pengertian, serta konteks yang
berhubungan dengan tantangan dan masa depan ilmu.


                                                                                                      2
BAB II
                                    PERMASALAHAN

Rumusan Masalah

   1. Apa Hubungan Antara Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan ?

   2. Apa Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia ?

   3. Apa Hubungan Antara Etika, Moral, Norma dan Ilmu Pengetahuan ?

   4. Bagaimana Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Oleh Ilmuwan ?




Dalam Makalah ini akan membahas :

   1. Hubungan Antara Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan

   2. Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia

   3. Hubungan Antara Etika, Moral, Norma dan Ilmu Pengetahuan

   4. Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Oleh Ilmuwan




                                                                       3
BAB III

                                          PEMBAHASAN

     Pengertian Ilmu, Krisis Kemanusiaan, Masa Depan Manusia, Agama, Etika,
     Moral, dan Norma

Pengertian Ilmu
     Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “Alima-ya’lamu, dan science dari bahasa Latin Scio, scrie artinya
to know. Sinonim yang paling akurat dalam bahasa Yunani adalah epitisteme. Sedangkan secara
terminology ilmu atau science adalah semacam pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri, tanda-tanda dan
syarat-syarat tertentu. Menurut ensiklopedia pengertian ilmu adalah “Ilmu pengetahuan yaitu suatu
system dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengetahuan tertentu,
yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, sehingga menjadi kesatuan suatu system dari
pelbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan secara
teliti dengan memakai metode tertentu.

     Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005
diantaranya adalah :


Pengertian kata “ilmu” secara bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
dibidang itu.


        Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
      kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak
      dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.



                                                                                                       4
      Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum
     dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
       Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten
     tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
       Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem
     yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal
     yang sedang dikaji.
       Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan
     suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat
     oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
     Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-
     ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka “.
       Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia
     mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan
     kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.


Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah:
1.      Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.
2.      Koherensi sistematik ilmu.
3.      Tidak memerlukan kepastian lengkap.
4.      Bersifat objektif.
5.      Adanya metodologi.
6.      Ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya


Pengertian Krisis kemanusiaan
        Krisis adalah suatu keadaan dimana terjadinya peralihan dari keadaan lama menuju keadaan baru
     yang belum pasti. Misalnya, metode lama telah ditinggalkan, tetapi metode baru belum sepenuhnya
     dapat digunakan, sehingga yang terjadi adalah kebingungan, karena belum adanya metodologi baru
     yang memadai.


        Krisis kemanusiaan merupakan suatu peristiwa atau runtutan peristiwa ancaman kritis terhadap
     kesehatan, keamanan, dan keberadaan atau eksistensi suatu komunitas atau suatu kelompok besar
     dalam suatu wilayah luas.


                                                                                                       5
Pengertian Masa Depan

 menurut tinjauan istilah masa depan ialah suatu masa atau kondisi yang berada di depan manusia,
   akan tetapi kondisi tersebut biasanya digunakan untuk waktu yang panjang, mungkin juga tidak
   terbatas dan kadang-kadang masih bersifat abstrak. Masa depan untuk jangka pendek biasanya
   digunakan istilah besok, besok lusa, bulan depan atau tahun depan.
 Menurut berbagai contoh yang banyak kami temukan pada masyarakat tertentu, istilah masa depan ini
   banyak dipergunakn pada kondisi tertentu. Misalnya orang tua yang menyarankan anaknya untuk
   memperhatikan masa depannya, masa depan di sini berorientasi kepada persiapan diri untuk
   memasuki kehidupan rumah tangga agar supaya mereka tidak mengalami kesulitan. Pengertian masa
   depan ini bergeser kembali ketika diletakkan atau digunakan pada orang-orang yang sudah
   berkeluarga. Masa depan diartikan kepada masa tua, sehingga anjuran tersebut menyarankan agar
   mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tua yang cukup menyulitkan bagi manusia, sehingga
   tidak sedikit manusia yang melakukan pendidikan terhadap anak-anaknya agar supaya kelak dapat
   dijadikan tempat bergantung dan tidak banyak menimbulkan kesulitan bagi dirinya. Dipersiapkan
   rumah tangga, tempat tinggal yang cocok ,dan kondisi ketuaan, demikian seterusnya.
 Pengertian masa depan ini bergeser lagi ketika digunakan kepada para orang yang sudah memasuki
   masa tua, orientasinya sekarang kepada masa kehidupan setelah kematian, sehingga mereka lebih
   mengkonsentrasikan diri pada aktifitas ibadah sebagai bekal akhirat.
 Menurut pendapat penulis, masa depan ialah masa yang paling depan, setelah itu sudah tidak ada
   masa lagi di depannya. Kalau masa depan diartikan dengan masa rumah tangga bagi generasi muda
   atau masa tua bagi orang yang sudah memasuki kehidupan keluarga, berarti masa itu bukan masa
   depan karena di depannya masih ada masa lagi. Sedangkan masalah keadaan masa depan, di mana
   harus diperlukan persiapan khusus, menurut pendapat penulis, masa tersebut sangat rawan sekali,
   yang banyak memungkinkan bencana-bencana besar bagi siapa yang memasukinya apabila tidak
   memiliki persiapan dengan baik.
 Apabila masa depan diartikan secara salah, seperti diartikan masa rumah tangga, atau masa tua, maka
   persiapan seseorang akan dikonsentrasikan secara penuh kepada hal-hal yang di atas. Akibatnya ia
   mungkin akan berhasil pada masa itu tetapi akan mendapatkan kehancuran ketika ia memasuki


                                                                                                    6
kepada masa depan yang sesungguhnya, karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan ke arah
    sana.
 Di dalam kondisi industrialisasi seperti sekarang ini, tidak sedikit para orang tua dan generasi muda
    yang memandang kehidupan di dunia ini dipandang sebagai masa depannya, sehingga seluruh
    kegiatan-kegiatan mereka mengacu pada hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi kehidupan
    duniawi, mereka tidak segan-segan mengorbankan segala yang dimiliki untuk kesuksesan dunia. dan
    kami rasa banyak sekali contoh-contoh sosial yang menggambarkan kejadian-kejadian di atas. mari
    kita renungkan bersama lagi, rencana apa yang akan kita lakukan untuk menyongsong kehidupan
    lebih baik di masa mendatang , dimana era globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat
    pesat ini:)



Pengertian Agama

    Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada
Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta
āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal
dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”.
Maksudnya         dengan   berReligi,   seseorang    mengikat   dirinya   kepada   Tuhan   (wikipedia.com).


    Untuk memberikan batasan tentang makna agama memang agak sulit dan sangat subyektif. Karena
pandangan orang terhadap agama berbeda-beda. Ada yang memandangnya sebagai suatu institusi yang
diwahyukan oleh Tuhan kepada orang yang dipilihnya sebagai nabi atau rasulnya, dengan ketentuan-
ketentuan yang telah pasti. Ada yang memandangnya sebagai hasil kebudayaan, hasil pemikiran manusia,
dan ada pula yang memandangnya sebagai hasil dari pemikiran orang orang yang jenius, tetapi ada pula
yang        menganggapnya        sebagai     hasil     lamunan,     fantasi,   ilustrasi   (Syafa’at,1965).


    Menurut sejarah, agama tumbuh bersamaan dengan berkembangnya kebutuhan manusia. Salah satu
dari kebutuhan itu adalah kepentingan manusia dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spritual, yakni
sesuatu yang dianggap mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit dicari dan dikejar sampai akhirnya mereka
menemukan suatu zat yang dianggap suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai
dengan taraf perkembangan cara berpikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya
sebagai Tuhan. Dapatlah dimengerti bahwa hakikat agama merupakan fitrah naluriah manusia yang

                                                                                                          7
tumbuh dan bekembang dari dalam dirinya dan pada akhirnya mendapat pemupukan dari lingkungan
alam sekitarnya. Ada yang menganggap bahwa agama di dalam banyak aspeknya mempunyai persamaan
dengan ilmu kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama di sini pada umumnya adalah agama-agama yang
bersifat universal. Artinya para pengikutnya terdapat dalam masyarakat yang luas yang hidup di berbagai
daerah (Thalhas, 2006). Di samping itu ajarannya sudah tetap dan ditetapkan (established) di dalam
kaedahnya atau ketetapannya dan semuanya hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja. Agama
mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar dapat memberi kebahagiaan di dunia dan
akhirat baik kepada dirinya sendiri maupun kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu agama juga
memberikan ajaran untuk membuka jalan yang menuju kepada al-Khaliq, Tuhan yang Maha Esa ketika
manusia telah mati.


    Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat dirubah meskipun masyarakat
yang telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Maksud di sini adalah bahwa ajaran
agama itu dapat dijadikan pedoman hidup, bahkan dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma untuk
menyusun masyarakat, baik masyarakat itu bersifat industrial minded, agraris, buta aksara, maupun cerdik
pandai (cendikiawan). Karena ajaran agama itu universal dan telah estabilished, maka agama itu dapat
dijadikan pedoman yang kuat bagi masyarakat baik di waktu kehidupan yang tenang maupun dalam
waktu yang bergolak. Selain itu, agama juga menjadi dasar struktur masyarakat dan member pedoman
untuk mengatur kehidupannya.




Pengertian Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan ata adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral).


Selain akhlak kita juga lazim menggunakan istilah etika. Etika merupakan sinonim dari akhlak. Kata ini
berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan
adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok
yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filasafat dapat disebut sebagai
ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Etika membahasa tentang tingkah laku manusia.



                                                                                                       8
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap
waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena
pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang
berlainan.


Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut.
Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbutaan yang dilakukan
oleh                                                                                             manusia.


Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil
pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak pula universal.


Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu
perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari segi
sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman.


Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan
kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.




Pengertian Moral

       Istilah moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup. (Gunarsa,
1986) Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus
dipatuhi. (Shaffer, 1979) Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur prilaku individu
dalam hubunganya dengan masyarakat. Moral merupakan tindakan manusia yang bercorak khusus yang
didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan buruk. Morallah yang membedakan manusia dengan
makhluk tuhan yang lainya dan menempatkan pada posisi yang baik diatas makhluk lain.
Moral merupakan realitas dari kepribadian pada umumnya bukan hasil perkembangan pribadi semata,
akan tetapi adalah merupakan tindakan atau tingkah laku seseorang. Moral tidaklah bisa sipisahkan dari
kehidupan beragama.



                                                                                                          9
Di dalam agama Islam perkataan moral identik dengan akhlak.di mana kata “akhlak” berasal dari
bahasa    Arab     jama’     dari    “khulqun”   yang    menurut    bahasa     berarti   budi   pekerti.
Moral merupakan norma yang sifatnya kesadaran atau keinsyafan terhadap suatu kewajiban melakukan
sesuatu atau suatu keharusan untuk meninggalkan perbuatan – perbuatan tertentu yang dinilai masyarakat
melanggar norma – norma. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa suatu kewajiban dan norma moral
sekaligus menyangkut keharusan untuk bersikap bersopan santun. Baik sikap sopan santun maupun
penilaian baik - buruk terhadap sesuatu, keduanya sama – sama bisa membuat manusia beruntung dan
bisa juga merugikan. Disini terdapat kesadaran akan sesuatu perbuatan dengan memadukan kekuatan nilai
intelektualitas dengan nilai – nilai moral.
      Nilai – nilai intelektualitas merupakan sumber pertimbangan terhadap sesuatu yang benar dan yang
salah, sedangkan nilai – nilai moral merupakan sumber pertimbangan suasana hati tentang kebaikan dan
keburukan. Jika seseorang dapat membedakan dan mampu memilih kesetangkupan antara yang baik dan
yang benar dengan yang buruk dan yang salah, maka nilai – nilai moral yang hakiki senantiasa dapat
ditemukan, yaitu yang baik dan yang benarlah sebagai pilihannya. Kehidupan moral tidak bisa dipisahkan
dari keyakinan beragama, karena nilai moral yang tegas, pasti dan tetapi tidak berubah karena keadaan,
tempat dan waktu, adalah nilai yang bersumber pada agama. Karena itu didalam pembinaan generasi
muda perlulah kehidupan moral dan agama itu sejalan dan mendapat perhatian khusus.

      Sebagai dua istilah yang memiliki kaitan satu dengan yang lainnya, nilai dan moral sebenarnya
tidak dapat berdiri sendiri. Bahkan dalam konteks tertentu nilai dan moral sering disatukan menjadi nilai
moral. Tetapi dalam istilah tersebut termuat makna baru yang menggambarkan adanya kualitas moral.
Ketika nilai dipisahkan dari moral maka arti nilai tidak terpengaruhi oleh moral, yakni tetap pada arti
awalnya sebagai suatu keyakinan yang mana seseorang betindak atas dasar pilihannya.

      Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika
lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli
filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral
secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu. Namun demikian, dalam beberapa
hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk
menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio,
sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan
berkembang dan berlangsung di masyarakat.



Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti


                                                                                                      10
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya
perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul
salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.




Pengertian Norma

Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas
yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran,
aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau
sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Norma
dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan konkret. Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan
manusia akan menjadi brutal. Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia yang tidak
ingin tingkah laku manusia bersifat semaunya.


Norma-norma mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud: perintah dan larangan. Apakah
yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi norma tersebut? Perintah merupakan kewajiban bagi
seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan
merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang
tidak baik. Ada bermacam-macam norma yang berlaku di masyarakat.


Macam-macam norma yang telah dikenal luas ada empat, yaitu:


Norma Agama Ialah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-perintah, larangan
larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini
akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat. Contohnya ialah
kita harus menjalankan perintah sebagai makhluk Tuhan.


Norma Kesusilaan Ialah peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari manusia. Pelanggaran
norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan. Norma kesusilaan bersifat
umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat manusia. Contoh norma ini diantaranya ialah kita
harus berlaku jujur.




                                                                                                   11
Norma Kesopanan Ialah norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri untuk mengatur
pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat saling hormat menghormati. Akibat dari
pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan
masyarakat                 yang                 bersangkutan                  itu                sendiri.
Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat.
Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat
(regional) dan hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi
segolongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian. Contoh norma ini diantaranya
ialah Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita          di dalam kereta api, bus dan lain-lain,
terutama wanita yang tua, hamil atau membawa bayi.


Norma Hukum Ialah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan negara. Isinya
mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat
negara, sumbernya bisa berupa peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan
agama. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa ancaman
hukuman.




A. HUBUNGAN ANTARA KEMAJUAN ILMU DAN KRISIS
      KEMANUSIAAN

       Suatu kenyataan yang tampak jelas dalam dunia modern yang telah maju ini, ialah adanya
      kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagiaan orang dalam hidup. Kemajuan industri telah
      dapat menghasilkan alat-alat yang memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup,
      sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya. Seharusnya kondisi
      dan hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya.
      Akan tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh,
      hidup semakin sukar dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental. Beban
      jiwa semakin berat, kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih sering terasa dan lebih
      menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.
       Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih
      untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi

                                                                                                      12
tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini,
    termasuk di indonesia ditandai oleh gejalah kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf
    yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah
    tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk
    memahami gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka
    kehadiran filsafat ilmu berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi
    bomerang bagi kehidupan umat manusia.
     Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan
    karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling
    tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya
    berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya
    pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk
    Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada
    pencipta-Nya.
     Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara
    metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena
    permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi
    filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan
    masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan tidak
    mencirikan cabang filsafat yang otonom. Ilmu memang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan
    secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu
    sosial, di mana keduanya mempunyai ciri-ciri yang sama.
     Pertama, filsafat ilmu ingin menjawab pertanyaan laandasan ontologis ilmu; obyek apa yang
    ditelaah? Bagaimana korelasi antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir,
    merasa dan mengindera) yang menghasilkan ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk
    mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu. Noeng Muhadjir dalam bukunya
    flsafat ilmu mengatakan, ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
    perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran
    semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam
    rumusan Lorens Bagus, menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
    bentuknya.
     Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontologi
    membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain,
    suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Tiang penyangga yang kedua adalah Epistimologi

                                                                                                   13
ilmu atau teori pengetahuan. Ini merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan
    lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban
    atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
    Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peran
    penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya,
    muncul semacam kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para
    ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.
    Kecenderungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu menerapkan apa yang dihasilkan ilmu
    pengetahuan, baik dalam dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa
    semakin maju pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, merajalela,
    dan bahkan membabi buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya tidak manusiawi lagi, bahkan
    cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan menghasilkannya.
    Kecenderungan yang kedua inilah yang lebih mengerikan dari yang pertama, namun tidak dapat
    dilepaskan dari kecenderungan yang pertama.
    Kedua kecenderungan ini secara nyata paling menampakkan diri dan paling mengancam
    keamanan dan kehidupan manusia, dewasa ini dalam bidang lomba persenjataan, kemajuan dalam
    memakai serta menghabiskan banyak kekayaan bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali,
    kemajuan dalam bidang kedokteran yang telah mengubah batas-batas paling pribadi dalam hidup
    manusia dan perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya jurang kaya dan miskin.
    Ilmu pengetahuan dan teknologi akhirnya mau tak mau mempunyai kaitan langsung ataupun tidak,
    dengan setruktur sosial dan politik yang pada gilirannya berkaitan dengan jutaan manusia yang
    kelaparan, kemiskinan, dan berbagai macam ketimpangan yang justru menjadi pandangan yang
    menyolok di tengah keyakinan manusia akan keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
    menghapus penderitaan manusia.
    Kedua kecenderungan di atas yang ternyata condong menjadi lingkaran setan ini perlu dibelokkan
    manusia sendiri sehingga tidak menimbulkan ancaman lagi. Kesadaran akan hal ini sudah muncul
    dalam banyak lingkungan ilmuwan yang prihatin akan perkembangan teknik, industri, dan
    persenjataan yang membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi kita. Untuk
    itulah maka epistimologi ilmu bertugas menjawab pertanyaan; bagaimana proses pengetahuan yang
    masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya?
    Tiang penyangga filsafat ilmu yang ketiga adalah aksiologi ilmu; Ilmu adalah sesuatu yang paling
    penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi
    secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa
    peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti

                                                                                                  14
hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya.
      Dengan kemajuan ilmu juga, manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi,
      pemukiman, pendidikan, komonikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana
      untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
       Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat bagi
      manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat
      menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya pembuatan bom yang pada awalnya untuk
      memudahkan kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif
      yang menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara
      proposional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilmu tidak
      berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka.
       Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada
      masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat
      dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari siilmuwannya. Seorang ilmuwan akan
      dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa
      pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggungjawab seorang
      ilmuwan haruslah dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis, dan
      tanggung jawab moral.



B.      HUBUNGAN ANTARA AGAMA, ILMU DAN MASA
      DEPAN MANUSIA

 Pentingnya Agama bagi Manusia

     Tidak mudah memahami pengertian agama apabila hanya satu atau dua definisi saja. Setiap agama
     dan kepercayaan mempunyai pengertiannya masing-masing. Setiap manusia harus menghargai
     berbagai perbedaan pengertian dalam setiap agama dan kepercayaan tersebut. Agama dapat dilihat
     sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah-
     masalah penting dan aspek-aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya dengan teknologi
     maupun sistem organisasi sosial yang dikenalnya. Pengertian agama yang lain yaitu agama sebagai
     seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi melalui mitos dan menggerakkan kekuatan-kekuatan
     supranatural dengan tujuan untuk mencapai atau menghindari terjadunya perubahan keadaan pada
     manusia atau alam semesta (Sare, 2007).

                                                                                                   15
Agama memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi sosial dan fungsi psikologis. Secara psikologis,
    agama dapat mengurangi kegelisahan manusia dengan memberikan penerangan tentang hal-hal yang
    tidak diketahui dan tidak dimengerti olehnya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah
    dimengerti, misalnya tentang kematian. Selain itu, agama juga memberi ketenangan pada manusia
    karena dapat memberikan sebuah harapan bahwa ada sebuah kekuatan supranatural yang dapat
    menolong manusia pada saat menghadapi bahaya atau tertimpa suatu musibah. Ditinjau secara sosial,
    agama mempunyai sanksi bagi seluruh perilaku manusia yang beraneka ragam. Agama juga
    menanamkan pengertian tentang kebaikan dan kejahatan dengan memberikan semacam pedoman
    tentang perilaku hidup dan berinteraksi. Dalam hal ini, agama dapat dikatakan sebagai pemelihara
    ketertiban sosial. Selain itu, agama juga sebagai alat yang efektif untuk meneruskan tradisi lisan
    dalam sebuah masyarakat (Sare, 2007).
    Dilihat dari pengertian pentingnya agama bagi manusia, terdapat dua konsep mendasar agama bagi
    kehidupan manusia, yaitu agama dalam arti what religion does dan what is religion. Pengertian
    pertama menunjuk pada apa kegunaan agama bagi kehidupan manusia, sedangkan pengertian yang
    kedua menunjuk pada apa makna agama bagi manusia, yaitu sebagai pedoman untuk bertindak di
    dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya (Moesa, 2007)


   Pentingnya               Peran              Manusia               Terhadap                Agama
    Selama ini kita banyak membicarakan tentang peran agama dalam setiap lini kehidupan manusia.
    Namun apakah pernah terpikirkan , seberapa pentingkah peran manusia bagi agama itu sendiri?
    Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama memainkan peran utama dalam kehidupan mereka.
    Sering dalam konteks ini, manusia tersebut dianggap sebagai “orang manusia” terdiri dari sebuah
    tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu
    sendiri dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah
    letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak memiliki pengaruh penting
    terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut
    disetujui oleh sebagian orang dan ditolak oleh lainnya. Juga, adalah perdebatan di antara organisasi
    agama mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa; beberapa percaya mereka memilikinya,
    sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta ada juga yang percaya
    akan   jiwa   kelompok    yang   diadakan   oleh   komunitas    hewani   dan   bukanlah    individu.
    Menurut Feuerbach, yang disebut Allah adalah kesadaran manusia itu sendiri. Menurut pemikiran itu
    maka Feuerbach menyimpulkan bahwa agama adalah kesadaran Nan tak terbatas. Maka agama
    berakar pada jati diri manusia, yang bersifat memiliki kesadaran nan tak terbatas. Agama adalah

                                                                                                     16
hubungan manusia dengan jati dirinya nan tak terbatas. Agama palsu terjadi apabila manusia
    memproyeksikan Nan tak terbatas tersebut keluar dan dalam oposisi terhadap dirinya. Dengan
    demikian, manusia menciptakan Allah menurut citranya sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa
    manusia jugalah yang menciptakan agama. Manusia adalah awal, pusat , dan akhir agama. Menurut
    Feuerbach,     ini    bukanlah         ateisme,     melainkan   humanisme     (Jacobs,   2002).
    Pendapat lain mengatakan bahwa agama merupakan produk dan alienasi dari manusia. Manusia tidak
    menciptakan agama, dan agama tidak menciptakan manusia. maka agama adalah kesadaran diri dan
    perasaan diri manusia (Leahy, 2008).


   Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bagi Kehidupan Manusia
    Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
    yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi
    kebutuhan hidupnya sehari-hari. Teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi
    kebutuhannya. Seiring dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
    pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya
    untuk memenuhi kebutuhan manusia secara sempit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
    dapat mendorong manusia mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien. Pemanfaatan
    teknologi meluas pada upaya penghapusan kemiskinan, penghapusan jam kerja yang berlebihan,
    penciptaan kesempatan untuk hidup lebih lama dengan perbaikan kualitas kesehatan manusia,
    membantu upaya-upaya pengurangan kejahatan, peningkatan kualitas pendidikan, dan sebagainya
    (Keraf dan Dua, 2001). Bahkan secara lebih komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga
    dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang pembangunannya. Puncaknya, perkembangan ilmu
    pengetahuan dan teknologi bukan saja membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
    sehari-hari.Perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi dapat menaikkan kualitas manusia dalam
    keterampilandan kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta inteligensimanusia.Lebih
    jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia
    (Mas’ud dan Paryono, 1998).


   Peran        Manusia       Terhadap               Ilmu   Pengetahuan        dan    Teknologi
    Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
    yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi
    kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dan teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk
    memenuhi kebutuhannya. Secara definitif, ilmu adalah pengetahuan yang membantu manusia dalam
    mencapai tujuan hidupnya. Maka, patutlah dikatakan, bahwa peradaban manusia sangat bergantung

                                                                                                17
kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini, pemenuhan kebutuhan manusia bisa
  dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah (Jujun, 2003). Secara lebih spesifik, Eugene Staley
  menegaskan bahwa teknologi adalah sebuah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani
  (Siti,                                                                                          2001).
  Pada tahap selanjutnya, seiring dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
  pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya
  untuk memenuhi kebutuhan manusia secara sempit. Pemanfaatan teknologi meluas pada upaya
  penghapusan kemiskinan, penghapusan jam kerja yang berlebihan, penciptaan kesempatan untuk
  hidup lebih lama dengan perbaikan kualitas kesehatan manusia, membantu upaya-upaya pengurangan
  kejahatan, peningkatan kualitas pendidikan, dan sebagainya (Sonny dkk., 2001). Bahkan secara lebih
  komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang
  pembangunannya. Misalnya dalam perencanaan dan programing pembangunan, organisasi
  pemerintah dan administrasi negara untuk pembangunan sumber-sumber insani, dan teknik
  pembangunan         dalam        sektor        pertanian,       industri,         dan        kesehatan.
  Puncaknya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan saja membantu manusia dalam
  memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil
  mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia. Bendungan, kalkulator, mesin cuci, kompor gas,
  kulkas, OHP, slide, TV, tape recorder, telephon, komputer, satelit, pesawat terbang, merupakan
  produk-produk teknologi yang, bukan saja membantu manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi
  membuat hidup manusia semakin mudah (Ibnu, 1998). Manfaat-manfaat inilah yang mula-mula
  menjadi tujuan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan hingga menghasilkan teknologi. Mulai
  dari teknologi manusia purba yang paling sederhana berupa kapak dan alat-alat sederhana lainnya.
  Sampai teknologi modern saat ini, yang perkembangannya jauh lebih pesat dari perkembangan
  teknologi sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sanggup membawa berkah
  bagi umat manusia berupa kemudahan-kemudahan hidup, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan
  dalam benak manusia.




 Hubungan Agama, Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan

  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni
  dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan
  transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak
  negatif   karena   merugikan    dan       membahayakan      kehidupan       dan   martabat    manusia.

                                                                                                      18
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali.
 Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya
 mengeliminasi             dampak                negatifnya             semiminal              mungkin
 Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap benar
 oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan
 orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari
 keyakinan               akan               kebenaran                   ilmu              pengetahuan.
 Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek
 yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan
 kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan
 anggapan     bahwa     masing-masing      mempunyai          wilayah   kebenaran      yang    berbeda.
 Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama tidak
 bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati
 ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali.
 mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama
 mendukung         pengembangan          iptek        dan         demikian      pula          sebaliknya
 Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti
 ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta
 kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga
 wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung
 ajaran agama, pengembangan iptek.




 POSISI AGAMA DALAM PENGEMBANGAN ILMU

 Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk
 mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
 tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di
 indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang
 menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup
 oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami
 gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran agama

                                                                                                     19
sangatlah penting. Agama menjadi salah satu faktor pendukung dan sangat utama dalam
perkembangan ilmu. Merujuk pada realita mengenai Indonesia yang memiliki penduduk (muslim)
terbesar di dunia, membuktikan bahwa posisi agama di Indonesia sangat penting.

Dalam masyarakat beragama (Islam), ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai
ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang
paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi daya
berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang
bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi
juga kepada pencipta-Nya.


Namun, perlu juga diingat bahwa ikatan agama yang terlalu kaku dan tersetruktur kadang kala dapat
menghambat perkembangan ilmu. Karena itu, perlu kejelian dan kecerdasan memperhatikan sisi
kebebasan dalam ilmu dan sistem nilai dalam agama agar keduanya tidak saling bertolak belakang.
Disinilah perlu rumusan yang jelas tentang ilmu secara filosofis dan akademik serta agama agar ilmu
dan teknologi tidak menjadi bagian yang lepas dari nilai-nilai agama dan kemanusiaan serta
lingkungan. Ilmu Di Dalam mengembangkan ilmu dan teknologi seharusnya bermanfaat mencari
keredhaan Allah. Ini hanya boleh dicapai melalui aplikasi agama dalam ilmu dan teknologi . Maka
langkah awal ialah agama perlu diintegrasi ke dalam ilmu dan teknologi untuk memastikan ilmu dan
teknologi tidak lari dari manfaat asal kejadian manusia. Ini juga didorong oleh faktor bahwa agama
itu tidak terikat dengan ilmu dan teknologi.


Agama mengajar seseorang untuk hidup bertujuan. Tujuan beragama adalah untuk menjamin /
mendapatkan kesejahteraan di akhirat dalam kepatuhan di dunia. Setiap amalan yang dilakukan di
dunia harus berada di atas landasan yang diridhai oleh Allah. Telah dinyatakan dengan jelas dalam
Alquran bahwa manusia adalah khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk memelihara dan
mengatur alam ini. Justru setiap urusan manusia harus memelihara keharmonisan dan keseimbangan
alam. Jika perkembangan ilmu dan teknologi di atas landasan ini, maka sudah tentu perkembangan
ilmu dan teknologi tidak akan merusak bumi karena setiap perkembangan ilmu dan teknologi
dirancang dengan teliti. Seandainya ini terlalu bersifat idealistik, setidaknya ia dapat meminimalkan
dampak negatif yang timbul karena perkembangan ilmu dan teknologi tersebut, pastinya dilakukan
secara berhati-hati untuk memelihara kepentingan alam.




                                                                                                  20
C.     ANTARA                ETIKA,          MORAL,              NORMA              DAN          ILMU
     PENGETAHUAN

      Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, berikut adalah keterangan
     mengenainya. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang
     berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat di
     dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi
     diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
      Dari definisi-definisi mengenai aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa pemasalahan yang
     utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah suatu yang dimiliki manusia untuk
     melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat
     mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
      Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat dikatakan bahwa obyek formal etika adalah
     norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku
     manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu
     kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang
     pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena
     disekelilingnya.
      Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul
     dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabilah subjek sangat berperan dalam segala hal,
     kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan faliditasnya
     tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini
     bersifat psikis atau fisis.
      Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki
     akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah
     kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
      Nilai itu objektif, jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif
     muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini
     beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar
     secara realitas benar-benar ada. Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan.
     Seorang ilmuwan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas dalam melakukan
     eksprimen-eksprimen. Kebebasan inilah yang nantinya              akan dapat mengukur          kualitas

                                                                                                        21
kemampuannya. Ketika seorang ilmuwa bekerja, dia hanya tertuju pada proses kerja ilmiahnya dan
    tujuan agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia
    tidak mau terikat dengan nilai-nilai subjektif, seperti nilai-nilai dalam masyarakat, nilai agama, nilai
    adat, dan sebagainya. Bagi seorang ilmuwan kegiatan ilmiahnya dengan kebenaran ilmiah adalah
    yang sangat penting.
     Untuk itulah netralitas ilmu terletak pada epistimologinya saja, artinya tanpa berpihak kepada
    siapapun, selain kepada kebenaran yang nyata. Sedangkan secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan
    harus mapu menilai mana yang baik dan yang buruk, yang pada hakekatnya mengharuskan seorang
    ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat. Tanpa ini seorang ilmuwan akan lebih merupakan
    seorang momok yang menakutkan.
     Etika keilmuan merupakan etika normatif yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
    dipertanggung jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan
    etika keilmuan adalah agar seorang ilmuwan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang
    baik dan menghindarkan dari yang buruk kedalam prilaku keilmuannya, sehingga ia dapat menjadi
    ilmuwan yang dapat mempertanggung jawabkan prilaku ilmiahnya. Etika normatif menetapkan
    kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuatan-perbuatan apa yang
    seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi serta menetapkan apa yang bertentangan
    dengan yang seharusnya terjadi.
     Pokok persoalan dalam etika keilmuan selalu mengacu kepada “elemen-elemen” kaidah moral,
    yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma yang bersifat utilitaristik
    (kegunaan). Hati nurani disini adalah penghayatan tentang yang baik dan yang buruk dan
    dihubungkan dengan prilaku manusia.
     Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan adalah nilai dan norma moral. Lalu apa
    yang menjadi kriteria pada nilai dan norma moral itu? Nilai moral tidak berdiri sendiri, tetapi ketika
    ia berada pada atau menjadi milik seseorang, ia akan bergabung dengan nilai yang ada seperti nilai
    agama, hukum, budaya, dan sebagainya. Yang paling utama dalam nilai moral adalah yang terkait
    dengan tanggung jawab seseorang. Norma moral menentukan apakah seseorang berlaku baik
    ataukah buruk dari sudut etis. Bagi seorang ilmuwan, nilai dan norma moral yang dimilikinya akan
    menjadi penentu, apakah ia sudah menjadi ilmuwan yang baik atau belum.
     Penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah itu berupa
    teknologi, ataupun teori-teori emansipasi masyarakat, mestilah memperhatikan nilai-nilai
    kemanusiaan, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya. Ini berarti ilmu pengetahuan tersebut sudah
    tidak bebas nilai. Karena ilmu sudah berada di tengah-tengah masyarakat luas dan masyarakat akan
    mengujinya.

                                                                                                         22
     Oleh karena itu, tanggung jawab lain yang berkaitan dengan teknologi di masyarakat, yaitu
    menciptakan hal yang positif. Namun, tidak semua teknologi atau ilmu pengetahuan selalu
    memiliki dampak positif. Di bidang etika, tanggung jawab seorang ilmuwan, bukan lagi memberi
    informasi namun harus memberi contoh. Dia harus bersifat objektif, terbuka, menerima kritik,
    menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar, dan berani mengakui
    kesalahan. Semua sifat ini, merupakan implikasi etis dari proses penemuan kebenaran secarah
    ilmiah. Di tengah situasi di mana nilai mengalami kegoncangan, maka seorang ilmuwan harus
    tampil kedepan. Pengetahuan yang dimilikinya merupakan kekuatan yang akan memberinya
    keberanian. Hal yang sama harus dilakukan pada masyarakat yang sedang membangun, seorang
    ilmuwan harus bersikap sebagai seorang pendidik dengan memberikan contoh yang baik.
     Tentang tujuan ilmu pengetahuan, ada beberapa perbedaan pendapat antara filosof dengan para
    ulama. Sebagian berpendapat bahwa pengetahuan sendiri merupakan tujuan pokok bagi orang yang
    menekuninya, dan mereka ungkapkan tentang hal ini dengan ungkapan, ilmu pengetahuan untuk
    ilmu pengetahuan, seni untuk seni, sastra untuk sastra, dan lain sebagainya. Menurut mereka ilmu
    pengetahuan hanyalah sebagai objek kajian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sendiri.
    Sebagian yang lain cenderung berpendapat bahwa tujuan ilmu pengetahuan merupakan upaya para
    peneliti atau ilmuwan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk menambahkan kesenangan
    manusia dalam kehidupan yang sangat terbatas dimuka bumi ini. Menurut pendapat yang kedua ini,
    ilmu pengetahuan itu untuk meringankan beban hidup manusia atau untuk membuat manusia
    senang, karena dari lmu pengetahuan itulah yang nantinya akan melahirkan teknologi. Teknologi
    jejas sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mengatasi berbagai masalah, dan lain sebagainya.
    Sedangkan pendapat yang lainnya cenderung menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk
    meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruan.
     Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan telah menjadi suatu sistem yang kompleks, dan
    manusia terperangkap didalamnya, sulit dibayangkan manusia bisa hidup layak tanpa ilmu
    pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak lagi membebaskan manusia, tetapi manusia menjadi
    terperangkap hidupnya dalam sistem ilmu pengetahuan. Manusia telah menjadi bagian dari
    sistemnya, manusia juga menjadi objeknya dan bahkan menjadi kelinci percobaan ilmu
    pengetahuan. Ilmu pengetahuan telah melahirkan mahluk baru yang sistemik, mempunyai
    mekanisme yang kadangkala tidak bisa dikontrol oleh manusianya sendiri. Suatu mekanisme
    sistemik yang semakin hari semakin kuat, makin besar dan makin kompleks, dan rasanya telah
    menjadi suatu dunia baru di atas dunia yang ada ini.
     Dalam realitas kehidupan masyarakat dewasa ini, terjadi konflik antara etika prakmatik dengan
    etika pembebasan manusia. Etika prakmatik berorentasi pada kepentingan-kepentingan elite sebagai

                                                                                                 23
wujud kerja sama denga ilmu pengetahua dan kekerasan yang cenderung menindas untuk
     kepentingannya sendiri yang bersifat materialistik. Etika pembebasan manusia, bersuifat spiritual
     dan universal itu bisa muncul dari kalangan ilmuwan itu sendiri, yang bisa jadi karena menolak
     etika prakmatik yang dirasakan telah menodai prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan agama yang
     menjunjung tinggi kebenaran, kebebasan, dan kemandirian.
      Kemajuan ilmu pengetahuan dikembalikan pada tujuan semula yaitu filsafat ilmunya sebagai
     sarana untuk memakmurkan umat manusia dimuka bumi bukan malah sebaliknya mengancam
     eksistensi manusia.
      Diharapkan perkembangan ilmu yang begitu sepektakuler di satu sisi dan nilai-nilai agama yang
     statis dan universal disisi lain dapat dijadikan arah dalam menentukan perkembangan ilmu
     selanjutnya. Sebab, tanpa adanya bimbingan agama terhadap ilmu dikhawatirkan kehebatan ilmu
     dan teknologi tidak semakin mensejahterahkan manusia, tetapi justru merusak dan bahkan
     menghancurkan kehidupan mereka.




D.     SIKAP ILMIAH YANG HARUS DIMILIKI ILMUWAN

     Abad 21 ini ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) berkembang dengan pesatnya, dimana hampir
     tiap hari orang menemukan teori-teori baru dari ilmuwan-ilmuwan yang baru pula. Tentu teori ini
     bukanlah teori yang didapatkan begitu saja, tetapi merupakan teori yang dihasilkan dari penelitian
     ilmiah yang dilakukan calon ilmuwan dalam kurun waktu tertentu. Walaupun tidak semua teori
     baru yang dihasilkan dapat diaplikasikan langsung di dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi
     biasanya dijadikan bandingan dengan teori-teori sebelumnya.

     Banyaknya ilmuwan-ilmuwan baru yang ditelurkan oleh iptek, maka banyak pula persepsi
     masyrakat terhadap ilmuwan-ilmuwan tersebut. Ada sebagian masyarakat yang mengapresiasi
     ilmuwan-ilmuwan tersebut dengan menerima teori barunya, tetapi ada juga yang tidak mau
     menerima teori-teori baru.

     Hal-hal penting tersebut sebagai berikut :


  Beriman, seorang calon ilmuwan yang beraliran kanan, dalam arti bukan soerang komunis atau
     atheis karena dua aliran kiri ini tidak bertuhan. Dalam melakukan penelitian perlu memilki dan
     disertai dengan iman yang kuat, keimanan yang kuat disini perlu dimiliki terutama jika calon


                                                                                                    24
ilmuwan tersebut meneliti tentang gejala-gejala alam dan hubungannya dengan diri manusia.
   Keimanan disini akan memberikan pencerahan bagi peneliti untuk dapat memisahkan mana yang
   mutlak menjadi kuasa Tuhan, dan mana yang dapat dinalar serta dikelola oleh manusia. Sehingga
   diakhir rangkaian penelitiannya, peneliti tidak mengambil kesimpulan bahwa manusia adalah pusat
   segalanya, manusia memiliki semua kekuatan untuk mengatur alam ini dan melupakan ada Yang
   Maha Kuasa sesungguhnya, sehingga berubah haluan ke paham atheisme.




 Rasional, seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus bersifat rasional, artinya peneliti
   tersebut harus mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, apa yang ia dapatkan dari meneliti
   haruslah diolah dengan baik sehingga yang dihasilkan dapat diapahami oleh masyarakat. Jangan
   sampai penelitian yang dihasilkan menimbulkan kegaduhan dalam masyarakat, sehingga
   secara logis masyarakat dapat menerima dan memahaminya.




 Objektif, dalam melakukan penelitian seseorang tidak boleh menunjukkan rasa simpatik pada objek
   yang diteliti, artinya dia merasa tidak berada dalam objek tersebut, sehingga hasi penelitian lebih
   objektif, pun dalam menyampaikan penelitiannya harus objektif dengan tidak memasukkan
   pendapat-pendapat pribadi peneliti yang sifatnya subjektif. Selain itu ilmuwan tidak boleh merasa
   pamrih terhadap objek yang diteliti (disinterstedness).




 Tekun, banyak peneliti terutama peneliti ilmu alam yang ketika dalam proses penelitian mengalami
   kegagalan langsung merasa drop begitu saja, sehingga malas untuk kembali melakukan penelitian.
   Sifat tekun dan pantang menyerah ini perlu karena merupakan penunjang keberhasilan seorang
   peneliti. Ambil contoh Thomas Alfa Edison yang terus mengulang penelitiannya samapi 1000 kali
   dan akhirnya menemukan bola lampu.




 Inovatif, seorang ilmuwan tidak boleh merasa puas begitu saja terhadap teori yang dihasilkannya,
   seorang ilmuwan setidaknya dapat mengahasilkan sesuatu yang baru tiap saat, dengan melakukan



                                                                                                   25
riset dan berbagai aktivitas untuk menghasilkan penemuan yang baru dan lebih relevan dengan
   perkembangan zaman




 Demokratis,dalam artian bersikap terbuka apa hasil dari penelitiannya. Seorang ilmuwan harus
   terbuka menyampaikan isi penelitiannya, sehingga semua orang dapat mengetahuinya. Demokratis
   disini juga berarti, bahwa ketika teorinya dikemukakan lalu ada orang atau ilmuwan lain yang
   mengkritiknya, maka sebagai ilmuwan yang baik harus dapat menerima kritikan itu untuk
   perbaikan hasil penelitian atau teorinya, serta mau mengakui kesalahannya jika terdapat titik-titik
   kesalahan dalam teorinya.




 Kritis, peneliti atau calon ilmuwan bahkan seorang ilmuwan juga perlu memiliki sikap kritis. Kritis
   terhadap teori-teori lama maupun baru. Selain menjadi objek kritikan sebagai penemu teori,
   ilmuwan juga harus kritis dalam menanggapi teori-teori yang ada tetapi juga merasa pasti bahwa
   pendapat terdahulu tersebut telah mencapai suatu kepastian, sehingga diperlukan kejelian dalam
   melihat teori-teori tersebut. Pun dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus kritis, bahwa
   semua yang ada didepannya tidak semuanya baik dan diperlukan sebagai bahan penelitiannya,
   sehingga peneliti dengan kekritisannya ini bersikap selektif pula.




 Percaya diri, saat penelitian selesai dilakukan dan teorinya ditemukan dan disampaikan pada
   khalayak, maka seorang ilmuwan harus memiliki sikap convident (pecaya diri). Dalam
   penyampaian teorinya ilmuwan tidak boleh merasa takut dengan kritikan yang akan diterimanya,
   jangan ketika dikritik malahan menjadi inkonsisten terhadap apa yang dihasilkannya, walaupun
   memang harus mengakui jika terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penelitiannya, tetapi
   setidaknya seorang ilmuwan dapat menyampaikan argumen yang kuat untuk meyakinkan orang lain
   bahwa teori yang dihasilkannya mencapai suatu kepastian.




 Etis, seorang ilmuwan juga dituntut memiliki sikap etis yang selalu berkehendak untuk
   mengembangkan ilmu, sikap etis ini juga menjadi batasan bagi ilmuwan terutama ilmuwan-

                                                                                                   26
ilmuwan spesialisasi, dengan taat terhadap batasan etik tersebut diharapkan akan menghilangkan
     kegelisahan dan ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.




  Peka, sebagai seorang peneliti sekaligus ilmuwan yang peduli terhadap perkembangan ilmu
     pengetahuan demi kebahagiaan umat manusia. Maka seorang ilmuwan harus peka terhadap kondisi
     yang ada disekitarnya, seorang ilmuwan dituntut memeliki rasa sensitif terhadap perkembangan dan
     kemajuan iptek. Dengan sikap demikian, maka ilmuwan merasa terpanggil naluri ilmiahnya untuk
     melakukan penelitian-penelitian baru lagi dengan harapan mendapatkan teori-teori baru pula,
     dimana temuan baru ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin besar
     mengikuti pola perkembangan zaman.




                                            BAB IV
                                          PENUTUP
A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai
hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat


                                                                                                  27
dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara
empiris, riset dan eksperimen.


Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang ada pada saat ini merupakan
bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam
pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta
membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada masa depan
manusia                yang              berbeda            dan             lebih             kompleks.
Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan lenyap,
atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak
terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai
jalur        sosial,          politik,        ekonomi,         bahkan          dalam           teknologi.
Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur
pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber,
hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat.


Mengutip sebuah kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu lumpuh namun ilmu tanpa agama
buta. Kebutaan moral dari ilmu itu mungkin membawa manusia kejurang malapetaka. Jadi dalam
kehidupan ini kedua bidang itu tak usah berseberangan, bahkan sebaliknya justru harus melengkapi satu
sama lainnya. Ilmu pengetahuan dipelajari guna memperoleh penjelasan-penjelasan dari fenomena
kehidupan ini, sedangkan agama memberikan kita akan tujuan makna atau arti kehidupan (fenomena) itu.
Kemudian, ilmu itu berusaha menganalisa kehidupan memecah-mecah kehidupan jadi berkeping-keping
memperdalam suatu masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman tunggal (sintesa)
dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan kita.


Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya ilmu dan
teknologi menjadi instrumen penting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan
kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu
upaya bahwa dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan menggunakan teknologi setiap individu perlu
ditanamkan nilai-nilai moral( agama), sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia tersebut, tidak bebas nilai atau sekuler. Agar perkembangan ilmu yang
ada tidak menimbulkan krisis pada kemanusiaan terutama mengenai kemerosotan agama yang mencakup
nilai etika, moral, norma yang ada, dan agar perkembangan ilmu itu sendiri dapat menjadi manfaat bagi
kehidupan dalam segala bidang.



                                                                                                      28
B. Saran


Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sangat membangun dalam
penulisan makalah ini sangat penulis butuhkan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memahami mengenai tantangan
dari perkembangan ilmu dan masa depan kita menyangkut perkembangan ilmu tersebut . Kemudian untuk
lebih maksimalnya dalam memahami tentang pembahasan ini diharapkan kepada mahasiswa lainnya
untuk mencari bahan-bahan bacaan lain yang berkenaan dengan hal ini, Sehingga diharapkan dapat
menambah pengetahuan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan.




                                      DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Kanisius
Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada



                                                                                                 29
Mangunwijaya       YB.     1999.     Pasca      Indonesia      Pasca      Einstein;   Eseiesei   Tentang
Kebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius
http://sites.google.com/site/filsafatindonesia/Home/b/budaya/ 14 nov/ 21.36
http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/agama-krisis.pdf
http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalam-islamisasi-ilmu-
pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu
Anonim. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan. http://elearning.gunadarma.ac.id. 20/11/2009.
Sastrapratedja. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius
Anonim. Cultural Relativism.
http://www.collegetermpapers.com/TermPapers/Philosophy/Cultural_Relativism.shtml
Anonim, Ethical (Moral, Cultural) Relativism. http://www.owlnet.rice.edu/~spac205/February_11-2.pdf
Muchdhor M. Krisis Kemanusiaan dan Etika Global. Sinar Harapan 26/10/2002
Daruni,EA. 1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat. Fakultas Filsafat
UGM Yogyakarta. Seri 8
Ma’arif S. 1997. Dalam “Kata Pengantar” Buku Agama dan krisis Kemanusiaan Modern oleh Nashir H.
1997. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Irfan LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com. Diunduh 22/11/09.
Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996




                                                                                                      30

More Related Content

What's hot

Filsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realisme
Filsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realismeFilsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realisme
Filsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realisme
Dewi Atin Surya
 
Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan KapitalismePerbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
Rajabul Gufron
 
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Ria Widia
 
Struktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuStruktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmu
M fazrul
 
Kelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnalKelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnal
Agus Martha
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Susi Yanti
 
Bab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babivBab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babiv
Alfan Fatoni
 
Pembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamPembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islam
Nanda_khalisa
 

What's hot (20)

Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
Filsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realisme
Filsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realismeFilsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realisme
Filsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realisme
 
Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan KapitalismePerbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberalisme, Komunisme, dan Kapitalisme
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
 
Struktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuStruktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmu
 
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
 
Kelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnalKelemahan dan kelebihan jurnal
Kelemahan dan kelebihan jurnal
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
 
Bab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babivBab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babiv
 
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
 
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuanpowerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
 
Contoh Makalah TIK
Contoh Makalah TIKContoh Makalah TIK
Contoh Makalah TIK
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 
IPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan IslamIPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan Islam
 
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifMakalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
 
Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 
Makalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modernMakalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modern
 
Pembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islamPembahasan hukum islam
Pembahasan hukum islam
 

Viewers also liked

Pengertian agama
Pengertian agamaPengertian agama
Pengertian agama
Ryan Imutz
 
Ilmupengetahuansosial
IlmupengetahuansosialIlmupengetahuansosial
Ilmupengetahuansosial
Indra Ajay
 
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
Yudi Prasetya
 
Bab i berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi
Bab i  berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasiBab i  berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi
Bab i berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi
Gemi Siksmat
 
Powerpoint administrasi
Powerpoint administrasiPowerpoint administrasi
Powerpoint administrasi
musfita
 
Why doing a DEVA now is the best option
Why doing a DEVA now is the best optionWhy doing a DEVA now is the best option
Why doing a DEVA now is the best option
Secova
 
Assignment # 3 - Webquest - Our neighbourhood
Assignment # 3 - Webquest - Our neighbourhoodAssignment # 3 - Webquest - Our neighbourhood
Assignment # 3 - Webquest - Our neighbourhood
floribc
 
First conditional
First conditionalFirst conditional
First conditional
rulgarcia09
 
день святого валентина 13.02
день святого валентина 13.02день святого валентина 13.02
день святого валентина 13.02
Sokol194
 

Viewers also liked (20)

tantangan dan masa depan ilmu
tantangan dan masa depan ilmutantangan dan masa depan ilmu
tantangan dan masa depan ilmu
 
Pengertian agama
Pengertian agamaPengertian agama
Pengertian agama
 
Ilmupengetahuansosial
IlmupengetahuansosialIlmupengetahuansosial
Ilmupengetahuansosial
 
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
Filsafat ilmu “perkembangan teknologi informasi komunikasi ditinjau dari pers...
 
Paper ferry yansyah
Paper ferry yansyahPaper ferry yansyah
Paper ferry yansyah
 
Transmisi asynchronous dan synchronous
Transmisi asynchronous dan synchronousTransmisi asynchronous dan synchronous
Transmisi asynchronous dan synchronous
 
Bab i berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi
Bab i  berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasiBab i  berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi
Bab i berbagai peralatan teknologi informasi dan komunikasi
 
Rpp lingkaran
Rpp lingkaranRpp lingkaran
Rpp lingkaran
 
Powerpoint administrasi
Powerpoint administrasiPowerpoint administrasi
Powerpoint administrasi
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Makalah Perkembangan dan Manfaat Teknologi Komputer Serta Dampak Teknologi In...
Makalah Perkembangan dan Manfaat Teknologi Komputer Serta Dampak Teknologi In...Makalah Perkembangan dan Manfaat Teknologi Komputer Serta Dampak Teknologi In...
Makalah Perkembangan dan Manfaat Teknologi Komputer Serta Dampak Teknologi In...
 
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #1
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #1Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #1
Contoh Desain Slide Presentasi Ilmiah Kreatif dan Menarik #1
 
Why doing a DEVA now is the best option
Why doing a DEVA now is the best optionWhy doing a DEVA now is the best option
Why doing a DEVA now is the best option
 
Assignment # 3 - Webquest - Our neighbourhood
Assignment # 3 - Webquest - Our neighbourhoodAssignment # 3 - Webquest - Our neighbourhood
Assignment # 3 - Webquest - Our neighbourhood
 
Redesigning lockers
Redesigning lockersRedesigning lockers
Redesigning lockers
 
First conditional
First conditionalFirst conditional
First conditional
 
The blink Style
The blink StyleThe blink Style
The blink Style
 
день святого валентина 13.02
день святого валентина 13.02день святого валентина 13.02
день святого валентина 13.02
 
ANM digital training chapter 1 3 2012
ANM digital training chapter 1 3 2012ANM digital training chapter 1 3 2012
ANM digital training chapter 1 3 2012
 
BXP DM EST Meeting - July
BXP DM EST Meeting - JulyBXP DM EST Meeting - July
BXP DM EST Meeting - July
 

Similar to Tantangan dan masa depan ilmu

BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptxBAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
hidayatihelmi
 

Similar to Tantangan dan masa depan ilmu (20)

Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Sejarah perkembangan filsafat
Sejarah perkembangan filsafatSejarah perkembangan filsafat
Sejarah perkembangan filsafat
 
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptxBAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
BAGAIMANA HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA PERT 4.pptx
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
 
E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i E p i s t e m o l o g i
E p i s t e m o l o g i
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnah
 
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat Ilmu
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docxTUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
TUGAS MANDIRI FKI AHMAD NOR MUZAKI 1.docx
 

Recently uploaded

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 

Tantangan dan masa depan ilmu

  • 1. FILSAFAT ILMU TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan rasional juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Maka seiring dengan berkembangnya zaman, makin berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. Kemajuan pesat ilmu pengetahuan yang dicapai manusia pada ujung pertengahan kedua abad ke- 20, memungkinkan arus informasi menjadi serba cepat: apa dan oleh siapa dari seluruh muka bumi (bahkan sebagian jagat raya) - menembus ke seluruh lapisan masyarakat dengan bebas tanpa membedakan siapa dia si penerima. Tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan terhadap pola kemasyarakatan alienasi adalah suatu kondisi psikologis seorang individu yang dinafasi oleh kesadaran semu (tentang misteri keabadian termasuk Tuhan), keberadaan, dan dirinya sendiri sebagai individu serta komunitas. 1
  • 2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung meniru budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya.Orang merasa asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at home dengan kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya. Kemajuan-kemajuan memungkinkan banyaknya pilihan (multiple options) dan membuka kesempatan tumbuhnya materialisme dan rasionalisme dengan luar biasa. Tuntutan hidup begitu tinggi. Kemakmuran yang dicapai tidak terkendali, gaya hidup menjadi konsumtif dan hedonistik. Manusia pribadi yang menjadi begitu sibuk untuk mempertahankan hidup menyuburkan sosok individualistik. Kaya dan sukses dari segi materi jadi satu-satunya tujuan hidup. Persaingan demikian ketat, sehingga penghargaan manusia terhadap waktu mencapai titik tertinggi dibandingkan masa sebelumnya. Yang tersisa hanya wajah kehidupan tidak manusiawi dimana bahaya masa depan ialah manusia menjadi robot karena terjadi alienasi diri. Ini merupakan pengaruh negatif dari kemjuan ilmu jika tidak di dasari dengan akhlak, norma, moral dan landasan agama yang ada. Jangan sampai perkembangan ilmu menjadikan manusia sebagai objek, menyeret dan memaksanya pada model kehidupan yang menyimpang. Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang ada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada masa depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks. Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi. Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Yang juga sekaligus sebagai bahan diskusi bersama dalam proses pembelajaran. Adapun judul yang diangkat dalam makalah ini yaitu “Tantangan Dan Masa Depan Ilmu”. Tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk membantu para mahasiswa kedepan agar dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan masukan tentang bagaimana, apa pengertian, serta konteks yang berhubungan dengan tantangan dan masa depan ilmu. 2
  • 3. BAB II PERMASALAHAN Rumusan Masalah 1. Apa Hubungan Antara Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan ? 2. Apa Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia ? 3. Apa Hubungan Antara Etika, Moral, Norma dan Ilmu Pengetahuan ? 4. Bagaimana Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Oleh Ilmuwan ? Dalam Makalah ini akan membahas : 1. Hubungan Antara Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan 2. Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia 3. Hubungan Antara Etika, Moral, Norma dan Ilmu Pengetahuan 4. Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Oleh Ilmuwan 3
  • 4. BAB III PEMBAHASAN Pengertian Ilmu, Krisis Kemanusiaan, Masa Depan Manusia, Agama, Etika, Moral, dan Norma Pengertian Ilmu Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “Alima-ya’lamu, dan science dari bahasa Latin Scio, scrie artinya to know. Sinonim yang paling akurat dalam bahasa Yunani adalah epitisteme. Sedangkan secara terminology ilmu atau science adalah semacam pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat tertentu. Menurut ensiklopedia pengertian ilmu adalah “Ilmu pengetahuan yaitu suatu system dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengetahuan tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, sehingga menjadi kesatuan suatu system dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode tertentu. Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah : Pengertian kata “ilmu” secara bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu.  Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam. 4
  • 5. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.  Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.  Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.  Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli- ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka “.  Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis. Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah: 1. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan. 2. Koherensi sistematik ilmu. 3. Tidak memerlukan kepastian lengkap. 4. Bersifat objektif. 5. Adanya metodologi. 6. Ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya Pengertian Krisis kemanusiaan Krisis adalah suatu keadaan dimana terjadinya peralihan dari keadaan lama menuju keadaan baru yang belum pasti. Misalnya, metode lama telah ditinggalkan, tetapi metode baru belum sepenuhnya dapat digunakan, sehingga yang terjadi adalah kebingungan, karena belum adanya metodologi baru yang memadai. Krisis kemanusiaan merupakan suatu peristiwa atau runtutan peristiwa ancaman kritis terhadap kesehatan, keamanan, dan keberadaan atau eksistensi suatu komunitas atau suatu kelompok besar dalam suatu wilayah luas. 5
  • 6. Pengertian Masa Depan  menurut tinjauan istilah masa depan ialah suatu masa atau kondisi yang berada di depan manusia, akan tetapi kondisi tersebut biasanya digunakan untuk waktu yang panjang, mungkin juga tidak terbatas dan kadang-kadang masih bersifat abstrak. Masa depan untuk jangka pendek biasanya digunakan istilah besok, besok lusa, bulan depan atau tahun depan.  Menurut berbagai contoh yang banyak kami temukan pada masyarakat tertentu, istilah masa depan ini banyak dipergunakn pada kondisi tertentu. Misalnya orang tua yang menyarankan anaknya untuk memperhatikan masa depannya, masa depan di sini berorientasi kepada persiapan diri untuk memasuki kehidupan rumah tangga agar supaya mereka tidak mengalami kesulitan. Pengertian masa depan ini bergeser kembali ketika diletakkan atau digunakan pada orang-orang yang sudah berkeluarga. Masa depan diartikan kepada masa tua, sehingga anjuran tersebut menyarankan agar mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tua yang cukup menyulitkan bagi manusia, sehingga tidak sedikit manusia yang melakukan pendidikan terhadap anak-anaknya agar supaya kelak dapat dijadikan tempat bergantung dan tidak banyak menimbulkan kesulitan bagi dirinya. Dipersiapkan rumah tangga, tempat tinggal yang cocok ,dan kondisi ketuaan, demikian seterusnya.  Pengertian masa depan ini bergeser lagi ketika digunakan kepada para orang yang sudah memasuki masa tua, orientasinya sekarang kepada masa kehidupan setelah kematian, sehingga mereka lebih mengkonsentrasikan diri pada aktifitas ibadah sebagai bekal akhirat.  Menurut pendapat penulis, masa depan ialah masa yang paling depan, setelah itu sudah tidak ada masa lagi di depannya. Kalau masa depan diartikan dengan masa rumah tangga bagi generasi muda atau masa tua bagi orang yang sudah memasuki kehidupan keluarga, berarti masa itu bukan masa depan karena di depannya masih ada masa lagi. Sedangkan masalah keadaan masa depan, di mana harus diperlukan persiapan khusus, menurut pendapat penulis, masa tersebut sangat rawan sekali, yang banyak memungkinkan bencana-bencana besar bagi siapa yang memasukinya apabila tidak memiliki persiapan dengan baik.  Apabila masa depan diartikan secara salah, seperti diartikan masa rumah tangga, atau masa tua, maka persiapan seseorang akan dikonsentrasikan secara penuh kepada hal-hal yang di atas. Akibatnya ia mungkin akan berhasil pada masa itu tetapi akan mendapatkan kehancuran ketika ia memasuki 6
  • 7. kepada masa depan yang sesungguhnya, karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan ke arah sana.  Di dalam kondisi industrialisasi seperti sekarang ini, tidak sedikit para orang tua dan generasi muda yang memandang kehidupan di dunia ini dipandang sebagai masa depannya, sehingga seluruh kegiatan-kegiatan mereka mengacu pada hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi kehidupan duniawi, mereka tidak segan-segan mengorbankan segala yang dimiliki untuk kesuksesan dunia. dan kami rasa banyak sekali contoh-contoh sosial yang menggambarkan kejadian-kejadian di atas. mari kita renungkan bersama lagi, rencana apa yang akan kita lakukan untuk menyongsong kehidupan lebih baik di masa mendatang , dimana era globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini:) Pengertian Agama Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban- kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berReligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan (wikipedia.com). Untuk memberikan batasan tentang makna agama memang agak sulit dan sangat subyektif. Karena pandangan orang terhadap agama berbeda-beda. Ada yang memandangnya sebagai suatu institusi yang diwahyukan oleh Tuhan kepada orang yang dipilihnya sebagai nabi atau rasulnya, dengan ketentuan- ketentuan yang telah pasti. Ada yang memandangnya sebagai hasil kebudayaan, hasil pemikiran manusia, dan ada pula yang memandangnya sebagai hasil dari pemikiran orang orang yang jenius, tetapi ada pula yang menganggapnya sebagai hasil lamunan, fantasi, ilustrasi (Syafa’at,1965). Menurut sejarah, agama tumbuh bersamaan dengan berkembangnya kebutuhan manusia. Salah satu dari kebutuhan itu adalah kepentingan manusia dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spritual, yakni sesuatu yang dianggap mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit dicari dan dikejar sampai akhirnya mereka menemukan suatu zat yang dianggap suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai dengan taraf perkembangan cara berpikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan. Dapatlah dimengerti bahwa hakikat agama merupakan fitrah naluriah manusia yang 7
  • 8. tumbuh dan bekembang dari dalam dirinya dan pada akhirnya mendapat pemupukan dari lingkungan alam sekitarnya. Ada yang menganggap bahwa agama di dalam banyak aspeknya mempunyai persamaan dengan ilmu kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama di sini pada umumnya adalah agama-agama yang bersifat universal. Artinya para pengikutnya terdapat dalam masyarakat yang luas yang hidup di berbagai daerah (Thalhas, 2006). Di samping itu ajarannya sudah tetap dan ditetapkan (established) di dalam kaedahnya atau ketetapannya dan semuanya hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja. Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar dapat memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat baik kepada dirinya sendiri maupun kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu agama juga memberikan ajaran untuk membuka jalan yang menuju kepada al-Khaliq, Tuhan yang Maha Esa ketika manusia telah mati. Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat dirubah meskipun masyarakat yang telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Maksud di sini adalah bahwa ajaran agama itu dapat dijadikan pedoman hidup, bahkan dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma untuk menyusun masyarakat, baik masyarakat itu bersifat industrial minded, agraris, buta aksara, maupun cerdik pandai (cendikiawan). Karena ajaran agama itu universal dan telah estabilished, maka agama itu dapat dijadikan pedoman yang kuat bagi masyarakat baik di waktu kehidupan yang tenang maupun dalam waktu yang bergolak. Selain itu, agama juga menjadi dasar struktur masyarakat dan member pedoman untuk mengatur kehidupannya. Pengertian Etika Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan ata adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Selain akhlak kita juga lazim menggunakan istilah etika. Etika merupakan sinonim dari akhlak. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Etika membahasa tentang tingkah laku manusia. 8
  • 9. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan. Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbutaan yang dilakukan oleh manusia. Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak pula universal. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman. Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia. Pengertian Moral Istilah moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup. (Gunarsa, 1986) Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. (Shaffer, 1979) Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur prilaku individu dalam hubunganya dengan masyarakat. Moral merupakan tindakan manusia yang bercorak khusus yang didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan buruk. Morallah yang membedakan manusia dengan makhluk tuhan yang lainya dan menempatkan pada posisi yang baik diatas makhluk lain. Moral merupakan realitas dari kepribadian pada umumnya bukan hasil perkembangan pribadi semata, akan tetapi adalah merupakan tindakan atau tingkah laku seseorang. Moral tidaklah bisa sipisahkan dari kehidupan beragama. 9
  • 10. Di dalam agama Islam perkataan moral identik dengan akhlak.di mana kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari “khulqun” yang menurut bahasa berarti budi pekerti. Moral merupakan norma yang sifatnya kesadaran atau keinsyafan terhadap suatu kewajiban melakukan sesuatu atau suatu keharusan untuk meninggalkan perbuatan – perbuatan tertentu yang dinilai masyarakat melanggar norma – norma. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa suatu kewajiban dan norma moral sekaligus menyangkut keharusan untuk bersikap bersopan santun. Baik sikap sopan santun maupun penilaian baik - buruk terhadap sesuatu, keduanya sama – sama bisa membuat manusia beruntung dan bisa juga merugikan. Disini terdapat kesadaran akan sesuatu perbuatan dengan memadukan kekuatan nilai intelektualitas dengan nilai – nilai moral. Nilai – nilai intelektualitas merupakan sumber pertimbangan terhadap sesuatu yang benar dan yang salah, sedangkan nilai – nilai moral merupakan sumber pertimbangan suasana hati tentang kebaikan dan keburukan. Jika seseorang dapat membedakan dan mampu memilih kesetangkupan antara yang baik dan yang benar dengan yang buruk dan yang salah, maka nilai – nilai moral yang hakiki senantiasa dapat ditemukan, yaitu yang baik dan yang benarlah sebagai pilihannya. Kehidupan moral tidak bisa dipisahkan dari keyakinan beragama, karena nilai moral yang tegas, pasti dan tetapi tidak berubah karena keadaan, tempat dan waktu, adalah nilai yang bersumber pada agama. Karena itu didalam pembinaan generasi muda perlulah kehidupan moral dan agama itu sejalan dan mendapat perhatian khusus. Sebagai dua istilah yang memiliki kaitan satu dengan yang lainnya, nilai dan moral sebenarnya tidak dapat berdiri sendiri. Bahkan dalam konteks tertentu nilai dan moral sering disatukan menjadi nilai moral. Tetapi dalam istilah tersebut termuat makna baru yang menggambarkan adanya kualitas moral. Ketika nilai dipisahkan dari moral maka arti nilai tidak terpengaruhi oleh moral, yakni tetap pada arti awalnya sebagai suatu keyakinan yang mana seseorang betindak atas dasar pilihannya. Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu. Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti 10
  • 11. pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia. Pengertian Norma Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Norma dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan konkret. Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia akan menjadi brutal. Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia yang tidak ingin tingkah laku manusia bersifat semaunya. Norma-norma mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud: perintah dan larangan. Apakah yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi norma tersebut? Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik. Ada bermacam-macam norma yang berlaku di masyarakat. Macam-macam norma yang telah dikenal luas ada empat, yaitu: Norma Agama Ialah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-perintah, larangan larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat. Contohnya ialah kita harus menjalankan perintah sebagai makhluk Tuhan. Norma Kesusilaan Ialah peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari manusia. Pelanggaran norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan. Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat manusia. Contoh norma ini diantaranya ialah kita harus berlaku jujur. 11
  • 12. Norma Kesopanan Ialah norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri untuk mengatur pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat saling hormat menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri. Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat (regional) dan hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian. Contoh norma ini diantaranya ialah Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bus dan lain-lain, terutama wanita yang tua, hamil atau membawa bayi. Norma Hukum Ialah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya bisa berupa peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa ancaman hukuman. A. HUBUNGAN ANTARA KEMAJUAN ILMU DAN KRISIS KEMANUSIAAN  Suatu kenyataan yang tampak jelas dalam dunia modern yang telah maju ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagiaan orang dalam hidup. Kemajuan industri telah dapat menghasilkan alat-alat yang memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya. Seharusnya kondisi dan hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya. Akan tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental. Beban jiwa semakin berat, kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih sering terasa dan lebih menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.  Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi 12
  • 13. tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di indonesia ditandai oleh gejalah kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran filsafat ilmu berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi bomerang bagi kehidupan umat manusia.  Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.  Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat yang otonom. Ilmu memang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya mempunyai ciri-ciri yang sama.  Pertama, filsafat ilmu ingin menjawab pertanyaan laandasan ontologis ilmu; obyek apa yang ditelaah? Bagaimana korelasi antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu. Noeng Muhadjir dalam bukunya flsafat ilmu mengatakan, ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus, menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.  Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Tiang penyangga yang kedua adalah Epistimologi 13
  • 14. ilmu atau teori pengetahuan. Ini merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.  Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya, muncul semacam kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.  Kecenderungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu menerapkan apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan, baik dalam dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, merajalela, dan bahkan membabi buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya tidak manusiawi lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan menghasilkannya. Kecenderungan yang kedua inilah yang lebih mengerikan dari yang pertama, namun tidak dapat dilepaskan dari kecenderungan yang pertama.  Kedua kecenderungan ini secara nyata paling menampakkan diri dan paling mengancam keamanan dan kehidupan manusia, dewasa ini dalam bidang lomba persenjataan, kemajuan dalam memakai serta menghabiskan banyak kekayaan bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali, kemajuan dalam bidang kedokteran yang telah mengubah batas-batas paling pribadi dalam hidup manusia dan perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya jurang kaya dan miskin. Ilmu pengetahuan dan teknologi akhirnya mau tak mau mempunyai kaitan langsung ataupun tidak, dengan setruktur sosial dan politik yang pada gilirannya berkaitan dengan jutaan manusia yang kelaparan, kemiskinan, dan berbagai macam ketimpangan yang justru menjadi pandangan yang menyolok di tengah keyakinan manusia akan keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghapus penderitaan manusia.  Kedua kecenderungan di atas yang ternyata condong menjadi lingkaran setan ini perlu dibelokkan manusia sendiri sehingga tidak menimbulkan ancaman lagi. Kesadaran akan hal ini sudah muncul dalam banyak lingkungan ilmuwan yang prihatin akan perkembangan teknik, industri, dan persenjataan yang membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi kita. Untuk itulah maka epistimologi ilmu bertugas menjawab pertanyaan; bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya?  Tiang penyangga filsafat ilmu yang ketiga adalah aksiologi ilmu; Ilmu adalah sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti 14
  • 15. hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga, manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komonikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.  Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara proposional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka.  Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari siilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggungjawab seorang ilmuwan haruslah dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis, dan tanggung jawab moral. B. HUBUNGAN ANTARA AGAMA, ILMU DAN MASA DEPAN MANUSIA  Pentingnya Agama bagi Manusia Tidak mudah memahami pengertian agama apabila hanya satu atau dua definisi saja. Setiap agama dan kepercayaan mempunyai pengertiannya masing-masing. Setiap manusia harus menghargai berbagai perbedaan pengertian dalam setiap agama dan kepercayaan tersebut. Agama dapat dilihat sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah- masalah penting dan aspek-aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya dengan teknologi maupun sistem organisasi sosial yang dikenalnya. Pengertian agama yang lain yaitu agama sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi melalui mitos dan menggerakkan kekuatan-kekuatan supranatural dengan tujuan untuk mencapai atau menghindari terjadunya perubahan keadaan pada manusia atau alam semesta (Sare, 2007). 15
  • 16. Agama memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi sosial dan fungsi psikologis. Secara psikologis, agama dapat mengurangi kegelisahan manusia dengan memberikan penerangan tentang hal-hal yang tidak diketahui dan tidak dimengerti olehnya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah dimengerti, misalnya tentang kematian. Selain itu, agama juga memberi ketenangan pada manusia karena dapat memberikan sebuah harapan bahwa ada sebuah kekuatan supranatural yang dapat menolong manusia pada saat menghadapi bahaya atau tertimpa suatu musibah. Ditinjau secara sosial, agama mempunyai sanksi bagi seluruh perilaku manusia yang beraneka ragam. Agama juga menanamkan pengertian tentang kebaikan dan kejahatan dengan memberikan semacam pedoman tentang perilaku hidup dan berinteraksi. Dalam hal ini, agama dapat dikatakan sebagai pemelihara ketertiban sosial. Selain itu, agama juga sebagai alat yang efektif untuk meneruskan tradisi lisan dalam sebuah masyarakat (Sare, 2007). Dilihat dari pengertian pentingnya agama bagi manusia, terdapat dua konsep mendasar agama bagi kehidupan manusia, yaitu agama dalam arti what religion does dan what is religion. Pengertian pertama menunjuk pada apa kegunaan agama bagi kehidupan manusia, sedangkan pengertian yang kedua menunjuk pada apa makna agama bagi manusia, yaitu sebagai pedoman untuk bertindak di dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya (Moesa, 2007)  Pentingnya Peran Manusia Terhadap Agama Selama ini kita banyak membicarakan tentang peran agama dalam setiap lini kehidupan manusia. Namun apakah pernah terpikirkan , seberapa pentingkah peran manusia bagi agama itu sendiri? Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama memainkan peran utama dalam kehidupan mereka. Sering dalam konteks ini, manusia tersebut dianggap sebagai “orang manusia” terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak memiliki pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut disetujui oleh sebagian orang dan ditolak oleh lainnya. Juga, adalah perdebatan di antara organisasi agama mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa; beberapa percaya mereka memilikinya, sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan oleh komunitas hewani dan bukanlah individu. Menurut Feuerbach, yang disebut Allah adalah kesadaran manusia itu sendiri. Menurut pemikiran itu maka Feuerbach menyimpulkan bahwa agama adalah kesadaran Nan tak terbatas. Maka agama berakar pada jati diri manusia, yang bersifat memiliki kesadaran nan tak terbatas. Agama adalah 16
  • 17. hubungan manusia dengan jati dirinya nan tak terbatas. Agama palsu terjadi apabila manusia memproyeksikan Nan tak terbatas tersebut keluar dan dalam oposisi terhadap dirinya. Dengan demikian, manusia menciptakan Allah menurut citranya sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa manusia jugalah yang menciptakan agama. Manusia adalah awal, pusat , dan akhir agama. Menurut Feuerbach, ini bukanlah ateisme, melainkan humanisme (Jacobs, 2002). Pendapat lain mengatakan bahwa agama merupakan produk dan alienasi dari manusia. Manusia tidak menciptakan agama, dan agama tidak menciptakan manusia. maka agama adalah kesadaran diri dan perasaan diri manusia (Leahy, 2008).  Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bagi Kehidupan Manusia Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Seiring dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia secara sempit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendorong manusia mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien. Pemanfaatan teknologi meluas pada upaya penghapusan kemiskinan, penghapusan jam kerja yang berlebihan, penciptaan kesempatan untuk hidup lebih lama dengan perbaikan kualitas kesehatan manusia, membantu upaya-upaya pengurangan kejahatan, peningkatan kualitas pendidikan, dan sebagainya (Keraf dan Dua, 2001). Bahkan secara lebih komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang pembangunannya. Puncaknya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.Perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi dapat menaikkan kualitas manusia dalam keterampilandan kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta inteligensimanusia.Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia (Mas’ud dan Paryono, 1998).  Peran Manusia Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dan teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Secara definitif, ilmu adalah pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Maka, patutlah dikatakan, bahwa peradaban manusia sangat bergantung 17
  • 18. kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini, pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah (Jujun, 2003). Secara lebih spesifik, Eugene Staley menegaskan bahwa teknologi adalah sebuah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani (Siti, 2001). Pada tahap selanjutnya, seiring dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia secara sempit. Pemanfaatan teknologi meluas pada upaya penghapusan kemiskinan, penghapusan jam kerja yang berlebihan, penciptaan kesempatan untuk hidup lebih lama dengan perbaikan kualitas kesehatan manusia, membantu upaya-upaya pengurangan kejahatan, peningkatan kualitas pendidikan, dan sebagainya (Sonny dkk., 2001). Bahkan secara lebih komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang pembangunannya. Misalnya dalam perencanaan dan programing pembangunan, organisasi pemerintah dan administrasi negara untuk pembangunan sumber-sumber insani, dan teknik pembangunan dalam sektor pertanian, industri, dan kesehatan. Puncaknya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan saja membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia. Bendungan, kalkulator, mesin cuci, kompor gas, kulkas, OHP, slide, TV, tape recorder, telephon, komputer, satelit, pesawat terbang, merupakan produk-produk teknologi yang, bukan saja membantu manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi membuat hidup manusia semakin mudah (Ibnu, 1998). Manfaat-manfaat inilah yang mula-mula menjadi tujuan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan hingga menghasilkan teknologi. Mulai dari teknologi manusia purba yang paling sederhana berupa kapak dan alat-alat sederhana lainnya. Sampai teknologi modern saat ini, yang perkembangannya jauh lebih pesat dari perkembangan teknologi sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sanggup membawa berkah bagi umat manusia berupa kemudahan-kemudahan hidup, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan dalam benak manusia.  Hubungan Agama, Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. 18
  • 19. Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek.  POSISI AGAMA DALAM PENGEMBANGAN ILMU Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran agama 19
  • 20. sangatlah penting. Agama menjadi salah satu faktor pendukung dan sangat utama dalam perkembangan ilmu. Merujuk pada realita mengenai Indonesia yang memiliki penduduk (muslim) terbesar di dunia, membuktikan bahwa posisi agama di Indonesia sangat penting. Dalam masyarakat beragama (Islam), ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya. Namun, perlu juga diingat bahwa ikatan agama yang terlalu kaku dan tersetruktur kadang kala dapat menghambat perkembangan ilmu. Karena itu, perlu kejelian dan kecerdasan memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu dan sistem nilai dalam agama agar keduanya tidak saling bertolak belakang. Disinilah perlu rumusan yang jelas tentang ilmu secara filosofis dan akademik serta agama agar ilmu dan teknologi tidak menjadi bagian yang lepas dari nilai-nilai agama dan kemanusiaan serta lingkungan. Ilmu Di Dalam mengembangkan ilmu dan teknologi seharusnya bermanfaat mencari keredhaan Allah. Ini hanya boleh dicapai melalui aplikasi agama dalam ilmu dan teknologi . Maka langkah awal ialah agama perlu diintegrasi ke dalam ilmu dan teknologi untuk memastikan ilmu dan teknologi tidak lari dari manfaat asal kejadian manusia. Ini juga didorong oleh faktor bahwa agama itu tidak terikat dengan ilmu dan teknologi. Agama mengajar seseorang untuk hidup bertujuan. Tujuan beragama adalah untuk menjamin / mendapatkan kesejahteraan di akhirat dalam kepatuhan di dunia. Setiap amalan yang dilakukan di dunia harus berada di atas landasan yang diridhai oleh Allah. Telah dinyatakan dengan jelas dalam Alquran bahwa manusia adalah khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk memelihara dan mengatur alam ini. Justru setiap urusan manusia harus memelihara keharmonisan dan keseimbangan alam. Jika perkembangan ilmu dan teknologi di atas landasan ini, maka sudah tentu perkembangan ilmu dan teknologi tidak akan merusak bumi karena setiap perkembangan ilmu dan teknologi dirancang dengan teliti. Seandainya ini terlalu bersifat idealistik, setidaknya ia dapat meminimalkan dampak negatif yang timbul karena perkembangan ilmu dan teknologi tersebut, pastinya dilakukan secara berhati-hati untuk memelihara kepentingan alam. 20
  • 21. C. ANTARA ETIKA, MORAL, NORMA DAN ILMU PENGETAHUAN  Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, berikut adalah keterangan mengenainya. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.  Dari definisi-definisi mengenai aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa pemasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah suatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.  Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat dikatakan bahwa obyek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya.  Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabilah subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan faliditasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisis.  Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.  Nilai itu objektif, jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada. Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan. Seorang ilmuwan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas dalam melakukan eksprimen-eksprimen. Kebebasan inilah yang nantinya akan dapat mengukur kualitas 21
  • 22. kemampuannya. Ketika seorang ilmuwa bekerja, dia hanya tertuju pada proses kerja ilmiahnya dan tujuan agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat dengan nilai-nilai subjektif, seperti nilai-nilai dalam masyarakat, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya. Bagi seorang ilmuwan kegiatan ilmiahnya dengan kebenaran ilmiah adalah yang sangat penting.  Untuk itulah netralitas ilmu terletak pada epistimologinya saja, artinya tanpa berpihak kepada siapapun, selain kepada kebenaran yang nyata. Sedangkan secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan harus mapu menilai mana yang baik dan yang buruk, yang pada hakekatnya mengharuskan seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat. Tanpa ini seorang ilmuwan akan lebih merupakan seorang momok yang menakutkan.  Etika keilmuan merupakan etika normatif yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang ilmuwan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik dan menghindarkan dari yang buruk kedalam prilaku keilmuannya, sehingga ia dapat menjadi ilmuwan yang dapat mempertanggung jawabkan prilaku ilmiahnya. Etika normatif menetapkan kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi serta menetapkan apa yang bertentangan dengan yang seharusnya terjadi.  Pokok persoalan dalam etika keilmuan selalu mengacu kepada “elemen-elemen” kaidah moral, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma yang bersifat utilitaristik (kegunaan). Hati nurani disini adalah penghayatan tentang yang baik dan yang buruk dan dihubungkan dengan prilaku manusia.  Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan adalah nilai dan norma moral. Lalu apa yang menjadi kriteria pada nilai dan norma moral itu? Nilai moral tidak berdiri sendiri, tetapi ketika ia berada pada atau menjadi milik seseorang, ia akan bergabung dengan nilai yang ada seperti nilai agama, hukum, budaya, dan sebagainya. Yang paling utama dalam nilai moral adalah yang terkait dengan tanggung jawab seseorang. Norma moral menentukan apakah seseorang berlaku baik ataukah buruk dari sudut etis. Bagi seorang ilmuwan, nilai dan norma moral yang dimilikinya akan menjadi penentu, apakah ia sudah menjadi ilmuwan yang baik atau belum.  Penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah itu berupa teknologi, ataupun teori-teori emansipasi masyarakat, mestilah memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya. Ini berarti ilmu pengetahuan tersebut sudah tidak bebas nilai. Karena ilmu sudah berada di tengah-tengah masyarakat luas dan masyarakat akan mengujinya. 22
  • 23. Oleh karena itu, tanggung jawab lain yang berkaitan dengan teknologi di masyarakat, yaitu menciptakan hal yang positif. Namun, tidak semua teknologi atau ilmu pengetahuan selalu memiliki dampak positif. Di bidang etika, tanggung jawab seorang ilmuwan, bukan lagi memberi informasi namun harus memberi contoh. Dia harus bersifat objektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar, dan berani mengakui kesalahan. Semua sifat ini, merupakan implikasi etis dari proses penemuan kebenaran secarah ilmiah. Di tengah situasi di mana nilai mengalami kegoncangan, maka seorang ilmuwan harus tampil kedepan. Pengetahuan yang dimilikinya merupakan kekuatan yang akan memberinya keberanian. Hal yang sama harus dilakukan pada masyarakat yang sedang membangun, seorang ilmuwan harus bersikap sebagai seorang pendidik dengan memberikan contoh yang baik.  Tentang tujuan ilmu pengetahuan, ada beberapa perbedaan pendapat antara filosof dengan para ulama. Sebagian berpendapat bahwa pengetahuan sendiri merupakan tujuan pokok bagi orang yang menekuninya, dan mereka ungkapkan tentang hal ini dengan ungkapan, ilmu pengetahuan untuk ilmu pengetahuan, seni untuk seni, sastra untuk sastra, dan lain sebagainya. Menurut mereka ilmu pengetahuan hanyalah sebagai objek kajian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sendiri. Sebagian yang lain cenderung berpendapat bahwa tujuan ilmu pengetahuan merupakan upaya para peneliti atau ilmuwan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk menambahkan kesenangan manusia dalam kehidupan yang sangat terbatas dimuka bumi ini. Menurut pendapat yang kedua ini, ilmu pengetahuan itu untuk meringankan beban hidup manusia atau untuk membuat manusia senang, karena dari lmu pengetahuan itulah yang nantinya akan melahirkan teknologi. Teknologi jejas sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mengatasi berbagai masalah, dan lain sebagainya. Sedangkan pendapat yang lainnya cenderung menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruan.  Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan telah menjadi suatu sistem yang kompleks, dan manusia terperangkap didalamnya, sulit dibayangkan manusia bisa hidup layak tanpa ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak lagi membebaskan manusia, tetapi manusia menjadi terperangkap hidupnya dalam sistem ilmu pengetahuan. Manusia telah menjadi bagian dari sistemnya, manusia juga menjadi objeknya dan bahkan menjadi kelinci percobaan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan telah melahirkan mahluk baru yang sistemik, mempunyai mekanisme yang kadangkala tidak bisa dikontrol oleh manusianya sendiri. Suatu mekanisme sistemik yang semakin hari semakin kuat, makin besar dan makin kompleks, dan rasanya telah menjadi suatu dunia baru di atas dunia yang ada ini.  Dalam realitas kehidupan masyarakat dewasa ini, terjadi konflik antara etika prakmatik dengan etika pembebasan manusia. Etika prakmatik berorentasi pada kepentingan-kepentingan elite sebagai 23
  • 24. wujud kerja sama denga ilmu pengetahua dan kekerasan yang cenderung menindas untuk kepentingannya sendiri yang bersifat materialistik. Etika pembebasan manusia, bersuifat spiritual dan universal itu bisa muncul dari kalangan ilmuwan itu sendiri, yang bisa jadi karena menolak etika prakmatik yang dirasakan telah menodai prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan agama yang menjunjung tinggi kebenaran, kebebasan, dan kemandirian.  Kemajuan ilmu pengetahuan dikembalikan pada tujuan semula yaitu filsafat ilmunya sebagai sarana untuk memakmurkan umat manusia dimuka bumi bukan malah sebaliknya mengancam eksistensi manusia.  Diharapkan perkembangan ilmu yang begitu sepektakuler di satu sisi dan nilai-nilai agama yang statis dan universal disisi lain dapat dijadikan arah dalam menentukan perkembangan ilmu selanjutnya. Sebab, tanpa adanya bimbingan agama terhadap ilmu dikhawatirkan kehebatan ilmu dan teknologi tidak semakin mensejahterahkan manusia, tetapi justru merusak dan bahkan menghancurkan kehidupan mereka. D. SIKAP ILMIAH YANG HARUS DIMILIKI ILMUWAN Abad 21 ini ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) berkembang dengan pesatnya, dimana hampir tiap hari orang menemukan teori-teori baru dari ilmuwan-ilmuwan yang baru pula. Tentu teori ini bukanlah teori yang didapatkan begitu saja, tetapi merupakan teori yang dihasilkan dari penelitian ilmiah yang dilakukan calon ilmuwan dalam kurun waktu tertentu. Walaupun tidak semua teori baru yang dihasilkan dapat diaplikasikan langsung di dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi biasanya dijadikan bandingan dengan teori-teori sebelumnya. Banyaknya ilmuwan-ilmuwan baru yang ditelurkan oleh iptek, maka banyak pula persepsi masyrakat terhadap ilmuwan-ilmuwan tersebut. Ada sebagian masyarakat yang mengapresiasi ilmuwan-ilmuwan tersebut dengan menerima teori barunya, tetapi ada juga yang tidak mau menerima teori-teori baru. Hal-hal penting tersebut sebagai berikut :  Beriman, seorang calon ilmuwan yang beraliran kanan, dalam arti bukan soerang komunis atau atheis karena dua aliran kiri ini tidak bertuhan. Dalam melakukan penelitian perlu memilki dan disertai dengan iman yang kuat, keimanan yang kuat disini perlu dimiliki terutama jika calon 24
  • 25. ilmuwan tersebut meneliti tentang gejala-gejala alam dan hubungannya dengan diri manusia. Keimanan disini akan memberikan pencerahan bagi peneliti untuk dapat memisahkan mana yang mutlak menjadi kuasa Tuhan, dan mana yang dapat dinalar serta dikelola oleh manusia. Sehingga diakhir rangkaian penelitiannya, peneliti tidak mengambil kesimpulan bahwa manusia adalah pusat segalanya, manusia memiliki semua kekuatan untuk mengatur alam ini dan melupakan ada Yang Maha Kuasa sesungguhnya, sehingga berubah haluan ke paham atheisme.  Rasional, seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus bersifat rasional, artinya peneliti tersebut harus mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, apa yang ia dapatkan dari meneliti haruslah diolah dengan baik sehingga yang dihasilkan dapat diapahami oleh masyarakat. Jangan sampai penelitian yang dihasilkan menimbulkan kegaduhan dalam masyarakat, sehingga secara logis masyarakat dapat menerima dan memahaminya.  Objektif, dalam melakukan penelitian seseorang tidak boleh menunjukkan rasa simpatik pada objek yang diteliti, artinya dia merasa tidak berada dalam objek tersebut, sehingga hasi penelitian lebih objektif, pun dalam menyampaikan penelitiannya harus objektif dengan tidak memasukkan pendapat-pendapat pribadi peneliti yang sifatnya subjektif. Selain itu ilmuwan tidak boleh merasa pamrih terhadap objek yang diteliti (disinterstedness).  Tekun, banyak peneliti terutama peneliti ilmu alam yang ketika dalam proses penelitian mengalami kegagalan langsung merasa drop begitu saja, sehingga malas untuk kembali melakukan penelitian. Sifat tekun dan pantang menyerah ini perlu karena merupakan penunjang keberhasilan seorang peneliti. Ambil contoh Thomas Alfa Edison yang terus mengulang penelitiannya samapi 1000 kali dan akhirnya menemukan bola lampu.  Inovatif, seorang ilmuwan tidak boleh merasa puas begitu saja terhadap teori yang dihasilkannya, seorang ilmuwan setidaknya dapat mengahasilkan sesuatu yang baru tiap saat, dengan melakukan 25
  • 26. riset dan berbagai aktivitas untuk menghasilkan penemuan yang baru dan lebih relevan dengan perkembangan zaman  Demokratis,dalam artian bersikap terbuka apa hasil dari penelitiannya. Seorang ilmuwan harus terbuka menyampaikan isi penelitiannya, sehingga semua orang dapat mengetahuinya. Demokratis disini juga berarti, bahwa ketika teorinya dikemukakan lalu ada orang atau ilmuwan lain yang mengkritiknya, maka sebagai ilmuwan yang baik harus dapat menerima kritikan itu untuk perbaikan hasil penelitian atau teorinya, serta mau mengakui kesalahannya jika terdapat titik-titik kesalahan dalam teorinya.  Kritis, peneliti atau calon ilmuwan bahkan seorang ilmuwan juga perlu memiliki sikap kritis. Kritis terhadap teori-teori lama maupun baru. Selain menjadi objek kritikan sebagai penemu teori, ilmuwan juga harus kritis dalam menanggapi teori-teori yang ada tetapi juga merasa pasti bahwa pendapat terdahulu tersebut telah mencapai suatu kepastian, sehingga diperlukan kejelian dalam melihat teori-teori tersebut. Pun dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus kritis, bahwa semua yang ada didepannya tidak semuanya baik dan diperlukan sebagai bahan penelitiannya, sehingga peneliti dengan kekritisannya ini bersikap selektif pula.  Percaya diri, saat penelitian selesai dilakukan dan teorinya ditemukan dan disampaikan pada khalayak, maka seorang ilmuwan harus memiliki sikap convident (pecaya diri). Dalam penyampaian teorinya ilmuwan tidak boleh merasa takut dengan kritikan yang akan diterimanya, jangan ketika dikritik malahan menjadi inkonsisten terhadap apa yang dihasilkannya, walaupun memang harus mengakui jika terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penelitiannya, tetapi setidaknya seorang ilmuwan dapat menyampaikan argumen yang kuat untuk meyakinkan orang lain bahwa teori yang dihasilkannya mencapai suatu kepastian.  Etis, seorang ilmuwan juga dituntut memiliki sikap etis yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu, sikap etis ini juga menjadi batasan bagi ilmuwan terutama ilmuwan- 26
  • 27. ilmuwan spesialisasi, dengan taat terhadap batasan etik tersebut diharapkan akan menghilangkan kegelisahan dan ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.  Peka, sebagai seorang peneliti sekaligus ilmuwan yang peduli terhadap perkembangan ilmu pengetahuan demi kebahagiaan umat manusia. Maka seorang ilmuwan harus peka terhadap kondisi yang ada disekitarnya, seorang ilmuwan dituntut memeliki rasa sensitif terhadap perkembangan dan kemajuan iptek. Dengan sikap demikian, maka ilmuwan merasa terpanggil naluri ilmiahnya untuk melakukan penelitian-penelitian baru lagi dengan harapan mendapatkan teori-teori baru pula, dimana temuan baru ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin besar mengikuti pola perkembangan zaman. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat 27
  • 28. dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimen. Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang ada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada masa depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks. Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi. Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat. Mengutip sebuah kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu lumpuh namun ilmu tanpa agama buta. Kebutaan moral dari ilmu itu mungkin membawa manusia kejurang malapetaka. Jadi dalam kehidupan ini kedua bidang itu tak usah berseberangan, bahkan sebaliknya justru harus melengkapi satu sama lainnya. Ilmu pengetahuan dipelajari guna memperoleh penjelasan-penjelasan dari fenomena kehidupan ini, sedangkan agama memberikan kita akan tujuan makna atau arti kehidupan (fenomena) itu. Kemudian, ilmu itu berusaha menganalisa kehidupan memecah-mecah kehidupan jadi berkeping-keping memperdalam suatu masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman tunggal (sintesa) dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan kita. Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi menjadi instrumen penting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya bahwa dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan menggunakan teknologi setiap individu perlu ditanamkan nilai-nilai moral( agama), sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia tersebut, tidak bebas nilai atau sekuler. Agar perkembangan ilmu yang ada tidak menimbulkan krisis pada kemanusiaan terutama mengenai kemerosotan agama yang mencakup nilai etika, moral, norma yang ada, dan agar perkembangan ilmu itu sendiri dapat menjadi manfaat bagi kehidupan dalam segala bidang. 28
  • 29. B. Saran Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sangat membangun dalam penulisan makalah ini sangat penulis butuhkan. Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memahami mengenai tantangan dari perkembangan ilmu dan masa depan kita menyangkut perkembangan ilmu tersebut . Kemudian untuk lebih maksimalnya dalam memahami tentang pembahasan ini diharapkan kepada mahasiswa lainnya untuk mencari bahan-bahan bacaan lain yang berkenaan dengan hal ini, Sehingga diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan. DAFTAR PUSTAKA Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Kanisius Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada 29
  • 30. Mangunwijaya YB. 1999. Pasca Indonesia Pasca Einstein; Eseiesei Tentang Kebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius http://sites.google.com/site/filsafatindonesia/Home/b/budaya/ 14 nov/ 21.36 http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/agama-krisis.pdf http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalam-islamisasi-ilmu- pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/ http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu Anonim. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan. http://elearning.gunadarma.ac.id. 20/11/2009. Sastrapratedja. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius Anonim. Cultural Relativism. http://www.collegetermpapers.com/TermPapers/Philosophy/Cultural_Relativism.shtml Anonim, Ethical (Moral, Cultural) Relativism. http://www.owlnet.rice.edu/~spac205/February_11-2.pdf Muchdhor M. Krisis Kemanusiaan dan Etika Global. Sinar Harapan 26/10/2002 Daruni,EA. 1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat. Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8 Ma’arif S. 1997. Dalam “Kata Pengantar” Buku Agama dan krisis Kemanusiaan Modern oleh Nashir H. 1997. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Irfan LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com. Diunduh 22/11/09. Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996 30