Dokumen tersebut membahas tentang teori-teori kepribadian menurut beberapa ahli psikologi seperti J. Bahnsen, E. Meuman, Heymans, Eswald, dan Spranger. Teori-teori tersebut mencakup faktor-faktor yang menentukan kepribadian seseorang seperti temperamen, posodyne, daya susila, emosionalitas, proses pengiring, aktivitas, dan hubungan antara roh subjektif dan objektif.
2. J. BAHNSEN (1830-1881)
Bahnsen berpendapat bahwa
kepribadian ditentukan oleh tiga
macam keadaan kejiwaan, yaitu :
1. Tempramen dan kemauaan
2. Posodynie
3. Daya Susila
3. 1. Tempramen : ditentukan oleh empat
faktor yaitu
spontanitas, reseptivitas, impresionabili
tas, dan reaktivitas
Spontanitas itu sendiri adalah nampak
jika orang menentukan sikap atau
tindakan terlapas dari pengaruh orang
lain, jadi benar-benar dari diri sendiri
tanpa adanya paksaan dari orang luar.
Spontanitas terbagi lagi jadi dua yaitu
yang kuat dan yang lemah.
4. Reseptivitas yaitu cara bagaimana
orang menerima kesan, apakah cepat
atau lambat.
Impresionabilitas yaitu mendalam atau
tidaknya pengaruh sesuatu keadaan
terhadap jiwa. Ada dua macam
impresionabilitas yaitu yang mendalam
dan yang tidak mendalam.
5. Reaktivitas yaitu lama atau tidaknya
sesuatu kesan mempengaruhi kesan.
Ada dua macam reaktivitas yaitu yang
lama dan yang tidak lama.
Dari keempat faktor di atas dapat
ditemukan 16 macam kombinasi
sehingga terdapat 16 macam variasi
tempramen yang terdiri dari empat
macam tempramen yaitu :
6. a. Golongan temperamen choleris
b. Golongan tempramen sanguinis
c. Golongan tempramen phlegmatis
d. Golongan tempramen anamatisch
7. Tempramen Bahnsen dikelompokan menjadi
4 yaitu
sponanitas kuat, reseptivitas cepat : choleris
impresionabilitas tak mendalam, reaktivitas
tak lama : sanguinis
reseptivitas lambat, reaktivitas lama ;
phlegmatis
spontanitas lemah, impresionabilitas
mendalam ; anamatisch
8. 2. Posodyne
Posodyne ialah ketabahan manusia dalam
menghadapi kesukaran atau dalam
penderitaan. Posodyne ada 2 macam yaitu :
a. Posodyne kuat : kesabaran serta keteguhan
hati dan kepercayaan akan datangnya hari
yang baik.
b. Posodyne lemah :cepat berputus
asa, berkeluh kesah, cepat kehilangan
kepercayaan terhadap datangnya hari yang
lebih baik.
9. 3. Daya Susila
Yaitu kemampuan manusia untuk
membedakan dan meyakini hal-hal yang baik
dan yang buruk serta untuk mengatur tingkah
lakunya sesuai dengan hal tersebut.
10. E. MEUMAN (1862-1915)
Dalam bukunya Intelligenz und Wille.
Berpandangan voluntaristis yaitu watak
diberinya batasan sebagai disposisi kemauan
yang manisfes dalam perbuatan, maka
pembahasan tentang watak dapat dikerjakan
dengan melalui pembahasan kemauan. Ada
tiga aspek pokok :
1. Aspek yang mempunyai dasar kejasmanian
2. Aspek akfektif
3. Aspek kecerdasan
11. HEYMANS
Menurutnya manusia itu sangat berlainlainan kepribadiannya, dan tipe-tipe
kepribadian itu banyak macamnya secara
garis besar dapat dikelompokan, ada tiga
macam kualitas kejiwaan, yaitu :
A. Emosiaonalitas
B. Proses pengiring
C. Aktivitas
12. ESWALD
Dia berpandangan psikiatrik bahwa
pendapat dia sangat berbeda antara
tempramen dan watak
1. Tempramen adalah konstitusi psikis yang
berhubungan dengan konsitusi jasmani .
Keturunan sangat berperan penting
sedangkan pengaruh pendidikan dan
lingkungan tidak ada.
13. 2. Watak terbagi menjadi dua yaitu watak
yang dibawa sejak lahir dan watak yang
diperoleh.
Watak yang dibawa sejak lahir yaitu aspek
yang merupakan dasar dari watak, watak
genotip ini sangat erat hubungannya dengan
keadaan fisiologis, yakni susunan saraf pusat.
Watak yang diperoleh yakni watak yang
dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman
dan pendidikan.
14. SPRANGER
Pokok-pokok fikiran menurut spranger:
1. Dua macam roh
a. Roh subjektif : roh yang terdapat pada
setiap individu
b. Roh objektif : roh seluruh umat manusia
merupakan kebudayaan yang telah terjelma
dan berkembang selama berabad-abad
bersama manusia-manusia individual.
15. 2. Hubungan antara roh subjektif dan roh
objektif yaitu roh yang berhubungan secara
timbal balik .
Roh subjektif yang mengandung nilai-nilai
yang terdapat pada masing-masing
individu, roh subjektif terbentuk dan
berkembang dengan memakai roh obyektif
sebagaimana norma. Roh obyektif
mengandung unsur-unsur yang mendapat
pengakuan umum sebagai hal-hal bernilai
karena diberi kedudukan yang tinggi.
16. 3. Lapangan-Lapangan Hidup dipandang
sebagai sistem nilai-nilai, karena kebudayaan
itu tidak lain adalah kumpulan nilai-nilai
kebudayaan yang tersusun atau diatur
menurut struktur tertentu.