SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 11
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DENGAN
VARIABEL DUMMY PADA PRODUKSI GULA DI PABRIK
GULA POERWODADI MADIUN
Arning Susilawati, Marlisa W Setyorini
1

Program Studi DIII, Jurusan Statistika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

ABSTRAK
Pada produksi gula, terdapat komponen yang diperlukan diantaranaya jumlah
tebu dan kadar phospat, hal ini bertujuan agar produksi menghasilkan gula yang
bersih. Dalam hal ini dapat dijadikan permasalahan yakni jumlah tebu dan kadar
phospat terhadap produksi gula. Produksi gula merupakan respon, sedangkan jumlah
tebu dan kadar phospat adalah variabel prediktor, dengan jumlah pengamatan 30
data. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari semua prediktor
terhadap respon dengan cara melakukan analisis regresi linier dengan dummy yakni
pengujian serentak dan parsial (individu). Dengan uji berganda, jumlah tebu dan
kadar phospat berpengaruh signifikan secara serentak terhadap jumlah gula. Secara
individu jumlah tebu dan kadar phospat berpengaruh terhadap jumlah gula, pada
kadar phospat rendah dengan pembanding kadar phospat tinggi berpengaruh
terhadap banyaknya jumlah gula, sedang pada kadar phospat sedang dengan
pembanding kadar phospat tinggi tidak berpengaruh terhadap banyaknya jumlah
gula. Pada kadar phospat rendah maupun sedang memberi pengaruh

yang berbeda terhadap jumlah gula.
Kata Kunci : Uji Serentak, Uji Parsial, Analisis Regresi Dummy

1.

Pendahuluan

Dalam keseharian gula sering kita gunakan yakni sebagai pemanis pada
masakan. Gula diproduksi dari tebu alami dengan beberapa campuran bahan
kimiawi, misal phospat. Phospat adalah bahan pemurni nira tebu yang berfungsi
untuk memisahkan gula dari kotoran bukan gula yang terikut dalam nira sehingga
menghasilkan nira yang jernih dan bersih.
Pada pabrik gula Poerwodadi Madiun, ingin mengetahui bagaimana
banyaknya tebu dan kadar phospat yang digunakan dapat meningkatkan produksi
gula. Dalam hal ini dapat menggunakan analisis linier dummy, karena pada kadar
phospat terdapat pembagian yakni kadar rendah, sedang dan tinggi. Tujuannya
adalah menentukan hubungan antara signifikansi serentak dan hasil uji
parsial/individu dengan variabel dummy.

2.

Landasan Teori

Pada landasan teori terdapat dipaparkan mengenai regresi linier berganda,
pengujian asumsi residual IIDN, serta air bersih.
2.1

Regresi Linier
Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika
yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan
meramal suatu variabel (Kutner, 2004).

2.1.1 Persamaan Regresi dengan Variabel Dummy
Bentuk umum model regresi linier berganda dengan k variabel bebas adalah
seperti pada persamaan (1) berikut (Kutner, 2004).
2.1

Yi = β0 + β1 X I + β2 X 2 +... + βk X k +εi

 Y1  1 X X  X  β
   1 12 1 p − 1   0   ε 1 
 Y2  1 X X  X   β   ε 
Y =   =  21 2 2p−1  1  +  2
Y=Xβ+ε              
  β   
dengan:
Y adala    1 X X  X  ε
Y n1 n2 np−1  p−1  n
2, …, n.  n  
i

h variabel tidak bebas untuk pengamatan ke-i, untuk i = 1,

β0 , β , β2 ,..., βk adalah parameter.
1

X 1 , X 2 ,..., X k

adalah variabel bebas.
εi adalah sisa (error) untuk pengamatan ke-i yang diasumsikan berdistribusi
normal yang saling bebas dan identik dengan rata-rata 0 (nol) dan variansi σ 2 .

2.1.2 Uji Serentak
Untuk mengetahui apakah koefisien yang ada dalam model secara serentak
nyata atau tidak, digunakan uji F, dengan hipotesisnya sebagai berikut:
H 0 : β1 ≡ β2 = ... = βk = 0 (prediktor tidak berpengaruh terhadap respon)
H 1 : Tidak semua β sama dengan nol, untuk k=1,2,…,p
k
Statistik uji yang digunakan adalah:
Tabel 2.1 ANOVA Regresi Linier Berganda

Sumber
Varians

Derajat
Sum Square
bebas

Regresi

k

Error

n-k-1

Total

n-1

1 
SSR = b' X ' Y −  Y ' JY
n 

Mean Square

SSR
k
SSR
SSE = SST − SSR = Y ' Y − b' X ' MSR =
n − k −1
1

SST = Y ' Y −  Y ' JY
n 
MSR =

F
F=

MSR
MSE

(Draper, 1992)
Dimana nilai Fhitung yang dapat dihitung dibandingkan dengan Fα(V 1,V 2 ) dengan
derajat bebas V1=k, V2=n-k-1 dan tingkat signifikan α. Apabila Fhitung >
Fα( k , n −k − ) maka H0 ditolak, yang berarti paling sedikit ada satu β j yang tidak
1

dapat sama dengan nol (Salamah, 2010).

2.1.3 Uji Parsial
Uji parsial digunakan untuk menguji signifikasi variabel predictor terhadap
variabel respon secara individu, jika uji serentak signifikan. Rumusan
hipotesisnya:
H 0 : β j = 0 (variabel predictor X j tidak berpengaruh terhadap respon)
H 1 : β j ≠ 0 , untuk j=0,1,2,….,k
Statistik uji yang digunakan adalah
t hitung =

bi

2.2

var(bi )

[

ˆ
Var ( βj ) = diagonal X T X

]

−
1

σ2

Dimana b = nilai dugaan β ; σ2 = RKG
i
i
Kemudian t hitung dibandingkan dengan nilai tabel distribusi t dengan derajat bebas
(n-2) dan tingkat signifikan α (Salamah, 2010).

2.1.4 Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinasi didapat dari analisis regresi dengan menggunakan
minitab. Apabila R2 bernilai di atas 75% dapat dijelaskan bahwa nilai variabel Y
yang berada di atas 75% tersebut dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas
yang ada dalam model. Sedangkan sisanya yang berada di bawah 75% dijelaskan
oleh oleh variabel-variabel bebas yang tidak ada dalam model. Tingginya nilai R 2
ini menandakan baiknya model yang telah didapatkan, artinya model telah sesuai
dan antar variabel pada model tersebut mempunyai korelasi yang sama (Salamah,
2010).
R2 =

2.2

SSR
x100%
SST

2.3

Regresi Linier dengan Variabel Dummy
Dalam analisis regresi, seringkali variabel respon tidak hanya dipengaruhi
oleh variabel yang bersifat kuantitatif, tetapi bisa juga dipengaruhi oleh variabel
yang bersifat kualitatif. Variabel yang bersifat kualitatif seperti jenis kelamin,
suku, agama, kejadian politik, dan lain-lain tersebut perlu dibuat kuantitatif
dengan membentuk variabel baru yang bernilai 0 atau 1. Dimana 0 menunjukkan
ketidakhadiran cirri tersebut, sedangkan 1 menunjukkan adanya cirri tersebut.
Variabel seperti ini disebut variabel dummy atau disebut juga variabel indikator,
variabel biner, variabel dikotomus, dan variabel kualitatif. Variabel dummy dapat
digunakan dalam model regresi semudah variabel kuantitatif. Dalam sebuah
model regresi, bisa saja semua variabel prediktor merupakan variabel dummy
atau gabungan dari variabel kuantitatif dan dummy, sebagaimana dituliskan dalam
persamaan regresi berikut.
Yi = α0 + α1 D + βX i + ε i

2.4

Dengan mengasumsikan bahwa E (ε i ) = 0 , maka diperoleh nilai ekspektasi dari
variabel respon masing-masing Di sebagai berikut.
E (Yi | X i , Di = 0) = α 0 + βX i
2.5
dan
E (Yi | X i , Di = 1) = (α0 + α1 ) + βX i
2.6
dengan kata lain bahwa fungsi Yi dalam hubungannya dengan X i mempunyai
kemiringan yang sama ( β) tetapi intersep berbeda untuk tiap-tiap Di .
Dalam regresi dengan variabel dummy , jika suatu variabel kualitatif
mempunyai m kategori, maka digunakan hanya m-1 variabel dummy. Jika tidak
dipenuhi, maka akan terjadi multikolinieritas sempurna (perfect multicolinearity)
(Gujarati, 1978).

2.2.1 Uji Parsial Variabel Dummy
Pengaruh variabel prediktor D (dummy) terhadap respon Y. Hipotesis yang
diuji adalah sebagai berikut:
H 0 : β j = 0 (variabel dummy tidak berpengaruh terhadap respon)
H 1 : β j ≠ 0 (variabel dummy berpengaruh terhadap respon)
Statistik uji.
SS ( β j | β0 , β1 ,..., β j −1 , β jt ,..., βk ) /( k −1)
Fhitung =

MSE

2.7
yang mengikuti distribusi F dengan df1=(k-1) dan df2=n-(p+1) pada level
signinfikan α tertentu, dengan k adalah banyaknya kategori dalam variabel
prediktor berskala kategorik. Wilayah kritisnya adalah Fhitung>F α,(k-1, n-(p+1))
(Draper, 1992).
2.3

Gula
Makanan yang manis pasti mengandung gula sejumlah manfaat gula yang
unik dan mengejutkan karena tidak mengganggu diet. Berikut beberapa
manfaat gula yang tidak biasa: menjaga bunga tetap segar, meringankan
pedas di mulut, mengobati luka, mengupas badan, lipstik lebih tahan lama,
mengangkat noda rumput, membersihkan penggiling, meredakan panas di lidah,
menjaga bunga tetap segar, membersihkan tangan dari minyak (Silva, 2012).
2.4

Tebu
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Di
Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Berikut
beberapa kandungan gizi tebu yakni mencegah stroke, menguatkan gusi dan gigi
cairan, mengobati mimisan, mengobati masuk angin, melawan kanker payudara,
baik untuk penderita diabetes, menyembuhkan pilek dan sakit tenggorokan,
mengobati, mengobati penyakit kuning, obat infeksi, obat batu ginjal, dehidrasi
(Gentara, 2013).
2.5

Phospat
Phospat merupakan jenis asam yang digunakan dalam proses pembuatan
gula yang terletak pada proses sulfidasi. Proses sulfitasi adalah proses
pengolahan gula yang di dalam proses pemurniannya menggunakan kapur dan
SO2 sebagai bahan pemurni. Gula yang di dapat dari proses ini berwana putih.
Sebelum memulai proses ini di tangki nira mentah dilakukan penambahan asam
phospat (H3PO4) sebanyak 210 kg/ 8 jam (250-300 ppm), yang bertujuan
untuk: menyerap koloid dan zat warna, menurunkan kadar kapur nira
mentah, melunakkan kerak evaporator, mempermudah proses pengendapan,
sehingga nira yang dihasilkan lebih jernih (Suwito, 2013).

3.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.

3.1

Sumber Data
Data penelitian ini merupakan data sekunder Tugas Akhir program sarjana
tahun 2004 dari Lutfia Widiastuti (1399100033) dengan judul “Pendekatan Spline
untuk Pendugaan Kurva Regresi dari Produksi Gula Poerwodadi Madiun Tahun
2003” yang didapatkan di Ruang Baca Staistika ITS pada tanggal 04 Desember
2013 dengan jumlah sampel 30 data.
3.2 Variabel Data
Variabel-variabel pengukuran yang digunakan adalah.
Tabel 3. 1 Variabel Data Produksi Gula

Variabel
Produksi gula
Jumlah tebu
Phospat rendah (≤300)
Phospat sedang (301-599)
Phospat tinggi (≥600)

4.

Satuan
Kwintal
Kwintal
Kilogram
Kilogram
Kilogram

Simbol
Y
X1
DA (Koding 0)
DB (Koding 1)
DC (Koding 2)

Analisis Korelasi Linier dan Regresi Linier Sederhana

Data jumlah gula yang dihasilkan per hari dalam kwintal dengan jumlah
tebu yang diproses per hari dalam kwintal, dapat dianalisis dengan menggunakan
variabel dummy yakni kandungan phospat rendah, sedang dan tinggi.
4.1

Analisis Regresi
Pembahasan dari analisis regresi yakni mengenai variabel dummy, uji
serentak, dan uji parsial.
Analisis regresi linier berganda dilakukan dengan menganalisis estimasi
model, koefisien determinasi, uji serentak, uji parsial dari variabel pendapatan
total keluarga, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran energi dengan
menganggap asumsi metode OLS terpenuhi.

4.1.1 Variabel Dummy
Berikut merupakan tabel variabel Dummy dengan kandungan phosphat
tinggi pada jumlah gula yang dihasilkan per hari dalam kwintal dengan jumlah
tebu yang diproses per hari dalam kwintal.
Tabel 4.1 Variabel Dummy

D1
D2
D_A (≤350 kg)
1
0
D_B (351-599 kg)
0
1
D_C (≥600kg)
0
0
Variabel dummy D_A dan D_B digunakan dalam analisis regresi.
Sedangkan Variabel dummy D_C digunakan sebagai pembanding pada uji parsial

4.1.2 Model Regresi dengan Variabel Dummy
Estimasi model regresi jumlah tebu yang diproses per hari terhadap
dijumlah gula yang dihasilkan perhari dengan variabel dummy kandungan
phospat.
Y = 58.5 + 0.0275 X - 26.5 D_A - 12.8 D_B
a. Persamaan Regresi Untuk D = 1 (D1 = 1, D2 = 0)
y = 58.5+0.0275 X-26. 5(1)-12.8(0)
y = 58.5+0.0275X-26.5
Kandungan phospat ≤ 350 kg berkurang 26.5 dari kandungan phospat ≥600kg
b. Persamaan Regresi Untuk D = 2 (D1 = 0, D2 = 1)
y = 58.5+0.0275 X-26. 5(0)-12.8(1)
y = 58.5+0.0275X-12.8
Kandungan phospat 351-599 kg berkurang 12.8 dari kandungan phospat ≥600kg
c. Persamaan Regresi Untuk D = 3 (D1 = 0, D2 = 0)
y = 58.5+0.0275 X-26. 5(0)-12.8(0)
y = 58,5+0.0275X
Kandungan phospat ≥600 kg konstan
4.2

Uji Serentak
Berikut pengujian serentak pada jumlah gula yang dihasilkan per hari (Kw)
dengan jumlah tebu yang diproses per hari (Kw) dengan menggunakan variabel
Dummy kandungan phosphat C sebagai pembanding.
Hipotesis:
H0 =β1= β2= β3=0
H1 =minimal ada satu βj ≠ 0 ; j=1,2,3
α = 5% = 0.05
Daerah Kritis: Tolak H0 jika Fhit ˃ F(α,3,26) dengan Ftabel = F(0,05;3,26) = 2.98
Tabel 4.1 Uji Serentak dengan Variabel Dummy C sebagai pembanding

Source
df
SS
MS
F
P
Regresion 3
5815.6
938.5 6.04
0.003
Error
26 8350.2
321.2
Total
29 14165.7
Tabel 4.1 menunjukkan Fhit sebesar 6.04 ˃ F(α,3,26) sebesar 2.98 sehingga tolak
Ho. Artinya jumlah tebu yang yang diproses per hari dan kandungan phospat
berpengaruh signifikan secara serentak terhadap jumlah gula per hari.
4.3

Uji Parsial
Pada uji serentak yang dihasilkan adalah tolak H 0 sehingga dilakukan uji
parsial parameter model regresi pada jumlah gula yang dihasilkan per hari (Kw)
dengan jumlah tebu yang diproses per hari (Kw) dengan menggunakan variabel
Dummy kandungan phosphat C sebagai pembanding.

4.3.1 Uji Parsial Jumlah Tebu Yang Diproses Perhari Terhadap
Jumlah Gula yang Dihasilkan Perhari
Berikut hasil pengujian uji parsial jumlah tebu yang diproses perhari
terhadap jumlah gula yang dihasilkan perhari.
Hipotesis:
H0 =β1 =0 (jumlah tebu yang diproses perhari tidak berpengaruh signifikan
terhadap jumlah gula per hari secara individu)
H1 =β1≠ 0 (jumlah tebu yang diproses perhari berpengaruh signifikan terhadap
jumlah gula per hari secara individu)
α = 5% = 0.05
Daerah Kritis: Tolak H0 jika |thitung| ˃ t(α,26) dengan t(α,26) = 2.056
Tabel 4. 2 Uji Parsial Jumlah Tebu Yang Diproses Perhari Terhadap Jumlah Gula yang
Dihasilkan Perhari

Predictor
T
P
X
2.47
0.021
Tabel 4.2 menunjukkan t-hit variabel X sebesar 2.47 ˃ t(α,26) sebesar 2.056
sehingga tolak H0, artinya jumlah tebu yang diproses perhari berpengaruh
signifikan terhadap jumlah gula per hari secara individu.

4.3.2 Uji Parsial Variabel Dummy Terhadap Jumlah Gula yang
Dihasilkan Perhari
Berikut hasil uji parsial variabel dummy terhadap jumlah gula yang
dihasilkan perhari.
Hipotesis:
H0 =β2=β3 =0 (ketegori kandungan phospat tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap jumlah gula)
H1 =β2= β3≠ 0 (ketegori kandungan phospat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap jumlah gula)
α = 5% = 0.05
Daerah Kritis: Tolak H0 jika |thitung| ˃ t(α,26) dengan t(α,26) = 2.056

t hit =

ss ( β 2 , β 3 | β 0 β1 ) / k − 1 (6520.1 − 3780) / 2
=
= 5.96
MSE
229.8

Berdasarkan t-hit sebesar 5.96 ˃ dari t(α,26) = 2.056 sehingga tolak H0 artinya
ketegori kandungan phospat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
jumlah gula.

4.3.3 Uji Parsial Variabel Kandungan Phospat Kategori ≤350 Kg
dengan Kategori ≥ 600 Kg
Berikut hasil uji parsial variabel kandungan phospat kategori ≤350 kg dengan
kategori ≥ 600 kg.
Hipotesis:
H0=β2=0 (kandungan phospat kategori ≤350 Kg maupun kategori ≥ 600 Kg
memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah gula)
H1= β2 ≠ 0 (kandungan phospat kategori ≤350 Kg dan kategori ≥ 600 Kg
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula)
α = 5% = 0.05
Daerah Kritis: Tolak H0 jika |thitung| ˃ t(α,26) dengan t(α,26) = 2.056
Tabel 4. 3 Uji Parsial Variabel Kangdungan Phospat Kategori ≤ 350 Kg
dengan Kategori ≥ 600 Kg

Predictor
T
P
D_A
-3.38 0.002
Tabel 4.3 menunjukkan t-hit variabel dummy A sebesar 3.38 ˃ t(α,26) sebesar
2.056 sehingga tolak H0, artinya kandungan phospat kategori ≤350 Kg maupun
Kategori ≥ 600 Kg memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula.

4.3.4 Uji Parsial Variabel Kandungan Phospat Kategori 351-599 Kg
dengan Kategori ≥ 600 Kg
Berikut hasi uji parsial variabel kandungan phospat kategori 351-599 kg
dengan kategori ≥ 600 kg.
Hipotesis:
H0 =β3=0 (kandungan phospat kategori 351-599 kg maupun kategori ≥ 600 Kg
memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah gula)
H1 =β3≠ 0 (kandungan phospat kategori 351-599 kg dan kategori ≥ 600 Kg
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula)
α = 5% = 0.05
Daerah Kritis: Tolak H0 jika |thitung| ˃ t(α,26) dengan t(α,26) = 2.056
Tabel 4. 4 Uji Parsial Kandungan Phospat Kategori 351-599 Kg dengan Kategori ≥ 600 Kg

Predictor
T
P
D_B
-1.94 0.063
Tabel 4.4 menunjukkan t-hit variabel dummy B sebesar 1.94 ˂ t(α,26) sebesar
2.056 sehingga gagal tolak H0, artinya kandungan phospat kategori 351-599 kg
maupun kategori ≥ 600 Kg memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah
gula.

4.3.5 Uji parsial variabel kandungan phospat kategori ≤350 kg
terhadap variabel kandungan phospat kategori 351-599 kg
Berikut hasil uji parsial variabel kandungan phospat kategori ≤350 kg
terhadap variabel kandungan phospat kategori 351-599 kg.
Hipotesis:
H0 =β1-β2 =0 (kategori kandungan phosphat kategori ≤350 kg maupun kategori
351-599 kg memberi pengaruh yang sama terhadap jumlah gula per hari)
H1 =β1-β2 ≠ 0 (kategori kandungan phosphat kategori ≤350 kg maupun kategori
351-599 kg memberi pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula per hari)
α = 5% = 0.05
Daerah Kritis: Tolak H0 jika |thitung| ˃ t(α,26) dengan t(α,26) = 2.056
t

hit

=

=

b2 − 3
b
var( b2 ) 2 +var( b3 )2 − cov( b2b3 )
2

− . 4− − . 8 )
26
( 12
0.283798+ .186629− 2*0.085160 )
0
(

= 24.825
Dari perhitungan t didapat t hitung lebih besar dari pada t tabel yakni
24.825>2.05, sehingga keputusannya tolak Ho yang artinya kategori kandungan
phosphat kategori ≤350 kg maupun kategori 351-599 kg memberi pengaruh yang
berbeda terhadap jumlah gula per hari.

5.
1.

Kesimpulan
Berikut kesimpulan dari
Estimasi model regresi jumlah tebu yang diproses per hari terhadap
dijumlah gula yang dihasilkan perhari dengan variabel dummy kandungan
phospat adalah Y = 58.5 + 0.0275 X - 26.5 D_A - 12.8 D_B.

2.

Pada pengujian serentak didapatkan jumlah tebu yang yang diproses per hari
dan kandungan phospat berpengaruh signifikan terhadap jumlah gula per
hari.

3.

Pada pengujian individu variabel jumlah tebu yang diproses diketahui
bahwa jumlah tebu yang diproses berpengaruh signifikan terhadap jumlah
gula per hari.

4.

Pengujian individu variabel dummy terhadap jumlah gula yang dihasilkan
diketahui ketegori kandungan phospat memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap jumlah gula.

5.

Pada pengujian Individu didapatkan jumlah tebu yang diproses dan
kandungan phospat rendah didapatkan kandungan phospat rendah maupun
tinggi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula.
Sedangkan pada kandungan phospat sedang diketahui bahwa kandungan
phospat sedang maupun tinggi memberikan pengaruh yang sama terhadap
jumlah gula.

6.

Daftar Pustaka

Draper, Harry Smith dan Norman. 1992. Analisis Regresi Terapan. Jakarta:
Gramedia Puataka Utama.
Gujarati, D. 1979. Basic Econometrics. New York: Mc. Graw-Hill, inc.
Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression
Models. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Salamah, M dan Distri Susilaningrum. 2010. Modul Praktikum
PenghantarMetode Statistika. Surabaya: Jurusan Statistika ITS.
Gentara, L. (2013, Maret). Khasiat Tebu dan Kandungan Gizinya. Dipetik
Desember 09, 2013, dari Gen 22: http://www.gen22.net
Silva, A. D. (2012, November 24). Manfaat Gula yang Tiidak Biasa. Dipetik
Desember 2013, 09, dari http://wirawiri.net
Suwito. (2013, April). Fungsi Gula Dalam Pengolahan Pangan. Dipetik
Desember 09, 2013, dari http://romoselamatsuwito.blogspot.com

7.

Lampiran

Data awal
No

gula

tebu

phosphat

Dummy

1

60.2

1278.8

300

A

2

62.9

1083

200

A

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

68.8
69.7
75.7
112.1
75.8
87.8
78.9
94.7
86.5
91.2
71.1
122.1

1208.5
1813.6
1908.6
2080.6
1655.9
1692.4
1791.8
1972.3
1964.7
1170.4
1074.4
1797.4

350
250
304
303
455
580
563
505
529
452
452
452

A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B

15

114.3

1858.3

588

B

16

87.5

1613.4

609

C

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

70.8
115.7
104.6
113.2
122.7
128.5
112.7
104.6
90.8
121.3
119.1
110.4
116
106.5

1882.3
1780
1739.5
1951.3
1862.5
1775.4
1889.7
1829.6
1812.7
1768.8
1718.4
1771.6
1973.7
1825.5

607
608
609
612
611
612
612
658
605
608
603
607
606
610

C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C

Regression Analysis: Y versus X; D_A; D_B
The regression equation is
Y = 58.5 + 0.0275 X - 26.5 D_A - 12.8 D_B
Predictor
Constant
X
D_A
D_B

Coef
58.52
0.02745
-26.509
-12.831

S = 15.1601

SE Coef
20.55
0.01113
7.837
6.603

R-Sq = 52.2%

T
2.85
2.47
-3.38
-1.94

P
0.009
0.021
0.002
0.063

R-Sq(adj) = 46.7%

Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total
Source
X
D_A
D_B

DF
1
1
1

DF
3
26
29

SS
6520.1
5975.6
12495.6

MS
2173.4
229.8

F
9.46

P
0.000

Seq SS
3780.0
1872.2
867.8

Unusual Observations
Obs
17

X
1882

Y
70.80

Fit
110.20

SE Fit
3.99

Residual
-39.40

St Resid
-2.69R

R denotes an observation with a large standardized residual.
MTB >

(XTX)-1 = Matrix
1.80377
-0.00096
-0.23917
-0.25289

M4

-0.0009582
0.0000005
0.0000952
0.0001027

1.80377
 - 0.00096

 - 0.23917

− 0.25885
1414.506


=




-0.239174
0.000095
0.283798
0.085160

− 0.0009582
0.0000005
0.0000095
0.0001027

-0.252885
0.000103
0.085160
0.186629

− 0.239174
0.000095
0.283789
0.085160

0.0001149
65.2147

− 0.25885
0.000103  x 229.8

0.085160 

0.186629 


0.023669 



42.88734

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Uji asumsi-klasik
Uji asumsi-klasikUji asumsi-klasik
Uji asumsi-klasikIpma Zukemi
 
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2Ratih Ramadhani
 
Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Haidar Bashofi
 
Probabilitas - Statistik 2
Probabilitas - Statistik 2Probabilitas - Statistik 2
Probabilitas - Statistik 2Deni Wahyu
 
Distribusi binomial, poisson dan normal
Distribusi binomial, poisson dan normalDistribusi binomial, poisson dan normal
Distribusi binomial, poisson dan normalAYU Hardiyanti
 
PPT Regresi Berganda
PPT Regresi BergandaPPT Regresi Berganda
PPT Regresi BergandaLusi Kurnia
 
Makalah model regresi dengan variabel terikat dummy
Makalah model regresi dengan variabel terikat dummyMakalah model regresi dengan variabel terikat dummy
Makalah model regresi dengan variabel terikat dummyAgung Handoko
 
Regresi Data Panel
Regresi Data PanelRegresi Data Panel
Regresi Data PanelAbu Tholib
 
Bahan ajar statistik ekonomi
Bahan ajar statistik ekonomiBahan ajar statistik ekonomi
Bahan ajar statistik ekonomiNardiman SE.,MM
 
Analisis tabel-kontingensi
Analisis tabel-kontingensiAnalisis tabel-kontingensi
Analisis tabel-kontingensiDwi Mardiani
 
Makalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksMakalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksNila Aulia
 
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan BinomialDistribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan BinomialSilvia_Al
 
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 7 : Uji Hipotesis
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 7 : Uji HipotesisESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 7 : Uji Hipotesis
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 7 : Uji HipotesisAncilla Kustedjo
 
Pengantar statistika slide 3
Pengantar statistika slide 3Pengantar statistika slide 3
Pengantar statistika slide 3Az'End Love
 

Mais procurados (20)

Uji asumsi-klasik
Uji asumsi-klasikUji asumsi-klasik
Uji asumsi-klasik
 
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
 
Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8
 
Bab 8 multiplier
Bab 8   multiplierBab 8   multiplier
Bab 8 multiplier
 
Probabilitas - Statistik 2
Probabilitas - Statistik 2Probabilitas - Statistik 2
Probabilitas - Statistik 2
 
Distribusi binomial, poisson dan normal
Distribusi binomial, poisson dan normalDistribusi binomial, poisson dan normal
Distribusi binomial, poisson dan normal
 
metode trend kuadratis
metode trend kuadratismetode trend kuadratis
metode trend kuadratis
 
PPT Regresi Berganda
PPT Regresi BergandaPPT Regresi Berganda
PPT Regresi Berganda
 
Bab 15 regresi
Bab 15 regresiBab 15 regresi
Bab 15 regresi
 
Makalah model regresi dengan variabel terikat dummy
Makalah model regresi dengan variabel terikat dummyMakalah model regresi dengan variabel terikat dummy
Makalah model regresi dengan variabel terikat dummy
 
Regresi Data Panel
Regresi Data PanelRegresi Data Panel
Regresi Data Panel
 
Bahan ajar statistik ekonomi
Bahan ajar statistik ekonomiBahan ajar statistik ekonomi
Bahan ajar statistik ekonomi
 
Analisis tabel-kontingensi
Analisis tabel-kontingensiAnalisis tabel-kontingensi
Analisis tabel-kontingensi
 
Makalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksMakalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleks
 
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan BinomialDistribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
 
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 7 : Uji Hipotesis
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 7 : Uji HipotesisESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 7 : Uji Hipotesis
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 7 : Uji Hipotesis
 
Kebijakan moneter
Kebijakan moneterKebijakan moneter
Kebijakan moneter
 
Distribusi normal
Distribusi normalDistribusi normal
Distribusi normal
 
Analisis Regresi Liniear Sederhana
Analisis Regresi Liniear SederhanaAnalisis Regresi Liniear Sederhana
Analisis Regresi Liniear Sederhana
 
Pengantar statistika slide 3
Pengantar statistika slide 3Pengantar statistika slide 3
Pengantar statistika slide 3
 

Destaque

Model regresi dengan variabel bebas dummy
Model regresi dengan variabel bebas dummy Model regresi dengan variabel bebas dummy
Model regresi dengan variabel bebas dummy Agung Handoko
 
Beberapa contoh-dummy-tabel
Beberapa contoh-dummy-tabelBeberapa contoh-dummy-tabel
Beberapa contoh-dummy-tabelDhyka Dyah
 
Ekonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel DummyEkonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel DummyAyuk Wulandari
 
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul IV-Variabel Dummy
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul IV-Variabel DummyLaporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul IV-Variabel Dummy
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul IV-Variabel DummyShofura Kamal
 
Buku SPSS (Statistika)
Buku SPSS (Statistika)Buku SPSS (Statistika)
Buku SPSS (Statistika)Ester Melinda
 
Cara analisis data
Cara analisis dataCara analisis data
Cara analisis datamohdkhamdani
 
Media evaluation part a
Media evaluation part aMedia evaluation part a
Media evaluation part a_Perkinator
 
Flyer 1
Flyer 1Flyer 1
Flyer 1RHite
 
lessons in facebook etiquette for grandma
lessons in facebook etiquette for grandmalessons in facebook etiquette for grandma
lessons in facebook etiquette for grandmatrainingnan
 
Itinerario Activate UniMOOC-2016-05-03
Itinerario Activate UniMOOC-2016-05-03Itinerario Activate UniMOOC-2016-05-03
Itinerario Activate UniMOOC-2016-05-03Alejandro Batista
 
Folleto informativo ESUFA
Folleto informativo ESUFAFolleto informativo ESUFA
Folleto informativo ESUFAJuanjovero
 
Los pajaritos cantan y hacen sus nidos
Los pajaritos cantan y hacen sus nidosLos pajaritos cantan y hacen sus nidos
Los pajaritos cantan y hacen sus nidoscolenoblejas
 

Destaque (20)

Model regresi dengan variabel bebas dummy
Model regresi dengan variabel bebas dummy Model regresi dengan variabel bebas dummy
Model regresi dengan variabel bebas dummy
 
Beberapa contoh-dummy-tabel
Beberapa contoh-dummy-tabelBeberapa contoh-dummy-tabel
Beberapa contoh-dummy-tabel
 
Ekonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel DummyEkonometrika Variabel Dummy
Ekonometrika Variabel Dummy
 
Regresi dummy
Regresi dummyRegresi dummy
Regresi dummy
 
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul IV-Variabel Dummy
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul IV-Variabel DummyLaporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul IV-Variabel Dummy
Laporan Praktikum Analisis Regresi Terapan Modul IV-Variabel Dummy
 
Makalah ekonometrika -ECM
Makalah ekonometrika -ECMMakalah ekonometrika -ECM
Makalah ekonometrika -ECM
 
Buku SPSS (Statistika)
Buku SPSS (Statistika)Buku SPSS (Statistika)
Buku SPSS (Statistika)
 
Cara analisis data
Cara analisis dataCara analisis data
Cara analisis data
 
Rumus Analisis Regresi
Rumus Analisis RegresiRumus Analisis Regresi
Rumus Analisis Regresi
 
Analisis korelasi dengan SPSS
Analisis korelasi dengan SPSSAnalisis korelasi dengan SPSS
Analisis korelasi dengan SPSS
 
MANUAL PARA COREL DRAW 12
MANUAL PARA COREL DRAW 12MANUAL PARA COREL DRAW 12
MANUAL PARA COREL DRAW 12
 
EnIT goes layar
EnIT goes layarEnIT goes layar
EnIT goes layar
 
Media evaluation part a
Media evaluation part aMedia evaluation part a
Media evaluation part a
 
Flyer 1
Flyer 1Flyer 1
Flyer 1
 
Car leasing
Car leasingCar leasing
Car leasing
 
lessons in facebook etiquette for grandma
lessons in facebook etiquette for grandmalessons in facebook etiquette for grandma
lessons in facebook etiquette for grandma
 
Itinerario Activate UniMOOC-2016-05-03
Itinerario Activate UniMOOC-2016-05-03Itinerario Activate UniMOOC-2016-05-03
Itinerario Activate UniMOOC-2016-05-03
 
Folleto informativo ESUFA
Folleto informativo ESUFAFolleto informativo ESUFA
Folleto informativo ESUFA
 
Los pajaritos cantan y hacen sus nidos
Los pajaritos cantan y hacen sus nidosLos pajaritos cantan y hacen sus nidos
Los pajaritos cantan y hacen sus nidos
 
Uma Universitária Diferente
Uma              Universitária DiferenteUma              Universitária Diferente
Uma Universitária Diferente
 

Semelhante a REGRESI GULA

ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUALANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUALArning Susilawati
 
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDAANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDAArning Susilawati
 
Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier SederhanaAnalisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier SederhanaArning Susilawati
 
Bahan ajar analisis regresi
Bahan ajar analisis regresiBahan ajar analisis regresi
Bahan ajar analisis regresiIan Sang Awam
 
Rancangan acak lengkap (RAL)
Rancangan acak lengkap (RAL)Rancangan acak lengkap (RAL)
Rancangan acak lengkap (RAL)Muhammad Eko
 
APG Pertemuan 7 : Manova (2)
APG Pertemuan 7 : Manova (2)APG Pertemuan 7 : Manova (2)
APG Pertemuan 7 : Manova (2)Rani Nooraeni
 
Modul metode regresi
Modul metode regresiModul metode regresi
Modul metode regresigiyantilinda
 
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rata
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rataAPG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rata
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rataRani Nooraeni
 
Regresi Linear Berganda
Regresi Linear BergandaRegresi Linear Berganda
Regresi Linear BergandaDian Arisona
 
Analisis Regresi Upload
Analisis Regresi UploadAnalisis Regresi Upload
Analisis Regresi Uploadguestb59a8c8
 
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rsRizkisetiawan13
 
UTS STATISTIK.ppt
UTS STATISTIK.pptUTS STATISTIK.ppt
UTS STATISTIK.pptzahwarafika
 
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdf
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdfMakalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdf
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdffitriunissula
 
3218126438990fa0771ddb555f70be42.docx
3218126438990fa0771ddb555f70be42.docx3218126438990fa0771ddb555f70be42.docx
3218126438990fa0771ddb555f70be42.docxAfaRanggitaPrasticas1
 
RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)blueray11
 

Semelhante a REGRESI GULA (20)

ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUALANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DAN PENGUJIAN ASUMSI RESIDUAL
 
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDAANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
 
Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier SederhanaAnalisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier Sederhana
 
Makalah analisis regresi
Makalah analisis regresiMakalah analisis regresi
Makalah analisis regresi
 
Bahan ajar analisis regresi
Bahan ajar analisis regresiBahan ajar analisis regresi
Bahan ajar analisis regresi
 
Rancangan acak lengkap (RAL)
Rancangan acak lengkap (RAL)Rancangan acak lengkap (RAL)
Rancangan acak lengkap (RAL)
 
APG Pertemuan 7 : Manova (2)
APG Pertemuan 7 : Manova (2)APG Pertemuan 7 : Manova (2)
APG Pertemuan 7 : Manova (2)
 
Modul metode regresi
Modul metode regresiModul metode regresi
Modul metode regresi
 
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rata
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rataAPG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rata
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rata
 
Regresi Linear Berganda
Regresi Linear BergandaRegresi Linear Berganda
Regresi Linear Berganda
 
Analisis Regresi Upload
Analisis Regresi UploadAnalisis Regresi Upload
Analisis Regresi Upload
 
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
 
regresi-linier-berganda.pdf
regresi-linier-berganda.pdfregresi-linier-berganda.pdf
regresi-linier-berganda.pdf
 
Analisis regresi dan korelasi
Analisis regresi dan korelasiAnalisis regresi dan korelasi
Analisis regresi dan korelasi
 
Chap5 an reg&korelasi
Chap5 an reg&korelasiChap5 an reg&korelasi
Chap5 an reg&korelasi
 
UTS STATISTIK.ppt
UTS STATISTIK.pptUTS STATISTIK.ppt
UTS STATISTIK.ppt
 
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdf
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdfMakalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdf
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdf
 
3218126438990fa0771ddb555f70be42.docx
3218126438990fa0771ddb555f70be42.docx3218126438990fa0771ddb555f70be42.docx
3218126438990fa0771ddb555f70be42.docx
 
K3 k4 regresi ganda
K3 k4 regresi gandaK3 k4 regresi ganda
K3 k4 regresi ganda
 
RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)RAL (Rancangan Acak Lengkap)
RAL (Rancangan Acak Lengkap)
 

Mais de Arning Susilawati

UU ITE atas Kasus Prita Mulyasari dan Rumah Sakit OMNI
UU ITE atas Kasus Prita Mulyasari dan Rumah Sakit OMNIUU ITE atas Kasus Prita Mulyasari dan Rumah Sakit OMNI
UU ITE atas Kasus Prita Mulyasari dan Rumah Sakit OMNIArning Susilawati
 
Distribusi Peluang Diskrit dan Distribusi Peluang Kontinu
Distribusi Peluang Diskrit dan Distribusi Peluang KontinuDistribusi Peluang Diskrit dan Distribusi Peluang Kontinu
Distribusi Peluang Diskrit dan Distribusi Peluang KontinuArning Susilawati
 
Peluang Pelemparan Dua Uang Logam, Dadu dan Pengambilan Kartu Bridge
Peluang Pelemparan Dua Uang Logam, Dadu dan Pengambilan Kartu BridgePeluang Pelemparan Dua Uang Logam, Dadu dan Pengambilan Kartu Bridge
Peluang Pelemparan Dua Uang Logam, Dadu dan Pengambilan Kartu BridgeArning Susilawati
 
Pendidikan Kewarganegaraan MULTIKULTURALISME
Pendidikan Kewarganegaraan MULTIKULTURALISMEPendidikan Kewarganegaraan MULTIKULTURALISME
Pendidikan Kewarganegaraan MULTIKULTURALISMEArning Susilawati
 
PROYEK ANTRIAN RISET OPERASI
PROYEK ANTRIAN RISET OPERASIPROYEK ANTRIAN RISET OPERASI
PROYEK ANTRIAN RISET OPERASIArning Susilawati
 
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Arning Susilawati
 

Mais de Arning Susilawati (15)

Perkembangan Televisi
Perkembangan TelevisiPerkembangan Televisi
Perkembangan Televisi
 
Perkembangan Televisi
Perkembangan TelevisiPerkembangan Televisi
Perkembangan Televisi
 
UU ITE atas Kasus Prita Mulyasari dan Rumah Sakit OMNI
UU ITE atas Kasus Prita Mulyasari dan Rumah Sakit OMNIUU ITE atas Kasus Prita Mulyasari dan Rumah Sakit OMNI
UU ITE atas Kasus Prita Mulyasari dan Rumah Sakit OMNI
 
Kelp2 prita vs rs omni
Kelp2 prita vs rs omniKelp2 prita vs rs omni
Kelp2 prita vs rs omni
 
Distribusi Peluang Diskrit dan Distribusi Peluang Kontinu
Distribusi Peluang Diskrit dan Distribusi Peluang KontinuDistribusi Peluang Diskrit dan Distribusi Peluang Kontinu
Distribusi Peluang Diskrit dan Distribusi Peluang Kontinu
 
Kover pms
Kover pmsKover pms
Kover pms
 
Peluang Pelemparan Dua Uang Logam, Dadu dan Pengambilan Kartu Bridge
Peluang Pelemparan Dua Uang Logam, Dadu dan Pengambilan Kartu BridgePeluang Pelemparan Dua Uang Logam, Dadu dan Pengambilan Kartu Bridge
Peluang Pelemparan Dua Uang Logam, Dadu dan Pengambilan Kartu Bridge
 
Abstrak
AbstrakAbstrak
Abstrak
 
Abstrak
AbstrakAbstrak
Abstrak
 
Pendidikan Kewarganegaraan MULTIKULTURALISME
Pendidikan Kewarganegaraan MULTIKULTURALISMEPendidikan Kewarganegaraan MULTIKULTURALISME
Pendidikan Kewarganegaraan MULTIKULTURALISME
 
PROYEK ANTRIAN RISET OPERASI
PROYEK ANTRIAN RISET OPERASIPROYEK ANTRIAN RISET OPERASI
PROYEK ANTRIAN RISET OPERASI
 
Rancangan Faktorial 2k
Rancangan Faktorial 2kRancangan Faktorial 2k
Rancangan Faktorial 2k
 
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
 
RANCANGAN ACAK KELOMPOK
RANCANGAN ACAK KELOMPOKRANCANGAN ACAK KELOMPOK
RANCANGAN ACAK KELOMPOK
 
RANCANGAN ACAK LENGKAP
RANCANGAN ACAK LENGKAPRANCANGAN ACAK LENGKAP
RANCANGAN ACAK LENGKAP
 

REGRESI GULA

  • 1. ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DENGAN VARIABEL DUMMY PADA PRODUKSI GULA DI PABRIK GULA POERWODADI MADIUN Arning Susilawati, Marlisa W Setyorini 1 Program Studi DIII, Jurusan Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya ABSTRAK Pada produksi gula, terdapat komponen yang diperlukan diantaranaya jumlah tebu dan kadar phospat, hal ini bertujuan agar produksi menghasilkan gula yang bersih. Dalam hal ini dapat dijadikan permasalahan yakni jumlah tebu dan kadar phospat terhadap produksi gula. Produksi gula merupakan respon, sedangkan jumlah tebu dan kadar phospat adalah variabel prediktor, dengan jumlah pengamatan 30 data. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari semua prediktor terhadap respon dengan cara melakukan analisis regresi linier dengan dummy yakni pengujian serentak dan parsial (individu). Dengan uji berganda, jumlah tebu dan kadar phospat berpengaruh signifikan secara serentak terhadap jumlah gula. Secara individu jumlah tebu dan kadar phospat berpengaruh terhadap jumlah gula, pada kadar phospat rendah dengan pembanding kadar phospat tinggi berpengaruh terhadap banyaknya jumlah gula, sedang pada kadar phospat sedang dengan pembanding kadar phospat tinggi tidak berpengaruh terhadap banyaknya jumlah gula. Pada kadar phospat rendah maupun sedang memberi pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula. Kata Kunci : Uji Serentak, Uji Parsial, Analisis Regresi Dummy 1. Pendahuluan Dalam keseharian gula sering kita gunakan yakni sebagai pemanis pada masakan. Gula diproduksi dari tebu alami dengan beberapa campuran bahan kimiawi, misal phospat. Phospat adalah bahan pemurni nira tebu yang berfungsi untuk memisahkan gula dari kotoran bukan gula yang terikut dalam nira sehingga menghasilkan nira yang jernih dan bersih. Pada pabrik gula Poerwodadi Madiun, ingin mengetahui bagaimana banyaknya tebu dan kadar phospat yang digunakan dapat meningkatkan produksi gula. Dalam hal ini dapat menggunakan analisis linier dummy, karena pada kadar phospat terdapat pembagian yakni kadar rendah, sedang dan tinggi. Tujuannya adalah menentukan hubungan antara signifikansi serentak dan hasil uji parsial/individu dengan variabel dummy. 2. Landasan Teori Pada landasan teori terdapat dipaparkan mengenai regresi linier berganda, pengujian asumsi residual IIDN, serta air bersih.
  • 2. 2.1 Regresi Linier Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika yang seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan meramal suatu variabel (Kutner, 2004). 2.1.1 Persamaan Regresi dengan Variabel Dummy Bentuk umum model regresi linier berganda dengan k variabel bebas adalah seperti pada persamaan (1) berikut (Kutner, 2004). 2.1 Yi = β0 + β1 X I + β2 X 2 +... + βk X k +εi  Y1  1 X X  X  β    1 12 1 p − 1   0   ε 1   Y2  1 X X  X   β   ε  Y =   =  21 2 2p−1  1  +  2 Y=Xβ+ε                 β    dengan: Y adala    1 X X  X  ε Y n1 n2 np−1  p−1  n 2, …, n.  n   i h variabel tidak bebas untuk pengamatan ke-i, untuk i = 1, β0 , β , β2 ,..., βk adalah parameter. 1 X 1 , X 2 ,..., X k adalah variabel bebas. εi adalah sisa (error) untuk pengamatan ke-i yang diasumsikan berdistribusi normal yang saling bebas dan identik dengan rata-rata 0 (nol) dan variansi σ 2 . 2.1.2 Uji Serentak Untuk mengetahui apakah koefisien yang ada dalam model secara serentak nyata atau tidak, digunakan uji F, dengan hipotesisnya sebagai berikut: H 0 : β1 ≡ β2 = ... = βk = 0 (prediktor tidak berpengaruh terhadap respon) H 1 : Tidak semua β sama dengan nol, untuk k=1,2,…,p k Statistik uji yang digunakan adalah: Tabel 2.1 ANOVA Regresi Linier Berganda Sumber Varians Derajat Sum Square bebas Regresi k Error n-k-1 Total n-1 1  SSR = b' X ' Y −  Y ' JY n  Mean Square SSR k SSR SSE = SST − SSR = Y ' Y − b' X ' MSR = n − k −1 1  SST = Y ' Y −  Y ' JY n  MSR = F F= MSR MSE (Draper, 1992) Dimana nilai Fhitung yang dapat dihitung dibandingkan dengan Fα(V 1,V 2 ) dengan derajat bebas V1=k, V2=n-k-1 dan tingkat signifikan α. Apabila Fhitung >
  • 3. Fα( k , n −k − ) maka H0 ditolak, yang berarti paling sedikit ada satu β j yang tidak 1 dapat sama dengan nol (Salamah, 2010). 2.1.3 Uji Parsial Uji parsial digunakan untuk menguji signifikasi variabel predictor terhadap variabel respon secara individu, jika uji serentak signifikan. Rumusan hipotesisnya: H 0 : β j = 0 (variabel predictor X j tidak berpengaruh terhadap respon) H 1 : β j ≠ 0 , untuk j=0,1,2,….,k Statistik uji yang digunakan adalah t hitung = bi 2.2 var(bi ) [ ˆ Var ( βj ) = diagonal X T X ] − 1 σ2 Dimana b = nilai dugaan β ; σ2 = RKG i i Kemudian t hitung dibandingkan dengan nilai tabel distribusi t dengan derajat bebas (n-2) dan tingkat signifikan α (Salamah, 2010). 2.1.4 Koefisien Determinan (R2) Koefisien determinasi didapat dari analisis regresi dengan menggunakan minitab. Apabila R2 bernilai di atas 75% dapat dijelaskan bahwa nilai variabel Y yang berada di atas 75% tersebut dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang ada dalam model. Sedangkan sisanya yang berada di bawah 75% dijelaskan oleh oleh variabel-variabel bebas yang tidak ada dalam model. Tingginya nilai R 2 ini menandakan baiknya model yang telah didapatkan, artinya model telah sesuai dan antar variabel pada model tersebut mempunyai korelasi yang sama (Salamah, 2010). R2 = 2.2 SSR x100% SST 2.3 Regresi Linier dengan Variabel Dummy Dalam analisis regresi, seringkali variabel respon tidak hanya dipengaruhi oleh variabel yang bersifat kuantitatif, tetapi bisa juga dipengaruhi oleh variabel yang bersifat kualitatif. Variabel yang bersifat kualitatif seperti jenis kelamin, suku, agama, kejadian politik, dan lain-lain tersebut perlu dibuat kuantitatif dengan membentuk variabel baru yang bernilai 0 atau 1. Dimana 0 menunjukkan ketidakhadiran cirri tersebut, sedangkan 1 menunjukkan adanya cirri tersebut. Variabel seperti ini disebut variabel dummy atau disebut juga variabel indikator, variabel biner, variabel dikotomus, dan variabel kualitatif. Variabel dummy dapat digunakan dalam model regresi semudah variabel kuantitatif. Dalam sebuah model regresi, bisa saja semua variabel prediktor merupakan variabel dummy atau gabungan dari variabel kuantitatif dan dummy, sebagaimana dituliskan dalam persamaan regresi berikut.
  • 4. Yi = α0 + α1 D + βX i + ε i 2.4 Dengan mengasumsikan bahwa E (ε i ) = 0 , maka diperoleh nilai ekspektasi dari variabel respon masing-masing Di sebagai berikut. E (Yi | X i , Di = 0) = α 0 + βX i 2.5 dan E (Yi | X i , Di = 1) = (α0 + α1 ) + βX i 2.6 dengan kata lain bahwa fungsi Yi dalam hubungannya dengan X i mempunyai kemiringan yang sama ( β) tetapi intersep berbeda untuk tiap-tiap Di . Dalam regresi dengan variabel dummy , jika suatu variabel kualitatif mempunyai m kategori, maka digunakan hanya m-1 variabel dummy. Jika tidak dipenuhi, maka akan terjadi multikolinieritas sempurna (perfect multicolinearity) (Gujarati, 1978). 2.2.1 Uji Parsial Variabel Dummy Pengaruh variabel prediktor D (dummy) terhadap respon Y. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: H 0 : β j = 0 (variabel dummy tidak berpengaruh terhadap respon) H 1 : β j ≠ 0 (variabel dummy berpengaruh terhadap respon) Statistik uji. SS ( β j | β0 , β1 ,..., β j −1 , β jt ,..., βk ) /( k −1) Fhitung = MSE 2.7 yang mengikuti distribusi F dengan df1=(k-1) dan df2=n-(p+1) pada level signinfikan α tertentu, dengan k adalah banyaknya kategori dalam variabel prediktor berskala kategorik. Wilayah kritisnya adalah Fhitung>F α,(k-1, n-(p+1)) (Draper, 1992). 2.3 Gula Makanan yang manis pasti mengandung gula sejumlah manfaat gula yang unik dan mengejutkan karena tidak mengganggu diet. Berikut beberapa manfaat gula yang tidak biasa: menjaga bunga tetap segar, meringankan pedas di mulut, mengobati luka, mengupas badan, lipstik lebih tahan lama, mengangkat noda rumput, membersihkan penggiling, meredakan panas di lidah, menjaga bunga tetap segar, membersihkan tangan dari minyak (Silva, 2012). 2.4 Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Berikut beberapa kandungan gizi tebu yakni mencegah stroke, menguatkan gusi dan gigi cairan, mengobati mimisan, mengobati masuk angin, melawan kanker payudara, baik untuk penderita diabetes, menyembuhkan pilek dan sakit tenggorokan, mengobati, mengobati penyakit kuning, obat infeksi, obat batu ginjal, dehidrasi (Gentara, 2013).
  • 5. 2.5 Phospat Phospat merupakan jenis asam yang digunakan dalam proses pembuatan gula yang terletak pada proses sulfidasi. Proses sulfitasi adalah proses pengolahan gula yang di dalam proses pemurniannya menggunakan kapur dan SO2 sebagai bahan pemurni. Gula yang di dapat dari proses ini berwana putih. Sebelum memulai proses ini di tangki nira mentah dilakukan penambahan asam phospat (H3PO4) sebanyak 210 kg/ 8 jam (250-300 ppm), yang bertujuan untuk: menyerap koloid dan zat warna, menurunkan kadar kapur nira mentah, melunakkan kerak evaporator, mempermudah proses pengendapan, sehingga nira yang dihasilkan lebih jernih (Suwito, 2013). 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut. 3.1 Sumber Data Data penelitian ini merupakan data sekunder Tugas Akhir program sarjana tahun 2004 dari Lutfia Widiastuti (1399100033) dengan judul “Pendekatan Spline untuk Pendugaan Kurva Regresi dari Produksi Gula Poerwodadi Madiun Tahun 2003” yang didapatkan di Ruang Baca Staistika ITS pada tanggal 04 Desember 2013 dengan jumlah sampel 30 data. 3.2 Variabel Data Variabel-variabel pengukuran yang digunakan adalah. Tabel 3. 1 Variabel Data Produksi Gula Variabel Produksi gula Jumlah tebu Phospat rendah (≤300) Phospat sedang (301-599) Phospat tinggi (≥600) 4. Satuan Kwintal Kwintal Kilogram Kilogram Kilogram Simbol Y X1 DA (Koding 0) DB (Koding 1) DC (Koding 2) Analisis Korelasi Linier dan Regresi Linier Sederhana Data jumlah gula yang dihasilkan per hari dalam kwintal dengan jumlah tebu yang diproses per hari dalam kwintal, dapat dianalisis dengan menggunakan variabel dummy yakni kandungan phospat rendah, sedang dan tinggi. 4.1 Analisis Regresi Pembahasan dari analisis regresi yakni mengenai variabel dummy, uji serentak, dan uji parsial. Analisis regresi linier berganda dilakukan dengan menganalisis estimasi model, koefisien determinasi, uji serentak, uji parsial dari variabel pendapatan total keluarga, jumlah tanggungan keluarga, dan pengeluaran energi dengan menganggap asumsi metode OLS terpenuhi. 4.1.1 Variabel Dummy
  • 6. Berikut merupakan tabel variabel Dummy dengan kandungan phosphat tinggi pada jumlah gula yang dihasilkan per hari dalam kwintal dengan jumlah tebu yang diproses per hari dalam kwintal. Tabel 4.1 Variabel Dummy D1 D2 D_A (≤350 kg) 1 0 D_B (351-599 kg) 0 1 D_C (≥600kg) 0 0 Variabel dummy D_A dan D_B digunakan dalam analisis regresi. Sedangkan Variabel dummy D_C digunakan sebagai pembanding pada uji parsial 4.1.2 Model Regresi dengan Variabel Dummy Estimasi model regresi jumlah tebu yang diproses per hari terhadap dijumlah gula yang dihasilkan perhari dengan variabel dummy kandungan phospat. Y = 58.5 + 0.0275 X - 26.5 D_A - 12.8 D_B a. Persamaan Regresi Untuk D = 1 (D1 = 1, D2 = 0) y = 58.5+0.0275 X-26. 5(1)-12.8(0) y = 58.5+0.0275X-26.5 Kandungan phospat ≤ 350 kg berkurang 26.5 dari kandungan phospat ≥600kg b. Persamaan Regresi Untuk D = 2 (D1 = 0, D2 = 1) y = 58.5+0.0275 X-26. 5(0)-12.8(1) y = 58.5+0.0275X-12.8 Kandungan phospat 351-599 kg berkurang 12.8 dari kandungan phospat ≥600kg c. Persamaan Regresi Untuk D = 3 (D1 = 0, D2 = 0) y = 58.5+0.0275 X-26. 5(0)-12.8(0) y = 58,5+0.0275X Kandungan phospat ≥600 kg konstan 4.2 Uji Serentak Berikut pengujian serentak pada jumlah gula yang dihasilkan per hari (Kw) dengan jumlah tebu yang diproses per hari (Kw) dengan menggunakan variabel Dummy kandungan phosphat C sebagai pembanding. Hipotesis: H0 =β1= β2= β3=0 H1 =minimal ada satu βj ≠ 0 ; j=1,2,3 α = 5% = 0.05 Daerah Kritis: Tolak H0 jika Fhit ˃ F(α,3,26) dengan Ftabel = F(0,05;3,26) = 2.98 Tabel 4.1 Uji Serentak dengan Variabel Dummy C sebagai pembanding Source df SS MS F P Regresion 3 5815.6 938.5 6.04 0.003 Error 26 8350.2 321.2 Total 29 14165.7 Tabel 4.1 menunjukkan Fhit sebesar 6.04 ˃ F(α,3,26) sebesar 2.98 sehingga tolak Ho. Artinya jumlah tebu yang yang diproses per hari dan kandungan phospat berpengaruh signifikan secara serentak terhadap jumlah gula per hari.
  • 7. 4.3 Uji Parsial Pada uji serentak yang dihasilkan adalah tolak H 0 sehingga dilakukan uji parsial parameter model regresi pada jumlah gula yang dihasilkan per hari (Kw) dengan jumlah tebu yang diproses per hari (Kw) dengan menggunakan variabel Dummy kandungan phosphat C sebagai pembanding. 4.3.1 Uji Parsial Jumlah Tebu Yang Diproses Perhari Terhadap Jumlah Gula yang Dihasilkan Perhari Berikut hasil pengujian uji parsial jumlah tebu yang diproses perhari terhadap jumlah gula yang dihasilkan perhari. Hipotesis: H0 =β1 =0 (jumlah tebu yang diproses perhari tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah gula per hari secara individu) H1 =β1≠ 0 (jumlah tebu yang diproses perhari berpengaruh signifikan terhadap jumlah gula per hari secara individu) α = 5% = 0.05 Daerah Kritis: Tolak H0 jika |thitung| ˃ t(α,26) dengan t(α,26) = 2.056 Tabel 4. 2 Uji Parsial Jumlah Tebu Yang Diproses Perhari Terhadap Jumlah Gula yang Dihasilkan Perhari Predictor T P X 2.47 0.021 Tabel 4.2 menunjukkan t-hit variabel X sebesar 2.47 ˃ t(α,26) sebesar 2.056 sehingga tolak H0, artinya jumlah tebu yang diproses perhari berpengaruh signifikan terhadap jumlah gula per hari secara individu. 4.3.2 Uji Parsial Variabel Dummy Terhadap Jumlah Gula yang Dihasilkan Perhari Berikut hasil uji parsial variabel dummy terhadap jumlah gula yang dihasilkan perhari. Hipotesis: H0 =β2=β3 =0 (ketegori kandungan phospat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah gula) H1 =β2= β3≠ 0 (ketegori kandungan phospat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah gula) α = 5% = 0.05 Daerah Kritis: Tolak H0 jika |thitung| ˃ t(α,26) dengan t(α,26) = 2.056 t hit = ss ( β 2 , β 3 | β 0 β1 ) / k − 1 (6520.1 − 3780) / 2 = = 5.96 MSE 229.8 Berdasarkan t-hit sebesar 5.96 ˃ dari t(α,26) = 2.056 sehingga tolak H0 artinya ketegori kandungan phospat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah gula. 4.3.3 Uji Parsial Variabel Kandungan Phospat Kategori ≤350 Kg dengan Kategori ≥ 600 Kg Berikut hasil uji parsial variabel kandungan phospat kategori ≤350 kg dengan kategori ≥ 600 kg. Hipotesis:
  • 8. H0=β2=0 (kandungan phospat kategori ≤350 Kg maupun kategori ≥ 600 Kg memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah gula) H1= β2 ≠ 0 (kandungan phospat kategori ≤350 Kg dan kategori ≥ 600 Kg memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula) α = 5% = 0.05 Daerah Kritis: Tolak H0 jika |thitung| ˃ t(α,26) dengan t(α,26) = 2.056 Tabel 4. 3 Uji Parsial Variabel Kangdungan Phospat Kategori ≤ 350 Kg dengan Kategori ≥ 600 Kg Predictor T P D_A -3.38 0.002 Tabel 4.3 menunjukkan t-hit variabel dummy A sebesar 3.38 ˃ t(α,26) sebesar 2.056 sehingga tolak H0, artinya kandungan phospat kategori ≤350 Kg maupun Kategori ≥ 600 Kg memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula. 4.3.4 Uji Parsial Variabel Kandungan Phospat Kategori 351-599 Kg dengan Kategori ≥ 600 Kg Berikut hasi uji parsial variabel kandungan phospat kategori 351-599 kg dengan kategori ≥ 600 kg. Hipotesis: H0 =β3=0 (kandungan phospat kategori 351-599 kg maupun kategori ≥ 600 Kg memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah gula) H1 =β3≠ 0 (kandungan phospat kategori 351-599 kg dan kategori ≥ 600 Kg memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula) α = 5% = 0.05 Daerah Kritis: Tolak H0 jika |thitung| ˃ t(α,26) dengan t(α,26) = 2.056 Tabel 4. 4 Uji Parsial Kandungan Phospat Kategori 351-599 Kg dengan Kategori ≥ 600 Kg Predictor T P D_B -1.94 0.063 Tabel 4.4 menunjukkan t-hit variabel dummy B sebesar 1.94 ˂ t(α,26) sebesar 2.056 sehingga gagal tolak H0, artinya kandungan phospat kategori 351-599 kg maupun kategori ≥ 600 Kg memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah gula. 4.3.5 Uji parsial variabel kandungan phospat kategori ≤350 kg terhadap variabel kandungan phospat kategori 351-599 kg Berikut hasil uji parsial variabel kandungan phospat kategori ≤350 kg terhadap variabel kandungan phospat kategori 351-599 kg. Hipotesis: H0 =β1-β2 =0 (kategori kandungan phosphat kategori ≤350 kg maupun kategori 351-599 kg memberi pengaruh yang sama terhadap jumlah gula per hari) H1 =β1-β2 ≠ 0 (kategori kandungan phosphat kategori ≤350 kg maupun kategori 351-599 kg memberi pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula per hari) α = 5% = 0.05 Daerah Kritis: Tolak H0 jika |thitung| ˃ t(α,26) dengan t(α,26) = 2.056 t hit = = b2 − 3 b var( b2 ) 2 +var( b3 )2 − cov( b2b3 ) 2 − . 4− − . 8 ) 26 ( 12 0.283798+ .186629− 2*0.085160 ) 0 ( = 24.825
  • 9. Dari perhitungan t didapat t hitung lebih besar dari pada t tabel yakni 24.825>2.05, sehingga keputusannya tolak Ho yang artinya kategori kandungan phosphat kategori ≤350 kg maupun kategori 351-599 kg memberi pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula per hari. 5. 1. Kesimpulan Berikut kesimpulan dari Estimasi model regresi jumlah tebu yang diproses per hari terhadap dijumlah gula yang dihasilkan perhari dengan variabel dummy kandungan phospat adalah Y = 58.5 + 0.0275 X - 26.5 D_A - 12.8 D_B. 2. Pada pengujian serentak didapatkan jumlah tebu yang yang diproses per hari dan kandungan phospat berpengaruh signifikan terhadap jumlah gula per hari. 3. Pada pengujian individu variabel jumlah tebu yang diproses diketahui bahwa jumlah tebu yang diproses berpengaruh signifikan terhadap jumlah gula per hari. 4. Pengujian individu variabel dummy terhadap jumlah gula yang dihasilkan diketahui ketegori kandungan phospat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah gula. 5. Pada pengujian Individu didapatkan jumlah tebu yang diproses dan kandungan phospat rendah didapatkan kandungan phospat rendah maupun tinggi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah gula. Sedangkan pada kandungan phospat sedang diketahui bahwa kandungan phospat sedang maupun tinggi memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah gula. 6. Daftar Pustaka Draper, Harry Smith dan Norman. 1992. Analisis Regresi Terapan. Jakarta: Gramedia Puataka Utama. Gujarati, D. 1979. Basic Econometrics. New York: Mc. Graw-Hill, inc. Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression Models. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Salamah, M dan Distri Susilaningrum. 2010. Modul Praktikum PenghantarMetode Statistika. Surabaya: Jurusan Statistika ITS. Gentara, L. (2013, Maret). Khasiat Tebu dan Kandungan Gizinya. Dipetik Desember 09, 2013, dari Gen 22: http://www.gen22.net
  • 10. Silva, A. D. (2012, November 24). Manfaat Gula yang Tiidak Biasa. Dipetik Desember 2013, 09, dari http://wirawiri.net Suwito. (2013, April). Fungsi Gula Dalam Pengolahan Pangan. Dipetik Desember 09, 2013, dari http://romoselamatsuwito.blogspot.com 7. Lampiran Data awal No gula tebu phosphat Dummy 1 60.2 1278.8 300 A 2 62.9 1083 200 A 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 68.8 69.7 75.7 112.1 75.8 87.8 78.9 94.7 86.5 91.2 71.1 122.1 1208.5 1813.6 1908.6 2080.6 1655.9 1692.4 1791.8 1972.3 1964.7 1170.4 1074.4 1797.4 350 250 304 303 455 580 563 505 529 452 452 452 A A A A B B B B B B B B 15 114.3 1858.3 588 B 16 87.5 1613.4 609 C 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 70.8 115.7 104.6 113.2 122.7 128.5 112.7 104.6 90.8 121.3 119.1 110.4 116 106.5 1882.3 1780 1739.5 1951.3 1862.5 1775.4 1889.7 1829.6 1812.7 1768.8 1718.4 1771.6 1973.7 1825.5 607 608 609 612 611 612 612 658 605 608 603 607 606 610 C C C C C C C C C C C C C C Regression Analysis: Y versus X; D_A; D_B The regression equation is Y = 58.5 + 0.0275 X - 26.5 D_A - 12.8 D_B
  • 11. Predictor Constant X D_A D_B Coef 58.52 0.02745 -26.509 -12.831 S = 15.1601 SE Coef 20.55 0.01113 7.837 6.603 R-Sq = 52.2% T 2.85 2.47 -3.38 -1.94 P 0.009 0.021 0.002 0.063 R-Sq(adj) = 46.7% Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source X D_A D_B DF 1 1 1 DF 3 26 29 SS 6520.1 5975.6 12495.6 MS 2173.4 229.8 F 9.46 P 0.000 Seq SS 3780.0 1872.2 867.8 Unusual Observations Obs 17 X 1882 Y 70.80 Fit 110.20 SE Fit 3.99 Residual -39.40 St Resid -2.69R R denotes an observation with a large standardized residual. MTB > (XTX)-1 = Matrix 1.80377 -0.00096 -0.23917 -0.25289 M4 -0.0009582 0.0000005 0.0000952 0.0001027 1.80377  - 0.00096   - 0.23917  − 0.25885 1414.506   =    -0.239174 0.000095 0.283798 0.085160 − 0.0009582 0.0000005 0.0000095 0.0001027 -0.252885 0.000103 0.085160 0.186629 − 0.239174 0.000095 0.283789 0.085160 0.0001149 65.2147 − 0.25885 0.000103  x 229.8  0.085160   0.186629   0.023669     42.88734