O slideshow foi denunciado.
Seu SlideShare está sendo baixado. ×

JURNAL PELECEHAN SESKUAL ERIKA PUTRI DI TIKTOK.docx

Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Carregando em…3
×

Confira estes a seguir

1 de 7 Anúncio

Mais Conteúdo rRelacionado

Semelhante a JURNAL PELECEHAN SESKUAL ERIKA PUTRI DI TIKTOK.docx (20)

Mais recentes (20)

Anúncio

JURNAL PELECEHAN SESKUAL ERIKA PUTRI DI TIKTOK.docx

  1. 1. PELECEHAN SEKSUAL ERIKA PUTRI DI TIKTOK Ariesta Dwiyana 202141115 Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM(B) DKI Jakarta ariestadwiy@gmail.com PENDAHULUAN Perkembangan media sosial saat ini memang sudah semakin pesat, mengingat saat ini peran teknologi sudah tidak dapat dilepaskan dari setiap kehidupan manusia. Berdasarkan studi dan riset data yang dihimpun oleh We Are Social pada tahun 2019, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 150 juta orang. Hal ini dapat diartikan bahwa sekitar 57% dari seluruh penduduk Indonesia menggunakan berbagai media sosial(Rakha Fahreza, 2020). Salah satu media sosial yang digunakan masyarakat Indonesia saat ini adalah aplikasi TikTok. Aplikasi yang diluncurkan pertama kali pada 2016 dan dikembangkan oleh perusahaan ByteDance yang bermarkas di China. Aplikasi TikTok kini menjadi salah satu platform sosial media yang cukup populer di kalangan masyarakat dunia. TikTok adalah sebuah aplikasi jejaring sosial dan platform video music dimana pengguna bisa membuat, mengedit, dan berbagi klip video pendek lengkap dengan filter dan disertai musik sebagai pendukung. TikTok sebagai aplikasi yang memiliki jumlah pengguna aktif lebih dari 500 juta orang (Rakha Fahreza, 2020). TikTok tidak hanya dapat digunakan untuk membuat video pribadi saja. Namun juga bisa melakukan duet dengan teman yang dipilih pada aplikasi tersebut untuk membuat video menarik secara bersamaan. Aplikasi yang berkembang secara pesat ini juga telah membuat video dengan durasi yang lebih panjang, yaitu sekitar 60 detik atau setara dengan 1 menit. Hal ini memudahkan penggunanya untuk berkreasi pada konten pribadi yang dapat kita nikmati dengan tingkatan kreativitas yang lebih baik. Indonesia dinobatkan sebagai negara pengguna TikTok kedua terbesar di dunia. Data terbaru pada tahun 2022 mencantumkan pengguna TikTok sekitar 99,1 juta orang. Dimana rata – rata pengguna menghabiskan waktu di TikTok sebanyak 23 jam per bulannya(Novie Fauziah, 2022). Penikmat aplikasi ini didominasi oleh kaum hawa, karena selain dapat membuat video yang
  2. 2. menarik dan viral, di aplikasi ini juga dapat berbelanja dengan menggunakan TikTok Shop. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan kaum adam juga menggunakan aplikasi ini untuk bersenang – senang. Banyak waktu luang di sela – sela istirahat dari kesehariannya orang – orang membuka aplikasi ini hanya untuk menikmati feed (konten – konten TikTok) dengan bermacam – macam kreasi dari banyaknya pengguna TikTok yang membagikannya. Salah satu pengguna TikTok yang banyak membagikan konten – kontennya ialah Erika Putri. Pengguna akun dengan nama @erika_putriii ini menyita perhatian penulis untuk dijadikan pembahasan mengenai ketidakadilan gender. Erika Putri yang gemar membagikan kontennya di TikTok, saat ini memiliki 2 Juta lebih Followers (pengikut). Jumlah yang tergolong banyak ini didominasi kaum adam. Sedangkan Following (mengikuti akun lain) hanya ada 8 orang. Maka dapat disimpulkan, kaum adam yang mengikuti TikTok Erika Putri merupakan orang yang tidak dikenal oleh Erika Putri. Hal yang menjelaskan kebanyakan pengikutnya adalah kaum adam dikarenakan teknik pengambilan gambar yang dilakukan oleh Erika Putri. Dimana pakaian yang dipakai saat membuat konten terlihat menonjolkan bentuk tubuhnya, dan gambar video yang diambil pada jarak yang dekat di bagian yang menonjol tersebut akan membuat kamu adam “menikmati” konten itu bukan dari kreasi akan kreativitasnya, melainkan hal lain yang dipahami umur diatas 18 tahun. Konten Erika Putri termasuk kedalam kategori Pelecehan Seksual kepada laki-laki. Mengapa demikian, konten Erika Putri merangkul atau memegang fisik seorang pria tanpa dikenal olehnya atau tanpa izin dari pihak terkait. Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh korbannya. Bentuknya dapat berupa ucapan, tulisan, simbol, isyarat dan tindakan yang berkonotasi seksual. Dapat disimpulkan, bahwa pelecehan seksual adalah segala tindakan yang terkait dengan aktivitas seks yang tak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan hubungan seks dan perilaku lain yang mengarah kepada seks baik secara verbal maupun tindakan fisik. Kasus pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, bahkan termasuk tempat umum seperti bus, pasar, sekolah, kantor, dan tempat-tempat pribadi seperti di rumah sendiri oleh tamu yang tidak diinginkan. Pelecehan Seksual kerap disebarluaskan tanpa adanya batasan-batasannya yang menimbulkan dampak bagi kesehatan mental maupun kepribadian pada diri seseorang. Itulah
  3. 3. mengapa kita harus mengetahui pentingnya memahami segala bentuk pelecehan seksual, tanpa kita sadari pelecehan seksual bisa berdatangan secara verbal maupun non verbal. Pelecehan tidak hanya terjadi pada perempuan saja, melainkan laki – laki juga mendapati pelecehan yang sama serta menjelaskan pandangan masyarakat akan maskulinitas (Adita Miranti, 2021). Jurnal memiliki poin yang sama dalam pembahasannya dengan memberikan pendapat bahwa laki – laki dapat juga menjadi korban pelecehan seksual, dimana dalam jurnal Erika Putri ini seorang perempuan yang menjadi pelaku pelecehan seksual kepada laki – laki dan hal itu tanpa Erika Putri menyadarinya dan juga laki – laki yang sedang dilecehkan tersebut. Perbedaan pada jurnal yang dibuat oleh Miranti (2021) yaitu tujuannya untuk mengetahui dampak yang dirasakan laki – laki terhadap pelecehan tersebut. Berbeda dengan jurnal pelecehan Erika Putri ini yang bertujuan membahas pelecehan yang dilakukan seharusnya diketahui bahwa hal itu adalah pelecehan, maka menimbulkan komentar – komentar tidak baik terhadap Erika Putri di media sosial TikTok. Pelecehan seksual terdahap laki – laki, hanya saja pembahasan ini berdasarkan pengalaman yang terjadi pada subjek terhadap pelecehan seksual yang dirasakannya(Fadhillah et al., 2022). Maka perbandingan dengan jurnal pelecehan Erika Putri ini penulis menyimpulkan hal yang sudah terjadi akan menjadi suatu antisipasi terhadap pelecehan seksual, Erika Putri ini melakukan konten itu dengan menyebarkan hal tersebut untuk suatu ketenaran. Pada kasus dalam jurnal Fadhillah terdapat indikasi sexual harassment pada kejadian narasumber, indikasi ini mengarah pada pengontrolan diri narasumber yang mendapati bentuk pelecehan seksual dari sesama jenis. Maka penulis mendapati perbedaan dari kajian mengenai ketidakadilan gender pada kasus jurnal Fadhilla (2022) berbeda dengan kasus yang sedang dibahas yaitu pelecehan Erika Putri. Dimana kasus Erika Putri lebih mengarah pada konflik sosial dengan perbedaan – perbedaan pendapat yang dikemukakan dalam kolom komentar media sosial yang mengarah pada suatu teori yaitu teori sosial konflik. METODOLOGI Metode penelitian deskriptif yang dilakukan secara kualitatif. Metode yang digunakan dalam cara kualitatif makalah ini yaitu observasi. Makalah ini juga menggunakan metode dokumentasi agar dapat memberikan gambaran terhadap objek dan subjek kepada audiens, jika
  4. 4. pelecehan tidak memiliki dasar untuk mengantisipasinya, maka akan terjadi hubungan yang tidak etis dan menimbulkan nilai buruk terhadap medianya, hingga akhirnya menjadi satu faktor pelecehan karena kurangnya pengetahuan akan faktor tersebut. Observasi dan dokumentasi ini juga membuktikan adanya dimensi ketidakadilan gender. HASIL & PEMBAHASAN Pada jurnal ini mendapatkan hasil dan pembahasan dengan banyak sekali persepsi negatif dari pandangan kaum hawa. Hal ini disebabkan karena konten yang dibagikan itu dilakukan di tempat umum dengan menggandeng tiba – tiba kaum adam yang sedang berjalan. Menurut kaum hawa ini adalah bentuk dari sebuah perilaku pelecehan seksual terhadap kaum adam. Mengapa demikian, konten yang dibuat oleh Erika Putri tanpa disadari ataupun disadari dengan merangkul dan mengajak ke kamar mandi mengundang banyak ujaran kebencian kepadanya. Dari sudut pandang gender perempuan, dengan merangkul ataupun mengajak ke toilet kepada pria yang tidak dikenal adalah wujud dari sebuah pelecehan seksual, dikarenakan ajakan tersebut bisa saja menjadi satu faktor perbuatan yang bisa menimbulkan hal – hal yang tidak diinginkan. Namun kaum adam cenderung ingin merasakan perilaku yang sama terhadap pria yang berada di video tersebut. Maka dari itu mayoritas pria mendukung bahwa itu bukan pelecehan, akan tetapi sebagian besar komentar pada konten Erika Putri tidak membenarkan hal tersebut terjadi, dilain sisi apabila pria yang melakukan hal tersebut dianggap sebagai pelecehan seksual. Karena konten yang dibuatnya, banyak kaum hawa yang berkomentar pedas terhadap dirinya di TikTok. Komentar – komentar yang dilontarkan netizen mengandung ujaran kebencian terhadap Erika Putri. Salah satu komentar yang dapat dikutip dari konten TikTok @erika_putriii “harusnya tau malu mba, murahan banget cuma demi konten”. Konten tersebut di sebarluaskan supaya banyak orang-orang yang merundungnya dan membencinya. Karena menurut pandangan kaum hawa hal tersebut sangat tidak pantas di lakukan seorang perempuan. Terlebih dalam sudut pandang agama hal tersebut adalah hal yang haram di lakukan karena termasuk ke dalam pelecehan seksual. Seperti kutipan dalam Al – Qur’an surat An-Nur ayat 33 yang menyebutkan bahwa Islam mengharamkan segala bentuk kekerasan dan penindasan termasuk kejahatan seksual.
  5. 5. Dalam pandangan agama Islam Allah SWT berfirman, “… Dan jangan lah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi.” (QS. An-Nur: 33). Jika di kaitkan dengan kasus Erika Putri, dia melakukan hal tersebut agar mendapat keuntungan duniawi dengan mengejar popularitas. Semakin banyak yang membenci dan menghujat, semakin banyak pula orang-orang mengenalnya. Stigma publik melihat konten tersebut menjadi seperti ‘’ kalo cewe yang ngelakuin mah paling bilang ‘yaelah kan cuma bercanda’’ ujar netizen di Tiktok. Adanya konten tersebut menjadi lebih rumit untuk mengetahui pelecehan yang sebenarnya, ketimpangan gender semakin jelas adanya. Pelanggaran seksual berat (seperti di antaranya menyentuh, merasakan, atau meraih secara paksa) atau penyerangan seksual, termasuk ke dalam kategori pelecehan seksual. Pelecehan seksual adalah suatu tindak kejahatan yang bisa merugikan orang lain atau bahkan menimbulkan trauma pada korban. Kasus pelecehan seksual kian marak terjadi, meski demikian masih banyak orang yang tidak mengenali cirinya. Akibatnya, sangat sulit untuk mencegah tindakan tersebut, baik yang dialami oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Mengetahui jenis-jenis pelecehan seksual kemudian dapat menjadi bentuk perlindungan pada diri sendiri. Pelecehan yang dilakukan konten kreator Erika Putri termasuk Pelecehan Seksual Non Verbal, dengan menjajaki dunia maya yang sangat luas dan meraih popularitas, Erika Putri melakukan konten itu seolah tidak melihat dampak dari perilakuannya yang mungkin saja dapat menimbulkan efek mentalitas dari korbannya. Tidak sampai situ saja Erika Putri pun melakukan Pelecehan Seksual secara verbal contohnya seperti " mau ikut aku ke kamar mandi gak?’’ ujar Erika Putri. Konotasi kata tersebut merupakan cenderung kepada Seksual. Perilaku tersebut adalah permintaan dari netizen Erika Putri yang seakan mendorong perilaku tersebut, dan Erika Putri mengaminkan perilaku tersebut. Meskipun begitu Pro dan Kontra terjadi disebuah kolom komentar, komentar negatif mendominasi ruang komentar tersebut dengan memberi celaan kepada Erika Putri. Pihak pro berada disisi gender perempuan sedangkan kontra disisi gender laki-laki. Tujuan penelitian ini adalah menyadarkan akan pentingnya pengertian dan pengetahuan pelecehan di tempat umum yang dapat terjadi pada siapapun dan dimanapun tanpa disadari korbannya maupun pelakunya. Dengan adanya tujuan penelitian ini untuk memberikan edukasi atas tindakan pelecehan seksual dan mengantisipasinya.
  6. 6. KESIMPULAN Kesimpulan dari jurnal yang saya buat dari sini kita bisa melihat bahwa pelecehan seksual dapat di lakukan oleh siapa saja dan gender apa saja bisa laki - laki maupun perempuan. Kasus pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, bahkan termasuk tempat umum seperti bus, pasar, sekolah, kantor, dan tempat-tempat pribadi seperti di rumah sendiri oleh tamu yang tidak diinginkan. Pelecehan Seksual kerap disebarluaskan tanpa adanya batasan-batasannya yang menimbulkan dampak bagi kesehatan mental maupun kepribadian pada diri seseorang. Itulah pentingnya memahami segala bentuk pelecehan seksual, tanpa kita sadari pelecehan seksual bisa berdatangan secara verbal maupun non verbal. Di harapkan dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua. DAFTAR PUSTAKA Adita Miranti. (2021). PELECEHAN SEKSUAL PADA LAKI-LAKI DAN PERSPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP MASKULINITAS (ANALISIS WACANA KRITIS NORMAN FAIRCLOUGH Sexual Harassment of Men and Society’s Perspective On Masculinity (Norman Fairclough Critical Discourse Analysis). PELECEHAN SEKSUAL PADA LAKI-LAKI DAN PERSPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP MASKULINTAS, 7, 1–16. http://journal.ubm.ac.id/
  7. 7. Fadhillah, A. N., Hendriani, W., Alfian, I. N., Apsari, D. A., Akbar, M. T., Khairunnisa, N., & Maryati, P. (2022). Pengalaman Pelecehan Seksual Laki-laki: Studi Fenomenologis pada Driver Online. Jurnal Diversita, 8(1), 22–31. https://doi.org/10.31289/diversita.v8i1.5017 Novie Fauziah. (2022, September 14). Deretan Negara Pengguna TikTok Terbesar, Indonesia Termasuk? 14 September 2022. Rakha Fahreza. (2020, June 4). 10 Macam Media Sosial yang Paling Sering Digunakan Oleh Orang Indonesia. 4 Juni 2020.

×